laporan glukosa (2)

24
I. JUDUL : Penentuan Kadar Glukosa Dalam Darah II. HARI/ TANGGAL : Selasa/ 29 Oktober 2013 III. SELESAI : Selasa/ 29 Oktober 2013 IV. TUJUAN : Untuk menentukan Kadar Glukosa Dalam Darah V. DASAR TEORI : Glukosa Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yangdigunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan. Glukosa (C 6 H 12 O 6 , berat molekul 180.18) adalah heksosamonosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7 (Wikipedia, 2011).

Upload: ika-kurniyanti

Post on 28-Nov-2015

759 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN GLUKOSA (2)

I. JUDUL : Penentuan Kadar Glukosa Dalam Darah

II. HARI/ TANGGAL : Selasa/ 29 Oktober 2013

III. SELESAI : Selasa/ 29 Oktober 2013

IV. TUJUAN : Untuk menentukan Kadar Glukosa Dalam Darah

V. DASAR TEORI :

Glukosa

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting

yangdigunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa

merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk

alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.

Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida

yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung

gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut

"cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin

ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom

kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk

suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan

bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7 (Wikipedia,

2011).

Page 2: LAPORAN GLUKOSA (2)

Gula terdapat dalam dua enantiomer (isomer cermin), D-glukosa dan L-

glukosa, tapi pada organisme, yang ditemukan hanya isomer D-isomer. Suatu

karbohidrat berbentuk D atau L berkaitan dengan konformasi isomerik pada

karbon 5. Jika berada di kanan proyeksi Fischer, maka bentuk cincinnya adalah

enantiomer D, kalau ke kiri, maka menjadi enantiomer L. Sangat mudah diingat,

merujuk pada D untuk "dextro”, yang merupakan akar bahasa Latin untuk "right"

(kanan), sedangkan L untuk "levo" yang merupakan akar kata "left" (kiri).

Struktur cincinnya sendiri dapat terbentuk melalui dua cara yang berbeda, yang

menghasilkan glukosa-α (alfa) dan β (beta). Secara struktur, glukosa-α dan -β

berbeda pada gugus hidroksil yang terikat pada karbon pertama pada cincinnya.

Bentuk α memiliki gugus hidroksil "di bawah" hidrogennya (sebagaimana

molekul ini biasa digambarkan, seperti terlihat pada gambar di atas), sedangkan

bentuk β gugus hidroksilnya berada "di atas" hidrogennya. Dua bentuk ini

terbentuk bergantian sepanjang waktu dalam larutan air, hingga mencapai nisbah

stabil α:β 36:64, dalam proses yang disebut mutarotasi yang dapat dipercepat.

Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan.

Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan

yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati

hewan") dan sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan

sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat

dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi

sumber energi cadangan, lemak tak pernak secara langsung dikonversi menjadi

glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan

karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa.

Page 3: LAPORAN GLUKOSA (2)

Bila kadar gula dalam darah melebihi atau kurang dari batas normal maka

sistem metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Darah manusia normal

mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg

tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan

makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa

darah akan kembali pada keadaan semula. Salah satu contoh penyakit yang

disebabkan oleh kelainan kadar glukosa yaitu diabetes mellitus. Diabetes mellitus

atau yang lebih dikenal dengan kencing manis merupakan penyakit yang timbul

karena suatu gangguan dari pankreas, yaitu organ tubuh yang biasa menghasilkan

insulin dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa bagi sel tubuh. Seseorang

yang terkena diabetes mellitus selalu ditandai oleh naiknya kadar gula darah

(hiperglikemia) dan tingginya kadar gula dalam urine (Achjadi 2003). Pada orang

yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih

besar dari 130 mg per 100 ml darah.

Pada hewan terdapat salah satu penyakit yang dinamakan Hypocalcaemia.

Hypocalcaemia adalah penyakit metabolisme pada hewan yang terjadi pada waktu

atau segera setelah melahirkan yang manifestasinya ditandai dengan penderita

yang mengalami depresi umum (Subronto 2001). Hypocalcaemia dapat

menghambat ekskresi insulin sehingga pada kasus ini biasanya selalu diikuti

kenaikan kadar glukosa.

