hutan bambu

24
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lumajang merupakan salah satu kota kecil yang terletak di antara kota-kota besar seperti Malang, Jember, dan Probolinggo. Sehingga tidak heran jika banyak masyarakat yang tidak tahu bahkan tidak mendengar kota ini. Kota Lumajang yang terkenal dengan sebutan “Kota Pisang” ini menyimpan sejuta keindahan alam dan kebudayaan asli yang unik dan tidak akan pernah ditemukan di daerah lain bahkan di seluruh dunia. Disebut kota pisang karena di mana-mana di sudut wilayah kabupaten Lumajang ini kita akan menjumpai beragam jenis spesias pisang yang langka, unik, dan tentunya enak dimakan. Lumajang juga terkenal dengan wisata alamnya seperti Wisata Alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Pantai Bambang yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia, Pantai Godek, Pantai Watu Pecak, Pemandian Alam Selokambang, Ranu Pane dan Ranu-ranu yang lain, Hutan Bambu, dan masih banyak lagi yang lain. Kabupaten Lumajang terdiri atas 21 kecamatan dan salah satunya adalah kecamatan Candipuro. Kecamatan Candipuro mempunyai ketinggian wilayah 322 m dpl. Dengan curah hujan 2.018 mm/th. Yang terbagi menjadi 10 desa yaitu desa Jugosari, Jarit, Candipuro, Sumberejo, -1-

Upload: nurmala-sari

Post on 27-Jun-2015

593 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUTAN BAMBU

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lumajang merupakan salah satu kota kecil yang terletak di antara kota-kota

besar seperti Malang, Jember, dan Probolinggo. Sehingga tidak heran jika banyak

masyarakat yang tidak tahu bahkan tidak mendengar kota ini. Kota Lumajang yang

terkenal dengan sebutan “Kota Pisang” ini menyimpan sejuta keindahan alam dan

kebudayaan asli yang unik dan tidak akan pernah ditemukan di daerah lain bahkan di

seluruh dunia. Disebut kota pisang karena di mana-mana di sudut wilayah kabupaten

Lumajang ini kita akan menjumpai beragam jenis spesias pisang yang langka, unik,

dan tentunya enak dimakan. Lumajang juga terkenal dengan wisata alamnya seperti

Wisata Alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Pantai Bambang yang

langsung berbatasan dengan Samudera Hindia, Pantai Godek, Pantai Watu Pecak,

Pemandian Alam Selokambang, Ranu Pane dan Ranu-ranu yang lain, Hutan Bambu,

dan masih banyak lagi yang lain.

Kabupaten Lumajang terdiri atas 21 kecamatan dan salah satunya adalah

kecamatan Candipuro.  Kecamatan Candipuro mempunyai ketinggian wilayah 322 m

dpl. Dengan curah hujan 2.018 mm/th. Yang terbagi menjadi 10 desa yaitu desa

Jugosari, Jarit, Candipuro, Sumberejo, Sumberwuluh, Sumbermujur, Penanggal,

Tambahrejo. Kloposawit, dan desa Tumpeng. Dan mempunyai kepadatan penduduk

sebanyak 482 km/jiwa. Yang terdiri dari 34.528 orang berjenis kelamin laki-laki dan

34.999 orang berjenis kelamin perempuan. Sebagian dari penduduk-penduduk itu

tersebar di desa Sumbermujur.

Berdasarkan data yang kami peroleh di Kantor Kelurahan Desa

Sumbermujur, warga Desa Sumbermujur kurang lebih jumlahnya 2.159 keluarga atau

6.761 jiwa. Desa ini terletak sekitar 30 km dari kota Lumajang dan termasuk desa

yang berada di wilayah dataran tinggi sehingga suhunya cukup dingin. Letak

geografisnya yang berada di dataran tinggi ini mempengaruhi mata pencaharian warga

sekitar yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani utamanya sayuran.

-1-

Page 2: HUTAN BAMBU

Desa ini memiliki ikon wisata yang bias dibilang satu-satunya di Indonesia, yaitu

Hutan Bambu. Adanya hutan bambu ini juga dibarengi dengan tradisi unik yang

dilakukan oleh warga setiap tahunnya.

