penerapan just in time sebagai pengendalian …
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN
PERSEDIAAN BAHAN BAKU (Studi Kasus PT. Eastern
Pearl Flour Mills Makassar)
SKRIPSI
Oleh
MUFTI KHAERIAH B
105731133716
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
ii
PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN
PERSEDIAAN BAHAN BAKU (Studi Kasus PT. Eastern
Pearl Flour Mills Makassar)
SKRIPSI
Oleh
MUFTI KHAERIAH B
105731133716
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
iii
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua saya, ayahanda Burhanuddin AR dan Ibunda ST. Rahma B
serta adik saya beserta keluarga besar yang telah memberikan semangat
dan motivasi yang tiada henti serta doa dan dukungan dari kedua orang tua
saya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak dan Ibu dosen, terkhusus kedua pembimbing saya selama ini sudah
meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan arahan
sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Para sahabat saya yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
MOTTO HIDUP
“Tujuanku adalah menjadi sangat sukses dan mandiri sampai aku dapat
memenuhi keinignanku sendiri, dan keinginan keluargaku, pergi
kemanapun yang aku inginkan dan melakukan hal yang aku mau”
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
بسمن ٱلل ٱلرحيم ٱلرحم
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayahnya yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Just In Time
Sebagai Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus PT. Eastern Flour
Mills Makassar)”
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama saya sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orangtua saya bapak Burhanuddin AR dan ibu St. Rahma B yang
senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, dan kasih sayang dan doa
tulus tak pernah pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa
mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Semoga apa yang
telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang
kehidupan di dunia dan di akhirat.
Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada:
viii
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA. CSP, selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA. CSP, selaku Pembimbing I
yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan
penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.
5. Ibu Ainun Arizah, S.pd., M.S, selaku Pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Terima kasih teruntuk Puja We Anne, Irman Ramdhan, Arief Kahar, Muh.
Sugiarto Dwi S, Nurutami Wahyuningsih, Aida Ameliyah Annisa, Dian T
Maulina, Friska Elvira, Fadhila, Nadya T Baraniah yang telah memberikan
semangat dan dukungan dan masih setia menemani hingga sampai
sekarang.
7. Terima kasih juga teruntuk diri saya sendiri, yang sudah berusaha keras
dan tetap bertahan sampai sejauh ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
ix
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fisabilil haq fastabiqul khairat, Wassalamualaikum Wr. Wb
Makassar, 20 September 2020
Penulis
x
ABSTRAK
MUFTI KHAERIAH B, 2021. “Penerapan Just In Time Sebagai
Pengendalian Bahan Baku (Studi Kasus Pt. Eastern Pearl Flour Mills Makassar)“. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA. CSP dan Pembimbing II Ainun Arizah, S.pd., M.Si
Just In Time merupakan usaha untuk meminimalisir pemborosan dengan memproduksi produk dengan jumlah yang tepat, kualitas yang tepat, dan dalam waktu yang tepat guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Just In Time Sebagai Pengendalian Bahan Baku. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Hasil pembahasan menyatakan bahwa Penerapan Just In Time pada PT. Eastern Flour Mills Makassar sudah efisien diterapkan, baik sebelum maupun selama pandemi ini dikarenakan tidak ada kendala-kendala berarti dalam mendapatkan bahan baku sehingga selama pandemi ini, bahan baku juga tetap stabil, tidak naik dan tidak turun. Efisien sistem ini dilihat dari pembelian bahan baku yang dilaksanakan secara terplanning yang tidak akan menyebabkan pemborosan terjadi.
Kata Kunci: Just In Time, Bahan Baku
xi
ABSTRACT
MUFTI KHAERIAH B, 2021. “Just In Time Application of Raw Material Control (Case Study of Pt. Eastern Pearl Flour Mills Makassar)". Thesis, Faculty of Economics and Business, Department of Accounting, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA. CSP and Advisor II Ainun Arizah, S.pd., M.Si
Just In Time, is an effort to minimize waste by producing the right amount of product, the right quality, and at the right time in order to increase the efficiency and productivity of the company. This researcher aims to determine Just In Time Application of Raw Material Control. This type of research is qualitative. The results of the discussion stated that the Just In Time Application at PT. Eastern Flour Mills Makassar has been efficiently implemented, both before and during this pandemic because there were no significant obstacles in obtaining raw materials so that during this pandemic, raw materials also remained stable, did not increase, and did not decrease. The efficiency of this system is seen from the purchase of raw materials which are carried out in a planned manner that will not cause waste to occur.
Keywords: Just In Time, Raw Material
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN ......................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACK .................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .................................................................................. 7
1. Just In Time ............................................................................ 7
2. Persediaan ........................................................................... 23
B. Kerangka Konseptual ................................................................. 25
C. Penelitian Terdahulu .................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian......................................................................... 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 29
C. Sumber Data ............................................................................. 29
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 30
E. Tahap-Tahap Penelitian ........................................................... 31
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 32
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 34
1. Sejarah Perkembangan Perusahaan ................................. 34
2. Visi dan Misi PT. Eastern Flour Mills Makassar ................. 35
B. Struktur Organisasi .................................................................... 36
C. Hasil Penelitian .......................................................................... 37
D. Pembahasan .............................................................................. 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 46
B. Saran .......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan pemanufakturan JIT dengan Tradisional............ 8
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................. 26
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ........................................................................ 25
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar ............ 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Pedoman Wawancara ................................................................... 52
2. Dokumentasi dan pelaksanaan wawancara ........................................ 54
3. Riwayat Hidup ...................................................................................... 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan manufaktur telah berubah secara cepat dalam dua
dasawarsa terakhir. Menurut Edward (2000) terjadinya perubahan bisnis
mencakup meningkatnya kompetisi global, kecanggihan teknologi, informasi,
dan pemanufakturan, lebih memfokuskan kepada pelanggan, bentuk baru
organisasi manajemen, dan perubahan sosial politik dan lingkungan budaya.
Perubahan lingkungan tersebut membuat setiap perusahaan melakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitasnya. Dengan demikian,
perusahaan dapat bertahan dan mampu bersaing pada pasar global.
Indonesia merupakan salah satu negara terbesar yang memiliki peran
penting dalam perkembangan industri manufaktur. Menurut Kurniati (2010)
Selama lebih dari dua puluh tahun, peran industri manufaktur dalam
perekonomian indonesia telah meningkat. Hal ini menyebabkan persaingan
di dalam negeri maupun di luar negeri semakin pesat karena kondisi
perekonomian Indonesia tidak stabil, tingkat inflasi yang tinggi, dan adanya
perdagangan bebas. Perusahaan yang bersaing adalah perusahaan yang
dapat menjalankan produktifitasnya secara efisien sehingga resiko kerugian
dapat terhindari guna kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur maupun jasa harus memiliki daya saing yang
kuat untuk tetap bertahan dalam persaingan yang sangat ketat.
Persedian bagi perusahaan sangat penting sebab merupakan salah
2
satu aktiva lancar yang berperan dalam proses produksi. Dalam usaha
mempertahankan persaingan yang tinggi, perusahan perlu mengelola
persediaannya sebaik mungkin. Proses produksi suatu perusahaan dapat
berjalan dengan lancar apabila perusahaan mampu mengendalikan
persediaan bahan baku. Pengendalian pada persediaan bahan baku akan
berpengaruh pada biaya dan keuntungan yang akan diterima perusahaan.
Menurut Sukamardi (2003) persediaan adalah suatu aset termasuk barang
milik perusahaan yang dimaksudkan untuk dijual pada masa bisnis normal,
persediaan barang yang masih dalam produksi atau dalam proses produksi,
atau persediaan bahan baku yang menunggu untuk digunakan dalam proses
produksi, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi keadaan maupun
tantangan yang ada dalam manajemen persediaan untuk mencapai sasaran
akhir, yaitu meminimalisir total biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan untuk penanganan persediaan.
Salah satu cara untuk meminimalisir resiko kerugiaan perusahaan
adalah dengan menerapkan sistem Just In Time (JIT). Just In Time (JIT)
menurut Simamora (2012) adalah suatu sistem produksi yang dirancang
untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu
penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis
pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan
mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai
kehendak konsumen tepat waktu. Tujuan Just In Time adalah mengurangi
biaya penyimpanan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian
akibat menimbun persediaan bahan baku di gudang. Just In Time di tiap
perusahaan berbeda-beda karena harus di dukung dengan kondisi riil
3
diperusahaan. Keberhasilan dari sistem Just In Time memiliki prinsip yang
mengatasi pemborosan.
Just In Time memiliki tujuan untuk mengatasi pemborosan atau
pemakaian bahan baku berlebih yang tidak efisien bagi perusahaan. Menurut
Shingo (dalam Angger Oscar, 2011) bahwa sumber-sumber pemborosan
yaitu produksi berlebihan, stasiun kerja atau unit kerja sebelumnya
memproduksi terlalu banyak sehingga mengakibatkan terganggunya aliran
material dan persediaan berlebihan, menunggu kondisi dimana tidak terdapat
aktivitas yang terjadi pada produk, maupun pekerja sehingga mengakibatkan
waktu tunggu yang lama, transportasi berlebihan, proses perpindahan baik
manusia, material atau produk yang berlebihan sehingga mengakibatkan
pemborosan waktu, tenaga, dan biaya, proses tidak sesuai, kesalahan
proses produksi yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan mesin atau
diakibatkan kesalahan prosedur, operator, maupun sistem, persediaan tidak
perlu, penyimpanan berlebih dan penundaan material dan produk sehingga
mengakibatkan biaya, cacat, yaitu pengerjaan ulang pada produk maupun
pada desain serta cacat pada desain serta cacat produk yang dihasilkan, dan
gerakan tidak perlu, berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja yang
dapat mempengaruhi performansi operator.
