penerapan balanced scorecard sebagai

158
SKRIPSI PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA BADAN USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT (Studi Kasusu Pada Rumah Sakit Kristen Tayu Pati) Disusun Oleh : Nama : Aji Dwi Prihananto NIM : 99.60.0657 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2006

Upload: yogieardhensa

Post on 29-Nov-2014

6.221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan balanced scorecard sebagai

SKRIPSI

PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI

TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA

BADAN USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT

(Studi Kasusu Pada Rumah Sakit Kristen Tayu Pati)

Disusun Oleh :

Nama : Aji Dwi Prihananto

NIM : 99.60.0657

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2006

Page 2: Penerapan balanced scorecard sebagai

ABSTRAKSI

Pengukuran kinerja merupakan suatu hal penting bagi sebuah unit bisnis.

Ini dikarenakan pengukura kinerja dapat digunakan untuk menilai

keberhasilan suatu perusahaan. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk

melakukan penyusunan strategi-strategi bisnis yang cocok dan dapat dijadikan

sebagai dasar dalam penyususnan system imbalan. Selama ini pengukuran

kinerja yang sering digunakan adalah pengukuran kinerja yang hanya

mengukur kinerja keuangan, tidak dapat mengambarkan kinerja perusahaan

secara keseluruan. Pengukuran kinerja keuangan hanya menilai kinerja untuk

jangka pendek dan tidak memperhitungkan harta-harta tak nampak yang

dimiliki rumah sakit. Dengan adanya kekurangan tersebut, maka diciptakan

suatu metode pengukuran kinerja yang mempertimbangkan aspek keuangan

dan non-keuangan yang dikenal dengan istilah Balance Scarecard. Pengukuran

kinerja Balance Scorecard menyangkut empat perspektif yaitu : Perspektif

Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal dan

Perspektif Belajar dan Berkembang. Penulis memilih menggunakan Rumah

Sakit Kristen Tayu karena selama ini pengukuran kinerja yang dilakukan

perusahaan masih menitik beratkan pada aspek keuangan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan skunder.

Tehnik pengmbilan sample yang digunakan adalah metode penelitian sensus,

yaitu mencatat semua elemen yang diselidiki ( Marzaki, 1997:41). Metode

pengujian instrument penelitian yang digunakan yaitu pengujian validitas dan

pengujian realibilitas. Sedangkan untuk metode analisis penulis menggunakan

metode kualitatif (untuk analisis tidak dengan angka) dan metode kwantitatif

(untuk analisis menggunakan angka-angka) yang nilai kinerja Rumah Sakit

melalui empat perspektif Balance Scorecard.

Page 3: Penerapan balanced scorecard sebagai

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perspektif Keuangan, Rumah Sakit Kristen Tayu kinerja yang

dihasilkan Rumah Sakit dapat dikatan baik, karena pertumbuhan

ROI dan Rasio Efisiensi mengalami peningkatan.

2. Perspektif Pelanggan, Rumah Sakit Kristen Tayu mampu

mempertahankan dan menarik minat pelanggan untuk berobat di

Rumah Sakit, serta mampu memuaskan pelanggan dengan layanan

yang dihasilkan.

3. Perspktif Proses Bisnis Internal, Rumah Sakit Kriaten Tayu

mampu memberikan fasilitas pelayanan yang baik walaupun

pelayanan pencegahan dan kecepatan kurang memadai, tetapi

dilihat keseluruhannya sudah baik.

4. Perspektif Belajar dan Berkembang, Rumah Sakit Kristen Tayu

mampu mempertahankan karyawan dan mampu memuaskan

karyawan dengan fasilitas yang dimiliki Rumah Sakit dan tugas

yang diberikan.

Page 4: Penerapan balanced scorecard sebagai

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua karunia dan rahmat-

Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini .

Skripsi dengan judul “Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur

Penilaian Kinerja Badan Usaha Berbentuk Rumah Sakit” ini disusun untuk

memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonami di Fakultas Ekonomi

Jurusan Akuntansi Universitas Soegijapranata Semarang.

Dalam pembuatan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak yang

telah memberikan bantuan matriel maupun moril kepada penulis, untuk itu penulis

mengucapkan terimaksih kepada:

1. Bapak Drs.Sentot Suciarto, A, MP, PhD selaku dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

2. Ibu Theresia Dwi Hastuti, SE, MBI, Akt selaku ketua jurusan Akuntansi

Universitas Soegijapranata Semarang.

3. Ibu Clara Susilowati, SE, MSI selaku dosen pembimbing yang telah

banyak membantu dan melakukan bimbingan selama proses pembuatan

Skripsi.

4. Semua Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang yang telah membantu dalam proses perkuliahan yang sudah

diberikan.

5. Manager Rumah Sakit Kristen Tayu ( dr. Vensi ) yang telah banyak

membantu penulis dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan

dalam proses pembuatan Skripsi.

6. Orang tua, saudara-saudara penulis yang selalu memberikan dorongan dan

dukungan kepada penulis. Terutama Ibu yang selalu memberi dukungan

kepada penulis.

7. Istri penulis yang selalu bersama-sama dengan penulis dan selalu

Page 5: Penerapan balanced scorecard sebagai

memberi semangat saat aku baru membutuhkan dan sabar.

8. Saudara-saudara penulis di GKB Jubilee yang selalu berdiri satu sama

yang lain, khususnya Kak Darwini, Kak Yopy, Didik, Budi, Lina, Rika,

Yunita, Sari, Dito adikku.

9. Terima kasih untuk Oliv yang membuatku mempunyai harapan baru

untuk menjadi lebih dewasa lagi.

10. Teman-temanku di Unika, Oktaf, Resa, Bangkres, Cacing, semuanya yang

tidak dapat kusebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun demi perbaikan

skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan

tambahan pengetahuan, wawasan yang semakin luas bagi pembaca.

Semarang, 12 Maret 2007

Penulis

Aji Dwi Prihananto

Page 6: Penerapan balanced scorecard sebagai

Telah diterima dan disahkan oleh Panitia Penguji pada :

Senin, 12 Maret 2006

Skripsi dengan Judul :

“Penerapan Balanced Scorecard

Sebagai Tolak Ukur Penilaian Kinerja Badan Usaha

Berbentuk Rumah Sakit”.

Oleh,

Aji Dwi Prihananto

99.60.0657

Penguji I Penguji II Penguji III

Drs. Hudi Prawoto, MM, Akt Stefani Lily Indarto, SE, MM Stephana Dyah Ayu R, SE, MSI

Mengetahui,

Dekan fakultas Ekonomi

Unika Soegijapranata

Dr. Sentot Suciarto, A, MP, Ph D

Skripsi dengan judul :

Page 7: Penerapan balanced scorecard sebagai

“Penerapan Balanced Scorecard

Sebagai Tolak Ukur Penilaian Kinerja Badan Usaha

Berbentuk Rumah Sakit”.

( Studi kasus pada Rumah Sakit Kristen Tayu )

Oleh :

Aji Dwi Prihananto

99.60.0657

Disetujui dan diterima baik oleh pembimbing

Semarang, 12 Maret 2007

Pembimbing,

Clara Susilawati, SE, MSi

Page 8: Penerapan balanced scorecard sebagai

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sesungguhnya menyatakan bahwa

skripsi dengan judul :

“Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Penilaian Kinerja Badan Usaha

Berbentuk Rumah Sakit”

Benar-benar merupakan karya saya. Saya tidak mengambil sebagian atau keseluruhan

karya orang lain yang seolah-olah saya akui sebagai karya saya. Apabila saya

melakukan hal tersebut, maka gelar dan ijasah yang saya peroleh dinyatakan batal dan

akan saya kembalikan kepada Universitas Katolik Soegijapranata.

Semarang, 12 Maret 2007

Yang menyatakan,

Aji Dwi Prihananta

Saksi I Saksi II Saksi III

Drs. Hudi Prawoto,MM, Akt Stefani Lily Indarto, SE,MM Stephana Dyah Ayu R,SE,MSI

Mengetahui,

Saksi IV

Clara Susilawati, SE, MSi

Page 9: Penerapan balanced scorecard sebagai

Persembahan

1. Tuhan Yesus yang menyelamatkanku dari dosa dan memangilku untuk bertobat

lahir baru.

2. Orang Tua yang dalanm kekurannyanya dan sahaja meperjuangakanku sampai

sarjana.

3. Istriku yang selalu setia kepadaku

4. Dosen UNIKA yang membibingku sampai lulusku dengan kesabarannya dan

mebuatku lebih dari sebelumnya.

5. Saudaraku di GKB Jubilee.

Page 10: Penerapan balanced scorecard sebagai

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. I

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. II

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... III

MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................ IV

KATA PENGANTAR...........................................................................................V

ABSTARKSI.........................................................................................................VIII

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................. 1

.....................................................................................................

1.2. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah........................... 5

1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian.................................................... 5

.....................................................................................................

1.3.1 Tujuan Penelitian.............................................................. 5

1.3.2 Manfaat penelitian............................................................ 6

1.4. Kerangka Pikir............................................................................. 6

1.5. Definisi dan Pengukuran Variabel............................................... 9

1.5.1 Kinerja Perspektif Keuangan............................................ 9

1.5.2 Kinerja Perspektif Konsumen........................................... 9

1.5.3 Kinerja Perspektif Proses Internal Bisnis......................... 10

1.5.4 Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran......... 10

1.6. Sistematika Penulisan.................................................................. 11

BAB II LADASAN TEORI

2.1 Penilaian Kinerja......................................................................... 13

2.2 Penilaian Kinerja dengan Sistem Tradisional............................. 14

2.3 Balanced Scorerard..................................................................... 16

2.4 Kinerja Perspektif Keuangan...................................................... 19

2.5 Kinerja Perspektif Konsumen..................................................... 20

Page 11: Penerapan balanced scorecard sebagai

2.6 Kinerja Perspektif Proses Internal Bisnis.................................... 22

2.7 Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran.................... 25

2.8 Pengertian Rumah Sakit.............................................................. 28

2.9 Penelitian Terdahulu................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian........................................................ 32

3.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 32

3.2.1 Populasi.............................................................................. 32

3.2.2 Sampel................................................................................ 33

3.3 Metode Pengumpulan Data.......................................................... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................... 34

3.5 Pengujian Instrumen Penelitian.................................................... 35

a. Uji Validitas....................................................................... 35

b. Uji Relibilitas..................................................................... 36

3.6 Metode Analisis............................................................................ 37

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Visi dan Misi...................................................................... 41

4.1.2. Tujuan................................................................................ 42

4.1.3. Bidang Usaha..................................................................... 42

4.2. Analisis Data

4.2.1 Kinerja Perspektif Keuangan............................................ 43

A. Indikator ROI............................................................... 46

B. Indikator Rasio Efesiensi ............................................ 47

......................................................................................

4.2.2 Kinerja Perspektif konsumen............................................ 47

4.2.3 Kinerja Perspektif Proses Internal Bisnis......................... 51

A. Indikator Bed Turnover Ratio (BTO).......................... 52

B. Indikator Gross Deatd Rate (GDR).............................. 52

Page 12: Penerapan balanced scorecard sebagai

C. Indikator Net Deatd Rate (NDR)................................ 53

4.2.4 Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran......... 54

A. Indikator Produktifitas Karyawan............................... 55

B. Indikator Retensi Karyawan........................................ 55

C. Kepuasan karyawan .................................................... 56

4.2.5 Hasil keseluruhan Analisis Balanced Scorecard.............. 64

BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan........................................................................................ 68

5.2.Keterbatasan...................................................................................... 70

5.3.Saran.................................................................................................. 70

LAMPIRAN

Page 13: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan memerlukan sistem manajemen yang didesain sesuai dengan tuntutan lingkungan usahanya, karena dengan menggunakan sistem manajemen yang sesuai dengan tuntutan lingkungan usaha maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi

sebuah perusahaan. Pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk menilai

keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan dalam

perusahaan. Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya

menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai tingkat

keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan memperoleh imbalan yang

baik dari perusahaan.

Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi keuangan

akan dapat menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik saat ini dapat

dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka panjang

perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik dalam jangka

pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-investasi demi

kekepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi kekurangan ini, maka

diciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan

dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu aspek keuangan, pelanggan, proses

bisnis internal serta proses belajar dan berkembang (Ali Mutasowifin, 2002 :

245).

17

Page 14: Penerapan balanced scorecard sebagai

Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek

keuangan dengan aspek non keuangan yang secara umum dinamakan Balanced

Scorecard. Dengan menerapkan metode Balanced Scorecard para manajer

perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan

penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-

kepentingan masa yang akan datang.

Rumah Sakit adalah bentuk organisasi pengelola jasa pelayanan

kesehatan individual secara menyeluruh. Di dalam organisasinya terdapat

banyak aktivitas, yang diselenggarakan oleh petugas berbagai jenis profesi,

baik profesi medik, paramedik maupun non-medik. Untuk dapat menjalankan

fungsinya, diperlukan suatu sistem manajemen menyeluruh yang dimulai dari

proses perencanaan strategik (renstra), baik untuk jangka panjang maupun

jangka pendek. Suatu renstra dapat disebut baik apabila perencanaan tersebut

dapat ditindaklanjuti secara praktis ke dalam program-program operasional

yang berorientasi kepada economic - equity - quality. Artinya rumah sakit

dikelola secara efektif dan efisien, melayani segala lapisan masyarakat dan

berkualitas.

Memasuki era globalisasi perdagangan antarnegara sejak 2003 ini,

pimpinan rumah sakit di Indonesia perlu memfokuskan strategi perencanaan,

pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian sehingga betul-betul siap

dengan daya saing di tingkat global. Di dalam era tersebut, para konsumen

bebas memilih rumah sakit mana yang mampu memberikan pelayanan

memuaskan, profesional dengan harga bersaing, sehingga strategi dan kinerja

18

Page 15: Penerapan balanced scorecard sebagai

rumah sakit pun harus berorientasi pada keinginan pelanggan tersebut. Untuk

itu diterapkan balanced scorecard (BSC) yang diharapkan menjawab tuntutan

dan tantangan zaman.

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati sebagai rumah sakit rujukan pelayanan

kesehatan di daerah sekitar murya dalam era kesejagatan (globalisasi), disatu

pihak diperhadapkan pada kekuatan-kekuatan dan masalah-masalah interen

yang ada, sedangkan di lain pihak secara, bersamaan juga diperhadapkan pada

kondisi lingkungan dengan berbagai faktor peluang dan tantangan yang

senantiasa berkembang dinamis. Oleh karena itu untuk dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang prima bagi masyarakat perlu disusun Visi Misi,

Tujuan, Sasaran serta Indikator keberhasilan yang dirampungkan dalam bentuk

Rencana Stratejik (RENSTRA). Indikator keberhasilan merupakan alat ukur

yang harus dievaluasi secara periodik berkesinambungan. Indikator bukan saja

dalam bentuk finansial tapi juga dengan indikatoryang lain seperti pelangan,

bisnis inernal juga pembelanjaran dan pertumbuhan yang selanjutnya dijadikan

bahan untuk mengendalikan arah dan mutu pelayanan kesehatan agar visi yang

telah ditetapkan benar-benar dapat diwujudkan.

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati merupakan salah satu Rumah Sakit

Umum di Tayu yang berusaha memberikan pelayanan kesehatan secara

propesonalisme dan meningkatkan mutu terus-menerus. Memaksa pihak

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati untuk selalu memperbaiki kinerjanya, agar

dapat menambah kepercayaan masyarakat atas Rumah Sakit Kristen Tayu Pati.

Kepercayaan ini sangatlah penting, mengingat masyarakat merupakan

19

Page 16: Penerapan balanced scorecard sebagai

pengguna jasanya. Diharapkan dengan peningkatan kepercayaan masyarakat

terhadap Rumah Sakit menpunyai dampak pada pendapatan Rumah Sakit.

Melihat fenomena tersebut di atas, maka perlu digunakan alternatif

penilaian kinerja Rumah Sakit Kristen Tayu dengan menggunakan Balanced

Scorecard yang lebih komprehensif, akurat, terukur karena dalam menilai

kinerja suatu organisasi tidak hanya dinilai dari aspek keuangan saja, tetapi

juga dinilai dari aspek nonkeuangan.

Dari latar belakang dan uraian di atas, maka dalam penelitian ini

mengambil judul “PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI

TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA BADAN USAHA

BERBENTUK RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Kristen

Tayu Pati)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja

manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu diukur dengan menggunakan Balanced

Scorecard ?

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah oleh peneliti dengan maksud agar pembahasan

dapat lebih terfokus. Adapun penelitian ini hanya akan membahas mengenai

penerapan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja manajemen Rumah

Sakit Kristen Tayu ditinjau dari 4 aspek yaitu aspek keuangan (ROI dan Profit

Margin), Pelanggan (kepuasan pelanggan), Proses Bisnis Internal (BTO, GDR,

20

Page 17: Penerapan balanced scorecard sebagai

NDR), serta pembelajaran dan Pertumbuhan (Produktivitas karyawan, Rentensi

karyawan, Kepuasan karyawan) tahun 2004 – 2005.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran penggunaan Balanced Scorecard terhadap

penilaian kinerja rumah sakit.

2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana penerapan Balanced Scorecard

sebagai alat analisis yang komprehensif dan koheren pada suatu

perusahaan.

3. Memberikan suatu alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang

memperhatikan aspek finasial dan aspek nonfinasial.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-pihak yang

membutuhkan sebagai berikut :

a. Sebagai alternatif pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dalam

menilai kinerja manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu.

b. Menambah wawasan bagi manajemen dan pengurus mengenai pentingnya

faktor-faktor nonfinancial yang mempengaruhi kinerja manajemen

Rumah Sakit Kristen Tayu.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan dan

bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian yang

menyangkut kinerja manajemen suatu badan usaha berbentuk Rumah

21

Page 18: Penerapan balanced scorecard sebagai

Sakit Kristen Tayu.

1.4. Kerangka Pemikiran

Dalam skripsi ini akan dilakukan pengukuran kinerja dengan

menggunakan system pengukuran kinerja yang di sebut BALANCED

SCORECARD kepada sebuah perusahaan atau organisasi public yang belum

mengenal sistem pengukapan kinerja tersebut. BALANCED SCORECARD di

kembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai alat

yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk merefleksikan

pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektifitas organisasi. BALANCED

SCORECARD merupakan solusi terbaik dalam pengukuran kinerja bisnis.

Empat perspekif utama di sorot melalui BALANCED SCORECARD

yaitu:

1. Perpektif keuangan

2. Perpektif konsumen atau pelanggan

3. Perpektif proses internal bisnis

4. Perpektif pembelajan dan pertumbuhan

Dalam BALANCED SCORECARD. Keempat perspektif tersebut

menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga merupakan indikator

pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan memiliki hubungan sebab

akibat.

Seperti yang telah di jelaskan bahwa pengukuran kinerja bagi perusahan

jasa yang mempunyai kontak tinggi sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan

22

Page 19: Penerapan balanced scorecard sebagai

untuk menerapkan konsep BALANCED SCORECARD pada Rumah Sakit

Kristen Tayu.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan dengan bagan sebagai berikut.

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

23

Penerapan BSC pada organisasi sektor swasta

Perspektif keuangan bukan merupakan perspektif satu-satunya sebagai indikator

penilaian kinerja

Penerapan BSC pada organisasi sektor publik (RSK Tayu Pati)

Keuangan

Pelanggan

Lap. keuangan perusahaan Pendukung non keuangan dan menentukan tingkat pelayanan

Customer satisfaction, customer profitabilitas dan pangsa pasar

Proses Bisnis Internal Inovasi dan operasi

Pembelajaran dan Pertumbuhan

Kemampuan karyawan, kemampuan sistem informasi, motivasi, pemberdayaan dan

keserasian individu perusahaan

Menentukan pencapaian misi dan

visi

Menunjukkan atau memberikan gambaran kinerja perusahaan berdasarkan konsep Balanced

Scorecard

Page 20: Penerapan balanced scorecard sebagai

1.5. Definisi dan Pengukuran Variabel

Pada bab ini akan dijelaskan tentang variabel-variabel yang akan digunakan dalam mengukur kinerja masing-masing perspektif. Variabel-variabel yang digunakan :

1.5.1 Kinerja Perspektif Keuangan

Dalam perspektif keuangan, kinerja untuk mengukur apakah suatu strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaan akan membawa perbaikan perusahaan (Mun’im Azka. 2001). Terdiri dari rasio-rasio keuangan yang sesuai dari Laporan Keuangan yaitu :1. ROI (Return On Investment)

Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan akvita untuk menghasilkan laba bersih.

Pengukurannya dilakukan dengan membandingkan laba usaha dengan

total aktiva.

2. Rasio Efesiensi

Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efisien rumah sakit

24

Page 21: Penerapan balanced scorecard sebagai

mempergunakan aktivannya. Pengukurannya dengan membandingkan

penjualan dengan aktiva lancar.

1.5.2 Kinerja Perspektif Pelaggan

Kinerja ini untuk mengetahui keinginan konsumen atau pelanggan agar konsumen atau pelanggan tidak beralih ke pihak pesaing. Perhitungan kinerja berdasarkan yang dipakai dalam perspektif konsumen ini menggunakan :Kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction)Yaitu mengukur seberapa jauh kepuasan konsumen atas pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit. Pengukurannya dari hasil survai terhadap kepuasan konsumen yang dilakukan oleh perusahaan.

1.5.3 Kinerja Perspektif Proses Internal Bisnis

Dalam perspektif ini, perusahaan mendesain dan mengembangkan apa yang dibutuhkan oleh konsumen kemudian memasarkan dan melakukan pelayanan purna jual (Mun’im Azka. 2001). Perspektif ini menggunakan perhitungan :Operasi Perspektif ini menggunakan perhitungan :1. BTO (Bed Turn Over Ratio)

Prosentase tempat tidur yang tersisa.2. GDR (Gross Death Rate)

Yaitu angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000 pasien keluar.

3. NDR (Net Death Rate)

Yaitu angka kematian > 48 jam atau ≥ hari setelah dirawat untuk tiap-tiap

1000 pasien keluar.

1.5.4 Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Dalam perspektif ini komponen pengukuran yang digunakan yaitu :

a. Produktivitas karyawan

Untuk mengetahui produktivitas karyawan dalam bekerja untuk periode

tertentu. Pengukurannya dengan membandingkan antara laba operasi

25

Page 22: Penerapan balanced scorecard sebagai

dengan jumlah karyawan.

b. Retensi karyawan

Untuk mengetahui perbandingan antara jumlah karyawan keluar dengan

total karyawan tahun berjalan.

c. Kepuasan karyawan

Penentu dari kedua pengukuran sebelumnya. Pengukurannya dilakukan

dengan survei kepuasan karyawan melalui kuesioner.

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan

dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, definisi

operasional serta sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang teori-teori yang

digunakan yang sesuai dengan permasalahan.

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini menguraikan tentang objek penelitian, definisi

operasional, populasi dan sampel, jenis data, metode

pengumpulan data, pengujian data, dan metode analisis.

BAB IV : PembahasanDalam bab ini menguraikan tentang objek penelitian, dan

pembahasan serta analisis yang dilakukan dengan menggunakan

teknik analisis pada bab sebelumnya.

26

Page 23: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB V : PenutupDalam bab ini akan disebutkan kesimpulan dan saran yang

diambil setelah dilakukan pembahasan pada bab sebelumnya.

1.1. BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penilaian Kinerja

Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau

27

Page 24: Penerapan balanced scorecard sebagai

seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Fauzi, 1995 : 207).

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam

mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997 : 419) mendefinisikan penilaian

kinerja sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu

organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya

dioperasikan oleh sumber daya manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya

merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang

mereka mainkan dalam organisasi.

Setiap organisasi mengharapkan kinerja yang memberikan kontribusi

untuk menjadikan organisasi sebagai suatu institusi yang unggul di kelasnya.

