penentuan kadar vitamin c metode iodimetri

22
PENENTUAN KADAR VITAMIN C METODE IODIMETRI BAB V PEMBAHASAN Pada percobaan ini dilakukan analisis vitamin C dengan metode titrasi iodimetri. Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu minuman dengan berbagai merk, sampel yang digunakan kelompok tujuh yaitu sampel G. Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Vitamin C merupakan suplemen yang sangat penting bagi tubuh manusia dimana dianjurkan sebesar 30-60 mg per hari. Kegunaan dari vitamin C yaitu, sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting mulai dari pembuatan kolagen, pengangkut lemak, sampai dengan pengatur tingkat kolesterol. Kebutuhan untuk vitamin C adalah 60 mg/hari, tapi hal ini bervariasi pada setiap individu. Stres fisik seperti luka bakar, infeksi, keracunan logam berat, rokok, penggunaan terus-menerus obat-obatan tertentu (termasuk aspirin, obat tidur) meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C. Perokok membutuhkan vitamin C sekitar 100 mg/hari. Buah dan sayuran mengandung banyak

Upload: risca-dana-paramitha

Post on 29-Oct-2015

1.414 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

PENENTUAN KADAR VITAMIN C METODE IODIMETRI

BAB V

PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan analisis vitamin C dengan metode titrasi

iodimetri. Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu minuman dengan

berbagai merk, sampel yang digunakan kelompok tujuh yaitu sampel G. Vitamin

adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang

berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Vitamin C

merupakan suplemen yang sangat penting bagi tubuh manusia dimana dianjurkan

sebesar 30-60 mg per hari. Kegunaan dari vitamin C yaitu, sebagai senyawa utama

tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting mulai dari pembuatan kolagen,

pengangkut lemak, sampai dengan pengatur tingkat kolesterol.

            Kebutuhan untuk vitamin C adalah 60 mg/hari, tapi hal ini bervariasi pada

setiap individu. Stres fisik seperti luka bakar, infeksi, keracunan logam berat, rokok,

penggunaan terus-menerus obat-obatan tertentu (termasuk aspirin, obat tidur)

meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C. Perokok membutuhkan vitamin C

sekitar 100 mg/hari. Buah dan sayuran mengandung banyak vitamin C, akan tetapi

banyak persepsi orang yang salah berkaitan dengan sumber vitamin C dalam bentuk

alami.

Vitamin C mempunyai rumus C6H8C6 dalam bentuk murni merupakan kristal

putih, tak berwarna, tidak bau dan mencair pada suhu 190-1920C. Senyawa ini

bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Sifat yang paling utama dari

vitamin C adalah kemampuan mereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi yang

dikatalis oleh beberapa logam terutama Cu dan Ag (Patricia, 1983).

Penetapan vitamin C ini dilakukan dengan metode titrasi Iodimetri yaitu titrasi

dengan I2 sebagai titernya.

Page 2: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau

penetapan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan

sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide. Iodimetri

adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya. Dalam reaksi redoks harus selalu

ada oksidator dan reduktor , sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya

(melepaskan electron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya

berkurang atau turun (menangkap electron). Jadi, tidak mungkin hanya ada oksidator

saja ataupun reduktor saja (Wiryawan dkk, 2008)..Dalam metode analisis ini, sampel

dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida :

A ( Reduktor ) + I2 → A ( Teroksidasi ) + 2 I-

Sampel sebanyak 10 g dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan asam oksalat

5% sampai tanda batas. Kemudian larutan dikocok agar homogen dan disaring, filtrat

yang dihasilkan dititrasi dengan I2 0,02N. Iodium merupakan oksidator lemah,

sehingga hanyaz at-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi.I ndikator

yang digunakan yaitu amilum sebanyak 2 mL dan akan memberikan warna biru pada

titik akhir titrasi. Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran,

perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan

indikator amilum/kanji (Basset, 1994).