Pemborosan dalam perusahaan terjadi ketika perusahaan hanya
menggunakan pemanufakturan tradisional yang mengatur jadwal produksi
berdasarkan peramalan persediaan bahan baku yang akan datang. Dengan
cara menganalisis dari tahun ke tahun permintaan terhadap pasar dan tidak
berdasarkan fakta-fakta yang ada. Menurut Yulianti (2013) produksi
berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem
4
tradisional memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi
berdasarkan permintaan sesungguhnya. Karena masih menggunakan cara
tradisional perusahaan masih berpatokan dengan cara lama sehingga resiko
terjadinya defisit pendapatan dapat terjadi sewaktu-waktu. Begitu pula
dengan perusahaan-perusahaan konvensional yang erat kaitannya dengan
cara pemanufakturan tradisional dalam menjalankan proses produksinya, tidak
menutup kemungkinan beberapa perusahaan masih menggunakan cara
tradisional dalam memprediksi produksi yang akan datang guna memenuhi
permintaan pasar. Permintaan pasar sangat erat kaitannya dengan tingkat
konsumsi pada masyarakat itu sendiri.
Seperti halnya di Indonesia, menurut data Kementerian Perdagangan
Nasional, tepung terigu di Indonesia telah terjadi peningkatan yang hampir
sama dengan tingkat konsumsi per kapita per tahun. Dengan demikian,
masyarakat Indonesia dapat dikatakan memiliki tingkat konsumsi tepung
terigu yang begitu tinggi. Melihat peningkatan konsumsi tepung terigu,
tentunya memicu para pelaku industri tepung terigu untuk meningkatkan
produksinya. Dalam produksi tepung terigu, bahan baku merupakan prioritas
utama bagi suatu industri. Karena bahan baku merupakan hal prioritas utama,
maka persediaan bahan baku perlu dikendalikan dengan baik.
Just In Time bukanlah pendekatan yang dapat dengan mudah
diterapkan dengan hasil yang cepat diperoleh. Just In Time merupakan
proses evolusi bukan suatu proses evolusi yang dimana dibutuhkan
kesabaran. Penerapan Just In Time membutuhkan waktu, misalnya
membangun hubungan yang baik dengan pemasok. Di Indonesia, Just In
Time saat saat ini telah banyak digunakan oleh banyak perusahaan,
5
terutama pada perusahaan besar. Salah satunya PT. Eastern Pearl Flour
Mills Makassar yang merupakan pabrik terigu yang bahan baku utamanya
masih diimport dari Australia dan Kanada mengingat petani gandum di
Indonesia belum ada. Bahan baku perusahaan harus selalu tersedia untuk
kelancaran proses produksi. Menurut Amrillah (2016) mengemukakan bahwa
perusahaan harus memiliki persediaan yang seefisien mungkin dengan
mengelola persediaan dengan baik demi kelancaran proses produksi.
Perusahaan menyadari bahwa untuk mendapatkan profit di era persaingan
ini haruslah seefisien mungkin.
Akan tetapi, dibeberapa bulan belakangan ini telah terjadi wabah Covid-
19 yang mengakibatkan beberapa daerah atau negara melakukan karantina
wilayah untuk memutuskan rantai penularan virus Covid-19 yang membatasi
pergerakan penduduk dan barang melintas antar daerah hingga lintas
negara. Dengan adanya wabah Covid-19, perusahaan tentu mengalami
kendala keterlambatan pemasok mengirimkan bahan baku sampai ke
gudang yang menyebabkan proses distribusi tidak mampu menyalurkan
produk dengan baik ke konsumen. Diantara metode yang ada, peneliti
memilih metode Just In Time (JIT) karena metode ini telah banyak digunakan
perusahaan-perusahaan. Just In Time (JIT) dapat menjawab pertanyaan
mengenai kondisi perusahaan saat ini, yaitu menentukan besar persediaan
yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan yaitu tidak terlalu tinggi dan juga
tidak terlalu rendah, sehingga dapat mengurangi pemborosan. Apabila
perusahaan melakukan pengelolaan yang tepat terhadap persediaan maka
perusahaan dapat meminimalkan biaya yang berhubungan dengan
persediaan.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah penerapan Just In Time sebagai pengendalian
persediaan bahan baku PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
Just In Time sebagai pengendalian persediaan bahan baku PT. Eastern Pearl
Flour Mills Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat berguna bagi semua pihak.
Hasil penenelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan penelitian dan
memperluas wawasan bagi kajian keilmuan ilmu manajemen sebagai penerapan
teori – teori yang didapatkan di bangku perkuliahan. Selain itu, hasil penelitian ini
berguna sebagai bahan acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya dan
menambah wawasan mengenai Just In Time.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Just In Time
a. Pengertian Just In Time
Menurut Wakil Presiden Toyota Taiichi Okno (Kean Martin, Martin Petty
dan Scott (2011), Just In Time adalah produksi tepat waktu dan pengiriman
barang yang dibutuhkan dan jumlah barang yang dibutuhkan akan meningkatkan
efisiensi kerja dan menghilangkan berbagai tugas dan menghilangkan semua
jenis pekerjaan muda ditempat kerja.
Menurut Schonberger (2013) JIT sebagai “memproduksi dan
mengirimkan barang pada saat akan dijual, membuat sub assembling pada saat
barang akan di-assembling menjadi produk jadi, melakukan fabrikasi pada saat
barang akan diassembling menjadi produk setengah jadi (WIP), dan membeli
bahan baku pada saat akan melakukan fabrikasi”.
Menurut Ricky Martono (2015) Just In Time pertama kali dikembangkan
dan disempurnakan oleh Taiichi Ohno dipabrik manufaktur Toyota Jepang. Oleh
karena itu, Taiichi Ohno biasanya dikenal dengan Bapak JIT. Kemudian Just In
Time diadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur di Jepang dan Amnerika
Serikat, seperti Hawlet Packard (HP), IBM dan Harley Davidson.
Berdasarkan beberapa definisi JIT menurut para ahli, maka dapat saya
simpulkan bahwa Just In Time merupakan filosofi yang berusaha untuk
meminimalisir pemborosan dengan memproduksi produk dengan jumlah yang
8
tepat, kualitas yang tepat, dan dalam waktu yang tepat guna meningkatkan
efisiensi dan produktivitas perusahaan.
b. Perbedaan Just In Time dan Sistem Tradisional
Tabel 2.1
Perbandingan pemanufakturan Just In Time dengan Tradisional
Sistem Just In Time
Sistem Tradisional
Sistem tarik (pull system) Sistem dorong (push system)
Persediaan dalam jumlah kecil Persediaan dalam jumlah besar
Basis pemasok kecil Basis pemasok besar
Kotrak jangka panjang Kontrak jangka pendek
Struktur seluler Struktur departemen
Tenaga keja keahlian ganda Tenaga kerja terspesialisasi
Keterlibatan karyawan tinggi Keterlibatan karyawan rendah
Manajemen mutu terpadu Tingkat mutu yang diterima
Pasar pembeli Pasar penjual
Fokus rantai nilai Fokus nilai tambah
Sumber: Hansen dan Mowen. Akuntansi Manajemen (2013)
c. Tujuan dan Manfaat Just In Time
Menurut Hansen dan Mowen (2013), Just In Time (JIT) memiliki tujuan
strategis, yaitu untuk meningkatkan keuntungan untuk memperbaiki daya saing
perusahaan. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengontrol biaya (yang
memungkinkan persaingan harga yang lebih baik dan peningkatan keuntungan),
memperbaiki kinerja pengiriman, dan meningkatkan kualitas.
9
Putra dan Idayanti (2014) menunjukkan bahwa tujuan utama Just In Time
adalah menghasilkan produk hanya pada saat dibutuhkan, dan menghasilkan
produk sebanyak yang dibutuhkan oleh pelanggan. Hal ini sesuai dengan
pandangan Blocher, Chen, dan Lin (2002) dalam Sekunder W (2011) yang
menyatakan bahwa tujuan penerapan Just In Time produksi adalah untuk
membeli bahan baku tepat waktu untuk proses produksi, serta untuk
memproduksi dan mengirimkan barang. Dijual cepat waktu. Ini dapat dicapai
dengan mengurangi pemborosan, mengurangi inventaris, membangun hubungan
yang baik dengan pemasok, meningkatkan keterlibatan pekerja, dan membuat
program yang berpusat pada konsumen.
Menurut Putra dan Idayanti (2014) terdapat 2 manfaat yang dapat
ditemukan dari Just In Time, yaitu:
1) Manfaat Tangibles
Meningkatkan tingkat perputaran pengadaan bahan baku/suku cadang,
meningkatkan akurasi pengiriman, mengurangi waktu tunggu pengiriman,
mengurangi pengiriman barang, dan mempersingkat waktu pemasok untuk
menerapkan perubahan.
2) Manfaat Intangibles
Meningkatkan kualitas produk, berhasil mendorong pemasok untuk
mencapai kualitas yang dibutuhkan, meningkatkan produktivitas,
meningkatkan kemajuan produksi, mengurangi pemeriksaan barang masuk,
meningkatkan efisiensi, meningkatkan posisi kompetitif, meningkatkan
desain produk, meningkatkan etika produksi, meningkatkan kontak, dan
menjaga hubungan pribadi dengan pemasok dan mengurangi pekerjaan
klerikal.
10
d. Penerapan Just In Time
Just In Time dapat diterapkan ke berbagai area fungsional perusahaan,
seperti pengadaan, produksi, distribusi, manajemen, dll. Namun bidang
fungsional yang sudah banyak diimplementasikan adalah pembelian dan
produksi karena merupakan titik awal diterapkan Just In Time sebelum
diterapkan pada bidang fungsional lainnya. Sekunder W (2011).
1) Sistem Pembelian Just In Time (Just In Time Purchasing)
Menurut Putra dan Idayanti (2014), Just In Time Purchasing adalah sistem
pembelian yang digunakan untuk merencanakan pembelian barang atau bahan
tepat waktu sehingga pengiriman dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat
untuk memenuhi permintaan. Oleh karena itu, item tersebut tidak perlu disimpan
di gudang. Menurut Hardianto (2010), penerapan pembelian JIT dapat
mempengaruhi sistem akuntansi biaya dan manajemen dengan cara sebagai
berikut:
a) Ketertelusuran langsung dari biaya tertentu dapat ditingkatkan.
b) Perubahan dalam “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan nyawa.
c) Mengubah dasar pengalokasian biaya sehingga banyak biaya tidak
langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
d) Mengurangi penghitungan dan tampilan informasi tentang selisih harga
pembelian.
Menurut Agustina, dkk (2008) Just In Time Purchasing dapat megurangi
waktu dan biaya yang terkait dengan aktivitas pembelian dengan cara sebagai
berikut:
a) Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi
sumber daya yang digunakan untuk bernegosiasi dengan pemasok.
