model pengembangan · web viewhutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk...

32
AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426 KAJIAN KAWASAN KERAJINAN BAMBU POLA KEMITRAAN KOPERASI DENGAN MASYARAKAT SEKITARNYA Study of the Bamboo Crafts Development Center : Partnership between Cooperation and its Surrounding Societies Sri Sulastri dan M. Hasyim Institut Pertanian Malang / PM PSLP PPSUB Soemarno Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya ABSTRACT Development of the bamboo handycrafts center based on cooperation partnership management in East Java suggest a high opportunities in creating any rural employments. Any activities in bamboo farming generate incomes for any unskilled rural labor. Invesment cost in developing any bamboo agroforestry can be covered from any economical products of bamboo, it is included any food products, feed products, building materials, and any handycrafts products. Keywords: bambo handycraft, agroforestry. ABSTRAK Pengembangan kawasan industri masyarakat kehutanan (KIMHUT) berbasis komoditas bambu melalui Pola kemitraan KOPERASI dengan masyarakat sekitarnya di Wilayah Jawa Timur ini mempunyai prospek yang sangat bagus dalam menyediakan kesempatan kerja bagi warga pedesaan, menjadi sumber pendapatan bagi petani dan masyarakat sekitar, menumbuhkan pengusaha pengusaha kecil di pedesaan, dan meningkatkan produksi pangan, sekaligus melestarikan sumberdaya hutan. Biaya investasi yang cukup tinggi diperlukan pada tahap pertama, sedangkan pada tahap tahap selanjutnya diharapkan dapat dibiayai sendiri dari hasil usaha KIMHUT Bambu. Beragam produk bambu dapat dipasarkan, baik sebagai material bangunan maupun sebagai produk kerajinan. 756

Upload: truongquynh

Post on 08-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

KAJIAN KAWASAN KERAJINAN BAMBUPOLA KEMITRAAN KOPERASI DENGAN MASYARAKAT

SEKITARNYAStudy of the Bamboo Crafts Development Center :

Partnership between Cooperation and its Surrounding Societies

Sri Sulastri dan M. HasyimInstitut Pertanian Malang / PM PSLP PPSUB

SoemarnoFakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

ABSTRACT

Development of the bamboo handycrafts center based on cooperation partnership management in East Java suggest a high opportunities in creating any rural employments. Any activities in bamboo farming generate incomes for any unskilled rural labor.

Invesment cost in developing any bamboo agroforestry can be covered from any economical products of bamboo, it is included any food products, feed products, building materials, and any handycrafts products.

Keywords: bambo handycraft, agroforestry.

ABSTRAK

Pengembangan kawasan industri masyarakat kehutanan (KIMHUT) berbasis komoditas bambu melalui Pola kemitraan KOPERASI dengan masyarakat sekitarnya di Wilayah Jawa Timur ini mempunyai prospek yang sangat bagus dalam menyediakan kesempatan kerja bagi warga pedesaan, menjadi sumber pendapatan bagi petani dan masyarakat sekitar, menumbuhkan pengusaha pengusaha kecil di pedesaan, dan meningkatkan produksi pangan, sekaligus melestarikan sumberdaya hutan.

Biaya investasi yang cukup tinggi diperlukan pada tahap pertama, sedangkan pada tahap tahap selanjutnya diharapkan dapat dibiayai sendiri dari hasil usaha KIMHUT Bambu. Beragam produk bambu dapat dipasarkan, baik sebagai material bangunan maupun sebagai produk kerajinan.

Kata kunci: KIMHUT, kawasan, Bambu,

756

Page 2: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

PENDAHULUAN Bambu mempunyai banyak

keunggul-an untuk dijadikan pengganti kayu sebagai bahan bangunan serta mebel. 8ambu mudah ditanam dan tidak memerlukan peme-liharaan secara khusus. Untuk melakukan budidaya bambu, tidak diperlukan investasi yang Pesar, setelah tanaman sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara menerus tanpa menanam lagi. Budidaya bambu dapat dilakukan sembarang orang, dengan peralatan sederhana aan tidak memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi. Sayangnya pada saat gencar-gencarnya gerakan PKK, bambu tidak boleh tumbuh di halaman dengan alasan untuk kebersihan.

Bambu dapat tumbuh di lahan sangat kering atau di lahan yang banyak disirami air hujan. Bambu mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat, berbeda dengan pohon kayu hutan yang Daru siap tebang dengan kualitas baik setelah berumur 40-50 lanun, maka bambu cengan kualitas prima dapat diperoleh hanya pada umur 3 - 5 tahun. Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa. Rumpun bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi. Oleh karena itu, tanaman bambu banyak digunakan dalam pengembangan hutan rakyat.

Bambu dapat ditanam di pekarangan rumah, di lahan tegalan, atau menjadi bagian dari sistem kebun campuran. Hutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk berbagai macam fungsi, misalnya tunasnya sebagai sayuran, daunnya untuk pakan hewan dan arang bambu, dan rumpun-rumpun bambu tersebut dapat difungsikan sebagai penahan angin, pagar hidup, dan pengendali erosi .

