penentuan sifat keterbasahan bambu dengan metode …digilib.unila.ac.id/55915/3/skripsi tanpa bab...

50
PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE SUDUT KONTAK DAN METODE TINGGI AIR ABSORPSI TERKOREKSI (Skripsi) Oleh CANDRA MURTI AYUNINGTYAS UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 04-Jan-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODESUDUT KONTAK DAN METODE TINGGI AIR ABSORPSI

TERKOREKSI

(Skripsi)

Oleh

CANDRA MURTI AYUNINGTYAS

UNIVERSITAS LAMPUNG2018

Page 2: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

ABSTRAK

PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODESUDUT KONTAK DAN METODE TINGGI AIR ABSORPSI

TERKOREKSI

Oleh

Candra Murti Ayuningtyas

Pasokan kayu di Indonesia berasal dari hutan alam dan hutan tanaman. Sebagian

besar kayu yang ditanam di hutan tanaman merupakan jenis kayu cepat tumbuh,

namun jenis-jenis tersebut memiliki banyak kekurangan seperti berat jenis dan

keawetannya rendah. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain pengganti kayu

seperti bambu, namun penggunaan bambu sebagai papan memiliki kelemahan

karena bagian dalamnya yang berongga sehingga ada keterbatasan dimensi. Salah

satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengkonversi

bambu menjadi papan laminasi yang proses perekatannya dipengaruhi oleh sifat

keterbasahan, dimana pada umumnya bahan yang memiliki sifat keterbasahan

yang tinggi lebih mudah dipenetrasi oleh perekat dan meningkatkan kualitas

perekatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sifat keterbasahan bambu

kuning (Bambusa vulgaris), bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea), dan

bambu betung (Dendrocalamus asper) yang diukur dengan metode Cosinus Sudut

Kontak (CSK) dan metode Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi (TAAT). Pengujian

sifat keterbasahan dengan metode CSK dilakukan dengan meneteskan cairan

Page 3: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

Candra Murti Ayuningtyas(sessile drop) di atas permukaan bambu pada penampang radial kemudian diukur

sudut kontak yang terbentuk dengan menggunakan contact angle analyzer,

sedangkan pengujian sifat keterbasahan dengan metode TAAT dilakukan dengan

membuat bambu menjadi partikel dengan ukuran yang seragam. Partikel bambu

kemudian direndam selama 48 jam di dalam pipa gelas dan diukur nilai

penyerapan tertinggi. Hasil pengukuran CSK dengan tetesan cat minyak

menunjukkan hasil yang konsisten, dimana bambu kuning memiliki keterbasahan

tertinggi yang ditunjukkan dengan nilai sudut kontak yang paling kecil (91,9o)

dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) dan bambu betung (112,8o). Namun,

pengukuran CSK dengan tetesan air menunjukkan hasil yang berbeda, dimana

bambu hitam memiliki sifat keterbasahan tertinggi atau sudut kontak terkecil

(90,27o) dibandingkan dengan bambu betung (112,37o) dan bambu hitam (124,5o).

Pengukuran keterbasahan dengan metode TAAT menunjukkan bahwa bambu

kuning memiliki keterbasahan tertinggi dengan nilai TAAT sebesar 479,47 mm,

disusul oleh bambu betung yaitu 426,27 mm, dan bambu hitam yaitu 376,97 mm.

Kata kunci : Bambu, Cosinus Sudut Kontak, Keterbasahan, Tinggi Air AbsorbsiTerkoreksi.

Page 4: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

Candra Murti Ayuningtyas

ABSTRACT

DETERMINATION THE WETTABILITY OF BAMBOO WITH COSINECONTACT ANGLE METHOD AND CORRECTED WATER

ABSORPTION HEIGHT METHODE

Oleh

Candra Murti Ayuningtyas

Timber supply in Indonesia mainly derived from natural forests and plantation

forests. Most of the tree species planted in plantation forest are fast growing trees,

which has several disadvantages such as low density and low durability.

Therefore the use of alternative materials as substitute to wood is needed, and one

of the promising biomaterials is bamboo. However, the application of bamboo as

panel products has several limitations due to its hollow core hence limited the

dimension of the panel produced. One of the solutions to overcome this problem

is by converting bamboo into laminated board in which gluing process is affected

by the wettability of the material. The purpose of this study was to determine the

wettability of yellow bamboo (Bambusa vulgaris), black bamboo (Gigantochloa

atroviolacea) and betung bamboo (Dendrocalamus asper) with Cosine Contact

Angle (CCA) and Corrected Water Absorption Height (CWAH) methods. The

wettability testing with CCA method was carried out using sessile drops on the

surface of radial section of each sample and then measured the contact angle

formed by using contact angle analyzer, while the wettability testing using

Page 5: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

Candra Murti AyuningtyasCWAH method was performed by converting bamboo into particles with similar

size. Bamboo particles were then soaked for 48 hours in a glass pipe and then the

highest absorption was measured for each sample. The results of measurement

with the CCA measurements with oil paint droplets showed consistent results,

where yellow bamboo had the highest wettability as indicated by the smallest

contact angle value (91,9o) compared to black bamboo (109,2o) and betung

bamboo (112,8o). However, CCA measurements with water droplets showed

different results, where black bamboo had the highest wettability or the smallest

contact angle (90,27o) compared to betung bamboo (112,37o) and black bamboo

(124,5o). The CWAH method showed that yellow bamboo had the highest

wettability with a CWAH value of 479,47 mm, followed by betung bamboo of

426,27 mm, and black bamboo of 376,97 mm.

Keywords : Bamboo, Corrected Water Absorption Height, Cosine ContactAngles, Wettability.

Page 6: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODESUDUT KONTAK DAN METODE TINGGI AIR ABSORPSI

TERKOREKSI

Oleh

CANDRA MURTI AYUNINGTYAS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN KEHUTANANFAKULTAS PERTANIAN

2018

Page 7: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)
Page 8: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)
Page 9: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gadingrejo pada 7 September 1996,

merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara, dari Bapak

Murdato dan Ibu Ekowati.Pendidikan yang telah ditempuh

penulis adalah TK Pertiwi Gadingrejo yang diselesaikan

pada tahun 2002, kemudian melanjutkan ke SD Negeri 7 Gadingrejo yang

diselesaikan pada tahun 2008, selanjutnya penulis meneruskan pendidikan ke

SMP Negeri 1 Gadingrejo yang diselesaikan pada tahun 2011, dan melanjutkan ke

SMA Negeri 1 Gadingrejo yang ditamatkan pada tahun 2014.

Tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Prestasi

Tingkat Nasional (SNMPTN). Bulan Januari tahun 2017, penulis melaksanakan

program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pajar Mataram Kecamatan Seputih

Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Bulan Juli sampai Agustus 2017 penulis

mengikuti Praktik Umum (PU) di Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.

Penulis juga pernah megikuti kunjungan studi lapang yang dilaksanakan di PT.

Pertamina Jadestone Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan selama 5 hari pada

Oktober 2017. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif berorganisasi di

Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan (HIMASYLVA) sebagai anggota

bidang kewirausahaan pada periode 2015/2016 dan periode 2016/2017.

Page 10: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohiim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah meridhoi penulis menyelesaikan tulisan

ini. Ucapan terimakasih penulis curahkan teruntuk ibu, bapak, kakak, saudara,

serta kerabat yang telah memberikan semangat untuk terus belajar menghargai

proses supaya menjadi pribadi yang baik.

