penelitian mkdu

Upload: krisna

Post on 02-Mar-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    1/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Apendisitis akut merupakan suatu kondisi emergensi dibidang bedah, ang

    memerlukan penanganan ang !epat dan bila terlambat, sering ter"adi komplikasi

    seperti per#orasi, peri$apendi!ial abses, peritonitis dan kadang kematian. %&aughan$

    sha', ()11*. +eterlambatan dalam mendiagnosis apendiks akan meningkatkan risiko

    per#orasi dan komplikasi lainna. Dilain pihak, ter"adi kesulitan dalam mendiagnosis

    apendisitis akut terutama pada anak$anak, orang tua dan 'anita, karena ge"alana

    ang tidak khas sehingga menimbulkan banakna kasus negati-e appendi!tom.

    Banak pendekatan dilakukan untuk mengurangi negati-e appende!tom.

    Ultrasonogra#i %U/0* telah lama digunakan untuk mendiagnosis apendisitis dengan

    tingkat sensiti#itas dan spesi#isitas ang tinggi. Apendisitis akut berhubungan dengan

    reaksi #ase akut %acute-phase reaction*. /tudi sebelumna banak ang menemukan

    bah'a sitokin dan protein #ase akut diakti-asi dan dapat dipakai sebagai prediktor

    dera"at beratna apendiks %/a!k et al., ())*.

    Apendisitis se!ara tradisional didiagnosis dengan memperhatikan se!ara klinis,

    didukung dengan peningkatan marker in#lamasi, "uga digunakan U/0 dan Computed

    Tomografy%23 s!an*. /emua itu bertu"uan untuk menentukan diagnosis se!ara lebih

    tepat dan menghindari pembedahan ang tidak diperlukan. Negati# apendiktomi

    men!apai ()4, dan masih bisa diterima dengan alasan untuk men!egah komplikasi

    1

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    2/24

    akibat keterlambatan penanganan, tetapi di beberapa tempat saat ini hal tersebut tidak

    dibenarkan lagi. Penggunaan 23 s!an dapat mendiagnosis lebih pasti, sehingga di

    Amerika angka negati-e apendiktomi men"adi sekitar (4. Disisi lain, 23 s!an tidak

    selalu tersedia, biaana "uga mahal dan isu mengenai paparan radiasi, men"adikan

    para klinisi saat ini lebih #okus pada keluhan klinis diperkuat dengan kon#irmasi

    penanda in#lamasi dalam darah %&aughan$sha', ()11*. Diagnostik test untuk

    apendisitis akut tidak hana harus tinggi sensiti#itasna untuk menghindari

    keterlambatan diagnosis tetapi "uga harus tinggi spesi#isitasna untuk mengurangi

    negati-e apendi!tom. /aat ini, angka ke"adian negati-e apendi!tom men!apai

    15 4 dan ke"adian per#orasi men!apai 65 4. 7eskipun penggunaan imaging sudah

    semakin banak, diagnosis apendisitis masih tetap sulit %8rtega$debalon P et al.,

    ())9.

    Penggunaan marker in#lamasi untuk menun"ang diagnosis apendisitis akut masih

    kontro-ersi. Beberapa studi ang menggunakan marker tunggal maupun kombinasi

    beberapa marker in#lamasi mendapatkan hasil ang beragam. Penelitian oleh /a!k et

    al. %())* tentang peranan pemeriksaan marker in#lamasi dalam menentukan dera"at

    beratna apendiks pada anak$anak mendapatkan bah'a "umlah sel darah putih

    %:B2*, C-reactive protein%2;P* dan kadar Interleukin %IL$* berhubungan se!ara

    signi#ikan dengan dera"at beratna in#lamasi pada apendisitis. Penelitian di 3urki oleh

    +riakidis %()1)* mendapatkan hasil laboratorium preoperati# berhubungan dengan

    hasil histopatologi. Pasien dengan apendisitis akut dengan ganggren memiliki kadar

    2;P ang tinggi %6$ mg

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    3/24

    nilai predikti# positi# %PP&* dan negati-e %NP&* dari 2;P untuk diagnosis 2;P

    adalah =9.(94, ==.6>4, ==.>>4 dan =.9=4 %+riakidis et al., ()1)*. Penelitian

    oleh 8rtega$Deballon %())* di 7adrid, /panol mendapatkan bah'a 2;P berkorelasi

    kuat dengan dera"at beratna apendisitis. 2;P memiliki akurasi paling tinggi diantara

    tiga marker in#lamasi ang dinilai %2;P, :B2 dan granulosit* /ensiti#itas,

    spesi#isitas, PP& dan NP& dari 2;P sebesar =),= 4 ? 9>,6 4? 9=,@ 4? 9>,6 4.

