penentuan potensi antibiotika3 dosis
DESCRIPTION
potensi antibiotikTRANSCRIPT
Penentuan Potensi Antibiotika (Kloramfenikol)
Uji Potensi Tiga Dosis
I. TUJUAN
Menentukan besarnya potensi sampel antibiotika kloramfenikol di pasaran terhadap
antibiotika standar.
II. PRINSIP
1. Membandingkan respon yaitu derajat hambatan pertumbuhan dari jasad renik
yang peka dan sesuai dalam kondisi pertumbuhan yang sama dari dosis sediaan
yang diperiksa (control) terhadap dosis sediaan baku.
2. Metode lempeng silinder atau metode difusi, dimana zat yang diperiksa akan
berdifusi dari reservoir ke dalam media agaryang telah diinokulasikan dengan
bakteri, diameter zona bening diukur dan dibandingkan dengan larutan standar
baku.
3. Pengenceran bertingkat
Memperoleh konsentrasi yang lebih kecil dengan cara menambahkan
pelarutnya.
V1.M1 = V2.M2
III. TEORI
Antibiotika adalah zat-zat yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri , yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman. Turunan zat
tersebut yang dibuat secara semisintetik, termasuk dalam kelompok ini, begitu pula
senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri lazimnya disebut antibiotika (Tjay &
Rahardja, 2002).
Antibiotik memiliki cara kerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara
langsung) atau bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Pada kondisi
bakteriostasis, mekanisme pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi
antibodi biasanya akan merusak mikroorganisme. Ada beberapa cara kerja
antibiotik terhadap bakteri sebagai targetnya, yaitu menghambat sintesis dinding
sel, menghambat sintesis protein, merusak membran plasma, menghambat sintesis
asam nukleat, dan menghambat sintesis metabolit esensial (Naim, 2003).
Lazimnya antibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi yang dibiakkan
dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara steril
disalurkan ke dalam cairan pembiakan guna mempercepat pertumbuhan fungi dan
meningkatkan produksi antibiotikumnya. Setelah diisolasi, antibiotikum
dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan. Cara pembuatan antibiotika dibedakan
menjadi dua:
a. Antibiotika semisintesis, yaitu apabila ada persemaian dibubuhi zat-zat
pelopor tertentu, maka zat-zat ini diinkoperasi ke dalam antibiotikum dasarnya,
misalnya Penisilin-V.
b. Antibiotika sintesis, yaitu dibuat dengan sintesa kimiawi, bukan lagi dengan
jalan biosintesis, contohnya kloramfenikol
Beberapa antibiotika bekerja pada dinding sel atau membran sel. Namun
antibiotika tidak aktif terhadap kebanyakan virus kecil, mungkin karena virus tidak
memiliki proses metabolisme sesungguhnya, tetapi seluruhnya tergantung pada
proses tuan rumah ( Tjay & Rahardja, 2002).
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti
bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit, tetapi tidak membahayakan inang.
Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relative dan bukan absolut; ini berarti
bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapt ditoleransi oleh inang, dapat
merusak parasit (Jawetz, et. al., 1987).
Toksisitas selektif dapat berupa fungsi dari suatu reseptor khusus yang
dibutuhkan untuk pelekatan obat, atau dapat bergantung pada penghambatan proses
biokimia yang penting untuk parasit, tetapi tidak untuk inang. Mekanisme kerja
sebagian besar obat antimikroba belum dimengerti secara jelas. Namun, untuk
mudahnya dapat dibagi menjadi empat cara:
1. Penghambatan sintesis dinding sel.
2. Penghambatan fungsi selaput sel.
3. Penghambatan sintesis protein (yaitu hambatan translasi dan transkripsi bahan
genetik).