11
b) Mengurangi atau menghilangkan waktu dan biaya negosiasi melalui kontrak
jangka panjang yang ditanda tangani dengan pemasok, yang melibatkan
persyaratan pembelian, kualitas bahan dan harga yang wajar.
c) Memiliki pembeli atau konsumen yang memiliki pembelian yang pasti.
Rencana pembelian yang dirumuskan oleh pembeli atau konsumen dapat
memberikan informasi kepada pemasok mengenai persyaratan kualitas
bahan dan waktu pengiriman sesuai dengan rencana produksi, serta memiliki
masa tenggang tertentu.
d) Menghilangkan dan mengurangi aktivitas dan biaya yang tidak meningkatkan
nilai produk, seperti biaya aktivitas dan penyimpanan atau biaya pemindahan
material dari gudang ke pabrik.
e) Mengurangi waktu dan biaya prosedur pemeriksaan kualitas. Memilih
pemasok yang dapat menjamin ketepatan waktu, kuantitas dan kualitas
barang yang dibeli dapat mengurangi waktu dan biaya pemeriksaan.
Karakteristik Just In Time Purchasing menurut Garrison dan Noreen (2006),
yaitu:
a) Barang harus dikirim secepat mungkin sebelum diminta atau digunakan. Baik
adanya peningkatan jumah pengiriman dan adanya penurunan barang
pengiriman.
b) Mengurangi jumlah pemasok untuk setiap komuditas, dan mengurangi biaya
dan waktu negosiasi dan pemrosesan data pembelian. Di sana, beberapa
pemasok yang dipilih adalah mereka yang dapat memenuhi permintaan
kuantitas pengiriman, kualitas dapat diandalkan, harga dan ketepatan waktu
pengiriman.
c) Menggunakan kontrak jangka panjang dengan pemasok, yang mencakup
12
jadwal pengiriman barang berkualitas tinggi dan harga yang harus dibayarkan
untuk dokumen setiap transaksi, yang hanya melibatkan sambungan telepon
atau input komputer.
d) Tidak melakukan pengecekan kualitas barang yang dikirim. Dalam negosiasi
awal, pemasok mempelajari premi yang harus dibayarkan saat mengirimkan
barang berkualitas tinggi dalam jumlah tertentu, sehingga barang tidak
memiliki cacat, no inspection, no sorting, dan no repacking.
e) Membayar pemasok alih-alih membayar untuk setiap pengiriman.
2) Sistem Produksi Just In Time (Just In Time Production)
Menurut Supriyono (2002) “Produksi Just In Time adalah sistem penjadwalan
produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya
sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai
dengan memenuhi permintaan pelanggan.” Just In Time produksi dapat
mengurangi waktu dan biaya dengan cara:
a) Mengurangi dan menghilangkan pekerjaan yang sedang berjalan di setiap
workstation atau tahap pemrosesan produk. Operasi ini dapat dilakukan jika
setiap tahapan pengolahan produk hanya berdasarkan kebutuhan tahapan
pengolahan produk selanjutnya atau sesuai kebutuhan pelanggan.
b) Mengurangi dan menghilangkan lead time produksi. Pegurangan waktu
tunggu memingkinkan perusahaan menanggapi permintaan pembeli dengan
lebih efektif, sekaligus mengurangi pesanan perusahaan ke pemasok.
c) Pada setiap tahap pemrosesan produk, kami terus berupaya untuk
mengurangi biaya pemasangan mesin. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
cara mencegah kerusakan pada saat pemrosesan produk, karena kerusakan
berarti proses pengolahan produk harus dihentikan. Oleh karena itu, upaya
13
ini juga dapat mengurangi atau menghilangkan buffer stock pada setiap
tahap produksi.
d) Penekanan pada penyederhanaan pemrosesan produk untuk
menghilangkan aktivitas produksi yang tidak memiliki nilai tambah. Oleh
karena itu, beberapa perusahaan yang menggunakan produksi Just In Time
menyesuaikan tata letak pabrik mereka atau melakukan penyesuaian
dengan menghaluskan aliran bahan atau produk di antara meja kerja
berkelanjutan.
Menurut Rahayu (2003), apabila sistem produksi Just In Time ditentukan
dalam sistem produksi, maka penerapan produksi Just In Time dapat
diselesaikan melalui proses sebagai berikut:
a) Pertama-tama jadwalkan ulang rencana produksi ke batch yang lebih kecil.
b) Meningkatkan kembali mutu dengan penerapan TQC, dan membuat pekerja
lebih sadar akan pentingnya mutu.
c) Meningkatkan faktor produksi termasuk pekerja. Secara umum, implementasi
yang tepat waktu disertai dengan partisipasi karyawan dalam pengambilan
keputusan.
d) Menerapkan teknologi produksi dalam satuan (unit) untuk memperpendek
jarak perpindahan bahan baku dan suku cadang satu mesin ke mesin
lainnya.
Menurut Supardiyo (2009), penerapan Just In Time produksi dapat
mempengaruhi sistem akuntansi biaya dan manajemen dengan cara sebagai
berikut:
a) Keterlusuran langsung biaya dapat ditingkatkan. Keterlusuran biaya ini dapat
ditingkatkan dengan dua cara:
14
- Perubahan dalam aktivitas produksi dasar untuk mengubah biaya yang
sebelumnya diklasifikasikan sebagai biaya tidak langsung menjadi biaya
langsung untuk produk tertentu.
- Mengubah kemampuan pelacakan biaya dari jenis produk tertentu.
b) Menghilangkan atau mengurangi kumpulan biaya kegiatan tidak langsung.
Perubahan ini didasarkan pada dampak tersebut dan menghilangkan
aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah. Dalam produksi Just In Time,
aktivitas nilai tambah yang dapat dihilangkan antara lain fasilitas
penyimpanan inventaris, pasca-pemrosesan produk dan kontainer yang
cacat, serta alat transportasi karena workstation relatif singkat.
c) Mengurangi frekuensi penghitungan dan pelaporan informasi tentang
perbedaan antara biaya tenaga kerja individu dan overhead pabrik. Dalam
produksi tradisional yang menggunakan biaya standar, sistem akuntansi
menentukan biaya standar, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik,
serta menghitung dan melaporkan kenaikan tersebut. Penggunaan biaya
produksi terlalu menekankan pada unit produksi (suku cadang) tertentu
tanpa memperhatiakn dampaknya pada unit produksi lainnya. Just In Time
menekankan kinerja pabrik secara keseluruhan, yang bertujuan untuk
menghemat waktu dan biaya dengan menghilangkan aktivitas yang tidak
memiliki nilai tambah, sekaligus menghasilkan produk berkualitas tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Jika produksi Just In Time menggunakan
sistem biaya standar, biaya standar biasanya memerlukan interval waktu
yang singkat.
d) Kurangi rincian informasi yang dicatat pada “perintah kerja”. Tepat pada
waktunya didasarkan pada konsep yang disederhanakan dari semua
15
aktivitas. Oleh karena itu, “perintah kerja” sederhana dapat diperoleh
dengan mengubah proses produksi sehingga lebih sedikit bahan atau
komponen yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi, dan hanya
biaya bahan baku yang dicatat dalam “perintah kerja”, dan biaya lainnya
diperlakukan sebagai periode.
e) Mengurangi biaya manajemen untuk sistem akuntansi.
e) Karakteristik Dasar Just In Time (JIT)
Menurut Kusumawati (2009), perusahaan yang telah menerapkan sistem Just
In Time memiliki beberapa ciri utama, antara lain:
1) Kualitas yang tinggi
Perusahaan yang menerapkan JIT berusaha keras untuk mencapai tingkat
kualitas yang tinggi sehingga mereka dapat beroperasi di bawah inventaris
rendah dan jadwal yang ketat. Sistem JIT berupaya menghilangkan akar
penyebab ketidakefisienan dan gangguan, dan melibatkan karyawan dalam
operasi untuk mencapai peningkatan berkelanjutan. Dengan kata lain,
perusahaan bersikukuh pada gagasan bahwa produk berkualitas tinggi
dengan biaya produksi sedikit lebih tinggi lebih baik daripada produk
berkualitas rendah dengan biaya produksi yang lebih rendah.
2) Tingkat persediaan rendah
Dalam JIT, persediaan dianggap pemborosan karena memerlukan biaya
penyimpanan dan biaya tambahan lainnya. Tidak banyak persediaan di
gudang, dan hanya jumlah yang cukup yang dapat melanjutkan proses
produksi ke unit kerja berikutnya, dan ketika habis akan dikirim kembali untuk
memastikan alur kerja yang berkelanjutan.
3) Jalur produksi fleksibel
16
Sistem produksi menggunakan teknologi maufaktur seluler yaitu penataan
tata letak dan peralatan proses produksi yang fleksibel, segingga produk
yang dihasilkan tidak terlalu sering berpindah lokasi dan tidak perlu masuk ke
gudang, karena pergerakan produk biasanya dianggap sebagai aktivitas yang
tidak memiliki nilai tambah.
4) Perubahan struktur organsasi yang mengarah ke produk
Konsep JIT mensyaratkan bahwa setiap bagian dari proses poduksi memiliki
departemen layanannya sendiri sehingga setiap pelanggaran dapat dideteksi
sedini mungkin.
f) Syarat-syarat Penerapan Just In Time
Menurut Tjiptono dan Diana (2003), terdapat beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi untuk menerapkan Just In Time. Diantaranya adalah:
1) Organisasi Pabrik
Pabrik dengan sistem Just In Time mencoba mengatur tata letak berdasarkan
produk. Semua proses diperlukan untuk membuat produk tertentu ada di satu
tempat. Just In Time menggunakan batch kecil unit kerja dan menggunakan
kanban untuk produksi, sehingga tidak ada waktu antrian sebelum diproses,
sehingga proses yang diperlukan untuk produk tersebut harus diketahui
terlebih dahulu sebelum menyiapkan tata letak pabrik.
2) Pelatihan karyawan
Dibandingkan dengan sistem tradisional, Just In Time membutuhkan lebih
banyak pelatihan tambahan. Karyawan menerima pelatihan tentang cara
menanggapi perubahan yang dibuat dalam sistem tradisional, cara kerja Just
In Time, harapan Just In Time, dan hasil Just In Time. Pelatihan mendalam
tentang Kanban, peningkatan proses, dan alat statistik harus disediakan.