    %8rtega$Deballon P,())*. Penelitian oleh %Ali,()16* di Amerika mendapatkan

    sensiti#itas dan spesi#isitas 2;P untuk mendiagnosis apendisitis adalah 99.614 dan

    51.514 %Ali et al., ()16*. Penelitian oleh +enber %())9* di Irak mendapatkan

    sensiti#itas dan spesi#isitas 2;P sebesar @5,94 dan @1,(54 %+enber, ())9*. /tudi

    oleh Hoosein %())* nilai sensiti#itas, spesi#isitas dan akurasi 2;P adalah @) 4, @=,9

    4 dan @@,9 4 %Hossein, /hoshtari et al,. ())*. /tudi oleh % ang"oo et al. ()11* di

    Belgia mendapatkan sensiti#itas, spesi#isitas, nilai prediksi positi# dan negati-e dari

    2;P adalah 5=4, @4, @=4 dan (94. 2;P dikatakan tidak ideal untuk mendiagnosis

    apendisitis akut. %ang"oo et al., ()11*

    Di Indonseia sudah banak studi dilakukan untuk melihat hubungan marker

    in#lamasi dengan ke"adian apendisitis akut. Penelitian oleh Nasution et al. %()11* di

    ;umah /akit Umum Dr /udarso Pontianak mendapatkan hubungan ang bermakna

    antara "umlah leukosit dengan apendisitis akut dan apendiks per#orasi %p),)))*

    %Nasution et al., ()11*. Penelitian oleh D'intasari %()11* mendapatkan adana

    hubungan ang bermakna antara "umlah leukosit dengan apendisitis akut %p),))6*

    %D'intasari 7, ()11*. Penelitian oleh Iman %()1>* di Cogakarta mendapatkan

    3

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    4/24

    sensiti#itas, spesi#isitas, nilai predikti# positi# dan nilai predikti# negati# 2;P adalah

    @=,)=4? @1,>@4? =),9>4? 9@,594 %Iman, ()1>*. /tudi oleh /ura %())*

    mendapatkan sensiti#itas, spesi#isitas dan akurasi 2;P adalah 14, 1))4 dan 64

    %/ura, ())*. Beberapa penelitian diatas masih banak perbedaan. Di Bali sendiri

    belum ada studi tentang akurasi pemeriksaan 2;P untuk mendiagnosis apendisitis

    akut, untuk itu masih diperlukan studi dengan metodelogi ang baik untuk

    mendapatkan akurasi 2;P dalam mendiagnosis apendisitis akut.

    1.( ;umusan 7asalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah

    sebagai berikut

    1.(.1 Berapa sensiti#itas pemeriksaan 2;P untuk menun"ang diagnosis apendisitis

    akut di ;umah /akit /anglah Denpasar

    1.(.( Berapa spesi#isitas pemeriksaan 2;P untuk menun"ang diagnosis apendisitis

    akut di ;umah /akit /anglah Denpasar

    1.(.6 Berapa nilai predikti# positi# dan negati# pemeriksaan 2;P untuk menun"ang

    diagnosis apendisitis akut di ;umah /akit /anglah Denpasar

    1.6 3u"uan Penelitian

    1.6.1 3u"uan Umum

    4

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    5/24

    Untuk mengetahui peranan pemeriksaan 2;P untuk menun"ang diagnosis

    apendisitis akut di ;umah /akit /anglah Denpasar

    1.6.( 3u"uan +husus

    1. Untuk mengetahui sensiti#itas pemeriksaan 2;P untuk menun"ang diagnosis

    apendisitis akut di ;umah /akit /anglah Denpasar.

    (. Untuk mengetahui spesi#isitas pemeriksaan 2;P untuk menun"ang diagnosis

    apendisitis akut di ;umah /akit /anglah Denpasar.

