penentuan dimensi vertikal dan relasi sentrik(1)

26
Penentuan Dimensi Vertikal dan Relasi Sentrik pada Complete Denture dan Single Denture Oleh, Aulina Refri Rahmi 1210342010 Dosen : drg. Eni Rahmi, Sp. Prost

Upload: aulina-refri-rahmi

Post on 16-Jan-2016

705 views

Category:

Documents


111 download

DESCRIPTION

Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

TRANSCRIPT

Page 1: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

Penentuan Dimensi Vertikal dan Relasi Sentrik

pada Complete Denture dan Single Denture

Oleh,

Aulina Refri Rahmi

1210342010

Dosen : drg. Eni Rahmi, Sp. Prost

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Andalas

Page 2: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

Kata Pengantar

Puji Syukur kita ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah-Nya

penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan paper ini hingga bisa tersusun dengan

baik.

Paper ini saya susun berdasarkan pengetahuan yang saya peroleh dari beberapa buku dan

media elektronik dengan harapan orang yang membaca dapat memahami tentang pengertian dan

metode pengukuran dimensi vertical serta relasi sentrik pada kasus single denture dan complete

denture.

Akhirnya, saya menyadari bahwa dalam penyusunan paper ini jauh dari sempurna, baik dari

segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun, khususnya kepada dosen pembimbing untuk meminta

masukannya demi perbaikan pembuatan paper saya di masa yang akan datang dan

mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Padang, April 2015

Penulis

1

Page 3: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

1. Penentuan Dimensi Vertikal pada Single dan Complete Denture

1.1 Pengertian Dimensi Vertikal

Dimensi Vertikal (DV) berdasarkan The Glossary of Prosthodontics Terms adalah jarak

antara 2 titik anatomis (biasanya satu pada ujung hidung dan satu lagi pada dagu, satu pada

jaringan tidak bergerak dan satu lagi pada bagian bawah wajah atau dagu) diukur ketika

mandibular dalam posisi istirahat fisiologis. Penetapan dimensi vertical sangat penting dalam

pembuatan gigi tiruan lepas, tidak hanya untuk mendapatkan keadaan oklusi yang harmonis,

tetapi juga untuk kenyamanan dan estetika pasien. Apabila dimensi vertical tidak diukur secara

tepat akibatnya adalah pasien akan kehilangan efisiensi pengunyahan, kerusakan pada residual

ridge, dan sendi temporomandibular. Apabila dimensi vertical yang ditetapkan terlalu kecil,

maka efisiensi pengunyahan akan terganggu, terkadang disertai dengan adanya perubahan

penampilan dan kemungkinan adanya gejala-gejal pada sendi temporomandibular.

Terdapat 2 macam dimensi vertical yaitu, dimensi vertical fisiologis (DVF) dan dimensi

vertical oklusal (DVO). Dimensi vertical fisiologis (DVF) adalah jarak antara 2 titik (satu bagian

tengah wajah atau hidung, dan satu lagi pada bagian bawah wajah atau dagu) diukur ketika

mandibula dalam posisi istirahat fisiologis. Posisi istirahat fisiologis diartikan posisi rahang

bawah saat otot elevator dan depressor (otot membuka, menutup, dan memajukan mandibular)

dalam keadaan istirahat/fisiologis, tonus seimbang, dan kondilus dalam kedudukan fileks dalam

fosa glenoid. Dimensi vertical oklusi (DVO) adalah jarak antara 2 titik ketika kontak oklusi.

Pada saat DVF, gigi geligi rahang atas dan bawah tidak berkontak, sedangkan bibir atas dan

bawah dalam keadaan berkontal ringan. Pada saat DVO, gigi-gigi atas dan bawah berkontak

maksimum, bibir atas dan bawah berkontak wajar. Kedua DV ini dipengaruhi oleh perubahan

akibat kehilangan gigi dan jaringan pendukungnya. Penentuan DVF seringkali sulit dilakukan,

sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam pembuatan gigi tiruan. Untuk mengurangi

terjadinya kesalahan,tindakan pertama adalah memposisikan pasien dalam keadaan rileks. Maka

DVF dinyatakan merupakan titik awal penentuan DVO. Selisih antara dimensi vertical saat gigi

geligi beroklusi dan dimensi vertical saat mandibular dalam keadaan istirahat disebut freewat

space. Range dari freeway space berkisar antara 2-4 mm.

