bab iv pembahasan · bambu gombong. dari tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah...

31
BAB IV PEMBAHASAN 4. 1 Sifat Anatomi 4. 1. 1 Bentuk Batang Bambu Bambu gombong (G. verticillata) dan bambu mayan (G. robusta) termasuk kedalam genus yang sama yaitu Genus Gigantochloa. Pada umumnya bambu dengan Genus Gigantochloa memiliki batang yang dapat tumbuh besar sehingga disebut sebagai bambu raksasa. Gambaran tentang bentuk batang bambu disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Bentuk batang Bambu Gombong bagian (a) pangkal (b) tengah dan (c) ujung. Gambar 16 Bentuk batang Bambu Mayan bagian (a) pangkal (b) tengah dan (c) ujung. (a) (b) (c) (b) (a) (c)

Upload: dotram

Post on 25-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

28

BAB IV

PEMBAHASAN

4. 1 Sifat Anatomi

4. 1. 1 Bentuk Batang Bambu

Bambu gombong (G. verticillata) dan bambu mayan (G. robusta)

termasuk kedalam genus yang sama yaitu Genus Gigantochloa. Pada umumnya

bambu dengan Genus Gigantochloa memiliki batang yang dapat tumbuh besar

sehingga disebut sebagai bambu raksasa. Gambaran tentang bentuk batang bambu

disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15 Bentuk batang Bambu Gombong bagian (a) pangkal (b) tengah dan

(c) ujung.

Gambar 16 Bentuk batang Bambu Mayan bagian (a) pangkal (b) tengah dan

(c) ujung.

(a) (b) (c)

(b) (a) (c)

Page 2: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

29

Bambu memiliki bentuk batang yang tidak silindris. Seperti halnya pada

kayu bentuk batang bambu terdapat perbedaan diameter pada bagian pangkal dan

ujungnya yang disebut taper. Batang bambu memiliki buku (node) yang

memisahkan anatara ruas (internode) yang satu dengan ruas lainnya. Pengukuran

dimensi buluh dan taper disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Pengukuran dimensi buluh dan taper

Jenis Posisi

Dimensi Taper

Diameter

(cm)

Jarak Antar

Buku (cm) Dalam Luar

Gombong

Pangkal 9,97 36,74 0,0055 0,0018

Tengah 9,05 43,21 0,0066 0,0017

Ujung 7,93 40,35 0,0053 0,0066

Mayan

Pangkal 9,25 39,17 0,0037 0,0014

Tengah 9,31 53,86 0,0051 0,0010

Ujung 7,90 45,02 0,0041 0,0060

Dilihat berdasarkan hasil pengamatan kedua jenis bambu memiliki

diameter yang hampir sama besar. Kecendrungan kesamaan dimensi tidak hanya

ditemukan dari diameternya saja, begitu juga dengan tebal dinding yang terdapat

pada masing-masing jenis bambu memiliki nilai tebal dinding yang hampir sama

besar. Bambu mayan memiliki nilai jarak antar buku yang lebih panjang daripada

bambu gombong.

Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu

gombong memiliki nilai taper yang lebih besar dibandingkan bambu mayan.

Sedangkan pada bagian ujung bambu mayan memiliki nilai taper yang lebih besar

daripada bambu gombong. Besar nilai taper erat kaitanya terhadap bentuk suatu

batang menyerupai bentuk kerucut. Semakin besar nilai taper maka semakin tidak

silindris suatu batang bambu mendekati bentuk kerucut. Nilai taper juga berguna

dalam pendugaan suatu volume batang.

4. 1. 2 Tipe Ikatan Vaskuler

Pengamatan berupa tipe ikatan vaskuler dilakukan pada arah horizontal

dan vertikal. Hasil pengamatan anatomi berupa tipe ikatan vaskuler dengan

mikroskop terhadap penampang melintang bambu gombong dan bambu mayan

pada bagian pangkal, tengah dan ujung dapat disajikan pada Tabel 4.

Page 3: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

30

Tabel 4 Tipe ikatan vaskuler pada Bambu Gombong dan Mayan

Jenis

Bambu

Bagian

Horizontal

Bagian Vertikal

Pangkal Tengah Ujung

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

Gombong

Tepi III III III III III III

Inti III dan IV III III III III IV

Dalam IV III III III III IV

Mayan

Tepi III III III III III III

Inti III III III IV III III dan IV

Dalam III III III IV III III dan IV

Pola ikatan vaskuler bambu gombong pada bagian pangkal ruas memiliki

dua tipe ikatan vaskuler berbeda, bagian tepi memiliki pola ikatan tipe III, bagian

inti memiliki pola ikatan peralihan dari tipe III ke tipe IV, dan bagian dalam

memiliki pola ikatan tipe IV. Sedangkan pola ikatan vaskuler ke arah vertikal

batang bagian tengah dan ujung, hampir semua memiliki pola ikatan vaskuler tipe

III terkecuali pada ujung buku, bagian inti dan dalam memiliki pola ikatan tipe

IV. Untuk membedakan ikatan vaskuler tipe III dan IV pada bambu gombong

dapat dilihat pada Gambar 17 (a), (b) dan (c).

Gambar 17 a) Ikatan vaskuler peralihan tipe III dan IV pada bagian pangkal ruas

inti

b) Ikatan vaskuler tipe III pada bagian tengah ruas inti

c) Ikatan vaskuler tipe IV pada bagian ujung buku inti.

Untuk membedakan tipe ikatan vaskuler pada bambu mayan dapat dilihat

pada Gambar 18 (a), (b) dan (c).

Page 4: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

31

Gambar 18 a) Ikatan vaskuler tipe III pada bagian pangkal ruas dalam

b) Ikatan vaskuler tipe IV pada bagian tengah buku inti

c) Ikatan vaskuler tipe III pada bagian ujung ruas inti

Sama seperti bambu gombong, bambu mayan memiliki dua tipe ikatan vaskuler

berbeda, yaitu tipe III dan tipe IV. Hampir semua pola ikatan vaskuler pada

bambu mayan memiliki tipe III, terkecuali pada bagian tengah buku dan ujung

buku yang memiliki pola ikatan tipe IV.

Menurut Nuryatin (2012), BJ bambu dipengaruhi oleh kandungan

sklerenkim pada bambu. Vaskuler dengan ikatan bertipe III dan IV relatif

memiliki sklerenkim yang hampir sama, walaupun memiliki jumlah rantai serabut

yang berbeda. Sehingga vaskuler dengan tipe ikatan III dan IV tidak memiliki

perbedaan BJ yang signifikan. Pola ikatan tipe IV memiliki diameter batang yang

besar serta dinding batang yang tebal sehingga sesuai jika digunakan sebagai

bahan baku struktural.

Pola ikatan vaskuler bambu adalah variabel sifat anatomi selain dapat

digunakan sebagai kunci identifikasi juga menunjukan karakter yang mewakili

sifat-sifat suatu jenis bambu. Pola tersebut memiliki fungsi dan keterikaitan

dengan sifat-sifat dasar yang berguna dalam arah pemanfaatan bambu.