Visi yang sekarang diemban dalam pengelolaan sumberdaya hutan adalah “HUTAN UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT SECARA BERKEADILAN

DAN BERKELANJUTAN”. Dengan visi seperti ini upaya-upaya menciptakan kemakmuran masyarakat melalui pengelolaan hutan dilaksanakan secara adil, dan memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat. Selanjutnya dalam rangka memberdayakan masyarakat di sekitar kawasan hutan, telah diberikan peluang bagi masyarakat untuk turut serta mengelola hutan melalui wadah koperasi untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui peningkatan pengusahaan hasil hutan non kayu oleh usaha kecil dan koperasi. Oleh karena itu kemampuan kelembagaan masyarakat dalam pengusahaan hasil hutan non kayu perlu ditingkatkan agar dapat memberikan keuntungan ekonomis dan ekologis yang maksimal. Dalam konteks inilah maka perlu disusun Rancangan Model Pengusahaan Hasil Hutan Non Kayu (Bambu) oleh Usaha Kecil dan Koperasi dalam wadah KIMHUT yang diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Pembangunan Kawasan industri milik masyarakat perhutanan (KIMHUT) bambu pada hakekatnya adalah kegiatan awal untuk memacu pembangunan ekonomi rakyat di wilayah pedesaan. Secara bertahap kegiatan produksi diupayakan untuk diikuti oleh muncul dan ber-kembangannya kegiatan ekonomi terkait, sehingga menumbuhkan perekonomian masyarakat. Rancangan KIMHUT Bambu, yang meliputi lima komponen utama, yaitu: (1) Unit produksi bambu dan Kelembagaan Pengelolanya (KSP), (2). Unit Industri Pengolahan Produk Bambu, (3). Unit Industri Perdagangan: Kemas/Packaging, Promosi, Pemasaran ; (4). Unit Industri Pupuk Organik /Pakan ternak; (5). Unit Penunjang: Kebun Teknologi, Lembaga Pendampingan dan Lembaga Investasi.

Wilayah lahan kering yang luas dengan kondisi iklim yang mendukung untuk tumbuhnya berbagai jenis bambu yang berpotensi ekonomis tinggi, termasuk aneka jenis bambu untuk

757

Page 3: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

barang-barang kerajinan. Sebagian dari potensi sumberdaya lahan ini sekarang merupakan “lahan tidur” dan/atau lahan kritis yang belum dapat dikembangkan dan diolah secara lebih intensif untuk menghasilkan komoditi ekonomis. Salah satu kendala serius yang saat ini dihadapi oleh pemilik lahan adalah keterbatasan informasi pasar, modal usaha dan tingginya harga sarana produksi pertanian, serta belum berdayanya lembaga-lembaga tradisional yang telah mengakar di masyarakat untuk mengelola usaha produktifnya.

Potensi KOPERASI di wilayah Jawa Timur sangat besar, tidak kurang dari 4000 buah KOPERASI besar dan kecil tersebar di hampir seluruh wilayah Jawa Timur. KOPERASI ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan masyarakat pedesaan di sekitarnya. Melalui berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para anggota dan pengurus yang melibatkan masyarakat sekitarnya, koperasi mempunyai peran yang sangat besar sebagai agent pembaharu dalam lingkungan masyarakat pedesaan. Akhir-akhir ini KOPERASI telah berupaya untuk mengembangkan UNIT-UNIT USAHA sebagai wadah aktivitas ekonomi masyarakat sekitarnya.

Memperhatikan potensi yang ada di wilayah Jawa Timur seperti yang disajikan di atas, maka perlu dijalin kerjasama kemitraan antara Petani/buruh tani - KOPERASI - Departemen Instansi pemerintah, dalam memanfaatkan potensi lahan untuk memproduksi komoditi komersial yang berbasis bambu yang diperlukan oleh pasar dan sekaligus melestarikan sumberdaya lahan.

Tujuan penelitian ialah mengem-bangkan KIMHUT berbasis komoditas bambu yang dikelola oleh KOPERASI bersama dengan masyarakat sekitarnya sebagai lembaga ekonomi rakyat yang mandiri dan mengakar di masyarakat. Secara lebih spesifik tujuan ini dapat dirinci sbb:

1. Meningkatkan produksi komoditi perhutanan rakyat, khususnya produk-produk komersial yang berbasis bambu, melalui penggarapan lahan-lahan yang belum digarap secara intensif (termasuk lahan kering kritis) yang dikoordinasi oleh KOPERASI bersama-sama dengan masyarakat sekitar. Target areal-ekonomis untuk satu unit KUMHUT Bambu sekitar 500 ha dengan melibatkan aneka jenis bambu yang berkualitas tinggi.

2. Meningkatkan pendapatan petani kecil/buruh tani dan masyarakat pedesaan melalui program pengembangan KIMHUT Bambu dengan aneka produk olahan bambu yang mempunyai pasar luas.

3. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh angkatan kerja pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak krisis ekonomi. Penyerapan tenagakerja pedesaan dalam kurun setahun untuk menangani satu unit KIMHUT sekitar 1.000 KK.

4. Meningkatkan peran serta KOPERASI dalam ikut serta memberdayakan ekonomi rakyat di wilayah pedesaan melalui pengembangan usaha perhutanan rakyat.

5. Meningkatkan kualifikasi KOPERASI yang ada untuk mampu mengelola unit-unit usaha: Simpan pinjam, Warung pengecer (waserda), dan unit usaha agribisnis/agroindustri produk-produk olahan yang berbasis bambu.

KERANGKA KONSEP

LINGKUP KIMHUT-BAMBU

1. Kegiatan Agribisnis Komoditas Bambu

Sistem agribisnis melingkupi kegiatan kompleks yang dimulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pemasaran produk usahatani dan/atau agroindustri yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam

758

Page 4: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

agribisnis terdapat beberapa subsistem: (a) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan sumberdaya pertanian, (b) subsistem produksi pertanian atau usahatani, (c) subsistem pengolahan hasil hasil pertanian atau agroindustri dan (d) subsistem pemasaran hasil pertanian.

Penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan yang meliputi perencanaan, pengolahan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi untuk memperlancar penerapan teknologi dalam usahatani dan memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi yang dimaksud adalah teknik bercocok tanam, penggunaan bibit baru yang lebih baik, penggunaan pupuk dan pestisida. Untuk mendorong terciptanya sistem agribisnis yang dinamis, khususnya yang menunjang terlaksananya usahatani yang baik dan menjamin pemasaran hasil pertanian serta pengolahan hasil pertanian, diperlukan jasa dari pemerintah seperti jasa transportasi, jasa keuangan, jasa penyaluran dan perdagangan serta jasa penyuluhan. Sektor jasa akan menghu-bungkan aktivitas subsistem yang terkait dalam agribisnis.

Pengembangan agribisnis haruslah diawali dengan perencanaan yang terdiri dari perencanaan lokasi, komoditas, teknologi, pola usahatani beserta skala usahanya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal. Dalam pada itu tingkat pengolahan hasil, harus diperluas dan diperbaiki mulai dari pengolahan sederhana hingga menjadi pengolahan lanjut yang mampu menembus segmen pasar lebih luas. Dalam subsistem pemasaranpun harus berubah yaitu dari pemasaran tradisional lokal, diperluas sampai ke regional dan ekspor. Untuk maksud tersebut diperlukan ketrampilan manajemen pemasaran, informasi pasar dan promosi.

Dalam kegiatan agribisnis haruslah banyak banyak menerima informasi pasar untuk input maupun output. Agribisnis

merubah dan meningkatkan usahatani yang bersifat lokal, mikro menjadi usahatani yang lebih besar dan luas berskala usaha yang lebih besar; dapat menjangkau ruang lingkup yang lebih luas. Sehingga membutuhkan modal yang besar dan ini akan bersaing dengan usaha lain. Agribisnis yang masih dalam tahap awal dan perkembangan membutuhkan dukungan dan pembinaan berupa pen-didikan dan pelatihan serta kemitraan usaha.

Pembangunan bidang agro-kompleks yang berwawasan agribisnis bertujuan : (1) menarik dan mendorong sektor-sektor agrokompleks, (2) menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel; (3) menciptakan nilai tambah; (4) meningkatkan penerimaan devisa; (5) menciptakan lapangan kerja dan (6) memperbaiki pembagian pendapatan. Sedangkan wawasan agribisnis itu sendiri memperhatikan : (a) aspek lingkungan; (b) permintaan; (c) sumberdaya dan (d) teknologi.

Lingkungan yang mendukung berupa iklim bisnis akan mendorong dan mengembangkan agribisnis. Iklim bisnis berupa tersedianya kebutuhan kebutuhan yang saling terkait satu sama lain, dan saling membutuhkan. Sehingga komponen-komponen yang ada didalamnya dapat aktif bekerja secara fungsional. Disamping itu iklim bisnis akan terjadi dengan adanya pengaruh dari luar yang secara langsung menyentuh aktivitas produksi maupun pemasaran.

Permintaan pasar amat berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis. Meka-nisme pasar dan perubahan permintaan didalamnya akan mempengaruhi volume kegiatan agribisnis. Adanya permintaan secara lokal maka agribisnis itu relatif kecil dan apabila permintaan sudah meluas sampai regional, nasional dan ekspor maka volume kegiatan agribisnis itu makin besar. Dengan demikian ada korelasi antara besarnya kegiatan agri-bisnis dengan luas-nya dan mekanisme permintaan.

759

Page 5: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

Tersedianya sumberdaya alam, sum-berdaya manusia dan sumberdaya buatan manusia, sebagai modal dasar dalam me-ngembangkan agribisnis. Kecukupan akan sumberdaya, maka pengembangan agri-bisnis tergantung pada kemampuan ma-nusia untuk memanfaatkannya. Kemam-puan itu diwujudkan dalam bentuk tek-nologi yang diciptakannya.

2. Kelompok Usaha Bersama (KUBA) dalam KIMHUT-Bambu

Secara garis besar tujuan KUBA dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (1). Tujuan intern KUBA dan (2). Tujuan ekstern KUBA. Tujuan intern KUBA me-liputi : (a) memenuhi kebutuhan para anggo-

tanya; (b) menyediakan kesempatan kerja; (c) meningkatkan pendapatan para ang-

gotanya ; (d) menghemat biaya pemasaran; (e) media pendidikan untuk para ang-

gotanya; (f) mengurangi kerugian para anggota

(efisien); (g) mengembangkan cita cita para ang-

gotanya; (h) sebagai media pendidikan bagi para

anggotanya dibidang usaha; (i) KUBA dapat menyebar luaskan hasil

hasil pembangunan dan dapat me-

ningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Tujuan ekstern yaitu KUBA dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitar-nya, dan dapat mengangkat tingkat per-ekonomian masyarakat kecil menjadi tingkat perekonomian lebih atas. Dari tujuan tersebut maka kegiatan KUBA hendaklah sejalan dengan pola pem-bangunan bidang agro-kompleks pada umumnya, yang mengandung 3 aspek pokok, yaitu : (1) Wilayah terpadu yaitu keterpaduan

antar sektoral, subsektoral pusat dan daerah; dan antar badan usaha, petani KUBA dengan lembaga usaha milik suasta, petani KUBA dengan Badan Usaha Negara;

(2) Komoditas terpadu, yang didasarkan pada skala prioritas komoditas di suatu wilayah dengan memper-timbangkan keterpaduan dengan penyediaan sarana produksi proses produksi, penanganan pasca panen, pengolahan agroindustri pemasaran;

(3) Usaha terpadu, yaitu keterpaduan yang diarahkan pada usahatani dalam satu kesatuan kelompok, petani, kesatuan hamparan wilayah yang memenuhi skala ekonomi yang menguntungkan, keterpaduan komo-ditas dalam rangka mencapai tingkat pendapatan dan kesejahteraan pelaku usaha yang layak.

