isolasi ekstrak

25
ISOLASI EKSTRAK BIJI MANGGA ( Mangifera indica ) A. TUJUAN 1. Untuk dapat mengetahui cara pembuatan simplisia biji mangga (Mangifera indica). 2. Untuk dapat memahami metode – metode yang digunakan dalam ekstraksi. 3. Untuk dapat memahami dan menerapkan metode maserasi dalam mengekstraksi biji mangga (Mangifera indica). 4. Mengetahui cara fraksinasi ekstrak biji mangga (Mangifera indica) dengan metode. 5. Untuk dapat memahami dan menerapkan metode kromatografi lapis tipis (KLT). 6. Untuk dapat memahami dan menerapkan metode isolasi. B. DASAR TEORI 1. Tanaman mangga Mangga tumbuh berupa pohon berbatang tegak, bercabang banyak dan bertajuk rindang dan hijau sepanjang tahun. Tinggi pohon dewasa bisa mencapai 10-40 meter. Morfologi pohon mangga terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Bunga menghasilkan buah dan biji (pelok) yang secara generatif dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Biji mangga lazim

Upload: erin-tandi-datu

Post on 02-Feb-2016

43 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pemisahan

TRANSCRIPT

Page 1: Isolasi Ekstrak

ISOLASI EKSTRAK BIJI MANGGA ( Mangifera indica )

A. TUJUAN

1. Untuk dapat mengetahui cara pembuatan simplisia biji mangga (Mangifera

indica).

2. Untuk dapat memahami metode – metode yang digunakan dalam

ekstraksi.

3. Untuk dapat memahami dan menerapkan metode maserasi dalam

mengekstraksi biji mangga (Mangifera indica).

4. Mengetahui cara fraksinasi ekstrak biji mangga (Mangifera indica) dengan

metode.

5. Untuk dapat memahami dan menerapkan metode kromatografi lapis tipis

(KLT).

6. Untuk dapat memahami dan menerapkan metode isolasi.

B. DASAR TEORI

1. Tanaman mangga

Mangga tumbuh berupa pohon berbatang tegak, bercabang banyak dan

bertajuk rindang dan hijau sepanjang tahun. Tinggi pohon dewasa bisa

mencapai 10-40 meter. Morfologi pohon mangga terdiri dari akar, batang,

daun dan bunga. Bunga menghasilkan buah dan biji (pelok) yang secara

generatif dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Biji mangga lazim disebut

pelok. Pelok mangga terdiri dari kulit biji yang keras (endocarp) dan dua

keping biji yang berdaging. Ukuran dan bentuk biji mangga sangat

bervarasi, tergantung jenis dan varietasnya. Ukurannya ada yang besar dan

ada yang kecil. Bentuknya ada yang membulat dan ada yang pipih. Sifat

biji ada yang monoembrional dan ada yang poliembrional. Tanaman

mangga poliembrional mempunyai biji yang mengandung beberapa

embrio(Pracaya, 2005).

Vitamin C adalah salah satu gizi yang berperan sebagai antioksidan

dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan

Page 2: Isolasi Ekstrak

termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbukan oleh

radiasi. Buah-buahan merupakan sumber vitamin C, diantaranya yaitu

vitamin C.

Klasifikasi dari buah mangga (Mangifera indica) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera indica

(Karinda, 2013)

2. Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan

baku yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali

dinyatakan lain merupakan bahan yang dikeringkan (Rukmi, 2009).

Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan

simplisia pelican (mineral). Sebelum diserbuk, simpisia harus dibebaskan

dahulu dari debu, pasir, atau pengotor lainnya yang berasal dari tanah

maupun dari bahan organik asing. Penyerbukan dapat dilakukan dengan

cara mekanis dan memenuhi ukuran derajat kehalusan (Depkes RI, 1979).

Tahapan-tahapan pembuatan simplisia adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada bagian

tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat

panen, waktu panen, dan lingkungan temat tumbuh. Jika penanganan

atau pengolahan simplisia tidak benar, maka mutu produk yang

dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan

toksik apabila dikonsumsi.

