penentuan struktur dan kadar flavonoid ekstrak …digilib.unila.ac.id/54497/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENENTUAN STRUKTUR DAN KADAR FLAVONOID EKSTRAKPOLAR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata) KULTIVAR LAMPUNG
BARAT SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI PADA KUTU PUTIHTANAMAN KOPI (Planococcus citri)
(Skripsi)
Oleh
Hona Anjelina Putri
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PENENTUAN STRUKTUR DAN KADAR FLAVONOID EKSTRAKPOLAR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata) KULTIVAR LAMPUNG
BARAT SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI PADA KUTU PUTIHTANAMAN KOPI (Planococcus citri)
Oleh
Hona Anjelina Putri
Peringkat Indonesia sebagai negara penghasil kopi menurun menjadi keempat didunia. Penurunan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalahhama kutu putih (Planacoccus citri). Pengendalian hama ini biasanya dilakukanpetani dengan insektisida karbaril pada perkebunan kopi. Pengunaan insektisidaini akan menimbulkan efek negatif terhadap hama maupun manusia. Salah satupengendalian yang aman dan ramah lingkungan memanfaatkan insektisida nabatiseperti insektisida dari tanaman gamal yang mengandung senyawa flavonoid.Senyawa flavonoid yang terkandung pada daun gamal Kultivar Lampung Barat(KLB) dapat mematikan hama kutu putih pada tanaman sirsak (Pseudococcuscryptus) pada skala laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk menentukanstruktur dan kadar flavonoid serbuk daun gamal KLB yang efektif mematikanhama kutu putih tanaman kopi (P. citri) dengan cara pemurnian ekstrak polarserbuk daun gamal menggunakan Medium Pressure Liquid Choromatography(MPLC), bioassay dan analisis spektrokopis (FTIR dan UV-Vis). Data yangdidapatkan dianalisis menggunakan analisis probit untuk menentukan nilai LC50,
uji Anara, uji lanjut Tukey’s dan uji LSD serta paired T test untuk efektifitasekstrak. Hasil yang didapatkan adalah ekstrak murni air mengandung senyawaflavonoid golongan flavonol dengan struktur dasar 3-hidroksi-2-fenil-1,4benzopiron dan kadar flavonoid ekstrak kasar metanol sebesar 7,4 mg/L kuersetinsedangkan, ekstrak kasar air sebesar 3,8 mg/L kuersetin. Hasil uji bioassay dalammematikan hama kutu putih tanaman kopi (P. citri) dengan ekstrak kasar air lebihefektif dibandingkan ekstrak murni air serbuk daun gamal KLB dengannilai LC50 72 jam lebih kecil 0,041% (0,107%:0,148%).
Kata kunci : Struktur, Flavonoid, Gliricidia maculata, Planococcus citri.
PENENTUAN STRUKTUR DAN KADAR FLAVONOID EKSTRAKPOLAR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata) KULTIVAR LAMPUNG
BARAT SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI PADA KUTU PUTIHTANAMAN KOPI (Planococcus citri)
Oleh
HONA ANJELINA PUTRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSARJANA SAINS
Pada
Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengrtahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 11 November 1996, sebagai
anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Syan Arichie dan Ibu Supriyatin.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Pelita pada tahun 2008.
Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTSN) 1 Tanjung Karang pada tahun 2011 dan Sekolah Menengah Atas
diselesaikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Tanjung Karang pada tahun
2014. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswi melalui Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi sekretaris divisi
Pengembangan Sains dan Lingkungan Hidup (PSLH) di Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung pada periode 2016 dan pada tahun 2017 penulis melakukan kerja
praktik di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung.
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT , penulis persembahkan karya yang
sederhana ini untuk orang yang selalu mencintai, dan memberi makna dalam
hidupku, terutama bagi:
1. Ayahanda Syan Arichie dan Ibunda Supriyatin tercinta, yang telah
membesarkanku, membimbing serta senantiasa dalam setiap sujud dan
tahajudnya, selalu memberikan motivasi dan doa untuk keberhasilanku.
2. Kakakku Andre Edo dan Rohma Irmala serta Adikku M. Raffi yang telah
mendukung , mendoakan serta memotivasi untuk kerberhasilanku.
3. Almamaterku Universitas Lampung.
MOTTO
“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar. Maka, kamu harus sanggupmenahan perihnya kebodohan”
(Imam Syafi’i)
Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan: ”Sesungguhnya jika kamubersyukur, niscaya Aku akan menambahkan (nikmat) kepadamu, tetapi jikakamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih
(Q.S. Ibrahim : 7)
“Kejarlah kehidupan akhirat, agar bahagia di kehidupan dunia”
(Sri Wulandari)
x
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan yang terbaik dalam
kehidupan penulis, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penentuan Struktur dan Kadar Flavonoid
Ekstrak Polar Daun Gamal (Gliricidia maculata) Kultivar Lampung Barat sebagai
Insektisida Nabati pada Kutu Putih Tanaman Kopi (Planococcus citri)” yang
merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana di Jurusan Biologi
Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta atas doa, kasih sayang, dukungan, dan nasihat yang
diberikan selama ini.
2. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D. selaku Pembimbing I atas semua bimbingan,
ilmu, saran, nasihat, dan motivasi selama perkuliahan maupun selama
penyusunan skripsi.
3. Ibu Gina Dania Pratami, M.Si. selaku Pembimbing 2 atas semua
bimbingan, ilmu, dukungan, nasihat dan motivasi selama perkuliahan
maupun selama penyusunan skripsi.
4. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed. selaku Pembahas atas semua saran,
ilmu, nasihat, bimbingan dan motivasi selama perkuliahan maupun selama
penyusunan skripsi.
xi
5. DRPM Kemenristek Dikti yang telah membiayai penelitian ini.
6. Ibu Dra. Nurul Utami atas bantuan, ilmu, bimbangan dan motivasinya
selama penelitian.
7. Bapak Prof. Dr. Sutyarso, M. Biomed. selaku Pembimbing Akademik atas
semua dukungan, nasihat, saran, dan ilmu selama perkuliahan.
8. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
9. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
10. Kakakku Andre dan Rohma serta Adikku Raffi atas doa, kasih sayang,
dukungan, nasihat dan perhatian selama ini.
11. Tim Gamal (Gena, Agata, Aprilia dan Anas) yang selalu membantu,
memberikan motivasi, saran, dan hiburan selama penelitian ini.
12. Teman bahagia dan terbaik Maulidi, Retno, Vielda, Intan, Irani, Eka dan
Nabiilah atas segala bantuan, semangat, nasihat, doa dan selalu menemani
selama perkuliahan dan penelitian ini.
Semoga segala kebaikan selalu menyertai dan karya ini dapat bermanfaat bagi
kita semua Aamiin.