17
Dalam Just In Time, karyawan membentuk tim. Dari proses produksi pertama
hingga pengiriman produk, tim bertanggungjawab atas keseluruhan produk.
Dalam sistem Just In Time, karyawan harus bekerja sebagai satu tim.
Masing-masing memiliki tugas tertentu, tetapi mereka bekerja sama satu
sama lain, saling mendukung, memecahkan masalah, dan memeriksa
pekerjaan. Ini membutuhkan pelatihan dan keterampilan.
3) Membentuk aliran penyederhanaan
Idealnya, jalur produksi baru daat ditetapkan sebagai ujian untuk membentuk
proses produksi, menyeimbangkan proses ini, dan memecahkan masalah
awal. Selama percobaan, sangat penting untuk mempertahankan disiplin
yang tinggi dalam proses produksi. Melalui eksperimen ini, anda dapat
memeriksa waktu pemrosesan, mengukur waktu tunggu, dan menentukan
bottleneck.
4) Kanban Pull System
Kanban adalah sistem manajemen atau kendali perusahaan, oleh karena
itu Kanban mempunyai beberapa aturan yang harus diperhatian:
a) Jangan mengirim produk yang rusak ke produk selanjutnya.
b) Hanya menghasilkan jumlah yang digunakan untuk proses selanjutnya.
c) Hanya menghasilkan jumlah yang digunakan untuk proses slanjutnya.
d) Seimbangkan beban produksi
e) Harus ada sejumlah proses yang diatur dari satu tahap ke tahap
berikutnya dalam proses produksi, jika tidak salah satu tahap akan
kelebihan kapasitas. Karena kelebihan kapasitas adalah pemborosan,
solusi alternatifnya adalah dengan meramalkan permintaan agar tahap
proses tidak kelebihan beban.
18
f) Proses eksekusi stabil dan dirasionalkan. Agar kualitas produk stabil dan
teratur, prosesnya harus stabil dan masuk akal.
Menurut Tjiptono dan Diana (2003), sistem Kanban pada dasarnya terdiri dari
tiga kartu, yaiut:
a) Kartu Kanban, digunakan untuk penarikan, menentukan jumlah yang harus
diproses dari proses sebelumnya.
b) Untuk memproduksi kartu kanban, tentukan jumlah yang diproduksi melalui
proses diatas.
c) Kartu Kanban pemasok mengkonfirmasi pemasok sehingga mereka dapat
mengirimkan barang yang diperlukan.
5) Visibilitas atau pengendalian visual
Tata letak pabrik yang menerapkan Just In Time diatur dengan cara ini,
sehingga mudah untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan normal
atau ada masalah. Karena informasi tebuka, masalah akan diselesaikan
dengan cepat, dan perbaikan berkelanjutan menjadi lebih mudah dan cepat.
6) Eliminasi Kemacetan
Ddipabrik Just In Time, semua proses dapat menjadi hambatan. Ini karena
dalam sistem Just In Time, hanya ada sedikit kapasitas, dan ketika komputer
atau proses dihentikan, tidak ada persediaan sebagai cadangan. Untuk
mengatasi masalah ini, kami akan terus dengan sungguh-sungguh dan
cermat mengikuti semua prosedur Just In Time. Untuk menghilangkan
kemacetan, baik dalam fase penyiapan atau dalam fase produksi,
pendekatan yang melibatkan tim lintas fungsi harus diadopsi. Tim tersebut
terdiri dari berbagai departemen termasuk teknik manufaktur, dan keuangan.
7) Ukuran lot dan pengurangan waktu set up
19
Dalam produksi Just In Time, ukuran batch yang ideal bukanlah yang
terbesar, tetapi yang terkecil. Metode ini cocok bila menggunakan mesin
untuk menghasilkan bagian komponen yang berbeda. Produksi Just In Time
juga dapat mempersingkat waktu penyiapan. Ada banyak cara menghemat
waktu pada sistem Just In Time. Pastikan bahwa alat dan komponen yang
diperlukan tersedia dengan membuat pengaturan yang sesuai. Mesin yang
digunakan dapat dimodifikasi untuk mempercepat waktu penyetelan dan
mengurangi kesulitan.
8) Total Productive Maintenance
Pemeliharaan produksi yang komprehensif merupakan syarat yang
diperlukan dalam sistem Just In Time. Bersihkan dan lumasi mesin secara
teratur. Para ahli akan melakukan tugas pemeliharaan preventif yang lebih
teknis dalam jangka waktu tertentu.
9) Kemampuan proses, Statistical Process Control (SPC) dan perbaikan
berkesinambungan
Untuk alasan berikut, kapasitas proses, SPC, dan peningkatakn
berkelanjutan harus tercermin dalam produksi Just In Time. Pertama, itu
harus bekerja seperti yang diharapkan dan mendekati kesempurnaan.
Kedua, dalam Just In Time, tidak ada stok besi sebagai cadangan untuk
kemacetan atau kerusakan proses. Alasan ketiga adalah bahwa semua
proses dengan mesin dan personel harus selalu kondisi prima.
10) Pemasok
Just In Time berusaha untuk membangun hubungan yang saling
menguntungkan dengan pemasok. Metode yang diadopsi meliputi:
a. Mengurangi jumlah pemasok
20
Dalam Just In Time, diharapkan perusahaan hanya akan berurusan
dengan beberapa pemasok saja, karen jika perusahaan berurusan
dengan banyak pemasok maka akan menimbulkan waktu dan biaya untuk
bernegosiasi dengan pemasok.
b. Mengurangi atau menghilangkan waktu dan biaya negosiasi dengan
pemasok.
Dalam Just In Time kesepakatan jangka panjang dapat dicapai untuk
persyaratan pembelian, termasuk harga, kualitas dan pengiriman.
c. Memberikan bantuan teknis kepada pemasok.
d. Libatkan pemasok dalam tahap desain produk dan proses.
g. Prinsip Dasar Just In Time
Untuk menghasilkan metode Just In Time (JIT) maka harus ada delapan
prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan sistem
strategi produksi, yaitu (Jaelani, 2009):
1) Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk Sistem
manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu
setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk.
Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan
sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja, untuk itu proses
produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya
dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stok
serta untuk menekan biaya penyimpanan.
2) Produksi dalam jumlah kecil
Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size) yang kecil untuk menghindari
perencanaan dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya dalam produksi
21
jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal
tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam
rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.
3) Mengurangi pemborosan (eliminate waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada.
Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin
atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan
untuk mencapai target produksi.
4) Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow
improvement)
Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak produktif
yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
5) Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam
sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi
“ZeroDefect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam
setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah
bisa diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.
6) Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people)
Dengan metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja
akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil
keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan
karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
7) Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian
Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan
22
yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah
menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen
tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang
umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya
pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu
dalam perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan
dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidak-
pastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan dalam
pertimbangan.
8) Perhatian dalam jangka panjang
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di
atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam
jangka waktu pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan
merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka
pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem
produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi
proses terbentuknya kurva belajar.
h. Hal-hal Yang Dibutuhkan Untuk Menjalankan Just In Time
Menurut Deputy Director General Motors Robert B. Stone mengatakan
bahwa dirinya bertangggung jawab untuk mengawai pelaksanaan Horn dan
Vasivic (2005) tepat waktu. Yang dibutuhkan adalah:
1) Konsentrasi Geografis
2) Kuantitasnya dapat diandalkan.
3) Jaringan pemasok yang dapat dikelola.
4) Sistem transportasi yang terkendali.
23
5) Fleksibilitas produksi.
6) Batch kecil
7) Penerimaan dan pengelolaan bahan baku.
8) Komitmen manajemen yang kuat.
2. Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Persediaan (inventory) adalah stock atau simpanan barang-barang yang ada
diperusahaan (Stevenson, 2014). Bahan baku merupakan barang-barang yang
dibeli dari pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk
jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. (Sofyan, 2013).
Menurut definisi Ristono (2009), persediaan dapat diartikan sebagai
komoditas yang disimpan untuk digunakan atau dijual di masa yang akan datang.
Menurut Heizer dan Render (2010), persediaan merupakan salah satu aset palin
mahal di banyak perusahaan, terhitung 50% dari total modal investasi.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat di disimpulkan bahwa persediaan
bahan baku merupakan kebutuhan akan bahan-bahan yang digunakan dalam
proses produksi.
2. Jenis-jenis Persediaan
Ada beberapa jenis persediaan, masing-masing jenis memiliki karakteristik
khusus, dan metode pengelolaannya juga berbeda. Menurut Heizer dan Render
(2010), untuk menyesuaikan dengan fungsi persediaan, perusahaan harus
memelihara empat jenis persediaan, yaitu:
1) Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Digunakan untuk memisahkan pemasok dari proses produksi. Namun,
24
motedo yang disukai adalah menghilangkan perbedaan antara pemasok
dalam hal kualitas, kuantitas atau waktu pengiriman, sehingga
menghilangkan kebutuhan akan pemisahan.
2) Persediaan produk jadi (Work In Process-Work In Inventory)
Telah mengalami beberapa kali perubahan tetapi komponen atau bahan
baku belum selesai. Alasan adanya Work In Process adalah waktu (Cycle
time) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk.
3) Daftar pemasok pemeliharaan/perbaikan/operasi (Maintenance, Repair,
Operating-MRO)
Menunjukkan bahwa bahan habis pakai yang disediakan untuk bahan habis
pakai pemeliharaan, perbaikan, dan prosedur masih valid/
4) Persediaan produk jadi (Finish Good Inventory)
Adalah produk yang sudah jadi dan sedang menunggu untuk dikirim. Produk
jadi dapat dimasukkan ke dalam persediaan karena kebutuhan pelanggan di
masa depan tidak diketahui.
Menurut Supriyono (2002) alasan persediaan diperlukan atau penting dapat
digolongkan menjadi 3 alasan pokok, yaitu:
a) Menyeimbangkan kedua perangkat biaya sehingga biaya total untuk
pemesanan dan penyimpanan dapat diminimalisasikan.
b) Menghadapi ketidakpastian permintaan.
c) Memanfaatkan potongan harga dan menghindari kenaikan harga yang
diperkirakan.