4. Penghambatan sintesis asam nukleat (Jawetz et. al., 1987).
Pada keadaan awal kekuatan antibiotik bisa ditentukan karena kadarnya
ekuivalen dengan konsentrasinya. Tetapi uji yang paling tepat adalah uji secara
mikrobiologi untuk mengetahui efeknya secara langsung terhadap mikroba (in
vitro) dan berapa MIC-nya. Bila diuji secara in vitro perlu dilihat waktu pemberian
obat sehingga didapatkan potensi maksimumnya yang mempunyai daya kerja yang
optimal jangan sampai pada pemberian berikutnya diberikan pada saat konsentrasi
obat dalam darah habis., karena itu konsentrasi obat dalam darah diusahakan selalu
tetap stabil dengan menggunakan aturan pakai obat antibiotik. Farmakope
menentukan potensi antibiotik standar antara 85 %-105 %.
Potensi suatu antibiotik lama-lama dapat menurun, hal ini disebabkan oleh:
1. Waktu kadaluwarsa telah dicapai
2. Penyimpanan yangtidak baik
3. Terjadi penguraian obat yang menghasilkan zat lain sehingga tidak
memiliki efek lagi.
Ada dua cara yang diguakan dalam penetapan potensi antibiotik, yaitu:
1. Cara Lempeng/Difusi
Zat yang diperiksa berdifusi dari resevoir ke dalam media agar yang telah
diinokulasi dengan bakteri setelah itu diinkubasi, hambatan pertumbuhan mikroba
diukur dan dibandingkan dengan baku.
2. Cara Turbidimetri
Menggunakan media cair, kekeruhan disebabkan oleh pertumbuhan bakteri
diukur dengan menggunakan instrumen yang cocok yaitu spektofotometer atau
neferometer (Melnick & Aldelberg, 1996).
Rifampisin merupakan antibiotik semisintetik derivat dari Rivamycin SV
yang ditemukan pada tahun 1957. Rivamycin SV ini diisolasi dari Streptomyces
mediteranei dan menunjukkan efek antituberkulosis dan antikusta. Opramolla pada
tahun 1963 menggunakan Rivamycin SV secara parenteral.
Rifampisin dapat mengurangi efektifitas beberapa obat bila diberikan
bersama-sama, obat-obat ini adalah : antikoagulan oral, antidiabetik oral, dan
kontrasepsi oral. Bilamana diberikan bersama PAS, maka obat ini dapat
mempertambah absorpsi Rifampisin dan karenanya harus diselang 4-8 jam dalam
pemakaian kedua obat tersebut. Pemakaian bersama-sama dengan Isoniazid dapat
menambah resiko gangguan fungsi hati.
Rifampisin mengandung tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari
103,0 % C43H58N4O12 per mg, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, rifampisin
memiliki berat molekul 822,95. Rifampisin memiliki serbuk hablur berwarna coklat
merah. Rifampisin sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam kloroform; larut
dalam etil asetat dan dalam methanol.
Rifampisin merupakan salah satu obat yang banyak digunakan sebagai
anti-tuberkulosis (TBC) yang sangat sukar larut dalam air, sehingga absorbsinya
kurang baik (Melnick & Aldelberg, 1996).
Escherichia coli
Bakteri Escheria Coli merupakan kuman dari kelompok gram negatif,
berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu dengan yang
lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga yang
bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula,
berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 µm, dapat bertahan hidup di medium sederhana
dan memfermentasikan laktosa menghasilkan asam.
Media Nutrient Agar
Penyiapan media pertumbuhan mikroorganisme harus mengandung nutrisi
yang dibutuhkan bakteri supaya dapat tumbuh membentuk koloni dan harus steril
sehingga tidak ada kontaminan dari lingkungan. Media pertumbuhan dasar untuk
bakteri adalah Nutrient Broth (NB), Nutrient Agar (NA), Tryptic Soy Broth (TSB),
dan Tryptic Soy Agar (TSA) ( Anonymous, 2007).