Bandar Lampung, 1 November 2018
Penulis,
Hona Anjelina Putri
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................ ii
HALAMAN JUDUL ................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................. vi
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. viii
MOTTO .................................................................................................... ix
SANWACANA ......................................................................................... x
DAFTAR ISI............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xvii
I. PENDAHULUAN............................................................................... 1A. Latar Belakang .............................................................................. 1B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5D. Kerangka Pemikiran...................................................................... 5E. Hipotesis ....................................................................................... 7
xiii
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 8A .Hama dan Insektisida ..................................................................... 8B. Kutu Tanaman Kopi (Planacoccus citri) ....................................... 10
1. Klasifikasi Kutu Tanaman Kopi (Planacoccus citri) ................. 112. Morfologi Kutu Putih Tanaman Kopi ........................................ 123. Faktor yang Mempengaruhi Populasi Kutu Putih ...................... 134. Kerugian yang Disebabkan Kutu Putih Tanaman Kopi............. 14
C. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata) .......................................... 151. Klasifikasi Tanaman Gamal (Gliricidia maculata) ................... 152. Deskripsi Tanaman Gamal......................................................... 153. Manfaat Tanaman Gamal........................................................... 17
D. Senyawa Metabolit sekunder ......................................................... 171. Klasifikasi Senyawa Metabolit Sekunder .................................. 182. Sifat Senyawa Metabolit Sekunder ............................................ 203. Manfaat Flavonoid ..................................................................... 214. Isolasi Senyawa Flavonoid......................................................... 215. Pemisahan Senyawa dengan KLT.............................................. 22
III. METODE KERJA ........................................................................... 24A. Waktu dan Tempat ......................................................................... 24B. Alat dan Bahan ............................................................................... 25
1. Alat ............................................................................................ 252. Bahan ......................................................................................... 26
C. Pembuatan Ekstrak (Isolasi dan Pemurnian Senyawa PolarFlavonoid serta Identifikasi Struktur Senyawa Flavanoid)........... 27
1. Ekstrak Metanol......................................................................... 272. Ekstrak Air................................................................................. 283. Pemurnian Menggunakan MPLC (Medium Presseure Liquid
Chromatography) ...................................................................... 294. Pemurnian Menggunakan Kolom C-18..................................... 305. Penentuan Kadar Fenolik dan Flavonoid Ekstrak
Metanol dan Air......................................................................... 30a. Kadar Fenolik ....................................................................... 31b. Kadar Flavonoid ................................................................... 32
6. Identifikasi Struktur Senyawa Aktif Flavonoid......................... 33a. Spektrofotometri FTIR .......................................................... 33b. Spektrofotometri UV-Vis ...................................................... 34
7. Bioassay Senyawa Aktif Murni Aktif terhadap Hama KutuHama Kutu Putih Tanaman Kopi (P. citri) ............................... 34
8. Analisis Data ............................................................................. 35D. Diagram Penelitian ......................................................................... 36
xiv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 37A. Senyawa Flavonoid Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air Daun
Gamal ............................................................................................ 371. Ekstrak Kasar Metanol dan Air ................................................. 37
a. Ekstrak Kasar Metanol.......................................................... 37b. Ekstrak Kasar Air.................................................................. 38
2. Pemurnian Senyawa Aktif Flavonoid........................................ 39a. Ekstrak Murni Metanol ......................................................... 39b. Ekstrak Murni Air ................................................................. 41
3. Analisis Spektrofotometri FTIR dan UV-Vis............................ 45a. Spektrofotometri FTIR ......................................................... 45b. Spektrofotometri UV-Vis ..................................................... 46c. Kadar Fenolik dan Flavonoid Ekstrak Metanol dan Air
Serbuk Daun Gamal KLB..................................................... 48
4. Bioassay Senyawa Bioaktif Ekstrak Serbuk Daun Gamal KLBterhadap Kutu Putih Tanaman Kopi (P. citri) ........................... 51a. Bioassay Ekstrak Kasar Metanol dan Air Serbuk
Daun Gamal KLB terhadap Kematian Hama Kutu PutihTanaman Kopi (P. citri)........................................................ 51
b. Bioassay Ekstrak Murni Air Serbuk Daun Gamal KLBterhadap Kematian Hama Kutu Putih Tanaman
Kopi (P. citri)........................................................................ 53
V. SIMPULAN DAN SARAN......................................................... 60A. Simpulan ................................................................................. 60B. Saran ...................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 61
LAMPIRAN.............................................................................................. 67
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kadar fenolik dan flavonoid ekstrak metanol dan air serbuk daungamal KLB....................................................................................... 50
2. Rata -rata kematian kutu putih dengan ekstrak kasar dan ekstrakmurni air serbuk daun gamal KLB setelah perlakuan 72 jam danpada konsentrasi yang berbeda......................................................... 56
3. Rata -rata kematian kutu putih dengan ekstrak kasar dan ekstrakmurni air serbuk daun gamal KLB pada pengamatan waktu yangberbeda.............................................................................................. 57
4. Nilai LC50 hasil analisis probit dan paired T test ekstrak kasar airdan ekstrak murni air serbuk daun gamal KLB pada 24-72 jamsetelah perlakuan .............................................................................. 58
5. Jumlah kematian hama kutu putih dengan ekstrak kasar metanolserbuk daun gamal KLB ................................................................... 68
6. Jumlah kematian hama kutu putih dengan ekstrak air serbukdaun gamal KLB............................................................................... 69
7. Jumlah kematian hama kutu putih dengan ekstrak murni airserbuk daun gamal KLB ................................................................... 70
8. Hasil analisis probit LC50 ekstrak kasar metanol setelah72 jam .............................................................................................. 71
9. Hasil analisis probit LC50 ekstrak kasar air setelah 72 jam............. 71
10. Hasil analisis probit LC50 ekstrak murni air setelah 72 jam ............. 72
xvi
11. Analisis uji lanjut Tukey’s rata – rata kematian dengan ekstrak kasarair setelah 72 jam perlakuan pada konsentrasi yang berbeda .......... 72
12. Analisis uji lanjut Tukey’s rata – rata kematian dengan ekstrak murniair setelah 72 jam perlakuan pada konsentrasi yang berbeda ........... 73
13. Analisis uji LSD ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLB............ 74
14. Analisis uji LSD ekstrak murni air serbuk daun gamal KLB........... 75
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Buah kopi yang terserang kutu putih ................................................ 11
2. Kutu putih betina dan jantan............................................................. 17
3. Morfologi daun gamal ...................................................................... 18
4. Struktur tiga jenis flavonoid ............................................................. 18
5. Tujuh jenis struktur flavonoid alami................................................. 19
6. Contoh flavonoid C -Glikosida......................................................... 20
7. Diagram alir penelitian ..................................................................... 36
8. Kromatogram hasil KLT dari ekstrak metanol serbukdaun gamal........................................................................................ 38
9. Kromatogram KLT ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLBdibawah sinar UV ........................................................................... 39
10. Kromatogram MPLC ekstrak metanol serbuk daun gamalKLB .................................................................................................. 40
11. Kromatogram MPLC ekstrak air serbuk daun gamalKLB .................................................................................................. 41
12. Kromatogram KLT fraksi 2 ekstrak air serbuk daungamal KLB........................................................................................ 42
13. 28 fraksi hasil pemurnian fraksi 2 ekstrak air dengankolom C-18 ....................................................................................... 43
xviii
14. F2RM air serbuk daun gamal KLB .................................................. 44
15. Kromatogram hasil KLT fraksi F2RM air serbuk daungamal KLB dibawah sinar UV λ 366 nm ......................................... 44
16. Spektrum FTIR dari isolat F2RM air serbuk daun gamalKLB .................................................................................................. 45
17. Spektrum UV-Vis F2RM air serbuk daun gamal KLB .................... 47
18. Struktur senyawa flavonol ................................................................ 48
19. Kurva kalibrasi asam galat................................................................ 49
20. Kurva kalibrasi kuersetin.................................................................. 49
21. Hasil analisis probit ekstrak kasar metanol terhadapkematian hama kutu putih (P. citri) .................................................. 51
22. Hasil analisis probit ekstrak kasar air terhadapkematian hama kutu putih (P. citri) .................................................. 52
23. Rata -rata persentase kematian hama kutu putih tanamankopi (P. citri) dengan perlakuan ekstrak kasar air serbukdaun gamal KLB pada konsentrasi waktu pengamatan yangberbeda.............................................................................................. 54
24. Rata -rata persentase kematian hama kutu putih tanamankopi (P. citri) dengan perlakuan ekstrak murni air serbukdaun gamal KLB pada konsentrasi waktu pengamatan yangberbeda.............................................................................................. 54
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia
setelah Brasil dan Vietnam. Pada tahun 2012, Indonesia memproduksi
kopi robusta dan arabika sebanyak 748.000 ton (66%) dari produksi kopi
dunia. Sebanyak 601.000 ton (84%) dihasilkan kopi robusta dan 147.000
ton (19,6%) dihasilkan dari kopi arabika. Indonesia memiliki lahan
perkebunan kopi dengan luas mencapai 1,3 juta hektar, 1 juta hektar
ditanami kopi robusta dan 0,3 juta hektar kopi arabika (Kementrian
Perindustrian Republik Indonesia, 2013).
Produksi kopi tahun 2015 menurun menjadi 637.000 ton. Penurunan ini
terjadi disebabkan berkurangnya lahan, produktivitas tanaman yang masih
rendah seperti tua, rusak, tidak produktif, serangan organisme penganggu
tanaman (OPT) sehingga Indonesia turun menjadi peringkat ke empat
negara penghasil kopi setelah Brazil, Vietnam dan Colombia (Kementrian
Pertanian, 2017).
2
Kopi memiliki peranan penting sebagai produk unggulan masyarakat
Lampung Barat yang mampu membantu perekonomian daerah. Banyak
kendala yang dihadapi dalam pertanaman kopi seperti terserang beberapa
hama atau penyakit. Akibat serangan hama pada tanaman kopi dapat
menurunkan mutu kopi yang menyebabkan kerugian 6,7 dolar AS/tahun
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2015).
Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman kopi di Indonesia antara
lain penggerek buah kopi (Hypothenemus hampeii), penggerek batang
merah (Zeuzura coffeae), penggerek cabang (Xylosandrus spp.), kutu hijau
(Cocus viridis), kutu cokelat (Saesatia coffea) dan kutu putih
(Planococcus citri) (Rahardjo, 2012).
Hama kutu putih menyerang tanaman kopi dengan mengisap cairan
tanaman kopi menggunakan mulut yang berbentuk jarum dan hama ini
mensekresikan embun madu yang merupakan media pertumbuhan jamur
pada daun kopi yang juga dapat menganggu pertumbuhan kopi (Direktorat
Perlindungan Perkebunan, 2002).
Penggunaan pestisida dengan frekuensi yang tinggi serta pemakaian
insektisida yang tidak benar dapat menimbulkan dampak yang tidak
diinginkan seperti terjadinya resistensi dan resurjensi hama, matinya
organisme yang berguna, dan dapat terjadinya pencemaran lingkungan
3
serta menganggu kesehatan manusia seperti keracunan akut atau kronis
akibat terakumulasi dari residu insektisida (Dadang dan Prijono, 2011).
Akibat dari akumulasi residu insektisida, ekspor kopi Indonesia ke Jepang
pada 2013 mengalami kendala karena terdapat aturan pemeriksaan residu
dari pestisida karbaril. Hal ini menyebabkan pengiriman kopi menjadi
tidak jelas dan kopi belum bisa masuk ke Jepang (Efizudin, 2013).
Penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis
hama dan 72% agen pengendali hayati. Oleh karena itu, diperlukan
pengganti pestisida yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif
pilihannya adalah penggunaan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah
salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan.
Tumbuhan mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai alat
pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal
dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai di tanah
dan tidak membahayakan hewan, manusia atau serangga non sasaran
(Dinas Kehutanan, 2009).
Hasil penelitian fitokimia ekstrak serbuk daun gamal kering yang
dilakukan oleh Nukmal, dkk (2009) dengan maserasi bertingkat yang
dimulai dari pelarut non polar sampai pelarut polar, gamal diketahui
mengandung golongan senyawa metabolit sekunder, yaitu senyawa
flavonoid. Senyawa flavonoid menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan air
4
daun gamal mampu menyebabkan kematian 100% imago hama bisul
dadap (Quadrasticus erythrinae) dalam waktu 24 jam (Nukmal, dkk.,
2010).