Suatu kado terindah dan rahmat yang besar penulis dapat menyelesaikan tulisan

penelitian dengan judul, “Penentuan Sifat Keterbasahan Bambu dengan

Metode Sudut Kontak dan Metode Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi”. Ucapan

terimakasih penulis persembahan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan

FakultasPertanian Universitas Lampung dan Pembimbing Akademik.

2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan

FakultasPertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Wahyu Hidayat, Ph.D., selaku pembimbing utama. Penulis menyadari

masih banyak keterbatasan dan kemampuan dalam menulis kajian tersebut,

sehingga penulis mendapatkan banyak bimbingan melalui dosen pembimbing.

4. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku pembimbing kedua atas

kesediannya untuk mengarahkan penulis menjadi lebih baik.

Page 11: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

ii

5. Bapak Dr. Indra Gumay Febryano,S.Hut.,M.Si., selaku penguji yang telah

memberikan masukan dan saran-saran perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Jurusan Kehutanan Fakultas

PertanianUniversitas Lampung.

7. Bapak dan Ibuku tersayang yang tiada henti mendoakan dan memberikan

semangat untukku saat aku sedang kesulitan menjalani proses penyusunan

skripsi ini.

8. Mas Ardhi, Mbak Bella, Mbak Ririn, Kak Fajri, Erga, Syfa, dan Amara yang

selalu berbagi keceriaan denganku saat aku sedang jenuh menjalani proses

penyusunan skripsi ini.

9. KeluargaKuliah Kerja Nyata (KKN) yaitu Erry, Nina, Bella, Jefry, Wisnu,

Denny, Bu Tati, Bapak, Mbak Devi, dan Mas David yang selalu mendoakan

dan menyemangatiku.

10. Para kerabat Jurusan Kehutanan LUGOSYL yang tiada lelah membantu

penelitianku,memberikan semangat untukku saat dalam keterpurukan

penyusunan skripsi, seluruhnya tak dapat kusebutkan satu persatu.

11. Sahabat "GENG" ku tersayang, Bella, Fasya, Nita, dan Anggi yang tiada lelah

berbagi keceriaan serta selalu menyemangatiku.

Terimakasih atas waktu yang sangat bermanfaat. Hanya doa yang mampu penulis

berikan untuk semuanya agar mendapat ridho dan keberkahan dari Allah SWT.

Bandar Lampung, Desember 2018Penulis

Candra Murti Ayuningtyas

Page 12: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL .................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ............................................................................... 1B. Tujuan ........... ............................................................................... 3C. Kerangka Teoritis.......................................................................... 3D. Hipotesis ...................................................................................... 5

II.TINJAUAN PUSTAKAA. Potensi Bambu di Indonesia.......................................................... 6B. Gambaran Umum Bambu Kuning, Bambu Hitam, dan Bambu

Betung .......................................................................................... 71. Bambu Kuning (Bambusa vulgaris)......................................... 72. Bambu Hitam (Giganthochloaatroviolacea) ........................... 83. Bambu Betung (Dendrocalamusasper).................................... 10

C. Keterbasahan (Wettability)........................................................... 111. Metode Cosinus Sudut Kontak/CSK (Cosine-Contact

Angle/CCA)…………………………………………………. 112. Metode Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi/TAAT (Corrected

Water-Absorption Height/CWAH)…………………………. 14

III. METODE PENELITIANA. Tempat dan Waktu ....................................................................... 16B. Alat dan Bahan .............................................................................. 16C. Batasan Penelitian ......................................................................... 16D. Metode .......................................................................................... 17

1. Penebangan Bambu .................................................................. 172. Persiapan Sampel Penelitian .................................................... 17

a. Sampel pengujian kadar air dan kerapatan.......................... 17b. Sampel pengujian keterbasahan metode Cosinus Sudut

Kontak(CSK)....................................................................... 18c. Sampel pengujian keterbasahan metode Tinggi Air

Absorpsi Terkoreksi (TAAT) .............................................. 193. Rancang Bangun Pengukur Sudut Kontak ............................... 204. Pengujian Sampel..................................................................... 21

Page 13: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

iv

Halamana. Sampel pengujian kadar air dan kerapatan.......................... 21b. Sampel pengujian keterbasahan metode Cosinus Sudut

Kontak (CSK)...................................................................... 21c. Sampel pengujian keterbasahan metode Tinggi Air

Absorpsi Terkoreksi (TAAT) .............................................. 225. Pengolahan dan Analisis .......................................................... 23

a. Sampel kadar air dan kerapatan........................................... 23b. Sampel keterbasahan dengan metode Cosinus Sudut

Kontak (CSK)...................................................................... 23c. Sampel keterbasahan dengan metode Tinggi Air

Absorpsi Terkoreksi (TAAT) .............................................. 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Kadar Air dan Kerapatan............................................................... 29B. Contact Angle Analyzer Skala Laboratorium................................ 31C. Sifat Keterbasahan dengan Metode Cosinus Sudut Kontak

(CSK) ............................................................................................ 35D. Sifat Keterbasahan dengan Metode Tinggi Air Absorpsi

Terkoreksi (TAAT)....................................................................... 41

V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan ....................................................................................... 44B. Saran ............................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 46

LAMPIRANTabel 9-12 ................................................................................................... 50-53Perhitungan ................................................................................................. 54-56

Page 14: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Sifat kimia bambu kuning .................................................................... 8

2. Sifat kimia bambu hitam ...................................................................... 9

3. Sifat kimia bambu betung .................................................................... 10

4. Sifat fisik bambu kuning, bambu hitam, dan bambu betung................ 29

5. Komponen contact angle analyzer skala laboratorium........................ 32

6. Sudut kontak bambu kuning, bambu hitam, dan bambu betung yangditetesi air ............................................................................................. 36

7. Sudut kontak bambu kuning, bambu hitam, dan bambubetung yangditetesi cat minyak................................................................................ 39

8. Nilai Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi (TAAT) pada bambu kuningbambu hitam, dan bambu betung ......................................................... 41

9. Hasil pengolahan data sifat keterbasahan bambu betung ulanganpertama dengan metode Cosinus Sudut Kontak (CSK) ...................... 51

10. Hasil pengolahan data sifat keterbasahan bambu betung ulangankedua dengan metode Cosinus Sudut Kontak (CSK) .......................... 52

11. Hasil pengolahan data sifat keterbasahan bambu betung ulanganketiga dengan metode Cosinus Sudut Kontak (CSK) .......................... 53

12. Hasil rata-rata pengolahan data sifat keterbasahan bambu betungdengan metode Cosinus Sudut Kontak (CSK)..................................... 54

Page 15: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1. Bagan alir kerangka pemikiran ............................................................. 5

2. A) Pengambilan bambu kuning, B) bambu hitam, dan C) bambubetung.................................................................................................... 17

3. A) Hasil potongan sampel dan B) pengampelasan ............................... 18

4. A) Proses pengguntingan sampel, B) pengayakan, dan C) pengeringandengan oven .......................................................................................... 19

5. Sketsa contact angle analyzer ............................................................... 20

6. Pengukuran sampel dengan jangka sorong ........................................... 21

7. Pengujian keterbasahan dengan metode TAAT.................................... 22

8. Tampilan layar software imageJ ........................................................... 24

9. Tampilan layar untuk gambar yang dianalisis ...................................... 24

10. Tampilan analisis gambar ..................................................................... 25

11. Tampilan analisis gambar ..................................................................... 25

12. Tampilan layar analisis sudut................................................................ 26

13.Tampilan hasil sudut kontak .................................................................. 26