4. 1. 3 Distribusi Ikatan Vaskuler

Pengujian ikatan vaskuler mencakup pengamatan terhadap distribusi

kerapatan ikatan vaskuler, luas dimensi arah lebar ikatan vaskuler, proporsi luas

vakuler dan tipe ikatan pembuluh pada arah horizontal (tepi, inti dan dalam) dan

vertikal (pangkal, tengah dan ujung).

Jumlah vaskuler diperoleh dari perhitungan jumlah ikatan vaskuler yang

terdapat dalam suatu luasan foto, dengan kata lain distribusi ikattan vaskuler

adalah kerapatan ikatan vaskuler dalam satu luasan yang sama. Proporsi luas

Page 5: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

32

ikatan vaskuler diperoleh dari perhitungan luas satu ikatan vaskuler di kali dengan

banyaknya jumlah ikatan vaskuler di bagi dengan luas foto. Luas dimensi arah

lebar ikatan vaskuler diperoleh berdasarkan pengukuran rata-rata diameter ikatan

vaskuler.

Distribusi ikatan vaskuler pada arah horizontal

Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

arah horizontal Gambar 19.

(a)

(b)

Gambar 19 (a)Jumlah vaskuler/mm2 dan (b) proporsi luas vaskuler arah

horizontal.

Pada Gambar 19 (a) terlihat bahwa ikatan vaskuler pada bagian tepi

memiliki kerapatan yang sangat tinggi bila dibandingkan bagian inti dan dalam.

Semakin kearah dalam semakin sedikit/jarang jumlah ikatan vaskuler per satuan

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ju

mla

h V

ask

ule

r /m

m2

Jenis dan Bagian Bambu

Tepi

Inti

Dalam

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Pro

po

rsi

Lu

as

Ika

tan

Va

sku

ler

(%)

Jenis dan Bagian Bambu

Tepi

Inti

Dalam

Page 6: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

33

luas. Gambar 19 (b) menunjukkan bahwa proporsi luas vaskuler bambu gombong

dan bambu mayan semakin kecil dari tepi ke dalam. Selain itu bagian ruas

memiliki jumlah vaskuler/mm2 dan proporsi luas vaskuler yang lebih tinggi bila

dibandingkan bagian buku. Sayatan distribusi ikatan vaskuler pada penampang

lintang bambu gombong (Gambar 20).

Gambar 20 Sayatan mikro pada penampang lintang (a) ruas pangkal bambu dan

(b) buku pangkal Bambu Gombong.

Dari data hasil pengamatan (Lampiran 1), bagian ruas bambu gombong

memiliki nilai rata-rata kerapatan distribusi ikatan vaskuler yang lebih besar yaitu

1,156 buah/mm2 dari kerapatan distribusi ikatan vaskuler bagian buku dengan

nilai 0,887 buah/mm2. Besar nilai proporsi ikatan vaskuler rata-rata bagian ruas

(64,86%) memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan bagian buku

(55,41%).

Sayatan penampang lintang bambu dan distribusi kerapatan ikatan

pembuluh pada bambu mayan terlihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Sayatan mikro pada penampang lintang (a) ruas pangkal bambu dan

(b) buku pangkal Bambu Mayan.

(a) (b)

tepi tengah dalam tepi tengah dalam

(a) (b)

tepi tengah dalam tepi tengah dalam

Page 7: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

34

Dari hasil pengamatan (Lampiran 2), menunjukan nilai distribusi

kerapatan ikatan vaskuler pada bagian ruas pangkal tepi (1,84 buah/mm2) lebih

tinggi bila dibandingkan bagian inti (0,68 buah/mm2) dan dalam (0,48 buah/mm

2).

Bagian ruas memiliki nilai distribusi ikatan yang lebih tinggi bila dibandingkan

bagian buku.

Distribusi ikatan vaskuler pada arah vertikal

Bila dibandingkan selisih nilai antara jumlah vaskuler/mm2 dengan proporsi

vaskuler pada bagian tepi ke dalam, jumlah vaskuler/mm2 memiliki nilai selisih

yang lebih besar. Hal ini dikarenakan bagian tepi memiliki ukuran vaskuler yang

lebih kecil dan berjumlah banyak, sedangkan bagian tengah dan dalam memiliki

ukuran vaskuler yang besar dengan jumlah sedikit. Perbedaan jumlah

vaskuler/mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu arah horizontal disajikan

pada Gambar 22.

(a)

(b)

Gambar 22 (a) Jumlah vaskuler/mm2 dan (b) proporsi luas vaskuler arah vertikal.

0,00,20,40,60,81,01,21,4

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong MayanJu

mla

h V

ask

ule

r /m

m2

Jenis dan Bagian Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

01020304050607080

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Pro

pors

i L

uas

Vask

ule

r

(%)

Jenis dan Bagian Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

Page 8: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

35

Dari data hasil pengamatan pada kedua jenis bambu dapat dilihat adanya

kecenderungan meningkatnya jumlah vaskuler/mm2 dari pangkal ke ujung.

Semakin tinggi posisi bagian batang berbanding lurus tehadap kerapatan ikatan

vaskuler. Gambar 22 (b) menunjukan bahwa proporsi luas vaskuler pada kedua

jenis bambu cenderung menurun dari pangkal ke ujung. Hal ini diduga karena

bagian tengah memiliki ukuran vaskuler yang lebih besar daripada bagian

pangkalnya dan mengecil ke bagian ujung.

4. 2 Sifat Fisis

4. 2. 1 Kadar Air

Pengujian penentuan kadar air terhadap banyaknya jumlah air yang

tersimpan dalam bambu per satuan volume dilakukan pada keadaan kering udara.

Jumlah kandungan kadar air pada kedua jenis bambu ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Pengujian kadar air (%) kering udara pada jenis Bambu Gombong dan

Mayan

Gambar 23 Diagram kadar air (%) pada bilah bambu.

Bambu gombong memiliki KA 12,7 – 14,8 % dengan rata – rata 13,82 %.

Sedangkan bambu mayan memiliki nilai KA 12,89 – 14,49 % dengan rata-rata

02

4

6

810

12

1416

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ka

da

r A

ir (

%)

Jenis Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal 13,53 14,69 13,48 12,89

Tengah 14,80 12,85 14,49 13,43

Ujung 14,37 12,70 13,38 13,32

Rata-Rata 14,23 13,41 13,78 13,21

Page 9: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

36

13,5 %. Berdasarkan hasil pengujian (Gambar 23), terlihat bahwa kadar air kering

udara pada bambu bagian tengah memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan

bagian pangkal dan ujungnya, terkecuali pada jenis bambu gombong dengan

lokasi bagian buku. Jika dilihat berdasarkan persen kadar air rata-rata hasil ini

sedikit lebih besar dari dugaan Janssen (1981) yang memperkirakan bahwa pada

kelembaban relatif (RH) 90% kadar air kering udara bambu sekitar 12,7%. Nilai

perbedaan kadar air ini dipengaruhi oleh presentase sklerenkim yang terdapat

pada suatu bambu, yang dapat diduga dari nilai berat jenis (BJ). Semakin tinggi

nilai BJ maka semakin tinggi tingkat kestabilan dimensi bambu.

Kandungan air pada bagian pangkal lebih besar dibandingkan bagian

ujung atau ditunjukkan pula oleh perbedaan nilai BJ antara pangkal dan ujung.