Page 3: Isolasi Ekstrak

b. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan asing

yang tidak berguna atau berbahaya dalam pembuatan simplisia.

Penyortiran segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, bahan

yang mati, tumbuh lumut, ataupun jamur segera dipisahkan karena

dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.

c. Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangakan kotoran dan

mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada bahan. Pencucian

harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk

menghindari larut dan terbawanya zat yang terkandung dalam

simplisia.

d. Perajangan

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan,

kelembapan udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan.

Pengerngan dilakukan untuk mengeluarkan dan menghilangakna

kandungan air dari suatu bahan dengan menggunakan sinar matahari.

Dengan menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat mencegah

terjadinya penurunan mutu atau kerusakan simplisia. Secara umum

kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10%. Pengeringan dapat

memberikan keuntungan antara lain memperpanjang masa simpan,

mengurangi penurunan mutu, memudahkan pengangkutan dan

memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

e. Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan

simplisia. Tujian sortaasi adalah untuk memisahakan benda asing dari

simplisia.

f. Pengemasan dan penyimpanan

Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan

yang tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan

dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan

Page 4: Isolasi Ekstrak

pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia

tidak rusak atau berubah mutunya. Simplisia disimpan di tempat yang

kering, tidak lembab atau terhindar dari sinar matahari langsung.

(Yulaikhah,2009)

3. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari

suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa

dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan

ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel dalam keadaan

segar atau yang telah dikeringakan, tergantung pada sifat tumbuhan yang

akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam

bahan tumbuhan dapat digunakan pelarut yang cocok.

Ekstraksi kompenen senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan

dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

a. Maserasi

Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara

sederhana dengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu

kamar dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Penyarin zat-zat

berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan zat khasiat yang tidak

tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil

diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan kompenen kimia

yang terdapat dalam sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang

berwarna gelap dan ditempatkan pada tempat yang terlindung dari

cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel

terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel

berwarna bening. Sampel yang direndam dengan pelarut tadi disaring

dengan kertas saring untuk mendapatkan maseratnya. Maseratnya

dibebaskan dari pelarut dengan mengunakan secara in vitro denagn

rotary evapator. Kelebihan cara maserasi ini adalah alat dan cara yang

digunakan sederhana, dapat digunakan untuk zat yang tidak tahan

maupun tahan terhadap pemanasan. Kelemahan cara maserasi yakni

Page 5: Isolasi Ekstrak

banyak pelarut yang digunakan dan waktu yang dibutuhkan cukup

lama.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan

melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam

suatu proses alat perkolator. Perkolasi bertujuan untuk agar zat

berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat

berkhasiat yang tahan maupun tidak tahan terhadap pemanasan.

c. Digesti

Digesti adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan

menggunakan pemanasan pada suhu 30-40°C. cara ini dilakukan untuk

simplisia yang pada suhu biasa tidak tersari dengan baik. Jika pelarut

yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat digunakan alat

pendingin tegak, sehingga penguapan dapat dicegah.

d. Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari

simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit, kecuali

dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam

panci dan ditambahkan air secukupnya, panaskan diatas penangas air

selama 15 menit, dihitung mulai suhu mencapai 90°C sambil sesekali

diaduk, sesekali dilagi panas secukupnya melalui ampas sehingga

diperoleh volume infus yang dikendaki.

e. Dekokta

Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan

infus, perbandingannya pada dekokta digunakan pemanasan selama 30

menit dihitung mulai suhu mencapai 90°C. cara ini dapt dilakukan

untuk simplisia yang menganduk zat aktif yang tahan terhadap

pemanasan.

Page 6: Isolasi Ekstrak

f. Soxhletasi

Soxhletasi merupakan suatu cara pengekstrasian tumbuahan

dengan memakai alat soxhlet. Pada cara oini pelarut dan simplisia

ditempatkan secara terpisah. Soxhletasi digunakan untuk simplisia

dengan khasiat yang relative stabil dan tahan terhadap pemanasan.

