hutan bambu
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lumajang merupakan salah satu kota kecil yang terletak di antara kota-kota
besar seperti Malang, Jember, dan Probolinggo. Sehingga tidak heran jika banyak
masyarakat yang tidak tahu bahkan tidak mendengar kota ini. Kota Lumajang yang
terkenal dengan sebutan “Kota Pisang” ini menyimpan sejuta keindahan alam dan
kebudayaan asli yang unik dan tidak akan pernah ditemukan di daerah lain bahkan di
seluruh dunia. Disebut kota pisang karena di mana-mana di sudut wilayah kabupaten
Lumajang ini kita akan menjumpai beragam jenis spesias pisang yang langka, unik,
dan tentunya enak dimakan. Lumajang juga terkenal dengan wisata alamnya seperti
Wisata Alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Pantai Bambang yang
langsung berbatasan dengan Samudera Hindia, Pantai Godek, Pantai Watu Pecak,
Pemandian Alam Selokambang, Ranu Pane dan Ranu-ranu yang lain, Hutan Bambu,
dan masih banyak lagi yang lain.
Kabupaten Lumajang terdiri atas 21 kecamatan dan salah satunya adalah
kecamatan Candipuro. Kecamatan Candipuro mempunyai ketinggian wilayah 322 m
dpl. Dengan curah hujan 2.018 mm/th. Yang terbagi menjadi 10 desa yaitu desa
Jugosari, Jarit, Candipuro, Sumberejo, Sumberwuluh, Sumbermujur, Penanggal,
Tambahrejo. Kloposawit, dan desa Tumpeng. Dan mempunyai kepadatan penduduk
sebanyak 482 km/jiwa. Yang terdiri dari 34.528 orang berjenis kelamin laki-laki dan
34.999 orang berjenis kelamin perempuan. Sebagian dari penduduk-penduduk itu
tersebar di desa Sumbermujur.
Berdasarkan data yang kami peroleh di Kantor Kelurahan Desa
Sumbermujur, warga Desa Sumbermujur kurang lebih jumlahnya 2.159 keluarga atau
6.761 jiwa. Desa ini terletak sekitar 30 km dari kota Lumajang dan termasuk desa
yang berada di wilayah dataran tinggi sehingga suhunya cukup dingin. Letak
geografisnya yang berada di dataran tinggi ini mempengaruhi mata pencaharian warga
sekitar yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani utamanya sayuran.
-1-
Desa ini memiliki ikon wisata yang bias dibilang satu-satunya di Indonesia, yaitu
Hutan Bambu. Adanya hutan bambu ini juga dibarengi dengan tradisi unik yang
dilakukan oleh warga setiap tahunnya.
Namun, tidak banyak masyarakat yang mengetahui adanya wisata alam
hutan bambu ini padahal hutan bambu dan kebiasaan warga di sekitarnya sangatlah
unik dan menarik untuk diketahui. Selain itu, Adanya hutan bambu yang tinggal satu-
satunya di Indonesia ini seharusnya dilestarikan mengingat sekarang ini sedang
gencar-gencarnya isu tentang global warming. Oleh karena itu, sehubungan dengan
adanya tugas yang diberikan oleh Ibu Nunik Puspitasari dalam bentuk observasi
tentang kebiasaan dan aktivitas masyarakat, maka saya mengambil objek hutan bambu
bersama aktivitas masyarakat di sekitarnya.
2. Objek dan Pelaksanaan Observasi
a. Objek Observasi
Hutan Bambu “Sumber Dhelling” dan kebiasaan warga di sekitarnya.
Letaknya di desa Sumbermujur kecamatan Candipuro kabupaten Lumajang.
b. Waktu Pelaksanaan
Observasi dilaksanakan hari Sabtu-Minggu tanggal 16-17 Oktober 2010
c. Metodologi Pelaksanaan
Mengamati keadaan hutan bambu, aktivitas masyarakat di sekitarnya.
