elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme ham nasional supra nasional (dimensi vertikal). dalam...

262

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat
Page 2: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat
Page 3: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat
Page 4: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM)2020

Tim Peneliti:

Adzkar Ahsinin

Andi Muttaqien

Muhammad Busyrol Fuad

Ratu Durotun Nafisah

Page 5: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

RENCANA AKSI NASIONAL BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA:PEMBELAJARAN PRAKTIK TERBAIK NEGARA-NEGARA DALAMMELINDUNGI WARGA NEGARA DARI DAMPAK BISNIS

Tim Peneliti : Adzkar Ahsinin

Andi Muttaqien

Muhammad Busyrol Fuad

Ratu Durotun Nafisah

Cover & Layout : Dwi ‘Pengkik’

Cetakan Pertama, Juni 2020

ISBN: 978-979-8981-92-0

Semua penerbitan ELSAM didedikasikan kepada para korban pelanggaran hak asasi

manusia selain sebagai bagian dari upaya pemajuan dan perlindungan hak asasi

manusia di Indonesia.

Penerbit:

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM)

Jalan Siaga II No. 31, Pejaten Barat, Pasar Minggu

Jakarta Selatan, Indonesia 12510

Telp. +6221-7972662, 79192564, Fax. +6221-79192519

E-mail : [email protected]

Web page: www.elsam.or.id

Facebook: www.facebook.com/elsamjkt

Twitter: @elsamnews dan @elsamlibrary

Page 6: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

v

P E N G A N T A R P E N E R B I T

Menakar Keberpihakan Negara melalui Rencana Aksi Nasional Bisnis dan Hak Asasi Manusia:

Realisasi Hak Asasi Manusia dalam Bingkai Kebijakan

“Menggunakan frasa etika bisnis dapat menyiratkan bahwa

aturan dan harapan etika entah bagaimana berbeda dalam bisnis

daripada dalam konteks lain. Tidak ada etika bisnis. Hanya ada

etika dan tantangan bagi orang-orang dalam bisnis dan setiap

langkah lain dalam kehidupan untuk mengakui dan menjalankan

prinsip-prinsip moral dasar seperti kejujuran, rasa hormat,

tanggung jawab, keadilan, dan kepedulian.”

Michael Josephson,

Pendiri Joseph and Edna Josephson Institute of Ethics

Bisnis dan hak asasi manusia (HAM) adalah bidang luas karena

menyentuh hampir semua hal yang dapat dipikirkan orang,

merentang mulai dari sepak bola hingga perdagangan bebas, polusi

hingga eksploitasi seksual komersial, penyiksaan hingga teror, tumpahan

minyak hingga alih daya, pekerja anak hingga perubahan iklim, pabrik

pakaian jadi hingga surveilans, ekstrateritorialitas hingga pekerjaan,

investasi hingga sensor internet, uji tuntas hingga diskriminasi, korupsi

hingga konflik mineral, dan kemiskinan hingga privasi.1 Dengan rentang

cakupan yang luas tersebut, korporasi memiliki andil yang signifikan

terhadap pelanggaran HAM karena keberadaan korporasi mempengaruhi

kehidupan setiap orang baik secara langsung atau tidak langsung.

Dalam konteks kemajuan teknologi kecerdasan artifisial,

keputusan seseorang untuk membeli mobil yang otomatis (self-

driving), akan berkaitan dengan pertukaran antara keuntungan dan

kehidupan manusia lain (profit–life tradeoffs). Misalnya, perancang

algoritma mobil otomatis dapat memprogram mobil yang dihadapkan

1 Surya Deva, Business And Human Rights, or The Business of Human Rights: Critical

Reflections on Emerging Themes dalam A. Andreassen Bard and Khanh Vinh Vo, Duties

Across Borders: Advancing Human Rights in Transnational Business, (Cambridge: Intersentia, 2018), h. 23

Page 7: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

vi

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

pada situasi berbahaya untuk merespons dengan cara melindungi

penumpang mereka bahkan ketika respons tersebut membahayakan

kehidupan pejalan kaki atau orang di mobil lain.2 Ancaman lain

terhadap hak untuk hidup dapat muncul dari penggunaan robot yang

diberdayakan teknologi kecerdasan artifisial (artificial intelligence)

dalam perawatan kesehatan. Robot sekarang digunakan untuk

membantu dalam operasi, dan keberadaan robot bedah yang sepenuh­

nya otonom mudah dibayangkan dalam waktu dekat, seperti robot

yang digunakan untuk terapi rehabilitasi dan perawatan.3 Demikian

pula pandemic COVID­19 juga memunculkan permasalahan yang

sama karena beberapa negara dengan perekonomian terbesar di

dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin untuk memerangi

COVID­19. Perlindungan hak kekayaan intelektual, terutama dalam

hal penemuan farmasi, dapat menjadi penghalang potensial kesetaraan

dalam mengakses obat­obatan (equitable access to medicines).4 Pada

titik ini mengemuka pertanyaan yang sifatnya mendasar bagaimana

seharusnya hukum perusahaan dan tata kelola perusahaan mengatasi

pertukaran antara keuntungan perusahaan dan kehidupan manusia?

Dengan kata lain, keputusan suatu perusahaan (corporate decision-

making) dapat memiliki dampak pada kehidupan manusia.5

Surya Deva menyatakan bahwa kasus bisnis terhadap HAM (business

case for human rights) menjadi argumentasi mengapa menghormati

HAM menjadi bisnis perusahaan. Dengan kata lain bisnis menghormati

HAM karena ada alasan bottom line. Berdasarkan pada cost–benefit

analysis, Surya Deva menyampaikan 2 (dua) argumentasi. Pertama,

jika sebuah perusahaan mengambil standar HAM, maka tindakan ini

menjadi keunggulan kompetitif atas para pesaingnya di pasar. Lebih jauh

tindakan ini kemungkinan akan meningkatkan penjualan, mengundang

lebih banyak pelanggan, membantu menarik serta mempertahankan

karyawan yang berkualitas lebih baik, dan mendorong harga saham

2 Frank Partnoy, Corporations and Human Life , (Seattle University Law Review, Vol. 40:399, 2017), h. 401

3 Lindsey Andersen, Human Rights In The Age of Artificial Intelligence, (Access Now, 2018), h. 29

4 Kashvi Shetty, COVID­19 Vaccine A Global Call for Equitable Access to Medicines https://blogs.lse.ac.uk/humanrights/2020/04/29/covid­19­vaccine­a­global­call­for­equitable­access­to­medicines/, diakses pada 3 Agustus 2020, pukul 18.52 WIB

5 Frank Partnoy, op.cit., h. 400­405

Page 8: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

vii

P E N G A N T A R

naik. Kedua, perusahaan harus memperlakukan kepatuhan terhadap

HAM sebagai bagian dari strategi manajemen risiko. Pengabaian norma­

norma HAM saat mengambil keputusan bisnis dapat mengakibatkan

hilangnya keuntungan, penundaan proyek, penyelesaian hukum yang

mahal, boikot oleh konsumen dan investor, dan reaksi media.6

Dalam perspektif bisnis dan HAM, keputusan suatu perusahaan yang

berdampak pada kehidupan manusia tanpa disertai kemampuan dan

kapasitas pemerintah menciptakan ketidakselarasan kelembagaan yang

mendasar (fundamental institutional misalignment) atau kesenjangan

tata kelola (governance gap).7 Norma dan inisiatif bisnis dan HAM

berupaya mengendalikan pelanggaran HAM yang diakibatkan oleh

keputusan perusahaan. Kerangka Kerja Perlindungan, Penghormatan,

dan Pemulihan dan Prinsip­Prinsip Panduan PBB mengenai Bisnis dan

HAM sebagai norma sentral bidang bisnis dan HAM diniatkan untuk

memperbaiki kesenjangan tata kelola yang terkait dengan aktivitas

bisnis yang mengglobal.8

Dengan demikian upaya mempromosikan, melindungi, dan meme­

nuhi HAM dalam konteks kegiatan bisnis dalam banyak hal tetap bermuara

dan dilabuhkan pada pemerintah nasional dan lembaga HAM nasional

(domestik).9 Konsekuensi lebih jauh, koherensi dan relevansi konsep

pelembagaan domestik (domestic institutionalization) tentang HAM tetap

menjadi pusat dan penting bagi keefektifan lokal norma­norma bisnis dan

HAM. Dengan demikian, Prinsip­Prinsip Panduan PBB mengasumsikan

dan mendorong regulasi kegiatan bisnis dan dampak HAM melalui

proses, mekanisme, dan lembaga negara.10 Implementasi HAM pada level

domestik selalu menjadi inti dari perlindungan dan promosi HAM dan

pelembagaan domestik HAM merupakan respons untuk menjembatani

kesenjangan implementasi antara komitmen dan kenyataan.11

6 Surya Deva, op.cit., h. 24­257 Diane Bulan Hampton, Modern Slavery in Global Supply Chains: Can National Action

Plans on Business and Human Rights Close the Governance Gap? (Business and Human Rights Journal, 4, 2019), h. 240

8 Claire Methven O’Brien and Jolyon Ford, Business and Human Rights: From Domestic Institutionalisation to Transnational Governance and Back Again, (Again, Nordic Journal of Human Rights, 37:3, 2019), h. 217

9 Ibid, h. 21810 Ibid. h. 21911 Steven LB Jensena, Stéphanie Lagouttea and Sébastien Lorion, The Domestic Institutionalisation

of Human Rights: An Introduction, (Nordic Journal Of Human Rights VoL. 37, No.. 3, 2019), h. 165

Page 9: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

viii

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Stéphanie Lagoutte mengutip Bertrand G Ramcharan menyatakan

bahwa konsep sistem perlindungan nasional (concept of the national

protection system) adalah salah satu yang paling strategis untuk

realisasi universal HAM. Parlemen (legislatif), pengadilan, institusi

HAM nasional, pasukan keamanan, pemerintah pusat dan daerah

memain kan peran sentral dalam perlindungan dan promosi HAM di

tingkat domestik.12 Keseluruhan dari mereka adalah pengemban tugas

dari kewajiban negara untuk menghormati, melindungi dan memenuhi

HAM. Mereka tetap menjadi aktor utama dalam dialog dan kerja sama

yang berkelanjutan dengan mekanisme HAM supra­nasional di tingkat

regional dan global, serta dengan aktor non­negara, termasuk organisasi

masyarakat sipil, bisnis, dll. Aktor negara membentuk infrastruktur

institusional sistem HAM nasional (national human rights system).13

Keberadaan institusi sistem HAM nasional terkait erat dengan

kewajiban negara di bawah hukum internasional untuk menghormati,

melindungi dan memenuhi HAM.14 Hal ini berarti upaya meng­

implementasikan ketentuan dari perjanjian HAM internasional dan

mewujudkan HAM di tingkat domestik. Sementara itu, Uni Eropa

mengidentifikasi 4 (empat) elemen utama dari sistem perlindungan

HAM nasional:15

12 Terlepas dari keseluruhan konteks globalisasi ekonomi dan keuangan liberal, tantangan transnasional seperti migrasi, terorisme, perubahan iklim, dan multiplikasi tingkat pemerintahan (neoliberal) di semua bidang, aktor negara terus menjadi pusat implementasi HAM nasional Lihat Stéphanie Lagoutte, The Role of State Actors Within the National Human Rights System, (Nordic Journal Of Human Rights VoL. 37, No. 3, 2019), h. 177­178

13 Sejak awal 2000­an, PBB telah menganggap sistem HAM nasional sebagai mitra yang sangat diperlukan untuk mekanisme HAM internasional dan regional. PBB, dan khususnya Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), telah berusaha untuk lebih eksplisit menetapkan cakupan sistem perlindungan HAM nasional dan peran apa yang harus mereka mainkan dalam memastikan kepatuhan HAM di tingkat domestik. PBB mengidentifikasi model sistem HAM nasional meliputi sejumlah aktor, kerangka kerja dan proses yang harus ada dan berfungsi agar sistem HAM nasional dapat memberikan perlindungan HAM untuk semua. Lihat, ibid,

14 Kewajiban ini ditentukan oleh PBB dan mencakup hal­hal berikut:1. Kewajiban untuk menghormati berarti bahwa aktor negara harus menahan diri dari

campur tangan dalam menikmati HAM;2. Kewajiban untuk melindungi mensyaratkan aktor negara secara aktif melindungi

individu dan kelompok dari pelanggaran HAM; dan3. Kewajiban untuk memenuhi berarti bahwa aktor negara harus mengambil tindakan

positif untuk memfasilitasi penikmatan HAM, seperti promosi, penyebaran, pendidikan, dan lain­lain.

Lihat, ibid., h. 181­18215 Ibid.

Page 10: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

ix

P E N G A N T A R

Keseluruhan elemen ini juga harus diletakkan dalam konteks

politik (kebijakan) HAM suatu negata yang bersifat kompleks.

Stéphanie Lagoutte menyatakan pendekatan sistem terhadap peran

aktor negara dalam perlindungan dan promosi HAM perlu dibingkai

dengan kompleksitas politik dan kelembagaan dari implementasi HAM

pada level domestik. Pendekatan semacam itu menghargai koordinasi

tindakan HAM negara (dimensi horizontal) dan interaksinya dengan

mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam

kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor

negara harus diberi mandat dan diberi sumber daya untuk membangun

dan mendukung kerangka kerja kebijakan dan hukum yang diperlukan

dan dialog, pemantauan, pemulihan (perbaikan) dan proses evaluasi,

serta memampukan dan memfasilitasi interaksi di antara mereka sendiri

dan dengan aktor non­negara.16

Bentuk­bentuk baru pelembagaan yang muncul dan lebih berfokus

pada tingkat domestik dapat merujuk pada Konperensi Dunia Wina tahun

1993 tentang Hak Asasi Manusia. Konferensi ini menandai titik balik bagi

proses ini karena rezim HAM mulai meresepkan negara sebagai struktur

dan proses organisasi yang lebih spesifik dalam pengaturan domestik.

Konferensi ini lantas menyerukan pembentukan Institusi HAM Nasional

(National Human Rights Institutions) dan adopsi Rencana Aksi Hak

Asasi Manusia Nasional (National Human Rights Action Plans).17

16 Stéphanie Lagoutte, op.cit., h. 17917 Steven LB Jensena, Stéphanie Lagouttea and Sébastien Lorion, op.cit., h. 168

Page 11: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

x

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Rencana Aksi Nasional tentang bisnis dan HAM (RAN Bisnis dan

HAM) adalah fenomena yang sedang berkembang. Pada tahun 2011, Uni

Eropa (UE) meminta negara­negara anggota untuk mengembangkan

RAN18 untuk mendukung penerapan Prinsip­Prinsip Panduan PBB

dan, pada tahun 2014, Dewan Hak Asasi Manusia19 mengikuti langkah

yang telah diambil Uni Eropa. Setiap proses RAN Bisnis dan HAM

menegaskan prinsip penting Prinsip­Prinsip Panduan bahwa HAM

berlaku dalam sektor bisnis dan menunjukkan komitmen politik untuk

menempatkan modalitas hukum, kebijakan, dan praktik domestik

selaras dengan norma bisnis dan HAM.20 Rencana Aksi Nasional dapat

dipandang sebagai soft law atau instrumen tata kelola pemerintahan

baru (new governance tool). Instrumen ini dapat mempromosikan

konvergensi praktik negara ke arah pencapaian tujuan atau standar

yang dibangun berdasarkan konsensus tentang perlunya kewajiban

hukum, atau apa konten yang seharusnya, kurang, atau menghasilkan

suatu solusi universal untuk masalah kompleks yang sulit untuk

dirumuskan.21

Claire Methven O’brien, dkk memiliki asumsi bahwa RAN Bisnis

dan HAM memiliki berbagai potensi manfaat. Perkembangan RAN Bisnis

dan HAM dapat memicu komitmen pemerintah untuk menerapkan

standar bisnis dan HAM sehingga dapat mendorong harmonisasi secara

vertikal yang lebih baik antara hukum nasional, kebijakan, dan praktik

kelembagaan dengan komitmen internasional, memperkuat supremasi

hukum (rule of law) dan, pada akhirnya, efektivitas norma HAM.

Dampak seperti itu mungkin dapat diharapkan dari inisiatif kebijakan

HAM nasional apa pun, namun demikian pembingkaian bidang bisnis

dan HAM yang luas berimplikasi terhadap proses pengembangan RAN

18 European Network of National Human Rights Institutions (ENNHRI) mengeluarkan rekomendasi tertulis pertama tentang RAN bisnis dan HAM pada 2012. Dalam Makalah Diskusi yang disampaikan ENNHRI mengidentifikasi persyaratan proses dan konten untuk RAN bisnis dan HAM dan mendesak diadopsinya pendekatan berbasis HAM untuk pengembangan setiap RAN serta menekankan kriteria seperti inklusi, transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Lihat, Claire Methven O’brien, et.al., National Action Plans: Current Status and Future Prospects for a New Business and Human Rights Governance Tool, (Business and Human Rights Journal, Vol.1:1, 2015), h. 119

19 Dewan Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia dan Perusahaan Transnasional dan Badan Usaha Lain, A / HRC / RES / 26/22, 15 Juli 2014)

20 Claire Methven O’brien, et.al., op.cit., h. 11721 Ibid, h. 119

Page 12: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xi

P E N G A N T A R

yang didasari pada partisipasi lintas­pemerintah yang diperlukan untuk

mengamankan koherensi kebijakan secara horisontal.22

Pada sisi yang lain, poblematika regulasi bidang bisnis dan HAM,

serta banyak mekanisme tata kelola pada dasarnya bersifat transnasional,

berasal dari dan terikat dengan aktor, dinamika, dan relasi diantara

aktor yang berada di pasar. Pendekatan multi­pemangku kepentingan

dalam inisiatif rantai nilai berbasis sektor mencakup standar HAM

dengan menargetkan aktivitas transnasional intrinsik. Tujuan­tujuan

mereka lantas didefinisikan dalam arti menghindari fokus nasional dan

realisasinya memerlukan mobilisasi aktor dan sumber daya di luar ranah

negara. Prinsip­Prinsip Panduan menyiratkan bahwa, melalui proses uji

tuntas HAM, standar HAM dapat dilembagakan tidak hanya oleh organ

publik tetapi juga oleh perusahaan.23 Dengan demikian, sistem HAM

Nasional dikembangkan melalui kelola pemerintahan yang baru yang

mengakomodasi hibridisasi dengan aktor swasta.24 O'Donnell, Flynn

berpendapat bahwa RAN tidak hanya memecah kegiatan pemerintah,

disamping itu RAN juga menjadi instrumen perubahan sosial dan

penataan kemitraan kolaboratif dalam pengembangan standar dan

target.25 Hal ini berbeda dengan sistem HAM internasional klasik

yang menggunakan logika kelembagaan yang berpusat pada negara,

sedangkan bidang bisnis dan HAM menurut definisi, memerlukan

referensi untuk sumber hukum dan tata kelola privat, hibrida dan

biasanya transnasional. Bahkan standar, agen, dan inisiatif regulasi

bisnis dan HAM juga merangkul aktor domestik.26

Bisnis dan HAM memperluas, memperdalam dan mengembangkan

sistem HAM nasional, sementara juga melibatkan pelembagaan hak asasi

manusia domestik di pasar transnasional. Perluasan Sistem HAM Nasional

melalui bidang bisnis dan HAM menurut Claire Methven O’Brien dan

Jolyon Ford dibangun berdasarkan pada 4 (empat) sumbu:27

22 Ibid, h.12123 Claire Methven O’Brien and Jolyon Ford, loc.cit24 Sébastien Lorion, A Model for National Human Rights Systems? New Governance and the

Convention on the Rights of Persons with Disabilities, (Nordic Journal of Human Rights, 37:3, 2019), h. 250

25 Ibid, h. 25126 Claire Methven O’Brien and Jolyon Ford, loc.cit27 Ibid, h. 220­226

Page 13: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xii

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

1. Aktivitas bisnis baru yang diarahkan oleh aktor HAM nasional

Bisnis dan HAM memicu para aktor HAM nasional yang ada

untuk memulai kegiatan­kegiatan baru yang mengarahkan

bisnis berkontribusi pada pelembagaan dalam negeri. Kegiatan­

kegiatan semacam itu mencakup masalah HAM domestik dan

transnasional dan membawa para aktor baru ke dalam konstelasi

regulasi HAM, Rencana Aksi Nasional mengartikulasikan prioritas

dan tindakan untuk mendukung pelaksanaan kewajiban dan

komitmen internasional, regional atau nasional sehubungan

dengan area atau topik kebijakan tertentu;

2. Menambahkan daftar aktor pemerintah baru dalam sistem

HAM nasional

Selain melibatkan pemerintah pusat dan institusi HAM

nasional dalam kegiatan terkait bisnis baru, RAN dan beragam

intervensi institusi HAM nasional memperluas batas­batas

sistem HAM nasional dengan menarik aktor pemerintah baru

dan aktor pasar ke dalam dialog HAM, pembuatan kebijakan,

dan kerangka kerja akuntabilitas;

3. Melibatkan aktor­aktor pasar dalam pelembagaan nasional

(domestik)

Pilar kedua Kerangka Kerja PBB mendefinisikan tanggung

jawab untuk menghormati HAM diberlakukan untuk semua

perusahaan bisnis terlepas dari ukuran, sektor, atau lokasi.

Prinsip­Prinsip Panduan PBB mengimajinasikan internalisasi

HAM di dalam masing­masing perusahaan dapat didorong

oleh dan dilanjutkan melalui proses uji tuntas HAM.

4. Komponen nasional (domestik) dari inisiatif tata kelola bisnis

dan HAM yang berdimensi transnasional

Bidang bisnis dan HAM berkontribusi pada pelembagaan

domestik melalui mekanisme nasional yang merupakan

bagian dari skema tata kelola bisnis dan HAM transnasional.

Page 14: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xiii

P E N G A N T A R

Apabila melihat keempat sumbu yang memperluas perspektif

bisnis dan HAM, maka pembagian biner yang jelas antara domestik

dan internasional, publik dan privat, memiliki daya tarik terbatas dalam

konteks bisnis dan HAM. Sistem HAM nasional dan pelembagaan

domestik dalam perspektif bisnis dan HAM saling persinggungan dan

berkelindan. Ekonomi politik global yang terdiri dari jaringan multi­

sistem yang kompleks membentuk lingkungan bagi institusi dan

mekanisme tingkat nasional, termasuk para aktor sistem HAM nasional,

yang memengaruhi orientasi normatif, kapasitas efektif, sumber daya,

dan jangkauan mereka. Pada saat yang sama, elemen­elemen dari

sistem transnasional dari bisnis dan HAM juga membutuhkan aparatur

implementasi HAM berbasis negara. Pada titik ini, tata kelola multi­level

(multi-level governance) dan pendekatan regulasi yang lebih pluralis

(pluralist regulatory approaches) yang berupaya mengakomodasi

semua aktor, kapasitas dan hubungan yang disyaratkan oleh pemerintah

kontemporer, pasar dan lingkungan sosial dapat memberikan bingkai

untuk menilik dan menelisik bidang bisnis dan HAM.28

Pendekatan ini pula dapat memperkuat perspektif gender dalam

mengimplementasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB dalam menciptakan

koherensi kebijakan untuk memastikan kebijakan negara selaras dengan

kewajiban menurut instrumen Hukum HAM internasional, termasuk

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Perempuan. RAN

Bisnis dan HAM semestinya dapat dipergunakan untuk memperkuat

analisis gender dan tindakan terkait untuk memasukkan hak asasi

perempuan dalam kebijakan yang lebih responsif gender. Apalagi

28 Ibid, h. 226

Page 15: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xiv

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

mengingat bahwa RAN saat ini adalah salah satu kendaraan kebijakan

utama bagi negara untuk mengimplementasikan Prinsip­Prinsip Panduan

PBB di tingkat nasional. Oleh karena itu, mengambil pendekatan

responsif gender untuk pengembangan dan implementasinya sangat

penting. untuk mewujudkan kesetaraan gender yang substantif. Dengan

demikian RAN Bisnis dan HAM berkontribusi pada kemampuan negara

untuk memenuhi kewajiban non­diskriminasi dan kesetaraan mereka

di bawah instrumen Hukum HAM internasional. 29

Kontribusi penelitian yang berada di hadapan pembaca diniatkan

untuk mengeksplorasi RAN Bisnis dan HAM sebagai manifestasi

kebijakan negara yang semestinya dikonstruksikan sebagai bagian dari

pelembagaan HAM nasional dalam memberikan perlindungan HAM.

Di samping itu, penelitian ini hendak difokuskan pada peran negara

sebagai aktor utama, dalam menjalin koordinasi antar­aktor negara

pada level nasional dan interaksi mereka dengan aktor non­negara,

khususnya sektor bisnis dan organisasi manusia dalam dinamika

konteks politik yang melatarbelakanginya. Bidang bisnis dan hak

asasi manusia merupakan manifestasi dari konstelasi dari tata kelola

multi­level dan multi­aktor yang terus berkontestasi dalam tegangan

kepentingan yang berbeda. RAN Bisnis dan HAM yang dihasilkan akan

mengartikulasikan dan sekaligus merefleksikan dinamika tersebut.

Penelitian ini berpijak pada proposisi bahwa hukum HAM

internasional, termasuk Prinsip­Prinsip Panduan PBB, meskipun

memiliki karakteristik soft law, berpotensi memiliki pengaruh positif

pada perbaikan situasi individu maupun kolektif, termasuk kelompok

rentan di seluruh dunia. Penelitian ini menggunakan RAN Bisnis dan

HAM sebagai instrument analisis dalam mengeksplorasi bagaimana

suatu negara mengintegrasikan perlindungan dan promosi HAM

yang berada pada tataran global, khususnya Prinsip­Prinsip Panduan

PBB tentang Bisnis dan HAM dalam pembuatan kebijakan. Penilaian

potensi RAN Bisnis dan HAM untuk mengimplementasikan Prinsip­

Prinsip Panduan PBB menjadi kontribusi penting dari penelitian ini

dan diharapkan dapat mendorong diskusi lebih lanjut untuk meregulasi

29 Linnea Kristiansson & Nora Götzmann, National implementation processes for the United Nations Guiding Principles on Business and Human Rights: towards gender­responsive approaches, (Australian Journal of Human Rights, 2020), h. 13

Page 16: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xv

P E N G A N T A R

keputusan perusahaan yang memiliki dampak terhadap HAM dan

mendorong perusahaan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko

terhadap HAM.

Selamat membaca, semoga menginspirasi dan menemukan

momentum Aha (eureka), dan bergegas dan bersegera melakukan

tindakan untuk memuliakan kemanusian manusia melalui HAM.

Jakarta, 4 Agustus 2020

ELSAM

Page 17: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xvi

Page 18: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xvii

DAFTAR ISI

Pengantar Penerbit ........................................................................... v

Daftar Isi ............................................................................................ xvii

Daftar Singkatan ................................................................................ xix

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Rasionalitas Penelitian ........................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 13

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 15

1.4 Kerangka Konseptual Penelitian ........................................ 16

1.5 Metode Penelitian ............................................................... 20

1.6 Sistematika Penulisan ......................................................... 22

B A B I I

TATA KELOLA MULTI-STAKEHOLDERS DALAM PEMAJUAN

HAK ASASI MANUSIA ....................................................................... 25

2.1 Menempatkan Korporasi dalam Konfigurasi Tata Kelola

Global: Transfigurasi Penormaan Korporasi dari

Hard Law menuju Soft Law ............................................. 25

2.2 Prinsip­Prinsip Panduan PBB tentang Bisnis dan HAM

sebagai Manifestasi Tata Kelola Multi­Stakeholders ......... 39

2.3 Negara dan RAN Bisnis dan HAM:

Pendekatan Hukum Nasional dalam Merespon Isu

Hak Asasi Manusia Internasional ....................................... 48

B A B I I I

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAM NEGARA­NEGARA .................................... 59

3.1 RAN Bisnis dan HAM: Pelokalan Isu Bisnis dan Hak Asasi Manusia dalam Konteks Negara ...................... 59

Page 19: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xviii

3.2 Perbandingan RAN Bisnis dan HAM: Narasi Isu Bisnis dan Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Kepentingan Nasional ....................................... 1033.3 Dimensi Gender dalam Implementasi Nasional Prinsip­Prinsip Panduan PBB ............................................. 1783.3 Bagaimana Respon Kebijakan Pemerintah Indonesia:

Refleksi dan Aksi ................................................................ 189

B A B I V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan ......................................................................... 211

4.2 Rekomendasi ..................................................................... 212

Daftar Bacaan .................................................................................... 215

Profil Tim Peneliti ............................................................................. 235

Profil ELSAM ...................................................................................... 237

Page 20: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xix

DAFTAR SINGKATAN

AICHR : ASEAN Inter-governmental Commission on Human

Rights (Komisi Antarpemerintah ASEAN untuk Hak Asasi

Manusia)

AsVis : Italian Alliance for Sustainable Development (Aliansi Italia

untuk Pembangunan Berkelanjutan)

BHRWG : Business and Human Rights Working Group (Kelompok

Kerja Bisnis dan Hak Asasi Manusia)

CNCDH : Commission nationale consultative des droits de l'homme

(Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Perancis)

CIDD : Commission Interdépartementale du Développement Durable

(Komisi Antar Departemen Pembangunan Berkelanjutan)

CIDU : International Cooperation and an Inter-Ministerial

Committee for Human Rights (Kerjasama Internasional

dan Komite Antar­Kementerian untuk Hak Asasi Manusia)

CORE : Central Organisation for Railway Electrification (Koalisi

Masyarakat Sipil Inggris tentang Akuntabilitas Korporasi)

DIEH : Danish Ethical Trading Initiative (Inisiatif Perdagangan

Etis Denmark)

DIHR : Danish Institute for Human Rights (Institute Hak Asasi

Manusia Denmark)

ECCJ : European Coalition for Corporate Justice (Koalisi Eropa

untuk Keadilan Perusahaan)

ENNHRI : European Network of National Human Rights Institutions

(Jaringan Lembaga HAM Nasional Eropa)

Page 21: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xx

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

GLIDU : Italia Working Group on Business and Human Rights

(Kelompok Kerja Italia tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia)

IACHR : Inter-American Commission on Human Rights (Komisi

Antar­Amerika tentang Hak Asasi Manusia)

ICAR : International Corporate Accountability Roundtable

(Roundtable Akuntabilitas Korporat Internasional)

ICoC : International Code of Conduct for Private (Kode Etik

Internasional untuk Pribadi)

ICCPR : International Covenant on Civil and Political Rights

(Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik)

ICESCR : International Covenant on Economic Social and Cultural

Rights (Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi Sosial

dan Budaya)

IFDD : Institut De La Francophonie Pour Le Développement Durable

(Institute Federal untuk Pembangunan Berkelanjutan)

LO : Ferderasi Serikat Pekerja

LGBTI : Lesbian, Gay, Bi, Trans, Intersex

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MAEUEC : Ministry of Foreign Affairs, European Union and Cooperation

(Kementerian Luar Negeri, Uni Eropa dan Kerjasama)

MSD : Multi-Stakeholders Dialogue (Dialog Multi­Pihak)

MSA : UK Modern Slavery Act (Undang­Undang Perbudakan

Modern Inggris)

NAP : National Action Plan (Rencana Aksi Nasional)

NCP : National Contact Point (Titik Kontak Nasional)

NBA : National Baseline Assessment (Penilaian Baseline Nasional)

NHO : Confederation of Norwegian Enterprises (Asosiasi Pengusaha)

NHRI : National Human Right Institutions (Lembaga HAM

Nasional)

NHRCT : National Human Rights Commission of Thailand (Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia Thailand)

NSC : White House National Security Council (Dewan Keamanan

Nasional Gedung Putih)

OAS : Organization of American States (Organisasi Negara­

negara Amerika)

Page 22: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xxi

D A F T A R S I N G K A T A N

OHCHR : Office of the United Nations High Commissioner for Human

Rights (Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi

Manusia)

PPA : Public-Private Alliance for Responsible Minerals Trade

(Aliansi Publik­Swasta untuk Perdagangan Mineral

Bertanggung Jawab)

PIHRB : Polish Institute for Human Rights and Business (Institut

HAM dan Bisnis Polandia)

RAN : Rencana Aksi Nasional

RBC : Responsible Business Conduct (Perilaku Bisnis yang

Bertanggung Jawab)

RLPD : Rights and Liberties Protection Department (Departemen

Perlindungan Hak dan Kebebasan)

SDGs : Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan)

SRSG : Special Representative of the Secretary General (Perwakilan

Khusus Sekretaris Jenderal)

UEL : L'Union des Entreprises Luxembourgeoises (Perkumpulan

Usaha/bisnis Luksemburg)

UNGPs : United Nation Guiding Principle on Business and Human

Rights (Prinsip­Prinsip PBB tentang Bisnis dan Hak Asasi

Manusia)

UNWG : UN Working Group on the Issue of Human Rights and

Transnational Corporations and Other Business Entities

(Kelompok Kerja PBB untuk Masalah Hak Asasi Manusia

dan Perusahaan Transnasional dan Badan Usaha Lainnya)

UPR : Universal Periodic Review (Tinjauan Berkala Universal)

VENRO : Umbrella Organisation Of Development Non-Governmental

Organisations In Germany (Organisasi Payung Organisasi

Pembangunan Non­Pemerintah Di Jerman)

VP : Voluntary Principles on Security and Human Rights

(Prinsip Sukarela tentang Keamanan dan Hak Asasi

Manusia)

Page 23: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

xxii

Page 24: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

1

B A B I

Pendahuluan

“Pasar global harus diimbangi oleh nilai-nilai global seperti

penghormatan terhadap hak asasi manusia dan hukum

internasional, demokrasi, keamanan dan pembangunan ekonomi

dan lingkungan yang berkelanjutan”

Anna Lindh,Politisi Swedia

1.1. Rasionalitas Penelitian

Pasca Dewan HAM PBB mengesahkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB

mengenai Bisnis dan Hak Asasi Manusia (Prinsip­Prinsip Panduan

PBB) pada Juni 2011,1 Rencana Aksi Nasional tentang Bisnis dan Hak

Asasi Manusia (RAN Bisnis dan HAM)2 menjadi fenomena yang sedang

berkembang di banyak negara. Pengembangan RAN merupakan

ekspresi komitmen politik suatu negara dalam rangka menciptakan

momentum menuju transformasi visi transformatif memberikan koridor

bagi korporasi untuk hormat terhadap hak asasi manusia (HAM).

Kemudian menandai berakhirnya mandat John Ruggie sebagai

Perwakilan Khusus pada tahun 2011, Kelompok Kerja PBB untuk

Masalah HAM dan Perusahaan Transnasional dan Badan Usaha Lainnya

1 U.N. Doc. A/HRC/17/31 (2011). 2 RAN tertentu menjelaskan bagaimana koordinasi antar badan pemerintah domestik terkait

berlangsung. Salah satu contohnya adalah kelompok kerja antar­menteri Denmark yang mencakup tujuh kementerian berbeda yang mengoordinasikan kerja tanggung jawab korporasi terhadap HAM. Norwegia berkomitmen untuk membentuk kelompok kerja antar­menteri serupa untuk memastikan bahwa posisi tanggung jawab sosial Norwegia

selaras dengan pemerintah dan dalam forum internasional. Kelompok Kerja Kolombia yang didedikasikan untuk pertanyaan tentang bisnis dan HAM bertugas mempromosikan pengetahuan tentang topik tersebut di seluruh pemerintahan. RAN Swiss menunjukkan bahwa kelompok antar­kementeriann untuk HAM telah menyambut strategi kebijakan publik baru pada tahun 2016 untuk memasukkan pertanyaan yang berkaitan dengan bisnis dan HAM. Lihat Secretary­General of the OECD, National action plans on business

and human rights to enable policy coherence for responsible business conduct, (OECD, 2017), h. 1­2.

Page 25: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

2

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

(UN Working Group on the Issue of Human Rights and Transnational

Corporations and Other Business Entities) dibentuk sebagai upaya

untuk mempromosikan penyebaran dan implementasi yang efektif

dan komprehensif dari instrumen ini. Kelompok Kerja PBB antara

lain mendorong negara­negara untuk mengembangkan RAN tentang

bisnis dan HAM. RAN merupakan dokumen kebijakan suatu Negara

untuk menjabarkan strategi dan instrumen untuk mematuhi tugas

mereka untuk mencegah dan memulihkan pelanggaran HAM yang

berkaitan dengan perusahaan, sebagaimana diatur dalam Hukum HAM

Internasional dan disajikan kembali melalui Pilar Pertama dan Ketiga

Prinsip­Prinsip Panduan PBB tersebut.3 Seiring dengan langkah tersebut,

kemudian pada Juni 2014, Dewan HAM PBB meminta semua negara

anggota untuk mengembangkan RAN untuk memajukan implementasi

Prinsip­Prinsip Panduan PBB dalam konteks nasional masing­masing

(respective national contexts).4

Inggris menjadi negara bagian pertama yang mengeluarkan RAN

untuk menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB pada September 2013.

Sampai saat ini, sudah terdapat 23 (dua puluh tiga) Negara yang telah

mengembangkan dan menyetujui RAN untuk mengimplementasikan

Prinsip­Prinsip Panduan PBB.5 Salah satu fungsi utama RAN adalah

3 Prinsip­Prinsip Panduan PBB adalah kerangka kerja global pertama yang diterima secara universal tentang bisnis dan HAM, yang dikembangkan oleh Profesor John Ruggie dalam kapasitasnya sebagai Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal tentang masalah HAM dan perusahaan transnasional dan entitas bisnis lainnya (SRSG). Lihat Daniel Augenstein, Mark Dawson and Pierre Thielbörger, Implementing the UNGPs in the European Union:

Towards an Open Method of Coordination for Business and Human Rights, (EUI Working Paper LAW 2017/01, European University Institute Department of Law, 2017), h. 1.

4 Perkembangan ini diikuti oleh Uni Eropa pada 2011 dan 2012 dan Dewan Eropa pada 2014 yang meminta negara­negara anggota menyusun RAN. Selain itu, pada 2014, Majelis Umum Organization of American States (OAS) mendukung Prinsip­Prinsip Panduan PBB dan meminta Inter­American Commission on Human Rights (IACHR) untuk terus mendukung Negara dalam promosi dan penerapan komitmen Negara dalam bidang bisnis dan HAM. Setelah pengesahan awal ini, pada Juni 2016, Majelis Umum OAS meminta IACHR untuk berkolaborasi dengan dan mendukung Negara­negara anggota dalam pengembangan RAN bisnis dan HAM. Lihat, Sarah McGrath, et.al, Assessments of

Existing National Action Plans (NAPs) on Business and Human Rights, (ICAR, ECCJ, and Dejusitica, 2017), h. 1.

5 Negara­negara yang sudah memiliki RAN mengenai Bisnis dan HAM sebagai berikut: (1) Inggris (September 2013); (2) Belanda (Desember 2013); (3) Denmark (April 2014); (4) Finlandia (Oktober 2014); (5) Lituania (Februari 2015); (6) Swedia (Agustus 2015); (7) Norwegia (Oktober 2015); (8) Kolombia (Desember 2015); (9) Swiss (Desember 2016); (10) Italia (Desember 2016); (11) Amerika Serikat (Desember 2016); (12) Jerman (Desember 2016); (13) Prancis (April 2017); (14) Polandia (Mei 2017); (15) Spanyol (Italia

Page 26: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

3

P E N D A H U L U A N

untuk menyediakan koordinasi dan koherensi yang kuat dalam

pemerintah mengenai spektrum kebijakan yang terkait dengan bisnis

dan HAM. Koherensi kebijakan sangat penting untuk memastikan

desain dan implementasi kebijakan yang efektif untuk mempromosikan

perilaku bisnis yang bertanggung jawab (responsible business conduct),

termasuk penghormatan perusahaan terhadap HAM.6

Setiap proses pengembangan RAN menegaskan prinsip penting

yang tercantum dalam Prinsip­Prinsip Panduan PBB bahwa HAM

berlaku dalam sektor bisnis dan menunjukkan politik komitmen

untuk mengarahkan sumber daya negara7 melalui instrumen hukum,

kebijakan, dan praktik domestik selaras dengan norma ini.8 RAN

dimaknai sebagai dokumen kebijakan yang menyatakan garis besar

strategi dan instrumen untuk mematuhi tugas mereka untuk mencegah

dan memperbaiki pelanggaran HAM yang berkaitan dengan perusahaan,

sebagaimana tercantum dalam Hukum HAM Internasional dan disajikan

kembali dalam Pilar Pertama dan Ketiga Prinsip­Prinsip Panduan

2017); (16) Belgia (Juli 2017); (17) Cile (Juli 2017); (18) Republik Ceko (Oktober 2017); (19) Irlandia (November 2017); (20) Luksemburg; (21) Republik Slovenia (November 2018); dan Kenya (Juni 2019). Lihat,https://www.ohchr.org/EN/Issues/Business/Pages/NationalActionPlans.aspx, diakses pada 25 September 2019, pukul 10.57 WIB.

6 Secretary­General of the OECD, loc.cit.7 Hukum HAM internasional adalah bidang legislasi kompleks yang bertujuan

mempromosikan HAM di tingkat internasional dan domestik. Dalam kerangka ini, badan­badan PBB telah berulang kali meminta negara­negara untuk memastikan realisasi penuh semua HAM. Namun, rancangan hukum HAM saat ini tidak secara eksplisit dan berbagi prioritas dalam implementasinya. Sementara kemajuan semua HAM akan terjadi secara bersamaan, komunitas internasional tidak memberikan standar yang seragam atau panduan yang jelas tentang bagaimana menerapkan HAM. Terlebih lagi, pendekatan semacam itu menemui kesulitan praktis karena banyak HAM memerlukan alokasi anggaran yang besar dan tidak dapat dilaksanakan sendiri, pemerintah menghadapi kompromi yang tidak terhindarkan dalam jangka pendek. Kelangkaan sumber daya (scarcity of resources) menghalangi negara­negara menerapkan semua HAM dengan kecepatan yang sama. Kendala ekonomi dan biaya politik seringkali membutuhkan prioritas HAM. Dalam konteks ini, negara harus menjunjung tinggi HAM ex ante, melakukan langkah­langkah yang tepat terhadap realisasi dan penghormatan terhadap HAM. Oleh karena itu, kewajiban negara tidak terbatas pada membangun kerangka hukum yang memadai dan mekanisme penegakan hukum yang efektif yang bertujuan melindungi individu terhadap pelanggaran HAM. Negara juga harus mengalokasikan sumber daya dan kebijakan menuju implementasi penuh HAM. Lihat, Alberto Quintavalla & Klaus Heine Priorities and human rights, The International Journal of Human Rights,

(2019) 23:4, 679­697, DOI: 10.1080/13642987.2018.1562917, h. 679­681.8 Claire Methven O’brien, et.al., National Action Plans: Current Status and Future Prospects

for a New Business and Human Rights Governance Tool, (Cambridge University Press , Business and Human Rights Journal, 1, 2015), h. 117.

Page 27: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

4

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

PBB.9 RAN adalah dokumen kebijakan yang dirancang pemerintah

yang mengartikulasikan prioritas negara dan menunjukkan tindakan

di masa depan untuk mendukung pelaksanaan kewajiban hukum

atau komitmen kebijakan pada topik tertentu.10 RAN mengenai Bisnis

dan HAM dapat dilihat sebagai instrumen soft law dan instrumen tata

kelola baru (new governance tool) untuk mempromosikan konvergensi

praktik negara yang ditujukan ke arah pencapaian tujuan atau standar

yang menghasilkan kebijakan untuk merespon isu (permasalahan) yang

bersifat kompleks.11 Dalam konteks ini, menurut Daniel Augenstein,

Mark Dawson and Pierre Thielbörger, maka RAN mengenai bisnis dan

HAM harus mengejar 3 (tiga) tujuan yang lebih luas, berikut ini: 12

1. Melakukan inventarisasi langkah­langkah negara yang sudah

ada (taking stock of existing state measures) yang berkontribusi

pada implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB;

2. Mengidentifikasi kesenjangan dalam kerangka kerja hukum dan

kebijakan negara yang membutuhkan tindakan lebih lanjut; dan

3. Menguraikan strategi untuk menutup celah perlindungan dan

untuk mencegah dan memperbaiki pelanggaran HAM yang

berkaitan dengan perusahaan.

9 Daniel Augenstein, Mark Dawson, and Pierre Thielbörger, The UNGPs in the European

Union: The Open Coordination of Business and Human Rights? (Cambridge University Press, Business and Human Rights Journal, 3 (2018), h. 2.

10 Sebelum diterapkan pada bisnis dan HAM, RAN sudah digunakan di bidang kebijakan lain yang relevan, termasuk HAM, secara umum dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

11 Claire Methven O’brien, et.al, op.cit, h. 119­120.12 Daniel Augenstein, Mark Dawson, and Pierre Thielbörger, op.cit, h. 4. Sementara itu,

Guidance on National Action Plans on Business and Human Rights yang disusun oleh UN Working Group on Business and Human Rights memberikan aksentuasi pada 4 (empat) kriteria penting agar RAN dapat efektif. Pertama, RAN harus dibentuk dengan merujuk pada Prinsip­Prinsip Panduan PBB. RAN harus merefleksikan tugas­tugas negara secara memadai di bawah hukum HAM internasional untuk melindungi dari dampak negatif HAM, yang terkait dengan bisnis dan menyediakan akses yang efektif untuk pemulihan. RAN harus ditopang oleh prinsip­prinsip inti HAM non­diskriminasi dan kesetaraan. Kedua, RAN harus spesifik sesuai dengan konteks negara dan mengatasi pelanggaran HAM yang aktual dan potensial terkait bisnis di negara tersebut. Selain itu, RAN juga merefleksikan prioritas spesifik negara atau sektor­sektor penting dalam ekonomi nasional. Ketiga, pengembangan dan penyusunan serta implementasi RAN dilakukan melalui proses yang inklusif dan transparan, dengan mempertimbangkan pandangan dan kebutuhan para pihak yang terkena dampak dan para aktor, baik pemerintah maupun aktor non­pemerintah yang relevan. Keempat, RAN harus ditinjau secara berkala untuk memastikan kemajuan yang berkelanjutan dalam meningkatkan perlindungan HAM, dan untuk membangun tanggapan efektif terhadap perubahan konteks dan berkembang secara progresif sesuai dengan dinamika. Lihat, UN Working Group on Business and Human Rights, Guidance on

National Action Plans on Business and Human Rights, (Geneva: 2016), h. i.

Page 28: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

5

P E N D A H U L U A N

RAN dapat diletakkan sebagai kerangka kerja untuk implementasi

komitmen politik HAM suatu negara untuk memaknai dan

menerjemahkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB yang mensyaratkan ada

kebijakan campuran yang cerdas (smart mix policy), baik yang bersifat

wajib maupun sukarela, untuk menumbuhkan rasa hormat bisnis

terhadap HAM yang mencakup segala sesuatu mulai dari undang­

undang, peraturan, hingga pedoman, dan tindakan lainnya. Kebijakan

campuran berarti melihat keempat aspek, baik nasional, internasional,

wajib dan sukarela, bukan hanya satu atau dua yang paling nyaman

atau yang sudah ada. Oleh karena itu, tugas negara untuk melindungi

harus melibatkan langkah­langkah legislatif dan peraturan di tingkat

nasional, dan infrastruktur pendukung, seperti penegakan hukum,

insentif dan pedoman yang diperlukan untuk menjadikannya bermakna

dalam praktik. Tanpa ada upaya untuk menggunakan keempat aspek

kebijakan campuran ini, maka Prinsip­Prinsip Panduan PBB tidak akan

pernah memenuhi potensi yang sebenarnya.13

Selain itu, RAN juga semestinya dikonstruksikan untuk memperkuat

tatanan polisentrik yang menjadi fondasi pelaksanaan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB. Prinsip­Prinsip Panduan PBB mengadopsi pendekatan

polisentris (polycentric approach) untuk mencegah dan memperbaiki

penyalahgunaan HAM yang berkaitan dengan perusahaan berdasarkan

pada wawasan bahwa perilaku perusahaan di tingkat global dibentuk

oleh tiga sistem tata kelola yang berbeda: sistem tata kelola politik yang

terdiri dari aturan hukum publik domestik dan internasional; sistem

pemerintahan sipil di mana pemangku kepentingan yang terkena

dampak operasi bisnis menggunakan mekanisme kepatuhan sosial dan

hukum seperti kampanye advokasi dan litigasi strategis; dan sistem tata

kelola perusahaan yang menginternalisasi tekanan dan harapan dari

dua sistem lainnya.14

Berbeda dengan Uni Eropa dan negara­negara anggotanya yang

secara mayoritas telah mengembangkan RAN Bisnis, Kawasan ASEAN

masih tetap terus mengejar “ketertinggalan” dengan mengadakan

berbagai kegiatan dalam mendorong promosi Prinsip­Prinsip Panduan

13 Shiftproject, Fulfilling the State Duty to Protect: A statement on the role of mandatory

measures in a “smart mix” when implementing the UNGPs, (Shift, 2019), h. 214 Daniel Augenstein, Mark Dawson, and Pierre Thielbörger, op.cit, h. 2.

Page 29: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

6

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

PBB di level ASEAN. Sejak 2015, UNDP telah bekerjasama dengan

AICHR dalam bisnis dan HAM, termasuk mengembangkan dan meng­

implementasikan pelatihan dan acara pembelajaran bersama untuk

perwakilan AICHR dan pemangku kepentingan lainnya dari wilayah

tersebut.15 Secara umum, Kawasan ASEAN tidak secara eksplisit

menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB, meskipun pemajuan bisnis

yang bertanggung jawab ada dalam agenda kebijakan ASEAN. Isu yang

lebih berkembang di kawasan ASEAN berkaitan dengan tanggung

jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR)16 yang

sebenarnya jauh di bawah standar Prinsip­Prinsip Panduan PBB.17

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tujuan strategis

di bawah Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio

15 AICHR Background Note on Human Rights Cooperation, https://www.ohchr.org/Documents/Countries/Cooperation/2019/Geneva/Amara_Pongsapich.pdf, diakses pada 11 April 2020.

16 Cetak Biru Masyarakat Sosial­Budaya ASEAN (ASCC) memberikan tatas waktu sampai pada 2010 untuk pengembangan ‘model kebijakan publik tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau instrumen hukum untuk referensi Negara­negara Anggota ASEAN. Studi tematis tentang tanggung jawab sosial dan HAM dilakukan sebagai kelanjutan dari tujuan dari ASCC. Pada September 2013, rekomendasi akhir untuk Rencana Aksi ASEAN untuk tanggung jawab sosial perusahaan dikeluarkan oleh perwakilan pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil. Rencana ini ini tampaknya tidak berhubungan dengan tindakan negara secara individu, namun justru diarahkan pada tindakan, seperti peningkatan kapasitas, berbagi pengetahuan dan komunikasi lintas batas dan kerjasama antar negara. Lihat, Mahdev Mohan and Cynthia Morel, (eds.), Business and Human Rights in Southeast Asia: Risk and the Regulatory Turn, (Oxon: Routledge, 2015), h. 30­31.

17 Tanggung jawab sosial perusahaan secara historis, telah berfokus pada kesukarelaan perusahaan dan harapan korporasi sebagai warga negara dengan tanggung jawab yang timbul dari peran mereka sebagai mitra sosial. Perusahaan didorong untuk terlibat dalam berbagai kegiatan mulai dari filantropi perusahaan hingga langkah untuk memberikan bantuan ketika pemerintah gagal bertindak karena itu bagus untuk bisnis. Tanggung jawab sosial bagaimanapun, sering menekankan pengambilan keputusan secara mandiri daripada pengenaan persyaratan baru yang mengikat secara hukum dan tindakan sukarela daripada peraturan yang disponsori negara. Sebaliknya, bisnis dan HAM, tumbuh dari upaya untuk menuntut akuntabilitas perusahaan untuk mengurangi atau mencegah dampak negatif dari kegiatan bisnis pada individu dan masyarakat dan di luar ekspektasi yang didasarkan pada serangkaian inti kewajiban HAM. Bisnis dan HAM memiliki fokus lebih sempit untuk meminta perusahaan bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh bisnis dalam melindungi dan mempromosikan HAM. Bisnis dan HAM memfokuskan perusahaan, negara, dan masyarakat sipil pada penilaian perilaku korporasi terhadap Prinsip­prinsip HAM yang diakui secara universal yang terkandung dalam seperangkat perjanjian penting. Hal ini dapat dimaknai lebih jauh bahwa bisnis dan HAM berfokus pada korban atau masyarakat yang terkena dampak dan mengartikulasikan keprihatinan mereka dalam hal luasnya hak­hak berbasis perjanjian dalam upaya untuk memberikan dasar yang jelas untuk pemulihan dan keadilan. Lihat, Anita Ramasastry, Corporate Social Responsibility Versus Business and

Human Rights: Bridging the Gap Between Responsibility and Accountability, (Journal of Human Rights, Routledge Taylor & Francis Group, 2015), h. 237­238.

Page 30: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

7

P E N D A H U L U A N

Cultural Community Blueprint) atau Cetak Biru. Di bawah Cetak Biru

ini, CSR dikatakan berkontribusi terhadap pembangunan sosial­ekonomi

yang berkelanjutan di Negara­negara Anggota ASEAN.18 Walaupun

begitu, beberapa negara di Kawasan ASEAN seperti Indonesia, Malaysia

dan Myanmar telah mulai menunjukkan komitmennya untuk menciptkan

iklim berusaha yang lebih bertanggung jawab dengan menghormati

aspek HAM dan berupaya untuk melindungi hak­hak masyarakat dari

dampak bisnis korporasi ketika tercatat sebagai negara yang sedang

dalam proses mengembangkan RAN atau telah berkomitmen untuk

mengembangkannya menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk HAM

(Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights

(OHCHR)).19 Bahkan Thailand pada Oktober 2019 telah menerbitkan

RAN Bisnis dan HAM sekaligus mencatatkan dirinya sebagai satu­satunya

Negara di Kawasan ASEAN yang memiliki RAN Bisnis dan HAM.

Apabila dibandingkan dengan negara­negara lain di Kawasan

ASEAN, seperti halnya Thailand, Indonesia tidak dapat dikatakan

“tertinggal” atau tidak lebih maju dalam mempromosikan isu bisnis

dan HAM. Pasalnya, telah banyak inisiasi yang telah dilakukan baik

oleh pemerintah, korporasi, maupun oleh organisasi masyarakat sipil.

Upaya yang dilakukan pemerintah, khususnya oleh kementerian/

lembaga dapat dilihat melalui ilustrasi di bawah ini.

18 Thomas Thomas, Whither Corporate Social Responsibility and the UN Guiding Principles

on Business and Human Rights in ASEAN? dalam Mahdev Mohan and Cynthia Morel (eds.), Business and Human Rights in Southeast Asia Risk and the Regulatory Turn,

(Oxon: Routledge, 2015), h. 13 19 https://www.ohchr.org/EN/Issues/Business/Pages/NationalActionPlans.aspx, 26 September

2019, pukul 23.59 WIB.

Page 31: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

8

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Berdasarkan pemetaan di atas, sudah ada langkah­langkah nyata

yang sudah dilakukan oleh Pemerintah, khususnya Kementerian/

Lembaga. Langkah­langkah tersebut menunjukkan adanya komitmen

politik yang cukup baik dalam pemajuan isu bisnis dan HAM,

meskipun sampai saat ini belum terbangun kebijakan yang koheren,

karena isu bisnis dan HAM masih menjadi pembahasan di kalangan

kementerian/lembaga tertentu saja. Situasi ini juga memperlihatkan

apa yang dikhawatirkan oleh John Ruggie bahwa ada kesenjangan tata

kelola pemerintahan dalam melindungi HAM yang terdampak oleh

bisnis berpotensi terjadi apabila koherensi kebijakan tidak terbangun.

Koherensi Kebijakan didefinisikan oleh OECD sebagai promosi

sistematis dari tindakan kebijakan yang saling menguatkan lintas

departemen dan lembaga pemerintah yang menciptakan sinergi untuk

mencapai tujuan yang disepakati. Dalam konteks bisnis dan HAM,

pentingnya koherensi kebijakan ditekankan oleh Prinsip­Prinsip

Panduan PBB di bawah Prinsip Panduan ke­8 (Memastikan koherensi

kebijakan). Prinsip ini menyatakan bahwa:20

“Negara harus memastikan bahwa kementerian/lembaga pemerintah dan

lembaga berbasis negara lainnya yang membentuk praktik bisnis menyadari

dan mematuhi kewajiban HAM Negara ketika memenuhi mandat masing­

masing, termasuk dengan memberikan mereka informasi, pelatihan, dan

dukungan yang relevan.”

Koherensi kebijakan bergantung pada komunikasi, kolaborasi, dan

koordinasi lintas kementerian dan lembaga pemerintah.21 Situasi serupa

juga terjadi di sektor bisnis, beberapa bisnis dan asosiasi perusahaan telah

mencoba mengembangan berbagai instrumen untuk menghormati HAM

melalui pengembangan kebijakan perusahaan, pelaksanaan tanggung

jawab sosial perusahaan, self-regulation dan code of conduct.

Titik kritis yang masih perlu direspon berkaitan dengan keterlibatan

korporasi dalam pengembangan kerangka kebijakan dan peraturan guna

menjamin kepastian hukum untuk melakukan investasi. Tata kelola

polisentrik yang berbasis pada pendekatan pemangku kepentingan

jamak (multi-stakeholders approach) mensyaratkan pelibatan berbagai

20 https://globalnaps.org/issue/policy­coherence/, diakses pada 26 September 2019, pukul 23.59 WIB

21 Secretary­General of the OECD, loc.cit.

Page 32: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

9

P E N D A H U L U A N

aktor non­negara, termasuk korporasi untuk dilembagakan dalam

proses perancangan, implementasi, dan pemantauan kebijakan. Pada

titik ini pula mengemuka pertanyaan sejauh mana korporasi dilibatkan

dalam pengembangan kebijakan untuk merespon isu bisnis dan HAM?

Sementara itu, organisasi masyarakat sipil juga telah mencoba

mengadvokasi isu bisnis dan HAM dengan strategi dan pendekatan

yang berbeda­beda, baik melalui kolaborasi (kemitraan), kompromi,

maupun konfrontasi melalui ruang publik. Organisasi masyarakat

sipil memiliki peran penting pada ruang publik untuk mengadvokasi

masyarakat terdampak baik kepada negara maupun korporasi.

Dalam implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB, entitas bisnis

dan masyarakat sipil dapat beroperasi dan mendapat manfaat dari

ruang bersama (shared space). Ruang masyarakat sipil yang berfungsi

(functioning civil society space) adalah ruang beroperasinya hak­

hak dasar dan supremasi hukum yang dihormati dan dijalankan oleh

pemerintah, warga negara, dan semua organisasi, baik komersial

maupun nirlaba. Ruang bersama ini mencakup institusi dan aturan yang

menjamin hak dan perlindungan yang menjadi tumpuan masyarakat

sipil dan bisnis. Negara berdasarkan aturan hukum (rule of law) dan

kebebasan berekspresi, berserikat dan berkumpul sangat penting bagi

perwujudan semua HAM, tata kelola pemerintahan yang baik, dan

lembaga yang bertanggung jawab. Ruang masyarakat sipil bersama

ditambatkan dalam akuntabilitas struktur pemerintahan dan rasa hormat

terhadap supremasi hukum. Pelaku dan perusahaan masyarakat sipil

bergantung pada kerangka hukum dan kelembagaan yang menentukan

ruang bersama untuk beroperasi. Dengan kata lain, masyarakat sipil

tidak dapat berkembang dan bisnis tidak dapat berkembang di luar

kerangka kerja ini.22

Respon masyarakat sipil, khususnya organisasi masyarakat sipil

terhadap korporasi tidak terlepas dari lanskap bisnis yang telah

berubah. Sektor swasta memainkan peran yang semakin penting

dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Oleh karena itu,

masyarakat sipil perlu semakin aktif dalam menanggapi peran sektor

22 Bennett Freeman, et.al, Shared Space Under Pressure: Business Support For Civic Freedoms

And Human Rights Defenders, (BHRRC and ISHR, 2018). h. 6.­19

Page 33: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

10

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

swasta yang terus tumbuh. Masyarakat sipil dan bisnis dapat tumbuh

bersama dan mengembangkan relasi yang produktif satu sama lain,

dan dengan negara sehingga tidak harus terjadi zero zum game.23 Phil

Bloomer dari Business and Human Rights Resource Centre dan Vicky

Dodman, dari Corporate Benchmark, menyatakan:24

“Secara klasik, wacana HAM berfokus pada tanggung jawab negara untuk

menegakkan hak­hak warga negara, dan didominasi oleh para pakar hukum

dan konstitusi. Namun pertumbuhan kekuatan dan pengaruh bisnis terhadap

pekerja dan komunitas tempat mereka beroperasi, di seluruh dunia, telah

mengangkat isu bisnis dan HAM.”

Apabila mengingat skala tantangan, Uwe Gneiting dari Oxfam menya­

takan meningkatnya rentang tindakan sektor swasta telah menambah

kompleksitas respons masyarakat sipil:25

“Hari ini kita melihat serangkaian interaksi yang jauh lebih beragam

antara masyarakat sipil dan sektor swasta, termasuk peningkatan sejumlah

pengaturan kolaboratif, mulai dari kemitraan formal hingga dialog kebijakan.

Keragaman keterlibatan organisasi masyarakat sipil dengan sektor swasta

telah menghadirkan ujian bagi masyarakat sipil. Peluang untuk terlibat

telah mengungkap berbagai teori perubahan dan mempersulit kemampuan

masyarakat sipil untuk bersama dalam posisi atau inisiatif tertentu. Dari

hak­hak pekerja hingga perubahan iklim, dan dari kesehatan global hingga

perdagangan yang adil, organisasi masyarakat sipil telah mengambil pen­

dekatan berbeda tentang bagaimana cara terlibat dengan sektor swasta.”

Respon organisasi masyarakat sipil searah dengan tujuan advokasi

minimal yang diarahkan pada prinsip pertama bahwa bisnis jangan

mem bahayakan (first do no harm) ketika menyangkut HAM, termasuk

hak­hak masyarakat sipil. Rajiv Joshi dari B Team menyarankan bahwa

bahkan ada beberapa contoh pengawasan organisasi masyarakat sipil

dapat diterima oleh perusahaan, dalam membantu untuk menghindari

kerusakan reputasi yang mungkin timbul dari kegagalan untuk melaku­

kan uji tuntas yang memadai. Dengan kata lain, relasi yang dibangun

itu tidak perlu bersifat antagonis.26

23 CIVICUS, CIVICUS State of Civil Society Report 2017, Thematic Overview: Civil Society and

the Private Sector, (Johannersburg, CIVICUS, 2017), h. 624 Ibid, h. 3925 Ibid26 David Logan dari Corporate Citizenship menyatakan bahwa sebagian besar perusahaan

akan mematuhi undang­undang, setelah ini disahkan, namun mungkin tidak melangkah lebih jauh dari kepatuhan minimal

Page 34: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

11

P E N D A H U L U A N

Kecenderungan ini dicerminkan peningkatan kemitraan bisnis

LSM (NGO business Partnerships) atau lebih umum kemitraan sosial

lintas­sektor (cross-sector social partnerships). Kemitraan semacam

itu telah menjadi topik hangat dalam debat tentang Corporate Social

Responsibility (CSR).27 Konstelasi postnasional adalah paradigma yang

menentukan untuk memeriksa interaksi antara organisasi masyarakat

sipul dan perusahaan. Istilah konstelasi postnasional (postnational

constellation) menunjukkan upaya untuk menggambarkan kondisi

global yang berubah sehubungan dengan aktor yang relevan.

Seiring demgan menurunnya pengaruh negara­negara sebagai aktor

paling kuat dalam skala global dianggap sebagai perubahan paling

substansial. Negara tetap menjadi aktor global yang penting, namun

mereka harus berbagi pada arena global dengan pemain global, seperti

perusahaan multinasional dan organisasi masyarakat sipil.28 Konstelasi

postnasional tidak hanya ditandai oleh interaksi baru antara lembaga

internasional dan organisasi masyarakat sipil. Proses politik juga terjadi

di luar lembaga internasional, yaitu antara organisasi masyarakat sipil

dan perusahaan multinasional. Di dalam konstelasi postnasional ada

banyak masalah yang tidak dapat disangkal bersifat publik, efektif

lintas batas, namun belum diatur. Namun, apabila konsepsi regulasi

yang lebih luas diadopsi, maka terdapat isu­isu yang dapat diintervensi

oleh organisasi masyarakat sipil dalam interaksi langsung mereka

dengan perusahaan di bawah kategori regulasi sipil (civil regulation).

Perusahaan seringkali pasif dalam menghadapi masalah sosial dan lingkungan yang tidak memiliki dampak langsung dan mendasar pada bisnis mereka. Perusahaan mungkin tidak ingin mengambil tanggung jawab lebih dari yang sudah mereka miliki. Selain itu, ada kepercayaan luas bahwa masalah­masalah ini lebih merupakan tanggung jawab pemerintah dan badan antar­pemerintah, dan asosiasi perdagangan, daripada bisnis individu. Setelah undang­undang disahkan, sebagian besar perusahaan senang memiliki level playing field dan mematuhinya.

Lihat, ibid, h. 41­5527 Dorothea Baur, NGOs as Legitimate Partners of Corporations: A Political Conceptualization,

(Dordrecht Dordrecht:Springer, 2011), h. x28 Politik postnasional bukan hanya kelanjutan dari politik internasional oleh berbagai

aktor. Fenomena masyarakat sipil sebagai kekuatan politik dalam konstelasi postnasional juga tercakup dalam istilah tata kelola pemerintahan tanpa pemerintah (governance without government). Dalam konteks ini dimungkinkan untuk mempromosikan tatanan global yang lebih demokratis tanpa harus menciptakan entitas material atau organisasi formal yang biasanya terkait dengan konsep pemerintahan. Organisasi masyarakat sipil dianggap sebagai salah satu mekanisme capaian dalam tata kelola pemerintahan tanpa pemerintah. Lihat, Ibid, h. 21

Page 35: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

12

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Regulasi sipil menunjukkan kuasi­regulasi bisnis oleh masyarakat

sipil dan mencakup kode yang didasari pada kesukarelaan yang

menetapkan tanggung jawab perusahaan global untuk menangani

praktik ketenagakerjaan, kinerja lingkungan, dan kebijakanHAM. 29

Prinsip­prinsip Panduan PBB telah meningkatkan harapan bahwa

perusahaan harus berpegang pada standar HAM. Masyarakat sipil dapat

menggunakan peluang­peluang Prinsip­Prinsip Panduan PBB untuk

advokasi. Michael Ineichen, dari International Service for Human Rights,

Mauricio Lazala dan Ana Zbona, keduanya dari Business and Human

Rights Resource Centre, menyarankan bahwa Rencana Aksi Nasional

dapat menawarkan titik masuk untuk dialog organisasi masyarakat sipil

dengan negara­negara mengenai penerapan norma­norma HAM untuk

bisnis, sementara Gretchen Gordon, dari Coalition for Human Rights in

Development, juga merekomendasikan bahwa masyarakat sipil harus

mencoba untuk membuka proses di sekitar Rencana Aksi Nasional dan

menggunakannya untuk memulai percakapan, menegaskan akuntabilitas

dan memperkuat uji tuntas HAM.30

Pada titik ini menjadi penting bagi masyarakat sipil untuk mulai

membangun relasinya dengan korporasi guna memperluas pilihan

strategi advokasi. Perluasan strategi advokasi dapat menjadi peluang

menciptakan akses untuk menyusun kebijakan HAM, mendorong uji

tuntas HAM, dan mengembangkan mekanisme pemulihan bagi korban

terdampak yang efektif dan responsif.

29 Ibid, h. 2330 CIVICUS, op.cit., h. 69

Page 36: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

13

P E N D A H U L U A N

Berdasarkan situasi tersebut di atas mengemuka permasalahan

mengenai bagaimana kapasitas tata kelola jaringan dari norma­norma

yang diprakarsai oleh banyak pemangku kepentingan untuk menyatukan

pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta untuk mengatasi isu

bisnis dan HAM kompleks. Oleh karena itu sangat penting terdapat

kerangka kebijakan yang berisikan RAN mengenai Bisnis dan HAM

yang dapat mendorong kapasitas, sumber daya, dan pengetahuan yang

dimiliki oleh pemerintah, korporasi dan organisasi masyarakat sipil untuk

mengatasi hambatan dalam mengimplementasikan bisnis dan HAM.

1.2. Rumusan Permasalahan

Seiring dengan proliferasi dalam pengembangan hukum internasional,

kini hukum internasional yang ditandai dengan semakin banyak bagian

dari standar normatif yang dihasilkan melalui instrumen alternatif yang

tidak memiliki kekuatan sebagai hukum positif. Hukum internasional

yang bersifat lunak (soft law in international law) ini memiliki implikasi

terhadap substansi hukum internasional karena mengisi kekosongan

norma yang ditinggalkan oleh Hukum Perjanjian Internasional.

Meskipun bersifat lunak namun memberikan kekuatan normatif karena

memberikan interpretasi untuk memperluas dan membatasi perlindungan

HAM dalam konteks rezim yang ada.31 Perubahan ini menandai adanya

pergeseran dari pemerintah menuju tata kelola pemerintahan (shifting

from government to governance) sehingga menyiratkan munculnya

metode baru dalam proses pengambilan keputusan. Pergeseran ini juga

menandai transisi dari bentuk tatanan yang hierarkis ke tatanan yang

lebih berbasis jaringan dalam pengambilan keputusan. Pada saat yang

sama juga terjadi difusi batas antara aktor swasta dan publik. Difusi

antara aktor publik dan aktor privat juga menandai pergeseran upaya

mengatur kegiatan sektor swasta dan publik.32

Perubahan pada ranah global juga akan berdampak pada ranah

nasional (domestik). Hal ini tidak terlepas dari karakterisitik dari rezim

HAM bahwa perjanjian HAM internasional memiliki dampak politik

31 Stéphanie Lagoutte, Thomas Gammeltoft­Hansen, John Cerone, Tracing the Roles of Soft

Law in Human Rights, (Oxford: Oxford University Press, Year: 2017), h. 1.32 Filippo M. Zerilli, The rule of soft law: An introduction, (Journal of Global and Historical

Anthropology 56, 2010), h. 6.

Page 37: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

14

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

yang hanya terjadi di wilayah politik, yakni di ranah domestik. Dengan

kata lain, Perjanjian HAM Internasional dapat memiliki efek penting

pada politik dalam negeri, dengan memberdayakan individu dan

kelompok, dan pada saat yang sama dengan membatasi kebijakan

politik pemerintah.33 RAN dapat diletakkan sebagai instrumen pada level

nasional untuk mengefektifkan tata kelola HAM yang memberdayakan

pemegang hak dan menghasilkan ruang untuk dialog dan saling

pengertian yang lebih besar antara pemangku kepentingan.34

Proses implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB ke dalam kerangka

kebijakan nasional dan pemaknaan serta penafsiran ketiga aktor dengan

memodifikasi diagram alur dari Aliya Alimu sebagai berikut.35

Pada titik ini, RAN mengenai Bisnis dan HAM menjadi penting

sebagai instrumentasi komitmen politik HAM dan instrumen untuk

mengefektifkan norma Prinsip­Prinsip Panduan PBB oleh para aktor

agar dapat memberdayakan para pemegang HAM yang terdampak

oleh aktivitas korporasi. Praktik­praktik terbaik dari negara­negara

yang sudah memiliki RAN dan pola­pola RAN berdasarkan pendekatan

33 Johan Karlsson Schaffer, Legitimacy, global governance and human rights institutions:

Inverting the puzzle, (Research Seminar in Practical Philosophy and Political Theory, University of Gothenburg, 2012), h. 20.

