penetapan status hara berdasarkan kisaran kecukupan hara ... · pengembangan adalah kelapa sawit....

50
PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elais gueneensis) MENGHASILKAN Oleh DEDAH ISMAYANTI A24104044 PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: buiphuc

Post on 16-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elais gueneensis) MENGHASILKAN

OlehDEDAH ISMAYANTI

A24104044

PROGRAM STUDI ILMU TANAHDEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

SUMMARY

DEDAH ISMAYANTI. Determination of Nutrient Range Adequancy NutrientOn Oil Palm Plantation (Elais gueneensis) Generate. Supervised by ATANG SUTANDI and SRI DJUNIWATI.

The agricultural commodity was one of the mainstays as an effort to increase the Country's foreign exchange apart from the sector of oil and gas. One of the priority for the development were oil palm. The problem that emerged the oil palm plantation was the determination of the dosage of fertilization that was not yet optimum. To achieve the optimum fertilization recommendation was determined by the value of the crop nutrient. One of the methods of knowing the status of the crop nutrient that is through the analysis of the crop, the interpretation used the critical value or the range of the adequancy of the nutrient.

This research was aimed to determine criteria the value of the crop nutrient was based on the range of the adequancy of the nutrient to the oil palm (Elaeis guineensis) for the crop produced. This research was used the survey method, that is taking the sample of the oil palm crop randomized to plantations that spread in Riau, Lampung, West Kalimantan, Central Kalimantan and South Sumatra. The sample of the crop came from a pair of leaf to the tail of the lizard from the 17th steam. Then was taken by a third to the middle and was removed palm leaf rib. Samples of these leaves were gathered from 20 trees. The level of nutrient was produced by the analysis of the crop were connected with the growth variabel and the production to determine the range of the adequancy of the nutrient.

The election of the production variable showed that the FFB production better than the average janjang weight. Based on the theory of the range of the adequancy of the nutrient that the distribution of the point that more focuss and conical above had the value of the good adequancy of the range, so as the range variable of the adequacy of the nutrient was based on the production of FFB. Results adequacy burly range determination are as follows; N ranged from 1:41 to 2.53, P elements ranged from 0:08 until 0:18, K elements ranged from 0.86 to 1:26, the elements Ca ranged from 0.85 to 0:42, Mg ranged from 0:16 to 0:41, the elements around Cu from 4.1 to 26.2 and for the elements Zn ranged from 21.67 to 45.65.

Results showed that the interpretation of N and Mg in are in less level, while the elements P, K, Ca and Zn are in the current status and the status of level Cu is high.

Page 3: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

RINGKASAN

DEDAH ISMAYANTI. Penetapan Status Hara Berdasarkan Kisaran Kecukupan Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elais gueneensis) Menghasilkan. Dibawah bimbingan Atang Sutandi dan Sri Djuniwati.

Komoditas pertanian adalah salah satu andalan dalam usaha meningkatkan devisa Negara di luar sektor minyak dan gas. Salah satu yang menjadi prioritas untuk pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan yang belum optimum. Untuk mencapai rekomendasi pemupukan yang optimum ditentukan oleh status hara tanaman. Salah satu cara untuk mengetahui status hara tanaman yaitu melalui analisis tanaman, yang dapat diinterpretasi menggunakan nilai kritis atau kisaran kecukupan hara. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kriteria status hara tanaman berdasarkan kisaran kecukupan hara pada kelapa sawit (Elaeis guineensis) untuk tanaman menghasilkan.

Penelitian ini menggunakan metode survai, yaitu pengambilan sampel tanaman kelapa sawit (TM) dilakukan secara acak pada perkebunan-perkebunan yang menyebar di Riau, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Sumatra Selatan. Sampel tanaman sawit (TM) berasal dari sepasang daun pada ekor kadal dari pelepah ke-17. Lalu diambil sepertiga pada bagian tengah dan dibuang lidinya. Sampel-sampel daun tersebut dikumpulkan dari 20 pohon. Kadar hara hasil analisis tanaman dihubungkan dengan parameter pertumbuhan dan produksi untuk menetapkan kisaran kecukupan hara.

Pemilihan variabel produksi menunjukan produksi tandan buah segar (TBS)lebih baik dari bobot janjang rata-rata (BJR). Berdasarkan teori kisaran kecukupan hara bahwa sebaran titik yang lebih terpusat dan mengerucut ke atas memiliki nilai kisaran kecukupan yang baik, sehingga variabel kisaran kecukupan hara didasarkan pada produksi TBS. Hasil penetapan kisaran kecukupan hara adalah sebagai berikut ; N berkisar dari 1.41 sampai 2.53, unsur P berkisar dari 0.08 sampai 0.18, unsur K berkisar dari 0.86 sampai 1.26, unsur Ca berkisar dari 0.42 sampai 0.85, Mg berkisar dari 0.16 sampai 0.41, unsur Cu berkisar dari 4.1 sampai 26.2 dan untuk unsur Zn berkisar dari 21.67 sampai 45.65.

Hasil interpretasi menunjukan bahwa unsur N dan Mg ada dalam status kurang, sedangkan unsur P, K, Ca dan Zn dalam status sedang dan untuk unsur Cu ada pada status tinggi.

Page 4: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN

KECUKUPAN HARA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elais gueneensis) MENGHASILKAN

DEDAH ISMAYANTI

A24104044

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 5: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

Judul Penelitian : Penetapan Status Hara Berdasarkan Kisaran

Kecukupan Hara Pada Tanaman Sawit (Elais

gueneensis) Menghasilkan

Nama : Dedah Ismayanti

NRP : A24104044

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Ir Atang Sutandi, M.Si

NIP. 130 937 427

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir Didy Sopandie, M.AgrNIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

Dr Ir Sri Djuniwati, M.ScNIP. 130 902 751

Page 6: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Desember 1986 di kota Ciamis, sebagai

putri pertama dari pasangan Bapak Idih dan Ibu Elin Herlina.

Pendidikan formal yang telah dijalani oleh penulis adalah SD Negeri 2

Talagasari pada tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 1 Kawali pada tahun

2001, Sekolah Menengah Atas 2 Ciamis tahun 2004.

Tahun 2004, penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur USMI dan terdaftar sebagai mahasiswi Departemen Tanah Fakultas Pertanian.

Selama perkuliahan, penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah pada

tahun 2006, dan pernah menjadi asisten mata kuliah Kimia Tanah pada tahun ajaran

2007/2008.

Page 7: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada

Bapak Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si dan Ibu Dr Ir. Sri Djuniwati, M.Sc sebagai

pembimbing, atas segala saran, petunjuk dan arahannya selama ini. Tak lupa penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada orang tua, adik serta seluruh keluarga

yang telah memberikan doa dan dorongan selama ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu proses penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Dr. Ir. Iskandar, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik.

2. Dr. Ir. Komarudin Idris, M.Sc selaku dosen penguji atas saran dan bantuannya.

3. Para dosen di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.

4. Yunita ’Ita’, Mei dan Dewi atas kerjasama dan kebersamaannya selama penelitian.

5. Teman-teman tanah 41 atas saran, kritik dan semangatnya.

6. Nando atas bantuan dan dukungannya.

7. Para staf pegawai laboran program studi ilmu tanah.

8. Dan semua pihak terkait yang telah mendukung atas terlaksananya penelitian ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.

Bogor, Januari 2009

Penulis

Page 8: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABE vi

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN

Latar belakang......................................................................................1

Tujuan ................................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kelapa Sawit .............................................................................3

Botani Kelapa Sawit............................................................................3

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit..............................................................5

Analisis Tanaman...................................................................................... 6

Batas Kritis dan Kisaran Kecukupan Hara.................................................7

Serapan Hara Tanaman ..............................................................................9

Nitrogen ..............................................................................................9

Fosfor ................................................................................................. 10

Kalium................................................................................................ 11

Kalsium .............................................................................................. 12

Magnesium......................................................................................... 12

Tembaga............................................................................................. 13

Seng.................................................................................................... 13

Boundary Line Methods............................................................................ 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat .................................................................................... 17

Bahan dan Alat.......................................................................................... 17

Metode Penelitian...................................................................................... 17

Pengambilan Sampel Daun ................................................................ 17

Analisis Sampel Daun........................................................................ 18

Peneraan Umur Tanaman................................................................... 18

Penetapan Kisaran Kecukupan Hara.................................................. 19

Page 9: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

HASIL dan PEMBAHASAN

Hubungan Umur Dengan Variabel Produksi ............................................ 20

Pemilihan Variabel Produksi .................................................................... 22

Kisaran kecukupan Hara ........................................................................... 27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ........................................................................................ 31

Saran................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 32

LAMPIRAN............................................................................................. 34

Page 10: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis Hara, Metode Analisis dan Pengukuran Hara…………………….. 17

2. Selang Kisaran Kecukupan Hara Pada Variabel Produksi TBS

(ton/ha/thn)……………………………………….. 27

3. Selang Kecukupan Hara Makro-Mikro Untuk Tanaman Sawit

Menghasilkan (TM) (Von Uexkull, 1992 dalam Pahan, 2007)…………. 28

4. Hasil Diagnosis Dengan Boundary Lines dan Von Uexkull……………. 29

Page 11: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pengaruh Suplai Hara Terhadap Produksi dan Kadar Hara………….. 7

2. Hubungan Antara Produksi Dengan Kadar Hara…………………….. 8

3. Diagram Sebar Hubungan Produksi Dengan Kadar Hara N daun

(Walworth dan Sumner, 1986)……………………………………….. 15

4. Respon Tanaman Terhadap Faktor Pembatas

(Walworth dan sumner, 1987)……………………………………….. 16

5. Hubungan BJR Dengan Umur Tanaman……………………………... 21

6. Hubungan BJR Tera Dengan Umur Tanaman……………………….. 21

7. Hubungan Produksi TBS Dengan Umur Tanaman…………………... 21

8. Hubungan Produksi TBS Tera Dengan Umur Tanaman……………... 21

9. Grafik Hubungan Antara Produksi TBS Tera dengan Kadar Hara

N (9a), P (9b), K (9c), Ca (9d), Mg (9e), Cu (9f) dan Zn (9g)............. 23

10. Grafik Hubungan Antara BJR Tera dengan Kadar Hara N (10a),

P (10b), K (10c),Ca (10d), Mg (10e), Cu (10f) dan Zn (10g)……… 25

Lampiran

1. Kadar Hara Kelapa Sawit……………………………………………. 34

Page 12: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas pertanian adalah salah satu andalan dalam usaha meningkatkan

devisa Negara di luar sektor minyak dan gas. Salah satu komoditi pertanian yang

menjadi prioritas untuk pengembangan adalah kelapa sawit.