14. Tampilan sudut kontak.......................................................................... 27

15. Tampilan sudut kontak.......................................................................... 27

16. Contact angle analyzer skala laboratorium........................................... 31

17. Tetesan cairan pada permukaan bambu ................................................ 33

18. Contact angle meter Kino Industry dan China Manufacturers ............. 34

Page 16: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

vii

Gambar Halaman19. Grafik perubahan sudut kontak pengujian air pada bambu kuning,

bambu hitam, dan bambu betung ....................................................... 35

20. Grafik perubahan sudut kontak pengujian cat minyak pada bambukuning, bambu hitam, dan bambu betung .......................................... 39

Page 17: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi pasokan kayu di Indonesia dari hutan alam memiliki perbedaan yang

signifikan jika dibandingkan dengan hutan tanaman. Total produksi kayu dari

hutan alam pada tahun 2013 hingga 2016 berjumlah 19.405.701 m3 sedangkan

total produksi kayu dari hutan tanaman pada periode yang sama berjumlah

110.114.379 m3 (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2017). Hal ini

membuktikan bahwa pemanfaatan kayu oleh perusahaan dari hutan tanaman lebih

tinggi dibandingkan dari hutan alam.

Sebagian besar kayu yang ditanam perusahaan untuk hutan tanaman merupakan

kayu yang cepat tumbuh, tetapi kayu yang cepat tumbuh memiliki banyak

kekurangan seperti berat jenis dan keawetan alami yang rendah karena umur

panen yang relatif cepat (Basuki, 2014). Oleh karena itu diperlukan alternatif

pengganti kayu. Arsyad (2015) menjelaskan bahwa salah satu alternatif pengganti

kayu adalah tanaman yang memiliki sifat seperti kayu yaitu terdapat senyawa

lignoselusosa, salah satu contohnya adalah bambu. Febrianto et al. (2012)

menjelaskan bahwa bambu sangat menjanjikan jika digunakan sebagai bahan baku

subsitusi kayu karena laju pertumbuhan yang cepat serta memiliki keteguhan tarik

yang sangat baik. Nurkertamanda et al. (2011) menambahkan kelebihan lainnya

Page 18: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

2yang dimiliki oleh bambu adalah tanaman yang mudah ditanam, tidak

memerlukan pemeliharaan secara khusus, serta mudah didapat.

Bambu juga memiliki kelemahan karena bagian dalamnya yang berongga

sehingga ada keterbatasan dimensi jika dijadikan papan (Arsyad, 2015). Salah

satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi misalnya dengan mengkonversi bambu menjadi papan

laminasi (Arsyad, 2015). Papan laminasi dapat dijadikan sebagai alternatif papan

kayu. Papan laminasi dibuat dengan cara menggabungkan potongan bambu kecil

kemudian direkatkan menggunakan perekat. Menurut Basuki (2014) salah satu

faktor yang paling penting dalam konversi bambu menjadi papan laminasi adalah

proses perekatannya. Selanjutnya Yuningsih (2017) menambahkan bahwa yang

sangat berpengaruh terhadap perekatan bambu adalah sifat keterbasahannya.

Keterbasahan adalah kondisi suatu permukaan yang menentukan sejauh mana

cairan akan diserap oleh bambu. Sifat keterbasahan pada permukaan bambu dapat

dilihat dari besarnya sudut kontak yang terbentuk. Yuan dan Lee (2013)

menjelaskan bahwa semakin kecil derajat sudut kontak yang terbentuk maka sifat

keterbasahan semakin tinggi. Selain dapat dilihat dari sudut kontak, sifat

keterbasahan juga dapat dilihat dari banyaknya air yang terserap ke dalam

partikel bambu yang direndam dalam air. Sifat keterbasahan dapat juga

digunakan untuk mengetahui kemudahan dalam pengerjaan akhir (finishing) pada

bambu seperti proses pelitur maupun pengecatan dengan melihat kemampuan

bambu menyerap bahan-bahan tersebut. Penelitian ini akan mengkaji sifat

keterbasahan bambu dengan metode Cosinus Sudut Kontak/CSK (Cosine-Contact

Page 19: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

3Angle/CCA) dan metode Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi/TAAT (Corrected

Water-Absorption Height/CWAH).

B. Tujuan

Tujuan penelitian dapat dilihat sebagai berikut.

1. Membuat rancang bangun contact angle analyzer skala laboratorium.

2. Mengetahui sifat keterbasahan bambu kuning, bambu hitam, dan bambu

betung dengan menggunakan contact angle analyzer melalui metode Cosinus

Sudut Kontak (CSK).

3. Mengetahui sifat keterbasahan bambu kuning, bambu hitam, dan bambu

betung melalui metode Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi (TAAT).

C. Kerangka Teoritis

Produksi kayu bulat dari hutan alam dan hutan tanaman secara umum memiliki

perbedaan yang signifikan. Keadaan pasokan kayu dari hutan alam yang menurun

salah satunya disebabkan oleh kegiatan penebangan kayu yang lebih banyak

dibandingkan kegiatan penanamannya (Basuki, 2014). Permasalahan tersebut

membuat perusahaan lebih memanfaatkan hutan tanaman dibanding hutan alam.

Kayu yang diusahakan perusahaan dari hutan tanaman memiliki banyak

kekurangan sebab jenis kayu tersebut memiliki sifat cepat tumbuh, akibatnya berat

jenis dan keawetan alami kayu rendah (Basuki, 2014). Sulastiningsih dan Santoso

(2012) menjelaskan bahwa bambu adalah satu dari beberapa tanaman

berlignoselulosa yang berpotensi sebagai pengganti kayu.

Page 20: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

4Indonesia diperkirakan memiliki 157 jenis bambu atau sekitar 10% jenis bambu di

dunia terdapat di Indonesia (Widjaja dan Karsono, 2005). Bambu kuning adalah

salah satu spesies terbesar di antara bambu yang lain sebab bambu ini dapat

ditemukan dengan mudah terutama di negara tropis hutan hujan (Zain et al.,

2018). Bambu kuning (Bambusa vulgaris) memiliki kadar lignin dan holoselulosa

35,19% dan 83,75%. Bambu betung (Dendrocalamus asper) juga merupakan

bambu yang memiliki persebaran yang luas, yaitu di Jawa, Sumatera, dan

Sulawesi. Ukurannya yang besar dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan

konstruksi bangunan seperti reng dan kaso. Kadar lignin dan holoselulosa bambu

betung adalah 30,20% dan 83,80%. Sedangkan bambu hitam (Gigantochloa

atroviolacea) dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai furniture seperti meja

dan kursi sebab memberikan kesan eksotis dan mewah serta memiliki sifat

kekuatan fisik yang baik dan warnanya yang mengkilap (Yani, 2012). Kadar

lignin dan holoselulosa dari bambu hitam adalah 30,01% dan 76,22%.

Sifat keterbasahan dari ketiga jenis bambu akan di uji menggunakan dua metode

yaitu metode Cosinus Sudut Kontak/CSK (Cosine-Contact Angle/CCA) dan

metode Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi/TAAT (Corrected Water-Absorption

Height/CWAH). Sifat keterbasahan pada metode sudut kontak dapat dilihat

melalui besarnya sudut kontak yang terbentuk di atas permukaan bambu. Yuan

dan Lee (2013) menjelaskan semakin kecil derajat sudut kontak yang terbentuk

maka sifat keterbasahan semakin baik. Untuk sifat keterbasahan pada metode

tinggi air absorpsi terkoreksi, bambu dibuat menjadi bentuk partikel kemudian

dapat dilihat dari tinggi air yang terserap pada partikel bambu yang direndam di

dalam air. Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 21: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

5

Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran.