Kandungan air yang besar dapat menyebabkan tingkat kesetabilan dimensi lebih

rendah pada bagian pangkal dibanding bagian ujung (Mohmod et al. 1991).

Demikian pula dengan zat-zat ekstraktif yang mengisi sebagian rongga-rongga sel

akan mengurangi nilai penyusutan. Adapun faktor lain yang diduga ikut

berpengaruh adalah meningkatnya kandungan lignin dari bagian pangkal ke

bagian ujung sehingga akan berpengaruh pula terhadap besarnya penyusutan.

4. 2. 2 Berat Jenis dan Kerapatan

BJ bambu gombong berkisar 0,57 – 0,68 dengan rataan 0,62 dan BJ

bambu mayan berkisar 0,65 - 0,7 dengan rataan 0,67. Berdasarkan hasil

pengamatan, BJ bambu gombong cenderung meningkat dari bagian pangkal ke

bagian ujung. Sedangkan kecenderungan ini tidak tampak pada bambu mayan

dengan lokasi buku. Hasil pengujian BJ bilah pada bagian pangkal, tengah dan

ujung tersaji pada Tabel 6 dan Gambar 24.

Tabel 6 Tabel pengujian berat jenis (BJ)

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal 0,61 0,66 0,66 0,70

Tengah 0,57 0,60 0,67 0,67

Ujung 0,64 0,68 0,65 0,67

Rata-rata 0,61 0,65 0,66 0,68

Page 10: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

37

Gambar 24 Diagram pengujian berat jenis pada ketiga bagian posisi vertikal.

Perbedaan besarnya kerapatan pada masing-masing bagian disajikan pada

Tabel 7 dan Gambar 25.

Tabel 7 Nilai pengujian kerapatan (g/cm3)

Gambar 25 Diagram hasil pengukuran pengujian kerapatan (g/cm3).

Pengujian kerapatan bambu gombong dan bambu mayan yang berumur 4

tahun yang berasal dari daerah Hutan Tanaman Bambu IPB Dramaga dilakukan

terhadap volume kering udara dan berat kering tanur. Besar nilai kerapatan bambu

gombong berkisar antara 0,66 – 0,77 g/cm3 dengan rata-rata 0,72 g/cm

3 dan nilai

kerapatan pada bambu mayan berkisar antara 0,74 - 0,79 g/cm3 dengan rata – rata

0,76 g/cm3.

0

0,2

0,4

0,6

0,8

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ber

at

Jen

is

Jenis Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ker

ap

ata

n (

g/c

m3)

Jenis Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal 0,69 0,76 0,74 0,79

Tengah 0,66 0,68 0,77 0,76

Ujung 0,74 0,77 0,74 0,76

Page 11: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

38

BJ dan kerapatan bambu gombong menunjukkan kecenderungan

meningkat dari pangkal ke ujung. Bila dikaitkan dengan struktur anatomi

kecenderungan ini berbanding lurus dengan nilai jumlah vaskuler/mm2 yang

meningkat dari pangkal ke bagian ujung. Sedangkan pada bambu mayan tidak

tampak adanya kecenderungan yang sama, nilai BJ dan kerapatan bambu mayan

cenderung menurun dari pangkal ke bagian ujung. Hal ini diduga nilai BJ dan

kerapatan tidak hanya dipengaruhi oleh nilai jumlah vaskuler/mm2, faktor

proporsi luas ikatan vaskuler merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi nilai BJ dan kerapatan. Nilai proporsi luas ikatan vaskuler bambu

mayan cenderung menurun dari pangkal ke ujung. Sedangkan pada lokasi buku

dan ruas, bagian buku memiliki nilai BJ yang lebih besar dari bagian ruasnya.

Hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized Linear Model

(GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 faktor

yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung), dan lokasi (ruas

dan buku) diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Pengujian statistik KA, BJ dan kerapatan

Posisi Lokasi KA (%) BJ ρ (g/cm

3)

Gombong Mayan Gombong Mayan Gombong Mayan

Pangkal

Buku 14,7 ± 0,45

(3,03)

12,9 ± 1,19

(9,23)

0,7 ± 0,02

(2,99)

0,7 ± 0,04

(6,23)

0,8 ± 0,02

(2,72)

0,8 ± 0,05

(6,01)

Ruas 13,5 ± 1,18

(8,69)

13,5 ± 1,33

(9,83)

0,6 ± 0,04

(6,79)

0,7 ± 0,05

(8,02)

0,7 ± 0,05

(7,11)

0,7 ± 0,06

(7,73)

Tengah

Buku 12,9 ± 1,10

X

(8,56)

13,4 ± 1,91

(14,18)

0,6 ± 0,03

(4,34)

0,7 ± 0,08

(12,04)

0,7 ± 0,03

(4,20)

0,8 ± 0,08

(10,86)

Ruas 14,8 ± 0,20

Y

(1,35)

14,5 ± 0,67

(4,61)

0,6 ± 0,08

(14,10)

0,7 ± 0,07

(10,06)

0,7 ± 0,09

(13,51)

0,8 ± 0,08

(9,75)

Ujung

Buku 8,5 ± 7,38

(87,16)

13,3 ± 0,35

(2,61)

0,5 ± 0,40

(86,78)

0,7 ± 0,04

(5,38)

0,5 ± 0,45

(86,87)

0,8 ± 0,04

(4,74)

Ruas 14,4 ± 0,94

(6,51)

13,4 ± 1,43

(10,68)

0,6 ± 0,07

(10,53)

0,7 ± 0,06

(8,66)

0,7 ± 0,07

(9,46)

0,7 ± 0,07

(9,54)

Ketrangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Page 12: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

39

Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan nyata KA oleh faktor

perbedaan lokasi (ruas dan buku) pada bagian tengah bambu gombong. Tidak ada

perbedaan nyata BJ dan kerapatan oleh faktor jenis, posisi vertikal batang, dan

lokasi (ruas dan buku). Hasil pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan kerapatan

yang diamati disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hubungan korelasi antara faktor KA, BJ dan kerapatan

Korelasi KA (%) BJ

BJ 0,710 -

0,000 -

Kerapatan

(g/cm3)

0,740 0,998

0,000 0,000

Berdasarkan hasil uji korelasi ditemukan hubungan yang erat antara ketiga

variabel. Semakin tinggi kadar air yang tekandung di dalam bambu maka semakin

tinggi nilai berat jenis dan kerapatan.

4. 2. 3 Kembang Susut Dimensi

Bambu sebagai hasil alam merupakan bahan anisotropis, oleh karena itu

penelitian terhadap stabilitas pengembangan dan penyusutan dimensi bambu

dilihat dari tiga arah, yaitu arah tebal, arah diameter dan arah arah longitudinal.

Seperti halnya kayu, penyusutan dan pengembangan bambu arah

longitudinal sangat kecil (tidak mencapai 1%), baik untuk bagian pangkal,

maupun bagian tengah. Melalui hasil pengamatan yang disajikan pada Gambar 26

a dan b, terlihat bahwa penyususutan dan pengembangan arah tebal paling besar

dibandingkan penyusutan arah lebar, sedangkan penyusutan dan pengembangan

arah longitudinal sangat kecil.