2

Page 4: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

Posisi kepala pada saat menghitung DVF sangat penting karena DVF didapat pada saat

beberapa otot besar pada kepala dan leher berada pada posisi keseimbangan tonis. Kepala yang

tidak didukung oleh sandaran kepala, harus tegak lurus dengan garis Frankfort Plane (FP). Garis

FP adalah garis yang meluas dari titik terendah tepi orbitale dan titik tertinggi tepi eksternal

auditory meatus. Pada saat menghitung DVF, garis FP berada parallel dengan lantai. Penetapan

DV dilakukan berpedoman pada kombinasi antara estetik, fungsional, dan kenyamanan pasien,

yang diperoleh berdasarkan pengamatan posisi istirahat pasien (DVF) dan saat beroklusi (DVO).

1.2 Metode Pengukuran Dimensi Vertikal pada Single dan Complete Denture

a. Pengukuran dimensi vertikal pada pasien dengan Complete Denture

Pada kasus pasien dengan complete denture terdapat rumus dari pengukuran dimensi

vertical oklusi yaitu :

DV biasanya ditentukan dengan berbagai macam parameter wajah karena tidak adanya

metode atau cara yang menentukan secara akurat. Salah satu caranya yaitu dengan menentukan

DV istirahat paada beberapa pasien dan diperkirakan jaraknya 2-3 mm dari DV istirahat. Posisi

DV istirahat merupakan keadaan pada kepala dalam kondisi tegak lurus dan otot seimbang.

3

DVO = PRS – Freeway Space

DVO = Dimensi vertical pada saat oklusi

PRS = Pyshiological rest position

Page 5: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

Ada beberapa cara untuk mengukur atau menentukan DVO antara lain secara langsung

maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung berarti dilakukan langsung pada wajah atau

mulut pasien. Yang termasuk dalam pengukuran DVO cara langsung adalah pengukuran wajah,

swallowing (penelanan), metode fonetik, metode taktil dan rumus Hayakawa. Secara langsung :

1. Pengukuran wajah

Pengukuran wajah dapat digunakan untuk mengukur DVO dari pasien yang tidak bergigi.

Pengukuran ini umumnya dilakukan dengan alat ukur jangan sorong. Goodfriend dan kemudian

Willis yang mempopulerkan teknik pengukuran DVF bahwa jarak dari pupil mata ke sudut bibir

adalah sama dengan jarak dari dasar hidung ke ujung dagu. Tiga pengukuran wajah yang

dianggap konstan selama hidup, yaitu : jarak dari tengah pupil mata ke garis yang ditarik dari

sudut bibir, jarak dari Glabella ke subnasion, dan jarak antara sudut mulut ketika bibir istirahat.

Dua dari tiga pengukuran ini akan sama dan terkadang ketiganya akan sama satu sama lain.

Metode yang sering digunakan di klinik adalah metode 2 titik. Pasien dengan posisi

kepala tegak dan rileks di dental chair kemudian tetapkan 2 titik pengukuran pada garis tengah

wajah. Satu pada hidung dan satu lagi pada dagu. Titik ini dipilih pada daerah yang tidak mudah

bergerak akibat otot ekspresi. Alat yang digunakan pada metode pengukuran 2 titik adalah

jangka sorong dan Willis bite gange, karena mempunyai skala yang cocok. Walaupun

berdasarkan hasil penelitian Geerts GA, et al (2004), dinyatakan, bahwa pengukuran dengan

jangka lebih akurat daripa dengan Willis bite gange.

2. Swallowing (Penelanan)

Pada cara ini, pasien diinstruksikan melakukan gerakan menelan dengan rileks sampai

didapat garis dari bibir atas ke ujung dagu yang segaris dengan median wajah. Posisi tersebut

4

Metode Willis, jarak sudut mata ke komisura bibir = jarak dasar hidung ke ujung dagu

Page 6: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

diukur sebagai DVF. Posisi pasien dalam keadaan ala-tragul line sejajar dengan lantai. Namun

prosedur ini sangat dipengaruhi temperature wax, kuantitas dan tekanan kunyah.