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) mempunyai beberapa keunggulan komparatif

dibanding tanaman penghasil minyak nabati lainnya dalam memenuhi konsumsi

minyak dunia. Beberapa keunggulan kelapa sawit yaitu produksi per hektar yang

tinggi, umur ekonomi yang panjang, daya tahan terhadap cuaca tinggi, persediaan

yang cukup dan penggunaan yang beraneka ragam.

Permintaan produksi dari kelapa sawit semakin meningkat sejalan dengan

meningkatnya konsumsi minyak sawit di dunia. Pemeliharaan tanaman merupakan

salah satu faktor terpenting dalam membangun perkebunan kelapa sawit. Salah satu

faktor terpenting dalam pemeliharaan tanaman adalah pemupukan. Leiwakabessy dan

Sutandi (1998) menyatakan bahwa pemupukan merupakan penambahan unsur hara

yang dibutuhkan tanaman ke dalam tanah. Secara langsung maupun tidak langsung

kegiatan pemupukan akan memperbaiki nutrisi dan suplai hara untuk tanaman.

Pemupukan pada kelapa sawit dilakukan dengan tujuan menambah

ketersediaan unsur hara di dalam tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai

dengan kebutuhan. Pemupukan juga dilakukan karena tanah tidak mampu

menyediakan satu/beberapa unsur hara untuk menjamin tinggi tingkat produksi

tertentu dengan kata lain tanah tersebut tidak subur. Makin tinggi tingkat produksi

makin banyak unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit dalam kegiatan

pemupukan adalah kesesuaian dosis aplikasi dengan rekomendasi, waktu dan cara

aplikasi dan cuaca, ketidak tersediaan pupuk di gudang, kesiapan armada angkutan

pupuk.

Rekomendasi pemupukan yang tepat diperoleh dengan evaluasi hara tanaman,

salah satunya dengan analisis tanaman, yaitu penetapan konsentrasi suatu unsur

Page 13: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

2

2

dalam suatu contoh dari bagian tertentu dari suatu tanaman, misal daun pada waktu

stadia pertumbuhan tertentu. Analisis tanaman dapat menjadi alat yang berguna

dalam menduga status hara tanaman jika tersedia metode analisis yang sesuai.

Komposisi hara tanaman sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

berinteraksi mengakibatkan penilaian dan diagnosis hasil analisis tanaman menjadi

komplek.

Interpretasi analisis tanaman dapat dilakukan antara lain dengan penetapan

batas kritis, kisaran kecukupan hara, DRIS dan DOP.

Metode kisaran kecukupan hara merupakan metode pengembangan dari

metode batas kritis yang digunakan untuk mendiagnosis analisis tanaman. Penetapan

kisaran kecukupan hara kebanyakan tidak berasal dari kisaran kecukupan hara mulai

defisiensi hingga keracunan tetapi dikembangkan dari kisaran rendah, sedang dan

tinggi. Kisaran rendah umumnya mendekati atau sama dengan batas kritis, sedangkan

kisaran tinggi berasal dari kadar hara diatas normal dan kisaran cukup berada diantara

keduanya. Kelemahan metode ini adalah sedikitnya jumlah informasi yang detil

tentang kisaran kecukupan hara dari tingkat kurang sampai ke tingkat keracunan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan status hara tanaman berdasarkan

kisaran kecukupan hara pada kelapa sawit (Elaeis guineensis) untuk tanaman

menghasilkan.

Page 14: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elais guineensis) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan

tepatnya Brazilia (zeven, 1965). Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai

berikut ;

Divisi : Tracheophyta

Subdivisi : Pteropsida

Kelas : Angiospermae

Sub kelas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales

Family : Palmae

Genus : Elais

Spesies : Elais guineensis

a. Botani Kelapa Sawit

Kecambah kelapa sawit berakar tunggang dan akhirnya diganti dengan

akar-akar serabut yang membentuk anyaman yang rapat dan tebal. Pohon kelapa

sawit mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang pada umur 4 tahun. Kelapa

sawit merupakan tanaman yang berdaun majemuk dengan dasar tangkai daun

utama menempel di sekeliling ujung batang. Masing-masing daun terdiri dari 20-

150 atau lebih pasang anak daun yang tersusun dalam dua baris sepanjang sisi

tangkai daun utama. Pohon yang sering dipangkas daunnya akan meninggalkan

bekas-bekas pangkal pelepah yang membentuk garis spiral melingkar batang dari

bawah ke atas (Yahya, 1990).

Kelapa sawit tergolong dalam tanaman monoecious, yaitu bunga jantan

dan bunga betina terpisah pada pohon yang sama. Bunga tersusun pada tandan

dan muncul dari setiap ketiak daun. Mayang bunga jantan atau betina terdiri dari

100-300 cabang mayang. Mayang bunga betina mengandung lebih dari 200 bunga

dan lebih pendek dari mayang bunga jantan. Setiap cabang mayang bunga jantan

mengandung 700-1200 bunga jantan (Yahya, 1990).

Page 15: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

4

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak

mempunyai kambiun dan umumnya tidak bercabang. Tanaman yang masih muda,

batangnya tidak terlihat, karena tertutup oleh daun. Batang kelapa sawit berbentuk

silinder dengan diameter 20-75 cm. Pertumbuhan tinggi batang 25-45 cm/tahun

dan jika kondisi lingkungan sesuai, pertumbuhan tinggi batang dapat mencapai

100 cm/tahun. Pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman, kesuburan

lahan dan iklim setempat. Ketebalan batang tergantung pada kekuatan

pertumbuhan daun-daunnya. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta

menyimpan dan mengangkat bahan makanan (Fauzi et al., 2002)

Daun kelapa sawit mirip dengan daun kelapa yaitu membentuk susunan

daun majemuk, bersirip dan bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai

7.5-9 m dengan jumlah anak daun tiap pelepah berkisar 250-400 helai.

Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 135⁰.

Helaian daun makin lama makin berat, sehingga semakin lama daun akan semakin

melengkung ke arah bawah daun. Daun yang tua akan semakin menutup, sehingga

daun yang paling muda akan ternaungi oleh daun yang berada diatasnya (Fauzi et

al., 2002).

Buah disebut juga fructus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang

tumbuh dengan baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen

yang pertama pada umur sekitar 3.5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji

kecambah di pembibitan (Fauzi et al., 2002).

Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun

tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan

daunnya semakin sedikit, sehingga buah yang dibentuk semakin menurun.

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat umur 18 bulan setelah tanam , tetapi

kadar minyaknya masih sedikit dan presentasi limbah banyak. Oleh karena itu,

pada perkebunan kelapa sawit, bunga-bunga yang tumbuh pada tanaman muda

akan dibuang agar tidak menjadi buah (Sastrosayono, 2003).

Page 16: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

5

b. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak

faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri.

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor lingkungan,

genetik dan faktor teknis-agronomis. Dalam menunjang pertumbuhan dan proses

produksi kelapa sawit, faktor saling terkait dan menunjang satu sama lain (Fauzi

et al., 2002).

Tanaman kelapa sawit menghendaki iklim dengan curah hujan antara

1800-4000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata

25⁰C. Kelapa sawit merupakan tanaman dataran rendah, meskipun dapat tumbuh

pada ketinggian lebih dari 900 m di atas permukaan laut, dan dapat tumbuh

dengan baik bila curah hujan lebih dari 1500 mm per tahun dan merata sepanjang

tahun dengan suhu 27-35⁰C. Ferwerda (1977) dalam Yahya (1990) menyatakan

bahwa hasil tandan buah tertinggi diperoleh di daerah dengan suhu rata-rata 25-

27⁰C (Yahya, 1990).

Tofografi lahan juga merupakan faktor lingkungan yang penting ikut

menentukan efisiensi usaha perkebunan kelapa sawit. Beberapa unsur tofografi

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah relief,

sudut lereng, arah lereng, dan ketinggian lahan di atas permukaan laut (Yahya,

1990).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu tanah dengan pH

netral, mempunyai lapisan yang dalam, tidak terlalu banyak mengandung besi

dan berdrainase baik. Tanah pasir dan tanah gambut yang dalam kurang baik

tetapi umumnya kelapa sawit dapat tumbuh di segala jenis tanah asal lapisan

tanahnya dalam dan berdrainase baik (Yahya, 1990).