760

Page 6: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

PETANI

plasma plasma

(KOPERASI) PETANI (INTI) PETANI

plasma plasma

PETANI (MASYARAKAT)

PENGUSAHA ASOSIASI

SARJANA PERG.TINGGI

BURUHTANI PEMERINTAH DAERAH/PUSAT (KANWIL HUTBUN, DINAS PKT

KANDEP KOPERASI &PKM KANDEP DEPAG KANDEP PERINDAG DIPERTA, dll)

(KOPERASI) KOPINKRA

KUBA KUBA KUBA KELOMPOK USAHA

PENDAMPING

PETANI/KELOMPOK TANI / MASYARAKAT

761

Page 7: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

Perguruan Tinggi bersama dengan jajaran DEPHUTBUN di daerah melak-sanakan upaya-upaya pemberdayaan KUBA yang dalam hal ini para pengurus dan anggotanya menurut bidang usaha masing masing. Petani maju/kontak tani sebagai kader pembangunan KIMHUT berfungsi sebagai penyuluh dan pembina petani dan masyarakat sekitarnya.

Petani anggkota KUBA sebagai plasma yang menerima teknologi dari KUBA. Perguruan Tinggi juga dapat me-ngadakan monitoring dan mengadakan evaluasi keberhasilan Program dengan menggunakan ukuran ukuran tertentu.

3. Kendala dalam Pemberdayaan KUBA

Memberdayakan KUBA berarti memberikan teknologi (IPTEK) baru yang diharapkan dapat diterima dan diterapkan oleh para anggota dan pengurus KUBA . Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan proses penerimaan innovasi adalah : 1) sifat innovasi, 2) saluran komunikasi yang digunakan, 3) keadaan masyarakat (KUBA) yang akan menerima innovasi, 4) peran penyuluh, 5) jenis pengambilan keputusan. Teknologi innovasi yang akan di innovasikan kepada KUBA hendaklah mempertimbangkan persyaratan yaitu dari segi teknis, sosial dan ekonomi. Segi teknis bahwa teknologi mudah dilaksanakan oleh penerima; segi sosial, tidak bertentangan dengan kaidah kaidah atau norma masyarakat yang ada dan segi ekonomi, memberi keuntungan.

Saluran komunikasi mempengaruhi cepat lambatnya teknologi itu sampai pada obyek dengan metoda komunikasi yang tepat maka pesan itu dengan mudah diterima. Metoda komunikasi yang tepat di daerah pedesaan adala face to face atau kunjungan langsung ke obyeknya. Kondisi masyarakat di lingkungan KUBA mempunyai karakteristik tersendiri sehingga diperlukan metoda tertentu agar pesan (teknologi) itu mudah diterima.

Dalam pada itu peranan penyuluh mutlak. Dengan penyuluh yang berkualitas maka akan lebih mudah meyakinkan pesan yang diberikan kepada obyeknya.

Penyuluh lapangan sebagai pembina hendaklah memenuhi persyaratan : (1) Menguasai ketrampilan dan ilmu

pengetahuan (IPTEK), (2) Pandai bergaul dengan menghormati

norma-norma yang ada, (3) Mempunyai tekad dan idealisme

yang tinggi untuk mensukseskan program-nya.

(3). Penyuluh hendaknya dapat dengan cepat mampu menganalisis situasi dan dapat membaca problema yang di-hadapi oleh obyek dan segera me-ngambil langkah langkah untuk mengatasinya.

Pengambilan keputusan untuk mene-rima teknologi baru dilakukan oleh klien (petani) dengan cara individual atau berkelompok atau berdasarkan instruksi dari pejabat yang berwenang; bahkan oleh pemimpin non formal. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan saluran mana yang lebih efektif agar teknologi itu dapat segera diterima oleh klien (petani).

4. Strategi Mengatasi MasalahPengembangan KIMHUT-BAMBU

diarahkan untuk tujuan ganda, yaitu (1) meningkatkan pendapatan masyarakat se-cara langsung, (2) meningkatkan produksi bambu dengan berbagai tanaman sela / penunjang, dan (3) diharapkan mampu ikut menjaga kelestarian sumberdaya hutan dan merehabilitasi lahan kritis. Salah satu langkah strategis adalah peningkatan pengetahuan dan ketrampilan agroindustri berbasis bambu. Untuk itu diperlukan pendekatan-pendekatan sebagai berikut:1. Aspek kognitif, yaitu mengupayakan

tambahan pengetahuan, khususnya mengenai Sistem Agroindustri bambu: tanaman bambu, tanaman sela/ penunjang, penanganan pasca-panen, aktivitas kerajinan berbasis bambu

762

Page 8: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

2. Aspek psikomotorik, yaitu mengupa-yakan masyarakat agar berminat dan mampu melahirkan inovasi baru dengan cara agroindustri bambu ; Penyuluhan, percontohan/demonstrasi dan peninjau-an komparasi.

3. Mencari pangsa pasar baru yang mampu menampung hasil usaha KIMHUT-Bambu melalui berbagai terobosan dalam pemasaran.

5. Kelompok /Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran Pengembangan KIMHUT Bambu dikehendaki adalah:1. Petani yang bertempat tinggal di daerah

lahan kering kritis atau masyarakat di sekitar kawasan penyangga di semua kawasan hutan di Jawa Timur.