Jika keberhasilan organisasi untuk mengadakan institusi yang unggul

ditentukan oleh berbagai faktor maka berbagai faktor yang menentukan

keberhasilan perusahaan (succes factor) untuk menjadikan organisasi suatu

institusi yang unggul tersebut digunakan sebagai pengukur keberhasilan

personal. Dengan demikian, dibutuhkan suatu penilaian kinerja yang dapat

digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem penghargaan agar

personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang

diharapkan oleh organisasi.

2.2 Penilaian Kinerja dengan Sistim Tradisional

Dalam masyarakat tradisional, ukuran kinerja yang biasa digunakan adalah

28

Page 25: Penerapan balanced scorecard sebagai

ukuran kinerja keuangan. Pengukuran kinerja ini mudah dilakukan sehingga

kinerja personel yang diukur hanyalah yang berkaitan dengan keuangan. Namun

ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan

perubahan kekayaan yang diciptakan oleh organisasi dan lebih memfokuskan

pada pengerahan sumber daya organisasi untuk tujuan-tujuan jangka pendek.

Ukuran keuangan yang biasa digunakan adalah rasio-rasio keuangan yang

meliputi :

1. Rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendek bila jatuh tempo.

2. Rasio leverage yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai

oleh hutang.

3. Rasio aktivitas yang mengukur seberapa efektif manajemen yang ditujukan

oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.

4. Rasio pertumbuhan yang mengukur kemampuan perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya di dalam pertumbuhan ekonomi dan

industri.

5. Rasio penilaian yang mengukur kemampuan manajemen dalam

menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi.

Menurut Weston dan Copeland (1989) pengukuran kinerja dengan menggunakan

rasio-rasio seperti diatas mempunyai keterbatasan-keterbatasan yaitu :

1. Rasio ini disusun berdasarkan data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara penafsiran

yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

2. Jika perusahaan menggunakan tahun fiskal yang berbeda atau jika faktor

musiman merupakan pengaruh yang penting maka akan mempunyai

29

Page 26: Penerapan balanced scorecard sebagai

pengaruh pada rasio-rasio perbandingannya.

3. Analisis harus sangat hati-hati dalam menentukan baik buruknya suatu

rasio dalam membentuk suatu penilaian menyeluruh dari perusahaan

berdasarkan serangkaian rasio keuangan.

4. Rasio yang sesuai dengan rata-rata industri tidak memberikan kepastian

bahwa perusahaan berjalan normal dan memiliki manajemen yang baik.

Sedangkan menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton kelemahan-

kelemahan pengukuran kinerja yang menitik beratkan pada kinerja keuangan

yaitu :

1. Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tidak tampak (intangible

Assets) dan harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.

2. Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu

perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah

yang lebih baik.

2.3 Balanced Scorecard

Scorecard merupakan kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang

diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan

secara keseluruhan. Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk

mengkomunikasikan strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di

seluruh organisasi. Balanced Scorecard juga menunjukkan bagaimana

perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya (Amin Widjaja Tunggal,

2002 : 1).

30

Page 27: Penerapan balanced scorecard sebagai

Balanced Scorecard menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton

(1997 : 7) merupakan suatu metode penilaian yang mencakup empat perspektif

untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu perspektif keuangan, perspektif

pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan. Balanced Scorecard menekankan bahwa pengukuran keuangan

dan non keuangan harus merupakan bagian dari informasi bagi seluruh

pegawai dari semua tingkatan bagi organisasi. Tujuan dan pengukuran dalam

Balanced Scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan

dan non keuangan yang ada, melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas

bawah (top-down) berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan

strategi tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih

nyata (Teuku Mirza, 1997 : 14).

Sumber : Mulyadi & Setyawan 1999. Sistem Perencanaan & Pengendalian Manajemen

Gambar 2.1Penjabaran visi ke dalam tujuan dan sasaran strategi

1. Komunikasi & hubungan

Balanced Scorecard memperlihatkan kepada setiap karyawan apa

Visi

Tujuan (goal)

Tujuan (goal)

Tujuan (goal)

Sasaran Strategik (strategic objectives)

Sasaran Strategik (strategic objectives)

Sasaran Strategik (strategic objectives)

31

Page 28: Penerapan balanced scorecard sebagai

yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan

para pemegang saham konsumen karena untuk tujuan tersebut dibutuhkan

kinerja karyawan yang baik. Untuk itu Scorecard menunjukkan strategi

yang menyeluruh yang terdiri dari 3 kegiatan :

a. Communicating dan education

b. Setting goal

c. Linking reward to performance measure

2. Rencana Bisnis

Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara

bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi pada saat

ini mengimplementasikan berbagai macam program yang mempunyai

keunggulan masing-masing yang saling bersaing antara satu dengan yang

lain, sehingga akan menyulitkan manajer untuk mengintegrasikan ide-ide

yang muncul dan berbeda di setiap departemen. Dengan menggunakan

Balanced Scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan

mengatur mana yang lebih penting untuk diprioritaskan akan

menggerakkan mereka ke arah tujuan jangka panjang perusahaan

menyeluruh.

3. Umpan balik dan pembelajaran

Dengan Balanced Scorecard sebagai pusat system manajemen

perusahaan maka perusahaan tersebut akan dapat melakukan monitor

terhadap apa yang dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek dari tiga

perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard yaitu konsumen, proses

bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan akan dijadikan sebagai

32

Page 29: Penerapan balanced scorecard sebagai

umpan balik dalam mengevaluasi strategi dalam kinerja.

2.4 Kinerja Perspektif Keuangan

Dalam Balanced Scorecard kinerja keuangan tetap menjadi perhatian,

karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dan konsekuensi ekonomi

yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan ekonomi yang diambil

(Teuku Mirza, 1997 : 15).

Ukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, sasaran strategic, inisiatif strategic dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba bagi perusahaan, Kaplan & Norton (1996 : 48) mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu :

a. Pertumbuhan (growth)

Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan

bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau jasa yang

secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau

paling tidak memiliki potensi untuk berkembang biak.

Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara actual beroperasi

dalam arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal investasi

yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada tahap ini

seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhan

penerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan.

b. Bertahan (Sustain Stage)

Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih

melakukan investasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang

terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar

yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Secara konsisten pada

33

Page 30: Penerapan balanced scorecard sebagai

tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpuk pada strategi-strategi jangka

panjang. Sasaran keuntungan pada tahap ini diarahkan pada besarnya

tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.

c. Menuai (Harvest)

Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap

dimana perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang dibuat pada

dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih

jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan fasilitas,

tidak untuk melakukan ekspansi/membangun suatu kemampuan baru.

Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan kas yang masuk ke

perusahaan.

Untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang mampu berkreasi

diperlukan keunggulan di bidang keuangan. Melalui keunggulan di bidang

ini, organisasi menguasai sumber daya yang sangat diperlukan untuk

mewujudkan tiga perspektif strategi lain yaitu perspektif pelanggan,

perspektif proses bisnis internal dan perspektif proses pertumbuhan dan

pembelajaran.

2.5 Kinerja Perspektif Konsumen

Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumennya jika manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi dari pada pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen tersebut untuk mendapat produk dan jasa itu. Produk atau jasa tersebut akan semakin mempunyai nilai apabila manfaatnya mendekati ataupun melebihi dari apa yang diharapkan oleh konsumen.Menurut Kaplan dan Norton (1956) perusahaan diharapkan mampu membuat suatu segmentasi pasar dan ditentukan target pasarnya yang paling mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai dengan kamampuan sumber daya dan rencana jangka

34

Page 31: Penerapan balanced scorecard sebagai

panjang perusahaan. Dalam perspektif konsumen terdapat 2 kelompok perusahaan yaitu :

1. Kelompok perusahaan inti konsumen (customer core measurement group)a) Pangsa pasar (market share)

Menggambarkan seberapa besar penjualan yang dikuasai oleh perusahaan dalam suatu segmen tertentu.

b) Kemampuan mempertahankan konsumen (customer retention)Tingkat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hubungan dengan konsumennya yang mungkin seberapa besar perusahaan berhasil mempertahankan pelanggan lama.

c) Kemampuan meraih konsumen baru (customer acquisition)Tingkat kemampuan perusahaan demi memperoleh dan menarik konsumen baru dalam pasar.

d) Tingkat kepuasan konsumen (customer satiffation)Merupakan suatu tingkat kepuasan konsumen terhadap kriteria kinerja/nilai tertentu yang diberikan oleh perusahaan.

e) Tingkat protabilitas konsumen (customer profitability)Mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen/segmen pasar.

2. Kelompok pengukur nilai konsumen (customer value measement)Merupakan kelompok penunjang yang merupakan konsep kunci untuk memahami pemicu-pemicu (driver).

Dari kelompok-kelompok pengukuran inti konsumen kelompok pengukuran nilai konsumen terdiri dari :a. Atribut-atribut produk dan jasa (product/service)

Atribut-atribut produk-produk jasa harga dan fasilitasnya.b. Hubungan dengan konsumen (customer relationship)

Meliputi hubungan dengan konsumen yang meliputi melalui pengisian produk/jasa kepada konsumen, termasuk dimensi respon dan waktu pengirimannya dan bagaimana pula kesan yang timbul dari konsumen setelah membeli produk atau jasa perusahaan tersebut.

c. Citra dan reputasi (image & reputation)Dalam dimensi ini termuat faktor-faktor yang membuat konsumen merasa tertarik pada perusahaan seperti hasil promosi baik secara personal (melalui pameran-pameran, door to door) maupun lewat media masa atau elektronik ataupun ungkapan-ungkapan yang mudah diingat oleh konsumen.

2.6 Perspektif Proses Internal Bisnis

Dalam perspektif bisnis internal, perusahaan harus meng-identifikasikan proses internal yang penting dimana perusahaan harus melakukannya dengan sebaik-baiknya. Karena proses internal tersebut memiliki nilai-nilai yang diinginkan pelanggan dan akan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham (Ancella Hermawan, 1996 : 56).

35

Page 32: Penerapan balanced scorecard sebagai

Para manager harus memfokuskan perhatiannya pada proses bisnis

internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan kinerja perusahaan dari

perspektif pelanggan. Kinerja dari perspektif tersebut diperoleh dari proses

kinerja bisnis internal yang diselenggarakan perusahaan. Perusahaan harus

memilih proses dan kompetensi yang menjadi unggulannya dan menentukan

ukuran-ukuran untuk menilai kinerja-kinerja proses dan kompetensi tersebut.

Analisis atau proses bisnis internal perusahaan dilakukan melalui analisis rantai

nilai (value chain analysist) yang digambarkan sebagai berikut :

Business process :• Innovation process• Product design• Product development• Operator process• Manufacture• Marketing• Postable service

Sumber : Norton dan Kaplan, 1996

Gambar 2.2 Generic Value Chain Mode

Masing-masing perusahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai

yang unik bagi pelanggannya. Secara umum Kaplan dan Norton (1996 : 96)

membaginya menjadi tiga prinsip dasar yaitu :

1. Inovasi

Customer need design develop Make Market Service

36

Customer need

Supply Chain

Time Market

dentified Satisfied

Page 33: Penerapan balanced scorecard sebagai

Pengukuran kinerja dalam proses inovasi selama ini kurang

mendapatkan perhatian, dibandingkan pengukuran kinerja yang dilakukan

dalam proses operasi. Pada tahap ini perusahaan mengidentifikasikan

keinginan dan kebutuhan para pelanggan di masa mendatang serta

merumuskan cara untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut.

2. Operasi

Tahap ini merupakan tahap akhir di mana perusahaan secara nyata

berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggannya dalam

memenuhi keinginan dan kebutuhan langganan dan kebutuhan mereka.

Kegiatan operasional berasal dari penerimaan pesanan dari pelanggan dan

berakhir dengan pengiriman produk atau jasa pada pelanggan. Kegiatan ini

lebih mudah diukur kejadiannya yang rutin dan terulang.

3. Layanan pasca jual

Dalam tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat

tambahan kepada para pelanggan yang telah membeli produk-produknya

dalam bentuk layanan pasca transaksi.

2.7 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Tujuan dimasukkannya kinerja ini adalah untuk mendorong perusahaan

menjadi organisasi belajar (learning organization) sekaligus mendorong

pertumbuhannya (Teuku Mirza, Usahawan, 1997).

Kaplan dan Norton membagi tolak ukur perspektif ini dalam tiga prinsip yaitu :

1. People

37

Page 34: Penerapan balanced scorecard sebagai

Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih lanjut dituntut

untuk dapat berpikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan

lingkungan untuk dapat memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab itu,

dalam pengukuran strategi perusahaan, salah satunya harus berkaitan secara

spesifik dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah perusahaan telah

mencanangkan peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang

dimiliki.

Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia ada tiga hal yang perlu

ditinjau dalam menerapkan Balanced Scorecard :

a. Tingkat kepuasan karyawan

Kepuasan karyawan merupakan suatu para kondisi untuk

meningkatkan produktivitas, kualitas, pelayanan kepada konsumen dan

kecepatan bereaksi. Kepuasan karyawan menjadi hal yang penting

khususnya bagi perusahaan jasa.

b. Tingkat perputaran karyawan (retensi karyawan)

Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus berada dalam

organisasinya. Perusahaan yang telah melakukan investasi dalam

sumber daya manusia akan sia-sia apabila tidak mempertahankan

karyawannya untuk terus berada dalam perusahaan.

c. Produktivitas karyawan

38

Page 35: Penerapan balanced scorecard sebagai

Produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata dari

peningkatan keahlian dan semangat inovasi, perbaikan proses internal,

dan tingkat kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah menghubungkan

output yang dilakukan para pekerja terhadap jumlah keseluruhan

pekerja.

2. System

Motivasi dan ketrampilan karyawan saja tidak cukup untuk

menunjang pencapaian tujuan proses pembelajaran dan pertumbuhan

apabila mereka tidak memiliki informasi yang memadai. Pegawai di bidang

operasional memerlukan informasi yang memadai. Pegawai di bidang

operasional memerlukan informasi yang cepat, tepat waktu dan akurat

sebagai umpan balik, oleh sebab itu karyawan membutuhkan suatu system

informasi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang memadai untuk

memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Organizational Procedure

Prosedur yang dilakukan suatu organisasi perlu diperhatikan untuk

mencapai suatu kinerja yang handal. Prosedur dan perbaikan rutinitas harus

diteruskan karena karyawan yang sempurna dengan informasi yang

berlimpah tidak akan memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha

apabila mereka tidak dimotivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan

perusahaan atau apabila mereka tidak diberikan kebebasan untuk

39

Page 36: Penerapan balanced scorecard sebagai

mengambil keputusan atau bertindak.

Gambar 2.3Kerangka pengukuran pembelajaran dan pertumbuhan

2.8 Pengertian Rumah Sakit

Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Azrul Anwar, 1966).Sesuai dengan perkembangan rumah sakit dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Azrul Anwar, rumah sakit dibedaka menjadi empat macam yaitu :

1. Menurut pemilik

Ditinjau dari pemiliknya, rumah sakit dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Rumah sakit pemerintah

b. Rumah sakit swasta

2. Menurut filosofi yang dianut

Menurut filosofi yang dianut rumah sakit dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Rumah sakit yang tidak mencari keuntungan (non profit hospital). Salah

satu faktor yang membedakan rumah sakit milik pemerintah dengan

40

Result

Employee safaction

Technology infrastructure

Employee retention

Employee production

Staff competence Climate for action

Core measurement

Enablers

Page 37: Penerapan balanced scorecard sebagai

swasta adalah terletak orientasinya terhadap laba. Rumah sakit milik

pemerintah merupakan organisasi nirlaba yaitu organisasi yang

orientasi utamanya bukan untuk mencari laba tetapi lebih

mengutamakan peningkatan pelayanan.

b. Rumah sakit yang mencari keuntungan (profit hospital). Rumah sakit

swasta telah dikelola secara komersial serta berorientasi untuk mencari

keuntungan.

3. Mencari jenis pelayanan yang diselenggarakan

Jika dilihat dari sisi pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit dibedakan

menjadi dua macam yaitu :

a. Rumah sakit umum (general hospital)

Disebut rumah sakit umum bila semua jenis pelayanan kesehatan

diselenggarakan.

b. Rumah sakit khusus (specialty hospital)

Jika hanya satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Menurut lokasi rumah sakit

Jika ditinjau dari lokasinya rumah sakit dibedakan menjadi beberapa

macam tergantung dari sistem pemerintah yang dianut. Contohnya rumah

sakit pusat, jika lokasinya di ibu kota negara, rumah sakit propinsi jika

lokasinya di ibukota propinsi.

2.9 Penelitian Terdahulu

1. Helen Livingston (1999) melakukan penelitian mengenai penerapan BSC

41

Page 38: Penerapan balanced scorecard sebagai

pada organisasi nirlaba dengan judul “Creating a BSC Tempalate : O

Frame Work For Strategic Planning and Management at Deakin

University Library”.

Hasil penelitian tersebut adalah untuk perkembangan jangka perpustakaan

Deakin selama tiga tahun terakhir memfokuskan pada perencanaan strategi

untuk menerapkan strategi tersebut. Perpustakaan harus mempunyai tolok

ukur yang jelas yang akan dikomunikasikan ke seluruh karyawan.

Penerapan BSC dalam lingkungan perpustakaan Deakin akan semakin

relevan dengan penambahan perspektif dari keempat perspektif yang ada

yaitu perspektif sumber informasi.

2. Dwi Cahyono (2000) melakukan penelitian mengenai penerapan BSC di

sektor publik. Penelitian tersebut mengambil judul “Pengukuran Kinerja

BSC Untuk Organisasi Sektor Publik”.

Hasil analisis tersebut adalah bahwa untuk kinerja organisasi sektor publik

diperlukan banyak pendekatan selain pendekatan keuangan yang menjadi

kendala. Jika pendekatan non keuangan dapat diterapkan di organisasi ini.

Sebenarnya secara tidak langsung organisasi sektor publik sudah

menerapkan pengukuran kinerja BSC akan tetapi belum mengetahui apa

yang hendak dipakai dalam mengukur kinerjanya.

3. Azka Mun’in (2001) melakukan penelitian tingkat kepuasan terhadap

rumah sakit Islam (RSI) Sultan Agung Semarang yang menyebutkan bahwa

selama tahun 1997 – 1999 perspektif konsumen menunjukkan tingkat

kepuasan pelanggan yang belum memuaskan sehingga menyebabkan

42

Page 39: Penerapan balanced scorecard sebagai

turunnya customer retention (42,04%) dan pertumbuhan new customer

(11,11%). Kemudian pada perspektif pertumbuhan dalam pembelajaran

memperlihatkan tingkat kepuasan karyawan yang rendah (45,16%), tingkat

kedisiplinan karyawan dan tingkat kesetiaan karyawan menurun (1,72%

dan 0,47%).

4. Endah Kusuma I (2003), melakukan penelitian dengan judul “Penerapan

BSC Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada Organisasi Nirlaba” (Studi Kasus

Pada Yayasan Setoran Semarang).

Hasil dari penelitian tersebut adalah menyebutkan bahwa selama tahun

2000 – 2002 masing-masing perspektif yang diterapkan pada yayasan

tersebut mengalami peningkatan yaitu perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan naik sebesar 11%, perspektif proses bisnis internal sebesar

74%, perspektif klien/pelanggan sebesar 68% dan perspektif keuangan

63%.

43

Page 40: Penerapan balanced scorecard sebagai

44

Page 41: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian

Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Kristen

Tayu dengan alasan bahwa penerapan Balanced Scorecard dalam mengukur

kinerja Rumah Sakit Kristen Tayu merupakan langkah strategik yang

berdampak besar terhadap kemampuan manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu

dalam melipatgandakan kinerjanya, baik ditinjau dari aspek Keuangan maupun

aspek Non-Keuangan dan diharapkan Rumah Sakit Kristen Tayu akan mampu

bersaing serta berkembang dengan baik.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai sifat atau kepentingan yang sama (Sutrisno Hadi, 1997 : 220). Dalam penelitian ini populasi adalah para konsumen Rumah Sakit Kristen Tayu yang akan digunakan untuk menilai kepuasan pada aspek konsumen dan karyawan Rumah Sakit Kristen Tayu yang berjumlah 450 orang yang akan digunakan untuk menilai kepuasan karyawan pada aspek pertumbuhan dan pembelajaran.

3.2.2 Sampel

Penentuan sempel yaitu yang menjadi responden adalah karyawan yang terkait dengan penilaian yang akan dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan melalui penyebaran kuesioner. Sampel yang baik adalah sampel yang mewakili populasi secara keseluruhan. Sampel dalam penelitian ini adalah para responden yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner.Sementara itu, metode pengambilan sampel untuk karyawan Rumah Sakit Kristen Tayu adalah metode Non Random Sampling yaitu Convenience

45

Page 42: Penerapan balanced scorecard sebagai

Sampling dimana penentuan jumlah sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih sebagai subjek adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah (Nur Indriantoro & Bambang, 1999 : 130). Penentuan besarnya sampel menggunakan rumus Slovin yaitu :

orang)78menjadin(dibulatka77,810,1.350

350n

1d.NNn

2

2

=+

=

+=

keterangan :

N = populasi

n = sampel

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat langsung dari sumbernya (Sutrisno Hadi,

1997 : 134).

Data primer ini berupa hasil jawaban responden mengenai

kepuasan karyawan tentang semagat kerja, motivasi, kondisi fisik tempat

kerja dan tentang rumah sakit secata umum.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, berupa keterangan yang

ada hubungannya dengan penelitian yang sifatnya melengkapi atau mendukung data

primer (Sutrisno Hadi, 1997 : 134). Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa

data mengenai pelangan atau komsumen, rasio-rasio kinerja Rumah Sakit dan gambaram

umum Rumah Sakit Kristen Tayu selama tiga tahun.

46

Page 43: Penerapan balanced scorecard sebagai

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara yaitu dengan mengadakan Tanya jawab langsung dengan pihak

Rumah sakit.

2. Kuesoner yaitu melalui pengajuan kuessioner yang mengetahui seberapa

besar tingkat kepuasan karyawan Rumah Sakit.

3. Studi pustaka yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang relevan

dengan penelitian guna memperoleh gambaran teoritis mengenai aplikasi

Balanced Scorecard pada suatu perusahaan, khususnya Rumah Sakit.

Metode ini di perlukan untuk menujang kelengkapan dan ketajaman

analisis.

3.5 Pengujian Instrumen Penelitian

Sebelum dilakukan perhitungan dan pengolahan dengan menggunakan

alat analisis, maka semua instrumen penelitian diuji terlebih dahulu untuk

mengetahui apakah instrumen tersebut valid dan reliabel. Pengujian instrumen

dilakukan dengan menggunakan :

a. Uji Validitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur benar-benar cocok atau

sesuai sebagai alat ukur yang diinginkan. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji

apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh responden benar-benar cocok untuk digunakan

dalam penelitian ini.

Untuk menguji validitasnya menggunakan statistic factor analysis

47

Page 44: Penerapan balanced scorecard sebagai

significancy, nilai Loading Factor yang dipakai adalah 0,4.

Pengambilan Keputusan: (Augusty Ferdinand, 2002 : 133)

- Apabila nilai loading factor menunjukkan nilai lebih besar atau sama

dengan 0,4, maka butir pernyataan tersebut valid

- Apabila nilai loading factor menunjukkan nilai lebih kecil atau sama

dengan 0,4, maka butir pernyataan tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam

mengukur suatu gejala atau kejadian. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk

mengetahui apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh responden benar-

benar stabil dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi

reliabilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut

dan sebaliknya jika reliabilitas pengukur tersebut rendah maka alat tersebut

tidak stabil dalam mengukur suatu gejala. Teknik pengujian reliabilitas

dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis yang dikembangkan oleh

Cronbach Alpha (α ), dengan rumus sebagai berikut : (Imam Ghozali,

2001;129)

α = rkrk

)1(1.