34 Aliya Alimu, Business and Human Rights in ASEAN The Role of Multi-Stakeholder

Initiated Corporate Norms, (Asian Society of International Law Regional Conference on International Law and a Dynamic Asia, 2016), h. 120.

35 Ibid, h. 121.

Page 38: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

15

P E N D A H U L U A N

regionalisme perlu diidentifikasi sebagai pembelajaran untuk diadopsi

menjadi kerangka nasional yang dapat menjadi rujukan bersama oleh

ketiga aktor tersebut.

Namun demikian menurut penilaian Shift, RAN yang semestinya

dipahami sebagai tugas proaktif dengan menitikberatkan pada upaya

negara secara aktif menilai keefektifan dari apa yang ada saat ini,

memahami kesenjangan yang ada, dan mengidentifikasi cara untuk

mengatasi kesenjangan tersebut. Namun sampai saat ini sebagian besar

RAN yang ada hanya mencerminkan pendekatan yang lebih pasif karena

hanya berisikan daftar tindakan dan bukan penilaian yang mendalam

mengenai tindakan yang lebih dibutuhkan untuk mengefektifkan Prinsip­

Prinsip Panduan PBB dalam konteks nasional setiap negara.36

1.3. Tujuan Penelitian

Praktik­praktik terbaik yang teridentifikasi dalam RAN yang sudah

tersusun oleh banyak negara untuk menemukan konteks lokal dan

pola­pola pengaturan berdasarkan karakteristik regional dapat dijadikan

sebagai bahan pembelajaran bagi ketiga aktor, baik pemerintah,

korporasi, maupun masyarakat sipil dalam memaknai dan menafsirkan

Prinsip­Prinsip Panduan PBB sesuai dengan tanggung jawab mereka

masing­masing.

Setelah teridentifikasi praktik­praktik terbaik dan pendekatan

regionalisme, kemudian diharapkan penelitian ini dapat menyusun

rumusan rekomendasi bagaimana model pengaturan (kebijakan)

yang efektif dalam mengimplementasikan Prinsip­Prinsip Panduan

PBB. Rekomendasi ini disusun berdasarkan refleksi pemaknaan

dan penafsiran yang telah dilakukan oleh ketiga aktor tersebut

telah mengembangkan rencana tindakan yang dibutuhkan untuk

mengefektifkan implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

Pada konteks ini, sistem HAM regional memiliki peran penting

sebagai modalitas ke depan untuk mendukung proyek yang telah

dilakukan John Ruggie pada bidang HAM dan bisnis.37 Berbagai

36 Shiftproject, op.cit., h. 1. 37 Cecilia Anicama, Business Responsibilities and Human Rights in Latin America: Lessons

and Inspiration for the Future, dalam Karin Buhmann, Lynn Roseberry, Mette Morsing, (eds.), Corporate Social and Human Rights Responsibilities: Global Legal and Management

Perspectives, (New York: Palgrave Macmillan, 2011), h. 191

Page 39: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

16

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

perjanjian HAM regional melengkapi perjanjian internasional yang

ada dengan memungkinkan tingkat subsidi tertentu dan keragaman

penafsiran tentang HAM universal untuk konteks tertentu.38

1.4. Kerangka Konseptual Penelitian

Teori tata kelola multi­level dan pluralisme hukum saling

bersinggungan. Kedua konsep ini menolak gagasan tentang tata

hierarki pemerintahan global karena tata kelola tersebar di berbagai

aktor di tingkat yang berbeda. Pada saat yang sama, tatanan normatif

yang berbeda hidup berdampingan dan berpotensi bersaing satu sama

lain.39 Meskipun tidak ada karakteristik tunggal yang memisahkan

38 Carol C. Gould, Interactive Democracy: The Social Roots of Global Justice, (Cambridge: Cambridge University Press, 2014), h. 159­160

39 Meskipun demikian, ada juga perbedaan penting. Konsep tata kelola multi­level terutama berkaitan dengan agen dan proses interaksinya. Sementara itu, konsep pluralisme hukum, meskipun tidak sepenuhnya mengabaikan peran aktor dalam menciptakan dan memanfaatkan pluralisme hukum untuk memajukan kepentingan mereka, konsep ini

cenderung berfokus pada struktur normatif melalui berbagai cara­cara untuk melakukan interaksi, saling berbenturan, dan saling menyuburkan satu sama lain. Oleh karena itu, untuk memahami sepenuhnya implikasi aturan hukum dari tata kelola pemerintahan di luar negara­bangsa, maka harus mempertimbangkan agensi serta struktur, dan juga proses dan mekanisme kausal yang menghubungkan satu sama lain. Theresa Reinoldand Monika Heupel, Introduction: The Rule of Law in an Era of Multi-level Governance

and Global Legal Pluralism, dalam, Monika Heupel and Theresa Reinold (Eds.), The Rule

of Law in Global Governance, (London: Macmillan Publishers Ltd, 2017), h. 4­5.

Page 40: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

17

P E N D A H U L U A N

tata kelola baru dari model tata kelola lain, mekanisme ini mencakup

beberapa atau semua dimensi berikut:40

1. Partisipasi dan pembagian kekuasaan

Banyak pendekatan tata kelola pemerintahan baru melibatkan

cara­cara baru untuk memperluas partisipasi elemen masya ­

rakat sipil dalam pembuatan kebijakan. Beberapa memerlukan

tingkat pembagian kekuasaan yang lebih besar daripada

undang­undang atau peraturan konvensional. Dengan demi­

kian, dalam beberapa kasus, pembuatan kebijakan dapat dilihat

bukan sebagai sesuatu yang harus dilakukan oleh regulator

otonom melainkan sebagai proses penyelesaian masalah

bersama antara pemangku kepentingan, baik pemerintah dan

sektor swasta, dan dari berbagai tingkat pemerintahan;

2. Integrasi multi­level

Tata kelola pemerintahan baru cenderung menerima perlunya

koordinasi aksi dan aktor di berbagai tingkatan pemerintahan,

serta antara pemerintah dan aktor swasta. Ini berarti bahwa

mekanisme tata kelola baru dapat mencakup instrumen yang

menyatukan para aktor dari berbagai tingkat pemerintahan

bersama­sama dengan cara dialog dan koordinasi;

3. Keanekaragaman dan desentralisasi

Tata kelola pemerintahan baru, tidak seperti banyak undang­

undang dan peraturan suatu negara menerima keanekaragaman

yang terkoordinasi dan mendesentralisasikan pembuatan

kebijakan sampai pada tingkat serendah mungkin;

4. Deliberatif

Banyak mekanisme tata kelola pemerintahan yang baru

dirancang untuk mendorong pembahasan yang lebih luas

di antara para pemangku kepentingan tentang sifat masalah,

cara terbaik untuk menyelesaikannya, dan tantangan untuk

melaksanakan solusi dalam konteks yang sangat berbeda.

Perluasan keterlibatan para pemangku akan meningkatkan

legitimasi dan demokratisasi;

40 Joanne Scott and David M. Trubek, Mind The Gap: Law And New Approaches To Governance

In The European Union, (European Law Journal, Vol. 8, Issues 1, 2002), h. 5­6.

Page 41: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

18

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

5. Fleksibilitas dan dapat ditinjau kembali

Banyak pendekatan yang muncul dalam bidang tata kelola

pemerintahan yang baru cenderung kurang mengandalkan

pada aturan formal dan “hard law” menuju pada standar

terbuka, pedoman yang fleksibel dan dapat direvisi, dan

bentuk­bentuk lain “soft law”. Dengan cara ini, mekanisme

ini dapat beradaptasi dengan keberagaman, toleransi pada

pendekatan alternatif untuk pemecahan masalah, dan

membuatnya lebih mudah untuk merevisi strategi dan standar

mengingat pengetahuan yang berkembang;

6. Eksperimen dan penciptaan pengetahuan

Beberapa mekanisme tata kelola pemerinthan yang baru

memfasilitasi eksperimen dan penciptaan pengetahuan baru.

Pengetahuan baru dapat berasal dari proses deliberatif, dari

menggabungkan eksperimen lokal dengan pengawasan

multilateral, dan dari cara formal dan informal untuk bertukar

hasil, membandingkan kinerja, dan berbagi praktik terbaik.

Dalam bidang HAM, berkaitan dengan bisnis dan HAM, tata kelola

HAM (human rights governance) telah bergerak melampaui saluran

formal dan tanggung jawab diberikan kepada aktor selain negara. John

Ruggie mengkonstruksikan norma untuk membagi beban tanggung

jawab berbeda dan bersama antara negara dan bisnis untuk melindungi,

menghormati, dan memulihkan HAM.41 Dengan kata lain, tata kelola

global umumnya didefinisikan sebagai turunan tata kelola tanpa adanya

pemerintahan. Kompleks rezim ditandai dengan dominasi norma yang

bersifat divergen ketimbang sistem aturan yang sebelumnya koheren.

Teori tata kelola yang baru bersandar pada premis bahwa negara dengan

sendirinya tidak dapat melakukan semua upaya berat yang diperlukan

untuk memenuhi tantangan sosial yang paling mendesak. Negara

perlu melibatkan aktor­aktor lain untuk meningkatkan kapasitasnya.

Oleh karena itu, John Ruggie menekankan regulasi responsif melalui

kerja sama informal, kemitraan publik­swasta, dan proses multipihak.42

41 Mark P. Lagon, Human Rights Governance: Multistakeholderism Without States’ Stake, https://www.cfr.org/sites/default/files/report_pdf/Human%20Rights%20Governance.pdf, diakses pada 1 Oktober 2019, pukul 14.13 WIB

42 Kemudian dalam konteks ini, mengemuka tata kelola jaringan, tata kelola multilevel, tata kelola swasta, inisiatif multi­pemangku kepentingan, dan bahkan tata kelola

Page 42: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

19

P E N D A H U L U A N

Pluralisme dalam pemaknaan Prinsip­Prinsip Panduan PBB terefleksikan

melalui pendekatan perpaduan berbagai tindakan campuran yang cerdas

(smart mix of measures) dengan beragam instrumen, baik yang bersifat

mandatory (wajib) maupun voluntary (sukarela).

Hal ini berarti RAN merupakan langkah­langkah pengaturan

maupun non­pengaturan yang berpandangan ke depan. Mereka

harus menanggapi konteks nasional, serta dampak luar negeri dari

perusahaan yang ditampung di yurisdiksi mereka. RAN harus secara

jelas menentukan siapa di dalam pemerintah yang bertanggung jawab

untuk melakukan setiap komitmen/tindakan dan jangka waktu untuk

implementasi untuk setiap komitmen. RAN yang paling efektif adalah

spesifik dan berwawasan ke depan.43

Apabila menggunakan pendekatan konsep yang dipergunakan

oleh Shift, maka RAN dapat diletakkan pada instrumen pada level

nasional yang bersifat voluntary.

eksperimentalis. John Gerard Ruggie, Global Governance and New Governance Theory: Lessons from Business and Human Rights, (Global Governance 20, 2014), h. 9.

43 Scottish Human Rights Commission, Business and Human Rights National Action Plans: Comparative Review of Global Best Practice, (Scottish Human Rights Commission, 2019), h. 7.

Page 43: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

20

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

RAN dapat berpotensi menjadi alat yang efektif untuk memastikan

peningkatan kesadaran dan koherensi horizontal yang pada akhirnya

dapat diterjemahkan menjadi koherensi vertikal, Namun demikian,

tergantung pada tingkat komitmen dari masing­masing negara untuk

memastikan implementasi yang efektif dari kewajiban internasional

mereka, tetapi yang akan tergantung pada kemauan politik nasional

untuk mencapai transformasi ini.44 RAN memiliki berbagai potensi

manfaat. RAN dapat memicu komitmen pemerintah untuk menerapkan

standar bisnis dan HAM, sehingga memberikan keselarasan vertikal yang

lebih baik dari hukum nasional, kebijakan, dan praktik kelembagaan

dengan komitmen internasional, memperkuat supremasi hukum dan,

pada akhirnya, efektivitas hak asasi manusia yang lebih besar.45

1.5. Metode Penelitian

Upaya untuk mengidentifikasi praktik­praktik terbaik dan pola

(model) pengaturan RAN yang ditemukan pada beberapa regional

maka penelitian ini akan menggunakan perbandingan hukum.

Pendekatan perbandingan (comparative approach) melibatkan upaya

mempertimbangkan cara­cara untuk membanding sistem hukum yang

berbeda atau sumber hukum yang berbeda untuk menganalisis suatu

isu. Proses perbandingan dapat mengambil banyak bentuk dan melihat

elemen­elemen yang beragam seperti bahasa, ideologi, konsep, gaya

yurisdiksi, tradisi hukum, aturan, forum untuk ajudikasi, prosedural

dan/atau hukum substantif.46

Perbandingan hukum didominasi 2 (dua) pendekatan. Pertama

untuk menggambarkan dan mengkategorikan sistem hukum di dunia.

44 Di sisi yang lain, ada keraguan bahwa kebijakan publik, seperti RAN yang secara klasik belum dianggap sebagai alat utama untuk penerapan hukum internasional. Pendekatan ini akan berimplikasi terhadap keefektifan vis-à-vis bentuk­bentuk tindakan negara secara klasik untuk tujuan itu. Dalam bidang HAM,, visibilitas kebijakan publik sebagai instrumen untuk implementasi hukum internasional di ranah domestik bersifat terbatas,

sebagian karena fokus umum pada adopsi legislasi dan interpretasi yudisial sebagai langkah­langkah yang lebih mungkin dilakukan. Untuk membawa hasil yang efektif untuk memastikan perlindungan HAM. Lihat, Humberto Cantú Rivera, National Action

Plans on Business and Human Rights: Progress or Mirage?, (Business and Human Rights Journal, 4, Cambridge University Press 2019, h. 215.

45 Claire Methven O’brien, et.al, op.cit., h. 121.46 Sue Farran, Comparative Approach to Human Rights, dalam Lee McConnell and Rhoma

Smith (eds.), Research Methods in Human Rights, (Oxon: Routledge, 2018), h. 134.

Page 44: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

21

P E N D A H U L U A N

Pembahasan ini merujuk pada keluarga hukum dalam perbandingan

klasik. Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan hukum

komparatif dengan pendekatan yang lebih pragmatis untuk membangun

atau meningkatkan hukum nasional dengan memanfaatkan kekayaan

pengalaman negara­negara lain.47 Fokus hukum perbandingan adalah

untuk menyajikan analisis dinamika internal dan prinsip­prinsip

hukum yang ada di negara­negara yang diteliti untuk membangun

satu jawaban untuk pertanyaan normatif tentang hukum apa yang

seharusnya. Penelitian hukum komparatif menunjukkan bahwa tujuan

hukum dapat dicapai dengan aturan dan institusi yang berbeda dalam

konteks sosial yang berbeda.48

Dalam konteks ini, perbandingan menjadi metode kunci untuk

membangun informasi tentang kecenderungan HAM di dalam atau

variasi antar negara dan membantu mengidentifikasi faktor­faktor

dan kondisi­kondisi dapat menjelaskan pola­pola pengaturan HAM di

dalam suatu negara.49

47 Ibid.48 John Bell, Legal Research and the Distinctiveness of Comparative Law, dalam Mark Van

Hoecke (ed.), Methodologies of Legal Research, (Oxford: Hart Publishing, 2011), h. 157­158.49 Bård A. Andreassen, Comparative analyses of human rights performance, dalam Bård A.

Andreassen, Hans­Otto Sano Siobhán McInerney­Lankford (eds.), Research Methods In

Human Rights: A Handbook, (Cheltenham: Edward Elgar Publishing Limited, 2017), h. 222.

Page 45: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

22

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Dalam penelitian ini, meskipun menggunakan metode per bandingan,

penelitian ini berupaya tidak hanya sekedar mem ban dingkan, namun

juga akan lebih jauh melihat rasionalisasi masing­masing negara tersebut

dalam menjadikan RAN sebagai strategi penormaan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB yang bersifat soft law. Hal ini akan dianalisis dalam

konteks pergeseran tata kelola global dalam pemajuan HAM ataupun

dinamika penormaan Hukum Internasional. Selain itu, mengingat

sejumlah keterbatasan seperti ketersediaan sumber­sumber yang

menyangkut RAN Bisnis dan HAM negara­negara karena kurangnya

transparansi maupun beberapa RAN yang masih belum tersedia

dalam Bahasa Inggris, mengakibatkan penyusunan penelitian ini tidak

hanya bersumber langsung pada dokumen RAN Bisnis dan HAM yang

dimiliki oleh negara­negara, namun beberapa penelitian sebelumnya,

akan menjadi bahan hukum sekunder yang turut melengkapi dalam

penelitian ini.

1.6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri atas empat bagian pokok yang terbagi ke dalam

empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang menguraikan rasionalitas

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian

dan sistematika penulisan. Bab II akan mengulas tata kelola multi­

stakeholder dalam pemajuan HAM yang diuraikan lebih terperinci ke

dalam beberapa sub­bab seperti menjelaskan transfigurasi penormaan

korporasi dari hard law menuju soft law, kemudian menjelaskan

Prinsip­Prinsip Panduan PBB sebagai manifestasi tata kelola multi­

stakeholders, selanjutnya akan diulas juga mengenai RAN Bisnis dan

HAM sebagai sebuah pendekatan hukum nasional dalam merespon

isu HAM internasional. Sedangkan pada Bab III, akan memberikan

wawasan mengenai berbagai praktik terbaik RAN Bisnis dan HAM di

negara­negara, hal tersebut akan dibaca lebih spesifik dalam beberapa

topik, seperti membahas penggunaan RAN Bisnis dan HAM sebagai cara

untuk pelokalan Isu Bisnis dan HAM dalam konteks negara, kemudian

setelah itu dengan menggunakan studi perbandingan, bagian ini akan

melihat bagaimana RAN Bisnis dan HAM di berbagai negara khususnya

dalam perspektif kepentingan nasional. Pada bagian akhir di Bab

Page 46: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

23

P E N D A H U L U A N

III, akan menjelaskan secara khusus bagaimana respon kebijakan

pemerintah Indonesia dalam upaya untuk melakukan penormaan isu

Bisnis dan HAM. Bagian terakhir adalah Bab IV yang berisi kesimpulan

dan rekomendasi.

Page 47: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

24

Page 48: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

25

B A B I I

Tata Kelola Multi-Stakeholdersdalam Pemajuan Hak Asasi Manusia

“Sejak perkembangan komunitas masyarakat bumi menjadi lebih

sempit atau lebih luas, sejauh pelanggaran hak di satu tempat

dirasakan di seluruh dunia, gagasan tentang hak kosmopolitan

bukanlah gagasan yang fantastik, terbang tinggi, atau berlebihan.

Ini adalah pelengkap kode hukum perdata dan internasional

yang tidak tertulis, yang diperlukan untuk hak-hak publik umat

manusia secara umum dan dengan demikian untuk terwujudnya

perdamaian abadi”

Immanuel Kant

2.1. Menempatkan Korporasi dalam Konfigurasi Tata Kelola Global:

Transfigurasi Penormaan Korporasi dari Hard Law menuju Soft

Law

Permasalahan hukum internasional berbasis negara (state-based

international law) yang berkonsentrasi dan memberi kekuatan besar

pada konstruksi negara­bangsa dan didasari pada prinsip kedaulatan

dan ketergantungan pada teritorialitas telah menjadi akar permasalahan

perkembangan hukum internasional. Cacat bawaan dalam sistem

hukum internasional yang berfokus pada negara­bangsa ini kemudian

ditransfigurasikan dalam sistem Perserikatan Bangsa­Bangsa (PBB).

Implikasi lebih jauh pada akhirnya menjadikan hukum internasional,

termasuk sistem dan mekanisme PBB tidak mampu memenuhi kebutuhan

dasar keamanan, sosial, dan ekonomi dunia, yang merindukan komunitas

global manusia yang sejati. Paradigma negara­bangsa, serta sistem PBB,

perlu direformasi secara mendasar dan mendalam. Lembaga­lembaga baru

yang memiliki kekuatan global nyata perlu dibentuk untuk memenuhi

persyaratan dunia global, terutama dalam membela HAM dari serangan

terus­menerus aktor negara dan non­negara.50

50 Rafael Domingo, The New Global Law, (Cambridge: Cambridge University Press, 2010), h. 53.

Page 49: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

26

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Hal senada juga dinyatakan oleh Arthur Watts dengan mengajukan

pertanyaan tentang apakah hukum internasional itu penting dan

jika demikian, bagaimana dan mengapa? Kemudian Arthur Watss

membandingkan dengan hukum nasional suatu negara sebagai elemen

penting dalam struktur masyarakat dan negara yang demokratis dan

rule of law:51

“Kami berasumsi, benar, bahwa sistem hukum yang efektif di negara kita sendiri

adalah elemen penting dalam struktur masyarakat; kami menerima begitu

saja bahwa sistem seperti itu, dan aturan hukum secara umum, memang ada

dalam praktik; dan kami umumnya yakin bahwa, mengingat sistem demokrasi

kami, rule of law yang membentuk sistem itu mencerminkan keseimbangan

yang adil antara kepentingan yang bersaing yang ada dalam masyarakat

kita sendiri. Namun demikian, di tingkat internasional ada keraguan tentang

langkah­langkah yang memadai masing­masing dari ketiga elemen ini untuk

mengajukan pertanyaan tentang pentingnya hukum internasional.”

Sebelumnya H.L.A Hart mempertanyakan efektifitas Hukum Inter­

nasional dibandingkan dengan hukum nasional:52

“Bagi mata awam, struktur formal hukum internasional yang tidak memiliki

badan legislatif, pengadilan dengan yurisdiksi wajib dan sanksi yang diatur

secara resmi, tampak sangat berbeda dari hukum domestik (municipal

law). Itu menyerupai ... dalam bentuk meskipun sama sekali tidak dalam

konten, rezim aturan primer (primary rules) sederhana atau hukum kebiasaan

(customary law).”

Skeptisisme ini terutama berfokus pada struktur kelembagaan hukum

internasional yang khas karena tidak memiliki sarana otoritatif,

penciptaan norma yang terpusat, termasuk dalam ajudikasi dan

penegakan hukum. Dalam konteks ini pula, John Austin menyatakan

hukum internasional sebagai bentuk moralitas positif (positive

51 Richard Collins, The Institutional Problem in Modern International Law, (Oxford: Hart Publishing, 2016), h. 1.

52 Ibid. Salah satu prinsip dasar filosofi hukum H.L.A. Hart. Berkaitan dengan perbedaan

antara aturan primer dan aturan sekunder, H.L.A. Hart menyebut aturan yang membebankan kewajiban sebagai aturan primer dan aturan yang menjadi pijakan pelaksanaan aturan primer yaitu aturan sekunder. Sistem hukum yang didasari pada aturan primer merupakan sistem hukum yang sederhana. Oleh karena itu, H.L.A. Hart percaya bahwa ada 3 (tiga) jenis aturan sekunder yang mendasari kekuasaan. (1) aturan ajudikasi; (2) aturan perubahan; dan (3) aturan pengakuan. Lihat, Massimo La Torre, The

Hierarchical Model and H. L. A. Hart's Concept of Law, Journal for Constitutional Theory and Philosophy of Law, 21, 2013), h. 150.

Page 50: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

27

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

morality).53 Dengan kata lain, masih terdapat sisa­sisa keraguan dan

kecemasan mengenai koherensi dan efektivitas hukum internasional

sebagai sistem hukum, dibandingkan dengan aturan negara hukum

(rule of law state) yang berfungsi dengan baik.54 Arsitektur kelembagaan

hukum internasional yang didesentralisasi secara struktural nampak

meninggalkan ketidakpastian: aturannya tampaknya lebih lunak, lebih

terbuka dan, secara keseluruhan, lebih sulit untuk dipisahkan dari

kekuatan politik yang mendasarinya.55 Richard Collins menyimpulkan

terdapat masalah institusional (institutional problem) dalam hukum

internasional modern, meskipun terdapat potensi norma­norma hukum

internasional untuk menyusun atau mengatur politik internasional. Lebih

jauh, Richard Collins menyatakan bahwa tatanan hukum internasional

dapat dianggap sebagai suatu sistem masih tetap akan terkungkung

dalam aspek­aspek kunci dari disiplin modern seperti doktrin sumber,

gagasan aturan tanggung jawab ‘sekunder’ atau konflik prinsip norma

seperti lex specialis derogat legi generali atau lex posterior derogat priori.

Ketidakpastian hukum internasional lebih bersifat struktural karena

mengarah pada sifat dasar hukum internasional sebagai sistem hukum

terdesentralisasi. Dengan kata lain, sistem ini sengaja dibangun untuk

menunda kembali pada pertanyaan tentang keberadaan, validitas,

penerapan dan, penegakan norma­norma hukum. Dengan demikian,

dengan tidak adanya kehendak legislatif tunggal (single legislative will)

di balik aturan hukum internasional, motif dan tujuan yang bertentangan

dari negara­negara tidak dapat diselesaikan secara pasti.56

Sementara itu, saat ini banyak temuan yang tidak dapat disangkal

bahwa banyak kegiatan normatif internasional terjadi di luar kewenangan

hukum internasional klasik. Pembuatan norma internasional telah

53 Georg Jellinek membayangkan kembali hukum internasional sebagai bentuk hukum publik eksternal yang semata­mata didasarkan pada pengekangan diri negara. Hans Kelsen kembali mempertahankan hukum internasional dengan persyaratan yang sama

dengan hukum domestik karena upaya mereka masih cenderung mengarah pada struktur kelembagaan primitif' hukum internasional. Lihat, ibid, h. 2.

54 Louis Henkin mengamati bahwa hampir semua negara mematuhi hampir semua aturan hukum internasional hampir sepanjang waktu, terlepas dari kepatuhan tersebut, di negara sebenarnya pada saat yang bersamaan menyangkal kekuatan pengikat aturan hukum internasional per se. Lihat, ibid

55 Ibid, h. 3.56 Ibid, h. 4­8.

Page 51: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

28

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

mengalami pluralisasi yang rumit dan berlipat ganda. Pertama, otoritas

normatif di tingkat internasional tidak lagi dilakukan oleh lingkaran

tertutup pejabat tinggi yang bertindak atas nama Negara, namun telah

berubah menjadi agregasi prosedur kompleks yang melibatkan aktor

non­Negara. Kedua, proses pembuatan hukum internasional klasik

sendiri telah mengalami proses pluralisasi (process of pluralization)

melalui manifestasi diversifikasi jenis instrumen dalam memproduksi

norma pada tingkat internasional. Pluralisasi proses pembuatan norma

dan hukum di tingkat internasional yang bersifat kompleks ini, pada

gilirannya, mematahkan substansi norma­norma yang dihasilkan,

termasuk aturan­aturan hukum internasional. Dalam hal itu, pluralisasi

proses norma dan pembuatan hukum internasional disertai dengan

diversifikasi norma hukum internasional sendiri.57

Aktor lintas­pemerintah berbasis jaringan semakin hadir di arena

internasional, baik global maupun regional, khususnya di sektor

khusus dengan komponen teknis yang signifikan, seperti farmasi,

telekomunikasi, privasi data, penetapan standar, atau hak asasi

manusia. Jaringan­jaringan ini dapat mengambil berbagai bentuk

organisasi dan juga mengadopsi berbagai fungsi dalam pembuatan

kebijakan pengaturan, termasuk pembuatan aturan, pengambilan

aturan, dan intermediasi aturan.58 Interaksi ini sering diartikulasikan dan

diselenggarakan oleh asosiasi dan organisasi internasional yang tidak

didasarkan pada perjanjian internasional, namun bergerak pada struktur

lunak (soft structures) melalui kolaborasi timbal balik, sirkulasi informasi,

dan koordinasi informal. Aktivitas struktur internasional semacam itu,

yang biasanya beroperasi secara tidak mengikat (nonbinding fashion),

mempertahankan sebagian besar karakteristik tata kelola jaringan.59

Eropa telah mulai bergerak ke soft law untuk memberikan fleksibilitas

57 Jean d’Aspremont, Formalism and the Sources of International Law: A Theory of the

Ascertainment of Legal Rules, (Oxford: Oxford University Press, 2011), h. 2­358 Profesional dan pegawai negeri yang bekerja di organisasi pemerintah atau semi

pemerintah dari berbagai negara adalah agen yang membentuk jaringan ini, dan interaksi antara individu­individu ini sering terjadi dalam sejumlah pengaturan internasional dan tempat­tempat di mana negara mereka menjadi anggotanya.

59 Jacint Jordana, Transnational Policy Networks and Regional Public Goods in Latin

America, dalam Antoni Estevadeordal and Louis W. Goodman, (eds.), 21st Century

Cooperation: Regional Public Goods, Global Governance, and Sustainable Development,

(Oxon: Routledge, 2017), h. 57.

Page 52: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

29

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

pemerintahan di dalam pemerintahannya yang semakin heterogen.60

Sistem kerja sama yang dilembagakan di Uni Eropa didasarkan pada

dua pendekatan berbeda, pertama pertumbuhan legalisme, dengan

perhatian pada transposisi yang efektif, implementasi, dan penegakan

hukum. Kedua, pengembangan pelengkap dari kode etik, rekomendasi,

dan kerja sama yang mengikat secara tidak resmi melalui instrumen soft

law sebagai sarana menumbuhkan kepatuhan sesuai dengan tujuan

hukum, administratif, dan ekonomi.61

Dalam konteks sumber hukum internasional Pasal 38 Statuta

Mahkamah Internasional (International Court of Justice) dianggap

sebagai kriteria penetapan hukum yang paling otoritatif, sebagai berikut:

“Mahkamah Internasional dalam memutuskan perselisihan yang diajukan

kepadanya sesuai dengan hukum internasional yang berlaku:

1. Konvensi internasional (international conventions), baik umum maupun

khusus, menetapkan aturan yang secara tegas diakui oleh negara peserta

(pihak);

2. Kebiasaan internasional (international custom) sebagai bukti praktik

umum yang diterima sebagai hukum;

3. Prinsip­prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara­negara beradab;

4. Tunduk pada ketentuan Pasal 59, keputusan yudisial dan ajaran

yang paling berkualifikasi (judicial decisions and the teachings of the

most highly qualified publicists) dari berbagai negara, sebagai sarana

tambahan untuk penentuan aturan hukum.

Referensi Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional masih

menujukkan formalisme yang dipahami sebagai standar penegasan

hukum yang lengkap, ketat, objektif, jelas dan telah ditentukan. Ketentuan

ini secara sederhana dipergunakan untuk membedakan hukum

dengan non­hukum. Sebaliknya konten informal semakin menguat

dibandingkan perkembangan sumber hukum utama (mainstream

source). Kontradiksi ini memperlihatkan secara jelas ketidakcukupan

60 Antoni Estevadeordal and Louis W. Goodman, Preface, dalam Antoni Estevadeordal

and Louis W. Goodman, 21st Century Cooperation: Regional Public Goods, Global

Governance, and Sustainable Development, (Oxon: Routledge, 2017), h. xix.61 Michelle Egan, European Regional Public Goods: Insiders and outsiders, dalam Antoni

Estevadeordal and Louis W. Goodman, (eds.), 21st Century Cooperation: Regional Public

Goods, Global Governance, and Sustainable Development, (Oxon: Routledge, 2017), h. 248.

Page 53: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

30

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

sumber­sumber hukum internasional merespon konsekuensial dina­

mika hukum internasional terkini. Jean D’aspremont menyatakan

tesis sumber hukum internasional bertumpu pada kriteria non formal

dan diperoleh dari berbagai proses informalistik, terutama, mengenai

sumber­sumber tidak tertulis seperti hukum kebiasaan, prinsip­prinsip

umum, dan perjanjian lisan.62 Sharifah Sekalala mengungkap hal yang

sama bahwa sumber­sumber hukum berdasarkan Pasal 38 tampaknya

mengandaikan pembagian biner hukum internasional antara hard law

dan soft law. Perjanjian dan hukum kebiasaan, ketika diakui dalam

putusan pengadilan internasional adalah hard law, sedangkan prinsip­

prinsip umum dapat dilihat sebagai soft law. Oleh karena itu, aturan

dan norma yang menciptakan kewajiban di antara Negara dapat muncul

dalam berbagai cara melalui perjanjian dan hukum kebiasaan. Pasal 38

juga tampaknya mengakui soft law di dalam sumber­sumber yang jauh

lebih lemah yang tidak selalu mengikat Negara. Sumber ini mungkin

termasuk hukum yang berasal dari aturan tambahan lainnya yang

tidak termasuk perjanjian, seperti keputusan pengadilan dalam bentuk

opini nasihat (advisory opinions).63 Dengan kata lain, instrumen soft

law tidak disebutkan sebagai sumber kewajiban hukum berdasarkan

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional sehingga ada rekomendasi

bahwa istilah soft law menyiratkan jenis atau varian hukum atau norma

hukum yang tidak memenuhi definisi klasik hukum.64 Fabián Augusto

Cárdenas Castañeda, menyatakan bahwa merespon kecenderungan

yang ada sumber hukum internasional saat ini harus ditinjau kembali

dan/sumber lain harus ditambahkan ke daftar. Soft law lebih mungkin

untuk memperluas daftar sumber­sumber hukum internasional dan

berkontribusi pada pertumbuhan hukum internasional.65

Konsep normativitas (normativity) yang menanamkan hukum

dengan karakter hukum yang khas mendasari semua hukum inter ­

62 Fabián Augusto Cárdenas Castañeda, A Call for Rethinking the Sources of International

Law: Soft Law and the Other Side of the Coin, (Anuario Mexicano de Derecho Internacional, Vol. XIII, 2013), h. 362­363.

63 Sharifah Sekalala, In Soft Law and Global Health Problems: Lessons from Responses to HIV/

AIDS, Malaria and Tuberculosis, (Cambridge: Cambridge University Press, 2017), h. 32.64 Sumudu Atapattu, International Environmental Law and Soft Law: a New Direction or

a Contradiction? dalam Cecilia M. Bailliet, Non-State Actors, Soft Law and Protective

Regimes: From The Margins, (Cambridge: Cambridge University Press 2012), h. 204. 65 Fabián Augusto Cárdenas Castañeda, op.cit., h. 364.

Page 54: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

31

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

nasional, baik keras maupun lunak. Gagasan normativitas hendak

menunjukkan setiap instrumen hukum baik keras maupun lunak

memiliki beberapa konten normatif yang memisahkan pernyataan

politik, pidato, atau pengumuman yang tidak memiliki karakter hukum

(legal nature). Normativitas suatu aturan dapat bervariasi dalam tingkat

norma, ruang lingkup dan sumber, tergantung pada norma hukum

yang mendasarinya. Normativitas norma hukum internasional dapat

berkisar dari rendah (lunak), seperti norma­norma hukum dalam

pembuatan hukum, menuju imperatif (keras), seperti norma­norma

erga omnes, yang membebankan kewajiban.66

Harold Hongju Koh menandai hukum internasional pasca Perang

Dingin, aktor transnasional, fora pengambilan keputusan, dan mode

pengaturan bermutasi menjadi bentuk hibrida. Hukum internasional terdiri

dari perpaduan yang kompleks antara hukum kebiasaan, hukum positif,

deklaratif, dan soft law. Seiring dengan perubahan tersebut peran penting

kedaulatan telah menurun, fungsi pengambilan keputusan global sekarang

dieksekusi oleh kompleksitas beragam aktor meliputi negara­bangsa,

organisasi antar pemerintah, regionalisme, organi sasi non­pemerintah,

dan rezim dan jaringan informal.67 Cecilia M. Bailliet menyatakan hal

yang sama bahwa pada era globalisasi ada kecen de rungan perubahan

konsep kedaulatan yang ditandai difusi otoritas yang digambarkan sebagai

keadaan neo-medievalisme (abad pertengahan baru):68

66 Ruang lingkup erga omnes menunjukkan hard law melalui penciptaan hukum kebiasaan internasional. Misalnya, aturan kebiasaan internasional tentang hukum humaniter berlaku dalam konflik bersenjata dan mengikat Negara terlepas dari apakah mereka merupakan pihak dalam perjanjian perjanjian atau tidak. Nilai normatif berdampak pada kewajiban yang dihasilkan oleh norma­norma pembuatan hukum ini. Subjek dengan nilai normatif yang rendah menyebabkan hukum 'lebih lembut' dan ini pada dasarnya juga akan berdampak pada rendahnya implementasi terhadap kewajiban terkait yang diturunkan Negara yang bersangkutan. Misalnya, dalam Opini Nasihat Mahkamah Internasional tentang Senjata Nuklir (Advisory Opinion on Nuclear Weapon) sementara mayoritas hakim menyatakan bahwa negara­negara seharusnya tidak menggunakan senjata nuklir, namun ada beberapa bukti kemunculan norma tentang tidak digunakannya senjata nuklir untuk keperluan pertahanan diri (emerging norm on non­use of nuclear weapons for self­defence) dalam hukum internasional tidak cukup untuk mencapai tingkat sebagai norma kebiasaan internasional sehingga menciptakan hard law dalam kerangka hukum internasional. Lihat, Sharifah Sekalala, op.cit., h. 35.

67 Haro ld Hongju Koh, Why Do Nations Obey International Law, (The Yale Law Journal, Vol. 106, 1997), h. 2630­2631

68 Cecilia M. Bailliet, What is to Become of the Human Rights: International Order in An Age

of Neo-medievalism? dalam Cecilia M. Bailliet, Non-State Actors, Soft Law and Protective

Regimes: From The Margins, (Cambridge: Cambridge University Press 2012), h. 97.

Page 55: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

32

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

“Sebuah sistem otoritas yang tumpang tindih dan loyalitas ganda, disatukan

oleh klaim universalistik yang bersaing dari sistem negara­bangsa dan

ekonomi pasar transnasional.”

Pada saat yang sama hubungan internasional kontemporer telah

dilegalkan melalui legalisasi internasional dengan variasi yang sangat

luas. Beberapa institusi dan isu internasional menggunakan legalisasi

keras, namun pada titik yang kebanyakan hukum internasional lunak

juga dikembangan dengan cara yang berbeda. Kenneth W. Abbott dan

Duncan Snidal berpendapat bahwa aktor internasional memilih untuk

menjalin hubungan mereka melalui hukum internasional dan merancang

perjanjian dan pengaturan hukum lainnya untuk menyelesaikan

masalah substantif dan politik tertentu. Dalam kaitan ini, para aktor

internasional memilih bentuk tata kelola internasional yang lebih lunak

yang dilegalkan (softer forms of legalized governance) ketika bentuk­

bentuk itu menawarkan solusi kelembagaan yang unggul.69

Seiring dengan situasi tersebut, PBB dan lembaga HAM regional,

bersama dengan organisasi masyarakat sipil yang mendukung mereka,

adalah bagian dari sistem neo-medieval. Organisasi masyarakat sipil

berfungsi sebagai subyek hukum internasional dan sering melengkapi

negara dalam penyediaan perlindungan, serta berinteraksi dengan

aktor publik dan swasta lainnya untuk menopang keamanan manusia

dan pembangunan di dalam negara.70 Kemudian, terjadi ledakan

instrumen hard law dan lunak untuk menangani katalog masalah

yang terus berkembang disesuaikan dengan pengembangan sejumlah

mekanisme konvensional dan non­konvensional yang digunakan

untuk memantau praktik negara. Situasi ini menunjukkan bahwa

perkembangan rezim HAM telah mengalami perubahan dari hukum

internasional pinggiran menuju pusat. Antonio Cancado Trindade,

hakim Mahkamah Internasional mengartikulasikan munculnya jus

gentium baru (hukum internasional untuk umat manusia), yang akan

menggantikan statisme sebagai pondasi HAM. Namun, kontradiksi

muncul dari fakta bahwa HAM telah lama diinterpretasikan terikat

69 Kenneth W. Abbott and Duncan Snidal, Hard and Soft Law in International Governance, (International Organization / Volume 54 / Issue 03 / June 2000), h. 421.

70 Cecilia M. Bailliet, op.cit., h. 96.

Page 56: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

33

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

erat dengan sistem negara Westphalian. James Der Derian menyatakan

bawa tanpa negara berdaulat tidak akan ada HAM atau perlindungan

yang diberikan kepada kelompok orang dengan identitas bersama.71

Upaya mendefinisikan soft law menghadirkan setidaknya 2 (dua)

tantangan langsung. Pertama, pendefinisian ini mengidentifikasi batas

antara soft law dan hard law, namun tidak jelas sehubungan dengan

perbedaan antara soft law dan tidak adanya kewajiban apa pun.

Tantangan kedua pendefinisian soft law adalah keluasan soft law itu

sendiri. Soft law mencakup dokumen tertulis resmi yang ditandatangani

oleh negara namun untuk alasan apa­pun tidak memenuhi persyaratan

perjanjian; pertukaran janji secara informal melalui korespondensi

diplomatik; suara dalam organisasi internasional; keputusan pengadilan

internasional; dan lainnya.72 Andrew T. Guzman dan Timothy L. Meyer

mendefinisikan soft law sebagai aturan atau instrumen yang tidak

mengikat yang menafsirkan atau menginformasikan pemahaman

tentang aturan hukum yang mengikat atau mewakili janji yang pada

gilirannya menciptakan harapan tentang perilaku di masa depan.

Definisi ini mempertahankan perbedaan doktrinal antara norma

yang mengikat dan norma yang tidak mengikat, namun juga melacak

perbedaan intuitif antara aturan kuasi­hukum dan aturan murni

politik. Kewajiban yang ditimbulkan diserahkan pada subjek hukum.

Dalam sistem hukum yang penegakan hukumnya bergantung pada

swadaya subyek hukum, maka persepsi subyek dapat secara efektif

mendefinisikan kewajiban tersebut. 73

71 Konsep kedaulatan semakin lunak dan kemudian disarankan bahwa HAM dilepaskan dari ikatannya dengan kedaulatan dan diinterpretasikan kembali melalui pengakuan kewajiban mendasar (fundamental obligations) individu terhadap diri sendiri, keluarga, komunitas, negara, dan kemanusiaan. Hak asasi manusia sebagian diartikulasikan dalam proses top-down penciptaan norma dan interpretasi oleh badan ahli dalam organisasi internasional dan regional, LSM, dan lembaga akademik. Hak asasi manusia semestinya juga dijabarkan dalam proses bottom­up yang melibatkan aktor­aktor lokal yang terlibat dalam protes lokal dan tindakan sipil sementara juga berpartisipasi dalam jaringan transnasional yang sering difasilitasi oleh internet dan saluran media internasional. Hak asasi manusia biasanya diartikulasikan sebagai hak individu, namun aspek kolektif dilindungi melalui pengakuan akan hak­hak masyarakat adat, minoritas, dan masyarakat. Selain itu, beberapa hak memiliki aspek komunal, seperti kebebasan berserikat dan beragama. Pada titik ini, tugas utamanya selaian diarahkan pada negara, namun juga semakin menuju non­negara. Lihat, Cecilia M. Bailliet, op.cit., h. 99­100.

72 Andrew T. Guzman and Timothy L. Meyer, International Soft Law, (Journal of Legal Analysis Volume 2, Number 1, Spring, 2010), h. 172­173.

73 Ibid, h. 174­175.

Page 57: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

34

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Pada era global, peran korporasi di dalam proses ekonomi trans­

nasional semakin menguat sehingga mereka dipandang memiliki

kekuatan yang menyerupai negara.74 Maka dari itu, seperti hal­nya

negara, korporasi dengan kekuatan kapitalnya memiliki kapasitas

untuk melanggar hak asasi manusia bahkan dalam berbagai bentuk dan

jumlah yang signifikan. Diskursus mengenai pendekatan ideal untuk

mengatur tanggungjawab bisnis terhadap hak asasi manusia seringkali

menempatkan negara pada posisi dilematis diantara pilihan pendekatan

hard law atau soft law. Secara umum, menurut Barnali Choudhury, hard

law adalah aturan mengikat yang menghasilkan seperangkat hak dan

kewajiban yang dapat ditegakkan (enforceable).75 Sedangkan soft law

didenisikan sebagai prinsip, norma, standar dan seperangkat pranata

yang tidak menghasilkan hak dan kewajiban mengikat.76 Sifatnya yang

soft direpresentasikan dari kontennya yang tidak bersifat normatif dan

kepatuhan yang bersifat sukarela (voluntary).77

Adanya kontestasi diantara dua pilihan tersebut tidak lepas

dari perdebatan mengenai tanggung jawab hak asasi manusia

korporasi berdasarkan hukum. Hukum HAM internasional yang ber­

sifat konvensional memandang negara sebagai subjek utama yang

bertanggung jawab untuk melakukan penghormatan, perlindungan,

dan pemenuhan hak asasi manusia.78 Paradigma ini menciptakan

tantangan untuk menjawab sejauh mana perusahaan harus tunduk

pada hukum internasional dan kewajiban hak asasi manusia.79 Menurut

Rosalyn Higgins, adanya perbedaan antara ‘subjek’ dan ‘objek’ hukum

internasional adalah suatu mitos sehingga korporasi sebagai aktor non­

negara tidak lantas dapat dianggap imun dari hukum HAM.80

Lebih dari itu, ketiadaan mekanisme tata kelola global untuk

mengatur akuntabilitas korporasi justru akan menimbulkan berbagai

74 Douglas C. Bennett, Transnational Corporations versus the State: The Political Economy

of the State, Princeton: Princeton University Press, 1985, h. 50.75 Barnali Choudhury, Balancing Soft and Hard Law for Business and Human Rights,

International & Comparative Law Quarterly, Volume 67, Issue 4, 2018, p. 963.76 Ibid.77 Ibid.78 Lanse Minkler, The State of Economic and Social Human Rights: A Global Overview,

Cambridge: Cambridge University Press, 2013, h. 13.79 Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Perkembangan Bisnis dan HAM di

Indonesia: Persepsi Negara, Masyarakat Sipil, dan Korporasi, Jakarta: ELSAM, 2019, h. viii.80 Ibid, h. viii­ix.

Page 58: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

35

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

permasalahan di dalam praktik. Negara seringkali memiliki keterbatasan

untuk mengatasi pelanggaran hak asasi manusia oleh korporasi terutama

dengan absennya pengaturan di dalam hukum domestik. Dalam hal

ini, ketiadaan aturan juga membuat kompleksitas rantai dan struktur

bisnis, termasuk yang bersifat transnasional tidak dapat diakomodasi

oleh negara. Kegagalan untuk mengatur hal tersebut berujung pada

terhalangnya akses untuk menuju keadilan dan memperoleh pemulihan

bagi korban (access to justice and remedies).

Pendekatan hard law pada perkembangannya dianggap kurang

realistis oleh negara­negara untuk merealisasikan mekanisme tata kelola

global yang berpusat pada pengaturan tanggung jawab bisnis dan HAM.

Hard law menciptakan komitmen formal yang membatasi perilaku dan

kedaulatan negara.81 Terhadap isu yang bersifat sensitif, negara seringkali

enggan untuk terikat pada aturan yang dapat membatasinya secara

rigid.82 Terlebih lagi, hard law juga dianggap relatif sulit diubah padahal

kondisi faktual sangat mungkin berubah seiring perkembangan zaman.83

Menurut Schaffer and Pollack, pilihan atas pendekatan soft law

secara umum dilatarbelakangi oleh beberapa alasan.84 Pertama, soft

law dianggap lebih mudah untuk dinegosiasikan.85 Kedua, adanya

“sovereignty costs” yang lebih rendah dalam pengaturan di bidang

tertentu yang dianggap sensitif secara politik.86 Ketiga, menciptakan

fleksibilitas agar dapat sesuai dengan dinamika dan perubahan.87

Keempat, pendekatan ini memungkinkan negara untuk ikut serta secara

aktif dan terlibat dalam kerjasama yang lebih intensif dibanding ketika

mereka harus mengkhawatirkan masalah penegakan.88 Kelima, soft

law dapat lebih efektif dalam mengakomodasi dan menengahi segala

perbedaan.89 Keenam, soft law dapat digunakan untuk mengatur aktor

non­negara, termasuk pelaku usaha atau asosiasi bisnis.90

81 Gregory C. Shaffer & Mark A. Pollack, "Hard vs. Soft Law: Alternatives, Complements, and Antagonists in International Governance", Minnesota Law Review, 2009, h. 718­719.

82 Ibid, h. 719.83 Ibid.84 Gregory C. Shaffer & Mark A. Pollack, Loc.cit. 85 Ibid.86 Ibid.87 Ibid.88 Ibid.89 Ibid.90 Ibid.

Page 59: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

36

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Sementara itu, Sarifah Sekalala mengidentifikasi 3 (tiga) masalah

penting yang terkait dengan penggunaan hard law, meliputi (1)

hard law memiliki biaya kontrak yang tinggi; (2) mengenakan biaya

kedaulatan tinggi pada negara­negara, dan (3) argumen sanksi tidak

efektif sebagai bentuk penegakan ketika ada penyalahgunaan.91 Dalam

konteks hak atas kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia (World

Health Organization/WHO) telah menyatakan preferensi yang nyata

untuk soft law. Bahkan, WHO menggunakan hard law hanya dalam

3 (tiga) kasus. Dua yang pertama adalah peraturan yang mengikat,

sedangkan yang ketiga adalah perjanjian.92 Allyn Taylor berpendapat

bahwa pilihan WHO pada soft law secara budaya telah tertanam dalam

organisasi. Allyn Taylor menggunakan argumen desain kelembagaan

untuk menggambarkan mengapa WHO tidak menggunakan hard

91 Sarifah Sekalala, Soft Law and Global Health Problems: Lessons from Responses to HIV/

AIDS, Malaria and Tuberculosis, (Cambridge: Cambridge University Press, 2017), h. 44.92 Kasus pertama adalah apa yang kemudian dianggap sebagai Peraturan WHO, yang

telah mengalami beberapa amandemen. Pertama (Peraturan WHO No. 1) mengatur nomenklatur sehubungan dengan penyakit dan penyebab kematian. Perangkat peraturan kedua (diadopsi pada tahun 1951 sebagai Peraturan WHO No. 2 mencakup penyakit yang dapat dicegah dan dikendalikan dengan penggunaan 'karantina', misalnya, wabah,

kolera, demam kuning, cacar, tipus kutu yang ditularkan dan demam kambuhan yang ditularkan melalui kutu. Peraturan­peraturan ini kemudian diamandemen dan berganti nama menjadi Peraturan Kesehatan Internasional pada tahun 1969 dan selanjutnya diubah pada tahun 2005. WHO juga mengadopsi Konvensi Kerangka Kerja tentang Pengendalian Tembakau (Framework Convention on Tobacco Control/WHO FCTC) pada 21 Mei 2003, yang mulai berlaku pada 27 Februari 2005. Perjanjian ini menjadi salah satu perjanjian yang paling banyak dianut dalam sejarah PBB dan saat ini memiliki 168 negara pihak. Lhat, Sarifah Sekalala, op.cit., h. 159.

Page 60: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

37

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

law, bahkan ketika WHO memiliki mandat konstitusional untuk

menciptkan hard law. WHO karena organisasi berbasis pada kesehatan

(medicalization of the organization) tidak pernah merasa nyaman

dengan fungsi legislatifnya. Karakter ini secara inheren membuatnya

lebih mudah bagi organisasi untuk menggunakan pendekatan soft law

yang tampaknya tidak memaksa negara.93

Apabila dikontekstualkan dengan isu bisnis dan HAM, pendekatan

soft law cenderung dipilih atas alasan yang sama. Kepentingan ekonomi

dan pembangunan di balik kegiatan bisnis menjadikannya isu yang

vital dan politis, sehingga wajar apabila banyak negara enggan untuk

mengikatkan diri pada hard law dalam pengaturan bisnis dan HAM.

Sulitnya mengkompromikan kepentingan dari setiap negara membuat

pembentukan hard law lebih sulit mencapai konsensus dibanding soft

law. Selain itu, aturan yang bersifat lunak akan lebih mudah diterima oleh

korporasi sebagai aktor non negara, terutama di tengah diskursus yang

belum selesai mengenai perluasan tanggung jawab hak asasi manusia

dari negara kepada korporasi. Preferensi demikian mendorong tata kelola

global bisnis dan HAM saat ini yang berkarakter soft law, dibuktikan

dari empat inisiatif utama bisnis dan HAM yang bersifat sukarela dan

tidak mengikat yakni OECD Guidelines for Multinational Enterprises,

the ILO Tripartite Declaration, the UN Global Compact, dan United

Nations Guiding Principle on Business and Human Rights (UNGPs).94

Keengganan untuk memilih hard law tergambar dari kegagalan PBB

dalam mengadopsi legally binding instrument untuk entitas bisnis pada

tahun 2003, hal ini kemudian membuat negara­negara beralih kepada

pendekatan yang dianggap lebih realistis yakni dengan mengadopsi

Prinsip­Prinsip Panduan PBB pada 2011 yang bersifat soft.95

Menurut Cecilia M. Bailliet, Prinsip­Prinsip Panduan PBB meru­

pakan evolusi normatif dalam bentuk soft law baru (new soft law)

yang menunjukkan pengakuan masyarakat internasional tentang

perlunya menangani tanggung jawab aktor non­negara di arena hak

asasi manusia. Dengan katan lain, instrumen ini merupakan norma

93 Ibid., h. 160.94 Barnali Choudhury, Op.cit, h. 936.95 Antoni Pigrau Solé, "The Spanish National Action Plan on Business and Human Rights:

An appraisal and imminent challenges", Policy Paper International Catalan Institute for

Peace, 2018, h. 1.

Page 61: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

38

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

baru yang menetapkan kewajiban hak asasi manusia tidak langsung

(indirect human rights obligations) untuk perusahaan transnasional.

Dalam kaitan ini, John H. Knox menyatakan ini jenis tanggung jawab

perusahaan dapat dicirikan sebagai tanggung jawab tidak langsung

dan didasarkan pada ekspektasi masyarakat dan bukannya hukum hak

asasi manusia, sehingga menjadikan efek normanya bersifat lunak.96

Terlepas dari berbagai sisi keuntungannya, perlu diakui bahwa soft

law memiliki berbagai kekurangan mendasar, yaitu non-compliance

atau ketidakpatuhan dari subjek yang diatur karena tidak adanya

instrumen yang bersifat memaksa.97 Sedangkan aspek kepatuhan

merupakan hal yang esensial dalam pengaturan bisnis dan HAM, sebab

tanpa itu, aktivitas korporasi dapat dibiarkan tetap melanggar hak

asasi manusia dan pelanggaran oleh korporasi tidak dapat dimintai

pertanggungjawaban.

Meski demikian, peningkatan efektivitas soft law bukan tidak

mungkin dapat dilakukan. Menurut Justine Nolan, hukum yang bersifat

soft dapat dikembangkan sehingga membangun sebuah keterikatan

atau ‘bindingness’ hingga menciptakan kepatuhan yang meluas dan

konsisten.98 Dalam hal ini, keterikatan akan terbangun apabila soft

law secara intensif digunakan sebagai pelopor/perintis hard law

atau pelengkap hard law itu sendiri.99 Sumudu Atapattu menyatakan

bahwa fenomena soft law sebagai sebuah kontinum daripada dikotomi

dan sebagai pelengkap daripada bersaing satu sama lain.100 Hal yang

senada juga disampaikan oleh Kenneth W. Abbott dan Duncan Snidal

bahwa keragaman soft law dalam praktik, namun demikian pilihan

antara hard law dan soft law bukan pilihan yang bersifat biner.101

Barnali Choudhury menjelaskan bahwa keefektifan soft law sangat

dipengaruhi oleh penegakannya.102 Menurutnya, “One approach

96 Cecilia M. Bailliet, op.cit., 120­12197 Justine Nolan, The corporate responsibility to respect human rights: soft law or not

law? dalam Surya Deva & David Blitz, Human Rights Obligations of Business Beyond the

Corporate Responsibility to Respect?, Cambridge: Cambridge University Press, 2013, h. 144­145.

98 Ibid, h. 145.99 Ibid, h. 157.100 Sumudu Atapattu, op.cit. h. 204.101 Kenneth W. Abbott dan Duncan Snidal, op.cit. h. 244.102 Barnali Choudhury, Op.cit, h. 945.

Page 62: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

39

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

to enforcing soft law, such that it can be gradually moved from

the voluntary to the mandatory, is to increase the specificity of its

commitments”, artinya cara untuk mengoptimalkan penegakan soft law

adalah dengan merinci komitmen dari aturan tersebut.103 Lebih lanjut

ia menjelaskan pentingnya untuk merinci standar­standar yang perlu

diterapkan dalam soft law yang memuat pengaturan proses.104 Selain

itu, sistem pengawasan yang dilakukan oleh entitas di luar korporasi

akan secara perlahan membangun kepatuhan dari korporasi terhadap

prinsip­prinsip hak asasi manusia.105

Pengaturan RAN Bisnis dan HAM sebagai suatu instrumen pelaksana

dari Prinsip­Prinsip Panduan PBB seyogianya dapat menjadi alat untuk

mengefektifkan implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB yang lunak,

hal ini disebabkan RAN dibentuk dengan hukum nasional yang bersifat

mengikat dan dapat mengatur secara rinci langkah konkret untuk

melaksanakan prinsip­prinsip di bawah Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

Meski Prinsip­Prinsip Panduan PBB tidak mengikat, dari segi sosio­legal,

pendekatan soft law menekankan pada efektivitas hukum dalam praktik

(law in action).106 Efektivitas ini diukur dari apakah satu aturan terlepas

dari sifatnya yang lunak atau keras mampu menghasilkan perubahan

perilaku atau dampak positif tertentu yang dicita­citakan.107 Melalui

konstruksi berfikir demikian, Prinsip­Prinsip Panduan PBB sebagai

soft law yang partisipatif dan mudah diterima justru dapat lebih efektif

dibanding hard law ketika diimplementasikan dengan baik.

2.2. Prinsip-Prinsip Panduan PBB mengenai Bisnis dan HAM

sebagai Manifestasi Tata Kelola Multi-Stakeholders

Kekuatan­kekuatan globalisasi telah menghilangkan banyak

hambatan fisik dan psikologis, mempercepat perpindahan kekuasaan

dan pengaruh besar­besaran dari pusat­pusat kekuasaan klasik,

terutama pemerintah. Situasi ini pada gilirannya berkontribusi pada

pemberdayaan masyarakat sipil dan desentralisasi pengambilan

103 Ibid.104 Ibid.105 Ibid.106 Gregory C. Shaffer & Mark A. Pollack, Op.cit, h. 720.107 Ibid.

Page 63: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

40

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

keputusan. Kekuatan­kekuatan global telah memfasilitasi peningkatan

keterhubungan namun juga keterasingan, konsentrasi kekayaan di

tangan lingkaran yang lebih sempit, harapan yang lebih tinggi dari

peningkatan berkelanjutan dalam standar kehidupan dan meningkatnya

kekhawatiran tentang keberlanjutan jalur pembangunan umat manusia.

Dalam ekonomi dan masyarakat global, tata kelola global (global

governance) yang lebih baik harus memainkan peran penting pada

saat yang genting ini ketika perubahan semakin mendesak karena

alasan lingkungan, sosial dan ekonomi. 108

Namun demikian, globalisasi telah memunculkan ketidakcocokan

antara konsep hak asasi manusia dan alokasi kewajiban hak asasi

manusia yang telah diterima begitu saja sepanjang abad ke­20. Di satu

sisi, hak asasi manusia seharusnya bersifat universal. Universalitas

yang melekat dalam konsep hak asasi manusia mengekspresikan cita­

cita kosmopolitan dengan kepedulian moral yang sama bagi semua

manusia. Di sisi lain, menurut interpretasi standar kewajiban hak asasi

manusia, negara memikul tanggung jawab utama untuk melindungi

hak asasi manusia anggota mereka sendiri. Penafsiran tanggung jawab

state-centrism ini untuk perlindungan hak asasi manusia meninggalkan

celah sehubungan dengan tanggung jawab yang mungkin dimiliki

negara dalam perlakuan mereka terhadap anggota negara lain, baik

melalui tindakan langsung, misalnya melalui kebijakan luar negeri

mereka, atau secara tidak langsung melalui tindakan mereka sebagai

peserta dalam lembaga tata kelola pemerintahan global (global

governance institutions). Konsekuensi inkoherensi struktural ini

memperjelas bahwa suatu alternatif terhadap anggapan kewajiban hak

asasi manusia yang berpusat pada negara sangat dibutuhkan untuk

memajukan proyek hak asasi manusia di dunia yang terglobalisasi.

Meskipun konsepsi state-centrism tentang kewajiban hak asasi

manusia diterima secara luas, namun konsep ini memiliki beberapa

konsekuensi yang bermasalah. Salah satu karakter yang mencolok dari

konsepsi ini adalah keheningan luar biasa mengenai kewajiban aktor

non­negara (silence regarding the obligations of non-state actors), baik

108 Augusto Lopez­Claros, Arthur Lyon Dahl and Maja Groff, Global Governance and the

Emergence of Global Institutions for the 21st Century, (Cambridge: Cambridge University Press, 2020), h. 4­5.

Page 64: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

41

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

individu menuju perusahaan multinasional atau lembaga keuangan

internasional. Hal ini mengakibatkan komunitas internasional tidak

memiliki tanggung jawab untuk meminta pertanggungjawaban para

aktor tersebut atas dampak tindakan atau keputusan mereka sendiri

terhadap perlindungan hak asasi manusia.109

Cristina Lafont mengajukan konsepsi pluralis tentang kewajiban

hak asasi manusia (pluralist conception of human rights obligations)

sebagai langkah pertama untuk mengatasi kesenjangan akuntabilitas

ini melalui lembaga tata kelola global. Menurut konsepsi ini, lingkaran

aktor yang perilakunya diatur oleh norma­norma hak asasi manusia

internasional melampaui negara untuk aktor non­negara yang memiliki

kapasitas untuk menghambat perlindungan hak asasi manusia.

Menerapkan ekstensi ini akan membutuhkan lembaga pemerintahan

global untuk secara hukum mengakui kewajiban mereka untuk

menghormati HAM dengan menciptakan mekanisme kelembagaan

untuk memastikan bahwa kebijakan dan peraturan yang mereka

terapkan tidak menghambat perlindungan hak asasi manusia.110

Pada titik ini, Augusto Lopez­Claros, Arthur Lyon Dahl dan Maja

Groff menyatakan bahwa komunitas internasional apabila memiliki

kehendak untuk lebih dekat bersama dalam kolaborasi yang belum

pernah terjadi sebelumnya di tingkat global, maka harus ada upaya

menegaskan kembali komitmen yang lebih besar terhadap nilai­nilai

dasar bersama yang tertanam dalam hak asasi manusia, membangun

arsitektur internasional pendukung yang jauh lebih efektif untuk tujuan

ini. Sementara, sistem saat ini di dalam PBB untuk implementasi dan

penegakan komitmen hak asasi manusia sebagian besar masih politis

dan diplomatik daripada pendekatan yudisial. 111

Netralitas dan tingkat pengawasan internasional yang lemah saat ini

dalam mengimplementasikan hak asasi manusia dapat dianggap sebagai

bentuk tata kelola terapeutik (therapeutic governance) belaka. Amartya

Sen mencatat bahwa karena kita tidak memiliki organisasi dengan

tanggung jawab untuk benar­benar dapat menjamin setiap manusia

109 Cristina Lafont, Global Governance and Human Rights, (Spinoza Lectures, Department of Philosophy of the University of Amsterdam, 2012), h. 11­54.

110 Ibid, h. 48.111 Augusto Lopez­Claros, Arthur Lyon Dahl and Maja Groff, op.cit. h.238­239.

Page 65: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

42

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

sesuai dengan kemuliaan prinsip­prinsip Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia, maka hak asasi manusia seperti yang dipraktikkan saat ini

hanyalah sentimen yang menghangatkan hati (heart-warming sentiments).

Oleh karena itu, komunitas internasional yang telah menerapkan sistem

globalisasi keuangan dan ekonomi yang sangat kuat, perlu melangkah

lebih jauh menuju apa yang dikonsepsikan oleh Richard Falk, yaitu ada

konstitusionalisme baru (new constitutionalism) atau tata kelola global

yang manusiawi (humane global governance) untuk menegakkan secara

efektif hak asasi manusia, demokrasi, dan rule of law.112

Seiring dengan situasi tersebut mengemuka pembentukan konsti­

tusionalisme global (global constitutionalism) sebagai cara untuk

merefleksikan otoritas dan kekuasaan di tingkat global berkembang

biak dengan intensifikasi proses yang dimasukkan di bawah judul

globalisasi. Gagasan dasar di balik gerakan konstitusional internasional

modern adalah upaya memperkenalkan kontrol yang lebih baik atas

pelaksanaan kekuasaan di tingkat global. Hak asasi manusia membentuk

inti dari proyek konstitusionalis global. Pembentukan konstitusi global

ini meniru konstitusi negara modern yang berasal dari tradisi hukum

dan politik Barat, yang memandang hak­hak konstitusional sebagai

jaminan terhadap campur tangan negara dengan kebebasan individu.

Teori konstitusionalisme internasional mendalilkan hak asasi manusia

sebagai batasan dan perlindungan terhadap penggunaan kekuasaan

oleh negara dan aktor global lainnya.113

Kemunculan teori konstitusionalisme global dilatarbelakangi

bebe rapa perkembangan globalisasi hukum (legal globalization)

yang tengah dalam proses mengubah fungsi hukum dunia begitu

dalam sehingga organisasi hukum yang biasa, berakar pada konstitusi

nasional dan terstruktur dengan baik di sekitar mereka bisa segera

hilang. Fenomena globalisasi mengubah secara dramatis tata kelola

pemerintahan global dan mekanisme produksi normatif di dunia.

Pertumbuhan keterkaitan sistem hukum telah membuka jalan menuju

multiplikasi pembuat hukum. Secara khusus, terdapat bentuk baru

dari pembuat hukum publik, seperti banyak bermunculan entitas

112 Ibid, h. 245.113 Ekaterina Yahyaoui Krivenko, Rethinking Human Rights and Global Constitutionalism:

From Inclusion to Belonging, (Cambridge: Cambridge University Press, 2017), h.

Page 66: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

43

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

administrasi global, pembentuk hukum lainnya adalah regulator non­

negara (non-state regulators). Transformasi dalam hubungan sistemik

antara sistem hukum kemudian menumbuhkan permeabilitas antara

sistem hukum, meningkatnya persaingan antar sistem hukum yang

memiliki kecenderungan menuju harmonisasi tertentu. Transformasi­

transformasi ini merupakan tantangan terhadap pengaturan hukum

klasik di dunia yang berpusat pada negara yang cukup terorganisir

seperti di masa lalu. 114

Tata kelola pemerintahan global adalah fenomena sosial­politik

dan paradigma teoretis yang secara mendalam mengubah pemahaman

modern tentang geometri konstitusional (constitutional geometry).115

Pemahaman geometri konstitusional merefleksikan privatisasi dan

supranasionalisasi kekuasaan publik sebagai proses yang berjalan

secara paralel sejak dekade terakhir abad ke­20. Situasi ini mengarah

pada pengalihdayaan kekuasaan publik ke aktor­aktor supranasional

dan global, beberapa di antaranya bukan institusi publik tetapi

entitas swasta. Tata kelola global mengandaikan bahwa fungsi publik

utama dilakukan oleh seperangkat aktor publik dan swasta, nasional,

subnasional, dan supranasional. Dengan demikian tata pemerintahan

global menantang teritorialitas kekuasaan publik dan keterbatasan

desain kelembagaannya terhadap lembaga­lembaga publik. Terlebih

lagi, tata kelola global menyiratkan penggunaan jaringan dan lingkaran

114 Jean­Bernard Auby, Global Constitutionalism and Normative Hierarchies, dalam Martin Belov (ed.), Global Constitutionalism and Its Challenges to Westphalian Constitutional

Law, (Oxford: Hart Publishing, 2018), h. 3.115 Geometri konstitusional adalah fenomena yang ada di waktu yang sama yang dibangun

oleh teori, diabadikan dalam tatanan normatif dan diproduksi secara obyektif oleh kehidupan sosial atau secara obyektif dibentuk oleh proses historis kemajuan dan adaptasi sistem konstitusional ke konteks sosio­legal. Di bawah 'paradigma analitis' geometri konstitusi sebagai sistem alat analitik yang saling terkait yang digunakan sebagai teori untuk menjelaskan hukum konstitusional dalam dimensi idealnya sebagai sistem ideologi dan ide normatif, dalam dimensi positifnya sebagai tatanan konstitusional yang terdiri dari norma, prinsip dan institusi. , dan dalam dimensi empirisnya sebagai 'hukum konstitusional dalam tindakan', yang sebenarnya membentuk perilaku manusia dan kelembagaan dalam konteks sosial­legal. Di sisi lain, geometri konstitusional juga merupakan paradigma konstruktif (urutan) hukum konstitusional karena memungkinkan untuk pengaturan lembaga­lembaga konstitusional menjadi bentuk dan bentuk yang lebih luas yang disatukan berdasarkan logika dan kriteria tertentu. Lihat, Martin Belov, The Challenges to Westphalian Constitutional Geometry in the Age of Supranational

Constitutionalism, Global Governance and Information Revolution, dalam Martin Belov (ed.), Global Constitutionalism and Its Challenges to Westphalian Constitutional Law,

(Oxford: Hart Publishing, 2018), h. 14.

Page 67: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

44

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

tidak hanya sebagai pelengkap namun juga sebagai skema pengaturan

dan penjelas sentral dari geometri konstitusional konstitusionalisme

pasca­Westphalia. Geometri konstitusional tata kelola global tidak

dapat direduksi menjadi hierarki dan piramida. Oleh karena itu,

diperlukan pengenalan bentuk­bentuk baru geometri konstitusional

yang dapat lebih baik mewakili tatanan polisentris dan kompleks

dalam dunia global.116

Sebagai suatu tata kelola global bisnis dan HAM yang terkemuka,

Prinsip­Prinsip Panduan PBB berpegangan pada 3 (tiga) prinsip utama,

yaitu (1) kewajiban negara untuk melindungi hak asasi manusia; (2)

c tanggung jawab perusahaan untuk menghormati hak asasi manusia;

dan (3) akses untuk memulihkan korban pelanggaran hak asasi

manusia yang diakibatkan aktivitas bisnis.117 Dalam konteks kerangka

kerja multilateral yang ada, Prinsip­Prinsip Panduan PBB tampaknya

memiliki potensi terbesar untuk berkembang menjadi kerangka hukum

global untuk tanggung jawab sosial perusahaan. Bandingkan Prinsip­

prinsip OECD yang hanya berlaku untuk perusahaan di atau dari

negara­negara yang dalam organisasi multilateral tersebut.118

Guna merealisasikan prinsip­prinsip tersebut, diperlukan kesadaran

atas pentingnya pendekatan multi-stakeholders. Dalam konteks bisnis

dan HAM, inisiatif multi-stakeholders mengacu pada proses yang

melibatkan berbagai aktor termasuk pemerintah, entitas bisnis dan

masyarakat sipil untuk mewujudkan bisnis yang berkelanjutan secara

sosial dan lingkungan.119

John Ruggie mencapai apa yang menjadi tujuannya untuk

mendapatkan pemahaman bersama dan mendapatkan dukungan dari

116 Ibid, h. 47.117 ELSAM, Op.cit, h. 11.118 Prinsip­Prinsip Panduan PBB dkonstruksikan setelah kegagalan Rancangan Norma

Komisi HAM PBB tentang Tanggung Jawab Korporasi Transnasional dan Perusahaan Bisnis Lainnya terkait dengan HAM, yang ditentang keras oleh bisnis. Kombinasi standar global yang didukung oleh dan diimplementasikan oleh berbagai pemerintah, proses pengembangan standar yang inklusif, transparan dan seimbang antara perusahaan, tenaga kerja, dan organisasi masyarakat sipil , memberikan Prinsip­prinsip Panduan PBB potensi untuk menjadi standar tanggung jawab perusahaan global de facto. Lihat, Cynthia A. Williams, Corporate Social Responsibility and Corporate Governance, dalam Jeffrey

N. Gordon and Wolf-Georg Ringe, (eds.), The Oxford Handbook of Corporate Law and

Governance, (Oxford: Oxford University Press, 2018), h. 6.119 International Corporate Accountability Rountable, "Remedy in the Context of Multi­

Stakeholder Initiatives Summary Report", 2016, h. 1.