I 2 + 2 e- → 2 I -

Iod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) pada suhu

250C, namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodium

membentuk kompleks triiodida dengan iodida :

I 2 + I - → I 3-

Page 3: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

Larutan standar iodium harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah

peruraian HIO oleh cahaya matahari:

2HIO →2 H+ + 2 I- +O2 (g)

(Septyaningrum, 2009)

Larutan iodium merupakan larutan yang tidak stabil, sehingga perlu

distandarisasi berulang kali. Sebagai Oksidator lemah, iod tidak dapat bereaksi terlalu

sempurna, karena itu harus dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan kearah

hasil reaksi antara lain dengan mengatur pH atau dengan menambahkan bahan

pengkompleks. Untuk pengaturan pH ini, ditambahkan asam oksalat H2C2O4,

sehingga sampel dalam suasana asam. Larutan iod distandardisasi dengan larutan

Na2S2O3, standarisasi bertujuan utuk mendapatkan konsentrasi iod dengan tepat

(Septyaningrum, 2009).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodimetri, antara lain :

         pembuatan larutan

         penyimpanan larutan

         Jumlah indicator, dan

         ketelitian dalam melakukan titrasi, yaitu dalam menentukan titik akhir dan

pembacaan skala pada buret

Penentuan Titik Akhir Titrasi

Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indicator dimana titik

akhir titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua.

Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unti-unit glukosa membentuk

rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini

menybabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat

masuk ke dalam spiralnya., sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks

tersebut. Warna biru akan terlihat bila konsentrasi ios 2 X 10-5M. Sensitivitas

warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum

mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir

reaksi (Khopkar, 2002).  

Reaksi pada penentuan Vitamin C dengan iodimetri:

Page 4: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

H2S + I2→ S + 2I- + 2H+

SO32- + I2 + H2O → SO4

2- + 2I- + 2H+

Sn2+ + I2 →Sn4+ + 2IH2

AsO3 + I2 + H2O -> HAsO42- + 2I- + 3H+

(Underwood, 2002).

Dari hasil percobaan, volume yang dibutuhkan pada titrasi blanko adalah 0,08

mL. Sedangkan volume titer yang dibutuhkan pada sampel G sebanyak 0,10 mL.

Titik akhir ditandai

dengan perubahan warna dari kuning menjadi biru. Sehingga kadar vitamin C yang

diperoleh pada sampel G adalah 17,54 X 10-6% Vit C.   Kadar Vitamin C yang

terbesar terdapat pada sampel F yaitu 149,4 X 10-6%  Vit C.

Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti:

1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak atau berbahayanya struktur.

2. Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu .

3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan

4. Membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang

tidak reversible (Poedjiadi, 1994).

Page 5: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

BAB VI

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh:

         Penentuan kadar  vitamin C dilakukan dengan metode titrasi iodimetri.

         Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya.

         Kadar Vitamin C pada sampel G yaitu 17,54 X 10-6% Vit C.

         Kadar Vitamin C yang terbesar terdapat pada sampel F yaitu 149,4 X 10-6% Vit C.

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press.Jakarta.

Basset.J etc. 1994.Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Day RA. Jr dan Al Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.

Erlangga. Jakarta.

Page 6: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.

Khopkar, S, M., 2002, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI-Press.

http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/2012/02/penentuan-kadar-vitamin-c-metode.html

PENENTUAN KADAR VITAMIN C

diposting oleh w-afif-mufida-fk12 pada 12 December 2012

di Love Kimia Love Chemistry - 1 komentar

Tujuan Percobaan

Menentukan kadar vitamin C dalam sampel dengan cara titrasi

Landasan Teori

Vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia yang bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam air itu suatu amina yang sangat vital, dan dari kata tersebut lahirlah kata vitamine yang kemudian diganti dengan kata vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak termasuk dalam golongan protein, karbohidrat maupun lemak, peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan. Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat okeh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi (Winarno, 2004 ).

Vitamin merupakan molekul polar yang larut dalam air, maupun molekul nonpolar yang larut dalam pelarut lemak. Kebanyakan vitamin yang larut dalam air bertindak sebagi batu bangunan oleh koenzim, contoh asam askorbat (vitamin C) sebagai gizi diperlukan bagi hewan menyusui tingkat tinggi dan normal. Vitamin C adalah vital dalam pembentukan dari kolagen protein struktural (Thenawijaya, 1982).Dalam larutan air, vitamin C mudah dioksidasi terutama bila dipanaskan,oksidasi di

Page 7: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

percepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin C sering terjadi dalam pengolahan, pengeringan dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan sel-sel intra seluler,kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh dalam jaringan ikat, rangka, matriks,dll. Vitamin C berperan penting dalam/hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksi lisin.Vitamin C berperan penting dalam menghambat reaksi-reaksi oksidasi dalam tubuh yang berlebihan dengan bertidak sebagai inkubator. Tampaknya vitamin C merupakan vitamin vitamin yang esensial untuk memelihara fungsi normal semua unit sel termasuk struktur-struktur subsel sepertiribosom dan mitokondria (Poedjiadi, 2008).