    6. Untuk mengetahui nilai predikti# positi# dan negati# pemeriksaan 2;P untuk

    menun"ang diagnosis apendisitis akut di ;umah /akit /anglah Denpasar.

    1.> 7an#aat Penelitian

    1.Dengan mengetahui sensiti#itas, spesi#isitas , PP& dan NP& maka dapat di"adikan

    a!uan untuk mendiagnosis apendisitis akut di ;/ /anglah

    (. Data Penelitian ini berguna sebagai bahan a!uan untuk penelitian selan"utna

    BAB II

    +AIAN PU/3A+A

    5

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    6/24

    (.1 Anatomi Apendiks

    Apendiks merupakan organ ang berbentuk tabung , pan"angna kira$kira 1) !m

    %6$15 !m* dan berpangkal di sekum. Lumenna sempit dibagian proksimal dan

    melebar dibagian distal. Pada 54 kasus, apendiks terletak intraperitoneal.

    +edudukan itu memungkinkan apendiks bergerak, dan ruang gerakna bergantung

    pada pan"ang mesoapendiks penggantungna. Pada kasus selebihna, apendiks

    terletak retroperitonel aitu dibelakang sekum, dibelakang kolon asendena atau ditepi

    lateral kolon asendens. 0e"ala klinis apendiks ditentukan oleh letak apendiks.

    Persara#an parasimpatis berasal dari !abang ner-us -agus ang mengikuti arteri

    mesenterika superior dan arteri apendikularis, sedangkan persara#an simpatis berasal

    dari ner-us torakalis F. 8leh karena itu neri -is!eral pada apendisitis bermula

    disekitar umbilikus %;i'anto,I.0.N. et al. ()16*.

    Perdarahan apendiks berasal dari arteri apendikularis ang merupakan arteri

    tanpa kolateral. ika arteri ini tersumbat, misalna karena thrombosis pada in#eksi,

    maka apendiks akan mengalami ganggren %;i'anto,I.0.N. et al. ()16*.

    (.( Gisiologi

    Apendiks menghasilkan lendir sebanak 1$( ml per hari. Lendir itu normalna

    di!urahkan ke dalam lumen untuk kemudian mengalir ke sekum. Hambatan aliran

    lendir di muara apendiks tampakna berperan pada pato#isiologi apendiks

    %;i'anto,I.0.N. et al. ()16* .

    6

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    7/24

    (.6 Apendisitis Akut

    (.6.1 Epidemiologi

    Insiden apendisitis akut di Negara ma"u lebih tinggi daripada di Negara

    berkembang. Namun, dalam tiga$empat dasa'arsa terakhir ke"adianna menurun

    se!ara bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatna penggunaan

    makanan berserat dalam menu sehari$hari. Apendisitis dapat ditemukan pada semua

    umur, hana pada anak$anak kurang dari satu tahun "arang dilaporkan. Insiden

    tertinggi pada kelompok umur ()$6) tahun, setelah itu menurun. Insiden pada lelaki

    dan perempuan umumna sebanding, ke!uali pada umur ()$6) tahun insiden pada

    lelaki lebih tinggi %;i'anto,I.0.N. et al. ()16*.

    (.6.( Etiologi

    Apendisitis akut merupakan in#eksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai #aktor

    pen!etusna. /umbatan lumen apendiks merupakan #aktor ang dia"ukan sebagai

    #aktor pen!etus. Disamping hperplasia "aringan lim#a, #ekalit, tumor apendiks dan

    !a!ing askariasis dapat pula menebabkan sumbatan. Penebab lainna adalah kuman

    E hstoloti!a ang menebabkan erosi mukosa apendiks. +onstipasi "uga diduga

    sebagai pen!etus. +onstipasi akan meningkatkan tekanan intrasekal, ang

    mengakibatkan timbulna sumbatan #ungsional apendiks dan meningkatna

    pertumbuhan #lora kuman kolon biasa. Hal ini akan mempermudah mun!ulna

    apendiks %;i'anto,I.0.N. et al. ()16*.