Menurut Apriliyani (2016), ekstrak metanol dan air daun gamal kultivar
Lampung Utara yang mengandung senyawa flavonoid bersifat sebagai
insektisida nabati pada kutu putih tanaman kopi (Planacoccus citri)
dengan nilai LC50 ekstrak metanol 0,039% dan nilai LC50 ekstrak air
0,033% dalam waktu 72 jam. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa
ekstrak metanol dan air daun gamal kultivar Lampung Barat berpotensi
sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan kutu putih sirsak
(Pseudococcus cryptus) dengan nilai LC50 0,061% pada ekstrak metanol
dan nilai LC50 ekstrak air 0,096% dalam waktu 72 jam (Aksah, 2016).
Walaupun beberapa penelitian telah dilakukan guna pemanfaatan senyawa
flavonoid ekstrak daun gamal sebagai insektisida nabati, namun struktur
dan kadar flavonoid ekstrak polar daun gamal kultivar Lampung Barat
sebagai insektisida nabati belum diketahui, untuk itu dilakukan penelitian
ini.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan struktur dan kadar flavonoid
serbuk daun gamal kultivar Lampung Barat yang efektif mematikan kutu
putih tanaman kopi (P. citri).
5
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
struktur dan kadar flavonoid yang terkandung pada ekstrak daun gamal
dengan pelarut polar sebagai insektisida nabati dalam usaha
mengendalikan hama kutu putih pada tanaman kopi (P. citri).
D. Kerangka Pemikiran
Peringkat Indonesia sebagai negara penghasil kopi menurun menjadi
keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Colombia. Penurunan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti serangan hama yang
menyerang tanaman kopi. Salah satunya adalah hama kutu putih (P. citri).
Pengendalian hama ini biasanya dilakukan petani dengan insektisida
sintetik seperti insektisida karbaril pada perkebunan kopi. Pengunaan
insektisida secara terus-menerus akan menimbulkan efek negatif terhadap
hama maupun manusia. Salah satu pengendalian yang aman dan ramah
lingkungan memanfaatkan insektisida nabati yang berasal dari bahan alami
yaitu, tanaman gamal.
Tanaman gamal mengandung beberapa senyawa kimia yang tidak disukai
oleh serangga antara lain, dikumerol, kumarin, tanin, flavonoid dan
alkoloid. Senyawa flavonoid yang terkandung pada daun gamal kultivar
Lampung Barat dapat mematikan hama kutu putih pada tanaman sirsak
6
(Pseudococcus cryptus) pada skala laboratorium, akan tetapi belum
diujikan pada kutu putih tanaman kopi (P. citri) dan juga belum diketahui
struktur dan kadar flavonoidnya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian
untuk mengetahui struktur dan kadar flavonoid ekstrak polar daun gamal
kultivar Lampung Barat yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati
untuk mengendalikan P. citri.
Pemurnian ekstrak polar (metanol dan air) serbuk daun gamal dilakukan
dengan cara maserasi serbuk daun gamal sehingga didapatkan fraksi kaya
flavonoid. Setelah itu dilakukan bioassay terhadap kutu putih pada buah
kopi yang sudah direndam dalam ekstrak polar serbuk daun gamal pada
tingkatan konsentrasi 0%; 0,10%; 0,20%; 0,30% dan 0,40% untuk ekstrak
metanol dan 0%; 0,06%; 0,12%; 0,18% dan 0,24% untuk ekstrak air.
Fraksi aktif dapat dilihat dari mortalitas kutu putih pada 24, 48 dan 72 jam
setelah perlakuan, dan ditentukan nilai LC50 nya. Selanjutnya fraksi aktif
dimurnikan dan diujikan terhadap hewan uji hingga didapatkan isolat
murni dan aktif. Isolat murni dan aktif selanjutnya dianalisis
spektroskopis menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui
struktur dan kadar senyawa flavonoidnya.
Diharapkan dengan dilakukan pemurnian ekstrak polar (metanol dan air)
serbuk daun gamal kultivar Lampung Barat, bioassay dan analisis
spektroskopis maka dapat diketahui struktur dan kadar senyawa flavonoid
yang memiliki daya insektisida nabati dalam mematikan dan
7
mengendalikan populasi hama kutu putih pada tanaman kopi, sebagai
penunjang budidaya kopi organik yang ramah lingkungan.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ekstrak kasar air lebih
efektif dibandingkan dengan ekstrak murni air serbuk daun gamal kultivar
Lampung Barat.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hama dan Insektisida
Hama tanaman adalah semua organisme yang aktivitas hidupnya merusak
tanaman sehingga menimbulkan kerugian ekonomi bagi manusia.
Tanaman yang terserang hama mengalami penurunan fungsi atau tidak
berfungsi dalam proses metabolisme pada tanaman tersebut, sehingga
tanaman tersebut pertumbuhannya tidak normal dan dapat menyebabkan
kematian (Pracaya, 1999).
Insektisida yang pertama kali ditemukan adalah jenis insektisida belerang
yang termasuk golongan insektisida anorganik untuk mengendalikan
hama. Perkembangan insektisida baru dimulai pada abad ke -15 yang
ditandai dengan ditemukannya beberapa senyawa atau bahan kimia
beracun untuk mengendalikan hama. Perkembangan insektisida terjadi
cukup pesat, dengan ditemukannya beberapa jenis insektisida baru.
Insektisida adalah jenis pestisida yang banyak digunakan pada negara
berkembang (Hasibuan, 2012).
9
Insektisida nabati merupakan insektisida alternatif yang digunakan dengan
tujuan agar penggunaan insektisida sintetis tidak menjadi ketergantungan
dan berdampak pada lingkungan. Insektisida nabati adalah jenis
insektisida yang didapatkan dari tumbuhan yang dibuat secara mudah dan
sederhana, misalkan dengan rendaman, perasan atau ekstrak yang diambil
dari bagian tanaman (Tarumingkeng, 1992).
Insektisida nabati memiliki beberapa fungsi diantaranya: memberikan bau
yang menyengat sehingga serangga enggan hadir atau memakan tanaman,
mencegah agar serangga tidak meletakkan telur pada tanaman, dapat
menghambat reproduksi serangga betina, dan memiliki daya racun saraf
yang mengakibatkan mortalitas serangga (Novizan, 2002).
Berdasarkan cara masuknya insektisida kedalam tubuh serangga
dibedakan menjadi 3 kelompok (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009),
yaitu:
1. Racun lambung (Racun perut)
Racun lambung atau racun perut adalah insektisida yang mampu
membunuh serangga dengan cara masuk ke pencernaan melalui
makanan yang mereka makan. Insektisida akan masuk ke organ
pencernaan serangga dan diserap oleh usus kemudian ditranslokasikan
ke organ sasaran yang mematikan seperti pusat syaraf, organ respirasi,
sel-sel lambung dan sebagainya.
10
2. Racun kontak
Insektisida ini membunuh serangga dengan cara masuk ke dalam tubuh
serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh atau langsung
mengenai mulut serangga. Serangga akan mati apabila kontak langsung
dengan insektisida tersebut.
3. Racun pernafasan
Racun pernafasan adalah jenis insektisida yang masuk melalui trakea
serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang diudara berupa
gas, asap, maupun uap dari insektisida. Serangga akan mati apabila
menghirup partikel dari insektisida tersebut dalam jumlah tertentu.
B. Kutu Putih Tanaman Kopi (Planacoccus citri)
Kutu putih biasanya terdapat pada tanaman kopi, jeruk dan tanaman lain.
Kutu putih ini bersifat polifagus yang menyerang bagian atas tanaman,
seperti pada tunas, daun, buah, tangkai bunga, batang, serta bagian akar
(Pracaya, 2010).
Kutu menyerang tangkai buah dan meninggalkan bekas berwarna kuning
kemudian kering sehingga banyak buah yang gugur. Pada bagian tanaman
yang terserang tampak dipenuhi oleh kutu-kutu putih seperti kapas
(Gambar 1) (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2013).
11
Gambar 1. Buah kopi yang terserang kutu putihSumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
1. Klasifikasi Kutu Putih Tanaman Kopi (Planacoccus citri)
Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi kutu putih tanaman kopi sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hemiptera
Family : Pseudococcidae
Genus : Planacoccus
Species : Planacoccus citri
11
Gambar 1. Buah kopi yang terserang kutu putihSumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
1. Klasifikasi Kutu Putih Tanaman Kopi (Planacoccus citri)
Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi kutu putih tanaman kopi sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hemiptera
Family : Pseudococcidae
Genus : Planacoccus
Species : Planacoccus citri
11
Gambar 1. Buah kopi yang terserang kutu putihSumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
1. Klasifikasi Kutu Putih Tanaman Kopi (Planacoccus citri)
Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi kutu putih tanaman kopi sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hemiptera
Family : Pseudococcidae
Genus : Planacoccus
Species : Planacoccus citri
12
2. Morfologi Kutu Putih Tanaman Kopi
Kutu putih berbentuk elips, memiliki warna cokelat kekuningan hingga
merah oranye, panjang ± 3 mm, tertutup dengan massa putih seperti lilin
yang bertepung. Sepanjang tepi badannya terdapat tonjolan seperti lilin
dengan jumlah 14-18 pasang dan tonjolan tersebut juga terdapat dibagian
belakang (Pracaya, 2010). Morfologi P. citri betina dan P. citri jantan
dapat dilihat pada Gambar 2.