D. Hipotesis

Terdapat perbedaan hasil mengenai sifat keterbasahan dengan metode Cosinus

Sudut Kontak (CSK) dan metode Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi (TAAT) pada

bambu kuning, bambu hitam, dan bambu betung.

Metode CSK Metode TAAT

Sifat Keterbasahan Bambu

Keterbasahan

Bambu Hitam(Gigantochloaatroviolacea)

Bambu Kuning(Bambusa vulgaris)

Bambu Betung(Dendrocalamus

asper)

Page 22: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Potensi Bambu di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia yang ditumbuhi banyak

tanaman bambu dan cukup potensial. Widjaja dan Karsono (2005) menjelaskan

bahwa jenis bambu di dunia diperkirakan terdiri atas 1250-1350 jenis yang

diperkirakan di Indonesia terdapat 157 jenis bambu atau sekitar 10% jenis bambu

di dunia serta lebih dari 50% dimanfaatkan oleh penduduk.

Bambu banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan jenisnya.

Menurut Setiawati et al. (2015) bambu banyak digunakan sebagai pondasi rumah,

alat musik, dan perlatan rumah tangga. Selain itu jenis beberapa bambu memiliki

potensi untuk rehabilitasi lahan marginal dan dapat digunakan sebagai pagar

hidup dan pemecah angin di perbatasan daerah pertanian, atau sebagai pencegah

erosi di sepanjang sungai. Bambu juga dapat digunakan sebagai bahan baku

bubur kertas dan pengganti kayu bakar. Batubara (2002) menambahkan bahwa

bambu di Indonesia banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bambu

lapis untuk dijadikan pelapis pada kayu, bambu lamina, papan semen, arang

bambu, pulp, kerajinan tangan, sumpit, perkakas rumah tangga, sayur, dan alat

musik. Arsyad (2015) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa bambu yang

digunakan sebagai kayu lapis harus melewati prosesnya terlebih dahulu yaitu

Page 23: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

7bambu dilakukan pemotongan dan pembelahan dilanjutkan dengan pembuatan

setrip. Pemaparan di atas menjelaskan bahwa tanaman bambu sangat berpotensi

untuk masyarakat Indonesia.

B. Gambaran Umum Bambu Kuning, Bambu Hitam, dan Bambu Betung

1. Bambu Kuning (Bambusa vulgaris)

Bambu kuning merupakan bambu yang digunakan oleh masyarakat untuk

pembuatan tanaman hias di pekarangan rumah (Muhtar et al., 2017). Klasifikasi

bambu kuning (Bambusa vulgaris) dapat dilihat sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monokotiledon

Ordo : Graminales

Famili : Graminae

Genus : Bambusa

Spesies : Bambusa vulgaris

Bambu kuning adalah salah satu spesies terbanyak di antara bambu sebab bambu

ini dapat ditemukan dengan mudah terutama di negara tropis hutan hujan (Zain et

al., 2018). Menurut Fatriasari dan Hermiati (2008) bambu kuning memiliki

karakteristik warna batang kuning dengan sedikit bergaris hijau dengan panjang

ruas 18-25 cm serta permukaan batangnya agak halus. Hadjar et al. (2017)

memaparkan bahwa helaian daun bambu kuning berwarna hijau dengan bentuk

meruncing. Handoko (2003) menambahkan bahwa bambu kuning memiliki tinggi

Page 24: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

8batang 10 m dan diameter 10 cm. Widjaja dan Karsono (2005) menjelaskan

rebung bambu kuning berwarna hijau dengan ujung yang kekuningan serta tempat

tumbuh bambu kuning berada di sepanjang pinggir sungai atau pinggir jalan.

Sifat kimia dari bambu kuning dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat Kimia Bambu Kuning

No Sifat Kimia Kandungan (%)1 Zat ekstraktif terlarut dalam air panas 6,462 Zat ekstraktif terlarut dalam air dingin 2,963 Lignin 35,194 Holoselulosa 83,755 Abu 2,376 Silika 1,05Sumber : Fatriasari dan Hermiati, 2008.

Widjaja dan Karsono (2005) menjelaskan bahwa bambu kuning biasa digunakan

untuk membuat kandang sapi/kerbau, tempat penanaman rumput laut, dan tempat

penangkapan ikan di laut. Arinasa dan Peneng (2013) menambahkan bambu

kuning juga biasa digunakan untuk membuat lemari dan rak.

2. Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolacea)

Bambu hitam merupakan sejenis bambu yang memiliki warna hijau saat muda,

didominasi warna hitam dan kehijauan rona saat sudah matang atau siap panen

(Setiawati et al., 2015). Klasifikasi bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea)

dapat dilihat di bawah ini.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Page 25: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

9Kelas : Monokotiledon

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Gigantochloa

Spesies : Gigantochloa atroviolacea

Masyarakat Indonesia memanfaatkan bambu hitam sebagai bahan peralatan yang

kuat. Yani (2012) menambahkan bambu hitam biasa digunakan untuk membuat

furniture seperti meja dan kursi sebab memberikan kesan eksotis dan mewah serta

memiliki sifat kekuatan fisik yang baik dan warnanya yang mengkilap. Batubara

(2002) menambahkan bahwa bambu hitam memiliki karakteristik yang unik yaitu

dapat menghasilkan nada musik sehingga bambu hitam juga digunakan sebagai

bahan alat musik tradisional. Bambu hitam dapat tumbuh di tanah kering berbatu

(Yani, 2012). Sifat kimia dari bambu hitam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat Kimia Bambu Hitam

No Sifat Kimia Kandungan (%)1 Zat ekstraktif terlarut dalam air panas 5,492 Zat ekstraktif terlarut dalam air dingin 3,313 Lignin 30.014 Holoselulosa 76,225 Abu 3,306 Silika 2,93Sumber : Fatriasari dan Hermiati, 2008.

Page 26: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

103. Bambu Betung (Dendrocalamus asper)

Jenis bambu Dendrocalamus asper mempunyai nama lokal yang berbeda-beda

untuk setiap daerahnya. Seperti di Jawa bambu petung dikenal dengan nama

Pring Petung. Klasifikasi bambu betung sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Dendrocalamus

Spesies : Dendrocalamus asper

Bambu betung merupakan tanaman berlignoselulosa yang memiliki diameter

hingga mencapai 20 cm. Tinggi dari bambu tersebut dapat mencapai 25 m.

Penyebaran bambu betung cukup luas yaitu ada di Pulau Jawa, Sumatera,

Sulawesi bahkan sampai ke kawasan timur Indonesia. Berikut disajikan sifat-sifat

kimia dari bambu betung pada Tabel 3.

Tabel 3. Sifat Kimia Bambu Betung

No Sifat Kimia Kandungan (%)1 Zat ekstraktif terlarut dalam air panas 7,192 Zat ekstraktif terlarut dalam air dingin 5,673 Lignin 30,204 Holoselulosa 83,805 Abu 4,636 Silika 3,51Sumber : Fatriasari dan Hermiati, 2008.

Page 27: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

11Bambu betung banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan bangunan

seperti reng yang dibuat dengan cara membelahnya menjadi dua. Selain itu

bambu betung dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku briket arang, sebab

harganya relatif murah jika dibandingkan dengan bahan yang lain.