3. Fungsi dan Peranan Persediaan
Menurut Heizen dan Render (1997), persediaan memiliki fungsi untuk dapat
25
menciptakan fleksibilitas pada kegiatan operasi perusahaan. Fungsi persediaan
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Decoupling. Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan
operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal memiliki kebebasan.
Persediaan “decouples” ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.
2. Fungsi Economic Lot Sizing adalah fungsi yang memungkinkan perusahaan
dapat memproduksi dan membeli sumberdaya-sumbersaya dalam kuantitas
yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Fungsi Lot Size ini perlu
mempertimbangkan penghematan biaya. Penghematan dari potongan
pembelian, biaya pengangkutan, dan sebagainya.. penghematan ini timbul
karena perusahaan membeli dalam kuantitas yang lebih besar.
3. Fungsi antisipasi merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang
dapat diramalkan dan menjaga kemungkinan kesulitan memperoleh bahan
baku. Fungsi ini untuk menanggulangi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan penerimaan bahan baku selama periode pesanan kembali.
Fungsi ini sangat penting untuk menjaga kelancaran proses produksi.
4. Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat
dan komposisi persediaan rakitan, bahan baku dan barang hasil/produk
sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan
serta kebutuhan-kebutuhan pembelajaran perusahaan dengan efektif dan efisien
(Assauri, 1999). Tujuan dari pengendalian yaitu:
1. Menjaga kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya
26
proses produksi.
2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar
atau berlebihan sehingga biaya-biaya yang ditimbulkan akibat persediaan
bahan baku tidak terlalu besar.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena hal ini
akan mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar.
B. Kerangka Konseptual
Dalam usaha mempertahankan persaingan yang tinggi, perusahaan perlu
mengelola persediaannya dengan sebaik mungkin agar tidak terjadi pemborosan.
Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem Just In Time. Penerapan Just
In ime memberikan manfaat pengurangan pemborosan biaya dan meningkatkan
kualitas produk yang sangat baik. Sistem Just In Time dapat diterapkan pada
bagian pembelian, produksi, distribusi, administrasi, dan lainnya. tetapi pada
bagian pembelian dan produksi lebih banyak menerapkan sistem Just In Time
karena sistem pembelian dan produksi merupakan awal diterapkannya Just In
Time (Hadiotomo, 2009). Penerapan Just In Time dapat mengatasi
permasalahan pemborosan atau pemakaian berlebih yang tidak efisien bagi
perusahaan. Salah satunya pada persediaan bahan baku. Berdasarkan uraian
diatas maka kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Pengendalian Persediaan
Bahan Baku
PT. Eatern Flour Mills Makassar
Sistem Just In Time
27
C. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini peneliti menunjuk pada penelitian serta jurnal-jurnal
yang membahasa topik yang sama sebagai sumber referensi dan tinjauan
pustaka pada penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.2 :
Tabe 2.2
Penelitian Terdahulu
NO Peneliti Judul Hasil
Penelitian
1 Gunadi A (2016)
Pengaruh Sistem Just In Time Terhadap Efisiensi Biaya Bahan Baku
Dari hasil analisis penerapan Just In Time, maka dapat diketahui nilai persediaan bahan baku yang ada pada PT EKA BOGAINTI pada bulan April sampai Mei 2014 sesuai dengan hasil perhitungan tradisional sebesar Rp. 1.957.155.329 sedangkan hasil dari sistem Just In Time sebesar Rp. 954.335.001 Sehingga ada efisiensi nilai biaya bahan baku dari kebijakan Just In Time sebesar Rp. 1.002.820.328
2 Taslim, Felicia Timothy (2013)
Penerapan Metode Just In Time dalam meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, dan Waktu Produksi.
Dalam pengelolaan bahan baku perusahaan Lactasari Top Agriculture Company menerapkan metode tradisional dan beberapa metode Just In Time. Namundalam pengelolaan bahan baku tersebut perusahaan masih menggunakan tradisional lebih banyak dibandingkan dengan metode Just In Time karena faktor peningkatan biaya yang dikhawatirkan akan menambah pengeluaran.
3 Firdayanti N, Lestari T, &
Penerapan Just In Time dalam usaha
Dari hasil penelitian ini, terbukti kebenarannya
28
Chofifah (2015)
meningkatkan efisiensi biaya bahan baku pada CV. Cahaya Mas di Sidoarjo
bahwa Just In Time akan dapat meningkatkan efisiensi persediaan bahan baku dibandingkan menggunakan tradisional. Jika perusahaan dapat meminimalisis biaya persediaan bahan baku, maka perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk karena memapuan labanya,
4 Aznedra, Safitri E (2018)
Analisis pengendalian internal persediaan, dan penerapan metode Just In Time terhadap efisiensi biaya bahan baku
Hasil penelitian ini adalah pengendalian internal persediaan tidak berjalan dengan baik sehingga tidak ada efisiensi pada biaya persediaan bahan baku, begitupun dengan penerapan metode Just In Time tidak efisien terhadap biaya persediaan bahan baku.
5 Aini N (2008)
Analisis perbandingan metode tradisional dengan Just In Time Inventory untuk mencapai efisiensi biaya bahan baku pada PT. Kemajuan Industri Indo Malang
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa melalui proses pembelian atau pengadaan bahan baku dengan proses Just In Time maka disini akan dilakukan pemangkasan atas beberapa biaya sehingga diharapkan dapat mengurangi atau terjadi efisiensi biaya produksi tanpa mengakibatkan kerusakan pada bahan baku.
6 Sumiyanto, D.W, (2017)
Penerapan Just In Time terhadap efisiensi biaya bahan baku PT. Harmonize Invitation
Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya rata-rata jumlah persediaan yang masih cukup tinggi dari jumlah kebutuhan dengan menggunakan metode tradisional. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku diperlukan adanya sistem pembelian Just In Time.
29
7. Rosita R, Hufron M & Abs M.k (2018)
Penerapan metode Just In Time untuk meningkatkan efisiensi persediaan bahan baku pada Home Industry
Dengan digunakannya metode Just In Time untuk mengendalikan persediaan bahan baku menunjukkan terjadinya efisiensi yang meningkat dalam persediaan bahan baku Home Industry “Mulya Collection” Jombang pada tahun 2017 sesuai dengan hasil perusahaan sebesar Rp. 155,860,000 dan hasil perhitungan Just In Time nilai persediaan bahan baku pada tahun 2017 sebesar Rp. 131,950,000. Melihat hasil tersebut terdapat efisiensi nilai persediaan bahan baku dari kebijakan Just In Time sebesar Rp. 23, 910,000.
8. Sukendar W Herry (2011)
Penerapan Just In Time dalam sistem persediaan dan sistem produksi
Dalam proses penerapan Just In Time dalam penelitian ini, tentu ada kendala yang munvul, antara lain: kendala waktu yang cukup lama, pengaruh yang akan dirasakan oleh para pekerja karena minimnya persediaan, munculnya resiko kehilangan penjualan, dan kemungkinan tidak mendukungnya pihak-pihak ekternal perusahaan.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah data kualitatif yaitu penelitian yang menganalisis
dan mengumpulkan data berupa informasi yang didapat dengan cara
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan studi kasus yaitu peneliti
yang dilakukan terfokus pada suatu kasus yang tertentu diamati dan dianalisis
secara cermat sampai tuntas.
Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai instrumen
sekaligus pengumpul data. Kehadiran seorang peneliti sangat dibutuhkan guna
untuk mengumpulkan data melalui wawancara, pengamatan maupun record atau
dokumentasi. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat, artinya
dalam proses pengumpulan data peneliti melakukan pengamatan secara detail di
lapangan (Moleong, 2014).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian yaitu PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
yang berlokasi di Moh. Hatta No. 32, Tamalabba, Kec. Ujung Tanah, Kota
Makassar dan waktu penelitian dimulai pada bulan Agustus hingga bulan
September 2020.
C. Sumber Data
Pengumpulan data menggunakan sumber data primer dan sumber data
sekunder, yaitu:
31
5. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data secara langsung
oleh peneliti melalui wawancara dan observasi terhadap informan penelitian.
Data utama dari penelitian kualitatif ialah kata – kata dan tindakan (Moleong,
2014)
6. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono,2014), misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen. Sumber data sekunder bisa diperoleh dari beberapa media
yang menyediakan seperti internet dari media sosial lainnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Interview, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan
wawancara secara langsung dengan pihak perusahaan untuk mendapatkan
data yang diperlukan serta yang berhubungan langsung dengan penelitian.
2. Observasi, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan
pengamatan secara langsung pada objek penelitian dan catatan semua data
yang diperlukan.
3. Dokumenter, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pencatatan terhadap data yang dimiliki oleh perusahaan yang ada
hubungannya dengan masalah yang penulis kemukakan.
32
E. Tahap – Tahap Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kaitan antara fenomena yang
terjadi atau bahkan menghasilkan sebuah temuan baru yang sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi. Untuk sebuah penelitian dibutuhkan beberapa
tahapan yang perlu dilalui oleh seorang peneliti hingga sampai pada penulisan
hasil penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif
sehingga tahapan yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan tahapan penelitian
kualitatif seharusnya. Berikut ini tahapan – tahapan penelitian ini adalah:
1. Memilih situasi atau permasalahan yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini
permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah analisis penerapan sistem
Just In Time untuk meningkatkan efisiensi biaya bahan baku. Pada tahap ini
peneliti harus menetukan informan, teknik penelitian, teknik pengumpulan
data dan juga waktu pengumpulan data. Semua itu harus dipersiapkan oleh
peneliti terlebih dahulu agar penelitian bisa menuju ke tahap berikutnya.
2. Melakukan observasi dan wawancara. Ini merupakan langkah awal peneliti
mamasuki penelitian lapangan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi serta
mempersiapkan pertanyaan – pertanyaan saat ingin melakukan penelitian
lapangan.
3. Mencatat hasil observasi wawancara. Setelah melakukan observasi dan
wawancara peneliti harus mencatat beberapa hal yang penting dan menjadi
hasil observasi dan wawancara tersebut.
4. Memeriksa data yang telah terkumpul, dari tahap observasi dan wawancara,
kemudian peneliti harus memastikan data tersebut untuk dikelola lebih
lanjut.
33
5. Menyeleksi data yang terkumpul, menyederhanakan dan juga membuat
kesimpulan dengan cara mengambil inti – inti atau yang terpenting sesuai
dengan kebutuhan penelitian atau permasalah yang diangkat oleh peneliti.