Adanya asam askorbat makanan, membantu penyerapan besi dalam intestin, karena besi makanan umumnya berbentukion ferri, sedangkan besi diserap berbentukion ferro, dalam tubuh asam askorbat diubah menjadi asam oksalat, asam oksalat di ekskresi oleh ginjal (Hardjasamita, 1991).

Kebutuhan vitamin C bagi setiap orang berbeda-beda tergantung pada kebiasaan hidup masing-masing. Faktor yang berpengaruh biasanya adalah merokok, minum kopi, konsumsi obat tertentu, anti biotik tetraksilin, anti atritis, obat tidur, kontrasepsi oral. Kebiasaan merokok menghilangkan 25 % vitamin C dalam darah, selain nikotin vitamin dipengaruhi oleh kavein (Wikipedia, 2010).

Penentuan vitamin C dapat dilakukan dengan titrasi iodimetri. Hal ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan iodin. Indikator yang digunakan yaitu amilum. Akhir titrasi ditandai dengan terjadinya warna biru dari iod-amilum. Perhitungan kadar vitamin C dengan standarisasi larutan iodin yaitu tiap 1 mL 0,01 N iodin ekivalen dengan 0,88 mg asam askorbat. Cara lain dalam penentuan vitamin C adalah dengan 2,6 D (2,6 Dikloro fenol indofenol). Asam askorbat dapat direduksi 2,6 D dalam suasana netral atau basa akan berwarna merah muda. Apabila 2,6 D direduksi oleh asam askorbat maka menjadi tak berwarna , dan bila semua asam askorbat telah mereduksi 2,6 D, maka kelebihan 2,6 D sedikit saja akan terlihat dengan terjadinya pewarnaan (Lehninger, 1982). 

Alat dan BahanAlatBuret 50 mLStatif dan klemCorong biasaNeraca digitalGelas kimia 600 mL

Page 8: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

Pipet tetesPembakar spritusMortar dan aluKaki tiga dan kasa asbesGelas ukur 10 mLPipet ukur 5 ml dan 10 mLLabu erlenmeyer bertutup asa 250 ml 3 buahLabu erlenmeyer 250 ml 3 buahBahanTablet vitamin CH2SO4 2 NLarutan iod 0,1 NAquadestAmilum 2 %Larutan Na2S2O3 0,1 NKorek apiTissue 

Prosedur KerjaBlangkoMenambahkan 5 ml H2SO4 2 N dalam 10 ml H2O pada labu erlenmeyer.Menambahkan 10 ml larutan iod 0,1 N.Menambahkan beberapa tetes indikator amilum.Menitrasi larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan bening.Mengulangi langkah 1-4 sebanyak 3 kali. Sampel Menghaluskan beberapa butir vitamin CMenimbang 0,3 g vitamin C yang halusMelarutkan vitamin C tersebut dengan 10 ml aquadest dan segera menambahkannya dengan 5 ml H2SO4 2 NMenambahkan 10 ml larutab iod 0,1 N dengan beberapa tetes amilum.Menitrasi larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan menjadi warna kuning kembali (warna larutan menjadi kuning).Melakukan langkah 2-5 sebanyak 3 kali.

