kekeringan beserta faktor penyebabnya

17
KEKERINGAN BESERTA FAKTOR PENYEBABNYA A. Pengertian dan Tanda-tanda Umum Kekeringan Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak kekeringan muncul sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-perbedaan antara permintaan dan persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak tata kehidupan, dan perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan Bencana. Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu: kekeringan meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan sosial ekonomi. 1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata–rata dan lamanya periode kering. Perbandingan ini haruslah bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu tahunan. Kekurangan curah hujan sendiri, tidak selalu menciptakan bahaya kekeringan. 2. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber–sumber air seperti sungai, air tanah, danau dan tempat–tempat cadangan air. Definisinya mencangkup data

Upload: edo-apladi

Post on 30-Nov-2015

256 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kekeringan Beserta Faktor Penyebabnya

KEKERINGAN BESERTA FAKTOR PENYEBABNYA

A. Pengertian dan Tanda-tanda Umum Kekeringan

Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya pada

suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan

didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara

secara signifikan di bawah normal atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus.

Dampak kekeringan muncul sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-perbedaan

antara permintaan dan persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak tata

kehidupan, dan perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan Bencana.

Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu:

kekeringan meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan sosial

ekonomi.

1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan pada

tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata–rata dan lamanya

periode kering. Perbandingan ini haruslah bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa

diukur pada musim harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu tahunan.

Kekurangan curah hujan sendiri, tidak selalu menciptakan bahaya kekeringan.

2. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber–sumber air seperti

sungai, air tanah, danau dan tempat–tempat cadangan air. Definisinya mencangkup data

tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari

sistem yang dipasok (sistem domestik, industri, pertanian yang menggunakan irigasi).

Salah satu dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air dalam sistem–sistem

penyimpanan air ini.

3. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan hidrologi

terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi ketika kelembapan

tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman.

Kebutuhan air bagi tanaman, bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat

pertumbuhan dan sarana- sarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa

diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya faktor–faktor lain

yang bisa mengurangi hasil seperti hama, alang–alang, tingkat kesuburan tanah yang

rendah dan harga hasil tanaman yang rendah. Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai

satu bentuk kekeringan yang ekstrim, dimana kekurangan banjir sudah begitu parahnya

sehingga sejumlah besar menusia menjadi tidak sehat atau mati. Bencana kelaparan

Page 2: Kekeringan Beserta Faktor Penyebabnya

biasanya mempunyai penyebab–penyebab yang kompleks sering kali mencangkup perang

dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan faktor utama dalam bencana

kelaparan, kematian dapat muncul sebagai akibat dari pengaruh–pengaruh yang rumit

lainnya seperti penyakit atau kurangnya akses dan jasa-jasa lainnya.

4. Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan akan

barang–barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas. Ketika

persediaan barang–barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi listrik tergantung pada

cuaca, kekeringan bisa menyebabkan kekurangan. Konsep kekeringan sosioekonomi

mengenali hubungan antara kekeringan dan aktivitas–aktivitas manusia. Sebagai contoh,

praktek–praktek penggunaan lahan yang jelek semakin memperburuk dampak–dampak dan

kerentanan terhadap kekeringan di masa mendatang.

Gejala terjadinya kekeringan adalah sebgai berikut:

1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam

satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya

bencana kekeringan.

2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan

air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan air

tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.

3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan

air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada

periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi kering

dan mengering.

B. Faktor Penyebab Kekeringan

Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan:

1. Lapisan tanah tipis

Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan

bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami penguapan oleh

panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di daerah pegunungan

kars,karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.

2. Air tanah dalam

Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam lapisan

bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan intensitas yang

terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih lama.

Page 3: Kekeringan Beserta Faktor Penyebabnya

Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam,

sehingga tanaman tidak mampu menyerap air pada saat musim kemarau, karena akar yang

dimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam menyebabkan sumber-

sumber mata air mengalami kekeringan di musim kemarau,karena air yang terdapat jauh di

bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun ada sumber mata air yang tidak

mengalami kekeringan pada musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.

3. Tekstur tanah kasar

Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama.

Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah tidak mampu

menahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yang

kasar akan mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelas

lebih lebar dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan.

4. Iklim

Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam yang

tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang terjadi. Sehingga

mengakibatkan perubahan musim.

Misalnya: Akibat perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih

lama daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya akan

memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air kurang terpenuhi di

musim kemarau.

5. Vegetasi

Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi tertentu

seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih banyak,

daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam tanah.

Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah pegunungan karst

yang rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat memicu kekeringan adalah

tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat rumit, dan menutupi permukaan

tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman

lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan demikian tanaman yang seharusnya berfungsi

untuk menyimpan air tidak ada atau terbatas jumlahnya.

6. Topografi

Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air

tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air tanah yang

lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujan yang

Page 4: Kekeringan Beserta Faktor Penyebabnya

diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Oleh

karena itu air akan lebih banyak terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah.

Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan terjadi bencana kekeringan lebih besar

daripada di dataran rendah. Karena dataran tinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.

C. Dampak Kekeringan

1. Fisik

a. Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.

b. Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.

c. Kerusakan spesies tanaman.

d. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).

e. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya

pandang).

f. Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga sulit

untuk dijadikan lahan pertanian.

g. Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau menjadikan

suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara sangat dingin.

Perbedaan suhu udara yang berganti secara cepat antara siang dan malam

menyebabkan terjadinya pelapukan batuan lebih cepat.

2. Non fisik

a. Ekonomi

1) Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.

2) Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

3) Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung.

4) Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.

5) Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energy.

6) Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.

7) Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.

8) Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan

kekeringan.

9) Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada

lembaga-lembaga keuangan.

b. Sosial Budaya

1) Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah

terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan

Page 5: Kekeringan Beserta Faktor Penyebabnya

banyak gejala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang

akan sakit flu dan batuk.

2) Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).

3) Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang

terkait dengan kekeringan.

4) Konflik di antara penggunan air.

5) Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.

6) Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan

pemulihan.

7) Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.

8) Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.

9) Kekacauan social, perselisihan sipil.

10) Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan mata

pencaharian.

11) Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan pemulihan,

banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang memilih keluar negeri.

c. Politik

Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan bencana

kekeringan. Badan khusus penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti

yang sudah dibentuk di Indonesia yanitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan

Bencana).

D. Mitigasi Bencana Kekeringan

Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana

1. Penyusunan peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data iklim dari

daerah ke pusat pengolahan data.

2. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air dengan

memperhatikan historical right dan azas keadilan.

3. Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.

4. Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan

iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.

5. Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan

kekeringan

6. Memberikan sistem reward dan punishment bagi masyarakat yang melakukan upaya

konservasi dan rehabilitasi sumber daya air dan hutan/ lahan.

Page 6: Kekeringan Beserta Faktor Penyebabnya

Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai berikut:

1. Pra bencana

a. Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.

b. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku untuk

air bersih.

c. Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada

di lingkungan tinggal kita.

d. Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.

e. Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester

semen atau ubin keramik.

f. Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air

g. Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.

h. Panen dan konservasi air

Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran

permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan

rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang

sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan contoh

tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi air.

Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering

(dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan

pada musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang

berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada musim

kemarau.

Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman,

sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta

mengurangi risiko erosi pada musim hujan.

1) Rorak

Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman 30-

80 cm, yang digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air yang

masuk ke dalam rorak akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan

meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih tinggi dan

aliran permukaan dapat dikurangi.

Rorak cocok untuk daerah dengan tanah berkadar liat tinggi-di mana daya serap atau

infiltrasinya rendah—dan curah hujan tinggi pada waktu yang pendek.

2) Saluran buntu

Page 7: Kekeringan Beserta Faktor Penyebabnya

Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter

(sehingga disebut sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan

rorak atau saluran buntu, air tidak boleh tergenang terlalu lama (berhari-hari) karena

dapat menyebabkan terganggunya pernapasan akar tanaman dan berkembangnya

berbagai penyakit pada akar.

3) Lubang penampungan air (catch pit)

Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari

kekurangan air. Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air,

sehingga kelembaban tanah di dalam lubang dan di sekitar akar tanaman tetap tinggi.

Lubang harus dijaga agar tidak tergenang air selama berhari-hari karena akan

menyebabkan kematian tanaman.

4) Embung

Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan.

Embung sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran sungai (DAS)

mikro. Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air aliran permukaan dan

rembesan air di dalam lapisan tanah yang berasal dari tampungan mikro di bagian

atas/hulunya. Air yang tertampung dapat digunakan untuk menyiram tanaman,

keperluan rumah tangga, dan minuman ternak selama musim kemarau.

Kapasitas embung berkisar antara 20.000 m3 (100 m x 100 m x 2 m) hingga 60.000

m3. Embung berukuran besar biasanya dibuat dengan menggunakan bulldozer

melalui proyek pembangunan desa. Embung berukuran lebih kecil, misalnya 200

sampai 500 m3 juga sering ditemukan, namun hanya akan mampu menyediakan air

untuk areal yang sangat terbatas. Embung kecil dapat dibuat secara swadaya

masyarakat.

Embung cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar liatnya supaya peresapan

air tidak terlalu besar. Pada tanah yang peresapan airnya tinggi, seperti tanah

berpasir, air akan banyak hilang kecuali bila dinding dan dasar embung dilapisi

plastik atau aspal. Cara ini akan memerlukan biaya tinggi.

5) Bendungan Kecil (cek dam)

Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim

hujan, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan

sedimen dari sungai kecil tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada musim

hujan permukaan air menjadi lebih tinggi dan memudahkan pengalirannya ke lahan

pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau diharapkan masih ada genangan air

untuk tanaman, air minum ternak, dan berbagai keperluan lainnya.