Selain itu Yahya (1990) menyebutkan bahwa yang menghambat

pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit diantaranya adalah lapisan

padas, drainase dalam dan luas yang jelek, tanah yang dangkal, permukaan air

tanah yang tinggi dan strukrtur tanah buruk, sifat kimia yang berhubungan dengan

kesuburan tanah yang rendah.

Page 17: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

6

2. Analisis Tanaman

Munson & Nelson (1973) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004),

analisis tanaman dibagi dalam dua pengertian, yaitu pengertian sempit dan luas.

Analisis tanaman dalam arti sempit adalah penetapan konsentrasi suatu unsur

dalam contoh dari bagian tertentu atau bagian yang diambil contohnya pada waktu

atau tingkat perkembangan tertentu. Sedangkan dalam arti luasnya, analisis

tanaman mencakup analisis komponen organik seperti asam amino atau asam-

asam lainnya, yang menentukan kualitas tanaman.

Menurut Aldrich (1973) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004) analisis

tanaman dibedakan jadi dua jenis yaitu analisis total/analisis kualitatif (analisis

kimia total), analisis semi kuantitatif (uji cepat jaringan tanaman).

Tujuan dari analisis tanaman adalah mendiagnosa/memperkuat diagnosis

gejala yang terlibat, mendiagnosis gejala yang terselubung, mengetahui

kekurangan hara sedini mungkin, menunjukan hara diserap tanaman, mengetahui

interaksi/antagonism di antara hara, membantu pemahaman fungsi hara dalam

tanaman, sebagai pembantu dalam mengidentifikasi masalah.

3. Batas Kritis dan Kisaran Kecukupan Hara

Batas kritis merupakan kadar hara dalam contoh tanaman yang dengan

kadar tersebut kecepatan tumbuh, produksi atau kualitas secara nyata mulai

menurun. Menurut Dow & Robert (1982) dalam Leiwakabessy dan Sutandi

(2004), batas kritis adalah:

Kadar hara tanaman yang masih kurang untuk mendukung tercapainya

produksi maksimum

Kadar hara tanaman yang cukup mendukung tercapainya produksi

maksimum

Titik tempat kadar hara tanaman berada 10% lebih rendah dari

pertumbuhan maksimum

Kadar hara tanaman yang dengan kadar tersebut pertumbuhan tanaman

mulai berkurang

Page 18: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

7

Jumlah terendah dari suatu unsur dalam tanaman untuk menyertai

produksi tertinggi

Ulrich & Hills (1967) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004)

menetapkan batas kritis pada pusat daerah transisi atau titik sebelum terjadi

penurunan produksi atau pertumbuhan umumnya dipakai titik belok 5-10% dari

pertumbuhan atau produksi maksimum.

Gambar 1. Pengaruh Suplai Hara terhadap Produksi dan Kadar Hara

(Leiwakabessy dan Sutandi, 2004)

Gambar 1. menunjukan bahwa kenaikan pemberian hara menghasilkan

kurva produksi yang bersifat tidak linear, sedangkan pengaruhnya terhadap kurva

konsentrasi hara menghasilkan perubahan relatif kecil. Bila produksi

dihubungkan dengan kadar hara terlihat bahwa perubahan kadar hara sedikit saja

akan menyebabkan produksi meningkat lebih tinggi (Leiwakabessy dan Sutandi,

1992).

Page 19: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

8

Standar baku untuk batas kritis hara tanaman umum sudah banyak dibuat.

Kelemahan metode ini terletak pada variasi kadar hara dengan umur, oleh karena

itu, Sumner (1979) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyarankan agar

dilakukan : (a) pembuatan batas kritis pada berbagai umur tanaman, atau (b)

koreksi terhadap kadar hara sejalan dengan peningkatan berat kering dan umur

tanaman, atau (c) pembuatan batas kritis menjadi suatu kisaran, missal kisaran

kecukupan hara. Selanjutnya Munson dan Nelson (1973) serta Dow Robert (1982)

dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004) juga mengusulkan batas kritis berupa

suatu kisaran yang dihubungkan dengan umur tanaman.

Kisaran kecukupan hara merupakan pengembangan dari batas kritis, yang

pertama dikembangkan untuk menganalisis status hara tanaman. Namun sekarang

orang lebih banyak menggunakan kisaran kecukupan hara. Interpretasi kisaran

kecukupan hara diperoleh dari hubungan antara produksi atau pertumbuhan

tanaman dengan kadar hara (Gambar 2) (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Gambar 2. Hubungan antara produksi dengan kadar hara (Leiwakabessy dan

Sutandi, 2004).

Lengkungan pada Gambar 2 menggambarkan hubungan produksi dengan

kadar hara makro dalam daun tanaman. Bentuk C pada Gambar 2 disebut dengan

Page 20: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

9

Steenbjerg effect, yang merupakan hasil kombinasi dari kadar hara dengan

pengurangan berat kering. Kesalahan interpretasi mungkin terjadi apabila kurang

memahami hubungan interaksi kadar hara dengan berat kering.

Identifikasi tingkat kelebihan dan keracunan hara esensial menjadi sama

pentingnya dengan identifikasi tingkat defisiensi, namun sangat sedikit informasi

yang detil tentang kisaran kadar hara penuh dari tingkat kurang sampai ke tingkat

keracunan. Penetapan kisaran kecukupan hara kebanyakan tidak berasal dari range

kadar hara mulai defisiensi sampai keracunan, tetapi dikembangkan dari kisaran

rendah, cukup, tinggi. Kisaran rendah umumnya mendekati atau sama dengan

batas kritis, sedangkan kisaran tinggi berasal dari kadar hara di atas normal,

dimana kisaran cukup berada di antaranya (Jones et. al., 1991).

4. Karakteristik Hara Tanaman

Serapan hara oleh tanaman sangat bervariasi tergantung jenis tanaman,

varietas dan kondisi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, misalnya :

kesuburan tanah, aerasi, tekstur, struktur, struktur tanah, pengaruh pupuk dan

pengaruh penyakit akar (Nelson, 1976). Selanjutnya Brady (1974) menambahkan

bahwa serapan hara tidak hanya tergantung pada ketersediaan unsur hara dalam

tanah, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan tanaman menyerap unsur hara dan

kecepatan serapan hara oleh permukaan akar.

Akar tanaman memperoleh unsur hara dari berbagai sumber antara lain

dari larutan tanah, ion-ion yang dapat dipertukarkan, mineral dan bahan organik

terlapuk (Tisdale, et al., 1985). Sebelum diserap akar, hara harus berada di

permukaan akar. Tisdale, et al., (1985) mengatakan ada tiga cara pergerakan hara

ke permukaan akar yaitu : 1) intersepsi akar, 2) difusi ion ke dalam larutan tanah

dan 3) pergerakan ion melalui aliran massa tinggi.

Aliran massa terjadi apabila terdapat perbedaan potensial hidrostatik.

Pergerakan unsur dalam aliran massa yaitu pergerakan dari larutan yang

berpotensial hidrostatik yang lebih tinggi ke potensial hidrostatik yang lebih

rendah (Soepardi, 1983). Hara masuk ke dalam akar melalui pertukaran difusi dan

pergerakan senyawa carrier (Tisdale, et al., 1985). Kemampuan tanaman

Page 21: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

10

mendapatkan hara dalam tanah tergantung pada pola perkembangan akar dan

kedalaman akar (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Nitrogen

Nitrogen sebagai unsur hara primer atau unsur hara makro pada tanaman

dapat ditemukan dalam bentuk organik maupun anorganik (Jones et. al., 1991).

Sumber N adalah bahan organik sisa tumbuhan dan hewan, serta hasil fiksasi N

bebas dari udara oleh bakteri-bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar

tanaman kacang-kacangan (Leguminose). Nitrogen dapat diambil oleh tanaman

dalam bentuk ion NH4+ atau NO3

- (Setyamidjaja, 1986).

Bentuk N yang diadsorpsi oleh tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang

lebih baik tumbuh bila diberi NH4+ ada pula tanaman yang lebih baik bila diberi

NO₃⁻ dan ada juga tanaman yang tidak terpengaruh oleh bentuk-bentuk N ini.

Nitrogen yang diserap ini di dalam tanaman diubah menjadi N, NH, NH2. Bentuk

reduksi ini kemudian diubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan akhirnya

menjadi protein. Protein ini bersifat katalisator dan sebagai pemimpin dalam

proses metabolism (Leiwakabessy, 1998).

Sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N organik maka pelapukan N

organik merupakan proses yang menjadikan N tersedia bagi tanaman. Pelapukan

merupakan proses biokimia kompleks membebaskan karbon dioksida. Akhirnya

nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik ammonium

ini dioksidasikan menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat. Kedua proses terakhir

disebut nitrifikasi, sedangkan yang pertama disebut mineralisasi (Soepardi, 1983).

Pemberian N yang banyak akan menyebabkan pertumbuhan vegetative

berlangsung hebat sekali dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N

memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan karena

tidak seimbang dengan unsure lainnya seperti P, K dan S. Kekurangan N biasanya

menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan daun-daun menjadi kering.

Gejala klorosis mula-mula timbul pada daun tua (Leiwakabessy, 1998).

Page 22: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

11

Fosfor

Fosfor bersama-sama dengan Nitrogen dan Kalium digolongkan sebagai

unsur-unsur utama. Meskipun fosfor diabsorpsi dalam jumlah yang lebih rendah

dari nitrogen dan kalium.