Mewawancarai narasumber yang dalam hal ini warga di sekitar hutan bambu dan
petugas kantor kelurahan desa Sumbermujur.
-2-
BAB II
ISI
HUTAN BAMBU, PARU-PARU MASYARAKAT SUMBERMUJUR
“Bedah Pernak-Pernik Kebudayaan Masyarakat Sumbermujur
dan Interaksinya dengan Wisata Alam Hutan Bambu di Desa Sumbermujur
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang”
A. Deskripsi Hutan Bambu
Letak Geografis Hutan Bambu
Semua orang tentu sudah mengetahui bahwa Gunung Semeru memiliki
keindahan memukau, gunung tersebut merupakan salah satu gunung aktif yang
terletak pada ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut dan merupakan gunung api
tertinggi di Pulau Jawa. Namun, tidak banyak orang yang tahu kalau di lereng Gunung
Semeru terdapat salah satu obyek wisata yang asri dan alami dengan rerimbunan
ribuan batang bambu berbagai jenis, yakni obyek wisata Hutan Bambu yang terletak di
Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Lokasi Hutan
Bambu sekitar 30 kilometer dari kota Lumajang dan perjalanan sekitar 1 jam ke arah
selatan melewati Kecamatan Tempeh, kemudian Kecamatan Pasirian dan masuk ke
Kecamatan Candipuro.
Hutan yang berada di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten
Lumajang, Provinsi Jawa Timur ini, memang memiliki pesona yang mengagumkan.
Hutan seluas sembilan hektar ini berada di tengah-tengah di antara desa-desa yang
mengitarinya. Hutan ini berlokasi di 35 kilometer arah barat dari Kabupaten
Lumajang, atau delapan kilometer dari Kecamatan Candipuro dengan ketinggian di
atas 700 meter dari permukaan laut ini, juga dihuni banyak satwa. Selain itu, sekitar
250 rumpun bambu, yang terdiri dari 10 jenis bambu membentuk lorong-lorong yang
menaungi jalan-jalan ke desa sekitar. Ke arah utara dibatasi aliran sungai
-3-
Besuktunggeng masuk Desa Pasrujambe Kecamatan Pasrujambe; ke selatan masuk
Desa Sumberwuluh Kecamatan Sumberwuluh; ke timur masuk Desa Penanggal
Kecamatan Candipuro; sedangkan ke arah barat berbatasan dengan Taman Nasional
Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS).
Kondisi Fisik Hutan Bambu
Ketika udara terasa sesak dan panas. Ketika matahari terasa begitu menyengat,
menimbulkan sebuah kerinduan untuk merasakan segarnya udara, dan sejuknya angin
berembus. Di kawasan wisata alam Hutan Bambu, Sumbermujur, Candipuro,
Lumajang, semua itu tersedia. Bahkan, serasa berada di dalam lemari es karena suhu
udara yang begitu dingin. Padahal, tidak ada pendingin udara di tempat ini. Hanya ada
250-350 rumpun bambu yang memenuhi seluruh areal wisata. Selain itu, ada beberapa
pohon yang menjulang tinggi ke langit biru. Seolah membuktikan kebenaran bahwa
pepohonan dan hutan adalah paru-paru dunia, begitu juga dengan keberadaan hutan
bambu ini begitu berarti bagi warga Sumbermujur di sekitar hutan bambu.
Sayang, saat ini hutan bambu Sumbermujur yang memiliki begitu banyak
kekayaan plasma nutfah tidak tersisa cukup banyak. Tidak mengherankan jika tempat
wisata ini menjadi jujugan banyak orang, yang sudah bosan berada di tengah
keramaian kota. Segarnya udara yang kaya oksigen ini, mampu menjadi pelepas
kejenuhan. Menjauhkan rasa suntuk dari tekanan rutinitas kerja dan aktivitas sehari-
hari. Bagi keluarga, hutan bambu ini bisa menjadi tempat rekreasi yang nyaman.
