teori bambu

Upload: dwie-oktaviana

Post on 10-Feb-2018

265 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 teori bambu

    1/44

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Bambu

    Bambu merupakan tanaman berumpun dan termasuk dalam family gramineae

    dan terdapat hampir diseluruh dunia kecuali di Eropa. Jumlah yang ada di daerah

    Asia Selatan dan Asia Tenggara kira-kira 80% dari keseluruhan yang ada di dunia

    (Uchimura, 1980). Di seluruh dunia diperkirakan ada sekitar 1.000 jenis bambu

    dimana Indonesia memiliki 142 jenis, baik yang endemik (hanya terdapat di satu

    kawasan) maupun yang tersebar di Asia Tenggara (Rahardi 2008).

    Bambu merupakan salah satu dari beberapa material atau bahan konstruksi

    yang sudah cukup lama dikenal di masyarakat. Sebagai material bangunan, bambu

    sangat mudah didapatkan bahkan di pelosok-pelosok desa bambu telah menjadi

    tanaman wajib penghias pekarangan. Tanaman rakyat ini dikenal pertumbuhannya

    sangat cepat, bambu dengan kualitas tinggi dapat diperoleh pada umur 2 sampai 5

    tahun. (Morisco, 1999) Panennya pun cukup ramah lingkungan. Proses panen yang

    masih menyisakan rumpun bambu tidak mengganggu keseimbangan kondisi tanah

    sehingga erosi dapat dihindari.

    Seperti diketahui bahwa Indonesia termasuk sebagai daerah rawan gempa

    sehingga penggunaan bambu sebagai material bangunan lebih baik karena

    strukturnya yang ringan menyebabkan ketahanan yang lebih tinggi terhadap getaran

    gempa. Meski ringan bambu memiliki kekuatan yang cukup baik, sifat mekanika

    berdasarkan penelitian yang dilakukan Morisco (1994) menunjukan bahwa kekuatan

    tarik bambu lebih tinggi dari tegangan luluh baja.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    2/44

    Sebagai bahan konstruksi alami, bambu mempunyai sifat sifat fisis dan

    mekanis yang khas dan sangat berbeda dengan bahan konstruksi yang lain. Oleh

    karena itu, dalam pemanfaatan bambu sebagai bahan konstruksi kita harus sedikit

    banyaknya mengetahui tentang beberapa sifat sifat tersebut tersebut agar dalam

    penggunaannya dapat dikembangkan secara maksimal.

    II.1.1 Sifat Bahan Bambu

    Bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk

    dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah,

    mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut.

    Selain itu tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa. Rumpun

    bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan saat Hiroshima dijatuhi

    bom atom sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang

    masih dapat bertahan hidup. Ditambah lagi sifat bambu elastis sehingga struktur

    bambu mempunyai ketahanan yang tinggi baik terhadap angin maupun gempa.

    II.1.2 Sifat Fisis Bambu

    Physical Properties atau Sifat fisis adalah sifat yang berhubungan dengan

    faktor-faktor dalamyang bekerja pada benda itu sendiri. Sifat fisis bambu ditentukan

    oleh faktordalam yang meliputi :

    1. Banyaknya zat dinding sel yang ada pada bambu,2. Susunandan arah mikrofibril dalam sel-sel,3.jaringan-jaringan dan Susunan kimia zatdinding sel.4. Lingkungan pertumbuhan dan asalnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    3/44

    II.1.2.1 Kadar Air Bambu

    Bambu termasuk zat higroskopis, artinya bambu mempunyai afinitas terhadap

    air, baik dalam bentuk uap maupun cairan. Kayu atau bambu mempunyai

    kemampuan mengabsorpsi atau desorpsi yang tergantung dari suhu dan kelembaban

    udara disekelilingnya. Menurut Liese (dalam Pathurahman, 1998), kandungan air

    dalam batang bambu bervariasi baik arah memanjang maupun arah melintang. Hal

    itu tergantung dari umur, waktu penebangan dan jenis bambu.

    Kadar air dinyatakan sebagai kandungan air yang berada dalam bambu.

    Namun bambu selalu berusaha mencapai keseimbangan, EMC (Equilibrium

    Moisture Content). Semua nilai sifat-sifat kekuatan bambu meningkat seiring dengan

    menurunnya kadar air dan berkolerasi positif dengan berat jenis.

    II.1.2.2 Berat Jenis Bambu

    Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan bambu adalah berat

    jenis bambu. Berat jenis dinyatakan sebagai perbandingan antara berat kering tanur

    suatu benda terhadap berat suatu volume air yang sama dengan volume benda itu.

    Berat jenis bambu merupakan banyaknya zat kayu atau zat dinding sel.

    Bambu yang mempunyai berat jenis besar berarti mempunyai jumlah zat dinding sel

    persatuan volume besar. Selanjutnya zat kayu ditentukan oleh beberapa faktor antara

    lain tebal dinding sel, besarnya sel dan jumlah sel berdinding tebal.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Triwiyono dan Morisco (2000)

    dalam Morisco (2004) diketahui kadar air serta berat jenis bambu khususnya bambu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    4/44

    petung..Adapun hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel II.1 Perbedaan tidak

    Nampak nyata pada analisis varian berat jenis bambu petung basah dan kering.

    Tabel II.1 Kadar air dan Berat Jenis Betung (Dendrocalamus Asper)

    Posisi NomorBambu Basah Bambu Kering Udara

    Kadar Air (%) Berat Jenis Kadar Air (%) Berat Jenis

    Pangkal

    1 28.610 0.634 5.381 0.646

    2 34.256 0.680 4.390 0.663

    3 35.361 0.603 5.909 0.682

    Rata-rata 36.076 0.639 5.227 0.664

    Tengah

    1 41.129 0.695 6.250 0.711

    2 36.402 0.701 6.926 0.702

    3 35.965 0.712 6.859 0.769

    Rata-rata 37.832 0.703 6.678 0.727

    Ujung

    1 38.699 0.754 6.034 0.763

    2 36.078 0.712 8.756 0.697

    3 35.517 0.686 6.818 0.820

    Rata-rata 36.765 0.717 7.203 0.706

    (Sumber : Triwiyono dan Morisco, 2000 dalam Morisco, 2004)

    II.1.3 Sifat Mekanis Bambu

    Sifat mekanis adalah sifat yang berhubungan dengan kekuatan bahan dan

    merupakan ukuran kemampuan bahan untuk menahan Gaya luar (Membebani benda

    tersebut) yang bekerja padanya dan cenderung untuk merubah bentuk dan ukurannya.

    Sifat mekanis meliputi Kuat Tarik, Kuat Tekan, Kuat Geser dan Kuat Lentur.

    II.1.3.1 Kuat Tarik Bambu

    Kuat tarik bambu yaitu suatu ukuran kekuatan bambu dalam hal

    kemampuannya untuk menahan gaya-gaya yang cederung menyebabkan bambu itu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    5/44

    terlepas satu sama lain. Kekuatan tarik dibedakan menjadi dua macam yaitu kekuatan

    tarik tegak lurus serat dan kekuatan tarik sejajar serat. Kekuatan tarik sejajar arah

    serat merupakan kekuatan tarik yang terbesar pada bambu. Kekuatan tarik tegak

    lurus serat mempunyai hubungan dengan ketahanan bambu terhadap pembelahan

    (Yododibroto, 1979).