Besarnya nilai penyusutan arah tebal pada 2 jenis bambu cenderung lebih

besar dibanding susut arah lebar, diduga karena antara lain karena tidak

terdapatnya sel jari-jari sebagai penahan proses penyusutan ke arah tebal sehingga

penyusutan arah tebal lebih besar. Menurut Haygreen dan Bowyer (1989)

pengembangan secara sederhana adalah kebalikan dari proses penyusutan.

Page 13: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

40

(a)

(b)

Gambar 26 Nilai (a) penyusutan dan (b) pengembangan dimensi pada Bambu

Gombong dan Mayan.

Faktor lain yang diduga ikut berperan dalam penyusutan adalah adanya distribusi

ikatan vaskular yang tidak merata antara bagian luar, tengah dan dalam dinding

batang bambu. Sehingga nilai penyusutan tebal adalah total dari nilai penyusutan

bagian luar, tengah dan dalam sedangkan pada arah lebar nilai penyusutan

ditentukan oleh dua bagian baik terluar maupun bagian paling dalam dinding

batang yang relatif nilai susutnya lebih kecil karena umumnya mempunyai

kerapatan yang lebih tinggi sehingga nilai penyusutan ke arah lebar akan

mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan arah tebal.

Selain struktur anatomi perbedaan kadar air dan lignin serta zat ekstraktif

dapat mempengaruhi besar kembang susut pada bambu. Kandungan air pada

bagian pangkal lebih besar dibandingkan bagian ujung atau ditunjukkan pula oleh

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Tebal 3,98 4,14 4,22 4,38

Lebar 1,64 1,70 1,78 1,56

Panjang 0,16 0,33 0,11 0,18

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

Pen

yu

suta

n (

%)

Jenis Bambu

Tebal

Lebar

Panjang

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Tebal 2,87 3,47 3,26 3,01

Lebar 1,65 1,40 1,10 1,08

Panjang 0,30 0,17 0,13 0,15

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

Pen

gem

ban

ga

n (

%)

Jenis Bambu

Tebal

Lebar

Panjang

Page 14: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

41

perbedaan nilai BJ antara pangkal dan ujung, yang dapat menyebabkan tingkat

kestabilan dimensi lebih rendah pada bagian pangkal dibandingkan bagian ujung

(Mohmod et al. 1991). Demikian pula dengan zat-zat ekstraktif yang mengisi

sebagian rongga-rongga sel akan mengurangi nilai penyusutan. Adapun faktor lain

yang diduga ikut berpengaruh adalah meningkatnya kandungan lignin dari bagian

pangkal ke bagian ujung sehingga akan berpengaruh pula terhadap besarnya

penyusutan.

Proses penyusutan pada bambu berbeda jika dibandingkan dengan kayu

karena pada bambu, penyusutan dimulai pada saat pengeringan atau di atas titik

jenuh serat (Liese 1985). Hal ini diduga karena adanya perbedaan dalam struktur

anatomi antara kayu dan bambu, dimana pada bambu strukturnya didominasi oleh

parenkim sebagai jaringan dasar yang dindingnya cukup tipis, sehingga pada saat

pengeringan (masih diatas titik jenuh serat) air bebas yang keluar dari rongga sel

parenkim mengakibatkan tahanan dalam lumen akan menjadi berkurang sehingga

dinding sel parenkim yang tipis akan melisut (collaps) dan proses penyusutan pun

akan dimulai sebelum dinding sel menyusut. Dengan demikian pada tanaman

bambu, besarnya penyusutan akan lebih besar bila dibandingkan dengan kayu.

Tabel 10 Hasil analisa statistik pengujian penyusutan dimensi bambu pada bilah

Posisi Lokasi KA (%) BJ Susut (%)

Gombong Mayan Gombong Mayan Gombong Mayan

Pangkal

Buku 14,7 ± 0,45

(3,03)

12,9 ± 1,19

(9,23)

0,7 ± 0,02

(2,99)

0,7 ± 0,04

(6,23)

7,4 ± 0,25H

(3,37)

7,1 ± 0,28H

(3,88)

Ruas 13,5 ± 1,18

(8,69)

13,5 ± 1,33

(9,83)

0,6 ± 0,04

(6,79)

0,7 ± 0,05

(8,02)

7,0 ± 0,78H

(11,10)

7,1 ± 0,35H

(4,95)

Tengah

Buku 12,9 ± 1,10

X

(8,56)

13,4 ± 1,91

(14,18)

0,6 ± 0,03

(4,34)

0,7 ± 0,08

(12,04)

6,0 ± 0,40HI

(6,57)

6,1 ± 0,33I

(5,50)

Ruas 14,8 ± 0,20

Y

(1,35)

14,5 ± 0,67

(4,61)

0,6 ± 0,08

(14,10)

0,7 ± 0,07

(10,06)

5,8 ± 0,49H

(8,43)

6,1 ± 0,61H

(9,90)

Ujung

Buku 8,5 ± 7,38

(87,16)

13,3 ± 0,35

(2,61)

0,5 ± 0,40

(86,78)

0,7 ± 0,04

(5,38)

3,2 ± 2,80I

(86,73)

4,9 ± 0,33J

(6,58)

Ruas 14,4 ± 0,94

(6,51)

13,4 ± 1,43

(10,68)

0,6 ± 0,07

(10,53)

0,7 ± 0,06

(8,66)

4,4 ± 0,23I

(5,20)

4,9 ± 0,41I

(8,44)

Keterangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Page 15: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

42

Hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized Linear Model

(GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 faktor

yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung), dan lokasi (ruas

dan buku) diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 10. Dari hasil uji statistik

didapatkan adanya perbedaan nyata susut dimensi oleh faktor posisi vertikal.

Tidak ada perbedaan nyata susut dimensi oleh faktor jenis dan lokasi (ruas dan

buku).

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan susut volume yang diamati

diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Uji korelasi KA, BJ dan susut dimensi

Korelasi KA (%) BJ

BJ 0,710

0,000

Susut

Volume (%)

0,621 0,603

0,000 0,000

Dari hasil uji korelasi antara KA, BJ, dan susut dimensi ditemukan adanya

hubungan yang erat pada ketiga faktor. Semakin tinggi kadar air yang terdapat

pada bambu maka berpengaruh nyata terhadap besar nilai berat jenis suatu bambu.

Semakin tinggi nilai kadar air pada suatu bambu maka berhubungan erat terhadap

besar susut volume pada bambu. Semakin tinggi nilai BJ suatu bambu maka

berhubungan erat terhadap besar nilai penyusutan bambu.

4. 3 Sifat Mekanis

4. 3. 1 Modulus of Elasticity (MOE)

Nilai MOE bilah bambu gombong berkisar antara 108.413 – 212.493

kgf/cm2 dengan rata- rata 145.557 kgf/cm

2, sedangkan MOE buluh utuh berkisar

antara 47.418 – 83.327 kgf/cm2 dengan rata – rata 60.287 kgf/cm

2. Nilai MOE

bilah bambu mayan berkisar antara 121.960 – 150.203 kgf/cm2 dengan rata – rata

134.400, sedangkan untuk buluh utuh berkisar antara 54.370 – 61.728 kgf/cm2

dengan rata – rata 57.409 kgf/cm2 (Tabel 12 dan Gambar 27).