Utamanya untuk warga Surabaya yang terkenal akan kepadatan aktivitasnya.
Akar-akar tanaman bambu yang serabut, sangat memungkinkan untuk
menahan butir-butir air hujan, hingga akhirnya membentuk sebuah sumber air. Dan
seperti air sumber lainnya, air sumber hutan bambu ini juga jernih, dan dingin.
Bahkan, air ini bisa langsung diminum.
“Untuk melihat keamanan air, kami menggunakan indikator berupa ikan koi,”
jelas Bapak Heri Gunawan yang notabene adalah salah seorang Penyelamat Hutan
Bambu ini. Setidaknya ada empat ekor ikan yang dipelihara di area sumber. Ikan-ikan
ini digunakan sebagai indikator untuk mengetahui keamanan air. Karena ada
kemungkinan tercemar oleh gas beracun Gunung Semeru. Mengingat, sumber air
tersebut berada di kaki Gunung Semeru, yang sangat mungkin terkontaminasi oleh gas
beracun atau bahan vulkanik lainnya.
-4-
Flora dan Fauna Hutan Bambu
Satwa yang menghuni Hutan Bambu ini diantaranya kera yang jumlahnya
diperkirakan lebih dari 50 ekor, ribuan kalong, tupai dan macan. Selain itu, sekitar
250-350 rumpun bambu, yang terdiri dari 10 jenis bambu (apus, petung ungu, petung
hijau, ori, ampel hijau, ampel kuning, cina, rampai, putih dan jajag), membentuk
lorong-lorong yang menaungi jalan-jalan ke desa sekitar. Selain itu, puluhan jenis
tanaman keras yang berumur ratusan tahun tumbuh di sana. Hutan Bambu Sumber
Mujur ini dihuni oleh ribuan kalong atau sejenis kelelawar ukuran raksasa dan kera.
Puluhan kera juga hidup di hutan bambu ini. Hewan primata ini terlihat jinak dan
menjadi hiburan bagi wisatawan. Diantaranya menyapa dengan memberikan makanan.
Para pengunjung juga bisa melihat ribuan ekor kalong atau kelelawar yang
bergelantungan di pohon bambu. Hewan herbivora pemakan buah dan menghisap
nektar bunga ini sejatinya hidup di hutan. Penebangan kayu hutan secara liar diduga
menjadi penyebabnya. Mereka pindah mencari tempat yang lebih aman.
Fasilitas yang Tersedia di Hutan Bambu
Saat ini, kata Bapak Hery, beberapa fasilitas pelengkap obyek wisata Hutan
Bambu sedang dalam proses pengembangan, berupa gapura masuk, irigasi, dan
tangkis jalan untuk mencegah erosi. Beberapa gazebo dan kolam renang anak dan
dewasa juga tersedia, sehingga pengunjung bisa menikmati air yang jernih di kawasan
obyek wisata Hutan Bambu Lumajang. Kolam renang ini berasal dari sumber mata air
deling. Selain itu, bagi pengunjung yang beragama islam tidak perlu khawatir untuk
menjalankan ibadahnya karena sudah berdiri Mushola. Bila perut keroncongan, jangan
khawatir di wilayah hutan bambu ini banyak ditemui para pedagang makanan khas
daerah Candipuro yang dijamin enak.
B. Kegiatan Masyarakat Luar
Kunjungan Masyarakat Luar untuk Berwisata
Hutan Bambu “Sumber Dhelling” ini disebut sebagai obyek wisata
berwawasan lingkungan atau Agrowisata. Saat ini Hutan Bambu Sumber Mujur ini
ramai dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun luar negeri. Saat
-5-
observasi yang saya lakukan pada hari Minggu terlihat banyak beberapa keluarga yang
tengah menikmati keindahan wisata alam ini. Menurut petugas penjaga Hutan Bambu
ini, hari Sabtu dan Minggu adalah hari-hari yang ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Kebanyakan dari mereka adalah keluarga yang sedang berlibur di akhir pekan.