(a) (b)
Gambar 2. Kutu putih (a) betina dan (b) jantan (Kerns dkk., 2004)
Kutu jantan memiliki panjang 1 mm -1,5 mm dan bersayap. Kutu betina
tidak bersayap, dan mampu bertelur hingga 300 -500 butir, setelah 6-20
hari kemudian akan menetas (Pracaya, 2010).
Nimfa muda gerakannya relatif lamban dan untuk tumbuh hingga dewasa
memerlukan waktu hingga 1-4 bulan. Dalam satu tahun lahir 2-4 generasi
(Pracaya, 2010).
12
2. Morfologi Kutu Putih Tanaman Kopi
Kutu putih berbentuk elips, memiliki warna cokelat kekuningan hingga
merah oranye, panjang ± 3 mm, tertutup dengan massa putih seperti lilin
yang bertepung. Sepanjang tepi badannya terdapat tonjolan seperti lilin
dengan jumlah 14-18 pasang dan tonjolan tersebut juga terdapat dibagian
belakang (Pracaya, 2010). Morfologi P. citri betina dan P. citri jantan
dapat dilihat pada Gambar 2.
(a) (b)
Gambar 2. Kutu putih (a) betina dan (b) jantan (Kerns dkk., 2004)
Kutu jantan memiliki panjang 1 mm -1,5 mm dan bersayap. Kutu betina
tidak bersayap, dan mampu bertelur hingga 300 -500 butir, setelah 6-20
hari kemudian akan menetas (Pracaya, 2010).
Nimfa muda gerakannya relatif lamban dan untuk tumbuh hingga dewasa
memerlukan waktu hingga 1-4 bulan. Dalam satu tahun lahir 2-4 generasi
(Pracaya, 2010).
12
2. Morfologi Kutu Putih Tanaman Kopi
Kutu putih berbentuk elips, memiliki warna cokelat kekuningan hingga
merah oranye, panjang ± 3 mm, tertutup dengan massa putih seperti lilin
yang bertepung. Sepanjang tepi badannya terdapat tonjolan seperti lilin
dengan jumlah 14-18 pasang dan tonjolan tersebut juga terdapat dibagian
belakang (Pracaya, 2010). Morfologi P. citri betina dan P. citri jantan
dapat dilihat pada Gambar 2.
(a) (b)
Gambar 2. Kutu putih (a) betina dan (b) jantan (Kerns dkk., 2004)
Kutu jantan memiliki panjang 1 mm -1,5 mm dan bersayap. Kutu betina
tidak bersayap, dan mampu bertelur hingga 300 -500 butir, setelah 6-20
hari kemudian akan menetas (Pracaya, 2010).
Nimfa muda gerakannya relatif lamban dan untuk tumbuh hingga dewasa
memerlukan waktu hingga 1-4 bulan. Dalam satu tahun lahir 2-4 generasi
(Pracaya, 2010).
13
Nimfa yang baru menetas dari telur berwarna hijau muda atau kuning
pucat, atau merah tua tergantung stadiumnya, bergerak meninggalkan
induknya dan mencari tempat di bagian tanaman lain. Perkembangan
nimfa jantan telah sempurna ditandai dengan adanya sekresi puparium
yang berlilin di akhir instar kedua (Direktorat Perlindungan Hortikultura,
2013).
3. Faktor yang Mempengaruhi Populasi Kutu Putih
Populasi kutu putih meningkat sepanjang musim kemarau, terutama jika
suhu antara 22ºC hingga 32ºC dan musim kemarau terjadi selama 3-4
bulan. Jika hujan turun dibawah 10 hari, kutu pada tanaman akan
bertahan sepanjang musim kemarau. Sedangkan jika hujan lebih dari 10
hari atau seterusnya maka populasi kutu akan berkurang, karena ketika
musim hujan, cendawan Entomophthora fresenii akan banyak tumbuh
pada tanaman kopi, sehingga dapat menyebabkan kematian tinggi pada
kutu putih (Rosanti dan Purwanto, 2009).
Kelembaban udara juga merupakan salah satu faktor yang dapat
berpengaruh terhadap populasi kutu putih. Populasi kutu putih
berkembang dengan cepat apabila kelembaban udara rata-rata bulanan
pada pukul 12 siang berada dibawah 70%. Presentase jumlah pohon kopi
yang terserang kutu putih akan menurun jika kelembaban udara rata-rata
meningkat diatas 70% (Yahmadi, 2007).
14
Intensitas cahaya dipengaruhi oleh naungan. Semakin kurang naungan
berarti semakin besar intensitas cahaya. Naungan yang diberikan pada
tanaman kopi juga mempengaruhi jumlah serangan. Pada kondisi naungan
yang ringan, pohon kopi yang mengalami serangan berat berjumlah 45%,
sedangkan pada kondisi naungan gelap, hanya 22% yang mengalami
serangan berat (Yahmadi, 2007).
4. Kerugian yang Disebabkan Kutu Putih Tanaman Kopi
Kutu putih pada tanaman kopi menyerang buah dan bunga, pada saat
populasi hama tinggi dapat menyerang pucuk tanaman, daun dan cabang
muda. Tunas bunga, bunga dan buah muda yang terserang akan
mengering dan gugur. Buah yang sudah dewasa dan masak tidak gugur
tetapi akan mengalami hambatan pertumbuhan sehingga berkerut dan
matang sebelum waktunya dan akan menurunkan kualitas biji kopi.
Hilangnya produksi akibat serangan tinggi dapat mencapai 90%
(Sulistyowati, 2006).
Kerugian dari serangan kutu putih ialah tanaman akan menjadi kering,
selain itu tanaman menjadi hitam karena kutu ini menghasilkan embun
madu yang menjadi tempat pertumbuhan jamur. Jamur tersebut dapat
menghalangi penyerapan sinar matahari oleh daun, sehingga mengganggu
fotosintesis (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2002).
15
C. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata)
1. Klasifikasi Tanaman Gamal (Gliricidia maculata)
Menurut Elevitch dan Francis (2006) dan Kementrian Pertanian Ditjen
Perternakan dan Kesehatan Hewan (2009) tanaman gamal diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Fabales
Family : Fabaceae
Subfamily : Faboideae
Genus : Gliricidia
Species : Gliricidia maculata atau Gliricidia sepium
2. Deskripsi Tanaman Gamal
Tanaman gamal termasuk tanaman jenis perdu kerabat polong - polongan
(Fabaceae). Tanaman ini berukuran sedang dengan tinggi 2-13 m.
Memiliki kulit batang yang berwarna cokelat muda keabu-abuan dengan
alur-alur kecil pada batang yang sudah tua (Direktorat Pembenihan
Tanaman, 2002).
Daun majemuk menyirip dengan panjang 19-30 cm, dan jumlah helai daun
7-15 yang saling berhadapan, daun berbentuk elips (oval) dengan panjang
16
rata-rata 2-7 cm dan lebar 1-3 cm. Ujung daun berbentuk lancip dan
pangkalnya tumpul (bulat). Susunan daun terletak berhadapan atau
hampir berhadapan (Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan, 2002;
Kementrian Pertanian Ditjen Perternakan dan Kesehatan Hewan, 2009).
Morfologi daun gamal (G. maculata) dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Morfologi daun gamalSumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Gamal memiliki bunga yang cukup indah dengan warna putih hingga
merah muda cerah dan panjang 2,5-15 cm. Namun, bunga warna putih
sulit ditemukan. Pembungaan tanaman gamal tersusun secara tegak
(Direktorat Pembenihan Tanaman, 2002).
3. Manfaat Tanaman Gamal
Tanaman gamal mempunyai banyak manfaat. Tanaman ini sering
digunakan sebagai tanaman pelindung, tanaman penyangga untuk
penanaman lada dan vanili. Perakaran gamal merupakan penambat
nitrogen yang baik. Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi
17
dan gulma terutama alang-alang. Daun-daun dan rantingnya yang hijau
juga dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki
kesuburan tanah. Daun, biji dan kulit batang gamal mengandung zat yang
bersifat racun. Dalam jumlah kecil, ekstrak bahan-bahan itu digunakan
sebagai obat bagi berbagai penyakit kulit, rematik, sakit kepala, batuk, dan
luka-luka tertentu. Ramuan bahan-bahan itu digunakan pula sebagai
pestisida dan rodentisida alami (Joker, 2002; Elevitch and Francis, 2006;
Kementerian Pertanian Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2009).
D. Senyawa Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa kimia yang terdapat dalam suatu
organisme yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pertumbuhan,
perkembangan atau reproduksi organisme. Berbeda dengan metabolit
primer yang ditemukan pada seluruh spesies dan diproduksi dengan
menggunakan jalur yang sama, senyawa metabolit sekunder tertentu
hanya ditemukan pada spesies tertentu. Tanpa senyawa ini organisme
akan menderita kerusakan atau menurunnya kemampuan bertahan hidup.
Fungsi senyawa ini pada suatu organisme diantaranya untuk bertahan
terhadap predator, kompetitor dan untuk mendukung proses reproduksi.
Senyawa metabolit sekunder terdiri dari golongan flavonoid, alkoloid,
terpenoid, steroid, lipid, lakton, dan glikosida (Herbert, 1996).
Salah satu produk metabolisme sekunder adalah flavonoid yang
ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi dan mikroorganisme yang
18
berfungsi sebagai pigmen (pembentuk warna), pertahanan diri dari hama
dan penyakit, serta digunakan dalam industri makanan sebagai pewarna
makanan. Senyawa ini terdapat pada semua bagian tumbuhan tingkat
tinggi termasuk daun, akar, kulit, kayu, bunga, buah dan biji (Markham,
1988).