C. Keterbasahan (Wettability)

Marra (1992) mendeskripsikan keterbasahan adalah kondisi suatu permukaan

yang menentukan sejauh mana cairan akan diserap oleh kayu. Lestari et al.

(2016) menjelaskan bahwa suatu permukaan kayu akan semakin mudah diresap

oleh larutan aquades jika kondisi kayu memiliki porositas yang tinggi. Perihal

tersebut juga didukung oleh pendapat Sucipto (2009) yang menjelaskan bahwa

kayu yang berkerapatan rendah (porositasnya tinggi) menjadi lebiih baik untuk

dibasahi, sedangkan ekstraktif dalam jumlah berlebihan akan berpengaruh kurang

baik pada keterbasahan. Penentuan sifat keterbasahan dianalisis menggunakan

dua metode yaitu metode Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi (TAAT) dan metode

Cosinus Sudut Kontak (CSK).

1. Metode Cosinus Sudut Kontak/CSK (Cosine-Contact Angle/CCA)

Metode cosinus sudut kontak merupakan metode yang diterapkan untuk

mengetahui sifat keterbasahaan pada suatu permukaan. Darren et al. (2010)

mengemukakan bahwa pengukuran sudut kontak dibentuk oleh tetesan cairan

ditempatkan pada permukaan horizontal sehingga dapat memberikan informasi

tentang keterbasahan permukaan.

Page 28: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

12Menurut Darren et al. (2010), dua metode untuk yang paling banyak digunakan

untuk menentukan sudut kontak, yaitu metode setengah sudut (half angle) dan

metode manual. Penjelasannya dapat dilihat sebagai berikut.

1. Metode setengah-sudut, merupakan bagian dari bola, didukung dasar dari

metode ini dimana nilai-nilai sudut kontak yang dihitung dengan menggunakan

prinsip-prinsip geometri Euclidian.

2. Metode manual, menggambar lingkaran atau elips ke gambar cross-sectional

dari sessile drop memungkinkan perkiraan benar-benar bulat (atau sebaliknya)

dari gambar droplet. Paket perangkat lunak termasuk alat pengukuran sudut di

mana garis ditarik melintasi garis dasar tetesan menghubungkan titik-titik tiga

fase kiri dan kanan. Sudut garis dasar dan tangen pada titik tiga fase

memberikan perkiraan sudut kontak. Pendekatan ini berpotensi lebih tepat

daripada metode half-angle, tetapi pengukuran sudut manual tergantung pada

teknik analisis.

Analisis mengenai sudut kontak terdapat tiga cara yang dapat diatur melalui

plugin, diantaranya adalah Brugnara, Dropsnake, dan Low Bond Axisymmetric

Drop Shape Analysis (LB-ADSA). Penjelasannya dapat dilihat sebagai berikut.

1. Brugnara, gambar harus disimpan setelah perekaman gambar kemudian akan

muncul gambar tetesan yang tergantung dari permukaan. Setelah membuka

plugin akan muncul tanda seperti salib sebagai kursor. Plugin Brugnara paling

mudah dipelajari dan yang paling tidak rentan terhadap kemiringan gambar.

2. Dropsnake, menggunakan refleksi tetesan untuk mendapatkan pengukuran yang

lebih akurat. DropSnake mampu mengakomodasi kemiringan gambar, dan

Page 29: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

13merupakan satu-satunya pilihan untuk tetes yang sangat asimetris. Refleksi

tetesan dapat digunakan untuk mendeteksi antarmuka dan kemiringan kecil

pada gambar.

3. LB-ADSA, teknik ini menggunakan teknik matematis yaitu dengan

menggunaan Laplace sehinggaa menghasilkan sudut kontak yang sangat

akurat.

Penentuan sifat keterbasahan dengan metode CSK memiliki kelebihan yang

dipaparkan oleh Sucipto dan Ruhendi (2012) bahwa hasil penentuan keterbasahan

dengan metode CSK merupakan nilai dari keterbasahan permukaan yang akan

direkat, sehingga relatif lebih akurat jika digunakan untuk menduga kekuatan

rekat (gluabilitas). Namun metode CSK juga memiliki kekurangan yaitu pada

penyiapan sampelnya harus dilakukan dengan kehati-hatian. Lestari et al. (2016)

menjelaskan bahwa keterbasahan dipengaruhi oleh kebersihan permukaan kayu

dan kondisi-kondisi pengerjaan dengan mesin. Sucipto (2009) menambahkan

pisau yang tidak tajam dalam pemotongan sampel menyebabkan permukaan kayu

menjadi panas dan terjadi compaction (permukaan mengeras) dan menyebabkan

penurunan keterbasahan.

Selain itu Cahyono (2017) menjelaskan bahwa perbedaan struktur permukaan

bahan akan mempengaruhi keterbasahan. Struktur yang terbentuk pada

permukaan dapat mempengaruhi sudut kontak yang terbentuk. Semakin tinggi

sudut kontak yang terbentuk maka keterbasahannya semakin rendah. Yuan dan

Lee (2013) menjelaskan bahwa sudut kontak yang terbentuk di atas 90o

menunjukkan sifat keterbasahan yang kurang baik. Akibatnya adalah cairan

Page 30: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

14(perekat) lebih sulit membasahi suatu permukaan jika dibandingkan dengan sudut

kontak yang lebih kecil.

Selain faktor permukaan, suhu juga akan mempengauhi sudut kontak yang

terbentuk. Hidayat et al. (2017) menjelaskan bahwa sudut kontak memiliki

perbandingan lurus dengan suhu. Semakin tinggi suhu pada kondisi tersebut

maka sudut kontak yang terbentuk juga semakin tinggi (keterbasahannya rendah).

2. Metode Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi/TAAT (Corrected WaterAbsorption Height/CWAH)

Keterbasahan dapat diuji dengan cara perendaman sampel yang dijadikan serbuk

yang disebut dengan metode Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi (TAAT). Metode

TAAT adalah salah satu parameter untuk melihat keterbasahan kayu. Metode ini

dilakukan dengan cara membuat objek penelitian menjadi serbuk yang selanjutnya

dimasukkan ke dalam tabung kaca. Selanjutnya tabung kaca ditimbang beratnya

dan satu tabung kaca direndam air kemudian dicatat tinggi absorpsinya, maka

keterbasahan kayu dapat dilihat melalui suatu rumus (Sucipto dan Ruhendi, 2012).

Sucipto (2009) menjelaskan bahwa metode ini menggunakan alat yang sedikit

rumit yaitu dengan menjadikan kayu menjadi partikel-partikel kayu dan

disamakan ukurannya. Selain itu Sucipto dan Ruhendi (2012) menjelaskan bahwa

penentuan sifat keterbasahan dengan menggunakan metode TAAT tidak

mencerminkan kualitas permukaan yang akan direkatkan, sebab pada metode ini

kayu dihaluskan menjadi partikel sehingga tidak dapat dibedakan bagian yang

permukaan dan yang bukan permukaan. Kelebihan dari metode ini dapat

Page 31: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

15mengurangi subjektivitas dalam membaca angka sehingga memiliki tingkat

ketelitian yang lebih baik (Sucipto, 2009).

Sifat keterbasahan pada metode TAAT juga dapat digunakan sebagai indikator

kualitas produk. Ruhendi dan Putra (2011) menjelaskan metode TAAT dapat

melihat kualitas produk karena memiliki korelasi yang cukup baik antara

keterbasahan kayu dengan sifat fisis mekanis. Sifat keterbasahan kayu yang

diukur dengan metode TAAT juga memiliki hubungan dengan zat ekstraktif.