2. Aparat instansi yang terkait di dalam pembangunan perhutanan.

3. Swasta nasional/lokal yang terkait di dalam memberikan atau mempermudah dalam penyediaan input produksi dan output fisik untuk meningkatkan pem-bangunan KIMHUT Bambu.

4. Konsumen pengguna produk-produk olahan berbasis bambu yang telah diusahakan.

6. Koefisien Teknis KIMHUT Bambu

1. Syarat bibit/ Jenis Bambu Jenis-jenis bambu dipilih jenis-jenis

yang mempunyai kualitas baik dan produktivitas tinggi.

2. Lahan usaha /hutan bambu; dapat me-nerapkan pola campuran atau mono-kultur bambu, disesuaikan dengan kondisi sumberdaya setempat. Bambu sebagai tanaman utama/pokok, sedang-kan tanaman sela/penunjangnya disesuaikan dengan kebutuhan lokal masyarakat.

3. Pusat pembibitan / kebun koleksi bam-bu. Melaksanakan kegiatan penang-karan bibit bambu secara masal serta

menjadi kebun koleksi bambu yang berkualitas bagus dan produktivitas tinggi,

4. Sumberdaya manusia : Petani, pengelola KOPERASI, KUBA ; Pendamping profesional

5. Kelembagaan. KOPERASI dengan tiga roda usahanya: Usaha hutan bambu oleh KUBA yang didukung oleh usaha kerajinan produk-produk bambu, Usaha WASERDA untuk melayani kebutuhan masyarakat, dan Usaha Unit Lembaga Keuangan (Simpan-Pinjam)

7. Instansi Terkait

1. Pemda Dati I Propinsi Jawa Timura. Mengkoordinasikan dengan instansi

terkait di daerah.b. Memfasilitasi pengadaan lahan (dapat

lahan tidur atau lahan milik petani gurem calon anggota KUBA, lahan milik ponpes, atau lahan milik negara)

c. Pengadaan sarana dan prasarana antara lain : Jalan menuju lokasi, Transportasi, Saluran air, Dan lain lain

2. Kantor Departemen Kehutanan dan Perkebunan (Kanwil Jawa Timur )1. Pengadaan lahan kawasan hutan

negara yang dapat /sesuai untuk bambu

2. Pengadaan informasi yang relevan dengan KIMHUT Bambu

3. Pengadaan tenaga fasilitator/petugas lapangan

4. Membantu Pemilihan lokasi yang cocok dengan jenis tanaman

5. Informasi teknik Budidaya /pengelolaan agroindustri bambu

6. Memfasilitasi Pembinaan teknis dan manajemen agribisnis bambu

3. KOPERASI/KOPINKRA1. Memfasilitasi penyediaan informasi

pasar dan IPTEK2. Mengkoordinasikan masyarakat sekitar

dalam kegiatan KIMHUT Bambu3. Mengkoordinasikan Pembinaan

Kemitraan

763

Page 9: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

4. membantu mekanisme Pemantauan dan pengawasan.

4. Departemen Koperasi dan Pem-binaan Pengusaha Kecil & Me-nengah

1. Mengkoordinasikan perijinan pemben-tukan KOPERASI

2. Membina Manajerial Koperasi3. Pembinaan Manajerial perkreditan

5. Perguruan Tinggia. Bantuan tenaga sarjana baru sebagai

pendamping/mitra usaha bagi KUBAb. Bantuan teknis dan manajerial dalam

pengelolaan usaha

c. Memfasilitasi forum komunikasi antar pihak (FORKA : Forum Komunikasi Agribisnis) dalam pelaksanaan program

d. Membantu pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program.

6. Pengusaha Suasta /Asosiasia. Menampung hasil produksi petani /

pengusaha kecil/menengahb. Pengolahan hasil panenc. Membantu alih teknologi/manajemend. Membina para petani/pengusahae. Bantuan pengadaan bibitf. Melakukan ekspor atau pemasaran

dalam negeri.

764

Page 10: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

PASAR PASAR LOKAL EKSPOR LEMBAGA KIMHUT PEMERINTAH JAJARAN (SUMBER INVESTASI) DEPHUTBUN

DEPT. LAIN Modal kerja

Bantuan teknis Bantuan bibit Alih teknologi/ manajemen Pemasaran

Pembentukan KUBA Modal KOPERASI Pembinaan Saprodi/Alsin Modal Pengemas Rekruitmen petani

PETANI PETANI SAPRODI/ BIBIT PRODUKSI ALSINTAN

765

Page 11: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

PEMDA DEPHUTBUN DEPKOP &PKM DEPT LAIN LEMBAGA KUBA LAIN SUASTA PASAR LOKAL EKSPOR PETANI PETANI BIBIT PRODUKSI

766

Page 12: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

METODE PENELITIAN

Strategi pelaksanaan kegiatan pene-litian Pokok-pokok kegiatan meliputi :

1. Tahap persiapan.2. Tahap Perencanaana. Pemilihan Lokasi: Desa-desa lokasi;

Rumah Tangga Petani (RTP), risalah lapangan dengan pemetaan sederhana

b. Penyusunan rencana Operasional (KIMHUT Bambu)

c. Penyusunan Pedoman/JUKNIS/JUKLAK bagi pelaksanaan operasional di lapangan (Konsep mengenai Unit Usaha Otonom KOPERASI, KUBA dan Pendam-pingan)

d. Penyiapan prakondisi: Penyuluhan dan penerangan masyarakat.

