pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

28
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat di dunia hampir dapat dipastikan telah mengenal cabai. Cabai lazim disebut pepper atau hot pepper atau chili, dan sweet pepper (paprika) dengan nama ilmiah Capsicum sp. Di beberapa daerah di Indonesia cabai sering disebut Lombok atau cabe.Pendayagunaan cabai dalam kehidupan sehari-hari umumnya untuk keperluan bumbu dapur ataupun rempah- rempah penambah cita rasa makanan (masakan). Beberapa tahun terakhir ini, cabai menempati urutan paling atas di antara delapan belas jenis sayuran komersial yang dibudidayakan di Indonesia.Meskipun harga pasar cabai sering naik-turun cukup tajam, minat petani pembudidayanya tidak pernah surut.Daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani terletak pada nilai ekonomisnya yang tinggi.Permintaan produk cabai dari waktu ke waktu cenderung meningkat terus sehingga dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor nonmigas. Tanaman cabai menurut sejarahnya berasal dari Ancon dan Huaca Prieta di Peru.Dalam perkembangan selanjutnya, cabai menyebar ke daerah tropis benua Amerika bagian tengah dan selatan, bahkan sampai ke Meksiko.Petualang

Upload: margii-utamii

Post on 07-Jul-2016

240 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

TRANSCRIPT

Page 1: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar masyarakat di dunia hampir dapat dipastikan telah mengenal

cabai. Cabai lazim disebut pepper atau hot pepper atau chili, dan sweet pepper

(paprika) dengan nama ilmiah Capsicum sp. Di beberapa daerah di Indonesia cabai

sering disebut Lombok atau cabe.Pendayagunaan cabai dalam kehidupan sehari-hari

umumnya untuk keperluan bumbu dapur ataupun rempah-rempah penambah cita

rasa makanan (masakan).

Beberapa tahun terakhir ini, cabai menempati urutan paling atas di antara

delapan belas jenis sayuran komersial yang dibudidayakan di Indonesia.Meskipun

harga pasar cabai sering naik-turun cukup tajam, minat petani pembudidayanya

tidak pernah surut.Daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani terletak

pada nilai ekonomisnya yang tinggi.Permintaan produk cabai dari waktu ke waktu

cenderung meningkat terus sehingga dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor

nonmigas.

Tanaman cabai menurut sejarahnya berasal dari Ancon dan Huaca Prieta di

Peru.Dalam perkembangan selanjutnya, cabai menyebar ke daerah tropis benua

Amerika bagian tengah dan selatan, bahkan sampai ke Meksiko.Petualang

berkebangsaan Spanyol yang berama Christophorus Columbus disebut-sebut

berjasa dalam menyebarluaskan tanaman cabai. Pada tahun 1492, ia membawa biji-

biji cabai dari Amerika ke Spanyol. Selanjutnya, pelancong-pelancong Spanyol dan

Portugis menyelidiki tanaman cabai dan mendapatkan jenis-jenis baru, yang

kemudian mereka sebarluaskan ke berbagai Negara.

Belakangan ini harga cabai melambung tinggi, itu disebabkan karena cuaca

yang tidak menentu yang menyebabkan panen cabai menurun, selain itu juga

disebabkan oleh hama dan penyakit yang dapat menyerang dan menyebabkan

kerusakan, sehingga dapat menyebabkan menurunnya panen cabai. Hama dan

penyakit adalah organisme yang menginfeksi tanaman dan merusaknya sehingga

Page 2: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

2

mengakibatkan penurunan hasil. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman

cabai rawit hampir sama dengan hama dan penyakit yang menyerang jenis tanaman

cabai yang lain, misalnya cabai merah, cabai paprika, dan sebagainya.

Salah satu hama yang banyak menyerang tanaman cabai adalah kutu putih

(Pseudococcus viburni).Serangan kutu putih (Pseudococcus viburni) menyebabkan

timbulnya bercak klorosis pada daun tanaman yang terserang dan daun mengecil.

Jika tingkat serangan tinggi daun akan menguning lalu tanaman akan mati.

Pengendalian hama kutu putih dapat dilakukan secara kultur teknis ataupun

kimiawi.