Menurut warga sekitar, setiap hari-hari besar Hutan Bambu ini dibanjiri oleh
pengunjung. Karena di sana biasanya disediakan hiburan berupa orkes dangdut juga
pop yang tentunya dengan artis-artis terkenal dari daerah. Dari observasi terlihat bawa
para pengunjung beserta keluarganya berjalan-jalan di antara rimbunan pohon bambu
yang sangat rindang dan terkadang memberi makan kepada para kera-kera sambil
menggoda mereka. Dan perlu diketahui kalau hewan primata ini tidak akan
mengganggu pengunjung karena lamanya mereka bertempat tinggal di situ membuat
mereka bisa beradaptasi dan sedikit jinak.
Ada juga yang makan-makan dan bersantai di gazebo sambil menghirup
segarnya udara di hutan bambu ini. Kadang, mereka juga menikmati kesegaran air
yang berasal dari sumber. Para anak-anak kebanyakan berenang di pemandian
alamnya. Mereka terlihat ceria sekali. Menurut orang tua mereka, kabanyakan anak
mereka senang berenang karena air di pemandian alam di sini sangat segar dan bersih
yang jarang mereka temui di kota-kota besar. Bapak Heri mengatakan kalau dulu, para
pengunjung hanya bisa menikmati kesegaran air sumber hanya dengan menjulurkan
kaki ke sungai yang dialirinya. Kini, pengelola dan desa setempat telah membuat
sebuah kolam renang untuk anak-anak dan dewasa. Dengan menampung air sumber
itu, pengunjung bisa merasakan nikmatnya air yang masih sejuk dan alami, bebas dari
kaporit dan bahan kimia lainnya.
Kunjungan Pelajar
Selain untuk berwisata, biasanya banyak para pelajar baik SD, SMP, sampai
SMA yang melakukan kegiatan pembelajaran alam di sini. Sehingga selain sebagai
tempat wisata, hutan bambu ini juga digunakan sebagai tempat Konservasi atau juga
wisata pendidikan. Di sana pelajar bisa mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan
terutama spesies pohon bambu dan hewan primata seperti kera. Menurut Petugas
penjaga Hutan Bambu ini, terkadang pengunjungnya selain para pelajar juga para
pecinta alam.
-6-
Tarif Masuk
Menurut Petugas yang saya wawancarai itu, harga tiket masuk ke wisata alam
ini sangatlah murah. Untuk hari-hari biasa, Senin-Jumat, pengunjung tidak ditarik
biaya sepeser pun atau bisa dikatan gratis. Namun, untuk akhir pekan, Sabtu-Minggu,
pengunjunga ditarik biaya sebesar Rp 2.000,00. Sangat murah sekali. Dan untuk hari-
hari besar yang di dalamnya ada pertunjukan orkes terdapat kenaikan harga tergantung
artis yang diundang. Masih ingat dengan Aris Kondangin? Dia adalah ikon dari daerah
ini. Saat dia mengisi acara di hutan bambu ini, banyak masyarakat yang berbondong-
bondong untuk melihatnya. Sebenarnya tarif Rp 2.000,00 ini, tidak semata-mata hanya
untuk pengembangan dan pelestarian wisata alam ini, tapi digunakan untuk membantu
biaya pembangunan masjid di sekitar hutan bambu ini.
C. Aktivitas dan Tradisi Masyarakat Sekitar Hutan Bambu Sumber Mujur
Kegiatan Sehari-hari Warga
Berdasarkan observasi yang telah saya lakukan, biasanya orang-orang desa di
sekitar hutan bambu ini terutama orang-orang tua dan anak-anak kecil mencuci baju
dan mandi di kolam khusus di dekat sumber Dhelling langsung. Sambil melakukan
aktivitas itu, mereka terlihat akrab satu sama lain. Dan suasana kekeluargaan masih
terasa sangat kental. Dan mungkin para pengunjung akan mendengar cengkerama
mereka diselingi tawa-tawa kecil secara tidak langsung dari dalam area wisata hutan
bambu ini.