Page 16: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

43

Tabel 12 Nilai MOE rata-rata (kgf/cm2) pada jenis Bambu Gombong dan Mayan

Gambar 27 Posisi nilai MOE pada bagian pangkal, tengah dan ujung.

Berdasarkan Gambar 27, terlihat bahwa nilai MOE bilah bambu gombong

dan bambu mayan meningkat dari bagian pangkal ke bagian tengah lalu menurun

ke bagian ujung. Kecenderungan ini juga terlihat pada lokasi (ruas dan buku) yang

berbeda. Janssen (1981) mengemukakan perbedaan nilai MOE terjadi karena

perbedaan persentase skelerenkim. Jika dilihat sifat anatominya, bagian pangkal

ruas bambu gombong terjadi peningkatan nilai proporsi luas vaskular bundel ke

bagian tengah lalu mengalami penurunan ke bagian ujung (Lampiran 3). Selain itu

hal ini diduga karena adanya perbedaan fase tumbuh pada kedua jenis bambu.

Pada bagian ujung kedua jenis bambu diduga telah melewati fase tumbuh

maksimal, sehingga mengalami penurunan nilai dalam menahan suatu beban.

Perbedaan nilai MOE juga diduga karena pengaruh jumlah lignin dan

dimensi panjang sel serabut. Kandungan lignin pada bagian pangkal mengalami

peningkatan ke bagian ujung. Liese (1980) menyatakan bahwa, secara

keseluruhan ukuran panjang serat semakin bertambah panjang dari posisi pangkal

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

ruas buku ruas buku

bilah buluh bilah buluh

Gombong mayan

MO

E x

10

4(k

g/c

m2)

Jenis Bambu

pangkal

tengah

ujung

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal bilah 108.413 120.677 147.857 126.827

buluh 47.418 54370

Tengah bilah 212.493 160.652 150.203 135.907

buluh 50116 56.129

Ujung bilah 158.531 112.578 123649 121960

buluh 83.327 61.729

Page 17: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

44

batang menuju ke ujung batang bambu tersebut (Liese 1980). Panjang serabut

berkorelasi sangat kuat terhadap nilai MOE (Liese et al. 2003). Serabut tersusun

atas sejumlah lapisan/lamella dengan berbagai orientasi mikofibril. Susunan sel

serabut akan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap fleksibilitas bambu.

Dari hasil pengamatan nilai MOE pada kedua jenis bambu, terlihat bahwa

bambu gombong memiliki nilai MOE yang lebih tinggi daripada bambu mayan

baik pada lokasi ruas maupun buku. Selain itu, terdapat perbedaan nilai MOE

yang berbeda pada lokasi (ruas dan buku), dengan nilai MOE pada bagian buku

lebih kecil dari bagian ruas. Hal ini disebabkan serabut tersusun atas sejumlah

lapisan/lamella dengan berbagai orientasi mikofibril. Susunan sel serabut akan

memberikan kontribusi yang tinggi terhadap fleksibilitas bambu. Dransfield dan

Widjaja (1995) menyatakan serat terpendek ditemukan di sekitar buku sedangkan

serat terpanjang berada di bagian tengah ruas bambu. Hal ini diperkuat oleh

Bachtiar (2008) yang mengemukakan arah serat pada daerah buku tidak semua

lurus, karena bagian serat berbelok ke dalam, dan sebagian kecil berbelok ke

keluar. Hal ini diduga yang mempengaruhi perbedaan nilai MOE pada kedua

lokasi yang berbeda dengan nilai MOE pada lokasi buku lebih rendah dari ruas.

Berdasarkan hasil uji MOE, pada Gambar 27 terlihat bahwa terdapat

perbedaan nilai MOE pada buluh utuh lebih kecil dibandingkan dengan bilah

bambu. Hal ini diduga disebabkan oleh tahanan geser bambu pada buluh yang

sangat lemah, sehingga menyebabkan defleksi akibat geser menjadi besar

dibandingkan akibat momen.

Gambar 2817 Diagram elastisitas bilah dan buluh utuh bambu.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

0 1 2 3 4

Beb

an

(k

gf)

Defleksi (mm)

Buluh Utuh 1

Buluh Utuh 2

Bilah 1

bilah 2

Page 18: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

45

Sehingga kerusakan beban maksimal pada buluh terjadi bukan karena patah tapi

disebabkan karena contoh uji mengalami kerusakan belah terlebih dahulu yang

menyebabkan terjadinya penurunan grafik.

4. 3. 2 Modulus of Rupture (MOR)

Tegangan pada batas patah (MOR) merupakan ukuran kekuatan suatu

bahan pada saat menerima beban maksimum yang menyebabkan terjadinya

kerusakan. Hasil pengujian nilai MOR selengkapnya tercantum dalam lampiran

sedangkan nilai rata-rata disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 29.

Tabel 13 Nilai MOR (kg/cm2) pada Bambu Gombong dan Mayan

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal bilah 899 1.288 1.189 1.233

buluh 464 313

Tengah bilah 1.406 1.637 1.341 1.303

buluh 361 238

Ujung bilah 1.252 1.171 1.265 1.300

buluh 520 258

Nilai MOR bilah bambu gombong berkisar 899 – 1.637 kgf/cm2 dengan

rata- rata 1.276 kgf/cm2, sedangkan MOR buluh utuh berkisar antara 361 – 520

kgf/cm2 dengan rata – rata 448 kgf/cm

2. Nilai MOR bilah bambu mayan berkisar

antara 1.189 – 1.341 kgf/cm2 dengan rataan 1.271 kgf/cm

2, sedangkan untuk

buluh utuh berkisar antara 238 – 313 kgf/cm2 dengan rata – rata 269 kgf/cm

2.

Gambar 2918 Diagram nilai MOR pada bagian pangkal, tengah dan ujung.

0

500

1000

1500

2000

ruas buku ruas buku

bilah buluh bilah buluh

Gombong mayan

MO

R (

kgf/

cm2)

Jenis Bambu

pangkal

tengah

ujung

Page 19: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

46

Pada Gambar 29 terlihat bahwa MOR bambu gombong dan bambu mayan

cenderung meningkat pada bagian pangkal ke bagian tengah namun terjadi

penurunan pada bagian tengah ke bagian ujung. Hasil penelitian Subyakto (1995)

menunjukkan bahwa nilai MOR dari bagian pangkal ke bagian ujung mengalami

peningkatan. Adanya penurunan nilai MOR dari bagian tengah ke bagian ujung

diduga pada bagian ujung kedua jenis bambu diduga telah melewati fase tumbuh

maksimal, sehingga mengalami penurunan nilai dalam menahan suatu beban.

Selain itu berdasarkan hasil uji korelasi yang dilakukan terdapat hubungan yang

erat antara nilai MOE dan MOR, sehingga pendugaan MOR dengan MOE dapat

dilakukan.

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) diukur dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 3 faktor yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung),

dan lokasi (ruas dan buku) (Tabel 14).