−+

Keterangan :

α = Koefisien reliabilitas

r = rata-rata korelasi antar butir

k = jumlah butir

Pengambilan Keputusan :

48

Page 45: Penerapan balanced scorecard sebagai

- Jika koefisien Cronbach Alpha (α ) < 0,6 maka butir pertanyaan

dinyatakan tidak reliabel.

- Jika koefisien Cronbach Alpha (α ) ≥ 0,6 maka butir pertanyaan

dinyatakan reliabel.

3.6 Metode Analisis

1. Analisis kualitatif meliputi klarifikasi visi, misi dan tujuan ke dalam rencana strategi perusahaan.

2. Analisis kuantitatif

Pengukuran kinerja masing-masing perspektif.

Rumusnya :

a. Mengukur kinerja perspektif keuangan

Perspektif ini menggunakan perhitungan :

- ROI = aktiva totalbersih laba

x 100%

- Rasio Efesiensi = Lancar Aktiva

Penjualanx 100%

b. Mengukur kinerja perspektif konsumen

Perspektif ini menggunakan perhitungan :

- Kepuasan pelanggan

Kepuasan pelanggan ini diketahui dari data sekunder yaitu survey

yang dilakukan oleh pihak manajemen Rumah Sakit. Mengukur

seberapa jauh kepuasan pelanggan atas pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh Rumah Sakit. Kepuasan konsumen mengukur rata-

49

Page 46: Penerapan balanced scorecard sebagai

rata kepuasan pelanggan dengan meberikan nilai pada jawaban

kuesinoer sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Nilai

yang diberikan adalah:

1. 1: sangat tidak puas.

2. 2: tidak puas.

3. 3: ragu-ragu.

4. 4: puas.

5. 5: sangat puas.

Untuk mengetahui rata-rata kepuasan konsumen maka jumlah skor

jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah konsumen yang menjadi

responden.

Penentuan kreteria rata-rata kepusan pelanggan.

c. Mengukur kinerja perspektif proses internal bisnis.

Berdasarkan data sekunder yang diambil dari Rumah Sakit perspektif

ini menggunakan perhitungan :

- BTO (Bed Turn Over Rate)

BTO = AD

- GDR (Gross Death Rate)

GDR = mil1000xD

Pm

- NDR (Net Death Rate)

- NDR = mil1000xD

jam48Pm >

50

Page 47: Penerapan balanced scorecard sebagai

Keterangan :

O = rerata tempat terisi dihitung dari jumlah tempat tidur yang terisi, kemudian

hasilnya dibagi jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan

D = jumlah pasien keluar (hidup/mati)

A = rerata tempat tidur yang siap dipakai

T = jumlah hari perhitungan (30/31/365)

Pm = pasien mati

d. Mengukur kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan perspektif

ini menggunakan perhitungan :

- Produktivitas karyawan = karyawanjumlahoperasilaba

- Perputaran karyawan =

100%xberjalan thn padakaryawan totaljml

keluarkaryawan jumlah

- Kepuasan karyawan

Dianggap sebagai penentu dari kedua pengukuran sebelumnya.

Pengukurannya dilakukan dengan survey kepuasan karyawan

melalui kuesioner. Kepuasan karyawan mengukur rata-rata

kepuasan karyawan dengan meberikan nilai pada jawaban kuesinoer

sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Nilai yang

diberikan adalah:

1. 1: sangat tidak puas.

2. 2: tidak puas.

3. 3: ragu-ragu.

51

Page 48: Penerapan balanced scorecard sebagai

4. 4: puas.

5. 5: sangat puas.

Kepuasan karyawan = bobotTotalskorxkaryawanJumlah

x 100%

Untuk mengetahui rata-rata kepuasan karyawan maka jumlah skor

jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah karyawan yang menjadi

responden.

Penentuan kreteria rata-rata kepusan karyawan.

Tabulasi Perhitungan Keempat Perspektif Balanced Scarecard

Jenis Variabel Indikator Pengukuran1. Perspektif

keuangan- ROI

- Rasio Efesiensi

- Peningkatan Laba Bersih

- Penurunan Biaya Operasi

- Prosentase laba bersih terhadap total aktiva

- Presentase penjualan bersih terhadap aktiva lancar

2. Perspektif pelanggan- Kepuasan

pelanggan- Peningkatan

kepuasan pelanggan

- kuesuner terhadap kepuasan pelanggan

3. Perspektif proses internal bisnis- BTO

- GDR

- NDR

- Peningkatan BTO

- Penurunan GDR

- Penurunan NDR

- Perbandingan antara jumlah pasien keluar dengan tata tempat yang siap pakai

- Perbandingan antara pasien mati dengan jumlah untuk tiap 1000 pasien keluar

- Perbandingan antara pasien mati > 48 jam setelah dirawat dengan jumlah untuk tiap-tiap 1.000 pasien keluar

52

Page 49: Penerapan balanced scorecard sebagai

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan- Produktivitas

karyawan

- Retensi karyawan

- Kepuasan karyawan

- Peningkatan produktivitas karyawan

- Penurunan jumlah karyawan keluar

- Peningkatan kepuasan karyawan

- Perbandingan antara laba operasi dengan total karyawan

- Perbandingan antara jumlah karyawan keluar dengan total karyawan tahun berjalan

- Kuesioner terhadap kepuasan karyawan

53

Page 50: Penerapan balanced scorecard sebagai
Page 51: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.2.Gamabaran Umum Obyek Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji kinerja menggunakan

Balance Scorecard yang diterapkan pada Badan Usaha berbentuk Rumah

Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Krinten Tayu Pati. Rumah Sakit Kriten

Tayu Pati adalah Rumah Sakit Swasta Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai

unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan berdasarkan SK Gubernur No.

59/DH.TAP/1972, yang secara taknis fungsional bertanggung jawab kepada

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah dan secara taktis operasional kepada

Bupati. Rumah Sakit Kristen Tayu Pati merupakan Rumah Sakit Kelas B

Non Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 93/Menkes/SK/1995 yang

struktur organisasinya dan tata kerjanya diatur melalui peraturan Pemerintah

Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 2 Tahun 2003 yang mengatur Tugas

Pokok dan fungsi dengan uraian tugas pada masing-masing unit kegiatan.

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati beridiri di atas tanah seluas 41.057

M2 dengan luas bangunan 13.064 M2 dengan 200 tempat tidur yang

memberikan pelayanan melalui Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap dan

Rawat Darurat serta pelayanan penunjang lainnya dalam tiga belas bidang

keahlian/spesifik dan menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan untuk daerah Pati

dan sekitarnya.

41

Page 52: Penerapan balanced scorecard sebagai

4.2.Visi dan Misi

Rumah Sakit merupakan salah satu unit bisnis nir laba yang

didirikan dengan mempunyai Visi dan Misi yang hendak dicapai.

Adapun Visi dari didirikannya Rumah Sakit Kristen Tayu Pati adalah

terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat paripurna yang prima.

Sedangkan Misi yang hendak dicapai dari didirikannya rumah sakit

kristen Tayu Pati adalah :

.1 Menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia

.2 Mendukung sarana dan prasarana kesehatan yang berkualitas dan

bermanfaat secara optimal

.3 Kerjasama dengan mitra Rumah Sakit

.4 Memberikan pelayanan kesehatan yang Profesional

.5 Meningkatkan pendapatan Rumah Sakit

.6 Meningkatkan Kesejahteraan karyawan

4.2.Tujuan

Adapun tujuan dari didirikannya Rumah Sakit Kristen Tayu Pati

yaitu memberikan pelayanan kesehatan masyarakat.

4.2.Bidang Usaha

Rumah sakit Krintes Tayu Pati merupakan entitas bisnis nir laba yang

bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan adapun jasa yang

ditawarkan dilayani yaitu meliputi :

.1 Pelayanan Medis

.2 Pelayanan Gawat Darurat

.3 Kamar Operasi

42

Page 53: Penerapan balanced scorecard sebagai

.4 Pelayanan Intensif

.5 Pelayanan Prinital Resiko Tinggi

.6 Pelayanan Keperawatan

.7 Pelayanan Anestesi

.8 Pelayanan Radiologi

.9 Pelayanan Farmasi

.10 Pelayanan Laboratorium

.11 Pelayanan Rehabilitasi Medis

.12 Pelayanan Gizi

.13 Rekam Medis

.14 Pengendalian Infeksi di RS

.15 Pelayanan Sterilisasi Sentral

.16 Keselamatan kerja, kebakaran dan ka\ewaspadaan berencana

.17 Pemeliharaan suasana

.18 Pelayanan lain

.19 Perpustakaan

4.2.Analisis Data

4.2.1 Kinerja Perspektif Keuangan

Kinerja perspektif keuangan adalah merupakan ikhtisar dari

konsekuensi ekonomi yang telah dilakukan oleh pihak manajemen. Pada

perspektif ini terdapat beberapa indikator yang dijadikan pengukuran

kinerja perspektif keuangan tahun 2004-2005 dengan mengacu pada

laporan keuangan Rumah Sakit Kristen Tayu Pati. Berdasarkan data

43

Page 54: Penerapan balanced scorecard sebagai

skunder yang diperoleh, laporan keuangan tersebut dapat dilihat pada tabel

4.1 dan tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.1Neraca Rumah Sakit Kristen Tayu

Per 31 Desember 2004 dan 2005AKTIVA

Akun Saldo 2004 (Rp) Saldo 2005 (Rp)I Aktiva Lancar

Kas Rp 40.541.750 Rp 52.450.500Piutang pasien Rp 15.580.000 Rp 25.855.000Persediaan Rp 9.914.650 Rp 103.450.750

Total Aktiva lancar Rp 146.036.400 Rp 181.786.250

II Aktiva TetapTanah Rp 67.850.000 Rp 80.850.000Gedung dan Bangunan Rp 126.242.500 Rp 125.242.500

Akumulasi Penyusutan Rp 56.809.125 Rp 63.121.250Alat Medik Rp 78.435.000 Rp 78.435.000

Akumulasi Penyusutan Rp 35.295.750 Rp 39.217.500Mesin dan Instalasi Rp 85.750.000 Rp 85.750.000

Akumulasi Penyusutan Rp 38.587.500 Rp 42.875.000Perabot Rp 45.625.000 Rp 45.625.000

Akumulasi Penyusutan Rp 20.531.250 Rp 22.812.500Kendaraan Rp 124.850.000 Rp 124.850.000

Akumulasi Penyusutan Rp 56.182.500 Rp 62.425.000Alat Kerja Rp 35.200.000 Rp 35.200.000

Akumulasi Penyusutan Rp 15.840.000 Rp 17.600.000

Total Aktiva Rp 486.742.775 Rp 510.687.500

HUTANG DAN EKUITASIII Hutang Jangka Pendek

Hutang Pihak Ke III Rp 34.850.700 Rp 30.550.000

Total Hutang Jangka Pendek Rp 34.850.700 Rp 30.550.000

IV Ekuitas Modal + Laba Rp 451.892.075 Rp 480.137.500

Total Modal Rp 451.892.075 Rp 480.137.500

Total Hutang dan Ekuitas Rp 486.742.775 Rp 510.687.500

44

Page 55: Penerapan balanced scorecard sebagai

Tabel 4.2Laba-Rugi Rumah Sakit Kristen Tayu

Periode 2004 dan 2005

Akun Saldo 2004 (Rp) Saldo 2005 (Rp)A Pendapatan

Rawat Inap Rp 705.833.600 Rp 823.334.500Rawat Jalan Rp 450.853.000 Rp 503.415.000Lain-lain Rp 6.362.200 Rp 8.448.800

Total Pendapatan Rp 1.163.048.800 Rp 1.335.198.300

B Biaya-biaya Gaji dan tunjangan Rp 444.030.500 Rp 479.122.000Pensiun Rp 64.470.600 Rp 77.882.400Uang lelah Rp 168.065.300 Rp 172.261.200Pemakaian dapur Rp 57.249.100 Rp 68.996.600Pemakaian logistik Rp 76.353.050 Rp 86.412.200Pemakaian obat Rp 84.364.350 Rp 87.457.300Pemakaian alat RT, suplies, dll Rp 23.296.800 Rp 27.187.300Pemeliharaan gedung Rp 6.474.300 Rp 4.897.500Listrik Rp 21.806.700 Rp 37.226.800Telpon Rp 11.761.225 Rp 15.004.900BBM Rp 12.057.300 Rp 18.229.200PMI Rp 23.840.000 Rp 25.360.000Perjalanan Dinas Rp 12.273.200 Rp 15.092.800Foto Copy Rp 2.574.300 Rp 1.297.500Akses Rp 26.241.950 Rp 28.967.800Penyusutan Rp 24.805.125 Rp 24.805.125Lain-lain Rp 1.200.900 Rp 1.287.600

Total Biaya Rp 1.060.864.700 Rp 1.171.528.225

Laba (Rugi) kotor Rp 102.184.100 Rp 163.670.075Pajak Rp 10.218.410 Rp 16.367.007

Laba (Rugu) bersih Rp 91.965.690 Rp 147.294.068Sumber : Lampiran I dan II

45

Page 56: Penerapan balanced scorecard sebagai

Pada Tebel 4.3 berikut disajikan ukuran hasil dari kinerja perspektif

keuangan secara menyeluruh.

Tabel 4.3Rasio-rasio Keuangan RS Kristen Tayu

PATI 2004-2005

UKURAN Tahun2004 2005

ROI (%) 18,98 % 28,84%Rasio Efesiensi 7,9 % 7,3 %Sumber : Lampiran I-IV dan VII

A. Indikator ROI

Indikator ROI bertujuan untuk mengukur peningkatan laba bersih

yang dihasilkan dari Rumah Sakit Kristen Tayu Pati pada tahun 2004-

2005 yang diukur dengan membagi prosentase laba bersih dengan total

aktova.

ROI tahun 2004

ROI = 775.742.486.690.956.91.

RpRp

x 100%

ROI = 18,98%

ROI tahun 2005

ROI = 500.687.510068.294.147.

RpRp

x 100%

ROI = 28,84 % Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel

4.3 di atas, dapat dilihat bahwa nilai ROI dari tahun 2004-2005

mengalami peningkatas sebesar 9,86% (28,84%-18,98% = 9,86%). Hal ini

berarti bahwa tingkat pengembalian atas investasi/Return On Investment

(ROI) yang dilakukan mengalami peningkatan yang baik yaitu sebesar

9,86% karena berdasarkan penilaian kelayakan usaha, apabila

tingkat ROI lebih dari 5 % berarti telah dianggaplayak / baik

(www.depkes.go.it/kebijakan/rs/pusk/sistem)

46

Page 57: Penerapan balanced scorecard sebagai

B. Indikator Rasio Efesiensi

Indicator Rasio Efesiensi bertujuan untuk melihat penurunan biaya

operasi dalam hubungannya dengan pendapatan yang digunakan oleh

Rumah Sakit Kristen Tayu pada tahun 2004-2005, yang diukur dengan

membandingkan pendapatan aktiva lancar.

Rasio Efesiensi tahun 2004

Rasio Efesiensi = 400.036.146.800.048.163.1.

RpRp

x 100%

ROI = 18,98%

Rasio Efesiensi tahun 2005

Rasio Efesiensi = 250.786.181300.198.335.1.

RpRp

x 100%

ROI = 28,84 % Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel 4.3 di

atas dapat dilihat bahwa nilai rasio efesiensi dari tahun 2004-2005

mengalami peningkatan sebesr 0,6%( 7,9% - 7,3% = 0,6%). Hal ini berarti

bahwa rasio efesiensi Rumah Sakit menurun sehingga biaya operasi dapat

ditekan.

4.22. Kinerja Perspektif Konsumen

Basisi dari perspektif ini adalah menciptakan konsumen yang mampu

menghasilkan financial return tinggi. Hal tersebut dapat terwujud jika

perusahaan memperhatikan proses (aspek waktu, kualitas, kinerja dan

layanan) dan hasilnya berupa ukuran hasil (Out Come Measure) sebagai

parameter perspektif ini. Tetapi Rumah Sakit Kristen Tayu didirikan bukan

sebagai Unit Usaha yang beroreintasi (Profit Oriented). Kinerja Perspektif

konsumen (pasien) diukur denganmenggunakanindikator kepuasan pasien

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati.

A. Indikator Kepuasan Pelanggan

47

Page 58: Penerapan balanced scorecard sebagai

Indicator kepuasan pelanggan bertujuan untuk mmengukur

peningkatan kepuasan pelanggan (pasien), pelanggan adalah orang yang

melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Kristen Tayu, yang diukur

idukur dengan mengisi daftar pertanyaan kusioner yang telah

disediakan. Pasien yang telah menjadi responden sebanyak 100 orang

pasien. Hal yang khusus dan mutlak yang harus dilakukan dari

kuesioner adalah jawaban dari kuesioner tersebut harus diuji validitas

dan reliabilitas. Pengujian tersebut diperlukan agar jawaban yang

diberikan benar-benar dapat mengukur apa yang hendak kita ukur.

Uji Validitas

Suatu instrument dikatakan valid apabila dapat mengukur apa

yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya

diukur. Bila instrument tidak valid, maka instrument tersebut tidak

bermanfaat bagi peniliti, karena tidak mengukur atau melakukan apa

yan seharusnya dilakukan.

Untuk melakukan uji validitas instrument penelitian digunakan

stsatistic factor analysis isgnificancy, nilai Loading Factor yang

dipakai adalah 0,4. Apabila nilai Loading Factor menunjukkan nilai

lebih besar dari 0,4, maka butir pernyataan tersebut valid (Augusty

Feerdinand, 2002 :133). Pada tabel 4.4 berikut disajikan hasil uji

validitas untuk item-item pernyataan tentang Kepuasan Pasien.

Tebl 4.4

Hasil Uji Validitas – Dimensi Kepuasan Pasien

48

Page 59: Penerapan balanced scorecard sebagai

Pernyataan Loading Factor Validiy KeteranganK1 0,721 0,4 validK2 0,688 0,4 validK3 0,690 0,4 validK4 0,622 0,4 validK5 0,791 0,4 validK6 0,687 0,4 validK7 0,547 0,4 validK8 0,609 0,4 validK9 0,594 0,4 validK10 0,736 0,4 validK11 0,606 0,4 validK12 0,585 0,4 validK13 0,730 0,4 validK14 0,717 0,4 validK15 0,612 0,4 validK16 0,664 0,4 validK17 0,696 0,4 validK18 0,668 0,4 valid

Sumber : Lampiran XXII

Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 4.4 diatas dapat

dilihat bahwa nilai Loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai

kepuasan pasien memiliki nilsi loading factor di atas atau lebi besar

dari 0,4. sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing

pertanyaan mengenai Kepuasan Pasien dapat dikategorikan valid dan

memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reliabilitas dan

pengujian hipotesis

Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat ukur dapat idpercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun,

1989:140). Teknik pengujian reliabilitas dalam penlitian ini

49

Page 60: Penerapan balanced scorecard sebagai

menggunakan teknik analisis yang dikembangkan oleh Cronbach

Alpha ( α )

Uji relibilitas dilakukan dengan melihat hasil Cronbach`s alpha

coefficientlebih besar dari 0,6 maka instrument penelitian dari

konstruk tersebut dapat dikatakan reliable (Ima Ghozali, 2001). Pada

tebel 4.5 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas untuk item-item

pernyataan mengenai kepuasan pasien.

Tebel 4.5Hasil Uji Reliabilitas

DimensiCronback`s

alphaReliability Keteranga

Kepuasan Pasien 0,9167 0,6 Reliabel

Sumber : Lampiran XXIII

Dari hasil uji reliabilitas yang disajikan pada tebel 4.5 di atas

diperoleh nilai cronbach`s alpha untuk dimensi kepuasan pasien sebesar

0,916>0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan

untuk kepuasan pasien adalah reliable. Pada tebl 4.7 berikut disajikan

ringkasan jawaban / tanggapan responden terhadap pelayanan rumah sakit.

Table 4.7Statistic deskriptif kepuasan pasien

Variable Kisaran teoritis

Kisaran aktual Rata-rata Median

teoritisKepuasan

pasien 18 - 90 63 - 90 69,9800 54,000

Pengukuran variable tingkat kepuasan pasien menggunakan

50

Page 61: Penerapan balanced scorecard sebagai

instrumen Mun`im Azka (2001), terdiri dari 18 pertanyaan dengan skor 1

sampai 5. Tingkat kepuasan pasien tinggi dengan skala tinggi dan tingkat

kepuasan pasien rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil

pengukuran variabel tingkat kepuasan pasien, skor jawaban responden

berkisar 63-90 dengan kisaran teoritis 18 – 90. Dari tabel statistik

deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat kepuasan pasien

sebesar 54 dan nilai rata-ratanya sebesar 63,9800, sehingga data diketahui

bahwa tingkat kepuasan pasien dalam penelitian ini dalam kondisi yang

tinggi.

4.2.3 Kinerja Perspektif Proses Internal Bisnis

Kinerja perspektif proses bisnis internal diukur dengan menggunakan

tiga indikator yaitu : Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death Rate (GDR)

dan Net Death Rate (NDR). Hasil perhitungan dari ketiga indikator

perspektif proses bisnis internal dapat dilihat pada tabel 4. 8 berikut :

Tabel 4.8Kinerja Proses Internal RS Kristen Tayu

Pati 2004-2005

UKURAN Tahun2004 2005

BTO (kali) 16,58 kali 19,39 kaliGDR (Permil) 45,8 permil 47,4 permilNDR (Permil) 44,63 permil 30,03 permil

A. Indikator Bed Turnover Ratio (BTO)

Indikator Bed Turnover Ratio (BTO) bertujuan untuk mengukur

peningkatan Bed Turnover Ratio (BTO), yang diukur dengan

perbandingan antara jumlah pasien yang keluar dengan tempat tidur

yang siap pakai.

51

Page 62: Penerapan balanced scorecard sebagai

BTO tahun 2004

BTO = 200

3316(kali)

BTO = 16,58 KALI

BTO tahun 2005

BTO = 200

3878(kali)

BTO = 19,39 kali Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel

4.8 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Bed Turnover ratio dari tahun 2004-

2005 mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali (19,39 kali – 16,58 kali =

2,81 kali). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran tempat tidur

yang terisi terus meningkat, artinya jumlah pasien yang dapat tertangani

oleh rumah sakit Kristen Tayu semakin banyak, karena pada tahun 2005

terjadi peningkatan pasien sebesar 2,81 kali jika dibanding dengan tahun

2004

B. Indikator Gross Death Rate (GDR)

Indikator Gross Death Rate (GDR) bertujuan untuk mengukur

penurunan jumlah pasien yang meninggal dunia di rumah sakit tersebut,

yang diukur dengan membandingkan antara pasien meninggal dunia

dengan jumlah untuk tiap pasien keluar.

GDR tahun 2004

GDR = 3316152

x 1000 permil

GDR = 45,8 permil

GDR tahun 2005

GDR = 3878184

x 1000 permil

GDR = 47,4 permilBerdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel

4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai Gross Death Rate (GDR) dari tahun

2004-2005 mengalami peningkatan sebesar 1,6 permil (47,4 permil-45,8

permil = 1,6 permil). Hal ini berarti bahwa kinerja yang ditunjukkan

rumah sakit Kristen Tayu baik dalam hal perawatan, pencegahan,

kecepatan serta keamanan terhadap pasien kurang memuaskan karena

52

Page 63: Penerapan balanced scorecard sebagai

jumlah pasien yang meninggal belum dapat diminimalisir.

C. Indikator Net Death Rate (NDR)

Indikator Net Death Rate (NDR) bertujuan untuk mengukur

penurunan jumlah pasien yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit

tersebut, yang diukur dengan membandingkan antara jumlah pasien yang

meninggal setelah dirawat di rumah sakit selama lebih 48 jam dengan

tiap-tiap 1000 pasien yang keluar dari rumah sakit.