Tradisi Tahunan Warga di Hutan Bambu
Karena observasi dilaksanakan pada bulan Oktober kemarin yang notabene
bukan tanggal 1 Muharram jadi saya tidak bisa observasi tradisi unik dari warga desa
Sumber Mujur ini yang terkenal dengan sebutan ritual Maeso Syuroan atau Ruat
Semeru. Namun, hal ini tidak menyurutkan langkah saya untuk mengupas habis seluk
beluk tentang tradisi unik warga sekitar hutan bambu ini. Dengan berbekal alat tulis,
keterampilan berkomunikasi dengan para tetuah dan warga Sumber Mujur yang lain
serta aktivis Lingkungan (Herry Gunawan), serta keramahan, akhirnya saya bisa
menguak tentang tradisi unik masyarakat yang tinggal di lereng Semeru ini.
-7-
Ritual Maeso Syuoran atau Ruat Semeru
Hutan Bambu di kaki Gunung Semeru itu layaknya rahim kehidupan bagi
warga Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Di tengah areal pohon bambu seluas 13 hektar tersebut, sebuah mata air tak henti-
hentinya ”melahirkan” sumber kehidupan bagi warga, air yang mahabening. Setiap 1
Suro (1 Muharam) warga Desa Sumbermujur menggelar Maheso Suroan, sebuah
ruwatan mata air dengan simbol mengubur kepala kerbau di tanah sekitar mata air
sumber Deling. Ini merupakan tradisi turun-temurun warga desa.
”Kerbau adalah hewan yang kencingnya banyak. Dengan mengubur kepala
kerbau di sekitar mata air, kami berharap mata air ini selalu mengalirkan air bening
yang melimpah ruah seperti kencing kerbau,” kata Herry Gunawan, Ketua Kelompok
Pelestari Sumber Daya Alam (KPSA) Kalijambe. Ritual ini juga bertujuan agar
terhindar dari segala musibah, terutama dari bencana Gunung Semeru.
Acara tersebut menjadi tontonan dan menyedot pengunjung yang sedang
berlibur baik wisatawan mancanegara dan warga desa sekitarnya.
Prosesi Ritual Maeso Syuoran atau Larung Pendem Sesaji
Acara didahului dengan prosesi di Balai Desa Sumbermujur. Lima gunungan
dan lima pikulan berisi hasil bumi, dihimpun di halaman balai desa. Kesenian kuda
lumping dan reog ponorogo didatangkan untuk menyemarakkan acara. Sebuah kepala
sapi diletakkan di atas pikulan bambu menjadi sarana utama upacara. Kepala sapi
menjadi alternatif saat ini karena kepala kerbau sulit didapatkan. Setelah reog
ponorogo menuntaskan tugasnya, warga desa beriringan mengusung pikulan-pikulan
tersebut. Dari balai desa mereka berjalan menuju hutan bambu yang jaraknya sekitar
dua kilometer.
Di lokasi sekitar mata air, sebagian warga desa lainnya telah berkumpul.
Mereka membawa barikan yang diletakkan rapi di sekitar mata air. Barikan adalah
makanan; biasanya berupa nasi dan telur ayam goreng yang akan dijadikan santapan
makanan bersama setelah upacara selesai. Setiba di hutan bambu, pikulan hasil bumi
dan kepala sapi langsung diletakkan di dekat mata air. Sementara itu, Sesepuh desa,
Mbah Tirto, membakar seikat sabut kelapa dan merapalkan mantra.
-8-
Ratusan warga, mulai dari anak-anak sekolah dasar, remaja, hingga orang tua,
antusias mengikuti upacara tersebut. Begitu Mbah Tirto selesai memanjatkan doa dan
dengan mantranya, warga langsung berebut mengambil hasil bumi dari pikulan. Ada
yang mendapat tomat, kubis, rambutan, dan ada juga yang hanya mendapat kacang
panjang. Dan tumpengan tadi juga diceburkan ke sumber mata air deling. Sementara
itu, kepala sapi dikubur ke dalam tanah setelah dibalut kain mori.