Namun, tidak banyak masyarakat yang mengetahui adanya wisata alam

hutan bambu ini padahal hutan bambu dan kebiasaan warga di sekitarnya sangatlah

unik dan menarik untuk diketahui. Selain itu, Adanya hutan bambu yang tinggal satu-

satunya di Indonesia ini seharusnya dilestarikan mengingat sekarang ini sedang

gencar-gencarnya isu tentang global warming. Oleh karena itu, sehubungan dengan

adanya tugas yang diberikan oleh Ibu Nunik Puspitasari dalam bentuk observasi

tentang kebiasaan dan aktivitas masyarakat, maka saya mengambil objek hutan bambu

bersama aktivitas masyarakat di sekitarnya.

2. Objek dan Pelaksanaan Observasi

a. Objek Observasi

Hutan Bambu “Sumber Dhelling” dan kebiasaan warga di sekitarnya.

Letaknya di desa Sumbermujur kecamatan Candipuro kabupaten Lumajang.

b. Waktu Pelaksanaan

Observasi dilaksanakan hari Sabtu-Minggu tanggal 16-17 Oktober 2010

c. Metodologi Pelaksanaan

Mengamati keadaan hutan bambu, aktivitas masyarakat di sekitarnya.

Mewawancarai narasumber yang dalam hal ini warga di sekitar hutan bambu dan

petugas kantor kelurahan desa Sumbermujur.

-2-

Page 3: HUTAN BAMBU

BAB II

ISI

HUTAN BAMBU, PARU-PARU MASYARAKAT SUMBERMUJUR

“Bedah Pernak-Pernik Kebudayaan Masyarakat Sumbermujur

dan Interaksinya dengan Wisata Alam Hutan Bambu di Desa Sumbermujur

Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang”

A. Deskripsi Hutan Bambu

Letak Geografis Hutan Bambu

Semua orang tentu sudah mengetahui bahwa Gunung Semeru memiliki

keindahan memukau, gunung tersebut merupakan salah satu gunung aktif yang

terletak pada ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut dan merupakan gunung api

tertinggi di Pulau Jawa. Namun, tidak banyak orang yang tahu kalau di lereng Gunung

Semeru terdapat salah satu obyek wisata yang asri dan alami dengan rerimbunan

ribuan batang bambu berbagai jenis, yakni obyek wisata Hutan Bambu yang terletak di

Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Lokasi Hutan

Bambu sekitar 30 kilometer dari kota Lumajang dan perjalanan sekitar 1 jam ke arah

selatan melewati Kecamatan Tempeh, kemudian Kecamatan Pasirian dan masuk ke

Kecamatan Candipuro.

Hutan yang berada di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten

Lumajang, Provinsi Jawa Timur ini, memang memiliki pesona yang mengagumkan.

Hutan seluas sembilan hektar ini berada di tengah-tengah di antara desa-desa yang

mengitarinya. Hutan ini berlokasi di 35 kilometer arah barat dari Kabupaten

Lumajang, atau delapan kilometer dari Kecamatan Candipuro dengan ketinggian di

atas 700 meter dari permukaan laut ini, juga dihuni banyak satwa. Selain itu, sekitar

250 rumpun bambu, yang terdiri dari 10 jenis bambu membentuk lorong-lorong yang

menaungi jalan-jalan ke desa sekitar. Ke arah utara dibatasi aliran sungai

-3-

Page 4: HUTAN BAMBU

Besuktunggeng masuk Desa Pasrujambe Kecamatan Pasrujambe; ke selatan masuk

Desa Sumberwuluh Kecamatan Sumberwuluh; ke timur masuk Desa Penanggal

Kecamatan Candipuro; sedangkan ke arah barat berbatasan dengan Taman Nasional

Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS).

Kondisi Fisik Hutan Bambu

Ketika udara terasa sesak dan panas. Ketika matahari terasa begitu menyengat,

menimbulkan sebuah kerinduan untuk merasakan segarnya udara, dan sejuknya angin

berembus. Di kawasan wisata alam Hutan Bambu, Sumbermujur, Candipuro,

Lumajang, semua itu tersedia. Bahkan, serasa berada di dalam lemari es karena suhu

udara yang begitu dingin. Padahal, tidak ada pendingin udara di tempat ini. Hanya ada

250-350 rumpun bambu yang memenuhi seluruh areal wisata. Selain itu, ada beberapa

pohon yang menjulang tinggi ke langit biru. Seolah membuktikan kebenaran bahwa

pepohonan dan hutan adalah paru-paru dunia, begitu juga dengan keberadaan hutan

bambu ini begitu berarti bagi warga Sumbermujur di sekitar hutan bambu.