    Tabel II.2 Kuat Tarik Bambu Kering Oven

    Jenis BambuKuat Tarik (Kg/cm )

    Tanpa Nodia Dengan Nodia

    Ori 2968 1305

    Betung 1938 1183

    Wulung 1693 1499

    Tutul 2203 755

    Sumber : Morisco (1996)

    Dari tabel diatas terlihat bahwa kekuatan bambu dengan nodia lebih rendah

    dari bambu tanpa nodia. Turunnya kekuatan ini disebabkan karena serat bambu di

    sekitar nodia tidak lurus, sebagian berbelok menjauhi sumbu batang sedang sebagian

    lain berbelok menuju sumbu batang.

    Menurut Morisco berdasarkan penelitiannya pada tahun 1994-1999 dalam

    membandingkan kuat tarik bambu Ori dan petung dengan baja struktur bertegangan

    leleh 2400 kg/cm2 mewakili baja beton yang banyak terdapat dipasaran, dilaporkan

    kuat tarik kulit bambu Ori cukup tinggi yaitu hampir mencapai 5000 kg/cm2 atau

    sekitar dua kali tegangan leleh baja. Sedang untuk spesimen dari bambu petung kuat

    tarik rata-ratanya juga lebih tinggi dari tegangan luluh baja, hanya satu spesimen saja

    yang kuat tariknya dibawah tegangan luluh baja.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    6/44

    PPSerat Bambu

    Gambar II.1 Diagram tegangan-regangan Bambu dan Baja (Morisco, 1999)

    Janssen (1980) menyatakan bahwa kekuatan tarik bambu akan menurun

    dengan meningkatnya kadar air, kekuatan tarik maksimum bagian luar bambu paling

    besar dibandingkan dengan bagian-bagian yang lain.

    Gambar II.2 Batang Bambu menerima gaya tarik

    II.1.3.2 Kuat Tekan Bambu

    Kekuatan tekan merupakan kekuatan bambu untuk menahan gaya dari luar

    yang datang pada arah sejajar serat yang cenderung memperpendek atau menekan

    bagian-bagian bambu secara bersama-sama (Pathurahman, 1998) .

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    7/44

    Gaya tekan yang bekerja sejajar serat bambu akan menimbulkan bahaya

    tekuk pada bambu sedangkan gaya tekan yang bekerja tegak lurus arah serat akan

    menimbulkan retak pada bambu.

    Bahaya Tekuk

    P P

    Gambar II.3 Batang Bambu menerima gaya tekan sejajar serat

    P

    P

    Bambu

    Gambar II.4 Batang Bambu menerima gaya tekan tegak lurus serat

    Kekuatan tekan bambu semakin tinggi dari pangkal menuju ujung, sesuai

    dengan meningkatnya jumlah serat sklerenkim yang merupakan pendukung utama

    keteguhan bambu dan dipengaruhi oleh berat jenis dan masa dari bambu tersebut.

    Jadi kekuatan tekan dari bambu meningkat dari pangkal menuju ujung seiring

    dengan berkurangnya kadar air/kenaikan berat jenis dari bambu tersebut juga

    diakibatkan prosentase kulit (bagian yang keras) terhadap tebal dinding pada ujung

    lebih besar dari pangkal.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    8/44

    PP

    Gaya Geser

    Beberapa hal penting tentang Kuat Tekan sejajar arah serat bambu pada

    beberapa jenis bambu :

    Keteguhan tekan sejajar arah serat pada bambu berumur 3 tahun ternyatalebih tinggi dari pada keteguhan sejenis pada bambu berumur 6 tahun.

    Keteguhan tekan sejajar arah serat mengalami peningkatan sejalan denganmeningkatnya posisi vertikal contoh uji dari pangkal ke arah ujung batang.

    Hal ini disebabkan oleh kondisi kerapatan berkas pengangakutan yang

    semakin meningkat pula mengikuti peningkatan posisi vertikal pada batang.

    Keteguhan tekan sejajar arah serat tidak berpengaruh oleh kehadiran nodiapada contoh uji.

    II.1.3.3 Kuat Geser

    Kekuatan geser adalah ukuran kekuatan bambu dalam hal kemampuannya

    menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian bambu bergeser dari bagian lain

    didekatnya.

    Gambar II.5 Batang Bambu menerima Gaya Geser

    Kekuatan geser berbeda-beda pada tebalnya dinding batang bambu (kekuatan

    geser pada dinding bambu 10 mm menjadi 11% lebih rendah daripada dinding

    bambu setebal 6 mm), dan pada bagian ruas dan bagian di antara ruas batang bambu.

    Bambu berumur 5 tahun mempunyai keteguhan tekan sejajar serat tertinggi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    9/44

    Nilai kuat geser bambu memiliki prinsip dan hubungan yang sama dengan

    kuat tekan bambu dimana kekuatan geser bambu juga turut dipengaruhi oleh berat

    jenis bambu dan masa serat dari bambu itu sendiri.

    II.1.3.4 Kuat Lentur Bambu

    Kuat Lentur merupakan ukuran kemampuan suatu bahan menahan lentur

    (Beban) yang bekerja tegak lurus sumbu memanjang serat di tengah-tengah bahan

    yang di tumpu pada kedua ujungnya tanpa terjdi perubahan bentuk yang tetap.

    Kuat Lentur dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu kuat Lentur statik

    dan kuat Lentur pukul. Kuat Lentur statik menunjukkan kekuatan bambu dalam

    menahan gaya yang mengenainya perlahan-lahan, sedangkan kuat Lentur pukul

    adalah kekuatan bambu dalam menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.

    Gambar II.6 Batang Bambu yang menerima beban lentur

    Balok bambu yang terletak pada dua tumpuan atau lebih, bila menerima

    beban berlebihan akan melengkung/melentur. Pada bagian sisi atas balok akan terjadi

    tegangan tekan dan pada sisi bawah akan terjadi tegangan tarik yang besar (lihat

    Gambar II.6). Akibat tegangan tarik yang melampaui batas kemampuan bambu maka

    akan terjadi regangan yang cukup berbahaya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    10/44

    II.1.4 Tegangan Ijin Bambu untuk Perancangan

    Dalam perancangan struktur, bangunan yang akan dibuat harus ekonomis,

    aman dan tidak mengkhawatirkan. Kekuatan bambu sangat dipengaruhi oleh keadaan

    lingkungan, kesuburan tanah serta lokasi tempat tumbuh. Perancangan struktur harus

    didasarkan kekuatan bambu dengan memperhitungkan faktor aman secukupnya.

    Tegangan Ijin untuk Perancangan Penelitian-penelitian yang pernah

    dilakukan telah mendapatkan angka-angka yang menunjukan kekuatan bambu, tetapi

    perlu diingat bahwa bambu merupakan bahan organik yang tumbuh secara alami

    sehingga memiliki kekuatan yang tidak seragam pada satu jenisnya dan pada

    kenyataannya bambu dari jenis yang sama memiliki kekuatan yang tidak selalu sama.

    Menyadari bahwa pemakaian bambu sebagai bahan bangunan cukup banyak

    dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum melalui

    Pusat penelitian dan Pengembangan Pemukiman telah melakukan penelitian

    mendalam tentang bambu khususnya dalam upaya untuk membuat pedoman bagi

    masyarakat untuk mengetahui sifat fisik dan mekanika bambu. Adapun hasil

    penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel II.5.