Medium padat biasanya digunakan untuk mengamati penampilan atau
morfologi koloni dan mengisolasi biakan murni. Untuk membuat medium padat,
dapat ditambahkan agar-agar, gelatin, atau gel silika ke dalam medium kaldu. Agar-
agar menjadi larut atau cair bila dipanaskan pada suhu hampir 1000 C dan tetap
berbentuk cair bila didinginkan sampai kurang lebih 430 C. Hal ini berbeda dengan
gelatin, sekali menjadi padat maka tidak dapat dicairkan lagi. Oleh karena itu yang
paling umum digunakan adalah agar-agar namun tidak dianjurkan untuk mencairkan
kembali medium padat agar lebih dari dua kali karena dapat memberikan hasil yang
kurang baik (Anonymous, 2007).
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Cawan petri.
2. Corong saring.
3. Inkubator.
4. Jangka sorong.
5. Labu ukur 100 mL dan 25 mL.
6. Mikropipet.
7. Mortir dan stamper.
8. Pembakar spiritus.
9. Perforator.
10. Pinset.
11. Rak tabung.
12. Spatel.
13. Tabung reaksi.
Bahan :
1. Aquadest steril.
2. Larutan desinfektan.
3. Media nutrient agar.
4. Metanol.
5. Sediaan antibiotika kloramfenikol standar dan sampel kloramfenikol.
6. Suspensi bakteri Escherichia coli.
V. PROSEDUR
Pertama-tama disiapkan suspensi bakteri dalam Nutrien Broth yang berumur
18-24 jam, bakteri ini harus homogen. Setelah itu disiapkan perbenihan nutrient
agar dengan cara melarutkan sejumlah tertentu nutrient agar dalam aquadest
kemudian disterilkan dalam otoklaf selama 15 menit pada 121oC selama 15 menit.
Sediaan uji digerus dulu dalam mortar, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
dan dilarutkan sedikit dengan pelarutnya, lalu ditambahkan air suling sampai tanda
batas. Kemudian dibuat pengenceran bertingkat untuk tiga seri dosis yaitu 12,5
µg/mL, 25 µg/mL, dan 50 µg/mL. Setelah itu dibuat larutan inokulum dengan cara
memasukkan suspensi biakan bakteri ke dalam NA yang telah disterilisasi. Dalam
keadaan masih cair, NA yang telah disterilisasi dituangkan ke dalam cawan Petri
sebanyak 20 mL dan dibiarkan sampai membeku. Permukaan dasar cawan Petri
dibagi menjadi 6 bagian sama besar dan diberi label tergantung variasi seri dosis
yang diberikan. Kemudian dibuat 6 cetakan reservoir pada masing-masing cawan
Petri dengan menggunakan perforator secara aseptis. Agar yang ada dalam cetakan
reservoir dibuang dengan menggunakan spatel, dan hasil buangan dimasukkan ke
dalam desinfektan. Larutan sampel dan baku dimasukkan ke dalam reservoir
sebanyak 50 µg/mL dengan menggunakan mikropipet secara aseptis. Cawan Petri
diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam, kemudian diukur dan dicatat
diameter daerah bening/zona lisis yang terjadi di sekeliling reservoir yang telah
mengandung antibiotika tersebut dengan menggunakan jangka sorong, dan dihitung
potensi antibiotiknya.
VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Data hasil pengamatan
- Tabel pengamatan.
CawanBaku (cm) Sampel (cm)
BT BM BR ST SM SR
1 1,86 1,78 1,24 1,71 1,62 1,04
2 1,81 1,63 1,29 1,74 1,6 1,22
Jumlah 3,67 3,41 2.53 3,45 3,22 2,26
Rata-rata 1,835 1,705 1,265 1,725 1,61 1,13
Keterangan:
BT : Baku dengan dosis tinggi.
BM : Baku dengan dosis sedang.
BR : Baku dengan dosis rendah.
ST : Sampel dengan dosis tinggi.
SM : Sampel dengan dosis sedang.