”Tradisi ini akan terus kami lestarikan. Ini adalah cara nenek moyang kami
menghormati alam yang telah memberikan air untuk kehidupan warga desa,” kata
Herry.
"Warga di sini gelar suroan dan sesajen untuk penunggu Semeru, biar
diberikan keselamatan dan hasil pertanian melimpah," kata Mbah Tirto ketika saya
berhasil menemui beliau di hari kedua observasi.
Menurut Mbah Tirto, hal ini juga dimaksudkan sebagai persembahan bagi
penunggu Semeru yang berada di sumber mata air yang berwujud Uling Putih seperti
Ular. Sebab sumber mata air itu sebagai pertanda meletus atau tidaknya Gunung
Semeru.
"Jika sumber mata air itu berubah warna putih dan bau belerang, maka Semeru
akan meletus," ungkap Mbah Tirto. Selain sebagai pertanda meletusnya Semeru,
sumber air tersebut bisa digunakan untuk mengairi sawah yang berada di 4 desa.
Sumber Deling : Mendukung Hidup
Bagi warga Desa Sumbermujur, hutan bambu dan mata air tersebut merupakan
kesatuan yang mendukung hidup mereka. Saat ini mata air tersebut dimanfaatkan
untuk air minum oleh minimal warga Desa Sumbermujur yang jumlahnya 2.159
keluarga atau 6.761 jiwa. Mata air dari hutan bambu juga mengaliri 891 hektar sawah
di empat desa di Kecamatan Candipuro sepanjang tahun. Pada musim kemarau mata
air itu juga mengairi 552 hektar sawah di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh,
seminggu sekali selama 24 jam. Dengan demikian, warga di lima desa dan sekitarnya,
di sana, bisa panen padi tiga kali setiap tahun. Berkat alam ini sungguh disadari
mereka.
-9-
Pengalaman hidup susah pada dekade 60-an hingga 70-an menjadi pelajaran
berharga bagi mereka. Saat itu, ketika ekonomi Indonesia terpuruk, petani pun ikut
terpuruk. Warga Desa Sumbermujur mengalami masa makan bulgur akibat krisis
pangan se-Indonesia. Produktivitas pertanian mereka kecil. Ini disebabkan pola tanam
dan varietas padinya buruk. Kondisi diperparah dengan rusaknya hutan bambu akibat
penebangan bambu yang dilakukan warga secara besar-besaran. Hal ini berujung pada
surutnya debit mata air sehingga tak cukup untuk mengairi semua areal sawah di desa
Sumbermujur saja.
Berangkat dari permasalahan itulah, sejumlah warga desa sadar akan
pentingnya kelestarian hutan bambu berikut mata airnya. Hutan yang rusak, perlahan
tetapi pasti, berhasil dihijaukan kembali. Debit air berangsur-angur pulih. Seiring
dengan itu, intensifikasi pertanian dilakukan.
Tahun 2005, melalui bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan
Pemerintah Kabupaten Lumajang sebesar Rp 375 juta, warga memperluas areal hutan
bambu dari 8 hektar menjadi 13 hektar. Hutan ini merupakan hutan desa. Kini debit
mata airnya 600 liter sampai 800 liter per detik.
Inilah ruwatan. Inilah bentuk bersatunya manusia dengan alam. Maka, Maheso
Suroan di Desa Sumbermujur tidak sebatas jejak kearifan lokal warisan nenek moyang
yang berhenti pada seremoni budaya. Kesadaran warga untuk terus melestarikan dan
mengembangkan hutan bambu dan mata airnya adalah tumbuhnya ruwatan tradisi
dalam makna ataupun tindakan. Dan inilah jawaban alam, debit mata air dari hutan
bambu tidak pernah surut meskipun kemarau sekalipun.