    Tabel II.3 Kuat Batas dan Tegangan Ijin Bambu (Morisco, 1999)

    Jenis

    Tegangan

    Kuat Batas

    (Kg/cm2)

    Tegangan Ijin

    (Kg/cm2)

    Tarik 981 3920 294.2

    Lentur 686 2940 98.07

    Tekan 245 981 78.45

    E Tarik 98070 294200 196.1 x 103

    (Sumber : Morisco,1999)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    11/44

    Pada tabel II.5 merekomendasikan tegangan ijin yang dapat dipakai oleh

    berbagai macam bambu. Tentunya tegangan ijin yang direkomendasikan ini

    cenderung berada pada posisi yang aman untuk pemakaian. Dengan demikian angka-

    angka tersebut jika dipakai sebagai dasar dalam perancangan tentunya akan

    menghasilkan struktur yang konservatif.

    Jika diinginkan hasil perancangan yang baik, yaitu aman dan ekonomis, maka

    pengujian kekuatan bahan perlu dilakukan. Hasil yang diperoleh, sebelum dipakai

    untuk perancangan perlu dikombinasikan dengan faktor aman secukupnya.

    Dalam praktek bambu sering dipasang dalam keadaan masih segar sehabis

    dipotong dari rumpun. Setelah terpasang pada bangunan, secara berangsur-angsur air

    bambu akan menguap. Prawirohatmodjo (1990) telah membuktikan bahwa

    pemakaian bambu segar tidak membahayakan, karena setelah bambu kering

    kekuatannya bahkan sedikit meningkat.

    II.1.5 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Mekanis

    Pemilihan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur

    harus dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku.

    Berdasarkan modulus elastis lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan

    lainnya dapat diambil mengikuti tabel II.6 Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel

    II.6 dapat digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti

    standar-standar eksperimen yang baku.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    12/44

    Tabel II.4 Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan atas pemilahan secara mekanis

    pada kadar air 15% ( berdasarkan PKKI NI - 5 2002 )

    Kode

    Mutu Ew Fb Ft// Fc// Fv Fc

    E26

    E25

    E24

    E23

    E22

    E21

    E20

    E19

    E18

    E17

    E16

    E15

    E14

    E13

    E12

    E11

    E10

    25000

    24000

    23000

    22000

    21000

    20000

    19000

    18000

    17000

    16000

    15000

    14000

    13000

    14000

    13000

    12000

    11000

    66

    62

    59

    56

    54

    56

    47

    44

    42

    38

    35

    32

    30

    27

    23

    20

    18

    60

    58

    56

    53

    50

    47

    44

    42

    39

    36

    33

    31

    28

    25

    22

    19

    17

    46

    45

    45

    43

    41

    40

    39

    37

    35

    34

    33

    31

    30

    28

    27

    25

    24

    6,6

    6,5

    6,4

    6,2

    6,1

    5,9

    5,8

    5,6

    5,4

    5,4

    5,2

    5,1

    4,9

    4,8

    4,6

    4,5

    4,3

    24

    23

    22

    21

    20

    19

    18

    17

    16

    15

    14

    13

    12

    11

    11

    10

    9

    Dimana : Ew = Modulus elastis lentur

    Fb = Kuat lentur

    Ft// = Kuat tarik sejajar serat

    Fc// = Kuat tekan sejajar serat

    Fv = Kuat Geser

    Fc = Kuat tekan tegak lurus

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    13/44

    II.1.6 Bambu Betung (Dendrocalamus asper)

    Pada ekperimen kali ini bambu yang akan digunakan sebagai bahan untuk

    komposit Balok Bambu beton adalah Bambu Betung (Dendrocalamus asper).

    Bambu betung termasuk dalam famili Graminae sub famili Bambusoidae

    yang memiliki nama botani Dendrocalamus asper (Schult.F). Bambu ini memiliki

    nama-nama daerah diantaranya bambu betung coklat (Bengkulu), betung hijau

    (Lampung), buluh batung (sumatera utara) dan betung hitam (Banyuwangi).

    Bambu betung memiliki rumpun yang agak sedikit rapat. Dapat tumbuh di

    dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m diatas permukaan

    laut. Pertumbuhannya cukup baik khususnya untuk daerah yang tidak terlalu kering.

    Warna kulit batang hijau kekuning-kuningan. Batang dapat mencapai panjang 10 -

    14 meter, Panjang ruas 40-60 cm dengan diameter 6 15 cm, tebal dinding cukup

    tebal yaitu 1-3 cm.

    Bambu betung banyak dipakai sebagai bahan bangunan, perahu, kursi, dipan,

    saluran air, penampungan air aren hasil sedapan, dinding (gedeg), dan berbagai jenis

    kerajinan. Rebung betung terkenal paling enak.

    Gambar II.7 Bambu Betung (Dendrocalamus asper)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    14/44

    II.2 Beton

    Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang

    lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang

    membentuk masa padat (SK SNI 03-2847-2002). Kadang-kadang dalam

    pencampuran ditambahan bahan lain (additif) yang masih plastis pada perbandingan

    tertentu sampai menjadi satu kesatuan yang homogen. kemudian dengan

    menambahkan secukupnya bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu

    guna rekasi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung.

    Beton akan meningkat kekuatannya seiring dengan bertambahnya umur.

    Yang dimaksud umur di sini dihitung sejak beton dibuat. Kenaikan kekuatan beton

    mula-mula cepat, yaitu antara umur 1 hari sampai 28 hari, akan tetapi semakin lama

    kenaikan kekuatannya menjadi semakin lambat. Oleh karena itu sebagai standar

    kekuatan beton dipakai kekuatan beton pada umur 28 hari.

    Nilai Kuat Tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya.

    Nilai kuat tarik beton hanya berkisar antara 915 % kuat tekannya. Pada

    penggunaannya sebagai bahan bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang

    tulangan baja atau bahan lain sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu

    membantu kelemahan beton yaitu pada bagian yang menahan gaya tarik.

    Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari:

    a. Nilai perbandingan campuran dan mutu bahan susun,b. Metode pelaksanaan pengecoran,c. Pelaksanaan finishing,d. Temperatur,e. Kondisi perawatan pengerasannya

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    15/44

    Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan

    aus, dan kembang susutnya kecil (Tjokrodimulyo 1996 : 2).

    Sebagai bahan konstruksi beton juga memiliki kelebihan dan kekurangan

    (Tjokrodimulyo 1996 : 2) antata lain sebagai berikut.

    Kelebihan beton sebagai bahan konstruksi adalah:1. Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik, serta mempunyai sifat

    tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.

    2. Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan.Cetakan dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis.

    3. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retakmaupun dapat diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.

    4. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituangpada tempattempat yang posisinya sulit.

    5. Beton tahan aus dan tahan bakar, sehingga perawatannya lebih murah.Kekurangan Beton sebagai bahan konstruksi antara lain:

    1. Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik, sehingga mudahretak. Oleh karena itu perlu di beri baja tulangan atau bahan lain sebagai

    penahan gaya tarik.

    2. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahansuhu,sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah

    terjadinya retakan retakan akibat terjadinya perubahan suhu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    16/44

    3. Untuk mendapatkan beton kedap air secara sempurna, harus dilakukandengan pengerjaan yang teliti.

    4. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan ditelitisecara seksama

    II.2.1 Bahan- Bahan Penyusun Beton

    II.2.1.1 Semen

    Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam

    pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi

    pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar,

    sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton

    segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete).

    Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk

    suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat atau

    dengan kata lain semen berfungsi sebagai bahan perekat bahan susun beton.

    Semen Portland (PC) dibuat dari semen hidraulis (hydraulic binder) yang

    dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terbuat dari batu kapur (CaCO3)

    yang jumlahnya amat banyak serta tanah liat dan bahan dasar berkadar besi, terutama

    dari silikat silikat kalsium yang bersifat hidraulis ditambah dengan bahan yang

    mengatur waktu ikat. (SK SNI 03 - 2847 2002).

    Unsur utama Semen Portland terdiri dari: Trikalsium silikat (C3S atau

    3CaO.SiO2), Dikalsium silikat (C2S atau 2CaO.SiO2), Trikalsium aluminat (C3A

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    17/44

    atau 3CaO.Al2O3),dan Tetrakalsium aluminoferit (C4AF atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3).

    (Neville, 1975).

    Menurut SK SNI 03 2847 2002 Semen untuk bahan konstruksi harus

    memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:

    1. SNI 15-2049-1994, Semen portland.2. Spesifikasi semen blended hidrolis (ASTM C 595 ), kecuali tipe S dan SA

    yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.

    3. "Spesifikasi semen hidrolis ekspansif" (ASTM C 845).Menurut SNI 15-2049-1994 Semen Portland diklasifikasikan dalam lima

    jenis, yaitu :

    Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukanpersyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Digunakan untukbangunan-

    bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.

    Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahananterhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan untuk konstruksi

    bangunan dan beton yang terus-menerus berhubungan dengan air kotor atau

    air tanah atau untuk pondasi yang tertahan di dalam tanah yang mengandung

    air agresif (garam-garam sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang

    berhubungan langsung dengan rawa.

    Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatanawal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen

    jenis ini digunakan pada daerah yang bertemperatur rendah, terutama pada

    daerah yang mempunyai musim dingin (winter season).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    18/44

    Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panashidrasi yang rendah. Digunakan untuk pekerjaan-pekarjaan yang besar dan

    masif, umpamanya untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar atau

    pekerjaan besar lainnya.

    Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahananyang tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk bangunan yang berhubungan

    dengan air laut, air buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas

    atau uap kimia yang agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan

    air tanah yang mengandung sulfat dalam persentase yang tinggi.

    Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan jelas

    semen yang boleh dipakai, dan harus selalu dipertahankan sesuai dengan yan dipakai

    pada waktu penentuan rencana campuran.

    II.2.1.2 Agregat

    Dalam SK SNI 03 2847 2002 agregat didefinisikan sebagai material

    granuler, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku pijar yang dipakai

    bersamasama dengan media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan

    semen hidraulik.

    Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi, yaitu

    berkisar 70%-75% dari volume beton. Untuk mencapai kuat beton yang baik perlu

    diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya, karena umumnya semakin padat

    dan keras massa agregat akan makin tinggi kekuatan dan durability-nya (daya tahan

    terhadap penurunan mutu akibat pengaruh cuaca).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    19/44

    Untuk membentuk massa padat diperlukan susunan gradasi butiran agregat

    yang baik. Di samping bahan agregat harus mempunyai cukup kekerasan, sifat kekal,

    tidak bersifat reaktif terhadap alkali, dan tidak mengandung bagian bagian kecil

    (

  • 7/22/2019 teori bambu

    20/44

    II.2.1.2.2 Agregat Kasar

    Agregat kasar (kerikil/batu pecah) berasal dari disintegrasi alami dari batuan

    alam atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu (stone

    crusher) dengan ukuran butiran antara 5 mm sampai 40 mm. agregat kasar

    dinamakan kerikil, kricak, batu pecah atau split.

    Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:

    1) 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun2) 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun3) 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat, bundel

    tulangan, atau tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.

    Agregat kasar harus terdiri dari butirbutiran yang keras, dan tidak berpori.

    Agregat kasar yang mengandung butirbutir pipih hanya boleh dipakai apabila

    jumlah butirbutir pipih tersebut tidak lebih 20% dari agregat seluruhnya. Agregat

    harus memenuhi syarat kebersihan yaitu, tidak mengandung lumpur lebih dari 1 %,

    dan tidak mengandung zatzat organik yang dapat merusak beton.

    Beberapa faktor dalam menentukan jenis Agregat kasar yang akan dipakai:

    a. Gradasi, mempengaruhi kekuatan

    b. Kadar air, mempengaruhi perbandingan air semen

    c. Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan keawetan

    Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih

    kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk

    pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan

    tanah, bronjong atau bendungan dan lainnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    21/44

    II.2.1.3 Air

    Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang sangat penting. Di dalam

    campuran beton, air mempunyai dua buah fungsi, yang pertama, untuk

    memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya

    pengerasan, dan yang kedua, sebagai bahan pelumas antar butir-butir agregat agar

    mudah dikerjakan dan dipadatkan.

    Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sesuai

    dengan SK SNI 03 2847 2002 yaitu sebagai berikut :

    1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,

    atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.

    2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung

    dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang

    membahayakan.

    3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecualiketentuan berikut terpenuhi:

    a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuranbeton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

    b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yangdibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus

    mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari

    kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    22/44

    II.2.1.4 Faktor Air Semen (fas)

    Faktor air semen (fas) atau Water Cement Ratio (W.C.R) sangat mempengaruhi

    kekuatan beton, fas merupakan perbandingan antara berat air dengan semen dalam

    adukan beton. Agar terjadi proses hidrasi yang sempurna dalam adukan beton, pada

    umumnya dipakai nilai faktor air semen (fas) antara 0.40 0.60 tergantung mutu

    beton yang hendak dicapai. Kelebihan air meningkatkan kemampuan pengerjaan,

    akan tetapi menurunkan kekuatan. Untuk menambah daya tahan workability

    (kelecakan, sifat mudah dikerjakan) diperlukan nilai fas yang lebih tinggi.

    Defenisi istilah perbandingan air semen perlu dijelaskan. Kesulitannya timbul

    dari adanya air dalam takaran beton yang berasal dari tiga sumber :

    1. air yang diserap dalam agregat (w)2. air permukaan pada agregat (ws)3. air yang ditambahkan selama mencampur (wm)

    cwcwmssemenairPerbanding

    =+

    =

    Rasio air tertentu diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi didalam

    pengerasan beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai fas, semakin

    rendah mutu kekuatan beton. Namun fas yang semakin rendah tidak selalu berarti

    bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai fas yang rendah akan menyebabkan

    kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan

    mutu beton menurun. Ratarata ketebalan lapisan yang memisahkan antara partikel

    dalam beton sangat bergantung pada faktor air semen yang digunakan dan kehalusan

    butir semennya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    23/44

    II.2.2 Sifat Sifat Beton

    Dalam pengerjaan beton segar, sifat yang sangat penting harus diperhatikan

    adalah kelecakan. Kelecakan adalah kemudahan pengerjaan beton (workability),

    dimana pada penuangan (placing) dan memadatkan (compacting) tidak

    menyebabkan munculnya efek negatif berupa pemisahan (segregation) dan

    pendarahan (bleeding).

    Istilah kelecakan (workability) dapat didefinisikan dari tiga sifat berikut:

    a. Kompaktibilitas yaitu kemudahan dimana beton dapat dipadatkan danmengeluarkan rongga rongga udara,

    b. Mobilitas yaitu kemudahan dimana beton dapat mengalir ke dalam cetakandan membungkus tulangan,

    c. Stabilitas yaitu kemampuan beton untuk tetap menjadi massa homogentanpa pemisahan selama dikerjakan.