Menurut Soepardi (1983), sumber fosfat utama yang dapat memenuhi

kebutuhan tanaman adalah : pupuk buatan, pupuk kandang, sisa tanaman dan

pupuk hijau, dan senyawa alamiah baik organik maupun anorganik dari kedua

bahan tersebut yang sudah dalam tanah. Senyawa fosfor anorganik dalam tanah

terdiri dari : senyawa kalsium, senyawa Fe dan Al. Sedangkan fosfor organik

dapat dijumpai dalam bentuk : fitin dan turunannya, asam nukleat, dan fosfolipida.

Fosfor di dalam larutan tanah dijumpai dalam bentuk anion H₂PO₄⁻ , HPO₄2⁻ atau

PO₄3⁻. Anion H₂PO₄⁻ dan HPO₄2⁻ terdapat dalam keadaan masam maupun basa.

Pada keadaan ekstrim masam dijumpai senyawa H3PO4 dan pada keadaan ekstrim

basa dijumpai anion PO₄3⁻ (Bohn, et al., 1979).

Tanaman pada umunya mengabsorpsi unsur ini dalam bentuk ion

orthofosfat primer, H₂PO₄- dan sebagian kecil dalam bentuk sekunder, HPO₄2⁻.

Fosfor merupakan unsur yang mobil dalam tanaman (Leiwakabessy,1998)

Peranan fosfat adalah sangat khusus dalam pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Fosfat yang cukup akan memperbesar pertumbuhan akar.

Kekurangan fosfat jelas sekali mengurangi pertumbuhan tanaman. Fosfat penting

buat pertumbuhan biji dan akar. Peranan fosfat yang penting adalah dalam proses

fotosintesis, perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa yang

berhubungan dengannya, glikolisis, metabolisme asam amino, metabolisme

lemak, metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses

hidup. Selain itu, unsur ini berperan dalam pemecahan karbohidrat untuk energi,

penyimpanan dan peredarannya di seluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP

(Leiwakabessy, 1998).

Kalium

Kalium merupakan unsur hara yang paling banyak dibutuhkan oleh

tanaman setelah N. Kebutuhan tanaman akan K cukup tinggi dan akan

menunjukan gejala kekurangan apabila kebutuhan tidak tercukupi.

Page 23: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

12

Berdasarkan ketersediaan bagi tanaman, K tanah dibedakan dalam 3

bentuk yaitu : (1) kalium relatif tidak tersedia, yang menempati bagian stuktur

mineral mika primer dan sekunder, serta mineral-mineral feldsfatik, (2) kalium

lambat tersedia yaitu kalium yang tersergap di dalam kisi mineral liat seperti

vermikulit atau liat tipe 2:1 lainnya; dan (3) kalium cepat tersedia yang berada

dalam kompleks jerapan (k-dd) dan kalium dalam larutan tanah (Brady, 1990).

Sumber K dalam tanah adalah mineral ortoklas (KAlSi3O8), leucit (KAl

(SiO3)2), muskovit (KH2Al3(SiO4)3), dan biotit (HK)2(MgFe)2(AlFe)2Si4O12. K

dapat di ambil oleh tanaman dalam bentuk ion K+ (Setyamidjaja, 1986).

Beberapa peranan kalium yang diketahui antara lain: pembelahan sel,

pembentukan karbohidrat, translokasi gula, reduksi nitrat dan selanjutnya sintesis

protein, dan dalam aktivitas enzim. Kalium juga merupakan unsur yang paling

banyak terdapat dalam cairan sel, yang mengatur keseimbangan antara garam dan

air dalam sel tanaman sehingga memungkinkan pergerakan air ke dalam akar

tanaman (Leiwakabessy, 1998).

Kekurangam hara Kalium akan menyebabkan tanaman menjadi kurang

tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan tanaman yang cukup Kalium.

Selain itu, tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan mengalami

penurunan kualitas produksinya (Leiwakabessy, 1998).

Kalsium

Kalsium dibutuhkan oleh semua tanaman tingkat tinggi, diabsorpsi dalam

bentuk Ca⁺⁺, terutama melalui mass flow dan intersepsi.

Peranan Kalsium dalam tanaman cukup banyak, diantaranya adalah

sebagai pembentukan protein, membantu pertumbuhan akar, dalam proses

pemanjangan sel. Selain itu kalsium juga berperan dalam pembentukan dan

berfungsinya bintil akar (Leiwakabessy, 1998).

Kekurangan kalsium akan nampak pada bagian yang muda dikarenakan

kalsium merupakan unsur yang tidak mobil, sehingga gejala kekurangan kalsium

akan terlihat pada daun muda yang baru tumbuh di bagian pucuk. Selain itu juga

akan mempengaruhi pertumbuhan akar.

Page 24: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

13

Magnesium

Magnesium merupakan unsur yang mobil dalam tanaman, sehingga dapat

ditranslokasikan dari bagian yang lebih tua ke bagian yang lebih muda. Oleh

karena itu gejala defisiensi sering terlihat pada daun yang lebih tua dengan tanda

defisiensi berupa khlorosis (Tisdale dan Nelson, 1975).

Magnesium diambil tanaman dalam bentuk Mg2+ dan merupakan satu-

satunya logam yang menyusun klorofil. Kebutuhan magnesium dapat dipenuhi

melalui aliran massa dan intersepsi. Magnesium dalam tanah berasal dari mineral-

mineral primer (biotit, augit, hornblende, olivine, serpentin), mineral-mineral

sekunder (klorit, ilit, monmorilonit, vermikulit) dan mineral-mineral endapan

seperti dolomit dan epsonit (MgSO4.7H2O) (Leiwakabessy, 1998).

Peranan magnesium dalam tanaman diantaranya ialah terlibat dalam

pembentukan senyawa gula, protein, minyak, sebagai carrier fosfat dalam jaringan

tanaman, mengatur serapan hara lain, sebagai activator dari beberapa enzim

seperti transfosforilase, hidrogenase dan karboksilase. Merupakan penyusun

klorofil yang sangat berfungsi dalam proses fotosintesis (Leiwakabessy, 1998).

Tembaga

Tembaga diambil tanaman dalam bentuk Cu2+ dan bentuk molekul

kompleks organik. Bentuk-bentuk ini juga dapat diambil melalui daun sehingga

untuk mengatasi kekurangan bisa dilakukan dengan penyemprotan pada daun

(Leiwakabessy, 1998).

Gejala defisiensi Cu umum terjadi pada tanah gambut yang

mengakibatkan pertumbuhan tidak normal, seperti pelayuan yang cepat dan

batang-batang yang lemah (Sarief, 1986).

Tembaga berfungsi sebagai aktifator untuk berbagai enzim (Leiwakabessy,

1998). Selain itu Cu juga berperan dalam pembentukan klorofil (Setyamidjaja,

1986).

Page 25: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

14

Seng

Sumber Zn dalam tanah terutama adalah mineral-mineral sekunder, dan

diambil tanaman dalam bentuk Zn2+ (Setyamidjaja, 1986). Leiwakabessy (1998)

menambahkan bahwa tanaman juga dapat mengambil seng dalam bentuk

molekuler garam kompleks organic seperti EDTA. Pemberian garam-garam Zn

yang larut maupun Zn kompleks melalui daun merupakan cara yang sering

ditempuh untuk kekurangan Zn.

Gejala defisiensi Zn bervariasi dari tanaman satu ke tanaman lainnya.

Gejala yang umum terjadi adalah; a) timbulnya daerah-daerah berwarna hijau

muda, kuning atau putih diantara tulang-tulang daun terutama daun yang tua di

bagian bawah, b) jaringan-jaringan pada daerah tersebut diatas mati, c)

ruas/batang tanaman memendek sehingga daun-daunnya memberikan bentuk

roset, d) daun menjadi kecil, sempit dan agak tebal. Bentuknya sering tidak

sempurna, e) daun-daun lebih cepat gugur, f) pertumbuhan tertekan, g) bentuk

buah sering tidak sempurna dan kecil atau tidak berbuah sama sekali

(Leiwakabessy, 1998).

Page 26: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

15

5. Metoda Garis Batas (Boundary Line Methods)

Tahap pertama dalam metoda garis batas adalah penetapan standar. Satu

set data yang menggambarkan hubungan antara produksi dengan kadar hara diplot

ke dalam diagram sebaran seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Sebar Hubungan Produksi Dengan Kadar Hara N daun

(Walworth dan Sumner, 1986)

Kelompok produksi tinggi merupakan cerminan dari kondisi yang optimal,

yang faktor pembatasnya sudah banyak berkurang dibanding pada kelompok

produksi rendah. Keadaan ini diilustrasikan pada Gambar 4 dibawah ini.

Page 27: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

16

Gambar 4. Respon Tanaman terhadap Faktor Pembatas (Walworth dan Sumner,

1987).

Dari gambar tersebut terlihat sejumlah n faktor pembatas yang membatsi

produksi pada tingkat rendah, kemudian semakin dikurangi faktor pembatas

tersebut maka produksi bertambah tinggi (Walworth dan Sumner, 1987).