3. Tahap pelaksanaana. Sosialisasi (Konsep KIMHUT Bambu)

b. Sosialisasi (Konsep Kemitraan KO-PERASI dengan masyarakat sekitar dalam mengelola KIMHUT Bambu)

c. DIKLAT (Konsep Pelatihan manajemen KIMHUT Bambu yang melibatkan KOPERASI, KUBA , Jajaran DEPHUTBUN dan Perguruan Tinggi Pendamping)

d. Penyiapan lapangan: Lahan, SDM, dan kelembagaan penunjang

e. Penyiapan/pengadaan material dan peralatan termasuk bibit tanaman dan peralatan kerajinan /home industri pengolahan bambu

f. Penanaman tanaman (sesuai dengan rancangan)

g. Pemeliharaan komoditi (tanaman dan /atau usaha kerajinan)

h Pengelolaan hasil panen: Sistem bagi hasil dan alih kelola.

4. Tahap pengawasan dan pengen-dalian

a. Forum komunikasi KIMHUT Bambub. Pendampingan dalam upaya pem-

berdayaan masyarakatc. Pelaporan.d. Perguliran.

LOKASI KEGIATAN DAN KOMODITAS

1. Lokasi kegiatan adalah di wilayah Jawa Timur sbb:

Kabupaten Kecamatan

PONPES Mitra Teknis Luas areal Komoditas Unggulan

Komoditas Penunjang

Kediri Gurah Dinas PKT 500 ha Bambu PalawijaMalang Dono-

mulyoNurul

HikmahDinas PKT 500 ha Bambu Palawija

Lumajang Dinas PKT 500 ha Bambu PalawijaBlitar Udanawu Mambaul

HikamDinas PKT 500 ha Bambu Palawija

Ponorogo Sumo-roto

Ngabar Dinas PKT 500 ha Bambu Palawija

Banyuwangi Dinas PKT 500 ha Bambu Palawija

Nganjuk Loceret Sabil Mutaqin

Dinas PKT 500 ha Bambu Palawija

Jumlah 3500 ha

2. Komoditas KIMHUT-BAMBU

767

Page 13: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

Beberapa komoditi unggulan dalam KIMHUT Bambu yang akan dikem-bangkan untuk mendukung lebah madu adalah:(1). Komoditas tanaman pangan palawija

sebagai tanaman sela: Jagung (Cv. Hibrida), dan Kedelai, Sorghum dan garut.

(2). Komoditas Hutan rakyat: lamtoro, sengon, mahoni, akasia, kaliandra. gleriside, tanaman pakan lebah, tanaman pakan ternak dan lainnya.

(3). Komoditas penunjang Lebah madu(4). Komoditas Pokok Bambu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANGAN UNIT KIMHUT BAMBU

Target areal minimal dalam setiap unit KIMHUT adalah 500 ha terbagi menjadi unit-unit pengelolaan oleh KUBA. Setiap KUBA dapat berkisar antara 25-50 ha yang pengelolaannya dikoordinasikan oleh KUBA dirancang dengan melibatkan bebe-rapa jenis tanaman pakan lebah (misalnya kopi, mangga, lamtoro, kaliandra, dan lainnya); didukung oleh tanaman sela jagung atau sorghum (saat tanaman pokok bambu masih kecil) dan garut (saat naungan telah cukup berat), tanaman pagar kayu-kayuan atau perdu hijauan seperti paitan dan bunga matahari. Pemilihan komoditi ini semuanya dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan, aspirasi masyarakat dan prospek pasarnya.

Jadwal musim berbunga tanaman pakan lebah sebagai penunjang:

No Tanaman Bulan Berbunga Pakan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121. Lamtoro2. Lantana camara3. Kaliandra4. Mahoni5. Mangga6. Durian7 Kapuk Randu8. Turi9. Kopi10. Jambu mete11. Jambu air12. Alpokad13. Jagung tergantung musim tanam14. Pepaya15. Bunga Matahari tergantung musim tanam16. Sorghum tergantung musim tanam16 Wedusan17 N. lappaceum18 Euphorbiaceae19 P. falcataria20 S. polyantum

768

Page 14: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

IMPLEMENTASI, POLA USAHA DAN PEMBINAAN

STRATEGI IMPLEMENTASIKegiatan pengembangan KIMHUT

Bambu ini dilakukan dengan menggu-

nakan dua macam pola, yaitu Pola Kemitraan pada Lahan Negara dan Pola Kemitraan pada lahan milik masyarakat. Abstraksi kedua pola ini adalah sbb:

PENGEMBANGAN KIMHUT KEMITRAAN KOPERASI - MASYARAKAT POLA KEMITRAAN LAHAN NEGARA KEMITRAAN LAHAN MASYARAKAT

Wilayah Kecamatan Wilayah Kecamatan ( Satu Pewakil) (Satu Pewakil)

DINAS PKT

Pola Kemitraan KUBA: Pola Kemitraan KUBA : 0. Luas Lahan: 25 -50 HA 0. Luas lahan: 5 - 10 ha 1. Ketua: Petani maju 1. Ketua: KONTAK TANI 2. Pendamping teknis: Mahasiswa 2. Pendamping teknis: Mahasiswa 3. Koordinator Lapangan: 3. Koordinator lapangan: Santri yang dipilih Petani maju/kontak tani 4. Buruh tani/buruh buruh lain 4. Anggota KUBA: petani gurem dengan upah harian UMR (lahan 0.25 -0.5 ha) sebanyak dibantu masyarakat 10-20 orang 5. Pedagang palawija sbg MITRA 5. Tenagakerja tambahan: buruh tani KERJA /ASOSIASI buruh lain dengan UMR dibantu 6. Konsultan: Pamong desa, tokoh masyarakat masyarakat, Instansi teknis 6. Pedagang palawija/koperasi sbg mitra pemasaran /ASOSIASI 7. Pamong desa,tokoh masyarakat dan instansi teknis sbg konsultan

SATGAS Pengendali dan Pemantauan Pusat Informasi dan Penyuluhan Pola Kemitraan KOPERASI Kehutanan, Jawa Timur

Tahapan kegiatan: Program kegiatan ini dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan selama tiga

tahun dan dikelompokkan menjadi 3 langkah, yakni:

769

Page 15: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

Langkah I:(a). Survei identifikasi tentang kendala dan

pemetaan sumberdaya lahan di lokasi .(b). Melakukan analisis kebutuhan informasi,

material dan instrumental penunjang kegiatan KIMHUT Bambu.