Infeksi kutu putih Pseudococcus viburni yang terjadi secara meluas dapat

menimbulkan kerugian yang besar.Oleh karena itu perlu adanya upaya

perlindungan, baik secara preventif maupun secara kuratif.

Pengendalian hama kutu putih (Pseudococcus viburni) secara preventif

adalah tindakan pencegahan pertumbuhan hama dan penyakit supaya tanaman tidak

terinfeksi penyakit tersebut. Sedangkan pengendalian hama secara kuratif adalah

mengobati tanaman yang telah terinfeksi hama dan penyakit. Pengendalian hama

secara kuratif dapat dilakukan dengan pemangkasan bagian tanaman yang

terinfeksi, penyemprotan menggunakan obat-obatan kimia atau pestisida. Akan

tetapi penggunaan pestisida dalam kurun waktu yang lama dapat menyebabkan

kerusakan terhadap tanah pertanian.Hal ini menuntut perlu adanya pengurangan

dalam penggunaan pestisida (obat kimia).Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah

beralih ke pestisida alami.

Selama berabad-abad tanaman obat telah digunakan untuk pengobatan

penyakit.Pengakuan terhadap obat tradisional sebagai pengobatan alternatif dan

adanya resistensi mikroba terhadap antibiotika yang tersedia memicu pencarian

aktivitas antimikrobia dari tanaman obat tersebut.Salah satu tanaman obat yang

biasa dipakai adalah daun sirih.Tanaman sirih (Piper betle L.) tumbuh secara luas

pada daerah yang mempunyai kelembapan tinggi seperti di Asia Tenggara.Daunnya

menghasilkan bau dan aroma yang kuat dan banyak dipakai untuk menyegarkan

mulut.Daun sirih juga dikenal untuk menyembuhkan luka, stimulasi digesti dan

mempunyai aktivitas antimikroba (Ramji, 2002).

Page 3: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

3

Karena tanaman sirih bisa digunakan sebagai pengobatan alternatif dan

adanya resistensi mikroba, maka dari itu saya ingin meneliti tentang pemanfaatan

daun sirih sebagai pestisida alami. Saya tertarik untuk meneliti seberapa besar

pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman

cabai.

B. Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh ekstrak daun sirih terhadap mortalitas hama kutu putih pada

tanaman cabai rawit?

2. Berapa besarkah pengaruh ekstrak daun sirih terhadap mortalitas hama kutu

putih pada tanaman cabai rawit?

3. Pada konsentrasi berapakah memberikan pengaruh paling optimal terhadap

mortalitas hama kutu putih pada tanaman cabai rawit?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak daun sirih terhadap

mortalitashama kutu putih pada tanaman cabai rawit.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh ekstrak daun sirih terhadap

mortalitashama kutu putih pada tanaman cabai rawit.

3. Untuk mengetahui konsentrasi yang paling optimal terhadap mortalitashama

kutu putih pada tanaman cabai rawit.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah apabila hasil yang dicapai menunjukkan

bahwa adanya pengaruh ekstrak daun sirih terhadap kematian kutu putih pada

tanaman cabai rawit.

1. Secara Teoretis

Dapat menambah wawasan pengetahuan, tentang estrak daun sirih

terhadap kematian kutu putih pada tanaman cabai rawit.

Page 4: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

4

2. Secara Praktis

a. Bagi petaniuntuk pengendalian hama kutu putih pada tanaman cabai rawit.

b. Bagi mahasiswa untuk melatih keterampilan dalam melakukan eksperimen

dan menemukan hal baru dan penting bagi kehidupan.

E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

1. Asumsi

Asumsi merupakan anggapan dasar yang tidak diuji kebenarannya. Adapun

beberapa asumsi yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Semua kandungan yang terdapat pada tanaman sirih (Piper Betle.L)

diasumsikan sama.

b. Jenis tanaman cabai rawit yang digunakan sebagai eksperimen dan kontrol

diasumsikan sama.

c. Jumlah kutu putih pada masing-masing tanaman cabai rawit diasumsikan

sama jumlahnya.

2. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan asumsi-asumsi diatas maka penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu :

a. Hasil penelitian ini berlaku selama asumsi-asumsi tersebut benar dan dapat

dipertahankan.

b. Karena keterbatasan kemampuan, biaya dan waktu, maka variabel lain yang

mungkin berpengaruh terhadap mortalitas kutu putih dan tanaman cabai rawit dan

tidak di teliti.

Page 5: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

5

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Tanaman Sirih

Sirih adalah salah satu dari sejumlah tanaman asli Indonesia yang memiliki

banyak khasiat untuk kesehatan.Tanaman yang tumbuh merambat pada batang

pohon disekelilingnya ini dapat tumbuh dengan subur di wilayah tropis terutama

pada tanah dengan kandungan bahan organik dan air yang banyak.Dataran tempat

tumbuh tanaman sirih yaitu daerah dengan ketinggian sekitar 300-1000m dari

permukaan laut.Ada banyak jenis sirih yang ada sekarang ini, seperti sirih hijau,

sirih merah, sirih belanda dan beberapa jenis sirih yang dijadikan sebagai tanaman

hias.

1. Klasifikasi Tanaman Sirih

Klasifikasi ilmiah tanaman sirih :

Kingdom : Plantae.

Division : Magnoliophyta.

Class : Magnoliopsida.

Ordo : Piperales.

Family : Piperaceae.

Genus : Piper.

Species : Piper Betle Linnaeus

2. Morfologi Tanaman Sirih

a. Batang

Umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk bulat, memiliki

ruas, bagian ini merupakan bakal tumbuhnya akar.

b. Daun

Daun sirih berbentuk jantung, tunggal, bagian ujung daun runcing,

tumbuh berselang seling, setiap daun memiliki tangkai, bila daun diremas

Page 6: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

6

akan mengeluarkan aroma khas, panjang sekitar 5-8 cm dengan lebar sekitar

2-5 cm.

c. Bunga

Bunga sirih majemuk berbentuk bulir, memiliki daun pelindung  kurang

lebih 1 mm dengan bentuk bulat panjang. Bulir betina memiliki panjang

antara 1,5-6 cm. Pada bagian bulir betina ini terdapat kepala putik berjumlah

antara 3 - 5 buah dengan warna putih dan hijau kekuningan. Bulir jantan

memiliki panjang 1,5-3 cm.Pada bulir jantan terdapat dua benang sari yang

pendek.

d.Buah

Buah sirih termasuk kedalam buah buni ( memiliki dinding dengan dua

lapisan), bentuk buah bulat dengan warna hijau keabu-abuan.

e. Akar

Akar sirih termasuk akar tunggang dengan bentuk bulat serta warna

coklat kekuningan.

3. Kandungan Daun sirih

Tanaman sirih, terutama pada bagian daunnya, mengandung sejumlah

zat yang dapat memberikan beberapa manfaat bagi manusia.Daun sirih memiliki

rasa dan aroma khas, yaitu rasa pedas dan bau yang tajam.Rasa dan aroma ini

disebabkan dari kavikol dan bethelphenol dalam minyak atsiri yg terkandung di

dalam daun sirih.Selain itu juga, rasa dan aroma ini juga dipengaruhi oleh jenis

sirih itu sendiri, umur tanaman, jumlah intensitas sinar matahari yang sampai

kebagian daun, serta kondisi dari daun.

Komposisi kimia daun sirih menurut Agustin (2005) dalam Sheikha

Raditya 2012, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Sirih Segar per 100 gram

Kandungan Jumlah

Air

Protein

85,4 mg

3,1 mg

Page 7: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

7

Karbohidrat

Serat

Yodium

Mineral

Kalsium

Fosfor

Besi Ion

Karoten (Vitamin A)

Kalium Nitrat

Tiamin

Ribovlafin

Asam Nikotinal

Vitamin C

6,1 mg

2,3 mg

3,4 mg

2,3 mg

230 mg

40 mg

3,5 mg

9600 iu

0,26–0,42 mg

70 mg

30 mg

0,7 mg

5 mg

Sumber: (Agustin, 2005).

Secara umum, daun sirih mengandung minyak atsiri yang berisikan

senyawa kimia seperti fenol serta senyawa turunannya antara lain kavikol,

kavibetol, eugenol, karvacol, dan allipyrocatechol.Kandungan daun sirih

lainnya yaitu karoren, asam nikotinat, riboflavin, tiamin, vitamin C, gula,

tannin, patin dan asam amino.