Boundary line methods adalah metode garis batas, dimana garis

membungkus diagram sebar hubungan antara produksi dan kadar hara. Garis

tersebut membatasi data aktual, sehingga sangat kecil peluangnya akan ditemukan

data terletak diluar garis pembungkus tersebut. Garis batas ini terdapat di bagian

batas sebelah kiri dan kanan sebaran data, serta mengerucut ke atas, artinya

semakin tinggi pertumbuhan atau produksi semakin kecil selang kadar hara atau

ekspresi hara (sumbu x). Dengan kata lain semakin tinggi kadar hara semakin

tinggi produksi sampai tingkat tertentu. Kemudian produksi turun kembali dengan

semakin tingginya kadar hara. Penggambaran seperti ini sangat bermanfaat dalam

mendiagnosis kemungkinan perolehan produksi maksimum yang konsisten

dengan nilai apapun dari faktor pertumbuhan tertentu yang dapat ditentukan

(Walworth, et al,. 1987).

Page 28: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai Agustus 2008.

Pengambilan sampel dilakukan di perkebunan kelapa sawit yang menyebar di

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Riau, Lampung dan Sumatera Barat.

Analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,

Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian lapang, antara lain

adalah :

1. Label, plastik, Alat tulis,

2. Tali rafia, karung, counter dan meteran

3. Pisau, gunting, tang dll.

Bahan dan alat yang digunakan dalam analisis tanaman antara lain :

1. Sampel daun tanaman kelapa sawit

2. HClO4, HNO3, HCl, H2SO4, NaOH, H3BO3, aquades dan bahan-bahan

kimia lainnya.

3. Alat tulis dan label, AAS, UV-Spektrofotometer, dan alat-alat gelas

lainnya.

Metode Penelitian

1. Pengambilan Sampel Daun

Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode survei yaitu

mengambil sampel secara acak dari tiap blok kebun yang dipilih.

Sampel daun yang digunakan untuk penetapan kadar hara tersebut diambil

secara acak dari 20 pohon per blok pada tanaman yang sehat. Pelepah yang di

jadikan sampel adalah pelepah ke-17. Sampel daun diambil dari ekor kadal

pelepah tersebut pada bagian kanan dan kiri. Sampel tersebut diambil dari bagian

Page 29: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

18

tengahnya kemudian lidinya dibuang. Sampel daun yang telah diambil sesegera

mungkin dikeringkan dengan alat pengering.

2. Persiapan dan Analisis Sampel Daun

Sebelum dianalisis sampel daun tanaman ditangani dengan baik melalui :

a) Pembersihan dari kotoran yang menempel yaitu dengan melap dengan

larutan detergen (1 %) kemudian dibilas dengan air destilata.

b) Pengeringan untuk menghentikan reaksi enzimatik yaitu dengan

mengoven sample tanaman pada suhu 60° C dengan waktu 24 jam

c) Penggilingan agar mempercepat digestion saat analisis dan yang paling

penting untuk menghomogenkan seluruh jumlah contoh dan seluruh

bagian tanaman.

Setelah dihancurkan maka siap dianalisis. Jenis hara yang dianalisis dan

metodenya tertera pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Jenis Hara, Metode Analisis dan Pengukuran Hara

Jenis Hara Metode Analisis Metode Pengukuran

N Kjeldahl Titrasi

P Spectrofotometer

K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn,

Mn

Pengabuan basah dengan

digestor HNO3 dan

HClO4

Atomic Absorption

Spectrofotometer (AAS)

3. Peneraan Umur Tanaman

Umur kelapa sawit di areal perkebunan tidak sama sehingga untuk

menghilangkan pengaruh umur terhadap variabel yang diamati maka produksi

ditera dengan umur terlebih dahulu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Yti = Ỹ + (Yi – Ŷi)

dimana Yti = pertumbuhan / produksi contoh ke i (tera)

Yi = pertumbuhan / produksi contoh ke i

Ỹ = rataan umum contoh

Ŷi = dugaan pertumbuhan / produksi

Page 30: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

19

4. Penetapan Kisaran Kecukupan Hara

Penetapan kisaran kecukupan hara dilakukan dengan cara melihat sebaran

kadar hara tertinggi dan terendah hubungannya dengan umur tanaman. Penetapan

ini diperoleh berdasarkan rata-rata persen (%) kadar hara dengan standar deviasi

pada umur tanaman tertentu yang sebelumnya dilakukan peneraan terlebih dahulu.

Peneraan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh umur tanaman.

Pemilihan variabel terbaik dilakukan dengan cara membandingkan

diagram sebaran kadar hara N, P, K, Ca, Mg, Cu dan Zn dengan variabel tandan

buah segar (TBS) dan bobot janjang rata-rata (BJR). Dari dua variabel tersebut

dipilih yang terbaik sebarannya didasarkan pada bentuk diagram yang mengerucut

ke atas (skewness).

Selang kecukupan hara diperoleh dari kalibrasi hara tanaman kelapa sawit

menghasilkan dengan menggunakan sekat produksi. Sekat produksi membagi dua

kelompok yaitu produksi tinggi dan rendah. Pada pengamatan ini sekat produksi

terbaik yang digunakan adalah 40% dari 64 populasi (sampel) yang digunakan.

Nilai selang kisaran kecukupan hara dipeeroleh dari perpotongan garis sekat

produksi dengan garis batas. Garis batas dibuat dari titik terluar sehingga garis

yang dihasilkan sebagai garis yang membungkus data. Garis tersebut memisahkan

antara data yang real dan nonreal (data pencilan), sehingga sangat kecil peluang

ditemukan model data diluar garis tersebut.model persamaan garis batas dipilih

yang paling sesuai dengan titik-titik terluar yaitu dipilih dengan nilai R2 (koefisien

determinasi) yang paling besar.

Page 31: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penentuan Kisaran Kecukupan Hara tahapan-tahapan yang perlu

dilakukan diantaranya adalah dengan melihat hubungan umur dengan variabel

produksi dalam rangka menghilangkan pengaruh umur pada variabel yang diamati,

Berdasarkan variabel produksi yang telah ditera maka dilakukan pemilihan variabel

yang sesuai dengan kriteria yaitu sebaran titik-titiknya lebih terpusat dan mengerucut

ke atas. Selanjutnya untuk penentuan kisaran kecukupan hara dilakukan dengan

membandingkan hasil kalibrasi kadar hara dengan standar.

Hubungan Umur Dengan Variabel Produksi

Variabel yang digunakan untuk mengekspresikan produksi pada tanaman

kelapa sawit adalah bobot janjang rata-rata (BJR) dan produksi tandan buah segar

(TBS). Peneraan dilakukan dengan meluruskan garis persamaan regresi antara

produksi tandan buah segar (TBS) maupun bobot janjang rata-rata (BJR) (y) dengan

umur tanaman sejajar dengan sumbu x. Garis peneraan ini merupakan rataan total dari

populasi data secara keseluruhan. Dengan demikian pertumbuhan/produksi tidak lagi

dipengaruhi umur tanaman. Grafik hubungan antara bobot janjang rata-rata (BJR)

dengan umur tanaman Elaeis guineensis disajikan pada Gambar 5 dan peneraanya

pada Gambal 6. Sedangkan untuk grafik hubungan produksi tandan buah segar (TBS)

disajikan pada Gambar 7 dan untuk peneraannya pada Gambar 8.

Hubungan parameter produksi dengan umur tanaman (Gambar 5 dan 7)

ditunjukkan dengan kurva persamaan regresi sebagai berikut : hubungan umur (x)

dengan bobot janjang rata-rata (BJR) (y) dipilih model terbaik dengan melihat

koefisien determinasi (R2) yang terbesar yaitu : y = 0.031x2 + 0.958x + 0.234, R2=

0.763, sedangkan untuk hubungan umur (x) dengan produksi tandan buah segar

(TBS) (y) model terbaiknya adalah : y = -0.145x2 + 4.908x - 10.41, R2= 0.766.

Sedangkan untuk persamaan dari hasil peneraan ditunjukkan oleh Gambar 6 dan 8

data produksi disini sudah tidak lagi dipengaruhi oleh umur.

Page 32: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

21

.

Gambar 5. Hubungan BJR dengan Umur Gambar 6. Hubungan BJR Tera dengan

Tanaman Umur Tanaman

Gambar 7. Hubungan Produksi TBS Gambar 8. Hubungan Produksi TBS

Dengan Umur Tanaman Tera Dengan Umur Tanaman

Page 33: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

22

Pemilihan Variabel Produksi

Pemilihan variabel produksi berdasarkan pada teori kisaran kecukupan hara

yaitu bahwa kisaran kecukupan hara akan semakin baik apabila sebaran titik-titiknya

lebih terpusat dan mengerucut ke atas, seperti yang ditunjukkan oleh model Farina

(1980) dalam Walworth, et al, (1987) yang telah dikemukakan di Bab 2.

Bentuk kekerucutan ini dilihat dari Grafik hubungan antara kadar hara N, P,

K, Ca, Mg, Cu dan Zn dengan variabel tera ditunjukkan pada Gambar 9 (a, b, c, d, e, f

dan g) untuk variabel Produksi Tandan Buah Segar (TBS) dan untuk Variabel Bobot

Janjang Rata-rata (BJR) ditunjukkan pada Gambar 10 (a, b, c, d, e, f dan g).

Berdasarkan Gambar 9 dan 10 di atas, penetapan kisaran kecukupan hara

menggunakan data variabel produksi tandan buah segar (TBS) karena Grafik tandan

buah segar (TBS) memiliki kekerucutan yang lebih baik dibanding Grafik variabel

bobot janjang rata-rata (BJR), yaitu memiliki sebaran titik yang terpusat dan

mengerucut ke atas. Artinya bahwa pada keadaan tersebut produksi yang diperoleh

merupakan produksi optimum yaitu komposisi hara dalam keadaan berimbang dan

faktor yang menjadi pembatas semakin sedikit.