Sayang, saat ini hutan bambu Sumbermujur yang memiliki begitu banyak

kekayaan plasma nutfah tidak tersisa cukup banyak. Tidak mengherankan jika tempat

wisata ini menjadi jujugan banyak orang, yang sudah bosan berada di tengah

keramaian kota. Segarnya udara yang kaya oksigen ini, mampu menjadi pelepas

kejenuhan. Menjauhkan rasa suntuk dari tekanan rutinitas kerja dan aktivitas sehari-

hari. Bagi keluarga, hutan bambu ini bisa menjadi tempat rekreasi yang nyaman.

Utamanya untuk warga Surabaya yang terkenal akan kepadatan aktivitasnya.

Akar-akar tanaman bambu yang serabut, sangat memungkinkan untuk

menahan butir-butir air hujan, hingga akhirnya membentuk sebuah sumber air. Dan

seperti air sumber lainnya, air sumber hutan bambu ini juga jernih, dan dingin.

Bahkan, air ini bisa langsung diminum.

“Untuk melihat keamanan air, kami menggunakan indikator berupa ikan koi,”

jelas Bapak Heri Gunawan yang notabene adalah salah seorang Penyelamat Hutan

Bambu ini. Setidaknya ada empat ekor ikan yang dipelihara di area sumber. Ikan-ikan

ini digunakan sebagai indikator untuk mengetahui keamanan air. Karena ada

kemungkinan tercemar oleh gas beracun Gunung Semeru. Mengingat, sumber air

tersebut berada di kaki Gunung Semeru, yang sangat mungkin terkontaminasi oleh gas

beracun atau bahan vulkanik lainnya.

-4-

Page 5: HUTAN BAMBU

Flora dan Fauna Hutan Bambu

Satwa yang menghuni Hutan Bambu ini diantaranya kera yang jumlahnya

diperkirakan lebih dari 50 ekor, ribuan kalong, tupai dan macan. Selain itu, sekitar

250-350 rumpun bambu, yang terdiri dari 10 jenis bambu (apus, petung ungu, petung

hijau, ori, ampel hijau, ampel kuning, cina, rampai, putih dan jajag), membentuk

lorong-lorong yang menaungi jalan-jalan ke desa sekitar. Selain itu, puluhan jenis

tanaman keras yang berumur ratusan tahun tumbuh di sana. Hutan Bambu Sumber

Mujur ini dihuni oleh ribuan kalong atau sejenis kelelawar ukuran raksasa dan kera.

Puluhan kera juga hidup di hutan bambu ini. Hewan primata ini terlihat jinak dan

menjadi hiburan bagi wisatawan. Diantaranya menyapa dengan memberikan makanan.

Para pengunjung juga bisa melihat ribuan ekor kalong atau kelelawar yang

bergelantungan di pohon bambu. Hewan herbivora pemakan buah dan menghisap

nektar bunga ini sejatinya hidup di hutan. Penebangan kayu hutan secara liar diduga

menjadi penyebabnya. Mereka pindah mencari tempat yang lebih aman.

Fasilitas yang Tersedia di Hutan Bambu

Saat ini, kata Bapak Hery, beberapa fasilitas pelengkap obyek wisata Hutan

Bambu sedang dalam proses pengembangan, berupa gapura masuk, irigasi, dan

tangkis jalan untuk mencegah erosi. Beberapa gazebo dan kolam renang anak dan

dewasa juga tersedia, sehingga pengunjung bisa menikmati air yang jernih di kawasan

obyek wisata Hutan Bambu Lumajang. Kolam renang ini berasal dari sumber mata air

deling. Selain itu, bagi pengunjung yang beragama islam tidak perlu khawatir untuk

menjalankan ibadahnya karena sudah berdiri Mushola. Bila perut keroncongan, jangan

khawatir di wilayah hutan bambu ini banyak ditemui para pedagang makanan khas

daerah Candipuro yang dijamin enak.