    7

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    8/24

    (.6.6 0ambaran klinis

    Apendisitis akut sering mun!ul dengan ge"ala khas ang didasari oleh ter"adina

    keradangan mendadak pada umbai !a!ing ang memberikan tanda setempat, baik

    disertai maupun tidak disertai dengan rangsang peritoneum lokal. 0e"ala klasikna

    adalah samar$samar dan tumpul ang merupakan neri -iseral di daerah epigastrium

    di sekitar umbilikus. +eluhan ini sering disertai rasa mual dan kadang muntah. Na#su

    makan menurun. Dalam beberapa "am neri akan berpindah ke kanan ba'ah ke titik

    7!Burne. Disini neri dirasa lebih ta"am dan lebih "elas letakna sehingga

    merupakan neri somatik setempat. +adang tidak ada neri epigastrium, tetapi

    terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pen!ahar. 3indakan

    itu dianggap berbahaa karena bisa mempermudah ter"adina per#orasi. Bila terdapat

    perangsangan peritoneum, biasana pasien mengeluh sakit perut bila ber"alan atau

    batuk. Bila apendiks terletak retrosekal retroperitoneal, tanda neri perut kanan

    ba'ah tidak begitu "elas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal karena apendiks

    terlindungi oleh sekum. ;asa neri lebih ke arah perut sisi kanan atau neri timbul

    pada saat ber"alan karena kontraksi otot psoas maor ang menegang dari dorsal.

    ;adang pada appendiks ang terletak di rongga pel-is dapat menimbulkan ge"ala dan

    tanda rangsangan sigmoid atau re!tum men"adi lebih !epat serta berulang. 0e"ala

    apendiks akut pada anak tidak spesi#ik. Pada a'alna, anak sering hana

    menun"ukkan ge"ala re'el dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan

    rasa nerina. Beberapa "am kemudian , anak akan muntah sehingga men"adi lemah

    dan letargik. +arena ge"ala ang tidak khas tadi, appendi!itis sering baru diketahui

    8

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    9/24

    setelah ter"adi per#orasi. Pada bai, @)$=)4 appendisitis baru diketahui setelah ter"adi

    per#orasi. Pada beberapa keadaan, appendisitis agak sulit didiagnosis sehingga tidak

    ditangani pada 'aktuna dan ter"adi komplikasi. +eluhan apendiks akut tidak khas

    pada orang tua dan 'anita hamil. 0ambaran klinis apendisitis akut adalah dia'ali

    dengan neri ang dimulai dari epigastrium atau region umbilikus disertai mual dan

    anoreksia. +emudian neri pindah ke kanan ba'ah dan menun"ukkan tanda

    rangsangan peritoneum lo!al di titik 7! Burne, dengan tanda neri tekan, neri

    lepas dan de#ans muskuler. 3erdapat neri rangsangan peritoneum tidak langsung

    berupa neri kanan ba'ah pada tekanan kiri %;o-sing*, Neri kanan ba'ah bila

    tekanan dikiri dilepaskan %Blumberg* dan neri kanan ba'ah bila peritoneum

    bergerak, seperti na#as dalam, ber"alan, batuk dan mengedan %;i'anto,I.0.N. et al.

    ()16*.

    (.6.> Diagnosis Apendisitis akut

    7eskipun pemeriksaan dilakukan dengan !ermat dan teliti, diagnosis klinis

    apendisitis masih mungkin salah pada sekitar 15$()4 kasus. +esalahan diagnosis

    lebih sering didapatkan pada 'anita dibandingkan laki$laki, karena pada 'anita

    terutama ang masih muda sering ada gangguan ang menerupai apendisitis akut

    seperti menstruasi, radang di pel-is dan penakit ginekologi lainna. Diagnosis

    ditegakkan berdasarkan ge"ala klinis ang didukung dengan hasil pemeriksaan

    penun"ang berupa U/0, 23 s!an dan pemeriksaan marker in#lamasi. Goto barium

    kurang dapat diper!aa. Ultrasonogra#i dapat meningkatkan akurasi diagnosis.

    Pemeriksaan leukosit membantu menegakkan diagnosis apendisitis. Pada kebanakan

    9

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    10/24

    kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi %;i'anto,I.0.N. et

    al. ()16*.