SR : Sampel dengan dosis rendah.
Perhitungan
- Pengenceran antibiotika.
KonsentrasiKloramfenikol = 2500 µg/mL
Dosis Tinggi
10 µg/mL x 20 = 200 µg/mL
M1.V1 = M2.V2
2500 µg/mL . 1 = 200 µg/mL . X
V1 = 12,5 mL
Volume antibiotik = 1 mL
Volume aquadest yang ditambahkan = 11,5 mL
Dosis Menengah
5 µg/mL x 20 = 100 µg/mL
M1.V1 = M2.V2
200 µg/mL . 1 = 100 µg/mL . X
V1 = 2 ml
Volume antibiotik = 1 mL
Volume aquadest yang ditambahkan = 1 mL
Dosis Rendah
2,5 µg/mL x 20 = 50 µg/mL
M1.V1 = M2.V2
200 µg/mL . 1 = 50 µg/mL . X
V2 = 4 mL
Volume antibiotik = 1 mL
Volume aquadest yang ditambahkan = 3 mL
I=logDTDM
=¿ logDMDR
¿
¿ log105
=log5
2,5=log 2=0,301
E=14 ( ( S3−S1 )+ (B3−B1 ))
¿ 14
(0,595+0,5 7 )
¿0,29125
b=EI=0,29125
0,301=0,9676
F=13 (( S1+S2+S3 )−( B1+B2+B3 ) )
¿ 13
( ( 4,465 )−( 4,805 ) )
¿−0,1133
M= Fb=−0,1133
0,9676=−0 ,1171
Potensi = Antilog M x 100% = 0,76366 x 100% = 76,366%
Jadi, potensi dari sediaan yang diperiksa = 76,366% terhadap potensi baku.
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, metode yang digunakan dalam penentuan potensi
antibiotika adalah metode penetapan dengan lempeng silinder yaitu menggunakan
perforator untuk menguji antibiotik pada media nutrien agar yang berisi inokulum
bakteri pada cawan petri Potensi dapat ditentukan dengan mengukur zona bening
yang dihasilkan dan membandingkannya dengan diameter zona bening dari
antibiotika standar.
Percobaan yang dilakukan kali ini memakai dua cawan Petri yang bertujuan
untuk mengurangi tingkat kesalahan pada saat perhitungan. Pada percobaan ini
dilakukan pengenceran untuk menentukan dosis tinggi, dosis menengah dan dosis
rendah yang akan digunakan dalam percobaan uji potensi antibiotika tiga dosis. Pada
percobaan ini diambil dosis tinggi 10 µg/ml dengan penambahan dosis antibiotik 1
mL dan aquadest steril 11,5 ml, dosis tengah 5 μg/ml dengan penambahan dosis
antibiotik 1 ml dan aquadest steril 1 ml, dan dosis rendah 2,5 μg/ml dengan volume
antibiotik 1 ml dan penambahan aquadest steril 3 ml. Pengenceran untuk dosis tengah
dan dosis rendah diambil dari larutan kloramfenikol pada dosis tinggi. Hal ini
dikarenakan jika pengenceran diambil dari larutan stock kloramfenikol, maka
dibutuhkan penambahan aquadest steril yang banyak.
Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan suspensi bakteri dalam
nutrient broth yang berumur 18-24 jam dan dihomogenkan. Hal ini agar bakteri yang
dibiakkan terdapat dalam jumlah yang cukup. Syarat penggunaan biakan bakteri yang
dipakai adalah harus biakan murni (pure strained). Maksud dari biakan murni adalah
bakteri yang diambil dari alam secara langsung kemudian dibiakkan, bukan dari
bakteri yang diisolasi dari laboratorium klinis. Bakteri yang dipakai pada percobaan
kali ini adalah Escherichia coli dan sampel dan baku standar antibiotika yang kita
pakai adalah Kloramfenikol.