B. Kegiatan Masyarakat Luar

Kunjungan Masyarakat Luar untuk Berwisata

Hutan Bambu “Sumber Dhelling” ini disebut sebagai obyek wisata

berwawasan lingkungan atau Agrowisata. Saat ini Hutan Bambu Sumber Mujur ini

ramai dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun luar negeri. Saat

-5-

Page 6: HUTAN BAMBU

observasi yang saya lakukan pada hari Minggu terlihat banyak beberapa keluarga yang

tengah menikmati keindahan wisata alam ini. Menurut petugas penjaga Hutan Bambu

ini, hari Sabtu dan Minggu adalah hari-hari yang ramai dikunjungi oleh wisatawan.

Kebanyakan dari mereka adalah keluarga yang sedang berlibur di akhir pekan.

Menurut warga sekitar, setiap hari-hari besar Hutan Bambu ini dibanjiri oleh

pengunjung. Karena di sana biasanya disediakan hiburan berupa orkes dangdut juga

pop yang tentunya dengan artis-artis terkenal dari daerah. Dari observasi terlihat bawa

para pengunjung beserta keluarganya berjalan-jalan di antara rimbunan pohon bambu

yang sangat rindang dan terkadang memberi makan kepada para kera-kera sambil

menggoda mereka. Dan perlu diketahui kalau hewan primata ini tidak akan

mengganggu pengunjung karena lamanya mereka bertempat tinggal di situ membuat

mereka bisa beradaptasi dan sedikit jinak.

Ada juga yang makan-makan dan bersantai di gazebo sambil menghirup

segarnya udara di hutan bambu ini. Kadang, mereka juga menikmati kesegaran air

yang berasal dari sumber. Para anak-anak kebanyakan berenang di pemandian

alamnya. Mereka terlihat ceria sekali. Menurut orang tua mereka, kabanyakan anak

mereka senang berenang karena air di pemandian alam di sini sangat segar dan bersih

yang jarang mereka temui di kota-kota besar. Bapak Heri mengatakan kalau dulu, para

pengunjung hanya bisa menikmati kesegaran air sumber hanya dengan menjulurkan

kaki ke sungai yang dialirinya. Kini, pengelola dan desa setempat telah membuat

sebuah kolam renang untuk anak-anak dan dewasa. Dengan menampung air sumber

itu, pengunjung bisa merasakan nikmatnya air yang masih sejuk dan alami, bebas dari

kaporit dan bahan kimia lainnya.

Kunjungan Pelajar

Selain untuk berwisata, biasanya banyak para pelajar baik SD, SMP, sampai

SMA yang melakukan kegiatan pembelajaran alam di sini. Sehingga selain sebagai

tempat wisata, hutan bambu ini juga digunakan sebagai tempat Konservasi atau juga

wisata pendidikan. Di sana pelajar bisa mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan

terutama spesies pohon bambu dan hewan primata seperti kera. Menurut Petugas

penjaga Hutan Bambu ini, terkadang pengunjungnya selain para pelajar juga para

pecinta alam.

-6-

Page 7: HUTAN BAMBU

Tarif Masuk

Menurut Petugas yang saya wawancarai itu, harga tiket masuk ke wisata alam

ini sangatlah murah. Untuk hari-hari biasa, Senin-Jumat, pengunjung tidak ditarik

biaya sepeser pun atau bisa dikatan gratis. Namun, untuk akhir pekan, Sabtu-Minggu,

pengunjunga ditarik biaya sebesar Rp 2.000,00. Sangat murah sekali. Dan untuk hari-

hari besar yang di dalamnya ada pertunjukan orkes terdapat kenaikan harga tergantung

artis yang diundang. Masih ingat dengan Aris Kondangin? Dia adalah ikon dari daerah

ini. Saat dia mengisi acara di hutan bambu ini, banyak masyarakat yang berbondong-

bondong untuk melihatnya. Sebenarnya tarif Rp 2.000,00 ini, tidak semata-mata hanya

untuk pengembangan dan pelestarian wisata alam ini, tapi digunakan untuk membantu

biaya pembangunan masjid di sekitar hutan bambu ini.