Langkah II:(1). Perekayasaan kelembagaan dan

manajerial KUBA ;

(2) Orientasi dan pelatihan bagi anggota KOPERASI dan KUBA

Langkah III:(1). Implementasi penanaman dan perawatan

tanaman /usaha industri. (2). Manajemen budidaya Bambu /

Agroindustri bambu(3). Manajemen panen-pascapanen, dan

pemasaran hasil(4). Pengendalian, pemantauan dan evaluasi

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN KIMHUT-BAMBU

PERSIAPAN DATABASE:

1. Pemetaan Calon lokasi 2. Identifikasi WILSAR dan POKSAR 3. Audiensi dengan pamong dan masyarakat

2 bulan 4. Pendaftaran /sensus 5. Pembentukan calon organisasi/kelembagaan KUBA 6.DIKLAT singkat SANTRI/PENGURUS PONPES

LANGKAH I

PERSIAPAN OPERASIONAL:

1.ORIENTASI manajerial: KUBA 2.Persiapan Manajemen: Administrasi dan Keuangan

1 bulan 3. Persiapan lapangan/LAHAN USAHA: Rencana alokasi pertanaman

4.Pemantauan/peninjauan lapangan

PENYUSUNAN RENCANA KERJA USAHA

1 bulan AGRIBISNIS AGROFORESTRY LEBAH MADU INTI dan PLASMA ----- KUBA PONPES

LANGKAH II

770

Page 16: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

Operasional I : 1. ORIENTASI teknis budidaya 2. Pengadaan material/instrumental 3. Persiapan lahan

3 bulan 4. Penanaman bibit tanaman 5. Pengawasan melekat oleh KUBA

LANGKAH III Operasional II:

1. Perawatan dan pemeliharaan tanaman 2. Pengendalian dan pemantauan 3. Pelaporan

2. Pola Usaha

Agar pelaksanaan program kemitraan sesuai dengan kebutuhan maka dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :

771

Page 17: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

POLA PEMBINAAN USAHA PADA LAHAN NEGARA

TAHUN III HASILNYA

50 ha TAHUN II KUBA 50 HA PETANI

PENGUSAHA TAHUN I KUBA 50 ha MAHASISWA

PETANI 50 ha SANTRI PETANI KUBA TENAGA KERJAKUBA:*) terampil1 SANTRI 5 MAHASISWA SARJANA 50 ha 1500 2000 HOK (SANTRI- BURUH) 50 ha KUBA KUBA 50 ha KUBA Keterangan:*) Organisasi KUBA (Kelompok Usaha Bersama Agribisnis):1. Satu orang Santri Senior sebagai penanggungjawab keseluruhan kegiatan usaha

agribisnis pada lahan 50 ha2. Lima orang mahasiswa /SARJANA sebagai pendamping teknis budidaya tanaman

(mereka adalah mahasiswa yang sedang Praktek Kerja Lapang (PKL) atau sedang penelitian skripsi)

3. Seorang petani (kontak tani) sebagai koordinator operasional kerja lapangan sehari hari

4. Tenaga kerja (1500 2000 HOK) selama satu musim tanam, terdiri atas personil santri, buruh tani dan buruh buruh lainnya di pedesaan.

5. Pada tahun ke dua KUBA berkewajiban membina dua unit KUBA baru, dan seterusnya.

772

Page 18: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

POLA PEMBINAAN USAHA PADA LAHAN MASYARAKAT

TAHUN III HASILNYA

10 ha TAHUN II KUBA 10 ha

PETANIPENGUSAHA

TAHUN I KUBA 10 ha MAHASISWA

10 ha PETANI KUBA PETANI WIRA-USAHA

TENAGA KERJAKUBA:*) terampil1 kontak tani5 MAHASISWA 1 PENDAMPING 10 ha 500-1000 HOK 10 ha (BURUH tani) KUBA

10 ha

KUBA Keterangan:*) Organisasi KUBA (Kelompok Usaha Bersama):1. Satu orang Kontak tani sebagai penanggungjawab keseluruhan kegiatan usaha

agribisnis pada lahan 10 ha2. Lima orang mahasiswa sebagai pendamping teknis budidaya tanaman (mereka

adalah mahasiswa yang sedang Praktek Kerja Lapang (PKL) atau sedang penelitian skripsi)

3. Seorang petani maju sebagai koordinator operasional kerja lapangan sehari hari yang mengkoordinir petani petani gurem pemilik lahan (10-20 orang petani)

4. Tenaga kerja (500-1000 HOK) selama satu musim tanam, terdiri atas personil santri, buruh tani dan buruh buruh lainnya di pedesaan.

3. Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh kegiatan yang direncanakan telash dapat dilakukan selama waktu tertentu

selama pembinaan, maka dilakukan (1) monitoring dan (2) evaluasi.