Tabel 2. Komponen Aktif Daun Sirih Per 100 gram Daun Segar

Kandungan Presentase

Alilkatekol

Kadinen

Karvakol

Kariofilen

Kavibetol

Kavikol

Sineol

Eugenol

Eugenol Metil eter

2,7–4,6%

6,7–9,1%

2,2–4,8%

6,2–11,9%

0,0–1,2%

5,1–8,2%

3,6–6,2%

26,8– 42,5%

26,8–15,58%

Sumber: Agustin (2005) dalam Raditya 2012

Page 8: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

8

B. Kutu Putih

Kutu putih merupakan hama polifag yang ditemukan pada banyak tanaman

seperti : nenas, kopi, pisang, talas, tebu, bunga tasbih, jeruk, tomat, tebu, padi,

palem, kopi, kakao, kedelai, kacang tanah, kapas , cabai rawit dan pandan. Hama ini

memiliki tanaman inang lebih dari 100 genus dari 62 famili tanaman (CABI, 2008;

Kalshoven, 1981). Tempat hidup hama ini terutama ditemukan pada bagian akar,

daun, tunas, mahkota dan buah.

1. Klasifikasi Kutu Putih

Filum : Arthropoda

Klas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Super Famili : Coccoidea

Famili : Pseudococcidae

Genus               : Pseudococcus

Species             : Pseudococcus viburni

Hama ini pernah menimbulkan masalah serius di beberapa negara di

Asia Tenggara seperti Malaysia, Filipina dan Thailand (Williams & Watson

1998).Hama ini juga terdapat Indonesia dan telah menyebar ke berbagai daerah

(Kalshoven 1981).Penyebaran kutu putih sangat mudah melalui bibit hasil

perbanyakan tanaman secara vegetatif.

2. Bioekologi Kutu Putih

Kutu ini memiliki tipe alat mulut stilet dan disebut kutu putih karena

hampir seluruh tubuhnya dilapisi oleh lilin yang berwarna putih yang

dikeluarkan oleh porus pada kutikula melalui proses sekresi. Lilin ini

merupakan ciri morfologi untuk mengidentifikasi spesies imago betina. Imago

betina tidak aktif bergerak dan berkembang setelah melalui proses ganti kulit.

Page 9: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

9

3. Morfologi Kutu Putih

Menurut Williams (2004) imago betina kutu putih memiliki morfologi

tubuh yang khas. Bagian-bagian tubuh yang dapat dijadikan pembeda untuk

setiap spesies, seperti : 

a. Tubuh

Kutu putih memilki bentuk tubuh memanjang, oval atau bulat. Ukuran

panjang kutu putih ini sekitar 0,5-8,0 mm.

b. Antena

Sebagian besar antena terdiri dari 6-9 segmen, tetapi terkadang tereduksi

menjadi 2, 4, atau 5 segmen.

c. Tungkai

Tungkai berkembang normal.Genus planococcus tidak memiliki dentikel

pada kuku tarsus, dan memilki porus translulen di permukaan koksa, femur atau

tibia pada tungkai belakang dan jarang pada trokanter.

d. Ostiol

Famili ini memiliki jumlah ostiol 2 pasang, sepasang pada protoraks dan

sepasang lagi pada segmen VI.Terkadang tidak ada, atau ada tetapi hanya

sepasang pada bagian posterior.Organ ini berfungsi sebagai alat pertahanan.

e. Cincin Anal

Terletak pada ujung abdomen bagian ventral, berfungsi mengeluarkan

embun madu.

f. Porus

Umumnya famili ini memiliki 4 jenis porus yaitu :

1) Porus Trilokular. Terdapat pada tubuh bagian ventral dan dorsal, bentuk

segitiga, dan bentuknya sama pada setiap spesies yang sama, berfungsi

menghasilkan lilin.

2) Lempeng Porus Multilokular. Ditemukan disekitar vulva atau kadang

terdapat pada tubuh bagian dorsal, berfungsi membuat kantung telur atau

melindungi telur. Spesies yang memiliki porus ini biasanya bersifat

vivipar.