D. Interaksi Hutan Bambu dengan Warga Sumber Mujur dan Sejarahnya
Oase Warga
Keberadaan hutan bambu sudah ada sejak zaman Belanda mengangkangi bumi
pertiwi ini. Saat itu, Belanda menganjurkan kepada masyarakat untuk menanam
tanaman keras termasuk bambu selain pertanian. Tapi sejak pemerintahan Jepang,
masyarakat dikenalkan dan diajari menganyam bambu sebagai kerajinan, yang turun-
temurun hingga sekarang. Sialnya, bahan baku anyaman bambu diambilkan dari hutan
bambu yang merupakan tiang penyangga sumber air satu-satunya di situ. Tak urung,
-10-
lama-kelamaan sumber air mengering seiring dengan pembabatan hutan bambu yang
terus dilakukan. Sejak diperkenalkannya kerajinan anyaman bambu di Sumbermujur di
kaki Gunung Semeru, usaha pertanian sempat terbengkalai.
Tanaman padi paling tinggi menghasilkan 2-3 ton per ha. Ini terutama
disebabkan semakin kecilnya debit sumber air Umbulan yang selama ini menjadi
sumber irigasi. Mengecilnya debit sumber air antara lain disebabkan hutan bambu
yang berfungsi sebagai resapan air mulai habis ditebangi. Akhirnya, perusakan hutan
yang mengancam lingkungan itu menyentak kesadaran Bapak Herry Gunawan, 52
tahun, untuk menghentikannya. Bersama Kelompok Tani Kali Jambe yang dibentuk
pada akhir 1970-an, berusaha menyadarkan masyarakat akan pentingnya pelestarian
lingkungan yang berpengaruh terhadap usaha pertanian di desa itu. Kelompok Tani
Kali Jambe kemudian diubah namanya menjadi Kelompok Pelestari Sumber Daya
Alam (KPSA) “Kali Jambe”. Kelompok inilah yang kemudian mampu menyadarkan
warga perajin bambu beralih profesi menjadi petani dan pedagang, dan kemudian
bersama anggota kelompok lainnya merawat rumpun bambu hingga lebat kembali dan
menjadi Wisata Alam Hutan Bambu Sumber Dhelling.
Wisata Integral
Terjaganya kelestarian hutan bambu, sehingga menyembulkan keindahan
panorama alam di Sumbermujur, sangat beralasan bila Herry awalnya berangan-angan
nantinya hutan bambu bisa menjadi obyek wisata berwawasan lingkungan
(agrowisata) yang banyak dikunjungi wisatawan. Tapi untuk mewujudkan impian itu,
diakui, memang tak semudah membalik tangan. Hal terpenting yang selalu ditekankan
olehnya adalah kesadaran bersama dalam menjaga kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan secara berkelanjutan. Karena itu, penajaman demi penajaman akan
pentingnya lingkungan bagi kelangsungan hidup selalu dilakukan dalam berbagai
forum dan kesempatan. Baik pada saat tahlilan, atau lewat lembaga-lembaga desa
yang ada.
Selain itu, ia dan warga yang lain mengandaikan, obyek wisata ini akan makin
menarik para wisatawan, kalau keelokan hutan bambu bisa diintegrasikan dengan
keindahan alam yang lain, yaitu Gunung Sawur.
-11-
“Kami pernah mengusulkan, agar obyek wisata hutan bambu dikemas jadi satu
dengan Gunung Sawur. Sayangnya, hingga kini belum ada respon,” gerutu saloah satu
warga saat saya wawancarai. Sebetulnya, katanya, Gunung Sawur mempunyai potensi
yang sangat indah. Di situ ada tempat pemantauan gunung semeru. Itu indah sekali,
hanya belum tersentuh.
“Alangkah baiknya, kalu ada villa untuk menikmati keindahan kota Lumajang
dan sekitarnya, atau melihat Gunung Semeru di malam hari yang menyemburkan lava
bagai emas berlian. Sangat indah,” tegasnya.
