penerapan just in time pada industri fashion sebagai

Upload: yb-hartantyo-agung-kristiono

Post on 10-Jul-2015

162 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

GALUH DWI LAKSONO ~> 07020002

PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE)ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin sederhana proses produksi, semakin mudah sistem JIT ini dilakukan. JIT menekankan pengurangan persediaan melalui proses pengurangan faktorfaktor yang tidak menentu dalam proses produksi, misalnya mesin, pekerja, dan salur proses produksi itu sendiri.pendekatan JIT dalam hal perencanaan dan pengawasan dapat dilihat sebagai penyelesaian urutan proses produksi yang mengedepankan kualitas sehingga produksi dapat selesai tepat waktu. JIT menekankan pada keterlibatan pekerja, mengurangi ketidakpastian, dan perbaikan secara terus menerus. Pada industri busana ini, penerapan JIT dilakukan dengan memastikan bahan baku yang akan digunakan, kontrol kualitas yang dimulai dari bahan baku dan setiap bagian proses produksi. PENDAHULUAN Supply Chain Management mengemukakan dua perbedaan sistem dasar, yaitu push system dan pull system. Push system terjadi saat perusahaan dapat memproduksi barang dalam jumlah besar (mencapai economics of scale) yang nantinya akan didistribusikan kepada konsumen. Sedangkan pull system terjadi saat perusahaan menginginkan tingkat efisiensi yang tinggi. Perusahaan tidak memproduksi barang/jasa sampai terjadi pesanan konsumen terhadap produk perusahaan. Dengan kata lain, pull system menghendaki produksi barang/jasa dan penambahan nilai suatu produk terjadi saat permintaan konsumen sudah ada, sehingga perusahaan tidak memerlukan persediaan (inventory). Sistem Tarik (Pull dimulai dari perkiraan tingkat output yang akan diperlukan, kemudian ditarik kebelakang untuk menentukan berapa barang yang diproduksi, kebutuhan bahan baku, sumberdaya yang diperlukan serta kebutuhan tenaga kerjanya. Konsep sistem tarik inilah yang menjadi dasar penerapan Just in Time (JIT). Penelitian ini ingin mengetahui apakah sistem JIT dapat diterapkan pada industri busana dalam rangka meningkatkan kualitas produk yang lebih baik, meningkatkan

efektifitas dan efisiensi dari proses bahan baku, pengerjaan proses produksi, hingga barang tersebut sampai di tangan konsumen. Filosofi Just in Time: Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus berupa bahan baku minimal yang kemudian

Konsep Just in Time dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas produksi dengan menggunakan barang sediaan (inventory) diproses menjadi barang jadi. Konsep ini juga didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada barang yang diproduksi sampai produksi barang itu dibutuhkan (Davis Mark M, 1999: 398). Intinya adalah menyediakan informasi yang tepat, pada orang yang tepat, dan pada waktu yang tepat sehingga mereka (perusahaan dan supplier) dapat langsung merespon pasar segera setelah informasi (order) diterima. Untuk mendapatkan proses produksi yang terus menerus dan stabil, diperlukan keseimbangan antara pasokan dan permintaan akan keluaran. Untuk itu, perencanaan agregat sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan dan menetapkan tingkat keluaran secara menyeluruh di dalam jangka waktu pendek atau menengah dalam menghadapi permintaan yang berfluktuasi. Untuk mendapatkan proses produksi yang terus menerus dan stabil, diperlukan keseimbangan antara pasokan dan permintaan akan keluaran. Untuk itu, perencanaan agregat sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan dan menetapkan tingkat keluaran secara menyeluruh di dalam jangka waktu pendek atau menengah dalam menghadapi permintaan yang berfluktuasi. Sistem JIT ini membutuhkan kerjasama dan usaha yang besar antara perusahaan dan supplier, karena perusahaan akan melakukan pemesanan bahan baku kepada supplier setiap terjadi order/permintaan konsumen, sehingga kapabilitas supplier yang besar sangat diperlukan untuk selalu siap melakukan pengiriman bahan baku. Alasan yang mendorong diterapkannya sistem JIT adalah (Hanna, 2001: 575): Ketidakpastian supplier yang dapat menyediakan bahan baku sesuai pesanan tepat waktu Ketidakpastian/kerumitan operasional produksi (dalam hal set-up mesin, proses produksi yang terlalu panjang)