Pada tahapan ini peneliti melakukan reduksi data hingga mencapai data
yang tepat dan siap dipaparkan.
6. Pada tahap ini, data yang telah dipilih kemudian dikelola lebih lanjut dengan
penyajian data yang berupa teori – teori yang sesuai dengan permasalahan
yang diangkat oleh peneliti.
7. Setelah tahapan penyajian data dilakukan, selanjutnya menuliskan hasil dari
penelitian dengan menggunakan data dan juga teori – teori yang dapat
dikaitkan. Pada tahap ini peneliti menuliskan laporan penelitian yang
selanjutnya dipaparkan sebagai sebuah hasil dari penelitian.
F. Tahap Analisis Data
Teknik analisi data menurut Moleong (2014) adalah upaya yang dilakukan
dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih – milihnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan
diceritakan kepada orang lain. Proses analisis data dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber, aktivitas dalam analisis data, yaitu:
1. Memeriksa data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi
dari objek penelitian, apakah data tersebut sudah lengkap sehingga siap
untuk dikelola lebih lanjut.
2. Data Reduction (Ruduksi Data), artinya merangkum data – data tersebut,
memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang pentig,
34
dan penyederhanaan data sehingga dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas terhadap data yang dibutuhkan oleh peneliti.
3. Data Display (penyajian Data), artinya menyajikan data berupa teori – teori
yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
dan sejenisnya.
4. Penarikan kesimpulan, menarik kesimpulan dari data – data sebagai
hasil penelitian.
5. Pengulasan kembali langkah pertama hingga keempat
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Perusahaan
The Interflour Grup adalah salah satu pabrik tepung terbesar di Asia.
Perusahaan ini memiliki tujuh pabrik yang beroperasi di Indonesia, Vietnam,
Malaysia dan Turki. Pabrik modern Interflour memiliki kapasitas penggilingan
penuh sekitar 1,5 juta ton per tahun. Perusahaan ini mempunyai keahlian, kontrol
kualitas dan perhatian detail terhadap pengadaan gandum. Hal tersebut
menjamin kualitas tinggi dan menjadikan tepung dengan kualitas terbaik. Grup
Interflour memiliki kantor pusat di Singapura, namun koordinat pembelian
gandum dan pengiriman logistik berasal dari seluruh dunia.
Di Indonesia, grup Interflour bernama Eastern Pearl flour Mills yang
berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan. Pabrik ini adalah pabrik tepung
terbesar ke-4 di satu situs di Dunia dengan pengolahan 2.800 ton gandum per
hari setara dengan lebih dari 700.000 ton per tahun tepung. Sudah lebih dari 40
tahun berpengalaman menghasilkan tepung, perusahaan ini menjadi salah satu
produsen terigu terkemuka di Indonesia dan kualitas dengan tingkat konsistensi
tinggi. Produk Pearl Flour Mills Timur mempunyai pasar yang sangat kuat dan
dominan di Sulawesi, Kalimantan, Nusantara, Maluku dan bagian lain dari
Indonesia Timur.
Untuk mengembangkan usaha dan mereplikasi keberhasilan di Indonesia
Timur, perusahaan tersebut memperluas distribusi tepung ke Jawa dan
Sumatera dengan memanfaatkan pada konsistensi kualitas produk
36
kami. Keahlian Tim Technical Support memiliki pengetahuan Industri untuk
membantu pelanggan menjadi lebih untung dan menyiapkan beberapa gudang di
Jawa untuk pengiriman tepat waktu. juga telah memperluas jaringan multi-
distributor kami menjadi lebih dekat dan lebih terjangkau untuk semua
pelanggan. Eastern Pearl flour Mills memperluas jaringan multi distributor agar
lebih dekat dan menjangkau semua pelanggan. Selain pasar domestik, Eastern
Pearl flour Mills adalah eksportir terkemuka tepung protein tinggi di Filipina.
Perusahaan ini memiliki tiga merek utama. Yakni tepung serba guna
dengan merek Kompas. Tepung roti dengan merek Gunung dan Gerbang yang
menjadi pemimpin pasar dalam segmen tepung roti segmen, menggunakan
Gandum Amerika Utara. Dan tepung terigu merek gatotkaca yang paling banyak
tersedia serta terjangkau. Tahun 2013, perusahaan ini mempunyai target
produksi giling gandum meningkat 5% atau naik dari produksi tahun sebelumnya
sebesar 540.000 metrik ton.
2. Visi dan Misi PT. Eatern Flour Mill Makassar
a. Visi
Menjadi salah satu penggiling tepung yang betul-betul terintegrasi dari hulu
hingga hilir di Asia Tenggara, yang mampu meningkatkan nilai bagi para
pemegang saham dan konsumen dalam suatu lingkungan kerja yang senantiasa
memberikan motivasi pada karyawan kami dengan kebanggaan. “To be South
East Asia’s one truly integrated flour mille, from source to market, which
increases value for shareholders and customers in an environment that motivates
our employees with pride”
37
b. Misi
Kita melayani untuk membawa industri kami mengelola secara proaktif rantai
persediaan dan memproduksi tepung dengan kualitas yang sangat konsisten
pada biaya terendah. “We serve to lead our industry by proactively managing the
supply chain and producing the most consistent quality flour at the lowest cost”.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi perusahaan pada dasarnya memperlihatkan
hubungan antara wewenang, tanggung jawab, tugas dan kedudukan para
personel dalam perusahaan. Adapun struktur organisasi PT. Eatern Pearl Flour
tersebut adalah sebagai berikut:
Sumber: PT. Eatern Pearl Flour Mills Makassar
38
C. Hasil Penelitian
1. Sistem Just In Time di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
Suatu perusahaan membutuhkan sistem dalam mengelola biaya-biaya
yang akan dikeluarkan. PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar menggunakan
Just In Time dalam mengelola persediaannya yang bertujuan meminimalisir
pemborosan yang terjadi. Penerapan Just In Time memudahkan PT. Eastern
Pearl Flour Mills Makassar dalam mengefisienkan biaya bahan baku. Prinsip
dasar Just In Time:
a) Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk Sistem
manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu
setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk.
Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan
sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja, untuk itu proses
produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya
dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stok
serta untuk menekan biaya penyimpanan.
b) Produksi dalam jumlah kecil
Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size) yang kecil untuk menghindari
perencanaan dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya dalam produksi
jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal
tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam
rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.
c) Mengurangi pemborosan (eliminate waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada.
Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin
39
atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan
untuk mencapai target produksi.
d) Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow
improvement)
Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak produktif
yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
e) Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam
sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero
Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap
langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa
diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.
f) Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people)
Dengan metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja
akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil
keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan
karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
g) Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian
Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan
yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah
menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen
tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang
umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya
pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu
dalam perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan
40
dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidak-
pastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan dalam
pertimbangan.
h) Perhatian dalam jangka panjang
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di atas
bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka
waktu pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan
merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka
pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem
produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi
proses terbentuknya kurva belajar.
Hal ini juga dibuktikan dengan hasil wawancara dengan bapak Rafiuddin
selaku manajer produksi:
“visi misinya perusahaan itu kualitas dan mutu dan delivery tepat waku. Kita tidak boleh terlambat karena kapan kita tidak tepat waktu, bahan bakunya orang lambat, sesuai PO”
[“visi misi perusahaan yaitu menghasilkan kualitas, mutu dan delivery tepat waktu. Sehingga produk yang akan dikirimkan ke konsumen sampai tepat waktu”]
PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar menggunakan sistem Just In Time
karena sistem ini sangat membantu perusahaan dalam mengelola persediaan
dengan planning yang tepat agar tidak terjadi pemborosan. Penggunaan bahan
baku gandum pada proses produksi disesuaikan dengan rencana produksi yang
disusun oleh bagian produksi. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan
bapak Rafiuddin sebagai Manajer Produksi:
“tergantung, misalnya 4.000 ton maka gandum harus disediakan 6.000 ton” [“tergantung bahan baku yang direncanakan, jika kita ingin memproduksi
41
4.000 ton terigu, berarti kita harus menyediakan 6.000 ton gandum”]
Bahan yang digunakan akkan dibuat daftarnya dan direncanakan sesuai
permintaan produksi. Hal ini merupakan tahap yang penting, dimana dibutuhkan
perencanaan yang baik sebelum proses produksi dilaksanakan.
2. Impelementasi Just In Time di PT. Eatern Pearl Flour Mills Makassar
PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar sudah menerapkan sistem ini
sejak tahun 2003, mengingat sistem ini bukan dengan mudah diimplementasikan
ada beberapa kendala yang dihadapi perusahaan dan perusahaan tetap
melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kualitas produksi tersebut.
Akan tetapi, ditahun ini telah terjadi wabah Covid-19 yang mengakibatkan
beberapa daerah atau negara melakukan karantina wilayah untuk memutuskan
rantai penularan virus Covid-19 yang membatasi pergerakan penduduk dan
barang melintas antar daerah hingga lintas negara. Hal ini cukup berpengaruh
terhadap PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.
Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan bapak Rafiuddin:
“ya, cukup berpengaruh karena ada keterlambatan ekspedisi. jakarta mengalami lockdown dan kardusnya di datangkan dari Jakarta makanya ada keterlambatan. Tapi karena kita sudah stok selama 2 bulan kedepan jadi aman”
[“pandemi ini sangat berpengaruh terhadap perusahaan karena jakarta mengalami lockdown yang mengakibatkan keterlambatan kardus sampai ke gudang. akan tetapi perusahaan sudah menyetok selama 2 bulan kedepan hingga tidak ada ke khawatiran kehabisan”]
Pemakaian bahan utama gandum dalam proses produksi disesuaikan
dengan rencana produksi yang telah dibuat dan disusun oleh bagian produksi.
Berdasarkan rencana produksi perusahaan, PT. Eastern Pearl Flour Mills
Makassar dapat memperkirakan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan.
Sebelum pandemi Covid-19 menyerang dunia, perusahaan melakukan
42
pemesanan hanya sekali dalam sebulan. Ini diharapkan bahan baku yang
dipesan akan tiba pada saat awal bulan yang baru. Akan tetapi, saat ini
perusahaan memesan bahan baku dalam sebulan sebanyak dua kali untuk 2
bulan kedepan sesuai dengan rencana produksi.