    Pada adukan yang tidak stabil, air dapat terpisah dari benda padat, kemudian

    naik ke permukaan. Fenomena ini disebut pendarahan (bleeding). Sebaliknya,

    agregat kasar bisa terpisah dari mortar. Sedangkan fenomena ini disebut pemisahan

    (segregation).

    II.2.2.1 Kuat Tekan

    Karena beton mempunyai sifat yang kuat terhadap tekan dan mempunyai sifat

    yang relatif rendah terhadap tarik maka umumnya beton hanya diperhitungkan

    bekerja dengan baik hanya di daerah tekan saja pada penampangnya dan hubungan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    24/44

    tegangan-regangan yang timbul karena pengaruh pengaruh gaya tekan tersebut

    digunakan sebagai dasar pertimbangan.

    Nilai dari kuat tekan beton ditentukan dari tegangan tekan tertinggi (fc) yang

    dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan. Dengan

    demikian, seperti tampak pada gambar, harap dicatat bahwa tegangan fc bukanlah

    tegangan yang timbul pada saat benda uji hancur melainkan tegangan maksimum

    pada saat regangan beton (b) mencapai nilai 0,002. Selanjutnya nilai teganganfc

    akan turun dengan bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada nilai '

    mencapai 0.003 0.005.

    Gambar II.8 Diagram Tegangan-Regangan Kuat Tekan Beton

    [Dipohusodo, 1999]

    Pada SK SNI 03 2847 2002 menetapkan regangan kerja maksimum yang

    diperhitungkan di serat tepi beton tekan terluar adalah 0.003 sebagai batas hancur

    namun tidak konservatif untuk beton kuat tinggi dengan nilaifc' antara 55-80 MPa.\

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    25/44

    Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai 10 65 MPa. Untuk

    struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan

    berkisar 17 30 MPa, sedangkan untuk beton prategang digunakan beton dengan

    kuat tekan lebih tinggi berkisar antara 30 45 MPa. [Dipohusodo, 1999].

    Faktor faktor penting lainnya yang mempengaruhi kuat tekan beton yaitu

    antara lain:

    1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata rata dan kuatbatas beton.

    2. Perawatan (curing), kehilangan kekuatan sampai 40 % dapat terjadi bilapengeringan diadakan sebelum waktunya.

    3. Suhu, pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah denganbertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur akan tetap rendah untuk

    waktu yang lama.

    4. Umur, pada keadaan yang normal kekuatan beton bertambah denganumurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.

    Misalnya dengan kadar alumina yang tinggi menghasilkan beton yang kuat

    hancurnya pada 24 jam sama dengan Semen Portland biasa pada umur 28

    hari. pengerasan berlangsung terus secara lambat sampai beberapa tahun.

    Table II.5 Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur untuk benda uji

    silinder yang dirawat di laboratorium

    Umur Beton (hari) Portland Type I

    3

    7

    14

    21

    28

    0,46

    0,70

    0,88

    0,96

    1,00

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    26/44

    II.2.2.2 Modulus Elastisitas Beton

    SK SNI 03 2847 2002 memberikan nilai modulus elastisitas beton yaitu:

    Untuk nilai wc di antara 1500 kg/m3 dan 2500 kg/m3, nilai modulus elastisitasbeton (Ec) :

    Ec = 0.043 (dalam MPa)

    Untuk beton normalEc dapat diambil sebesar :Ec= 4700

    Dimana: Wc = Berat Satuan Beton (kg/m3)

    = Kuat Tekan Beton yang disyaratkan (MPa)

    Sesuai dengan teori elastisitas,secara umum kemiringan kurva pada tahan

    awal (Gambar II.8) menggambarkan nilai modulus elastisitas suatu bahan.

    B

    Y

    Beban C

    diambil

    A

    0

    X

    Waktu

    Aliran plastisatau rayapan

    Pengembalian

    bentuk elastis

    Perubahan

    bentuk elastis

    Pengembalian

    bentuk plastis

    Perubahanbentuk

    tetap

    Benda uji dibebani Perubahan bentuk

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    27/44

    Gambar II.9 Ilustrasi dari perubahan bentuk beton yang dibebani terhadap

    waktu (Sumber : L.J. Murdock; Bahan dan Praktek Beton, hal. 11)

    Nilai regangan tidak berbanding lurus dengan nilai tegangannya berarti bahan

    beton tidak sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan nilai modulus elastisitas berubah-

    ubah sesuai dengan kekuatannya.

    Modulus elastisitas beton berubah-ubah tergantung kepada umur beton, sifat-

    sifat dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji.

    Pada umumnya nilai kuat maksimum untuk mutu beton tertentu akan

    berkurang pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau slower rates of strain.

    Nilai kuat beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat beton

    ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya

    pada umur 7 hari kuat beton mencapai 70 % dan pada umur 14 hari mencapai 85 % -

    90 % dari kuat beton umur 28 hari.).

    Tabel II.6 Nilai Modulus Elastis Beton Normal

    Fc (Kg/cm ) Ec (MPa)

    175 19500

    200 20800

    225 22100

    250 23300

    II.2.2.3 Kekuatan Tarik

    Nilai kuat tarik beton relatif jauh lebih rendah daripada nilai kuat tekan beton.

    Nilai kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari kuat

    tekannya. Kuat tarik beton yang tepat sulit untuk diukur. Kekuatan tarik beton

    seringkali diukur berdasarkan modulus tarik (modulus of rupture), yaitu tegangan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    28/44

    tarik lentur beton yang timbul pada pengujian hancur balok beton polos (tanpa

    tulangan). Nilai ini sedikit lebih besar dari nilai tarik sesungguhnya.

    SNI-Beton-2002 membatasi untuk beton normal, kekuatan beton dalam

    menahan tarik akibat lentur adalah:

    cfFr '70,0= ini biasa dikenal dengan tegangan retak

    Dengan Ec dan fc dalam Mpa. Harga ini harus dikalikan faktor 0,75 untuk

    beton ringan total dan 0,85 untuk beton ringan berpasir.

    Dari berbagai hasil percobaan terlihat bahwa kekuatan tarik beton sangat

    kecil dibandingkan kekuatan tekannya, sehingga dalam analisis atau desain kekuatan

    tarik beton diabaikan, dan beton dianggap hanya dapat menahan gaya tekan.

    II.2.2.4 Sifat Rangkak dan Susut Pada Beton

    Pada beton yang sedang menahan beban akan terbentuk suatu hubungan

    regangan dan tegangan yang merupakan fungsi dari waktu pembebanan. Beton

    menunjukkan sifat elastis murni hanya pada waktu menahan beban singkat.

    Sedangkan pada beban tidak singkat beton mengalami regangan dan tegangan akibat

    pembebanan terjadi pula peningkatan regangan sesuai jangka waktu pembebanan

    yang disebut deformasi rangkak (creep).

    Rangkak adalah sifat dimana beton mengalami perubahan bentuk (deformasi)

    permanen akibat beban tetap yang bekerja padanya. Rangkak timbul dengan

    intensitas yang semakin berkurang untuk selang waktu tertentu dan kemungkinan

    berakhir setelah beberapa tahun berjalan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    29/44

    Pada umumnya beton mutu tinggi mempunyai tingkat nilai rangkap yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan beton mutu rendah. Besarnya deformasi rangkap

    sebanding dengan beban yang ditahan dan juga jangka waktu pembebanan.

    Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan dampak langsung terhadap

    kekuatan struktur tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada

    beban kerja dan kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan

    (defleksi). Pada umumnya proses creep (rangkak) selalu dihubungkan dengan susut

    karena keduanya terjadi bersamaan dan sering kali memberikan pengaruh sama, yaitu

    deformasi yang bertambah sesuai dengan berjalannya waktu.

    Faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak (creep) pada suatu struktur

    adalah sebagai berikut:

    1. Sifat bahan dasar, seperti komposisi dan kehalusan semen, kualitas adukan,dan kandungan mineral dalam agregat

    2. Rasio air terhadap jumlah semen atau kadar air3. Suhu pada waktu proses pengerasan4. Kelembaban nisbi selama penggunaan5. Umur beton pada saat beban bekerja6. Lama pembebanan7.

    Nilai tegangan

    8. Nilai perbandingan luas permukaan dan volume komponen struktur9. Nilai slump.

    Sedangkan proses susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan

    volume yang tidak berhubungan dengan beban. Pada umumnya faktor-faktor yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    30/44

    mempengaruhi terjadinya rangkak juga mempengaruhi susut, khususnya faktor-

    faktor yang berhubungan dengan hilangnya kelembaban.

    Proses susut pada beton apabila dihalangi secara tidak merata (oleh

    penulangan misalnya), akan menimbulkan deformasi yang umumnya meningkatkan

    deformasi rangkak. Oleh karena itu, agar dapat dicapai tingkat kelayanan yang baik

    diperlukan pengendalian dan perhitungan dalam proses susut tersebut.

    II.2.3 Metode Perencanaan Kekuatan Batas/Ultimate

    Pengujian terhadap balok beton bertulang memberikan suatu hasil bahwa

    regangan bervariasi menurut jarak garis pusatnya ke serat tarik bahkan pada saat

    beban mendekati beban batas. Tegangan tekan bervariasi hampir menurut suatu garis

    lurus hingga tegangan dan regangan kira-kira akan mencapai seperti yang terlihat

    pada gambar berikut:

    Gambar II.10 Analisa Balok Persegi

    Tegangan tekan bervariasi mulai dari nol pada garis netral hingga mencapai

    nilai maksimum pada suatu titik yang dekat dengan serat terluar sisi tekan.

    Walaupun distribusi tegangan yang sebenarnya merupakan suatu hal yang penting,

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    31/44

    beberapa bentuk asumsi dapat digunakan secara praktis jika hasil perbandingan hasil

    analisa sesuai dengan hasil pengujian. Bentuk yang umum digunakan adalah bentuk

    persegi, parabola, dan trapesium.

    Gambar II.11 Bentuk Distribusi Tekan

    Whitney menggantikan blok kurva tegangan dengan suatu balok persegi

    ekivalen dengan intensitas 0.85fc dan kedalaman a = 1.c, seperti tampak pada

    gambar diatas, luas balok persegi harus sama dengan luas balok kurva tegangan yang

    sebenarnya dan pusat berat dari kedua balok ini juga harus berhimpit.

    Dalam peraturan SK SNI 03-2847-2002, untuk nilaifc yang lebih kecil atau

    sama dengan 30 Mpa nilai 1 ditentukan sebesar 0.85, dan nilai ini berkurang 0.05

    untuk tiap kenaikanfc sebesar 7 Mpa. Tetapi nilai ini tidak diambil kurang dari 0.65.

    Beberapa alasan digunakannya metode kuat batas (ultimate strength design)

    sebagai trend perencanaan struktur beton adalah:

    1. Struktur beton bersifat in-elastis saat beban maksimum, sehingga teori elastistidak dapat secara akurat menghitung kekuatan batasnya. Untuk struktur yang

    direncanakan dengan metode beban kerja (working stress method) maka faktor

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    32/44

    beban (beban batas/beban kerja) tidak diketahui dan dapat bervariasi dari struktu

    dengan struktur lainya.

    2. Faktor keamanan dalam bentuk faktor beban lebih rasional, yaitu faktor bebanrendah untuk struktur dengan pembebanan yang pasti, sedangkan faktor beban

    tinggi untuk pembebanan yang fluktuatif (berubah-ubah).

    3. Kurva tegangan-regangan beton adalah non-linier dan tegangan dari kurva,misalnya regangan rangkak (creep) akibat tegangan yang konstan dapat beberapa

    kali lipat dari regangan elastis awal. Oleh karena itu, nilai rasio modulus yang

    digunakan dapat menyimpang dari kondisi sebenarnya. Regangan rangkak dapat

    memberikan redistribusi tegangan yang lumayan besar pada penampang struktur

    beton, artinya tegangan sebenarnya yang terjadi pada struktur tersebut bias

    berbeda dengan tegangan yang diambil dalam perencanaan.

    4. Metode perencanaan kuat batas memanfaatkan kekuatan yang dihasilkan daridistribusi tegangan yang lebih efisien yang dimungkinkan oleh adanya regangan

    in-elastis.

    5. Metode perencanaan kuat batas menghasilkan penampang struktur beton yanglebih efisien.

    6. Metode perencanaan kuat batas dapat digunakan untuk mengakses daktilitasstruktur di luar batas elastisnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    33/44

    Gambar II.12 Hubungan non linier antara tegangan regangan.

    II.3 Konstruksi Komposit.

    Menurut SK SNI 03 2847 2002 komponen struktur lentur beton komposit

    adalah komponen struktur lentur beton yang dibuat secara pracetak dan/atau yang

    dicor di tempat, yang masing-masing bagian komponennya dibuat secara terpisah,

    tetapi saling dihubungkan sedemikian hingga semua bagian komponen bereaksi

    terhadap beban kerja sebagai suatu kesatuan.

    Komposit secara sederhana didefenisikan sebagai gabungan dari dua macam

    atau lebih bahan bangunan yang modulus elastisnya berbeda digabungkan

    sedemikian rupa, sehingga bekerja sama memikul beban yang bekerja sehingga

    kelebihan sifat masingmasing bahan yang membentuk komponen struktur komposit

    tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal.

    Struktur komposit adalah struktur yang tediri dari dua jenis bahan konstruksi

    yang berbeda yang disatukan dengan bagian penyambung, yang lebih dikenal dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    34/44

    penghubung geser (shear connector). Penghubung geser ini dipasang untuk

    menghubungkan dua bahan tersebut sehingga secara bersama-sama dapat memikul

    beban yang bekerja pada struktur.

    Apabila struktur bekerja komposit sempurna, maka slip antara kedua bahan

    tidak akan terjadi. Konsep analisis penampang komposit penuh didasarkan pada dua

    kondisi, yaitu kondisi elastis dan non elastis. Kondisi elastis adalah kondisi dimana

    kedua bahan masih berada dalam batas-batas elastis. Pada kondisi inelastis,

    pembahasan dibatasi pada keadaan plastis.

    Beberapa batasan dalam analisis struktur komposit ini diantaranya adalah:

    1. Defleksi vertikal mempunyai nilai yang sama untuk kedua elemen, hal iniberarti tidak ada gap antara bahan.

    2. Penampang tetap rata baik sebelum atau sesudah dibebani, deformasi geserantara dua elemen diabaikan.

    3. Perilaku bahan yang digunakan adalah tidak elastis linier sehingga retak dankeplastisan beton diperhitungkan.

    4. Jarak antar penghubung geser adalah sama.5. Friksi antara kedua bahan tidak diperhitungkan.6. Gaya geser pada bidang batas sepenuhnya diambil oleh penghubung.