Produksi rendah tejadi bilamana kadar hara rendah, demikian pula produksi

rendah terjadi pada kadar hara tinggi. Pada kadar hara rendah bisa disebabkan karena

ada faktor pembatas serapan hara atau tertekan oleh hara lain yang bersifat antagonis.

Pada kadar hara tinggi bisa juga menekan hara lain dan menjadikan antagonis dengan

hara lain, sehingga produksinya menurun.

Page 34: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

23

(a) (b)

(a)

(c) (d)

(e) (f)

(a) (b)

(c) (d)

Page 35: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

24

(e) (f)

(g)

Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tera dengan

Kadar Hara N (9a), P (9b), K (9c), Ca (9d), Mg (9e), Cu (9f) dan Zn (9g).

Page 36: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

25

(a) (b)

(c) (d)

Page 37: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

26

(e) (f)

(g)

Gambar 10. Grafik Hubungan Antara Bobot Janjang Rata-rata (BJR) Tera dengan

Kadar Hara N (10a), P (10b), K (10c),Ca (10d), Mg (10e), Cu (10f) dan Zn (10g).

Page 38: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

27

Kisaran Kecukupan Hara

Kisaran kecukupan hara adalah kadar hara yang berada di daerah antara

selang kekurangan dan selang lebih (Munson dan Nelson (1973) ; Dow dan Robert,

(1982) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004)). Interpretasi hasil analisis tanaman

dilakukan dengan menggunakan metode berdasarkan selang kecukupan hara yaitu

membandingkan kalibrasi kadar hara pada daun dengan referensi standar yang sudah

ditetapkan.

Hasil kalibrasi kadar hara daun berdasar sekat produksi, didapatkan selang kisaran kecukupan hara N, P, K, Ca, Mg, Cu dan Zn dari kategori rendah, sedang dan tinggi, yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Selang kisaran kecukupan hara pada parameter Produksi TBS (ton/ha/thn)

Unsur Hara Satuan Renda h Sedang Tinggi

N % <1.41 1.41-2.53 >2.53

P % <0.08 0.08-0.18 >0.18

K % <0.86 0.86-1.26 >1.26

Ca % <0.42 0.42-0.85 >0.85

Mg % <0.16 0.16-0.41 >0.41

Cu ppm <4.10 4.10-26.20 >26.20

Zn ppm <21.67 21.67-45.65 >45.65

Referensi standar selang kecukupan hara makro dan mikro untuk tanaman

kelapa sawit menghasilkan (TM) berdasarkan Von Uexkull, (1992) dalam Pahan,

(2007) tertera pada Tabel 3.

Page 39: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

28

Tabel 3. Selang Kecukupan Hara Makro dan Mikro Untuk Tanaman Sawit

Menghasilkan (TM) (Von Uexkull, 1992 dalam Pahan, 2007)

Unsur hara Satuan Rendah Sedang Tinggi

N % <2.3 2.4-2.8 >3.0

P % <0.14 0.15-0.18 >0.25

K % <0.75 0.90-1.20 >1.90

Mg % <0.20 0.30-0.45 >0.70

Ca % <0.25 0.50-0.70 >1.00

Cu ppm <3 5-8 >15

Zn ppm <10 12-18 >81

Mengacu pada referensi standar (Tabel 3), kisaran kecukupan hara pada

variabel produksi TBS (Tabel 2.) menunjukan bahwa pada kategori rendah unsur N, P

dan Mg lebih rendah dari standar Von Uexkull (1992), yaitu <1.41 untuk unsur N,

<0.08 untuk unsur P dan < 0.16 untuk unsur Mg. Sedangkan unsur K, Ca, Cu dan Zn

lebih tinggi dari standar Von Uexkull (1992) dengan nilai berturut-turut sebagai

berikut ; <0.86 untuk unsur K, <0.42 untuk unsur Ca, <4.10 untuk unsur Cu dan

<21.67 untuk unsur Zn.

Pada kategori tinggi unsur N, P, K, Ca, Mg dan Zn bernilai lebih rendah dari

standar Von Uexkull (1992), dengan nilai >2.53 untuk unsur N, >0.18 untuk unsur P,

>1.26 untuk unsur K, >0.85 untuk unsur Ca, >0.41 untuk unsur Mg dan >45.65 untuk

unsur Zn. Sedangkan unsur Cu lebih tinggi dari standar Von Uexkull (1992) yaitu

bernilai >26.20 dari >15.

Dari Tabel 2 dan 3 terlihat bahwa nilai pada Tabel 2 dominan lebih rendah

dari Tabel 3 (referensi). Berdasarkan Tabel 3, pupuk yang diberikan pada lahan

penelitian belum optimum. Hal ini dapat disebabkan karena terdapat perbedaan dalam

kondisi lokasi pengambilan sampel. Sehingga mempengaruhi dalam serapan hara.

Page 40: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

29

Berdasarkan kisaran kecukupan hara perhitungan dengan kadar hara aktual di

lapangan di dapatkan Boundary Lines masing-masing unsur yang tertera pada Tabel 4

di bawah ini.

Tabel 4. Hasil Diagnosis Dengan Boundary Lines dan Von Uexkull

Kadar Hara (%) KKH BerdasarkanNo Produksi

TBS N P K Ca Mg Cu ZnBoundary Line

Von Uexkull

1. 20177.1 2.73 0.24 1.04 0.30 0.25 75 52 N+, P+, K-, Ca-, Mg+, Cu+, Zn+

N-, P-, K-,Ca-, Mg-, Cu+, Zn-

2. 23899.4 2.31 0.18 0.90 0.29 0.23 62 64 N-, P+, K-, Ca-, Mg-, Cu+, Zn+

N-, P-, K-, Ca-, Mg-, Cu+, Zn-

3. 27807.1 2.38 0.24 0.98 0.39 0.30 60 35 N-, P+, K-, Ca-, Mg-, Cu+, Zn+

N-, P-, K-, Ca-, Mg-, Cu+, Zn-

4. 28112.6 2.43 0.28 1.30 0.38 0.32 55 39 N-, P+, K+, Ca-, Mg-, Cu+, Zn-

N-, P+, K-, Ca-, Mg-, Cu+, Zn-

5. 29043 2.09 0.16 0.78 0.40 0.31 60 50 N-, P+, K-, Ca-, Mg-, Cu+, Zn+

N-, P-, K-, Ca-, Mg-, Cu+, Zn-

6. 33276.4 2.80 0.22 0.89 0.22 0.19 55 42 N+, P+, K-, Ca-, Mg-, Cu+, Zn-

N-, P-, K-, Ca-, Mg-, Cu+, Zn-

7. 37901.9 2.56 0.18 0.90 0.41 0.20 61 51 N+, P+, K-, Ca-, Mg-, Cu+, Zn+

N-, P-, K-, Ca-, Mg-, Cu+, Zn-

Dari Tabel 4 diatas terlihat kisaran kecukupan hara (KKH) berdasarkan

Boundary Line unsur P, Cu dan Zn lebih tinggi di setiap produksi, Ca dan Mg lebih

rendah di setiap produksi, sedangkan unsur K yang nilainya lebih tinggi hanya

terdapat pada produksi 28112.6 dan unsur N bernilai lebih tinggi terdapat pada

produksi 20177.1, 33276.4 dan 37901.9. Berdasarkan Von Uexkull unsur N, P, K,

Ca, Mg dan Zn bernilai lebih rendah tetapi unsur P bernilai lebih tinggi pada produksi

8112.6, sedangkan unsur Cu bernilai tinggi di setiap produksi. Dari Tabel tersebut

dapat dilihat bahwa derdasarkan Boundary lines semakin tinggi produksi maka faktor

yang menjadi pembatas semakin sedikit ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Walworth dan Sumner (1987) pada Bab 2.

Page 41: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

30

Berdasarkan variabel produksi tandan buah segar (TBS) menunjukan bahwa N

dan Mg merupakan faktor utama yang perlu ditambahkan. Kedua unsur tersebut

merupakan unsur hara makro yang sangat berperan dalam proses fisiologi akan besar

pengaruhnya terhadap produksi tandan. Sehingga untuk mencapai produksi yang

optimum harus dilakukan penambahan pupuk N dan Mg. Kekurangan tersebut diduga

karena mobilitasnya tinggi atau dosis yang diberikan belum mencukupi untuk

mencapai produksi yang optimum.

Page 42: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

31

KESIMPULAN

Hasil penetapan kisaran kecukupan hara yang didasarkan pada variabel

produksi TBS adalah sebagai berikut : N berkisar dari 1.41 sampai 2.53, unsur P

berkisar dari 0.08 sampai 0.18, unsur K berkisar 0.86 sampai 1.86, unsur Ca berkisar

0.42 sampai 0.85, Mg berkisar dari 0.16 sampai 0.41, unsur Cu berkisar dari 4.1

sampai 26.2 dan untuk unsur Zn berkisar dari 21.67 sampai 45.65.

Hasil interpretasi menunjukan bahwa unsur N dan Mg ada dalam status

kurang, sedangkan unsur P, K, Ca dan Zn dalam status sedang dan untuk unsur Cu

ada pada status tinggi.

SARAN

1. Model ini masih perlu validasi dan verifikasi.

2. Untuk mengukur aplikasi kriteria pada setiap data dari zona tanah dan iklim yang

lebih luas.