1. Klasifikasi Senyawa Metabolit Sekunder
Struktur flavonoid memiliki 15 atom karbon, terdiri dari 2 cincin benzena
yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga
atom karbon. Dapat ditulis C6-C3-C6 (Manitto, 1992). Susunan ini dapat
menghasilkan tiga jenis struktur, yaitu flavonoid (1,3-diarilpropana),
isoflavonoid (1,2-diarilpropana), neoflavonoid (1,1-diarilpropana) seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Struktur tiga jenis flavonoid (Achmad, 1986)
1,3 – diarilpropanaflavonoid
1,2– diarilpropanaisoflavonoid
1,1 – diarilpropananeoflavonoid
19
Senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis, bergantung pada tingkat
oksidasi rantai propana dari 1,3-diarilpropana. Tujuh jenis struktur
flavonoid alami dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tujuh jenis struktur flavonoid alami (Manitto, 1992)
2. Sifat Senyawa Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah flavonoid yang tidak mengikat gugus gula dan
bersifat kurang polar. Contoh flavonoid ini adalah isoflavon, flavonon,
dan flavon. Karena sifatnya yang kurang polar maka aglikon cenderung
mudah larut dalam pelarut eter dan klorofom (Markham, 1998).
Flavonoid glikosida adalah flavonoid yang mengikat gugus gula. Pada
senyawa ini satu gugus hidroksil flavonoid terikat pada satu gugus gula,
flavonoid ini disebut flavonoid O-glikosida. Selain itu, terdapat flavonoid
C-glikosida (Gambar 6) dimana gula terikat langsung pada inti benzen
antosianidin
flavananol flavon flavonol
garam flavilium
flavanon
auron
20
dengan ikatan karbon- karbon. Pengaruh glikosida menyebabkan flavonoid
mudah larut dalam air (Markham, 1998).
Gambar 6. Contoh flavonoid C-glikosida (Markham, 1998)
3. Manfaat Flavonoid
Manfaat flavonoid terhadap organisme sangat banyak macamnya,
sehingga dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung
flavonoid digunakan dalam pengobatan tradisional. Beberapa flavonoid
menghambat kerja enzim fosfodiesterase, aldureduktase, monoamino,
reduktase, protein kinase, DNA polimerase dan lipooksigenase (Robinson,
1995).
Beberapa contoh senyawa flavonoid yang diisolasi dari tumbuhan dapat
berkhasiat sebagai obat, seperti silimarin dari Silybum marianum dapat
berfungsi mengobati gangguan hati serta menghambat sintesis
prostaglandin. Kuersetin 3-rutinosida bermanfaat untuk mengobati
kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia. Beberapa xanton dan
21
flavonoid oligomer dalam makanan mempunyai efek anti-hipertensi
dengan menghambat kerja enzim pengubah angiotensin. Selain itu, dari
golongan isoflavonoid seperti rotenon telah dimanfaatkan oleh manusia
untuk insektisida (Robinson, 1995).
4. Isolasi Senyawa Flavonoid
Isolasi senyawa flavonoid dapat dilakukan dari tumbuhan segar maupun
yang telah kering. Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang bersifat
polar yang ditandai adanya gugus hidroksil atau suatu gula dan
terdapatnya pasangan elektron bebas pada atom oksigen, oleh karena itu
flavonoid dapat diekstrak dari tumbuhan dengan menggunakan pelarut
polar seperti metanol. Pengaruh glikolisis menyebabkan flavonoid lebih
mudah larut dalam air. Sebaliknya aglikon flavonoid seperti isoflavon dan
flavon cenderung lebih mudah larut dalam pelarut non polar seperti
kloroform dan eter. Pemurnian flavonoid dari senyawa-senyawa lain dari
ekstrak kasar dapat dilakukan dengan metode kromatografi (Markham,
1998).
5. Pemisahan Senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah metode konvensional yang masih
digunakan dalam analisis modern. Kromatografi ini bertujuan untuk
menentukan jumlah komponen campuran, mengidentifikasi komponen,
mendapatkan kondisi yang optimum untuk pemurnian selanjutnya atau
kromatografi kolom (Johnson dan Stevenson, 1991).
22
Pemisahan secara kromatografi lapis tipis didasarkan pada perbedaan
pendistribusian campuran dua atau lebih senyawa dalam fase diam dan
fase gerak. Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan tipis
(tebal 0,1-2 mm) yang terdiri dari bahan padat (silika gel, alumina atau
selulosa) dan mengandung indikator flourensensi untuk menampakkan
bercak pada lapisan yang telah dikembangkan. Lapisan tipis dilapiskan
pada permukaan penyangga datar yang telah dikembangkan. Silika gel,
alumina atau selulosa melekat pada permukaan penyangga datar dengan
bantuan bahan pengikat, seperti kalsium sulfat atau amilum (pati).
Lapisan ini berfungsi sebagai permukaan padat yang akan mengikat
komponen-komponen tertentu dalam sampel (Harborne, 1987).
Fase gerak adalah cairan pengembang yang bergerak naik pada fase diam
dengan membawa komponen-komponen sampel, fase gerak yang
digunakan adalah pelarut organik (Harbone, 1987).
Teknik kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan dibandingkan dengan
kromatografi yang lain. Kelebihan kromatografi lapis tipis terletak pada
pemakaian pelarut yang jumlahnya sedikit sehingga memerlukan biaya
relatif murah, selain itu pelarut yang digunakan sederhana dan waktu yang
diperlukan untuk mengerjakan metode ini relatif singkat. Komponen-
komponen senyawa yang dianalisis dibedakan dengan harga Rentation
factor (Rf) didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dibagi
24
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini bagian dari penelitian kompetisi Nukmal, dkk dengan judul
“Pengembangan Formula Insektisida Nabati dari Senyawa Flavonoid
Ekstrak Polar Daun Gamal (Grilicidia maculata) untuk Mengendalikan
Hama Kutu Putih” tahun 2017 – 2018. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Desember 2017 hingga September 2018. Sampel yang digunakan adalah
serbuk daun gamal kultivar Lampung Barat yang diambil dari Desa
Purawiwitan, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat. Titik
koordinat antara 5o 2'20" Lintang Selatan dan 104o 31'28" Lintang Bujur
Timur (Aksah, 2016).
Aklimasi kutu putih tanaman kopi dilakukan di Laboratorium Zoologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas
Lampung. Kutu putih tanaman kopi diambil dari Desa Rejomulyo
Kecamatan Metro Selatan Kota Metro.
25
Pembuatan insektisida dilakukan di Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi
Teknologi (UPT LTSIT) Universitas Lampung. Uji toksisitas dilakukan di
Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, timbangan, alat
gelas sebagai wadah sampel pada saat maserasi, batang pengaduk untuk
mengaduk sampel, corong Buncher yang dilapisi kertas saring untuk
memisahkan endapan dan filtrat, corong pemisah untuk ekstraksi pelarut,
serta almunium foil dan plastik warp untuk menutup erlanmayer.
Instrumen destilasi yang digunakan adalah Rotavapor merk Buchi R-220
SE untuk mengevaporasi filtrat pelarut polar, Rotavapor merk Buchi R-
210 SE untuk mengevaporasi filtrat pelarut non polar, freezer untuk
mengeraskan filtrat dan freeze dryer untuk mengeringkan filtrat.
Lampu UV 254 nm dan 366 nm berfungsi untuk visualisasi bercak pada
plat KLT, pemanas listrik untuk memanaskan plat pada saat uji senyawa
di KLT, pipet kapiler sebagai alat pemindah ekstrak pada plat KLT
digunakan pada saat uji KLT.
26
Pemurnian sampel digunakan corong pisah sebagai pemisah sampel
berdasarkan pelarut, Medium Pressuere Lliquid Chormatography
(MPLC) untuk fraksinasi ekstrak metanol dan ekstrak air, dan
Spektrofotometer FT-IR serta Spektrofotometer UV-Vis untuk penentuan
struktur dan kadar senyawa flavonoid.
Alat yang digunakan pada uji bioassay adalah toples sebagai wadah
pengambilan kutu putih, kuas, jarum sebagai alat pemindah hama kutu
putih dan kain kasa sebagai penutup serta gelas plastik berfungsi sebagai
wadah media uji.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk daun
gamal. Pelarut yang digunakan pada penelitian ini berkualitas pro analis
(P.A) dan teknis yaitu heksana, diklorometana, metanol, etanol, etil
asetat, akuades dan aquapure.
Pereaksi yang digunakan untuk KLT adalah AlCl3 10% dan CeSO4.
Sedangkan NaOH, NaNO2 5%, NaCO3 7,5% dan folin digunakan untuk
pereaksi penentuan kadar fenolik dan flavonoid. Larutan standar asam
galat dan kuersetin untuk penentuan kadar flavonoid dan fenolik.
27
Kolom silika 40 µm, sphadex dan C-18 digunakan untuk pemurnian
ekstrak, serta sonic digunakan untuk menghomogenkan sampel agar
terpisah antara endapan dan cairan.
Kutu Putih yang digunakan ialah imago P. citri betina dan buah kopi
yang muda serta bersih dari hama sebagai media uji.
C. Pembuatan Ekstrak (Isolasi dan Pemurnian Senyawa Polar Flavonoidserta Identifikasi Struktur Senyawa Flavonoid)
1. Ekstrak Metanol
Sebanyak 1.000 g serbuk daun gamal dimaserasi menggunakan pelarut
heksana, diklorometana, metanol sebanyak 6.000 mL. Maserasi dengan
pelarut dilakukan selama 3x24 jam, kemudian dipisahkan antara filtrat dan
endapan.