Glukosa darah dapat ditentukan dengan berbagai cara baik secara kimiawi

maupun secara enzimatik. Prisip penentuannya didasari pada kemampuan glukosa

untuk mereduksi ion anorganik seperti Cu2+

atau Fe(CN)63-

. Penentuan glukosa

secara reaksi reduksi kurang spesifik dibanding cara enzimatik, terutama bila

dalam darah terdapat bahan yang dapat mereduksi misalnya kreatinin, asam urat

dan gula-gula lain selain glukosa (manosa, galaktosa dan laktosa) yang akan

memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi daripada kadar glukosa yang

sebenarnya. Sebagai pedoman dapat diperkirakan bahwa hasil penentuan glukosa

secara reduksi akan memberikan hasil 3,6 -10,8 mg % lebih tinggi daripada cara

enzimatik. Perbedaan ini akan lebih besar lagi bila terdapat peningkatan kreatinin

dan asam urat.

Page 4: LAPORAN GLUKOSA (2)

Glukosa darah akan mereduksi ion Cu2+

dalam suasana basa, yang hasil

reduksinya akan bereaksi dengan arseno molibdat menghasilkan warna biru.

Larutan ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yaitu 660

nm. Dengan menggunakan hukum Lambert-Beer:

A = k x c x l

Dimana : A = absorbansi (serapan cahaya)

k = koefisien ekstinksi molar larutan

l = tebal kuvet

c = konsentrasi sampel

Berdasarkan hukum diatas serapan cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi.

Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-100 mg tiap 100 ml darah. Kadar

glukosa dibawah itu disebut hipoglisemia, sedangkan diatas itu disebut

hiperglisemia.

Deproteinasi Serum Darah

Deproteinasi serum darah dilakukan untuk menghilangkan protein dalam

serum darah agar tidak mengganggu uji-uji yang akan dilakukan selanjutnya.

Protein adalah senyawa yang akan mengalami denaturasi dalam keadaan asam dan

menggumpal bila dipanaskan, karena itulah dilakukan pemanasan dan

penambahan asam asetat pada larutan serum darah dan air kemudian terjadi

endapan. Endapan yang terjadi kemudian disaring dan hasil saringan (filtrat)

diambil untuk digunakan pada uji selanjutnya. Protein akan mengalami koagulasi

apabila dipanaskan pada suhu 500C atau lebih. Koagulasi ini akan terjadi apabila

larutan protein telah mencapai titik isoelektriknya. Protein terdenaturasi pada titik

isoelektriknya masih dapat larut pada pH diluar titik isoelektrik tersebut. Titik

isoelektrik dalam darah ialah 4,88.

Spektroskopi UV-Vis

Molekul-molekul dapat mengabsorbsi atau mentransmisi radiasi

gelombang elektromagnetik. Berkas cahaya putih adalah kombinasi semua

panjang gelombang spektrum tampak. Perbedaan warna yang terlihat sebenarnya

Page 5: LAPORAN GLUKOSA (2)

ditentukan dengan bagaimana gelombang cahaya tersebut diabsorbsi dan

ditransmisikan (dipantulkan) oleh suatu larutan.

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang

diabsorbsi atau ditransmisi oleh molekul-molekul di dalam larutan. Ketika

panjang gelombang cahaya ditransmisikan melalui larutan sebagai energi cahaya

tersebut akan diserap. Besarnya kemampuan molekul-molekul zat terlarut untuk

mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu dikenal dengan istilah

absorbansi (A). Spektrofotometer UV-Vis biasanya bekerja pada daerah panjang

gelombang sekitar 200nm sampai sekitar 800 nm (sinar tampak). Umumnya

spektroskopi dengan sinar UV dan sinar tampak dibahas bersama karena

seringnya pengukuran dilakukan pada waktu yang sama.

Hukum Lambert-Beer

010log ( )

Icd

I

Dimana = koefisien ekstinsi molar yang khas untuk zat terlarut pada kondisi

pengukuran.

C= konsentrasi larutan (mol dm-3)

I0 dan I = intensitas cahaya setelah melewati pelarutan murni dan larutan.

I/I0 = transmittance (T).