    /emua itu bertu"uan untuk menentukan diagnosis se!ara lebih tepat dan

    menghindari pembedahan ang tidak diperlukan. Negati# apendiktomi men!apai ()

    4 masih bisa diterima dengan alasan untuk men!egah komplikasi akibat

    keterlambatan penanganan, tetapi beberapa tempat saat ini hal tersebut tidak

    dibenarkan lagi. Penggunaan 23 s!an dapat mendiagnosis lebih pasti, sehingga di

    Amerika angka apendi!tom negati# men"adi sekitar ( 4. Disisi lain, 23 s!an tidak

    selalu tersedia, biaana "uga mahal dan isu mengenai paparan radiasi, men"adikan

    para klinisi saat ini lebih #o!us pada keluhan klinis diperkuat dengan kon#irmasi

    penanda in#lamasi dalam darah %&aughan$sha', ()11*.

    (.> 2$;eakti# Protein %2;P*

    2;P merupakan protein #ase akut ang diproduksi oleh hati ang merupakan

    respon terhadap in#eksi bakteri. 2;P akan meningkat sebagai respon terhadap

    kerusakan "aringan. 2;P "uga meningkat pada kasus in#eksi dan non in#eksi. +adar

    2;P akan meningkat dalam @ "am dari onset ter"adina kerusakan "aringan, men!apai

    pun!akna dalam (>$>@ "am dan kadarna bertahan tinggi selama masih ter"adi

    in#eksi atau kerusakan "aringan. +arena masa hidupna sangat singkat %>$9 "am*,

    maka kadar 2;P !epat sekali akan menurun seiring dengan membaikkna proses

    in#lamasi. +adar 2;P normal ber-ariasi tetapi rata$rata adalah )$),@ mg

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    11/24

    (.5 Peranan 2;P untuk 7endiagnosis Apendisitis Akut

    Pemeriksaan marker in#lamasi bukanlah satu$satuna alat diagnostik untuk kasus

    pembedahan. Pemeriksaan klinis ang didukung dengan pemeriksaan marker

    in#lamasi lebih direkomendasikan. 2;P merupakan salah satu marker in#lamasi

    tunggal ang paling akurat untuk menun"ang diagnosis apendisitis akut %8rtega$

    debalon P et al., ())9*. Peranan marker in#lamasi dalam mendiagnosis apendisitis

    masih men"adi perdebatan luas, dimana sensiti-itas dan spesi#isitas 2;P hana

    sekitar >)$=5 4, dimana konsensus ke!il menun"ukkan sensiti#itas "umlah sel darah

    putih lebih besar daripada 2;P %&aughan$sha', ()11*. Berbagai studi sudah pernah

    ada untuk menilai peranan 2;P untuk mendiagnosis apendisitis dengan hasil ang

    masih kontradiksi %+enber, ())9*. /tudi menun"ukkan akurasina @>,5 4, P),)))5.

    Diagnostik test untuk apendisitis akut haruslah tinggi sensiti#itasna untuk

    menghindari keterlambatan diagnosis tetapi "uga harus tinggi spesi#isitasna untuk

    mengurangi negati-e apendi!tom. /aat ini, angka ke"adian negati-e

    apendi!tom men!apai 15 4 dan ke"adian per#orasi men!apai 65 4. 7eskipun

    penggunaan imaging sudah semakin banak, diagnosis apendisitis masih tetap sulit.

    +emampuan Computerized Tomografi untuk mengurangi ke"adian negative

    appendectomymasih tetap diperdebatkan dan masih memerlukan studi lebih lan"ut.

    Beberapa studi tentang akurasi pemeriksaan marker in#lamasi %:B2,2;P, D$la!tat,

    IL$* pada apendisitis dengan berbagai metodelogi ang berbeda mendapatkan hasil

    ang berbeda$beda pula. Dua meta analisis membuktikan bah'a tidak ada

    11

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    12/24

    kesimpulan ang dapat diambil dari berbagai populasi, desain dan hasil studi tersebut,

    meskipun :B2 dan 2;P menun"ukkan akurasina dalam mendiagnosis apendisitis

    akut %8rtega$debalon P et al., ())9*.

    Penelitian oleh /a!k et al %())* tentang peranan pemeriksaan marker

    in#lamasi dalam menentukan dera"at beratna apendiks pada anak$anak mendapatkan

    bah'a "umlah sel darah putih %:B2*, 2$rea!ti-e protein dan kadar IL$ berhubungan

    se!ara signi#ikan dengan dera"at beratna in#lamasi pada apendisitis. Diagnosis

    apendisitis pada anak$anak didukung oleh IL$ dan 2;P tetapi tidak :B2. 3idak ada

    perbedaan ang signi#ikan antara IL$ dan 2;P untuk mendiagnosis apendisitis.