Just in time pertama kali ditemukan oleh Taiichi Ohno yang diterapkan dalam sistem produksi Toyota Motor Company di Jepang. Taiichi Ohno mendefinisikan just in time sebagai berikut: bahwa dalam suatu rangkaian proses produksi, suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah yang diperlukan. Sistem just in time berusaha menghilangkan segala pemborosan dan segala sesuatu yang tidak memberi nilai tambah dengan menyediakan sumber daya pada tempat dan waktu yang tepat. Sistem ini akan mengakibatkan persediaan lebih sedikit, jumlah pekerja lebih sedikit, dan biaya produksi yang lebih rendah serta produk dapat diserahkan ke pelanggan tepat waktu. Kualitas yang sangat tinggi merupakan hasil dari suatu sistem pengendalian mutu yang sangat baik. Pengendalian kualitas dilakukan sejak bahan baku diperoleh perusahaan dari supplier, kemudian melewati tahapan proses produksi, dan menjadi bahan jadi yang siap didistribusikan kepada konsumen. Pengendalian yang baik sangat diperlukan agar bahan baku produksi selalu tersedia secara tepat waktu, sumber pemborosan dapat dihilangkan serta tingkat sediaan yang rendah. Dengan sistem ini, tingkat sediaan ditekan serendah mungkin (zero inventories) dan kualitas produksi senantiasa dijaga dengan menekan kerusakan serendah mungkin (zero defect). Tantangannya adalah bagaimana membina hubungan yang baik dan kuat dengan supplier sehingga supplier selalu siap menerima informasi pesanan perusahaan kemudian menyediakannya tepat waktu. Tujuan yang ingin dicapai dengan jumlah persediaan yang rendah adalah untuk meminimalkan investasi dalam persediaan, bereaksi cepat terhadap perubahan permintaan yang mungkin terjadi, dan menghindari kualitas persediaan yang kurang baik. Terdapat tiga prinsip utama just in time dalam pengendalian kualitas, yaitu output yang bebas cacat adalah lebih penting daripada output itu sendiri, segala kesalahan dan kerusakan dapat dicegah, dan tindakan pencegahan adalah lebih murah daripada pekerjaan mengulang (Suparjo). PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME Sistem Just in Time membutuhkan desain pengerjaan produksi dengan proses produksi yang minimum. Setiap unit kerja dipandang sebagai keseluruhan fungsi proses produksi, yang masing-masing dapat melakukan dan bertanggung jawab terhadap kontrol kualitas. Implikasinya adalah bahwa desain sistemnya harus dapat menghubungkan sistem logistik terhadap output hasil produksi.

Pengendalian kualitas dalam just in time dilakukan sepanjang proses, mulai dari penentuan pemasok sampai barang diterima konsumen. Setiap barang diharapkan memenuhi standar kualitas saat diterima konsumen. Setiap mesin produksi diharapkan siap dipakai saat akan memproduksi barang, dansetiap pengantaran pesanan diharapkan tiba tepat waktu. Oleh karenanya, proses produksi adalah hal yang sangat signifikan dalam sistem ini. Perusahaan akan memberi perhatian utama pada kualitas, tindakan pencegahan kesalahan dan kerusakan, dan membangun kerjasama yang baik terhadap setiap elemen pengerjaan produksi. Beberapa hal yang ingin dieliminasi/dihilangkan dalam proses produksi adalah (Beasley): Produksi yang terlalu berlebihan, dikarenakan memproduksi melebihi yang Waktu menunggu, yaitu saat seorang pekerja harus menunggu terlalu lama sebenarnya dibutuhkan untuk mengerjakan bagiannya karena pekerja sebelumnya tidak menyelesaikan bagiannya tepat waktu Transportasi/distribusi barang dalam suatu pabrik Waktu proses produksi yang terlalu lama Persediaan barang Barang produksi yang gagal/rusak

Dalam operasi perusahaan terdapat empat jenis pemborosan, yaitu sumberdaya produksi yang terlalu banyak, jumlah produksi yang berlebihan, jumlah sediaan yang terlalu banyak, dan investasi modal yang tidak perlu. Untuk mencapai pengurangan biaya, produksi harus cepat dan fleksibel sehingga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan pasar tanpa kelebihan waktu yang tidak berguna. JIT merupakan sistem produksi yang tepat pada perusahaan yang: Mempunyai suatu standart produk Mempunyai jumlah produksi yang terjangkau untuk dapat dilakukan Mempunyai produk yang berkualitas baik Mempunyai tingkat fleksibilitas sekaligus kediplinan yang tinggi terhadap jam kerja Membutuhkan waktu yang singkat dalam instalasi mesin poduksi Element dalam JIT antara lain: Mengadakan pertemuan secara teratur Mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan mencari solusi