Prinsip soxhletasi adalah penyarian secara terus-menerus sehingga

penyarian lebih sederhana dan sempurna dengan memakai pelarut yang

relative sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan

dengan sisanya adalah zat yang tersari. Biasanya pelarut yang

digunakan adalah pelarut yang mudah menguap atau mempunyai titik

didih yang rendah.

(Dalimartha, 2004)

4. Fraksinasi

Fraksinasi merupakan proses pemisahan fraksi yang terkandung

dalam suatu larutan atau suspensi yang mempunyai karateristik

berbeda(Yuliasih, 2009)

Metode-metode yang digunakan untuk fraksinasi atau pemurnian

adalah sebagai berikut:

a. Pengendapan

Metode pengendapan sederhan adalah menurunkan suhu larutan

ekstrak. Kompenen-kompenenyang kurang larut akan mengendap dan

dapat dipisahkan dengan sentrifugasi atau penyarian. Jika suatu

senyawa terdapat sebagai kompenen utama, senyawa tersebut mungkin

mengendap sebagai Kristal.

b. Ekstraksi cair-cair

Prinsip ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur

seperti benzene, karbon tetraklorida atau kloroform.

Tiga metode dasar pada ikstraksi cair-cair adalah ekstraksi

bertahap, ekstraksi kontinyu dan ekstraksi counter current. Ekstraksi

bertahap merupaan cara menambahkan pelarut pengekstraksi yang

Page 7: Isolasi Ekstrak

tidak bercampur dengan pelarut pemula semula kemudian dilakukan

pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan

diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan, didiamkan

dan dipisahkan.

(Khopkar,1990)

c. Dialisis

Dialisi merupakan metode pemisahan kompenen-kompenen

campuran menurut ukuran molekulnya. Proses ini terjadi sevara

alamiah melewati membran sel dan sangat penting suatu proses dialisis

adalah membran semi permabel yang tipis, terdiri dari bahan polimer

dengan pori regular, yang memungkinkan lewatnya molekul-molekul

kecil. Lewatnya molekul yang lebih besar akan dihalangi atau tidak

lewat.

d. Elektroforesis dan kromatografi

Elektroforesis terutama digunakan sebagai metode analitik untuk

sampel kecil dari suatu campuran molekul-molekul bermuatan,

khususnya protein, peptide dan asam-asam amino. Metode ini dapat

digunakan dengan carayang sama untuk kromatografi lapis tipis

preparative untuk memisahkan kompenen-kompenen campuran yang

sangat berbeda.

Faktor-faktor yang menentukan pemilihan metode fraksinasi

adalah sebagai berikut:

1) Sifat senyawa yang terdapat dalam ekstrak

Faktor ini adalah hal yang paling penting untuk

dipertimbangkan. Pengetahuan mengenai hal ini biasanya hanya

mengenai perkiraan kelarutan kompenen yang didasarkan pada tipe

pelarut yang digunakan untu ekstrak. Oleh karena itu jika

digunakan air sebagai pengekstraksi, komoenen yang dideteksi kan

bersfat polar, termasuk senyaa yang bermuatan listrik. Dilain

pihak, jika digunakan pelarut organik misal heksan, senyawa-

senyawa non polar dan tidak terionisasi merupakan bentuk

Page 8: Isolasi Ekstrak

senyawa utama dalam campuran. Faktor yang mempengaruhi

komenen campuran adalah kemudahannya terurai saat memulai

proses pemisahan. Kestabilan senyawa yang ada sering diketahui,

sehingga prinsip umum yang baik adalah melakukan proses

fraksinasi pada kondisi selemah mungkin, yaitu adalah melakukan

proses meminimalkan suhu, perlindungan dari cahaya.