C. Aktivitas dan Tradisi Masyarakat Sekitar Hutan Bambu Sumber Mujur

Kegiatan Sehari-hari Warga

Berdasarkan observasi yang telah saya lakukan, biasanya orang-orang desa di

sekitar hutan bambu ini terutama orang-orang tua dan anak-anak kecil mencuci baju

dan mandi di kolam khusus di dekat sumber Dhelling langsung. Sambil melakukan

aktivitas itu, mereka terlihat akrab satu sama lain. Dan suasana kekeluargaan masih

terasa sangat kental. Dan mungkin para pengunjung akan mendengar cengkerama

mereka diselingi tawa-tawa kecil secara tidak langsung dari dalam area wisata hutan

bambu ini.

Tradisi Tahunan Warga di Hutan Bambu

Karena observasi dilaksanakan pada bulan Oktober kemarin yang notabene

bukan tanggal 1 Muharram jadi saya tidak bisa observasi tradisi unik dari warga desa

Sumber Mujur ini yang terkenal dengan sebutan ritual Maeso Syuroan atau Ruat

Semeru. Namun, hal ini tidak menyurutkan langkah saya untuk mengupas habis seluk

beluk tentang tradisi unik warga sekitar hutan bambu ini. Dengan berbekal alat tulis,

keterampilan berkomunikasi dengan para tetuah dan warga Sumber Mujur yang lain

serta aktivis Lingkungan (Herry Gunawan), serta keramahan, akhirnya saya bisa

menguak tentang tradisi unik masyarakat yang tinggal di lereng Semeru ini.

-7-

Page 8: HUTAN BAMBU

Ritual Maeso Syuoran atau Ruat Semeru

Hutan Bambu di kaki Gunung Semeru itu layaknya rahim kehidupan bagi

warga Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Di tengah areal pohon bambu seluas 13 hektar tersebut, sebuah mata air tak henti-

hentinya ”melahirkan” sumber kehidupan bagi warga, air yang mahabening. Setiap 1

Suro (1 Muharam) warga Desa Sumbermujur menggelar Maheso Suroan, sebuah

ruwatan mata air dengan simbol mengubur kepala kerbau di tanah sekitar mata air

sumber Deling. Ini merupakan tradisi turun-temurun warga desa.

”Kerbau adalah hewan yang kencingnya banyak. Dengan mengubur kepala

kerbau di sekitar mata air, kami berharap mata air ini selalu mengalirkan air bening

yang melimpah ruah seperti kencing kerbau,” kata Herry Gunawan, Ketua Kelompok

Pelestari Sumber Daya Alam (KPSA) Kalijambe. Ritual ini juga bertujuan agar

terhindar dari segala musibah, terutama dari bencana Gunung Semeru.

Acara tersebut menjadi tontonan dan menyedot pengunjung yang sedang

berlibur baik wisatawan mancanegara dan warga desa sekitarnya.

Prosesi Ritual Maeso Syuoran atau Larung Pendem Sesaji

Acara didahului dengan prosesi di Balai Desa Sumbermujur. Lima gunungan

dan lima pikulan berisi hasil bumi, dihimpun di halaman balai desa. Kesenian kuda

lumping dan reog ponorogo didatangkan untuk menyemarakkan acara. Sebuah kepala

sapi diletakkan di atas pikulan bambu menjadi sarana utama upacara. Kepala sapi

menjadi alternatif saat ini karena kepala kerbau sulit didapatkan. Setelah reog

ponorogo menuntaskan tugasnya, warga desa beriringan mengusung pikulan-pikulan

tersebut. Dari balai desa mereka berjalan menuju hutan bambu yang jaraknya sekitar

dua kilometer.

Di lokasi sekitar mata air, sebagian warga desa lainnya telah berkumpul.

Mereka membawa barikan yang diletakkan rapi di sekitar mata air. Barikan adalah

makanan; biasanya berupa nasi dan telur ayam goreng yang akan dijadikan santapan

makanan bersama setelah upacara selesai. Setiba di hutan bambu, pikulan hasil bumi

dan kepala sapi langsung diletakkan di dekat mata air. Sementara itu, Sesepuh desa,

Mbah Tirto, membakar seikat sabut kelapa dan merapalkan mantra.