Filtrat metanol selanjutnya dievaporasi hingga tidak ada lagi kandungan
metanolnya. Hasil evaporasi filtrat metanol dibekukan menggunakan
freezer selama 24 jam dan dipekatkan dengan metode rekristalisasi
menggunakan freeze dryer selama 18 jam hingga membentuk ekstrak
kasar dalam bentuk pasta.
28
Ekstrak kasar metanol di KLT menggunakan plat KLT flouresensi
(5x2 cm), dengan eluen etanol : heksana (3:7) dan identifikasi AlCl3 10%
dan CeSO4. Dari hasil KLT dapat ditentukan nilai Rf, untuk menentukan
apakah senyawa yang diidentifikasikan sudah satu senyawa dan murni.
2. Ekstrak Air
Sebanyak 1.000 g serbuk daun gamal dimaserasi menggunakan pelarut
heksana, diklorometana, metanol, akuades sebanyak 6.000 mL. Maserasi
dengan pelarut dilakukan selama 3x24 jam, kemudian dipisahkan antara
filtrat dan endapan.
Filtrat akuades selanjutnya dievaporasi hingga tidak ada lagi kandungan
airnya. Hasil evaporasi filtrat air dibekukan menggunakan freezer selama
24 jam dan dipekatkan dengan metode rekristalisasi menggunakan freeze
dryer selama 18 jam hingga membentuk ekstrak kasar dalam bentuk pasta.
Ekstrak kasar air di KLT menggunakan plat KLT flouresensi (5x2 cm),
dengan eluen etanol : heksana (1:1) dan (2:3) larutan identifikasi
AlCl3 10% dan CeSO4. Dari hasil KLT dapat ditentukan nilai Rf, untuk
menentukan apakah senyawa yang diidentifikasikan sudah satu senyawa
dan murni.
29
3. Pemurnian menggunakan Medium Pressure Liquid Choromatography(MPLC)
Sebelum ekstrak metanol dimurnikan dengan MPLC, ekstrak metanol
kasar dipartisi terlebih dahulu menggunakan corong pisah. Tujuan
dilakukannya partisi ini adalah untuk memisahkan senyawa dengan
polaritas tinggi dan senyawa polaritas rendah. Partisi dilakukan dengan
mengencerkan ekstrak kasar metanol dengan pelarut etil asetat : akuabides
(1:1) sebanyak 10 g kemudian dihomogenkan hingga kedua pelarut
tercampur dan didiamkan hingga kedua pelarut terpisah kembali.
Kemudian, dipisahkan berdasarkan pelarut dan diulangi kembali
penambahan pelarut hingga didapatkan senyawa murni. Ekstrak dengan
pelarut etil asetat yang digunakan untuk pemurnian dengan MPLC.
Selanjutnya, untuk pemurnian ekstrak metanol dan air dilakukan
menggunakan MPLC dengan cara menyuntikkan ekstrak metanol dan air
yang dilarutkan dengan pelarutnya ke dalam tempat injeksi pada MPLC
sebanyak 1 mL. Pelarut yang digunakan pada ekstrak metanol adalah
etanol : heksana dengan gradien 3:7 dan aquapure pada ekstrak air. Fraksi
– fraksi yang didapatkan kemudian dikelompokkan berdasarkan puncak
tertinggi pada kromotgram. Hasil fraksi-fraksi yang dipisahkan kemudian
dievaporasi dan dipantau kembali dengan KLT hingga didapatkan fraksi
yang aktif dengan kaya flavonoid digunakan untuk bioassay.
30
4. Pemurnian menggunakan Kolom C-18
Fraksi aktif yang dipilih dari pemurnian menggunakan MPLC dimurnikan
kembali dengan kromatografi kolom menggunakan kolom C-18. Kolom
C-18 dilarutkan dengan akuabides untuk memudahkan dimasukkan ke
dalam kolom pemisahan yang sebelumnya sudah dimasukkan kapas
sebagai penyumbat. Fraksi yang dipilih untuk pemurnian ini adalah fraksi
2 ekstrak air hasil MPLC.
Fraksi 2 ditimbang sebanyak 0,1 g dan dilarutkan dengan aquapure
sebanyak 1 mL. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam kolom dan
ditambahkan pelarut sedikit demi sedikit. Hasil pemurnian dipisahkan
berdasarkan volume ekstrak yang keluar dari kolom sebanyak 0,5 mL dan
ditampung di dalam botol kecil. Pelarut yang digunakan adalah aquapure,
metanol 10% dan metanol 20%. Hasil fraksi yang didapatkan di KLT
kembali dengan eluen etanol : heksana (2:3) dan dilihat nilai Rf dan noda
yang sama untuk digabungkan.
5. Identifikasi Struktur Senyawa Aktif Flavonoid
Analisis dilakukan terhadap fraksi 2 hasil pemurniaan sebanyak 0,1 g
menggunakan C-18 untuk menentukan kemungkinan struktur dengan
spektrofotometer FT-IR dan spektrofotometri UV-Vis
31
a. Spektrofotometri FT-IR
Metode ini digunakan dalam menentukan dan mengidentifikasi berbagai
gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa organik. Senyawa flavonoid
yang dianalisis yang digunakan merupakan gabungan fraksi yang
dipekatkan dan didapatkan ekstrak sebanyak 6 mg. Kemudian ditetesi
dengan aquapure sebanyak 1 tetes dan diukur puncak-puncak serapannya
untuk mendeteksi gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam struktur
senyawa isolat.
b. Spektrofotometri UV-Vis
Metode spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk mengetahui panjang
gelombang serapan maksimum dari senyawa flavonoid yang digunakan.
Senyawa flavonoid yang digunakan dalam analisis spektrofotometri UV-
Vis ini sama dengan senyawa flavonoid yang digunakan dalam analisis
spektrofotometri FT-IR. Sampel sebanyak 6 mg kemudian diencerkan
hingga 100x pengenceran dan diukur panjang gelombang maksimum
dengan melihat nilai absorbansi pada ekstrak.
6. Penentuan Kadar Fenolik dan Flavonoid Ekstrak Metanol dan Air
Analisis kadar fenolik dan flavonoid ekstrak metanol dan air menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.
32
a. Kadar Fenolik
Larutan standar yang digunakan untuk penentuan kadar fenolik adalah
asam galat. Larutan induk asam galat 400 mg/L dibuat terlebih dahulu
dengan cara melarutkan 4 mg asam galat dengan akuabides hingga batas
miniskus labu ukur 10 mL. Kemudian membuat larutan asam galat 100
mg/L dengan cara melarutkan 2,5 mL larutan induk asam galat 400 mg/L
dengan akuabides hingga batas miniskus labu ukur 10 mL.
Setelah itu membuat larutan standar yang akan dianalisis bersamaan
dengan sampel untuk mengetahui kadar fenoliknya. Konsentrasi larutan
standar yang digunakan antara lain 0, 2, 5, 8, 10, 12, dan 15 mg/L.
Larutan asam galat 100 mg/L diambil 0,2; 0,5; 0,8; 1,0; 1,2; dan 1,5 mL
kemudian dilarutkan ke dalam 10 mL akuabides untuk membuat larutan
standar 2, 5, 8, 10, 12, dan 15 mg/L.
Selanjutnya membuat larutan stok folin dengan cara melarutkan 2,5 mL
folin dengan akuabides hingga batas miniskus labu ukur 25 mL. Setiap
konsentrasi larutan standar diambil 5 mL kemudian ditambahkan 1 mL
folin dan didiamkan 5 menit. Setelah itu, 4 mL Na2CO3 7,5%
ditambahkan dan didiamkan 90 menit. Larutan standar diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 747 nm dengan spektrofotometer
UV-Vis.
33
Ekstrak kasar metanol dan air ditimbang sebanyak 5 mg kemudian
dilarutkan dengan 5 mL akuabides untuk membuat larutan sampel awal.
Larutan sampel induk dibuat dengan cara mengambil 5 ml dari larutan
sampel awal dan dilarutkan dengan akuabides hingga batas miniskus labu
ukur 10 mL. Setelah itu, larutan sampel induk diambil sebanyak 5 mL
kemudian direaksikan dengan cara yang sama dengan larutan standar.
Setiap sampel dibuat 3 ulangan.
b. Kadar Flavonoid
Larutan standar yang digunakan untuk penentuan kadar flavonoid adalah
kuersetin. Larutan induk kuersetin 200 mg/L dibuat terlebih dahulu
dengan cara melarutkan 2 mg kuersetin dengan akuabides hingga batas
miniskus labu ukur 10 ml. Kemudian membuat larutan kuersetin 100
mg/L dengan cara melarutkan 2,5 mL larutan induk kuersetin 200 mg/L
dengan akuabides hingga batas miniskus labu ukur 10 mL.
Setelah itu membuat larutan standar yang akan dianalisis bersamaan
dengan sampel untuk mengetahui kadar fenoliknya. Konsentrasi larutan
standar yang digunakan antara lain 0, 2, 5, 8, 10, 12, dan 15 mg/L.