Page 68: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

45

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

berbagai konstituen. Menurut John Ruggie terdapat 2 (dua) pencapaian

utama secara luas dikaitkan dengan mandatnya sebagai Perwakilan

Khusus:120

1. Menghasilkan perubahan besar dalam dinamika debat bisnis

dan HAM, dari polarisasi mendalam di antara kelompok­

kelompok pemangku kepentingan pada tahun 2005 ke

pemahaman bersama yang lebih besar tentang tantangan

bisnis dan HAM;

2. Mengamankan dukungan multi­pemangku kepentingan yang

luas (wide multi-stakeholders support) untuk Kerangka Kerja

Perlindungan, Penghormatan, dan Pemulihan dan Prinsip­

prinsip Panduan PBB untuk implementasi sebagai dasar

untuk mengelola tantangan­tantangan tersebut dengan lebih

baik di masa mendatang.

Lebih jauh, John Ruggie menegaskan bahwa suduat pandang

aspek ini berkaitan dengan peningkatan berbagai inisiatif yang ada

seperti pengaturan diri (self-regulation) industri dan perusahaan,

inisiatif multi­pemangku kepentingan, model hibrida publik­swasta

menggabungkan tindakan wajib dengan tindakan sukarela, berbagai

langkah pengaturan untuk mempromosikan budaya perusahaan

yang menghormati hak asasi manusia, dan potensi tanggung jawab

perusahaan untuk kejahatan internasional di beberapa pengadilan

nasional.121

120 Radu Mares, Business and Human Rights After Ruggie: Foundations, the Art of Simplifi

cation and the Imperative of Cumulative Progress, dalam Radu Mares (ed.), The UN

Guiding Principles on Business and Human Rights: Foundations and Implementation, (Leiden: Koninklijke Brill NV, 2012), h. 5.

121 Ibid, h. 31. Laporan akhir Perwakilan Khusus secara eksplisit mengakui cara­cara penting di mana prinsip­prinsip tanggung jawab bisnis dilembagakan melalui beragam kode pengaturan swasta yang ditujukan untuk meningkatkan praktik bisnis, yang melibatkan: “dilakukan oleh badan­badan industri, multi­pemangku kepentingan dan inisiatif kolaboratif lainnya melalui kode perilaku, standar kinerja, perjanjian kerangka kerja global antara serikat pekerja dan perusahaan transnasional, dan usaha serupa. Kode­kode ini membahas berbagai masalah, termasuk standar hak­hak pekerja, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), layanan dan infrastruktur sosial, perlindungan lingkungan, hak­hak budaya dan adat dan ketentuan pertukaran pasar adil. Lihat, Fiona Haines, Kate Macdonald, and Samantha Balaton­Chrimes, Contextualising the Business Responsibility

to Respect: How Much Is Lost in Translation? dalam Radu Mares (ed.), The UN Guiding

Principles on Business and Human Rights: Foundations and Implementation, (Leiden: Koninklijke Brill NV, 2012), h. 109­110.

Page 69: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

46

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Menurut Prenkert dan Shackelford, konsep tata kelola polisentrik

(polycentric governance) merefleksikan pendekatan tata kelola multi-

stakeholders yang menekankan pada kolaborasi antar pemangku

kepentingan untuk mengatasi permasalahan kolektif yang bersifat

global.122 John Ruggie memperkenalkan tata kelola polisentrik sebagai

pendekatan yang membagi peran pemangku kepentingan secara

berbeda namun dengan tanggung jawab yang saling melengkapi,

diantaranya sebagai berikut:123

1. Negara memiliki kewajiban berdasarkan hukum HAM inter­

nasional untuk melindungi hak asasi manusia individu dari

ancaman pihak ketiga, termasuk bisnis. Disaat yang bersamaan

negara juga diharuskan mengembangkan kebijakan lintas­

pemerintah untuk merealisasikan kewajiban hukum tersebut;

2. Korporasi diwajibkan patuh terhadap hukum dan mengelola

risiko keterlibatannya dalam pelanggaran hak asasi manusia,

selain itu, korporasi juga memiliki kewajiban untuk mengatasi

kerugian hak asasi manusia yang disebabkan kegiatan bisnisnya;

3. Individu dan masyarakat perlu diberikan pemberdayaan lebih

lanjut dalam rangka mewujudkan hak atas pemulihan.

Tata kelola polisentrik berusaha menjawab kompleksitas isu bisnis

dan HAM terutama di tengah kesenjangan tata kelola yang diakibatkan

122 Jamie Darin Prenkert & Scott J. Shackelford, "Business, Human Rights, and the Promise of Polycentricity", Vanderbilt Journal Of Transnational Law, Vol 47, 2014, h. 465.

123 ELSAM, Op.cit, h. 58.

Page 70: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

47

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

oleh globalisasi. Fenomena tersebut menciptakan ketidakseimbangan

antara dampak kegiatan ekonomi dengan kapasitas masyarakat yang

menerima dampak buruk kegiatan tersebut.124 Kesenjangan disebabkan

absennya pengaturan yang memberikan sanksi atau menuntut reparasi

kepada perusahaan.125 Melalui tata kelola polisentrik, setiap aktor

didorong untuk saling bersinergi dan berkontribusi dalam mengatasi

permasalahan bisnis dan HAM sesuai dengan fungsi dan kapasitas di

level masing­masing.126

Tata kelola polisentrik ini juga dapat disandingkan dengan konsep

tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Gagasan kontem­

porer tentang tata pemerintahan yang baik, biasanya mencakup indeks

akuntabilitas, penghormatan terhadap HAM, dan supremasi hukum.127

Upaya mengintegrasikan gagasan HAM ke dalam modalitas tata kelola

pemerintahan yang baik juga secara implisit menjawab pertanyaan untuk

siapa tata kelola pemerintahan, tentu saja dimaksudkan menunjukkan

sistem tata kelola pemerintahan untuk mempromosikan kepentingan dan

melindungi warga negara.128 Dalam konteks ini, Prinsip­Prinsip Panduan

PBB dapat dilihat sebagai bagian dari agenda pengaturan yang lebih luas

untuk mengembangkan pendekatan transnasional dan multi-channel

baru untuk bisnis dan HAM yang bergerak melampaui dikotomi lama

berbasis negara antara pemerintah HAM berbasis teritorialitas (territorial

human rights government) dan tata kelola HAM global (global human

rights governance).129

124 John Ruggie, “Protect, Respect and Remedy: A Framework for Business and Human Rights,” 2008, A/HRC/8/5, h. 3.

125 Ibid.126 Jamie Darin Prenkert & Scott J. Shackelford, Op.cit, h. 469.127 Jalan terakhir menuju pemberontakan (resort to rebellion) yang dirujuk dalam Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia ketika hak­hak tidak dilindungi melalui rule of law yang diperkuat melalui Kovenan Hak­Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dan Kovenan Hak­Hak Sipil dan Politik. Instrumen yang dikenal sebagai International Bill of Human Rights, di samping mewujudkan konsep kontrak sosial dasar tentang tata kelola pemerintahan yang baik antara kepemimpinan dan warga negara suatu negara, juga merupakan penghormatan terhadap HAM yang mendasar. Penghormatan terhadap HAM membantu memastikan integritas tata kelola yang lebih luas dan manfaat sosial yang lebih luas di seluruh sistem nasional tertentu dan sistem internasional, karena bentuk­bentuk saling ketergantungan ekstrem yang dibawa oleh globalisasi. Augusto Lopez­Claros, Arthur Lyon Dahl and Maja Groff, ibid

128 Ibid.129 Daniel Augenstein, Reclaiming Human Rights from Globalisation, https://lawlog.blog.wzb.

eu/author/daniel­augenstein/, diakses pada 8 Mei 2020, pukul 18.38 WIB

Page 71: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

48

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

2.3. Negara dan RAN Bisnis dan HAM: Pendekatan Hukum Nasional

dalam Merespon Isu Hak Asasi Manusia Internasional

Hukum domestik mensyaratkan aturan yang berkaitan dengan

hubungan antara hukum domestik dan internasional, yaitu hukum

hubungan luar negeri domestik atau hukum internasional domestik

(domestic international law). Aturan­aturan ini akan memberikan

pengaruh instrumen hukum HAM internasional pada hukum domestik.130

Definisi hubungan antara hukum internasional dan domestik terkait

dengan berbagai aspek, seperti konsep hukum secara umum, struktur

komunitas hukum internasional, dasar­dasar dan sumber­sumber hukum

internasional, tingkat saling ketergantungan dan interkoneksi antara

dua jenis hukum ini, dan pertanyaan tentang bagaimana menyelesaikan

konflik normatif diantara kedu jenis hukum ini. Masalah ini juga perlu

menyentuh pertanyaan­pertanyaan seperti apakah hukum internasional

dapat diterapkan secara langsung oleh organ domestik; apakah hukum

internasional secara langsung mengikat individu dan apakah hukum

itu juga dapat diterapkan oleh mereka; atau apakah itu harus diubah

sebelum memiliki efek seperti itu; dan jika ditransformasikan, apakah

aturan yang dimasukkan kemudian dapat diubah atau diganti dengan

tindakan legislatif.131

Samantha Besson, mengidentifikasi hubungan antara hukum

HAM internasional dengan hukum HAM domestik. Pertama, memulai

dengan melihat prosedur persetujuan domestik yang mendahului

ratifikasi suatu instrumen hukum HAM internasional. Adanya prosedur

persetujuan parlemen (legislatif) atau bahkan referendum tentang

Kovenan penting untuk memberikan legitimasi secara demokratis di

dalam negeri dan memberikan dampak pengaruh.132 Dimensi kedua,

berkaitan dengan potensi reformasi domestik yang terjadi sebelum atau

pada saat berlakunya instrumen hukum HAM internasional. Beberapa

Negara menunggu sampai berlakunya untuk melanjutkan reformasi,

130 Samantha Besson, The Influence of the Two Covenants on States Parties Across Regions:

Lessons for the Role of Comparative Law and of Regions in International Human Rights

Law, dalam Daniel Moeckli, Helen Keller, And Corina Heri, The Human Rights Covenants

at 50: Their Past, Present, and Future, (Oxford: Oxford University Press, 2018, h. 255.131 Paul Gragl, Legal Monism: Law, Philosophy, and Politics, (Oxford: Oxford University

Press, 2018), h. 5.132 Samantha Besson, loc.cit

Page 72: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

49

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

atau tidak merencanakan reformasi secara sistematis, sementara

yang lain mengorganisir dan menunda perjanjian internasional mulai

berlaku sampai selesainya reformasi domestik yang diperlukan. Dalam

konteks ini juga, pertanyaan tentang integrasi hak­hak ke dalam

hukum domestik, apakah melalui konstitusi atau ke dalam bentuk

lain dari perundang­undangan domestik.133 Setelah suatu perjanjian

diberlakukan, masalah ketiga yang relevan adalah hubungan antara

hukum domestik dan internasional. Hubungan ini diorganisasikan

seputar pertanyaan tentang validitas, peringkat, dan pengaruh.134

Keempat, variasi lain berkaitan dengan hubungan antara hak­hak

domestik dan hukum HAM internasional. Pertanyaan pertama yang

diajukan adalah apakah negara memiliki domestic bill of human rights

(konstitusional) atau tidak dan apakah terdapat suatu rancangan

undang­undang yang mencakup seperangkat hak yang dilindungi

oleh suatu instrumen HAM internasional. Dalam beberapa Negara,

HAM dimasukkan dalam konteks pemulihan melalui peradilan khusus

atau, setidaknya, dalam penalaran HAM pengadilan domestik secara

regular.135

133 Ibid.134 Di Negara­negara tertentu, hukum HAM internasional diperlakukan seperti hukum

internasional pada umumnya, namun, di negara lain, memiliki status khusus, baik dalam hal validitas, biasanya langsung, dan peringkat, biasanya supra­legislatif. Beberapa konstitusi bahkan mensyaratkan klausa yang menetapkan peringkat hukum HAM internasional dalam hukum domestik. Sehubungan dengan validitas, beberapa Negara monisme mengakui validitas langsung dari Perjanjian, sementara yang lain bersifat dualisme harus memasukkannya, baik ke dalam hak­hak domestik mereka atau dalam undang­undang terpisah, agar mereka memiliki segala bentuk validitas dan pengaruh dalam hukum domestik. Berkaitan dengan peringkat yang diberikan kepada hukum HAM internasiona; dalam hukum domestik, Negara berbeda secara signifikan: beberapa memberi mereka peringkat legislatif, sementara yang lain memberi mereka nilai supra­legislatif, konstitusional, atau bahkan supra­konstitusional. Sehubungan dengan pengaruh perjanjian, Negara biasanya memberikan hak individu berdasarkan pengaruh langsung melalui justisiabilitas atau tidak, tergantung pada bagaimana perlindungan HAM domestik melalui mekanisme yudisial. Sementara itu, dalam hukum dualis biasanya membahas masalah peringkat dan pengaruh hukum HAM internasional dalam perundang­undangan mereka. Lihat, ibid, h. 256.

135 Dalam jangka panjang upaya ini mengarah pada peningkatan perlindungan hak­hak di dalam negeri, melalui pengaruh timbal balik antara hukum hak asasi manusia domestik dan hukum HAM internasional yang berkaitan dengan berbagai karakteristik dari penalaran HAM, misalnya yurisdiksi dan penerapan; ruang lingkup personal, material material, dan teritorial, seperti efek horizontal; kewajiban prosedural tugas positif dan/atau negatif; pembatasan justifikasi, seperti proporsionalitas; inti hak, dan tinjauan konstitusionalitas/konvensionalitas. Lihat, ibid, h. 256­257.

Page 73: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

50

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Dalam perkembangan hukum internasional, khususnya perma­

salahan interaksi antara tatanan hukum internasional dengan hukum

nasional yang terbagi dalam monisme dan dualisme, sudah tidak

relevan dipertahankan lagi. Armin von Bogdandy mencatat bahwa

dikotomi teoritis monisme dan dualisme seharusnya tidak ada untuk

membahas hubungan antara hukum internasional dan domestik.

Fragmentasi hukum dalam hukum internasional, tidak hanya secara

horizontal terfragmentasi dan terpecah­pecah, yaitu antara bidang

hukum yang berbeda. Selain itu, juga terfragmentasi secara vertikal

dalam hubungannya dengan tatanan hukum non­internasional, seperti

hukum nasional. Tatanan hukum global saat ini tampaknya merupakan

medan yang berbatu dan bergunung­gunung, sangat tidak rata, sulit

untuk dipahami, dan tentu saja tidak dibentuk menurut prinsip yang

rapi dan jelas. Interaksi antara norma­norma domestik (nasional) dan

internasional menghadirkan hierarki yang tidak teratur, terputus­putus,

dan tidak lengkap, terutama fenomena seperti kemunculan aktor­aktor

baru di fora internasional bersama dengan 200­an negara, proliferasi

pengadilan dan pengadilan internasional, dan perluasan hak dan

kewajiban internasional kepada individu dan badan hukum menambah

elemen multidimensi yang cukup besar. Situasi ini tampaknya tidak

dapat dilukiskan berdasarkan teori­teori hukum internasional yang ada

karena saling mempengaruhi antara perintah hukum dibentuk oleh

perbedaan pendapat di dunia yang terdiri dari beberapa komunitas

normatif yang tumpang tindih, yang selanjutnya berkontribusi pada

dunia konflik hukum dan hibriditas yurisdiksi.136

Dinah Shelton mengemukakan konsep normativitas relatif (relative

normativity) yang menyangkut sifat dan struktur hukum internasional.

Normativitas relatif melibatkan isu­isu hierarki antara sumber dan

norma dan melibatkan aturan pengakuan (rules of recognition)

yang membedakan antara norma hukum dengan norma yang tidak

mengikat secara hukum. Perdebatan tentang normativitas relatif saat ini

berpusat pada 3 (tiga) topik. Pertama, doktrin hukum mengandaikan

adanya norma­norma yang superior (peremptory norms) yang

mengesampingkan norma­norma lain dan mengikat semua negara,

136 Paul Gragl, op.cit. h. 43­44.

Page 74: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

51

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

termasuk negara­negara yang menolak. Kedua, perluasan hukum

internasional ke dalam banyak bidang studi baru, dengan proliferasi

yang sesuai dengan perjanjian dan lembaga internasional. Perluasan

ini menghasilkan konflik norma atau prosedur substantif dalam area

subjek tertentu atau lintas rezim hukum. Permasalahan ini memerlukan

sarana untuk merekonsiliasi atau memprioritaskan aturan yang bersaing.

Negara dan institusi internasional semakin meningkat mengadopsi

teks yang berisi norma atau pernyataan kewajiban, tetapi tidak dalam

bentuk yang mengikat secara hukum. Teks soft law semacam itu

adalah komitmen politik yang dapat mengarah pada hukum (hukum

kebiasaan atau perjanjian) dan kadang­kadang sama efektifnya dengan

hukum untuk mengatasi masalah internasional dan dengan demikian

umumnya tunduk pada aturan yang mengikat.137

Perkembangan soft law ini menandakan bahwa komunitas inter­

nasional secara perlahan bergerak menuju pengakuan berbagai sumber

tanggung jawab dan akuntabilitas. Perlindungan HAM bergantung

pada aksi langsung oleh aktor negara dan non­negara. Lebih jauh,

apakah instrumen hukum lunak terbukti efektif akan tergantung pada

sejauh mana ia mampu menghasilkan perubahan budaya dalam bisnis

transnasional dan komunitas hukum, serta sesuai dengan harapan lokal

terkait dengan keadilan sosial. Namun demikian, norma ini juga tidak

memiliki ketentuan mengenai pemantauan internasional, seperti yang

ada dalam rancangan instrumen sebelumnya yang berusaha untuk

memaksakan kewajiban HAM secara langsung pada perusahaan.138

Sumudu Atapattu menambahkan bahwa instrumen soft law memainkan

beberapa peran di tingkat internasional yang memiliki kemiripan

dengan perjanjian. Selain itu, instrumen soft law berpotensi untuk

berevolusi menjadi hukum kebiasaan internasional, mengkristal yang

mengarah pada kecenderungan menuju norma tertentu, memfasilitasi

munculnya prinsip­prinsip hukum kebiasaan internasional baru,

mengkonsolidasikan opini politik sehubungan dengan masalah baru,

mengisi celah dalam perjanjian yang ada, memberikan panduan

interpretatif untuk perjanjian. Lebih jauh, instrumen soft law juga

137 Dinah Shelton, International Law and 'Relative Normativity' dalam Malcolm D. Evan, International Law, (Oxford: Oxford University Press, 2003), h. 145.

138 Cecilia M. Bailliet, op.cit. h. 123.

Page 75: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

52

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

menimbulkan praktik baru negara pada masalah tertentu dan membantu

membentuk hukum domestik.139

Menurut Humberto Cantú Rivera diperlukan perspektif baru diperlu­

kan untuk memastikan bahwa hukum dapat secara efektif menga ­

tur fenomena yang ditimbulkan realitas internasional terhadap HAM.

Pendekatan klasik yang menjadi landasan hukum internasional tampak­

nya tidak cukup untuk mengatasinya saat ini. Dari perspektif ini, topik

tertentu tampaknya sangat sulit untuk ditangani, seperti peran soft law.

Peran soft law tersebut telah banyak dibahas oleh doktrin dan pengadilan

di berbagai negara, karena implikasinya di tingkat internasional bisa

sangat mendalam.140 Pada titik ini mengemuka pertanyaan apakah

beberapa perkembangan baru­baru ini akan cukup untuk memicu revisi

batas­batas hukum internasional, atau hanya akan menjadi upaya Negara

yang tidak akan memiliki efek penuh dalam mendukung promosi dan

perlindungan HAM, khususnya di bidang bisnis dan HAM yang sangat

kompleks.141 Status soft law, seperti Prinsip­Prinsip Panduan PBB

memiliki potensi dukembangkan melalui praktik negara dan kasus

hukum kasus, sehingga dapat berkontribusi untuk memperkuat elemen­

elemen dasar untuk pembentukan kebiasaan internasional.142

Pengadopsian Prinsip­Prinsip Panduan PBB oleh Dewan HAM

PBB melahirkan mandat bagi Kelompok Kerja PBB untuk mempro­

mosikan penerapan Prinsip­Prinsip Panduan PBB yang efektif dan

komprehensif.143 Oleh karena itu, Kelompok Kerja PBB kemudian

memandang pentingnya negara memiliki RAN Bisnis dan HAM.144

Hal tersebut pula yang mendorong Kelompok Kerja PBB untuk

mengeluarkan Panduan RAN Bisnis dan HAM yang merinci dari

panduan proses pembentukan hingga subtansi yang dapat diadopsi

dan dijadikan dasar oleh tiap negara dalam menyusun RAN Bisnis dan

HAM di tingkat nasional.145

139 Sumudu Atapattu, op.cit. h. 207.140 Humberto Cantú Rivera, Developments in Extraterritoriality and Soft Law: Towards

New Measures to Hold Corporations Accountable for their Human Rights Performance?, (Anuario Mexicano de Derecho Internacional, Vol. XIV, 2014), h. 729­730

141 Ibid.142 Ibid, h. 749143 UN Working Group on Business and Human Rights, Guidance on National Action Plans

on Business and Human Rights, 2016, h. 1.144 Ibid.145 Ibid, h. iv.

Page 76: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

53

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

Kelompok Kerja PBB mendefinisikan RAN Bisnis dan HAM sebagai

“An evolving policy strategy developed by a State to protect against adverse

human rights impacts by business enterprises in conformity with the

UN Guiding Principles on Business and Human Rights”, yakni sebuah

kebijakan strategis yang dikembangkan oleh negara dengan berpedoman

kepada Prinsip­Prinsip Panduan PBB untuk melindungi dampak buruk

HAM oleh perusahaan.146 Kelompok Kerja PBB menggarisbawahi enam

manfaat dari RAN Bisnis dan HAM bagi negara, yaitu:147

1. Menciptakan koordinasi dan koherensi dengan berbagai

kebijakan publik pemerintah yang berkaitan dengan bisnis

dan HAM;

2. Menciptakan proses yang inklusif untuk mengidentifikasi prioritas

nasional serta penilaian kebijakan dan aksi yang konkret;

3. Memastikan transparansi dan prediktabilitas untuk pemangku

kepentingan domestik maupun internasional;

4. Membangun proses pengawasan, penilaian dan evaluasi yang

berkesinambungan;

5. Sebuah wadah untuk menampung dialog multi-stake holders;

6. Menyediakan pendekatan yang fleksibel namun ideal untuk

memfasilitasi kerja sama internasional, koordinasi, dan sebagai

wadah pertukaran praktik­praktik baik (good practices) dan

pengalaman (lessons learned).

146 Ibid, h. 3.147 Ibid, h. 1.

Page 77: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

54

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

RAN Bisnis dan HAM yang ideal harus dibuat sejalan dengan pen­

dekatan berbasis HAM (human rights-based approach) yakni inklusif,

transparan, partisipastif dan akuntabel.148 Dalam proses pembentukan

RAN Bisnis dan HAM, dibutuhkan National Baseline Assessments (NBA)

oleh lembaga yang dianggap kredibel seperti Institusi HAM Nasional

(NHRI) atau universitas, proses ini menekankan pada analisis subtansi

terkait relevansi susbtansi RAN Bisnis dan HAM dengan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB dan berfungsi untuk melihat sejauh mana konten RAN

mampu menjawab kebutuhan dalam praktik.149 Konsultasi multi-

stakeholders juga menjadi hal yang krusial dalam proses pembentukan

RAN Bisnis dan HAM. Selain merepresentasikan adanya partisipasi,

konsultasi tersebut akan memperkaya perspektif negara mengenai hal

yang perlu diatur oleh RAN.150 Secara umum, Kelompok Kerja PBB

merekomendasikan proses pembentukan RAN Bisnis dan HAM sesuai

panduan berikut:151

148 Claire Methven O'Brien (et.al), National Action Plans: Evaluating Current Status and

Charting Future Prospects for an Important New Governance Tool on Business and

Human Rights, (Business and Human Rights Journal, 2015), h. 119.149 Ibid, h. 122­123.150 Ibid, h. 123.151 UNICEF, Building Better Business for Children: An Interim National Baseline Assessment

of Australian policy and law shaping business activities that impact on children, (UNICEF, 2019), h. 27­28.

Page 78: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

55

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

Fase Tindakan yang Diambil

Fase 1: Inisiasi

1. Membangun komitmen resmi Pemerintah untuk terlibat dalam proses RAN.

2. Membentuk kerangka kolaborasi lintas institusi dan struktur pimpinan.

3. Membuat skema keterlibatan pemangku kepentingan non­pemerintah.

4. Mengembangkan dan menerbitkan rencana kerja dan mengalokasikan sumber daya yang memadai

Fase 2: Penilaian dan Konsultasi

1. Meningkatkan pemahaman mengenai dampak negatif bisnis terhadap HAM.

2. Mengidentifikasi kesenjangan negara dan implementasi bisnis dalam Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

3. Melakukan konsultasi dengan pemangku kepentingan terkait upaya untuk mengatasi kesenjangan dan mengidentifikasi masalah prioritas.

Fase 3: Penyusunan RAN Awal

1. Menyusun draft awal.2. Mengkonsulasikan draft dengan pemangku

kepentingan terkait.3. Melakukan finalisasi dan pengadopasian RAN

Bisnis dan HAM

Fase 4: Implementasi

1. Melaksanakan tindakan dan melanjutkan kolaborasi lintas departemen

2. Memastikan pemantauan multi­pemangku kepentingan.

Fase 5:Pembaruan/Evaluasi

1. Mengevaluasi dampak dari penerapan RAN awal dan mengidentifikasi kesenjangan.

2. Berkonsultasi dengan pemangku kepentingan dan mengidentifikasi masalah prioritas.

3. Menyusun rancangan RAN yang diperbarui, melakukan konsultasi, finalisasi dan pengadopsian.

Berkaitan dengan proses penyusunan RAN, upaya pemaknaan dari

identifikasi kesenjangan adalah adanya analisis terhadap permasalahan

yang dihadapi oleh kelompok rentan dan termarjinalkan dalam proses

Page 79: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

56

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

pengembangan RAN Bisnis dan HAM.152 Perempuan, anak, masyarakat

adat, pekerja migran, orang dengan disabilitas merupakan contoh

kelompok yang lebih rentan menjadi korban pelanggaran HAM oleh

aktivitas korporasi.153 Adanya kekhususan tantangan dan kebutuhan

dari kelompok tersebut perlu diakomodasi di dalam RAN Bisnis dan

HAM agar memastikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB dapat secara

merata melindungi seluruh spektrum sosial masyarakat.

Apabila ditelisik lebih jauh, saat ini tidak banyak perhatian

terhadap hak­hak perempuan dan anak perempuan dalam proses

nasional untuk menerapkan Prinsip­prinsip Panduan PBB, termasuk

RAN. Situasi ini berpotensi menimbulkan masalah bagi negara dan

aktor lain yang terlibat dalam proses tersebut, karena perhatian yang

tidak memadai terhadap hak­hak perempuan dan anak perempuan

sehingga melanggengkan dan menormalkan diskriminasi sistemik yang

mereka hadapi dalam masyarakat.154 Oleh karena itu, proses nasional

untuk menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB harus responsif

gender untuk memberikan kontribusi yang berarti untuk mengatasi

diskriminasi gender dan mewujudkan kesetaraan yang substantif.

Dalam praktiknya, langkah ini membutuhkan analisis gender yang

menyeluruh dan bertindak berdasarkan temuan, di seluruh bidang

bisnis dan HAM dalam proses implementasi nasional. 155

Selain urgensi untuk menyeleraskan proses pembentukan RAN

Bisnis dan HAM dengan pendekatan HAM, secara substansi, RAN

152 Ibid, h. 28.153 Ibid.154 Hal ini bertentangan dengan kewajiban negara­negara di bawah hukum hak asasi

manusia internasional (IHRL) serta panggilan untuk koherensi kebijakan sesuai dengan Prinsip­Prinsip Panduan PBB untuk menghapus non­diskriminasi dan merealisasi kesetaraan. Meskipun Prinsip­Prinsip Panduan PBB mengakui gender di beberapa tempat, misal Prinsip ke­3, Prinsip ke­7, Prinsip ke­12, dan Prinsip ke­20. Namun Prinsip­Prinsip Panduan PBB tidak menawarkan panduan substantif tentang cara mengambil pendekatan responsif gender dalam implementasi. Lihat, Linnea Kristiansson and Nora Götzmann, National implementation processes for the United Nations Guiding Principles

on Business and Human Rights: towards gender-responsive approaches, (Australian Journal of Human Rights, 2020), h. 2

155 Adopsi langkah­langkah kesetaraan formal yang memperlakukan perempuan dan laki­laki sama belum mencukupi, selain itu utuk menjadi responsif gender, suatu pendekatan harus melibatkan tidak hanya pemahaman dan mempertimbangkan faktor sosial budaya yang mendasari diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan mengambil tindakan untuk mengatasi kesenjangan dan bias gender untuk meningkatkan kesetaraan gender. Lihat, ibid., h. 2­3

Page 80: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

57

TATA KELOLA M U LT I - S TA K E H O L D E R S DALAM PEMA JUAN HAK ASASI MANUSIA

Bisnis dan HAM juga perlu merefleksikan Prinsip­Prinsip Panduan

PBB, dalam arti mengatur kewajiban negara dalam melindungi

dampak buruk HAM perusahaan, memberi akses terhadap pemulihan

dan memastikan adanya proses Uji Tuntas HAM (human rights due

diligence) oleh perusahaan. Kewajiban dan tanggung jawab dari tiap

institusi negara harus dapat diatur secara spesifik di dalam sebuah RAN

Bisnis dan HAM, begitupun dengan mekanisme koordinasi, pelaporan

dan pengawasan.156 Dengan demikian, kesenjangan implementasi

(implementation gap) dari apa yang dicita citakan dengan apa yang

terjadi dalam praktik dapat dihindari.

Methven O’Brien berpendapat bahwa RAN Bisnis dan HAM

dapat dengan baik memastikan kesesuaian yang bersifat “vertikal”

antara hukum nasional, kebijakan dan praktik kelembagaan dengan

komitmen internasional.157 Melaui sebuah RAN, hukum nasional

diberikan keleluasaan untuk memformulasikan prinsip­prinsip di

bawah Prinsip­Prinsip Panduan PBB sebagai hukum internasional

yang lunak kedalam bentuk yang lebih operasional, rinci dan sesuai

dengan konteks kebutuhan domestik. Implikasi positif lain dari

dimilikinya sebuah RAN Bisnis dan HAM adalah dituntutnya negara

untuk menciptakan koherensi secara “horizontal”, dalam artian proses

RAN yang melibatkan partisipasi berbagai elemen lintas kementerian

atau cabang pemerintahan dapat didorong untuk membuat kebijakan

di bidang bisnis dan HAM yang harmonis.158 Kebijakan harmonis

dicapai dengan membangun koordinasi efektif antar insitusi negara

dan memastikan digunakannya standar yang sama dalam pengaturan

bisnis dan HAM.

RAN Bisnis dan HAM merupakan perwujudan konkret dari hukum

nasional yang dapat mendukung terpenuhinya kewajiban inter nasional

negara terkait bisnis dan HAM.159 Humberto Cantu Rivera meng golongkan

RAN sebagai ‘kebijakan publik’, dalam konteks hukum nasional seringkali

didefinisikan sebagai aturan dibawah cabang kekuasaan eksekutif

156 Claire Methven O'Brien, Op.cit, h. 124­125.157 Ibid, h. 121.158 Ibid.159 Humberto Cantú Rivera, op.cit., h. 11.

Page 81: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

58

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

untuk memenuhi kebutuhan publik atau mengatasi masalah sosial.160

Menurutnya, RAN dapat mendorong pemenuhan kewajiban negara

melalui dua cara, yakni peningkatan kesadaran (raising awareness)

dan pengaturan implementasi (implementation measures).161 Kewajiban

negara berdasarkan Pilar Pertama Prinsip­Prinsip Panduan PBB dapat

terpenuhi melalui RAN yang mendorong peningkatan kapasitas/

pemahaman pejabat publik serta memastikan koordinasi dan sinergitas

aturan.162 Adapun kewajiban negara berdasarkan Pilar Ketiga Prinsip­

Prinsip Panduan PBB dapat dicapai dengan RAN yang memberi akses

pemulihan kepada korban pelanggaran HAM korporasi.163 Dengan

demikian, sebagai suatu kebijakan, RAN mampu menjangkau berbagai

pendekatan strategis guna mengoptimalkan pemenuhan kewajiban yang

dimandatkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

160 Ibid, h. 10.161 Loc.Cit.162 Ibid.163 Ibid, h. 12.

Page 82: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

59

B A B I I I

Menilik dan Menelisik Praktik TerbaikRAN Bisnis dan Hak Asasi Manusia

Negara­Negara

“Mengubah struktur dan aturan ekonomi global akan

membutuhkan gerakan massa berdasarkan pesan kasih sayang,

keadilan, dan kesetaraan, serta proses kolaboratif dan demokratis

... Jika kita tetap positif, inklusif, dan demokratis, kita memiliki

sejarah yang benar-benar bersejarah. kesempatan untuk

membangun gerakan global untuk keadilan sosial”

Medea Benjamin,

Aktivis politik, salah satu pendiri Code Pink

3.1. RAN Bisnis dan HAM: Pelokalan Isu Bisnis dan HAM dalam

Konteks Negara

Apabila merujuk pada pendekatan Post­Westphalian, maka

pengembangan hukum internasional kini mulai bergerak di luar

fokus sistem hukum internasional pada negara sebagai subjek utama.

Saat ini hampir semua sub­bidang hukum internasional menggarisbawahi

penting nya aktor non­negara dan aktor sub­negara dalam evolusi,

interpretasi, dan penegakan normatif kontemporer. Pembuatan hukum

internasional semakin ditandai dengan proses evolusi transnasional

yang legal, yang menempatkan masyarakat sipil dan lainnya

berkontribusi pada artikulasi pengakuan hak­hak hukum di tingkat

nasional, regional, dan internasional. Upaya peningkatan kesadaran

(consciousness raising) dengan mengidentifikasi kesenjangan dan

teka­teki yang disajikan oleh kelalaian dalam kerangka kerja normatif

atau institusional untuk mengatasi kepentingan rentan, termasuk

perempuan, anak­anak, dan lingkungan. Pada titik ini penting untuk

memotret pentingnya memberikan suara kepada para korban dan

pihak­pihak yang terkena dampak, melalui partisipasi dalam merancang

norma­norma substantif dan reparatif. Aktor­aktor non­negara, seperti

korporasi atau organisasi masyarakat sipil mempromosikan penciptaan

Page 83: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

60

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

norma­norma baru (quasi-legal),164 termasuk dalam memaknai isu

bisnis dan HAM.

Di era di mana kekuatan negara sedang terkikis oleh 2 (dua)

kekuatan, yakni globalisasi dan privatisasi, maka aktor­aktor lain perlu

menerima beberapa tanggung jawab atas HAM. Globalisasi, adalah

komponen penting dari semua konteks HAM di awal abad kedua puluh

satu. Interkoneksi global tidak hanya berlaku untuk bisnis dan ekonomi,

yang merupakan konteks konvensional globalisasi, namun juga untuk

semua aspek aktivitas manusia karena ada peningkatan interkoneksi

antar kegiatan budaya, sosial, politik dan lingkungan. Situasi ini

menimbulkan masalah signifikan bagi upaya memaknai HAM dari

bawah (human rights from below), khususnya konteks lokal yang pada

prinsipnya tidak pernah hanya berdimensi lokal, karena akan selalu

mengandung unsur global. Dengan demikian, setiap kali meletakkan isu

HAM dalam konteks lokal (local context for human rights) akan selalu

berkaitan dengan masalah global. Oleh karena itu, cara pandang biner

global versus lokal sedang dibongkar dan setiap pemahaman tentang

HAM tidak mampu mengabaikan baik lokal maupun global.165 Model

rezim polisentris yang menjadi prasyarat beroperasinya Prinsip­Prinsip

Panduan PBB harus mencakup pemangku kepentingan dan mekanisme

akuntabilitas di berbagai tingkatan, dari global hingga lokal (multi­level).

Diane Bulan Hampton menyatkan bahwa karakteristik dan kompleksitas

masalah bisnis dan HAM ditambah dengan kesenjangan tata kelola yang

berlaku sering membutuhkan solusi untuk dikembangkan pada berbagai

skala, termasuk dimensi lokalitas. Lebih jauh, efektivitas tata kelola

polisentris bergantung pada kemampuan sistem untuk memfasilitasi

saling pemantauan, pembelajaran dan adaptasi. Kemampuan beradaptasi

dalam tata kelola global mengacu pada sistem yang mengandaikan para

aktor dapat menyesuaikan norma­norma internasional dengan konteks

lokal mereka.166

164 Cecilia M. Bailliet, op.cit. h. 6.165 Jim Ife, Human Rights from Below: Achieving Rights through Community Development,

(Cambridge: Cambridge University Press, 2009), h. 147.166 Selain memiliki karakteristik multi­pemnagku kepentingan dan adaptif, rezim polisentrik

memiliki karakteristik:1. Multi­pemangku kepentingan2. Sistem polisentris secara inheren terdiri dari multi­pemangku kepentingan, dengan

Page 84: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

61

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Dalam konteks ini, Negara tidak melewatkan kesempatan untuk

mengisyaratkan komitmen baru untuk mematuhi kewajiban hukum

mereka untuk melindungi terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan

oleh perusahaan dan memberlakukan ‘campuran cerdas’ dari tindakan

yang direkomendasikan oleh Prinsip Panduan PBB. Penerimaan formal

norma­norma HAM seringkali bukan akhir, tetapi awal dari perjuangan

yang berkepanjangan tentang upaya negara dalam menerapkan

norma tersebut. Sentralitas RAN sebagai instrumen untuk mengatasi

pelanggaran HAM yang berkaitan dengan perusahaan, maka perlu

menelisik karakteristik yang menjadikan dokumen ini sebagai instrumen

yang efektif untuk mengubah komitmen menjadi kepatuhan. Lokalitas

kembali menjadi perhatian Damiano De Felice dan Andreas Graf yang

harus dipenuhi RAN untuk mendorong implementasi norma bisnis

dan HAM yang dinyatakan melokalkan norma­norma yang dibarengi

upaya mempertahankan integritas norma HAM (localize the norms,

but maintain their integrity). Damiano De Felice dan Andreas Graf

menekankan pemaknaan norma dapat berubah karena implementasi

norma tidak hanya masalah internalisasi dan kepatuhan, tetapi juga

upaya memberikan definisi ulang. Kelenturan norma­norma HAM

internasional membawa peluang dan juga risiko. Di satu sisi, upaya

pelokalan, yaitu adaptasi ke tingkat lokal memfasilitasi implementasi

melalui kemampuan diferensial aktor­aktor lokal untuk merekonstruksi

norma­norma HAM untuk memastikan kesesuaian yang lebih baik

dengan norma­norma lokal sebelumnya. Peran aktivis HAM dalam

masing­masing pemangku kepentingan menghadirkan keragaman dalam latar belakang, keahlian dan minat;

3. Saling berrgantung antara­aktor Dalam tata kelola polisentris, aktor negara dan aktor non­negara mungkin secara

formal independen, tetapi ada pengakuan saling ketergantungan di antara para aktor. Sistem regulasi yang saling tergantung dapat memiliki ‘bidang kewenangan yang disepakati’ serta wilayah yang mengkontestasikan kewenangan;

4. Inovatif Dengan memanfaatkan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman dari ber bagai

pemangku kepentingan dalam jaringannya, tata kelola polisentris dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas untuk mengatasi tantangan kolektif. Karena sistem tidak meresepkan solusi tunggal atau spesifik, ia memiliki potensi untuk memicu pendekatan inovatif untuk masalah yang kompleks. Suatu sistem tata kelola adalah 'sepenuhnya polisentris' jika memfasilitasi penyelesaian masalah secara kreatif di semua tingkatan.

Lihat, Diane Bulan Hampton, Modern Slavery in Global Supply Chains: Can National

Action Plans on Business and Human Rights Close the Governance Gap?, (Business and Human Rights Journal, 4, 2019), h. 239

Page 85: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

62

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

mengembangkan tafsir yang sesuai dalam konteks lokal dari perjanjian

internasional dan menerjemahkan prinsip­prinsip global ke dalam

bahasa lokal sehari­hari (vernacular).167

Di sisi lain, kelenturan mensyaratkan bahwa norma­norma

internasional dapat berarti hal­hal yang sangat berbeda ketika dikom­

binasikan dengan konteks budaya dan sejarah yang sudah ada

sebelumnya. Situasi ini membuka potensi dari upaya konservatif untuk

membatasi pemahaman baru. Pembatasan ini dapat konsisten dengan

kepentingan pemegang kekuasaan sosial dan politik yang dominan.

Difusi norma­norma internasional karenanya harus dianggap sebagai

proses negosiasi yang sedang berlangsung untuk konsolidasi norma

dan makna yang melekat dalam rangka mempertahankannya terhadap

penantang suatu norma baru.168 Bisnis dan HAM masih merupakan

bidang yang sangat dikontestasikan oleh aktor memiliki pandangan

yang berbeda tentang kewajiban hukum negara dan tanggung jawab

sosial perusahaan. RAN dapat menjadi instrumen yang memungkinkan

pelokalan (localization) instrumen yang dihasilkan oleh mekanisme

PBB, termasuk Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Pada saat yang bersamaan,

hal yang paling penting adalah upaya menjaga integritas Prinsip­Prinsip

Panduan PBB. RAN harus menyesuaikan sebanyak mungkin dengan

struktur dan bahasa Prinsip­prinsip Panduan PBB.169

Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, RAN

merupakan bagian dari upaya yang lebih luas menuju peningkatan

global pada isu bisnis dan HAM. Hingga tahun ke sembilan, terhitung

sejak Prinsip­Prinsip Panduan PBB disahkan oleh Dewan HAM PBB

pada 2011, tercatat terdapat 23 Negara yang telah menerbitkan RAN

Bisnis dan HAM. Jumlah ini merupakan data yang dikompilasi oleh

Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa­Bangsa untuk Hak Asasi

Manusia (Office the High Commissioner for Human Rights, OHCHR).170

Jumlah ini berbeda dengan The Danish Institute for Human Rights

167 Damiano De Felice and Andreas Graf, The Potential of National Action Plans to

Implement Human Rights Norms: An Early Assessment with Respect to the UN Guiding

Principles on Business and Human Rights, (Journal of Human Rights Practice, Volume 7, Issue 1, 2015), h. 6­7

168 Ibid.169 Ibid,170 Office the High Commissioner for Human Rights, https://www.ohchr.org/EN/Issues/

Business/Pages/NationalActionPlans.aspx, diakses pada 6 April 2020.

Page 86: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

63

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

(DIHR) dalam globalnap.org bahwa total negara yang telah menerbitkan

RAN Bisnis dan HAM adalah sebanyak 24 Negara.171 Menurut DIHR,

Korea Selatan masuk dalam kategori negara yang telah menerbitkan

RAN Bisnis dan HAM, sedangkan berdasarkan versi OHCHR, Korea

Selatan masih masuk sebagai kategori negara yang memiliki bab

tentang bisnis dan HAM yang terintegrasi dalam Rencana Aksi Nasional

Hak Asasi Manusia (RANHAM).

Untuk melihat bagaimana ekspresi komitmen politik negara­negara

dalam rangka menciptakan momentum menuju visi transformatif yang

memberikan koridor bagi korporasi untuk hormat terhadap HAM

melalui implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB, OHCHR telah

membagi inisiatif implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB oleh

Negara melalui RAN ke dalam beberapa kelompok:172

1. Negara yang telah menghasilkan rencana aksi nasional (states

that have produced a national action plan);173

2. Negara­negara yang telah memasukkan bab bisnis dan HAM

dalam rencana aksi nasional HAM mereka (states that have

included a business and human rights chapter in their human

rights national action plan);174

3. Negara­negara yang sedang dalam proses mengembangkan

rencana aksi nasional atau telah berkomitmen untuk mengem­

bangkannya (states that are in the process of developing a

national actional plan or have committed to developing one);175

4. Negara dimana NHRI atau masyarakat sipil telah memulai

langkah­langkah dalam pengembangan rencana aksi nasional

(states in which either the NHRI or civil society have begun

steps in the development of a national action plan);176

171 The Danish Institute for Human Rights, https://globalnaps.org/country/, diakses pada 6 April 2020.

172 https://www.ohchr.org/EN/Issues/Business/Pages/NationalActionPlans.aspx. Op.cit. 173 Beberapa negara yang masuk kelompok ini diantaranya, Inggris, Belanda, Denmark,

Finlandia, Lithuania, Swedia, Norwegia, Colombia, Swiss, Italia, Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Polandia, Spanyol, Belgia, Chile, Republik Ceko, Irlandia, Luxemburg, Republik Slovenia, Kenya, Thailand.

174 Negara yang masuk dalam kelompok ini yaitu Georgia dan Korea Selatan175 Beberapa negara yang masuk dalam kelompok ini diantaranya, Argentina, Australia,

Azerbaijan, Guatemala, Greece, India, Indonesia, Japan, Jordan, Latvia, Malaysia, Mauritius, Mexico, Mongolia, Morocco, Mozambik, Myanmar, Nicaragua, Pakistan, Peru, Portugal, Uganda, Ukraina dan Zambia.

176 Beberapa negara yang masuk dalam kelompok ini diantaranya, Ghana, Kazakhstan, Nigeria, Afrika Selatan, Tanzania dan Filipina.

Page 87: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

64

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Sedangkan DIHR membagi inisiatif negara­negara dalam meng­

implementasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB melalui RAN kedalam 3

(tiga) kelompok yang lebih sederhana, yaitu: 177

Peta di bawah ini menggambarkan inisiatif negara­negara dalam

mengimplementasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB melalui RAN

berdasarkan kategori DIHR.

177 Selengkapnya untuk melihat negara­negara yang masuk dalam kategori ini dapat dilihat dalam The Danish Institute for Human Rights, https://globalnaps.org/country/, Op.cit

Page 88: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

65

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Jika melihat negara­negara yang masuk dalam empat kategori

OHCHR tersebut, Indonesia masuk dalam kategori ketiga, yaitu

“states that are in the process of developing a national actional plan

or have committed to developing one”, atau berdasarkan versi DIHR

dikategorikan sebagai Negara yang sedang menyusun RAN (is

developing a NAP) bersama dengan 15 Negara lainnya, diantaranya

Argentina, Honduras, India, Jepang, Kenya, Liberia, Malaysia, Mexico,

Mongolia, Morocco, Pakistan, Peru, Skotlandia, Uganda dan Ukraina.

Selama ini dua pedoman internasional yang berperan penting

dalam membantu negara­negara dalam pengembangan, pelaksanaan

dan peninjauan RAN adalah Pedoman Pengembangan RAN Bisnis dan

HAM yang dikembangkan oleh Kelompok Kerja PBB178 dan Toolkit

tentang RAN Bisnis dan HAM yang diterbitkan oleh DIHR bekerjasama

dengan International Corporate Accountability Roundtable (ICAR).179

Walaupun begitu terdapat sejumlah negara­negara uni eropa yang

mengem bangkan RAN bahkan sebelum Kelompok Kerja PBB mener­

bitkan Pedoman RAN Bisnis dan HAM tersebut.

Terhadap beberapa kategori negara diatas, baik menurut OHCHR

maupun DIHR, fokus penelitian ini hanya akan menganalisis lebih

jauh terhadap 23 Negara yang telah menghasilkan RAN (states that

have produced a national action plan) dengan menggunakan studi

perbandingan. Kami menyadari bahwa kajian terhadap RAN Bisnis dan

HAM negara­negara, khususnya dengan menggunakan pendekatan

studi perbandingan telah banyak dinisiasi sebelumnya. Beberapa kajian

tersebut diantaranya, National Action Plans on Business & Human

Rights: An Analysis of Plans From 2013 - 2018,180 Comparative Analysis

of National Action Plans and Other Legal Mechanisms on Business

178 UN Working Group on Business and Human Rights (UNWG), ‘Guidance on National

Action Plans on Business and Human Rights’ (Desember 2014), Op.cit179 Danish Institute for Human Rights (DIHR) and International Corporate Accountability

Roundtable (ICAR), ‘National Action Plans on Business and Human Rights: A Toolkit

for the Development, Implementation, and Review of State Commitments to Business

and Human Rights Frameworks’ (Juni 2014), https://static1.squarespace.com/static/583f3fca725e25fcd45aa446/t/5865d59fe6f2e17f4f0cb629/1483068841826/DIHR­ICAR­National­Action­Plans­NAPs­Report3.pdf.

180 Daniel Morris dkk, National Action Plans on Business & Human Rights: An Analysis of

Plans From 2013 - 2018, The Danish Institute For Human Rights, 2018.

Page 89: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

66

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

and Human Rights,181 maupun globalnaps.org182 yang mengulas secara

lebih detail RAN Bisnis dan HAM di masing­masing negara yang telah

menerbitkan RAN.

A. Uni Eropa dan Negara-Negara Anggotanya

Prinsip­Prinsip Panduan PBB memberikan pengaruh yang cukup

besar bagi perkembangan praktik penghormatan HAM oleh sektor

bisnis. Beberapa instrumen bisnis dan HAM yang keberadaannya

lahir sebelum Prinsip­Prinsip Panduan PBB telah mengadopsi Prinsip­

Prinsip Panduan PBB diantaranya OECD Guideliness of Multinational

Enterprises, yang diperbaharui tahun 2011,183 dan IFC Performance

Standards on Environmental and Social Sustainability, yang diper­

baharui tahun 2012. Selain proses penyesuaian standar bisnis dan HAM

tersebut, Prinsip­Prinsip Panduan PBB memberikan jalan bagi negara­

negara untuk membuat lagislasi baru, yang mengatur tanggung jawab

korporasi terhadap HAM, terutama bagi negara­negara uni eropa yang

sebagian besar juga merupakan anggota dari OECD (Organisation for

Economic Co-operation and Development).184

Uni Eropa adalah ekonomi terbesar di dunia, pusat perdagangan

dengan kekuatan ekonomi dan politik yang signifikan untuk

mempengaruhi regulasi operasi ekonomi di seluruh dunia. Uni Eropa

dan negara­negara anggotanya juga semakin mensubsidi perusahaan­

perusahaan Eropa yang beroperasi di negara berkembang dan negara

tetangga. Oleh karena itu posisinya membawa tanggung jawab khusus

untuk membuktikan kepemimpinan Uni Eropa dalam promosi dan

perlindungan HAM, khususnya terhadap pelanggaran HAM yang terkait

181 Human Rights Now, “Comparative Analysis of National Action Plans and Other Legal Mechanisms on Business and Human Rights”, http://hrn.or.jp/eng/wp­content/uploads/2019/07/HRN_Comparative_Analysis_of_NAPs_2019.pdf

182 The Danish Institute for Human Rights, https://globalnaps.org/, Op.cit183 http://www.oecd.org/investment/mne/49744860.pdf184 OECD adalah adalah organisasi yang didirikan untuk kerjasama ekonomi dan

pembangunan yang dibentuk pada tahun 1948 setelah Perang Dunia II. Anggota OECD merupakan unsur pemerintah dari Negara­negara “kaya” yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Eropa. OECD menyatakan diri sebagai sebuah organisasi internasional yang berisi Negara­negara maju yang menerima prinsip­prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar bebas. Pedoman OECD Bagi Perusahaan Multinasional, https://industriallindah.files.wordpress.com/2012/10/oecd­versi­indonesia­11­okt12­fa­cetak.pdf, h.ii.

Page 90: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

67

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

dengan sektor bisnis. Sebagai bentuk komitmennya dalam upaya

mempromosikan aspek perlindungan HAM khususnya di sektor bisnis,

Uni Eropa telah memainkan peran proaktif dalam pengembangan dan

implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB.185

Uni Eropa dan Dewan Eropa, sejak berdirinya, memang telah

berkomitmen pada aturan hukum, HAM, dan akuntabilitas. Namun,

pendekatan negara­negara Eropa, melalui Uni Eropa dan Dewan

Eropa, terhadap Inisiatif Perjanjian Bisnis dan HAM sejauh ini berhati­

hati dan konservatif. Misalnya, Komisi Eropa telah mengadvokasi

perpaduan cerdas langkah­langkah kebijakan sukarela (a smart mix

of voluntary policy measures) dan peraturan pelengkap, misalnya

untuk mempromosikan transparansi, menciptakan insentif pasar untuk

perilaku bisnis yang bertanggung jawab, dan memastikan akuntabilitas

perusahaan. Meskipun demikian, tampaknya Uni Eropa dan Dewan

Eropa memiliki kecenderungan mendukung pendekatan sukarela

untuk HAM dan bisnis, ketimbang instrumen yang mengikat.186

Pada tahun 2011, Komisi Eropa telah mengadopsi strategi baru

untuk CSR (corporate social responsibility) sejalan dengan Pilar

Kedua dari Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Strategi ini ditempuh

pada pendekatan “sukarela” untuk CSR dengan menekankan pada

tanggung jawab perusahaan atas dampaknya terhadap masyarakat

dan mengekspresikan harapan bahwa semua perusahaan Eropa

memenuhi tanggung jawab perusahaan untuk menghormati HAM.

Untuk memenuhi kewajiban “melindungi” sebagaimana Pilar Pertama

Prinsip­Prinsip Panduan PBB, negara­negara anggota Uni Eropa harus

mengembangkan RAN Bisnis dan HAM pada akhir 2012 sebagai

strategi untuk mengimplementasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

Hal ini telah ditegaskan dalam Dewan Uni Eropa 2012 dan Rencana

Aksi Nasional HAM dan Demokrasi 2015 (EU Strategic Framework and

185 Kata Pengantar Antonio Tajani, Wakil Presiden Komisi Eropa dalam D. Augenstein et al., ‘Study of the Legal Framework on Human Rights and the Environment Applicable to

European Enterprises Operating outside the European Union’ (European Commission: 2010).

186 Jernej Letnar �erni�, European Perspectives on The Business And Human Rights Treaty

Initiative, dalam Jernej Letnar �erni� Nicolás and Carrillo­Santarelli, The Future Of

Business And Human Rights: Theoretical and Practical Conside, (Cambridge: Intersentia Ltd, 2018), h. 229­230

Page 91: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

68

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Action Plan on Human Rights and Democracy),187 dengan batas waktu

untuk RAN negara anggota diperpanjang hingga 2017.188

Kerangka Strategis ini menetapkan 3 (tiga) referensi untuk per­

tanyaan yang terkait dengan bidang bisnis dan HAM. Pertama,

Kerangka Strategis ini menetapkan bahwa pelanggaran HAM harus

dicegah dan, jika ini terjadi, maka korban perlu memiliki akses ke

keadilan dan pemulihan, dan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban

pelaku. Kedua, mengacu pada integrasi HAM dalam semua kebijakan

eksternal Uni Eropa, dengan fokus khusus pada sektor industri seperti

teknologi dan telekomunikasi, energi, ketenagakerjaan, dan kebijakan

sosial, serta dalam budaya tanggung jawab sosial perusahaan. Ketiga,

Kerangka Strategis ini menetapkan bahwa Uni Eropa akan berkontribusi

pada implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB. 189 Tindakan yang

dikembangkan oleh Dewan Eropa, yang paling menarik adalah

pengembangan RAN untuk implementasi. Setiap Negara memiliki

margin tindakan yang luas untuk menentukan, tergantung pada

187 Uni Eropa telah mengintegrasikan Prinsip­Prinsip Panduan ke dalam Rencana Aksi Uni Eropa tentang HAM dan Demokrasi periode 2015­2019. Dalam rencana aksi ke­18 disebutkan tentang Pemajuan Bisnis dan HAM, yang tersusun dalam beberapa rencana aksi, diantaranya:1. Mengembangkan kapasitas dan pengetahuan tentang implementasi Pedoman

Bisnis dan HAM, khususnya terkait Prinsip­Prinsip Panduan dan alat/inisiatif lain yang berkontribusi pada implementasi Prinsip­Prinsip Panduan; memperkuat peran dan keahlian Delegasi UE dan kedutaan besar Negara Anggota dalam konteks ini; meningkatkan kesadaran tentang Prinsip­Prinsip Panduan dan tanggung jawab sosial perusahaan dalam aksi eksternal dan dialog kebijakan dengan mitra pemerintah dan organisasi regional; mempromosikan adopsi RAN oleh negara­negara mitra; terlibat secara proaktif dengan bisnis, masyarakat sipil, Lembaga Hak Asasi Manusia Nasional, pada isu­isu yang terkait dengan bisnis dan HAM;

2. Memastikan fokus yang kuat pada bisnis dan HAM dalam strategi UE secara keseluruhan tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan termasuk prioritas untuk implementasi efektif Prinsip­Prinsip Panduan PBB;

3. Mengembangkan dan mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional (RAN) pada implementasi prinsip­prinsip Panduan PBB atau mengintegrasikan Prinsip­prinsip Panduan PBB dalam CSR nasional Strategi; berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam pengembangan RAN.”

188 Council of the EU, ‘EU Strategic Framework and Action Plan on Human Rights and

Democracy’, 11855/12 (25 June 2012); Council of the EU, ‘Council Conclusions on the

Action Plan on Human Rights and Democracy 2015–2019’, 10897/15 (20 July 2015). Lihat juga dalam EU Action Plan on Human Rights & Democracy 2015­2019, http://data.consilium.europa.eu/doc/document/ST­10897­2015­INIT/en/pdf.

189 Humberto Cantú Rivera, The United Nations Guiding Principles on Business and Human

Rights in the European Union: From Regional Action to National Implementation, dalam Jena Martin and Karen E. Bravo, (eds.), The Business and Human Rights Landscape:

Moving Forward, Looking Back, (Cambridge: Cambridge University Press, 2015), h. 500

Page 92: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

69

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

konteks dan situasinya sendiri, cara terbaik untuk menerapkan di

dalam perbatasannya Prinsip­Prinsip Panduan PBB melalui regulasi,

kebijakan, atau mekanisme keras atau lunak lainnya.190

Dewan Eropa, pada 6 Oktober 2013 melalui Majelis Parlemen

Dewan Eropa mengadopsi Resolusi 1757, yang mengakui kekurangan

sistem HAM Eropa yang berkaitan dengan kegiatan bisnis:191

“Majelis juga prihatin dengan ketidakseimbangan yang ada dalam lingkup

perlindungan HAM antara individu dan bisnis. Sementara sebuah perusahaan

dapat mengajukan kasus ke Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa yang

mengklaim pelanggaran oleh otoritas negara atas hak­haknya yang dilindungi

oleh Konvensi HAM Eropa, seorang individu yang menyatakan pelanggaran

atas haknya oleh hukum perusahaan swasta tidak dapat melakukan secara

efektif mengajukan klaimnya sebelum jurisdiksi ini.”

Desakan tersebut membuat Negara­negara anggota Uni Eropa

telah memimpin dunia internasional pada pengembangan dan meng­

adopsi RAN untuk implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB atau

mengintegrasikannya ke dalam CSR. Bahkan, sejumlah negara anggota

telah mengembangkan RAN Bisnis dan HAM sebelum Kelompok

Kerja PBB menerbitkan pedoman RAN, diantaranya Inggris, Belanda,

Denmark, Finlandia, Lithuania, Swedia, Italia, Jerman, Perancis, Republik

Ceko, Perancis, Irlandia, Spanyol dan Slovenia. Sedangkan beberapa

negara lainnya, seperti Yunani, Latvia dan Portugal tercatat telah

memulai proses dalam mengembangkan RAN.192 Sementara itu, Komite

190 Namun demikian, margin itu bisa berisiko juga, karena Negara hanya bisa mengadopsi pedoman atau menetapkan kebijakan spesifik yang tidak akan berarti standar hukum atau kewajiban bagi perusahaan untuk setidaknya menghormati HAM dalam yurisdiksi tempat mereka beroperasi. Apapun hasil yang dicapai, beberapa refleksi menarik terungkap: sementara memang benar bahwa, di tingkat internasional, jenis konsensus seperti itu akan sulit untuk dicapai, seperti yang dibuktikan oleh proses Ruggie dan proyek­proyek PBB sebelumnya tentang hal ini. Upaya regional yang dipromosikan oleh Uni Eropa dan lembaga­lembaganya dapat menjadi pendekatan pertama yang berhasil untuk menciptakan kebijakan internasional atau regional kolektif pada subjek yang rumit seperti masalah korporasi dan HAM. Lihat, Humberto Cantú Rivera, op.cit., h. 500­501

191 Resolusi tersebut menyerukan negara anggota untuk mengimplementasikan Norma tentang tanggung jawab perusahaan transnasional dan perusahaan bisnis lain terkait dengan HAM oleh entitas bisnis yang terdaftar dalam yurisdiksi mereka dan mengusulkan menyusun toolkit tentang pengarusutamaan praktik terbaik di bidang perlindungan HAM ke dalam setiap aspek bisnis dan tentang bagaimana melakukan penilaian dampak HAM, bekerja sama dengan organisasi bisnis dan kelompok HAM. Lihat, Jernej Letnar �erni�, op.cit., h. 233

192 Lihat Office the High Commissioner for Human Rights, https://www.ohchr.org/EN/Issues/Business/Pages/NationalActionPlans.aspx, op.cit dan The Danish Institute for Human Rights, https://globalnaps.org/country/, Op.cit.

Page 93: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

70

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Menteri Dewan Eropa (Committee of Ministers of the Council of Europe)

meminta Komite Pengarah Hak Asasi Manusia (Steering Committee for

Human Rights) untuk menguraikan penelitian tentang kelayakan dan

nilai tambah upaya penetapan standar baru Dewan Eropa dalam HAM

dan bisnis. Perwakilan negara dari Komite Menteri bergeser dari bahasa

Dewan Eropa yang ada, lebih memilih untuk menggunakan tanggung

jawab sosial perusahaan daripada HAM dan bisnis.193

Dewan Eropa telah mengedepankan inisiatif Prinsip­Prinsip Panduan

PBB dengan meminta Negara­Negara Anggota Dewan Eropa untuk: 194

1. Mengambil langkah­langkah yang tepat untuk melindungi

terhadap pelanggaran HAM oleh perusahaan bisnis;

2. Merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan dan

langkah­langkah untuk mempromosikan bahwa semua

perusahaan bisnis menghormati HAM sepanjang operasi

mereka, di dalam dan di luar yurisdiksi nasional;

3. Mengambil langkah­langkah yang tepat untuk memastikan

bahwa ketika pelanggaran semacam itu terjadi di dalam

wilayah mereka dan/atau yurisdiksi yang terkena dampak

memiliki akses ke pemulihan yang efektif;

4. Mengembangkan rencana aksi nasional tentang implementasi

Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

193 Tampaknya perubahan seperti itu menandakan perpindahan dari pendekatan yang lebih mengikat ke pendekatan sukarela. Langkah tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan, karena laman Dewan Eropa yang berdedikasi merujuk pada tanggung jawab sosial perusahaan di bidang HAM, sedangkan laman webnya masih memiliki HAM dan bisnis dalam namanya. Komite Pengarah kemudian menyiapkan draft penelitian pendahuluan untuk menghasil state of the art tentang HAM bisnis di dalam Dewan Eropa. Komite Pengarah pertama kali menghasilkan rancangan laporan awal pada Juni 2012, yang mengeksplorasi beberapa masalah di bidang HAM dan bisnis, namun tetapi tidak memasukkan panduan apa pun dan kemudian diikuti laporan studi kelayakan pada November 2012. laporan itu tidak memberikan wawasan baru di bidang HAM dan bisnis, terutama di sub­bidang hak­hak anak, hak­hak sosial dan internet dan dapat lebih dicirikan sebagai dokumen peningkatan kesadaran. Lihat, Jernej Letnar �erni�, op.cit., h. 233­234

194 Lebih khusus lagi, Dewan Eropa mengakui bahwa Negara­negara Anggotanya memiliki kewajiban ekstrateritorial untuk mengendalikan korporasi yang didasarkan pada wilayah mereka ketika mereka melakukan bisnis di luar negeri. Sebaliknya, Prinsip Panduan PBB hanya menetapkan bahwa negara memiliki kewajiban teritorial untuk mematuhi kewajiban HAM. Meskipun demikian, pendekatan Dewan Eropa telah menerjemahkan pendekatan Prinsip­Prinsip Panduan PBB ke dokumen­dokumennya. Pendekatan tersebut juga karena dukungan dari negara­negara Eropa untuk resolusi PBB Norwegia 2014 yang mendukung kerja Kelompok Kerja PBB untuk Bisnis dan Hak Asasi Manusia, yang mempromosikan dan menyebarluaskan Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Lihat, ibid.

Page 94: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

71

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Mengulangi dukungan Uni Eropa terhadap Prinsip­Prinsip

Panduan PBB, kesimpulan Dewan Uni Eropa tentang Bisnis dan HAM

yang diselenggarakan pada Juni 2016 menyambut niat Komisi Eropa

untuk mengembangkan RAN Uni Eropa untuk Perilaku Bisnis yang

Bertanggung Jawab yang harus menggariskan kerangka kebijakan

Eropa secara keseluruhan untuk meningkatkan pelaksanaan lebih lanjut

dari Prinsip­Prinsip Panduan PBB.195 Tujuan Rencana Aksi Uni Eropa

ini untuk menciptakan pendekatan sistematis dan koheren tentang

pelaksanaan Prinsip­Prinsip Panduan PBB di semua area kebijakan

yang relevan dengan tetap menjaga fleksibilitas yang cukup sehingga

dapat merespon tantangan baru yang muncul.196

Penerapan Prinsip­Prinsip Panduan PBB dalam konteks regional,

khususnya di Uni Eropa melalui pedoman dan inisiatif kelembagaan

lainnya serta internalisasi dalam rencana nasional, kemungkinan

akan memiliki pengaruh dalam pengerasan instrumen soft law ini

(hardening of this soft-law instrument). Selain itu, penerapan Prinsip­

Prinsip Panduan PBB melalui undang­undang, peraturan, dan ajudikasi

dalam konteks domestik dapat memengaruhi posisi dan konsekuensi

dari Prinsip­Prinsip Panduan PBB yang mungkin terjadi. Tidak hanya

untuk Uni Eropa dan Negara­negara Anggotanya, tetapi untuk kerangka

hukum HAM internasional secara keseluruhan.197

Untuk melihat rasionalisasi masing­masing negara Uni Eropa dalam

menjadikan RAN sebagai strategi penormaan Prinsip­Prinsip Panduan

PBB, berikut akan diuraikan beberapa contoh negara uni eropa yang

telah mengembangkan RAN Bisnis dan HAM.

195 Council of the European Union, ‘Council Conclusions on Business and Human Rights’, 3477th meeting of the Foreign Affairs Council, 10254/16 (20 June 2016).

196 Rencana Aksi Uni Eropa ini didasarkan pada harapan bahwa semua bisnis perusahaan yang berdomisili atau melakukan operasi dalam yuridiksi Uni Eropa dan/atau negara anggota menghormati HAM di seluruh operasi mereka. Uni Eropa berkomitmen untuk menyediakan struktur yang diperlukan bagi perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab mereka untuk HAM dan untuk menjamin akses pemulihan dalam kasus dimana pelanggaran terjadi. Prioritas untuk pekerjaan Uni Eropa pada bisnis dan HAM di seluruh periode yang dicakup oleh Rencana Aksi Uni Eropa ini akan membangun Uji Tuntas HAM untuk operasi bisnis, rantai pasokan dan hubungan bisnis; meningkatkan akses pemulihan; memperkuat perlindungan terhadap pembela HAM dan menempatkan pengamanan di tempat untuk mencegah kerusakan HAM melalui perdagangan Uni Eropa dan investasi. Shadow EU Action Plan on the Implementation of the UN Guiding Principles and Human Rights within the EU, dapat diakses melalui https://responsiblebusinessconduct.eu/wp/wp­content/uploads/2019/03/SHADOW­EU­Action­Plan­on­Business­and­Human­Rights.pdf

197 Humberto Cantú Rivera, op.cit., h. 500­501

Page 95: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

72

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

1. Inggris198

Inggris telah menunjukkan kepemimpinan penting ketika berstatus

sebagai negara pertama yang menghasilkan RAN Bisnis dan HAM. RAN

ini merupakan rencana implementasi nasional Inggris untuk Prinsip­

Prinsip Panduan PBB. Hal ini turut mewujudkan komitmen Inggris

untuk melindungi HAM dengan membantu perusahaan­perusahaan

Inggris memahami dan mengelola HAM. Dengan demikian, RAN

ini mengirimkan pesan yang jelas dari harapan pemerintah tentang

perilaku bisnis, baik di Inggris maupun luar negeri.

Pemerintah Inggris berkeyakinan bahwa promosi bisnis dan

penghormatan HAM berjalan beriringan. Tindakan bertanggung jawab

oleh sektor swasta tentang HAM, baik untuk bisnis dan masyarakat

akan membantu menciptakan pekerjaan dan rasa keadilan. Ini

berkontribusi pada keberlanjutan pasar dan karenanya potensinya

untuk menghasilkan pertumbuhan jangka panjang. Hal ini membuat

RAN Bisnis dan HAM merupakan strategi yang lama ditunggu­

tunggu pemerintah untuk menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB

mendapatkan apresiasi atas pencapaian tersebut.199

Selain itu RAN ini disusun sebagai respon Pemerintah Inggris

terhadap kebutuhan perusahaan akan koherensi kebijakan pemerintah

dan kebijakan yang jelas dan konsisten. Perusahaan membutuhkan

kepastian tentang harapan Pemerintah tentang HAM dan mengharapkan

dukungan dalam memenuhi harapan mereka. Untuk itu RAN Bisnis dan

HAM Inggris menetapkan bagaimana pemerintah merespon Prinsip­

Prinsip Panduan PBB dan rencana pemerintah untuk:200

1. Melaksanakan kewajiban Pemerintah Inggris untuk melindungi

HAM dalam yurisdiksi Inggris di mana perusahaan terlibat;

198 Good Business: Implementing the UN Guiding Principles on Business and Human Rights, September 2013 (RAN Bisnis dan HAM Inggris I), dapat diakses melalui, https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/236901/BHR_Action_Plan_­_final_online_version_1_.pdf , telah diperbarui pada Mei 2016 (RAN Bisnis dan HAM Inggris II), dapat diakses melalui https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/522805/Good_Business_Implementing_the_UN_Guiding_Principles_on_Business_and_Human_Rights_updated_May_2016.pdf

199 Kata Pengantar Rt Hon William Hague MP, Sekretaris Negara untuk Hubungan Luar Negeri, Rt Hon Dr. Vince Cable MP, Sekretaris Negara untuk Bisnis, Inovasi dan Keterampilan sekaligus Presiden Dewan Perdagangan Inggris dalam RAN Bisnis dan HAM Inggris, Op.cit.