Page 10: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

10

3) Porus Quinquelokular. Berbentuk segi lima hanya dimiliki oleh genus

Planococcus dan Rastrococcus.

4) Porus Diskoidal. Berupa lingkaran sederhana dan menyebar diseluruh

permukaan tubuh, sebesar porus trilokular dan berbentuk cembung pada

segmen posterior, dorsal, dan mata.

C. Tanaman Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) tergolong dalam family

terung-terungan (Solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim

atau tanaman berumur pendek yang tumbuh sebagai perdu atau semak, dengan

tinggi tanaman dapat mencapai 1,5m.

1. Klasifikasi Tanaman Cabai Rawit

Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan, tanaman cabai rawit

diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae ( biji berada di dalam buah)

Kelas : Dicotyledoneae( biji berkeping dua atau biji belah)

Ordo (bangsa ) : Corolliforea

Famili (suku) : Solanaceae

Genus (marga) : Capsicum

Spesies (jenis) : Capsicum frutescens L

2. Morfologi Tanaman Cabai Rawit

Secara morfologi, bagian-bagian atau organ-organ dari tanaman cabai

rawit dapat dediskripsikan sebagai berikut :

a. Batang

Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu,

berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus dan bercabang banyak.Batang

utama tumbuh tegak dan kuat.Percabangan terbentuk setelah batang tanaman

mencapai ketinggian berkisar antara 30-45 cm. Cabang tanaman beruas, setiap

ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang).

Page 11: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

11

b. Daun

Daun cabai rawit terbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi

daun rata (tidak bergigi/berlekuk).Ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan

daun tanaman cabai besar.Daun merupakan daun tunggal dengan kedudukan

agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip, dan tangkai tunggal yang

melekat.

c. Bunga

Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang terbentuk

bintang.Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan mahkota bunga

berwarna putih.Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan sendiri, namun dapat

juga terjadi secara silang dengan keberhasilan sekitar 56%.

d. Buah

Buah cabai rawit akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah

memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan rasa

buah.Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing atau

berbentuk kerucut.Ukuran buah bervariasi menurut jenisnya. Cabai rawit yang

kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara 2-2,5cm dan lebar 5 mm, sedangkan

cabai rawit yang agak besar memiliki ukuran panjang mencapai 3,5 cm dan

lebar mencapai 12 mm.

Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda berwarna hijau atau putih,

sedangkan buah yang telah masak berwarna merah menyala atau merah jingga

(merah agak kuning).Pada waktu masih muda, rasa buah cabai rawit kurang

pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas.

e. Biji

Biji cabai rawit berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat

pipih, tersusun berkelompok (bergerombol), dan saling melekat pada

empulur.Ukuran biji cabai rawit lebih kecil (berukuran sangat kecil)

dibandingkan dengan biji cabai besar.Biji-biji ini dapat digunakan dalam

perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).

Page 12: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

12

f. Akar

Perakaran tanaman cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang tumbuh

lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke

samping.Perakaran tanaman tidak dalam, sehingga tanaman hanya dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porus (mudah

menyerap air) dan subur.

3. Jenis Cabai Rawit

Cabai rawit  sering juga disebut Hot Chili, cabe kecil atau “lombok

jempling”. Seperti halnya cabai besar, cabai rawit juga ada beberapa macam

tetapi umumnya dikelompokkan menjadi tiga jenis :

a. Cabai Kecil/Mini/Jemprit

Sesuai dengan namanya bentuk buah cabai rawit ini kecil dan pendek,

panjangnya hanya 1-2 cm saja. Buah muda biasanya berwarna hijau  dan

berubah menjadi merah tua kecoklatan bila masak.  Walaupun kecil tapi cabai

rawit ini mempunyai rasa paling pedas di antara semua cabairawit.

b. Cabai Rawit Putih

Cabai rawit yang bentuk buahnya langsing dan mempunyai ukuran rata-

rata 4-6 cm. Buahnya berwarna kuning keputih-putihan bila masih muda dan

berubah menjadi merah kekuningan setelah masak. Menurut beberapa

pedagang, cabai rawit jenis ini paling enak bila digunakan sebagai sambal

bakso.  Bahkan pabrik saus lebih suka menggunakan cabai rawit putih ini,

karena warna sausnya tidak kotor.

c. Cabai Rawit Hijau

Buah cabai rawit hijau ini besar dan gemuk, dengan panjang sekitar 3 –4

cm.  Sesuai dengan namanya, waktu muda buahnya berwarna hijau tua dan

berubah menjadi merah tua setelah masak  Rasa dari cabai rawit hijau ini lebih

pedas dari cabai rawit putih , tetapi masih kalah dengan cabai rawit kecil.