Instruksikan pasien untuk rileks. Tentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan ujung

dagu pasien. Intruksikan pasien untuk melakukan gerakan fungsional seperti menelan atau

membasahi bibir. Instruksikan pasien untuk merilekskan bahunya agar otot supra dan infrahyoid

ikut rileks

Ketika pasien telah menelan atau membasahi bibirnya, maka mandibular akan berada

pada posisi istirahat fisiologis sebelum bergeser ke posisi habitual rest, ukur secepatnya ketika

mandibular masih berada pada posisi istirahat fisiologis.

3. Metode Fonetik

Pengukuran ini berdasarkan closest speaking distance yaitu pada saat menghasilkan suara

‘ss’ atau ‘sh’, tidak adak kontak antar gigi. Posisi ini digunakan sebagai panduan memprediksi

DVO. Cara lain yang merupakan pengembangan metode ini adalah dengan pengucapan huruf

‘mmm’ sampai didapat kontak bibir atas dan bibir bawah dalam keadaan rileks. Penggunaan

5

Page 7: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

closest speaking distance adalah dianggap paling akurat, mudah, dan praktis untuk mendapatkan

DVO.

4. Metode Taktil

Tentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan ujung dagu. Instruksikan pasien untuk

membuka mulutnya lebar lebar hingga merasa ada rasa tidak nyaman pada ototnya. Instruksikan

pasien untuk menutup mulutnya secara perlahan dan segera berhenti ketika merasa ototnya telah

rileks dan nyaman kembali. Hitung jarak dari titik acuan, bandingkan dengan hasil pengukuran

menggunakan metode menelan dan membasahi bibir, karena metode ini dapat bervariasi antar

individu karena persepsi rileks yang relatif, oleh sebab itu metode ini memerlukan perbandingan.

5. Rumus Hayakawa

Pengukuran DVF secara tidak langsung dapat dengan rumus yang telah dikemukakan oleh

Hayakawa (1999), melalui pengukuran beberapa titik referensi pada wajah dan tangan, serta

disesuaikan dengan jenis kelamin pasien dan profil wajah pasien. Jika dimasukkan ke dalam

rumus Hayakawa maka akan di dapatkan besar DVF tersebut. Alat yang digunakan adalah alat

modifikasi Hayakawa dengan menggunakan lembaran plastic millimeter dan standar penahan

dagu.

Sn = Subnasion (tepi inferior hidung)

Gn = Gnation (titik inferior dagu)

P = Pupil point (pupil mata)

Nilai Jenis kelamin :

Perempuan = 0

Laki-laki = 1

P-P = Jarak antar pupil

6

Sn-Gn= 36,653 + 4,576 (jenis kelamin) + 0,46 (p-p)

Page 8: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

Cara pengkuran DVF secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan foto

(foto sefalo, foto lama pasien, dan foto digital), antara lain :

1. Pengukuran DVF dengan foto sefalo dan foto lama pasien

Foto tersebut diambil pada saat pasien dalam posisi istirahat fisiologis. Foto sefalo dapat

digunakan untuk pengukuran DVF, walapun lebih dari satu foto sefalo terkadang diperlukan

untuk mencari posisi rahang yang tepat. Jarak DVF yang diukur pada foto sefalo adalah jarak

antara nasion ke menton. Foto sefalo dapat digunakan sebagai data penunjang untuk perawatan

terutama pada bagian sepertiga bawah wajah.

Foto profil atau foto sefalo dibuat dengan posisi kepala lurus ke depan sepanjang outline

profil yang dievaluasi. Pada posisi kepala yang lurus dengan visual axis diambil dari panduan

7

Titik Nasion ke Menton pada foto sefalo

Page 9: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

bidang horizontal pada analisa proporsi (AP). Sumbu tersebut dapat diperkirakan sejajar dengan

Frankfort horizontal plane (FHP). Dianjurkan untuk menggunakan foto lama dari pasien dan

membandingkan jarak interpupil dan jarak alis ke dagu dari foto lama tersebut dengan kondisi

pasien pada saat pemeriksaan.

2. Pengukuran DVF melalui foto digital

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kamera foto digital dengan jarak pemotretan 56 cm

antara ujung hidung subyek dengan lensa kamera dengan ketinggian 112 cm pada tripod.