200 Ibid

Page 96: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

73

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

2. Memberikan dukungan, motivasi dan insentif kepada

Perusahaan Inggris untuk memenuhi tanggung jawab mereka

untuk menghormati HAM di seluruh operasi mereka di Inggris

dan di luar negeri;

3. Memberikan dukungan akses pemulihan yang efektif untuk

korban pelanggaran HAM yang melibatkan perusahaan dalam

yurisdiksi Inggris;

4. Mempromosikan kepatuhan internasional untuk Prinsip­Prinsip

Panduan PBB, termasuk bagi Negara untuk menganggap

sepenuhnya tugas mereka untuk melindungi HAM dan

menjamin pemulihan dalam wilayah mereka;

5. Memastikan konsistensi kebijakan Pemerintah Inggris terhadap

Prinsip­Prinsip Panduan PBB;

Sebagai langkah nyata dalam menindaklanjuti rencana tersebut,

Prinsip­Prinsip Panduan PBB memandu pendekatan yang harus

diambil Perusahaan­perusahaan Inggris untuk menghormati HAM di

mana pun mereka beroperasi. Prinsip­prinsip kunci dari pendekatan

ini adalah untuk mengadopsi kebijakan Uji Tuntas HAM yang sesuai

untuk mengidentifikasi, mencegah dan memitigasi risiko HAM, dan

berkomitmen untuk memantau dan mengevaluasi implementasi.201

Sebagai langkah nyata dalam menindaklanjuti rencana aksi tersebut,

Pemerintah Inggris membuat pedoman investasi yang bertanggung

jawab untuk berinvestasi di Burma, mendesak semua layanan keamanan

swasta untuk mematuhi HAM dan memastikan bahwa perjanjian

investasi bilateral baru, memasukkan tanggung jawab perusahaan

untuk menghormati HAM.202

Satu­satunya petunjuk yang diberikan dalam hal tersebut adalah

komitmen untuk memastikan bahwa dalam kebijakan pengadaan

pemerintah Inggris bahwa hal­hal terkait HAM “tercermin dengan tepat”

dan “dapat” mengecualikan perusahaan yang telah melanggar HAM.203

201 RAN Bisnis dan HAM Inggris Op.cit. h. 13.202 Robert McCorquodale,“Expecting business to respect human rights without incentives or

Sanctions”, British Institute of International and Comparative Law, 4 September 2013, dapat diakses melalui https://ukhumanrightsblog.com/2013/09/04/expecting­business­to­respect­human­rights­without­incentives­or­sanctions­robert­mccorquodale/, diakses pada 12 Maret 2020.

203 Ibid

Page 97: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

74

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Hal tersebut tergambar dalam UK Modern Slavery Act (MSA) 2015.

Undang­undang ini mewajibkan perusahaan tertentu untuk membuat

pernyataan tahunan tentang isu perbudakan dan perdagangan orang,

yang mungkin terjadi dalam kegiatan bisnisnya. MSA ini mewajibkan

perusahaan “memastikan” perbudakan dan perdagangan manusia

tidak terdapat dalam jaringan rantai pasok, namun hal itu tidak berarti

perusahaan harus “menjamin” bahwa seluruh jaringan rantai pasok

perusahaan bebas dari perbudakan.204

RAN Bisnis dan HAM tersebut sangat bagus dalam ekspektasinya

tentang apa yang harus dilakukan perusahaan. Namun banyak pihak

menilai bahwa RAN Bisnis dan HAM Inggris merupakan tindakan yang

samar, dikarenakan RAN tidak memuat masalah gender dan masalah­

masalah utama secara detail. Selain itu, walaupun RAN menetapkan

ekspektasi yang jelas bahwa perusahaan­perusahaan Inggris harus

menghormati HAM, namun tidak ada persyaratan hukum yang efektif

untuk melakukannya, sehingga tidak ada sanksi atas ketidakpatuhan.

Hal ini tentu sulit untuk melihat bagaimana RAN akan membuat sebuah

perbedaan yang berarti.205

Padahal perusahaan­perusahaan Inggris yang beroperasi di seluruh

dunia dalam beberapa konteks rapuh atau otoriter. Walaupun ada juga

perusahaan Inggris seperti British Petroleum (BP) telah berkomitmen

untuk menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB yang mendorong mereka

mengembangkan standar dalam kebijakan HAM, Uji Tuntas, transparansi

dan pemulihan. Tanpa adanya dorongan yang memaksa perusahaan­

perusahaan Inggris untuk memenuhi persyaratan, akan sulit untuk

memastikan bahwa perusahaan akan memenuhi kewajiban mereka.206

Harusnya jika pemerintah serius akan keinginannya untuk

“mengamankan lapangan permainan yang setara” (secure a level playing

204 Business & Human Rights Resource Centre, Modern Slavery in Company Operation and

Supply Chains: Mandatory transparency, mandatory due diligence and public procurement

due diligence, September 2017. Dapat diakses melalui https://www.business­humanrights.org/sites/default/files/documents/Modern%2520slavery%2520in%2520company%2520operation%2520and%2520supply%2520chain_FINAL.pdf, diakses pada 12 Maret 2020.

205 Gerry Boyle,“UK guidance for business on human rights issues needs some legal teeth”, Care International UK, 4 September 2013, dapat diakses melalui https://www.theguardian.com/sustainable­business/blog/uk­guidance­business­human­rights­legal., diakses pada 12 Maret 2020.

206 Ibid

Page 98: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

75

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

field) bagi perusahaan­perusahaan Inggris untuk beroperasi dan bagi

Inggris “untuk menunjukkan keunggulan tentang bisnis dan HAM (to

show a lead on business and human rights)”, maka ia harus memiliki

kerangka kerja peraturan hukum yang kuat. Ini akan memastikan

bahwa pesan yang menggembirakan kepada perusahaan yang dikirim

oleh RAN ini diperkuat dengan insentif bagi semua perusahaan untuk

bertindak dalam menegakkan HAM dan dengan sanksi hukum di mana

mereka tidak melakukannya. Sampai itu terjadi, RAN ini pasti memiliki

dampak yang lebih terbatas daripada permintaan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB.207

Terkait dengan pembaharuan RAN Bisnis dan HAM Inggris pada

tahun 2016, kelompok masyarakat sipil seperti CORE208 memberikan

catatan bahwa tidak banyak perubahan dalam RAN Bisnis dan HAM

Inggris dengan periode sebelumnya, sebagian besar teks identik dengan

RAN yang diterbitkan pada September 2013. Teks ini terkesan bersifat

dekriptif dan minim komitmen baru walaupun masih ada beberapa

pernyataan dan komitmen penting. Bahwa pemerintah Inggris terus

memastikan peraturan pengadaan Pemerintah Inggris memungkinkan

hal­hal terkait HAM tercermin dalam pengadaan barang publik,

pekerjaan dan layanan. Komitmen lainnya terkait dengan dukungan

terhadap Para Pembela HAM yang bekerja pada isu­isu yang terkait

dengan bisnis dan HAM (sejalan dengan EU Guidelines on Human

Rights Defenders) melalui kedutaan besar dan Komisi Tinggi akan terus

dilanjutkan.209

Dengan demikian, pada prinsipnya Inggris akan terus memberikan

dukungan terhadap Komitmen Uni Eropa untuk mempertimbangkan

kemungkinan dampak HAM dari perjanjian perdagangan bebas,

termasuk ketentuan perlindungan investasi, dan mengambil langkah­

langkah yang tepat termasuk melalui inkorporasi HAM sebagaimana

mestinya.

207 Robert McCorquodale, Op.cit208 CORE adalah Koalisi Masyarakat Sipil Inggris tentang Akuntabilitas Korporasi, https://

corporate­responsibility.org/about­core/., diakses pada 12 Maret 2020.209 UK Publishes updated Business and Human Rights Action Plan, https://corporate­

responsibility.org/uk­publishes­updated­business­and­human­rights­action­plan/, diakses pada 12 Maret 2020.

Page 99: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

76

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

2. Belanda210

Dalam bagian awal RAN Bisnis dan HAM Belanda, disampaikan

alasan Pemerintah Belanda menyusun RAN, yaitu bahwa menerapkan

Prinsip­Prinsip Panduan PBB ke dalam praktik merupakan prioritas

penting bagi Belanda. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir telah

terjadi peningkatan fokus nasional dan internasional tentang dampak

negatif perusahaan terhadap HAM. Bagi Pemerintah Belanda, pelang­

garan HAM yang dilakukan oleh perusahaan­perusahaan Belanda di

luar negeri berdampak negatif di Belanda sendiri.211

Salah satu sektor bisnis yang dibahas dalam RAN Bisnis dan HAM

adalah sektor pertanian dan hortikultura di Belanda. Sebuah studi

menunjukkan bahwa terdapat beberapa hambatan terjadi di sektor ini

berkaitan dengan pelanggaran HAM.212 Terkait dengan hal tersebut,

dalam dokumen RAN Bisnis dan HAM dinyatakan bahwa pemerintah

telah membuat pengaturan dalam mengatasi pelanggaran yang ber kaitan

dengan syarat­syarat kerja dan kondisi kerja di sektor ini. Netherlands

Institute for Human Rights mengungkapkan apresiasinya pada hal ini.

Pada saat yang sama Institute juga menyatakan bahwa HAM juga berada

di bawah tekanan sektor lain di Belanda. Berdasarkan informasi dari

Departemen Sosial dan Inspektorat Ketenagakerjaan menunjukkan

bahwa HAM mungkin dipertaruhkan mengenai kondisi kerja di Super­

market karena tekanan kerja terlalu tinggi, perilaku yang tidak diingin ­

kan dan hanya terfokus pada kesehatan karyawan.213 Kemudian untuk

isu perdagangan manusia, apabila prosesnya berakhir di Belanda dan

melibatkan korporasi, maka hal tersebut merupakan Pelanggaran HAM.214

Untuk melihat seberapa penting peran Pemerintah Belanda

dalam menciptakan iklim bisnis yang lebih bertanggung jawab dan

210 Netherland National Action Plan on Business and Human Rights (RAN Bisnis dan HAM Belanda), dapat diakses di https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp-content/

uploads/2017/10/NAP-Netherlands.pdf, h. 28. diakses pada 12 Maret 2020.211 Netherlands Institute for Human Rights, Advice: Response to the National Action Plan on

Business and Human Rights “Knowing and Showing”, Februari 2014. h.6.212 Polish labour migrants in human rights perspective. Investigation by the Netherlands

Institute for Human Rights, dated 18 April 2013. 213 This criticism is evident from a letter of the SZW Inspectorate, which the CNV

dienstenbond has at its disposal (the Christian Trade Union for Workers Employed in the Commercial and Financial Sectors and Services). Lihat https://www.cnvdienstenbond.nl/nieuwsbericht/aldi­krijgt­forse­tik­van­the­arbeidsinspectie/

214 Netherland Institute for Human Rights, Op.cit.

Page 100: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

77

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

mengakomodasi aspek HAM, perlu untuk melihat juga posisinya

sebagai pihak pasar. Pemerintah adalah the largest employer di

Belanda, oleh karena itu pemerintah memiliki posisi dimana ia

dapat mengerahkan banyak pengaruh pada implementasi Prinsip­

Prinsip Panduan PBB oleh perusahaan.215 Pemerintah Belanda sudah

mengupayakan kebijakan aktif untuk mempromosikan penghormatan

HAM terhadap entitas bisnis dan melakukan segala upaya untuk

mencegah perusahaan melakukan pelanggaran HAM baik secara

langsung atau tidak dalam rantai pasokan mereka. Salah satunya dalam

Prinsip 6 Prinsip­Prinsip Panduan PBB dinyatakan bahwa pemerintah

harus memastikan bahwa perusahaan harus menghormati HAM ketika

membuat transaksi bisnis. Terkait dengan kewajiban ini, Pemerintah

Belanda telah mengambil sejumlah langkah untuk melaksanakan

kewajiban ini. Misalnya, menuntut perusahaan pemasok menghormati

HAM. Mereka melakukan hal ini dengan menerapkan apa yang disebut

kondisi sosial dengan undangan untuk tender, yang harus mengarah

mengambil HAM menjadi pertimbangan.216

Belanda sudah menjalankan kebijakan aktif untuk mempromosikan

penghormatan terhadap HAM oleh komunitas bisnis dan untuk

mencegah perusahaan melanggar HAM baik secara langsung maupun

dalam rantai pasokan mereka. Pemerintah mengharapkan perusahaan

yang beroperasi di luar negeri, khususnya di negara­negara di mana

undang­undang atau penegakan hukum gagal, untuk mengejar standar

yang sama untuk CSR dan HAM seperti yang akan mereka lakukan di

Belanda.217

Namun dalam proses konsultasi, gagal menghasilkan konsensus

tentang apakah kewajiban perusahaan Belanda dalam kaitannya dengan

CSR diatur secara memadai oleh hukum, atau apakah ketentuan yang

lebih spesifik diperlukan. Komite independen akan diminta untuk

melihat ini, dengan mempertimbangkan masalah­masalah berikut: 218

1. Legislasi dan interpretasi Belanda yang relevan dalam kasus

hukum;

215 Ibid, h. 8.216 Ibid. h. 8217 RAN Bisnis dan HAM, Op.cit.218 Ibid.

Page 101: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

78

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

2. Situasi di negara­negara tetangga

3. Efek peraturan perundang­undangan tentang perusahaan dan

iklim bisnis.

Seperti yang ditunjukkan pemerintah dalam A World to Gain,219

dokumen kebijakannya tentang bantuan dan perdagangan, International

Corporate Social Responsibility (ICSR) adalah prasyarat untuk pertum­

buhan yang inklusif dan berkelanjutan. Perusahaan menanggung

tanggung jawab sosial atas apa yang terjadi dalam rantai pasokan

mereka dan untuk memastikan pekerjaan yang adil di bawah kondisi

pekerjaan yang memuaskan. Untuk mencegah pelanggaran dalam

hal kondisi kerja, pekerja anak, lingkungan, korupsi dan HAM dalam

rantai pasokan mereka, pemerintah mengharapkan perusahaan untuk

bertindak sesuai dengan pedoman OECD sedapat mungkin.

Dalam surat ‘CSR Pays Off’220 pemerintah mengidentifikasi tugas­

tugasnya sehubungan dengan ICSR. Diantaranya:

1. untuk memastikan bahwa kerangka kerja CSR sejelas mungkin

dan bahwa perusahaan diberitahu tentang mereka;

2. untuk mempromosikan permainan yang seimbang untuk

bisnis Belanda;

3. untuk meminta otoritas pemerintah lainnya bertanggung

jawab atas tanggung jawab mereka, mis. melalui diplomasi

ekonomi;

4. untuk mempromosikan transparansi dan dialog pemangku

kepentingan;

5. untuk memberikan contoh yang baik ­ dengan mengupayakan

kebijakan pengadaan yang berkelanjutan

Surat ‘CSR Pays Off’ juga berfokus pada peningkatan tanggung

jawab bisnis untuk menghormati HAM sesuai pilar kedua Kerangka

Kerja Ruggie. Pemerintah Belanda optimis akan mendapatkan hasil

maksimal jika pihak­pihak dengan minat yang berbeda dan kelompok

sasaran memiliki agenda bersama dan bekerja bersama. Di mana

219 A World to Gain. A New Agenda for Aid, Trade and Investment. House of Representatives 33 625, no 1, April 2013.

220 Corporate Social Responsibility Pays Off. House of Representatives 26 485, no 164, June 2013.

Page 102: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

79

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

pemerintah dapat menawarkan nilai tambah, itu akan menyatukan

kepentingan. Misalnya, melalui analisis risiko sektor, ia dapat memeriksa

sektor Belanda yang berisiko tinggi untuk uji tuntas, memungkinkan

perusahaan, organisasi masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan

lainnya di sektor ini untuk bergabung.

3. Perancis221

Selain Inggris dan Belanda, negara eropa yang telah memiliki RAN

Bisnis dan HAM adalah Perancis. Perancis telah memainkan peran

penting dalam memastikan bahwa isu­isu ini menjadi prioritas utama

dalam agenda Eropa, khususnya sehubungan dengan adopsi arahan

Eropa tentang pengikatan pelaporan non­finansial yang didukung

Perancis secara aktif selama negosiasi.222 Hal ini juga mempromosikan

dimasukkannya standar sosial, lingkungan dan tata kelola dalam

perjanjian perdagangan dan investasi. Ini membantu memastikan

bahwa kesimpulan Dewan Uni Eropa di bawah Kepresidenan Belanda

diadopsi, mendukung penegakan Prinsip­Prinsip Panduan PBB dan

mengintegrasikan kedalam kebijakan pembangunan.223

Mengikuti proposal untuk Peraturan Eropa tentang keterlacakan

mineral dari zona konflik,224 Perancis mendukung rancangan regulasi

ambisius tentang rantai pasokan mineral yang bertanggung jawab

di zona konflik dan daerah berisiko tinggi. Peraturan tentang uji

tuntas untuk konflik mineral telah disetujui pada sesi pleno Parlemen

Eropa pada bulan Maret 2017. Melalui peraturan tersebut, Perancis

berkomitmen akan bekerja untuk memastikan bahwa itu diterapkan

dengan benar dan dievaluasi dengan cepat sehingga dapat diperkuat

jika perlu.225

221 National Action Plan for The Implementation of The United Nations Guiding Principles on Business and Human Rights (RAN Bisnis dan HAM Perancis), https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/france­nap­english.pdf.

222 Lihat Directive 2014/95/EU Parlemen Eropa dan dan Dewan, 22 October 2014

mengamandemen Directive 2013/34/EU mengenai pengungkapan informasi non­keuangan dan keragaman oleh perusahaan dan kelompok besar tertentu, OJ L 330 of 15 November 2014, dalam RAN Bisnis dan HAM Perancis, Ibid

223 Ibid224 European Parliament, Les minéraux de conflits. La proposition de règlement européen

(Conflict minerals, proposal for a European regulation), briefing, February 2015. Dalam Ibid.

225 Ibid

Page 103: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

80

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Salah satu peran yang dilakukan Perancis dalam memainkan peran

kunci dalam adopsi kerangka kerja Eropa bersama tentang uji tuntas

yaitu dengan menerbitkan Undang­Undang Perancis tentang Kewajiban

Perusahaan atas Kewaspadaan (French Law on the Corporate Duty of

Vigilance). Undang­undang ini menjawab pertanyaan yang selama ini

mengemuka terkait dengan apa yang seharusnya menjadi kewajiban

hukum pada bisnis untuk memastikan penghormatan terhadap HAM

di seluruh kegiatan dan hubungan bisnis dan HAM. Namun dalam

beberapa tahun terakhir momentum politik yang penting dan inisiatif

untuk meningkatkan akuntabilitas perusahaan telah meningkat di

tingkat nasional, Eropa dan Internasional. Undang­undang tersebut juga

menunjukkan bahwa penghormatan terhadap HAM dan lingkungan

dapat diamanatkan secara hukum ke dalam kegiatan bisnis.226

Undang­Undang Perancis tentang Kewajiban Perusahaan atas

Kewaspadaan tersebut menetapkan kewajiban yang mengikat secara

hukum bagi perusahaan induk untuk mengidentifikasi dan mencegah

dampak terhadap HAM dan lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan

mereka sendiri, dari kegiatan perusahaan yang mereka kendalikan

dan dari kegiatan sub­kontraktor dan pemasok mereka, dengan siapa

mereka memiliki hubungan komersial yang mapan.227 Ini memudahkan

korban untuk berargumen bahwa perusahaan dapat memengaruhi

produksi dampak berbahaya, dan bahwa perusahaan harus mengambil

tindakan yang tepat untuk mencegahnya. Undang­undang tersebut

mengamanatkan perusahaan untuk melakukan Uji Tuntas HAM, yang

dilihat oleh Prinsip­Prinsip Panduan PBB sebagai prinsip operasional

utama untuk menempatkan tanggung jawab perusahaan untuk

menghormati HAM dalam praktik.

Rencana Uji Tuntas HAM yang efisien adalah kunci praktik bisnis

yang lebih bertanggung jawab. Mereka memungkinkan perusahaan

untuk mengidentifikasi dan menilai dampak negatif potensial yang

ada, untuk mencegah atau memitigasi dampak ini, dan untuk melacak

dan melaporkan hasil tindakan mereka secara transparan. Dengan

membuat Uji Tuntas HAM wajib bagi bisnis dapat membantu secara

226 European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), French Corporate Duty of Vigilance Law: Frequently Asked Questions, http://www.respect.international/wp­content/uploads/2017/10/french­corporate­duty­of­vigilance­law­faq.pdf, diakses pada 15 Maret 2020.

227 Ibid,

Page 104: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

81

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

bertahap mengalihkan fokus ke memprioritaskan risiko kepada orang­

orang daripada risiko bagi perusahaan. Sementara itu sama­sama

dapat membantu perusahaan mengatasi risiko potensial yang memiliki

implikasi hukum, keuangan, reputasi dan menangkap peluang baru.228

Sebagai prakarsa tentang kewajiban Uji Tuntas HAM yang wajib di

seluruh Eropa, Undang­Undang Perancis tentang Kewajiban Perusahaan

atas Kewaspadaan tampaknya muncul sebagai tonggak sejarah. Cara

itu akan digunakan oleh masyarakat sipil dan diterapkan oleh hakim

untuk meningkatkan minat jauh melampui perbatasan Perancis.229

Dengan undang­undang baru ini, pihak­pihak yang berkepentingan,

termasuk masyarakat yang terkena dampak, diberdayakan untuk

meminta pertanggungjawaban perusahaan. Mereka dapat meminta

otoritas yudisial untuk memerintahkan perusahaan untuk membuat,

menerbitkan, dan mengimplementasikan rencana kewaspadaan, atau

menjelaskan ketidakhadirannya. Pihak yang berkepentingan juga

dapat menggunakan tanggung jawab perusahaan melalui tindakan sipil

dan meminta kompensasi jika pelanggaran kewajiban hukum telah

menyebabkan kerusakan.230

4. Swiss231

Berbeda dengan Inggris dan Perancis yang menunjukkan peng­

hormatan terhadap HAM dan lingkungan dalam aktivitas bisnis melalui

kerangka hukum mengikat dengan menyusun UK Modern Slavery Act

(Inggris) dan French Law on the Corporate Duty of Vigilance (Perancis),

Swiss juga memiliki pengalaman tersendiri. Pada dasarnya kebebasan

ekonomi dan kebebasan kontrak sebagaimana telah dijamin dalam

Konstitusi Federal Swiss merupakan elemen kunci dari tatanan ekonomi

Swiss.232

228 Ibid229 Sandra Cossart, What lessons does France’s Duty of Vigilance Law have for other national

initiatives?file:///C:/Users/Elsam/Desktop/What%20lessons%20does%20France's%20Duty%20of%20Vigilance%20law%20have%20for%20other%20national%20initiatives_%20_%20Business%20&%20Human%20Rights%20Resource%20Centre.html, diakses pada 15 Maret 2020.

230 Ibid,231 Report on the Swiss Strategy for the Implementation of the UN Guiding Principles on

Business and Human Rights (RAN Bisnis dan HAM Swiss), 9 Desember 2016, https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/switzerland.pdf, diakses pada 15 Maret 2020.

232 Pasal 27 Federal Constitution

Page 105: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

82

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Oleh karena kebebasan ekonomi yang telah mendapatkan jaminan

dalam Konstitusi Federal Swiss tersebut, pemerintah federal memenuhi

tugasnya untuk melindungi dengan campuran cerdas “Smart Mix”

antara persyaratan hukum tambahan yang tidak mengikat secara

hukum dan jika perlu tambahan, dengan langkah­langkah nasional dan

internasional. Semua ini memperhatikan prinsip proporsionalitas.233

Pendekatan tersebut didasarkan pada pemahaman yang diakui

secara internasional tentang konsep perpaduan cerdas “Smart Mix

Measures”.234 Dengan kata lain, pendekatan perpaduan cerdas berarti

bahwa Negara mempertimbangkan sekumpulan tindakan mengikat

dan tidak mengikat yang saling mendukung yang mempengaruhi

konsekuensi HAM dari kegiatan ekonomi.

Selain itu, dalam RAN Bisnis dan HAM Swiss ditegaskan bahwa

Prinsip­Prinsip Panduan PBB tidak mewajibkan Negara untuk melem­

bagakan peraturan di luar yurisdiksi mereka sendiri, tetapi sebaliknya

memberi mereka keleluasaan untuk menerapkan campuran cerdas

mereka sendiri dalam praktiknya.235 Tercatat misalnya, hingga saat

ini, Undang­Undang Swiss tidak membuat ketentuan untuk men­

syaratkan bahwa perusahaan harus melakukan Uji Tuntas HAM yang

umum dan mengikat secara hukum. Namun Dewan Federal tetap

mendukung Uji Tuntas secara sukarela. Sebagai acuan, perusahaan

dapat menggunakan panduan organisasi internasional, seperti OECD

Guidelines for Multinational Corporations, Pedoman ISO 26000 tentang

Tanggung Jawab Sosial (ISO 26000 guidelines on social responsibility)

dan Standar Kinerja Korporasi Keuangan Internasional Bank Dunia

(Performance Standards of the World Bank’s International Finance

Corporation). Prinsip­Prinsip Panduan PBB direferensikan dalam

berbagai inisiatif multi­pihak, seperti International Code of Conduct

for Private Security Service Providers (ICoC), the Voluntary Principles

on Security and Human Rights (VP) dan the Equator Principles untuk

sektor keuangan.236

233 Pasal 5 paragraf 2 FC234 UN Working Group on Business and Human Rights, Guidance on National Action Plans

on Business and Human Rights, December 2014, p. 14.235 RAN Bisnis dan HAM Swiss, Op.cit236 Ibid, h.5

Page 106: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

83

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Jika dicermati, strategi yang dipilih oleh Swiss dengan menekankan

pada “Smart Mix” dalam upaya untuk mendorong penghormatan

perusahaan terhadap HAM, juga dilatarbelakangi oleh posisi perusahaan­

perusahaan Swiss yang dipandang di seluruh dunia sebagai pelopor

dalam pengembangan pasar global dan penciptaan lapangan kerja

dan kesejahteraan. Banyak dari mereka memiliki kepercayaan bahwa

penghormatan terhadap HAM adalah strategis dan penting untuk

operasi mereka (dalam hal, misalnya keunggulan kompetitif, posisi

pasar, produktivitas yang lebih besar dan menghindari risiko reputasi).

Hingga saat ini, semakin banyak perusahaan yang memenuhi tanggung

jawab HAM mereka secara sadar, termasuk juga asosiasi bisnis yang

melacak aktif isu HAM dengan berkomitmen terhadap Prinsip­Prinsip

Panduan PBB. Dengan melakukan hal tersebut, mereka memberikan

kontribusi besar pada implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB.237

Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

langkah­langkah yang dilembagakan oleh pemerintah federal pada

dasarnya harus menjamin perlindungan yang efektif terhadap pelang­

garan HAM oleh perusahaan yang berbasis dan/atau beroperasi di Swiss,

namun di sisi lain tetap menjaga beban perusahaan­perusahaan itu

seringan mungkin. Perusahaan­perusahaan Swiss pada awalnya tidak

berkewajiban untuk melaporkan aspek keberlanjutan. Namun, sejalan

dengan Agenda 2030 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),

yang diadopsi oleh semua negara anggota PBB, perusahaan didorong

untuk memperkenalkan praktik berkelanjutan dan memasukkan infor­

masi keberlanjutan dalam laporan mereka.238

Dalam Undang­Undang Akuntansi misalnya, mengharuskan

semua perusahaan yang tunduk pada audit biasa sesuai dengan Pasal

727 dari Swiss Code of Obligations (CO) untuk memasukkan penilaian

umum risiko dalam laporan manajemen mereka. Ini juga termasuk

risiko HAM, jika ada. Selain itu perusahaan­perusahaan listing di bursa

efek diwajibkan oleh Pasal 53 dari SIX Swiss Listing Rules239 untuk

237 Ibid238 SDG 12.6: Mendorong perusahaan, terutama perusahaan besar dan transnasional, untuk

mengadopsi praktik berkelanjutan dan untuk mengintegrasikan informasi keberlanjutan ke dalam siklus pelaporan mereka.

239 Six Group, https://www.six­group.com/exchanges/participants/regulation/rules_regs_en.html, diakses pada 25 April 2020.

Page 107: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

84

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

melaporkan masalah HAM yang dapat mempengaruhi harga saham

perusahaan. Dewan Federal merekomendasikan untuk memasukkan

HAM yang diidentifikasi oleh perusahaan bisnis dalam proses uji tuntas

mereka, misalnya, dalam laporan keberlanjutan mereka.240

5. Jerman241

Dalam ekonomi global, kondisi kerja hanya dapat ditingkatkan jika

setiap orang melakukan bagiannya dan diatas semua negara industri

terkemuka. Atas kondisi itu, dalam forum internasional seperti G7 dan

G20, Jerman memperjuangkan HAM di tempat kerja dan untuk rantai

pasokan berkelanjutan, dan mempromosikan pendekatan bersama

di dalam Uni Eropa. Pada dasarnya sistem hukum Republik Federal

Jerman mengandung banyak instrumen yang difokuskan terutama pada

perlindungan HAM, mereka mengikat semua perusahaan. Jika operasi

bisnis suatu perusahaan memiliki dimensi internasional, prosedur

untuk mengidentifikasi setiap dampak negatif aktual atau potensial

terhadap HAM orang­orang yang terkena dampak kegiatan bisnisnya

harus dikembangkan dan diimplementasikan.242

Terbitnya RAN Bisnis dan HAM Jerman menawarkan platform

bagi banyak pemangku kepentingan dari sektor bisnis, politik,

masyarakat sipil, asosiasi dan akademisi. Sebagai hasilnya, RAN Bisnis

dan HAM Jerman mengumpulkan kekuatan dari berbagai pemangku

kepentingan. Ini adalah kontribusi aktif untuk memperbaiki situasi HAM

di sepanjang rantai pasokan dan nilai di Jerman dan di seluruh dunia.

Apalagi di seluruh dunia, perusahaan Jerman memberikan kontribusi

penting untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan standar

lingkungan dan sosial. Label “Made in Germany” berarti kualitas

tinggi dan dapat diandalkan.243 Pada saat yang sama, meningkatnya

keterlibatan perusahaan Jerman dalam rantai pasokan dan nilai global

menghadirkan peluang dan tantangan, perusahaan yang beroperasi

240 RAN Bisnis dan HAM Swiss, Op.cit241 National Action Plan Implementation of the UN Guiding Principles on Business and

Human Rights 2016­2020 (RAN Bisnis dan HAM Jerman). https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2018/04/germany­national­action­plan­business­and­human­rights.pdf, diakses pada 15 Maret 2020.

242 Ibid.243 Ibid.

Page 108: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

85

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

dalam rantai pasokan dan nilai global terekspose pada risiko yang

timbul dari kurangnya transparansi dan penghargaan yang sering tidak

memadai terhadap HAM dan untuk standar ketenagakerjaan, sosial dan

lingkungan. Ini berlaku terutama untuk produksi di negara berkembang

dan negara industri baru tetapi juga di Jerman.

RAN menetapkan ekspektasi pemerintah bagi semua bisnis Jerman

untuk menerapkan Uji Tuntas HAM perusahaan. Pemerintah sendiri

berkomitmen untuk memperkuat instrumennya untuk melindungi HAM

di bidang­bidang seperti pengadaan publik, pemberian subsidi, kerja

sama pembangunan dan promosi perdagangan eksternal. Pemerintah

Federal juga akan mengambil tindakan spesifik untuk meningkatkan

komitmennya terhadap perlindungan para pembela HAM ketika

menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB.244 Pada November 2018,

pemerintah federal Jerman menulis surat kepada perusahaan­perusahaan

di mana ia mendorong mereka untuk mengambil bagian dalam proses

pemantauan, yang dijalankan oleh perusahaan audit independen. Pada

langkah awal, pihaknya telah mewawancarai 30 perusahaan yang

mewakili lintas­bagian dari bisnis Jerman. Berdasarkan hasil, kuesioner

untuk Uji Tuntas HAM disusun; itu akan disajikan kepada perusahaan

selama dua fase survei pada 2019 dan 2020. Informasi yang mereka

berikan secara sukarela kemudian akan menjalani pemeriksaan masuk

akal.245

6. Denmark246

Dalam dokumen RAN Bisnis dan HAM Denmark ditegaskan bahwa

tujuan dari Pemerintah Denmark adalah untuk membantu perusahaan

swasta dan publik dalam mengubah penghormatan terhadap HAM

menjadi kenyataan di manapun mereka beroperasi. Pemerintah

Denmark memiliki ambisi menjadi yang terdepan di dunia dengan

memastikan bahwa semua pemain dalam masyarakat menunjukkan

244 Ibid245 Tanja Zech, For humane working conditions, 13 Desember 2018, https://www.

deutschland.de/en/topic/business/business­and­human­rights­germany­launches­a­system­of­monitoring, diakses pada 15 Maret 2020.

246 Danish National Action Plan: Implementation of the UN Guiding Principles on Business and Human Rights, The Danish Government, March, 2014. (RAN Bisnis dan HAM Denmark), dapat diakses melalui https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp-

content/uploads/2017/12/denmark.pdf, diakses pada 15 Maret 2020.

Page 109: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

86

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

tanggung jawab sosial dan menciptakan nilai baik untuk organisasi

mereka sendiri dan masyarakat sekitarnya dengan menggunakan

dialog untuk mengelola tantangan sosial, lingkungan dan etika sesuai

dengan prinsip dan pedoman CSR yang diakui secara internasional.247

Dalam upaya untuk mencapai tujuannya tersebut, Pemerintah

Denmark telah menjalani sejumlah inisiatif untuk mempromosikan

penghormatan bisnis terhadap HAM. Salah satu inisiatif tersebut adalah

untuk memperluas persyaratan pelaporan CSR bagi perusahaan­

perusahaan besar Denmark untuk memasukkan kebijakan untuk

penghormatan HAM dan kebijakan untuk mengurangi dampak negatif

terhadap iklim.248 Dalam RAN untuk CSR, Pemerintah Denmark

menetapkan harapan yang jelas kepada Perusahaan Denmark bahwa

mereka harus bertanggung jawab untuk menghormati HAM ketika

beroperasi di luar negeri, terutama di negara­negara berkembang

dimana ada peningkatan risiko memiliki dampak buruk terhadap HAM.

Sebagai bagian dari kegiatan promosi diantara Perusahaan Denmark,

pemerintah telah berkomitmen untuk memberikan panduan tentang

perilaku bisnis yang bertanggung jawab. Pemerintah telah meluncurkan

kampanye informasi yang secara khusus ditujukan untuk perusahaan

dan LSM mengenai kepatuhan terhadap Prinsip­Prinsip Panduan PBB

sehubungan dengan pembentukan mekanisme mediasi dan pengaduan.

Dewan Perdagangan dibawah Kementerian Luar Negeri menyarankan

Perusahaan Denmark dan mitra lokal mereka pada bagaimana mereka

harus menangani tanggung jawab sosial mereka di sejumlah pasar

ekspor.249

Mengingat kompleksitas perdagangan internasional dan kesulitan

untuk mengambil langkah­langkah yang sesuai dengan konteks spesifik

masing­masing negara dan sektor bisnis, beberapa negara telah fokus

pada penyediaan layanan tambahan untuk perusahaan dan mendukung

inisiatif berbagai pemangku kepentingan. Misalnya, Denmark, melalui

kedutaan besarnya di luar negeri, telah menyediakan layanan Uji Tuntas

247 Ibid248 ICAR, ECCJ, Assessment of the National Action Plan (NAP) Business and Human Rights

of Denmark, November 2014. https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/icar_eccjdanishnapassessment.pdf, diakses pada 15 Maret 2020.

249 Ibid

Page 110: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

87

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

HAM bagi perusahaan yang ingin merumuskan bisnis baru di negara

berkembang. Termasuk juga menyediakan Panduan HAM Negara dan

Bisnis disediakan untuk publik, dengan tujuan untuk memberikan

informasi spesifik negara yang membantu mengembangkan bisnis yang

berkelanjutan dengan merujuk pada rekomendasi dan studi kasus.250

Dengan demikian, bagi Pemerintah Denmark, Prinsip­prinsip

Panduan PBB telah terbukti menjadi instrumen yang sangat baik dalam

mengumpulkan para pemangku kepentingan untuk aksi bersama.

Dengan menggunakan Prinsip­Prinsip Panduan PBB sebagai dasar

untuk Kemitraan baru untuk Produksi Garmen Bertanggung Jawab

di Bangladesh, Pemerintah Denmark, asosiasi bisnis, dan perusahaan

telah menyepakati sejumlah komitmen terperinci untuk memperbaiki

kondisi dalam lingkup pengaruh mereka. Kemitraan, yang telah

disetujui dalam Danish Ethical Trading Initiative (DIEH), akan menjadi

dilaksanakan dengan koordinasi yang erat dengan mitra internasional

juga dan para pemangku kepentingan di Bangladesh.

Secara umum, jika melihat RAN Bisnis dan HAM negara eropa

lainnya, seperti Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Denmark dan

banyak dari negara­negara kawasan Uni eropa menunjukkan strategi

dan pendekatan yang koheren dalam menggabungkan promosi

perdagangan dan investasi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Dengan kata lain, mereka melihat bahwa membangun arena bermain

yang seimbang dalam bentuk bisnis yang bertanggung jawab akan

menguntungkan ekonomi bukan hanya negara penerima, tetapi

investor dan bisnis internasional lainnya dan oleh karena itu kebijakan

dan program bantuan pembangunan harus diselaraskan dengan tujuan

seperti itu.

Untuk itu, negara­negara anggota Uni Eropa telah memainkan

peran penting dalam pengembangan awal RAN Bisnis dan HAM,

walaupun begitu, RAN tersebut mendapatkan penilaian dikarenakan

memiliki kekurangan dalam proses dan konten. Penilaian tersebut

dilakukan oleh ICAR dan the European Coalition for Corporate Justice

(ECCJ) terhadap Inggris, Belanda, Perancis, dan Denmark pada tahun

2014. Selain ICAR dan ECCJ, penilaian juga diberikan oleh the European

250 RAN Bisnis dan HAM Denmark, Op.cit

Page 111: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

88

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Network of National Human Rights Institutions (ENNHRI) dikarenakan

proses pengembangan RAN di negara anggota Uni Eropa tidak dilaku­

kan secara partisipatif dan transparan. Organisasi masyarakat sipil

khususnya, seringkali kekurangan informasi atau kesempatan untuk

terlibat dalam dialog dengan perwakilan pemerintah.251 Berbagai

kelemahan dalam RAN yang disusun oleh negara­negara anggota Uni

Eropa tersebut merusak kontribusi RAN untuk menghormati HAM,

tata kelola yang baik dan akuntabilitas di UE maupun di luar negeri.

ENNHRI telah meminta Komisi Eropa untuk membimbing negara­

negara anggota dengan lebih baik melalui proses RAN dan membangun

proses peninjauan RAN atau evaluasi multi­pemangku kepentingan

yang berbasis HAM, transparan di tingkat UE.252

B. Negara Kawasan Amerika Latin

Skenario Amerika Latin sangat berbeda dari skenario di wilayah

lain di seluruh dunia. Analisis kecenderungan historis selama 30 tahun

terakhir, kecenderungan utamanya adalah konsolidasi demokrasi

setelah bertahun­tahun negara­negara pada kawasan tersebut dikuasasi

rezim pemerintahan otoriter atau kediktatoran. Dalam beberapa kasus

setelah bertahun­tahun konflik bersenjata internal yang telah berdampak

buruk pada seluruh negara, sehingga topik HAM hampir mustahil untuk

diangkat. Namun demikian, sejak awal 1990­an skenario telah berubah

menguntungkan karena pembentukan pemerintahan demokratis yang

telah berhasil melakukan. Dalam banyak kasus, reformasi hukum

yang mendalam yang mengakui HAM dan membuka ruang tindakan

yang luas untuk organisasi masyarakat sipil, tetapi pemerintah telah

gagal untuk memastikan kondisi kehidupan dengan bermartabat bagi

251 ICAR and European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), ‘Assessments of Existing National Action Plans (NAPs) on Business and Human Rights’ (November 2015), 3–5, https://static1.squarespace.com/static/583f3fca725e25fcd45aa446/t/58d2bdb63a0411eedc66af79/1490206143625/ICAR­ECCJ­Assessments­of­Existing­NAPs­2015­Update.pdf

252 European Network of National Human Rights Institutions (ENNHRI), ‘Recommendations for the next EU Strategy on CSR’ (April 2015), 2, https://business­humanrights.org/sites/default/files/documents/EU%20CSR% 20Communication%20ENNHRI%20Final%20Apr%202015%20(2).pdf. Dalam nada yang sama, komite menteri Dewan Eropa telah menyerukan kepada negara­negara untuk berbagi rencana tentang implementasi nasional Prinsip­Prinsip Panduan PBB, termasuk Rencana Aksi Nasional yang telah direvisi dan praktek terbaik mengenai pengembangan [mereka]…’; lihat Dewan Eropa ‘Recommendation on human rights and business’, CM/Rec (2016)3 (2 Maret 2016), paragraf 4.

Page 112: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

89

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

sebagian besar penduduk di Amerika Latin.253 Dalam konteks ini,

mayoritas negara­negara Amerika Latin kemudian mengakui peran

penting perusahaan dengan adanya pengakuan konstitusional atas hak

untuk kebebasan melakukan aktivitas komersial atau kebebasan untuk

melakukan bisnis (libertad de empresa). Kebebasan berbisnis merujuk

pada konstitusi Kolombia, Ekuador, Peru, El Salvador dan Venezuela.

Kerangka kerja konstitusi penting untuk menentukan secara jelas

ruang lingkup kewajiban negara untuk melindungi semua orang dalam

yurisdiksinya dan secara khusus untuk menentukan ruang lingkup

kewajiban untuk mengatur kegiatan perusahaan dengan pemangku

kepentingan yang berbeda.254 Berkaitan dengan kebijakan publik di

bidang bisnis dan HAM beberapa inisiatif yang menarik di wilayah ini.

Misalnya, di Kolombia pemerintah telah membentuk bagian khusus

tentang bisnis dan HAM yang mempromosikan tanggung jawab sosial

perusahaan dengan fokus khusus pada ketentuan konstitusional dan

Global Compact. Sementara Chili, Kementerian Tenaga Kerja telah

menciptakan penghargaan khusus untuk hubungan kerja dan kualitas

hidup orang yang bekerja untuk perusahaan.255

Sebagaimana dinyatakan oleh Kelompok Kerja PBB tentang Bisnis

dan HAM, RAN harus disesuaikan dengan konteks masing­masing

negara. Oleh karena itu, selain mendasarkan pada Deklarasi Hak Asasi

Manusia Universal, Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik

(ICCPR), Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan

253 Mengenai reformasi hukum yang dilakukan selama tahun­tahun demokrasi di kawasan ini, satu reformasi yang relevan adalah persetujuan Konstitusi baru yang secara substansial didasarkan pada prinsip "ekonomi pasar sosial". Pengakuan prinsip ini di sebagian besar negara­negara Amerika Latin berarti bahwa meskipun penekanan pada inisiatif privat, namun itu tidak dapat dicapai dalam bertentangan dengan kepentingan umum atau sosial. Persinggungan antara kepentingan sosial dan HAM bertemu ditunjukkan dalam Pasal 21 Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia, (American Convention on Human Rights) yang mengabadikan bahwa:1. Setiap orang memiliki hak untuk menggunakan dan menikmati propertnya. Hukum

dapat mensubordinasikan penggunaan dan kenikmatan tersebut untuk kepentingan masyarakat.

2. Tidak seorang pun akan dirampas harta miliknya kecuali atas pembayaran kompensasi yang adil, untuk alasan utilitas publik atau kepentingan sosial, dan dalam kasus­kasus dan sesuai dengan formulir yang ditetapkan oleh hukum.

3. Riba dan segala bentuk eksploitasi manusia oleh manusia adalah dilarang oleh hukum. Lihat, Cecilia Anicama, op.cit., h. 187­188254 Ibid, h. 189255 Ibid, h. 190

Page 113: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

90

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Budaya (ICESCR) dan dua Protokol Opsional. Selain itu, RAN Bisnis

dan HAM juga harus berpedoman pada komitmen­komitmen regional,

seperti misalnya Sistem HAM Inter­Amerika, termasuk Konvensi

Amerika tentang HAM, hal ini konsisten dan mencakup Prinsip dan

Hak Fundamental Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), dan

menerapkan hak­hak yang melindungi konvensi­konvensi tersebut.

Negara­negara Amerika Latin dan Karibia menerapkan kesepakatan

tentang hak masyarakat terhadap akses lingkungan, yang menandakan

sebuah langkah untuk menjamin demokrasi dalam bidang lingkungan

melalui pejanjian regional yang dibuat di Escazu, Kosta Rika yaitu

Perjanjian Regional tentang Akses Informasi, Partisipasi dan Keadilan

dalam Masalah Lingkungan di Amerika Latin dan Karibia.256 Perjanjian

ini merujuk pada Prinsip 10 Deklarasi Rio 1992. Prinsip ini mengatur

tentang partisipasi warga negara, di mana individu memiliki hak akses

terhadap informasi mengenai lingkungan yang dipegang oleh otoritas

publik dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan

keputusan. Negara berperan untuk memfasilitasi dan mendorong

kesadaran dan partisipasi masyarakat, dengan menyediakan informasi

secara luas. Pada saat ancaman terhadap orang­orang yang berani

menyuarakan hak atas lingkungan sedang meningkat, perjanjian

regional ini hadir untuk memberikan perlindungan hukum dan

memastikan masyarakat dapat menggunakan hak atas informasi,

partisipasi dan keadilan terkait isu lingkungan.257

Dalam kasus Amerika Latin, Prinsip­Prinsip Panduan PBB baru

mulai dirujuk oleh pemerintah dan perusahaan, meskipun dukungan

yang diterima dalam proses yang mengarah pada adopsi mereka pada

tahun 2011. Situasi ini secara umum tercermin dalam proses yang terkait

dengan pembentukan Kelompok Kerja Terbuka Antarpemerintah

(Open-ended Intergovernmental Working Group) untuk korporasi

transnasional dan perusahaan bisnis lainnya yang berkaitan dengan

HAM, secara khusus selama dua sesi awal. Selama sesi ke­26 Dewan

256 Carole Excell, “The Escazu Convention on Access to Information, Participation and Access to Justice”, 8 Maret 2018.

257 Center for International Environmental Law, “CIEL Statement on the Adoption of a Binding

Regional Agreement on Environmental Access Rights”, diakses melalui, dikunjungi tanggal 25 September 2019

Page 114: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

91

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

HAM pada Juni 2014, delegasi Afrika Selatan memimpin mosi untuk

memulai proses untuk mengembangkan instrumen internasional

yang mengikat pada tanggung jawab perusahaan transnasional

dan perusahaan bisnis lain yang berkaitan dengan HAM. Mosi ini,

didukung oleh delegasi Ekuador untuk mengembangkan instrumen

yang mengikat pada bisnis dan HAM pada September 2013.258

Dalam kasus Negara­negara Amerika Latin, keterbelahan terlihat

pada posisi sebagian besar negara dalam pola pemungutan suara,

mengingat preferensi mereka sebelumnya dalam upaya PBB di masa

lalu untuk menuntut akuntabilitas perusahaan lebih lanjut. Namun

demikian, fakta bahwa sebagian besar negara­negara Kelompok Amerika

Latin dan Karibia (Group of Latin America and the Caribbea/GRULAC)

memutuskan untuk tidak melakukan pemungutan suara, terutama yang

memiliki kebijakan ekonomi pasar bebas, mengungkapkan perbedaan

yang sangat besar dalam wilayah Amerika Latin tentang kebutuhan

untuk menetapkan instrumen khusus yang ditujukan untuk bisnis.259

Situasi ini merefleksikan bagaimana sebagian besar negara

mulai mempertimbangkan untuk bergerak maju dalam implementasi

Prinsip­prinsip Panduan, PBB. Pada saat yang sama, negara­negara

wilayah ini membutuhkan lebih banyak waktu yang diperlukan

untuk mengevaluasi dampak aktual mereka dalam mengendalikan

dampak negatif bisnis terhadap HAM. Dorongan Ekuador untuk

mengembangkan standar HAM internasional yang mengikat untuk

perusahaan masih membutuhkan waktu yang relatif lama, sementara

negara dan perusahaan cenderung lambat dalam menerapkan Prinsip

Panduan PBB, maka diputuskan menyerukan pendekatan lebih keras

258 Dukungan Ekuador tidak terelpas dari adanya erselisihan yang sedang berlangsung dengan Chevron tentang kerusakan lingkungan dan mengakibatkan pelanggaran HAM di wilayah Lago Agrio.. Lihat, Humberto Cantú Rivera, Business And Human Rights In The

Americas: Defining A Latin American Route To Corporate Responsibility, dalam Jernej Letnar �erni� Nicolás and Carrillo­Santarelli, The Future Of Business And Human Rights:

Theoretical and Practical Conside, (Cambridge: Intersentia Ltd, 2018), h. 164­165259 Sementara itu diharapkan bahwa Negara­negara atau kandidat anggota Organisasi

untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), seperti Meksiko, Chili, Kolombia dan Kosta Rika, serta Negara­negara mitra lainnya seperti Brasil, tidak secara khusus mendukung proposal semacam itu. Ketiadaan posisi yang jelas menunjukan secara sekilas keseimbangan ada tarik­menarik kepentingan investasi asing serta tekanan negara­negara berkembang menjadi sasaran dari negara­negara yang lebih maju. Lihat, ibid., h.166­167

Page 115: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

92

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

(harder approach) terhadap tanggung jawab perusahaan terhadap

HAM.260

Wilayah Amerika Latin telah mengambil langkah hati­hati dalam

implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Sementara banyak

perkembangan yang berbeda dari Prinsip­Prinsip Panduan PBB telah

menjadi agenda regional dalam 3 (tiga) dekade terakhir, seperti uji tuntas

atau hak­hak masyarakat adat. Beberapa langkah juga telah diambil

untuk membawa tiga pilar instrumen PBB ke dalam wilayah regional

dan ke dalam agenda politik dan hukum. Serangkaian perkembangan

kelembagaan dan negara telah mulai membuka jalan untuk peran yang

lebih besar dari Prinsip­Prinsip Panduan PBB terimplementasi. Pada sisi

yang lain, beberapa tindakan dalam kemitraan dengan Kelompok Kerja

telah berkontribusi untuk memberikan lebih banyak visibilitas Prinsip­

Prinsip Panduan PBB dalam wilayah tersebut.261 Kemudian melalui

Majelis Umum Organisasi Negara­Negara Kawasan Amerika (General

Assembly of the Organization of American States) mengadopsi resolusi

27 pada Juni 2014. Resolusi ini meminta Komite Urusan Yuridis dan

Politik (Committee on Juridical and Political Affairs) untuk mengadakan

pertemuan khusus untuk bertukar praktik dan pengalaman terbaik

sehubungan dengan promosi dan perlindungan HAM di bidang bisnis

pada awal 2015. 262 Dalam perkembangan kemudian, beberapa resolusi

yang membahas pertanyaan ini diadopsi selama sesi ke­46 Majelis

Umum Organization of American States (OAS), di Santo Domingo

pada tahun 2016, yang satu berfokus pada mendorong penerapan

Prinsip­Prinsip Panduan PBB, dan yang lain tentang berpartisipasi aktif

dan terlibat dengan inisiatif global perjanjian, serta upaya lain yang

dapat berkembang secara regional.263

260 Sesi pertama Kelompok Kerja Terbuka Antarpemerintah pada perusahaan transnasional dan perusahaan bisnis lain yang berkaitan dengan HAM yang berlangsung pada awal Juli 2015 dihadiri sebagian besar Negara­negara Amerika Latin, serta banyak Delegasi Afrika dan Asia, dan sejumlah kecil delegasi Barat, termasuk Perancis dan Uni Eropa. Lihat, ibid

261 Ibid., h. 170262 Komite ini mengadakan sesi khusus pada Januari 2015 dengan partisipasi dari banyak

Negara Amerika Latin, pejabat Organization of American States (OAS), organisasi masyarakat sipil, anggota Amerika Latin dari Kelompok Kerja PBB untuk Bisnis dan Hak Asasi Manusia dan perwakilan bisnis. Sebaliknya, Ekuador, di sisi lain, terus mempromosikan kebutuhan untuk membentuk instrumen internasional yang mengikat untuk mengatur perilaku perusahaan dan dampaknya terhadap HAM. Lihat, ibid.

263 Ibid., h. 172

Page 116: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

93

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Secara umum, jika dilihat dari negara­negara Amerika Latin, hanya

dua negara yang tercatat telah memiliki RAN Bisnis dan HAM yaitu

Kolombia dan Chili, sedangkan sebagian lainnya seperti Argentina,

Guatemala, Nicaragua, Mexico dan Peru masih mengembangkan

RAN Bisnis dan HAM. Rancangan resolusi, mengingat Prinsip­prinsip

Panduan PBB yang disahkan oleh Dewan HAM pada 2011 dan

mengakui peran yang berbeda tetapi saling melengkapi yang berkaitan

dengan Negara, perusahaan dan masyarakat sipil dalam kaitannya

dengan HAM. Resolusi ini mengadvokasi pembentukan dari Kelompok

Kerja Terbuka Antarpemerintah untuk mengembangkan di bawah

hukum HAM internasional instrumen internasional yang mengikat

untuk mengatur perusahaan transnasional dan perusahaan bisnis

lainnya.

1. Chili

Chili telah mengalami perkembangan ekonomi dan sosial yang

berkelanjutan selama beberapa tahun terakhir berkat adanya kebijakan

ekonomi makro yang konsisten, perdagangan terbuka dan iklim

yang mendukung entitas bisnis. Perkembangan ini tercermin pada

peningkatan indeks kemiskinan relatif dan absolut. Pemerintah telah

membuat kemajuan menuju ekonomi yang semakin modern dan

kompetitif, tetapi masih ada tantangan ke depan yang perlu dihadapi

jika Chili ingin menjadi masyarakat yang lebih demokratis dan kohesif. 264 Untuk membantu memastikan perilaku bisnis yang bertanggung

jawab, Chili berkomitmen untuk mengembangkan RAN Bisnis dan

HAM dan mempelopori upaya dalam konteks Inter­Amerika untuk

mendorong implementasi nasional dari Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

Mengenai situasi di Chili, ada mekanisme nasional, internasional

dan global yang melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi

kepa tuhan negara tersebut terhadap HAM. Beberapa dokumen ini

memberikan rekomendasi di bidang HAM dan bisnis di tingkat lokal.

Walau begitu, RAN Bisnis dan HAM Chili tidak menerbitkan komitmen

mengikat untuk memaksa Uji Tuntas atau pelaporan HAM. Sebagian

264 National Action Plan on Business and Human Rights Chile (RAN Bisnis dan HAM Chile), https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/national­action­plan­on­business­and­human­rights_.pdf, diakses pada 11 April 2020.

Page 117: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

94

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

besar substansi RAN Chili berfokus pada apa yang akan dilakukan

kementerian untuk mensosialisasikan RAN melalui berbagai alat

keterlibatan. Ini mempromosikan Uji Tuntas HAM dalam operasi

bisnis dan rantai pasokan dan referensi panduan industri yang akan

dikembangkan oleh Kementerian Ekonomi, Pengembangan dan

Pariwisata untuk membantu perusahaan dalam hal ini, dan panduan

lain bagi perusahaan publik untuk membantu mereka melaporkan

HAM dan masalah tanggung jawab perusahaan.

2. Kolombia

Selain Chili, negara Amerika Latin yang tercatat telah menerbitkan

RAN Bisnis dan HAM adalah Kolombia. RAN Bisnis dan HAM Kolombia

merupakan instrumen kebijakan publik yang diformulasikan untuk

menjamin penghormatan terhadap HAM dalam kegiatan bisnis. Hal

ini selaras dengan Strategi Nasional HAM 2014­2034 dengan Pedoman

untuk Kebijakan Publik tentang Perusahaan dan HAM yang diterbitkan

pada tahun 2014. Selain itu RAN tersebut muncul dari kebutuhan untuk

menyelaraskan perlindungan HAM dengan perkembangan kegiatan

ekonomi yang dipromosikan Negara. Dengan demikian penting

untuk memiliki kebijakan publik yang menyelaraskan kedua tujuan

ini melalui tindakan spesifik, yang dapat ditindaklanjuti oleh semua

pemangku kepentingan.265

Dalam dokumen RAN Bisnis dan HAM Kolombia, ditemukan bahwa

salah satu alasan Kolombia mengembangkan RAN Bisnis dan HAM

yaitu ingin berkontribusi pada pelaksanaan Uji Tuntas sebagai proses

manajemen dan dasar perusahaan untuk investasi yang bertanggung

jawab di Kolombia. Pemerintah Kolombia menyadari bahwa RAN

Bisnis dan HAM mereka masih jauh dari kata “sempurna”, untuk itu

sebagai ruang perbaikan, RAN menetapkan sistem evaluasi dan tindak

lanjut. Mekanisme ini dapat ditingkatkan dengan membuat komitmen

pemerintah untuk menyusun RAN kedua setelah menyelesaikan jangka

waktu 3 (tiga) Tahun. Proses revisi juga dapat ditingkatkan dengan

memasukkan masyarakat yang terkena dampak, organisasi yang

membela hak­hak komunitas, dan organisasi masyarakat sipil di luar

265 RAN Bisnis dan HAM Kolombia. https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2018/04/pna­colombia­english.pdf, diakses pada 7 April 2020.

Page 118: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

95

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

organisasi yang diidentifikasi dengan kepentingan perusahaan dalam

merancang, menyusun, dan merumuskan konten revisi RAN

Oleh karena itu, Kolombia telah memperbarui komitmennya, dan

mendesak agar perusahaan publik dan swasta, nasional atau orang

asing berdomisili di negara itu, terlepas dari ukuran, sektor, kegiatan,

konteks atau struktur operasional, melampaui kepatuhan terhadap

Konstitusi dan Hukum, dan dalam hal itu, menghormati HAM sesuai

dengan standar internasional yang ada. Selain itu, Negara menegaskan

kembali kesediaannya untuk menerapkan standar bisnis dan HAM di

daerah dimana kemajuan signifikan di bidang ini belum tersedia.266

C. Amerika Serikat267

Tepat pada 24 September 2014, Presiden AS Barack Obama

mengumumkan bahwa Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan bekerja

dengan sektor swasta AS dan pemangku kepentingan lainnya untuk

mengembangkan RAN untuk mempromosikan perilaku bisnis yang

bertanggung jawab atau Responsible Business Conduct (RBC) oleh

perusahaan­perusahaan AS yang beroperasi di luar negeri. Upaya ini

menandai pertama kalinya pemerintah AS melakukan proses kepada

seluruh pemerintah untuk fokus, meningkatkan, dan memperluas

upayanya untuk mempromosikan RBC.268

Dalam RAN Bisnis dan HAM AS disebutkan bahwa tujuan

RAN ini dirancang untuk memperkuat peran pemerintah AS dalam

memajukan RBC melalui koordinasi intra­pemerintah dan pembuatan

kebijakan yang efektif, mempromosikan standar tinggi secara global,

memfasilitasi upaya RBC saat ini dan di masa depan melalui kolaborasi

yang ditingkatkan, dan menyoroti serta mendukung kepemimpinan

industri AS. RAN Bisnis dan HAM AS menyajikan banyak cara di mana

pemerintah AS, termasuk dalam kerja sama dengan bisnis, tenaga kerja,

masyarakat sipil, pemerintah asing, dan pemangku kepentingan lainnya,

telah menegakkan tanggung jawabnya dan menumbuhkan lingkungan

untuk perilaku bertanggung jawab oleh bisnis yang beroperasi di luar

266 Globalnaps.org, Colombia, globalnaps.org/country/colombia267 Responsible Business Conduct: First National Action Plan For The United States of America,

December 16, 2016 (RAN Bisnis dan HAM Amerika Serikat) https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/NAP­USA.pdf, diakses pada 20 Maret 2020.

268 Ibid

Page 119: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

96

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

negeri. RAN ini juga menyoroti prakarsa baru yang dibangun di atas

fondasi yang kuat ini, dan menguraikan bagaimana pemerintah AS,

bekerja sama dengan bisnis dan pemangku kepentingan lainnya, akan

memperkuat upaya untuk mempromosikan standar tinggi.269

Perilaku Bisnis yang Bertanggung Jawab atau Responsible Business

Conduct (RBC) adalah konsep luas yang didasarkan pada gagasan

bahwa bisnis dapat berkinerja baik sambil melakukan yang baik

dan bahwa pemerintah harus menetapkan dan memfasilitasi kondisi

untuk terjadinya RBC. Konsep ini menempatkan kepentingan khusus

pada dua aspek hubungan bisnis­masyarakat: (1) menekankan dan

menekankan kontribusi positif yang dapat dilakukan bisnis terhadap

kemajuan ekonomi, lingkungan, dan sosial; dan (2) mengenali dan

menghindari kemungkinan dampak buruk dari perilaku bisnis, serta

mengatasinya ketika terjadi.270

Prinsip RBC tersebut dicakup dalam Pedoman OECD untuk Perusahaan

Multinasional271 dan Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Sebagaimana tercantum

dalam dua kerangka kerja internasional ini, peran utama pemerintah

adalah untuk memberikan panduan dan dorongan kepada sektor swasta

melalui kombinasi hukum, peraturan, kebijakan, program, dan inisiatif

untuk mempromosikan rasa hormat perusahaan terhadap HAM dan hak­

hak buruh dan beroperasi secara bertanggung jawab.

Pedoman Uji Tuntas OECD untuk rantai pasokan mineral yang

bertanggung jawab dari wilayah yang terkena dampak konflik dan

berisiko tinggi (Pedoman Uji Tuntas OECD) adalah kerangka kerja

sukarela yang menetapkan proses lima langkah untuk membantu

269 Ibid270 Secara global, pemerintah AS berdedikasi untuk terlibat dalam RBC di tingkat paling

senior. Deklarasi G­7 Summit Leaders 'Juni 2015 mengakui "tanggung jawab bersama pemerintah dan bisnis untuk mempromosikan rantai pasokan yang berkelanjutan dan mendorong praktik terbaik." Deklarasi Menteri Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan G­7 Oktober 2015 menjabarkan bagaimana negara­negara G­7 akan berusaha untuk memimpin dengan memberi contoh dalam praktik mereka sendiri untuk berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan untuk memfasilitasi RBC oleh perusahaan. Masalah "rantai pasokan yang bertanggung jawab" diharapkan menjadi bagian penting dari agenda untuk G­20 di bawah Presidensi Jerman pada 2017. Ibid

271 Pedoman OECD untuk Perusahaan Multinasional memberikan prinsip dan standar yang tidak mengikat untuk RBC dalam konteks global yang konsisten dengan hukum yang berlaku dan standar yang diakui secara internasional. Pedoman OECD merupakan satu­satunya Kode RBC yang disetujui secara multilateral dan komprehensif yang telah dipromosikan oleh Pemerintah untuk dipromosikan.

Page 120: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

97

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

perusahaan menghargai HAM dan menghindari berkontribusi pada

konflik melalui praktik sumber mineral mereka. Komisi Sekuritas dan

Bursa AS mengandalkan Pedoman Uji Tuntas OECD sebagai satu­

satunya kerangka kerja uji tuntas yang diterima secara internasional

saat ini untuk sumber dan lacak balak mineral ketika menerapkan

peraturan mineral konflik Dodd­Frank.272

Bagian 1502 Dodd­Frank Wall Street Reform and Consumer

Protection Act dari Dodd­Frank (Wall Street Reformasi dan Undang­

Undang Perlindungan Konsumen) mendukung upaya regional dan

internasional untuk memutuskan hubungan antara konflik dan sumber

daya alam dan mencegah kelompok bersenjata atau pasukan negara

yang kejam di Afrika wilayah Danau Besar dari mendapatkan manfaat

dari penjualan sumber daya alam tertentu yang bersumber dari Republik

Demokratik Kongo (Democratic Republic Congo,DRC) atau negara

yang berdampingan. Bagian 1502 Dodd­Frank Act mengharuskan

perusahaan­perusahaan tertentu untuk menyerahkan deskripsi langkah­

langkah yang diambil untuk melakukan uji tuntas setiap tahun terhadap

sumber dan rantai penahanan empat “konflik mineral”.273

Perdagangan akan terus bekerja dengan Survei Geologi AS untuk

mengeluarkan daftar tahunan pengolahan konflik mineral untuk

membantu dalam pelaporan ini dan akan mengembangkan reko­

mendasi tentang cara untuk meningkatkan akurasi dan menetapkan

standar praktik terbaik. Negara akan terus memberikan panduan untuk

membantu perusahaan memastikan bahwa produk mereka dan produk

pemasoknya secara langsung atau tidak langsung membiayai konflik

bersenjata atau mengakibatkan pelanggaran perburuhan atau HAM.

Melalui Aliansi Publik­Swasta untuk Perdagangan Mineral Bertanggung

Jawab,274 Negara dan USAID bekerja dalam kemitraan dengan

272 RAN Bisnis dan HAM Amerika Serikat, Op.cit273 Ibid, h. 20.274 Aliansi Publik­Swasta untuk Perdagangan Mineral Bertanggungjawab atau Public­Private

Alliance for Responsible Minerals Trade (PPA) adalah inisiatif multi­sektor antara para pemimpin dalam masyarakat sipil, industri dan Pemerintah AS yang mendukung proyek­proyek di Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Wilayah Danau Besar di sekitar Afrika Tengah yang meningkatkan uji tuntas dan sistem tata kelola yang diperlukan untuk rantai pasokan etis. Proyek­proyek yang didanai membawa manfaat di kawasan dan melengkapi inisiatif pemerintah, dengan fokus pada pengembangan alat dan membangun kapasitas masyarakat sipil untuk mendukung sumber mineral dan perdagangan mineral yang bertanggung jawab. Kami mengadakan dan memfasilitasi dialog tepat waktu di antara para pelaku utama regional dan internasional. Lihat Resolve, Public­Private Alliance for

Page 121: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

98

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

perusahaan­perusahaan AS dan masyarakat sipil untuk mendukung

sumber bebas konflik dari DRC dan wilayah Danau Besar Afrika.275

D. Negara ASEAN

Negara­negara Anggota dari Perhimpunan Bangsa­Bangsa Asia

Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) secara

kolektif mengalami perkembangan ekonomi yang cepat. Seiring

ASEAN terus meningkatkan kekuatan kompetitifnya di arena bisnis dan

mengintegrasikan dirinya ke dalam ekonomi global, ada kebutuhan

untuk memastikan bahwa standar dalam tata kelola perusahaan dan

akuntabilitas, transparansi, dan legitimasi harus diperhatikan dan

dipelihara. Bisnis yang berbasis dan/atau beroperasi di kawasan ASEAN

semakin menghadapi harapan untuk menunjukkan bahwa mereka

beroperasi secara bertanggung jawab.276

Lanskap berbeda di kawasan ASEAN dalam mengimplementasikan

Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Meskipun promosi bisnis yang

bertanggung jawab ada dalam agenda kebijakan ASEAN, tujuannya

tidak secara eksplisit untuk menerapkan Prinsip­Prinsip Pandua PBB.

Selain itu, respons organisasi ini tidak seketat yang ada di Uni Eropa.

Batas waktu 2010 yang ditetapkan dalam Cetak Biru Masyarakat Sosial­

Budaya ASEAN untuk pengembangan model kebijakan publik tentang

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau instrumen hukum untuk

referensi Negara­negara Anggota ASEAN telah lama berlalu.277

Cetak Biru Masyarakat Sosial­Budaya ASEAN merekomendasikan

agar ASEAN melakukan beberapa langkah seperti terlihat melalui

diagram di bawah ini.278

Responsible Minerals Trade, https://www.resolve.ngo/site-ppa/default.htm, diakses pada 20 Maret 2020.

275 Section. 1502 Conflict Minerals, Dodd­Frank Wall Street Reform and Consumer Protection Act, Public Law 111­203­July 21, 2010

276 Laporan disiapkan oleh Thomas Thomas (Pemimpin) and Alexander Chandra (Anggota) Tim Studi Bisnis dan HAM ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR), https://www.business­humanrights.org/sites/default/files/documents/AICHRs_Thematic_Study_on_CSR_and_Human_Rights_in_ASEAN.pdf, diakses pada 20 Maret 2020, h. 2.

277 Delphia Lim and Geetanjali Mukherjee, Business and human rights challenges in ASEAN

The role and modalities of the State, dalam Mahdev Mohan and Cynthia Morel (eds.), Business and Human Rights in Southeast Asia Risk and the Regulatory Turn, (Oxon: Routledge, 2015), h. 30­31

278 Thomas Thomas, op.cit., h. 14

Page 122: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

99

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Pada September 2013, rekomendasi akhir untuk Rencana Aksi ASEAN

untuk CSR dikeluarkan oleh perwakilan pemerintah, sektor swasta dan

masyarakat sipil. Rekomendasi tampaknya tidak berhubungan dengan

tindakan negara secara individu, tetapi tindakan, seperti peningkatan

kapasitas, berbagi pengetahuan dan komunikasi lintas batas dan

kerjasama antar negara.279

Pemerintah di kawasan ini mulai memberikan panduan kepada

perusahaan, termasuk melalui agen, seperti bursa saham nasional

dan regulator perusahaan, asuransi investasi resmi atau lembaga

penjaminan, dan Lembaga HAM Nasional (NHRI). Selain itu di level

kawasan telah banyak inisiasi lain yang sudah dilakukan. Sejak 2015,

UNDP telah bekerja erat dengan AICHR dalam bisnis dan HAM,

termasuk mengembangkan dan mengimplementasikan pelatihan dan

acara pembelajaran bersama untuk perwakilan AICHR dan pemangku

kepentingan lainnya dari wilayah tersebut. Pada 13­16 November 2017,

UNDP bermitra dengan AICHR untuk menjadi tuan rumah bersama

sebuah acara pelatihan tentang bisnis dan HAM yang menargetkan 60

(enam puluh) peserta dari pemerintah, masyarakat sipil, bisnis, dan

Lembaga HAM Nasional. Selain itu, pada 4­6 Juni 2018, AICHR dan

UNDP bersama­sama menyelenggarakan Dialog Antar­Wilayah AICHR

tentang Bisnis dan HAM tentang “Berbagi Praktik yang Baik tentang

Bisnis dan HAM”.

Dialog juga melibatkan perwakilan dari Komisi Hak Asasi Manusia

Inter­Amerika, Komisi Afrika tentang HAM dan Dewan Eropa. UNDP

279 Delphia Lim and Geetanjali Mukherjee, loc.cit

Page 123: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

100

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

melanjutkan dukungannya kepada AICHR tentang bisnis dan HAM

dengan mendukung Dialog Antar­Wilayah AICHR 2019 tentang Bisnis

dan HAM tentang Berbagi Praktik yang Baik tentang Bisnis dan HAM

yang diadakan pada 10­11 Juni 2019 di Bangkok, Thailand. Dialog

dua hari menekankan pada dua tujuan utama, yaitu untuk mencatat

kemajuan terkini di antara Negara­negara Anggota ASEAN dalam

menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB, khususnya pengembangan

RAN bisnis dan HAM serta diskusi tentang interaksi antara Prinsip­

Prinsip Panduan PBB dan ekspansi liberalisasi perdagangan melalui

Perjanjian Perdagangan Bebas.280

Negara­negara di Kawasan ASEAN seperti Indonesia, Malaysia dan

Myanmar telah mulai menunjukkan komitmennya untuk menciptkan

iklim berusaha yang lebih bertanggung jawab dengan menghormati

aspek HAM dan berupaya untuk melindungi hak­hak masyarakat dari

dampak bisnis korporasi ketika tercatat sebagai negara yang sedang

dalam proses mengembangkan RAN atau telah berkomitmen untuk

mengembangkannya menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk HAM

(Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights

(OHCHR)).281 Bahkan Thailand pada Oktober 2019 telah menerbitkan

RAN Bisnis dan HAM sekaligus mencatatkan dirinya sebagai satu­satunya

Negara di Kawasan ASEAN yang memiliki RAN Bisnis dan HAM.