A cd

010log ( )

IA cd

I

Page 6: LAPORAN GLUKOSA (2)

Metode Nelson Somogyi

Metode Nelson Somogyi digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi

dengan menggunakan pereaksi tembaga-arsenol-molibdat. Prinsip kerja Nelson

Somogyi yaitu tereduksinya jumlah endapan kuprooksida yang bereaksi dengan

arsenomolibdat yang tereduksi menjadi molybdine blue dan warna biru diukur

absorbansinya. Reagen nelson somogyi berfungsi sebagai oksidator antara

kuprooksida yang bereaksi dengan gula reduksi membentuk endapan merah bata.

Dalam hal ini, pereaksi Somogyi merupakan pereaksi tembaga alkali yang

mengandung Na2PO4 anhidrat dengan garam K-Na-tartrat (garam Rochelle),

sedangkan pereaksi Nelson mengandung amonium molibdat H2SO4,

NaHAsO4.7H2O. Dengan membandingkannya terhadap larutan standar,

konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang membentuk

dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur

absorbansinya. Reaksi yang terjadi :

Glukosa glukosa dalam

suasana basa

Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+

) + 4H+ 2 Cu

2+ + arsenomolibdat (Mo

5+) biru + H2O

VI. ALAT DAN BAHAN :

Alat – Alat :

Nama Alat Ukuran Jumlah/ buah

Gelas Kimia 50 ml 1

Pipet - 10

Sentrifus - 1

Page 7: LAPORAN GLUKOSA (2)

Tabung Reaksi - 8

Penangas Air - 1

Spektronik-20 - 1 set

Gelas Ukur 10 ml 1

Bahan – Bahan :

Nama bahan Jumlah

Larutan Ba(OH)2 0,3 N 1,5 ml

Larutan Standar glukosa 8 tetes

Larutan ZnSO4 5% 1,5 ml

Pereaksi Cu Alkalis 7,0 ml

Pereaksi Arsenomolibdat 7,0 ml

Aquades 0,1 ml

Page 8: LAPORAN GLUKOSA (2)

VI. Alur kerja:

1. Deprotein Filtrat Darah

2. Penentuan Kadar Glukosa Darah

1ml Filtrat Darah Bebas Protein

Hasil

- Dimasukkan dalam tabung reaksi.

- Ditambah 1 ml pereaksi Cu

alkalis.

- Dimasukkan dalam air mendidih

selama 30 menit.

- Dimasukkan dalam air dingin.

- Ditambah 1 ml peraksi

arsenomolibdat.

- Diaduk sampai merata.

- Dibaca absorbansinya dengan alat

spektofotometri UV-VIS pada

panjang gelombang 660 nm

0,1 ml darah (oxalated)

Residu

- Dimasukkan dalam tabung

sentrifuge yang telah berisi 1,90 ml

akuades, dicampur dengan baik.

- Dimbah 1,5 ml Ba(OH)2 0,3 N.

- Diaduk hingga merata.

- Ditambah 1,5 ml ZnSO4.7H2O 5%,

dicampur dengan baik.

- Didiamkan 5 menit.

- Disentrifuge selama 30 menit.

- Didekantasi

Filtrat darah bebas protein

- 1ml filtrat darah bebas protein

diuji dengan biuret. Dimana 1 tetes

biuret di campur dengan filtrat

darah bebas protein.

Hasil

2 tetes darah (oxalated)

Page 9: LAPORAN GLUKOSA (2)

3. Pembuatan Kurva Standart

4. Larutan Blanko

1 ml Akuades

Hasil

- Dimasukkan dalam tabung reaksi.

- Ditambah 1 ml pereaksi Cu

alkalis.

- Dimasukkan dalam air mendidih

selama 30 menit.

- Dimasukkan dalam air dingin.

- Ditambah 1 ml peraksi

arsenomolibdat.

- Diaduk sampai merata.

- Dibaca absorbansinya dengan alat

spektofotometri UV-VIS pada

panjang gelombang 660 nm

0,1 mg /ml

glukosa 0,2 mg /ml

glukosa

0,3 mg /ml

glukosa

0,4 mg /ml

glukosa

0,5 mg /ml

glukosa

- Diambil 1 ml

- Dimasukkan dalam tabung reaksi yang

berbeda.