Sistem persediaan Just In Time dalam produksi terigu memiliki kelebihan
dalam menghemat tempat yang digunakan untuk menyimpan bahan baku (silo)
karena pada sistem ini, perusahaan tidak menyimpan persediaan dalam jumlah
yang banyak karena proses produksi ini dikatakan Job Order atau produksi yang
dilakukan berdasarkan pemesanan. Efisien sistem ini dapat dilihat dari pembelian
bahan baku yang dilakukan secara terplanning. Untuk tetap mempertahankan
efisiennya, perusahaan memerlukan planning yang lebih baik lagi. Hal ini sejalan
dengan hasil wawancara bapak Rafiuddin:
“untuk mengetahui perusahaan sudah efisien, perusahaan membutuhkan planning yang tepat agar dapat mengatur seluruh persediaan bahan baku untuk memenuhi permintaan pelanggan dan pengalokasian biaya yang sesuai”
[“perusahaan melakukan planning yang tepat agar dapat mengatur persediaan bahan baku untuk memenuhi permintaan pelanggan dan pengalokasian biaya yang sesuai dengan”]
Efisien sistem ini dapat dilihat dari pembelian bahan baku yang dilakukan
secara terplanning yang tidak akan membuat waktu produksi dan biaya terbuang.
D. Pembahasan
Just In Time merupakan sistem yang digunakan dalam mengelola dan
mengembangkan kualitas dan efisiensi produknya. Setiap perusahaan perlu
menerapkan sistem untuk mengefisienkan biaya agar tidak terjadi pemborosan
pada saat proses produksi. Just In Time bukanlah pendekatan yang dapat
43
dengan mudah diterapkan dengan hasil yang cepat diperoleh. Di Indonesia, Just
In Time telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan. Salah satunya
adalah PT. Eastern Flour Mill Makassar. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan kepada Manajer Produksi, PT. Eastern Flour Mill Makassar telah
menggunakan sistem Just In Time sejak tahun 2003.
Just In Time merupakan suatu sistem produksi yang dirancang untuk
mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan produk
seefisien mungkin dengan menghapus segala jenis pemborosan yang dapat
terjadi dalam proses produksi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Just In
Time merupakan sistem yang mempunyai tujuan menghasilkan kualitas, mutu,
dan delivery tepat waktu. Sistem ini digunakan untuk merencanakan produksi
tepat waktu, sesuai kualitas, dan sesuai dengan komponen atau produk yang
dibutuhkan pada tahap produksi selanjutnya. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Putra dan Idayanti (2014) bahw Just In Time adalah untuk
menhasilkan produk hanya pada saat dibutuhkan, dan hanya menhasilkan
produk sebanyak yang dibutuhkan oleh pelanggan.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap perusahaan adalah
berusaha meningkatkan kegiatan produksi sehingga perusahaan dengan
mudah tetap mempertahankan kontiunitas atau keberlanjutan jalannya sebuah
perusahaan. Selain itu, perlunya membangun hubungan yang baik antara
perusahaan dengan pemasok. Misalnya saja untuk PT. Eastern Flour Mills
Makassar yang bekerjasama dengan pemasok gandum yang berasal dari
berbagai negara seperti; Kanada, Australia, Argentina, dan Saudi Arabia yang
menyediakan gandum sebanyak 6.000 ton perbulan untuk digunakan sebagai
bahan baku produksi. Karena bekerja sama dengan pemasok yang berasal
44
dari luar negeri sehingga perlu diadakan kontrak jangka panjang dengan
pemasok utama untuk menekan biaya transportasi dan biaya pemesanan serta
kualitas bahan baku yang akan digunakan.
Penggunaan bahan baku, terutama bahan baku yang sebagian besar
merupakan bahan baku impor dari pemasok utama yang cukup jauh sehingga
perlu untuk mengkoordinasi agar proses perencanaan produksi selalu sejalan
dengan kebutuhan perusahaan, maka perusahaan perlu untuk melakukan
pemesanan dengan menentukan periode tertentu dan tetap sesuai dengan
stok persediaan yang ada digudang.
Pembelian barang dalam suatu perusahaan berupa barang untuk
kepentingan suatu produksi merupakan kegiatan yang tidak kalah pentingnya,
karena merupakan kegiatan utama yang terjadi secara berkala dan terus
menerus. Sebagai aktivitas sehari-hari, terkadang banyak yang terbuang
percuma. Oleh karena itu, sistem Just In Time akan berusaha mengurangi
atau bahkan menghilangkan pemborosan. Untuk PT. Eastern Flor Mills
Makassar sendiri yang sangat menjunjung tinggi keberhasilan perusahaan
dalam mempertahankan kualitas dan mutu dan delivery tepat waktu tanpa
adanya pemborosan, sistem Just In Time ini dirasa sangat membantu dan
berhasil digunakan. Sehingga system ini telah digunakan selama 17 tahun.
Meskipun demikian, tetap saja ada beberapa kendala yang perusahaan alami
dalam hal produksi seperti yang diutarakan pada saat wawancara bahwa dalam
proses produksi mungkin ada kerusakan internal yang disebabkan karena
bencana seperti pandemic yang saat ini dialami. Adanya lockdown menyebabkan
terlambatnya produksi.
45
Disaat sekarang ini, seluruh dunia mengalami suatu wabah yaitu
pandemic Covid-19 yang mengakibatkan berbagai dampak yang dialami oleh
berbagai sektor, tak hanya sektor kesehatan, sektor ekonomi juga mengalami
dampak serius akibat pandemic virus corona. Beberapa daerah bahkan negara
melakukan karantina wilayah untuk memutuskan rantai penularan virus corona
sehingga membatasi pergerakan penduduk dan pengiriman barang dari lintas
daerah hingga lintas negara. PT. Eastern Flor Mills Makassar salah satu
perusahaan yang merasakan kendala keterlambatan ekspedisi. Berdasarkan
hasil wawancara, peneliti menemukan bahwa pandemi sangat berpengaruh
karena keterlambatan ekpedisi. PT. Eastern Flor Mills Makassar yang memasok
kardus dari wilayah lain seperti Jakarta mengalami keterlambatan produksi.
Jakarta yang menjadi pusat penyebaran virus terbesar di Indonesia melakukan
lockdown, sehingga tidak bisa memasok barang-barang.
Di Indonesia, Just In Time telah banyak digunakan oleh banyak
perusahaan, salah satunya PT. Eastern Flour Mills Makassar. Untuk mencapai
sasaran dari sistem ini, maka perusahaan diharuskan memproduksi hanya
sebanyak jumlah yang dibutuhkan/diminta oleh konsumen dan pada saat
dibutuhkan sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan
kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang. Hal ini
mengemukakan bahwa untuk mengetahui perusahaan sudah efisien,
perusahaan memerlukan planning yang tepat agar dapat mengatur seluruh
persediaan bahan baku, kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan
pelanggan dan pengalokasian biaya yang sesuai.
PT. Eastern Flour Mills Makassar memiliki persediaan untuk stok selama
2 bulan kedepan. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Assauri (1998)
46
bahwa tujuan pengendalian persediaan yaitu menjaga jangan sampai
perusahaan kehabisan persediaan yang menyebabkan proses produksi terhenti.
Oleh karena perusahaan ini merupakan pabrik terigu yang hasil produksinya
masih terus dibutuhkan di kalangan masyarakat sehingga tidak ada masalah
yang berarti. Terigu sendiri masih terus menerus dibutuhkan untuk membuat
berbagai makanan yang menjadikan daya minat masyarakat tetap stabil.
Sehingga selama pandemi ini, bahan baku juga tetap stabil, tidak naik dan tidak
turun. Suatu perusahaan dapat dikatakan sudah efisien apabila perusahaan
dalam menjalankan sesuatu (tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya). Efisien
merupakan proses penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan dengan benar
dan penuh kemampuan yang dimiliki dan tidak berdampak pada pemborosan
atau pengeluaran yang tidak berarti. Efisiensi merupakan komponen-komponen
input yang digunakan seperti waktu, tenaga, dan biaya dapat dihitung
penggunaannya dan tidak berdampak pemborosan atau pengeluaran yang tidak
berarti.
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai Penerapan Just In Time
Sebagai Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus Pt. Eastern
Pearl Flour Mills Makassar) adalah membuat planning yang tepat dan hanya
memproduksi sebanyak jumlah yang dibutuhkan atau diminta oleh konsumen.
Bahan baku yang dipesan sudah dipersiapkan untuk 2 bulan kedepan.
Penerapan Just In Time pada PT. Eastern Flour Mills Makassar sudah
efisien diterapkan, baik sebelum maupun selama pandemi ini dikarenakan tidak
ada kendala-kendala berarti dalam mendapatkan bahan baku sehingga selama
pandemi ini, bahan baku juga tetap stabil, tidak naik dan tidak turun. Efisien
sistem ini dilihat dari pembelian bahan baku yang dilaksanakan secara
terplanning yang tidak akan memyebabkan pemborosan terjadi.
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, hendaknya meneliti faktor-faktor lain yang
masih belum terungkap pada penelitian ini yang mempengaruhi atau memiliki
hubungan dengan Just In Time sehingga dapat menyempurnakan isi dari
penelitian ini sekaligus menjadikan pertimbangan dalam penelitian dengan judul
yang lebih variatif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Y., Dewi, S., dan Ermadiani, 2008, Analisa Penerapan Sistem Just
In Time untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada
Perusahaan Industri, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12, No. 1,
Januari: 135-146
Aznedra, safitri E (2018) Analisis Pengendalian Internal Persediaan, dan
Penerapan Metode Just In Time Terhadap Efisiensi Persediaan
Bahan Baku (Studi Kasus PT. SIIX ELECTRONICS INDONESIA).
Jurnal measurement, Vol.
12, No.2
Aini N (2008) Analisis Perbandingan Metode Tradisionaldengan Just In Time
Inventory Untuk Mencapaiefisiensi Biaya Bahan Baku Pada Pt.
Kemajuanindustrindo Malang.
Agus, Ristono. (2009). Manajemen Persediaan, Edisi 1. Yogyakarta:
Graham Ilmu Agus, Ristono. (2009). Manajemen Persediaan, Edisi
1. Yogyakarta: Graham Ilmu
Anthony, Robert N, Govindarajan, Vijay, 2002. Management Control System,
Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.