Dilakukan pengukuran dari jarak sudut mata ke sudut bibir dan jarak dasar hidung ke ujung dagu

menggunakan software HL image ++97, kedua jarak ini dinyatakan sama besarnya. Posisi pasien

adalah duduk tegak menghadap kamera, dengan posisi rahang dalam posisi DVF.

b. Pengukuran dimensi vertikal pada pasien dengan single denture

Ketika ditemukannya pasien dengan kasus kehilangan gigi pada satu lengkung rahang,

sedangkan lengkung rahang yang lain masih mempunyai gigi, maka ini akan mempersulit dalam

pengukuran dari relasi rahang pasien dan juga perawatan pasien secara keseluruhan, hal ini

disebabkan oleh terdapatnya berbagai macam masalah seperti gigi yang ada dapat malposisi,

tipping dan ekstrusi, serta terdapatnya resorpsi pada linggir yang berlawanan akibat adanya

tekanan dari gigi yang ada, dan perubahan mukosa menjadi lebih flabby.

Masalah yang ada bukan hanya mempengaruhi dari kesulitan sebelum dilakukanya

perawatan, namun juga dapat memperburuk prognosa dari perawatan itu sendiri, dimana

kemungkinan protesa akan patah dan menjadi tidak stabil akan bertambah besar akibat tidak

ratanya distribusi tekanan kunyah yang diberikan oleh pasien, karena pasien akan merasa lebih

nyaman mengunyah menggunakan gigi aslinya dibandingkan gigi protesanya, dan hal ini

bertambah parah pada kasus single denture pada rahang bawah yang kehilangan seluruh gigi

namun masih ada gigi pada rahang atas, stabilisasi protesa akan sangat minim karena selain dari

kontak yang sedikit dengan mukosa rongga mulut, dapat juga diperparah dengan posisi lidah

yang berubah karena sebelumnya tidak ada lagi gigi yang mendukung posisi lidah tersebut.

Selain itu masalah juga dapat timbul dalam pemilihan gigi artifisial, karena dapat

menimbulkan abrasi pada gigi artifisialnya apabila terbuat dari resin, dan abrasi pada gigi asli

apabila gigi artifisialnya terbuat dari keramik.

Apabila terdapat keadaan pasien yang hanya mengalami kehilangan seluruh gigi pada satu

lengkung rahang (single denture) pada rahang atas, maka dilakukan metode stansburry, yaitu

8

Page 10: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

modifikasi pada oklusal rim pasien pada bagian lingual untuk memberikan kebebasan pada

insisal rahang bawah yang berada lebih kebawah dari bibir atas (lip line) dan parallel dengan

garis proyeksi ala nasal, modifikasi ini berupa pengurangan pada bagian labio (pada single

denture rahang bawah) lingual (pada single denture rahang atas) dengan tujuan mengakomodasi

gigi pada rahang bawah yang masih ada, setelah dikurangi tambahkan lagi wax pada oklusal rim

lalu instruksikan pasien untuk melakukan gerakan eksentrik berupa gerakan mengunyah, wax

yang ditambahkan tadi kan mencetak gerakan fungsional yang ada dan bagian wax yang telah

dikurangi tadi akan menggambarkan dimensi vertikal pasien, metode ini dilakukan dengan

megnikuti prinsip prinsip dasar dalam mengukur relasi sentrik dan dimensi vertikal rahang.

9

Pengurangan bagian lingual

Page 11: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

Setelah dilakukan pengukuran dimensi vertikal, selanjutnya dilakukan penyesuaian pada

bidang oklusal pada oklusal rim, penyesuaian dilakukan pada rahang bawah oklusal rim berada

pada bagian tengah retromolar pad dan sedikit dibawah sudut mulut, sesuaikan kontak oklusal

rim atas dan bawah sesuai dengan dimensi vertikal yang telah diukur, oklusal rim diuji dengan

menginstruksikan pasien agar melafalkan bunyi yang berdesis seperti bunyi “s” dalam kata “yes”

atau bunyi “ssssss”, dilihat apakah ada jarak antar oklusal rim, jarak ini disebut closest speaking

space atau interocclusal clearance, pada kasus tertentu apabila setelah dilakukan pengukuran

yang tepat, namun kondisi oklusal rim atas lebih tinggi dari oklusal rim bawah, maka oklusal rim

atas dikurangi, tetapi biasanya ketinggian antar kedua biterim tidak jauh berbeda dengan

ketinggian sesuai dengan dimensi vertikal oklusi, dan selalu pertimbangkan fungsi estetik dan

fonetik pada saat melakukan perubahan pada oklusal rim.