- Ditambah 1 ml pereaksi Cu alkalis.

- Dimasukkan dalam air mendidih selama

30 menit.

- Dimasukkan dalam air dingin.

- Ditambah 1 ml peraksi arsenomolibdat.

- Diaduk sampai merata.

- Dibaca absorbansinya dengan alat

spektofotometri UV-VIS pada panjang

gelombang 660 nm

Hasil

Page 10: LAPORAN GLUKOSA (2)

VII. DATA PENGAMATAN:

No Alur kerja Hasil pengamatan Dugaan/ reaksi Simpulan

1. Deprotein Filtrat Darah

Sebelum

Warna darah: merah

(+++)

H2O: tidak berwarna

Ba(OH)2 0,3N: tidak

berwarna

ZnSO4.7H2O 5%= tidak

berwarna

Biuret : biru

Setelah

Lar.oxalate + akuades =

larutan merah (++)

+ Ba(OH)2 0,3N = hijau

kecoklatan.

+ZnSO4 = hijau keruh

Setelah disentrifuge

terbentuk 2 fasa :

Endapan hijau

Filtrat tidak berwarna

Filtrat darah yang

yang dihasilkan

adalah filtrat yang

bebas protein.

Filtrat darah yang bebas

protein dibuktikan

dengan perubahan

warna menjadi larutan

tidak berwarna setelah

diuji dengan biuret.

0,1 ml darah (oxalated)

Residu

- Dimasukkan dalam tabung

sentrifuge yang telah berisi 1,90 ml

akuades, dicampur dengan baik.

- Dimbah 1,5 ml Ba(OH)2 0,3 N.

- Diaduk hingga merata.

- Ditambah 1,5 ml ZnSO4.7H2O 5%,

dicampur dengan baik.

- Didiamkan 5 menit.

- Disentrifuge selama 30 menit.

- Didekantasi

Filtrat darah bebas protein

- 1ml filtrat darah bebas protein

diuji dengan biuret. Dimana 1 tetes

biuret di campur dengan filtrat

darah bebas protein.

Hasil

2 tetes darah (oxalated)

Page 11: LAPORAN GLUKOSA (2)

Uji biuret: tdk berwarna

2. Penentuan Kadar Glukosa Darah

Sebelum

Filtrat darah tdk

berwarna

Cu alkalis biru jernih.

Reagen arsenomolibdat

hijau jernih.

Setelah

Filtrat darah + Cu

alkalis = lar. biru

Dipanaskan = lart. biru

Didinginkan = lart. Biru

+ arsenomolibdat =

larutan biru kehijauan,

terdapat gelembung gas

yang langsung hilang.

A = 0,1101

Glukosa darah akan

mereduksi ion Cu2+

dalam suasana basa,

yang hasil

reduksinya akan

bereaksi oksidasi

dengan arseno

molibdat

menghasilkan warna

biru. Warna biru

inilah yang nantinya

diukur

absorbansinya untuk

menetukan kadar

glukosa darah

Y = 0,51405x +

0,01935

A = 0,1101

Dengan Y = A sampel

0,51405x + 0,01935 =

0,1101

X = 0,1765 mg/ml

1ml Filtrat Darah Bebas Protein

Hasil

- Dimasukkan dalam tabung reaksi.

- Ditambah 1 ml pereaksi Cu

alkalis.

- Dimasukkan dalam air mendidih

selama 30 menit.

- Dimasukkan dalam air dingin.

- Ditambah 1 ml peraksi

arsenomolibdat.

- Diaduk sampai merata.

- Dibaca absorbansinya dengan alat

spektofotometri UV-VIS pada

panjang gelombang 660 nm

Page 12: LAPORAN GLUKOSA (2)

3. Pembuatan Kurva Standart

Sebelum

Lar. glukosa tdk

berwarna

Cu alkalis biru jernih.

Reagen arsenomolibdat

hijau jernih.

Setelah

Glukosa standart

0,1. 0,2, 0,3. 0,4. 0,5

mg/ml + Cu alkalis =

biru, tiap konsentrasi

birunya sama tidak

berbeda.