Terbuka terhadap konsultasi dan kerjasama dalam tim

Memodifikasi mesin, misalnya mengurangi waktu instalasi Mengurangi persediaan Mengemukakan permasalahan daripada menutupinya Menghindari kesalahan Dengan demikian maka just in time dapat lebih menghemat biaya karena tidak ada pemborosan. Perusahaan akan mampu menciptakan produk yang berkualitas tinggi sesuai permintaan pelanggan, karena telah melewati quality control yang ketat pada setiap lininya. Selain kualitas yang baik, pelanggan akan terpuaskan karena produk dapat diserahkan tepat waktu, karena telah melewati serangkaian standar waktu yang telah ditetapkan pada setiap lininya. Dan yang tidak kalah pentingnya, kinerja perusahaan akan lebih efisien dan efektif karena tidak ada sumberdaya yang menganggur serta mampu memberikan hasil yang optimal kepada pemilik perusahaan (share holder). Manfaat pelaksanaan JIT adalah: Kualitas produk yang lebih baik Meningkatkan tanggung jawab setiap pekerja terhadap hasil produksi Mengurangi pengulangan pekerjaan karena kesalahan produksi Mengurangi waktu penyiapan/penginstalan mesin Mengurangi barang persediaan Menghemat biaya (karena kesalahan produksi berkurang) Pekerja ahli lebih banyak, karena setiap pekerja dituntut mengerjakan

semuanya secara benar Membina hubungan yang baik dengan supplier PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME PADA INDUSTRI BUSANA Just in Time pada industri busana penting untuk dilakukan dengan tujuan pencapaian efektivitas dan efisiensi produksi. Proses produksi dalam industri busana mempunyai prasyarat kondisi yang mendukung untuk penerapan JIT, sebab mempunyai komponen mesin, serangkaian proses tahapan produksi (flow chart), dan mempunyai standart kualitas produksi. Mempunyai persediaan (inventory) yang menumpuk akan menyebabkan ketidakefisienan, karena perubahan pasar mode yang selalu terjadi setiap saat, sehingga perusahaan tidak dapat memproduksi pakaian dengan mode yang sama dalam jumlah yang banyak. Proses produksi dimulai dengan adanya informasi order/pesanan dari konsumen yang disampaikan kepada bagian pemasaran. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pesanan

bahan baku/material kepada supplier. Dalam sistem JIT industri busana, pihak supplier harus mempunyai kesiapan dalam menerima pesanan perusahaan, baik kesiapan dalam hal jenis bahan baku (kain) maupun jumlah bahan baku yang diperlukan. Supplier harus memenuhi order sesuai informasi (right information), sesuai jenis bahan baku yang diperlukan (right thing) dan tepat waktu saat dibutuhkan (right time). Setelah bahan baku dikirim, pengawasan kualitas dilakukan untuk menghindari kerusakan bahan baku. Kemudian sampling dibuat dan dikirimkan kepada bagian produksi sebelum nantinya dibuat produksi nyatanya. Sampling ini sangat penting karena sampel yang dihasilkan merpakan standart produk yang akan dibuat, oleh karenanya kontrol kualitas sangat diperhatikan. Setelah mendapat persetujuan dari bagian produksi, maka produksi segera dilakukan untuk menghasilkan produksi yang tepat waktu kepada konsumen. Di setiap bagian produksi (marking, cutting, sewing dan finishing) pengawasan kualitas dilakukan terus menerus, dengan implikasi setiap pekerja ahli dibidangnya, sehingga tidak ada hasil produksi yang gagal/rusak. Setiap pekerja bertanggung jawab pada proses produksi yang dikerjakannya, karena kesalahan yang terjadi akan mengakibatkan pengulangan, membuat pekerja lain dalam proses produksi selanjutnya menunggu lebih lama dan menunda pengiriman pesanan kepada konsumen tepat pada waktunya. Selain itu membuat kesalahan dalam proses produksi akan berdampak pada pemborosan barang persediaan, sehingga meminimalkan kesalahan adalah suatu keharusan. KESIMPULAN Banyak keuntungan yang akan didapat ketika perusahaan industri busana menerapkan sistem JIT. Namun untuk mencapai keberhasilan dalam JIT, dibutuhkan implementasi dan komitmen yang baik pada setiap bagian produksi. Setiap bagian dalam proses produksi (termasuk pekerja dan mesin produksi) harus selalu dalam keadaan siap untuk dipakai dan berproduksi, karena kepuasan konsumen adalah hal yang sangat menentukan baik tidaknya kinerja perusahaan dalam mengimplementasikan sistem JIT ini. Apalagi dengan selalu berkembangnya mode pakaian dalam industri ini, yang membuat perusahaan harus selalu siap mengantisipasi perubahan mode. Hal lain adalah adanya hubungan yang baik, kuat dan saling menguntungkan antara supplier dan perusahaan sehingga pengiriman pesanan bahan baku (kain) dapat dilakukan tepat waktu dan memenuhi standart bahan baku yang disyaratkan. Dalam hal ini supplier dianggap sebagai mitra kerja, lebih daripada hubungan supplier itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Davis, Mark M et. Al, 1999. Fundamentals of operation Management. Third Ed. USA: McGraw Hill Index.html Hanna, Mark D & Newman, W. Rocky, 2001. Integrated Operation Management. First Ed. New Jersey: Prentice Hall. Inc