NDR tahun 2004

NDR = 3316148

x 1000 permil

NDR = 44,63 permil

NDR tahun 2005

NDR = 3878132

x 1000 permil

NDR = 34,03 permil

Berdasarkan data dan hasilperhitungan yang disajikan pada tabel

4.8 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Net Death Rate (NDR) dari tahun

2004-2005 mengalami penurunan sebesar 1,04 permil (44,63 permil –

34,03 permil = 1,04 permil). Hal ini berarti bahwa kinerja yang

ditunjukkan rumah sakit Kristen Tayu dalam hal perawatan intensif dan

keamanan terhadap pasien cukup memuaskan karena jumlah pasien yang

meninggal setelah dirawat di rumah sakit selama lebih dari 48 jam sudah

dapat diminimalisir.

4.2.4 Kinerja Perspektif pertumbuhan dan Pembelajaran

Pengukuran kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

merupakan perspektif yang paling mendasar dalam Balance Scorecard.

Kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diukur dengan

53

Page 64: Penerapan balanced scorecard sebagai

menggunakan indikator tiga indikator yaitu : Produktifitas karyawan,

Retensi Karyawan dan kepuasan karyawan. Produktifitas karyawan

ditentukan oleh kompetensi dan ketersediaan baik sarana maupun prasarana

untuk menjalankan aktifitasnya. Karyawan yang berkomitmen ditentukan

oleh kualitas lingkungan kinerjanya, yang tercermin dalam kepuasan

karyawan terhadap seluruh aspek oraganisasi. Sedangkan kepuasan

karyawan merupakan factor yang mempengaruhi tingkat produktifitas

karyawan.

Hasil perhitungan kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

yang diukur dengan indikator produktifitas karyawan dan retensi karyawan

dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9Kinerja Pertumbuhan dan Pembelajaran RS Kristen Tayu

Pati 2004-2005

UKURAN Tahun2004 2005

Produktifitas karyawan Rp 282.276,51/karyawan Rp 429.580,24/karyawanRetensi karyawa 2,2 % 2,8 %Kepuasan karyawan - -

Sumber : Lampiran X, VI dan I-II

A. Indikator Produktifitas Karyawan

Indikator produktifitas karyawan bertujuan untuk mengukur

peningkatan produktifitas karyawan, yang diukur dengan

membandingkan laba operasi dengan total karyawan.

Produktifitas karyawan 2004

Produktifitas karyawan = 362

100.184.102Rp

Produktifitas karyawan = Rp 282.276,51 perkaryawan

54

Page 65: Penerapan balanced scorecard sebagai

Produktifitas karyawan 2005

Produktifitas karyawan = 381

075,670.163Rp

Produktifitas karyawan = Rp 429.580,24

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel

4.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai produktifitas karyawan mengalami

peningkatan dari tahun 2004-2005 sebesar 147.303,73 perkaryawan

(429.580,24-282.276,51 = Rp 147.303,73 perkaryawan). Hal ini berarti

bahwa karyawan rumah sakit memiliki semangat dan etos kerja tinggi

dalam menjalankan tanggung jawab yang telah dibebankan.

B. Indikator Retensi Karyawan

Indikator Retensi karyawan bertujuan untuk mengukur penurunan

jumlah karyawan yang keluar, yang diukur dengan membandingkan

antara jumlah karyawan dengan total karyawan.

Retensi Karyawan tahun 2004

Retensi Karyawan = 3628

x 100%

Retensi Karyawan = 2,2 %

Retensi Karyawan tahun 2005

Retensi Karyawan = 38111

x 100%

Retensi Karyawan = 2,8 %

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel

4.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai retensi karyawan dari tahun 2004-

2005 mengalami peningkatan sebesar 0,6% (2,8%-2,2% = 0,6%). Hal ini

berarti bahwa kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan

55

Page 66: Penerapan balanced scorecard sebagai

hubungan yang baik dengan karyawan dapat dikategorikan belum

berhasil. Hali ini dikarenakan jumlah karyawan yang kelaur bekerja dari

rumah sakit tidak mengalami penurunan.

C. Kepuasan Karyawan

Indikator kepuasan karyawan bertujuan untuk mengukur

peningkatan kepuasan karyawan, yang diukur dengan mengisi daftar

pertanyaan kuesioner yang telah disediakan. Karyawan yang menjadi

responden sebanyak 78 karyawan.

Uji Validitas

Pada tebel 4.10 berikut disajikan hasil uji validitas untuk item-item

pernyataan tentang semangat kerja.

Tabel.4.10Hasil Uji Validitas-Dimensi Semangat Kerja

Pernyataan Loading Factor Validity KeteranganSK1 0,870 0,4 ValidSK2 0,870 0,4 Valid

Sumber : lampiran XIII

Hasil uji validitas pada tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai semangat

kerja memiliki nilai loading factor di atas atau lebih besar dari 0,4.

sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pertanyaan

mengenai semangat kerja karyawan dapat dikatergorikan valid dan

memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reliabilitas dan

pengujian hipotesis.

Tabel 4.11Hasil Uji Validitas-Dimensi Kepemimpinan

56

Page 67: Penerapan balanced scorecard sebagai

Pernyataan Loading Factor Validity KeteranganKP1 0,691 0,4 ValidKP2 0,717 0,4 ValidKP3 0,812 0,4 Valid

Sumber : Lampiran XIII

Hasil uji validitas pada tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai

kepemimpinan memiliki nilai loading factor di atas atau lebih besar

dari 0,4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing

pertanyaan mengenai kepemimpinan karyawan dapat dikategorikan

valid dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas

dan pengujian hipotesis.

Tabel 4.12Hasil Uji Validitas – Dimensi Motivasi

Pernyataan Loading Factor Validity KeteranganMV1 0,770 0,4 ValidMV2 0,909 0,4 ValidMV3 0,784 0,4 Valid

Sumber : Lampiran XIV

Hasil Uji validitas pada tebel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai motivasi

memiliki nilai loading factor di atas atau lebih dari 0,4. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pernyataan mengenai

motivasi karyawan dapat dikategorikan valid dan memenuhi syarat

untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas dan pengujian hepotesis.

Tabel 4.13Hasil Validitas-Dimensi Komunikasi

Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan

57

Page 68: Penerapan balanced scorecard sebagai

K1 0,671 0,4 ValidK2 0,820 0,4 ValidK3 0,763 0,4 Valid

Sumber : Lampiran XIV

Hasil Uji validitas pada tebel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai komunikasi

memiliki nilai loading factor di atas atau lebih dari 0,4. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pernyataan mengenai

komunikasi karyawan dapat dikategorikan valid dan memenuhi

syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas dan pengujian

hepotesis.

Tabel 4.14Hasil Validitas-Dimensi Kondisi fisik tempat kerja

Pernyataan Loading Factor Validity KeteranganK1 0,671 0,4 ValidK2 0,820 0,4 ValidK3 0,763 0,4 Valid

Sumber : Lampiran XV

Hasil Uji validitas pada tebel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai kondisi fisik

tempat kerja memiliki nilai loading factor di atas atau lebih dari 0,4.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pernyataan

mengenai kondisi fisik tempat kerja dapat dikategorikan valid dan

memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas dan

pengujian hepotesis.

Tabel 4.15Hasil Validitas-Dimensi tanggapan keputusan karyawan total

terhadap rumah sakit

58

Page 69: Penerapan balanced scorecard sebagai

Pernyataan Loading Factor Validity KeteranganKKT1 0,759 0,4 ValidKKT2 0,620 0,4 ValidKKT3 0,859 0,4 ValidKKT4 0,806 0,4 ValidKKT5 0,845 0,4 Valid

Sumber : Lampiran XV

Hasil Uji Validitas pada tebel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai tanggapan

keputusan karyawan total terhadap rumah sakit memiliki nilai

loading factor di atas atau lebih dari 0,4. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa butir masing-masing pernyataan mengenai tanggapan

keputusan karyawan total terhadap rumah sakit dapat dikategorikan

valid dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas

dan pengujian hepotesis

Uji Reliabilitas

Pada tabel 4.16 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas item-

item pernyataan dari semua dimensi.

Tabel 4.16Hasil Uji Reliabilitas

Dimensi Cronbach`s

alphaReliability Keterangan

Semangat kerja 0,6748 0,6 ReliabelKepemimpinan 0,7285 0,6 ReliabelMotivasi 0,7605 0,6 ReliabelKomunikasi 0,6024 0,6 ReliabelKondisi fisik tmp kerja 0,7203 0,6 ReliabelKeputusan karyawan total 0,8398 0,6 Reliabel

Sumber : Lampiran XVI-XXI

59

Page 70: Penerapan balanced scorecard sebagai

Dari hasil uji reabilitas yang dsiajikan dalam tabel 4.16 di atas

diperoleh nilai Cronbach`s alpha untuk seluruh dimensi kepuasan

karyawan sebesar lebih dari 0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

seluruh butir pernyataan untuk kepuasan karyawan adalah Reliabel.

Hasil Pengujian Hipotesis

Statistik Deskriptif

Analisis stastistik deskriptf dilakukan berdasarkan jawaban dari 78

responden melalui kuestioner, untuk memberikan gambaran

mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu semangat

kerja, kepuasan karyawan. Hasil pengolahan data mengenai statistic

deskriptif disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.16Statistik Deskriptif Variabel

Variabel Kisaran

teoritis

Kisaran

aktual Rata-rata

Median

teoritis Semangat kerja 2 – 10 6 – 10 8,1282 6,0000Kepemimpinan 3 – 15 9 – 15 13,1410 9,0000Motivasi 3 – 15 13 – 15 12,2179 9,0000Komunikasi 3 – 15 9 – 14 12,3205 9,0000Kondisi fisik tempat kerja 3 – 15 9 – 14 12,1262 9,0000Keputusan karyawan 5 – 25 14 – 24 20,5000 15,0000

Pengukuran variabel tingkat semangat kerja menggunakan

instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 2 pernyataan dengan

skor 1 sampai 5. tingkat semangat kerja tinggi dengan skala tinggi

60

Page 71: Penerapan balanced scorecard sebagai

dan tingkat semangat rendah dengan skala renadah. Berdasarkan

hasil pengukuran variabel tingkat semangat kerja sebesar 6 – 10

dengan kisaran teoritis 2-10. dari tebel statistic deskriptif, nilai

median teoritis untuk variabel tingkat semangat kerja sebesar 6 dan

nilai rata-ratanya sebesar 8.1282, sehingga data diketahui bahwa

tingkat semangat kerja dalam penelitian ini dalam kondisi yang

tinggi.

Pengukuran variabel tingkat semangat kerja menggunakan

instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3 pertanyaan dengan

skor 1 sampai 5. tingkat kepemimpinan tinggi dengan skala tinggi

dan tingkat kepemimpinan rendah dengan skala rendah. Berdasarkan

hasil pengukuran variabel kepemimpinan skor jawaban responden

berkisar 9-15 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik

deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat kepemimpinan

sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 13.1410, sehingga data

diketahui bahwa tingkat kepemimpinan dalam penelitian ini dalam

kondisi yang tinggi.

Pengukuran variabel tingkat motivasi menggunakan

instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3 pertanyaan dengan

skor 1 sampai 5. tingkat motivasi tinggi dengan skala tinggi dan

tingkat motivasi rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil

pengukuran variabel tingkat motivasi skor jawaban responden

berkisar 13-15 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik

61

Page 72: Penerapan balanced scorecard sebagai

deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat motivasi

sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 12.21779, sehingga data

diketahui bahwa tingkat komunikasi dalam penelitian ini dalam

kondisi yang tinggi.

Pengukuran variabel tingkat komuniasi menggunakan

instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3 pertanyaan dengan

skor 1 sampai 5. tingkat komuniasi tinggi dengan skala tinggi dan

tingkat komuniasi rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil

pengukuran variabel tingkat komuniasi skor jawaban responden

berkisar 9 -14 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik

deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat komuniasi

sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 12.3205, sehingga data

diketahui bahwa tingkat komuniasi dalam penelitian ini dalam

kondisi yang tinggi.

Pengukuran variabel tingkat kondisi fisik tempat kerja

menggunakan instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3

pertanyaan dengan skor 1 sampai 5. tingkat kondisi fisik tempat kerja

tinggi dengan skala tinggi dan tingkat kondisi fisik tempat kerja

rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil pengukuran variabel

tingkat kondisi fisik tempat kerja skor jawaban responden berkisar 9

-14 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik deskriptif, nilai

median teoritis untuk variabel tingkat kondisi fisik tempat kerja

sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 12.1229, sehingga data

62

Page 73: Penerapan balanced scorecard sebagai

diketahui bahwa tingkat kondisi fisik tempat kerja dalam penelitian

ini dalam kondisi yang tinggi.

Pengukuran variabel tingkat kepuasan karyawan

menggunakan instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 5

pertanyaan dengan skor 1 sampai 5. tingkat kepuasan karyawan

tinggi dengan skala tinggi dan tingkat kepuasan karyawan rendah

dengan skala rendah. Berdasarkan hasil pengukuran variabel tingkat

kepuasan karyawan skor jawaban responden berkisar 14 -24 dengan

kisaran teoritis 5-25. dari tebel statistik deskriptif, nilai median

teoritis untuk variabel tingkat kepuasan karyawan sebesar 15 dan

nilai rata-ratanya sebesar 20.5000, sehingga data diketahui bahwa

tingkat kepuasan karyawan dalam penelitian ini dalam kondisi yang

tinggi.

4.2.5 Hasil Keseluruhan Analisis Balance Scorecard

Secara umum pada perspektif keuangan menunjukkan hasil yang

sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator ROI yang mengalami

peningkatan pada tahun 2005 sebesar 9,86% dan indikator rasio efesiensi

yang juga mengalami peningkatan sebesar 0,6 % peningkatan kedua

indikator tersebut telah melebihi keukuran kelayakan usaha.

Kinerja yang diperlihatkan pada perspektif konsumen (pasien) secara

umum sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari

jawaban atau tanggapan rata-rata pasien 69,9800 ini masuk pada ketegori

tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum rumah sakit Kristen Tayu

63

Page 74: Penerapan balanced scorecard sebagai

sudah memperhatikan kepuasan pelanggan labih baik lagi.

Hasil kinerja pada perspektif proses bisnis internal yang diukur

dengan tiga indikator yaitu BTO, NDR, dan GDR secara umum

memperlihatkan bahwa kinerja pelayanan terhadap meningkatnya

kepercayaan konsumen (pasien) untuk berobat di rumah sakit yang sangat

cepat dan efektif. Hal ini dapat dilihat bahwa dari nilai BTO tahun 2004-

2005 mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali, yang berarti bahwa jumlah

pasien rawat inap yang telah dirawat lebihd dari 48 jam sudah memuaskan,

hal ini dapat dilihat dari penurunan NDR sebesar 1,04%. Meskipun nilai

GDR pada tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan 3 indikator yaitu produktifitas karyawan, retensi karyawan

dan kepuasan karyawan secara umum telah menunjukkan hasil yang baik,

hal ini juga dapat berdampak pada peningkatan kualitas karyawan yang

ujungnya bermuara pada kepuasan pelanggan dalam melayani pelanggan.

Hal ini dapat dilihat dari tingkat produktifitas karyawan yang mengalami

peningkatan sebesar 147.303,73 dan hasil survei terhadap karyawan rasa

puas mereka terhadap kebijaksanaan rumah sakit. Retensi karyawan

mengalami peningkatan sebesar 0,6 % berarti bahwa kemampuan rumah skit

untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan karyawan dapat

dikatakan belum berhasil hal ini akan berdampak pada tingkat loyalitas dan

tingkat produktifitas karyawan.

64

Page 75: Penerapan balanced scorecard sebagai

65

Page 76: Penerapan balanced scorecard sebagai

66

Page 77: Penerapan balanced scorecard sebagai

Tabel 4.23

Tabulasi Perbandingan Hasil Perhitungan Balance Scorecard

Jenis Variabel Hasil Selama Tahun 2004-2005

Tahun2004 2005 Keterangan

Perspektif Keuangan BaikROI Peningkatan ROI 9,86 % 18,98 % 28,84 % Peningkatan ROI berarti

Pengembalian tingkat investasi meningkat, hal ini berarti pengelolaan keuangan atas investasi investor dapat dikategorikan baik atau efisien.

Rasio Efisiensi Peningkatan Rasio Efisiensi 3,13%

7,9 % 11,03 %

Prespektif Konsumen BaikKepuasan Pasien Kepuasan Pasien tinggi rata-

rata 69,98 dengan medienteoritis 54

- Tinggi Kepuasan pasien yang tinggi menunjukkan pasien merasa puas terhadap pelayanan Rumah Sakit. Hal ini berarti Rumah sakit sudah mampu melayani pelanggan secara maksimal

Prespektif Proses Bisnis Internal

Baik

BTO Peningkatan BTO 2.81 kali 16,58 kali 19,39 kali Peningkatan BTO ini mengakibatkan Semakin banyak Pasien berobat ke rumah sakit. Hal ini berarti tingkat keparcayaan pasien terhadap pelayanan rumah sakit meningkat

66

41

Page 78: Penerapan balanced scorecard sebagai

GDR Peningkatan GDR 1,6 permil 45,8 Permil 47,4 Permil Pelayanan pencegahan dan kecepatan kurang memadai. Hal ini berarti bahwa ruhah sakit perlu meningkatkan kinerja kualitas pelayanan dalam hal penanganan dini.

NDR Penurunan NDR 1,04 Permil 44,63 Permil 30,03 Permil Perawatan intensif dan keamanan memadai. Hal ini berarti kualitas perawatan intensif mengalami peningkatan.

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

67 42

Page 79: Penerapan balanced scorecard sebagai
Page 80: Penerapan balanced scorecard sebagai

BaikProduktifitas

KaryawanPeningkatan Produktifitas Karyawan Rp. 147.303,73 per karyawan

Rp. 282.267,51 per karyawan

Rp.429.580,24 per karyawan

Memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi dan berkualitas

Retensi Karyawan Peningkatan Retensi Karyawan 0,6%

2,2% 2,8% Belum mampu mempertahankan hubungan baik antar karyawan

Kepuasan Karyawan

Kepuasan Karyawan bernilai 4,11

- Puas Karyawan merasa puas dengan kebijakan manjemen yang berlaku

Kesimpulan Balance Scorecard

Secara keseluruhan penilaian kinerja rumah sakit Kristen Tayu menggunakan analisis balance scorecard menunjukkan hasil yang baik karena tiap perspektif menunjukkan hasil yang baik, tetapi perlu dilakukan pembenahan atau peningkatan kinerja pada indikator perspektif yang belum menunjukkan kinerja yang maksimal.

68

Page 81: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB V

KESIMPULAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kinerja Perspektif Keuangan dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan dua indikator rasio keuangan yaitu: Return On Invesment

(ROI) dan Rasio Efesiensi. Secara umum pada perspektif keuangan

menunjukkan hasil yang sudah maksimal. Hal ini dapat dilihat dari

indikator ROI yang mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar

9,86 % dan indikator Rasio Efesiensi yang juga mengalami peningkatan

sebesar 0,6 % meskipun peningkatan kedua indikator tersebut tidak

terlalu signifikan.dikarenakan rumah sakit Kristen tayu 50% pasiennya

adalah pasien dankin (dana kemiskinan) oleh pemeruntah.

2. Kinerja Perspektif konsumen (pasien) diukur dengan menggunakan

indikator kepuasan pasien Rumah Sakit Kristen Tayu Pati. Berdasarkan

hasil survey pada 100 pasien rumah sakit dapat diketahui bahwa secara

umum sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat

dari jawaban/tanggapan pasien menunjukkan nilai sebesar 3,88, nilai

masuk kategori ragu-ragu. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum

Rumah Sakit Kristen Tayu belum benar-benar memperhatikan kepuasan

pelanggan dan diharapkan prestasi ini dapat lebih ditingkatkan.

69

Page 82: Penerapan balanced scorecard sebagai

3. Kinerja Perspektif proses bisnis internal diukur dengan menggunakan

indikator tiga indikator yaitu: Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death

Rate (GDR) dan Net Death Rate (NDR) secara umum memperlihatkan

bahwa kinerja pelayanan terhadap pasien semakin baik. Hal ini dapat

dilihat bahwa dari nilai Bed Turnover Ratio dari tahun 2004-2005

mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali, yang berarti bahwa jumlah

pasien yang dapat tertangani oleh rumah sakit Kristen Tayu semakin

banyak dan pasien rawat inap yang telah dirawat lebih dari 48 jam

sudah memuaskan, hal ini dapat dilihat dari penurunan NDR sebesar

1,04 %. Meskipun Nilai GDR pada tahun 2005 mengalami peningkatan

yang cukup signifikan.

4. Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran diukur dengan

menggunakan indikator tiga indikator yaitu: Produktifitas karyawan,

Retensi Karyawan dan Kepuasan Karyawan secara umum telah

menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

produktivitas karyawan yang mengalami peningkatan sebesar

Rp.147.303,73 per karyawan dan hasil survey terhadap karyawan yang

juga menunjukkan rasa puas mereka terhadap kebijakan rumah sakit

selama mereka bekerja. Meskipun jika dilihat dari indikator rentensi

karyawan mengalami peningkatan sebesar 0,6 % yang berarti bahwa

kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan hubungan yang baik

dengan karyawan dapat dikategorikan belum berhasil. Dalam hal ini

pihak manajemen rumah sakit perlu mengadakan evaluasi dan mencari

70

Page 83: Penerapan balanced scorecard sebagai

informasi, perihal apa yang menyebabkan tingkat retensi karyawan

mengalami peningkatan. Sehingga diharapkan dimasa yang akan

datang tingkat retensi karyawan dapat menurun yang berarti bahwa

keharmonisan hubungan dengan karyawan semakin meningkat. Hal ini

akan berdampak pada tingkat loyalitas dan tingkat produktivitas

karyawan yang tinggi.

5.2. Keterbatasan

Adapun keterbatasan pada penelitian ini yaitu :

1. Jangka waktu pengamatan penelitian ini hanya dua tahun, sehingga

kurang menggambarkan kondisi dalam jangka panjang.

2. Pengukuran kinerja pada penelitian ini hanya mendasarkan pada

indikator-indikator yang terbatas pada tersedianya data yang digunakan.

5.3. Saran

Dari kesimpulan dan keterbatasan yang telah diuraikan di atas, ada

beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak rumah sakit

Kristen Tayu Pati, yaitu :

1. Pihak manajemen khususnya Sub. Bag Keuangan harus lebih

meningkatkan kinerja keuangan, dengan lebih menekan biaya-biaya

operasi dan meningkatkan sistem pengendalian internal. Meskipun

rumah sakit bukan merupakan lembaga yang berorientasi pada profit,

tetapi kinerja keuangan harus tetap diperhatikan dan ditingkatkan demi

kelangsungan hidup rumah sakit.

71

Page 84: Penerapan balanced scorecard sebagai

2. Pada perspektif bisnis internal khususnya yang diproksi dengan Gross

Death Rate (GDR) masih velum menunjukkan kinerja yang maksimal,

oleh karena itu pihak rumah sakit harus lebih meningkatkan kualitas

pelayanan dan profesionalitas dengan memberikan pelatihan dan

pendidikan intensif, agar dalam menangani pasien lebih efektif dan

efisien sehingga angka Gross Death Rate dapat menurun..

3. Kinerja perspektif Pertumbuhan dan pembelajaran rumah sakit perlu

lebih ditingkatkan khususnya yang diukur dengan retensi karyawan

yang masih belum belum menunjukkan hasil yang optimal. Dalam hal

ini pihak rumah sakit perlu lebih meningkatkan kompetensi akryawan

dan melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan manajemen,

demi menjaga hubungan baik antar karyawan dan meningkatkan

kualitas dan pelayanan.