1. Thailand

Penyusunan RAN Bisnis dan HAM di Thailand diprakarsai oleh

Pemerintah Kerajaan Thailand (the Royal Thai Government) yang

mengakui pentingnya merespon pelanggaran HAM dari operasi

bisnis. Ini merupakan hasil dari rekomendasi kebijakan yang diajukan

kepada Kabinet oleh Komnas HAM Thailand untuk mengembangkan

mekanisme pemantauan investasi Thailand di luar negeri. Rekomendasi

tersebut juga termasuk penekanan pada penghormatan terhadap

dasar­dasar HAM dengan kerangka kerja Prinsip­Prinsip Panduan

PBB. Komitmen Pemerintah Kerajaan Thailand dalam menyelesaikan

280 AICHR Background Note on Human Rights Cooperation, https://www.ohchr.org/Documents/Countries/Cooperation/2019/Geneva/Amara_Pongsapich.pdf, Op.cit.

281 https://www.ohchr.org/EN/Issues/Business/Pages/NationalActionPlans.aspx, 26 September 2019, pukul 23.59 WIB.

Page 124: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

101

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

pelanggaran HAM dari operasi bisnis tercermin melalui Ikrar Sukarela

selama Siklus ke­2 dari Universal Period Review (UPR) Thailand,

Sesi ke­25 UPR, pada tanggal 11 Mei 2016. Pemerintah Kerajaan

berkomitmen untuk mempromosikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB

serta menerima rekomendasi yang dibuat oleh Pemerintah Swedia,

bagi Thailand, untuk mengembangkan, mengadopsi dan menerapkan

RAN yang sejalan dengan Prinsip­Prinsip Panduan PBB.282

Selanjutnya, setelah Thailand menerima rekomendasi dan membuat

ikrar sukarela, badan­badan yang relevan menyusun “Action Plan on

the Voluntary Pledge to the Accepted Recommendation under the UPR”

atau (Rencana Tindakan atas Ikrar Sukarela untuk Rekomendasi yang

Diterima di bawah UPR), di mana kegiatan, kerangka waktu dan lembaga

yang bertanggung jawab di bawah masing­masing masalah mereka

masing­masing sesuai dengan rekomendasi dimasukkan sebagai bagian

dari rencana. Rencana aksi kemudian diusulkan ke Kabinet. Pada 31

Januari 2017, Kabinet menyetujui rancangan Rencana Aksi tentang Ikrar

Sukarela untuk rekomendasi yang diterima di bawah UPR, di mana

subjek bisnis dan HAM ditugaskan ke Departemen Perlindungan Hak

dan Kebebasan, Kementerian Kehakiman, untuk bertindak sebagai

lembaga fokus yang bertanggung jawab untuk menyusun RAN dan

mendorong ke depan untuk implementasi RAN yang konkret.283

Kehadiran RAN Bisnis dan HAM Thailand semakin menegaskan

komitmen Pemerintah Thailand dalam menciptakan iklim berusaha

yang berkelanjutan dengan menghormati HAM dan memberikan

perlindungan terhadap hak­hak masyarakat yang terdampak oleh

aktivitas bisnis korporasi. Melalui dokumen RAN tersebut, Pemerintah

Thailand menyebutkan bahwa apabila RAN dikembangkan dan

diimplementasikan dengan baik, RAN Bisnis dan HAM diharapkan

dapat berfungsi sebagai titik awal dan kekuatan pendorong untuk

menangani akuntabilitas perusahaan, memastikan perilaku bisnis yang

bertanggung jawab dan mempromosikan ekonomi Thailand yang

282 1st National Action Plan on Business and Human Rights (2019­2022), Rights and Liberties Protection Department, Ministry of Justice, Thailand (RAN Bisnis dan HAM Thailand). https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/nap­thailand­en.pdf, diakses pada 25 Maret 2020.

283 Ibid, h. 17.

Page 125: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

102

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

berkelanjutan dan menghormati HAM. Selain itu RAN Bisnis dan HAM

diharapkan dapat memitigasi risiko dan dampak HAM dari kegiatan

mereka, dan untuk menjamin perusahaan Thailand tidak melakukan

atau terlibat dalam pelanggaran HAM dimana pun mereka beroperasi,

di negara tersebut dan di luar negeri.

RAN Bisnis dan HAM Thailand sangat berkaitan erat dengan

rencana serta kebijakan lain di tingkat nasional termasuk SDGs dan

Strategi Nasional 20 (dua puluh) tahun. RAN Bisnis dan HAM konsisten

dengan Strategi Nasional 20 tahun dalam banyak dimensi, seperti:284

1. Menciptakan peluang kesetaraan sosial dengan bertujuan

untuk menyelesaikan masalah diskriminasi hak­hak pekerja

dan pekerjaan berdasarkan gender, disabilitas fisik, status atau

lainnya. alasan untuk menciptakan kesetaraan bagi orang

untuk mengakses peluang kerja;

2. Pertumbuhan hijau yang ramah lingkungan menekankan

pentingnya pembangunan berkelanjutan dan tidak berbahaya

bagi lingkungan di mana setiap proyek yang dapat

membahayakan harus melalui penilaian dampak lingkungan

(AMDAL) dengan berfokus pada tugas dan tanggung jawab

sektor bisnis, baik investasi internal maupun eksternal. Orang­

orang yang terkena dampak proyek harus diberi kesempatan

untuk mengakses informasi di atas di cara partisipatif. Dalam

hal terjadi kerusakan, pemulihan yang adil harus diberikan

tanpa penundaan;

3. Menyeimbangkan pembangunan sektor publik dengan mene­

tapkan tujuan menjadi “Sektor publik rakyat untuk rakyat”.

Rencana tindakan akan menekankan peningkatan prosedur

pengaduan dan mekanisme pemulihan agar efektif. Ini akan

mencakup mekanisme untuk melacak dan melaporkan hasilnya

kepada para pengadu melalui saluran komunikasi dalam

berbagai bentuk, termasuk penggunaan teknologi untuk dapat

berkomunikasi dengan cepat dan nyaman.

RAN Bisnis dan HAM Thailand juga selaras dengan agenda

nasional “Human Rights as Driving Force for Thailand 4.0 Policy

284 Ibid. h. 23.

Page 126: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

103

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

towards Sustainable Development” (HAM sebagai Kekuatan Penggerak

untuk Kebijakan 4.0 Thailand menuju Pembangunan Berkelanjutan),

yang disetujui oleh Kabinet pada 21 November 2017. Agenda HAM

Nasional telah memasukkan masalah bisnis dan HAM sebagai salah

satu kegiatan penting yang harus diselesaikan dengan partisipasi dari

semua sektor.285 Selain itu masih banyak kebijakan dan komitmen

Pemerintah Thailand sebelumnya yang memiliki relasi erat dengan RAN

Bisnis dan Ham Thailand, seperti Rencana Pembangunan Ekonomi dan

Sosial Nasional Ke­12 (dua belas), RANHAM Thailand, SDGs dan The

Universal Periodic Review (UPR).

3.2. Perbandingan RAN Bisnis dan HAM: Narasi Isu Bisnis dan HAM

dalam Perspektif Kepentingan Nasional

Secara umum, cukup banyak praktik baik yang dapat dijumpai

dalam RAN Bisnis dan HAM yang telah dimiliki oleh 23 negara,

hal tersebut diantaranya termasuk dan tidak terbatas pada proses

penyusunan, topik isu yang dibahas, sistematika dan kerangka RAN.

Untuk itu, bagian ini akan lebih dalam melakukan studi perbandingan

terhadap 23 RAN Bisnis dan HAM yang ada, paling tidak agar dapat

menjadi pembelajaran baik secara praktis maupun akademis khususnya

bagi pihak­pihak yang melakukan studi tentang RAN Bisnis dan HAM

atau sedang menginisiasi penyusunan RAN Bisnis dan HAM.

A. Proses Penyusunan RAN Bisnis dan HAM

Untuk membantu, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian

sebelumnya, Kelompok Kerja PBB telah menghasilkan “panduan”

tentang pengembangan RAN. Kelompok Kerja PBB telah mengeluarkan

versi final dari Penduan RAN Bisnis dan HAM di forum tahunan kelima,

yang diadakan dari 14 hingga 16 November 2016. Panduan ini didasarkan

pada iterasi (perulangan) sebelumnya dari panduan yang dikeluarkan

selama forum tahunan yang diadakan pada tahun 2014 dan 2015.286

285 Ibid.286 Panduan ini dihasilkan setelah proses konsultasi terbuka, global, selama setahun yang

melibatkan Negara, perusahaan, masyarakat sipil, NHRI dan akademisi. Sebagai bagian dari peta jalan UNWG untuk menghasilkan bimbingan, ia menerbitkan laporannya tahun 2014 ke sesi ke 69 Majelis Umum PBB tentang RAN. https://www.ohchr.org/EN/Issues/Business/Pages/NationalActionPlans.aspx, diakses pada 29 Maret 2020.

Page 127: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

104

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Kehadiran Panduan Pengembangan RAN yang telah diterbitkan

oleh Kelompok Kerja PBB tersebut dapat dikatakan memberikan

kemudian bagi negara­negara dalam mengembangan RAN. Walaupun

begitu, sejumlah Negara­negara Anggota Uni Eropa, seperti Inggris,

Belanda, Denmark, Finlandia, Lithuania, Swedia, Italia, Jerman, Republik

Ceko, Perancis, Irlandia, Spanyol dan Slovenia telah mengembangkan

RAN Bisnis dan HAM sebelum Kelompok Kerja PBB menerbitkan

Pedoman Pengembangan RAN. Sedangkan beberapa negara Uni Eropa

lainnya, seperti Yunani, Latvia dan Portugal masih tercatat sebagai

negara­negara yang sedang mengembangkan RAN atau berkomitmen

mengembangkannya (states that are in the process of developing a

national action plan or have committed to developing one).

Bagian ini mencoba mengidentifikasi proses penyusunan RAN

Bisnis dan HAM yang telah dimiliki oleh 23 negara dengan menempat­

kan Panduan Pengembangan RAN yang telah diterbitkan Kelompok

Kerja PBB sebagai pisau analisisnya. Adapun hal­hal yang dianalisis

meliputi beberapa aspek penting, diantaranya partisipasi atau keter­

libatan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) dan penggunaan

National Baseline Assessment (NBA) sebagai analisis ilmiah yang

menyajikan konteks terkait kondisi pemajuan HAM mencakup imple­

mentasi, kesenjangan dan seluruh aspek yang berkaitan dengan

permasalahan HAM terkait sektor bisnis sebelum mengembangkan RAN.

1. Partisipasi dan Keterlibatan

Secara konseptual, partisipasi pada dasarnya harus sejalan

dengan pendekatan berbasis hak, dengan demikian pelaksanaanya

harus memungkinan semua pemegang hak dan kelompok pemangku

kepentingan yang relevan untuk terlibat dalam proses penyusunan RAN

dan pemerintah harus mengambil tindakan khusus untuk melibatkan

pemegang hak yang terpinggirkan selama proses RAN. Partisipasi nyata

dan efektif juga harus difasilitasi melalui peningkatan kapasitas dan

menyediakan semua stakeholder dengan informasi yang memadai dan

tepat waktu. Untuk itu, terkait dengan aspek partisipasi, penyusunan

RAN Bisnis dan HAM harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya:287

287 Informasi lebih lanjut lihat the Danish Institute for Human Right (DIHR) dan the International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), National Action Plans on

Business and Human Rights Toolkit, Op.cit, h. 49.

Page 128: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

105

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Jika melihat bagaimana pola keterlibatan para pemangku

kepentingan dan pemegang hak dalam penyusunan RAN di berbagai

negara, baik ketika Fase 1: Inisiasi, Fase 2: Penilaian dan Konsultasi, Fase

3: Penyusunan RAN awal, Fase 4: Implementasi dan Fase 5: Pembaruan/

Evaluasi, sangatlah beragam. Pola keterlibatan tersebut diwujudkan

dengan mengadakan seminar nasional multi-stakeholder tentang

bisnis dan HAM, dialog multi-stakeholder di beberapa daerah (tidak

hanya di pusat ibu kota), lokakarya (workshop) baik secara bersamaan

dengan seluruh pemangku kepentingan maupun terpisah (perusahaan

dan masyarakat sipil masing­masing), wawancara, konsultasi publik,

dialog terbuka/seminar, konsultasi ahli dan memberikan input tertulis

melalui website resmi atau email khusus terhadap rancangan RAN

Bisnis dan HAM yang telah dipublikasi melalui situs website atau

mengedarkan rancangan RAN ke beberapa pemangku kepentingan

yang berpengaruh. Berbagai kegiatan ini telah diadakan di berbagai

titik dalam proses penyusunan RAN.

Partisipasi dan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam

fase inisiasi misalnya.288 Partisipasi di fase ini sangatlah penting

mengingat hal ini merupakan langkah­langkah awal sebelum memulai

proses penyusunan RAN untuk mengetahui apa yang diharapkan oleh

pemerintah terhadap para pemangku kepentingan lainnya seperti

bisnis dan masyarakat sipil dan sebaliknya apa yang dapat mereka

288 Berdasarkan Panduan Pengembangan RAN yang disusun oleh UNWG, terdapat beberapa langkah yang disarankan terhadap negara­negara dalam fase inisiasi, diantaranya mencari komitmen resmi Pemerintah untuk terlibat dalam proses RAN, menyusun format untuk kerja sama lintas departemen dan menunjuk kepemimpinan, menyusun format untuk keterlibatan dengan pemanku kepentingan non pemerintah, mengembangkan dan menerbitkan rencana kerja dan mengalokasikan sumber daya yang memadai. https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/UNWG_NAPGuidance.pdf, Op.cit.

Page 129: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

106

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

harapkan dari pemerintah. Pada fase ini semua negara telah membentuk

format untuk kerja sama lintas kementerian dan lembaga pemerintah

lainnya seperti NHRI, Ombudsman dll, bahkan beberapa diantaranya

seperti di Denmark, Spanyol, Finlandia, Italia, Kenya, Irlandia, Belgia,

Luksemburg, Republik Ceko dan Norwegia juga telah bekerja sama

erat dengan kelompok multi­pemangku kepentingan.

Selanjutnya partisipasi dan keterlibatan para pemangku kepentingan

dalam fase penilaian dan konsultasi.289 Tidak kalah pentingnya, fase

ini bertujuan untuk mengidentifikasi prioritas yang berkaitan dengan

impementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Untuk itu, pada fase ini,

penyusunan atau pengembangan RAN harus mencakup partisipasi dari

pemangku kepentingan pemerintah dan non­pemerintah yang tertarik

atau berkepentingan dan mungkin memerlukan dukungan dari para

ahli yang independen. Pada fase ini, secara umum semua negara yang

telah menyusun RAN Bisnis dan HAM telah melakukan upaya signifikan

dalam berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan. Selain itu,

partisipasi dan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam fase

kedua ini juga dapat dilihat dalam proses penyusunan NBA (akan

diuraikan pada bagian selanjutnya) yang melibatkan para ahli eksternal

untuk melakukan wawancara dengan para pemanku kepentingan

terkait dengan harapan dan prioritas mereka untuk RAN sebagaimana

yang dipraktikkan oleh 8 (delapan) negara yang menyusun NBA.

Pada fase 3, yaitu penyusunan RAN awal,290 partisipasi aktif dari

pemerintah maupun kelompok kerja yang dibentuk sangat diperlukan

untuk berusaha memastikan partisipasi aktif dari semua entitas yang

relevan, memediasi antar berbagai kepentingan dan memastikan

koherensi di seluruh kebijakan dan peraturan pemerintah sebelum

rancangan RAN yang ada dipublikasikan. Aktivitas pada fase ini harus

dibangun berdasarkan hasil penilaian dan konsultasi yang dilakukan

pada fase penilaian dan konsultasi, agar dokumen RAN yang ada

289 Terdapat beberapa langkah yang disarankan terhadap negara­negara dalam fase ini, diantaranya mendapatkan pemahaman mendalam tentang dampak negatif yang terkait dengan bisnis, mengidentifikasi kesenjangan di negara­negara bagian dan impelementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB, ibid.

290 Langkah­langkah yang disarankan pada fase ini diantaranya menyiapkan rancangan RAN awal, berkonsultasi terkait rancangan RAN tersebut dengan pemangku kepentingan terkait kemudian finalisasi dan meluncurkan RAN pertama, ibid.

Page 130: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

107

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

nantinya dapat mengatasi kesenjangan tata kelola yang diidentifikasi

sebelumnya dalam menangani dampak buruk HAM dan memberikan

penekanan khusus pada bidang­bidang prioritas yang dipilih pada fase

penilaian dan konsultasi. Beberapa negara yang telah mengembangkan

RAN seperti Kolombia, Kenya, Luksemburg dll telah membuka

ruang partisipasi dengan mengadakan konsultasi publik dengan para

pemangku kepentingan pada fase ini, bahkan untuk memperluas dan

memastikan semua pemangku kepentingan dapat berkontribusi pada

proses ini beberapa negara seperti Finlandia, Polandia, Spanyol, Swedia

Italia dan Swiss mengundang umpan balik secara tertulis melalui website

maupun email khusus. Selain itu partisipasi juga dilakukan pada fase­

fase selanjutnya, yaitu fase 4: implementasi291 dan fase 5: pembaruan.292

Dari segi jumlah waktu dan tempat kegiatan tersebut diselenggarakan,

sebagian besar negara mengadakan antara 1 hingga 10 kali (rata­rata)

pelibatan pemangku kepentingan dalam penyusunan RAN,293 bahkan

konsultasi dalam proses penyusunan RAN Bisnis dan HAM Perancis

diselenggarakan sebanyak 12 (dua belas) kali antara November 2015 dan

Juni 2016. Pelibatan dan konsultasi terhadap para pemangku kepentingan

tersebut tidak hanya dilakukan di ibu kota saja, bahkan sekitar 8

(delapan)Negara mengadakan kegiatan tersebut diluar ibu kota termasuk

daerah­daerah rentan untuk menjangkau pemegang hak dari kelompok

dan komunitas yang terkena dampak, terutama mereka yang berasal

dari kelompok terpinggirkan, masyarakat adat, Pembela HAM, jurnalis

dan organisasi masyarakat sipil, dikarenakan mereka memiliki informasi

dan pengalaman yang relevan untuk berkontribusi dan memperkaya

291 Langkah­langkah yang disarankan pada fase impementasi diantaranya melaksanakan tindakan yang didefinisikan dalam RAN dan melanjutkan kolaborasi lintas departemen, membentuk kelompok pemantauan multi pemangku kepentingan dan menentukan modalitas pemantauan, Ibid.

292 Langkah­langkah yang disarankan pada fase pembaruan diantaranya mengevaluasi dampak RAN sebelumnya dan mengidentifikasi kesenjangan tata kelola, meng­konsultasikan dengan para pemangku kepentingan yang tertarik pada aksi untuk mengatasi kesenjangan dan mengidentifikasi daerah prioritas, rancangan pembaruan RAN, berkonsultasi, menyelesaikan dan meluncurkannya, Ibid.

293 Beberapa diantaranya seperti Finlandia melakukan 2 (dua) kali konsultasi, kemudian Swedia, Amerika Serikat dan Kolombia 4 (empat) kali konsultasi, Inggris (pada waktu melakukan revisi RAN Bisnis dan HAM) melakukan 5 (lima) kali kegiatan lokakarya bersama dengan para pemangku kepentingan di London dan 2 lokakarya lainnya dilakukan di daerah rentan atau terdampak negatif, Kenya 9 (sembilan) kali, Perancis 12 (dua belas) kali antara November 2015 dan Juni 2016 dll.

Page 131: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

108

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

proses penyusunan RAN.294 Jika dicermati, sebagian besar konsultasi di

kebanyakan negara, hanya aktor­aktor tertentu saja yang sering dilibatkan

selain pemerintah dan bisnis, yaitu serikat pekerja/buruh, LSM, lembaga

penelitian dan akademisi. Bahkan dalam penyusunan RAN Bisnis dan

HAM Swedia, pemerintah secara tegas menyatakan tidak memfasilitasi

para pemangku kepentingan yang berisiko.

Keterlibatan para pemangku kepentingan yang berisiko tersebut

sangat penting, namun mungkin karena waspada atau dicegah untuk

berpartisipasi, misalnya, karena kurangnya sumber daya dan kapasitas

menyebabkan keterlibatan mereka sangat rendah bahkan tidak ada.

Dengan adanya kendala seperti itu, sejatinya langkah­langkah untuk

memfasilitasi komunikasi dan partisipasi yang efektif dapat dilakukan

dengan cara, adanya ketentuan untuk pengiriman rahasia atau anonim,

memberikan dukungan keuangan untuk perjalanan dan biaya kehadiran

konsultasi lainnya, interpretasi bahan dan proses ke dalam bahasa

minoritas (bahasa daerah setempat), perlindungan terhadap dampak

negatif untuk partisipasi, dan pengaturan untuk acara dialog khusus

lokal atau pemangku kepentingan, seperti acara yang dipisahkan

berdasarkan gender dan penjangkauan khusus untuk anak­anak dan

kelompok lain.295 Namun, terlepas dari beberapa catatan tersebut,

secara umum terdapat beberapa praktik baik yang dapat menjadi

pembelajaran terkait dengan pola keterlibatan pemangku kepentingan

di beberapa negara dalam penyusunan RAN Bisnis dan HAM. Secara

lebih komprehensif, dalam penelitiannya, DIHR telah mengidentifikasi

beberapa praktik baik tersebut, diantaranya:296

294 Daniel Morris dkk, National Action Plans on Business & Human Rights: An Analysis of

Plans From 2013 - 2018, The Danish Institute For Human Rights, 2018. h. 17. Beberapa negara tersebut seperti Inggris, Irlandia (tidak hanya di Dublin )dan Italia yang melakukan

konsultasi tidak hanya di Milan, tetapi di Naples dan Vanesia, kemudian Amerika Serikat (AS) yang menyelenggarakan di negara­negara bagian seperti New York, California, Oklahama dan Distrik Columbia.

295 Informasi lebih lanjut lihat the Danish Institute for Human Right (DIHR) dan the

International Corporate Accountability Roundtable (ICAR) National Action Plans on Business and Human Rights Toolkit, 2017 Edition, dapat diakses di https://globalnaps.org/resources/

296 Daniel Morris dkk, Op.cit.

Page 132: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

109

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Selanjutnya, pola­pola partisipasi kelompok pemangku kepentingan

di negara­negara yang telah Memiliki RAN Bisnis dan HAM dapat dilihat

melalui diagram di bawah ini. 297

297 Ibid

Page 133: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

110

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Dari data yang disajikan oleh DIHR tersebut, terdapat negara yang

telah memiliki RAN Bisnis dan HAM namun baru terbit pada tahun 2019

sehingga tidak ter­cover dalam analisis tersebut, diantaranya Thailand

dan Kenya, selain itu terdapat juga negara yang telah memperbarui

RAN di tahun 2020, diantaranya Swiss dan Luksemburg.

Dalam RAN Bisnis dan HAM Thailand, Pemerintah Thailand

juga membuka ruang keterlibatan para pemangku kepentingan

dalam proses penyusunan RAN, diantaranya menyelenggarakan

dialog terbuka dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan,

diantaranya pemerintah, organisasi masyarakat sipil dan perusahaan.

Selain itu Pemerintah Thailand berkomitmen dalam membangun

proses penyusunan RAN se­inklusif mungkin, misalnya dengan

menyediakan informasi tentang proses RAN yang tersedia di website

kementerian, panggilan terbuka untuk memberikan masukan dan

komentar dan keterlibatan dengan masyarakat sipil yang lebih luas

dan pelaku usaha.298 Jika dihitung, Thai BHR Network mengadakan 6

(enam) konsultasi dengan pemerintah antara 2017 dan Maret 2018 agar

masyarakat setempat dapat memberikan masukan pada RAN. Namun,

walaupun demikian, beberapa CSO mengklaim melalui konferensi pers

yang diadakan oleh Manushya Fundation di Bangkok pada 23 Agustus

2018 bahwa mereka tidak dilibatkan dalam proses penyusunan RAN. 299

Sedangkan pada penyusunan RAN Bisnis dan HAM Kenya, 9

(sembilan) konsultasi telah diadakan pada akhir September 2017. Untuk

memastikan liputan yang adil dan partisipasi luas, sebuah pendekatan

regional diadopsi, dengan delapan audiensi diselenggarakan di seluruh

penjuru negeri. Konsultasi dilakukan dengan pemerintah, bisnis dan

masyarakat, bersama dengan masyarakat sipil. Ini didahului oleh

latihan pemetaan dengan masing­masing dari tiga kelompok pemangku

298 1st National Action Plan on Business and Human Rights (2019­2022), Rights and Liberties Protection Department, Ministry of Justice, Thailand. https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.

com/wp­content/uploads/2017/11/nap­thailand­en.pdf (RAN Bisnis dan HAM Thailand)299 Beberapa analisis terhadap NAP, diantaranya Manushya Foundation, Timeline of Events

in the Thai BHR NAP Process, August 2018, https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2018/08/timeline­of­events­in­the­thai­bhr­nap­process.pdf, The Nation, Activists ignored in the drafting of rights plan, August 24, 2018 , http://www.nationmultimedia.com/detail/national/30352833, The Nation, Thai businesses abroad need better control, December 04, 2018, http://www.nationmultimedia.com/detail/national/30359788 ­ .XAX2GLV2ysc.twitter.

Page 134: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

111

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

kepentingan untuk mengidentifikasi peserta di tingkat regional.

Selanjutnya, masyarakat adat dikonsultasikan secara terpisah. Selain

itu, konsultasi yang ditargetkan direncanakan dengan para pemimpin

bisnis di akhir 2017.300

Jika dicermati struktur dari setiap konsultasi, mencakup sesi

peningkatan kesadaran yang memperkenalkan kerangka kerja Prinsip­

Prinsip Panduan PBB dan Kerangka Kerja HAM lainnya (nasional,

regional dan internasional). Dengan menggunakan metodologi

partisipatif, peserta mengidentifikasi masalah yang menjadi perhatian,

kemungkinan solusi, dan aktor yang bertanggung jawab. Informasi

yang dikumpulkan mengenai penyebab konsultasi kemudian disintesis

menjadi laporan yang akan dianalisis secara kolektif dan memberikan

dasar untuk merumuskan RAN.301

2. National Baseline Assessment (NBA)

Selain keterlibatan para pemangku kepentingan, hal penting

lainnya yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RAN Bisnis dan

HAM adalah penyusunan NBA (National Baseline Assessment) atau

Penilaian Dasar Nasional Bisnis dan HAM yang memiliki tujuan utama

dalam menilai tingkat implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB di

negara tertentu. Studi ini juga dimaksudkan untuk menyatukan analisis

kesenjangan hukum dan kebijakan dalam pelaksanaan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB. Dalam pelaksanaanya, penyusunan NBA harus dilakukan

oleh badan yang independen seperti lembaga penelitian eksternal,

NHRI dll. Sayangnya, dari 23 Negara yang telah memiliki RAN Bisnis

dan HAM, hanya 8 (Delapan) Negara yang teridentifikasi melakukan

penyusunan NBA sebelum mengembangkan RAN Bisnis dan HAM,

diantaranya Norwegia, Italia, Jerman, Republik Ceko, Irlandia, Chili,

Kenya dan Thailand.

Dalam aspek metodologi, NBA umumnya dilakukan dengan

menggunakan kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif.302 Metode

kuantitatif mencakup survei untuk menghasilkan data baru atau di

300 Globalnaps.org, Kenya, Op.cit.301 Ibid302 Food and Agriculture Organization Investment Learning Platform, Overview Of Methods

For Baseline ASSESSMENTS, http://www.fao.org/fileadmin/templates/tc/spfs/pdf/Methods_Baseline_Assessments.pdf.

Page 135: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

112

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

mana sumber daya langka atau data yang andal sudah ada, untuk

mengekstraksi data sekunder, idealnya dengan dukungan dari ahli

statistik atau spesialis. Metode kualitatif, seperti wawancara atau

kelompok fokus, dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi

pelengkap tentang nilai­nilai, pendapat, perilaku, dan konteks, seperti

faktor sosial dan budaya.

Terkait pendekatan standar untuk mengembangkan NBA, template

NBA berisi metodologi yang disarankan untuk mengevaluasi tingkat

implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB saat ini dan kerangka

kerja bisnis dan HAM lainnya yang relevan oleh negara dan pelaku

bisnis. Awalnya dikembangkan oleh DIHR dan ICAR pada tahun 2014,

Template NBA telah digunakan dalam berbagai konteks nasional

(mis. Chili, Denmark, Meksiko, Jerman, Kenya, Serbia, dan Zambia).

Template NBA tersebut telah direvisi,303 yang menggabungkan umpan

balik (feedback) pengguna dan membahas ketiga pilar Prinsip­Prinsip

Panduan PBB. Hal ini berbeda dengan template asli yang diterbitkan

dalam Toolkit versi 2014, yang hanya membahas Prinsip­Prinsip

Panduan PBB di bawah Pilar I dan III yang terkait secara spesifik

dengan tindakan negara.

303 Dapat diakses melalui https://www.humanrights.dk/sites/humanrights.dk/files/pictures/dihr­icar­national­baseline­assessment­template­june­2018­road­testing­version1.pdf

Page 136: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

113

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Negara yang Menggunakan NBA sebagai

Dasar Penyusunan RAN Bisnis dan HAM

No. Negara Penyusun Uraian

1. Norwegia Pemerintah Norwegia menunjuk Mark Taylor dari Yayasan FAFO

Proses penyusunan dilakukan dengan wawancara dengan pejabat dari berbagai kementerian dan lembaga pemerintah, LSM. Selain proses wawancara, dokumen strategi pemerintah, undang undang, peraturan dan website kementerian juga dianalisis sebagai bagian dari pemetaan.

Topik:1. Konteks dan pendekatan

pemerintah;2. Ekstrateritorialitas;3. Peraturan dan kebijakan;4. Hubungan antara pemerintah

dan bisnis;5. Privatisasi dan pengadaan

publik;6. Area konflik;7. Koordinasi dan koherensi

kebijakan;8. Akses terhadap pemulihan,

meliputi pemulihan berbasis yudisial dan non­yudisial yang efektif;

2. Jerman(NBA masih berbahasa Jerman)304

Komisi HAM (NHRI) Jerman

Selama proses pengembangan NBA, tiga putaran konsultasi dengan semua kelompok pemangku kepentingan diadakan. Komite pengarah kemudian mengadopsi NBA sebagai bagian dari dasar untuk proses NAP lebih lanjut

304

304 https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2018/08/germany­nba.pdf

Page 137: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

114

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

No. Negara Penyusun Uraian

3. Republik Ceko

Pusat HAM dan Demokrasi, sebuah lembaga akademik Independen, dibawah pengawasan Hubert Smekal, Associate Professor di Masaryk University in Brni.

NBA diselesaikan pada November 2015 (sebelum pertemuan BHRWG Pertama).

4. Kenya Dilakukan bersama oleh Departemen Kehakiman, Komisi Nasional HAM Kenya dan Komisi HAM Kenya

Laporan ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, pengantar, menyajikan ringkasan singkat tentang perjalanan menuju RAN termasuk dimana kita berada secara global metodologi yang digunakan dalam menuiapkan NBA ini dan konteks Negara. Bagian kedua terdiri dari temuan­temuan utama dan rekomendasi dari kewajiban negara dibawah Pilar 1 dan Pilar 3 dan menilai sejauh mana pemerintah dalam pembuatan kebijakan dan tindakan legislatif, penegakan dan penyediaan pemulihan hukum dan non yudisial memathui Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

Page 138: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

115

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

No. Negara Penyusun Uraian

5. Italia Akademisi dari Universitas Sant'Anna

Memeriksa modalitas kerangka kerja peraturan dan kelembagaan Italia dengan Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Selain itu, NBA ini dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, dan rekomendasi spesifik yang diuraikan tentang bagaimana memastikan kesesuaian yang lebih kuat dengan Prinsip­Prinsip Panduan. Penyusunan NBA selanjutnya memungkinkan pemerintah Italia untuk mengembangkan RAN yang lebih berdasarkan informasi dan berbasis bukti.

6. Irlandia Pemerintah IrlandiaMenunjuk ReganStein dan Leading Edge Group

Laporan ini membahas isu­isu nasional tentang hak­hak pekerja, anti­korupsi, kesetaraan, anti­perdagangan, perlindungan data, lingkungan, pelaporan non­keuangan, pengadaan dan rantai pasokan. Penilaian dilakukan selama periode 90 hari, menggunakan panduan yang diterbitkan oleh Institut Denmark untuk Hak Asasi Manusia dikombinasikan dengan Rencana Nasional.

Page 139: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

116

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

No. Negara Penyusun Uraian

7. Chili Kementerian Luar Negeri menandatangani MoU dengan DIHR (Danish Institute on Human Rights). Berdasarkan MoU tersebut, DIHR menugaskan Pusat Studi HAM di Universitas Diego Portales, sebuah lembaga ahli eksternal independen.

NBA membutuhkan waktu sekitar sembilan bulan untuk diproduksi. Ini menilai situasi HAM dan bisnis di Chili, berfokus pada tanggung jawab Negara, dan menggunakan Prinsip­Prinsip Panduan PBB sebagai kerangka kerja, dan juga mengacu pada standar HAM internasional dan regional.

8. Thailand Para ahli dari Jaringan Thai BHR Network dengan dibawah Pengawasan Manushya Fundation

Pada Juni 2019, Manushya Fundation telah menerbitkan bab­bab tematis dari NBA CSO independen tentang Bisnis dan HAM di Thailand.Ada empat area prioritas dalam NBA Thailand:1. Standar­standar dan Hak­

hak Buruh/Pekerja2. Hak­Hak Komunitas,

Masyarakat Adat, Hak yang berkaitan dengan Lahan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan

3. Pembela HAM4. Perjanjian Perdagangan

dan Investasi Outbound Thailand

Walaupun negara yang teridentifikasi menggunakan NBA dalam

penyusunan RAN Bisnis dan HAM hanya 8 (delapan) Negara, namun

terdapat beberapa negara lain seperti Finlandia, Swedia, Swiss, Perancis,

Polandia, Luksemburg dan Belgia yang tidak melakukan proses

Page 140: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

117

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

penyusunan NBA namun melakukan inisiatif­insiatif dalam menyusun

tinjauan terkait cara terbaik dalam mengintegrasikan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB. Hal itu salah satunya seperti yang dipraktikkan oleh

Polandia. Pemerintah Polandia melakukan tinjauan terhadap Prinsip­

Prinsip Panduan PBB yang telah diintegrasikan ke dalam Undang­

Undang Polandia dengan mengidentifikasi kesenjangan dan perubahan

terhadap sistem hukum polandia.305 Praktik ini juga dilakukan oleh

Swedia, bahkan dalam deskripsi awal RAN Bisnis dan HAM Swedia

dijelaskan tentang bagaimana undang­undang dan kebijakan yang ada

menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

Tidak berbeda dengan Polandia dan Swedia, Finlandia melak­

sanakan dan menerbitkan memorandum latar belakang yang mencakup

informasi tentang Undang­Undang Finlandia, Konvensi Internasional

dan standar lain yang relevan dengan HAM, serta tindakan dan praktik

otoritas lainnya dalam kaitannya dengan Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

Memorandum ini dibuat untuk digunakan oleh kelompok kerja dan

dibuat tersedia untuk umum. Hanya saja memorandum tersebut dinilai

oleh para pemangku kepentingan tidak memberikan banyak nilai

tambah untuk proses pengembangan RAN.306

Kritik tersebut juga terjadi di Swiss. Alih­alih berusaha mengiden­

tifikasi kesenjangan dalam langkah­langkah ini terhadap cakupan

penuh Prinsip­Prinsip Panduan PBB, justru sebaliknya Pemerintah Swiss

membuat keputusan tanpa memberi tahu para pemangku kepentingan

yang terlibat dalam konsultasi pra­perancangan.307

305 Menteri Urusan Luar Negeri menugaskan adanya analisis tentang cara terbaik untuk mengintegrasikan organisasi non­pemerintah ke dalam proses pengembangan RAN pada tahun 2015. Analisis yang dilakukan oleh masyarakat sipil, seperti the Polish Institute for

Human Rights and Business (PIHRB) telah melakukan analisis dengan fokus pada Pilar Ketiga, akses pemulihan dalam kaitannya dengan perilaku bisnis berjudul “Basic Analysis

of the Current Situation in Poland Regarding Access to remedy in cases of Business Abuse”. Dapat diakses di http://pihrb.org/wp­content/uploads/2017/07/RAPORT_1_2017_ENG_FINAL­2new.pdf. Analisis ini merupakan bagian dari proyek yang dikoordinasikan

oleh the Centre for Research on Multinational Corporations (SOMO) dan didanai oleh Menterian Luar Negeri Belanda. Tujuan dari analisis ini untuk mengidentifikasi hambatan dari pemulihan yang efektif (Pilar III) mengenai pelanggaran HAM terkait bisnis yang parah di Polandia dan untuk mengusulkan rekomendasi yang bertujuan menyelesaikan masalah hukum yang diidentifikasi.

306 Ibid. Lihat juga RAN Bisnis dan HAM Finlandia, Op.cit.307 ICAR and European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), ‘Assessments of Existing National

Action Plans (NAPs) on Business and Human Rights Switzerland (August 2017), ibid

Page 141: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

118

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Beberapa persoalan tersebut memperlihatkan, inisiatif­inisiatif yang

dilakukan pemerintah dalam menyusun tinjauan terkait cara terbaik

dalam mengintegrasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB mengalami

kelemahan dalam beberapa aspek. Selain dari aspek formil, beberapa

inisiatif yang dilakukan oleh negara tersebut mengalami kelemahan

dalam aspek substansi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, beberapa

negara seperti Belgia melakukan proses koreksi dan asistensi atas hasil

studi atau tinjauan yang mereka lakukan. Belgia menyerahkan hasil

studi pemetaan yang dilakukan oleh Kelompok Kerja CIDD (Komisi

Antar Departemen Pembangunan Berkelanjutan) ke panel akademik

yang dikoordinasi oleh Profesor Olivier De Schutter (anggota UN

CESCR dan mantan Pelapor Khusus PBB tentang Hak atas Pangan).

Tugas panel akademis hanyalah untuk memeriksa apakah pemetaan

tersebut memiliki kekurangan.308

Selain melakukan tinjauan terhadap kesenjangan dan perubahan

terhadap sistem hukum negara dalam mengintegrasikan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB, studi yang dilakukan oleh Luksemburg lebih terfokus

pada penilaian risiko untuk menyoroti dampak negatif dari kegiatan

bisnis terhadap HAM, serta analisis kesenjangan yang bertujuan

memetakan inisiatif yang ada untuk mengatasi risiko ini.309

B. Masalah Prioritas, Sistematika dan Kerangka RAN

Setiap RAN Bisnis dan HAM negara­negara perlu mencerminkan

prioritas material dari konteks negara terkait. Misalnya, negara­negara

yang menjadi tuan rumah (host country) bagi banyak Perusahaan

Multinasional (Multinational Corporations) akan diharapkan untuk

fokus pada serangkaian pertanyaan dan tindakan yang berbeda dari

negara­negara yang menjadi rumah bagi perusahaan bisnis tersebut.

Demikian pula, jika sektor­sektor tertentu memiliki arti penting khusus

terhadap ekonomi suatu negara, ini dapat mengarah pada penekanan

tambahan pada sektor­sektor tersebut. Untuk itu, RAN dan proses mana

mereka dikembangkan dan diperbarui juga harus menyesuaikan dengan

kapasitas masing­masing Negara dan konteks budaya dan sejarah, dan

menetapkan tindakan terfokus dan realistis yang memberikan dampak

308 Ibid309 Ibid.

Page 142: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

119

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

paling mungkin pada pencegahan, mitigasi dan pemulihan bisnis yang

merugikan.

Kelompok Kerja PBB melalui Panduan Pengembangan RAN yang

diterbitkannya, menetapkan langkah­langkah bagaimana seharusnya

Negara memastikan fokus pada konteks nasional.310 Pertama,

Identifikasi dan petakan dampak buruk terhadap HAM yang terjadi di

wilayah negara tersebut maupun di luar negeri oleh perusahaan yang

berdomisili di negara tersebut. Kedua, melakukan dan memperbarui

penilaian implementasi Negara dan bisnis dari Prinsip­Prinsip Panduan

PBB termasuk implementasi dari hukum yang berlaku, peraturan dan

inisiatif sukarela. Untuk meringkas, secara umum, terdapat beberapa

topik isu atau masalah­masalah prioritas yang mengemuka dalam RAN

Bisnis dan HAM di 23 negara baik sebagai hasil konsultasi dan studi

NBA maupun inisiatif­inisiatif lain dalam melakukan pemetaan terhadap

dampak negatif aktivitas perusahaan terhadap HAM, diantaranya:311

• Hak­hak Anak• Daerah yang terdampak konflik• Hukum Korporasi dan Tata Kelola• Kesetaraan dan Anti Diskriminasi• Panduan untuk Perusahaan• Uji Tuntas HAM• Pemulihan melalui Pengadilan• Pelaporan non financial• Mekanisme Keluhan non yudisial• OECD National Contact Point• Koherensi Kebijakan

• Pengadaan Barang dan Jasa Publik• Badan Usaha Milik Negara dan Kemitraan Publik­Privat• Perdagangan• Hak­hak Pekerja• Tanah, lingkungan dan sumber daya alam• Pembela HAM, dan• Investasi lintas batas dan perusahaan multinasional.

Fokus atau perhatian suatu negara dalam dokumen RAN terhadap

topik masalah tertentu memiliki posisi yang sangat penting, mengingat

hal tersebut menentukan terkait siapa para pemangku kepentingan

yang akan terlibat dalam proses penyusunan baik dalam kapasitas

sebagai kelompok kerja, komite pengarah maupun dilibatkan dalam

proses konsultasi. Selain itu, prioritas masalah dalam dokumen RAN

juga berpengaruh terhadap aksi yang akan direncanakan.

310 https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/UNWG_NAPGuidance.pdf, Op.cit.311 Dihimpun dari Globalnaps.org.

Page 143: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

120

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

1. Sistematika dan Kerangka

Terkait dengan sistematika dan kerangka substansi yang diulas

dalam RAN Bisnis dan HAM negara­negara, secara umum juga

dapat dikatakan hampir memiliki kesamaan. Hal ini juga tidak dapat

dilepaskan dari peran Kelompok Kerja PBB yang telah mengeluarkan

Panduan RAN Bisnis dan HAM dalam merinci proses pembentukan

hingga substansi yang dapat diadopsi dan dijadikan dasar oleh tiap

negara dalam menyusun RAN Bisnis dan HAM di tingkat nasional.

Secara umum, sistematika, kerangka dan format RAN Bisnis dan

HAM di beberapa negara seperti Inggris, Swedia, Denmark, Jerman

dll312 menjabarkan ketiga pilar dalam Prinsip­Prinsip Panduan PBB,

diantaranya Pilar Pertama yang mengatur tentang tindakan­tindakan

yang akan diambil pemerintah dan tindakan yang direncanakan.

Pilar Kedua, membahas mengenai ekspektasi pemerintah terhadap

sektor bisnis, kemudian apa saja tindakan yang dapat diambil dan

direncanakan. Kemudian Pilar ketiga juga memiliki format yang sama.

Namun terkait dengan apa yang dibahas dalam masing­masing pilar

termasuk juga aksi yang direncanakan sangat bergantung pada hasil

dari setiap konsultasi dan studi NBA yang mengemuka.

Salah satu contoh format dan kerangka RAN tersebut dapat dilihat

dalam RAN Bisnis dan HAM Jerman, terdapat beberapa hal yang

menjadi pokok bahasan dalam RAN Bisnis dan HAM Jerman, misalnya

di bagian pertama dokumen RAN mereka, Jerman menguraikan Pilar

Pertama Prinsip­Prinsip Panduan PBB yang berkaitan dengan kebijakan

ekonomi dan pengadaan publik Jerman yang menghormati HAM. Hal­

hal yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi misalnya upaya Jerman

dalam melawan perdagangan manusia/pekerjaan paksa, RUU untuk

memberantas penyalahgunaan kontrak kerja dan layanan, perlindungan

pelapor, kesetaraan gender dalam posisi eksekutif, pengembangan

lebih lanjut dari penilaian dampak HAM dalam perjanjian investasi,

mendukung kepatuhan dengan standar ketenagakerjaan, sosial dan

lingkungan dalam kemitraan asing, perlindungan pembela HAM,

memantau proses reformasi di lembaga keuangan internasional.

312 Lebih lengkapnya dalam dilihat dalam daftar isi RAN Bisnis dan HAM masing­masing negara di bagian selanjutnya.

Page 144: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

121

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Sedangkan Pilar Pertama yang berkaitan dengan aspek pengadaan publik

di Jerman, diantaranya persyaratan minimum yang mengikat untuk

CSR diabadikan dalam Undang­undang pengadaan, dukungan negara,

memastikan konsistensi aksi bisnis dengan kewajiban internasional,

membuat prosedur penilaian yang kuat dan meningkatkan National

Contact Point (NCP) sebagai mekanisme keluhan utama.

Pada bagian selanjutnya, RAN Bisnis dan HAM Jerman juga

menguraikan Pilar Kedua Prinsip­Prinsip Panduan PBB, yang berkaitan

dengan rantai pasok dan rantai nilai, misalnya menguraikan bab

berkelanjutan dalam perjanjian perdagangan bebas, panduan uji

tuntas bagi perusahaan yang beroperasi di sektor berisiko tinggi,

kemungkinan tanda sertifikasi Jerman untuk mensertifikasi sesuai

dengan Hukum HAM dan mencegah hasil dari sumber daya yang

mendanai perjuangan bersenjata. Selanjutnya Pada Pilar Ketiga Prinsip­

Prinsip Panduan PBB, RAN Bisnis dan HAM Jerman menguraikan

beberapa hal, diantaranya tingkatkan akses dengan membuat brosur

pemulihan multibahasa, kompensasi untuk tanggungan yang masih

hidup, perluasan sanksi terhadap perusahaan karena melanggar hukum

pidana, mempromosikan mekanisme pelaporan internal, National

Contact Point (NCP) meningkatkan kesadaran akan pedoman dan

peran OECD sebagai mekanisme pemulihan ekstra­yudisial.

Jika dilihat, beberapa pokok bahasan yang diulas dalam RAN

Bisnis dan HAM Jerman dalam menguraikan ketiga pilar Prinsip­Prinsip

Panduan PBB tersebut, merupakan masalah­masalah yang mengemuka

sebagai hasil dari proses konsultasi dan studi NBA yang dilakukan oleh

NHRI Jerman.

Selain Jerman, contoh lain yang dapat dilihat terkait sistematika dan

kerangka substansi dokumen RAN dapat dilihat dalam RAN Bisnis dan

HAM Swiss, yang menjelaskan ruang lingkup bahasan, diantaranya:

1. Menjelaskan mengenai Prinsip­Prinsip Panduan PBB;

2. Posisi Dewan Federal dan ekspektasinya terhadap Prinsip­

Prinsip Panduan PBB;

3. Menjelaskan mengenai RAN meliputi tujuan, struktur, regulasi

pemerintah dan sektor bisnis;

4. Menguraikan perpaduan cerdas (Smart Mix Approach)

Page 145: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

122

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

sebagai landasan dasar, tanggung jawab korporasi dan relasi

RAN Bisnis dan HAM dengan kertas kebijakan Dewan Federal

tentang CSR.

Setelah menguraikan keempat bagian tersebut, selanjutnya

diuraikan mengenai masing­masing Pilar­Pilar Panduan PBB (Protect,

Respect, Remedy) dan mengulas implementasi, monitoring dan

perubahan atau revisi RAN. Secara umum, RAN Bisnis dan HAM Swiss

menetapkan posisi dan harapan Dewan Federal berkenaan dengan

perusahaan bisnis secara lebih spesifik, dan memperkuat konsistensi

tindakan pemerintah federal untuk melindungi dan mempromosikan

HAM dalam konteks kegiatan bisnis. Namun perbedaanya dengan RAN

Bisnis dan HAM di negara lain, terhadap ketiga pilar yang terdapat dalam

Prinsip­Prinsip Panduan PBB, Pemerintah Swiss hanya menitikberatkan

pada Pilar Pertama “Kewajiban Negara untuk Melindungi” dan Pilar

Ketiga “Akses Pemulihan yang Efektif”. Kedua pilar tersebut dipilih

karena mengandung prinsip dasar, yang menetapkan kerangka kerja

untuk tugas­tugas negara, dan panduan praktis untuk pelaksanaan

tugas­tugas negara tersebut dalam bentuk prinsip­prinsip operasional.

Lebih lanjut dalam RAN Bisnis dan HAM Swiss dijelaskan bahwa Prinsip­

Prinsip Panduan PBB tidak memberikan tugas baru terhadap negara,

namun hanya memberikan detail yang lebih spesifik tentang bagaimana

tugas yang ada untuk melindungi HAM dari sektor bisnis. RAN juga

menegaskan yang paling penting bagi Prinsip­Prinsip Panduan PBB

adalah Konvensi Internasional PBB tentang HAM, Konvensi Dasar ILO,

dan ketentuan yang relevan dari Konvensi Eropa tentang HAM.

Sedangkan terkait dengan tanggung jawab korporasi, RAN Bisnis

dan HAM Swiss lebih diarahkan terhadap kegiatan bisnis di luar negeri.

Hal tersebut didasarkan pada beberapa konsultasi yang telah dilakukan

baik terhadap kelompok bisnis, masyarakat sipil dan akademisi bahwa

tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan yang berbasis dan/

atau beroperasi di Swiss adalah terkait dengan operasi perusahaan­

perusahaan tersebut yang berada di luar negeri.

Berbeda dengan format dan kerangka umum RAN di beberapa

negara, RAN Bisnis dan HAM Belanda yang lebih terfokus dalam

menyajikan 5 (lima) hasil konsultasi yang paling signifikan diantaranya:

Page 146: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

123

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

1. Peran aktif untuk pemerintah (level bermain, HAM dan misi

dagang);

2. Koherensi kebijakan (kebijakan pengadaan berkelanjutan,

forum internasional dan perjanjian perdagangan dan investasi);

3. Klarifikasi uji tuntas (meningkatkan kesadaran perusahaan,

peningkatan kesadaran oleh kedutaan, analisis resiko sektor,

uji tuntas oleh pemerintah dan tindakan yang mengikat secara

hukum);

4. Transparansi dan pelaporan (transparansi dan dialog pemangku

kepentingan, pelaporan);

5. Cakupan untuk pemulihan (mekanisme peradilan, mekanisme

non­yudisial, mekanisme pengaduan perusahaan, dana

bantuan hukum, legislasi dengan aplikasi ekstrateritorial).

C. Perbandingan RAN Bisnis dan HAM

Dalam melakukan perbandingan diantara RAN Bisnis dan HAM

yang telah disusun oleh negara dalam mengimplementasikan Prinsip­

Prinsip Panduan PBB, difokuskan pada 3 (tiga) aspek:

Hasil perbandingan dari setiap negara yang telah mengeluarkan

RAN Bisnis dan HAM berdasarkan ketiga aspek perbandingan dapat

diuaraikan secara ringkas sebagai berikut.

Page 147: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

124

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

1. Inggris313

Pihak yang Memimpin

: ­ Departemen Luar Negeri & Persemakmuran

­ Departemen Strategi Bisnis, Energi dan Industri

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat

: Kelompok Pengarah yang terdiri dari lintas Kementerian

Diterbitkan : September 2013, diperbarui Mei 2016

Proses Penyusunan

Proses penyusunan RAN Bisnis dan HAM di Inggris telah dimulai

pada Juni 2012 dan berakhir pada musim panas 2013. Tanggung

jawab proses penyusunan RAN ditempatkan pada UK Foreign &

Commonwealth Office (FCO), khususnya di bawah Departemen HAM

dan Demokrasi. Wakil Kepala Departemen HAM dan Demokrasi

bertugas memimpin proses penyusunan tersebut dengan dibantu oleh

dua pejabat namun tetap menerima masukan dan bantuan dari pejabat

dari sejumlah departemen lain secara ad hoc.314

Partisipasi

Selain kolaborasi antar instansi pemerintah, terdapat konsultasi

pra­penyusunan dengan berbagai kelompok pemangku kepentingan,

diantaranya masyarakat sipil (serikat pekerja dan LSM), maupun dengan

perusahaan. Berbagai agenda konsultasi diadakan untuk meningkatkan

keterlibatan pemangku kepentingan. Selain itu pada Konferensi Wilton

Park pada Juni 2012,315 kelompok pakar internasional dari pemerintah

313 RAN Bisnis dan HAM Inggris I dan II, Op.cit. RAN Bisnis dan HAM Inggris telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa, diantaranya Bahasa Arab, China, Perancis, Lithuania, Portugis, Rusia, dan Spanyol.

314 Globalnaps.org, United Kingdom, https://globalnaps.org/country/united­kingdom/, diakses pada 17 Maret 2020.

315 Conference Report, Business and Human Rights: Implementing the Guiding Principles

Page 148: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

125

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

lain, organisasi antar pemerintah, kelompok masyarakat sipil dan

UN Working Group on Business and Human Rights diundang untuk

membagikan komentar mereka.316

Melalui proses konsultasi tersebut, terdapat sejumlah rekomendasi

untuk tindakan yang dimasukkan dalam penyusunan RAN. Hanya

saja, selama fase penyusunan RAN, tidak ada konsultasi formal

lebih lanjut dengan pemangku kepentingan yang dilakukan, namun

secara informal, draft tersebut dibagikan kepada beberapa pemangku

kepentingan eksternal yang paling berpengaruh. Setelah draft awal

selesai, draft tersebut dikirim ke lembaga pemerintah untuk konsultasi.

Tepatnya pada bulan Desember 2012, draft dikirim ke sekitar 40 (empat

puluh) lembaga pemerintah, dan komentar atau umpan baliknya (feed

back) diperhitungkan dan dimasukkan ke dalam draft RAN final. Hal

tersebut menyebabkan proses publikasi RAN beberapa kali tertunda

dikarenakan kelompok LSM menyatakan bahwa proses tersebut

dilakukan tanpa komunikasi terlebih dahulu.317

Sedangkan dalam proses memperbarui RAN Bisnis dan HAM Inggris,

pada tahun 2015 diadakan beberapa acara dengan melibatkan para

pemangku kepentingan sebagai awal dari proses konsultasi. Acara ini

dihadiri oleh 80 (delapan puluh) orang dari kalangan bisnis, masyarakat

sipil, akademisi dan pemerintah. Mereka mengikuti 5 (lima) acara workshop

selama 2,5 Jam yang berlangsung pada Juni­Juli 2015 dalam 5 (lima) hari

di London tentang tiga pilar Prinsip­Prinsip Panduan PBB, dan 2 (dua)

lokakarya (workshop) khusus pada daerah­daerah yang terkena dampak

konflik dan perbudakan modern dan perdagangan manusia. Sebanyak 55

(lima puluh lima) organisasi (termasuk departemen Pemerintah) diwakili

di satu atau lebih lokakarya. Pemerintah juga menerima permintaan dari

para pemangku kepentingan untuk proses peninjauan RAN.318

National Baseline Assessment (NBA)

Kelemahan lain proses penyusunan RAN Bisnis dan HAM Inggris

adalah tidak didasarkan pada studi NBA sebelum penyusunan RAN

one year on Wednesday 27­Friday 29 June 2012 |WP1172, https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2018/08/uk­wilton­park­conference­report­2012.pdf, diakses pada 4 April 2020.

316 Globalnaps.org, United Kingdom, Op.cit317 Ibid.318 Ibid.

Page 149: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

126

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

baik pada 2013 ataupun 2016. Hal ini cukup bermasalah, dikarenakan

NBA memiliki peran penting dalam memberikan bukti dan data

mengenai konteks Negara terkait kondisi pemajuan HAM, mencakup

implementasi, kesenjangan dan seluruh aspek yang berkaitan dengan

permasalahan HAM terkait sektor bisnis.

2. Belanda319

Pihak yang memimpin

: Kementerian Luar Negeri

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat

: Dibentuk Kelompok Kerja

Ketua Kelompok Kerja­ Kementerian Urusan

Ekonomi

Anggota­ Kementerian Keuangan­ Kementerian Keamanan &

Keadilan­ Kementerian Urusan Sosial

& Ketenagakerjaan

Departemen-departemen Kementerian Luar Negeri yang terlibat:

­ Departemen Hukum­ Departemen Pertumbuhan

Ekonomi Berkelanjutan­ Departemen HAM­ Departemen Pasar Internal

Diterbitkan : Desember 2013

319 RAN Bisnis dan HAM Belanda, op.cit. Beberapa pandangan dan analisis terkait dengan RAN Bisnis dan HAM Belanda, dapat juga dijumpai dalam beberapa laporan diantaranya International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), European Coalition for

Corporate Justice (ECCJ), Assessments of Existing National Action Plans (NAPs) on Business

and Human Rights, November 2015, dapat diakses melalui https://static1.squarespace.com/static/583f3fca725e25fcd45aa446/t/58da9ec3e3df280b4c4d95cd/1490722506902/ICAR­ECCJ­Assessments­of­Existing­NAPs­2015­Update.pdf, International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), Assessment of the National Action Plan (NAP) on Business and Human Rights of The

Netherland, November 2014, dapat diakses melalui https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/icar­analysis­netherlands.pdf.

Page 150: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

127

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Proses Penyusunan

Pada penyusunan RAN Bisnis dan HAM Belanda, teridentifikasi

dengan jelas beberapa entitas pemerintah yang terlibat dalam proses

yang dimasukkan dalam kelompok kerja antar kementerian. Anggota

kelompok kerja ditugaskan untuk merancang elemen­elemen RAN yang

menghubungkan langsung ke bidang keahlian mereka. Kelompok kerja

tersebut terlibat dalam melakukan pemetaan internal terhadap undang­

undang, peraturan, kebijakan dan kegiatan pemerintah yang terkait

dengan bisnis dan HAM bersama dengan laporan konsultasi pemangku

kepentingan dalam memberikan dasar untuk tahap penyusunan.320

Partisipasi

Dalam proses penyusunannya, terdapat konsultasi pra­perancangan

bersama dengan para pemangku kepentingan, diantaranya bisnis,

masyarakat sipil dan organisasi pelaksana, serta satu putaran konsultasi

pemangku kepentingan tunggal selama proses penyusunan. Hanya

saja, dalam proses konsultasi, hanya 50 (lima puluh) pihak yang terdiri

dari perwakilan komunitas bisnis, organisasi masyarakat sipil dan

organisasi pelaksana serta pakar lainnya yang diminta memberikan

sudut pandang secara terpisah.321

Dalam proses konsultasi, dari berbagai saran dan sudut pandang

berbagai pihak, secara umum pihak­pihak tersebut menyepakati

tentang pentingnya Prinsip­Prinsip Panduan PBB,322 hanya saja terjadi

perbedaan pendapat dalam konteks implementasi dan prioritas,

khususnya mengenai transparansi dan pelaporan dan cakupan

pemulihan. Perbedaan pendapat terkait dengan transparansi ketika

dalam proses konsultasi terdapat usulan penyusunan Undang­Undang

tentang Informasi Produksi dan Rantai Pasok. Dengan undang­

undang ini, nantinya ketika konsumen, anggota masyarakat, organisasi

320 Selain itu kelompok kerja ini membandingkan Prinsip­Prinsip Panduan dengan kebijakan saat ini dengan berdasarkan wawancara dan konsultasi yang dilakukan oleh konsultan eksternal yang disewa Kementerian Luar Negeri dengan perwakilan terpilih dari komunitas bisnis, organisasi masyarakat sipil, organisasi pelaksana dan ahli lainnya.

321 Globalnaps. org, Netherlands, https://globalnaps.org/country/netherlands/, diakses pada 4 April 2020.

322 Barulah disusun beberapa rencana aksi yang berkaitan dengan isu bahasan selama proses konsultasi., diantaranya menyangkut peran aktif pemerintah, koherensi kebijakan, klarifikasi uji tuntas, transparansi dan pelaporan dan cakupan untuk pemulihan.

Page 151: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

128

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

masyarakat sipil dan pihak lain bertanya kepada perusahaan tentang

asal usul produk dan layanan mereka, akan mendapatkan jawaban.

Namun Pemerintah tidak merasa bahwa penetapan undang­undang

tersebut merupakan waktu yang tepat dan menunjuk pada peningkatan

ketersediaan informasi tentang rantai pasokan melalui instrumen

seperti Inisiatif Perdagangan Berkelanjutan dan Proyek Analisis Sektor

Risiko.323

Sedangkan perbedaan pendapat terkait cakupan pemulihan

menyangkut apakah sistem Pengadilan Belanda harus terbuka untuk

proses hukum perdata atau pidana terhadap Perusahaan Belanda

dalam hal dugaan pelanggaran HAM oleh anak perusahaan mereka

yang berada di luar negeri. Beberapa orang yang diwawancarai merasa

bahwa Belanda harus mendorong di tingkat internasional untuk

perjanjian internasional dengan aplikasi ekstrateritorial untuk meliputi

pelanggaran internasional, karena ini akan memastikan lebih banyak

harmoni dalam hal tingkat bermain di lapangan. Namun, yang lain

menekankan bahwa prinsip ekstrateritorialitas akan mengakibatkan

sistem hukum Belanda menempatkan dirinya di atas sistem hukum

negara dimana dugaan pelanggaran telah dilakukan. Pemerintah

akan menunjukkan bahwa aplikasi ekstrateritorial saja tidak cukup.

Putusan pengadilan juga harus dapat ditegakkan, dan Belanda tidak

dapat memutuskan untuk negara lain apakah ini mungkin. Karena

itu pemerintah tidak yakin bahwa undang­undang dengan dampak

ekstrateritorial akan berkontribusi untuk mencegah pelanggaran HAM

oleh perusahaan asing di negara­negara di mana mereka aktif.324

National Baseline Assessment (NBA)

Permasalahan lainnya, sebelum penyusunan RAN Bisnis dan HAM

Belanda, tidak dilakukan studi NBA tentang Bisnis dan HAM dahulu.

Hanya saja, pemerintah melakukan kajian terkait dengan pemetaan

internal kebijakan pemerintah yang dilakukan oleh kelompok kerja

antar menteri, namun hal tersebut juga tidak terpublikasi.

323 RAN Bisnis dan HAM Belanda, Op.cit h. 31.324 Ibid

Page 152: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

129

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

3. Denmark325

Pihak yang Memimpin

: ­ Kementerian Perindustrian, Bisnis dan Keuangan

­ Kementerian Luar Negeri

Kementerian lain yang dilibatkan

: ­ Kementerian Ketenagakerjaan

­ Kementerian Pendidikan­ Kementerian Kehakiman

Diterbitkan : April 2014

Proses Penyusunan

Pada awalnya Pemerintah Denmark memasukkan inisiatif dalam

menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB dalam rencana aksi untuk

tanggung jawab sosial perusahaan 2012­2015 yang diterbitkan pada

Maret 2012. Namun berdasarkan rekomendasi Dewan Denmark untuk

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Pemerintah Denmark memutuskan

untuk membuat RAN terpisah terhadap implementasi Prinsip­Prinsip

Panduan PBB.326

Kementerian Perindustrian, Bisnis dan Urusan Keuangan dan

Kementerian Luar Negeri merupakan pihak yang bertanggung jawab

atas proses penyusunan RAN, termasuk juga untuk berkonsultasi dan

melibatkan institusi lainnya. Hanya saja, proses konsultasi tersebut

tidak dikomunikasikan secara jelas dan tidak dilakukan secara

325 Beberapa laporan dan catatan tentang RAN Bisnis dan HAM Denmark dapat dilihat juga dalam International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), Assessments of Existing National Action Plans (NAPs) on Business

and Human Rights, November 2015, dapat diakses melalui https://static1.squarespace.com/static/583f3fca725e25fcd45aa446/t/58da9ec3e3df280b4c4d95cd/1490722506902/ICAR­ECCJ­Assessments­of­Existing­NAPs­2015­Update.pdf dan International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), Assessment of the National Action Plan (NAP) on Business and Human Rights of Denmark, November 2014, dapat diakses melalui https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/icar_eccjdanishnapassessment.pdf

326 RAN Bisnis dan HAM Denmark, Op.cit.

Page 153: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

130

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

menyeluruh, hanya sekelompok anggota Dewan Denmark untuk CSR

saja yang dilibatkan dalam proses konsultasi mengenai RAN, itupun

dengan waktu yang sangat terbatas.327 Keterlibatan Dewan Denmark

untuk CSR dalam proses konsultasi, memiliki hubungan erat dengan

rekomendasi yang diberikan oleh Pemerintah Denmark, agar CSR

dimasukkan dalam RAN.

Partisipasi

Selain sebagian besar kementerian, para pemangku kepentingan

lainnya diluar pemerintah ataupun kelompok rentan juga tidak dilibatkan

dalam proses konsultasi. Tidak adanya kerangka acuan dan jadwal

dalam keseluruhan proses RAN, menjadi indikator tidak adanya proses

transparansi dalam proses penyusunan RAN Bisnis dan HAM Denmark.

National Baseline Assessment (NBA)

Kelemahan lainnya adalah, tidak adanya studi NBA yang dilakukan

ataupun dipublikasikan sebelum proses penyusunan dilakukan.

Meskipun ada deskripsi dalam RAN tentang bagaimana undang­undang

dan kebijakan yang ada telah menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan.328

327 ICAR, Assessments of Existing National Action Plans (NAPS) on Business and Human Rights, August 2017 Update, Op.cit.h. 14.

328 Denmark selama musim gugur 2015 mengembangkan sebuah Panduan Negara (country

guide) untuk Bisnis dan HAM yang berisi informasi tentang potensi dan dampak negatif aktual dari kegiatan bisnis di Denmark. Informasi dalam panduan ini dikumpulkan dari sumber yang tersedia untuk umum dan melalui konsultasi dengan para pemangku kepentingan dan dimaksudkan untuk membantu perusahaan memastikan penghormatan terhadap HAM dalam operasi mereka sendiri dan pihak­pihak dari pemasok dan mitra bisnis mereka. Selain itu pada 2016, DIHR menerbitkan “the Erhverv og menneskerettigheder i en dansk kontekst”, yang menyusun garis dasar untuk implementasi Prinsip­Prinsip Panduan Denmark yang berfokus pada legislasi, kebijakan dan inisiatif. RAN Bisnis dan HAM Denmark, Op.cit.

Page 154: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

131

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

4. Finlandia

Penanggung Jawab

: Kementerian Ketenagakerjaan dan Perekonomian

Kementerian/Lembaga lain yang dilibatkan

: Dibentuk Kelompok Kerja

Ketua­ Penasihat Pemerintah­ Kementerian

Ketenagakerjaan dan Perekonomian

Anggota­ Kementerian Luar Negeri­ Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan­ Kementerian Pertanian

dan Kehutanan­ Kementerian Kehakiman­ Kementerian Transportasi

dan Komunikasi­ Kementerian Keuangan­ Kementerian Urusan Sosial

dan Kesehatan­ Kantor Perdana Menteri­ Menteri Dalam Negeri

Diterbitkan : Oktober 2014

Proses Penyusunan

Keputusan untuk mengembangkan RAN Bisnis dan HAM

diumumkan oleh Pemerintah Finlandia dalam resolusi tentang tanggung

jawab sosial perusahaan pada 22 November 2012.329 Penyusunan

RAN di Finlandia memiliki beberapa hal positif, diantaranya bahwa

entitas pemerintah yang ditugaskan untuk mengawasi proses tersebut

diidentifikasi dengan jelas, salah satunya dengan dibentuknya

kelompok kerja yang bertugas untuk menyiapkan proposal untuk

rencana implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB untuk negara dan

329 National Action Plan for the Implementation of the UN Guiding Principles on Business and Human Rights, Publication of the Ministry of Employment and the Economy, 2014. (RAN Bisnis dan HAM Finlandia), https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/nap­finland.pdf, diakses pada 5 April 2020.

Page 155: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

132

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

mengerjakannya selama waktu yang diberikan, yakni 28 Mei 2013 ­ 30

Maret 2014.

Partisipasi

Dalam mempersiapkan rancangan RAN, kelompok kerja

berkonsultasi dengan pemangku kepentingan non pemerintah secara

tertulis dan melalui dua putaran konsultasi publik yang diadakan

pada bulan Januari dan Mei 2014. Informasi tentang konsultasi telah

dipublikasikan sebelumnya melalui situs web RAN. Konsultasi pertama

terdiri dari pertemuan konsultasi terpisah dengan masing­masing

kelompok pemangku kepentingan (OMS dan bisnis). Konsultasi

putaran kedua diadakan setelah kelompok kerja menerbitkan draft

proposal RAN. Pada konsultasi putaran kedua ini didesain dalam

bentuk pertemuan konsultasi multi­stakeholder dan beberapa LSM

dan perusahaan turut diundang dalam konsultasi ini. Selain itu

kelompok kerja juga menerima komentar yang dikirim oleh pemangku

kepentingan secara tertulis.

Proses konsultasi penyusunan RAN juga dibahas dalam Komite

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang merupakan badan multi

pemangku kepentingan yang bertindak dibawah Kementerian

Ketenagakerjaan dan Ekonomi, dan terdiri dari elemen bisnis, serikat

pekerja, pengambil keputusan dan LSM.330 Hanya saja, kelemahannya,

Pemerintah Finlandia tidak mengambil langkah­langkah khusus untuk

memfasilitasi partisipasi pemangku kepentingan yang tidak berdaya

seperti migran, masyarakat adat di Finlandia utara, atau kelompok

minoritas lainnya.

330 Meskipun tanggal konsultasi diterbitkan dan proses RAN dibahas dalam Komite untuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, keseluruhan prosesnya tidak jelas. Setelah kelompok kerja yang bertanggung jawab atas penyusunan RAN telah menerbitkan proposal, pemerintah Finlandia tidak memberikan informasi tentang status rancangan atau tentang proses politik, melalui mana RAN akan disetujui. Oleh karena itu, tidak jelas proses konsultasi putaran

kedua mana yang dianggap berpengaruh. Menerbitkan atau membagikan informasi ini akan semakin meningkatkan transparansi proses RAN dan memastikan partisipasi yang berarti dari masyarakat sipil. Pada akhirnya, pemerintah menyetujui RAN berdasarkan proposal kelompok kerja dan pernyataan politik terpisah dalam pertemuan informal para menteri. Dalam pernyataannya, pemerintah menggarisbawahi prioritasnya untuk implementasi RAN, mengkonkretkan beberapa komitmen, dan sebagian meningkatkan tingkat ambisi dibandingkan dengan proposal awal kelompok kerja. Globalnaps.org, Finland, globalnaps.org/country/finland, diakses pada 5 April 2020.