Larutan kuersetin 100 mg/L diambil 0,2; 0,5; 0,8; 1,0; 1,2; dan 1,5 mL
kemudian dilarutkan ke dalam 10 mL akuabides untuk membuat larutan
standar 2, 5, 8, 10, 12, dan 15 mg/L. Kemudian mereaksikan 0,5 mL
larutan standar setiap konsentrasi
34
(0, 2, 5, 8, 10, 12, dan 15 mg/L) dengan 0,3 mL NaNO2 5% kemudian
didiamkan 5 menit. Setelah itu, menambahkan 0,3 mL AlCl3 10% dan
diamkan 5 menit kemudian ditambahkan 2 mL NaOH 1M, dan akuabides
hingga batas miniskus labu ukur 10 mL lalu diamkan 15 menit. Larutan
standar diukur absorbansinya pada panjang gelombang 314 nm dengan
spektrofotometer UV-Vis.
Ekstrak kasar metanol dan air ditimbang sebanyak 5 mg kemudian
dilarutkan dengan 5 mL akuabides untuk membuat larutan sampel awal.
Larutan sampel induk dibuat dengan cara mengambil 5 mL dari larutan
sampel awal dan dilarutkan dengan akuabides hingga batas miniskus labu
ukur 10 mL. Setelah itu, larutan sampel induk diambil sebanyak 5 mL
kemudian direaksikan dengan cara yang sama dengan larutan standar.
Setiap sampel dibuat 3 ulangan.
7. Bioassay Senyawa Bioaktif terhadap Hama Kutu Putih Tanaman Kopi(P. citri)
Ekstrak kasar metanol dan air serbuk daun gamal KLB dilakukan bioassay
terhadap hama kutu putih tanaman kopi (P. citri). Media uji direndam
dengan ekstrak kasar metanol pada taraf konsentrasi 0%; 0,10 %; 0,20%;
0,30% dan 0,40%. Sedangkan, ekstrak kasar air pada taraf konsentrasi
0%; 0,06%; 0,12%; 0,18% dan 0,24%.
35
Sedangkan, bioassay dengan ekstrak murni air serbuk daun gamal KLB
terhadap hama kutu putih tanaman kopi (P. citri). Media uji direndam
taraf konsentrasi 0%; 0,053 %; 0,107 %; 0,160% dan 0,213% selama 10
menit. Kemudian buah dikeringkan dan kutu putih tanaman kopi (P. citri)
diletakkan diatas buah sebanyak 10 ekor. Pengamatan mortalitas serangga
uji dilakukan pada, 24, 48, dan 72 jam setelah perlakukan. Percobaan
dilakukan masing-masing sebanyak 3 kali ulangan.
8. Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan analisis probit
untuk menentukan nilai LC50, uji Anara, uji lanjut Tukey’s dan uji LSD
serta Paired T test dengan program SPPS 16 untuk menentukan ekstrak
yang efektif sebagai insektisida nabati.
36
D. Diagram Penelitian
Diagram penilitian dapat dilihat pada Gambar 7 berikut :
Gambar 7. Diagram alir penelitian
Maserasi bertingkat ekstrak metanol dan air Heksana Diklorometana Metanol Air
Filtrat dievaporasi dan freeze dryer
Serbuk daun gamal KLB
Bioassay ekstrak kasar metanol dan air
Serangga uji Media Uji- Imago P. citri betina - Buah kopi muda
(300 ekor 1x Bioassay) (30 dompol)- Aklimasi 1 x 24 jam
- Buah direndam selama 10 menit dengankonsentrasi 0% ;0,10 % ; 0,20% ;0,30%dan 0,40% (ekstrak metanol) dankonsentrasi 0 %; 0,06%; 0,12%; 0,18%dan 0,24% (ekstrak air)
-
Ekstrak kasar metanoldan air di KLT
Penentuan kadarflavonoid dan fenolik
dengan SpektrofotometerUV-VIS
Pemurniaan ekstrak denganMPLC dan dipantau dengan
KLT
Ekstrak murni
Pemurniaan lanjutan dengankolom C-18
Penentuan struktur denganspektrofotometer FTIR dan UV-
Vis
Data dianalisis probit untuk menentukannilai LC50
Bioassay ekstrak murni
Ekstrak kasar metanol dan air berupa pasta
Data dianalisis uji anara, uji tukey’s danuji LSD serta Paired T test untuk
efektifitas ekstrak
60
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ekstrak murni air serbuk daun gamal KLB mengandung senyawa
flavonoid golongan flavonol dan struktur jenisnya terdiri dari susunan
stuktur dasar 3-hidroksi-2-fenil-1,4 benzopiron.
2. Ekstrak kasar metanol serbuk daun gamal KLB memiliki kadar
flavonoid sebesar 7,4 mg/L kuersetin. Sedangkan, ekstrak kasar air
serbuk daun gamal KLB memiliki kadar flavonoid sebesar 3,8 mg/L
kuersetin.
3. Ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLB lebih efektif mematikan
hama kutu putih tanaman kopi (P. citri) dibandingkan dengan ekstrak
murni air KLB dengan nilai LC50 72 jam lebih kecil 0,041%
(0,107%:0,148%).
61
B. Saran
Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk menguji efektifitas ekstrak
polar serbuk daun gamal (Gliricidia maculata) terhadap hama kopi yang
berbeda.
61
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Karunia. Universitas Terbuka.Jakarta.
Adinata, I. P.K., Khairul, A., dan Dewi, K. 2013. Identifikasi Senyawa MetabolitSekunder Fraksi Aktif Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dan UjiAktivitas Larvasida Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal KimiaSains dan Aplikasi. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa. Diaksespada 7 Agustus 2018 pukul 20.45 WIB.
Afrianti, L., Rice, D. O., Idha, K. 2014. Pengaruh Jenis Pelarut Pengekstraksiterhadap Kadar Sinesentin dalam Ekstrak Daun Orthosiphon stamineusBenth. E-Jurnal Planta Husada (2) (1). Universitas Airlangga.https://journal.unair.ac.id/ Diakses pada 5 Agustus 2018 pukul 19.50 WIB.
Afriyorawan, N. 2013. Karakterisasi Senyawa Flavonoid Hasil Isolasi EkstrakMetanol Daun Gamal (Grilicidia maculata). Skripsi. UniversitasLampung.
Aksah, F. 2016. Perbandingan Daya Racun Isolat Murni Ekstrak Metanol danEkstrak Air Daun Gamal (Gliricidia maculata) terhadap Mortalitas KutuPutih (Pseudococcus cryptus) pada Tanaman Sirsak (Annona muricata).Tesis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UniversitasLampung. Bandar Lampung.
Andayani, R., Lisawati, Y., dan Maimunah. 2008. Penentuan AktivitasAntioksidan, Kadar Fenolat Total dan Likopen pada Buah Tomat(Solamun lycopersicum L.) Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, (13): 3-4.
Apriliyani.2016. Pengembangan Insektisida Nabati dari Senyawa FlavonoidEkstrak Daun Gamal (Gliricidia maculata, Hbr.) untuk MengendalikanHama Kutu Putih (Planococcus citri, Risso.) pada Tanaman Kopi (Coffearobusta, L.) Tesis. Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam.Universitas Lampung.
Arisandy. 2010. Senyawa Flavonoid dari Daun Sirih Merah (Piper betle L. varRubrum). Skripsi. Universitas Islam Malang.
62
Dadang dan Prijono D. 2011. Pengembangan Teknologi Formulasi insektisidaNabati untuk Menghasilkan Produk Sayuran Sehat. Jurnal Ilmu PertanianIndonesia.
Dinas Kehutanan.2009.Penggunaan Pestisida Nabati dalam Bidang Kehutanan.http://dishut.jabarprov.go.id/index.php?mod=arsip&idMenuKiri=&idContent=2 Diakses Pada 25 Oktober 2017, pukul 22.21 WIB.
Dinata, A. 2006. Basmi Lalat dengan Jeruk Manis. Staf Lokal LitbagPemberantas Penyakit Bersumber Binatang. Balitbang Kesehatan DepkesRI.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.2012.Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida) dalam Pengendalian Vektor.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Pengenalan Pestisida.http://www.ditjenbun.pertanian.go.id . Diakses 5 November 2017, pukul16.09 WIB.
Direktorat Perlindungan Hortikultura.2013.Kutu Dompolan (Planacoccus citri,Risso).Artikel. http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id Diakses pada 5November 2017, pukul 11.00 WIB.
Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan. 2002.Informasi Singkat Benih. Artikel.http://www.manglayangformonline.or.id Diakses 27 Oktober 2017, pukul06.30 WIB.
Direktorat Perlindungan dan Perkebunan. 2002. Musuh Alami dan Hama PenyakitTanaman Kopi Dapertemen Pertanian. Jakarta.
Efizudin, A. 2013 Ekspor Kopi ke Jepang sempat terhambat. Kabar BeritaOnline. https://bisnis.tempo.co/read/508227/ekspor-kopi-ke-jepang-sempat-terhambat diakases pada 25 Oktober 2017 , pukul 21.42 WIB.
Elevitch, C. R dan Francis, J. K. 2006. Gliricidia sepium (gliricidia) Fabaceae(legume family). Spesies Profiles For Pasific Island Agroforestry.www.traditionaltree.org. Diakses 27 Oktober 2017 , pukul 21.55 WIB.
Gritter, R.J., J.M. Bobbit dan Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi.Penerjemah Kosasih Padmawinata.ITB. Bandung.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penutun Cara Modern MenganalisisTumbuhan. Alih bahasa Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung.
Hasibuan, R. 2012. Insektisida Pertanian. Lembaga Penelitian UniversitasLampung. Bandar Lampung.
63
Herbert, R.B. 1996. Biosintesis Metabolit Sekunder. Ahli Bahasa BambangSrigandono. Penerbit IKIP Semarang Press. Semarang.