-8-

Page 9: HUTAN BAMBU

Ratusan warga, mulai dari anak-anak sekolah dasar, remaja, hingga orang tua,

antusias mengikuti upacara tersebut. Begitu Mbah Tirto selesai memanjatkan doa dan

dengan mantranya, warga langsung berebut mengambil hasil bumi dari pikulan. Ada

yang mendapat tomat, kubis, rambutan, dan ada juga yang hanya mendapat kacang

panjang. Dan tumpengan tadi juga diceburkan ke sumber mata air deling. Sementara

itu, kepala sapi dikubur ke dalam tanah setelah dibalut kain mori.

”Tradisi ini akan terus kami lestarikan. Ini adalah cara nenek moyang kami

menghormati alam yang telah memberikan air untuk kehidupan warga desa,” kata

Herry.

"Warga di sini gelar suroan dan sesajen untuk penunggu Semeru, biar

diberikan keselamatan dan hasil pertanian melimpah," kata Mbah Tirto ketika saya

berhasil menemui beliau di hari kedua observasi.

Menurut Mbah Tirto, hal ini juga dimaksudkan sebagai persembahan bagi

penunggu Semeru yang berada di sumber mata air yang berwujud Uling Putih seperti

Ular. Sebab sumber mata air itu sebagai pertanda meletus atau tidaknya Gunung

Semeru.

"Jika sumber mata air itu berubah warna putih dan bau belerang, maka Semeru

akan meletus," ungkap Mbah Tirto. Selain sebagai pertanda meletusnya Semeru,

sumber air tersebut bisa digunakan untuk mengairi sawah yang berada di 4 desa.

Sumber Deling : Mendukung Hidup

Bagi warga Desa Sumbermujur, hutan bambu dan mata air tersebut merupakan

kesatuan yang mendukung hidup mereka. Saat ini mata air tersebut dimanfaatkan

untuk air minum oleh minimal warga Desa Sumbermujur yang jumlahnya 2.159

keluarga atau 6.761 jiwa. Mata air dari hutan bambu juga mengaliri 891 hektar sawah

di empat desa di Kecamatan Candipuro sepanjang tahun. Pada musim kemarau mata

air itu juga mengairi 552 hektar sawah di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh,

seminggu sekali selama 24 jam. Dengan demikian, warga di lima desa dan sekitarnya,

di sana, bisa panen padi tiga kali setiap tahun. Berkat alam ini sungguh disadari

mereka.

-9-

Page 10: HUTAN BAMBU

Pengalaman hidup susah pada dekade 60-an hingga 70-an menjadi pelajaran

berharga bagi mereka. Saat itu, ketika ekonomi Indonesia terpuruk, petani pun ikut

terpuruk. Warga Desa Sumbermujur mengalami masa makan bulgur akibat krisis

pangan se-Indonesia. Produktivitas pertanian mereka kecil. Ini disebabkan pola tanam

dan varietas padinya buruk. Kondisi diperparah dengan rusaknya hutan bambu akibat

penebangan bambu yang dilakukan warga secara besar-besaran. Hal ini berujung pada

surutnya debit mata air sehingga tak cukup untuk mengairi semua areal sawah di desa

Sumbermujur saja.

Berangkat dari permasalahan itulah, sejumlah warga desa sadar akan

pentingnya kelestarian hutan bambu berikut mata airnya. Hutan yang rusak, perlahan

tetapi pasti, berhasil dihijaukan kembali. Debit air berangsur-angur pulih. Seiring

dengan itu, intensifikasi pertanian dilakukan.

Tahun 2005, melalui bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan

Pemerintah Kabupaten Lumajang sebesar Rp 375 juta, warga memperluas areal hutan

bambu dari 8 hektar menjadi 13 hektar. Hutan ini merupakan hutan desa. Kini debit

mata airnya 600 liter sampai 800 liter per detik.