Page 156: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

133

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

National Baseline Assessment (NBA)

Kelemahan lain dari proses penyusunan RAN Finlandia hampir

memiliki kesamaan dengan negara­negara lainnya, yakni tidak adanya

studi NBA yang dilakukan dan/atau dipublikasikan. Walaupun tidak

melakukan penyusunan NBA, Kementerian melaksanakan dan

menerbitkan memorandum latar belakang yang mencakup informasi

tentang Undang­Undang Finlandia, Konvensi Internasional dan

Standar lain yang relevan dengan HAM, serta tindakan dan praktik

otaritas lainnya dalam kaitannya dengan Prinsip­Prinsip Panduan.

Memorandum ini dibuat untuk digunakan oleh kelompok kerja dan

dibuat tersedia untuk umum. Hanya saja memorandum tersebut dinilai

oleh para pemangku kepentingan tidak memberikan banyak nilai

tambah untuk proses pengembangan RAN. 331

5. Swedia

Penanggung Jawab

: Kementerian Luar Negeri

Kementerian/Lembagalain yang terlibat

: ­ Kementerian Swedia­ Perdana Menteri­ Kantor Urusan

Administrasi

Diterbitkan : Agustus 2015

Proses Penyusunan

Tidak berbeda dengan proses penyusunan RAN Bisnis dan

HAM di negara­negara lain, bahwa telah teridentifikasi secara jelas

entitas pemerintah yang ditugaskan mengawal proses penyusunan.

331 Ibid. Lihat juga RAN Bisnis dan HAM Finlandia, Op.cit.

Page 157: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

134

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Kementerian Luar Negeri memimpin proses penyusunan RAN di

Swedia. RAN Swedia menyatakan bahwa RAN dikembangkan oleh

“Kantor Pemerintah”, yang terdiri dari Kementerian Swedia, Perdana

Menteri dan Kantor Urusan Administrasi.332 Pemerintah Swedia

memposting draft RAN melalui situs web­nya untuk komentar publik

dan melakukan 4 (empat) konsultasi, yang semua diadakan pada

musim semi di tahun 2015.

Partisipasi

Dalam penyusunan RAN Bisnis dan HAM Swedia, lebih dari 100

(seratus) organisasi non pemerintah (LSM), serikat pekerja, dan lembaga

pemerintah berpartisipasi dalam konsultasi. Walaupun proses konsultasi

telah melibatkan berbagai pihak, proses ini masih dianggap kurang

menyeluruh, dikarenakan tidak melibatkan kelompok­kelompok rentan

seperti komunitas adat swedia. Hal ini diakui oleh Pemerintah Swedia

sendiri, bahwa selama proses konsultasi, Pemerintah Swedia secara

khusus menyatakan bahwa mereka tidak memfasilitasi partisipasi oleh

para pemangku kepentingan yang kurang beruntung atau beresiko

dalam proses RAN.333

National Baseline Assessment (NBA)

Selain itu, kekurangan lainnya dalam proses penyusunan RAN

Bisnis dan HAM Swedia adalah tidak adanya studi NBA yang dilakukan.

Meskipun begitu, dalam deskripsi awal RAN dijelaskan tentang

bagaimana undang­undang dan kebijakan yang ada menerapkan

Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

332 Action Plan for Business and Human Rights, Government Office of Sweden. (RAN Bisnis dan HAM Swedia), https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/NAP­Sweeden.pdf. Lihat juga International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), European Coalition for corporate Justice (ECCJ): Assessments of

Existing National Action Plans (NAPS) on Business and Human Rights, November, 2015.333 Globalnaps.org, Sweden, globalnaps.org/country/sweden, diakses pada 6 April 2020.

Page 158: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

135

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

6. Norwegia334

Penanggung Jawab

: Kementerian Luar Negeri didukung oleh Kelompok Antar­Kementerian yang bertanggung jawab atas proses penyusunan

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat:

: ­ Kementerian Perdagangan­ Kementerian Perindustrian

dan Perikanan­ Kementerian Keuangan­ Kementerian Kehakiman

Diterbitkan : Oktober 2015

National Baseline Assessment (NBA)

Berbeda dengan sebagian besar negara­negara yang mengabaikan

studi NBA dalam proses penyusunan RAN, Norwegia melakukan

studi NBA terlebih dahulu sebelum memulai proses penyusunan

RAN. Penyusunan studi NBA tersebut dilakukan oleh Mark Taylor

peneliti senior Yayasan Penelitian Fafo.335 Proses penyusunan NBA

tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pejabat dari

berbagai kementerian dan lembaga pemerintah, termasuk Kementerian

Ketenagakerjaan, Kementerian Anak, Kesetaraan dan Inklusi Sosial,

Kementerian Administrasi Pemerintahan, Reformasi dan Urusan

Gereja, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan dan Kemeterian

Luar Negeri. Selain terhadap unsur pemerintah, wawancara juga

dilakukan terhadap perwakilan LSM (Amnesty International Norwegia,

Fellesforbundet (Serikat Pekerja), Forum untuk Lingkungan dan

pembangunan, Asosiasi Perdamaian Norwegia, LO (Federasi Serikat

Pekerja) dan NHO (Asosiasi Pengusaha). Selain proses wawancara,

334 RAN Bisnis dan HAM Norwegia, dapat diakses melalui https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/NAP­Norway.pdf. Beberapa catatan dan laporan terhadap RAN Bisnis dan HAM Norwegia diantaranya Andreas Graf: Developing National Action Plans on Business and Human Rights, April, 2013,

335 Mark B. Taylor, A Mapping and Gap Analysis: The State’s Duty to Protect, Fafo­notat, 2013. https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2018/08/norway­gap­analysis.pdf, diakses pada 6 April 2020.

Page 159: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

136

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

dokumen strategi pemerintah, undang­undang, peraturan dan website

kementerian juga dianalisis sebagai bagian dari pemetaan. Secara

umum studi NBA ini terdiri dari dua bagian utama, yakni survei Badan

Publik Norwegia dan relevansinya dengan bisnis dan HAM, dan

identifikasi kesenjangan antara praktik negara Norwegia dan standar

yang ditetapkan dalam Prinsip­Prinsip Panduan PBB.336

Proses Penyusunan

Selain penyusunan NBA, langkah­langkah yang diambil oleh Peme­

rintah Norwegia selama proses penyusunan menunjukkan komitmen

yang kuat terhadap penyusunan RAN. Sebagai langkah positif pertama,

pemerintah telah menunjuk Kementerian Luar Negeri sebagai pihak yang

bertanggung jawab atas proses penyusunan RAN. Dalam melakukan

tanggung jawabnya, Kementerian Luar Negeri didukung oleh kelompok

antar­kementerian yang bertanggung jawab atas proses penyusunan.

Proses ini melibatkan semua kementerian, dengan keterlibatan kuat dari

Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian dan Perikanan,

Kementerian Keuangan dan Kementerian Kehakiman.337

Partisipasi

Selain pemerintah, rangkaian proses konsultasi juga dilakukan

bersama dengan para pemangku kepentingan, diantaranya perwakilan

bisnis, masyarakat sipil dan masyarakat adat. Sebagai upaya untuk

mewadahi kolaborasi antara institusi pemerintah, Pemerintah Norwegia

membuat kelompok antar kementerian untuk konsultasi formal dan

informal mengenai RAN. Namun, sayangnya tidak dijelaskan kementerian

mana yang terlibat dan sampai sejauh mana. Selain itu, salah satu aspek

negatif dari proses penyusunan RAN adalah bahwa pemerintah Norwegia

tidak memfasilitasi partisipasi langsung pemangku kepentingan yang

tidak berkuasa atau berisiko, juga tidak ada kelompok pengarah

pemangku kepentingan atau komite penasihat yang dibentuk.338

336 Ibid.337 Globalnaps.org, Norwegia, https://globalnaps.org/country/norway/, diakses pada 6 April 2020.338 ICAR and European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), ‘Assessments of Existing

National Action Plans (NAPs) on Business and Human Rights Norway (August 2017), https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/icar­analysis­norway.pdf, diakses pada 6 April 2020.

Page 160: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

137

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

7. Kolombia339

Penanggung Jawab

: Kantor Penasihat Presiden untuk HAM

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat:

: Kelompok Kerja­ Departemen Kesejahteraan

Sosial­ Departemen Perencanaan

Nasional­ Kementerian Dalam

Negeri­ Kementerian Pendidikan­ Kementerian Kebudayaan­ Kementerian

Ketenagakerjaan­ Kementerian Lingkungan

Hidup­ Kementerian Pertanian­ Kementerian Perdagangan­ Kementerian

Pertambangan­ Kementerian Keuangan­ Departemen Luar Negeri­ Kementerian Kesehatan­ Kementerian Perhubungan­ Kementerian Perumahan­ Layanan Pembelajaran

Nasional­ Institute Olahraga

Kolombia­ Departemen Administrasi

Sains, Teknologi dan Inovasi

­ Kantor Ombudsman­ Pengawas Keuangan

Umum Republik­ Jaksa Agung­ Kantor Penasihat Presiden

untuk HAM

Diterbitkan : Desember 2015

339 RAN Bisnis dan HAM Kolombia. https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2018/04/pna­colombia­english.pdf, diakses pada 7 April 2020.

Page 161: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

138

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Proses Penyusunan

Pada 2013 Kolombia bertindak sebagai tuan rumah Forum Regional

Amerika Latin dan Karibia Pertama tentang Bisnis dan HAM. Pada tahun

2014 Kelompok Kerja menerbitkan Pedoman Kebijakan Publik Bisnis dan

HAM yang memberikan dasar awal untuk RAN Kolombia tentang Bisnis

dan HAM.340 Di tahun yang sama Kolombia menjadi tuan rumah Dialog

Amerika Latin tentang Kerangka Kerja Implementasi Bisnis dan HAM.

Pada 2015, pemerintah Kolombia mengumumkan akan mengembangkan

RAN Bisnis dan HAM. Kantor Penasihat Presiden untuk HAM ditugaskan

untuk mengembangkan RAN dan menentukan entitas pemerintah mana

yang bertanggung jawab untuk setiap bidang tindakan.341 Selan itu proses

penyusunan RAN dipandu oleh komite pengarah yang luas, termasuk

lembaga­lembaga tertentu dari Pemerintah Kolombia.

Partisipasi

RAN Bisnis dan HAM Kolombia merupakan instrumen kebijakan

publik yang disusun Pemerintah Kolombia melalui Kantor Penasehat

Presiden untuk HAM, dan dibangun secara partisipatif dengan

perusahaan, organisasi masyarakat sipil dan dukungan dari komunitas

internasional untuk memastikan penghormatan terhadap HAM dalam

kegiatan bisnis. Proses penyusunan dipimpin oleh Kantor Penasehat

Presiden untuk HAM dan melibatkan kementerian kepresidenan,

organisasi masyarakat sipil, kelompok kerja antar pemerintah dan

komite pengarah (berbagai elemen pemerintah, LSM dan aktor

internasional) dilibatkan dalam 4 (empat) konsultasi publik dengan

para pemangku kepentingan. Sayangnya, proses konsultasi tersebut

gagal untuk memasukkan kepentingan kelompok­kelompok rentan,

termasuk diantaranya masyarakat adat, Komunitas Keturunan Afro,

340 Panduan ini berisi dua tema besar, diantaranya, pertama, laporan tentang lokakarya teritorial yang diadakan di Casanare, Hula, Norte de Santander, Bolivar, Antioquia dan Valle del Cauca dengan perwakilan masyarakat sipil, pemerintah daerah dan perusahaan. Selain itu laporan lokakarya ini berisi kesimpulan dan proposal untuk dialog dalam pelaksanaan Prinsip­Prinsip Panduan di Kolombia. Kedua, dokumen hasil Proyek Dialog Multi­Stakeholder yang dipimpin oleh Sustentia yang mencakup pengembangan kapasitas dan dialog dalam lokakarya multi­pemangku kepentingan, dari 2012 hingga 2013. Dialog­dialog tersebut berfokus pada isu­isu utama dalam konteks Kolombia di bawah pendekatan Prinsip­Prinsip Panduan. Globalnaps.org, Colombia, globalnaps.org/country/colombia, diakses pada 7 April 2020.

341 RAN Bisnis dan HAM Kolombia, Op.cit

Page 162: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

139

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

petani kolombia yang tinggal di luar negara sebagai akibat dari konflik

internal, dan masyarakat yang terkena dampak lainnya.342

National Baseline Assessment (NBA)

Kelemahan lain dalam proses yang digunakan untuk menyusun

RAN Kolombia adalah kegagalan untuk melakukan dan menerbitkan

NBA. Dengan gagal melakukan NBA, pemerintah Kolombia melewatkan

kesempatan untuk memetakan konteks unik Negara terkait dengan

Bisnis dan HAM dan menunjukkan kesenjangan tata kelola yang harus

diatasi dalam substansi RAN untuk meningkatkan perlindungan HAM

dalam konteks aktivitas bisnis perusahaan. Selain tidak melakukan

penyusunan NBA, pemerintah juga gagal menerbitkan kerangka acuan

dan jadwal waktu untuk keseluruhan proses RAN.343

8. Italia344

Pihak yang Memimpin

: ­ Kementerian Luar Negeri - International Cooperation

and an Inter-Ministerial

Committee for Human

Rights (CIDU)

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat

: ­ Kementerian Pembangunan Ekonomi

­ Kementerian Perekonomian dan Keuangan

­ Kementerian Infrastruktur dan Transportasi

­ Kementerian Dalam Negeri

342 Globalnaps.org, Colombia, Op.cit. Lihat juga dalam International Corporate Accountability

Roundtable (ICAR), Dejusticia, Assessment of the National Action Plan (NAP) on Business

and Human Rights of Colombia, September 2016 (update May 2017).343 Ibid.344 Italian National Action Plan on Business and Human Rights, 2016­2021. (RAN Bisnis dan

HAM Italia). https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/NAP­Italy.pdf, kemudian telah mengalami revisi https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/italy_revised­nap_2016­2021.pdf, diakses pada 7 April 2020.

Page 163: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

140

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

­ Kementerian Ketenagakerjaan dan Kebijakan Sosial

­ Kementerian Lingkungan, Agraria dan Kelautan

­ Kementerian Pertanian, Pangan dan Kehutanan

­ Administrasi Pembelajaran Nasional (National School of Administration)

Diterbitkan : Desember 2016, telah mengalami revisi.

Proses Penyusunan

Untuk memperlancar proses penyusunan RAN Bisnis dan HAM

Italia, telah dibentuk dua kelompok kerja, satu terdiri dari perwakilan

kelembagaan dari berbagai menteri dan administrasi terkait, organisasi

antar pemerintah dan badan­badan PBB, dan yang lainnya terdiri

dari pemangku kepentingan non­institusional (serikat pekerja, LSM,

perwakilan bisnis dan asosiasi), dibentuk di bawah arahan CIDU untuk

menyiapkan rancangan awal RAN. Audiensi dengan para pemangku

kepentingan lainnya, diadakan oleh CIDU di Kementerian Luar Negeri

untuk memungkinkan partisipasi yang lebih luas di seluruh proses

elaborasi dan pengembangan dokumen.345

Partisipasi

Dalam proses penyusunan RAN Bisnis dan HAM di Italia,

untuk menampung aspirasi dalam proses penyusunannya dilakukan

konsultasi publik dan multi-stakeholder dialogue (MSD) para

pemangku kepentingan lain. Proses konsultasi tidak hanya dilakukan

pada proses penyusunan saja, namun juga terhadap rancangan RAN

sebelum versi final diadopsi. Untuk meningkatkan partisipasi publik

dan transparansi, rancangan RAN telah diposting di situs website CIDU

dari 27 Juli hingga 10 September 2016. Posting ini menerima banyak

kontribusi dan masukan dari OMS, lembaga swadaya masyarakat

(LSM), serta asosiasi bisnis, serikat pekerja dan perusahaan. Kontribusi

345 Globalnaps.org, Italy, https://globalnaps.org/country/italy/ , diakses pada 7 April 2020

Page 164: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

141

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

dapat juga dikirimkan melalui alamat email.346

Pada 13 Maret 2017, lokakarya (workshop) pertama yang berfokus

pada implementasi RAN dilaksanakan di Roma dan dikoordinasikan

oleh CIDU bekerja sama dengan AsVis (Italian Alliance for Sustainable

Development) atau Aliansi Italia untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Namun, acara tersebut tidak mengklarifikasi batas waktu untuk

implementasi langkah­langkah yang terkandung dalam RAN, atau

peran yang dimainkan oleh Kelompok Kerja untuk Bisnis dan HAM

(GLIDU), sebuah badan pemantau, sebagaimana diatur dalam RAN.347

CIDU juga menyelenggarakan beberapa pertemuan dan acara

di beberapa kota di Italia, dari Milan ke Naples ke Venesia, untuk

mempromosikan dialog konstruktif seputar bisnis dan HAM dengan

LSM, perwakilan masyarakat sipil dan bisnis. Selanjutnya, acara multi­

stakeholder direncanakan dengan mencari dan mendorong perwakilan

dari kelompok yang paling rentan seperti perempuan, anak­anak,

orang dengan disabilitas, orang LGBTI, migran dan pencari suaka, dan

orang­orang yang termasuk etnis minoritas dan agama.348

National Baseline Assessment (NBA)

Selain itu, sebelum penyusunan RAN, pemerintah menugaskan

akademisi dari Universitas Sant’Anna untuk melakukan studi NBA, yang

memeriksa modalitas kerangka kerja peraturan dan kelembagaan Italia

dengan Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Selain itu, NBA ini dilakukan

untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, dan rekomendasi

spesifik yang diuraikan tentang bagaimana memastikan kesesuaian

yang lebih kuat dengan Prinsip­Prinsip Panduan.349 Penyusunan NBA

selanjutnya memungkinkan pemerintah Italia untuk mengembangkan

RAN yang lebih berdasarkan informasi dan berbasis bukti.

346 International Corporate Accountability Roundtable, European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), Assessment of the National Action Plan (NAP) on Business and Human

Rights of Italy, August 2017, https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/icar­analysis­italy.pdf, diakses pada 7 April 2020.

347 Globalnaps.org, Italy, Op.cit.348 Ibid349 RAN Bisnis dan HAM Italia, Op.cit, h. 17.

Page 165: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

142

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

9. Swiss350

Penanggung Jawab

: ­ Kementerian Luar Negeri ­ Kementerian

Perekonomian, Pendidikan dan Penelitian

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat:

: ­ Pemerintah tidak membentuk kelompok kerja lintas kementerian.

Diterbitkan : Desember 2016, telah direvisi untuk Rencana Aksi 2020­2023 yang diluncurkan Januari 2020

Proses Penyusunan

Penyusunan RAN Bisnis dan HAM Swiss, mengidentifikasi peran­

peran entitas pemerintah yang bertanggung jawab dalam proses

penyusunan RAN. Pada penyusunan RAN Swiss, Dewan Federal dan

Badan Eksekutif Swiss ditunjuk untuk mengoordinasikan penyusunan

RAN. Sedangkan tanggung jawab untuk RAN ditempatkan pada

Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perekonomian, Pendidikan

dan Penelitian. Pemerintah Swiss tidak membentuk kelompok kerja

lintas kementerian untuk memastikan pendekatan inklusif di semua

bidang pemerintahan. Namun, draft RAN diedarkan dalam semua

departemen federal untuk konsultasi. Selain itu, rancangan final

RAN dikoordinasikan dan disetujui oleh Dewan Federal, tingkat

pemerintahan tertinggi.351

350 Report on the Swiss Strategy for the Implementation of the UN Guiding Principles on Business and Human Rights, 9 Desember 2016, (RAN Bisnis dan HAM Swiss), https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/switzerland.pdf, diakses pada 8 April 2020.

351 ICAR and European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), ‘Assessments of Existing

National Action Plans (NAPs) on Business and Human Rights Switzerland (August 2017), https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/icar­analysis­switzerland.pdf, diakses pada 8 April 2020.

Page 166: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

143

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Partisipasi

Selain kolaborasi lintas institusi pemerintah, proses penyusunan

RAN Bisnis dan HAM Swiss dilakukan dengan berkonsultasi dengan

kelompok­kelompok pemangku kepentingan non­pemerintah, diantara ­

nya kelompok bisnis, masyarakat sipil, lembaga riset, dan akademisi.

Selain itu, proses konsultasi dan penilaian juga dilakukan terhadap draft

RAN Swiss sebelum versi final diadopsi. Proses ini dilakukan dengan

cara Dewan Federal mengedarkan draft RAN untuk mendapatkan umpan

balik dari kelompok pemangku kepentingan eksternal dan kantor­kantor

pemerintah. Pemangku kepentingan eksternal memiliki kesempatan

untuk memberikan umpan balik pada draft RAN tersebut. Hanya saja,

proses ini tidak terkonsolidasi secara baik dengan tidak didukung

adanya jadwal proses penyusunan RAN, dan juga tidak terfasilitasinya

keterlibatan kelompok rentan.352

National Baseline Assessment (NBA)

Pemerintah Swiss tidak menyusun NBA sebagai analisis utuh

atas kesenjangan dalam undang­undang dan kebijakan yang ada di

Swiss sebagai upaya untuk mengimplementasikan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB. Dewan Federal memilih untuk meninjau langkah­

langkah dan instrumen pemerintah yang ada, namun alih­alih berusaha

mengidentifikasi kesenjangan dalam langkah­langkah ini terhadap

cakupan penuh Prinsip­Prinsip Panduan PBB, justru sebaliknya

Dewan membuat keputusan ini tanpa memberi tahu para pemangku

kepentingan yang terlibat dalam konsultasi pra­perancangan.353

352 Ibid, Lihat juga dalam Globalnaps.org, Switzerland, https://globalnaps.org/country/switzerland/, diakses pada 8 April 2020.

353 ICAR and European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), ‘Assessments of Existing

National Action Plans (NAPs) on Business and Human Rights Switzerland’ (August 2017), ibid

Page 167: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

144

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

10. Spanyol354

Penanggung Jawab

: Kantor HAM Kementerian Luar Negeri, Uni Eropa dan Kerjasama (MAEUEC)

Kementerian/Lembaga lainyang terlibat

: Tidak ada kelompok kerja formal yang dibentuk untuk menyusun RAN.

Diterbitkan : Juli 2017

Proses Penyusunan

Pada bulan Desember 2012, Kantor HAM Kementerian Luar Negeri,

Uni Eropa dan Kerjasama (MAEUEC) menyelenggarakan seminar dua hari

yang bertujuan untuk mendorong debat tentang situasi dan tantangan

yang dihadapi oleh lembaga publik, perusahaan dan masyarakat

sipil di Spanyol mengenai Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Seminar ini

dikembangkan dengan bantuan teknis dari Sustentia dan dukungan dari

Universitas Carlos III Madrid dan Observatorium CSR Spanyol. Jumlah

asisten diperkirakan dalam 240: 40 dari sektor swasta, 20 dari kedutaan

besar dari berbagai negara, 20 dari lembaga publik Spanyol yang relevan,

40 dari organisasi masyarakat sipil dan 120 dari masyarakat umum.355

Pernyataan pertama untuk mulai mengembangkan RAN Bisnis dan

HAM terjadi selama pertemuan dengan organisasi masyarakat sipil pada 4

Februari 2013 dan pertemuan dengan bisnis pada 11 Februari 2013. Pada

awal 2013, Kantor HAM menugaskan dua ahli eksternal untuk membantu

MAEC dengan pengembangan rancangan RAN dan koordinasi yang

sesuai proses konsultasi. Konsultasi pemangku kepentingan berbasis

luas dilakukan sebelum dimulainya proses penyusunan.

354 RAN Bisnis dan HAM Spanyol, https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/NationalPlans/National_action_plan_business_Human_Rights.PDF, diakses pada 8 April 2020.

355 Globalnaps.org, Spain, https://globalnaps.org/country/spain/, diakses pada 8 April 2020.

Page 168: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

145

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Selama fase pertama proses penyusunan, dari Februari 2013

hingga Juni 2013, putaran pertama konsultasi informal diadakan dengan

Administrasi Publik, bisnis, dan masyarakat sipil, dihadiri oleh sekitar

seratus perwakilan, termasuk organisasi disabilitas. Selama konsultasi

tersebut, rencana kerja dijelaskan dengan jangka waktu sekitar 12 (dua

belas) bulan (mencakup 2013), dokumentasi tentang Prinsip­Prinsip

Panduan PBB diumumkan, dan pengamatan pertama dari para aktor

yang diundang didengar. Pada kesempatan tersebut, peserta diminta

untuk mengirimkan komentar tertulis mereka, dan ini diterima selama

bulan Februari dan Maret 2013. Sebagai hasil dari konsultasi ini, draft

pertama disiapkan oleh seorang ahli eksternal dengan latar belakang

akademisi. Di sisi pemerintah, Kantor HAM di Kementerian Luar Negeri

memberikan dukungan dan membuat saran untuk dokumen tersebut.

Draf pertama dibagikan dengan para pemangku kepentingan pada Juni

2013, sehingga membuka fase kedua dari proses penyusunan.356

Namun, pada September 2013, Kantor HAM memutuskan untuk

menghentikan proses penyusunan dan untuk mengintensifkan

konsultasi. Tidak ada kelompok kerja formal yang dibentuk untuk

mengembangkan RAN. Kantor HAM kemudian mengadakan konsultasi

tertulis dan tatap muka berulang dengan perwakilan dari lembaga

pemerintah lainnya. Putaran keterlibatan baru dimulai pada bulan

September 2013, dimulai dengan pertemuan pada tanggal 4 Oktober

2013 dengan berbagai alamat dan lembaga MAEC yang tertarik dan

terlibat dalam topik tersebut. Seorang perwakilan dari Kedutaan Besar

Inggris juga mengambil bagian dalam pertemuan tersebut. Mereka

berbagi pengalaman Inggris penyusunan RAN dan mempresentasikan

RAN Inggris yang baru­baru ini disetujui.357

Teks konsolidasi rancangan RAN kemudian dibahas pada

pertemuan yang diadakan dengan departemen administrasi yang

berbeda pada 30 Oktober 2013, dengan tujuan mencapai dokumen

konsensus. Selanjutnya, unit menteri yang berbeda diundang mengirim

komentar tertulis. Pada fase ketiga, yang dimulai pada Desember

2013, draft teks dikirim ke berbagai Kementerian dan departemen yang

terlibat, untuk mencari pendapat mereka tentang draft tersebut.358

356 RAN Bisnis dan HAM Spanyol, Op.cit.357 Ibid358 Ibid

Page 169: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

146

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Proses revisi berlangsung hingga pertengahan Maret 2014, dengan

versi final RAN diselesaikan pada akhir Juni 2014. Ketika rancangan

akhirnya diteruskan pada bulan September ke Dewan Menteri untuk

persetujuan, proses dibekukan oleh Kementerian Kepresidenan setelah

percakapan dengan organisasi bisnis dan kementerian ekonomi. Selama

jeda tiga tahun, rancangan tersebut mengalami modifikasi substansial

tanpa konsultasi publik lebih lanjut, dan versi final ini akhirnya

disetujui pada 29 Juli 2017 oleh Dewan Menteri, tanpa konsultasi

dengan pemangku kepentingan. Dalam penyusunannya, proses­proses

konsultasi dan pengajuan/masukan secara tertulis juga dilakukan

bersama dengan organisasi masyarakat sipil, Bisnis, Administrasi Publik

dan UN Working Group on Business and Human Rights.359

Partisipasi

Meskipun tidak ada struktur berdiri untuk inklusi dan konsultasi

pemangku kepentingan, proses ini memberikan banyak peluang

bagi pemangku kepentingan untuk memberikan komentar dan

saran mereka. Semua acara para pemangku kepentingan berada di

Madrid selama fase desain draft. Kantor HAM, bekerja sama dengan

para ahli eksternal, mengadakan pertemuan konsultasi awal dengan

berbagai kelompok pemangku kepentingan non­pemerintah termasuk

organisasi­organisasi orang dengan disabilitas, yang menginformasikan

rancangan awal rencana tersebut. Pada Juni 2013, versi pertama

rancangan RAN disajikan kepada para pemangku kepentingan untuk

mendapatkan komentar. Umpan balik dari para pemangku kepentingan

sedemikian rupa sehingga Kantor memutuskan untuk menghentikan

proses penyusunan pada bulan September 2013 dan menginvestasikan

waktu tambahan dalam konsultasi pemangku kepentingan.360

Peran yang relevan sebagai penasihat eksternal dimainkan oleh

Maria Prandi dan Isabel Roser, yang didukung oleh Kantor HAM,

mendefinisikan proses kerja, melakukan konsultasi dengan pemangku

kepentingan pemerintah dan non­pemerintah dan menyusun draft

dokumen. Untuk mendapatkan dukungan akademis tambahan, para

konsultan mengambil saran dari kelompok yang dibentuk secara

359 Ibid360 Globalnaps.org, Spain, https://globalnaps.org/country/spain/, Op.cit

Page 170: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

147

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

khusus sekitar 20 (dua puluh) akademisi dari bidang hukum, ekonomi,

ilmu politik dan studi pembangunan.361

Terlepas dari partisipasi selama penyusunan pertama RAN,

mengikuti proses interupsi pada tahun 2014, perubahan mendalam

dibuat dan RAN akhirnya disetujui pada Juli 2017 tanpa diketahui

ada partisipasi dari organisasi masyarakat sipil. RAN final terutama

ditentukan oleh visi Administrasi Publik dan Kementerian Ekonomi.362

National Baseline Assessment (NBA)

Tidak berbeda dengan kebanyakan Negara lainnya, penyusunan

RAN Bisnis dan HAM Spanyol tidak didasarkan dengan penyusunan NBA.

11. Amerika Serikat (AS)363

Penanggung Jawab

: Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih (White House National Security Council, NSC)

Kementerian yang terlibat:

: ­ Departemen Perdagangan­ Departemen Keamanan

Dalam Negeri­ Departemen Pertahanan­ Departemen Kehakiman­ Departemen

Ketenagakerjaan­ Departemen Luar Negeri­ Departemen Keuangan­ Departemen Pertanian­ Bank Ekspor­Impor AS­ Administrasi Layanan

Umum­ Kantor Manajemen dan

Anggaran­ Perusahaan Investasi

Swasta Luar Negeri (Overseas Private Investment Corporation)

361 Ibid362 Ibid363 RAN Bisnis dan HAM AS, Op.cit

Page 171: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

148

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

­ Badan Pengembangan Internasional AS

­ Perwakilan Dagang AS­ Administrasi Usaha Kecil­ Badan Perlindungan

Lingkungan Hidup

Diterbitkan : Desember 2016

Proses Penyusunan

Dalam proses penyusunan RAN Bisnis dan HAM AS, kolaborasi

antar instansi pemerintahan cukup baik. Setidaknya, lebih dari 15

(lima belas) lembaga pemerintah terlibat dalam proses RAN. Selain itu

Pemerintah AS juga membentuk tujuh kelompok antar­lembaga untuk

memperkuat masalah, termasuk transparansi dan anti korupsi, investasi

dan perdagangan, hak­hak buruh, pengadaan, HAM, kepemilikan

lahan, dan investasi pertanian.364

Partisipasi

Sebagai bagian dari proses penyusunan, Pemerintah AS membuat

alamat email khusus untuk pengajuan tertulis dimana mereka menerima

masukan pemangku kepentingan secara bergulir selama lebih dari

setahun. Selain itu, untuk mengumpulkan masukan dari masyarakat sipil,

akademisi, dan pemangku kepentingan bisnis, perwakilan dari berbagai

lembaga, pemerintah AS berpartisipasi dalam empat “konsultasi publik”

sehari penuh yang diadakan di New York, California, Oklahoma, dan

Distrik Columbia. Proses konsultasi menampilkan berbagai kelompok

pemangku kepentingan, dan beragam lokasi memungkinkan masing­

masing untuk fokus pada masalah tertentu yang relevan dengan

pemangku kepentingan di lokasi itu, termasuk namun tidak terbatas

pada sektor keuangan, teknologi, industri ekstraktif, dan dampak bisnis

pada kelompok masyarakat adat.365

364 Globalnaps.org, USA, https://globalnaps.org/country/usa/. Lihat juga dalam International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), “Assessment of the National Action Plan

(NAP) on Business and Human Rights of The United States”, February 2017, https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/icar­analysis­usa.pdf, diakses pada 9 April 2020

365 Ibid

Page 172: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

149

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Pemerintah AS juga memberikan informasi tentang kerangka acuan

dan batas waktu parsial untuk proses RAN. Pada November 2014,

Pemerintah AS memberikan batas waktu untuk dialog terbuka dalam

pengumuman peluang untuk memberikan masukan ke draft RAN AS.

Namun, di luar batas waktu untuk konsultasi awal, pemerintah AS

tidak menerbitkan batas waktu terkait dengan sisa proses RAN, seperti

penyusunan, peninjauan, atau tanggal publikasi.366

National Baseline Assessment (NBA)

Proses penyusunan RAN AS tidak didasarkan pada studi NBA.

Dengan gagal melakukan NBA, pemerintah AS melewatkan kesempatan

untuk memetakan konteks unik Negara dalam kaitannya dengan bisnis

dan HAM dan menunjukkan kesenjangan tata kelola yang harus diatasi

dalam substansi RAN untuk meningkatkan perlindungan HAM di

konteks aktivitas perusahaan. Selain itu, pengawasan yang tidak jelas

dan ketentuan tindak lanjut dan kurangnya komitmen untuk merevisi

RAN di masa depan juga menunjukkan kurangnya komitmen terhadap

proses RAN yang komprehensif.367

12. Perancis368

Penanggung Jawab

: Pemerintah Perancis meminta pendapat Komisi Konsultasi tentang HAM (National

Consultative Commission on

Human Rights, CNCDH)

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat:

: Kelompok Kerja antar Kementerian

Ketua:­ Duta Besar yang

Bertanggung Jawab atas Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

366 Globalnaps.org, USA, Ibid367 Globalnaps.org, USA, Ibid. Lihat juga dalam International Corporate Accountability

Roundtable (ICAR), “Assessment of the National Action Plan (NAP) on Business and Human Rights of The United States, Op.cit.

368 RAN Bisnis dan HAM Perancis, Op.cit

Page 173: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

150

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

: Anggota:­ Kementerian Luar Negeri

dan Pembangunan­ Kementerian Ekonomi­ Kementerian Keuangan­ Kementerian

Ketenagakerjaan­ Kementerian Lingkungan

Hidup dan

Diterbitkan : April 2017

Proses Penyusunan

Pada 21 Februari 2013, Pemerintah Perancis secara resmi meminta

pendapat Komisi Nasional untuk Hak Asasi Manusia (CNCDH) untuk

mempersiapkan rencana aksi untuk implementasi Prinsip­Prinsip

Panduan PBB. RAN dirancang untuk melengkapi RAN tentang Tanggung

Jawab Perusahaan. RAN Bisnis dan HAM disusun oleh kelompok

antar kementerian berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh

CNCDH.369

Proposal CNCDH telah diperiksa secara cermat oleh kerangka kerja

antar kementerian, hingga pada akhirnya sebuah RAN disusun oleh

kelompok antar kementerian berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan

oleh CNCDH pada tahun 2013. RAN tersebut dianalisis, diperdebatkan

dan dilengkapi oleh Platform CSR multi­pemangku kepentingan.

Partisipasi

Dalam proses penyusunan RAN, juga dilakukan proses konsultasi

dengan para pemangku kepentingan non­pemerintah diantaranya

Perusahaan, Serikat Pekerja, LSM dan Peneliti. Proses konsultasi ini

dilakukan sebanyak 12 (dua belas) kali (antara November 2015 dan

Juni 2016). Sementara masyarakat sipil juga dilibatkan dalam proses

konsultasi, banyak rekomendasi yang dibuat oleh organisasi masyarakat

369 CNCDH adalah sebuah keanggotaan yang didirikan oleh Perdana Menteri pada Juni 2013 sebagai forum untuk dialog dan konsultasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk perwakilan bisnis, buruh, organisasi nirlaba, LSM dan struktur Pemangku Multi Pihak, serta otoritas publik termasuk perwakilan dari administrasi pusat, parlemen dan pemerintah daerah. Ibid, Lihat juga dalam Globalnaps.org, France, https://globalnaps.org/country/france/, 8 April 2020

Page 174: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

151

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

sipil, seperti Sherpa, belum dimasukkan dalam RAN, dan sangat sedikit

yang muncul dalam Lampiran sebagai proposal non­konsensual.

Hal ini menimbulkan kritik oleh masyarakat sipil, yang menekankan

bahwa pendekatan konsensual eksklusif ini merusak peran regulasi

Negara, dan mengurangi upaya masyarakat sipil dan serikat pekerja

untuk melaksanakan reformasi yang efektif yang disebut oleh Prinsip­

Prinsip Panduan PBB.370

National Baseline Assessment (NBA)

Pemerintah belum melakukan NBA, namun beberapa penelitian

awal yang dilakukan oleh CNCDH dipertimbangkan selama penyusunan.

13. Polandia371

Penanggung Jawab

: Kementerian Luar Negeri

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat:

: ­ Kementerian Pembangunan Ekonomi

­ Kementerian Keluarga, Ketenagakerjaan dan Kebijakan Sosial

­ Kementerian Kehakiman­ Kementerian Keuangan­ Kuasa Penuh Pemerintah

untuk Perlakuan yang Setara

­ Kuasa Penuh Pemerintah untuk Masyarakat Sipil

­ Ombudsman­ Inspektorat Perburuhan

Nasional

Diterbitkan : Mei 2017

370 Ibid371 Polish National Action Plan for the Implementation of the United Nations Guiding Principles

on Business and Human Rights 2017­2020 (RAN Bisnis dan HAM Polandia), https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/NationalPlans/PolandNationalPland_BHR.pdf, diakses pada 9 April 2020.

Page 175: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

152

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Proses Penyusunan

Uni Eropa dan Negara­negara anggotanya menyatakan bahwa

mereka akan mengembangkan RAN untuk implementasi praktis dari

Prinsip­Prinsip Panduan PBB.372 Untuk itu secara bergiliran, Negara­

negara Uni Eropa mulai meluncurkan RAN Bisnis dan HAM mereka,

tidak terkecuali Polandia.

Pernyataan publik pertama tentang rencana untuk mengembangkan

RAN dibuat oleh perwakilan Kementerian Luar Negeri pada konferensi

tentang bisnis dan HAM di Januari 2013. Namun, kurangnya

kesepakatan tentang kementerian mana yang harus bertanggung

jawab atas koordinasi proses penyusunan RAN membuat pekerjaan

menjadi tertunda. Pada akhirnya, proses penyusunan RAN dimulai

pada pertengahan 2015 dan dikoordinasikan oleh Kementerian Luar

Negeri yang telah setuju untuk mengoordinasikan proses tersebut pada

pertemuan antar­menteri yang diadakan pada 19 Mei 2015.373 Pada

akhirnya, draf pertama RAN diumumkan pada 13 Desember 2016. Satu

putaran konsultasi (online dan dalam bentuk rapat) berlangsung antara

13 Desember 2016 dan 27 Januari 2017. Hingga pada akhirnya RAN

final diadopsi pada 29 Mei 2017 oleh Dewan Menteri.374

Partisipasi

Peran LSM dan serikat pekerja dalam penyusunan RAN Bisnis

dan HAM Polandia cukup signifikan, pasalnya keduanya merupakan

aktor yang paling sering menekan pemerintah untuk mengembangkan

RAN. Sebelum rancangan RAN diterbitkan, hanya ada sejumlah kecil

pertemuan bilateral yang diadakan dengan Pemerintah atas permintaan

beberapa LSM. Setelah rancangan RAN dirilis pada 13 Desember 2016,

dimungkinkan bagi pihak yang berkepentingan (masyarakat sipil,

bisnis, dll.) untuk mengirimkan komentar tertulis. Agar hal tersebut

memungkinkan, periode penyerahan yang semula dimaksudkan untuk

berakhir pada 13 Januari 2017 diperpanjang dua minggu, yaitu berakhir

pada 27 Januari 2017. Namun, batas waktu panduan untuk proses

372 Ibid373 Globalnaps.org, Polandia, https://globalnaps.org/country/poland/, diakses pada 9 April

2020.374 Ibid

Page 176: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

153

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

pengembangan RAN tidak dikembangkan dan dibagikan dengan para

pemangku kepentingan. Komentar pada draft RAN tidak dipublikasikan

secara online oleh Kementerian Luar Negeri. Namun, Institut HAM

dan Bisnis Polandia (Polish Institute for Human Rights and Business,

PIHRB) telah memberikan akses kepada beberapa dari mereka dengan

mendekati organisasi yang mereka tahu telah mengirimkan komentar

dan telah menerbitkannya di situs web PIHRB. Selain itu, konsultasi

informal juga diadakan dengan LSM pada 19 Desember 2017, atas

inisiatif LSM (dikoordinasikan oleh Yayasan Helsinki untuk HAM).

Sayangnya tidak ada langkah yang diambil untuk secara eksplisit

melibatkan kelompok kepentingan khusus dan kelompok rentan.375

National Baseline Assessment (NBA)

Selama proses penyusunan RAN, tidak ada studi NBA atau

analisis kesenjangan yang komprehensif yang dilakukan ataupun

dipublikasikan. Hanya saja, kementerian yang terlibat dalam penyusunan

RAN sudah melakukan kajian agar bagaimana Prinsip­Prinsip Panduan

PBB dapat diintegrasikan ke dalam Undang­Undang Polandia untuk

mengidentifikasi kesenjangan dan membutuhkan perubahan pada

sistem hukum Polandia.376 Selain itu, inisiatif lain juga datang dari

PIHRB yang melakukan analisis, dengan fokus pada Pilar ketiga, yaitu

akses ke pemulihan sehubungan dengan perilaku bisnis yang berjudul

“Basic Analysis of the Current Situation in Poland Regarding Access to

Remedy in Cases of Business-Related Abuse”.377

375 Ibid376 RAN Bisnis dan HAM Polandia, Op.cit, h. 7.377 Bartosz Kwiatkowski dkk, Basic Analysis of the Current Situation in Poland Regarding

Access to Remedy in Cases of Business­Related Abuse, http://pihrb.org/wp­content/uploads/2017/07/RAPORT_1_2017_ENG_FINAL­2new.pdf.

Page 177: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

154

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

14. Lithuania378

Penanggung Jawab

: Wakil Kanselir Pemerintah Republik Lithuania (Deputy Chancellor of the

Government of the Republic

of Lithuania)

Kementerian yang terlibat:

: ­ Kementerian Perekonomian

­ Kementerian Kehakiman­ Kementerian

Jaminan Sosial dan Ketenagakerjaan

­ Kementerian Luar Negeri

Diterbitkan : Februari 2015

Proses Penyusunan

Rencana Pemerintah Lithuania menyusun RAN Bisnis dan HAM

pertama kali disampaikan pada 6 Agustus 2013 oleh Wakil Kanselir

Pemerintah Republik Lithuania. Ini adalah titik awal untuk proses

penyusunan resmi yang berlangsung dari September 2013 hingga Juli

2014.379 Proposal atau rancangan dokumen RAN tersebut diajukan kepada

Pemerintah untuk disetujui pada Juli 2014. Proposal tersebut disiapkan

oleh Kementerian Ekonomi, Kementerian Kehakiman, Kementerian

Jaminan Sosial dan Ketenagakerjaan, dan Kementerian Luar Negeri.380

Hingga pada tanggal 9 Februari 2015, Pemerintah Republik

Lithuania meluncurkan dokumen RAN. Dokumen tersebut menguraikan

tindakan­tindakan yang disetujui oleh Pemerintah Lithuania untuk

menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Hanya saja, hingga saat ini,

378 Regarding the Implementation of the United Nations Guiding Principles on Business and Human Rights by HRC Resolution 17/14, (RAN Bisnis dan HAM Lithuania) https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/NAP­Lithuania.pdf,

diakses pada 9 April 2020.379 International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), European Coalition for

Corporate Justice (ECCJ), “Assessment of the National Action Plan (NAP) on Business

and Human Rights of Lithuania”, November 2015, https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/icar­analysis­lithuania.pdf. Lihat juga dalam Globalnaps.org, Lihtuania, https://globalnaps.org/country/lithuania/, diakses pada 9 April 2020.

380 Ibid.

Page 178: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

155

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

tidak ada informasi yang tersedia untuk umum (dalam bahasa Inggris)

tentang proses yang digunakan untuk membuat RAN di Lithuania.

Partisipasi

Tidak ada informasi yang tersedia untuk umum (dalam bahasa

Inggris) tentang proses yang digunakan untuk membuat RAN di Lithuania.

National Baseline Assessment (NBA)

Tidak ada informasi yang tersedia untuk umum tentang proses yang

digunakan untuk membuat RAN di Lithuania. Kurangnya transparansi

itu sendiri merupakan suatu indikasi proses yang tidak memadai.381

15. Republik Ceko382

Penanggung Jawab

: ­ Kementerian HAM­ Kementerian Luar Negeri

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat:

: Kelompok Kerja Bisnis dan HAM (BHRWG). Anggota dari unsur Kementerian, diantaranya:­ Kementerian Lingkungan

Hidup­ Kementerian Keuangan­ Kementerian Luar Negeri­ Kementerian Perindustrian

dan Perdagangan­ Kementerian Dalam

Negeri­ Kementerian Kehakiman­ Kementerian

Ketenagakerjaan dan Urusan Sosial

­ Kementerian Pembangunan Daerah

Diterbitkan : Oktober 2017

381 Ibid.382 National Action Plan for Business and Human Rights, 2017­2022 (RAN Bisnis dan HAM

Republik Ceko) https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/NationalPlans/National ActionPlanCzechRepublic.pdf

Page 179: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

156

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Proses Penyusunan

Pada Oktober 2015, Kementerian HAM bersama dengan Kemen ­

terian Luar Negeri membentuk kelompok kerja bisnis dan HAM

(BHRWG). BHRWG terdiri dari Pemerintah, bisnis, organisasi masya­

rakat sipil, dan serikat pekerja. Selain itu BHRWG terbuka untuk

semua pihak yang berkepentingan dan secara aktif mendorong para

peserta untuk menjangkau dan mengundang organisasi lain. BHRWG

ditugaskan oleh Menteri HAM untuk menyusun RAN Bisnis dan HAM

Ceko. BHRWG menyelesaikan draft RAN pada Juni 2017 yang diadopsi

oleh Pemerintah pada Oktober 2017. 383 Dalam RAN Bisnis dan HAM

Republik Ceko disampaikan bahwa inti dari RAN tersebut bukan hanya

untuk menetapkan tugas dan membuat rekomendasi. Persiapan RAN

adalah kesempatan untuk mencatat proses dan tindakan masa lalu yang

dilakukan dalam bisnis dan HAM. Selain itu tidak kalah pentingnya,

RAN juga menekankan bahwa tujuan RAN adalah untuk meningkatkan

kesadaran akan konsep bisnis dan HAM. Bisnis dapat menghindari

kesalahan yang timbul dari ketidaktahuan dan kelalaian jika mereka

memiliki informasi yang baik.384

Partisipasi

Tidak ada publikasi resmi terkait jadwal untuk penyelesaian

RAN. Batas waktu kasar dipresentasikan pada pertemuan BHRWG

pertama dan dicatat dalam risalah. BHRWG akan bertemu setiap

dua bulan dan mempresentasikan draft akhir RAN pada musim semi

2017. Dalam pertemuan pertama BHRWG juga menyepakati prinsip­

prinsip pengorganisasian termasuk pendekatan ‘prinsip­demi­prinsip’

mengikuti Prinsip­Prinsip Panduan PBB dan menyetujui NBA awal dan

untuk menetapkan kegiatan yang konkret, terukur dan realistis.

National Baseline Assessment (NBA)

Pemerintah menugaskan penyusunan NBA dilakukan oleh

Pusat HAM dan Demokratisasi (Centre for Human Right and Demo -

cratization), sebuah lembaga akademik independen, di bawah

pengawasan Hubert Smekal, associate professor di Masaryk University

383 Globalnaps.org, Czech Republik, https://globalnaps.org/country/czech­republic/384 RAN Bisnis dan HAM Republik Ceko

Page 180: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

157

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

di Brno. NBA diselesaikan pada November 2015 (sebelum pertemuan

BHRWG Pertama).385

16. Irlandia386

Penanggung Jawab

: Unit HAM Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan

Kementerian yang terlibat:

:

Diterbitkan : November 2017

Proses Penyusunan

Pada bulan Juni 2014, Pemerintah Irlandia menyatakan bahwa

mereka sangat berkomitmen terhadap penerapan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB, untuk itu Pemerintah Irlandia mengembangkan pen ­

dekatan tentang cara terbaik untuk merumuskan RAN untuk meng­

implementasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB.387 Dalam proses

penyu sunannya, Unit HAM Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan

memimpin proses penyusunan RAN tersebut dan telah bekerja dengan

kementerian dan lembaga pemerintah lain, perusahaan bisnis dan

masyarakat sipil. Proses pelibatan ini dilakukan dalam bentuk workshop,

konsultasi publik dan forum multistakeholder, kemudian mendapatkan

pertimbangan Forum PBB tentang B&HR dan Kesimpulan Dewan Uni

Eropa. Hanya saja terhadap proses konsultasi ini, tidak disebutkan

385 Ibid386 National Plan on Business and Human Rights 2017­2020 (RAN Bisnis dan HAM Irlandia),

https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/ireland­national­plan­on­business­and­human­rights­2017­2020.pdf, diakses pada 9 April 2020.

387 Globalnaps.org, Ireland, https://globalnaps.org/country/ireland/, diakses pada 9 April 2020.

Page 181: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

158

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

mengenai garis waktu yang dikembangkan dan dibagikan dengan para

pemangku kepentingan untuk memandu proses penyusunan.388

Partisipasi

Forum LSM Tahunan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan

yang berlangsung pada November 2014 berfokus pada tema “Bisnis

dan HAM” dan khususnya pada implementasi Prinsip­Prinsip Panduan

PBB. Forum ini adalah langkah pertama dalam proses pengembangan

RAN. Departemen Luar Negeri dan Perdagangan menyelenggarakan

lokakarya (workshop) dengan perwakilan bisnis dan masyarakat sipil

pada bulan Februari 2015. Sebuah konsultasi publik juga berlangsung

dan mengundang pengiriman dari pihak­pihak yang berkepentingan

hingga 1 Maret 2015. Lebih dari 30 pengiriman diterima dari masyarakat

sipil dan bisnis. Tidak ada acara pemangku kepentingan yang diadakan

di luar Dublin (Ibu Kota Irlandia).389

Sebuah garis besar kerja (working outline)390 RAN Bisnis dan

HAM Irlandia diterbitkan pada Hari HAM, 10 Desember 2015. Sebuah

kegiatan konsultasi tentang garis besar kerja diselenggarakan oleh

Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan pada 22 Januari 2016.

Pada fase ini, pengajuan tertulis terkait garis besar kerja diterima, dan

konsultasi lebih lanjut berlangsung pada tahun 2016 dan awal 2017.

Hingga pada akhirnya, RAN Bisnis dan HAM Irlandia telah disetujui

oleh Pemerintah pada Juli 2017 dan diluncurkan pada 15 November

2017 oleh Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Simon Coveney.391

National Baseline Assessment (NBA)

Pada bulan Maret 2019, Pemerintah Irlandia menerbitkan penilaian

dasar yang menilai kerangka kerja legislatif dan peraturan di Irlandia.392

388 Ibid389 Ibid390 Garis besar kerja (Working Outline) adalah ringkasan komprehensif dari informasi

yang dihimpun dan masalah yang dipertimbangkan selama proses konsultasi dan dapat dilihat di situs webs dFat bersama dengan semua pengiriman tertulis yang diterima. Working Outline of Ireland’s National Plan on Business and Human Rights, 2016­2019, Departement of Foreign Affairs and Trade, https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2018/08/working­outline­of­irelands­national­plan­on­business­and­human­rights­2016­2019.pdf, diakses pada 10 April 2020.

391 Globalnaps.org, Ireland, Op.cit.392 REGANSTEIN, National Action Plan on Business and Human Rights: Baseline Assessment

of Legislative and Regulatory Framework, March, 2019. https://www.dfa.ie/media/dfa/

Page 182: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

159

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Laporan ini membahas isu­isu nasional tentang hak­hak pekerja, anti­

korupsi, kesetaraan, anti­perdagangan, perlindungan data, lingkungan,

pelaporan non­keuangan, pengadaan dan rantai pasokan. Penilaian

dilakukan oleh ReganStein dan Leading Edge Group selama periode 90

(sembilan puluh) hari, menggunakan panduan393 yang diterbitkan oleh

Institut Denmark untuk HAM dikombinasikan dengan Rencana Nasional.

17. Jerman394

Penanggung Jawab

: Kantor Luar Negeri Federal

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat:

: ­ Kementerian Pekerjaan dan Sosial Federal

­ Kementerian Federal untuk Urusan Ekonomi dan Energi

­ Kementerian Federal Kehakiman dan Perlindungan Konsumen

­ Kementerian Federal Keselamatan Lingkungan Hidup, Konservasi Alam, Bangunan dan Nuklir

­ Kementerian Federal untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi

Diterbitkan : Desember 2016

Proses Penyusunan

Pernyataan pertama terkait keinginan Pemerintah Jerman untuk

mengembangkan RAN Bisnis dan HAM dibuat dalam perjanjian koalisi,

ketika pemerintah berkomitmen untuk menerapkan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB di tingkat nasional. Aktor non­pemerintah memiliki peran

ourrolepolicies/internationalpriorities/Baseline­Study­­­Business­and­Human­Rights.pdf, diakses pada 10 April 2020.

393 Annex b, National Baseline Assessment (NBA) https://www.humanrights.dk/sites/humanrights.dk/files/media/dokumenter/business/naps/annex­b­nba­template­november­2017.pdf, diakses pada 10 April 2020.

394 RAN Bisnis dan HAM Jerman, Op.cit

Page 183: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

160

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

penting untuk menstimulus dalam penyusunan RAN. Misalnya, sebagai

hasil dari kegiatan lobi yang dilakukan oleh Koalisi CorA (Netzwork

fuer Unternehmensverantwortung/Jaringan untuk Akuntabilitas

Perusahaan) dan Forum HAM (Forum Menschenrechte) sekitar 2013,

kata­kata dimasukkan dalam perjanjian koalisi yang menyatakan bahwa

pemerintah akan menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan. Selain itu, pada

19 Juni 2013, Forum CSR Pemerintah Jerman mengadopsi resolusi yang

menyerukan kepada Pemerintah Jerman untuk “memutuskan langkah­

langkah untuk mengimplementasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB

dalam kebijakan nasional”. Sedangkan Kick-off untuk RAN berlangsung

pada konferensi pembukaan pada 6 November 2014, di Kantor Luar

Negeri Federal. 395

Partisipasi

Dalam penyusunan RAN juga dipimpin oleh Komite Pengarah

yang terdiri dari perwakilan dari enam kementerian, Institusi HAM

Jerman (DIMR) atau Komisi HAM Jerman (NHRI), Econsense (Forum

untuk Pengembangan Bisnis yang Berkelanjutan Jerman), asosiasi

perdagangan yang mewakili perusahaan multinasional Jerman tentang

masalah keberlanjutan, tiga perwakilan asosiasi perdagangan (dari

Konfederasi Pengusaha Jerman, Asosiasi Industri Jerman, Asosiasi

Industri dan Perdagangan), salah satu perwakilan dari Forum

Menschenrechte (Forum HAM), sebuah jaringan organisasi masyarakat

sipil yang bekerja pada isu­isu HAM, satu perwakilan serikat buruh

(dari Konfederasi Serikat Buruh Jerman); dan perwakilan dari jaringan

VENRO organisasi masyarakat sipil yang bekerja pada kebijakan

pembangunan.396

395 Globalnaps.org, Germany, https://globalnaps.org/country/germany/, diakses pada 10 April 2020.

396 Dalam European Coalition for Corporate Justice: Switzerland, Italy, Germany and the US release Business ad Human Rights National Action Plans, https://corporatejustice.org/news/374­ungps­december­switzerland­italy­germany­and­the­us­release­national­action­plans menyebutkan bahwa organisasi masyarakat sipil Jerman seperti CorA, VENRO, Forum Menschenrechte mengkritik RAN Bisnis dan HAM Jerman yang diterbitkan pada 21 Desember, karena kurangnya ambisi. Organisasi­organisasi tersebut juga menyebutkan bahwa meskipun masyarakat sipil terlibat dalam konsultasi tahap pertama, mereka dikeluarkan dari mengomentari konten RAN selama setahun terakhir.

Page 184: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

161

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Pada awalnya, pertemuan Komite Pengarah diselenggarakan

dengan semua anggota hadir. Institut HAM Jerman (DIMR) dan

Econsense bertanggung jawab untuk mengoordinasikan proses

konsultasi pemangku kepentingan. Proses penyusunan direncanakan

selama dua tahun dan terdiri dari tiga konferensi (awalnya empat

konferensi telah diramalkan, tetapi satu tidak terjadi) dan 11 audiensi

(awalnya dipahami sebagai lokakarya). Para pemangku kepentingan

terlibat secara luas dalam persiapan dan diskusi audiensi, dengan

setiap audiensi diselenggarakan bersama oleh organisasi­organisasi

dari berbagai kelompok pemangku kepentingan (pemerintah, serikat

pekerja, bisnis, masyarakat sipil). LSM, termasuk Amnesty International

dan Oxfam, dinominasikan oleh Forum Menschenrechte dan Venro

setelah kesepakatan bersama oleh koalisi LSM. Setiap kelompok

pemangku kepentingan memilih 10 ahli yang mewakili mereka dan

pendekatan mereka selama pertemuan. Peserta dipilih berdasarkan

bidang keahlian mereka dan topik utama dari lokakarya. Anggaran

untuk pertemuan­pertemuan ini mencakup biaya fasilitator dan

melayani audiensi, dengan kementerian menyediakan tempat untuk

pertemuan secara gratis.397

National Baseline Assessment (NBA)

Pada penyusunan RAN Jerman, didasarkan pada studi NBA yang

dilakukan. Selama proses penyusunan NBA, tiga putaran konsultasi

dengan semua kelompok pemangku kepentingan diadakan. Komite

pengarah kemudian mengadopsi NBA tersebut sebagai bagian dari

dasar untuk proses RAN lebih lanjut.398

397 Selama konferensi pembukaan yang diadakan pada tanggal 6 November 2014, lebih dari 100 berbagai pemangku kepentingan hadir, 10 isu penting diidentifikasi (dan kemudian disetujui oleh Komite Pengarah), yang kemudian diangkat dalam sebelas dengar pendapat yang dipimpin oleh para ahli yang diselenggarakan antara April dan September 2015. Kemudian hasil dari audiensi­audiensi ini dipresentasikan pada Konferensi RAN di Musim Gugur 2015. Globalnaps.org, Germany, Op.cit.

398 Ibid

Page 185: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

162

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

18. Chili399

Penanggung Jawab

: Kementerian Luar Negeri

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat:

: Kelompok Kerja Antar Kementerian:­ Kementerian

Perekonomian­ Kementerian Energi­ Kementerian Lingkungan

Hidup­ Kementerian Keuangan­ Kementerian Kehakiman­ Kementerian

Ketenagakerjaan­ Kementerian

Pertambangan­ Kementerian Kepresidenan­ Kementerian

Pembangunan Sosial­ Kementerian Perempuan­ Lembaga Statistik Nasional­ Institusi HAM Nasional­ Titik Kontak Nasional

Pedoman OECD­ Perusahaan Milik Negara

Diterbitkan : Juli 2017

Proses Penyusunan

Pemerintah Chili pertama kali menunjukkan keinginannya untuk

mengembangkan RAN ketika hadir di Forum Tahunan Bisnis dan

HAM PBB pada Desember 2014. RAN Bisnis dan HAM Chili berasal

dari RAN Tanggung Jawab Sosial 2015­2018 yang dikembangkan oleh

Dewan Tanggung Jawab Sosial untuk Pembangunan Berkelanjutan di

dalam Kementerian Ekonomi. Koordinasi untuk mengembangkan RAN

dimandatkan ke Direktorat HAM Kementerian Luar Negeri yang pada

gilirannya menciptakan Unit Khusus tentang HAM dan Bisnis untuk

melaksanakan tugas ini.400

399 National Action Plan on Business and Human Rights Chile (RAN Bisnis dan HAM Chile), Op.cit

400 Globalnaps.org, Chile,https://globalnaps.org/country/chile/, diakses pada 11 April 2020.

Page 186: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

163

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Sebelum meluncurkan proses, Kementerian Luar Negeri mengem­

bangkan rencana kerja dan jadwal untuk fase pertama proses RAN,

yang meliputi pembentukan Kelompok Kerja Antar­Kementerian,

pengembangan kapasitas untuk lembaga­lembaga terkait, peluang

untuk berbagai pemangku kepentingan keterlibatan, serta elaborasi

materi utama, termasuk NBA tentang bisnis dan HAM.401

Proses untuk menguraikan RAN secara resmi dimulai pada April

2015 dalam konteks seminar multi­pemangku kepentingan nasional

pertama Chili tentang bisnis dan HAM. Sejak saat itu, berbagai kegiatan

dan langkah diambil untuk memastikan proses partisipatif dalam

penjabaran kebijakan publik ini, dan untuk memastikan implementasi

jangka panjang dari agenda HAM dan bisnis ini di Chili. Sepanjang

proses, Kelompok Kerja Antar­Menteri bertemu secara berkala,

mengusulkan tindakan dan berpartisipasi dalam kegiatan yang telah

dilakukan dalam konteks ini.402

Partisipasi

Proses penyusunan RAN Bisnis dan HAM Chile tidak hanya banyak

melibatkan lintas kementerian, namun pihak­pihak lain, seperti bisnis,

serikat pekerja, masyarakat sipil, masyarakat adat, Danish Institute

on Human Rights (DIHR) dilibatkan dalam proses konsultasi pra­

penyusunan. Terdapat beberapa pola keterlibatan yang dilakukan,

mulai 9 kali dialog partisipatif, lokakarya (workshop), kelompok kerja

antar menteri dan dialog warga.403

National Baseline Assessment (NBA)

Untuk mendukung pemerintah dalam upaya mengembangkan

RAN Bisnis dan HAM, Kementerian Luar Negeri menandatangani

MoU dengan DIHR untuk memberikan dukungan strategis dan saran

tentang proses pengembangan NBA dan Panduan Negara (Country

Guide) untuk Chile. Berdasarkan nota kesepahaman tersebut dan

sejalan dengan langkah­langkah awal yang diambil oleh Komite Antar­

Kementerian yang ditugaskan untuk mengembangkan RAN, DIHR

401 Ibid402 Ibid403 Ibid

Page 187: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

164

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

menugaskan Pusat Studi HAM di Universitas Diego Portales, sebuah

lembaga ahli eksternal yang independen, untuk menghasilkan NBA.

NBA membutuhkan waktu sekitar sembilan bulan untuk diproduksi.

Ini menilai situasi HAM dan bisnis saat ini di negara itu, berfokus pada

tanggung jawab Negara, dan menggunakan Prinsip­Prinsip Panduan

sebagai kerangka kerja, mengacu pada standar HAM internasional dan

regional.404

19. Republik Slovenia405

Penanggung Jawab

: ­ Kementerian Luar Negeri­ Kamar Dagang dan

Indsutri Slovenia

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat:

: Sub­komisi Ahli Antar Kementerian:

Koordinator:­ Kementerian Luar Negeri

Anggota:­ Kementerian

Ketenagakerjaan, Keluarga, Urusan Sosial dan Kesetaraan Peluang

­ Kementerian Keuangan­ Kementerian

Pengembangan Ekonomi dan Teknologi

­ Kementerian Administrasi Publik

­ Kementerian Lingkungan Hidup dan Perencanaan Tata Ruang

­ Kementerian Dalam Negeri

­ Kementerian Kehakiman­ Kementerian Kesehatan

404 Ibid405 National Action Plan of the Republic of Slovenia on Business and Human Rights,

November 2018 (RAN Bisnis dan HAM Republik Slovenia), https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/NationalPlans/Slovenia_EN.pdf, diakses pada 11 April 2020

Page 188: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

165

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

­ Kantor Perdana Menteri­ Ombudsman HAM­ Konferensi Rektor

Slovenia

Diterbitkan : November 2018

Proses Penyusunan

Pemerintah Republik Slovenia telah mengadopsi sebuah RAN Bisnis

dan HAM pada November 2018. Melalui RAN tersebut, Republik Slovenia

bertujuan untuk memperkuat kegiatan yang dirancang untuk memastikan

bahwa HAM dihormati dalam kegiatan bisnis diseluruh rantai nilai dan

untuk mengembangkan kerja sama antara negara, perusahaan, asosiasi

bisnis, serikat pekerja, LSM, dan pemangku kepentingan lainnya.406

Dikarenakan isu tentang perlindungan HAM di sektor bisnis

melibatkan berbagai topik yang menyangkut beberapa kementerian, pada

proses penyusunan RAN dibentuk sub­komisi ahli antar kementerian

pada Mei 2014 di dalam Komisi HAM antar Kementerian untuk

persiapan penyusunan RAN. Pemerintah Republik Slovenia membentuk

Komisi HAM Antar­kementerian tersebut untuk mengoordinasikan

kerja sama antara kementerian dan untuk memantau dan melaporkan

pelaksanaan kewajiban internasional tentang perlindungan HAM.

Subkomisi ini juga bertugas untuk menyiapkan rencana tindakan,

dan mengoordinasikan pekerjaan persiapan sesuai dengan Prinsip­

Prinsip Panduan PBB dan Rencana Aksi Uni Eropa tentang HAM dan

Demokrasi.407 Mengenai implementasi Rencana Aksi Nasional, inspeksi

implementasi secara berkala akan dilakukan setiap dua tahun. Inspeksi

ini akan dikoordinasikan oleh Kementerian Luar Negeri, yang kemudian

akan melaporkan temuannya kepada Pemerintah Republik Slovenia.

Partisipasi

Draft RAN Slovenia dibuat setelah satu bulan konsultasi di bulan

Oktober dan November 2017 dengan kementerian terkait, asosiasi

perdagangan dan industri Slovenia, perusahaan­perusahaan, serikat

406 Globalnaps.org, Slovenia, https://globalnaps.org/country/slovenia/, diakses pada 11 April 2020.

407 RAN Bisnis dan HAM Republik Slovenia, Op.cit, h. 5.

Page 189: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

166

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

pekerja, NGO dan akademisi. Tiga putaran konsultasi diadakan untuk

persiapan rencana aksi, yaitu pada bulan Desember 2013, Kementerian

Luar Negeri dan Kamar Dagang dan Indsutri Slovenia mengadakan

forum national tentang Bisnis dan HAM untuk berbagi pemangku

kepentingan. Konsultasi dengan sektor binsis diadakan pada bulan

Maret 2017, sedangkan dengan serikat pekerja dan LSM diadakan

pada April 2017. Beberapa rencana aksi yang disusun berdasar pada

rekomendasi yang dicapai selama proses konsultasi dilakukan, baik

dengan sektor bisnis, asosiasi bisnis, serikat pekerja dan LSM.408

National Baseline Assessment (NBA)

Tidak ada NBA yang disusun sebagai dasar penyusunan RAN

Bisnis dan HAM Republik Slovenia.

20. Luksemburg409

Penanggung Jawab

: Kementerian Luar Negeri dan Urusan Eropa

Kementerian/Lembaga lain yang terlibat:

: Komite Antar­Deparatemen HAM

Diterbitkan : Juni 2018 dan telah diperbarui pada Januari 2020 untuk RAN Bisnis dan HAM 2020­2022.

Proses Penyusunan

Luksemburg didorong untuk menerbitkan RAN oleh mantan

Komisi Tinggi HAM PBB, Zeid Ra’ad Al Hussein, selama kunjungannya

408 Globalnaps.org, Slovenia, Op.cit409 National Action Plan of Luxembourg for the implementation of the United Nations Guiding

Principles on Business and Human Rights, 2018­2019, (RAN Bisnis dan HAM Luxembourg), https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/NationalPlans/LuxembourgNP_EN.pdf, diakses pada 11 April 2020.

Page 190: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

167

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

ke negara itu pada Januari 2017. Dalam RAN tersebut, Luksemburg

menyoroti tekadnya untuk mematuhi komitmennya terhadap Dewan

Uni Eropa mengadopsi RAN untuk menegakkan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB.410

RAN dibangun melalui tiga fase, diantaranya fase inisiasi, fasel

evaluasi dan konsultasi dan fase implementasi. Pada fase inisiasi terdiri

dari pengaturan suatu Komite Antar­Administratif untuk HAM yang

diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri dan Eropa yang bekerja

sama erat dengan otoritas publik, sektor swasta dan masyarakat sipil

dalam pertemuan rutin sepanjang 2017. Rencana kerja dikembangkan

dan cara pelaksanaanya ditetapkan. Fase evaluasi dan konsultasi

memungkinkan pemahaman menyeluruh tentang dampak negatif yang

dapat ditimbulkan bisnis terhadap HAM dan analisis yang ada inisiatif

untuk mengurangi risiko ini. Suatu proses konsultasi dengan para aktor

yang peduli masyarakat sipil menyoroti bidang intervensi yang paling

penting.411

Tahap implementasi, dikelola oleh Kementerian Luar Negeri dan

Urusan Eropa, melihat RAN diterbitkan setelah proses penyusunan

dan peninjauan dengan berbagai pemangku kepentingan yang

dianggap berharga oleh Duta Besar HAM, termasuk kementerian dan

administrasi, aktor di sektor swasta, dan perwakilan dari masyarakat

sipil. RAN telah disetujui oleh Dewan Pemerintah Luksemburg pada 22

Juni 2018. Luksemburg telah memperbarui RAN mereka untuk periode

2020­2022.412

Partisipasi

Metode yang diusulkan Luksemburg dalam bekerja untuk

memastikan implementasi yang efektif dari Prinsip­Prinsip Panduan

PBB bersama dengan aktor­aktor non­pemerintah dibangun

berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Kelompok Kerja PBB

untuk Bisnis dan HAM. Dialog dengan semua aktor publik dan

non­pemerintah diorganisir dan dikoordinasikan oleh Komite Antar­

410 Ibid, Lihat juga dalam Globalnaps.org, Luxembourg, https://globalnaps.org/country/luxembourg/, diakses pada 11 April 2020.