Assauri. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Blocher, Edward J., K. H Chen., T. W. Lin. (2002). Cost management: a strategic emphasis (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.
Firdayanti N, Lestari T, & cholifah (2015) Penerapan Metode Just In Time
Dalam Usaha Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku Pada CV.
Cahaya Mas Di Sidoarjo. Jurnal Akuntansi ubhara
Garrison, H. Ray; Eric W. Noreen; dan Peter C. Brewer. 2006, Akuntansi
Manajerial, Buku I, Edisi Kesebelas, Penerbit : Salemba Empat,
Jakarta.
Gunadi A. (2016). Pengaruh just in time terhadap efisiensi bahan baku.
Jurnal ilmu dan riset akuntansi, vol. 5, No.3
Hadioetomo. 2009. Pengaruh Penerapan JIT Terhadap Kinerja dan Keunggulan
Kompetitif Perusahaan Manufaktur, Universitas Diponegoro, Semarang.
Kajian Akuntansi, Volume 4, Nomor 2, Desember 2009: 104-113.
Hanafi, M. dan Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit dan
Percetakan AMPYKPN. Yogyakarta.
49
Hensen, Don R. dan Maryana M. Mowen. 2013. Akuntansi Manajerial. Edisi
Delapan. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Heizer, Jay dan Barry Render. (2010). Operation Management-Manajemen
Operasi, Edisi 9 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi (Operation Manajemen) Analisis dan
Studi Kasus. Jakarta : PT Gramedia.
Hardianto. 2010. Sistem Produksi Just In Time, artikel diakses juni 2016 dari
http://luckyprasetyohardiyanto.blogspot.co.id
Horne, James C. Van., dan JR, John M. Machowicz. Prinsip-prinsip Manejemen
Keuangan, Edisi 12, Buku 1. Terjemahan Dewi Fitriasari dam Deni Arnos
Kwary. 2005. Jakarta: Salemba Empat.
Jaelani, E., 2009, Just In Time, 2 Februari.
J. Blocher, Edward, dkk. 2000. Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Keown, Arthur J., Martin, John D., Petty, J. William, JR, David F. Scott.
Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh, Jilid 1.
Terjemahan Marcus Prihminto Widodo. 2011. Jakarta Barat: PT Indeks.
Kusumawati. R. 2009. Studi Just In Time Untuk Meningkatkan Kinerja
Produktivitas Perusahaan. AKSES: Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 4 (8).
Kurniati Y, Yanfitri. 2010. Dinamika Industri Manufaktur Dan Respon Terhadap
Siklus Bisnis. DKM, Bank Indonesia.
Martono, Ricky. (2015). Manajemen Logistik Terintegrasi, Cetakan 1. Jakarta:
Penerbit PPM.
Muliyadi, 2014. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Oscar. 2011. “Pengurangan Pemborosan Waktu Tunggu pada Pembuatan
Dining Chair dengan Menggunakan Pendekatan Lean Manufacturing
(Studi Kasus pada CV. Rekabu Furniture, Pabelan)”. Tersedia pada
ttp://eprints.uns.ac.id/5406/1/209311011201112241.pdf (diakses tanggal
03 desember 2013).
Putra, Christyandhika dan Farida Idayati. (2014). Penerapan Metode Just in
Time Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku.
Jurnal: Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No.1.
Rosita R, Hufroo M, & Abs M.k (2018) Penerapan Metode Just In Time
(Jit) Untuk Meningkatkan Efisiensi Persediaan Bahan Baku Pada
Home Industry “Mulya COLLECTION” JOMBANG. E-jurnal riset
50
manajemen riset manajemen prodi manakemen fakultas ekonomi
unisma
Rahayu. 2003. Pengaruh Aplikasi Strategi Just In Time Terhadap
Efektivitas dan Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Santosa Jaya Abadi Sidoarjo, Ekuitas, Vol.9 No.4 Desember 439-463.
Rahardjo, Adisasmita (2011), Pengelolaan Pendapatan Dan Anggaran Daerah, Cetakan Pertama, Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu.
Schonberger, Richard J. 2013. Teknik-Teknik Manukfaktur Jepang
terjemahan Dr. Edi Nugroho, Pustaka Binaman Pressindo, 1995,
Jakarta.
Sekunder W., Herry. 2011. Penerapan Just In Time Dalam Sistem
Pembelian dan Sistem Produksi. Binus Business Review Vol. 2 No.
1 Mei: 446-455.
Simamora, Henry. 2012. Akuntansi Manajemen. Riau: Star Gate Publisher
Supardiyono. 2009. Sistem Produksi Tepat Waktu Just In Time. Artikel
diakss September 2016 dari https://supardiyo.wordpress.com
Sukmasari, L. 2003. Hubungan Tingkat Penerapan Just In Time pada Sistem
Produksi dengan Kinerja Non-Keuangan. Skripsi. Universitas
Padjajaran. Bandung
Sumiyanto, D.W (2017) Penerapan Metode Just In Time Terhadap
Efisiensi Biaya Bahan Baku Pt Harmonize Invitation. Jurnal ilmu dan
riset akuntansi, Vol. 6, No.9
Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk
Teknologi dan Globalisasi, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit
: BPFE, Yogyakarta.
Sofyan, Diana K. 2013. Perencanaan dan pengendalian Produksi.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Stevenson, William J dan Sum Chee Choung, 2014. Manajemen Operasi
Perspektif Asia. Jakarta: Selemba Empat
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Supriyono. 1999. Manajemen Strategis dan Kebijakan Bisnis. Edisi 2. BPFE. Yogyakarta. 2002. Akuntansi Manajemen. Edisi 1. BPFE. Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy & Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management.
Edisi revisi. Yogyakarta: Andi Offset.
51
Taslim, Felicia Timothy.(2013) Penerapan Metode Just in Time dalam
Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja
dan Waktu Produksi: Studi Kasus pada Lactasari Top Agriculture
Company. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.
W heri S (2011) Penerapan Just In Time Dalam Sistem Pembelian Dan Sistem Produksi. Jurnal binus business review, Vol.2, No.1
Yulianti. 2013. “Analisis Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Metode
Just In Time dan Dampaknya Terhadap Kualitas Produk pada CV.
Yan’s Fruit and Vegetables”. Tersedia pada Analisis Sistem
Pengendalian Persediaan Dengan Metode Just In Time dan
Dampaknya Terhadap Kualitas Produk pada CV. Yan’s Fruit and
Vegetables. (diakses tanggal 03 desember 2013).
L
A
M
P
I
R
A
N
53
Lampiran : 1
Nama Lampiran : Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana system persediaan pada perusahaan?
Jawab: diatur oleh Just In Time
2. Apa-apa saja bahan baku yang dipakai dalam produksi?
Jawab: banyak, tetapi kita ambil yang bahan utama sama mineral-
mineralnya
3. Berapa banyak bahan baku yang digunakan perusahaan setiap bulan?
Jawab: tergantung, misalnya 4.000 ton maka gandum harus disediakan
6.000 ton
4. Pada tahun berapa Just In Time digunakan diperusahaan ini?
Jawab: ya, sekitar 2003 lah
5. Apakah didalam system produksi terdapat hal yang menajdi focus utama
dalam penerapan Just In Time?
Jawab: oh jelas, karena motto kita itu visi misinya perusahaan itu kualitas
dan mutu dan delivery tepat waktu. Kita tidak boleh lewat waktunya
karena kapan kita tidak tepat waktu, bahan bakunya orang akan lambat,
sesuai PO
6. Selama menerapkan Just In Time, apakah ada kendala atau masalah?
Jawab: selama ini tidak ada, mungkin ada kerusakan internal kan
bencana kayak pandemic kemarin. Nah kita ini lambat karna lockdown
makanya lambat
7. Dimasa pandemic ini, apakah Just In Time berpengaruh pada bagian
produksi dan pembelian bahan baku?
54
Jawab: ya, cukup berpengaruh karena kan kita ada keterlambatan
ekpedisi, Jakarta lockdown, kita ambil di Jakarta kardusnya makanya
melambat. Karena kan semua diputuskan, ada yang dirumahkan, supply
backnya mundur semua. Tapi karena kita sudah stok selama 2 bulan
kedepan jadi aman
8. Apakah dimasa pandemic ini, terdapat kendala untuk mendapatkan
bahan baku?
Jawab: sejauh ini belum, pabrik terigu belum karena kan dipabrik terigu
kita kan lumayan baguslah karena work from home karena mereka butuh
terigu buat kue, makanan. Daya minat masyarakat rendah, berarti stabil.
Kalau untuk masa pandemi ini baguslah, tidak turun tidak naik
9. Menurut bapak, selama perusahaan menerapkan Just In Time. Apakah
system ini sudah efisien diterapkan?
Jawab: ya, sangat efisien. Saya yakin itu yang paling bagus
10. Menurut Bapa, selama perusahaan menerapkan Just In Time, apakah
sistem tersebut efektif? Dan bagaimana menjaga dan meminimalkan
untuk menjaga efisiensi?
Jawab: untuk mengetahui perusahaan sudah efisien, perusahaan
membutuhkan planning yang tepat agar dapat mengatur seluruh
persediaan bahan baku untuk memenuhi permintaan pelanggan dan
pengalokasian biaya yang sesuai
55
Lampiran : 2
Nama Lampiran : Dokumentasi dan pelaksanaan wawancara
DOKUMENTASI DAN PELAKSANAAN WAWANCARA
56
BIOGRAFI PENULIS
Mufti Khaeriah Burhanuddin lahir di Ujung Pandang,
Kecamatan Panakukkang, Provinsi Sulawesi Selatan
pada tanggal 1 Oktober 1997 dari pasangan Burhanuddin
AR dan ST. Rahma B. Penulis merupakan anak pertama
dari 3 (tiga) bersaudara. Pendidikan formal dimulai pada
jenjang Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Paccinang dan
lulus pada tahun 2010, kemudian melanjutkan pendidikan
ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 23 Makassar dan
lulus pada tahun 2013, kemudian pendidikan dilanjutkan kembali ke tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 12 Makassar dan lulus pada
tahun 2016. Setelah lulus dari SMA Negeri 12 Makassar, penulis melanjutkan
studi S1 pada tahun 2016 di Perguruan Tinggi Swasta di Sulawesi Selatan yaitu
Universitas Muhammadiyah Makassar dan mengambil program studi Akuntansi.