    Bahan konstruksi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah balok komposit

    bambu dengan beton. Komponen komposit bambubeton adalah komposit yang

    terbentuk dari bahan bambu dan beton, dengan perantara alat sambung geser,

    sehingga mampu bereaksi terhadap beban kerja sebagai satu kesatuan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    35/44

    Pada penggunaananya sebagai struktur bangunan, beton diperkuat dengan

    batang tulangan baja untuk menahan gaya tarik yang terjadi, karena beton memiliki

    nilai kuat tarik yang relatif rendah. Namun pada percobaan kali ini tegangan tarik

    yang terjadi pada balok beton akan di perkuat dengan Bambu.

    Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghemat penggunaan bahan

    bangunan, yaitu dengan cara menggabungkan bambu dan beton dalam satu kesatuan

    struktur komposit. Dengan memanfaatkan kelebihan sifat mekanik masingmasing

    bahan secara maksimal, akan didapat struktur gabungan yang lebih kuat

    dibandingkan dengan masingmasing bahan penyusunnya

    II.3.1 Penghubung Geser (Shear Connector)

    Penghubung geser adalah alat sambung mekanik yang berfungsi memikul

    beban geser yang timbul pada bidang kontak kedua material tersebut, sehingga pada

    keadaan komposit kedua material bekerja sama sebagai satu kesatuan.

    Alat penghubung geser yang kita kenal ada bermacam-macam diantaranya

    paku, baut dan pasak. Dalam hal kekuatan sambungan tidak dibedakan apakah itu

    sambungan desak atau sambungan tarik, yang menetukan kekuatan sambungan

    bukan kekuatankekuatan tarik dan geser melainkan kuat desak pada lubang serta

    kekuatan alat penghubung geser tersebut. Biasanya dalam analisis tegangan

    tegangan dalam arah sambungan maupun pada penampang penghubung geser

    dianggap rata.

    Beton dan bambu merupakan dua bahan bangunan yang berbeda sifat

    mekanis dan fisiknya. Beton merupakan bahan konstruksi anorganis material yang

    kuat menahan gaya desak tetapi lemah terhadap gaya tarik, sedangkan bambu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    36/44

    merupakan organis material yang peka terhadap lembab atau kadar air yang

    dikandungnya, dan mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi.

    Bila dua bahan tersebut yakni beton dan bambu disatukan dengan cara

    tertentu, yaitu dengan menggunakan penghubung geser yang sesuai, maka keduanya

    akan menyatu dan mampu bereaksi sebagai komponen struktur komposit. Agar aksi

    komposit dapat tercipta dengan sempurna, maka pada bidang kontak antara kedua

    bahan tersebut tidak boleh terjadi geser dan atau pemisahan.

    Pada balok tidak komposit (Gambar II.10a), jika gesekan antara kedua bahan

    diabaikan, maka masing-masing bahan kan memikul suatu bagian beban secara

    terpisah.

    Gambar II.13 Perbandingan antara balok komposit dan balok tanpa komposit

    yang melendut.

    Permukaan bawah beton mengalami perpanjangan akibat deformasi tarik,

    sedangkan permukaan atas bambu akan mengalami perpendekan akibat deformasi

    tekan. Apabila lekatan beton terhadap bambu diabaikan, maka tidak ada gaya geser

    horisontal yang bekerja pada bidang kontak tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    37/44

    Namun pada balok komposit (Gambar II.10b) terjadi lekatan sempurna antara

    kedua bahan maka tidak akan terjadi slip atau geser sehingga beban yang terjadi

    pada balok akan dipikul bersama-sama oleh kedua bahan. Sehingga dari diagram

    tegangan-regangan yang terjadi garis netral diantara kedua bahan akan berada pada

    garis yang sama karena tidak ada lagi regangan slip yang terjadi.

    Pada percobaan ini yaitu komposit balok bambu-beton penghubung geser

    (shear connector) yang digunakan adalah paku. Berbeda dengan kayu, adanya

    rongga pada bambu membuatnya harus diperlakukan khusus agar tidak mudah pecah.

    Oleh karena itu sebelum bambu dipaku sebaiknya di buat lubang dengan

    menggunakan bor sebesar (Diamater paku-0.2 mm).

    II.3.2 Paku

    Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, lantai, dinding

    atau struktur rangka rumah. Paku tersedia dalam dua jenis yaitu paku bulat dan paku

    ulir. Paku bulat kekuatannya lebih rendah dari paku ulir, karena koefisien gesekan

    paku ulir lebih besar sehingga tahanan cabutnya lebih besar. Diameter paku

    dipasaran antara 2,75 mm sampai 8 mm dengan panjang 40 mm sampai 200 mm.

    Ketebalan kayu yang yang disambung antara 20 mm sampai 40 mm.

    Tabel II.7 Tebal kayu yang diperkenankan untuk beberapa ukuran paku

    No. Tebal Kayu (mm) Nama PakuDiameter

    Paku (mm)

    Panjang Paku

    (mm)

    1 20 2BWG12 2.8 51

    2 20 25 2.5BWG11 3.1 63

    3 20 30 3BWG10 3.4 76

    4 25 35 3.5BWG9 3.8 89

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    38/44

    5 30 40 4BWG8 4.2 102

    6 40 4.5BWG6 5.2 114

    Paku dipasang dengan cara dipukul. Agar terhindar dari pecahnya kayu, pemasangan

    paku dapat didahului oleh lubang penuntun. Untuk bambu diameter lubang penuntun

    adalah diameter lubang 0.2 mm.

    Dimana G adalah berat jenis kayu/bambu dan D adalah diameter batang paku.

    Berdasarkan pedoman teknis spesifikasikasi komponen struktur lantai tingkat

    komposit kayu-beton untuk gedung dan rumah ( Pt S-10-2000-C ) panjang paku yang

    tertanam didalam kayu adalah sebesar 2/3 dari panjang paku dan 1/3 tertanam

    didalam beton.

    Jarak minimum antar konektor geser untuk dowel atau paku adalah:

    a. Dalam arah gaya :1.

    120 mm atau 12 dowel atau 12 paku pada arah sejajar gaya, di ujung

    balok dekat tumpuan;

    2. 60 mm atau 10 dowel atau 10 paku p dalam satu barisan sejajar arahgaya.

    b. Dalam arah tegak lurus gaya :1. 4 dowel atau 5 paku pada tepi kayu;2. 4 dowel atau 5 paku pada barisan kayu.

    II.3.2.1 Prinsip Perencanaan Struktur Komposit

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    39/44

    Analisis struktur secara ultimate memanfaatkan kemampuan struktur secara

    penuh hingga beban batas akhir (ultimate load) sehingga timbul bentuk plastis

    dengan kekuatan struktur sampai tegangan runtuhnya.

    Analisis ultimate pada umumnya digunakan untuk menentukan besarnya

    beban runtuh (ultimate load) pada suatu struktur serta perilaku keruntuhannya

    (mechanism). Gaya-gaya dalam yang terjadi telah melebihi batas elastis dan defleksi

    yang terjadi cukup besar.