411 Ibid412 Ibid

Page 191: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

168

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Departemen HAM, di bawah arahan Kementerian Luar Negeri dan

Urusan Eropa. Metode kerja yang diusulkan juga memperhitungkan

kekhasan Luksemburg dan dikarakteristikkan dengan pendekatannya

yang inklusif, multi­pemangku kepentingan, dan multidisiplin. Itu

terinspirasi oleh model kemitraan publik­swasta dan didasarkan pada

partisipasi murni sukarela. Peserta berbagi tujuan umum di atas, tetapi

bertindak sesuai dengan alasan dan motivasi mereka masing­masing

dan/atau kelembagaan.413

Untuk terlibat dalam dialog, Komite Antar­Departemen HAM,

yang diketuai oleh Duta Besar HAM, bertemu dalam dua konteks yang

berbeda: baik terbatas pada administrasi dan kementerian atau terbuka

untuk badan­badan non­pemerintah. Format ini memungkinkan para

pemangku kepentingan dari sektor swasta dan masyarakat sipil untuk

berpartisipasi secara sukarela selama pengembangan RAN.414

Selama 2017, pertemuan diadakan dengan perwakilan dari

berbagai Kementerian yang dilakukan melalui kontak bilateral sebagai

bagian dari pertemuan reguler Komite Antar­Kementerian untuk

HAM. L’Union des Entreprises Luxembourgeoises (UEL) membantu

untuk terlibat dalam dialog dengan bisnis. Konsultasi dengan pelaku

dari masyarakat sipil juga dilakukan selama analisis dampak dan fase

penilaian risiko RAN.415

National Baseline Assessment (NBA)

Meskipun tidak ada analisis dasar yang menyeluruh yang dilakukan,

Kelompok Kerja Komite Antar­Departemen HAM melakukan penilaian

risiko untuk menyoroti dampak negatif dari kegiatan bisnis terhadap

HAM, serta analisis kesenjangan yang bertujuan memetakan inisiatif

yang ada untuk mengatasi risiko ini.416

413 Ibid414 Ibid415 Ibid416 Ibid.

Page 192: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

169

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

21. Belgia

Penanggung Jawab

: ­ Direktorat HAM Kementerian Luar Negeri

­ Kementerian Energi, Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan

Kementerian yang terlibat:

: Komisi Antar Departemen Pembangunan Berkelanjutan (CIDD)

Ketua:Institute Federal untuk Pembangunan Berkelanjutan (IFDD)

Diterbitkan : Juli 2017

Proses Penyusunan

RAN Belgia dikembangkan sebagai tanggapan atas seruan Komisi

Eropa kepada Negara­negara Anggota untuk menyusun RAN untuk

penerapan Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Rencana tersebut juga

dibayangkan untuk menegaskan kembali komitmen Belgia terhadap

Pedoman OECD untuk Perusahaan Multinasional dan Instrumen ILO.

Pada bulan Maret 2013, Kelompok Kerja tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan, yang mewakili semua administrasi federal dan regional/

masyarakat, ditunjuk sebagai penanggung jawab pernyusunan RAN dan

kegiatan terkait lainnya, seperti dialog dengan pemangku kepentingan

terkait.417

Kesepakatan di tingkat federal dicapai pada akhir 2016 dan rancangan

RAN diadopsi pada Juni 2017 RAN ditetapkan untuk berkontribusi

pada upaya Belgia untuk mencapai Agenda Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (SDGs) untuk tahun 2030 dan khususnya, SDGs 8 dan

SDGs 12. RAN Bisnis dan HAM didirikan bersamaan dengan pembaruan

aksi federal 2006 rencana “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. Pada

konsultasi pemangku kepentingan pertama, perusahaan dan organisasi

417 Globalnaps.org, Belgium, https://globalnaps.org/country/belgium/, diakses pada 12 April 2020.

Page 193: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

170

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

menyatakan preferensi yang jelas untuk menggabungkan dua rencana

aksi (RAN untuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan RAN untuk

Bisnis dan HAM), daripada memisahkannya. RAN juga diartikulasikan

dengan kebijakan tingkat regional di bidang HAM.418

Partisipasi

Pada April 2014, Kelompok Kerja CIDD menyelenggarakan

konsultasi pemangku kepentingan awal. Ini mengundang organisasi­

organisasi terkemuka di negara itu yang bekerja di bidang tanggung

jawab sosial perusahaan (CSR) dan/atau HAM untuk mengajukan

gagasan dan usulan tentang tindakan yang relevan. Survey kuesioner

juga diedarkan kepada para pemangku kepentingan. Selain tingkat

Federal, kontribusi dari Flanders, Wallonia dan Daerah Ibu Kota

Brussels membentuk rancangan pertama.419

Konsultasi putaran kedua pada rancangan pertama RAN

(November­Desember 2015) termasuk:

1. Fase A: kontribusi tertulis

2. Fase B: dialog dengan pemangku kepentingan

3. Fase C: konsultasi dengan badan penasihat

Ringkasan dari pertemuan konsultasi pemangku kepentingan

yang diadakan pada bulan November­Desember 2015 diterbitkan

di situs website Kelompok Kerja CIDD untuk Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan. Setelah konsultasi ini, berbagai Dewan Penasihat

mengajukan proposal ke rancangan RAN kedua, setelah diminta untuk

memberikan pandangan mereka. Beberapa pihak yang terlibat dalam

hal ini, termasuk diantaranya Dewan Federal untuk Pembangunan

Berkelanjutan, Dewan Perburuhan Nasional, Dewan Ekonomi Pusat,

Dewan Penasihat tentang Koherensi Kebijakan untuk Pembangunan,

Dewan Tinggi UKM Independen, Dewan Konsumen di Wallonia,

Dewan Ekonomi dan Sosial Wallonia menyampaikan pendapat, seperti

yang dilakukan Komite Ekonomi dan Sosial Daerah Brussels­Capital.

Dari April hingga Juni 2016, berbagai masukan dari konsultasi tahap

kedua dipertimbangkan dan dimasukkan ke dalam konsep ketiga RAN

418 Ibid419 Ibid

Page 194: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

171

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Bisnis dan HAM oleh Kelompok Kerja CIDD.420

National Baseline Assessment (NBA)

Meskipun tidak ada analisis dasar yang menyeluruh, Kelompok

Kerja CIDD melakukan analisis kesenjangan yang bertujuan memetakan

implementasi yang ada terkait dengan 31 Prinsip­Prinsip Panduan PBB

di tingkat federal dan regional. Pemetaan tersebut kemudian diserahkan

ke panel akademik yang dikoordinasi oleh Profesor Olivier De Schutter

(anggota UN CESCR dan mantan Pelapor Khusus PBB tentang Hak atas

Pangan). Tugas panel akademis hanyalah untuk memeriksa apakah

pemetaan tersebut memiliki kekurangan.421

22. Kenya422

Penanggung Jawab

: Departemen Kehakiman

Kementerian/Lembaga lainyang dilibatkan

: Departemen Kehakiman (di bawah Kejaksaan Agung) dan bekerjasama dengan:­ Komisi Nasional HAM

Kenya­ Komisi HAM Kenya­ Komite Pengarah Nasional

yang anggotanya berasal dari Pemerintah, sektor swasta dan organisasi non­pemerintah (termasuk PBB)

Diterbitkan : Juni 2019

Proses Penyusunan

Pemerintah Kenya mengumumkan niatnya untuk mengembangkan

RAN Bisnis dan HAM pada 9 Februari 2016. Kenya mengadopsi proses

420 Ibid421 Ibid422 National Action Plan on Business and Human Rights for the Implementation of the United

Nations Guiding Principles Business and Human Rights (RAN Bisnis dan HAM Kenya), https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/NationalPlans/2019_FINAL_BHR_NAP.PDF, diakses pada 12 April 2020.

Page 195: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

172

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

lima fase yang dijabarkan dalam Panduan yang dikeluarkan Kelompok

Kerja PBB untuk Bisnis dan HAM. Lima fase tersebut adalah: 1) Inisiasi;

2) Penilaian dan konsultasi; 3) Penyusunan; 4) Implementasi; dan 5)

Pembaruan.423 Mereka membentuk dasar dari peta jalan RAN Kenya.

Keseluruhan proses diperkirakan akan memakan waktu 18 (delapan

belas) bulan, dengan tanggal penyelesaian yang diharapkan pada Juni

2018. Setelah inisiasi pada Februari 2016, fase konsultasi dimulai pada

April 2016, dengan pengarahan untuk Pengarah Komite Pengarah

Nasional dan pemangku kepentingan lainnya. Ada upaya aktif untuk

menyelaraskan RAN dengan SDGs dan untuk meningkatkan koordinasi

antara proses RAN dan proses pengarusutamaan SDGs nasional.424

RAN Bisnis dan HAM Kenya berfokus pada lima bidang: 1) tanah

dan sumber daya alam; 2) tenaga kerja; 3) lingkungan; 4) transparansi

pendapatan dan 5) akuntabilitas. Bidang­bidang prioritas dipilih

berdasarkan musyawarah dengan para pemangku kepentingan pada

tahap pengarahan awal dan dari survei non­ilmiah tentang bidang­

bidang umum antara bisnis dan HAM di Kenya.425

Partisipasi

Sembilan konsultasi telah diadakan pada akhir September 2017.

Untuk memastikan liputan yang adil dan partisipasi luas, sebuah

pendekatan regional diadopsi, dengan delapan audiensi diseleng ­

garakan di seluruh penjuru negeri. Konsultasi dilakukan dengan

pemerintah, bisnis dan masyarakat, bersama dengan masyarakat sipil.

Ini didahului oleh latihan pemetaan dengan masing­masing dari tiga

kelompok pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi peserta di

tingkat regional. Selanjutnya, masyarakat adat dikonsultasikan secara

terpisah. Selain itu, konsultasi yang ditargetkan direncanakan dengan

para pemimpin bisnis di akhir 2017.426

Struktur dari setiap konsultasi mencakup sesi peningkatan kesa daran

yang memperkenalkan kerangka kerja Prinsip­Prinsip Panduan PBB dan

423 Guidance on National Action Plans on Business and Human Rights, UN Working Group on Business and Human Rights, December 2014, https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/UNWG_%20NAPGuidance.pdf#page=2, diakses pada 12 April 2020.

424 Globalnaps.org, Kenya, https://globalnaps.org/country/kenya/, diakses pada 12 April 2020.425 RAN Bisnis dan HAM Kenya, Op.cit.426 Globalnaps.org, Kenya, Op.cit.

Page 196: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

173

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Kerangka Kerja HAM lainnya (nasional, regional dan internasional).

Menggunakan metodologi partisipatif, peserta mengidentifikasi

masalah yang menjadi perhatian, kemungkinan solusi, dan aktor yang

bertanggung jawab. Informasi yang dikumpulkan mengenai penyebab

konsultasi kemudian disintesis menjadi laporan yang akan dianalisis

secara kolektif dan memberikan dasar untuk merumuskan RAN.427

Struktur tambahan yang diterapkan untuk mendukung formulasi

RAN adalah ‘kelompok kerja tematik’. Ada satu kelompok kerja untuk

setiap bidang tematik, yang pada gilirannya terdiri dari para ahli.

Kelompok kerja tematik membantu memperdalam analisis masalah,

mempertajam rekomendasi atau poin tindakan dan menyarankan

mekanisme pemantauan.428

National Baseline Assessment (NBA)

Pada 2017 NBA diterbitkan. Ini dilakukan bersama oleh Depar­

temen Kehakiman, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Kenya dan

Komisi Hak Asasi Manusia Kenya.429 Laporan ini dibagi menjadi dua

bagian. Bagian pertama, pengantar, menyajikan ringkasan singkat

tentang perjalanan menuju RAN termasuk di mIana kita berada secara

global; metodologi yang digunakan dalam menyiapkan baseline ini;

dan konteks negara. Bagian kedua terdiri dari temuan­temuan utama

dan rekomendasi dari kewajiban negara di bawah pilar 1 dan 3 dan

menilai sejauh mana pemerintah dalam pembuatan kebijakan dan

tindakan legislatif, penegakan dan penyediaan pemulihan hukum dan

non­yudisial mematuhi Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Laporan ini tidak

lengkap dalam analisisnya tentang status implementasi saat ini, dan

berfokus pada masalah tanah dan sumber daya alam; tenaga kerja,

lingkungan, transparansi pendapatan dan; akuntabilitas dan akses

ke pemulihan. Pilihan kelima isu tersebut didasarkan pada survei

non­ilmiah tentang dampak paling umum dari operasi bisnis yang

memengaruhi penikmatan HAM.430

427 Ibid428 Ibid429 Kenya National Baseline Assessment on Business and Human Rights 2017, https://

mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/2018/07/kenya­nba­final.pdf, diakses pada 12 April 2020.

430 Ibid

Page 197: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

174

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

23. Thailand431

Penanggung Jawab

: Departemen Perlindungan Hak dan Kebebasan Kementerian Kehakiman

Kementerian/Lembaga lainyang terlibat:

: Komite Nasional RAN

Ketua:­ Direktur Jenderal

Departemen Perlindungan Hak dan Kebebasan

Anggota:Kementerian Pemerintah lainnya serta Komisi Hak Asasi Manusia Nasional (NHRI) Thailand, yang memiliki mandat untuk merancang RAN dan mengawasi implementasinya.

Diterbitkan : Oktober 2019

Proses Penyusunan

Pada 29 Oktober 2019, Pemerintah Thailand mengadopsi RAN

Bisnis dan HAM dan diluncurkan secara publik pada 16 Desember

2019. Selama Universal Period Review (UPR) yang kedua pada Mei 2016,

Pemerintah Kerajaan Thailand menerima rekomendasi untuk mengem ­

bangkan, memberlakukan, dan menerapkan RAN Bisnis dan HAM

(rekomendasi UPR 158,49 oleh Swedia).432 Departemen Perlindungan

Hak dan Kebebasan, pada 24 November 2017, melakukan hal berikut

untuk memajukan penerapan Prinsip­Prinsip Panduan PBB di Thailand,

diantaranya:433

431 1st National Action Plan on Business and Human Rights (2019­2020) (RAN Bisnis dan HAM Thailand), Op.cit

432 Globalnaps.org, Thailand, https://globalnaps.org/country/thailand/, diakses pada 12 April 2020.

433 RAN Bisnis dan HAM Thailand, Op.cit,

Page 198: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

175

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Di tingkat nasional:

1) Membentuk Komite untuk menentukan, menyiapkan, memantau,

dan menganalisis Implementasi RAN (Komite Nasional RAN),

pada November 2016;

2) Mengadakan dialog nasional tentang Bisnis dan HAM, pada

Desember 2016;

3) Mengadakan konsultasi regional untuk memahami konteks

spesifik Bisnis dan HAM di empat wilayah Thailand, pada

Januari ­ Maret 2017;

4) Perdana Menteri Jenderal Prayut Chan­o­cha secara resmi

mengumumkan Kebijakan Pemerintah Kerajaan Thailand

tentang Bisnis dan HAM dan menegaskan kembali komitmen

Pemerintah Thailand untuk mengimplementasikan Prinsip­

Prinsip Panduan PBB melalui RAN. Perdana Menteri

selanjutnya memimpin penandatanganan “Nota Kerjasama

untuk Mengimplementasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB

di Thailand”. Itu ditandatangani oleh Komisi Nasional Hak

Asasi Manusia, Kementerian Kehakiman, Luar Negeri dan

Perdagangan, Federasi Industri Thailand, Asosiasi Bank

Thailand, Kamar Dagang Thailand dan Jaringan Komputasi

Global Thailand yang diselenggarakan pada 31 Mei 2017.

Di tingkat regional

Pemerintah Thailand menjadi tuan rumah Pertemuan Para Ahli

untuk bertukar pengetahuan tentang persiapan RAN.

Di tingkat internasional

Pemerintah bersama­sama menyelenggarakan acara side event di

Forum PBB ke­6 tentang Bisnis dan HAM pada tahun 2017 di Jenewa,

Swiss, untuk mempromosikan pengembangan implementasi Prinsip­

Prinsip Panduan PBB. Kedepannya Departemen Perlindungan Hak

dan Kebebasan Kementerian Kehakiman berencana untuk melakukan

kegiatan­kegiatan berikut:434

1. Melakukan konsultasi regional lebih lanjut sebagai langkah

persiapan akhir untuk persiapan RAN;

434 Globalnaps.org, Thailand, Op.cit

Page 199: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

176

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

2. Mempersiapkan RAN dan mengusulkannya ke kabinet untuk

persetujuan dan pengesahannya;

3. Diseminasi pengetahuan tentang Prinsip­Prinsip Panduan PBB

ke berbagai sektor masyarakat secara berkelanjutan;

4. Memastikan bahwa masalah­masalah bisnis dan HAM

dimasukkan dalam Rencana Hak Asasi Manusia Nasional ke­4

Thailand.

Dari 26 Maret hingga 4 April 2018, Kelompok Kerja PBB untuk

Bisnis dan HAM melakukan misi negara selama sepuluh hari ke

Thailand, di mana mereka terlibat dalam dialog terbuka dengan

berbagai pemangku kepentingan termasuk pemerintah, organisasi

masyarakat sipil dan bisnis berdasarkan inisiatif saat ini, peluang dan

tantangan untuk menerapkan Prinsip Panduan PBB.435

Kelompok Kerja PBB diberitahu bahwa beberapa konsultasi untuk

mencari masukan dan komentar mengenai rancangan pertama sedang

direncanakan. Namun, mereka juga mencatat bahwa upaya lebih

lanjut akan diperlukan untuk memastikan proses inklusif, misalnya

dengan menyediakan informasi tentang proses RAN tersedia di situs

web Kementerian, panggilan terbuka untuk masukan dan komentar,

dan keterlibatan dengan kelompok masyarakat sipil yang lebih luas

dan pelaku usaha. Selain itu, Kelompok Kerja PBB merekomendasikan

bahwa RAN menempatkan perhatian khusus pada Pilar Ketiga Prinsip­

Prinsip Panduan PBB (akses ke pemulihan) dan dimensi gender, dan

bahwa itu berhubungan dengan inisiatif lain yang relevan seperti

Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.436

Dalam siaran pers, Kelompok Kerja PBB juga menyoroti perlunya

meningkatkan perlindungan ruang sipil di Thailand, termasuk Pembela

HAM. Mereka juga menyambut keterbukaan Pemerintah Thailand

untuk membahas tantangan yang tersisa dan untuk melihat bagaimana

ini dapat diatasi dan ditangani dalam RAN. Di Komisi Antarpemerintah

ASEAN untuk Dialog Antar­Hak Asasi Manusia: Berbagi Praktik yang

Baik tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia pada 4­6 Juni 2018,

Pemerintah Thailand mengumumkan bahwa masalah­masalah prioritas

435 Ibid436 Ibid

Page 200: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

177

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

utama dalam RAN Thailand adalah buruh, tanah, lingkungan dan

sumber daya alam, Pembela HAM, dan investasi lintas batas dan

perusahaan multinasional.

Partisipasi

Thai BHR Network mengadakan enam konsultasi dengan

pemerintah antara Januari 2017 dan Maret 2018 di mana masyarakat

setempat berbagi rekomendasi mereka pada RAN. Namun, beberapa

LSM mengklaim pada konferensi pers yang diadakan oleh Manushya

Foundation di Bangkok pada 23 Agustus 2018 bahwa mereka telah

ditinggalkan dari proses penyusunan RAN. Organisasi masyarakat sipil

juga mengirim surat terbuka kepada Departemen Perlindungan Hak

dan Kebebasan (RLPD), Program Pembangunan PBB (UNDP), Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia Thailand (NHRCT) dan Kantor Komisaris

Tinggi Hak Asasi Manusia (OHCHR) tentang mereka keprihatinan

tentang rancangan RAN.437

Pada bulan Desember 2018, Kementerian Kehakiman Thailand

mempresentasikan versi terbaru RAN ke Organisasi Masyarakat Sipil

untuk mengumpulkan lebih banyak input dan mengedarkan draft final

RAN (dalam bahasa Thailand) pada Februari 2019 untuk komentar

publik. Pada bulan Maret 2019, Manushya Fundation dan Jaringan

Bisnis dan HAM Thailand, menyampaikan Komentar Bersama mereka438

ke Rancangan Final RAN Bisnis dan HAM yang menyerukan kepada

Pemerintah Kerajaan Thailand untuk memastikan regulasi perusahaan

yang efektif. Kegiatan ini termasuk suara masyarakat yang terkena

dampak negatif dari perilaku bisnis dan operasi dengan refleksi dari

semua tantangan dan rekomendasi mereka.

National Baseline Assessment (NBA)

Pada bulan September 2017, para ahli dari Jaringan Bisnis & HAM

Thailand bertemu untuk memprakarsai pengembangan NBA, di bawah

pengawasan LSM, Manushya Fundation. Dimodelkan setelah template

DIHR/ICAR, NBA akan digunakan oleh Departemen Kehakiman dalam

437 Ibid438 Manushya, Comments on the Final Draft National Action Plan (NAP) on Business and

Human Rights (BHR) in Thailand, https://www.manushyafoundation.org/comments­on­the­nap­on­bhr

Page 201: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

178

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

proses untuk mengembangkan RAN. Proses pengembangan NBA

melibatkan empat dialog sub­regional yang diselenggarakan oleh

Manushya Fundation, Departemen Perlindungan Hak dan Kebebasan

dan Kementerian Kehakiman, dari Januari hingga Maret 2017. Lokakarya

peningkatan kapasitas tentang Prinsip­Prinsip Panduan PBB dilakukan

dari Mei hingga Juni 2017. Partisipasi dan dimasukkannya masyarakat

yang paling berisiko dan terpinggirkan dalam konteks bisnis dan

HAM dipertimbangkan, dan para pemangku kepentingan berikut

dilibatkan: Masyarakat Adat, Pembela HAM atas Lingkungan, Pekerja

Migran, Pekerja/Buruh Formal dan Informal, Kegiatan LGBTI, Orang­

orang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA), Pekerja Seks, orang dengan

disabilitas, dan Orang Tua.439 Pada Juni 2019, Manushya Fundation

telah menerbitkan bab­bab tematis dari NBA CSO independen tentang

Bisnis dan HAM di Thailand.440

3.3. Dimensi Gender dalam Implementasi Nasional Prinsip-prinsip

Panduan PBB

Meskipun semua orang sama di bawah Deklarasi Universal Hak

Asasi Manusia, namun demikian terdapat aspek­aspek tertentu dari

HAM yang sebagian besar mempengaruhi perempuan tidak menerima

perhatian. Dalam gerakan hak asasi perempuan, kehadiran Konvensi

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan

(CEDAW) dan Deklarasi dan Platform Aksi Beijing, yang tercipta melalui

Konferensi Dunia Keempat tentang Perempuan di Beijing, Cina, pada

1995. Pada konferensi inilah Hillary Clinton menyatakan bahwa HAM

adalah hak asasi perempuan dan hak asasi perempuan adalah HAM

(human rights are women’s rights and women’s rights are human

rights).441 Ketentuan Pasal 2e menyatakan mengambil semua langkah

439 RAN Bisnis dan HAM Thailand, Op.cit440 Manushya Fundation, “Independent CSO National Baseline Assessment (NBA) on Business

and Human Rights: Thematic Assessment Chapters”, https://www.manushyafoundation.

org/bhr­cso­nba­thailand441 Oleh karena itu, advokasi gerakan hak asasi perempuan berusaha untuk memperluas

ruang lingkup sistem HAM internasional yang berfokus secara sempit pada perlindungan individu terhadap pelanggaran hak oleh negara. Kemudian didorong oleh fakta bahwa banyak masalah yang memengaruhi perempuan berada dalam masyarakat atau dalam struktur keluarga, wilayah yang secara tradisional dianggap sebagai domain ruang privat. Seiring dengan dinamika pergerakan HAM, kemudian advokasi hak asasi perempuan isu­isu wilayah ini mulai membawa keprihatinan pelanggaran hak menuju ruang publik

Page 202: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

179

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan oleh

siapa pun, organisasi atau perusahaan. Rumusan norma dalam Pasal 2e

tentang penghapusan diskriminasi terhadap perempuan oleh siapa pun,

organisasi, atau perusahaan dapat diartikan bahwa ketentuan Konvensi

secara keseluruhan harus berlaku untuk sektor swasta. Rekomendasi

Umum No. 19 Komite CEDAW lebih lanjut menetapkan ini sebagai

penerapan penyalahgunaan dalam ruang privat yang disebut keluarga

dan hubungan privat dengan menyerukan kepada negara­negara untuk

mengambil langkah­langkah yang tepat dan efektif untuk mengatasi

semua bentuk kekerasan berbasis gender, baik oleh tindakan privat

maupun publik.442

Realitas HAM, termasuk bisnis dan HAM mempengaruhi

perempuan dan laki­laki secara berbeda, semestinya mendorong para

pembuat kebijakan dan praktisi bisnis dan HAM untuk mengadopsi

perspektif gender. Pada titik ini terdapat kebutuhan mendesak untuk

lebih memahami dampak spesifik gender dari operasi perusahaan.

Risiko semacam itu perlu dipetakan dan dipahami dengan jelas oleh

perusahaan dan negara. 443 RAN yang saat ini diterapkan oleh negara

sebagai salah satu alat kebijakan utama untuk penerapan Prinsip­prinsip

Panduan PBB di tingkat nasional semestinya dapat dipergunakan

untuk berkontribusi secara berarti dalam mencapai kesetaraan gender.

Mengapa penggunaan perspektif gender menjadi pembeda

dalam penilaian dampak bisnis terhadap HAM ? Mengapa gender dan

mengapa bukan faktor pembeda lain seperti ras, etnis, agama, atau

kedisabilitasan ? Atau, mengapa tidak kelompok lain seperti anak­

Atas dasar ini, isu­isu seperti hak reproduksi, akses ke keluarga berencana yang aman, perawatan kesehatan, kekerasan seksual dalam konflik, kekerasan dalam rumah tangga, serta masalah­masalah yang berkaitan dengan warisan dan kebebasan bergerak tanpa izin laki­laki, secara bertahap telah dibawa ke pusat manusia wacana HAM. Lihat, Kathryn Dovey, Why gender matters for the business and human rights agenda in Southeast Asia, dalam Mahdev Mohan and Cynthia Morel (eds.), Business and Human Rights in Southeast

Asia Risk and the Regulatory Turn, (Oxon: Routledge, 2015), h. 60­61442 Carol C. Gould, Interactive Democracy: The Social Roots of Global Justice, (Cambridge:

Cambridge University Press, 2014), h. 158­159443 Setiap bidang HAM yang baru lahir yang memengaruhi masyarakat yang begitu luas,

beragam model ekonomi, keragaman negara dan budaya, tidak dapat menegasikan isu ketidaksetaraan yang terus­menerus antara perempuan dan laki­laki. Ketidaksetaraan yang dipertahankan sebagai akibat dari norma gender dan relasi yang dimainkan di negara­negara yang menempatkan perempuan khususnya menghadapi diskriminasi hukum, budaya, sosial dan agama. Lihat, Kathryn Dovey, loc.cit

Page 203: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

180

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

anak, masyarakat adat atau pekerja migran? Sensitivitas kontekstual

dan penghargaan terhadap gender tidak mengurangi pentingnya

melindungi dan menghormati hak­hak kelompok lain ini dari dampak

merugikan HAM yang terkait dengan bisnis. Pada kenyataannya, negara

dan perusahaan sama­sama perlu mewaspadai karakteristik dan risiko

kerentanan yang dapat memengaruhi pemegang hak yang berinteraksi

dengan mereka dan berpotensi berdampak secara internal maupun

eksternal. Sebagai pembeda, gender mempengaruhi seluruh spektrum

masyarakat bahkan dunia karena komunitas akan selalu terdiri dari

perempuan dan laki­laki. Oleh karena itu, prevalensinya merupakan

faktor penentu. Dalam konteks ini, aktor­faktor yang menghasilkan

kerentanan dan marginalisasi juga perlu dipertimbangkan. Perpindahan

dan penggandaan karakteristik kerentanan dan marginalisasi dikenal

sebagai intersectionality. Faktor­faktor ini merupakan lapisan lain yang

harus dipertimbangkan ketika melihat dampak HAM dari bisnis. 444

Pada 2007, Dewan HAM PBB mengadopsi Resolusi yang meminta

semua prosedur khusus untuk mengintegrasikan perspektif gender

ke dalam pelaksanaan mandat mereka termasuk ketika memeriksa

interseksionalitas berbagai bentuk diskriminasi terhadap perempuan

dan untuk memasukkan dalam laporan mereka informasi dan kualitatif

analisis hak asasi perempuan dan anak perempuan.445

Dalam konteks ini, Linnea Kristiansson dan Nora Götzmann,

seluruh RAN dari Asia, Amerika, dan Eropa menunjukkan pendekatan

yang netral gender (gender-neutral approach). Dengan demikian,

RAN tersebut dapat dikatakan gagal mengenali bagaimana perempuan

444 Interseksionalitas sebuah istilah yang secara efektif mengakui pengalaman individu­individu yang mengalami berbagai bentuk diskriminasi. Seorang pekerja migran perempuan, misalnya, mungkin memiliki risiko eksploitasi seksual yang lebih besar daripada karyawan perempuan setempat. Sebagai alternatif, berbagai hambatan yang mungkin dihadapi oleh seorang perempuan masyarakat adat untuk membuat suaranya didengar dapat sangat berbeda dari yang dialami oleh seorang laki­laki masyarakat adat. Lihat, ibid.,

445 Resolusi yang sama juga memasukkan perspektif gender dan isu­isu hak­hak perempuan ke dalam mekanisme Tinjauan Berkala Universal. Langkah Dewan HAM ini menggemakan Resolusi tahun 2002 yang dideklarasikan Komisi HAM PBB, yang meminta pemegang mandat prosedur khusus. Berdasarkan resolusi ini mekanisme pelapor khusus menggunakan perspektif gender secara spesifik hingga saat ini, termasuk Pelapor Khusus untuk perumahan yang layak, Pelapor Khusus tentang hak atas makanan, Pelapor Khusus tentang hak atas pendidikan, Pelapor Khusus tentang hak­hak masyarakat adat, Pelapor Khusus tentang situasi pembela HAM dan Pelapor Khusus tentang kekerasan terhadap perempuan. Lihat, ibid

Page 204: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

181

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

secara berbeda dan tidak proporsional dipengaruhi oleh kegiatan dan

kebijakan yang terkait dengan bisnis.446 Komitmen negara yang ada

untuk mencapai kesetaraan gender telah dimandatkan melalui Prinsip­

Prinsip Panduan PBB bahwa implementasi dalam kebijakan nasional

harus responsif gender. Dengan demikian, apabila RAN sebagai

manifestasi kebijakan nasional tidak memperhitungkan dan menangani

hak asasi perempuan dan anak perempuan, maka bertentangan dengan

komitmen non­diskriminasi dan kesetaraan negara­negara di bawah

hukum HAM internasional447 dan Agenda 2030 untuk Pembangunan

Berkelanjutan. Dengan kata lain, RAN yang netral gender kehilangan

peluang untuk berkontribusi pada realisasi kesetaraan gender dalam

isu bisnis dan HAM.448

Gender and Development Network (GADN) dan Corporate

Responsibility Coalition (CORE) melaporkan pada 2015 bahwa RAN

yang ada belum memiliki analisis gender yang kuat tentang risiko dan

dampak khusus HAM untuk perempuan yang timbul dari kegiatan bisnis.

Temuan serupa juga dilaporkan Danish Institute for Human Rights pada

2018, bahwa mencatat RAN yang dianalisis belum mencukupi untuk

mengatasi perempuan dalam kontes bisnis dan HAM. 449

Dalam banyak konteks negara, Nora Götzmann dan Wangui

Kimotho mencontohkan hak­hak perempuan atas tanah tidak diakui

atau dirongrong dalam praktiknya, menimbulkan tantangan bagi

446 Linnea Kristiansson dan Nora Götzmann, op.cit., h. 3447 Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW)

merupakan Konvensi pertama yang mengarahkan Negara secara khusus untuk mengatur sektor swasta sebagai bagian dari tugas mereka untuk melindungi HAM. Komite CEDAW telah mengeluarkan beberapa Rekomendasi Umum yang mencakup dimensi sektor swasta. Misalnya, Rekomendasi Umum No. 24 tentang Perempuan dan Kesehatan mencatat secara spesifik bahwa ketika Negara bekerja dengan aktor swasta untuk menyediakan fungsi kesehatan, Negara tetap bertanggung jawab atas pemenuhan hak atas kesehatan dan harus melaporkan bagaimana mereka mempromosikan dan melindungi. kesehatan perempuan. Selanjutnya, Rekomendasi Umum No. 25 membahas langkah­langkah khusus sementara, yang dapat digunakan oleh Negara untuk mempercepat kesetaraan de facto antara laki­laki dan perempuan dalam menikmati hak pekerjaan baik di sektor swasta dan publik. Lihat, Kathryn Dovey, op.cit., h. 68

448 Nora Götzmann and Wangui Kimotho, What Can National Action Plans on Business

and Human Rights do for Women’s Rights, https://www.openglobalrights.org/what­can­national­action­plans­on­business­and­human­rights­do­for­womens­rights/, diakses pada 1 Agustus 2020, pukul 22.01 WIB

449 Joanna Bourke Martignoni and Elizabeth Umlas, Gender­Responsive Due Diligence For Business Actors: Human Rights­Based Approaches, (Geneva: The Geneva Academy of International Humanitarian Law and Human Rights, 2018), h. 23­24

Page 205: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

182

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

kegiatan bisnis yang menghormati hak asasi perempuan dalam proses

yang terkait dengan tanah seperti konsultasi, pembuatan perjanjian atau

pemukiman kembali. Demikian pula dalam mengakses pemulihan,

sementara perempuan dan laki­laki menghadapi banyak hambatan

akses terhadap pemulihan yang terdokumentasi dengan baik, perem­

puan mungkin khususnya terpinggirkan. Misalnya, pembela HAM

perempuan menghadapi risiko khusus, karena mereka sering kali

menantang tidak hanya bisnis tetapi juga norma dan harapan budaya

yang membatasi ruang gerak mereka di wilayah publik.450 Dengan

demikian, menurut Carol C. Gould pemenuhan HAM tidak dapat di­

serah kan pada konteks yurisprudensi atau pengadilan saja. Realisasi

HAM perlu diambil sebagai tujuan yang memotivasi reformasi dan

penciptaan institusi dan kebijakan sosial, politik, dan ekonomi yang

berfungsi untuk mewujudkan HAM.451

Linnea Kristiansson dan Nora Götzmann menelisik analisis gender

terkait topik­topik utama dalam RAN, yaitu: 452

1. Pekerjaan dan hak­hak pekerja

Gender dalam konteks hak pekerja dan hak atas pekerjaan

secara eksplisit dibahas dalam beberapa RAN. Sebagai contoh,

RAN Belgia menetapkan bahwa perhatian khusus terkait

dengan hak­hak perempuan sebagaimana telah ditetapkan

Konvensi ILO yang telah diratifikasi Belgia. RAN Chili juga

menetapkan harapan kementerian Chili terkait dengan inklusi

dan non­diskriminasi melalui tindakan yang mempromosikan

hak­hak perempuan di pasar tenaga kerja, seperti

meningkatkan partisipasi pekerja perempuan dalam serikat

pekerja. Demikian pula, RAN Korea Selatan telah mendorong

pendidikan tentang kesetaraan gender untuk staf manajerial,

dengan tujuan untuk membuat rekrutmen dan pengambilan

keputusan di lingkungan perusahaan lebih inklusif.

2. Tanah dan sumber daya alam

Penggunaan pendekatan responsif gender untuk interaksi

bisnis dengan hak dan penggunaan tanah, masih belum

450 Nora Götzmann and Wangui Kimotho, loc.cit451 Carol C. Gould, op.cit., h. 163452 Linnea Kristiansson dan Nora Götzmann, op.cit., hlm. 4­12

Page 206: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

183

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

mendapatkan perhatian dalam RAN. Ketiadaan topik ini dalam

RAN merupakan bentuk kelalaian yang signifikan. Sebagai

contoh RAN Perancis, Jerman dan Inggris mengesahkan

Pedoman Sukarela tentang Tata Kelola Kepemilikan Tanah,

Perikanan dan Hutan yang Bertanggung Jawab, namun

negara­negara tersebut belum menangani dampak gender dari

hak dan penggunaan lahan.

3. Layanan esensial dan privatisasi

Analisis terhadap RAN yang ada merujuk pada masalah

kesehatan dalam konteks kesehatan dan keselamatan

di tempat kerja dan bukan dalam kaitannya dengan

penyediaan layanan kesehatan. Oleh karena itu, RAN tidak

cukup menangani akses ke layanan kesehatan atau potensi

masalah yang terkait dengan privatisasi layanan kesehatan,

apalagi mengatasi masalah ini dari perspektif gender. Hal

yang sama dapat dikatakan untuk layanan pendidikan,

sementara pendekatan responsif gender merupakan strategi

untuk menghapus kesenjangan gender layanan pendidikan.

Selain itu, kecendeungan global menuju privatisasi layanan

esensial, maka RAN harus mempertimbangkan dan mengatasi

topik ini. Sementara pivatisasi pada dasarnya merugikan

hak asasi perempuan, ada banyak bukti bahwa privatisasi

layanan­layanan penting dapat memiliki dampak negatif yang

signifikan.

4. Perdagangan dan investasi

Beberapa negara menyatakan dalam RAN mereka kehendak

untuk melindungi HAM dalam konteks perdagangan

dan investasi dengan cara menginkorpoasikan atau akan

menginkorporasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB dan

Pedoman OECD tentang Perusahaan Multinasional ke dalam

perjanjian perdagangan dan investasi saat ini dan masa

depan. Banyak negara Eropa menyatakan dalam RAN mereka

kepatuhan terhadap Prinsip­Prinsip Panduan PBB sebagai

hasil dari kepatuhan mereka dengan persyaratan perdagangan

dan investasi Uni Eropa. Namun, RAN yang ada tidak merujuk

Page 207: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

184

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

pada perempuan atau gender dalam konteks perdagangan

atau investasi.

5. Akses pemulihan

Hasil analisis RAN yang ada dalam menangani pemulihan

dengan cara tertentu, tidak ada yang secara eksplisit merujuk

pada perempuan atau gender dalam konteks ini.

Linnea Kristiansson dan Nora Götzmann memberikan rekomen­

dasi untuk berkontribusi secara bermakna dalam mengatasi diskrimi ­

nasi gender, proses implementasi nasional tidak hanya harus

mengakui cara­cara terjadinya diskriminasi gender secara sistemik ter ­

manifestasi, tetapi juga mencakup langkah­langkah konkret menuju

penanganan penghapusan diskriminasi.453 Tindakan kebijakan yang

direkomendasikan yang dijabarkan dalam RAN tidak hanya mencakup

intervensi yang ditargetkan untuk mengatasi risiko khusus bagi

perempuan dalam konteks operasi bisnis, tetapi untuk berkontribusi

dalam menutup kesenjangan ketidaksetaraan gender secara lebih luas,

termasuk melindungi partisipasi perempuan dan menghapus hambatan

budaya bagi partisipasi publik perempuan dan kelompok rentan

lainnya. Selain itu, RAN juga berpotensi untuk mengimplementasikan

bantuan hukum untuk mengembangkan mekanisme pengaduan tingkat

operasional yang responsif mengatasi dampak gender, dapat membantu

mengatasi beberapa hambatan terhadap akses perempuan terhadap

keadilan.454 Dalam kaitannya dengan kelima topik yang teridentifikasi

pada RAN, Linnea Kristiansson dan Nora Götzmann menyampaikan

rekomendasi seperti terlihat melalui tabel di bawah ini.455

Topik Rekomendasi Pengembangan RAN

Pekerjaan dan hak­hak pekerja

• Menerapkan undang­undang anti­diskriminasi, dan mengharuskan bisnis untuk menerapkan langkah­langkah uji tuntas untuk memenuhi persyaratan undang­undang tersebut;

453 Linnea Kristiansson dan Nora Götzmann, loc.cit454 Nora Götzmann and Wangui Kimotho, op.cit455 Ibid, h. 4­12

Page 208: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

185

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

• Mengambil langkah­langkah untuk mengatasi keterwakilan perempuan yang berlebihan dan kurang di sektor­sektor tertentu dan kondisi kerja yang buruk di lingkungan yang menempatkan perempuan bekerja pada sektor yang memiliki keterwakilan yang berlebihan;• Mengumpulkan data kesenjangan pembayaran gender, dan menggunakan data ini untuk mengatasi diskriminasi upah sistemik;• Membutuhkan usaha untuk mengimplementasikan target dan kuota partisipasi perempuan dalam angkatan kerja; • Secara proaktif menangani stereotip gender yang memengaruhi peluang dan pilihan kerja antara perempuan dan laki­laki.

Tanah dan sumber daya alam

• Memastikan RAN secara eksplisit menangani implikasi gender dari penggunaan lahan oleh investor domestik dan asing;• Memastikan kesetaraan dalam hak tanah dan properti, serta kebijakan pertanahan, dan mendukung melalui program implementasi spesifik;• Mewajibkan bisnis untuk menghormati hak asasi perempuan di bawah hukum dan praktik tanah adat, dan menyikapi hukum dan praktik tanah adat yang mendiskriminasi perempuan;• Mewajibkan investor asing untuk menunjukkan penggunaan lahan yang peka gender sebagai syarat investasi;• Menempatkan dan secara teratur memantau kerangka kerja pemukiman kembali yang mengharuskan pelaku yang terlibat dalam pemukiman kembali untuk memberikan perhatian eksplisit untuk menghindari dan mengurangi dampak pemukiman kembali dan mata pencaharian negatif terhadap perempuan; • Meningkatkan partisipasi dan hak­hak perempuan untuk menjadi bagian integral dari negosiasi dan substansi dari perjanjian penggunaan lahan antara masyarakat dan perusahaan.

Page 209: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

186

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Layanan esensial dan privatisasi

• Menganalisis dan menghitung setiap dampak gender dalam penyediaan layanan esensial, termasuk keputusan mengenai privatisasi layanan esensial;• Meningkatkan transparansi pengambilan keputusan tentang penyediaan layanan esensial;• Menangani diskriminasi gender sistemik dalam penyediaan layanan esensial;• Menerapkan langkah­langkah untuk memastikan setiap layanan esensial yang diprivatisasi memenuhi HAM internasional dan standar domestik yang relevan;• Secara berkala mengevaluasi dampak gender dari penyediaan layanan esensial.

Perdagangan dan investasi

• Menyelaraskan pengaturan perdagangan dan investasi dengan standar HAM internasional, dan menyediakan ruang kebijakan untuk memasukkan langkah­langkah untuk melindungi dan mempromosikan kesetaraan gender;• Mengevaluasi dan mengatasi implikasi gender dari pengaturan perdagangan;• Melakukan penilaian langkah­langkah perdagangan secara ex­ante gender untuk memastikan instrumen yang diperdagangkan oleh pedagang responsif gender;• Menghasilkan dan menggunakan indikator dan data yang dipilah berdasarkan jenis kelamin ketika mengevaluasi dampak gender dari perdagangan dan investasi;• Mendorong partisipasi yang berarti oleh kelompok­kelompok perempuan dalam konsultasi perdagangan, dan menunjuk pakar gender sebagai anggota tim penelitian;• Membangun kapasitas para pejabat negara tentang dampak perdagangan dan investasi berbasis gender;• Menempatkan mekanisme pengawasan lembaga legislatif untuk perjanjian perdagangan dan investasi, dengan menunjuk orang­orang kunci untuk memantau masalah terkait kesetaraan gender

Page 210: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

187

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Akses pemulihan • Merancang mekanisme pemulihan yang lebih efektif, responsif gender (yudisial dan non­yudisial), dengan berkolaborasi dengan perempuan dalam proses desain dan dengan memperhatikan status hukum dan konteks sosial perempuan selama proses tersebut;• Mengatasi hambatan untuk pemulihan melalui mekanisme yudisial yang memiliki relevansi khusus bagi perempuan, misal tidak tersedianya bantuan hukum, aksesibilitas fisik, dan hambatan bahasa dan literasi;• Secara berkala memantau data bisnis dan HAM yang bersumber dari sistem peradilan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang bagaimana kasus­kasus bisnis dan HAM dapat ditangani dari perspektif hak asasi perempuan;• Membangun kapasitas pengadilan untuk menangani masalah­masalah bisnis dan HAM yang berdimensi gender, termasuk yang terkait dengan kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender;• Mewajibkan perusahaan, terutama yang beroperasi di industri yang didominasi perempyan, untuk mengembangkan panduan yang jelas bagi para pemasok dalam mengembangkan penyelesaian pengaduan secara efektif; • Menangani secara proaktif ancaman yang dihadapi oleh pembela HAM perempuan, termasuk dengan menargetkan ketentuan di industri tertentu atau masalah yang menempatkan pembela HAM perempuan sangat berisiko

Selanjutnya, menurut analisis GADN dan CORE, RAN merupakan

modalitas yang dapat dijadikan sebagai peluang bagi pemerintah

untuk memasukkan kesetaraan gender dan hak asasi perempuan ke

dalam kebijakan dan hukum, termasuk memanifestasikan komitmen

negara­negara di bawah HAM manusia internasional. Integrasi ini

akan membantu perusahaan untuk berkontribusi secara proaktif ke

arah perlindungan, promosi dan pemenuhan hak asasi perempuan.

Oleh karena itu, kebijakan perlu dikombinasikan dengan uji tuntas

hak asasi manusia yang peka terhadap gender dan langkah­langkah

untuk mengurangi hambatan terhadap keadilan. Rekomendasi GADN

Page 211: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

188

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

dan CORE kepada negara dalam mengembangkan RAN yang sensitif

gender (gender-sensitive NAP), khususnya mengenai tanggung jawab

perusahaan untuk menghormati HAM, termasuk langkah­langkah

seperti bekerja dengan perusahaan, serikat pekerja dan masyarakat

sipil untuk mengembangkan panduan khusus sektor mengenai risiko

HAM bagi perempuan dan uji tuntas HAM yang peka gender (gender-

sensitive human rights due diligence), misalnya human rights impact

assessment dan gender impact assessments yang mempertimbangkan

bentuk ketidaksetaraan gender, memastikan partisipasi perempuan

secara penuh dan bermakna (full and meaningful participation of

women) dan pelaporan transparan tentang indikator kesetaraan gender

dan mendukung prakarsa upah yang adil gender di seluruh sektor

dalam rantai pasokan global.456

Uji tuntas HAM yang responsif gender mengharuskan perusahaan

untuk mengambil pendekatan holistik terhadap lingkungan operasi

mereka dengan mengidentifikasi, mencegah, memitigasi, dan meng­

hitung cara­cara di mana tindakan atau kelalaian mereka dapat

memengaruhi laki­laki dan perempuan secara berbeda, dan orang­

orang yang tidak sesuai gender. Uji tuntas yang responsif gender

menjadi penting diatur melalui RAN karena Prinsip­Prinsip Panduan

PBB tidak memberikan panduan spesifik tentang seperti apa uji tuntas

yang responsif gender, bahkan tidak menyebutkan konsep tersebut.

Prinsip­Prinsip Panduan PBB hanya menunjukkan elemen­elemen

penting tertentu dari uji tuntas HAM, yang salah satunya mensyaratkan

pendekatan responsif gender.457

Pada Juni 2019, Kelompok Kerja Bisnis dan HAM PBB (UN Working

Group on Business and Human Rights) mempresentasikan laporan

mengenai Dimensi Gender dari Prinsip­Prinsip Panduan tentang Bisnis

dan Hak Asasi Manusia (Panduan Gender Bisnis dan HAM PBB)

kepada Dewan HAM PBB. Laporan ini memberikan panduan spesifik

gender tentang implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB, termasuk

proses nasional seperti RAN. Kelompok Kerja dapat digunakan oleh

negara untuk membuat proses nasional untuk menerapkan Prinsip­

Prinsip Panduan PBB lebih responsif gender. Beberapa aspek yang

456 Joanna Bourke Martignoni and Elizabeth Umlas, loc.cit457 Ibid, h.13

Page 212: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

189

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

mendapatkan aksentuasi dalam Panduan Gender Bisnis dan HAM PBB

tersebut sebagai berikut.458

3.4. Bagaimana Respon Kebijakan Pemerintah Indonesia: Refleksi

dan Aksi

Sebagai salah satu negara anggota Dewan HAM PBB yang

mendorong disahkannya resolusi mengenai Prinsip­Prinsip Panduan

PBB, Indonesia tentunya memiliki ikatan moral yang lebih kuat untuk

mengimplementasikan prinsip­prinsip tersebut. Dengan demikian,

Indonesia wajib menetapkan langkah­langkah yang tepat untuk

mencegah, menyelidiki, menghukum dan memulihkan berbagai

pelanggaran HAM yang dilakukan sektor swasta melalui ragam

kebijakan, legislasi, regulasi dan sistem peradilan yang efektif.459

Bagi Pemerintah Indonesia diperlukan norma hukum yang bersifat

hard law sebagai landasan mekanisme penegakan norma­norma HAM

yang telah dijamin tersebut. Mekanisme penegakan tersebut harus

merupakan kewajiban (mandatory) bagi semua komponen masyarakat.

Meskipun instrumen hukum internasional seperti Prinsip­Prinsip

Panduan PBB yang mengatur bisnis dan HAM bersifat soft law, namun

instrumen ini dapat dipergunakan pemerintah untuk menyusun peraturan

perundang­undangan yang secara domestik mengikat korporasi.

458 Linnea Kristiansson dan Nora Götzmann, op.cit, h. 12459 Dengan kata lain, the state duty to protect does not just require more regulation per se

but rather focuses on having in place the right kind of regulation that is adequate and

effective in requiring companies to respect human rights. OHCHR, Frequently Asked

Questions About the Guiding Principles on Business and Human Rights (New York and Geneva: OHCHR, 2014). h. 21.

Page 213: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

190

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Penelitian Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM)

tahun 2019,460 berhasil mengidentifikasi setidaknya terdapat beberapa

kebijakan yang diterbitkan pemerintah, khususnya oleh kementerian

dan lembaga sebagai upaya dalam mengimplementasikan Prinsip­

Prinsip Panduan PBB dalam konteks nasional. Beberapa peraturan

atau kebijakan tersebut diantaranya:

1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 35 Tahun 2015

tentang Sistem dan Sertifikasi HAM pada Usaha Perikanan;

2. Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2018 tentang Perubahan atas

Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi

Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 2015­2019;

3. Peraturan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia No. 001 Tahun

2017 tentang Pengesahan Rencana Aksi Nasional Bisnis dan

Hak Asasi Manusia;

Selain kebijakan tersebut, pemerintah juga tengah menyusun Road

Map atau Strategi Nasional Bisnis dan HAM.

Jika melihat beberapa kebijakan yang diterbitkan dan rencana

menge luarkan kebijakan untuk merespon isu bisnis dan HAM, maka

Indonesia dapat dikatakan memiliki komitmen dalam meng imple ­

mentasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB melalui berbagai kebijakan,

termasuk melalui RAN. Keragaman kebijakan ini pada dasarnya

dapat dilekatkan sebagai implementasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB.

Mahdev Mohan dan Cynthia Morel dengan mengacu pada John Ruggie

menyatakan bahwa elemen­elemen Prinsip­Prinsip Panduan PBB telah

atau sedang ditindaklanjuti oleh masing­masing pemerintah melalui

legislasi dan RAN atau dalam bentuk tindakan hukum dan kebijakan

yang berbeda.461

Kecenderungan ini sejatinya telah menjadi fenomena yang sedang

berkembang di banyak negara. Pengembangan RAN merupakan

ekspresi komitmen politik suatu negara dalam rangka menciptakan

momentum menuju transformasi visi transformatif dalam memberikan

460 Adzkar Ahsinin dkk, “Perkembangan Bisnis dan HAM di Indonesia: Persepsi Negara,

Masyarakat Sipil dan Korporasi,” Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2019. 461 Mahdev Mohan and Cynthia Morel, Introduction, dalam Mahdev Mohan and Cynthia

Morel (eds.), Business and Human Rights in Southeast Asia Risk and the Regulatory

Turn, (Oxon: Routledge, 2015), h. 2

Page 214: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

191

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

koridor bagi korporasi untuk hormat terhadap HAM. Selain itu menurut

Kelompok Kerja PBB salah satu fungsi utama dari RAN adalah untuk

memperkuat koordinasi dan koherensi kebijakan pemerintah yang

terkait dengan bisnis dan HAM.462

Penyusunan RAN Bisnis dan HAM yang dilakukan oleh Peme­

rintah tersebut merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk

menghindari atau mengurangi terjadinya pelanggaran HAM oleh

korporasi. RAN Bisnis dan HAM ini nantinya juga dapat dijadikan sebagai

arahan mengenai legislasi dan regulasi apa (kerangka kebijakan) yang

perlu dibentuk dan disesuaikan dengan tanggung jawab korporasi

untuk menghormati HAM.

Hanya saja, walaupun Indonesia telah tercatat memiliki Peraturan

Komnas HAM No. 001 Tahun 2017 tentang Pengesahan RAN Bisnis

dan HAM maupun berbagai inisiatif lain guna menerjemahkan Prinsip­

Prinsip Panduan PBB dalam konteks kebijakan nasional, namun status

Indonesia dalam kategori OHCHR masih masuk sebagai “states that are

in the process of developing a national actional plan or have committed

to developing one”, bersama dengan 15 (lima belas) Negara lainnya,

yaitu Argentina, Honduras, India, Jepang, Kenya, Liberia, Malaysia,

Mexico, Mongolia, Morocco, Pakistan, Peru, Skotlandia, Uganda dan

Ukraina. Kondisi ini sejatinya memunculkan pertanyaan, mengapa

status Indonesia berdasarkan OHCHR masih dianggap “negara yang

sedang dalam proses mengembangkan RAN atau telah berkomitmen

untuk mengembangkannya” padahal Indonesia telah memiliki banyak

insiatif yang dilakukan. Terkait dengan hal ini, Shirley Basauli Agustina,

yang bekerja pada Direktorat HAM dan Kemanusiaan Kementerian

Luar Negeri menyatakan: 463

“. . . pada dasarnya isu bisnis dan HAM di PBB dibahas dalam forum yang

cukup terbuka khususnya terhadap NGO dan NHRI, termasuk Komnas HAM

dan Komnas Perempuan Indonesia yang sering terlibat dalam pertemuan­

pertemuan Bisnis dan HAM, seperti BHR Forum. Kondisi demikian, harusnya

membuat PBB selalu mendapatkan informasi terhadap segala inisiatif yang

dilakukan oleh Indonesia dalam rangka mengimplementasikan UNGPs.

Namun, terkait dengan status RAN Bisnis dan HAM di Indonesia di PBB, kami

462 Adzkar Ahsinin dkk, op.cit., h. 1.463 Wawancara dengan Shirley Basauli Agustina – Staf Direktorat HAM dan Kemanusiaan

Kementerian Luar Negeri, pada 12 Maret 2020.

Page 215: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

192

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

tidak mengetahui secara pasti mengapa statusnya demikian. Mereka juga

belum pernah mendengar contoh negara lain bahwa mereka (negara­negara)

harus menyampaikan statement resmi bahwa mereka sudah memiliki RAN,

sehingga statusnya dapat diperbarui oleh PBB. Karena, menurut Direktorat

HAM dan Kemanusiaan Kemenlu, tidak ada kewajiban bagi Pemerintah untuk

melakukan update maupun pelaporan terhadap inisiatif­inisiatif yang sedang

dilakukan terkait implementasi UNGPs, mengingat status UNGPs yang bukan

merupakan sebuah treaty.”

1. Peraturan Komnas HAM (Perkom) No. 001 Tahun 2017 tentang Pengesahan RAN Bisnis dan HAM464

Dalam upaya mengakselerasi implementasi Prinsip­Prinsip

Panduan PBB di Indonesia, Komnas HAM bersama dengan ELSAM465

telah melaksanakan berbagai aktivitas yang ditujukan untuk menyusun

dan merumuskan RAN Bisnis dan HAM yang telah dimulai sejak

September 2014.

Penyusunan RAN Bisnis dan HAM didasarkan pada naskah Kertas

Kebijakan (policy paper) yang disusun bersama oleh Komnas HAM

dan ELSAM.466 Naskah ini sudah melalui proses konsultasi publik para

pemangku kepentingan (stakeholders), baik yang berasal dari organisasi

masyarakat sipil, kalangan sektor bisnis, dan instansi pemerintah yang

memiliki otoritas terkait dengan isu bisnis dan HAM. Sebelumnya

Komnas HAM bersama dengan ELSAM, telah melaksanakan workshop

yang dihadiri oleh korporasi multinasional (MNC) dan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) dari sektor perkebunan dan pertambangan pada

tahun 2014. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, perusahaan terbuka

terhadap inisiatif pembentukan Pedoman Nasional, sebagai cara untuk

menerapkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB ke dalam konteks Indonesia.

Namun demikian tentu perlu memperhatikan harapan para pelaku

464 Pengundangan Peraturan Komisi ini telah dicatatkan dalam Berita Negara No. 856, 2017.465 Tim penyusun kertas kerja dan draft RAN Bisnis dan HAM terdiri dari beberaoa orang

anggota yang berasal dari ELSAM dan Komnas HAM. Tim ini diketuai oleh Nurkholis, Ketua Komnas HAM saat itu dan sekaligus Spesial Rapporteur Bisnis dan HAM. Spesial Rapporteur merupakan salah satu mekanisme yang dibentuk Komnas HAM untuk mengawal isu HAM yang dianggap penting untuk mendapatkan perhatian dari Komnas HAM.

466 Kertas Kebijakan ELSAM & KOMNAS HAM, Urgensitas Penyusunan dan Pengembangan Rencana Aksi Nasional Bisnis dan HAM di Indonesia, 2017. Lihat juga dalam Lampiran Perkom No. 001 Tahun 2017, http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn856­2017.pdf, h. 21.

Page 216: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

193

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

bisnis tersebut bahwa pembentukan Pedoman Nasional tersebut tidak

semakin membebani para pelaku bisnis. Komitmen korporasi terhadap

penghormatan HAM dapat ditunjukkan dengan pembentukan Business

and Human Rights Working Group (BHRWG) sebagai media dialog

konstruktif antara korporasi dan masyarakat sipil untuk menemukan

cara yang tepat untuk mengintegrasikan prinsip­prinsip dan norma­

norma HAM dalam operasi bisnis mereka.467

Dalam proses konsultasi yang dilakukan, juga dengan melibatkan

berbagai organisasi masyarakat sipil, untuk memperkaya substansi

rancangan RAN mengenai Bisnis dan HAM. Keterlibatan organisasi

masyarakat sipil sangat penting untuk melihat dimensi dampak

pelanggaran HAM dan pemulihan yang dibutuhkan korban yang

terdampak operasional korporasi. Dalam kaitan ini, kelompok anak­

anak dengan difasilitasi oleh UNICEF juga dilibatkan dalam penyusunan

RAN mengenai Bisnis dan HAM. Keterlibatan anak­anak bertujuan

untuk melihat dimensi kebutuhan perlindungan anak yang bersifat

khusus manakala mereka berinteraksi dengan bisnis. Selanjutnya,

untuk memperkuat legitimasi teoritik pentingnya menempatkan peran

korporasi bertanggung jawab dalam pemajuan HAM dalam konteks

sistem hukum Indonesia dilakukan juga diskusi dengan kalangan

akademisi hukum. Di samping itu, juga telah dilakukan diskusi

kelompok terfokus (FGD) dengan beberapa kementerian/lembaga

yang memiliki kewenangan terkait dengan bisnis dan HAM. Diskusi

ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebijakan yang telah dan sedang

disusun untuk merespons dinamika hubungan antara bisnis dan HAM

yang masuk dalam lingkup kewenangan masing­masing. Sebagai

tindak lanjut dari berbagai forum tersebut Komnas HAM dan ELSAM

memformulasi RAN mengenai Bisnis dan HAM di Indonesia dengan

mengakomodasi berbagai pemangku kepentingan (stakeholders).468

467 Pembentukan BHRWG ini diinsiasi oleh Indonesia Global Compact Network (IGCN)

dengan melibatkan organisasi masyarakat sipil. BHRWG ini beranggotakan individu­individu yang berasal dari korporasi, organisasi masyarakat sipil, dan perguruan tinggi yang memiliki perhatian terhadap isu bisnis dan HAM. BHRWG berperan sebagai hub yang akan mendialogkan secara konstruktif mengenai isu­isu yang berkaitan dengan bisnis dan HAM.

468 Peraturan Komnas HAM No. 001 Tahun 2017 tentang Pengesahan Rencana Aksi Nasional Bisnis dan HAM, dicatatkan dalam Berita Negara No. 856, 2017. Dapat diakses melalui http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn856­2017.pdf

Page 217: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

194

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Setelah naskah kertas kebijakan dan Rancangan RAN Bisnis dan

HAM dinyatakan selesai, langkah awal yang perlu dilakukan pengesahan

kedua dokumen ini melalui Sidang Paripurna Komnas HAM.469 Langkah

selanjutnya setelah mendapatkan legalitas melalui sidang paripurna,

kemudian dokumen tersebut dikonsultasikan dengan kementerian dan

lembaga. Tujuan konsultasi tersebut dapat dilihat melalui diagram di

bawah ini.

Namun dalam perkembangan selanjutnya, upaya untuk mengatur

RAN Bisnis dan HAM terpisah dan diatur melalui Peraturan Presiden

tidak dapat direalisasikan. Menurut Kementerian Luar Negeri, Kantor

Staf Presiden, maupun Kementerian Hukum dan HAM, Presiden Joko

Widodo yang menghendaki penyederhanan regulasi untuk mendorong

dunia usaha berinvestasi. Berdasarkan politik kebijakan tersebut

direkomendasikan untuk mengintegrasikan bisnis dan HAM dalam satu

regulasi, yakni Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia.

Pada titik yang lain, selain isu bisnis dan HAM pada waktu itu

belum dianggap penting dan strategis oleh kementerian/lembaga,

Prinsip­Prinsip Panduan PBB yang menjadi rujukan norma bisnis

dan HAM tidak mengikat dan tidak menciptakan kewajiban hukum

baru bagi Negara sehingga pemerintah merasa belum perlu merespon

469 Pengesahan melalui sidang Paripurna Komnas HAM merupakan langkah strategis agar kertas kerja kbijakan dan draft RAN Bisnis dan HAM yang dihasilkan Tim mendapatkan legalitas. Sidang Paripurna adalah pemegang kekuasaan tertinggi di Komnas HAM, yang terdiri atas seluruh anggota Komnas HAM. Sidang Paripurna menetapkan Tata Tertib, Program Kerja dan Mekanisme Kerja Komnas HAM.

Page 218: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

195

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

melalui kebijakan khusus. Berdasarkan situasi tersebut, maka Komnas

HAM sesuai dengan mandat Undang­Undang No. 39 Tahun 1999

tentang HAM memutuskan dan menetapkan untuk mengesahkan Draft

RAN Bisnis dan HAM melalui Peraturan Komnas HAM. Pada akhirnya,

pada April, Draft RAN Bisnis dan HAM disahkan melalui Peraturan

Komnas HAM No. 001 Tahun 2017.

Lini masa rangkaian aktivitas mulai dari penyusunan draft RAN

Bisnis dan HAM dan pengesahan Draft RAN Bisnis dan HAM, seperti

telah diuraikan di atas dapat dilihat melalui diagram di bawah ini.

Page 219: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

196

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Page 220: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

197

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Terdapat beberapa rasionalisasi yang mendasari RAN Bisnis dan

HAM ditetapkan melalui Peraturan Komnas (Perkom) pada waktu itu

diantaranya, pertama, Indonesia adalah salah satu negara yang ikut

serta menandatangani Prinsip­Prinsip Panduan PBB sehingga timbul

moral obligation bahwa Indonesa harus menerapkan hal tersebut

dalam skala nasionalnya. Kedua, sampai saat Perkom No. 1/2017

tersebut dibuat belum ada satupun peraturan yang mengintegrasikan

antara korporasi dengan kewajiban untuk melakukan penghormatan

terhadap HAM. Ketiga, data pengaduan di Komnas HAM yang

menunjukan bahwa korporasi/perusahaan adalah urutan kedua. yang

paling banyak diadukan dalam setiap tahunnya, meski varian isunya

berbeda­beda ada tentang sengketa tanah, dampak lingkungan dari

operasional perusahaan, per­buruhan atau ketenagakerjaan, dsb.470

Hal tersebut sejatinya telah tergambar dalam konsideran menimbang

huruf (c) disebutkan:

“Bahwa penanganan dan penyelesaian terkait dampak operasional entitas

bisnis terhadap HAM belum optimal, yang mengakibatkan korban pelanggaran

HAM kesulitan untuk memperoleh pemulihan haknya”.

Selanjutnya dalam konsideran huruf (c) menyatakan isu bisnis dan

HAM masuk dalam ruang lingkup kewenangan Komnas HAM:

“Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 76 dan Pasal 89 Undang­

Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia maka diperlukan

suatu mekanisme penanganan kasus pelanggaran HAM yang melibatkan

entitas bisnis.”

Di samping ketiga rasionalitas tersebut, dalam konteks bisnis dan

HAM, Komnas HAM sebagai Institusi Nasional HAM (National Human

Rights Institutions) menurut Meg Brodie merupakan aktor unik. Sebagai

institusi independen yang didirikan berdasarkan undang­undang,

Institusi Nasional HAM secara tradisional berfokus pada pelanggaran

negara, namun baru­baru ini dan semakin banyak badan­badan

berbasis negara ini memobilisasi keahlian HAM dan mandat mereka

untuk menangani pelanggaran HAM yang melibatkan sektor swasta

470 Wawancara tertulis dengan Ketua Komnas HAM RI, Achmad Taufan Damanik, pada 29 April 2020.

Page 221: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

198

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

(entitas bisnis).471 Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan

Bangsa­Bangsa (PBB) untuk Bisnis dan Hak Asasi Manusia, John

Ruggie, dalam surat terbuka kepada Institusi Nasional HAM, mencatat

bahwa peran vital Institsui Nasional HAM dalam memajukan HAM

dalam praktik. Kemudian ketika pertama kali menetapkan Kerangka

Kerja Perlindungan, Penghormatan, dan Pemulihan pada tahun 2008,

Pelapor Khusus memperjelas pandangannya bahwa kontribusi Institusi

Nasional HAM angat berharga. Selanjutnya John Ruggie menggalang

jaringan Institusi Nasional HAM dan institusi individu untuk lebih

mempertimbangkan potensi kontribusi mereka, dan untuk berbagi

apa yang sudah mereka lakukan untuk menangani pelanggaran

terkait bisnis. John Ruggie mengimajinasikan bahwa Institusi Nasional

HAM Ruggie dapat berkontribusi dalam mengembangkan mekanisme

pengaduan non­yudisial berbasis negara (state-based non-judicial

grievance mechanism) untuk menyediakan pemulihan yang efektif

dan dapat diakses untuk kerugian terkait bisnis..472 Terdapat beberapa

contoh peran Institusi Nasional HAM dalam menangani pelanggaran

HAM terkait bisnis termasuk, misalnya, menyusun perintah dan

reko mendasi langsung ke perusahaan dan negara bagian untuk

implementasi; memfasilitasi akses ke mekanisme peradilan untuk

penye lesaian pelanggaran; menyelenggarakan dialog para pemangku

kepentingan; dan mendukung bisnis untuk memahami tanggung jawab

HAM mereka.473 Sementara itu, Nora Götzmann dan Sébastien Lorion

mengidentifikasi peran yang dapat dilekatkan pada Institusi Nasional

HAM terkait isu HAM dalam konteks bisnis dan HAM: 474

471 Meg Brodie, Pushing the Boundaries: The Role of National Human Rights Institutions

in Operationalising the ‘Protect, Respect and Remedy’ Framework, dalam Radu Mares, (ed.), The UN Guiding Principles on Business and Human Rights: Foundations and

Implementation, (Leiden: Koninklijke Brill NV, 2012), h. 245472 Ibid, h. 246­247473 Ibid474 Nora Götzmann and Sébastien Lorion, National Human Rights Institutions and Access to

Remedy in Business and Human Rights: Executive Summary and Policy Recommendations, (Copenhagen: Danish Institute for Human Rights, 2020), h. 4­5

Page 222: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

199

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

Namun demikian pelaksanaan mandat, kapasitas dan sumber

daya untuk mengatasi keragaman isu HAM dalam konteks bisnis dan

HAM mensyaratkan kemampuan Institusi Nasional HAM untuk bekerja

pada akses ke pemulihan dengan difasilitasi melalui mandat yang

luas, inklusi resmi dalam mandat, dan menugaskan sumber daya yang

sesuai, termasuk kapasitas keuangan dan staf yang mencukupi.475

Dalam konteks Indonesia, ketentuan­ketentuan yang termaktub

dalam Pasal 76 dan Pasal 89 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia tersebut memuat tugas dan fungsi Komnas HAM, diantaranya

melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan

dan mediasi tentang HAM. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi

tersebut, Komnas HAM memerlukan mekanisme penanganan kasus

pelanggaran HAM yang melibatkan entitas bisnis. Atas dasar itulah,

Komnas HAM perlu menetapkan Peraturan Komnas HAM tentang

Pengesahan RAN Bisnis dan HAM. Dalam lampiran dijelaskan secara

terperinci terkait dengan ketiga pilar Prinsip­Prinsip Panduan PBB

dalam konteks Indonesia, khususnya memberikan ilustrasi mengenai

2 (dua) aspek. Pertama, instrumen untuk melaksanakan Prinsip­

Prinsip Panduan PBB untuk Bisnis dan HAM serta merefleksikan

tugas negara di bawah Hukum HAM Internasional untuk melindungi

475 Ibid

Page 223: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

200

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

dampak HAM terkait dengan bisnis korporasi yang merugikan. Selain

itu, mengupayakan ketersediaan akses pemulihan yang efektif. Kedua,

sebagai instrumen untuk memajukan penghormatan terhadap HAM

melalui proses uji tuntas (due diligence).

Jika mencermati hirarki peraturan perundang­undangan sesuai

ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang­Undang No. 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang­undangan sebagaimana telah

diper barui dalam Undang­Undang No. 15 Tahun 2019 bahwa jenis

dan hierarki Peraturan Perundang­undangan terdiri atas (1) UUD NRI

1945, (2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, (3) Undang­

Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang­Undang yang

biasa disingkat “Perppu”, (4) Peraturan Pemerintah (PP), (5) Peraturan

Presiden (Perpres), (6) Peraturan Daerah Provinsi dan (7) Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota.

Selanjutnya, ketentuan Pasal 8 undang­undang tersebut menyebut­

kan bahwa jenis Peraturan Perundang­undangan selain sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan

oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,

Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri,

Badan, Lembaga atau Komisi setingkat yang dibentuk dengan Undang­

Undang atau Pemerintah atas perintah Undang­Undang atau Pemerintah

atas perintah Undang­Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/

Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. Ketentuan

ini kian menegaskan bahwa peraturan­peraturan lain yang dibentuk

oleh lembaga­lembaga negara yang bersifat independen dan diberi

kewenangan regulasi berdasarkan undang­undang seperti Peraturan

yang diterbitkan oleh Komnas HAM, diakui eksistensinya sebagai

peraturan perundang­undangan lainnya di luar peraturan perundang­

undangan yang terdapat dalam hierarki peraturan perundang­

undangan.

Jika ditinjau, dari segi konten dan ruang lingkup Perkom tersebut,

bahwa Perkom ini terdiri dari 6 (enam) pasal dan disertai dengan salinan

naskah asli RAN Bisnis dan HAM yang tercantum dalam lampiran yang

Page 224: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

201

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

menjelaskan secara detail terkait ketiga pilar Prinsip­Prinsip Panduan

PBB. Beberapa pasal dalam Perkom tersebut berbunyi:

Pasal 1

(1) Rencana Aksi Nasional Bisnis dan Hak Asasi Manusia merupakan

pedoman pencegahan, penanganan, penyelesaian, dan pemulihan

pelanggaran hak asasi manusia yang melibatkan entitas bisnis.

(2) Salinan naskah asli Rencana Aksi Nasional Bisnis dan Hak Asasi Manusia

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Komisi ini.

Pasal 2

Setelah penetapan Rencana Aksi Nasional Bisnis dan Hak Asasi Manusia ini:

1. Setiap penanganan kasus pelanggaran hak asasi manusia yang melibatkan

entitas bisnis di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dilakukan sejalan

dengan Rencana Aksi Nasional Bisnis dan Hak Asasi Manusia ini.

2. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia bekerja sama dengan Kementerian/

Lembaga untuk mengembangkan Rencana Aksi Nasional Bisnis dan Hak

Asasi Manusia ini menjadi peraturan yang mengikat.