Tabel 14 Uji statistik terhadap pengujian MOE dan MOR pada bilah

Posisi Lokasi MOE (kgf/cm

2) MOR (kgf/cm

2)

Gombong Mayan Gombong Mayan

Pangkal

Buku 120677,0 ± 10760,00

(8,92)

126828,0 ± 12252,00

(9,66)

1288,9 ± 57,40X

(4,46)

1233,1 ± 114,60

(9,29)

Ruas 108413,0 ± 6952,00

B

(6,41)

147857,0 ± 18368,00A

(12,42)

899,2 ± 46,10Y

(5,13)

1190,0 ± 200,00

(16,84)

Tengah

Buku 160653,0 ± 64654,00

(40,24)

135907,0 ± 20843,00

(15,34)

1638,0 ± 540,00

(32,97)

1304,0 ± 110,10

(8,44)

Ruas 212493,0 ± 116371,00

(54,76)

150203,0 ± 12776,00

(8,51)

1407,0 ± 467,00

(33,22)

1341,0 ± 179,00

(13,31)

Ujung

Buku 112579,0 ± 26811,00

(23,82)

121960,0 ± 19268,00

(15,80)

1171,0 ± 253,00

(21,57)

1300,2 ± 164,70

(12,67)

Ruas 158532,0 ± 57767,00

(36,44)

123650,0 ± 16611,00

(13,43)

1253,0 ± 275,00

(21,95)

1266,0 ± 174,00

(13,78)

Ketrangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Hasil analisa statistik menunjukan terdapat perbedaan nyata nilai MOE akibat

faktor jenis bambu, dengan nilai MOE pada bambu mayan lebih besar daripada

Page 20: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

47

bambu gombong. Nilai MOR tidak dipengaruhi oleh jenis bambu dan posisi

vertikal. Terdapat perbedaan nyata MOR akibat perbedaan lokasi.

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, MOE dan MOR pada bilah

bambu yang diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Korelasi antara nilai KA, BJ, MOE dan MOR pada bilah

Korelasi MOE

(kgf/cm2)

MOR

(kgf/cm2)

KA (%)

MOR

(kgf/cm2)

0,781 - -

0,000 - -

KA (%) 0,270 0,222 -

0,111 0,193 -

BJ -0,017 0,128 0,710

0,924 0,456 0,000

Terdapat hubungan yang kuat antara MOE dan MOR. Semakin tinggi nilai

MOE yang didapatkan maka nilai MOR yang didapatkan semakin tinggi juga.

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 2 faktor yaitu jenis bambu dan posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung)

diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Hasil pengujian statistik nilai MOE dan MOR pada buluh

Posisi MOE (kgf/cm

2) MOR (kgf/cm

2)

Gombong Mayan Gombong Mayan

Pangkal 47418,0 ± 561,00

(1,18)

54370,0 ± 19028,00

(35,00)

464,3 ± 65,40A

(14,08)

313,2 ± 11,55B

(3,69)

Tengah 50116,0 ± 14300,00

(28,53)

56129,0 ± 23508,00

(41,88)

361,6 ± 21,80A

(6,02)

238,3 ± 68,00B

(28,52)

Ujung 83328,0 ± 25781,00

(30,94)

61729,0 ± 11507,00

(18,64)

520,0 ± 261,00

(50,09)

258,2 ± 47,30

(18,31)

Ketrangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Dari hasil uji statistik didapatkan ada perbedaan nyata nilai MOR akibat faktor

jenis. Perbedaan MOR terlihat pada bagian pangkal dan tengah kedua jenis

Page 21: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

48

bambu, dengan nilai yang lebih besar pada jenis bambu gombong. Tidak ada

perbedaan nyata nilai MOE oleh faktor jenis, posisi vertikal. Tidak ada perbedaan

nilai MOR akibat faktor posisi vertikal.

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, MOE da MOR pada buluh yang

diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Korelasi antara nilai MOE, MOR, KA, dan BJ pada buluh

Korelasi MOE

(kgf/cm2)

MOR

(kgf/cm2)

KA (%)

MOR (kgf/cm2)

0,459 - -

0,056 - -

KA (%) 0,223 0,571 -

0,374 0,013 -

BJ 0,023 -0,513 -0,549

0,928 0,029 0,018

Terdapat hubungan erat MOR dengan BJ. Semakin tinggi BJ nilai MOR semakin

tinggi pula.

4. 3. 3 Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik sejajar serat bambu gombong adalah 885 – 2.768 kgf/cm2

dengan rata – rata 1.761 kgf/cm2. Sedangkan pada bambu mayan berkisar 853 –

2.734 kgf/cm2 dengan rata – rata 1.584 kgf/cm

2. Hasil pengujian keteguhan tarik

sejajar serat selengkapnya dalam Lampiran 18 dan nilai rata-ratannya tercantum

dalam Tabel 18 dan ilustrasinya dalam Gambar 30.

Tabel 18 Nilai keteguhan tarik (kgf/cm2) pada Bambu Gombong dan Mayan

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal 1.696 1.483 2.223 853

Tengah 2.548 885 2.734 980

Ujung 2.768 1.189 1.772 941

Page 22: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

49

Gambar 3019 Diagram keteguhan tarik sejajar serat.

Pada Gambar 30 terlihat kecenderungan nilai tarik sejajar serat meningkat

dari bagian pangkal ke bagian ujung. Hal yang berbeda terjadi pada bambu

mayan, kekuatan tarik menurun dari bagian tengah ruas ke bagian ujung ruas.

Wangaard (1950) menyatakan bahwa keteguhan tarik sejajar serat sangat

tergantung kepada kekuatan serabut (sifat kohesi) dan dipengaruhi oleh dimensi

kayu, elemen penyusun dan susunannya dalam kayu. Kekuatan tarik terbesar akan

diperoleh spesimen dengan serabut yang tersusun secara lurus serta berdinding

tebal. Serat melintang akan mengurangi kekuatan tarik. Sedangkan Janssen (1981)

mengemukakan bahwa kekuatan tarik tergantung kepada persentase sklerenkeim

(serabut) yang dimiliki bambu. Hal ini diperkuat oleh Wang (1970) yang

mengemukakan bahwa skelerenkim memberikan kontribusi dalam stabilitas

kekuatan, sementara Li (2004) menyatakan bahwa kerapatan serabut dalam

jaringan skelerenkim adalah indikator yang baik dalam pendugaan kekuatan

bambu.

Jika ditinjau berdasarkan struktur anatominya bagian ujung ruas memiliki

distribusi penyebaran ikatan vaskuler yang lebih rapat dari bagian tengah dan

pangkalnya. Kecendrungan ini dicerminkan dengan nilai kekuatan tarik pada

bambu gombong. Sedangkan kecenderungan yang berbeda pada bambu mayan

terjadi penurunan nilai kekuatan tarik dari bagian tengah ruas ke bagian ujung

ruas. Hal ini diduga karena proporsi luas vaskuler pada bagian tengah lebih besar

daripada bagian ujungnya.