Hasil PengamatanSampel larutan kuning + 5 ml H2SO4 2 N0,3 g vitamin C + 10 ml H2O coklat dititrasi larutan kuning larutan coklat + amilum Larutan kuning + 10 mL iod 0,1 N

Titrasi Volume Na2S2O3 0,1 N (ml)1 7,92 9,83 8,7

Page 9: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

Blangko 10 larutan bening + 10 mL iod 0,1 N larutanml H2O + 5 ml H2SO4 2 N larutan coklat dititrasi larutan bening.coklat + amilum larutan titrasi Volume Na2S2O3 0,1 N (ml)1 11,72 12,03 11,6

Analisis DataDik : N Na2S2O3 = 0,1 NV Na2S2O3 sampel = 8,8 mlV Na2S2O3 blangko =11,77 mlMM vit C =176 mg/mmolDit : m Vitamin C =........?Kadar vit C =........?PenyelesaianN = (m ekiv)/VN = (m vit C ×ekivalen Na2S2O3 )/(Mm vit C ×V Na2S2O3 )= (0,1 N ×176 mg/mmol×1ml)/(2 ekivalen) =8,8 mgJadi, 1 ml Na2S2O3 0,1 N ≈ 8,8 mg vitamin C 

Kadar vitamin CKadar = (m vit C)/(m sampel) ×100%= (26,14 mg)/(300 mg) ×100%=8,71 %

PembahasanPercobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C dalam sampel untuk mempercepat proses pelarutan vitamin C dalam air, maka sampel tersebut harus digerus sehingga permukaan bidang sentuhnya besar. Adapun air digunakan sebagai pelarut karena vitamin C mudah larut didalamnya, untuk menghindari oksidasi dengan cahaya vitamin C dimasukkan dan dilarutkandalam erlenmeyer tertutup. Hal ini karena vitamin C mudah teroksidasioleh cahaya,namun vitamin C yang terdapat dalam labu tersebut masuh memungkinkan untuk teroksidasi sehingga ditambahkan dengan asam sulfat pekat.Selain itu,asam tersebut juga berfungsiuntuk memberi suasana asam karena proses oksidasi vitamin C pada suasana tersebut dapat maksimal.Dalam penentuan kadar vitamin C larutan sampel ditambahkan dengan iod oleh karena itu titrasi yang digunakan yaitu titrasi iodometrikarena pad aanalit langsung terdapat iod. Iodium mengoksidasi vitamin C ekivalen dengan jumlah total vitamin C yang terdapatdalam sampel. Reaksinya yaitu:

H2SO4

Page 10: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

+ I2 + 2HI

Vitamin C 

Vitamin C yang terdapat dalam sampel tersebut habis teroksidasi, sedangkan kelebihan iodium dititrasi dengan Na2S2O3. Untuk mempertajam perubahan warna saat mencapai titik ekivalenmaka ditambahkan dengan indikator amilum.Titrasi dilakukan hingga analit berubah menjadi warna kuning kembali yang menandakan bahwa semua iodium yang bersisa telah habis bereaksi. Reaksinya :Reduksi : 2e + I2 2 I-Oksidasi : 2S2O32- S4O62- + 2e-I2 + 2S2O32- 2 I- + S4O62-Reaksi lengkapnya adalah :I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6Untuk menentukan konsentrasi I2 total maka digunakan blangko. Blangko memerlukan volume titran yang lebih besar dibandingkan sampel. Hal ini karena pada blangko semua I2 nya tereduksi oleh Na2S2O3 sedangkan pada sampel I2 selain direduksi oleh Na2S2O3 juga direduksi oleh vitamin C (asam askorbat).Dari analisis data diperoleh massa vitamin C sebesar 26,14 mg sehingga kadarnya 8,71% artinya dalam 100 mg sampel terdapat 8,71 mg vitamin C. Adapun hal yang mempengaruhi apabila kadar tersebut tidak sesuai dengan yang sebenarnya yaitu ketidak akuratan dalam mengamati. Perubahan warna sampel dari coklat menjadi kuning (terjadi titik ekivalen) saat titrasi.selain itu dapat pula disebabkan oleh adanya sebagian vitamin C yang teroksidasi oleh udara saat penggerusan dan penimbangan. Namun, kadar vitamin C yang terkandung dalam sampel tidak akan mencapai 100% . Halini karena pada tablet tersebut juga mengandung zat-zat lain selain vitamin C. 

Kesimpulan dan SaranKesimpulanKadar vitamin C yang diperoleh pada sampel dalam percobaan ini yaitu 8,71%

SaranDiharapkan agar proses penggerusan sampel dilakukan secepat mungkin untuk menghindari terjadinya oksidasi vitamin C oleh cahaya.

http://w-afif-mufida-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-68240-Love%20Kimia%20Love

%20Chemistry-PENENTUAN%20KADAR%20VITAMIN%20C.html

Page 11: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

BAB V PEMBAHASAN

            Vitamin c atau yang dikenal sebagai asam askorbat

(H2C6H6O6) dapat ditentukan konsentrasinya  dalam larutan dengan

Page 12: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

metode titrasi Iodometri karena sifat vitamin c yang mudah

teroksidasi oleh iodin menjadi asam dehidroaskorbat (C6H5O6). 