Monitoring adalah peninjauan la-pangan untuk mengamati perkembangan atau menganalisis perkembangan dari jauh

773

Page 19: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

melalui laporan aktivitas secara frekuentif dengan mencatat setiap kegiatan dan hasil hasil yang telah dicapai serta permasalahan yang terjadi.

Untuk mengetahui hasil dan monitoring dilakukan pencatatan harian (recording) harian dengan mengisi tabel berikut :

Tabel monitoring kegiatan Tahun ....

No. Tanggal Jenis Kegiatan Keterangan: Hasil & Masalah1. ....... ................ ..............................2. ....... ................ ..............................3. ....... ................ .............................4. ....... ................ .............................dst.

Recording ini diisi oleh koordinator KUBA setiap hari/mingguan yang kemudian secara frekuentif dilaporkan ke koordinator yang kemudian diteruskan ke Penanggung jawab KUBA.

Dari hasil pengumpulan data, infor-masi dari monitoring kemudian dianalisis

selanjutnya dievaluasi, kemudian diadakan peninjauan lapangan untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Tinjauan lapangan dilaksanakan secara periodik sesuai dengan kebutuhan, diupayakan lebih sering ke lapangan.

Koordinator Anggota inform inform K P

kunjungan lapangan

PETANI Penanggungjawab

KESIMPULAN

Pengembangan KAWASAN INDUS-TRI MASYARAKAT KEHUTANAN (KIMHUT) berbasis Komoditas BAMBU melalui Pola kemitraan KOPERASI dengan masyarakat Sekitarnya di Wilayah Jawa Timur ini mempunyai prospek yang sangat bagus dalam menyediakan kesempatan kerja bagi warga pedesaan, menjadi sumber pendapatan bagi petani dan masyarakat

sekitar, menumbuhkan pengusaha pe-ngusaha kecil di pedesaan, dan meningkatkan produksi pangan, sekaligus melestarikan sumberdaya hutan.

Biaya investasi yang cukup tinggi diperlukan pada tahap pertama, sedangkan pada tahap tahap selanjutnya diharapkan dapat dibiayai sendiri dari hasil usaha KIMHUT Bambu.

774

Page 20: MODEL PENGEMBANGAN · Web viewHutan rakyat bambu merupakan cara yang paling efisien untuk menghasilkan bambu berkualitas tinggi. Hasil dari hutan rakyat bambu juga dapat dimanfaatkan

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

DAFTAR PUSTAKA

Bystriakova, N.; N. Bystriakova, V. Kapos, I. Lysenko and C.M.A. Stapleton . 2003. Distribution and conservation status of forest bamboo biodiversity in the Asia-Pacific Region. Biodiversity and Conservation 12 (9): 1833–1841.

CASSANDRA ADAMS. 2009. "Bamboo Architecture and Construction with Oscar Hidalgo". Natural Building Colloquium. http://www.networkearth.org/ naturalbuilding/bamboo.html..

Chan, Alan Kam-leung and Gregory K. Clancey, Hui-Chieh Loy. 2002. Historical Perspectives on East Asian Science, Technology and Medicine. Singapore: Singapore University Press. ISBN 9971692597. p. 15.

Dajung, Wang, and Shen Shao-Jin. 1987. Bamboos of China. Timber Press, Portland, OR.

Daniel, 1987, Prinsip-Prinsip Silvikultur, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Djaenudin, 1994, Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pertanian dan Tanaman Kehutanan, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

FAO, 1976, A Framework for Evaluation, Soil Buletin No. 32, Roma, Italy.

Farelly, David. 1984.The book of bamboo. Sierra Club Books, 530 Bush Street, San Francisco, CA.

Farrelly, David. 1984. The Book of Bamboo. Sierra Club Books. ISBN 087156825X.

Janzen, DH. 1976. "Why Bamboos Wait so Long to Flower". Annual Review of Ecology and Systematics 7: 347–391.

Jonathan Bardelline. 2009. "Growing the Future of Bamboo Products". GreenBiz.com.

http://www.greenbiz.com/feature/2009/07/09/growing-future-bamboo-products.

Loewe, Michael. 1997. Wood and bamboo administrative documents of the Han period. in Edward L. Shaughnessy. New Sources of Early Chinese History. Society for the Study of Early China. pp. 161–192. ISBN 1-55729-058-X.

Michelle Nijhuis. 2009. Bamboo Boom: Is This Material for You?. Scientific American Earth 3.0 special. Scientific American. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=bamboo-boom.

Neal, Marie C. 1992.In gardens of Hawaii. Bishop Museum Press, Honolulu, HI.

Needham, Joseph. 1986. Science and Civilization in China: Volume 3, Mathematics and the Sciences of the Heavens and the Earth. Taipei: Caves Books, Ltd. p. 614.

Peters, Tom F. 1987. Transitions in Engineering: Guillaume Henri Dufour and the Early 19th Century Cable Suspension Bridges. Birkhauser. ISBN 3764319291.

Puri, H. S. 2003. Rasayana ayurvedic herbs for longevity and rejuvenation. London: Taylor & Francis. pp. 71–73. ISBN 0203216563.

Recht, Christine, and Max F. Wetterwald. 1992. Bamboos. Timber Press, Portland, OR.

Roger Lewis. 2006. "Square Bamboo". LewisBamboo.com. http://www.lewisbamboo.com/square.html.

Thomas R. Soderstrom; Cleofe E. Calderon; Thomas R. Soderstrom; Cleofe E. Calderon; T.R. Soderstrom, C.E. Calderon (1979). "A Com-mentary on the Bamboos (Poaceae: Bambusoideae)". Biotropica 11 (3): 161–172.

Villejas, Marcelo. 1990. Tropical bamboos. Rizzoli International Pub., NY.

775