4. Kinerja perspektif pelanggan juga masih belum menunjukkan hasil yang

optimal. Dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit perlu lebih

meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalismenya dan mencari

sebab-sebab mengapa maupun dalam hal apa yang menyebabkan

pelanggan (pasien) merasa kurang puas dengan pelayanan rumah sakit

selama ini mengingat rumah sakit merupakan bidang pelayanan jasa

kesehatan dan wajib memperhatikan kepuasan pelanggannya.

72

Page 85: Penerapan balanced scorecard sebagai

SUMMARY

PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI

TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA

BADAN USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT

(Studi Kasusu Pada Rumah Sakit Kristen Tayu Pati)

Disusun Oleh :

Nama : Aji Dwi Prihananto

NIM : 99.60.0657

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2006

73

Page 86: Penerapan balanced scorecard sebagai

74

Page 87: Penerapan balanced scorecard sebagai

ABSTRAKSI

Pengukuran kinerja merupakan suatu hal penting bagi sebuah unit bisnis. Pengukuran kinerja Balance Scorecard menyangkut empat perspektif yaitu : Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal dan Perspektif Belajar dan Berkembang. Penulis memilih menggunakan Rumah Sakit Kristen Tayu karena selama ini pengukuran kinerja yang dilakukan perusahaan masih menitik beratkan pada aspek keuangan. Metode pengujian instrument penelitian yang digunakan yaitu pengujian validitas dan pengujian realibilitas.Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut,Perspektif Keuangan,pertumbuhan ROI dan Rasio Efisiensi mengalami peningkatan, menujukan keuangan meningkat. Perspektif Pelanggan, mampu mempertahankan dan menarik minat pelanggan dan mampu memuaskan pelanggan. Perspktif Proses Bisnis Internal, mampu memberikan fasilitas pelayanan yang baik walaupun pelayanan pencegahan dan kecepatan kurang memadai. Perspektif Belajar dan Berkembang, mampu mempertahankan karyawan dan mampu memuaskan karyawan.

75

Page 88: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan

yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

Oleh karena itu perusahaan memerlukan sistem manajemen yang didesain

sesuai dengan tuntutan lingkungan usahanya, karena dengan menggunakan

sistem manajemen yang sesuai dengan tuntutan lingkungan usaha maka

perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting

bagi sebuah perusahaan. Pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk

menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan

dalam perusahaan. Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya

menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai

tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan memperoleh

imbalan yang baik dari perusahaan.

Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi

keuangan akan dapat menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik saat

ini dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka

panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik

dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-

investasi demi kekepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi kekurangan

ini, maka diciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja

perusahaan dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu aspek keuangan,

pelanggan, proses bisnis internal serta proses belajar dan berkembang (Ali

Mutasowifin, 2002 : 245).

Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek

keuangan dengan aspek non keuangan yang secara umum dinamakan

76

Page 89: Penerapan balanced scorecard sebagai

Balanced Scorecard. Dengan menerapkan metode Balanced Scorecard para

manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka

melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan

kepentingan-kepentingan masa yang akan datang.

Rumah Sakit adalah bentuk organisasi pengelola jasa pelayanan

kesehatan individual secara menyeluruh. Di dalam organisasinya terdapat

banyak aktivitas, yang diselenggarakan oleh petugas berbagai jenis profesi,

baik profesi medik, paramedik maupun non-medik. Untuk dapat

menjalankan fungsinya, diperlukan suatu sistem manajemen menyeluruh

yang dimulai dari proses perencanaan strategik (renstra), baik untuk jangka

panjang maupun jangka pendek. Suatu renstra dapat disebut baik apabila

perencanaan tersebut dapat ditindaklanjuti secara praktis ke dalam program-

program operasional yang berorientasi kepada economic - equity - quality.

Artinya rumah sakit dikelola secara efektif dan efisien, melayani segala

lapisan masyarakat dan berkualitas.

Memasuki era globalisasi perdagangan antarnegara sejak 2003 ini,

pimpinan rumah sakit di Indonesia perlu memfokuskan strategi

perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian sehingga

betul-betul siap dengan daya saing di tingkat global. Di dalam era tersebut,

para konsumen bebas memilih rumah sakit mana yang mampu memberikan

pelayanan memuaskan, profesional dengan harga bersaing, sehingga strategi

dan kinerja rumah sakit pun harus berorientasi pada keinginan pelanggan

tersebut. Untuk itu diterapkan balanced scorecard (BSC) yang diharapkan

menjawab tuntutan dan tantangan zaman.

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati sebagai rumah sakit rujukan

pelayanan kesehatan di daerah sekitar murya dalam era kesejagatan

(globalisasi), disatu pihak diperhadapkan pada kekuatan-kekuatan dan

masalah-masalah interen yang ada, sedangkan di lain pihak secara,

bersamaan juga diperhadapkan pada kondisi lingkungan dengan berbagai

faktor peluang dan tantangan yang senantiasa berkembang dinamis. Oleh

karena itu untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi

77

Page 90: Penerapan balanced scorecard sebagai

masyarakat perlu disusun Visi Misi, Tujuan, Sasaran serta Indikator

keberhasilan yang dirampungkan dalam bentuk Rencana Stratejik

(RENSTRA). Indikator keberhasilan merupakan alat ukur yang harus

dievaluasi secara periodik berkesinambungan. Indikator bukan saja dalam

bentuk finansial tapi juga dengan indikatoryang lain seperti pelangan, bisnis

inernal juga pembelanjaran dan pertumbuhan yang selanjutnya dijadikan

bahan untuk mengendalikan arah dan mutu pelayanan kesehatan agar visi

yang telah ditetapkan benar-benar dapat diwujudkan.

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati merupakan salah satu Rumah Sakit

Umum di Tayu yang berusaha memberikan pelayanan kesehatan secara

propesonalisme dan meningkatkan mutu terus-menerus. Memaksa pihak

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati untuk selalu memperbaiki kinerjanya, agar

dapat menambah kepercayaan masyarakat atas Rumah Sakit Kristen Tayu

Pati. Kepercayaan ini sangatlah penting, mengingat masyarakat merupakan

pengguna jasanya. Diharapkan dengan peningkatan kepercayaan

masyarakat terhadap Rumah Sakit menpunyai dampak pada pendapatan

Rumah Sakit.

Melihat fenomena tersebut di atas, maka perlu digunakan alternatif

penilaian kinerja Rumah Sakit Kristen Tayu dengan menggunakan

Balanced Scorecard yang lebih komprehensif, akurat, terukur karena dalam

menilai kinerja suatu organisasi tidak hanya dinilai dari aspek keuangan

saja, tetapi juga dinilai dari aspek nonkeuangan.

Dari latar belakang dan uraian di atas, maka dalam penelitian ini

mengambil judul “PENERAPAN BALANCED SCORECARD

SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA BADAN

USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada Rumah

Sakit Kristen Tayu Pati)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja

manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu diukur dengan menggunakan

78

Page 91: Penerapan balanced scorecard sebagai

Balanced Scorecard ?

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah oleh peneliti dengan maksud agar pembahasan

dapat lebih terfokus. Adapun penelitian ini hanya akan membahas mengenai

penerapan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja manajemen Rumah

Sakit Kristen Tayu ditinjau dari 4 aspek yaitu aspek keuangan (ROI dan

Profit Margin), Pelanggan (kepuasan pelanggan), Proses Bisnis Internal

(BTO, GDR, NDR), serta pembelajaran dan Pertumbuhan (Produktivitas

karyawan, Rentensi karyawan, Kepuasan karyawan) tahun 2004 – 2005.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran penggunaan Balanced Scorecard terhadap

penilaian kinerja rumah sakit.

2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana penerapan Balanced Scorecard

sebagai alat analisis yang komprehensif dan koheren pada suatu

perusahaan.

3. Memberikan suatu alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang

memperhatikan aspek finasial dan aspek nonfinasial.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-pihak

yang membutuhkan sebagai berikut :

a. Sebagai alternatif pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dalam

menilai kinerja manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu.

b. Menambah wawasan bagi manajemen dan pengurus mengenai

pentingnya faktor-faktor nonfinancial yang mempengaruhi kinerja

manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan

dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian

yang menyangkut kinerja manajemen suatu badan usaha berbentuk

79

Page 92: Penerapan balanced scorecard sebagai

Rumah Sakit Kristen Tayu.

1.4. Kerangka Pemikiran

Dalam skripsi ini akan dilakukan pengukuran kinerja dengan

menggunakan system pengukuran kinerja yang di sebut BALANCED

SCORECARD kepada sebuah perusahaan atau organisasi public yang belum

mengenal sistem pengukapan kinerja tersebut. BALANCED SCORECARD

di kembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai

alat yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk

merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektifitas

organisasi. BALANCED SCORECARD merupakan solusi terbaik dalam

pengukuran kinerja bisnis.

Empat perspekif utama di sorot melalui BALANCED SCORECARD

yaitu:

1. Perpektif keuangan

2. Perpektif konsumen atau pelanggan

3. Perpektif proses internal bisnis

4. Perpektif pembelajan dan pertumbuhan

Dalam BALANCED SCORECARD. Keempat perspektif tersebut

menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga merupakan

indikator pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan memiliki

hubungan sebab akibat.

Seperti yang telah di jelaskan bahwa pengukuran kinerja bagi

perusahan jasa yang mempunyai kontak tinggi sangat dibutuhkan. Penelitian

ini bertujuan untuk menerapkan konsep BALANCED SCORECARD pada

Rumah Sakit Kristen Tayu.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan dengan bagan sebagai berikut.

Gambar 1.1.

Kerangka Pemikiran

80

Page 93: Penerapan balanced scorecard sebagai

1.1. BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penilaian Kinerja

Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau

seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring

dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

Penerapan BSC pada organisasi sektor swasta

Perspektif keuangan bukan merupakan perspektif satu-satunya sebagai indikator

penilaian kinerja

Penerapan BSC pada organisasi sektor publik (RSK Tayu Pati)

Keuangan

Pelanggan

Lap. keuangan perusahaan Pendukung non keuangan dan menentukan tingkat pelayanan

Customer satisfaction, customer profitabilitas dan pangsa pasar

Proses Bisnis Internal Inovasi dan operasi

Pembelajaran dan Pertumbuhan

Kemampuan karyawan, kemampuan sistem informasi, motivasi, pemberdayaan dan

keserasian individu perusahaan

Menentukan pencapaian misi dan

visi

Menunjukkan atau memberikan gambaran kinerja perusahaan berdasarkan konsep Balanced

Scorecard

81

Page 94: Penerapan balanced scorecard sebagai

diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas

manajemen dan semacamnya (Fauzi, 1995 : 207).

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam

mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997 : 419) mendefinisikan penilaian

kinerja sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu

organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar

dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada

dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia maka penilaian kinerja

sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam

melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.

Setiap organisasi mengharapkan kinerja yang memberikan kontribusi

untuk menjadikan organisasi sebagai suatu institusi yang unggul di

kelasnya. Jika keberhasilan organisasi untuk mengadakan institusi yang

unggul ditentukan oleh berbagai faktor maka berbagai faktor yang

menentukan keberhasilan perusahaan (succes factor) untuk menjadikan

organisasi suatu institusi yang unggul tersebut digunakan sebagai pengukur

keberhasilan personal. Dengan demikian, dibutuhkan suatu penilaian kinerja

yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem

penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan

kinerja yang diharapkan oleh organisasi.

2.2 Balanced Scorecard

Scorecard merupakan kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan. Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk mengkomunikasikan strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di seluruh organisasi. Balanced Scorecard juga menunjukkan bagaimana perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya (Amin Widjaja Tunggal, 2002 : 1).

Balanced Scorecard menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton (1997 : 7) merupakan suatu metode penilaian yang mencakup empat perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu perspektif keuangan,

82

Page 95: Penerapan balanced scorecard sebagai

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard menekankan bahwa pengukuran keuangan dan non keuangan harus merupakan bagian dari informasi bagi seluruh pegawai dari semua tingkatan bagi organisasi. Tujuan dan pengukuran dalam Balanced Scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada, melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas bawah (top-down) berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan strategi tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih nyata (Teuku Mirza, 1997 : 14).

Sumber : Mulyadi & Setyawan 1999. Sistem Perencanaan & Pengendalian Manajemen

Gambar 2.1Penjabaran visi ke dalam tujuan dan sasaran strategi

1. Komunikasi & hubungan

Balanced Scorecard memperlihatkan kepada setiap karyawan

apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi

keinginan para pemegang saham konsumen karena untuk tujuan tersebut

dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. Untuk itu Scorecard

menunjukkan strategi yang menyeluruh yang terdiri dari 3 kegiatan :

a. Communicating dan education

b. Setting goal

c. Linking reward to performance measure

2. Rencana Bisnis

Visi

Tujuan (goal)

Tujuan (goal)

Tujuan (goal)

Sasaran Strategik (strategic objectives)

Sasaran Strategik (strategic objectives)

Sasaran Strategik (strategic objectives)

83

Page 96: Penerapan balanced scorecard sebagai

Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan

antara bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi

pada saat ini mengimplementasikan berbagai macam program yang

mempunyai keunggulan masing-masing yang saling bersaing antara satu

dengan yang lain, sehingga akan menyulitkan manajer untuk

mengintegrasikan ide-ide yang muncul dan berbeda di setiap

departemen. Dengan menggunakan Balanced Scorecard sebagai dasar

untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih

penting untuk diprioritaskan akan menggerakkan mereka ke arah tujuan

jangka panjang perusahaan menyeluruh.

3. Umpan balik dan pembelajaran

Dengan Balanced Scorecard sebagai pusat system manajemen

perusahaan maka perusahaan tersebut akan dapat melakukan monitor

terhadap apa yang dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek dari

tiga perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard yaitu konsumen,

proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan akan

dijadikan sebagai umpan balik dalam mengevaluasi strategi dalam

kinerja.

2.3 Kinerja Perspektif Keuangan

Dalam Balanced Scorecard kinerja keuangan tetap menjadi

perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dan

konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan

ekonomi yang diambil (Teuku Mirza, 1997 : 15).

Ukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, sasaran strategic,

inisiatif strategic dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam

menghasilkan laba bagi perusahaan, Kaplan & Norton (1996 : 48)

mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu :

a. Pertumbuhan (growth)

Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus

84

Page 97: Penerapan balanced scorecard sebagai

kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau

jasa yang secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik

sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang biak.

Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara actual beroperasi

dalam arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal

investasi yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada

tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat

pertumbuhan penerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan.

b. Bertahan (Sustain Stage)

Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih

melakukan investasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian

yang terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha mempertahankan

pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin.

Secara konsisten pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpuk pada

strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuntungan pada tahap ini

diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang

dilakukan.

c. Menuai (Harvest)

Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap

dimana perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang dibuat

pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi

lebih jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan

fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi/membangun suatu kemampuan

baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan kas yang

masuk ke perusahaan.

Untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang mampu

berkreasi diperlukan keunggulan di bidang keuangan. Melalui

keunggulan di bidang ini, organisasi menguasai sumber daya yang

sangat diperlukan untuk mewujudkan tiga perspektif strategi lain yaitu

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif

proses pertumbuhan dan pembelajaran.

85

Page 98: Penerapan balanced scorecard sebagai

2.4 Kinerja Perspektif Konsumen

Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumennya jika manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi dari pada pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen tersebut untuk mendapat produk dan jasa itu. Produk atau jasa tersebut akan semakin mempunyai nilai apabila manfaatnya mendekati ataupun melebihi dari apa yang diharapkan oleh konsumen.Menurut Kaplan dan Norton (1956) perusahaan diharapkan mampu membuat suatu segmentasi pasar dan ditentukan target pasarnya yang paling mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai dengan kamampuan sumber daya dan rencana jangka panjang perusahaan. Dalam perspektif konsumen terdapat 2 kelompok perusahaan yaitu :

1. Kelompok perusahaan inti konsumen (customer core measurement group)a) Pangsa pasar (market share)

Menggambarkan seberapa besar penjualan yang dikuasai oleh perusahaan dalam suatu segmen tertentu.

b) Kemampuan mempertahankan konsumen (customer retention)Tingkat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hubungan dengan konsumennya yang mungkin seberapa besar perusahaan berhasil mempertahankan pelanggan lama.

c) Kemampuan meraih konsumen baru (customer acquisition)Tingkat kemampuan perusahaan demi memperoleh dan menarik konsumen baru dalam pasar.

d) Tingkat kepuasan konsumen (customer satiffation)Merupakan suatu tingkat kepuasan konsumen terhadap kriteria kinerja/nilai tertentu yang diberikan oleh perusahaan.

e) Tingkat protabilitas konsumen (customer profitability)Mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen/segmen pasar.

2. Kelompok pengukur nilai konsumen (customer value measement)Merupakan kelompok penunjang yang merupakan konsep kunci untuk memahami pemicu-pemicu (driver).

86

Page 99: Penerapan balanced scorecard sebagai

Dari kelompok-kelompok pengukuran inti konsumen kelompok pengukuran nilai konsumen terdiri dari :a. Atribut-atribut produk dan jasa (product/service)

Atribut-atribut produk-produk jasa harga dan fasilitasnya.b. Hubungan dengan konsumen (customer relationship)

Meliputi hubungan dengan konsumen yang meliputi melalui pengisian produk/jasa kepada konsumen, termasuk dimensi respon dan waktu pengirimannya dan bagaimana pula kesan yang timbul dari konsumen setelah membeli produk atau jasa perusahaan tersebut.

c. Citra dan reputasi (image & reputation)Dalam dimensi ini termuat faktor-faktor yang membuat konsumen merasa tertarik pada perusahaan seperti hasil promosi baik secara personal (melalui pameran-pameran, door to door) maupun lewat media masa atau elektronik ataupun ungkapan-ungkapan yang mudah diingat oleh konsumen.

2.5 Perspektif Proses Internal BisnisDalam perspektif bisnis internal, perusahaan harus meng-identifikasikan proses internal yang penting dimana perusahaan harus melakukannya dengan sebaik-baiknya. Karena proses internal tersebut memiliki nilai-nilai yang diinginkan pelanggan dan akan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham (Ancella Hermawan, 1996 : 56).

Para manager harus memfokuskan perhatiannya pada proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan kinerja perusahaan dari perspektif pelanggan. Kinerja dari perspektif tersebut diperoleh dari proses kinerja bisnis internal yang diselenggarakan perusahaan. Perusahaan harus memilih proses dan kompetensi yang menjadi unggulannya dan menentukan ukuran-ukuran untuk menilai kinerja-kinerja proses dan kompetensi tersebut. Analisis atau proses bisnis internal perusahaan dilakukan melalui analisis rantai nilai (value chain analysist) yang digambarkan sebagai berikut :

87

Page 100: Penerapan balanced scorecard sebagai

Business process :

• Innovation process

• Product design

• Product development

• Operator process

• Manufacture

• Marketing

• Postable serviceSumber : Norton dan Kaplan, 1996

Gambar 2.2

Generic Value Chain Mode

Masing-masing perusahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai

yang unik bagi pelanggannya. Secara umum Kaplan dan Norton (1996 : 96)

membaginya menjadi tiga prinsip dasar yaitu :

1. Inovasi

Pengukuran kinerja dalam proses inovasi selama ini kurang

mendapatkan perhatian, dibandingkan pengukuran kinerja yang

dilakukan dalam proses operasi. Pada tahap ini perusahaan

mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan para pelanggan di masa

mendatang serta merumuskan cara untuk memenuhi keinginan dan

kebutuhan tersebut.

2. Operasi

Tahap ini merupakan tahap akhir di mana perusahaan secara

nyata berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggannya

dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan langganan dan kebutuhan

mereka. Kegiatan operasional berasal dari penerimaan pesanan dari

pelanggan dan berakhir dengan pengiriman produk atau jasa pada

Customer need design develop Make Market Service

88

Customer need

Supply Chain

Time Market

dentified Satisfied

Page 101: Penerapan balanced scorecard sebagai

pelanggan. Kegiatan ini lebih mudah diukur kejadiannya yang rutin dan

terulang.

3. Layanan pasca jual

Dalam tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat

tambahan kepada para pelanggan yang telah membeli produk-produknya

dalam bentuk layanan pasca transaksi.

2.6 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Tujuan dimasukkannya kinerja ini adalah untuk mendorong

perusahaan menjadi organisasi belajar (learning organization) sekaligus

mendorong pertumbuhannya (Teuku Mirza, Usahawan, 1997).

Kaplan dan Norton membagi tolak ukur perspektif ini dalam tiga prinsip

yaitu :

1. People

Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih lanjut dituntut

untuk dapat berpikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan

lingkungan untuk dapat memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab itu,

dalam pengukuran strategi perusahaan, salah satunya harus berkaitan

secara spesifik dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah perusahaan

telah mencanangkan peningkatan kemampuan sumber daya manusia

yang dimiliki.

Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia ada tiga hal yang perlu

ditinjau dalam menerapkan Balanced Scorecard :

a. Tingkat kepuasan karyawan

Kepuasan karyawan merupakan suatu para kondisi untuk

meningkatkan produktivitas, kualitas, pelayanan kepada konsumen

dan kecepatan bereaksi. Kepuasan karyawan menjadi hal yang

penting khususnya bagi perusahaan jasa.

89

Page 102: Penerapan balanced scorecard sebagai

b. Tingkat perputaran karyawan (retensi karyawan)

Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus berada

dalam organisasinya. Perusahaan yang telah melakukan investasi

dalam sumber daya manusia akan sia-sia apabila tidak

mempertahankan karyawannya untuk terus berada dalam

perusahaan.

c. Produktivitas karyawan

Produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata dari

peningkatan keahlian dan semangat inovasi, perbaikan proses

internal, dan tingkat kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah

menghubungkan output yang dilakukan para pekerja terhadap

jumlah keseluruhan pekerja.

2. System

Motivasi dan ketrampilan karyawan saja tidak cukup untuk

menunjang pencapaian tujuan proses pembelajaran dan pertumbuhan

apabila mereka tidak memiliki informasi yang memadai. Pegawai di

bidang operasional memerlukan informasi yang memadai. Pegawai di

bidang operasional memerlukan informasi yang cepat, tepat waktu dan

akurat sebagai umpan balik, oleh sebab itu karyawan membutuhkan

suatu system informasi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang

memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Organizational Procedure

Prosedur yang dilakukan suatu organisasi perlu diperhatikan

untuk mencapai suatu kinerja yang handal. Prosedur dan perbaikan

rutinitas harus diteruskan karena karyawan yang sempurna dengan

informasi yang berlimpah tidak akan memberikan kontribusi pada

keberhasilan usaha apabila mereka tidak dimotivasi untuk bertindak

selaras dengan tujuan perusahaan atau apabila mereka tidak diberikan

90

Page 103: Penerapan balanced scorecard sebagai

kebebasan untuk mengambil keputusan atau bertindak.

Gambar 2.3

Kerangka pengukuran pembelajaran dan pertumbuhan

2.7 Pengertian Rumah Sakit

Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah suatu organisasi

yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana

kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit

yang diderita oleh pasien (Azrul Anwar, 1966).

Sesuai dengan perkembangan rumah sakit dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis. Menurut Azrul Anwar, rumah sakit dibedaka menjadi empat macam

yaitu :

1. Menurut pemilik

Ditinjau dari pemiliknya, rumah sakit dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Rumah sakit pemerintah

b. Rumah sakit swasta

2. Menurut filosofi yang dianut

Menurut filosofi yang dianut rumah sakit dibagi menjadi dua macam

yaitu :

a. Rumah sakit yang tidak mencari keuntungan (non profit hospital).