Page 43: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

DAFTAR PUSATAKA

Brady, N. C. 1974. The Nature and Properties of Soils 8th ed. McMillan Publ. Co. Inc. New York.

Fauzi, Y., Y. E. Widiastuti, I. satyawibawa, dan R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Depok.

Jones JB Jr, B Wolf dan HA Mills. 1991. Plant analysis handbook a practical sampling, preparation, analysis, and interpretation guide. United States of America: Micro-macro Publising, Inc.

Leiwakabessy F.M. 1998. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Leiwakabessy F.M dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nelson, L. B. 1976. The Mineral Nutrition of Corn as Related to Its Growth and Culture. Advanced in Agronomy. Academic Press Inc. New York.

Pahan, I. 2007. Panduan Kelapa sawit. Penebar Swadaya. Jakarta

Sanchez, P.A. 1976. Properties and Management Soil in the Tropic. John Wiley and Sons. New York.

Sarief E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV Simplex. Jakarta.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 593 hal.

Suriatna, S. 1951. Pupuk dan Pemupukan. PT Melton Putra. Jakarta.

Tisdale, S.L. W. L. Nelson dan J.D. Beaton.1985. Soil Fertility and Fertilizers. Macmillan Publ. Co. Inc. New York.

Von Vexkull, H.R. 1982. Potassium Nutrition and Plant Disease. Proc. Int. Conf. PI. Prof. In Tropics.

Walworth, J.L., W.S. Letzsch, dan M.E. Sumner. 1986. use of boundary lines in

establishing diagnostic norm. Soil Sci. Am. J. 50: 123:128.

Page 44: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

33

33

Walworth, J. L., dan M.E. Sumner. 1987. The diagnosis and recommendation

intergrated system (dris). Adv. Soil.Sci 6 : 149-188.

Yahya S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit. Jurusan Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 45: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan
Page 46: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

Tabel Lampiran 1. Kadar Hara Tanaman Kelapa Sawit

Rataan Rataan Kadar HaraPanjang Pelepah

Luas Daun

Produksi BJRN P K Ca Mg Zn Cu

No Kebun Kode sample Umur

(cm) (m2) t/ha/thn kg % ppm1 Johan Sentosa B26-4-JS 14 603.17 12.21 34.59 21.63 2.22 0.11 1.02 0.6 0.21 46.68 14.742 Johan Sentosa B25-4-JS 14 580.60 12.13 27.89 21.42 1.46 0.13 1.1 0.56 0.2 19.85 23 Kebun Pantai Raya C1-KPR 13 551.50 7.50 19.02 14.13 1.94 0.11 1.19 0.49 0.31 41.32 12.154 Siberida 1 D 26 (ttk 6) 11 606.80 9.85 27.29 9.3 2.21 0.18 1.16 0.76 0.37 42.31 4.985 Siberida 1 D 26 (ttk 16) 11 586.60 9.55 27.29 13.15 2.21 0.14 1.09 0.7 0.34 42.91 4.816 Siberida 1 D 26 (ttk 26) 11 539.10 9.42 27.29 11.25 2.46 0.15 0.99 0.59 0.4 37.41 9.987 Agrita Sari Prima D 14/AG 10 308.50 11.55 15.00 1.46 0.11 0.92 0.65 0.31 44.38 9.868 Agrita Sari Prima D 10-AG 10 503.67 7.03 9.67 2.17 0.13 0.94 0.69 0.32 44.75 9.959 Agrita Sari Prima C18-AG 10 451.25 6.00 9.75 2.09 0.11 0.93 0.62 0.38 37.28 7.44

10 Agrita Sari Prima C24-AG 10 529.20 7.85 13.80 1.97 0.17 1.01 0.59 0.32 39.51 13.611 Agrita Sari Prima C38-AG 9 395.60 4.66 9.40 1.82 0.11 1.06 0.48 0.26 41.05 14.8412 Agrita Sari Prima F34-AG 10.5 449.60 6.48 9.00 1.85 0.13 1.18 0.62 0.37 22.41 9.9613 Agrita Sari Prima F30-AG 10.5 460.20 6.50 9.80 2.02 0.11 0.92 0.58 0.26 41.73 14.7314 Kali Agung Perkasa G2-KP 9 531.00 8.46 16.68 11.59 2.29 0.13 1.01 0.6 0.39 32.15 14.8415 Kali Agung Perkasa F1-KP 9 579.25 9.07 20.78 11.79 2.21 0.15 1.06 0.48 0.28 24.49 7.3516 Kali Agung Perkasa F3-KP 9 525.00 6.61 19.18 11.47 2.16 0.16 1.01 0.63 0.28 36.76 9.817 Siberida 1 D 27 11 502.40 7.82 28.15 8.20 2.34 0.14 1.19 0.6 0.38 29.79 16.2418 Siberida 3 D 27 11 435.20 8.95 28.15 14.40 2.09 0.14 0.99 0.6 0.32 29.18 76.319 Agrita Sari Prima E 2 7 453.20 8.36 8.00 2.22 0.1 0.95 0.59 0.26 34.64 7.4620 Agrita Sari Prima D 40 9.5 491.00 8.09 11.00 2.02 0.1 1.12 0.69 0.4 28.3 9.721 Agrita Sari Prima D 44 9 555.00 9.52 10.90 1.99 0.11 1.02 0.62 0.34 33.75 7.122 Agrita Sari Prima E 56/E 52 2 466.80 6.86 8.00 2.05 0.1 0.95 0.53 0.24 32.08 7.423 Agrita Sari Prima E 38 10 472.40 8.08 14.80 1.75 0.1 1.21 0.5 0.3 24.98 14.9924 Kali Agung Perkasa D 3 8 560.40 8.49 16.09 11.20 2.17 0.13 1.01 0.67 0.32 23.95 14.3725 Kali Agung Perkasa E 3 8 490.00 7.31 16.37 10.91 2.39 0.11 0.99 0.57 0.23 29.7 7.4326 Kali Agung Perkasa E 1 8 513.60 7.59 16.69 11.28 2.4 0.13 0.98 0.74 0.39 40.71 7.47

Page 47: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

35

27 Kebun Pantai Raya E 7/E 27 13 611.00 12.60 23.06 17.42 1.97 0.12 1.11 0.65 0.25 36.86 7.3728 Johan Sentosa B 26 14 611.60 13.54 34.59 21.63 2.48 0.11 0.96 0.62 0.24 43.48 2.4229 Johan Sentosa B 25 14 638.20 15.53 27.89 21.42 2.09 0.12 1.03 0.56 0.3 44.03 9.7830 Siberida E 26 I/SBD III 11 552.00 8.42 25.14 13.70 2.09 0.14 0.91 0.68 0.43 41.36 4.8731 Siberida E 26 II/SBD III 11 512.00 7.76 25.14 17.50 1.94 0.16 0.98 0.69 0.28 27.01 7.3732 Siberida E 26 III/SBD III 11 489.00 7.91 25.14 19.90 1.9 0.14 0.92 0.52 0.34 32.56 4.9433 Siberida E 27 I/SBD III 11 464.20 7.11 27.35 14.60 2.07 0.15 0.97 0.72 0.38 22.28 9.934 Siberida E 27 II/SBD III 11 505.60 8.48 27.35 16.00 1.94 0.11 0.94 0.63 0.28 19.8 7.3535 Agrita Sari Prima D 20/ASP 10 546.20 8.74 14.70 2.04 0.13 0.97 0.63 0.24 19.97 9.9936 Agrita Sari Prima E 16/ASP 9.5 543.40 8.76 8.30 1.9 0.11 0.94 0.6 0.23 42.22 12.4437 Agrita Sari Prima F 2/ASP 8 497.00 7.24 8.82 2.1 0.1 1.05 0.47 0.23 38.33 7.1938 Agrita Sari Prima F 6/ASP 8 506.60 6.61 6.56 2.21 0.12 0.92 0.69 0.31 19.55 9.7839 Agrita Sari Prima F 10/ASP 9 568.60 9.91 11.96 2.09 0.13 1.05 0.77 0.37 41.67 10.1240 Agrita Sari Prima F 14/ASP 9 526.60 8.07 10.14 2 0.17 0.96 0.65 0.31 38.95 9.7441 Agrita Sari Prima F 44/ASP 9 494.00 7.10 16.58 2.22 0.11 0.93 0.73 0.29 26.97 12.2642 Agrita Sari Prima F 48/ASP 8 472.60 6.00 13.96 2.84 0.11 1.12 0.4 0.24 29.75 9.2543 Kali Agung Perkasa G 9/KAP 5 538.40 8.91 7.79 8.90 2.22 0.12 0.97 0.65 0.45 43.71 14.5744 Kali Agung Perkasa G 8/KAP 8 517.40 9.96 20.63 10.80 2.36 0.13 0.98 0.63 0.34 43.69 9.7145 Kebun Pantai Raya C 5/KPR 13 584.00 8.91 24.77 16.34 1.56 0.07 1.12 0.41 0.21 36.46 4.8646 Kali Agung Perkasa I 5/KAP 5 459.00 7.24 11.83 8.35 2.19 0.13 0.94 0.4 0.42 38.7 14.5147 Kebun Pantai Raya C 3/KPR 13 612.60 0.00 19.11 14.17 1.83 0.13 1.36 0.54 0.3 34.15 9.7648 Kali Agung Perkasa H 6/KAP 9 498.40 8.15 15.89 12.09 2.24 0.12 1.02 0.72 0.39 21.61 14.4149 Johan Sentosa B 26/JS 14 595.80 13.34 34.59 21.63 1.85 0.12 0.89 0.69 0.28 37.18 2.4850 Kali Agung Perkasa H 8/KAP 8 477.40 8.47 14.07 10.20 1.99 0.14 0.92 0.41 0.42 21.73 7.2451 Kali Agung Perkasa H 9/KAP 5 449.00 5.48 10.80 8.01 1.94 0.14 0.96 0.6 0.27 41.55 14.7752 Agrita Sari Prima E 4/FK/ASP 8 571.60 7.36 14.20 2.07 0.13 1.08 0.6 0.36 37.53 8.0453 Agrita Sari Prima E 12/ASP 8.5 533.00 7.63 8.40 1.84 0.18 0.97 0.66 0.32 47.99 12.1454 Agrita Sari Prima B 24/ASP 9 393.20 3.79 6.20 2.05 0.11 0.86 0.59 0.31 39.43 14.8355 Agrita Sari Prima B 28/ASP 9.5 488.80 6.96 7.32 2.36 0.14 0.95 0.65 0.3 19.21 14.2656 Agrita Sari Prima B 32/ASP 9 445.20 6.06 8.76 1.75 0.07 0.96 0.5 0.28 29.41 12.2557 Agrita Sari Prima B 38/ASP 9 437.20 4.89 6.98 2.22 0.12 0.9 0.56 0.3 26.35 9.6158 Agrita Sari Prima C 38/ASP 9 410.40 5.26 7.36 1.82 0.11 1.06 0.48 0.26 41.05 14.84