    Analisis kekuatan batas (ultimate) untuk perhitungan kuat lentur komponen

    struktur komposit untuk distribusi tegangan batas pada daerah momen positif balok

    komposit yang menggunakan penghubung geser, tegangan tekan sebesar 0,85 fc

    dianggap bekerja dengan distribusi merata di sepanjang daerah tekan efektif beton.

    Kuat tarik beton dalam hal ini diabaikan. Tegangan lentur kayu/bambu pada balok

    komposit tersebut diambil sebesar fb dengan distribusi merata baik di daerah tarik

    maupun di daerah tekan penampang kayu/bambu.

    Untuk distribusi tegangan ultimate pada daerah momen negatif balok

    komposit tersebut, tegangan tarik beton diabaikan, dan tegangan tarik kayu/bambu

    diambil sebesar fb dengan distribusi merata baik di daerah tarik maupun di daerah

    tekan penampang kayu/bambu.

    Dalam perencanaan ultimate, kecuali untuk balok yang diberi selubung beton,

    seluruh gaya geser horizontal pada bidang kontak antara balok kayu dan beton harus

    disalurkan oleh penghubung-penghubung geser. Untuk aksi komposit di mana beton

    mengalami gaya tekan akibat lentur, gaya geser horizontal total yang bekerja pada

    daerah yang dibatasi oleh titik-titik momen positif maksimum dan momen nol yang

    berdekatan harus diambil sebagai nilai terkecil dari:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    40/44

    1) 0,85 fc Ac;

    2) Ab.fb;

    3) Qn.

    Untuk aksi komposit penuh, besarnya gaya geser horizontal ditentukan oleh

    Ab.fb atau 0,85.fc dan jumlah penghubung geser yang diperlukan antara titik

    momen nol dan momen maksimum adalah:

    Dimana :

    N = jumlah penghubung geser

    Vh = gaya geser horizontal

    Qn = kuat nominal penghubung geser yang disebar merata dari

    tumpuan sampai momen positif maksimum (tengah bentang).

    II.3.2.2 Penempatan Paku Berdasarkan Metode Ultimate

    Penempatan paku dilakukan menurut penempatan paku, dimana kekutan paku

    Z diambil sebagai nilai terkecil dari nilai-nilai yang dihitung menggunakan semua

    persamaan pada Tabel II.8 dan dikalikan dengan jumlah alat pengencang (n). Untuk

    sambungan yang terdiri atas tiga komponen (sambungan dengan dua irisan), tahanan

    lateral acuan diambil sebesar dua kali tahanan lateral acuan satu irisan yang terkecil.

    Tabel II.8 Tahanan lateral acuan satu paku (Z) untuk satu alat

    pengencang dengan satu irisan yang menyambung dua komponen

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    41/44

    Catatan :

    1.es

    eme F

    FR =

    2. eF (Kuat tumpu kayu) = 114.45 84.1G (N/mm)dimana G adalah berat jenis kayu/bambu kering oven.

    3. P = Kedalaman penetrasi efektif batang alat pengencang pada komponenpemegang (lihat Gambar II.14)

    4. KD = 2.2 untuk D 4.3 mm,= 0.38 D + 0.56 untuk 4.3 mm < D < 6.4 mm

    Moda kelelehan Persamaan yang berlaku

    Is ZD

    ess

    K

    FtD3.3=

    IIIm

    Z :,)21(

    3.3 1 denganRK

    FpDk

    eD

    em

    +

    =

    2

    2

    13

    )21(2)1(2)1(

    pF

    DRFRk

    em

    eyb

    e

    +

    +++=

    IIIs

    Z :,)2(

    3.3 2 denganRKFtDkeD

    ems

    +

    =

    2

    2

    23

    )21(2)1(2)1(

    sem

    eyb

    e

    e

    tF

    DRF

    R

    Rk

    +

    +

    +

    +=

    IV Z)1(3

    23.3 2

    e

    ybem

    D R

    FF

    K

    D

    +

    =

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    42/44

    = 3.0 untuk D 6.4 mm

    5. ybF = kuat lentur paku

    Nilai kuat lentur paku dapat diperoleh dari supplier atau distributor paku.

    Untuk jenis paku bulat pada umumnya, kuat lentur paku dapat dilihat pada Tabel II.9

    Kuat lentur paku menurun dengan semakin meningkatnya diameter paku. Dimensi

    paku yang meliputi diameter, panjang, dan angka kelangsingan dapat dilihat pada

    Tabel II.10.

    Tabel II.9 Kuat lentur paku untuk berbagai diameter paku bulat

    (Sumber : Dasar Perencanaan Sambungan Kayu)

    Diameter Paku Kuat Lentur Paku, ybF

    3.6 mm 689 N/mm

    3.6 mm < D 4.7 mm 620 N/mm

    4.7 mm < D 5.9 mm 552 N/mm

    5.9 mm < D 7.1 mm 483 N/mm

    7.1 mm < D 8.3 mm 414 N/mm

    D > 8.3 mm 310 N/mm

    Tabel II.10 Berbagai Ukuran Diameter dan Panjang Paku

    Nama PakuDiameter Paku

    (mm)

    Panjang Paku

    (mm)*

    2BWG12 2.8 51 18

    2.5BWG11 3.1 63 20

    3BWG10 3.4 76 22

    3.5BWG9 3.8 89 23

    4BWG8 4.2 102 24

    4.5BWG6 5.2 114 22

    * Angka kelangsingan : panjang paku dibagi diameter paku

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    43/44

    II.3.2.3 Tahanan Lateral Terkoreksi

    Tahanan lateral terkoreksi ( Z), dihitung dengan mengalikan tahanan lateral

    acuan dengan faktor faktor koreksi untuk sambungan paku. Faktor faktor koreksi

    sambungan paku tersebut adalah :

    1. Faktor kedalaman penetrasi, C d Tahanan lateral acuan dikalikan dengan faktor kedalaman penetrasi C d , untuk

    paku, penetrasi efektif batang ke dalam komponen pemegang, p, harus lebih

    besar daripada atau sama dengan 6D.

    Untuk 6D p < 12D, maka dC = Dp

    12

    Untuk p 12D, dC = 1.00

    Apabila penetrasi alat penyambung paku tembus maka faktor kedalaman

    penetrasi diabaikan.

    Gambar II.14 Sambungan paku dengan variasi penetrasi

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 teori bambu

    44/44

    2. Faktor serat ujung, C eg Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor serat ujung, C eg = 0.67,

    untuk alat pengencang yang ditanamkan kedalam serat ujung kayu.

    3. Sambungan paku miring, Ctn

    Untuk kondisi tertentu, penempatan paku pada kayu harus dilakukan secara

    miring (tidak tegak lurus). Pada sambungan seperti ini, tahanan lateral acuan

    harus dikalikan dengan faktor paku miring, Ctn

    = 0.83.

    4. Sambungan diafragma, Cdi

    Faktor koreksi ini hanya berlaku untuk sambungan rangka kayu dengan plywood

    seperti pada struktur diafragma atau shear wall (dinding geser). Nilai faktor

    koreksi ini umumnya lebih besar daripada 1.00.

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    III.1 Pendahuluan

    Pengujian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pengujian sampel

    bambu, pengujian beton dan pengujian model komposit Balok Beton-Bambu. Bambu

    yang digunakan untuk penelitian ini adalah Bambu Betung (Dendrocalamus asper)

    dan mutu beton yang digunakan adalah k-175. Bahan-bahan tersebut akan diteliti