Salah satu faktor yang membedakan rumah sakit milik pemerintah

91

Result

Employee safaction

Technology infrastructure

Employee retention

Employee production

Staff competence Climate for action

Core measurement

Enablers

Page 104: Penerapan balanced scorecard sebagai

dengan swasta adalah terletak orientasinya terhadap laba. Rumah

sakit milik pemerintah merupakan organisasi nirlaba yaitu organisasi

yang orientasi utamanya bukan untuk mencari laba tetapi lebih

mengutamakan peningkatan pelayanan.

b. Rumah sakit yang mencari keuntungan (profit hospital). Rumah

sakit swasta telah dikelola secara komersial serta berorientasi untuk

mencari keuntungan.

3. Mencari jenis pelayanan yang diselenggarakan

Jika dilihat dari sisi pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit

dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Rumah sakit umum (general hospital)

Disebut rumah sakit umum bila semua jenis pelayanan kesehatan

diselenggarakan.

b. Rumah sakit khusus (specialty hospital)

Jika hanya satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Menurut lokasi rumah sakit

Jika ditinjau dari lokasinya rumah sakit dibedakan menjadi beberapa

macam tergantung dari sistem pemerintah yang dianut. Contohnya

rumah sakit pusat, jika lokasinya di ibu kota negara, rumah sakit

propinsi jika lokasinya di ibukota propinsi.

92

Page 105: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian

Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Kristen

Tayu dengan alasan bahwa penerapan Balanced Scorecard dalam mengukur

kinerja Rumah Sakit Kristen Tayu merupakan langkah strategik yang

berdampak besar terhadap kemampuan manajemen Rumah Sakit Kristen

Tayu dalam melipatgandakan kinerjanya, baik ditinjau dari aspek Keuangan

maupun aspek Non-Keuangan dan diharapkan Rumah Sakit Kristen Tayu

akan mampu bersaing serta berkembang dengan baik.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai sifat atau kepentingan

yang sama (Sutrisno Hadi, 1997 : 220). Dalam penelitian ini populasi

adalah para konsumen Rumah Sakit Kristen Tayu yang akan digunakan

untuk menilai kepuasan pada aspek konsumen dan karyawan Rumah Sakit

Kristen Tayu yang berjumlah 450 orang yang akan digunakan untuk

menilai kepuasan karyawan pada aspek pertumbuhan dan pembelajaran.

3.2.2 Sampel

93

Page 106: Penerapan balanced scorecard sebagai

Penentuan sempel yaitu yang menjadi responden adalah karyawan yang

terkait dengan penilaian yang akan dilaksanakan untuk mengetahui tingkat

kepuasan karyawan melalui penyebaran kuesioner. Sampel yang baik

adalah sampel yang mewakili populasi secara keseluruhan. Sampel dalam

penelitian ini adalah para responden yang akan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang ada dalam kuesioner.

Sementara itu, metode pengambilan sampel untuk karyawan Rumah Sakit

Kristen Tayu adalah metode Non Random Sampling yaitu Convenience

Sampling dimana penentuan jumlah sampel dari elemen populasi yang

datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih sebagai

subjek adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk

memilih sampel yang paling cepat dan murah (Nur Indriantoro &

Bambang, 1999 : 130). Penentuan besarnya sampel menggunakan rumus

Slovin yaitu :

orang)78menjadin(dibulatka77,810,1.350

350n

1d.NNn

2

2

=+

=

+=

keterangan :

N = populasi

n = sampel

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Wawancara yaitu dengan mengadakan Tanya jawab langsung dengan

pihak Rumah sakit.

2. Kuesoner yaitu melalui pengajuan kuessioner yang mengetahui seberapa

besar tingkat kepuasan karyawan Rumah Sakit.

3. Studi pustaka yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang

relevan dengan penelitian guna memperoleh gambaran teoritis mengenai

94

Page 107: Penerapan balanced scorecard sebagai

aplikasi Balanced Scorecard pada suatu perusahaan, khususnya Rumah

Sakit. Metode ini di perlukan untuk menujang kelengkapan dan

ketajaman analisis.

3.4 Pengujian Instrumen Penelitian

Sebelum dilakukan perhitungan dan pengolahan dengan

menggunakan alat analisis, maka semua instrumen penelitian diuji terlebih

dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tersebut valid dan reliabel.

Pengujian instrumen dilakukan dengan menggunakan :

a. Uji ValiditasUji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur benar-benar cocok atau

sesuai sebagai alat ukur yang diinginkan. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji

apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh responden benar-benar cocok untuk

digunakan dalam penelitian ini.

Untuk menguji validitasnya menggunakan statistic factor

analysis significancy, nilai Loading Factor yang dipakai adalah 0,4.

Pengambilan Keputusan: (Augusty Ferdinand, 2002 : 133)

- Apabila nilai loading factor menunjukkan nilai lebih besar atau sama

dengan 0,4, maka butir pernyataan tersebut valid

- Apabila nilai loading factor menunjukkan nilai lebih kecil atau sama

dengan 0,4, maka butir pernyataan tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam

mengukur suatu gejala atau kejadian. Pengujian reliabilitas dilakukan

untuk mengetahui apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh responden

benar-benar stabil dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin

tinggi reliabilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat pengukur

tersebut dan sebaliknya jika reliabilitas pengukur tersebut rendah maka

alat tersebut tidak stabil dalam mengukur suatu gejala. Teknik pengujian

reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis yang

dikembangkan oleh Cronbach Alpha (α ), dengan rumus sebagai berikut

95

Page 108: Penerapan balanced scorecard sebagai

: (Imam Ghozali, 2001;129)

α = rkrk

)1(1.

−+

Keterangan :

α = Koefisien reliabilitas

r = rata-rata korelasi antar butir

k = jumlah butir

Pengambilan Keputusan :

- Jika koefisien Cronbach Alpha (α ) < 0,6 maka butir pertanyaan

dinyatakan tidak reliabel.

- Jika koefisien Cronbach Alpha (α ) ≥ 0,6 maka butir pertanyaan

dinyatakan reliabel.

3.5 Metode Analisis

1. Analisis kualitatif meliputi klarifikasi visi, misi dan tujuan ke dalam

rencana strategi perusahaan.

2. Analisis kuantitatif

Pengukuran kinerja masing-masing perspektif.

Rumusnya :

a. Mengukur kinerja perspektif keuangan

Perspektif ini menggunakan perhitungan :

- ROI = aktiva totalbersih laba

x 100%

- Rasio Efesiensi = Lancar Aktiva

Penjualanx 100%

b. Mengukur kinerja perspektif konsumen

Perspektif ini menggunakan perhitungan :

- Kepuasan pelanggan

Kepuasan pelanggan ini diketahui dari data sekunder yaitu

survey yang dilakukan oleh pihak manajemen Rumah Sakit.

Mengukur seberapa jauh kepuasan pelanggan atas pelayanan

96

Page 109: Penerapan balanced scorecard sebagai

kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit. Kepuasan

konsumen mengukur rata-rata kepuasan pelanggan dengan

meberikan nilai pada jawaban kuesinoer sesuai dengan tingkat

kepuasan yang dirasakan. Nilai yang diberikan adalah:

1. 1: sangat tidak puas.

2. 2: tidak puas.

3. 3: ragu-ragu.

4. 4: puas.

5. 5: sangat puas.

Untuk mengetahui rata-rata kepuasan konsumen maka jumlah

skor jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah konsumen yang

menjadi responden.

Penentuan kreteria rata-rata kepusan pelanggan.

c. Mengukur kinerja perspektif proses internal bisnis.

Berdasarkan data sekunder yang diambil dari Rumah Sakit perspektif

ini menggunakan perhitungan :

- BTO (Bed Turn Over Rate)

BTO = AD

- GDR (Gross Death Rate)

GDR = mil1000xD

Pm

- NDR (Net Death Rate)

- NDR = mil1000xD

jam48Pm >

Keterangan :O = rerata tempat terisi dihitung dari jumlah tempat tidur yang terisi,

kemudian hasilnya dibagi jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan

D = jumlah pasien keluar (hidup/mati)

A = rerata tempat tidur yang siap dipakai

T = jumlah hari perhitungan (30/31/365)

97

Page 110: Penerapan balanced scorecard sebagai

Pm = pasien mati

d. Mengukur kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

perspektif ini menggunakan perhitungan :

- Produktivitas karyawan = karyawanjumlahoperasilaba

- Perputaran karyawan =

100%xberjalan thn padakaryawan totaljml

keluarkaryawan jumlah

- Kepuasan karyawan

Dianggap sebagai penentu dari kedua pengukuran sebelumnya.

Pengukurannya dilakukan dengan survey kepuasan karyawan

melalui kuesioner. Kepuasan karyawan mengukur rata-rata

kepuasan karyawan dengan meberikan nilai pada jawaban

kuesinoer sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Nilai

yang diberikan adalah:

1. 1: sangat tidak puas.

2. 2: tidak puas.

3. 3: ragu-ragu.

4. 4: puas.

5. 5: sangat puas.

Kepuasan karyawan = bobotTotalskorxkaryawanJumlah

x 100%

Untuk mengetahui rata-rata kepuasan karyawan maka jumlah

skor jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah karyawan yang

menjadi responden.

Penentuan kreteria rata-rata kepusan karyawan.

Tabulasi Perhitungan Keempat Perspektif Balanced Scarecard

Jenis Variabel Indikator Pengukuran1. Perspektif

keuangan

98

Page 111: Penerapan balanced scorecard sebagai

- ROI

- Rasio Efesiensi

- Peningkatan Laba Bersih

- Penurunan Biaya Operasi

- Prosentase laba bersih terhadap total aktiva

- Presentase penjualan bersih terhadap aktiva lancar

2. Perspektif pelanggan- Kepuasan

pelanggan- Peningkatan

kepuasan pelanggan

- kuesuner terhadap kepuasan pelanggan

3. Perspektif proses internal bisnis- BTO

- GDR

- NDR

- Peningkatan BTO

- Penurunan GDR

- Penurunan NDR

- Perbandingan antara jumlah pasien keluar dengan tata tempat yang siap pakai

- Perbandingan antara pasien mati dengan jumlah untuk tiap 1000 pasien keluar

- Perbandingan antara pasien mati > 48 jam setelah dirawat dengan jumlah untuk tiap-tiap 1.000 pasien keluar

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan- Produktivitas

karyawan

- Retensi karyawan

- Kepuasan karyawan

- Peningkatan produktivitas karyawan

- Penurunan jumlah karyawan keluar

- Peningkatan kepuasan karyawan

- Perbandingan antara laba operasi dengan total karyawan

- Perbandingan antara jumlah karyawan keluar dengan total karyawan tahun berjalan

- Kuesioner terhadap kepuasan karyawan

BAB IV

ANALISIS DATA PEMBAHASAN

99

Page 112: Penerapan balanced scorecard sebagai

4.1 Analisis Data

4.1.1 Kinerja Perspektif Keuangan

A. Indikator ROI

ROI dari tahun 2004-2005 mengalami peningkatas sebesar 9,86%

(28,84%-18,98% = 9,86%). Hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian atas

investasi/Return On Investment (ROI) yang dilakukan mengalami peningkatan

yang baik yaitu sebesar 9,86% karena berdasarkan penilaian kelayakan usaha,

apabila tingkat ROI lebih dari 5 % berarti telah dianggaplayak/baik.

B. Indikator Rasio Efesiensi

nilai rasio efesiensi dari tahun 2004-2005 mengalami peningkatan

sebesr 0,6%( 7,9% - 7,3% = 0,6%). Hal ini berarti bahwa rasio efesiensi

Rumah Sakit menurun sehingga biaya operasi dapat ditekan.

4.1.2 Kinerja Perspektif Konsumen

Barisi dari perspektif ini adalah menciptakan konsumen yang mampu

menghasilkan financial return tinggi. Hal tersebut dapat terwujud jika

perusahaan memperhatikan proses (aspek waktu, kualitas, kinerja dan

layanan) dan hasilnya berupa ukuran hasil (Out Come Measure) sebagai

parameter perspektif.

Statistic deskriptif kepuasan pasien

VariableKisaran

teoritis

Kisaran

aktualRata-rata

Median

teoritisKepuasan

pasien18 - 90 63 - 90 69,9800 54,000

Pengukuran variable tingkat kepuasan pasien menggunakan

instrumen Mun`im Azka (2001), terdiri dari 18 pertanyaan dengan skor 1

sampai 5. Tingkat kepuasan pasien tinggi dengan skala tinggi dan tingkat

kepuasan pasien rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil

pengukuran variabel tingkat kepuasan pasien, skor jawaban responden

berkisar 63-90 dengan kisaran teoritis 18 – 90. Dari tabel statistik

deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat kepuasan pasien

100

Page 113: Penerapan balanced scorecard sebagai

sebesar 54 dan nilai rata-ratanya sebesar 63,9800, sehingga data diketahui

bahwa tingkat kepuasan pasien dalam penelitian ini dalam kondisi yang

tinggi.

4.1.3 Kinerja Perspektif Proses Internal Bisnis

Kinerja perspektif proses bisnis internal diukur dengan menggunakan

tiga indikator yaitu : Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death Rate (GDR)

dan Net Death Rate (NDR). Hasil perhitungan dari ketiga indikator

perspektif proses bisnis internal dapat dilihat pada tabel

UKURAN Tahun2004 2005

BTO (kali) 16,58 kali 19,39 kaliGDR (Permil) 45,8 permil 47,4 permilNDR (Permil) 44,63 permil 30,03 permil

4.1.4 Kinerja Perspektif pertumbuhan dan Pembelajaran

Pengukuran kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

merupakan perspektif yang paling mendasar dalam Balance Scorecard.

Kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diukur dengan

menggunakan indikator tiga indikator yaitu : Produktifitas karyawan,

Retensi Karyawan dan kepuasan karyawan. Produktifitas karyawan

ditentukan oleh kompetensi dan ketersediaan baik sarana maupun prasarana

untuk menjalankan aktifitasnya. Karyawan yang berkomitmen ditentukan

oleh kualitas lingkungan kinerjanya, yang tercermin dalam kepuasan

karyawan terhadap seluruh aspek oraganisasi. Sedangkan kepuasan

karyawan merupakan factor yang mempengaruhi tingkat produktifitas

karyawan.

Hasil perhitungan kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

yang diukur dengan indikator produktifitas karyawan dan retensi karyawan

dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

UKURAN Tahun2004 2005

Produktifitas karyawan Rp 282.276,51/karyawan Rp 429.580,24/karyawan

101

Page 114: Penerapan balanced scorecard sebagai

Retensi karyawa 2,2 % 2,8 %Kepuasan karyawan - -

A. Kepuasan Karyawan

Indikator kepuasan karyawan bertujuan untuk mengukur peningkatan

kepuasan karyawan, yang diukur dengan mengisi daftar pertanyaan kuesioner

yang telah disediakan. Karyawan yang menjadi responden sebanyak 78

karyawan

Hasil Pengujian Hipotesis

Statistik Deskriptif

Analisis stastistik deskriptf dilakukan berdasarkan jawaban dari 78 responden

melalui kuestioner, untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel

dalam penelitian ini, yaitu semangat kerja, kepuasan karyawan. Hasil

pengolahan data mengenai statistic deskriptif disajikan dalam tabel berikut :

Variabel Kisaran teoritis

Kisaran aktual Rata-rata Median

teoritis Semangat kerja 2 – 10 6 – 10 8,1282 6,0000Kepemimpinan 3 – 15 9 – 15 13,1410 9,0000Motivasi 3 – 15 13 – 15 12,2179 9,0000Komunikasi 3 – 15 9 – 14 12,3205 9,0000Kondisi fisik tempat kerja 3 – 15 9 – 14 12,1262 9,0000Keputusan karyawan 5 – 25 14 – 24 20,5000 15,0000

4.2. Hasil Keseluruhan Analisis Balance Scorecard

Secara umum pada perspektif keuangan menunjukkan hasil yang

sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator ROI yang mengalami

peningkatan pada tahun 2005 sebesar 9,86% dan indikator rasio efesiensi

yang juga mengalami peningkatan sebesar 0,6 % peningkatan kedua

indikator tersebut telah melebihi keukuran kelayakan usaha.

Kinerja yang diperlihatkan pada perspektif konsumen (pasien) secara

umum sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari

jawaban atau tanggapan rata-rata pasien 69,9800 ini masuk pada ketegori

tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum rumah sakit Kristen Tayu

102

Page 115: Penerapan balanced scorecard sebagai

sudah memperhatikan kepuasan pelanggan labih baik lagi.

Hasil kinerja pada perspektif proses bisnis internal yang diukur

dengan tiga indikator yaitu BTO, NDR, dan GDR secara umum

memperlihatkan bahwa kinerja pelayanan terhadap meningkatnya

kepercayaan konsumen (pasien) untuk berobat di rumah sakit yang sangat

cepat dan efektif. Hal ini dapat dilihat bahwa dari nilai BTO tahun 2004-

2005 mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali, yang berarti bahwa jumlah

pasien rawat inap yang telah dirawat lebihd dari 48 jam sudah memuaskan,

hal ini dapat dilihat dari penurunan NDR sebesar 1,04%. Meskipun nilai

GDR pada tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan 3 indikator yaitu produktifitas karyawan, retensi karyawan

dan kepuasan karyawan secara umum telah menunjukkan hasil yang baik,

hal ini juga dapat berdampak pada peningkatan kualitas karyawan yang

ujungnya bermuara pada kepuasan pelanggan dalam melayani pelanggan.

Hal ini dapat dilihat dari tingkat produktifitas karyawan yang mengalami

peningkatan sebesar 147.303,73 dan hasil survei terhadap karyawan rasa

puas mereka terhadap kebijaksanaan rumah sakit. Retensi karyawan

mengalami peningkatan sebesar 0,6 % berarti bahwa kemampuan rumah skit

untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan karyawan dapat

dikatakan belum berhasil hal ini akan berdampak pada tingkat loyalitas dan

tingkat produktifitas karyawan.

103

Page 116: Penerapan balanced scorecard sebagai

104

Page 117: Penerapan balanced scorecard sebagai

105

Page 118: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB V

KESIMPULAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Kinerja Perspektif Keuangan dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan dua indikator rasio keuangan yaitu: Return On Invesment (ROI) dan Rasio Efesiensi. Secara umum pada perspektif keuangan menunjukkan hasil yang sudah maksimal. Hal ini dapat dilihat dari indikator ROI yang mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 9,86 % dan indikator Rasio Efesiensi yang juga mengalami peningkatan sebesar 0,6 % meskipun peningkatan kedua indikator tersebut tidak terlalu signifikan.dikarenakan rumah sakit Kristen tayu 50% pasiennya adalah pasien dankin (dana kemiskinan) oleh pemeruntah.

2. Kinerja Perspektif konsumen (pasien) diukur dengan menggunakan indikator kepuasan pasien Rumah Sakit Kristen Tayu Pati. Berdasarkan hasil survey pada 100 pasien rumah sakit dapat diketahui bahwa secara umum sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban/tanggapan pasien menunjukkan nilai sebesar 3,88, nilai masuk kategori ragu-ragu. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum Rumah Sakit Kristen Tayu belum benar-benar memperhatikan kepuasan pelanggan dan diharapkan prestasi ini dapat lebih ditingkatkan.

3. Kinerja Perspektif proses bisnis internal diukur dengan menggunakan indikator tiga indikator yaitu: Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death Rate (GDR) dan Net Death Rate (NDR) secara umum memperlihatkan bahwa kinerja pelayanan terhadap pasien semakin baik. Hal ini dapat dilihat bahwa dari nilai Bed Turnover Ratio dari tahun 2004-2005 mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali, yang berarti bahwa jumlah pasien yang dapat tertangani oleh rumah sakit Kristen Tayu semakin banyak dan pasien rawat inap

106

Page 119: Penerapan balanced scorecard sebagai

yang telah dirawat lebih dari 48 jam sudah memuaskan, hal ini dapat dilihat dari penurunan NDR sebesar 1,04 %. Meskipun Nilai GDR pada tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

4. Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran diukur dengan menggunakan indikator tiga indikator yaitu: Produktifitas karyawan, Retensi Karyawan dan Kepuasan Karyawan secara umum telah menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat produktivitas karyawan yang mengalami peningkatan sebesar Rp.147.303,73 per karyawan dan hasil survey terhadap karyawan yang juga menunjukkan rasa puas mereka terhadap kebijakan rumah sakit selama mereka bekerja. Meskipun jika dilihat dari indikator rentensi karyawan mengalami peningkatan sebesar 0,6 % yang berarti bahwa kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan karyawan dapat dikategorikan belum berhasil. Dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit perlu mengadakan evaluasi dan mencari informasi, perihal apa yang menyebabkan tingkat retensi karyawan mengalami peningkatan. Sehingga diharapkan dimasa yang akan datang tingkat retensi karyawan dapat menurun yang berarti bahwa keharmonisan hubungan dengan karyawan semakin meningkat. Hal ini akan berdampak pada tingkat loyalitas dan tingkat produktivitas karyawan yang tinggi.

5.2. SaranDari kesimpulan dan keterbatasan yang telah diuraikan di atas, ada

beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak rumah sakit Kristen Tayu Pati, yaitu :1. Pihak manajemen khususnya Sub. Bag Keuangan harus lebih

meningkatkan kinerja keuangan, dengan lebih menekan biaya-biaya operasi dan meningkatkan sistem pengendalian internal. Meskipun rumah sakit bukan merupakan lembaga yang berorientasi pada profit, tetapi kinerja keuangan harus tetap diperhatikan dan ditingkatkan demi kelangsungan hidup rumah sakit.

107

Page 120: Penerapan balanced scorecard sebagai

2. Pada perspektif bisnis internal khususnya yang diproksi dengan Gross Death Rate (GDR) masih velum menunjukkan kinerja yang maksimal, oleh karena itu pihak rumah sakit harus lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalitas dengan memberikan pelatihan dan pendidikan intensif, agar dalam menangani pasien lebih efektif dan efisien sehingga angka Gross Death Rate dapat menurun..

3. Kinerja perspektif Pertumbuhan dan pembelajaran rumah sakit perlu lebih ditingkatkan khususnya yang diukur dengan retensi karyawan yang masih belum belum menunjukkan hasil yang optimal. Dalam hal ini pihak rumah sakit perlu lebih meningkatkan kompetensi akryawan dan melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan manajemen, demi menjaga hubungan baik antar karyawan dan meningkatkan kualitas dan pelayanan.

4. Kinerja perspektif pelanggan juga masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit perlu lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalismenya dan mencari sebab-sebab mengapa maupun dalam hal apa yang menyebabkan pelanggan (pasien) merasa kurang puas dengan pelayanan rumah sakit selama ini mengingat rumah sakit merupakan bidang pelayanan jasa kesehatan dan wajib memperhatikan kepuasan pelanggannya.

108

Page 121: Penerapan balanced scorecard sebagai

DAFTAR PUSTAKA

Mirza, Teuku. 1997. Balance Scorecard. Usahawan. No. 06 tahun XXVI 1997

Indriantoro, Nur dan Bambang S. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Managemen. Yogyakarta : BPFE.

Kaplan. Robert S dan David Norton. 1996. Balanced Scorecard : Transalting Startegi Info Action Bostom : Harvard Business School.

Mulyadi.2001. Akuntansi Manajemen. STIE YKPN. YogyakartaMulyadi.2001. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa.

Jakarta : Salemba Empat. Mun`im Azka.2001. Balance Scorecard Sebagai Alat ukur Kinerja (Studi

Kasus Pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang). Tidak untuk diterbitkan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Fauzi. 1995. Kamus Akuntansi Praktisi. Suarabaya : Indah

Hadi, Sutrisno, 1997, Metodologi Research, Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi, Yogyakarta. Andi Offiset.

Hermawan, Ancella. 1996. Balanced Scorecard Sebagai Sarana Akuntansi Managemen Strategi. Jakarta : IAI.

Mutasowifin, Ali. 2002. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Tolok Ukur Penlian Kinerja Pada Badan Usaha Berbentuk Koperasi, Jurnal Universitas Paramadina Vol. 3 : Hal 245-264.

Weston, J. Fred dan Thomas, E Copeland. 1995. Manajemen Keuangan. Jilid I, Edisi ke 9, Jakarta ; Binarupa Aksana.