Kemudian menyiapkan perbenihan nutrient agar dan sediaan antibiotik
Kloramfenikol dengan cara digerus terlebih dahulu kemudian dilarutkan dengan
etanol hingga larut dalan labu ukur 100 mL. Setelah itu ditambahkan aquadest steril
sampai tanda batas, larutan tersebut dihomogenkan. Hal ini harus dilakukan dengan
cara kuantitatif agar tidak mempengaruhi kadar dan agar pengujian potensi antibiotik
dapat tepat.
Setelah itu perencanaan pengenceran terhadap sampel dan standar hingga
didapat variasi dosis yang diinginkan (dosis tinggi, dosis tengah, dan dosis rendah)
dilakukan. Sampel dan standar diberi perlakuan yang sama agar dapat dibandingkan
dan diketahui kadarnya. Kemudian dibuat larutan inokulum dengan cara suspensi
bakteri dimasukkan ke dalam cawan petri menggunakan mikropipet, kemudian
ditambahkan nutrient agar dengan suhu yang sesuai, homogenkan dan biarkan sampai
membeku. Harus sampai membeku semua dikarenakan jika tidak beku semua bagian,
pada saat di lubangi dengan perforator, akan membuat bentuk yang tidak bulat,
karena bagian dalam nutrient agar yang belum beku akan membuat lubang menjadi
berbentuk tidak bulat sempurna.
Setelah itu, permukaan dasar cawan petri dibagi menjadi enam area sama
besar. Masing-masing area tersebut diberi label tergantung variasi seri dosis yang
digunakan, yaitu BT; BM; BR; ST; SM; dan SR. Area tersebut dibuat bersilangan
agar zona yang terbentuk tidak menumpuk. Pada masing-masing area tersebut dibuat
enam cetakan reservoir (lubang) dengan menggunakan perforator secara aseptis, yaitu
dekat dengan api. Maksud dari dekat dengan api adalah agar tidak terjadi kontaminan
dari bakteri lain yang berada disekitarnya.
Kemudian larutan antibiotik standar dan sampel sebanyak 50 μL
dimasukkan pada masing-masing reservoir sesuai dengan dosis yang ditentukan
dengan menggunakan mikropipet. Keuntungan menggunakan mikropipet adalah
mencegah tertelannya antibiotika tersebut dan mampu mengambil zat dengan jumlah
yang sangat kecil dan akurat. Mikropipet yang digunakan haruslah bersih, setelah
digunakan harus dicuci dengan desinfektan. Setelah itu diinkubasi dalam inkubator
pada suhu ± 37oC selama 18-24 jam. Penginkubasian ini bertujuan agar bakteri dapat
tumbuh dan berkembang.
Setelah diinkubasi, diperoleh zona hambat dengan diameter yang beragam,
antibiotik dengan dosis tinggi memiliki diameter yang lebih besar daripada antibiotik
dengan dosis rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan antibiotik untuk
menghambat aktivitas bakteri berbanding lurus dengan konsentrasinya.
Melalui perhitungan potensi antibiotika, didapatkan potensi antibiotika
sampel kloramfenikol terhadap standard kloramfenikol ialah 76,366%.
VIII. KESIMPULAN
Besarnya potensi sampel antibiotika Kloramfenikol terhadap antibiotika
kloramfenikol standar adalah 76,366%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2009. Nutrient Agar and Nutrient Broth Preparation.
http://www.austin.cc.tx.us./microbugz/01mediaprep.html
Jawetz, E., J. L. Melnick, & L. N. Ornston. 1987. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20,
alih bahasa: Edi Nugroho & RF Maulany. EGC. Jakarta.
Melnick, J & Aldelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran, diterjemahkan oleh: Edi
Nugroho, R. F. Maulany. Edisi 20. EGC. Jakarta.
Naim, Rochman. 2003. Antibiotik.
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0312/11/ilpeng/734094.htm
Tjay, T.H & K. Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo Gramedia . Jakarta.