tugas mkdu bahasa indonesia

23
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan kesehatan sehingga selalu mudah untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan mudah untuk menyelesaikan makalah penyuluhan ini. Adapun judul makalah penyuluhan ini ialah “kejang demam”, yang masih menjadi masalah di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Angka kejadian infeksi masih menjadi masalah di Indonesia, untuk itu diharapkan untuk mengenali tanda- tanda dari kejang demeam, sehingga dapat mengambil tindakan yang sesuai agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat. Dalam makalah ini dibahas beberapa hal penting tentang kejang demam, yang dapat bermanfaat untuk mengenali dan memberikan tindakan yang benar pada saat terjadi kejang demam pada anak. Demikianlah, akhirnya makalah penyuluhan ini dapat diselesaikan dan semoga dapat bermanfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya saya sendiri sebagai penyusun. 1

Upload: anonymous-5bnqxbg3mf

Post on 10-Dec-2015

225 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cxc

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan

kesehatan sehingga selalu mudah untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan

mudah untuk menyelesaikan makalah penyuluhan ini. Adapun judul makalah

penyuluhan ini ialah “kejang demam”, yang masih menjadi masalah di Negara-

negara berkembang termasuk Indonesia.

Angka kejadian infeksi masih menjadi masalah di Indonesia, untuk itu

diharapkan untuk mengenali tanda-tanda dari kejang demeam, sehingga dapat

mengambil tindakan yang sesuai agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat.

Dalam makalah ini dibahas beberapa hal penting tentang kejang demam, yang

dapat bermanfaat untuk mengenali dan memberikan tindakan yang benar pada

saat terjadi kejang demam pada anak.

Demikianlah, akhirnya makalah penyuluhan ini dapat diselesaikan dan

semoga dapat bermanfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya saya

sendiri sebagai penyusun.

1

Page 2: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iDAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................11.1 Latar Belakang ....................................................................................................11.2 Tujuan .................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................32.1 Definisi ...............................................................................................................32.2 Epidemiologi ......................................................................................................32.3 Etiologi ...............................................................................................................42.4 Gejala Klinis ........................................................................................................72.5 Diagnosa ..............................................................................................................82.6 Tata Laksana ......................................................................................................10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................133.1 Kesimpulan ........................................................................................................133.2 Saran ...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................14

2

Page 3: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat dua faktor yang mempunyai pengaruh besar terhdap pertumbuhan anak,

dan hal ini terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia

yaitu masalah gizi dan infeksi. Saat ini 70% kematian balita disebabkan karena

pneumonia, campak, diare, malaria, dan malnutrisi. Ini berarti bahwa penyakit

infeksi masih menjadi penyebab kematian balita. Terjadinya proses infeksi dalam

tubuh menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang biasa disebut dengan demam,

demam merupakan faktor resiko utama terjadinya kejang demam.2

Kejang demam terjadi pada 2%-4% dari populasi anak yang berusia 6

bulan hingga 5 tahun. Kejang demam dibagi menjadi 2 yakni kejang demam

sederhana dan kejang demam kompleks. 80% dari kasus kejang demam

merupakan kejang demam sedehana sedangkan 20% kasus adalah kejang demam

komplek. 8% berlangsung lama yakni lebih dari 15 menit. 16% berulang dalam

waktu 24 jam. Kejang pertama terbanyak terjadi antara usia 17-23 bulan, dimana

anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam.2

Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada usia kurang dari

12 bulan, maka resiko kejang demam kedua 50%. Dan bila kejang demam

sederhana pertama terjadi pada usia 12 bulan/ lebih, maka resiko kejang demam

kedua menjadi 30%. Setelah kejang demam pertama, 2-4% anak akan

berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali resikonya dibanding dengan populasi

umum. Dari percobaan binatang yang dilakukan Wegman dan Milichap

disimpulkan bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan suatu bangkitan kejang.2

Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi, serta

cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga memiliki peranan dimana

Lennox-Buchtal berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam

ditentukan oleh sebuah gen dominan. Lennox berpendapat bahwa 41,2% anggota

keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya

3%.1,2

3

Page 4: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah penyuluhan ini ialah untuk memberikan

penjelasan mengenai bagaimana kejang demam dapat terjadi, hal-hal apa saja

yang menjadi penyebab terjadinya kejang demam, tanda-tanda kejang demam dan

bagaimana penanganan kejang demam pada anak. Sehingga dapat diambil

tindakan yang epat agar tidak erjadi komplikasi yang lebih berat.