Page 48: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

36

59 Agrita Sari Prima G 34/ASP 10 453.20 4.69 8.60 1.85 0.12 1.01 0.58 0.38 36.44 7.2960 Kali Agung Perkasa F 8/KAP 8 444.80 6.35 24.05 11.26 2.22 0.13 0.96 0.53 0.3 39.6 14.8561 Kali Agung Perkasa F 5/KAP 8 439.00 5.52 20.56 10.05 2 0.15 1.06 0.59 0.28 27.01 11.762 Kali Agung Perkasa F 7/KAP 8 426.00 5.03 22.12 10.10 2.16 0.13 1.04 0.6 0.24 19.33 12.0863 Kali Agung Perkasa I 3/KAP 5 495.40 7.37 13.40 8.79 2.09 0.11 0.98 0.45 0.3 34.81 7.1864 Kali Agung Perkasa I 1/KAP 5 456.00 6.39 15.88 8.30 2.33 0.14 1.02 0.72 0.35 32.42 14.9665 Kali Agung Perkasa H 1/KAP 9 518.00 9.40 20.27 12.40 1.88 0.1 0.98 0.35 0.24 32.16 9.5166 Kali Agung Perkasa H 3/KAP 9 490.00 7.12 17.56 11.59 2.29 0.1 1.04 0.7 0.3 31.58 9.7267 Johan Santoso B 26/JS 14 556.00 12.44 34.59 21.63 2.13 0.13 0.9 0.63 0.22 29.5 2.4668 Johan Santoso B 25/JS 14 560.00 11.36 27.89 21.42 2.16 0.12 0.94 0.53 0.26 26.88 2.4469 Kebun Pantai Raya D 1/KPR 13 578.00 9.43 26.38 17.13 2.25 0.12 0.98 0.7 0.3 45.7 2.4670 Kebun Pantai Raya D 3/KPR 13 525.00 7.94 27.22 17.15 1.97 0.14 0.93 0.54 0.31 27.11 7.33

71Siberida III KAT (pokok 6) E 24 11 520.40 8.97 32.53 12.50 2.18 0.12 0.9 0.54 0.35 28.58 14.56

72Siberida III KAT(pokok 16) E 24 11 490.60 7.64 32.53 18.14 2.24 0.14 0.95 0.57 0.46 41.98 4.95

73Siberida III KAT (pokok 26) E 24 11 509.20 7.96 32.53 14.60 2.46 0.15 0.99 0.59 0.4 37.41 9.98

74Siberida III KAT (pokok 36) E 25 11 504.60 7.58 32.22 14.20 2.04 0.15 1.16 0.6 0.43 29.06 12.11

75Siberida III KAT (pokok 46) E 25 11 514.40 8.34 32.22 13.70 2.05 0.11 0.96 0.52 0.2 19.87 2.48

76 WKN F-4 5 428.90 5.27 6.90 1.9 0.1 1.01 0.55 0.31 29.15 12.2477 WKN F-6 5 287.10 2.69 6.40 1.8 0.12 0.96 0.34 0.2 24.3 7.3678 WKN D-10 5 275.90 2.38 2.50 1.86 0.11 1.22 0.41 0.3 32.1 7.4179 WKN J8 5 182.10 1.62 1.92 0.12 0.98 0.49 0.31 21.77 14.5180 WKN G 4 5 455.80 4.67 2.17 0.11 0.94 0.52 0.31 28.75 11.9881 gamareksa BB 12 4 339 3.39 1,22 3.00 2.23 0.15 1.19 0.59 0.26 107.5 22.582 gamareksa BB 17 4 413 5.66 2,71 3.67 2.49 0.16 1.08 0.81 0.34 92.5 22.583 gamareksa CC 4 4 404 5 8,73 3.94 2.08 0.15 0.96 0.86 0.31 76.25 32.1884 gamareksa CC 8 4 354 3.94 1,77 3.31 2.23 0.17 1.24 0.58 0.3 26.22 102.585 gamareksa CC 11 4 399 5.66 3.04 2.18 0.15 1.06 0.58 0.25 153.75 22.586 gamareksa CC 12 4 377 4.65 19,74 2.60 2.19 0.14 1.13 0.69 0.25 130 23.75

Page 49: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

37

87 gamareksa CC 16 4 415 4.81 13,76 3.83 3.32 0.15 1.08 0.76 0.3 90 21.2588 gamareksa CC 19 4 422 4.21 17,51 3.70 2.11 0.15 0.88 0.73 0.3 96.25 18.7589 gamareksa CC 20 4 319 3.03 2.90 2.23 0.16 1.01 0.67 0.25 83.75 16.2590 gamareksa DD 11 4 313 3.26 2,09 2.40 2.03 0.15 0.92 0.85 0.3 112.5 26.2891 gamareksa DD 13 4 439 6.05 4,01 3.20 2.2 0.15 0.97 0.77 0.33 113.75 20.1192 gamareksa DD 15 4 317 3.81 1,7 2.45 2.08 0.15 0.88 0.89 0.35 130 23.893 gamareksa DD 18 4 430 6.15 4,2 3.46 2.1 0.14 0.87 0.89 0.29 110 21.4694 gamareksa DD 19 4 377 5.15 2,39 2.63 2.21 0.16 0.84 0.72 0.35 185 32.2695 Rejosari I 614 8 29,34 15.33 2.42 0.17 1.22 0.54 0.2396 Rejosari III 219 15 25,46 18.72 2.05 0.16 0.98 0.45 0.1697 Rejosari I 572 8 22,99 14.76 1.90 0.17 1.05 0.38 0.1598 Rejosari I 573 8 26,86 15.67 1.93 0.16 1.10 0.35 0.1699 Rejosari III 179 15 14,40 20.80 1.96 0.14 1.00 0.32 0.14100 Bekri II 699 10 15.05 1.60 0.16 0.95 0.58 0.16101 Bekri II 975 8 10.02 1.20 0.15 1.06 0.35 0.17102 Bekri II 698 10 14.58 1.90 0.16 1.14 0.54 0.21103 Bekri II 974 8 9.87 2.09 0.19 1.02 0.39 0.23104 Bekri III 423 16 18.69 1.79 0.18 0.88 0.48 0.20105 Bekri III 460 14 19.10 1.82 0.17 0.98 0.37 0.17106 Bekri III 500 14 18.96 2.63 0.16 0.89 0.55 0.18107 Bekri III 504 16 19.05 1.65 0.17 1.03 0.42 0.17108 Suli VII 1185 11 17.00 2.74 0.19 1.16 0.56 0.25109 Suli VIII 786 14 21.78 1.73 0.16 0.88 0.46 0.18110 Suli VIII 827 14 21.68 2.49 0.18 1.03 0.44 0.20111 Suli VIII 866 14 21.80 1.62 0.17 1.00 0.38 0.15112 Suli VIII 867 14 21.86 1.20 0.16 0.96 0.38 0.15113 Suli VIII 907 12 20.15 1.87 0.16 0.88 0.35 0.14114 Suli VIII 1226 11 17.02 1.99 0.15 0.97 0.29 0.16115 Bitung Krawo VIII 131 10 15.86 1.97 0.16 0.83 0.24 0.16116 Bitung Krawo IX 254 10 12.65 2.05 0.15 0.86 0.39 0.19117 Bitung Krawo X 376 10 5.82 1.77 0.17 0.83 0.43 0.32118 Bitung Krawo VIII 171 10 16.36 2.35 0.16 0.75 0.20 0.18

Page 50: PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan

38

119 Bitung Krawo VIII 211 10 15.87 2.03 0.16 0.80 0.50 0.36120 Bitung Krawo IX 294 10 12.98 1.81 0.16 0.98 0.32 0.18121 Bitung Krawo IX 334 10 13.20 2.50 0.15 1.05 0.19 0.16122 Bitung Krawo X 457 10 5.88 1.70 0.16 0.92 0.11 0.22