    :B2, 2;P dan IL$ merupakan alat pendukung diagnosis klinis untuk apendiks ang

    sudah per#orasi dan plegmonous pada anak$anak. /edangkan pada #ase a'al,

    apendisitis tampakna tidak berhubungan dengan peningkatan kadar marker

    in#lamasi, sehingga peranan ultrasogra#i masih perlu dalam hal menegakkan

    diagnosis apendisitis %/a!k et al., ())*.

    /tudi oleh +enber %())9* apendisitis akut ang terdiagnosis dengan operasi

    maupun histopatologi, berhubungan se!ara signi#ikan dengan peningkatan kadar 2;P

    preoperati-e %p),)5*. /ensiti#itas dan spesi#isitas 2;P untuk diagnosis apendisitis

    akut sebesar @5.94 dan @1.(54 %+enber, ())9*. Penelitian oleh 8rtega$Deballon

    %())* di 7adrid, /panol mendapatkan bah'a 2;P berkorelasi kuat dengan dera"at

    beratna apendisitis. 2;P memiliki akurasi paling tinggi diantara tiga marker

    in#lamasi ang dinilai %2;P, :B2 dan granulosit* masing masing ;82 ),@> ?

    ),956 ? ),@5 dengan P),))1. /ensiti#itas, spesi#isitas, PP& dan NP& dari 2;P

    12

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    13/24

    sebesar =),= 4 ? 9>,6 4? 9=,@ 4? 9>,6 4. /ementara sensiti#itas,spesi#isitas, PP& dan

    NP& dari :B2 adalah @,> 4? >(,= 4? 96, 4 dan (,5 4. Apabila 2;P dan :B2

    digabungkan maka didapatkan sensiti#itas, spesi#isitas, PP& dan NP& sebesar @5,@ 4?

    69,1 4? =6,( 4 dan =(,6 4. Hal ini menun"ukkan 2;P lebih spesi#ik untuk

    menun"ukkan diagnosis apendisitis akut. 2;P merupakan salah satu marker in#lamasi

    tunggal ang paling akurat untuk menun"ang diagnosis apendisitis akut, terutama 1(

    "am pertama se"ak ge"ala mun!ul. +adar 2;P dan :B2 ang normal menun"ukkan

    proabilitas ang sangat rendah menderita apendisitis akut %8rtega$debalon P et al.,

    ())9*. %+enber, ())9*. /tudi oleh Hoosein %())* nilai sensiti#itas, spesi#isitas dan

    akurasi 2;P adalah @) 4, @=,9 4 dan @@,9 4 %Hossein, /hoshtari et al,. ())*. /tudi

    oleh ang"oo et al. %()11* di Belgia mendapatkan sensiti#itas, spesi#isitas, nilai

    prediksi positi# dan negati# dari 2;P adalah 5=4, @4, @=4 dan (94. 2;P

    dikatakan tidak ideal untuk mendiagnosis apendisitis akut %ang"oo et al., ()11*.

    /tudi oleh +riakidis et al.%()1)* di ;/ am#issa 3urki dilakukan pemeriksaan

    laboratorium pre opreaati#. Hasil laboratorium preoperati-e berhubungan dengan

    hasil histopatologi. Pasien ang bukan apendisitis memiliki kadar 2;P normal % ),1

    mg

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    14/24

    diagnosis 2;P adalah =9.(94, ==.6>4, ==.>>4 dan =.9=4 . Pasien dengan

    apendisitis akut "arang didapatkan kadar 2;P dan :B2 ang normal. /ebalikna

    kadar 2;P J 1) mg

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    15/24

    BAB III

    +E;AN0+A BE;PI+I;, +8N/EP DAN HIP83E/I/ PENELI3IAN

    6.1 +erangka Berpikir

    Apendisitis akut merupakan salah satu kasus bedah ang memerlukan

    penanganan segera. +eterlambatan diagnosis dan terapi meningkatkan risiko

    komplikasi bahkan kematian. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis

    ang didukung oleh berbagai pemeriksaan penun"ang, aitu U/0, 23 s!an dan

    pemeriksaan marker in#lamasi seperti 2;P, :B2, neutro#il, IL$. /emua itu

    bertu"uan untuk menentukan diagnosis se!ara lebih tepat dan menghindari

    15

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    16/24

    pembedahan ang tidak diperlukan. 2;P merupakan salah satu marker in#lamasi

    tunggal ang paling akurat untuk menun"ang diagnosis apendisitis akut. Diagnostik

    test untuk apendisitis akut haruslah tinggi sensiti#itasna untuk menghindari

    keterlambatan diagnosis, selain itu "uga harus tinggi spesi#isitasna untuk mengurangi

    negati-e apendi!tom.

    6.( +erangka +onsep

    +erangka konsep diatas men"elaskan bah'a diagnosis apendisitis akut berdasarkan

    klinis klinis sa"a akan banak menimbulkan negative apendictomy. Dengan

    melakukan pemeriksaan marker in#lamasi 2;P sebagai penun"ang diagnosis maka

    akan lebih mendekati diagnosis pasti.

    6.6 Hipotesis

    Hipotesis penelitian ini adalah /ensiti#itas dan spesi#isitas pemeriksaan 2;P untuk

    mendiagnosis appendisitis akut adalah tinggi.

    16

    Diagnosis Appendisitis akut

    se!ara klinis

    7arker in#lamasi %2;P*

    appendiktomiDiagnosis apendisitis akut

    berdasarkan histopatologi

    %gold standard*

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    17/24

    BAB I&

    7E38DE PENELI3IAN

    >.1 ;an!angan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian u"i diagnostik dengan menggunakan desain

    cross sectionaluntuk mengetahui sensiti#itas, spesi#isitas, nilai predikti# positi# dan

    nilai predikti# negati# dari 2;P untuk mendiagnosis appendi!itis akut di ;/ /anglah

    Denpasar .

    >.( Lokasi dan :aktu Penelitian

    >.(.1 Lokasi Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Unit 0a'at Darurat ;/ /anglah Denpasar

    >.(.( :aktu Penelitian

    17

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    18/24

    Penelitian dilaksanakan mulai Bulan No-ember ()15 sampai Bulan April ()1

    >.6 Penentuan /umber Data

    >.6.1 Populasi

    1. Populasi target penelitian ini adalah semua pasien ang datang ke U0D ;/

    /anglah Denpasar periode No-ember ()15 sampai April ()1.

    (. Populasi ter"angkau penelitian ini adalah semua pasien dengan keluhan neri

    perut kanan ba'ah ang datang ke U0D ;/ /anglah Denpasar periode

    No-ember ()15 sampai April ()1.

    >.6.( /ampel

    1. Besar sampel penelitian

    Besar sampel penelitian ini dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut

    18

    n = Z 2

    PQ

    d2

    n 1, =( . ),9 . %1$),1*

    ),1(

    n 6,@>1 . ),9. ),6=

    ),)1

    n 1,16@

    ),)1

    n 116,@ 11>

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    19/24

    +eterangan

    n Besar sampel

    K nilai sebaran normal baku, besarna tergantung tingkat keper!aaan aitu 3+

    =54 1,=

    P sensiti#itas u"i diagnostik dari pustaka aitu sebesar 1 4 %/ura, ())*.

    M % 1 P *

    d besar penimpangan sebesar 1) 4 ),1

    adi besar sampel ang diperlukan untuk penelitian ini adalah 11> orang

    (. 3eknik pengambilan sampel

    /ampel diambil se!ara konsekutif sampling, dimana semua pasien ang datang ke

    U0D dengan keluhan neri perut kanan ba'ah dilakukan skrining untuk memenuhi

    kriteria inklusi dan eksklusi, sampai "umlah sampel ang diinginkan terpenuhi.