“Saya berharap ada investor yang tertarik dan membuat villa di sana. Ketika
ada tamu dari mana saja dikenalkan ke sana. Ini ujud sosialisasi. Minimal ada pejabat
yang berkeinginan seperti itu, sehingga akan berdampak pada cepatnya penyebaran
informasi, sekaligus akan dapat mengangkat ekonomi masyarakat sekitar.”
Sentra Souvenir
Keuletan Bapak Herry bersama kelompok tani lainnya, setidaknya sudah
membuahkan hasil, dengan dianugerahkannya penghargaan Kalpataru pada 2002
untuk kategori penyelamat lingkungan. Sejak tahun 2002 itu juga, gaung hutan bambu
sudah meluas, sehingga banyak kunjungan yang itu bisa menambah pendapatan orang
di desa sekitar. Wisatawan asing yang sudah pernah mampir di hutan bambu, katanya,
diantaranya dari Belanda dan Jerman. Berbagai kegiatan lingkungan juga pernah di
selenggarakan di situ.
Untuk menjaring minat wisatawan dan meningkatkan pendapatan warga
sekitar, dicanangkan beberapa program diantaranya budidaya berbagai jenis tanaman
kembang di pot-pot untuk dijual. Dan, budidaya ikan hias sebagai pendukung karena
air yang melimpah ruah. Selain itu petani juga digiring ke arah pembibitan tanaman
buah-buahan. Kalau tanamannya sedikit tidak perlu membuat grand house karena itu
sudah organik. Setidaknya, tanaman padi organik yang dikembangkan Bapak Herry
bersama kelompok tani di lahan sekitar 25 ha, juga mampu menjadi daya tarik
tersendiri. Di samping tanaman hortikultura, seperti cabe, tomat dan kubis yang
menghampar di tegalan desa.
-12-
“Cukup menarik lah apa yang ada di sini menjadi daya tarik wisata. Asal
sungguh-sungguh kita ingin menjadikan daerah ini menjadi kawasan agrowisata,”
tuturnya. Harapan itu nyatanya tidak bertepuk sebelah tangan dengan impian
pemerintah Kabupaten Lumajang. Menurut penjelasan Bapak Herry,
pemerintahkabupaten Lumajang sangat mendukung upaya yang dikembangkan
masyarakat dan aparat setempat terhadap kawasan Hutan bambu itu.
Di samping itu, aparat desa pun memberi dukungan dengan mengeluarkan
Peraturan Desa (Perdes) Nomor 1 Tahun 2001 yang menetapkan sanksi Rp 50.000 per
batang bagi siapa saja yang menebang bambu di kawasan hutan bambu. Selain itu,
dikeluarkan pula Perdes Nomor 2 Tahun 2001 mengenai larangan memburu dan
menggembalakan segala jenis hewan di kawasan hutan bambu.
Herry sendiri nampaknya masih terus berpikir untuk meningkatkan pendapatan
warga, terutama anggota kelompok KPSA Kali Jambe. Di antaranya yang dilakukan
membudidayakan tanaman murbei yang mampu menahan erosi, sekaligus bisa jadi
sumber penghasilan dengan memelihara ulat sutera alam.
-13-
BAB III
LAMPIRAN FOTO-FOTO
Gambar 1. Gapura masuk kawasan wisata alam Hutan Bambu “Sumber Dhelling”
Gambar 2. Bagian dalam Hutan Bambu
Gambar 3-4. Kelelawar
-14-
Gambar 5-8. Hewan Primata-Kera
Gambar 9. Keadaan dalam Hutan Bambu Gambar 10. Wisatawan
Gambar 11. Wisatawan Gambar 12. Warga
-15-
Gambar 13-15. Aktivitas warga dan hasil panen
Gambar 16-18. Prosesi Ritual Maeso Syuoran atau Ruat Semeru
-16-