Inilah ruwatan. Inilah bentuk bersatunya manusia dengan alam. Maka, Maheso

Suroan di Desa Sumbermujur tidak sebatas jejak kearifan lokal warisan nenek moyang

yang berhenti pada seremoni budaya. Kesadaran warga untuk terus melestarikan dan

mengembangkan hutan bambu dan mata airnya adalah tumbuhnya ruwatan tradisi

dalam makna ataupun tindakan. Dan inilah jawaban alam, debit mata air dari hutan

bambu tidak pernah surut meskipun kemarau sekalipun.

D. Interaksi Hutan Bambu dengan Warga Sumber Mujur dan Sejarahnya

Oase Warga

Keberadaan hutan bambu sudah ada sejak zaman Belanda mengangkangi bumi

pertiwi ini. Saat itu, Belanda menganjurkan kepada masyarakat untuk menanam

tanaman keras termasuk bambu selain pertanian. Tapi sejak pemerintahan Jepang,

masyarakat dikenalkan dan diajari menganyam bambu sebagai kerajinan, yang turun-

temurun hingga sekarang. Sialnya, bahan baku anyaman bambu diambilkan dari hutan

bambu yang merupakan tiang penyangga sumber air satu-satunya di situ. Tak urung,

-10-

Page 11: HUTAN BAMBU

lama-kelamaan sumber air mengering seiring dengan pembabatan hutan bambu yang

terus dilakukan. Sejak diperkenalkannya kerajinan anyaman bambu di Sumbermujur di

kaki Gunung Semeru, usaha pertanian sempat terbengkalai.

Tanaman padi paling tinggi menghasilkan 2-3 ton per ha. Ini terutama

disebabkan semakin kecilnya debit sumber air Umbulan yang selama ini menjadi

sumber irigasi. Mengecilnya debit sumber air antara lain disebabkan hutan bambu

yang berfungsi sebagai resapan air mulai habis ditebangi. Akhirnya, perusakan hutan

yang mengancam lingkungan itu menyentak kesadaran Bapak Herry Gunawan, 52

tahun, untuk menghentikannya. Bersama Kelompok Tani Kali Jambe yang dibentuk

pada akhir 1970-an, berusaha menyadarkan masyarakat akan pentingnya pelestarian

lingkungan yang berpengaruh terhadap usaha pertanian di desa itu. Kelompok Tani

Kali Jambe kemudian diubah namanya menjadi Kelompok Pelestari Sumber Daya

Alam (KPSA) “Kali Jambe”. Kelompok inilah yang kemudian mampu menyadarkan

warga perajin bambu beralih profesi menjadi petani dan pedagang, dan kemudian

bersama anggota kelompok lainnya merawat rumpun bambu hingga lebat kembali dan

menjadi Wisata Alam Hutan Bambu Sumber Dhelling.

Wisata Integral

Terjaganya kelestarian hutan bambu, sehingga menyembulkan keindahan

panorama alam di Sumbermujur, sangat beralasan bila Herry awalnya berangan-angan

nantinya hutan bambu bisa menjadi obyek wisata berwawasan lingkungan

(agrowisata) yang banyak dikunjungi wisatawan. Tapi untuk mewujudkan impian itu,

diakui, memang tak semudah membalik tangan. Hal terpenting yang selalu ditekankan

olehnya adalah kesadaran bersama dalam menjaga kelestarian sumber daya alam dan

lingkungan secara berkelanjutan. Karena itu, penajaman demi penajaman akan

pentingnya lingkungan bagi kelangsungan hidup selalu dilakukan dalam berbagai

forum dan kesempatan. Baik pada saat tahlilan, atau lewat lembaga-lembaga desa

yang ada.

Selain itu, ia dan warga yang lain mengandaikan, obyek wisata ini akan makin

menarik para wisatawan, kalau keelokan hutan bambu bisa diintegrasikan dengan

keindahan alam yang lain, yaitu Gunung Sawur.

-11-

Page 12: HUTAN BAMBU

“Kami pernah mengusulkan, agar obyek wisata hutan bambu dikemas jadi satu

dengan Gunung Sawur. Sayangnya, hingga kini belum ada respon,” gerutu saloah satu

warga saat saya wawancarai. Sebetulnya, katanya, Gunung Sawur mempunyai potensi

yang sangat indah. Di situ ada tempat pemantauan gunung semeru. Itu indah sekali,

hanya belum tersentuh.