    +riteria inklusi

    1.Pasien ang memenuhi kriteria klinis untuk didiagnosis apendisitis akut

    (. Bersedia ikut serta dalam penelitian ini

    +riteria eksklusi

    1. Pasien dengan penakit in#eksi lainna

    >.> &ariabel Penelitian

    1. &ariabel bebas +adar 2;P

    (. &ariabel tergantung Appendisitis akut

    19

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    20/24

    6. De#inisi 8perasional &ariabel

    6.1 +adar 2;P adalah Nilai 2;P sebelum tindakan operasi apendiktomi

    ang diambil dari serum pasien dinatakan dalam mg

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    21/24

    Pasien ang datang ke U0D %populasi target*

    Pasien dengan keluhan neri perut kanan ba'ah %populasi ter"angkau*

    7emenuhi kriteria inklusi dan tidak terkena !riteria eksklusi %sampel*

    /erum subek diambil sekitar ( !! untuk pemeriksaan 2;P

    /ubek dilakukan apendiktom

    Dilakukan pemeriksaan histopatologi terhadap "aringan apendiks

    Data dikumpulkan dan dianalisa

    >.9 Analisa Data

    Data ang sudah terkumpul kemudian dilakukan tabulasi data. Disa"ikan dalam

    bentuk deskripti# untuk data demogra#i, "enis kelamin dan umur. Analisis ang

    dilakukan adalah u"i diagnostik untuk mendapatkan nilai sensiti#itas, spesi#isitas, nilai

    predikti# positi# dan nilai predikti# negati# . Diagnosis pasti %gold standard* dipakai

    hasil histopatologi.

    3abel 1. U"i Diagnostik

    Apendisitis akut Bukan apendisitis akut "umlah

    2;P tinggi

    %J),@ mg

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    22/24

    +emampuan alat diagnostik untuk menentukan bah'a sub"ek tidak sakit

    /pesi#isitas d %bOd* 1)) 4

    Probabilitas seseorang menderita penakit apabila u"i diagnosisna positi#

    Nilai prediksi positi# a %aOb* 1)) 4

    Probabilitas seseorang tidak menderita penakit apabila hasil u"ina negati#

    Nilai prediksi negati# d %!Od* 1))4

    22

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    23/24

    DAG3A; PU/3A+A

    Ali, A.:, et al. ()16. 2an Negati-e 2$rea!ti-e Protein ;ole 8ut Appendi!itis .

    0lobal ournal o# 7edi!al ;esear!h? 161$.

    Hossein, 7, et al. ()). Diagnosti! &alue o# Muantitati-e 2;P 7easurement in

    Patiens :ith A!ute Appendi!itis. Pak 7ed /!i? (( % 6* 6))$6)6.

    ang"oo, A, et al. ()11. Is 2$rea!ti-e Protein Help#ul #or Earl Diagnosis o#

    A!ute Appendi!itis . A!ta 2hir Belg?111 (1=$((( .

    +enber, 7. H.())9. Diagnosti! &alue o# 2 ;ea!ti-e Protein 7easurement in

    Patients 'ith A!ute Appendi!itis. 3he IraQi Postgraduated 7edi!al ournal? 69>$51.

    +riakidis, A.&, et al. ()1). 2$rea!ti-e protein diagnosti! aid in right lo'er

    Quadrant abdominal pain. Annals o# 0atroenterolog?(6%>*6)9$1).

    8rtega$Deballon, P, et al. ()). Use#ulness o# laborator data in the management o#

    right ilia! #ossa pain in adults. Presented in part at the 1th :orld 2ongress o# the

    International Asso!iation o# /urgeons R 0astroenterologists %I.A./.0.*. 7adrid %/pain* 7a

    (5th$(9th.

    ;i'anto,I.0.N. et al. ()16. Usus Halus, Apendiks, +olon, dan Anorektum. In

    /"amsuhida"at, ;., +arnadihar"a,:., Prasetono, 3.8.H., ;udiman, ;., editors. Buku A"ar

    Ilmu Bedah. Edisi ke 6. akartaE02.p.955$9(.

    23

  • 7/26/2019 penelitian mkdu

    24/24

    /a!k, U. et al. ()). Diagnosti! -alue o# blood in#lammator markers #or

    dete!tion o# a!ute appendi!itis in !hildren. B72 /urger? $15.

    /ura,B. ()). Peran 2$;ea!ti-e Protein %2;P* Dalam 7enentukan Diagnosis

    Apendisitis Akut. 7a"alah +edokteran Nusantara ?6= %6*()5$)9.

    &aughan$sha'. P, et al. ()11. Normal in#lammator markers in appendi!itis

    e-iden!e #rom t'o independent !ohort studies. ; /o! 7ed /h ;ep?(1$@.

    24