Setelah dipanaskan =

Standar 0,1=biru,

endapan jingga

Standar 0,2 =biru,

endapan jingga (+)

Standar 0,3= biru,

endapan jingga (++)

Standar 0,4= biru,

endapan jingga (+++)

Semakin besar

konsentrasi larutan

glukosa standart

maka semakin besar

nilai absorbansinya

Sehingga didapatkan

suatu kurva standart

yang diperoleh dari

persamaan garis :

Y = 0,51405x +

0,01935

R2 = 0,74883

0,1 mg /ml

glukosa

0,2 mg /ml

glukosa

0,3 mg /ml

glukosa

0,4 mg /ml

glukosa

0,5 mg /ml

glukosa

- Diambil 1 ml

- Dimasukkan dalam tabung reaksi.

- Ditambah 1 ml pereaksi Cu

alkalis.

- Dimasukkan dalam air mendidih

selama 30 menit.

- Dimasukkan dalam air dingin.

- Ditambah 1 ml peraksi

arsenomolibdat.

- Diaduk sampai merata.

- Dibaca absorbansinya dengan alat

spektofotometri UV-VIS pada

panjang gelombang 660 nm

Hasil

Page 13: LAPORAN GLUKOSA (2)

Standar 0,5= biru,

endapan jingga (++++)

Setelah +

arsenomolibdat =

terbentuk 3 lapisan biru,

tidak berwarna dan

endapan jingga

kemerahan setelah

dikocok

Standar 0,1=biru jernih

Standar 0,2 =biru.

Standar 0,3= biru (+)

Standar 0,4= biru (++)

Standar 0,5= biru (+++)

Dan terdapat

gelembung gas yang

langsung hilang

A glukosa standart

0,1 = 0,049

0,2 = 0,191

0,3 = 0,115

0,4 = 0,222

Page 14: LAPORAN GLUKOSA (2)

0,5 = 0,291

4 Larutan Blanko

Sebelum

Aquades tidak berwarna

Cu alkalis biru jernih.

Reagen arsenomolibdat

hijau jernih.

Setelah

Aquades + Cu alkalis

larutan biru

Setelah dipanaskan =

larutan biru

Setelah +

arsenomolibdat =

larutan biru

1 ml Akuades

Hasil

- Dimasukkan dalam tabung reaksi.

- Ditambah 1 ml pereaksi Cu

alkalis.

- Dimasukkan dalam air mendidih

selama 30 menit.

- Dimasukkan dalam air dingin.

- Ditambah 1 ml peraksi

arsenomolibdat.

- Diaduk sampai merata.

- Dibaca absorbansinya dengan alat

spektofotometri UV-VIS pada

panjang gelombang 660 nm

Page 15: LAPORAN GLUKOSA (2)

VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN:

1. Deproteinasi Filtrat Darah

Pada percobaan ini bertujuan untuk memperoleh sampel filtrat darah yang

bebas protein. Yang pertama dilakukan adalah 0,1 mL (2 tetes) darah yang

oxalated dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge, kemudian ditambahkan aquades

1,9 ml. Penambahan aquades bertujuan untuk mengencerkan darah yang

digunakan sehingga albumin dalam darah akan terlarut oleh aquades. Albumin

adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas dan

biasanya terdapat dalam serum darah. Kemudian ditambahkan 1,5 mL Ba(OH)2

0,3 N (larutan tidak berwarna), larutan hijau kecokelatan keruh. Fungsi

penambahan BaOH2 ini adalah sebagai pemberi suasana basa dan juga

mengendapkan ion ion besi dalam darah. Salah satu ion besi yang diendapkan

adalah ion besi pada hemoglobin. Ion besi ini diubah menjadi molekul Fe(OH)2

berupa endapan merah. Selain itu penambahan Ba(OH)2 berperan untuk

mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. Lalu ditambahkan 1,5 mL ZnSO4

5% (larutan tak berwarna), larutan menjadi hijau keruh lalu larutan didiamkan

selama 5 menit. Dimana tujuan didiamkan ini agar terjadi endapan albumin secara

sempurna. Penambahan ZnSO4 ini berfungsi sebagai katalisator untuk

mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Ba(OH)2. Penambahan ZnSO4 ini

juga berfungsi untuk mengendapkan dan juga mendenaturasi protein secara

sempurna. Karena berat jenis protein yang lebih besar dari berat jenis glukosa

yang akan dianalisi maka pemisahan selanjutnya dilakukan dengan sentrifugasi.