Gambar.1 Reaksi Asam Askorbat dengan Iodium

Pada suasana asam (pH sekitar 2) reaks tersebut berlangsung

cukup cepat sehingga bisa diaplikasikan untuk analisis. Larutan

standar iodin dan pati (amilum) sebagai indikator dapat digunakan

untuk titrasi penentuan kadar asam askorbat dalam suatu sampel

dengan cara Titrasi Redoks (Reduksi Oksidasi) dengan metode

Iodometri. Prinsip yang digunakan dalam reaksi yang terlibat adalah

reaksi redoks.

            Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia

dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi

disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh

elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung

mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor,

atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi.

Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling

mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator – reduktor

mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja.

(Khopkar,2003) Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan

reduktor.  Namun demikian, oksidator dapat ditentukan dengan

reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator

adalah Kalium Iodida, ion titanium (III), ion besi (II), dan ion

vanadium (II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium

sebagai peniter disebut Iodimetri, sedangkan yang menggunakan

larutan iodida sebagai peniter disebut Iodometri. (Rivai, 1995)

Page 13: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

            Pada titrasi Iodimetri, dasar penentuan jumlah/kadar ion

atau unsur tertentu dalam cuplikan adalah jumlah I2 yang dapat

direduksinya. Jadi pada Iodimetri, larutan bakunya adalah larutan I2.

            I2 atau Iodium adalah zat padat yang sangat mudah

menguap dan agak sukar larut dalam air. Kelarutan I2 dalam air =

0,335 gram dan larutan jenuh ini terlalu encer sehingga dapat

digunakan sebagai larutan baku. I2 ternyata jauh lebih mudah larut

dalam larutan KI dan ini disebabkan oleh terjadinya :

I2 + I- ↔ I3-

Karena itu larutan baku I2 dibuat dengan melarutkan I2 dalam

larutan KI. Sebagai pengoksid larutan I2 yang sebenarnya adalah

larutan I3- yang akan mengalami reaksi reduksi :

I3- + 2e- ↔ 3I-

Reaksi ini dapat dianggap sebagai reaksi reduksi larutan I2 dalam KI

tetap ditulis, agar lebih sederhana, sebagai reaksi reduksi terhadap

I2 saja. Meskipun demikian masih ada satu hal lagi yang perlu

diperhatikan, yaitu tentang harga E0 atau potensial elektroda

standarnya. Menurut tabel, untuk reaksi :

I2 + 2e- ↔ 2I- harga E0 = 0,5345 Volt

Padahal reaksi reduksi terhadap larutan I2 dalam KI meskipun ditulis

dengan reaksi yang sama sperti pada reaksi tertulis ditabel, reaksi

yang sebenarnya bukan ini. Jadi harga E0 nya juga harus berbeda

dengan apa yang tercantum pada tabel. Menurut penelitian harga

E0 untuk reaksi reduksi terhadap larutan I2 dalam KI = 0,5355 volt.

Jadi pada Iodimetri, secara teoritis, ion-ion yang dapat ditentukan

kadarnya adalah ion bentuk tereduksi yang mempunyai potensial

yang agak lebih kecil dari 0,5355 volt. Maka ion-ion yang dapat

ditentukan dengan titrasi metode ini adalah ion Fe(CN)64-, Cu+, Sn2+,

Page 14: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

Ti3+, dan ion-ion bentuk tereduksi yang berpotensial elektroda lebih

kecil dari 0,5355 volt.