2) Nasib awal fraksi yang dipisahkan

Jika fraksi yang akan digunakan untuk uji biologi, bahan-bahan

toksik harus dihindari selama proses fraksinasi dan fraksi harus

dilarutkan dengan pelrut yang dapat bercampur dengan sistem uji.

Pelarut air adalah pilihan utama. Aspek toksikologi kurang penting

jika untuk diisolasi senyawa tunggal.

3) Keamanan

Salah satu metode fraksinasi adalah ekstraksi atau sering juga

disebut ekstraksi cair dimana ekstraksi pelarut merupakan proses

pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalm larutan atau

biasanya dalam air dengan menggunakan pelarut yang tidak saling

campur seperti eter, kloroform, karbon tetraklorida dan karbon

disulfide. Diantara berbagai pemisahan, ekstraksi pelarut

merupakan metode yang paling baik dan popular. Alasannya

karena metode ini dapat dilakukan dalma tingkat mikro maupun

makro. Pemisahannya tidak memerlukan alat khusus, melainkan

hanya corong pemisah. Pemiahan dlakukan dengan cepat, bersih,

mudah, sederhana dan aman.

5. Kromatografi lapir tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmaillof dan

Scraible pada tahun 1983. KLT merupakan bentuk kromatorafi planar,

selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengankromatografi

kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas didalamnya, pada

KLT, fase diamnya berupa lapisan seragam (uniform) pada pemukaan

bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat-plat alumunium atau

Page 9: Isolasi Ekstrak

plar plastic. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapt dikatakan

sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom.

Fase gerak yag dikenal sebgaia pelarut pengembang akan bergerak

sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara

menaik (asceding) atau karena pengaruh kapiler karena pengembangan

secara menurun (desceding).

Kromatografi dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah

dibandingkan dengan kromatografi kolom. Beberap keuntungan lain

kromatografi planar adalah sebagai berikut;

a. Kromatografi planar banyak digunakan untuk tujuan analisis.

b. Identifikasi pemisahan kompenen dapat dilakukan dengan pereaksi

warna, fluroensi atau denggan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.

c. Dapat dilakukan elusi secara menaik, menurun atau dengan cara elusi

dua dimensi.

d. Ketetapan penentuan kadar akan lebih baik karena kompenen yang

akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran

kecil dengan diameter partikel antara 10-30µm. Semakin kecil ukuran

rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam,

makin banyak kerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.

Fase gerak pada KLT dapat dipisah dari pustaka, tetapi lebih sering

dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar.

Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena

daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedimikian rupa

sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa

petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak:

a. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena

KLT merupakan teknik yang sensitif.

b. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf

terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksumalkan pemisahan.

Page 10: Isolasi Ekstrak

c. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silica

gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute

yang berarti juga menetukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang berifat

polar seperti dietil eter kedalam pelarut non polar seperti metil benzene

akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.

d. Solute-solute ionok dan solute-solute polar lebih baik digunakan

campuran pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan

metanol dengan perbandingan tertentu.

Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh

hanya jika menotolkan sampel sekecil dan sesempit mungkin. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis lebih

dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang tidak

tepat akan menyebabkan bercak menyebar dan puncak ganda.

Bila sampel telah ditotolkan maka tahap selanjutnya adalah

mengembangkan sampel dalam suatu bejana kromatografi yang

sebelumnyatelah dijenuhkan uap fase geraknya. Ada beberapa teknik

untuk melakukan pengembangan , pengembangan menaik merupakan cara

yang paling popular diantara cara lain.

Bercak pemisahan KLT umumnya merupakan bercak yang tidak

berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia, fisik

maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan

mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara menyemprotkan

suatyu pelarut sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang digunakan

untuk menampakkan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan

flurosensi sinar ultra violet.

KLT digunakan secara luas untuk analisis solute-solute organic

terutama dalam bidang biokimia, farmasis, klinis, forensik, baik untuk

analisis kualitatif dengan cara membandingkan nilai Rf solute dengan nilai

Rf senyawa baku atau untuk analisis kuantitatif.

Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan kebanyakan

kompenen dalam berampuran, identifikasi senyawa, memantua jalannya

Page 11: Isolasi Ekstrak

suatu reaksi, menentukan efektifitas kemurnian, menentukan kondisi yang

sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk melakukan screening awal

sampel.

a. Analisis kualitatif

KLT dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa baku.

Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai

Rf. Dua senyawa dikatakan identik juka mempunyai nilai rf yang sama

jika diukur pada kondisi KLT yang sama.

b. Analisis kuantitatif

Ada dua cara yang digunakan untuk analisis kuantitatif pada KLT,

yang pertama bercak langsung pada KLT dan kedua mengerok bercak

lalu kadarnya di ukur dengan alat spektrofotometer.

(Gandjar, 2007)

6. Metode isolasi

Metode isolasi yaitu metode pemisahan dan pemurnian kandungan

tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu teknik

berikut:

a. Kromatografi lapis tipis preparatif

Proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan

daya partisi serta kelarutan dari kompenen-kompenen kimia yang akan

bergerak mengikuti kepolaran eluen. Oleh karena daya serap adsorben

terhadap kompenen kimia tidak sama, maka kompenen bergerak

dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan

pemisahan (Hostetmann, 1995).

b. Kromatografi kolom

Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang

masih banyak digunakan, tujuan kromatografi kolom adalah

memisahkan kompenen cuplikan dalam wakt yang masuk akal,

menjadi pita atau puncak (Johnson, 1987).

c. Kromatografi gas cair

Page 12: Isolasi Ekstrak

Pemisahan pada krmatografi gas didasarkan pada titik didih suatu

senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjasi antara

solute (Gandjar, 2007).

d. Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

KCKT dapat disamakan dengan KCG dalam hal kepekaan dan

kemampuan menghasilkan data kualitatif dan data kuantitattif dengan

sekali kerja saja (Harbone, 1987).

Page 13: Isolasi Ekstrak

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, setiawan. 2004. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agiwidya:

Jakarta.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi 3. DEPKES RI: Jakarta.

Gandjar, ibnu Gholibb. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta.

Gritter, dkk. 1991. Pengantar Kromatografi. ITB press: Bandung.

Harbone, JB. 1987. Metode Fitokimia, Penentuan Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. ITB press: Bandung.

Hostetmenn, dkk. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. ITB press: Bandung.

Karinda. 2013. Perbandingan hasil penetapan kadar vitamin C mangga dodol

dengan menggunakan metode spektrofotometer UV-VIS dan iodometri. Jurnal

ilmiah Farmasi. Volume 2 Nomor 1

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI press: Jakarta

Pracaya. 2005. Bertanam Manggga. Penebar Swadaya: Jakarta.

Rukmi, Irowo. 2009. Keanekaragaman Aspergillus Pada Berbagai Simplisia

Jamu Tradisional. Jurnal Sains Dan Matematika. Volume 17. Nomor 2

Yulaikhah. 2009. Standarisasi obat herbal. ITB press: Bandung.

Yuliasih, Indah, dkk. 2009. Pengaruh Proses Fraksinasi Pati Sagu Terhadap

Karakteristik Fraksi Amilosanya. Jurnal Teknologi Industri Dan Pertanian.