Sentrifugasi bertujuan agar terjadi endapan albumin secara sempurna, sehingga

ketika endapan tersebut dipisahkan dengan cara dekantasi akan memisah dengan

sempurna.

Disentrifuge selama 30 menit agar terjadi endapan albumin secara

sempurna, dan dihasilkan larutan tidak berwarna dan terdapat endapan hijau.

Dimana bagian yang tak berwarna merupakan filtrat darah bebas protein

sedangkan bagian yang mengendap merupakan albumin darah. Kemudian

dilakukan dekantasi pada larutan tersebut sehingga diperoleh filtrat darah bebas

protein tak berwarna. Pengendapan ditujukan untuk memisahkan protein dari

glukosa karena akan menggangu pengukuran. Lalu diuji dengan penambahan 1

Page 16: LAPORAN GLUKOSA (2)

tetes biuret (biru jernih), ternyata larutan tersebut tetap tak berwarna, hal ini

menandakan filtrat tersebut telah benar-benar bebas dari protein.

2. Penentuan Kadar Glukosa Darah

Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar glukosa darah pada

sampel filtrate bebas protein dari percobaan pertama diatas. Pada penentuan kadar

glukosa darah yang dilakukan adalah diambil 1 mL filtrat darah bebas protein

hasil sentrifuge dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan

1 mL larutan Cu alkalis (biru jernih) dan larutan menjadi berwarna biru.

Kemudian larutan dimasukkan ke dalam waterbath selama 20 menit, dimana

pemanasan ini bertujuan untuk menambah laju reaksi oleh Cu alkalis, lalu larutan

didinginkan yang mana berfungsi untuk menyetabilkan larutan sebelum

direaksikan dengan reagen arsenomolibdat sehingga menghasilkan warna biru.

Selanjutnya ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat yang berwarna hijau

jernih menghasilkan warna larutan biru kehijauan. Fungsi dari penambahan Cu

alkalis dan arsenomolibdat yaitu dimana glukosa darah akan mereduksi ion Cu2+

menjadi Cu+ dalam suasana basa. Pada suasana basa, bentuk enediol pada glukosa

menjadi dominan dan mereduksi ion kupri (Cu2+

). Cu+ akan membentuk endapan

jingga merah Cu2O. Cu+

akan bereaksi oksidasi dengan arseno molibdat

menghasilkan warna biru.

Glukosa glukosa dalam

suasana basa

Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+

) + 4H+ 2 Cu

2+ + arsenomolibdat (Mo

5+) biru + H2O

Page 17: LAPORAN GLUKOSA (2)

Warna biru inilah yang nantinya diukur absorbansinya untuk menetukan kadar

glukosa darah karena berdasarkan hukum Lambert-Beer A = k x c x l serapan

cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi.

Selanjutnya larutan diukur absorbansinya menggunakan spektofotometer

UV-Vis. Spektofotometer UV-Vis adalah sebuah instrumen untuk mengukur

absorbsi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh

suatu atom/molekul. Dalam praktikum ini pengukuran dilakukan pada panjang

gelombang pada panjang gelombang 660 nm, karena warna biru memiliki rentang

panjang gelombang pada 610-750 nm. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa

absorbansi glukosa yang diperoleh dari filtrat adalah 0.1101.

3. Pembuatan Kurva Standart

Pada percobaan ini bertujuan untuk membuat kurva standard yang akan

diperoleh kurva yang memiliki persamaan regresi untuk digunakan sebagai

penentuan kadar glukosa darah darah pada percobaan kedua diatas. Untuk

membuat kurva standar tahap pertama yang harus dilakukan yaitu membuat

larutan standart. Larutan standart dibuat dengan cara mengencerkan larutan

glukosa yang berkonsentrasi 1 mg/ml menjadi 0,1 mg/ml; 0,2 mg/ml; 0,3 mg/ml;

0,4 mg/ml; 0,5 mg/ml dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai berikut:

M1 x V1 = M2 x V2

Tahap selanjutnya, masing-masing larutan standart yang telah dibuat dipipet

1 mL dan diletakkan pada lima tabung reaksi yang berbeda. Kemudian

ditambahkan 1 mL Cu alkalis pada masing-masing tabung dan dihasilkan larutan

yang berwarna biru jernih. Penambahan Cu Alkalis mengakibatkan ion Cu2+

akan

direduksi oleh glukosa menjadi Cu+

dalam suasana basa. Setelah ditambahkan Cu

Alkalis, tabung reaksi dipanaskan dalam waterbaht selama 20 menit dihasilkan

larutan berwarna biru jernih dengan endapan jingga kemerahan. Endapan tersebut

merupakan Cu+

yang mengendap sebagai Cu2O. Pemanasan ini bertujuan untuk

menambah laju reaksi oleh Cu alkalis, lalu didinginkan yang mana berfungsi

untuk menyetabilkan larutan sebelum direaksikan dengan reagen arsenomolibdat.

Kemudian ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat sehingga larutan berwarna

biru jernih dan terdapat 3 lapisan yakni biru, tidak berwarna, dan endapan jingga

Page 18: LAPORAN GLUKOSA (2)

kemerahan. Setelah dikocok larutan berwarna biru. Penambahkan pereaksi

arsenomolibdat bertujuan agar Cu2O melarut lagi.

Glukosa glukosa dalam

suasana basa

Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+

) + 4H+ 2 Cu

2+ + arsenomolibdat (Mo

5+) biru + H2O

Warna biru semakin pekat seiring dengan bertambahnya konsentrasi

glukosa. Lalu larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 660 nm,

pengukuran panjang gelombang dilakukan pada panjang gelombang tersebut

karena warna biru memiliki rentang panjang gelombang pada 610-750 nm.

Adapun bsorbansi yang didapat adalah sebagai berikut:

Konsentrasi mg/ml Absorbansi warna

0,1 0,049 Biru

0,2 0,191 Biru (+)

0,3 0,115 Biru (++)

0,4 0,222 Biru (+++)

0,5 0,291 Biru (++++)

Berdasarkan absorbansi yang didapat pada masing-masing larutan standart,

dapat diperoleh kurva kalibrasi sebagai berikut:

Page 19: LAPORAN GLUKOSA (2)

Dari kurva standar diatas telah diperoleh persamaan regresi dari kurva

tersebut yaitu:

y = 0,515x + 0,019

R² = 0,749

Berdasarkan persamaan garis tersebut dapat dihitung kadar glukosa dalam darah.

Dimana y dimisalkan nilai absorbansi sampel = 0,1101 dan x adalah kadar

glukosa sehingga didapatkan kadar glukosa dalam darah sebesar 0,1765 mg/ml.

4. Larutan Blanko

Pembuatan larutan blanko adalah untuk mengetahui titik nol dari suatu

larutan standar. Sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan terhadap sampel

yang akan duji. Larutan blanko berpusat pada aquades yang menggantikan

sampel. Larutan blanko dibuat dengan cara 1 ml aquades ditambahkan 1 mL Cu

alkalis dan dihasilkan larutan yang berwarna biru jernih. Lalu tabung reaksi

dipanaskan dalam air mendidih selama 20 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk

menambah laju reaksi oleh Cu alkalis lalu didinginkan. Penambahan Cu Alkalis

pada larutan blanko tidak menimbulkan endapan setelah dipanaskan. Hal ini

karena dalam aquades tidak terdapat glukosa sehingga tidak ada reduksi ion Cu2+

menjadi Cu+ dan tidak terbentuk endapan Cu2O jingga kemerahan. Kemudian

ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat menghasilkan larutan yang jernih

kebiruan. Selanjutnya larutan diukur absorbansinya dengan spektronik 20 pada

panjang gelombaang 660 nm.

y = 0,515x + 0,0191 R² = 0,7495

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

0 0,2 0,4 0,6

Ko

nse

ntr

asi

Absorbansi

Absorbansi

Linear (Absorbansi )

Page 20: LAPORAN GLUKOSA (2)

IX. KESIMPULAN:

Dari percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Filtrat darah yang digunakan dalam sampel telah bebas dari protein yang

ditandai oleh pengujian biuret menghasilkan warna larutan yang tidak

berwarna.