Hodges, A, dan Hodges, G. 2006. Pink hibiscus mealybug identification. Online.Plant Health Progress Plant Management Network.
Johnson, L,E., dan Stevenson,R.1991. Dasar Kromatografi cair. Alih BahasaKosasih Padmawinata. ITB.Bandung.
Joker. 2002. Gliricidia sepium (Jacq.) Steud. Danidia Forest Seed Centre.Denmark.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: DePlagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia.2013.Produksi Kopi NusantaraKetiga Terbesar Di Dunia. http://www.kemenperin.go.id. Diakses 9September 2017, pukul 14.00 WIB.
Kementerian Pertanian, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2009.Keunggulan Gamal Sebagai Pakan Ternak. BPTU Sembawa. SumateraSelatan.
Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Perkebunan. 2017.Pengembangan KopiNasional Antisipasi Dampak Perubahan Iklim. Artikel.http://tanhun.ditjenbun.pertanian.go.id Diakses 21 Oktober 2017, pukul06.06 WIB.
Kerns, D., Glenn, W., dan John, L. 2004. Citrus Mealybug (Planococcus citri).Citrus Insects Cooperative Extension. University Arizona.http://cals.arizona.edu/crops/citrus/insects/citrusinsect.html.
Khair, K., Yayuk, A., dan Aliefman, H. 2017. Identifikasi Senyawa MetabolitSekunder pada Hasil Fraksinasi Ekstrak Phaseolus vulgaris L. denganMetode Gas Chromatography – Mass Spectroscopy (GC-MS). JurnalPenelitian Pendidikan Ipa. http://jpipa.unram.ac.id/index.php/jppipaDiakses pada 6 September 2018 pukul 17.00 WIB.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Alih bahasa A. Saptoraharjo.UI-Press.
Langi, P.V., 2013. Isolasi dan Identifikasi Senyawa x Ekstrak Ettanol Biji Kenari(Canarium indicum L.) yang diperoleh dari Pasar Manado. Jurnal IlmiahMahasiswa (2) (1). Universitas Surabaya.
Mabry,T.J., Markham, K.R., dan Thomas. 1970. The Systematic Identification ofFlavonoid, Spinger-Verlag, New York, Heidelberg, Berlin.
64
Mannito, P. 1992. Biosintesis Produk Alami. Alih Bahasa Koensoemardiyah IKIPSemarang Press. Semarang.
Mardiana, Supraptini, dan Nunik, S.A. 2009. Datura Metel Linnaeus sebagaiInsektisida Nabati dan Larvasida Botani serta Bahan Baku ObatTradisional. Artikel Media Penelitian dan Pengembangan KesehatanSumplemen II. https://ejournal.ltbang.depkes.go.id/ Diakses pada 5Agustus 2018 pukul 10.00 WIB.
Markham, K.R., 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Alih bahasa KosasihPadmawinata. Penerbit ITB, Bandung.
Mutu’ali, R., dan Kristanti, I.P. 2015. Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas (Plucheaindica) terhadap Mortalitas dan Perkembangan Larva Spodoptera litura F.Jurnal Sains dan Seni ITS (4) (2) Universitas Semarang.
Neldawati, Ratnawulan, dan Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalamPenentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.Journal Pillar of physcis (2): 76-38.
Ningsih, D. R., Zusfahair, dan Dwi, K. 2017. Identifikasi Senyawa MetabolitSekunder serta Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak sebagai Antibakteri.Jurnal Molukel (1) (1) 101 – 111. https://ojs.molukel.com Diakses pada 8Agustus 2018 pukul 20.33 WIB.
Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nukmal, N., Widiastuti, E.L., dan Sumiyani, E. 2009. Uji Efikasi Ekstrak DaunGamal (Gliricidia maculata) terhadap Imago Hama Bisul Dadap(Quadrastichus erythrinae). Prosiding Seminar Nasional XX dan KongresBiologi Indonesia XIV. Malang 24 -25 Juli 2009.
Nukmal, N., Utami, N., dan Suprapto. 2010. Skrining Potensi Daun Gamal(Gliricidia maculata Hbr.) sebagai Insektisida Nabati. Laporan PenelitianHibah Strategi Unila. Universitas Lampung. 2010.
Pracaya 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Pracaya. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman. Edisi Revisi PT Penebar Swadaya.Jakarta.
Pratiwi, P., Meiny, S. dan Bambang, C. 2010. Total Fenolat dan Flavonoid dariEkstrak dan Fraksi Daun Kumis Kucing (Orthosphon stamineus B.) JawaTengah serta Aktivitas Antioksidannya. Artikel Penelitian. UniversitasDiponegoro : 140-148.
65
Prijono, D. 2005. Pemanfaatan dan Pengembangan Pestisida Nabati. MakalahSeminar Ilmiah. Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.Universitas Lampung.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2015. Kendala Serangan Hamadan Penyakit pada Tanaman Kopi di Kabupaten Lampung Barat.http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/04/perkebunan_infotekVol6-11-14-hal21.pdfDiakses 17 Oktober 2017 pukul 06.56 WIB.
Rahardjo, P. 2012. Kopi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Raini, M. 2007. Toksikologi Pestisida Nabati dan Penangan Akibat KeracunanPestisida. Media Litbang Kesehatan (17) (3). Dapertemen Kesehatan.Jakarta.
Robinson, T. 1995. Kandungan organik Tumbuhan Tinggi. ITB. Bandung.
Rosanti D. dan Purwanto S. 2009. Pola Distribusi Kutu Dompolan(Planococcus citri) pada Perkebunan Kopi Desa Semidang AlasKecamatan Dempo Tengah Kota Pagar Alam. Jurnal Sains matematika(6) (2) 51-57. Universitas PGRI Palembang.
Saifudin, A. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder. Teori, Konsep dan TeknikPemurnian. Deepublish. Yogyakarta.
Setyowati, W. A.E., dan Cahyanto, M. A.S. 2016. Kandungan Kimia dan UjiAktivitas Toksik Menggunakan Metode BSLT (Brine Shrimp LethalityTest) dari Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura). Jurnal Kimia danPendidikan Kimia (1) (2) https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/jkpkDiakses pada 2 Agustus 2018 pukul 21.15 WIB.
Sinaga, R. 2009. Uji Efektifitas Pestisida Nabati terhadap Hama Spodoptera litura(Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccumL.) Skripsi. Universitas Negeri Medan. Medan.
Siregar, R.H. 2010. Isolasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daun Gamal(Gliricidia maculata) dan Uji sebagai Insektisida Nabati terhadap HamaKutu Putih Tanaman Pepaya (Paracoccus marginatus). Skripsi.Universitas Lampung.
Sitompul, A. F., Oemry, S., dan Pangestiningsih, Y. 2014. The Effectiveness ofBotanical Insecticides Test to Mortality the Leptocorisa Acuta Thumbreg.(Hemiptera: Alydidae) on Rice Plant in Greenhouse. Jurnal OnlineAgroteknologi. ISSN 2337- 6579 (2)(3): 1075-1080. Diakses pada 1 Juni2018, pukul 20.15 WIB.
66
Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia.Yogyakarta.
Sukadana, I. M. 2010. Aktivitas Senyawa Flavonoid dari Kulit Akar Awar – Awar(Ficus septica). Jurnal Kimia (4) (1):63-67.
Sulistyowati, E. 2006. Pengelolaan Hama Utama Tanaman Kopi. PusatPenelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.
Suryani, N. C., Dewa, G. M. P, dan Anom, J. 2015. Pengaruh Jenis Pelarutterhadap Kandungan Total Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan EkstrakDaun Matoa (Pometia pinnata). Jurnal Teknologi Pangan. UniversitasUdayana. Denpasar.
Tando, E. 2018. Potensi Senyawa Metabolit Sekunder dalam Sirsak (Annonamurricata) dan Srikaya (Annona squamosa) sebagai Pestisida Nabati untukPengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman. Jurnal Biotropika (6)(1).https://biotropika.ub.ac.id/article/ Diakses pada 6 Agustus 2018 pukul13.50 WIB.
Tarumingkeng, R. C. 1992. Insektisida; Sifat, Mekanisme Kerja dan DampakPenggunaannya. UKRIDA Press. 250p.
Tapas, A.R., Sakarkar, D.M., dan Kakde R. B,. 2008. Flavonoids asNutraceuticals. Tropis Journal of Pharmaceutical Research(3): 1089 -1099. Facully pf Pharmacy. Universitas of Benin-Nigeria.
Tazzini, N. 2014. Flavonols: Defenition. Structure, Food Sources.https://www.tuscany-diet.net/2014/01/22/flavonoids-definition-structure-classification/amp/. Diakses pada 10 Agustus 2018 pukul 23.05 WIB.
Tunjung, W. A. S. 2013. Obat Tradisional Herbal dan Metabolit Sekunder. ArtikelKimia. https://majalah1000guru.net/2013/ Diakses pada 10 Agustus 2018pukul 15.16 WIB.
Yahmadi, M. 2007. Rangkaian Perkembangan Budidaya dan Pengolahan Kopi diIndonesia. Artikel.http://www.petanihebat.com/2014/09/biologi-kutu-dompolan-pada-tanaman-kopi.html. Diakses pada 5 November 2017 pukul14.20 WIB.
Yulistian, D. P., Edi, P. U., Siti, M. U., dan Eriyanto, Y. 2015. Studi PengaruhJenis Pelarut terhadap Hasil Isolasi dan Kadar Senyawa Fenolik DalamBiji Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L. Walp) sebagai Antioksidan.Jurnal Mahasiswa Kimia. (1) (1). Universitas Brawijaya. Malang