Nilai TAAT akan naik setelah kadar zat ekstraktifnya berkurang. Zat ekstraktif

keluar dari serpihan bambu karena perlakuan perendaman air dingin, air panas dan

pengukusan. Berkurangnya zat ekstraktif menyebabkan naiknya nilai absorpsi air

yang berarti juga menaikkan nilai keterbasahan (Sucipto, 2009).

Page 32: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan bulan April-Desember 2018 di Laboratorium

Teknologi Hasil Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bambu berasal

dari Desa Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu.

B. Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan tiga jenis bambu yaitu bambu kuning (Bambusa

vulgaris), bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea), dan bambu betung

(Dendrocalamus asper). Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah tabung

kaca, oven, neraca digital, kaliper, penggaris, gergaji, kapas, mikropipet, statip,

kamera, penyangga kamera (tripod), meja objek, dan software ImageJ. Bahan

yang digunakan adalah larutan aquades dan cat minyak kayu.

C. Batasan Penelitian

Batasan yang diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bambu yang diambil sebagai sampel penelitian adalah bambu kuning, bambu

hitam, dan bambu betung.

2. Bagian bambu yang diteliti hanya pada bagian pangkal.

3. Bambu yang diambil berumur 3 tahun.

Page 33: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

17D. Metode

1. Penebangan Bambu

Bambu yang dipilih pada penelitian ini adalah bambu yang berumur 3 tahun.

Suhardiman (2011) menjelaskan bahwa bambu yang berumur 3 tahun sudah dapat

dipanen. Bambu ditebang dan dipilih ruas kedua dari bawah sebagai sampel uji.

Pengambilan bambu dapat dilihat pada Gambar 2.

A B C

Gambar 2. A) Pengambilan bambu kuning, B) bambu hitam, dan C) bambubetung.

2. Persiapan Sampel Penelitian

a. Sampel pengujian kadar air dan kerapatan

Setelah bambu ditebang, bambu diangin-anginkan selama 1-2 hari, selanjutnya

bambu dikeringkan dalam oven dengan suhu 50oC selama 2 hari, selanjutnya

sampel diletakkan pada suhu ruangan berkisar 25-30oC dengan kelembaban udara

80% selama 14 hari. Bambu dipotong dengan ukuran 2 cm (panjang) x 1 cm

(lebar) x 0,2 cm (tebal). Ukuran panjang mencerminkan arah longitudinal, lebar

mencerminkan arah radial, dan tebal mencerminkan arah tangensial. Sampel yang

Page 34: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

18sudah dikondisikan tersebut selanjutnya ditimbang untuk mendapatkan berat

kering udara, kemudian diukur dimensinya.

b. Sampel pengujian keterbasahan dengan metode Cosinus Sudut Kontak(CSK)

Bambu dipotong dengan ukuran 5,5 cm (panjang) x 1 cm (lebar) x 0,5 cm (tebal).

Ukuran panjang mencerminkan arah longitudinal, lebar mencerminkan arah

radial, dan tebal mencerminkan arah tangensial. Langkah selanjutnya bambu

kemudian diampelas menggunakan nomor ampelas yang sama. Pada penelitian

ini digunakan nomor ampelas P-60 (kasar) dan CC-600 (halus). Hasil potongan

bambu dan pengampelasan dapat dilihat pada Gambar 3.

A B

Gambar 3. A) Hasil potongan bambu sampel dan B) pengampelasan.

Page 35: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

19c. Sampel pengujian keterbasahan dengan metode Tinggi Air Absorpsi

Terkoreksi (TAAT)

Persiapan sampel untuk pengujian keterbasahan dengan metode TAAT dalam

penelitian ini mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Sucipto dan Ruhendi

(2012). Langkah yang dilakukan pada penelitian ini yang pertama sampel bambu

diserut kemudian digunting menjadi ukuran partikel. Selanjutnya partikel disaring

untuk memperoleh ukuran partikel yang seragam. Partikel disaring dengan

menggunakan saringan ukuran 18 mesh. Sebelumnya partikel diayak

menggunakan ayakan yang ukurannya lebih kecil dari 18 mesh dengan tujuan

menghilangkan debu-debu halus partikel, kemudian partikel bambu dikeringkan

dalam oven dengan suhu 100oC selama 24 jam. Persiapan partikel dapat dilihat

pada Gambar 4.

A B C

Gambar 4. A) Proses pengguntingan sampel, B) pengayakan, dan C) pengeringandengan oven.

Page 36: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

203. Rancang Bangun Pengukur Sudut Kontak (Contact Angle Analyzer)

Komponen yang digunakan untuk rancangan pengukur sudut kontak yaitu kamera,

lampu belajar, meja objek, mikropipet, dan laptop beserta software ImageJ. Jenis

kamera yang berfungsi sebagai penangkap gambar tetesan air adalah kamera

handphone dengan resolusi 13 megapiksel. Jarak antara kamera dan sampel

dibuat tetap. Lampu yang digunakan sebagai sumber cahaya memiliki ukuran 3

watt. Meja objek yang berfungsi sebagai pengamat obyek dibuat dengan besi dan

alumunium. Ukuran tinggi meja adalah 11 cm, sedangkan ukuran meja benda

menyesuaikan dengan panjang sampel. Hasil rekaman diolah dengan software

ImageJ untuk menentukan sudut kontak antara cairan dengan permukaan bambu

sebagaimana dijelaskan dalam Hidayat et al. (2017). Sketsa rancangan untuk

mengukur sudut pada metode CSK dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Sketsa contact angle analyzer.

lampu1 cm

KameraMeja objek

11 cmKomputerKomputer

Sessile drop

Page 37: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

214. Pengujian Sampel

a. Sampel pengujian kadar air dan kerapatan

Langkah selanjutnya sampel dioven pada suhu 100oC selama 24 jam, kemudian

ditimbang dan diukur dimensinya untuk mendapatkan berat kering tanur.

Pengukuran panjang, lebar, dan tebal menggunakan jangka sorong digital.

Pengukuran bambu dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengukuran sampel dengan jangka sorong.

b. Sampel pengujian keterbasahan dengan metode Cosinus Sudut Kontak(CSK)

Pengujian keterbasahan dilakukan dengan pengukuran sudut kontak (contact

angle) antara cairan dan permukaan sampel bambu kuning (Bambusa vulgaris),

bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea), dan bambu betung(Dendrocalamus

asper). Prosedur pengujian keterbasahan dengan metode CSK dalam penelitan ini

mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Sucipto (2009) dengan prosedur sebagai

berikut.

Page 38: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

22Pengujian sifat keterbasahan dengan metode CSK dilakukan dengan merekam

tetesan air yang diteteskan pada permukaan bambu. Potongan bambu ditempatkan

pada permukaan meja yang datar. Pada bagian atas permukaan papan dipasang

mikropipet 0,01 ml dengan menggunakan bantuan statip. Hasil rekaman diolah

dengan software ImageJ untuk menentukan sudut kontak antara cairan dengan

permukaan bambu. Pengujian keterbasahan dilakukan ulangan sebanyak tiga kali

untuk masing-masing bambu.

c. Sampel pengujian keterbasahan dengan metode Tinggi Air AbsorpsiTerkoreksi (TAAT)

Partikel bambu dimasukan ke dalam pipa gelas dan diisi dengan partikel.