Wijaya, Tunggal, Amin. 2002. Mamahami Konsep Balance Scorecard. Cetakan ke 2 : Harvindo

109

Page 122: Penerapan balanced scorecard sebagai

SUMMARY

PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI

TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA

BADAN USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT

(Studi Kasusu Pada Rumah Sakit Kristen Tayu Pati)

Disusun Oleh :

Nama : Aji Dwi Prihananto

NIM : 99.60.0657

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2006

110

Page 123: Penerapan balanced scorecard sebagai

111

Page 124: Penerapan balanced scorecard sebagai

ABSTRAKSI

Pengukuran kinerja merupakan suatu hal penting bagi sebuah unit bisnis. Pengukuran kinerja Balance Scorecard menyangkut empat perspektif yaitu : Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal dan Perspektif Belajar dan Berkembang. Penulis memilih menggunakan Rumah Sakit Kristen Tayu karena selama ini pengukuran kinerja yang dilakukan perusahaan masih menitik beratkan pada aspek keuangan. Metode pengujian instrument penelitian yang digunakan yaitu pengujian validitas dan pengujian realibilitas.Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut,Perspektif Keuangan,pertumbuhan ROI dan Rasio Efisiensi mengalami peningkatan, menujukan keuangan meningkat. Perspektif Pelanggan, mampu mempertahankan dan menarik minat pelanggan dan mampu memuaskan pelanggan. Perspktif Proses Bisnis Internal, mampu memberikan fasilitas pelayanan yang baik walaupun pelayanan pencegahan dan kecepatan kurang memadai. Perspektif Belajar dan Berkembang, mampu mempertahankan karyawan dan mampu memuaskan karyawan.

112

Page 125: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan

yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

Oleh karena itu perusahaan memerlukan sistem manajemen yang didesain

sesuai dengan tuntutan lingkungan usahanya, karena dengan menggunakan

sistem manajemen yang sesuai dengan tuntutan lingkungan usaha maka

perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting

bagi sebuah perusahaan. Pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk

menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan

dalam perusahaan. Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya

menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai

tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan memperoleh

imbalan yang baik dari perusahaan.

Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi

keuangan akan dapat menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik saat

ini dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka

panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik

dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-

investasi demi kekepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi kekurangan

ini, maka diciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja

perusahaan dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu aspek keuangan,

pelanggan, proses bisnis internal serta proses belajar dan berkembang (Ali

Mutasowifin, 2002 : 245).

Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek

keuangan dengan aspek non keuangan yang secara umum dinamakan

113

Page 126: Penerapan balanced scorecard sebagai

Balanced Scorecard. Dengan menerapkan metode Balanced Scorecard para

manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka

melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan

kepentingan-kepentingan masa yang akan datang.

Rumah Sakit adalah bentuk organisasi pengelola jasa pelayanan

kesehatan individual secara menyeluruh. Di dalam organisasinya terdapat

banyak aktivitas, yang diselenggarakan oleh petugas berbagai jenis profesi,

baik profesi medik, paramedik maupun non-medik. Untuk dapat

menjalankan fungsinya, diperlukan suatu sistem manajemen menyeluruh

yang dimulai dari proses perencanaan strategik (renstra), baik untuk jangka

panjang maupun jangka pendek. Suatu renstra dapat disebut baik apabila

perencanaan tersebut dapat ditindaklanjuti secara praktis ke dalam program-

program operasional yang berorientasi kepada economic - equity - quality.

Artinya rumah sakit dikelola secara efektif dan efisien, melayani segala

lapisan masyarakat dan berkualitas.

Memasuki era globalisasi perdagangan antarnegara sejak 2003 ini,

pimpinan rumah sakit di Indonesia perlu memfokuskan strategi

perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian sehingga

betul-betul siap dengan daya saing di tingkat global. Di dalam era tersebut,

para konsumen bebas memilih rumah sakit mana yang mampu memberikan

pelayanan memuaskan, profesional dengan harga bersaing, sehingga strategi

dan kinerja rumah sakit pun harus berorientasi pada keinginan pelanggan

tersebut. Untuk itu diterapkan balanced scorecard (BSC) yang diharapkan

menjawab tuntutan dan tantangan zaman.

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati sebagai rumah sakit rujukan

pelayanan kesehatan di daerah sekitar murya dalam era kesejagatan

(globalisasi), disatu pihak diperhadapkan pada kekuatan-kekuatan dan

masalah-masalah interen yang ada, sedangkan di lain pihak secara,

bersamaan juga diperhadapkan pada kondisi lingkungan dengan berbagai

faktor peluang dan tantangan yang senantiasa berkembang dinamis. Oleh

karena itu untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi

114

Page 127: Penerapan balanced scorecard sebagai

masyarakat perlu disusun Visi Misi, Tujuan, Sasaran serta Indikator

keberhasilan yang dirampungkan dalam bentuk Rencana Stratejik

(RENSTRA). Indikator keberhasilan merupakan alat ukur yang harus

dievaluasi secara periodik berkesinambungan. Indikator bukan saja dalam

bentuk finansial tapi juga dengan indikatoryang lain seperti pelangan, bisnis

inernal juga pembelanjaran dan pertumbuhan yang selanjutnya dijadikan

bahan untuk mengendalikan arah dan mutu pelayanan kesehatan agar visi

yang telah ditetapkan benar-benar dapat diwujudkan.

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati merupakan salah satu Rumah Sakit

Umum di Tayu yang berusaha memberikan pelayanan kesehatan secara

propesonalisme dan meningkatkan mutu terus-menerus. Memaksa pihak

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati untuk selalu memperbaiki kinerjanya, agar

dapat menambah kepercayaan masyarakat atas Rumah Sakit Kristen Tayu

Pati. Kepercayaan ini sangatlah penting, mengingat masyarakat merupakan

pengguna jasanya. Diharapkan dengan peningkatan kepercayaan

masyarakat terhadap Rumah Sakit menpunyai dampak pada pendapatan

Rumah Sakit.

Melihat fenomena tersebut di atas, maka perlu digunakan alternatif

penilaian kinerja Rumah Sakit Kristen Tayu dengan menggunakan

Balanced Scorecard yang lebih komprehensif, akurat, terukur karena dalam

menilai kinerja suatu organisasi tidak hanya dinilai dari aspek keuangan

saja, tetapi juga dinilai dari aspek nonkeuangan.

Dari latar belakang dan uraian di atas, maka dalam penelitian ini

mengambil judul “PENERAPAN BALANCED SCORECARD

SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA BADAN

USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada Rumah

Sakit Kristen Tayu Pati)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja

manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu diukur dengan menggunakan

115

Page 128: Penerapan balanced scorecard sebagai

Balanced Scorecard ?

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah oleh peneliti dengan maksud agar pembahasan

dapat lebih terfokus. Adapun penelitian ini hanya akan membahas mengenai

penerapan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja manajemen Rumah

Sakit Kristen Tayu ditinjau dari 4 aspek yaitu aspek keuangan (ROI dan

Profit Margin), Pelanggan (kepuasan pelanggan), Proses Bisnis Internal

(BTO, GDR, NDR), serta pembelajaran dan Pertumbuhan (Produktivitas

karyawan, Rentensi karyawan, Kepuasan karyawan) tahun 2004 – 2005.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran penggunaan Balanced Scorecard terhadap

penilaian kinerja rumah sakit.

2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana penerapan Balanced Scorecard

sebagai alat analisis yang komprehensif dan koheren pada suatu

perusahaan.

3. Memberikan suatu alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang

memperhatikan aspek finasial dan aspek nonfinasial.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-pihak

yang membutuhkan sebagai berikut :

a. Sebagai alternatif pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dalam

menilai kinerja manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu.

b. Menambah wawasan bagi manajemen dan pengurus mengenai

pentingnya faktor-faktor nonfinancial yang mempengaruhi kinerja

manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan

dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian

yang menyangkut kinerja manajemen suatu badan usaha berbentuk

116

Page 129: Penerapan balanced scorecard sebagai

Rumah Sakit Kristen Tayu.

1.4. Kerangka Pemikiran

Dalam skripsi ini akan dilakukan pengukuran kinerja dengan

menggunakan system pengukuran kinerja yang di sebut BALANCED

SCORECARD kepada sebuah perusahaan atau organisasi public yang belum

mengenal sistem pengukapan kinerja tersebut. BALANCED SCORECARD

di kembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai

alat yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk

merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektifitas

organisasi. BALANCED SCORECARD merupakan solusi terbaik dalam

pengukuran kinerja bisnis.

Empat perspekif utama di sorot melalui BALANCED SCORECARD

yaitu:

1. Perpektif keuangan

2. Perpektif konsumen atau pelanggan

3. Perpektif proses internal bisnis

4. Perpektif pembelajan dan pertumbuhan

Dalam BALANCED SCORECARD. Keempat perspektif tersebut

menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga merupakan

indikator pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan memiliki

hubungan sebab akibat.

Seperti yang telah di jelaskan bahwa pengukuran kinerja bagi

perusahan jasa yang mempunyai kontak tinggi sangat dibutuhkan. Penelitian

ini bertujuan untuk menerapkan konsep BALANCED SCORECARD pada

Rumah Sakit Kristen Tayu.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan dengan bagan sebagai berikut.

Gambar 1.1.

Kerangka Pemikiran

117

Page 130: Penerapan balanced scorecard sebagai

1.1. BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penilaian Kinerja

Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau

seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring

dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

Penerapan BSC pada organisasi sektor swasta

Perspektif keuangan bukan merupakan perspektif satu-satunya sebagai indikator

penilaian kinerja

Penerapan BSC pada organisasi sektor publik (RSK Tayu Pati)

Keuangan

Pelanggan

Lap. keuangan perusahaan Pendukung non keuangan dan menentukan tingkat pelayanan

Customer satisfaction, customer profitabilitas dan pangsa pasar

Proses Bisnis Internal Inovasi dan operasi

Pembelajaran dan Pertumbuhan

Kemampuan karyawan, kemampuan sistem informasi, motivasi, pemberdayaan dan

keserasian individu perusahaan

Menentukan pencapaian misi dan

visi

Menunjukkan atau memberikan gambaran kinerja perusahaan berdasarkan konsep Balanced

Scorecard

118

Page 131: Penerapan balanced scorecard sebagai

diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas

manajemen dan semacamnya (Fauzi, 1995 : 207).

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam

mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997 : 419) mendefinisikan penilaian

kinerja sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu

organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar

dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada

dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia maka penilaian kinerja

sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam

melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.

Setiap organisasi mengharapkan kinerja yang memberikan kontribusi

untuk menjadikan organisasi sebagai suatu institusi yang unggul di

kelasnya. Jika keberhasilan organisasi untuk mengadakan institusi yang

unggul ditentukan oleh berbagai faktor maka berbagai faktor yang

menentukan keberhasilan perusahaan (succes factor) untuk menjadikan

organisasi suatu institusi yang unggul tersebut digunakan sebagai pengukur

keberhasilan personal. Dengan demikian, dibutuhkan suatu penilaian kinerja

yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem

penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan

kinerja yang diharapkan oleh organisasi.

2.2 Balanced Scorecard

Scorecard merupakan kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan. Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk mengkomunikasikan strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di seluruh organisasi. Balanced Scorecard juga menunjukkan bagaimana perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya (Amin Widjaja Tunggal, 2002 : 1).

Balanced Scorecard menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton (1997 : 7) merupakan suatu metode penilaian yang mencakup empat perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu perspektif keuangan,

119

Page 132: Penerapan balanced scorecard sebagai

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard menekankan bahwa pengukuran keuangan dan non keuangan harus merupakan bagian dari informasi bagi seluruh pegawai dari semua tingkatan bagi organisasi. Tujuan dan pengukuran dalam Balanced Scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada, melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas bawah (top-down) berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan strategi tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih nyata (Teuku Mirza, 1997 : 14).

Sumber : Mulyadi & Setyawan 1999. Sistem Perencanaan & Pengendalian Manajemen

Gambar 2.1Penjabaran visi ke dalam tujuan dan sasaran strategi

1. Komunikasi & hubungan

Balanced Scorecard memperlihatkan kepada setiap karyawan

apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi

keinginan para pemegang saham konsumen karena untuk tujuan tersebut

dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. Untuk itu Scorecard

menunjukkan strategi yang menyeluruh yang terdiri dari 3 kegiatan :

a. Communicating dan education

b. Setting goal

c. Linking reward to performance measure

2. Rencana Bisnis

Visi

Tujuan (goal)

Tujuan (goal)

Tujuan (goal)

Sasaran Strategik (strategic objectives)

Sasaran Strategik (strategic objectives)

Sasaran Strategik (strategic objectives)

120

Page 133: Penerapan balanced scorecard sebagai

Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan

antara bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi

pada saat ini mengimplementasikan berbagai macam program yang

mempunyai keunggulan masing-masing yang saling bersaing antara satu

dengan yang lain, sehingga akan menyulitkan manajer untuk

mengintegrasikan ide-ide yang muncul dan berbeda di setiap

departemen. Dengan menggunakan Balanced Scorecard sebagai dasar

untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih

penting untuk diprioritaskan akan menggerakkan mereka ke arah tujuan

jangka panjang perusahaan menyeluruh.

3. Umpan balik dan pembelajaran

Dengan Balanced Scorecard sebagai pusat system manajemen

perusahaan maka perusahaan tersebut akan dapat melakukan monitor

terhadap apa yang dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek dari

tiga perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard yaitu konsumen,

proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan akan

dijadikan sebagai umpan balik dalam mengevaluasi strategi dalam

kinerja.

2.3 Kinerja Perspektif Keuangan

Dalam Balanced Scorecard kinerja keuangan tetap menjadi

perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dan

konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan

ekonomi yang diambil (Teuku Mirza, 1997 : 15).

Ukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, sasaran strategic,

inisiatif strategic dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam

menghasilkan laba bagi perusahaan, Kaplan & Norton (1996 : 48)

mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu :

a. Pertumbuhan (growth)

Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus

121

Page 134: Penerapan balanced scorecard sebagai

kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau

jasa yang secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik

sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang biak.

Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara actual beroperasi

dalam arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal

investasi yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada

tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat

pertumbuhan penerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan.

b. Bertahan (Sustain Stage)

Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih

melakukan investasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian

yang terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha mempertahankan

pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin.

Secara konsisten pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpuk pada

strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuntungan pada tahap ini

diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang

dilakukan.

c. Menuai (Harvest)

Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap

dimana perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang dibuat

pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi

lebih jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan

fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi/membangun suatu kemampuan

baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan kas yang

masuk ke perusahaan.

Untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang mampu

berkreasi diperlukan keunggulan di bidang keuangan. Melalui

keunggulan di bidang ini, organisasi menguasai sumber daya yang

sangat diperlukan untuk mewujudkan tiga perspektif strategi lain yaitu

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif

proses pertumbuhan dan pembelajaran.

122

Page 135: Penerapan balanced scorecard sebagai

2.4 Kinerja Perspektif Konsumen

Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumennya jika manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi dari pada pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen tersebut untuk mendapat produk dan jasa itu. Produk atau jasa tersebut akan semakin mempunyai nilai apabila manfaatnya mendekati ataupun melebihi dari apa yang diharapkan oleh konsumen.Menurut Kaplan dan Norton (1956) perusahaan diharapkan mampu membuat suatu segmentasi pasar dan ditentukan target pasarnya yang paling mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai dengan kamampuan sumber daya dan rencana jangka panjang perusahaan. Dalam perspektif konsumen terdapat 2 kelompok perusahaan yaitu :

1. Kelompok perusahaan inti konsumen (customer core measurement group)a) Pangsa pasar (market share)

Menggambarkan seberapa besar penjualan yang dikuasai oleh perusahaan dalam suatu segmen tertentu.

b) Kemampuan mempertahankan konsumen (customer retention)Tingkat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hubungan dengan konsumennya yang mungkin seberapa besar perusahaan berhasil mempertahankan pelanggan lama.

c) Kemampuan meraih konsumen baru (customer acquisition)Tingkat kemampuan perusahaan demi memperoleh dan menarik konsumen baru dalam pasar.

d) Tingkat kepuasan konsumen (customer satiffation)Merupakan suatu tingkat kepuasan konsumen terhadap kriteria kinerja/nilai tertentu yang diberikan oleh perusahaan.

e) Tingkat protabilitas konsumen (customer profitability)Mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen/segmen pasar.

2. Kelompok pengukur nilai konsumen (customer value measement)Merupakan kelompok penunjang yang merupakan konsep kunci untuk memahami pemicu-pemicu (driver).

123

Page 136: Penerapan balanced scorecard sebagai

Dari kelompok-kelompok pengukuran inti konsumen kelompok pengukuran nilai konsumen terdiri dari :a. Atribut-atribut produk dan jasa (product/service)

Atribut-atribut produk-produk jasa harga dan fasilitasnya.b. Hubungan dengan konsumen (customer relationship)

Meliputi hubungan dengan konsumen yang meliputi melalui pengisian produk/jasa kepada konsumen, termasuk dimensi respon dan waktu pengirimannya dan bagaimana pula kesan yang timbul dari konsumen setelah membeli produk atau jasa perusahaan tersebut.

c. Citra dan reputasi (image & reputation)Dalam dimensi ini termuat faktor-faktor yang membuat konsumen merasa tertarik pada perusahaan seperti hasil promosi baik secara personal (melalui pameran-pameran, door to door) maupun lewat media masa atau elektronik ataupun ungkapan-ungkapan yang mudah diingat oleh konsumen.

2.5 Perspektif Proses Internal BisnisDalam perspektif bisnis internal, perusahaan harus meng-identifikasikan proses internal yang penting dimana perusahaan harus melakukannya dengan sebaik-baiknya. Karena proses internal tersebut memiliki nilai-nilai yang diinginkan pelanggan dan akan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham (Ancella Hermawan, 1996 : 56).

Para manager harus memfokuskan perhatiannya pada proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan kinerja perusahaan dari perspektif pelanggan. Kinerja dari perspektif tersebut diperoleh dari proses kinerja bisnis internal yang diselenggarakan perusahaan. Perusahaan harus memilih proses dan kompetensi yang menjadi unggulannya dan menentukan ukuran-ukuran untuk menilai kinerja-kinerja proses dan kompetensi tersebut. Analisis atau proses bisnis internal perusahaan dilakukan melalui analisis rantai nilai (value chain analysist) yang digambarkan sebagai berikut :

124

Page 137: Penerapan balanced scorecard sebagai

Business process :

• Innovation process

• Product design

• Product development

• Operator process

• Manufacture

• Marketing

• Postable serviceSumber : Norton dan Kaplan, 1996

Gambar 2.2

Generic Value Chain Mode

Masing-masing perusahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai

yang unik bagi pelanggannya. Secara umum Kaplan dan Norton (1996 : 96)

membaginya menjadi tiga prinsip dasar yaitu :

1. Inovasi

Pengukuran kinerja dalam proses inovasi selama ini kurang

mendapatkan perhatian, dibandingkan pengukuran kinerja yang

dilakukan dalam proses operasi. Pada tahap ini perusahaan

mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan para pelanggan di masa

mendatang serta merumuskan cara untuk memenuhi keinginan dan

kebutuhan tersebut.

2. Operasi

Tahap ini merupakan tahap akhir di mana perusahaan secara

nyata berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggannya

dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan langganan dan kebutuhan

mereka. Kegiatan operasional berasal dari penerimaan pesanan dari

pelanggan dan berakhir dengan pengiriman produk atau jasa pada

Customer need design develop Make Market Service

125

Customer need

Supply Chain

Time Market

dentified Satisfied

Page 138: Penerapan balanced scorecard sebagai

pelanggan. Kegiatan ini lebih mudah diukur kejadiannya yang rutin dan

terulang.

3. Layanan pasca jual

Dalam tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat

tambahan kepada para pelanggan yang telah membeli produk-produknya

dalam bentuk layanan pasca transaksi.

2.6 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Tujuan dimasukkannya kinerja ini adalah untuk mendorong

perusahaan menjadi organisasi belajar (learning organization) sekaligus

mendorong pertumbuhannya (Teuku Mirza, Usahawan, 1997).

Kaplan dan Norton membagi tolak ukur perspektif ini dalam tiga prinsip

yaitu :

1. People

Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih lanjut dituntut

untuk dapat berpikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan

lingkungan untuk dapat memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab itu,

dalam pengukuran strategi perusahaan, salah satunya harus berkaitan

secara spesifik dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah perusahaan

telah mencanangkan peningkatan kemampuan sumber daya manusia

yang dimiliki.

Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia ada tiga hal yang perlu

ditinjau dalam menerapkan Balanced Scorecard :

a. Tingkat kepuasan karyawan

Kepuasan karyawan merupakan suatu para kondisi untuk

meningkatkan produktivitas, kualitas, pelayanan kepada konsumen

dan kecepatan bereaksi. Kepuasan karyawan menjadi hal yang

penting khususnya bagi perusahaan jasa.

126

Page 139: Penerapan balanced scorecard sebagai

b. Tingkat perputaran karyawan (retensi karyawan)

Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus berada

dalam organisasinya. Perusahaan yang telah melakukan investasi

dalam sumber daya manusia akan sia-sia apabila tidak

mempertahankan karyawannya untuk terus berada dalam

perusahaan.

c. Produktivitas karyawan

Produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata dari

peningkatan keahlian dan semangat inovasi, perbaikan proses

internal, dan tingkat kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah

menghubungkan output yang dilakukan para pekerja terhadap

jumlah keseluruhan pekerja.

2. System

Motivasi dan ketrampilan karyawan saja tidak cukup untuk

menunjang pencapaian tujuan proses pembelajaran dan pertumbuhan

apabila mereka tidak memiliki informasi yang memadai. Pegawai di

bidang operasional memerlukan informasi yang memadai. Pegawai di

bidang operasional memerlukan informasi yang cepat, tepat waktu dan

akurat sebagai umpan balik, oleh sebab itu karyawan membutuhkan

suatu system informasi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang

memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Organizational Procedure

Prosedur yang dilakukan suatu organisasi perlu diperhatikan

untuk mencapai suatu kinerja yang handal. Prosedur dan perbaikan

rutinitas harus diteruskan karena karyawan yang sempurna dengan

informasi yang berlimpah tidak akan memberikan kontribusi pada

keberhasilan usaha apabila mereka tidak dimotivasi untuk bertindak

selaras dengan tujuan perusahaan atau apabila mereka tidak diberikan

127

Page 140: Penerapan balanced scorecard sebagai

kebebasan untuk mengambil keputusan atau bertindak.

Gambar 2.3

Kerangka pengukuran pembelajaran dan pertumbuhan

2.7 Pengertian Rumah Sakit

Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah suatu organisasi

yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana

kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit

yang diderita oleh pasien (Azrul Anwar, 1966).

Sesuai dengan perkembangan rumah sakit dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis. Menurut Azrul Anwar, rumah sakit dibedaka menjadi empat macam

yaitu :

1. Menurut pemilik

Ditinjau dari pemiliknya, rumah sakit dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Rumah sakit pemerintah

b. Rumah sakit swasta

2. Menurut filosofi yang dianut

Menurut filosofi yang dianut rumah sakit dibagi menjadi dua macam

yaitu :

a. Rumah sakit yang tidak mencari keuntungan (non profit hospital).

Salah satu faktor yang membedakan rumah sakit milik pemerintah

128

Result

Employee safaction

Technology infrastructure

Employee retention

Employee production

Staff competence Climate for action

Core measurement

Enablers

Page 141: Penerapan balanced scorecard sebagai

dengan swasta adalah terletak orientasinya terhadap laba. Rumah

sakit milik pemerintah merupakan organisasi nirlaba yaitu organisasi

yang orientasi utamanya bukan untuk mencari laba tetapi lebih

mengutamakan peningkatan pelayanan.

b. Rumah sakit yang mencari keuntungan (profit hospital). Rumah

sakit swasta telah dikelola secara komersial serta berorientasi untuk

mencari keuntungan.