Pasal 3

(1) Dalam hal adanya pengaduan atau diketahui adanya dugaan pelanggaran

hak asasi manusia yang dilakukan oleh entitas bisnis, Komisi Nasional

Hak Asasi Manusia dapat melaksanakan fungsi pengkajian, penyuluhan,

pemantauan, dan mediasi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi sebagaimana diatur

pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia.

Pasal 4

(1) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dapat melakukan penilaian hak

asasi manusia terhadap semua entitas bisnis yang beroperasi di wilayah

Republik Indonesia.

(2) Penilaian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan

serangkaian kegiatan berupa kegiatan penilaian kebijakan internal

entitas bisnis, uji tuntas hak asasi manusia (due dilligence), menyediakan

mekanisme pengaduan korban dan laporan berkala untuk menguji

komitmen entitas bisnis dalam penghormatan hak asasi manusia.

(3) Ketentuan lebih lanjut penilaian sebagaimana diatur pada ayat (2), diatur

dengan Peraturan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Pasal 5

(1) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dapat memberikan apresiasi

terhadap entitas bisnis yang memiliki komitmen penghormatan terhadap

hak asasi manusia.

Page 225: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

202

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan mekanisme apresiasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia. Pasal 6 Peraturan Komisi ini mulai berlaku

pada tanggal diundangkan.

Pasal 6

Peraturan Komisi ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Hanya saja, hingga saat ini implementasi Perkom No. 001 Tahun

2017 belum terlihat, sejumlah permasalahan mengemuka, mulai dari

minimnya sosialisasi dan koordinasi dengan Kementerian atau Lembaga

lain yang memiliki keterkaitan dengan isu bisnis dan HAM, salah

satunya adalah Kementerian Hukum dan HAM. Menurut Bambang

Iriana Djajaatmadja, Direktur Kerjasama HAM Kementerian Hukum dan

HAM yang menegaskan bahwa belum ada sosialisasi yang dilakukan

oleh Komnas HAM terkait dengan peraturan tersebut.

“Terkait Peraturan Komnas HAM No. 1 Tahun 2017, jujur bisa kami katakan

setelah peraturan tersebut terbit, tidak ada upaya lain dari Komnas HAM untuk

mengoperasionalisasi peraturan ini. Mungkin pada waktu itu permasalahannya

adalah khususnya pada Pemerintah, belum begitu paham apa yang disebut

dengan Bisnis dan HAM, jadi yang banyak baru dalam tataran aktivis­aktivis

HAM. Kemudian, Komnas HAM juga belum mensosialisasikan ini kepada

Pemerintah, kepada Kementerian/Lembaga (termasuk Kementerian Hukum

dan HAM) sehinggu begitu peraturan itu dikeluarkan hanya sedikit kalangan

yang tahu bahwa sudah ada Bisnis dan HAM di Indonesia. Jadi, kita tidak

begitu optimis bahwa bentuk Bisnis dan HAM apabila itu dikemas dalam

bentuk RAN sendiri tanpa melakukan diseminasi sosialisasi tentang apa sih

isinya dari UNGPs misalnya­­mengenalkan ini kepada masyarakat kepada

Pemerintah aparatur Pemerintah dan sebagainya. Kita agak pesimis kalo itu

langsung dilaksanakan”.476

Beberapa permasalahan lain terkait dengan implementasi Perkom

yang juga mengemuka seperti minimnya anggaran dan political will para

komisionernya, bahkan salah satu komisioner menyatakan sikapnya

untuk tidak mendukung Perkom tersebut. Dalam sebuah kesempatan

diskusi, Beka Ulung Hapsara, Koordinator Subkomisi Pemajuan HAM/

Komisioner Pendidikan & Penyuluhan menyatakan:

476 Wawancara ELSAM dengan Bambang Iriana Djajaatmadja­ Direktur Kerjasama HAM Kementerian Hukum dan HAM, pada 19 Februari 2020.

Page 226: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

203

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

“. . . soal Peraturan Komnas No. 1 Tahun 2017 tentang RAN Bisnis dan HAM,

sebenarnya begini, saya pribadi tidak dalam posisi mendukung peraturan

komnas itu, meskipun itu disyahkan pada periode sebelumnya, karena apa,

jelas Komnas itu mandatnya monitoring, yang punya RAN Bisnis dan HAM itu

adalah pemerintah, bukan lembaga negara independen. Ini posisi politik saya

terkait dengan RAN Bisnis dan HAM yang ada di Komnas,”477

Hal ini menggambarkan bahwa terdapat perbedaan komitmen

antara komisioner Komnas HAM saat ini dengan Komisioner Komnas

HAM sebelumnya, khususnya dalam menindaklanjuti Perkom No. 001

Tahun 2017. Hal ini tentu, tidak hanya berakibat pada implementasi

Perkom, namun juga memperlemah posisi Perkom tersebut khususnya

sebagai sebuah produk legal yang telah disyahkan dan dicatatkan

melalui berita negara.

2. Integrasi Bisnis dan HAM dalam RANHAM 2020-2024

Terlepas dari beberapa permasalahan tersebut, Indonesia masih

terus memaksimalkan berbagai upaya yang sedang berjalan, khususnya

dalam menciptakan iklim berusaha yang mengakomodir aspek HAM

yakni salah satunya dengan mengintegrasikan Prinsip­Prinsip Panduan

PBB kedalam RANHAM 2020­2024. Terdapat beberapa rasionalisasi

mengapa strategi tersebut dipilih ketimbang menyusun RAN Bisnis

dan HAM secara terpisah dengan dokumen RANHAM. Menurut Sofia

Alatas, Kepala Sub Direktorat Kerja Sama Dalam Negeri dan RANHAM

Wilayah II Direktorat Jenderal HAM Kementerian Hukum dan HAM

menuturkan bahwa RANHAM telah banyak dikenal orang baik dari

Kementerian/Lembaga maupun masyarakat di daerah. Selain itu, belajar

dari pengalaman sebelumnya, RAN Disabilitas yang pada awalnya

akan dirancang terpisah dengan dokumen RANHAM, pada akhirnya

diintegrasikan ke dalam RANHAM.

“Untuk itu yang menjadi concern kami, kenapa kita cenderung Bisnis

dan HAM itu masuk ke dalam RANHAM; pertama, akan mempermudah

Kementerian/Lembaga untuk mengintegrasikan atau mengimplementasikan

477 Beka Ulung Hapsara, Koordinator Subkomisi Pemajuan HAM/Komisioner Pendidikan & Penyuluhan dalam diskusi yang diadakan oleh Yayasan PUSAKA bertajuk “Kebijakan Pencegahan dan Resiko Pelanggaran HAM terhadap Aktivis Pembela HAM, Lingkungan dan Buruh”, pada 20 Mei 2020.

Page 227: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

204

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

rencana aksi karena sudah biasa dengan RANHAM dan jelas juga apa yang

menjadi tugas kami, apa yang perlu dilaporakan, apalagi dengan Pemerintah

Daerah. Untuk RANHAM saja kami harus melakukan Bimbingan Teknis, kita

evaluasi tiap tahun untuk pelaporannnya. Selain itu Pimpinan kita tertinggi,

Pak Presiden agak keberatan kalau ada RAN­RAN baru, Perpres baru juga dan,

ditandatangani. Padahal fungsinya juga sebenarnya sama, yaitu ingin melihat

implementasinya, pelaporannya, kemudian untuk mengetahui apa yang

terjadi di Kementerian/Lembaga. apa yang dilakukan K/L dan Pemerintah

Daerah”. 478

Selain itu inisiatif dalam mengintegrasikan Prinsip­Prinsip Panduan

PBB dalam RANHAM tersebut merupakan salah satu poin yang direko­

mendasikan dalam dialog multipihak yang dipimpin oleh focal point

bisnis dan HAM. Pertemuan tersebut menghasilkan peta jalan (road

map), berjudul Bogor Outcome Declaration. Peta jalan ini terdiri atas

sepuluh poin rekomendasi bagi Indonesia untuk mengimplementasikan

Prinsip­Prinsip Panduan PBB yang mensyaratkan pembentukan gugus

tugas nasional melalui peraturan presiden untuk:

1. Memandu upaya peningkatan kesadaran di antara para

pemangku kepentingan di semua tingkatan;

2. Mengadopsi komitmen kebijakan untuk menyusun Rencana Aksi

Nasional tentang Bisnis dan HAM atau bab tentang bisnis dan

HAM dalam Rencana Aksi Nasional tentang Hak Asasi Manusia;

3. Mengkonsolidasikan upaya penilaian baseline yang ada dan

mengisi kesenjangan data;

4. Mengarahkan proses penyusunan Rencana Aksi Nasional pada

Desember 2019 untuk menghubungkan keterkaitan yang ada

dan menyelaraskan Rencana Aksi Nasional dengan Rencana

Aksi Nasional tentang implementasi SDGs;

5. Mendukung kelanjutan dan peningkatan inisiatif sertifikasi

yang sedang berlangsung;

6. Mengembangkan strategi komunikasi untuk meng komu­

nikasikan bukti kemajuan di Indonesia secara lebih efektif;

7. Terlibat dalam konsultasi berkala dengan organisasi masyarakat

sipil dan sektor swasta;

478 Wawancara ELSAM dengan Sofia Alatas ­ Kepala Sub Direktorat Kerja Sama Dalam Negeri dan RANHAM Wilayah II Direktorat Jenderal HAM Kementerian Hukum dan HAM, pada 19 Februari 2020.

Page 228: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

205

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

8. Memecah peta jalan menjadi tugas yang bisa ditindaklanjuti

dan menugaskan pihak yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan setiap tugas;

9. Menyetujui kerangka waktu dan target roadmap, dan

10. Adopsi SOP yang tepat

Upaya untuk mengintegrasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB

melalui RANHAM bukan merupakan hal baru. Jika dicermati, dalam

perubahan RANHAM gelombang keempat melalui Perpres No. 33

Tahun 2018, telah memasukkan Prinsip­Prinsip Panduan PBB. Dalam

lampiran 2 perpres ini menyebutkan perlu adanya peningkatan

pemahaman pemangku kepentingan terkait isu bisnis dan HAM.

Sayangnya, pengaturan isu bisnis dan HAM dalam kerangka kebijakan

RANHAM ini hanya bersifat sederhana, yakni hanya menekankan pada

aspek pemahaman, sementara pelanggaran HAM yang menjadi akibat

dari dampak operasi bisnis perusahaan telah menelan banyak korban.

Untuk itu, diperlukan langkah­langkah tindak lanjut untuk

lebih mempertegas komitmen Pemerintah dalam menciptakan iklim

berusaha yang berkelanjutan dengan berpijak pada aspek HAM dan

melindungi hak­hak masyarakat yang terdampak akibat aktivitas bisnis

perusahaan. Pemerintah saat ini tengah menyusun rancangan Perpres

tentang RANHAM generasi kelima. RANHAM generasi kelima tersebut

nantinya akan berlaku pada 2020 hingga 2024. Salah satu hal baru yang

nantinya ikut diatur melalui Perpres RANHAM generasi kelima adalah

mengenai kontribusi dunia usaha atau korporasi dalam melaksanakan

kewajiban dasar terhadap HAM. Hal ini tidak hanya penting terhadap

implementasinya di dalam negeri, tapi juga karena adanya isu global

yang mendorong perusahaan harus terlibat dalam implementasi HAM.

Terlepas dari pilihan aspek hukum dalam mengimplementasikan

Prinsip­Prinsip Panduan PBB sebagaimana dijelaskan sebelumnya,

langkah yang dipilih dinilai cukup strategis mengingat dengan masuknya

kerangka bisnis dan HAM ke dalam kebijakan RANHAM tersebut mampu

membangun koherensi kebijakan. Pasalnya, selama ini beberapa inisiasi

yang telah diupayakan dalam mempromosikan isu bisnis dan HAM

di Indonesia masih berada dalam cakupan frekuensi yang berbeda.

Dengan koherensi kebijakan yang nantinya dibuat sangat penting dalam

Page 229: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

206

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

memastikan desain kebijakan dan mengimplementasikan kebijakan

untuk mempromosikan perilaku bisnis yang bertanggung jawab secara

efektif, termasuk penghormatan perusahaan terhadap HAM.

Jika dicermati dalam proses yang telah berjalan, walaupun tidak

mengem bangakan RAN Bisnis dan HAM secara terpisah, proses

peng integrasian yang dilakukan tetap mengikuti sebagaimana

yang dipraktikkan oleh negara­negara lain, seperti didasarkan pada

baseline study dan membuka adanya ruang partisipasi para pemangku

kepentingan melalui proses konsultasi. Ada dua produk yang diterbitkan

sebagai upaya untuk mengidentifikasi dampak negatif perusahaan,

yaitu baseline study di 5 (lima) Provinsi dan kertas kebijakan bisnis dan

HAM di sektor perkebunan sawit. Agar proses penyusunan baseline

lebih sistematis, telah disusun timeline sebagai berikut:

1. Rapat koordinasi awal yang dilaksanakan pada 21 Januari

2019

2. Lokakarya (workshop) Desain Riset dan Instrumen Riset

­ Jakarta, 11 Februari 2019

­ Jakarta, 16 Februari 2019

­ Jakarta 23 Februari 2019

3. Pengumpulan Data Lapangan

1. Papua: 20 – 27 Maret 2019

2. Sumatera Barat: 25– 30 Maret 2019

3. Jawa Timur: 25– 30 Maret 2019

4. Sulawesi Utara: 31 Maret 2019 – 6 April 2019

5. Kalimantan Barat: 20– 27 April 2019

4. Formulation Baseline Study dan Kertas Kebijakan

­ Analisis Baseline Study dan Kertas Kebijakan Setelah

Pengumpulan Data Regional yang diselenggarakan di

Bogor, 6, 7, 8 Mei 2019

­ Lokakarya (workshop) draft Baseline Study dan Kertas

Kebijakan yang diselenggarakan di Jakarta, 16 Mei 2019

5. Seminar dan Peluncuran Baseline Study dan Kertas Kabijakan

di Jakarta, 22 Oktober 2019.

Penyusunan baseline study dan kertas kebijakan tersebut dilakukan

sebagai dasar untuk memetakan konteks unik terkait dengan Bisnis

Page 230: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

207

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

dan HAM dengan menunjukkan kesenjangan tata kelola yang harus

diatasi dalam substansi RAN untuk meningkatkan perlindungan

HAM dalam konteks aktivitas bisnis perusahaan, khususnya sektor

Perkebunan Sawit. Hasil dari baseline study tersebut menjadi dasar

dalam upaya pengintegrasian Prinsip­Prinsip Panduan PBB kedalam

RANHAM khususnya berkaitan dengan fokus isu bisnis dan HAM apa

saja yang mengemuka dengan fokus pada 4 (empat) kelompok sasaran,

diantaranya Perempuan, Anak, Masyarakat Adat dan Disabilitas.

Hal ini tidak terlepas dari pendekatan yang dipergunakan dalam

penyusunan RANHAM generasi kelima yang tetap berfokus pada 4

(empat) kelompok sasaran, diantaranya Perempuan, Anak, Masyarakat

Adat dan Disabilitas sebagai penerima manfaat utama.

Selain berbagai agenda terkait dengan penyusunan baseline study

dan kertas kebijakan, berbagai pertemuan dan kegiatan yang berkaitan

dengan proses integrasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB kedalam

RANHAM juga telah diselenggarakan diantaranya, Rapat Analisis dan

Formulasi “Integrasi Bisnis dan HAM dalam RANHAM Tahun 2020­

202” yang dilaksanakan di Bogor, 12, 13, dan 14 Agustus 2019, dan

koodinasi meeting dengan Pemerintah Daerah yang diselenggarakan

Page 231: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

208

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

di Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah dan

Riau. Kemudian diselenggarakan juga “Pertemuan Koordinasi Nasional

untuk menformulasikan Target, Strategi, dan Fokus Bisnis dan HAM

dalam RANHAM 2020­2024”.

3. Roadmap atau Strategi Nasional BHR

Selain proses integrasi Prinsip­Prinsip Panduan PBB dalam

RANHAM 2020­2024 yang sedang berjalan di Direktorat Jenderal

HAM Kementerian Hukum dan HAM atas dukungan dari Kedutaan

Belanda dan ELSAM, terdapat inisiasi lain yang juga sedang berjalan

yaitu penyusunan roadmap bisnis dan HAM. Diinisiasinya Roadmap

atau Strategi Nasional BHR ini dilatarbelakangi oleh argumentasi

bahwa RANHAM merupakan kebijakan yang dihasilkan dalam

sebuah Peraturan Presiden dan sifatnya lintas sektoral, sehingga

secara efektif mandat eksekusinya hanya berada di kementerian dan

lembaga Pemerintah, sedangkan disisi yang lain advokasi bisnis dan

HAM tidak hanya berada di ranah birokrasi saja namun juga diranah

masyarakat dan bisnis. Atas dasar itulah muncul pemikiran agar isu­

isu bisnis dan HAM yang memang menjadi kewenangan pemerintah

dapat dimasukkan ke dalam RANHAM 2020­2024 yang pelaksanaanya

melalui lembaga pemerintah lintas kementerian, pemerintah daerah

dan seterusnya, sementara itu terkait isu­isu yang mencakup tanggung

jawab sektor bisnis dan masyarakat diperlukan sebuah dokumen untuk

menjadi panduan atau rujukan dalam dokumen roadmap BHR.479

Dengan demikian, nantinya dokumen roadmap tersebut diharapkan

tidak hanya sebagai strategi nasional untuk implementasi bisnis dan

HAM tetapi menjadi panduan umum skala nasional.

Perkembangan penyusunan roadmap BHR hingga saat ini telah

sampai pada draft ke­5 (lima). Terhadap draft tersebut, Tim Ahli sedang

memfinalkan agar siap untuk disajikan pada kegiatan konsultasi publik

yang akan diselenggarakan kedepan. Hingga draft ke­5, telah banyak

proses konsultasi yang dilakukan, konsultasi pertama dilakukan pada

bulan Agustus 2019, yang dihadiri sekitar 40 (empat puluh) peserta,

diantaranya terdiri dari:

479 Wawancara dengan Siprianus Bate Soro, Head of Democratic Governance and Poverty

Reduction Unit, UNDP Indonesia. Selasa, 5 Mei 2020 via Zoom Meeting.

Page 232: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

209

MENILIK DAN MENELISIK PRAKTIK TERBAIK RAN BISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA NEGARA-NEGARA

1. Kementerian/Lembaga, diantaranya Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas,) Kementerian Hukum dan

HAM Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan,

Kementerian BUMN, Sekretariat Kabinet, Sekretariat Negara,

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian

Pariwisata, Kantor Staf Presiden (KSP) dan KPPA;

2. Asosiasi bisnis, diantaranya Kamar Dagang Indonesia

(Kadin), Indonesia Global Compact Network (IGCN), Asosiasi

Pengusaha Indonesia (Apindo), Swiss Chamber bersama

dengan perusahaan­perusahaan MNCs Swiss seperti Unilever,

Nestle;

3. UN Agency, diantaranya UNICEF dan UNESCO;

4. Perusahaan, diantaranya merupakan anggota dari Swiss

Chamber, yaitu Perusahaan­perusahaan Multinasional Swiss di

Indonesia seperti Unilever, Nestle dll

5. Kedutaan Swiss

Sedangkan konsultasi kedua dilaksanakan pada November 2019,

bersama dengan Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Luar

Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian BUMN, Sekretariat

Negara, Sekretariat Kabinet, Kementerian Kelautan dan Perikanan,

Kementerian LHK, Kementerian Pariwisata, Kantor Staf Presiden dan

KPPA. Dengan demikian, jika melihat komposisi peserta dari beberapa

konsultasi yang dilakukan dalam proses penyusunan roadmap atau

strategi nasional BHR, masih hanya melibatkan elemen pemerintah,

bisnis, UN Agency dan Kedutaaan. Padahal jika berdasarkan pada

kriteria maupun standar yang tertera dalam Pedoman Pengembangan

RAN Bisnis dan HAM yang diterbitkan oleh Kelompok Kerja PBB

maupun Toolkit tentang RAN Bisnis dan HAM yang diterbitkan oleh

DIHR, keterlibatan berbagai pihak khususnya masyarakat sipil sangatlah

penting bahkan sejak fase inisiasi.

Terkait dengan proses penyusunan roadmap atau strategi nasional

BHR yang belum melibatkan elemen masyarakat sipil, UNDP selaku

pihak yang memfasilitasi proses penyusunan tersebut menyampaikan

Page 233: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

210

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

bahwa rencana untuk melibatkan masyarakat sipil telah ada sebelumnya,

yang akan diselenggarakan pada konsultasi publik. Namun mengingat

situasi Pandemi COVID­19 terpaksa rencana tersebut masih harus

ditunda. Menurut Siprianus Bate Soro, Head of Democratic Governance

and Poverty Reduction Unit, UNDP Indonesia, keterlibatan masyarakat

sipil sangat penting, termasuk untuk menampung aspirasi terkait

dengan instrument legal apa yang efektif untuk membingkai roadmap

ataupun strategi nasional BHR nantinya.

“. . . Kedua, soal nanti finalnya bagaimana akan sangat tergantung pada

proses konsultasi publik itu, karena cita­cita semua pihak adalah kalaupun

dokumen itu dikeluarkan menjadi sebuah dokumen resmi yang efektif

untuk menginspirasi aksi dari pemerintah, dari sektor swasta dan juga

masyarakatnya. Nanti dalam proses dikusi lintas pemangku kepentingan itu,

instrumen legal apa yang efektif dapat menjawab kebutuhan itu, kalau semua

bersepakat, misalnya isu tentang pekerja anak di sektor bisnis, kita tidak tahu,

itu misalnya aksinya nanti oleh pemerintah ini dst. Mereka harus bersepakat

instrumen apa nanti yang efektif sehingga aksi­aksi nanti itu jelas, misalnya

dari sektor bisnis nanti yang leadnya dll itu harus jelas, jadi memang sekarang

belum final betul, apakah nanti SK menteri, SK Menko atau ditandatangai

langsung oleh presiden itu sangat bergantung dari proses konsultasi”480

Selebihnya, selain menekankan pentingnya partisipasi berbagai

pihak dalam proses penyusunan, pedoman pengembangan RAN Bisnis

dan HAM yang disusun oleh Kelompok Kerja juga menekankan adanya

proses yang transparan maupun sistematis dalam penyusunan RAN.

Hal ini nampaknya juga kurang terlihat dalam proses penyusunan

roadmap atau strategi nasional BHR yang sedang berjalan yang bahkan

telah menghasilkan draft ke­5. Alhasil, proses yang kurang transparan

tersebut mengakibatkan publik tidak dapat mengetahui lebih jauh

perihal substansi maupun format yang ada dalam roadmap tersebut.

480 Ibid

Page 234: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

211

B A B I V

PENUTUP

“Tidak akan ada perdamaian tanpa keadilan dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia. Dengan penuh semangat saya

percaya pada kekuatan hak asasi manusia sebagai seperangkat

nilai global untuk menyatukan dunia kita yang terpecah belah. Di

seluruh dunia, aktivis hak asasi manusia memberi harapan kepada

jutaan orang - perempuan, masyarakat adat, orang miskin dan

yang terpinggirkan - dalam perjuangan mereka untuk kesetaraan

dan martabat”

Irene Khan,

Pengacara Bangladesh

4.1. Kesimpulan

Keberadaan dua pedoman internasional yaitu Pedoman Pengem­

bangan RAN Bisnis dan HAM yang diterbitkan oleh Kelompok

Kerja PBB dan Toolkit tentang RAN Bisnis dan HAM yang diterbitkan

oleh DIHR bekerjasama dengan ICAR, berperan penting dalam

membantu negara­negara dalam pengembangan, pelaksanaan dan

peninjauan RAN. Meskipun, terdapat sejumlah negara­negara uni

eropa yang mengembangkan RAN bahkan sebelum Kelompok Kerja

PBB menerbitkan Pedoman RAN Bisnis dan HAM tersebut. Hal ini

kian membuktikan kepemimpinan Uni Eropa dalam promosi dan

perlindungan HAM, khususnya terhadap pelanggaran HAM yang

terkait dengan sektor bisnis. Apalagi, dari total 23 Negara yang telah

memiliki RAN Bisnis dan HAM, Negara­negara di Kawasan Uni Eropa

tercatat sebagai negara yang paling banyak, sedangkan selebihnya

adalah Negara­negara Amerika Latin (Chili dan Kolombia) dan Negara

Kawasan ASEAN (Thailand).

Banyak sekali praktik­praktik baik yang dijumpai dalam RAN

Bisnis dan HAM yang dimiliki oleh 23 Negara, termasuk dan tidak

terbatas pada proses penyusunan (aspek partisipasi dan penyusunan

NBA), prioritas masalah dan format atau kerangka substansi apa

saja yang diulas dalam RAN. Lebih jauh lagi, tidak hanya sekedar

Page 235: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

212

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

membandingkan, terlihat rasionalisasi masing­masing negara tersebut

dalam menjadikan RAN sebagai strategi penormaan Prinsip­Prinsip

Panduan PBB yang bersifat soft law.

4.2. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penelitian ini memberikan

beberapa rekomendasi praktis khususnya kepada pihak­pihak yang

sedang melakukan inisiasi­inisiasi seperti mengembangkan RAN Bisnis

dan HAM, mengintegrasikan Prinsip­Prinsip Panduan PBB ke dalam

RANHAM atau juga kepada pihak­pihak yang kini mengembangkan

Strategi Nasional Bisnis dan HAM untuk:

1. Mengembangkan inisiatif tersebut dengan mengacu pada

tahapan­tahapan Panduan Pengembangan RAN yang telah

disusun oleh Kelompok Kerja PBB;

2. Mentauladani praktik­praktik baik dalam penyusunan RAN

Bisnis dan HAM di 23 Negara sebagai role model dalam upaya

pengembangan Strategi Nasional Bisnis dan HAM atau bentuk

kebijakan lain yang memiliki relevansi dengan isu bisnis dan

HAM;

3. Menggunakan perspektif gender dan pendekatan inter sek­

sionalitas untuk mengembangkan kebijakan yang memiliki

relevansi dengan isu bisnis dan HAM. Hal ini dinyatakan

dalam Instruksi Presiden/INPRES No 9/2000 tentang

Pengarusutamaan Gender yang bertujuan untuk menurunkan

kesenjangan antara perempuan dan laki­laki Indonesia dalam

mengakses dan memperoleh manfaat pembangunan, serta

meningkatkan partisipasi dalam dan penguasaan terhadap

proses pembangunan.

4. Melibatkan kelompok­kelompok rentan, termasuk dan tidak

terbatas pada Perempuan, Anak, Masyarakat Adat dan orang

dengan disabilitas atau yang paling berisiko terlanggar akibat

aktivitas bisnis perusahaan seperti Pembela HAM, ke dalam

setiap tahap penyusunan RAN Bisnis dan HAM;

5. Membentuk kelompok kerja maupun gugus tugas untuk

mengawal proses pengembangan dan membuat timeline

waktu penyusunan;

Page 236: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

213

P E N U T U P

6. Menyelenggarakan konsultasi tidak hanya di Ibu Kota, tetapi di

daerah­daerah yang rentan pelanggaran HAM akibat aktivitas

bisnis perusahaan;

Page 237: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

214

Page 238: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

215

DAFTAR BACAAN

BUKU/LAPORAN

1st National Action Plan on Business and Human Rights (2019­2022),

Rights and Liberties Protection Department, Ministry of Justice,

Thailand. (RAN Bisnis dan HAM Thailand)

A World to Gain. A New Agenda for Aid, Trade and Investment. House

of Representatives 33 625, No 1, April 2013.

Abbott, Kenneth W. and Snidal, Duncan, Hard and Soft Law in

International Governance, (International Organization /Volume

54 / Issue 03 / June 2000).

Ahsinin, Adzkar dkk, Perkembangan Bisnis dan HAM di Indonesia:

Persepsi Negara, Masyarakat Sipil dan Korporasi, Lembaga Studi

dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2019.

Andreassen, Bård A., Hans­Otto Sano Siobhán McInerney­Lankford

(eds.), Research Methods In Human Rights: A Handbook, Edward

Elgar Publishing Limited, Cheltenham, 2017.

Anicama, Cecilia, Business Responsibilities and Human Rights in Latin

America: Lessons and Inspiration for the Future, dalam Karin

Buhmann, Lynn Roseberry, Mette Morsing, (eds.), Corporate

Social and Human Rights Responsibilities: Global Legal and

Management Perspectives, (New York: Palgrave Macmillan,

2011),

Atapattu, Sumudu, International Environmental Law and Soft Law: a

New Direction or a Contradiction? dalam Cecilia M. Bailliet, Non-

State Actors, Soft Law and Protective Regimes: From The Margins,

(Cambridge: Cambridge University Press 2012).

Page 239: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

216

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Auby, Jean­Bernard, Global Constitutionalism and Normative

Hierarchies, dalam Belov, Martin (ed.), Global Constitutionalism

and Its Challenges to Westphalian Constitutional Law, (Oxford:

Hart Publishing, 2018).

Augenstein, D. et al., Study of the Legal Framework on Human Rights and

the Environment Applicable to European Enterprises Operating

outside the European Union, European Commission, 2010.

Bailliet, Cecilia M., What is to Become of the Human Rights: International

Order in An Age of Neo-medievalism? dalam Cecilia M. Bailliet,

Non-State Actors, Soft Law and Protective Regimes: From The

Margins, (Cambridge: Cambridge University Press 2012).

Baur, Dorothe.a, NGOs as Legitimate Partners of Corporations: A Political

Conceptualization, (Dordrecht Dordrecht:Springer, 2011)

Belov, Martin, The Challenges to Westphalian Constitutional Geometry

in the Age of Supranational Constitutionalism, Global Gover-

nance and Information Revolution, dalam Martin Belov (ed.),

Global Constitutionalism and Its Challenges to Westphalian

Constitutional Law, (Oxford: Hart Publishing, 2018).

Bennett, Douglas C., Transnational Corporations versus the State:

The Political Economy of the State, Princeton University Press,

Princeton, 1985.

Brodie, Meg., Pushing the Boundaries: The Role of National Human

Rights Institutions in Operationalising the ‘Protect, Respect and

Remedy’ Framework, dalam Radu Mares, (ed.), The UN Guiding

Principles on Business and Human Rights: Foundations and

Implementation, Leiden: Koninklijke Brill NV, 2012.

Černič, Jernej Letnar., European Perspectives on The Business And

Human Rights Treaty Initiative, dalam Jernej Letnar Černič

Nicolás and Carrillo­Santarelli, The Future Of Business And

Human Rights: Theoretical and Practical Conside, (Cambridge:

Intersentia Ltd, 2018).

CIVICUS, CIVICUS State of Civil Society Report 2017, Thematic Overview:

Civil Society and the Private Sector, (Johannersburg, CIVICUS,

2017)

Page 240: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

217

D A F T A R B A C A A N

Claros, Augusto Lopez, Dahl, Arthur Lyon and Groff, Maja, Global

Governance and the Emergence of Global Institutions for the 21st

Century , (Cambridge: Cambridge University Press , 2020).

Collins, Richard, The Institutional Problem in Modern International

Law, (Oxford: Hart Publishing, 2016).

Corporate Social Responsibility Pays Off. House of Representatives 26

485, no 164, June 2013.

Council of the EU, ‘Council Conclusions on the Action Plan on Human

Rights and Democracy 2015–2019’, 10897/15 , 20 July 2015.

Council of the EU, ‘EU Strategic Framework and Action Plan on Human

Rights and Democracy’, 11855/12, 25 June 2012.

Council of the European Union, ‘Council Conclusions on Business and

Human Rights’, 3477th meeting of the Foreign Affairs Council,

10254/16, 20 June 2016.

d’Aspremont, Jean, Formalism and the Sources of International Law:

A Theory of the Ascertainment of Legal Rules, (Oxford: Oxford

University Press, 2011).

Dewan Eropa ‘Recommendation on human rights and business’, CM/

Rec (2016)3 (2 Maret 2016)

Deva, Surya & David Blitz, Human Rights Obligations of Business

Beyond the Corporate Responsibility to Respect?, Cambridge

University Press, Cambridge, 2013.

Domingo, Rafael, The New Global Law, Cambridge: Cambridge

University Press, 2010.

Dovey, Kathryn, Why gender matters for the business and human rights

agenda in Southeast Asia, dalam Mahdev Mohan and Cynthia

Morel (eds.), Business and Human Rights in Southeast Asia Risk

and the Regulatory Turn, Oxon: Routledge, 2015.

Egan, Michelle, European Regional Public Goods: Insiders and outsiders,

dalam Antoni Estevadeordal and Louis W. Goodman, (eds.), 21st

Century Cooperation: Regional Public Goods, Global Governance,

and Sustainable Development, Oxon: Routledge, 2017.

Estevadeordal, Antoni and Goodman, Louis W, 21st Century

Cooperation: Regional Public Goods, Global Governance, and

Sustainable Development, Oxon: Routledge, 2017.

Page 241: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

218

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Excell, Carole, The Escazu Convention on Access to Information,

Participation and Access to Justice, 8 Maret 2018.

Fabián Augusto Cárdenas Castañeda, A Call for Rethinking the Sources

of International Law: Soft Law and the Other Side of the Coin,

(Anuario Mexicano de Derecho Internacional, Vol. XIII, 2013).

Freeman, Bennett, et.al, Shared Space Under Pressure: Business Support

For Civic Freedoms And Human Rights Defenders, The Business

Network on Civic Freedoms and Human Rights Defenders I,

_________, 2018.

Gould Carol C. Interactive Democracy: The Social Roots of Global Justice,

Cambridge: Cambridge University Press, 2014.

Götzmann Nora, and Sébastien Lorion, National Human Rights

Institutions and Access to Remedy in Business and Human Rights:

Executive Summary and Policy Recommendations, Copenhagen:

Danish Institute for Human Rights, 2020

Heupel, Monika and Theresa Reinold (Eds.), The Rule of Law in Global

Governance, Macmillan Publishers Ltd, London, 2017.

Hoecke, Mark Van (ed.), Methodologies of Legal Research, Hart

Publishing, Oxford, 2011.

ICAR, Assessments of Existing National Action Plans (NAPS) on Business

and Human Rights, August 2017 Update.

Ife, Jim, Human Rights from Below: Achieving Rights through Community

Development, (Cambridge: Cambridge University Press, 2009).

International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), Dejusticia,

Assessment of the National Action Plan (NAP) on Business and

Human Rights of Colombia, September 2016 (update May 2017).

International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), European

Coalition for corporate Justice (ECCJ): Assessments of Existing

National Action Plans (NAPS) on Business and Human Rights,

November, 2015

International Corporate Accountability Rountable, “Remedy in the

Context of Multi­Stakeholder Initiatives Summary Report”, 2016.

Jordana, Jacint, Transnational Policy Networks and Regional Public

Goods in Latin America, dalam Antoni Estevadeordal and Louis

W. Goodman, (eds.), 21st Century Cooperation: Regional Public

Page 242: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

219

D A F T A R B A C A A N

Goods, Global Governance, and Sustainable Development,

(Oxon: Routledge, 2017).

Koh, Harold Hongju, Why Do Nations Obey International Law, (The

Yale Law Journal, Vol. 106, 1997).

Krivenko, Ekaterina Yahyaoui, Rethinking Human Rights and Global

Constitutionalism: From Inclusion to Belonging, Cambridge:

Cambridge University Press, 2017.

Lafont, Cristina, Global Governance and Human Rights, Spinoza

Lectures, Department of Philosophy of the University of

Amsterdam, 2012.

Lim, Delphia and Geetanjali Mukherjee, Business and human rights

challenges in ASEAN The role and modalities of the State, dalam

Mahdev Mohan and Cynthia Morel (eds.), Business and Human

Rights in Southeast Asia Risk and the Regulatory Turn, Oxon:

Routledge, 2015.

Lagoutte, Stéphanie, Thomas Gammeltoft­Hansen, John Cerone,

Tracing the Roles of Soft Law in Human Rights, Oxford University

Press, Oxford, 2017.

Mares, Radu (ed.), The UN Guiding Principles on Business and Human

Rights: Foundations and Implementation, Leiden: Koninklijke

Brill NV, 2012.

Martignoni, Joanna Bourke and Elizabeth Umlas, Gender-Responsive

Due Diligence For Business Actors: Human Rights-Based

Approaches, Geneva: The Geneva Academy of International

Humanitarian Law and Human Rights, 2018

McConnell, Lee and Rhoma Smith (eds.), Research Methods in Human

Rights, Routledge, Oxon, 2018.

McGrath, Sarah, et.al, Assessments of Existing National Action Plans

(NAPs) on Business and Human Rights, ICAR, ECCJ, and

Dejusitica, _________, 2017.

Minkler, Lanse, The State of Economic and Social Human Rights: A

Global Overview, Cambridge University Press, Cambridge, 2013.

Mohan, Mahdev and Cynthia Morel, (eds.), Business and Human Rights

in Southeast Asia: Risk and the Regulatory Turn, Routledge,

Oxon, 2015.

Page 243: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

220

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Morris, Daniel dkk, National Action Plans on Business & Human Rights:

An Analysis of Plans From 2013 - 2018, The Danish Institute For

Human Rights, 2018.

Morris, Daniel, dkk, National Action Plans on Business & Human Rights:

An Analysis of Plans From 2013 - 2018, The Danish Institute For

Human Rights, 2018.

Netherlands Institute for Human Rights, Advice: Response to the

National Action Plan on Business and Human Rights “Knowing

and Showing”, Februari 2014.

OHCHR, Frequently Asked Questions About the Guiding Principles on

Business and Human Rights, OHCHR, New York and Geneva, 2014.

Polish labour migrants in human rights perspective. Investigation by

the Netherlands Institute for Human Rights, dated 18 April 2013.

RAN Bisnis dan HAM Republik Ceko

Rivera, Humberto Cantú, The United Nations Guiding Principles

on Business and Human Rights in the European Union: From

Regional Action to National Implementation, dalam Jena

Martin and Karen E. Bravo, (eds.), The Business and Human

Rights Landscape: Moving Forward, Looking Back, (Cambridge:

Cambridge University Press, 2015),

__________, Business And Human Rights In The Americas: Defining A

Latin American Route To Corporate Responsibility, dalam Jernej

Letnar Černič Nicolás and Carrillo­Santarelli, The Future Of

Business And Human Rights: Theoretical and Practical Conside,

(Cambridge: Intersentia Ltd, 2018),

Ruggie, John, Protect, Respect and Remedy: A Framework for Business

and Human Rights, A/HRC/8/5, 2008.

Sekalala, Sharifah, In Soft Law and Global Health Problems: Lessons from

Responses to HIV/AIDS, Malaria and Tuberculosis, (Cambridge:

Cambridge University Press, 2017).

Scottish Human Rights Commission, Business and Human Rights

National Action Plans: Comparative Review of Global Best

Practice, Scottish Human Rights Commission, _________, 2019.

Secretary­General of the OECD, National action plans on business and

human rights to enable policy coherence for responsible business

Page 244: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

221

D A F T A R B A C A A N

conduct, OECD, _______, 2017.

Shiftproject, Fulfilling the State Duty to Protect: A statement on the role

of mandatory measures in a “smart mix” when implementing the

UNGPs, Shift, _________, 2019.

Solé, Antoni Pigrau, “The Spanish National Action Plan on Business

and Human Rights: An appraisal and imminent challenges”,

Policy Paper International Catalan Institute for Peace, 2018.

Thomas Thomas, Whither Corporate Social Responsibility and the UN

Guiding Principles on Business and Human Rights in ASEAN?

dalam Mahdev Mohan and Cynthia Morel (eds.), Business and

Human Rights in Southeast Asia Risk and the Regulatory Turn,

Oxon: Routledge, 2015

U.N. Doc. A/HRC/17/31 (2011).

UN Working Group on Business and Human Rights, Guidance on National

Action Plans on Business and Human Rights, Geneva, 2016.

UN Working Group on Business and Human Rights, Guidance on

National Action Plans on Business and Human Rights, 2016.

UN Working Group on Business and Human Rights, Guidance on National

Action Plans on Business and Human Rights, December 2014.

UNICEF, “Building Better Business for Children: An Interim National

Baseline Assessment of Australian Policy and Law Shaping

Business Activities that Impact on Children”, 2019.

Williams, Cynthia A, Corporate Social Responsibility and Corporate

Governance, dalam Jeffrey N. Gordon and Wolf-Georg Ringe,

(eds.), The Oxford Handbook of Corporate Law and Governance,

(Oxford: Oxford University Press, 2018).

JURNAL

Augenstein, Daniel, Mark Dawson and Pierre Thielbörger, ‘Implementing

the UNGPs in the European Union: Towards an Open Method

of Coordination for Business and Human Rights’, EUI Working

Paper LAW 2017/01, European University Institute Department

of Law, 2017.

Augenstein, Daniel, Mark Dawson, and Pierre Thielbörger, ‘The UNGPs

in the European Union: The Open Coordination of Business

Page 245: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

222

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

and Human Rights?’ Business and Human Rights Journal, 3,

Cambridge University Press, 2018.

Choudhury, Barnali, ‘Balancing Soft and Hard Law for Business and

Human Rights’, International & Comparative Law Quarterly,

Volume 67, Issue 4, 2018.

De Felice, Damiano and Andreas Graf, The Potential of National

Action Plans to Implement Human Rights Norms: An Early

Assessment with Respect to the UN Guiding Principles on Business

and Human Rights, (Journal of Human Rights Practice, Volume

7, Issue 1, 2015).

Guzman, Andrew T. and Meyer, Timothy L., International Soft Law,

(Journal of Legal Analysis Volume 2, Number 1, Spring, 2010.

Hampton, Diane Bulan., Modern Slavery in Global Supply Chains: Can

National Action Plans on Business and Human Rights Close the

Governance Gap ?, (Business and Human Rights Journal, 4, 2019.

Kristiansson. Linnea and Nora Götzmann, National implementation

processes for the United Nations Guiding Principles on Business

and Human Rights: towards gender­responsive approaches,

(Australian Journal of Human Rights, 2020),

La Torre, Massimo, The Hierarchical Model and H. L. A. Hart’s Concept

of Law, Journal for Constitutional Theory and Philosophy of Law,

21, 2013.

O’brien, Claire Methven, et.al., ‘National Action Plans: Current Status

and Future Prospects for a New Business and Human Rights

Governance Tool’, Business and Human Rights Journal, 1,

Cambridge University Press, 2015.

O’Brien, Claire Methven (et.al), ‘National Action Plans: Evaluating

Current Status and Charting Future Prospects for an Important

New Governance Tool on Business and Human Rights’, Business

and Human Rights Journal, 2015.

Prenkert, Jamie Darin & Scott J. Shackelford, ‘Business, Human

Rights, and the Promise of Polycentricity’, Vanderbilt Journal Of

Transnational Law, Vol 47, 2014.

Quintavalla, Alberto & Klaus Heine ‘Priorities and Human Rights’, The

International Journal of Human Rights, (2019) 23:4, 679­697,

DOI: 10.1080/13642987.2018.1562917.

Page 246: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

223

D A F T A R B A C A A N

Ramasastry, Anita, ‘Corporate Social Responsibility Versus Business and

Human Rights: Bridging the Gap Between Responsibility and

Accountability’, Journal of Human Rights, Routledge Taylor &

Francis Group, 2015.

Rivera, Humberto Cantú, ‘National Action Plans on Business and

Human Rights: Progress or Mirage?’ , Business and Human Rights

Journal, 4, Cambridge University Press 2019.

__________, Developments in Extraterritoriality and Soft Law: Towards

New Measures to Hold Corporations Accountable for their

Human Rights Performance?, (Anuario Mexicano de Derecho

Internacional, Vol. XIV, 2014.

Ruggie, John Gerard, ‘Global Governance and New Governance

Theory: Lessons from Business and Human Rights’, Global

Governance 20, 2014.

Scott, Joanne and David M. Trubek, ‘Mind The Gap: Law And New

Approaches To Governance In The European Union’, European

Law Journal, Vol. 8, Issues 1, 2002.

Shaffer, Gregory C. & Mark A. Pollack, ‘Hard vs. Soft Law: Alternatives,

Complements, and Antagonists in International Governance’,

Minnesota Law Review, 2009.

Solé, Antoni Pigrau, ‘The Spanish National Action Plan on Business and

Human Rights: An appraisal and imminent challenges’, Policy

Paper International Catalan Institute for Peace, 2018.

Zerilli, Filippo M., ‘The rule of soft law: An introduction’, Journal of

Global and Historical Anthropology, 56, 2010.

PRESENTASI

Alimu, Aliya, Business and Human Rights in ASEAN The Role of

Multi-Stakeholder Initiated Corporate Norms, Asian Society of

International Law Regional Conference on International Law and

a Dynamic Asia, 2016.

Schaffer, Johan Karlsson, Legitimacy, global governance and human

rights institutions: Inverting the puzzle, Research Seminar

in Practical Philosophy and Political Theory, University of

Gothenburg, 2012.

Page 247: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

224

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

INTERNET

1st National Action Plan on Business and Human Rights (2019­

2020) (RAN Bisnis dan HAM Thailand), diakses dari

https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/

uploads/2017/11/nap­thailand­en.pdf

Action Plan for Business and Human Rights, Government Office

of Sweden. (RAN Bisnis dan HAM Swedia), diakses dari

https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/

uploads/2017/10/NAP­Sweeden.pdf.

Business & Human Rights Resource Centre, Modern Slavery in Company

Operation and Supply Chains: Mandatory transparency,

mandatory due diligence and public procurement due diligence,

September 2017, diakses dari https://www.business­humanrights.

org/sites/default/files/documents/Modern%2520slavery%2520in

%2520company%2520operation%2520and%2520supply%2520ch

ain_FINAL.pdf.

CORE adalah Koalisi Masyarakat Sipil Inggris tentang Akuntabilitas

Korporasi, daiakses dari https://corporate­responsibility.org/

about­core/.

Cossart, Sandra, What lessons does France’s Duty of Vigilance Law have

for other national initiatives? diakses dari file:///C:/Users/Elsam/

Desktop/What%20lessons%20does%20France’s%20Duty%20

of%20Vigilance%20law%20have%20for%20other%20national%20

initiatives_%20_%20Business%20&%20Human%20Rights%20

Resource%20Centre.html.

Danish Institute for Human Rights (DIHR) and International Corporate

Accountability Roundtable (ICAR), ‘National Action Plans on

Business and Human Rights: A Toolkit for the Development,

Implementation, and Review of State Commitments to Business

and Human Rights Frameworks’Juni 2014, diakses dari https://

static1.squarespace.com/static/583f3fca725e25fcd45aa446/t/58

65d59fe6f2e17f4f0cb629/1483068841826/DIHR­ICAR­National­

Action­Plans­NAPs­Report3.pdf.

Danish National Action Plan: Implementation of the UN Guiding

Principles on Business and Human Rights, The Danish

Page 248: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

225

D A F T A R B A C A A N

Government, March, 2014. (RAN Bisnis dan HAM Denmark),

diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­

content/uploads/2017/12/denmark.pdf.

EU Action Plan on Human Rights & Democracy 2015­2019, diakses

dari http://data.consilium.europa.eu/doc/document/ST­10897­

2015­INIT/en/pdf.

European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), French Corporate

Duty of Vigilance Law: Frequently Asked Questions, diakses dari

http://www.respect.international/wp­content/uploads/2017/10/

french­corporate­duty­of­vigilance­law­faq.pdf.

European Coalition for Corporate Justice: Switzerland, Italy, Germany

and the US release Business ad Human Rights National Action

Plans, diakses dari https://corporatejustice.org/news/374­

ungps­december­switzerland­italy­germany­and­the­us­release­

national­action­plans

European Network of National Human Rights Institutions (ENNHRI),

‘Recommendations for the next EU Strategy on CSR’, April 2015,

diakses dari https://business­humanrights.org/sites/default/

files/documents/EU%20CSR%20Communication%20ENNHRI%20

Final%20Apr%202015%20(2).pdf.

Food and Agriculture Organization Investment Learning Platform,

Overview Of Methods For Baseline ASSESSMENTS, diakses dari

http://www.fao.org/fileadmin/templates/tc/spfs/pdf/Methods_

Baseline_Assessments.pdf.

Gerry Boyle, UK guidance for business on human rights issues needs

some legal teeth, Care International UK, 4 September 2013, diakses

dari https://www.theguardian.com/sustainable­business/blog/

uk­guidance­business­human­rights­legal.

Globalnaps. org, Netherlands, diakses dari https://globalnaps.org/

country/netherlands/

Globalnaps.org, Belgium, diakses dari https://globalnaps.org/country/

belgium/

Globalnaps.org, Chile,diakses dari https://globalnaps.org/country/chile/

Globalnaps.org, Colombia, dari https://globalnaps.org/country/colombia.

Globalnaps.org, Czech Republik, diakses dari https://globalnaps.org/

country/czech­republic/

Page 249: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

226

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Globalnaps.org, France, diakses dari https://globalnaps.org/country/

france/

Globalnaps.org, Germany, diakses dari https://globalnaps.org/country/

germany/

Globalnaps.org, Ireland, diakses dari https://globalnaps.org/country/

ireland/

Globalnaps.org, Italy, https://globalnaps.org/country/italy/

Globalnaps.org, Kenya, diakses dari https://globalnaps.org/country/

kenya/

Globalnaps.org, Lihtuania, diakses dari https://globalnaps.org/

country/lithuania/

Globalnaps.org, Luxembourg, diakses dari https://globalnaps.org/

country/luxembourg/

Globalnaps.org, Norwegia, diakses dari https://globalnaps.org/country/

norway/

Globalnaps.org, Polandia, diakses dari https://globalnaps.org/country/

poland/

Globalnaps.org, Slovenia, diakses dari https://globalnaps.org/country/

slovenia/

Globalnaps.org, Spain, diakses dari https://globalnaps.org/country/

spain/

Globalnaps.org, Sweden, diakses dari https:// globalnaps.org/country/

sweden.

Globalnaps.org, Thailand, diakses dari https://globalnaps.org/country/

thailand/

Globalnaps.org, United Kingdom, diakses dari https://globalnaps.org/

country/united­kingdom/

Globalnaps.org, USA, diakses dari https://globalnaps.org/country/usa/

Good Business: Implementing the UN Guiding Principles on Business

and Human Rights, September 2013 (RAN Bisnis dan HAM Inggris

I), dapat diakses melalui, https://assets.publishing.service.gov.

uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/

file/236901/BHR_Action_Plan_­_final_online_version_1_.pdf ,

telah diperbarui pada Mei 2016 (RAN Bisnis dan HAM Inggris

II) , dapat diakses melalui https://assets.publishing.service.

Page 250: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

227

D A F T A R B A C A A N

gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_

data/file/522805/Good_Business_Implementing_the_UN_

Guiding_Principles_on_Business_and_Human_Rights_updated_

May_2016.pdf

Graf, Andreas, Developing National Action Plans on Business and

Human Rights, April, 2013,

Guidance on National Action Plans on Business and Human Rights,

UN Working Group on Business and Human Rights, December

2014, diakses dari https://www.ohchr.org/Documents/Issues/

Business/UNWG_%20NAPGuidance.pdf#page=2

http://www.oecd.org/investment/mne/49744860.pdf

https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/

2018/08/germany­nba.pdf

https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/

2018/08/uk­wilton­park­conference­report­2012.pdf

https://www.humanrights.dk/sites/humanrights.dk/files/media/

dokumenter/business/naps/annex­b­nba­template­november­

2017.pdf

https://www.humanrights.dk/sites/humanrights.dk/files/pictures/

dihr­icar­national­baseline­assessment­template­june­2018­road­

testing­version1.pdf.

https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/UNWG_NAP

Guidance.pdf

Human Rights Now, ‘Comparative Analysis of National Action Plans

and Other Legal Mechanisms on Business and Human Rights’,

diakses dari http://hrn.or.jp/eng/wp­content/uploads/2019/07/

HRN_Comparative_Analysis_of_NAPs_2019.pdf

ICAR and European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), ‘Assessments

of Existing National Action Plans (NAPs) on Business and

Human Rights’ (November 2015), diakses dari https://static1.

squarespace.com/static/583f3fca725e25fcd45aa446/t/58d2bdb6

3a0411eedc66af79/1490206143625/ICAR­ECCJ­Assessments­of­

Existing­NAPs­2015­Update.pdf.

ICAR and European Coalition for Corporate Justice (ECCJ),

‘Assessments of Existing National Action Plans (NAPs) on

Page 251: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

228

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Business and Human Rights Norway, August 2017, diakses

dari https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/

uploads/2017/11/icar­analysis­norway.pdf

ICAR and European Coalition for Corporate Justice (ECCJ),

‘Assessments of Existing National Action Plans (NAPs) on

Business and Human Rights Switzerland (August 2017), diakses

dari https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/

uploads/2017/11/icar­analysis­switzerland.pdf

ICAR, ECCJ, Assessment of the National Action Plan (NAP) Business

and Human Rights of Denmark, November 2014. Di akses

dari https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/

uploads/2017/10/icar_eccjdanishnapassessment.pdf.

the Danish Institute for Human Right (DIHR) dan the International

Corporate Accountability Roundtable (ICAR), National Action

Plans on Business and Human Rights Toolkit, 2017 Edition,

dapat diakses di https://globalnaps.org/resources/.

International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), “Assessment

of the National Action Plan (NAP) on Business and Human

Rights of The United States, February 2017, diakses dari

https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/

uploads/2017/11/icar­analysis­usa.pdf

International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), European

Coalition for Corporate Justice (ECCJ), Assessments of Existing

National Action Plans (NAPs) on Business and Human Rights,

November 2015, diakses dari https://static1.squarespace.com/

static/583f3fca725e25fcd45aa446/t/58da9ec3e3df280b4c4d95

cd/1490722506902/ICAR­ECCJ­Assessments­of­Existing­NAPs­

2015­Update.pdf.

International Corporate Accountability Roundtable (ICAR),

European Coalition for Corporate Justice (ECCJ), Assessment

of the National Action Plan (NAP) on Business and Human

Rights of The Netherland, November 2014, diakses dari

https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/

uploads/2017/11/icar­analysis­netherlands.pdf.

International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), European

Coalition for Corporate Justice (ECCJ), Assessments of Existing

Page 252: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

229

D A F T A R B A C A A N

National Action Plans (NAPs) on Business and Human Rights,

November 2015, diakses dari https://static1.squarespace.com/

static/583f3fca725e25fcd45aa446/t/58da9ec3e3df280b4c4d95

cd/1490722506902/ICAR­ECCJ­Assessments­of­Existing­NAPs­

2015­Update.pdf

International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), European

Coalition for Corporate Justice (ECCJ), Assessment of the National

Action Plan (NAP) on Business and Human Rights of Denmark,

November 2014, diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.

kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/icar_eccjdanishnap

assessment.pdf.

International Corporate Accountability Roundtable (ICAR), European

Coalition for Corporate Justice (ECCJ), “Assessment of the National

Action Plan (NAP) on Business and Human Rights of Lithuania”,

November 2015, diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.

kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/icar­analysis­

lithuania.pdf.

International Corporate Accountability Roundtable, European Coalition

for Corporate Justice (ECCJ), Assessment of the National Action

Plan (NAP) on Business and Human Rights of Italy, August 2017,

diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­

content/uploads/2017/11/icar­analysis­italy.pdf

Italian National Action Plan on Business and Human Rights, 2016­

2021. (RAN Bisnis dan HAM Italia) diakses dari https://

mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/uploads/

2017/10/NAP­Italy.pdf, kemudian telah mengalami revisi

https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/

uploads/2017/11/italy_revised­nap_2016­2021.pdf

Kenya National Baseline Assessment on Business and Human Rights

2017, diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/

wp­content/uploads/2018/07/kenya­nba­final.pdf

Kwiatkowski, Bartosz, dkk, Basic Analysis of the Current Situation in

Poland Regarding Access to Remedy in Cases of Business-Related

Abuse, diakses dari http://pihrb.org/wp­content/uploads/

2017/07/RAPORT_1_2017_ENG_FINAL­2new.pdf.

Page 253: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

230

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

Kwiatkowski, Bartosz, Milosz Jakubowski, Agata Lanbowska­Kriok,

“Basic Analysis of the Current Situation in Poland Regarding

Access to remedy in cases of Business Abuse”, diakses dari http://

pihrb.org/wp­content/uploads/2017/07/RAPORT_1_2017_ENG_

FINAL­2new.pdf.

Manushya Foundation, Timeline of Events in the Thai BHR NAP Process,

August 2018, diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.

com/wp­content/uploads/2018/08/timeline­of­events­in­the­thai­

bhr­nap­process.pdf, The Nation, Activists ignored in the drafting of

rights plan, August 24, 2018 , http://www.nationmultimedia.com/

detail/national/30352833, The Nation, Thai businesses abroad need

better control, December 04, 2018, http://www.nationmultimedia.

com/detail/national/30359788 ­ .XAX2GLV2ysc.twitter.

MANUSHYA, “Independent CSO National Baseline Assessment (NBA)

on Business and Human Rights: Thematic Assessment Chapters”,

diakses dari https://www.manushyafoundation.org/bhr­cso­nba­

thailand

Manushya, Comments on the Final Draft National Action Plan (NAP) on

Business and Human Rights (BHR) in Thailand, diakses dari https://

www.manushyafoundation.org/comments­on­the­nap­on­bhr

Mark P. Lagon, Human Rights Governance: Multistakeholderism

Without States’ Stake, diakses dari https://www.cfr.org/sites/

default/files/report_pdf/Human%20Rights%20Governance.pdf.

McCorquodale, Robert, Expecting business to respect human rights

without incentives or Sanctions,, British Institute of International

and Comparative Law, 4 September 2013, diakses dari https://

ukhumanrightsblog.com/2013/09/04/expecting­business­to­

respect­human­rights­without­incentives­or­sanctions­robert­

mccorquodale/.

National Action Plan for Business and Human Rights, 2017­2022

(RAN Bisnis dan HAM Republik Ceko) diakses dari https://

www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/NationalPlans/

NationalActionPlanCzechRepublic.pdf

National Action Plan for the Implementation of the UN Guiding

Principles on Business and Human Rights, Publication of the

Page 254: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

231

D A F T A R B A C A A N

Ministry of Employment and the Economy, 2014. (RAN Bisnis

dan HAM Finlandia), diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.

kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/nap­finland.pdf.

National Action Plan for The Implementation of The United Nations

Guiding Principles on Business and Human Rights (RAN Bisnis

dan HAM Perancis), diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.

kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/france­nap­

english.pdf.

National Action Plan Implementation of the UN Guiding Principles on

Business and Human Rights 2016­2020 (RAN Bisnis dan HAM

Jerman). Diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.

com/wp­content/uploads/2018/04/germany­national­action­

plan­business­and­human­rights.pdf.

National Action Plan of Luxembourg for the implementation of the United

Nations Guiding Principles on Business and Human Rights, 2018­

2019, (RAN Bisnis dan HAM Luxembourg), diakses dari https://

www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/NationalPlans/

LuxembourgNP_EN.pdf

National Action Plan of the Republic of Slovenia on Business and

Human Rights, November 2018 (RAN Bisnis dan HAM Republik

Slovenia), diakses dari https://www.ohchr.org/Documents/

Issues/Business/NationalPlans/Slovenia_EN.pdf

National Action Plan on Business and Human Rights Chile (RAN Bisnis

dan HAM Chile), diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.

kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/national­action­

plan­on­business­and­human­rights_.pdf

National Action Plan on Business and Human Rights for the Implementation

of the United Nations Guiding Principles Business and Human

Rights (RAN Bisnis dan HAM Kenya), diakses dari https://www.

ohchr.org/Documents/Issues/Business/NationalPlans/2019_

FINAL_BHR_NAP.PDF

National Action Plans on Business and Human Rights, Policy Coherence,

diakses dari https://globalnaps.org/issue/policy­coherence/.

National Plan on Business and Human Rights 2017­2020 (RAN Bisnis

dan HAM Irlandia), diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.

Page 255: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

232

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/ireland­national­

plan­on­business­and­human­rights­2017­2020.pdf

Netherland National Action Plan on Business and Human Rights (RAN Bisnis

dan HAM Belanda), diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.

kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/NAP­Netherlands.pdf.

Pedoman OECD Bagi Perusahaan Multinasional, diakses dari https://

industriallindah.files.wordpress.com/2012/10/oecd­versi­

indonesia­11­okt12­fa­cetak.pdf.

Polish National Action Plan for the Implementation of the United

Nations Guiding Principles on Business and Human Rights

2017­2020 (RAN Bisnis dan HAM Polandia), diakses dari https://

www.ohchr.org/Documents/Issues/Business/NationalPlans/

PolandNationalPland_BHR.pdf

RAN Bisnis dan HAM Kolombia, diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.

kinstacdn.com/wp­content/uploads/2018/04/pna­colombia­

english.pdf

RAN Bisnis dan HAM Norwegia, diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.

kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/NAP­Norway.pdf.

RAN Bisnis dan HAM Spanyol, diakses dari https://www.ohchr.org/

Documents/Issues/Business/NationalPlans/National_action_

plan_business_Human_Rights.PDF

REGANSTEIN, National Action Plan on Business and Human Rights:

Baseline Assessment of Legislative and Regulatory Framework,

March, 2019, diakses dari https://www.dfa.ie/media/dfa/

ourrolepolicies/internationalpriorities/Baseline­Study­­Business­

and­Human­Rights.pdf

Regarding the Implementation of the United Nations Guiding

Principles on Business and Human Rights by HRC Resolution

17/14, (RAN Bisnis dan HAM Lithuania) diakses dari

https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/

uploads/2017/10/NAP­Lithuania.pdf

Report on the Swiss Strategy for the Implementation of the UN

Guiding Principles on Business and Human Rights (RAN

Bisnis dan HAM Swiss), 9 Desember 2016, diakses dari

https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­content/

uploads/2017/11/switzerland.pdf.

Page 256: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

233

D A F T A R B A C A A N

Report on the Swiss Strategy for the Implementation of the UN Guiding

Principles on Business and Human Rights, 9 Desember 2016, (RAN

Bisnis dan HAM Swiss), diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.

kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/11/switzerland.pdf

Resolve, Public­Private Alliance for Responsible Minerals Trade, diakses

dari https://www.resolve.ngo/site-ppa/default.htm

Responsible Business Conduct: First National Action Plan For The

United States of America, December 16, 2016 (RAN Bisnis dan

HAM Amerika Serikat) diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.

kinstacdn.com/wp­content/uploads/2017/10/NAP­USA.pdf.

Shadow EU Action Plan on the Implementation of the UN Guiding

Principles and Human Rights within the EU, diakses dari

https://responsiblebusinessconduct.eu/wp/wp­content/

uploads/2019/03/SHADOW­EU­Action­Plan­on­Business­and­

Human­Rights.pdf.

Tanja Zech, For humane working conditions, 13 Desember 2018, diakses

dari https://www.deutschland.de/en/topic/business/business­

and­human­rights­germany­launches­a­system­of­monitoring.

Taylor, Mark B., A Mapping and Gap Analysis: The State’s Duty to Protect,

Fafo­notat, 2013. https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/

wp­content/uploads/2018/08/norway­gap­analysis.pdf

The Christian Trade Union for Workers Employed in the Commercial

and Financial Sectors and Services diakses dari https://www.

cnvdienstenbond.nl/nieuwsbericht/aldi­krijgt­forse­tik­van­the­

arbeidsinspectie/.

The Danish Institute for Human Right (DIHR) dan the International

Corporate Accountability Roundtable (ICAR) National Action

Plans on Business and Human Rights Toolkit, 2017 Edition,

diakses dari https://globalnaps.org/resources/

The Danish Institute for Human Rights, diakses dari https://globalnaps.

org/country/.

Thomas,Thomas (Pemimpin) and Alexander Chandra (Anggota) Tim

Studi Bisnis dan HAM ASEAN Intergovernmental Commission

on Human Rights (AICHR), diakses dari https://www.business­

humanrights.org/sites/default/files/documents/AICHRs_

Thematic_Study_on_CSR_and_Human_Rights_in_ASEAN.pdf.

Page 257: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

234

RENCANA AKSI NASIONAL B ISNIS DAN HAK ASASI MANUSIA

UK Publishes updated Business and Human Rights Action Plan, diakses

dari https://corporate­responsibility.org/uk­publishes­updated­

business­and­human­rights­action­plan/.

United Nation Human Rights Office of The High Commissioner,

State Nation Action Plan on Business and Human Rights,

diakses dari https://www.ohchr.org/EN/Issues/Business/Pages/

NationalActionPlans.aspx

Working Outline of Ireland’s National Plan on Business and Human

Rights, 2016­2019, Departement of Foreign Affairs and Trade,

diakses dari https://mk0globalnapshvllfq4.kinstacdn.com/wp­

content/uploads/2018/08/working­outline­of­irelands­national­

plan­on­business­and­human­rights­2016­2019.pdf

Page 258: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

235

PROFIL TIM PENELITI

Adzkar Ahsinin, merampungkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas

Hukum, Universitas Padjadjaran, Bandung, dengan skripsi mengenai

“Hak Menentukan Nasib Sendiri”. Beberapa pelatihan mengenai

pemajuan dan perlindungan HAM dan hukum pernah diikuti, seperti

Kursus HAM untuk Pengacara (ELSAM), Pengacara Publik Berperspektif

Lingkungan (E­Law Indonesia), dan Penelitian Metodologi Socio­Legal

(Epistema Institute). Sejak bergabung di ELSAM, Adzkar menjadi

peneliti yang menekuni topik­topik Bisnis dan HAM, penyiksaan, dan

perlindungan terhadap kelompok rentan. Sebelum bergabung dengan

ELSAM, dia bekerja untuk isu perlindungan anak di Yayasan Pemantau

Hak Anak (YPHA). Saat ini Adzkar juga aktif sebagai associate di

Perkumpulan Magenta Legal Research Ana Advocacy, sebuah institusi

yang memperjuangkan keadilan bagi perempuan. Tulisan yang pernah

dipublikasikan mengangkat isu seputar Utang Ekologis dalam Perspektif

HAM bersama (E­Law Indonesia), Globalisasi dalam Perspektif Feminis

(debtWatch), Advokasi Anggaran Berspektif Hak Anak (YPHA), dan isu

hak asasi manusia lainnya. Adzkar dapat dihubungi melalui: adzkar@

elsam.or.id.

Andi Muttaqien, salah satu Advokat publik ELSAM. Meraih gelar sarjana

hukum pada Fakultas Hukum Universitas Nasional (UNAS), Jakarta,

program kekhususan Hukum Internasional. Sebelum bergabung dengan

ELSAM menjadi Pembela Umum di YLBHI (2008­2010). Sejak di ELSAM,

Andi banyak terlibat dalam pelayanan hukum bagi korban kriminalisasi

perusahaan perkebunan, aktif memantau jalannya berbagai persidangan

Page 259: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

236

terkait kasus pelanggaran HAM, advokasi di tingkat nasional maupun

internasional, dan melakukan kajian­kajian hukum di bidang perkebunan

dan konflik sumber daya alam. Berbagai pendidikan dan pelatihan

kepengacaraan pernah diikutinya, diantaranya Kursus HAM untuk

Pengacara (ELSAM) pada 2009, serta The 5th Annual Summer Institute

In International Humanitarian Law and Human Rights on “Business and

Human Rights” pada 2011 di Singapura. Saat ini Andi merupakan Deputi

Direktur Advokasi­ELSAM, dan juga sebagai Koordinator Public Interest

Lawyer Network (PIL­Net). Andi bisa dihubungi melalui surat elektronik:

[email protected]

Muhammad Busyrol Fuad, lahir di Kediri, 2 April 1993. Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I) di Fakultas Syari’ah Universitas Islam

Negeri Malang (UIN Malang) dan gelar Sarjana Hukum (S.H) program

dua gelar kesarjanaan (double degree) di Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya. Setelah itu, dengan riset tesis berjudul “Pemulihan Hak

Korban Pelanggaran HAM oleh MNCs di Indonesia”, mengantarkan

Fuad memperoleh gelar Magister Hukum (M.H) dari Fakultas Hukum

Universitas Airlangga. Pengacara Publik yang pernah menjadi Pengabdi

Bantuan Hukum (PBH) di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

– Lembaga Bantuan Hukum Surabaya (YLBHI­LBH Surabaya) ini telah

mengikuti berbagai pelatihan seputar isu HAM ataupun Reformasi

Hukum dan Peradilan. Saat ini Fuad tercatat sebagai Staf Advokasi

Hukum ­ ELSAM. Fuad dapat dihubungi melalui : [email protected].

Ratu Durotun Nafisah, meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum,

Universitas Padjadjaran pada tahun 2018 dengan konsentrasi Hukum

Tata Negara. Semasa menjadi mahasiswa, Ratu aktif melakukan riset di

bidang hak asasi manusia, diantaranya penelitian socio-legal terhadap

perolehan hak atas kewarganegaraan anak dari pengungsi Rohingya

yang lahir di Indonesia. Ia juga sempat menjadi asisten peneliti di Pusat

Studi Kebijakan Negara Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran.

Setelah lulus, Ratu bergabung di ELSAM sebagai staff advokasi hukum

junior. Saat ini, ia mendukung fokus kerja advokasi ELSAM di bidang

bisnis dan hak asasi manusia.

Page 260: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

237

PROFIL ELSAM

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Institute for Policy Research

and Advocacy), disingkat ELSAM, adalah organisasi advokasi kebijakan,

berbentuk Perkumpulan, yang berdiri sejak Agustus 1993 di Jakarta.

Tujuannya turut berpartisipasi dalam usaha menumbuhkembangkan,

memajukan dan melindungi hak­hak sipil dan politik serta hak­hak

asasi manusia pada umumnya – sebagaimana diamanatkan oleh

konstitusi UUD 1945 dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

Perserikatan Bangsa­Bangsa. Sejak awal, semangat perjuangan ELSAM

adalah membangun tatanan politik demokratis di Indonesia melalui

pemberdayaan masyarakat sipil lewat advokasi dan promosi hak asasi

manusia (HAM).

VISI: Terciptanya masyarakat dan negara Indonesia yang demokratis,

berkeadilan, dan menghormati hak asasi manusia.

MISI: Sebagai sebuah organisasi non pemerintah (Ornop) yang

memperjuangkan hak asasi manusia, baik hak sipil­politik maupun hak

ekonomi, sosial, dan budaya secara tak terpisahkan.

KEGIATAN UTAMA: 1) Studi kebijakan dan hukum yang berdampak

pada hak asasi manusia; 2) Advokasi hak asasi manusia dalam

berbagai bentuknya; 3) Pendidikan dan pelatihan hak asasi manusia;

4) Penerbitan dan penyebaran informasi hak asasi manusia

PROGRAM KERJA: 1) Pengintegrasian prinsip dan norma hak

asasi manusia dalam kebijakan dan hukum negara; 2) Pengintegrasian

prinsip dan norma hak asasi manusia dalam kebijakan tentang

Page 261: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat
Page 262: elsam.or.id · 2020. 9. 1. · mekanisme HAM nasional supra nasional (dimensi vertikal). Dalam kaitannya untuk memperkuat implementasi HAM di lapangan, aktor negara harus diberi mandat

238

operasi korporasi yang berhubungan dengan masyarakat lokal; dan

3) Penguataan kapasitas masyarakat sipil dalam memajukan hak asasi

manusia.

Alamat:

Jl. Siaga II No. 31, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan,

Indonesia ­ 12510

Telp: +62 21 7972662, 79192564, Fax: +62 21 79192519,

Surel: [email protected], Laman: www.elsam.or.id

Twitter: @elsamnews dan @elsamlibrary

Facebook: www.facebook.com/elsamjkt