Selanjutnya pipa ditegakkan dengan ujung bawah direndam air sedalam ±1,25 cm.

Ujung pipa ditutup dengan kapas. Pipa gelas tersebut dibiarkan selama 48 jam,

kemudian diukur tinggi serapan airnya. Tinggi absorpsi air terkoreksi dapat

dihitung dengan menggunakan rumus TAAT. Pengujian keterbasahan dilakukan

ulangan sebanyak tiga kali untuk masing-masing bambu. Pengujian keterbasahan

dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengujian keterbasahaan dengan metode TAAT.

Page 39: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

235. Pengolahan dan Analisis

a. Sampel kadar air dan kerapatan

Langkah selanjutnya, untuk mengetahui nilai kadar air maka dapat dihitung

dengan menggunakan rumus Haygreen dan Bowyer (1982) sebagai berikut.

Adapun kerapatan yang dihitung merupakan kerapatan berat kering tanur yang

didapat dari berat dan volume bambu setelah dioven. Nilai kerapatan dihitung

dengan menggunakan rumus Haygreen dan Bowyer (1982) dengan rumus sebagai

berikut.

Selanjutnya data dianalisis menggunakan Microsoft Excel untuk menghitung

kadar air dan kerapatan kering tanurnya.

b. Sampel keterbasahan metode Cosinus Sudut Kontak (CSK)

Pengujian keterbasahan dengan metode sudut kontak diolah menggunakan

software imageJ. Langkah yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 8 sampai

Gambar 15.

Berat Kering Udara (gr) – Berat Kering Tanur (gr)

Berat Kering Tanur (gr)Kadar Air (%) = X 100%

Kerapatan (gr/cm3) = Massa kering tanur (gr) /Volume kering tanur (cm3)

Page 40: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

241. Langkah petama klik file kemudian pilih open dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Tampilan layar software imageJ.

2. Langkah kedua pilih foto yang akan dianalisis sudutnya dapat dilihat padaGambar 9.

Gambar 9. Tampilan layar untuk gambar yang dianalisis.

Page 41: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

253. Setelah muncul foto seperti pada gambar di atas, klik plugins kemudian klik

contact angle. Jika contact angle belum muncul pada program imageJ,lakukan pengunduhan plugins contact angle. Langkah tersebut dapat dilihatpada Gambar 10.

Gambar 10. Tampilan analisis gambar.

4. Gambar akan berubah warna menjadi hitam putih, kemudian muncul tanda +

setelah itu sematkan tanda + seperti yang terlihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Tampilan analisis gambar.

Page 42: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

265. Klik point list selanjutnya klik manual point procedure. Langkah tersebut

dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Tampilan layar analisis sudut.

6. Kemudian akan muncul tabel sudut kontak yaitu terdapat theta right sebagaisudut kanan dan theta left sebagai sudut kiri. Maka didapat rata-rata sudutnyayaitu dari theta E. Sudut yang terbentuk merupakan sudut diluar tetesan air,maka untuk mendapatkan sudut kontaknya yaitu 180o dikurang hasil dari thetaE. Langkah tersebut dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Tampilan hasil sudut kontak.

Page 43: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

277. Klik back to image, kemudian klik done dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Tampilan sudut kontak.

8. Klik file kemudian klik open next dan ulangi seperti langkah di atas. Langkahtersebut dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Tampilan sudut kontak.

Page 44: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

28c. Sampel keterbasahan dengan metode Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi

(TAAT)

Parameter yang diamati untuk mengetahui sifat keterbasahan bambu dengan

metode TAAT dilakukan dengan melihat tinggi serapan air pada serbuk partikel

bambu. Perhitungan nilai TAAT untuk sifat keterbasahannya mengacu pada

rumus Bodig (1962) yaitu sebagai berikut.

Keterangan:

TAAT = Tinggi Air Absorpsi Terkoreksi (cm)

h1 = Tinggi penyerapan air (cm)

h2 = Tinggi partikel (cm)

w = Berat kering oven partikel (g)

d = Diameter dalam pipa gelas (cm)

π = 3,1415

s = Volume jenis air (cm3/g)

TAAT= h1 x d2 x π x h2

4 x w x s

Page 45: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Penelitian ini berhasil membuat alat contact angle analyzer skala laboratorium

dan berhasil digunakan untuk merekam sudut kontak.

2. Sifat keterbasahan dengan metode CSK pada masing-masing bambu

menunjukkan hasil yang berbeda, bambu hitam memiliki sifat keterbasahan

tertinggi atau sudut kontak terkecil (90,27o) dibandingkan dengan bambu

betung (112,37o) dan bambu kuning (124,5o). Namun, pengukuran CSK

dengan tetesan cat minyak menunjukkan hasil yang konsisten, dimana bambu

kuning memiliki keterbasahan tertinggi yang ditunjukkan dengan nilai sudut

kontak yang paling kecil (91,9o) dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o)

dan bambu betung (112,8o).

3. Keterbasahan dengan metode TAAT menunjukkan bahwa bambu kuning

memiliki keterbasahan tertinggi dengan nilai TAAT sebesar 479,47 mm,

kemudian disusul oleh bambu betung sebesar 426,27 mm, dan bambu hitam

sebesar 376,97 mm.

4. Sifat keterbasahan dari metode TAAT dan CSK yang ditetesi minyak memiliki

hubungan yang konsisten dengan kerapatan, namun sifat keterbasahan pada

metode CSK yang ditetesi air tidak berhubungan secara konsisten disebabkan

oleh struktur anatomi dan zat ekstraktif.

Page 46: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

45B. Saran

Perlunya dilakukan penelitian lanjutan mengenai penentuan sifat keterbasahan

pada penampang tangensial untuk bambu kuning, bambu hitam, dan bambu

betung supaya dapat menjadi perbandingan dengan hasil penelitian ini.

Page 47: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

47

DAFTAR PUSTAKA

Arinasa, I.B.K. dan Peneng, I.N. 2013. Jenis-jenis Bambu di Bali danPotensinya. Buku. LIPI Press. Jakarta. 118 halaman.

Arsyad, E. 2015. Teknologi pengolahan dan manfaat bambu. Jurnal RisetIndustri Hasil Hutan. 7 (1) : 45-52.

Basuki, A. 2014. Material Kayu Laminasi. Artikel. http://dok.joglosemar.com/baca/ 2014/05/25/material- kayu-laminasi.html. Diakses pada 14 Januari2018.

Basri, E. dan Saefudin. 2006. Sifat kembang susut dan kadar air keseimbanganbambu tali pada berbagai umur dan tingkat kekeringan. Jurnal PenelitianHasil Hutan. 24 (3) : 241-250.

Batubara, R. 2002. Pemanfaatan Bambu di Indonesia. Karya Tulis. UniversitasSumatera Utara. Medan. 6 halaman.

Bodig, J. 1962. Wetability related to gluabilities of five philipine mahagonies.Journal Forest Product. 12 (6) : 265 – 270.

Cahyono, T.D. 2017. Sudut kontak dan keterbasahan dinamis kayu samama padaberbagai pegerjaan kayu. Jurnal Teknik Sipil. 24 (3) : 209-216.

China Manufacturers. 2019. Contact Angle Measurement System. Artikel.https:// haidaequipment.en.made-in-china.com/product/byixtMhDCIWc/China-Contact-Angle-Measurement-System-Contact-Angle-Measurement-Distributor.html. Diakses pada 16 Januari 2019.