“Alangkah baiknya, kalu ada villa untuk menikmati keindahan kota Lumajang

dan sekitarnya, atau melihat Gunung Semeru di malam hari yang menyemburkan lava

bagai emas berlian. Sangat indah,” tegasnya.

“Saya berharap ada investor yang tertarik dan membuat villa di sana. Ketika

ada tamu dari mana saja dikenalkan ke sana. Ini ujud sosialisasi. Minimal ada pejabat

yang berkeinginan seperti itu, sehingga akan berdampak pada cepatnya penyebaran

informasi, sekaligus akan dapat mengangkat ekonomi masyarakat sekitar.”

Sentra Souvenir

Keuletan Bapak Herry bersama kelompok tani lainnya, setidaknya sudah

membuahkan hasil, dengan dianugerahkannya penghargaan Kalpataru pada 2002

untuk kategori penyelamat lingkungan. Sejak tahun 2002 itu juga, gaung hutan bambu

sudah meluas, sehingga banyak kunjungan yang itu bisa menambah pendapatan orang

di desa sekitar. Wisatawan asing yang sudah pernah mampir di hutan bambu, katanya,

diantaranya dari Belanda dan Jerman. Berbagai kegiatan lingkungan juga pernah di

selenggarakan di situ.

Untuk menjaring minat wisatawan dan meningkatkan pendapatan warga

sekitar, dicanangkan beberapa program diantaranya budidaya berbagai jenis tanaman

kembang di pot-pot untuk dijual. Dan, budidaya ikan hias sebagai pendukung karena

air yang melimpah ruah. Selain itu petani juga digiring ke arah pembibitan tanaman

buah-buahan. Kalau tanamannya sedikit tidak perlu membuat grand house karena itu

sudah organik. Setidaknya, tanaman padi organik yang dikembangkan Bapak Herry

bersama kelompok tani di lahan sekitar 25 ha, juga mampu menjadi daya tarik

tersendiri. Di samping tanaman hortikultura, seperti cabe, tomat dan kubis yang

menghampar di tegalan desa.

-12-

Page 13: HUTAN BAMBU

“Cukup menarik lah apa yang ada di sini menjadi daya tarik wisata. Asal

sungguh-sungguh kita ingin menjadikan daerah ini menjadi kawasan agrowisata,”

tuturnya. Harapan itu nyatanya tidak bertepuk sebelah tangan dengan impian

pemerintah Kabupaten Lumajang. Menurut penjelasan Bapak Herry,

pemerintahkabupaten Lumajang sangat mendukung upaya yang dikembangkan

masyarakat dan aparat setempat terhadap kawasan Hutan bambu itu.

Di samping itu, aparat desa pun memberi dukungan dengan mengeluarkan

Peraturan Desa (Perdes) Nomor 1 Tahun 2001 yang menetapkan sanksi Rp 50.000 per

batang bagi siapa saja yang menebang bambu di kawasan hutan bambu. Selain itu,

dikeluarkan pula Perdes Nomor 2 Tahun 2001 mengenai larangan memburu dan

menggembalakan segala jenis hewan di kawasan hutan bambu.

Herry sendiri nampaknya masih terus berpikir untuk meningkatkan pendapatan

warga, terutama anggota kelompok KPSA Kali Jambe. Di antaranya yang dilakukan

membudidayakan tanaman murbei yang mampu menahan erosi, sekaligus bisa jadi

sumber penghasilan dengan memelihara ulat sutera alam.

-13-

Page 14: HUTAN BAMBU

BAB III

LAMPIRAN FOTO-FOTO

Gambar 1. Gapura masuk kawasan wisata alam Hutan Bambu “Sumber Dhelling”

Gambar 2. Bagian dalam Hutan Bambu

Gambar 3-4. Kelelawar

-14-

Page 15: HUTAN BAMBU

Gambar 5-8. Hewan Primata-Kera

Gambar 9. Keadaan dalam Hutan Bambu Gambar 10. Wisatawan

Gambar 11. Wisatawan Gambar 12. Warga

-15-

Page 16: HUTAN BAMBU

Gambar 13-15. Aktivitas warga dan hasil panen

Gambar 16-18. Prosesi Ritual Maeso Syuoran atau Ruat Semeru

-16-