Pada kedua kelompok sampel nampak bahwa nilai tegangan tarik bambu

akan berkurang lebih dari 50% pada bagian buku (Gambar 30). Menurut sumbu

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ket

egu

ha

n T

arik

(k

g/c

m2)

Jenis Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

Page 23: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

50

longitudinal, serat pada internodia yang berada di dekat nodia selalu mempunyai

ukuran yang paling pendek. Ukuran panjang serat tersebut semakin bertambah

panjang dari posisi di dekat nodia menuju kepertengahan nodia dan mencapai

ukuran terpanjang pada bagian tengah internodia. Disamping itu arah serat pada

daerah buku tidak semua lurus, karena bagian serat berbelok ke dalam, dan

sebagian kecil berbelok ke keluar (Bachtiar 2008).

Dalam pembuatan sampel uji tarik dibuat daerah kritis yang luas

penampangnya kecil (Gambar 31). Diharapkan, kerusakan akibat beban tarik

terjadi pada daerah kritis, yaitu sampel putus pada daerah tersebut. Pada pengujian

yang dilakukan, putusnya sampel pada daerah kritis seperti pada Gambar 32 (a)

tidak terjadi semua pada sampel.

Gambar 31 Contoh uji tarik sejajar serat.

keterangan :

(a) contoh uji tarik rusak pada daerah kritis

(b) contoh uji tarik rusak bukan pada daerah kritis

Gambar 32 Contoh kerusakan pada pengujian tarik sejajar serat.

(a) (b)

Page 24: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

51

Kuat tarik bambu bagian dalam yang lebih kecil akan mengakibatkan rusaknya

sampel tidak seragam, seperti terlihat pada Gambar 32 (b), dimana pada daerah

kritis sebelah dalam sudah putus, sementara bagian luar belum.

Besarnya variasi mengakibatkan permasalahan dalam pengujian tarik.

Kerusakan yang terjadi tidak selalu pada daerah kritis, seperti yang diharapkan.

Kerusakan dapat terjadi pada daerah buku mengarah pada buku, seperti pada

Gambar 32 (b). Pada keadaan ini, kerusakan pada daerah kritis terjadi, bukan

karena tarik, tetapi karena geser.

Dari diagram kekuatan tarik (Gambar 30) terlihat pada bagian pangkal

ruas dan tengah ruas bambu mayan memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan

bambu gombong. Hal ini diduga karena adannya perbedaan struktur anatomi

terhadap persentase serabut. Kekuatan suatu bahan dapat pula diduga melalui sifat

fisik terutama BJ karena BJ dapat digunakan sebagai penduga kekuatan suatu

bahan. Dengan demikian semakin besar nilai BJ maka semakin tinggi pula nilai

kekuatan suatu bahan.

Tabel 19 Hasil analisa statistik pada pengujian tarik sejajar serat

Posisi Lokasi Tarik (kgf/cm

2)

Gombong Mayan

Pangkal

Buku 1484,0 ± 458,00

(30,85)

853,4 ± 86,20X

(10,10)

Ruas 1696,0 ± 327,00

BH

(19,29)

2224,0 ± 284,00AYHI

(12,77)

Tengah

Buku 1484,0 ± 458,00

X

(30,85)

980,4 ± 132,20X

(13,48)

Ruas 1696,0 ± 327,00

YIJ

(19,29)

2734,2 ± 19,90YH

(0,73)

Ujung

Buku 1190,0 ± 193,00

X

(16,20)

941,6 ± 80,80X

(8,58)

Ruas 2768,0 ± 397,00

AYJ

(14,33)

1772,0 ± 457,00BYI

(25,76)

Ketrangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Page 25: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

52

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 3 faktor yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung),

dan lokasi (ruas dan buku) diperoleh hasil analisa statistik pengujian tarik yang

disajikan pada Tabel 19.

Uji statistik mengindikasikan terdapat perbedaan nyata nilai kekuatan tarik

akibat perbedaan jenis bambu, yaitu pada sampel pangkal ruas bambu gombong

dan mayan, dengan nilai kekuatan tarik pada bambu gombong lebih besar dari

mayan. Nilai kekuatan tarik di pengaruhi oleh perbedaan jenis pada sampel ujung

ruas dengan nilai bambu mayan lebih besar dari bambu gombong. Terdapat

perbedaan nyata nilai kekuatan tarik akibat perbedaan posisi arah vertikal, pada

pangkal ruas bambu, tengah ruas bambu dan ujung ruas bambu pada kedua jenis

bambu. Terdapat perbedaan nyata nilai kekuatan tarik akibat faktor lokasi (ruas

dan buku) pada sampel bambu gombong bagian tengah ruas dan tengah buku,

ujung ruas dan ujung buku. Pada bambu mayan terdapat perbedaan

nyata/pengaruh terhadap nilai kekuatan tarik oleh faktor lokasi pada sampel

bagian pangkal ruas dan buku, tengah ruas dan buku, ujung ruas dan buku.

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan keteguhan tarik sejajar serat

yang diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 20. Berdasarkan hasil uji

korelasi tidak terdapat hubungan yang erat nilai kteguhan tarik sejajar serat

dengan nilai KA dan BJ.

Tabel 20 Hubungan korelasi antara KA, BJ, dan tarik

Korelasi KA (%) BJ

BJ 0,710 -

0,000 -

Tarik

(kgf/cm2)

0,307 0,050

0,068 0,771

4. 3. 4 Kekuatan Tekan Sejajar Serat

Kekuatan tekan sejajar serat bilah bambu gombong berkisar 391 – 491

kgf/cm2 dengan rata – rata 434 kgf/cm

2, pada bambu mayan berkisar 430 – 533

kgf/cm2 dengan rata – rata 469 kgf/cm

2. Kekuatan tekan sejajar serat buluh bambu

gombong berkisar 458 – 665 kgf/cm2 dengan rata – rata 525 kgf/cm

2, pada bambu

Page 26: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

53

mayan berkisar 366 – 524 kgf/cm2 dengan rata – rata 466 kgf/cm

2 (Tabel 21 dan

Gambar 33).

Tabel 21 Nilai keteguhan tekan sejajar serat (kgf/cm2) pada jenis Bambu

Gombong dan Mayan

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal bilah 391 426 489 477

buluh 491 459 492 465

Tengah bilah 452 428 444 445

buluh 458 494 509 524

Ujung bilah 491 415 533 430

buluh 665 580 436 366

Gambar 33 Keteguhan tekan sejajar serat.

Pada Gambar 33 terlihat bahwa nilai tekan sejajar serat pada kedua jenis

bambu cenderung menaik dari pangkal ke ujung. Hasil pengamatan struktur sel

penampang lintang menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan distribusi

jumlah ikatan vaskular/mm2 dari bagian pangkal ke bagian ujung, sehingga akan

meningkatkan nilai keteguhan tekan dari pangkal ke ujung batang. Hal yang

berbeda terjadi pada bambu mayan bagian bilah buku dan buluh ruas dan buku.

Hal ini disebabkan pada sampel posisi ujung bambu mayan terserang oleh

kumbang bubuk, yang diindikasikan dengan berkurangnya volume sampel dan

berubah menjadi butiran serbuk yang banyak. Selain itu disebabkan adanya

penurunan proporsi luas ikatan vaskuler dari bagian tengah ke ujung.