Page 8: Kekeringan Beserta Faktor Penyebabnya

6) Panen air hujan dari atap rumah

Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk

dimanfaatkan selama musim kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram

tanaman. Untuk minum sebaiknya digunakan air dari mata air karena pada awal

musim hujan, air hujan mengandung debu yang cukup tinggi.

Antisipasi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi

yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang.

a. Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering):

1) Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.

2) Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.

Gambar 1. Rorak

Gambar 2.Saluran buntu

Gambar 3. Catch pit

Gambar 4. Embung

Gambar 5. Penampung air dari atap

Page 9: Kekeringan Beserta Faktor Penyebabnya

3) Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang

mempunyai waduk.

4) Perbaikan sarana dan prasarana pengairan.

5) Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan dampaknya.

6) Penyiapan cadangan pangan.

7) Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan dampak.

8) Persiapan tindak darurat.

9) Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.

10) Penyediaan air minum dengan mobil tangki.

11) Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.

12) Penyediaan pompa air.

b. Sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi antara lain:

1) Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan

di hulu.

2) Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung).

3) Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah

sungai.

4) Penggunaan air secara hemat.

5) Penciptaan alat sanitasi hemat air.

6) Pembangunan prasarana daur ulang air.

7) Penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.

2. Saat terjadi Bencana

Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan dampak

yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air dapat

dilakukan melalui:

a. Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.

b. Penyediaan air minum dengan mobil tangki.

c. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.

d. Penyediaan pompa air.

e. Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).

Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait antara

lain dengan upaya:

a. Dampak Sosial:

1) Penyelesaian konflik antar pengguna air.

2) Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang mengalami kekeringan.

Page 10: Kekeringan Beserta Faktor Penyebabnya

b. Dampak Ekonomi:

1) Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk baru, optimalisasi

fungsi embung, situ, penghijauan daerah tangkapan air, penghentian perusakan

hutan, dll.

2) Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur ulang

pemakaian air.

3) Mempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan kayu/ hutan

melalui diversifikasi usaha.

4) Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian melalui

perbaikan sistem pemasaran.

5) Mengatasi masalah transportasi air a.l dengan menggunakan alternatif moda

transportasi lain atau melakukan stok bahan pokok.

c. Dampak Keamanan:

1) Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.

2) Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam penggunaan api.

d. Dampak Lingkungan:

1) Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).

2) Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.

3) Meningkatkan daya dukung sumber air dalam menerima beban pencemaran

dengan cara pemeliharaan debit sungai.

4) Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim

kemarau.

5) Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui pencegahan pencemaran

udara dengan tidak melakukan kegiatan yang berpotens i menimbulkan kebakaran

yang menimbulkan terjadinya pencemaran udara.

6) Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan

cara tanpa pembakaran.

3. Pasca Bencana

Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang akibat

bencana kekeringan antara lain:

a. Bantuan sarana produksi pertanian.

b. Bantuan modal kerja.

c. Bantuan pangan dan pelayanan medis.

d. Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa,

dll.

Page 11: Kekeringan Beserta Faktor Penyebabnya

e. Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.

f. Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.

g. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.

h. Penertiban penggunaan air.

Kejadian kekeringan mempengaruhi sistem sosial, disamping sistem fisik dan sistem

lingkungan, sehingga manajemen kekeringan merupakan suatu tanggung jawab sosial,

yang pada dasarnya terarah pada upaya pasokan air dan mengurangi/meminimalkan

dampak (Yevjevich-1978).

Berikut ini dibahas upaya-upaya penanganan bencana kekeringan, baik upaya non fisik

maupun upaya fisik darurat dan upaya fisik jangka panjang.

a. Upaya Non Fisik

Upaya non fisik merupakan upaya yang bersifat pengaturan, pembinaan dan

pengawasan, diantaranya adalah:

1) Menyusun neraca air regional secara cermat.

2) Menentukan urutan prioritas alokasi air.

3) Menentukan pola tanam dengan mempertimbangkan ketersediaan air.

4) Menyiapkan pola operasi sarana pengairan.

5) Memasyarakatkan gerakan hemat air dan dampak kekeringan.

6) Menyiapkan cadangan/stok pangan.

7) Menyiapkan lapangan kerja sementara.

8) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan upaya penanganan kekeringan.

b. Upaya Fisik Darurat

Upaya penanganan kekeringan yang bersifat fisik darurat/sementara diantaranya

adalah:

1) Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan yang mempunyai

waduk/reservoir , sehingga hujan yang terbentuk airnya dapat ditampung.

2) Pembuatan sumur pantek, untuk mendapatkan air.

3) Penyediaan pompa yang movable di areal dekat sungai atau danau, sehingga

pompa tersebut dapat dipergunakan secara bergantian untuk memperoleh air.

4) Operasi penyediaan air minum dengan mobil tangki untuk memasok air pada

daerah-daerah kering dan kritis.

c. Upaya Fisik Jangka Panjang

Upaya penanganan kekeringan yang bersifat jangka panjang diantaranya adalah:

1) Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa,

dll.

2) Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.

3) Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.

4) Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.