2. Dengan pembuatan kurva larutan standar menghasilkan persamaan regresi :

y = 0,515x + 0,019

R² = 0,749

3. Kadar sampel filtrat darah bebas protein dihasilkan sebesar 0,1765 mg/ml

dengan nilai absorbasi sampel tersebut adalah 0,1101.

X. DAFTAR PUSTAKA:

Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.

Girinda A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor: IPB

Lehninger AL. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawijaya,

penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of

Biochemistry.

Tim. 2012. PETUNJUK PRAKTIKUM BIOKIMIA I. Surabaya : Unesa Press

Page 21: LAPORAN GLUKOSA (2)

JAWABAN PERTANYAAN

1. Tentukan kadar glukosa darah dalam mg glukosa/ 100 ml darah!

Dari persamaan regresi yang didapatkan :

y = 0,515x + 0,019

dengan y dimisalkan nilai absorbansi sampel = 0,1101sehingga,

y = 0,515x + 0,019

0,1101 = 0,515x + 0,019

0,1101- 0,019 = 0,515x

0,0911 = 0,515x

X = 0,1765

2. Apa proses pendidihan pada percobaan diatas!

Proses pendidihan berfungsi untuk mempercepat laju reaksi oleh Cu-

Alkalis.

3. Jelaskan peranan hormon insulin dalam proses pengaturan kadar glukosa!

Hormon insulin berperan penting dalam terjadinya proses

perpindahan glukosa dari darah ke dalam sel tubuh . Di dalam sel tubuh

glukosa kemudian dimetabolismekan sehingga menghasilkan kalori

(energi). Menurunnya efektifitas hormon insulin mengakibatkan menurun

pula kadar glukosa yang masuk ke dalam sel. Akibatnya sel tubuh

kekurangan glukosa dan berusaha mendapatkan kalori dari pemecahan

lemak. Pemecahan lemak akan menghasilkan benda keton yang dapat

mengakibatkan terjadinya ketoasidosis.

Page 22: LAPORAN GLUKOSA (2)

LAMPIRAN

PERHITUNGAN

1. Pengenceran pada konsentrasi 0,1 mg/ml

M1 x V1 = M2 x V2

1 x V1 = 0,1 x 10

V1 = 1 ml

2. Pengenceran pada konsentrasi 0,2 mg/ml

M1 x V1 = M2 x V2

1 x V1 = 0,2 x 10

V1 = 2 ml

3. Pengenceran pada konsentrasi 0,3 mg/ml

M1 x V1 = M2 x V2

1 x V1 = 0,3 x 10

V1 = 3 ml

4. Pengenceran pada konsentrasi 0,4 mg/ml

M1 x V1 = M2 x V2

1 x V1 = 0,4 x 10

V1 = 4 ml

5. Pengenceran pada konsentrasi 0,5 mg/ml

M1 x V1 = M2 x V2

1 x V1 = 0,5 x 10

V1 = 5 ml

Perhitungan kadar glukosa dalam darah :

Dari persamaan regresi yang didapatkan :

y = 0,515x + 0,019

dengan y dimisalkan nilai absorbansi sampel = 0,1101 dan x adalah kadar glukosa

sehingga,

y = 0,515x + 0,019

0,1101 = 0,515x + 0,019

0,1101- 0,019 = 0,515x

0,0911 = 0,515x

x = 0,1765

Page 23: LAPORAN GLUKOSA (2)

FOTO

Darah bebas protein

Darah + aquades Darah + Ba(OH)2 Darah + ZnSO4

Setelah didiamkan 5 menit Setelah disentrifuge

Percobaan 2. +

arsenomolibdat Percobaan 2 + Cu alkalis

Percobaan 3. larutan standar glukosa +

Cu alkalis

Page 24: LAPORAN GLUKOSA (2)

larutan blanko dan standar setelah

dipanaskan

larutan blanko dan standar glukosa +

arsenomolibdat dan dikocok

larutan blanko dan standar setelah

didinginkan dan ditambah arsenomolibdat

Larutan blanko + Cu

alkalis