2. Relasi Sentrik

10

Page 12: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

Relasi sentrik mempunyai berbagai macam definisi, di dalam Glossary of prostodontic

terms (GPT) ada 7 definisi mengenai relasi sentrik, namun yang sering dipakai adalah GPT5,

yaitu avascular portion of their respective disks with the complex in the anterior-superior

position against the shapes of the articular eminencies. This position is independent of tooth

contact. This position is clinically discernible when the mandible is directed superior and

anteriorly. It is restricted to a purely rotary movement about the transverse horizontal axis

(GPT-5), namun, untuk pengertian dari relasi sentrik secara umum ialah berupa hubungan paling

posterior dari mandibular dan maksila pada dimensi vertikal yang telah ditentukan, dimana

dalam posisi ini gerakan lateral dapat dilakukan, dan kondilus berada dalam posisi antero

posterior terhadap fossa gleinoidalis, dan dimana apabila ada posisi mandibular dalam bidang

horizontal selain relasi sentrik maka posisi tersebut disebut relasi eksentrik.

Relasi sentrik merupakan salah satu komponen acuan yang penting ditentukan sebelum

pembuatan gigi tiruan, dimana posisi relasi sentrik ini merupakan posisi yang konstan selama

hidup manusia, sehingga digunakan dalam menjadi point referensi yang penting dalam

menentukan oklusi sentrik dan hubungan rahang, selain itu, relasi sentrik juga mempunyai fungsi

sebagai :

a. Berfungsi sebagai pusat dari seluruh gerakan mandibular

b. Apabila mandibular bergerak dari satu posisi eksentrik ke posisi eksentrik lain, maka

akan melewati keadaan relasi sentrik sebelum melanjutkan ke posisi eksenterik yang

dikehandaki

c. Kegiatan fungsional mengunyah dan menelan dilakukan dalam posisi ini

d. Pengaturan otot yang mempermudah mandibular agar berpindah ke posisi ini

e. Hasil cetakan rahang yang akan ditempatkan di articulator harus berada dalam posisi ini

karena posisi ini merupakan awal dari semua gerakan rahang

f. Dapat membantu mengatur condylar guidance pada articulator agar tercapainya oklusi

seimbang

Dari berbagai macam tekhnik untuk penentuan posisi relasi sentrik, tidak semuanya dapat

diaplikasikan terhadap pasien edentulous, ini diakibatkan oleh bentuk dari rresidual ridge yang

berbeda beda dari pasien, posisi dari relasi sentrik ini juga berhubungan dengan postur dan

bentuk kepala, oleh karena itu maka kepala pasien harus selalu tegak lurus, posisi tangan

operator juga merupakan salah satu faktor penting dalam penetuan posisi relasi sentrik, dan

11

Page 13: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

menjaga dari hasil pengukuran dalam posisi yang benar, tangan operator juga berguna untuk

membantu pasien untuk menentukan posisi relasi sentrik yang tepat dan meminimalisir gerakan

dari jaringan pendukung.

Posisi dari relasi sentrik lumayan sulit untuk ditentukan, oleh karena itu ada baiknya agar

kita dapat melatih pasien terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang tepat, instruksikan

pasien untuk merilekskan rahang dan proses latihan dilakukan berulang kali agar pasien terbiasa

dengan posisi yang tepat.

a. Penentuan relasi sentrik pada pasien dengan kasus complete denture

Ada beberapa metode dalam menentukan keadaan pasien dalam relasi sentrik, yaitu :

1. metode fungsional chew in

a. metode needle house

- menggunakan oklusal rim dengan 4 jarum metal yang akan membuat jejak apabila

mandibular digerakan

b. metode Peterson

12

Page 14: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

- menggunakan campuran dari plaster dan coburundum yang ditempatkan pada parit

yang telah dibuat pada oklusal rim, pergerakan dari mandibular akan meninggalkan

bekas kurva pada campuran plaster dan coburundum tadi

c. metode Meyers

- menggunakan soft wax pada oklusal rim dan tin foil yang telah diberikan lubrikan

untuk membuat suatu bekas pergerakan yang dilakukan mandibular

2. metode excursi, dengan menggunakan gothic arch tracer

a. extraoral tracing (height tracer)

b. intraoral tracing (intraoral balancer dan s-aghotic arch tracer)