3. Mencari jenis pelayanan yang diselenggarakan

Jika dilihat dari sisi pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit

dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Rumah sakit umum (general hospital)

Disebut rumah sakit umum bila semua jenis pelayanan kesehatan

diselenggarakan.

b. Rumah sakit khusus (specialty hospital)

Jika hanya satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Menurut lokasi rumah sakit

Jika ditinjau dari lokasinya rumah sakit dibedakan menjadi beberapa

macam tergantung dari sistem pemerintah yang dianut. Contohnya

rumah sakit pusat, jika lokasinya di ibu kota negara, rumah sakit

propinsi jika lokasinya di ibukota propinsi.

129

Page 142: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian

Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Kristen

Tayu dengan alasan bahwa penerapan Balanced Scorecard dalam mengukur

kinerja Rumah Sakit Kristen Tayu merupakan langkah strategik yang

berdampak besar terhadap kemampuan manajemen Rumah Sakit Kristen

Tayu dalam melipatgandakan kinerjanya, baik ditinjau dari aspek Keuangan

maupun aspek Non-Keuangan dan diharapkan Rumah Sakit Kristen Tayu

akan mampu bersaing serta berkembang dengan baik.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai sifat atau kepentingan

yang sama (Sutrisno Hadi, 1997 : 220). Dalam penelitian ini populasi

adalah para konsumen Rumah Sakit Kristen Tayu yang akan digunakan

untuk menilai kepuasan pada aspek konsumen dan karyawan Rumah Sakit

Kristen Tayu yang berjumlah 450 orang yang akan digunakan untuk

menilai kepuasan karyawan pada aspek pertumbuhan dan pembelajaran.

3.2.2 Sampel

130

Page 143: Penerapan balanced scorecard sebagai

Penentuan sempel yaitu yang menjadi responden adalah karyawan yang

terkait dengan penilaian yang akan dilaksanakan untuk mengetahui tingkat

kepuasan karyawan melalui penyebaran kuesioner. Sampel yang baik

adalah sampel yang mewakili populasi secara keseluruhan. Sampel dalam

penelitian ini adalah para responden yang akan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang ada dalam kuesioner.

Sementara itu, metode pengambilan sampel untuk karyawan Rumah Sakit

Kristen Tayu adalah metode Non Random Sampling yaitu Convenience

Sampling dimana penentuan jumlah sampel dari elemen populasi yang

datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih sebagai

subjek adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk

memilih sampel yang paling cepat dan murah (Nur Indriantoro &

Bambang, 1999 : 130). Penentuan besarnya sampel menggunakan rumus

Slovin yaitu :

orang)78menjadin(dibulatka77,810,1.350

350n

1d.NNn

2

2

=+

=

+=

keterangan :

N = populasi

n = sampel

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Wawancara yaitu dengan mengadakan Tanya jawab langsung dengan

pihak Rumah sakit.

2. Kuesoner yaitu melalui pengajuan kuessioner yang mengetahui seberapa

besar tingkat kepuasan karyawan Rumah Sakit.

3. Studi pustaka yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang

relevan dengan penelitian guna memperoleh gambaran teoritis mengenai

131

Page 144: Penerapan balanced scorecard sebagai

aplikasi Balanced Scorecard pada suatu perusahaan, khususnya Rumah

Sakit. Metode ini di perlukan untuk menujang kelengkapan dan

ketajaman analisis.

3.4 Pengujian Instrumen Penelitian

Sebelum dilakukan perhitungan dan pengolahan dengan

menggunakan alat analisis, maka semua instrumen penelitian diuji terlebih

dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tersebut valid dan reliabel.

Pengujian instrumen dilakukan dengan menggunakan :

a. Uji ValiditasUji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur benar-benar cocok atau

sesuai sebagai alat ukur yang diinginkan. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji

apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh responden benar-benar cocok untuk

digunakan dalam penelitian ini.

Untuk menguji validitasnya menggunakan statistic factor

analysis significancy, nilai Loading Factor yang dipakai adalah 0,4.

Pengambilan Keputusan: (Augusty Ferdinand, 2002 : 133)

- Apabila nilai loading factor menunjukkan nilai lebih besar atau sama

dengan 0,4, maka butir pernyataan tersebut valid

- Apabila nilai loading factor menunjukkan nilai lebih kecil atau sama

dengan 0,4, maka butir pernyataan tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam

mengukur suatu gejala atau kejadian. Pengujian reliabilitas dilakukan

untuk mengetahui apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh responden

benar-benar stabil dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin

tinggi reliabilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat pengukur

tersebut dan sebaliknya jika reliabilitas pengukur tersebut rendah maka

alat tersebut tidak stabil dalam mengukur suatu gejala. Teknik pengujian

reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis yang

dikembangkan oleh Cronbach Alpha (α ), dengan rumus sebagai berikut

132

Page 145: Penerapan balanced scorecard sebagai

: (Imam Ghozali, 2001;129)

α = rkrk

)1(1.

−+

Keterangan :

α = Koefisien reliabilitas

r = rata-rata korelasi antar butir

k = jumlah butir

Pengambilan Keputusan :

- Jika koefisien Cronbach Alpha (α ) < 0,6 maka butir pertanyaan

dinyatakan tidak reliabel.

- Jika koefisien Cronbach Alpha (α ) ≥ 0,6 maka butir pertanyaan

dinyatakan reliabel.

3.5 Metode Analisis

1. Analisis kualitatif meliputi klarifikasi visi, misi dan tujuan ke dalam

rencana strategi perusahaan.

2. Analisis kuantitatif

Pengukuran kinerja masing-masing perspektif.

Rumusnya :

a. Mengukur kinerja perspektif keuangan

Perspektif ini menggunakan perhitungan :

- ROI = aktiva totalbersih laba

x 100%

- Rasio Efesiensi = Lancar Aktiva

Penjualanx 100%

b. Mengukur kinerja perspektif konsumen

Perspektif ini menggunakan perhitungan :

- Kepuasan pelanggan

Kepuasan pelanggan ini diketahui dari data sekunder yaitu

survey yang dilakukan oleh pihak manajemen Rumah Sakit.

Mengukur seberapa jauh kepuasan pelanggan atas pelayanan

133

Page 146: Penerapan balanced scorecard sebagai

kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit. Kepuasan

konsumen mengukur rata-rata kepuasan pelanggan dengan

meberikan nilai pada jawaban kuesinoer sesuai dengan tingkat

kepuasan yang dirasakan. Nilai yang diberikan adalah:

1. 1: sangat tidak puas.

2. 2: tidak puas.

3. 3: ragu-ragu.

4. 4: puas.

5. 5: sangat puas.

Untuk mengetahui rata-rata kepuasan konsumen maka jumlah

skor jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah konsumen yang

menjadi responden.

Penentuan kreteria rata-rata kepusan pelanggan.

c. Mengukur kinerja perspektif proses internal bisnis.

Berdasarkan data sekunder yang diambil dari Rumah Sakit perspektif

ini menggunakan perhitungan :

- BTO (Bed Turn Over Rate)

BTO = AD

- GDR (Gross Death Rate)

GDR = mil1000xD

Pm

- NDR (Net Death Rate)

- NDR = mil1000xD

jam48Pm >

Keterangan :O = rerata tempat terisi dihitung dari jumlah tempat tidur yang terisi,

kemudian hasilnya dibagi jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan

D = jumlah pasien keluar (hidup/mati)

A = rerata tempat tidur yang siap dipakai

T = jumlah hari perhitungan (30/31/365)

134

Page 147: Penerapan balanced scorecard sebagai

Pm = pasien mati

d. Mengukur kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

perspektif ini menggunakan perhitungan :

- Produktivitas karyawan = karyawanjumlahoperasilaba

- Perputaran karyawan =

100%xberjalan thn padakaryawan totaljml

keluarkaryawan jumlah

- Kepuasan karyawan

Dianggap sebagai penentu dari kedua pengukuran sebelumnya.

Pengukurannya dilakukan dengan survey kepuasan karyawan

melalui kuesioner. Kepuasan karyawan mengukur rata-rata

kepuasan karyawan dengan meberikan nilai pada jawaban

kuesinoer sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Nilai

yang diberikan adalah:

1. 1: sangat tidak puas.

2. 2: tidak puas.

3. 3: ragu-ragu.

4. 4: puas.

5. 5: sangat puas.

Kepuasan karyawan = bobotTotalskorxkaryawanJumlah

x 100%

Untuk mengetahui rata-rata kepuasan karyawan maka jumlah

skor jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah karyawan yang

menjadi responden.

Penentuan kreteria rata-rata kepusan karyawan.

Tabulasi Perhitungan Keempat Perspektif Balanced Scarecard

Jenis Variabel Indikator Pengukuran1. Perspektif

keuangan

135

Page 148: Penerapan balanced scorecard sebagai

- ROI

- Rasio Efesiensi

- Peningkatan Laba Bersih

- Penurunan Biaya Operasi

- Prosentase laba bersih terhadap total aktiva

- Presentase penjualan bersih terhadap aktiva lancar

2. Perspektif pelanggan- Kepuasan

pelanggan- Peningkatan

kepuasan pelanggan

- kuesuner terhadap kepuasan pelanggan

3. Perspektif proses internal bisnis- BTO

- GDR

- NDR

- Peningkatan BTO

- Penurunan GDR

- Penurunan NDR

- Perbandingan antara jumlah pasien keluar dengan tata tempat yang siap pakai

- Perbandingan antara pasien mati dengan jumlah untuk tiap 1000 pasien keluar

- Perbandingan antara pasien mati > 48 jam setelah dirawat dengan jumlah untuk tiap-tiap 1.000 pasien keluar

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan- Produktivitas

karyawan

- Retensi karyawan

- Kepuasan karyawan

- Peningkatan produktivitas karyawan

- Penurunan jumlah karyawan keluar

- Peningkatan kepuasan karyawan

- Perbandingan antara laba operasi dengan total karyawan

- Perbandingan antara jumlah karyawan keluar dengan total karyawan tahun berjalan

- Kuesioner terhadap kepuasan karyawan

136

Page 149: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB IV

ANALISIS DATA PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

4.1.1 Kinerja Perspektif Keuangan

A. Indikator ROI

ROI dari tahun 2004-2005 mengalami peningkatas sebesar 9,86%

(28,84%-18,98% = 9,86%). Hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian atas

investasi/Return On Investment (ROI) yang dilakukan mengalami peningkatan

yang baik yaitu sebesar 9,86% karena berdasarkan penilaian kelayakan usaha,

apabila tingkat ROI lebih dari 5 % berarti telah dianggaplayak/baik.

B. Indikator Rasio Efesiensi

nilai rasio efesiensi dari tahun 2004-2005 mengalami peningkatan

sebesr 0,6%( 7,9% - 7,3% = 0,6%). Hal ini berarti bahwa rasio efesiensi

Rumah Sakit menurun sehingga biaya operasi dapat ditekan.

4.1.2 Kinerja Perspektif Konsumen

Barisi dari perspektif ini adalah menciptakan konsumen yang mampu

menghasilkan financial return tinggi. Hal tersebut dapat terwujud jika

perusahaan memperhatikan proses (aspek waktu, kualitas, kinerja dan

layanan) dan hasilnya berupa ukuran hasil (Out Come Measure) sebagai

parameter perspektif.

Statistic deskriptif kepuasan pasien

VariableKisaran

teoritis

Kisaran

aktualRata-rata

Median

teoritisKepuasan

pasien18 - 90 63 - 90 69,9800 54,000

Pengukuran variable tingkat kepuasan pasien menggunakan

instrumen Mun`im Azka (2001), terdiri dari 18 pertanyaan dengan skor 1

sampai 5. Tingkat kepuasan pasien tinggi dengan skala tinggi dan tingkat

kepuasan pasien rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil

137

Page 150: Penerapan balanced scorecard sebagai

pengukuran variabel tingkat kepuasan pasien, skor jawaban responden

berkisar 63-90 dengan kisaran teoritis 18 – 90. Dari tabel statistik

deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat kepuasan pasien

sebesar 54 dan nilai rata-ratanya sebesar 63,9800, sehingga data diketahui

bahwa tingkat kepuasan pasien dalam penelitian ini dalam kondisi yang

tinggi.

4.1.3 Kinerja Perspektif Proses Internal Bisnis

Kinerja perspektif proses bisnis internal diukur dengan menggunakan

tiga indikator yaitu : Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death Rate (GDR)

dan Net Death Rate (NDR). Hasil perhitungan dari ketiga indikator

perspektif proses bisnis internal dapat dilihat pada tabel

UKURAN Tahun2004 2005

BTO (kali) 16,58 kali 19,39 kaliGDR (Permil) 45,8 permil 47,4 permilNDR (Permil) 44,63 permil 30,03 permil

4.1.4 Kinerja Perspektif pertumbuhan dan Pembelajaran

Pengukuran kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

merupakan perspektif yang paling mendasar dalam Balance Scorecard.

Kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diukur dengan

menggunakan indikator tiga indikator yaitu : Produktifitas karyawan,

Retensi Karyawan dan kepuasan karyawan. Produktifitas karyawan

ditentukan oleh kompetensi dan ketersediaan baik sarana maupun prasarana

untuk menjalankan aktifitasnya. Karyawan yang berkomitmen ditentukan

oleh kualitas lingkungan kinerjanya, yang tercermin dalam kepuasan

karyawan terhadap seluruh aspek oraganisasi. Sedangkan kepuasan

karyawan merupakan factor yang mempengaruhi tingkat produktifitas

karyawan.

Hasil perhitungan kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

yang diukur dengan indikator produktifitas karyawan dan retensi karyawan

138

Page 151: Penerapan balanced scorecard sebagai

dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

UKURAN Tahun2004 2005

Produktifitas karyawan Rp 282.276,51/karyawan Rp 429.580,24/karyawanRetensi karyawa 2,2 % 2,8 %Kepuasan karyawan - -

A. Kepuasan Karyawan

Indikator kepuasan karyawan bertujuan untuk mengukur peningkatan

kepuasan karyawan, yang diukur dengan mengisi daftar pertanyaan kuesioner

yang telah disediakan. Karyawan yang menjadi responden sebanyak 78

karyawan

Hasil Pengujian Hipotesis

Statistik Deskriptif

Analisis stastistik deskriptf dilakukan berdasarkan jawaban dari 78 responden

melalui kuestioner, untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel

dalam penelitian ini, yaitu semangat kerja, kepuasan karyawan. Hasil

pengolahan data mengenai statistic deskriptif disajikan dalam tabel berikut :

Variabel Kisaran teoritis

Kisaran aktual Rata-rata Median

teoritis Semangat kerja 2 – 10 6 – 10 8,1282 6,0000Kepemimpinan 3 – 15 9 – 15 13,1410 9,0000Motivasi 3 – 15 13 – 15 12,2179 9,0000Komunikasi 3 – 15 9 – 14 12,3205 9,0000Kondisi fisik tempat kerja 3 – 15 9 – 14 12,1262 9,0000Keputusan karyawan 5 – 25 14 – 24 20,5000 15,0000

4.2. Hasil Keseluruhan Analisis Balance Scorecard

Secara umum pada perspektif keuangan menunjukkan hasil yang

sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator ROI yang mengalami

peningkatan pada tahun 2005 sebesar 9,86% dan indikator rasio efesiensi

yang juga mengalami peningkatan sebesar 0,6 % peningkatan kedua

indikator tersebut telah melebihi keukuran kelayakan usaha.

Kinerja yang diperlihatkan pada perspektif konsumen (pasien) secara

139

Page 152: Penerapan balanced scorecard sebagai

umum sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari

jawaban atau tanggapan rata-rata pasien 69,9800 ini masuk pada ketegori

tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum rumah sakit Kristen Tayu

sudah memperhatikan kepuasan pelanggan labih baik lagi.

Hasil kinerja pada perspektif proses bisnis internal yang diukur

dengan tiga indikator yaitu BTO, NDR, dan GDR secara umum

memperlihatkan bahwa kinerja pelayanan terhadap meningkatnya

kepercayaan konsumen (pasien) untuk berobat di rumah sakit yang sangat

cepat dan efektif. Hal ini dapat dilihat bahwa dari nilai BTO tahun 2004-

2005 mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali, yang berarti bahwa jumlah

pasien rawat inap yang telah dirawat lebihd dari 48 jam sudah memuaskan,

hal ini dapat dilihat dari penurunan NDR sebesar 1,04%. Meskipun nilai

GDR pada tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan 3 indikator yaitu produktifitas karyawan, retensi karyawan

dan kepuasan karyawan secara umum telah menunjukkan hasil yang baik,

hal ini juga dapat berdampak pada peningkatan kualitas karyawan yang

ujungnya bermuara pada kepuasan pelanggan dalam melayani pelanggan.

Hal ini dapat dilihat dari tingkat produktifitas karyawan yang mengalami

peningkatan sebesar 147.303,73 dan hasil survei terhadap karyawan rasa

puas mereka terhadap kebijaksanaan rumah sakit. Retensi karyawan

mengalami peningkatan sebesar 0,6 % berarti bahwa kemampuan rumah skit

untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan karyawan dapat

dikatakan belum berhasil hal ini akan berdampak pada tingkat loyalitas dan

tingkat produktifitas karyawan.

140

Page 153: Penerapan balanced scorecard sebagai

141

Page 154: Penerapan balanced scorecard sebagai

BAB V

KESIMPULAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Kinerja Perspektif Keuangan dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan dua indikator rasio keuangan yaitu: Return On Invesment (ROI) dan Rasio Efesiensi. Secara umum pada perspektif keuangan menunjukkan hasil yang sudah maksimal. Hal ini dapat dilihat dari indikator ROI yang mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 9,86 % dan indikator Rasio Efesiensi yang juga mengalami peningkatan sebesar 0,6 % meskipun peningkatan kedua indikator tersebut tidak terlalu signifikan.dikarenakan rumah sakit Kristen tayu 50% pasiennya adalah pasien dankin (dana kemiskinan) oleh pemeruntah.

2. Kinerja Perspektif konsumen (pasien) diukur dengan menggunakan indikator kepuasan pasien Rumah Sakit Kristen Tayu Pati. Berdasarkan hasil survey pada 100 pasien rumah sakit dapat diketahui bahwa secara umum sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban/tanggapan pasien menunjukkan nilai sebesar 3,88, nilai masuk kategori ragu-ragu. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum Rumah Sakit Kristen Tayu belum benar-benar memperhatikan kepuasan pelanggan dan diharapkan prestasi ini dapat lebih ditingkatkan.

3. Kinerja Perspektif proses bisnis internal diukur dengan menggunakan indikator tiga indikator yaitu: Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death Rate (GDR) dan Net Death Rate (NDR) secara umum memperlihatkan bahwa kinerja pelayanan terhadap pasien semakin baik. Hal ini dapat dilihat bahwa dari nilai Bed Turnover Ratio dari tahun 2004-2005 mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali, yang berarti bahwa jumlah pasien yang dapat tertangani oleh rumah sakit Kristen Tayu semakin banyak dan pasien rawat inap

142

Page 155: Penerapan balanced scorecard sebagai

yang telah dirawat lebih dari 48 jam sudah memuaskan, hal ini dapat dilihat dari penurunan NDR sebesar 1,04 %. Meskipun Nilai GDR pada tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

4. Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran diukur dengan menggunakan indikator tiga indikator yaitu: Produktifitas karyawan, Retensi Karyawan dan Kepuasan Karyawan secara umum telah menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat produktivitas karyawan yang mengalami peningkatan sebesar Rp.147.303,73 per karyawan dan hasil survey terhadap karyawan yang juga menunjukkan rasa puas mereka terhadap kebijakan rumah sakit selama mereka bekerja. Meskipun jika dilihat dari indikator rentensi karyawan mengalami peningkatan sebesar 0,6 % yang berarti bahwa kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan karyawan dapat dikategorikan belum berhasil. Dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit perlu mengadakan evaluasi dan mencari informasi, perihal apa yang menyebabkan tingkat retensi karyawan mengalami peningkatan. Sehingga diharapkan dimasa yang akan datang tingkat retensi karyawan dapat menurun yang berarti bahwa keharmonisan hubungan dengan karyawan semakin meningkat. Hal ini akan berdampak pada tingkat loyalitas dan tingkat produktivitas karyawan yang tinggi.

5.2. SaranDari kesimpulan dan keterbatasan yang telah diuraikan di atas, ada

beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak rumah sakit Kristen Tayu Pati, yaitu :1. Pihak manajemen khususnya Sub. Bag Keuangan harus lebih

meningkatkan kinerja keuangan, dengan lebih menekan biaya-biaya operasi dan meningkatkan sistem pengendalian internal. Meskipun rumah sakit bukan merupakan lembaga yang berorientasi pada profit, tetapi kinerja keuangan harus tetap diperhatikan dan ditingkatkan demi kelangsungan hidup rumah sakit.

143

Page 156: Penerapan balanced scorecard sebagai

2. Pada perspektif bisnis internal khususnya yang diproksi dengan Gross Death Rate (GDR) masih velum menunjukkan kinerja yang maksimal, oleh karena itu pihak rumah sakit harus lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalitas dengan memberikan pelatihan dan pendidikan intensif, agar dalam menangani pasien lebih efektif dan efisien sehingga angka Gross Death Rate dapat menurun..

3. Kinerja perspektif Pertumbuhan dan pembelajaran rumah sakit perlu lebih ditingkatkan khususnya yang diukur dengan retensi karyawan yang masih belum belum menunjukkan hasil yang optimal. Dalam hal ini pihak rumah sakit perlu lebih meningkatkan kompetensi akryawan dan melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan manajemen, demi menjaga hubungan baik antar karyawan dan meningkatkan kualitas dan pelayanan.

4. Kinerja perspektif pelanggan juga masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit perlu lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalismenya dan mencari sebab-sebab mengapa maupun dalam hal apa yang menyebabkan pelanggan (pasien) merasa kurang puas dengan pelayanan rumah sakit selama ini mengingat rumah sakit merupakan bidang pelayanan jasa kesehatan dan wajib memperhatikan kepuasan pelanggannya.

144

Page 157: Penerapan balanced scorecard sebagai

DAFTAR PUSTAKA

Mirza, Teuku. 1997. Balance Scorecard. Usahawan. No. 06 tahun XXVI 1997

Indriantoro, Nur dan Bambang S. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Managemen. Yogyakarta : BPFE.

Kaplan. Robert S dan David Norton. 1996. Balanced Scorecard : Transalting Startegi Info Action Bostom : Harvard Business School.

Mulyadi.2001. Akuntansi Manajemen. STIE YKPN. YogyakartaMulyadi.2001. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa.

Jakarta : Salemba Empat. Mun`im Azka.2001. Balance Scorecard Sebagai Alat ukur Kinerja (Studi

Kasus Pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang). Tidak untuk diterbitkan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Fauzi. 1995. Kamus Akuntansi Praktisi. Suarabaya : Indah

Hadi, Sutrisno, 1997, Metodologi Research, Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi, Yogyakarta. Andi Offiset.

Hermawan, Ancella. 1996. Balanced Scorecard Sebagai Sarana Akuntansi Managemen Strategi. Jakarta : IAI.

Mutasowifin, Ali. 2002. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Tolok Ukur Penlian Kinerja Pada Badan Usaha Berbentuk Koperasi, Jurnal Universitas Paramadina Vol. 3 : Hal 245-264.

Weston, J. Fred dan Thomas, E Copeland. 1995. Manajemen Keuangan. Jilid I, Edisi ke 9, Jakarta ; Binarupa Aksana.

Wijaya, Tunggal, Amin. 2002. Mamahami Konsep Balance Scorecard. Cetakan ke 2 : Harvindo

145

Page 158: Penerapan balanced scorecard sebagai