Volume 17. Nomor 1

Page 14: Isolasi Ekstrak

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Batang pengaduk

b. Botol vial

c. Cawan porselin

d. Corong

e. Chamber

f. Cutter

g. Desikator

h. Erlenmeyer

i. Gunting

j. Gelas kimia

k. Kamera

l. Kolom kromatografi

m. Labu alas bulat

n. Lampu uv 254 nm dan 366 nm

o. Mankok

p. Mortir dan stemper

q. Oven

r. Pensil

s. Penggaris

t. Penutup chamber

u. Pipa kapiler

v. Pipet tetes

w. Pipet volume

x. Plat klt

y. Propipet

z. Raotary evaporator

Page 15: Isolasi Ekstrak

aa. Sendok tanduk

bb. Spatula

cc. Statif dan klem

dd. Sentrifuge

ee. Tabung sentrifuge

ff. Timbangan digital

gg. Toples

hh. Vakum

ii. Water bath

jj. Hot plate

2. Bahan

a. Alumunium foil

b. Aquades

c. Biji mangga

d. Etiket

e. H2SO4 10 %

f. Kapas

g. Kertas saring

h. Etanol

i. Atil asetat

j. Kloroform

k. Methanol

l. N- butanol

m. N – heksan

n. Silica gel

D. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan simplisia

a. Diambil biji mangga dari buahnya

b. Dilakukan sortasi basah biji mangga

c. Dicuci biji mangga’

Page 16: Isolasi Ekstrak

d. Dikeringkan biji mangga

e. Dilakukan sortasi kering biji mangga

f. Dirajang biji mangga hingga menjadi serbuk simplisia

g. Disimpan simplisia biji mangga

2. Ekstraksi biji mangga

a. Ditimbang simplisia biji mangga

b. Dimasukkan simplisia kedalam wadah perkolator yang bagian bawah

dalam wadah dipasang kertas saring

c. Dimasukkan methanol hingga sampel terendam semua dan wadah

ditutup dengan alumunium foil

d. Dibuka keran pada perkolator dan ekstrak metanol ditampung dalam

wadah ekstrak

e. Ditambahkan metanol terus menerus hingga ekstrak tidak berwarna

lagi

3. Fraksinasi biji mangga

a. Ditimbang ekstrak kering biji mangga kurang lebih 3-5 gram,

kemuadian ditambahkan dengan 50 mL air, dilarutkan dan disaring

menggunakan kertas saring

b. Dimasukkan campuran air dan ekstrak ke dalam corong pisah dengan

keran dalam keadaan tertutup kemudian ditambahkan dengan n –

heksan sebanyak 50 mL

c. Ditutup lalu dikocok kuat sambil sesekali membuka keran dalam

keadaan terbalik untuk membuang gas yang bertekanan

d. Didiamkan, maka akan membentuk 2 lapisan (air berada dibawah

larutan n – heksan)

e. Dimasukkan ekstrak air yang berada di bawah kedalam erlenmeyer

dengan membuka keran

f. Dimasukkan ekstrak n – heksan kedalam mankok

g. Diulang prosedur a-f dengan menggunakan ekstrak sebanyak 3 kali

h. Ditampung seleuruh ekstrak kedalam mangkok dan diberi label

i. Dilakukan pemekatan terhadap hasil ekstrak

Page 17: Isolasi Ekstrak

j. Diulangi prosedur terhadap ekstrak hasil fraksinasi dengan pelarut n –

butanol

k. Diulangi prosedur terhadap ekstrak hasil fraksinasi dengan cairan etil

asetat

4. Metode kromatografi lapis tipis

a. Dibuat eluen n – etil asetat dan n – heksan dengan perbandingan 1:2

4:7

b. Dilarutkan fraksi di dalam botol vial dengan menggunakan kloroform

dan methanol 1:1

c. Diambil plat KLT yang telah diaktifkan

d. Dipotong plat KLT dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 1 cm

e. Diberi garis batas bawah 0,2 cm dan batas atas 0,2 cm dengan

menggunakan pensil

f. Dilakukan penotolan fraksi dengan menggunakan pipa kapiler pada

garis bawah di plat KLT

g. Dimasukkan plat KLT ke dalam chamber yang telah dijenuhkan

dengan eluen dan ditutup

h. Diamati kenaikan pelarut pada plat KLT hingga mencapai batas atas,

diangkat plat KLT

i. Diangin-anginkan plat KLT hingga kering

j. Diamati spot warna yang timbul dan digambar

k. Diamati spot warna yang timbul dengan menggunakan lampu UV 254

nm dan 366 nm