Page 13: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

Tanaman cabai rawit Diserang hama kutu putih

Berpenyakit (daun keriting, pertumbuhan terhambatPenyemprotan ekstrak daun sirih dengan berbagai konsentrasi

Hama kutu putih dapat diatasi

13

D. Kerangka Berpikir

E. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan

kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagi berikut, yaitu ada

pengaruh yang signifikandari pemanfaatan ekstrak daun sirih untuk membasmi kutu

putih pada tanaman cabai rawit.

Page 14: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Mengacu pada sifat masalah, tujuan penelitian dan variabel penelitian, maka

penelitian ini dapat dikelompokkan dalam penelitian eksperimen, yakni penelitian

yang bertujuan menyelidiki kemungkinan adanya hubungan sebab akibat dengan

memberikan suatu perlakuan terhadap kelompok eksperimen.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Pada

penelitian ini yang akan digunakan sebagai populasi adalah semua daun dari

tanaman sirih hijau.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2012), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini, terdapat 4

kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol, Masing-masing polybag

(kontainer eksperimen) berisi satu buah tanaman cabai rawit. Jumlah seluruh

sampel yang dibutuhkan sebanyak 200 tanaman cabai rawit. Dengan masing-

masing kelompok diberi perlakuan yang berbeda.

Proses pengambilan sampel dilakukan (random) dengan tujuan untuk

memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi untuk

menjadi anggota sampel. Dalam penelitian ini untuk memperoleh pengulangan

digunakan rumus:

Sumber : (Soedyanto dalam Yunita Kusumadewi, 2011)T(n – 1) ≥ 15

Page 15: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

15

Keterangan:

T = Banyaknya perlakuan

n = Banyaknya ulangan

15 = Angka Setandar dari Balai Besar Pertanian Bogor

T(n – 1) ≥ 15

5(n – 1) ≥ 15

5n – 5 ≥ 15

5n ≥ 15 + 5

5n ≥ 20

n ≥ 20/5

n ≥ 4

Jadi ulangan pada penelitian ini adalah sebanyak 4 kali.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini terdapat 2

variabel yaitu :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable

dependen (Sugiyono, 2012).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak

daun sirih hijau.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau variable independen adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012),

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hama kutu putih pada tanaman cabai

rawit.

Page 16: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

16

D. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mortalitas kutu

putih setelah mendapatkan perlakuan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi yang

berbeda. Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengamati langsung, dan

mencatat waktu kematian kutu putih.Ditinjau dari sumbernya jenis data berupa data

primer karena data diambil secara langsung pada saat penelitian. Ditinjau dari

sifatnya data yang diambil berupa data kuantitatif karena data diperoleh dalam

bentuk angka-angka yang akan diuji melalui rumus statistik.

E. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data seperti tersebut diatas dalam penelitian ini

dilakukan eksperimen atau percobaan dengan langkah kerja sebagai berikut :

1) Tahap Persiapan

Sebelum eksperimen dilakukan terlebih dahulu perlu dipersiapkan alat-alat

dan bahan sebagai berikut:

- Alat -alat yang digunakan adalahulekan (mortal), baskom, gelas ukur,

tabung elemeyer, alat aduk ,kain kasa, pisau.

- Bahan-bahan yang digunakan adalahdaun sirih dan aquades.

2) Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Kaca Biologi FPMIPA IKIP

PGRI Bali dari tanggal 1sampai 31 Desember 2013, dengan prosedur kerja

sebagai berikut :

a. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih

Ekstrak yang dibuat dalam penelitian ini adalah ekstrak kasar. Untuk

membuat ekstrak kasar tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Daun sirih didapat dari pasar tradisional Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali.