            Titrasi pada Iodimetri tidak menggunakan indikator, tetapi

karena warnanya dalam keadaan encer sangat lemah, maka pada

titrasi ini diperlukan indikator. Indikator yang digunakan adalah

larutan kanji (amilum). Kanji atau amilum dengan I2 akan beraksi

dan reaksinya adalah reaksi yang dapat balik :

I2 + amilum ↔ Kompleks Iod-amilum Biru Tua

Kompleks iod amilum ini adalah senyawa yang agak sukar larut

dalam air sehingga pada reaksi ini I2 tinggi, kesetimbangan akan

terletak jauh depan. Akibatnya pada titrasi I2 “hilang” karena

tereduksi, kesetimbangan tidak segera kembali bergeser ke arah

kiri, warna komplek Iod amilum agak sukar hilang. Pada Iodimetri

penggunaan indikator ini, karena setiap saat sepanjang titrasi I2

dalam larutan reaksi kecil bahkan sebelum TE dicapai prkatis = 0,

maka larutan indikator dapat ditambahkan dari sejak awal titrasi

artinya larutan indikator ditambahkan sebelum titrasi dimulai.

Sedangkan pada titrasi Iodometri, karena I2 diawal titrasi sangat

besar, maka larutan indikator tidak dapat ditambahkan diawal

titrasi. Larutan indikator ditambahkan pada saat menjelang TE

dicapai, yaitu pada saat I2 cukup kecil.

(Sudjana, 1972)

            Setelah titrasi siap untuk dilakukan, buret yang digunakan

pada titrasi ini adalah buret yang berwarna coklat. Hal ini

dikarenakan I2 mudah terurai oleh cahaya. Larutan I2 diisikan pada

buret coklat yang sebelumnya telah dibilas dengan akudes

kemudian dibilas dengan menggunakan larutan I2. Tujuan

pembilasan yaitu agar mengkondisikan buret dengan larutan I2 dan

juga untuk menghilangkan sisa-sisa akudes hasil pembilasan

Page 15: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

dengan akuades. Karena apabila masih terdapat akuadest didalam

buret, dikhawatirkan konsentrasi I2 yang sudah ditetapkan

konsentrasinya akan berubah menjadi encer. Titrasi dilakukan

dengan cepat tetapi tidak terlalu cepat. Hal ini disebabkan I2 sangat

mudah menguap, titrasipun dilakukan dengan tidak terlalu cepat

agar Iodium yang terbentuk tidak terbuang/terusir karena gerakan

yang cepat akibat putaran yang terlalu berlebihan dari titrasi yang

terlalu cepat. Titrasi dihentikan ketika TA dicapai yaitu sampai

warna larutan berubah menjadi biru tua.

Gambar.2 Perubahan Warna yang Terjadi Pada Saat Titrasi

 

Titrasi dilakukan duplo (2 kali), agar mendapatkan volume

rata-rata yang dapat meminimalisasi kesalahan pada titrasi. Setelah

dilakukan perhitungan pada sampel H, didapatkan kadar vitamin c

pada sampel adalah 8,10 x 10-6 %. Kadar vitamin c yang didapat pada

sampel tersebut berbeda dari komposisi yang tertera pada label

produk sampel, yaitu kandungan vitamin c nya adalah 20%. Hal ini

disebabkan karena :

                     Kesalahan pada saat pelarutan. Sampel vitamin c yang digerus

kurang halus, sehingga pada saat pelarutan, sampel tidak terlarut

dengan sempurna. Selain itu proses pelarutan tidak menggunakan

batang pengaduk tetapi menggunakan spatula. Hal tersebut

mengakibatkan sampel yang sudah terukur ketika proses

penimbangan akan menjadi berkurang, karena pada proses

Page 16: Penentuan Kadar Vitamin c Metode Iodimetri

penyaringan bagian sampel yang masih kasar tidak lolos atau tidak

tersaring.

                     Proses titrasi terlalu lambat, sehingga memungkinkan adanya

Iodium (I2) yang menguap, yang menyebabkan  jumlah iodium

berkurang dari yang seharusnya. Hal tersebut dapat berakibat pada

kesalahan dalam pengamatan dan perhitungan.

                     Vitamin C yang terkandung di dalam sampel tidak hanya mengandung vitamin

C, tetapi juga mengandung karbohidrat (pati) yang berfungsi sebagai pemadat. Oleh

karena itu, tidak mengandung 100%  vitamin C. Kandungan vitamin C juga akan

semakin menurun jika  terlalu lama disimpan.

                     Vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun

udara sekitar sehingga kadar vitamin C berkurang (Helmiyesi et al, 2008). Proses

kerusakan atau penurunan vitamin C ini disebut oksidasi.