Darren, L.W., Anselm, T.K., Mark, A.A., Madison, B.H., Megan, M.K. danEllizabeth, I.N. 2010. Computerised measurement of contact angles.Journal of Galvanotechnik. 101 (11) : 2502-2512.

Eratodi, I.G.L.B. 2017. Struktur dan Rekayasa Bambu. Buku. PenerbitUniversitas Pendidikan Nasional. Bali. 21 halaman.

Page 48: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

48Fatriasari,W. dan Hermiati, E. 2008. Analisis morfologi serat dan sifat fisis-

kimia pada enam jenis bambu sebagai bahan baku pulp dan kertas. JurnalIlmu dan Teknologi Hasil Hutan. 1 (2) : 67-72.

Febrianto, F., Sahroni., Hidayat, W., Bakar, E.S., Kwon, G.J., Kwon, J.H., Hong,S.I. dan Kim, N.H. 2012. Properties of oriented strand board made frombetung bamboo. Journal Wood Science and Technology. 46 : 53-62.

Gavrilovic, G.I., Dunky, M., Miljkovic, J. dan Djiporovic, M. 2012. Influence ofthe viscosity of uf resins on the radial and tangential penetration into poplarwood and the shear strength of adhesive joints. BioResources. 11 (1) :2238-2255.

Hadjar, N., Pujirahayu, N. dan Fitriono, E. 2017. Keragaman jenis bambu dikawasan tahura nipa-nipa kelurahan mangga dua. Ecogreen. 3 (1) : 9-16.

Handoko, A. 2003. Budidaya Bambu Rebung. Buku. Kanisius. Yogyakarta.52 halaman.

Haygreen, J.G. dan Bowyer, J.L. 1982. Forest Product and Wood Science, anIntroduction. Buku. Iowa State University Press. Amerika Serikat. 495halaman.

Hidayat, W., Qi, Y., Jang, J.H., Febrianto, F. dan Kim, N.H. 2017. Effect ofmechanical restraint on the properties of heat-treated pinus koraiensis andpaulownia tomentosa woods. BioResources. 12 (4) : 7539-7551.

Kartika, I.A. dan Pratiwi, D.F. 2018. Karakteristik papan partikel dari bambudengan perekat getah damar. Jurnal Teknologi Industri. 28 (2) : 127-137.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2017. Statistika KehutananIndonesia 2016. Buku. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Jakarta. 355 halaman.

Kino Industry, 2014. Price List of Kino's Contact Angle Meter. Artikel.http://www.uskino. com/Article/T2/139.html. Diakses pada 16 Januari 2019.

Krisdianto., Ginuksumarni. dan Ismanto, A. 2000. Sari Hasil Penelitian Bambu.Karya Ilmiah. Pusat Penelitian Hasil Hutan BALITBANG Kehutanan danPerkebunan. Bogor. 15 halaman.

Kurniawan, D. dan Ipnuwati, S. 2018. Penggunaan metode topsis menentukanjenis bambu untuk pembuatan alat rumah tangga “tradisional”. ProsidingKMSI 2018. 6 (1) : 43-52.

Page 49: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

49Lamour, G. dan Hamraoui, A. 2010. Contact angle measurement using a

simplified experimental setup. Journal of Chemical Education. 87 (12) :1403-1407.

Lestari, A.T., Darmawan, I.W. dan Nandika, D. 2016. Pengaruh kondisipermukaan terhadap daya lekat lapisan pelindung. Jurnal Ilmu TeknologiKayu Tropis. 14 (1) : 11-22.

Marra, A.A. 1992. Technology of Wood Bonding. Buku. Van Nostrand Reihold.New York. 454 halaman.

Muhtar, D.F., Sinyi, Y. dan Ahmad, H. 2017. Pemanfaatan tumbuhan bambuoleh masyarakat di kecamatan oba utara kota tidore kepulauan. J.Saintifik.1 (1) : 37-44.

Nurkertamanda, D., Andreina, W. dan Widiani, M. 2011. Pemilihan parameterpre treatment pada proses pengawetan bambu laminasi. Jurnal TeknikIndustri. 6(3) : 155-160.

Ruhendi, S. dan Putra, E. 2011. Sifat fisis dan mekanis papan partikel daribatang dan cabang kayu jabon (anthocephalus cadamba miq.). Jurnal Ilmudan Teknologi Hasil Hutan. 4 (1) : 14-21.

Satriadi, T. 2009. Perubahan Dimensi Kayu. Artikel. http://trisnusatriadi.blogspot.com/2009/05/perubahan-dimensi-kayu_22.html. Diakses pada 18Oktober 2018.

Setiawati, T., Mutaqin, A.Z., Irawan, B., An’amillah, A. dan Subyakto, Ismadi.,Mohamad, G. 2015. Sifat Fisis dan Mekanis Bambu Lapis dari BambuSembilang (Dendrocalamus giganteous ) dan Andong ( Gigantochloapseudoarundinacea). Buku. Pusat penelitian biomaterial LIPI. Bogor.197 halaman.

Sucipto, T. 2009. Determinasi Keterbasahan (Wettability) Kayu. Karya Ilmiah.Universitas Sumatera Utara. Medan. 11 halaman.

Sucipto, T. dan Ruhendi, S. 2012. Pengaruh perendaman terhadap keterbasahantandan kosong sawit dan perbandingannya dengan keterbasahan beberapajenis kayu. Journal of Forestry. 1 (1) : 30-33.

Suhardiman, M. 2011. Kajian pengaruh penambahan serat bambu ori terhadapkuat tekan dan kuat tarik beton. Jurnal Teknik. 1 (2) : 88-95.

Page 50: PENENTUAN SIFAT KETERBASAHAN BAMBU DENGAN METODE …digilib.unila.ac.id/55915/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dibandingkan dengan bambu hitam (109,2o) da n bambu betung (112,8o)

50Sulastiningsih, I.M. dan Santoso, A. 2012. Pengaruh jenis bambu waktu kempa

dan perlakuan pendahuluan bilah bambu terhadap sifat papan bambulamina. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 30 (3) : 198-206.

Sulistyawati, I. dan Ruhendi, S. 2014. Hubungan wetabilitas terhadapketerekatan tiga jenis kayu struktural. Jurnal Rimba. 13 (01) : 54-60.

Wahyudi, I. dan Arifien, A.F. 2005. Perbandingan struktur anatomis, sifat fisis,dan sifat mekanis kayu jati unggul dan kayu jati konvensional. Jurnal Ilmu& Teknologi Kayu Tropis. 3 (2) : 9-15.

Widjaja, E.A. dan Karsono. 2005. Keanekaragaman bambu di pulau sumba.Jurnal Biodiversitas. 6 (2) : 95-99.

Yani, A.P. 2012. Diversity and population of bamboo in talang pauh village.Jurnal Exacta. 10 (1) : 61-70.

Yuan, Y. dan Lee, T.R. 2013. Contact angle and wetting properties, surfacescience techniques. Journal Springer. 51 (1) : 3-34.

Yuningsih, I. 2017. Pengaruh Kekasaran Permukaan dan Kekentalan Bahan CatAkrilik terhadap Keterbasahan pada Kayu Jati Rotasi Panjang dan Pendek.Skripsi. IPB. Bogor. 23 Halaman.

Zain, M.Y.M., Ali, M.T. dan Hussin, A.N.H. 2018. Determination ofmechanical strengthas bio-composite material. Journal of Fundamental andApplied Science. 10 (1S) : 847-856.