3. menggunakan hasil pengecekan taktil dan inter oklusal

4. metode terminal hinge axis

5. metode dengan memanaskan salah satu dari oklusal rim

13

Page 15: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

6. metode dengan menggunakan lapisan wax lunak yang diberikan pada bagian oklusal dari

oklusal rim

7. menggunakan cone lunak yang terbuat dari wax yang ditempatkan pada bagian bawah

basis trial denture

8. cara aktif/fungsional

a. instruksikan pasien untuk merelaksasikan mandibulanya sementara operator

menggerakan mandibular pasien kearah atas dan belakang hingga pasien merasakan

kontak oklusi pertama pada bagian posterior

b. metode nucleus walkhoff, yaitu pasien diinstruksikan untuk mengangkat dan meletakan

ujung lidahnya pada posisi paling atas dan belakang mulut

c. beritahu pasien untuk memajukan rahang atasnya dibandingkan mandibulanya dalam

keadaan bagian posterior berkontak, dan bantuan tekanan ringan dari operator pada

daerah dagu

d. menengadahkan pasien dengan bantuan kursi agar terdapat bantuan gravitasi untuk

meretrudkan posisi mandibular.

14

Page 16: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

Ketika sudah didapatkan posisi relasi sentrik dari pasien, maka beritahu pasien untuk

mengingat posisi ini.

b. Penentuan relasi sentrik pada pasien dengan kasus single denture

Sebelum dilakukan penentuan posisi relasi sentrik maka harus diperhatikan keadaan gigi

yang masih ada pada rahang, perhatikan bagaimana keadaan giginya, karena pada kebanyak

kasus pasien yang kehilangan seluruh gigi hanya pada satu rahang maka gigi antagonisnya dapat

mengalami malposisi seperti ekstrusi, dan tipping, solusinya adalah dengan melakukan

pengaturan pada bidang oklusinya terlebih dahulu.

Setelah diketahui bagian gigi yang dapat menghalangi proses penentuan relasi rahang

maka dilakukan proses seperti oklusal grinding, pada gigi yang ekstrusi, agar bisa kembali sesuai

dengan bidang oklusal, oklusal grinding dilakukan apabila masih bisa ditoleransi, selanjutnya

yaitu dengan perawatan ortho pada gigi yang tipping dan ekstraksi pada gigi yang sama sekali

tidak bisa dilakukan perawatan.

15

Page 17: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

Setelah dilakukan penyesuaian bidang oklusal, barulah dilakukan penentuan posisi relasi

sentrik pasien dengan metode yang ada, terutama menggunakan metode aktif yang fungsional

setelah sebelumnya pasien telah dilatih untuk memposisikan mandibulanya pada posisi relasi

sentrik.

Pada penentuan posisi relasi sentrik yang menggunakan metode excursi menggunakan

gothic arch tracing, yaitu sebuah alat berbentuk panah yang diletakan pada lengkung yang

berlawanan, apabila menggunakan metode ini, gigi yang ada dapat menimbulkan halangan dalam

penempatan alat, maka perlu digunanakan check bites (rekaman gigitan) agar didapatkan bidang

yang sesuai, alat ini terdiri dari 2 ujung apeks, ujung yang tajam dan yang tumpul, apabila titik

yang telah ditentukan telah berada tepat pada bagian bawah apeks yang tajam maka tercapailah

posisi relasi sentrik dari pasien.

16

Page 18: Penentuan Dimensi Vertikal Dan Relasi Sentrik(1)

Referensi

1. D.L. Saranda. 2007. Textbook of Complete Denture Prosthodontics: Jaypee Brothers

Medical Publisher.

2. J.J. Sharry. 1974. Complete Denture Prosthodontics

3. Langland E.Olaf, Anglais P. Robert, Preece W. John. 2002. Principles of Dental

Imaging: Lippincott Williams & Walkins.

4. M. Lovely. 2005. Review of Complete Dentures: Jaypee Brothers Medical Publisher.

5. Nallaswamy Deepak. 2003. Textbook of Prosthodontics: Jaypee Brothers Medical

Publisher.

6. Rahn O. Arthur, Ivanhoe R. john, Plummer D. Kevin. 2009. Textbook of Complete

Dentures: People’s Medical Publishing house-USA.

7. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20317900-T31947-Analisis%20foto.pdf

17