2. Daun sirih dicuci terlebih dahulu dengan air yang mengalir (air keran).

3. Daun sirih tersebut dipotong-potong menjadi bentuk yang lebih kecil.

4. Potongan daun sirih tadi diulek hingga mendapatkan bentuk yang lebih

halus.

Page 17: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

17

5. Hasil ulekan daun sirih yang tadi diperas menggunakan kain kasa lalu

disaring kembali dengan kertas saring. Cairan hasil saringan tersebut

merupakan ekstrak kasar daun sirih yang dianggap konsentrasinya 100%.

b. Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih

Untuk membuat ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%,

dan 20% sebagai berikut:

1. Konsentrasi 5% dengan memasukkan 5 ml ekstrak daun sirih dalam 95 ml air

dikalikan 100 %, Untuk mendapatkan volume 100 ml.

2. Konsentrasi 10% dengan memasukkan 10 ml ekstrak daun sirih dalam 90 ml

air dikalikan 100 %, Untuk mendapatkan volume 100 ml.

3. Konsentrasi 15% dengan memasukkan 15 ml ekstrak daun sirih dalam 85 ml

air dikalikan 100 %, Untuk mendapatkan volume 100 ml.

4. Konsentrasi 20%dengan memasukkan 20 ml ekstrak daun sirih dalam 80 ml

air dikalikan 100 %, Untuk mendapatkan volume 100 ml.

5. Untuk perlakuan kontrol, cabai rawit yang terjangkit hama kutu putih tetapi

tidak mendapat semprotan ekstrak daun sirih

c. Pembuatan Kelompok Perlakuan

Setelah pembuatan ekstrak dilanjutkan dengan menyiapkan polybag

yang sudah berisi tanaman cabai rawit dan dijangkiti hama kutu putih sebagai

objek kelompok perlakuan, yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan ekstrak

dan 1 kelompok kontrol, dimana kelompok kontrol berisi tanaman cabai rawit

yang telah terjangkit hama kutu putih, yang masing-masing diulang sebanyak 4

kali sehingga jumlah perlakuan sebanyak 16.

d. Pengamatan

Pengamatan dilakukansetiap jam 5 sore selama seminggu untuk 1 kali

pengulangan, pengamatan dimulai sejak pemberian ekstrak daun sirih terhadap

mortalitas kutu putih pada tanaman cabai rawit.Hasil pengamatan ditulis pada

tabel yang telah disediakan.

Page 18: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

18

Data Hasil Pengamatan Pengulangan ke-n

Nokonsentrasi

Ekstrak

Pengulanagn ke-n

1 2 3 4

1 Kontrol

2 5 %

3 10 %

4 15 %

5 20 %

F. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, diperoleh data dari hasil pengamatan. Data berupa skor

hasil pengamatan jumlah dan lama waktu mortalitas hama kutu putih, selanjutnya

akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis uji Kruskal-Wallis.

Uji Kruskal-Wallis digunakan untuk menguji hipotesis yaitu :

Ho : pengaruh perlakuan semuanya sama.

H1 : minimal ada satu pengaruh perlakuan yang tidak sama atau berbeda.

Adapun rumus uji Kruskal Wallis adalah sebagai berikut:

H=12n (n+1 ) ∑k=1

K R2 knk

−3(n+1 )

Sumber : Djarwanto dalam Suweda (2011)

Keterangan :

Rk : jumlah jenjang dari perlakuan

k : banyaknya sampel saling bebas

nk : ukuran sampel ke – k (dengan k = 4)

Page 19: pengaruh ekstrak daun sirih terhadap hama kutu putih yang menyerang tanaman cabai

19

n : jumlah pengamatan seluruh sampel

H : uji Kruskal-Wallis

Untuk menguji hipotesis yang diajukan dipergunakan Uji Kruskal-Wallis, dalam taraf

signifikansi 5%. Ho diterima apabila : H ≤ X2α ; K-1, Ho ditolak apabila : H > X2α ;

K-1. Jika H yang diperoleh lebih besar dari tabel X2α ; K-1 maka hipotesis nol (Ho)

ditolak. Jika H yang diperoleh lebih kecil atau sama dengan tabel X2α ; K-1 maka

hipotesis nol (Ho) diterima.