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

bilah buluh bilah buluh

gombong mayan

Ket

egu

han

Tek

an

//

Ser

at

(kg/c

m2)

Jenis Bambu

pangkal

tengah

ujung

Page 27: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

54

Berdasarkan hasil pehitungan rata-rata keteguhan tekan sejajar serat pada

bilah, meunjukan bahwa nilai keteguhan tekan bambu mayan lebih tinggi daripada

bambu gombong. Sedangkan pada bagian buluh, bambu gombong memiliki

keteguhan tekan sejajar serat yang lebih tinggi daripada bambu mayan.

Dari Gambar 33 terlihat bahwa kekuatan tekan bilah pada kedua jenis

bambu lebih kecil dibandingkan kekuatan tekan buluh utuhnya. Hal ini

dikarenakan pada buluh utuh bambu memiliki angka kelangsingan yang lebih

besar sehingga menyebabkan kekuatan lebih besar.

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3

faktor yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung), dan lokasi

(ruas dan buku) (Tabel 22).

Tabel 22 Hasil analisa statistik pada pengujian tekan sejajar serat bilah

Posisi Lokasi Tekan Bilah (kgf/cm

2)

Gombong Mayan

Pangkal

Buku 426,8 ± 13,93

(3,26)

477,1 ± 67,00

(14,05)

Ruas 391,1 ± 100,70

(25,74)

489,1 ± 46,90

(9,58)

Tengah

Buku 428,6 ± 71,70

(16,73)

587,0 ± 246,00

(41,88)

Ruas 452,1 ± 135,30

(29,93)

444,7 ± 75,50

(16,98)

Ujung

Buku 415,7 ± 65,90

(15,86)

430,5 ± 64,10

(14,89)

Ruas 491,5 ± 61,20

(12,45)

533,1 ± 140,40

(26,34)

Keterangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama pada lokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Tidak ada perbedaan nyata nilai keteguhan tekan sejajar serat pada bilah akibat

faktor jenis bambu, posisi vertikal dan lokasi (ruas dan buku).

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan keteguhan tekan sejajar serat

pada bilah yang diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 23.

Page 28: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

55

Tabel 23 Hasil analisa korelasi antara KA, BJ, dan keteguhan tekan sejajar serat

pada bilah

Korelasi KA (%) BJ

BJ 0,710 -

0,000 -

Tekan

(kgf/cm2)

0,086 0,397

0,616 0,017

Terdapat hubungan yang erat antara nilai keteguhan tekan sejajar serat pada bilah

dengan BJ. Semakin tinggi BJ nilai keteguhan tekan sejajar serat semakin tinggi

pula.

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 3 faktor yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung),

dan likasi (ruas dan buku) (Tabel 24).

Tabel 24 Hasil analisa statistik keteguhan tekan sejajar serat buluh

Posisi Lokasi Tekan Buluh (kgf/cm

2)

Gombong Mayan

Pangkal

Buku 443,9 ± 27,60

(6,21)

465,8 ± 16,88

(3,62)

Ruas 491,7 ± 57,00

(11,59)

492,4 ± 40,00

(8,13)

Tengah

Buku 494,7 ± 66,60

(13,46)

525,0 ± 147,50

(28,09)

Ruas 458,0 ± 54,60

(11,92)

509,8 ± 67,60

(13,26)

Ujung

Buku 580,9 ± 99,10

(17,06)

366,6 ± 163,50

(44,59)

Ruas 665,7 ± 132,10

(19,84)

437,0 ± 232,00

(53,16)

Keterangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Tidak ada perbedaan nyata nilai keteguhan tekan akibat faktor jenis, posisi

vertikal dan lokasi (ruas dan buku).

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan keteguhan tekan sejajar serat

pada buluh yang diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 25.

Page 29: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

56

Tabel 25 Hasil uji korelasi antara KA, BJ, dan tekan sejajar serat buluh

Korelasi KA (%) BJ

BJ 0,710 -

0,000 -

Tekan

(kgf/cm2)

-0,058 0,135

0,739 0,433

Tidak ada hubungan yang erat antara nilai keteguhan tekan sejajar pada

buluh dengan KA dan BJ.

4. 3. 5 Kekuatan Geser Sejajar Serat

Kekuatan geser sejajar serat rata – rata bambu gombong dan bambu mayan

adalah 86,03 kgf/cm2 dan 91,16 kgf/cm

2 (Tabel 26 dan Gambar 34).

Tabel 26 Nilai keteguhan geser sejajar serat (kgf/cm2)

Gambar 34 Diagram kekuatan geser sejajar serat.

Dari hasil pengujian kekuatan geser sejajar serat pada Gambar 34

menunjukan kekuatan geser cenderung meningkat dari arah pangkal ke arah ujung

pada kedua jenis bambu. Hal ini diduga disebabkan oleh distribusi jumlah ikatan

pembuluh per satuan luas yang semakin besar dari bagian pangkal ke bagian

ujung.

0

20

40

60

80

100

120

140

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ku

at

Ges

er (

kg/c

m2)

Jenis Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal 81,79 76,87 74,09 84,55

Tengah 89,57 88,84 84,31 98,93

Ujung 90,76 88,32 93,91 111,16

Page 30: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

57

Perbedaan lokasi pada bambu mayan menyebabkan hasil kekuatan geser

pada lokasi buku lebih besar nilainnya dari lokasi ruas. Hal ini diduga bahwa pada

buku-buku (node), serat-serat ini saling bertautan dan sebagian memasuki

diafragma dan cabang-cabang dapat meningkatkan nilai ketahan terhadap

pembebanan geser sejajar serat. Sedangkan pada bambu gombong tidak terlihat

perbedaan yang jelas terhadap nilai kekuatan geser sejajar serat pada kedua lokasi

(ruas dan buku).

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 3 faktor yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung),

dan likasi (ruas dan buku) (Tabel 27).

Tabel 27. Hasil Analisa Statistik Pengujian Keteguhan Geser Sejajar Serat

Posisi Lokasi Geser (kgf/cm

2)

Gombong Mayan

Pangkal

Buku 76,9 ± 7,68

(9,99)

84,6 ± 12,89

(15,24)

Ruas 81,8 ± 6,98

(8,53)

74,1 ± 12,19

(16,45)

Tengah

Buku 88,9 ± 13,95

(15,70)

98,9 ± 11,15

(11,27)

Ruas 89,6 ± 11,49

(12,82)

84,3 ± 15,66

(18,57)

Ujung

Buku 88,3 ± 18,56

(21,02)

111,2 ± 26,70

(23,99)

Ruas 90,8 ± 10,43

(11,49)

93,9 ± 16,24

(17,29) Ketrangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Dari hasil uji analisis statistik tidak ada perbedaan nyata nilai keteguhan geser

akibat faktor jenis, posisi vertikal batang dan lokasi (ruas dan buku).

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan keteguhan geser sejajar serat

pada buluh yang diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 28.

Page 31: BAB IV PEMBAHASAN · bambu gombong. Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu ... Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

58

Tabel 28 Hasil analisa korelasi antara KA, BJ dan keteguhan geser sejajar serat

Korelasi KA BJ

BJ 0,710

0,000

Geser 0,039 0,292

0,822 0,084

Tidak ada hubungan yang erat antara keteguhan geser sejajar serat dengan

KA dan BJ.