4

Page 5: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kejang Demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

(suhu rektal >38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial 3. Kejang

demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 6

bulan dan 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian

kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai

demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang

demam 5.

Kejang demam dibagi atas kejang demam sederhana dan kejang demam

kompleks. Kejang demam kompleks adalah kejang demam fokal, lebih dari 15

menit, atau berulang dalam 24 jam. Pada kejang demam sederhana kejang bersifat

umum, singkat, dan hanya sekali dalam 24 jam5.

2.2 Epidemiologi

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada

2-4 % populasi anak berusia 6 sampai 5 tahun dan 1/3 dari

populasi ini akan mengalami kejang berulang. Kejang demam

dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan

dengan anak perempuan.2

Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering

dijumpai pada bayi dan anak. Biasanya antara usia 3 bulan sampai 5 tahun. Sekitar

2% sampai 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum usia 5 tahun.

Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2% sampai 4% dari

jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan

penderitanya lebih tinggi sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami kejang

demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Di Indonesia pada tahun

1967 kejang demam termasuk sebagai lima penyakit anak terpenting di RS Cipto

5

Page 6: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

Mangunkusumo sebesar 7,4%, meningkat pada tahun 1971 dengan kejadian

kejang sebesar 22,2%.2

2.3 Etiologi

Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan

tetapi umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi

terjadinya kejang. Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8% samapai

22% anak yang mengalami kejang demam memiliki orangtua yang memiliki

riwayat kejang demam pada masa kecilnya.1,4,5

Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang

menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling

sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis

media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, exantema subitum, bronchitis, dan

infeksi saluran kemih. Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti

tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan

campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam.1,4,5

Kejang demam bisa disebabkan oleh tiga faktor yaitu demam, umur dan gen1.

1. Faktor demam

Cepatnya penaikkan suhu tubuh memegang peranan penting sebagai penyebab

kejang demam. Adapun peningkatan suhu yang terjadi sehingga menyebabkan

demam disebabka oleh infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran pencernaan,

infeksi saluran air seni, roseola infantum dan setelah imunisasi1.

2. Faktor umur

Pada umumnya kejang demam terjadi pada umur enam bulan sampai enam tahun,

dan puncak tertinggi terjadi pada umur 17 sampai 23 bulan. Kejang demam yang

terjadi sebelum lima sampai enam bulan kemungkinan ditandai adanya infeksi

susunan saraf pusat1.

3. Faktor gen

Faktor genetik sangat berperan penting pada terjadinya kejang demam, dari

anamnese didapati anak yang menderita kejang demam sekitar 7,5 persen

disebabkan oleh faktot genetik. Risiko kejang demam meningkat dua sampai tiga

6

Page 7: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

kali jika terdapat saudara yang menderita kejang demam. Dan risiko meningkat

sebanyak lima persen pada anak yang orang tuanya menderita kejang demam1.

Mode penurunan gen pada kejang demam ialah dominant, recessive, dan

polygenic. Adapun peranan faktor gen ini terjadi sehubungan dengan mutasi

reseptor GABA (gamma amino butyric acid), dan lokasi gen yang terdapat

kelainan ialah 19q, 8q 13-23 dan 2q 23-24.1,2

Faktor lain yang mungkin berperan terhadap terjadinya kejang demam adalah :4,5

- Produk toksik mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)

- Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.

- Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.

- Gabungan dari faktor-faktor diatas.

Berikut ini bagan patofisiologi kejang demam

a

Sumber: www.doctorology.org

7

Page 8: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

Sumber: www.doctorology.org

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi

CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan

dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal,

membran sel neuron dapat dilalui oleh ion K, ion Na, dan elektrolit seperti Cl.

Konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan

di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.Karena perbedaan jenis dan

konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang

disebut potensial membran dari sel neuron.Untuk menjaga keseimbangan

potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang

terdapat pada permukaan sel. Perbedaan potensial membran sel neuron

disebabkan oleh1,2:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

8

Page 9: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, aliran

listrik dari sekitarnya.

3. Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan

metabolisme basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%.

Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari

seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu

tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam

waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui

membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik

ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke

membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter

sehingga terjadi kejang.Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan

tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak. Ada anak yang

ambang kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 derajat celcius,

sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu

40 derajat celcius.1,2

2.4 Gejala Klinis

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,

berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, klonik,

fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti,

anak tidak memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau

menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat

diikuti oleh hemiparesis sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung

beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama diikuti oleh

hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering

terjadi pada kejang demam yang pertama1.

Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih

dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan

9

Page 10: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali

sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali

sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30 menit.1

Menurut Commission on Epidemiology and Prognosis (1993)

mengklasifikasikan kejang demam menjadi kejang demam sederhana (simple

febrile seizure) dan kejang demam kompleks (complex febrile seizure).1

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)1,4

Merupakan kejang demam dengan manifestasi klinis :

a. Kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya serangan akan berhenti

sendiri dalam waktu kurang dari sepuluh menit.

b. Bangkitan kejang tonik atau tonik-klonik, tanpa gerakan fokal.

c. Tidak berulang dalam waktu 24 jam, atau hanya terjadi sekali dalam 24 jam.

2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)1,4

Merupakan kejang demam dengan manifestasi klinis :

a. Kejang berlangsug lama, lebih dari 15 menit.

b. Kejang fokal (parsial satu sisi), atau kejang umum didahului kejang parsial.

c. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.

2.5 Diagnosis

Diagnosis kejang tidak selalu mudah. ensefalopati tanpa sebab yang jelas kadang

memberi gejala kejang yang hebat. Sinkop atau kejang sebagai refleksi anoksia

juga dapat terpacu oleh demam. Demam menggigil pada bayi juga dapat keliru

dengan kejang demam. Sering orang tua menyangka anak gemetar karena suhu

yang tinggi sebagai kejang.1,4

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda menurut kriteria Livingstone

sebagai berikut:1,4

1. Umur anak kejang pertama antara 6 bulan sampai 4 tahun

2. Kejang terjadi dalam 16 jam pertama setelah mulai panas.

3. Kejang bersifat umum

10

Page 11: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

4. Kejang berlangsung tak lebih dari 15 menit

5. Frekuensi bangkitan tak lebih dari empat kali dalam setahun

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat 10 sampai 14 hari setelah bebas panas tidak

menunjukkan kelainan

7. Tidak didapatkan kelainan neurologic

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu menegakkkan

diagnosa kejang demam meliputi pemeriksaan laboratorium, pungsi lumbal,

elektroensefalografi (EEG), pemeriksaan foto kepala.1,4,5

1. Pemeriksaan laboraturium

Untuk pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan darah

perifer (tepi) lengkap; elektrolit; gula darah; kalsium serum; urinalisis ; biakan

darah, urin, atau feses.1,4,5

2. Pungsi lumbal

a. Jika bayi dibawah 12 bulan, sangat dianjurkan dilakukan pungsi lumbal

karena gejala meningitis sering tidak jelas.

b. Jika bayi antara 12 sampai 18 bulan, dianjurkan pungsi lumbal kecuali pasti

bukan meningitis.

c. Jika bayi lebih dari 18 bulan, pungsi lumbal tidak rutin.

Bila pasti bukan meningitis pungsi lumbal tidak dilakukan.1,4,5

3. Elektroensefalografi (EEG)

Dipertimbangkan pada kejang demam yang tidak khas, misalnya kejang demam

kompleks pada anak lebih dari enam tahun, atau kejang demam fokal. Menurut

Tejani (2008), elektroensefalogram biasanya tidak diperlukan sebagai evaluasi

rutin pada anak dengan kejang demam yang pertama kalinya (first simple febrile

seizure).1,4,5

4. Pemeriksaan foto kepala

11

Page 12: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

Untuk pemeriksaan foto kepala, yang dilakukan ialah CT Scan dan/atau MRI

(Magnetic Resonance Imaging). Adapun indikasi pemeriksaan CT Scan dan MRI

ialah dijumpai kelainan neurologis yang tidak menetap (hemipresis), ada riwayat

dan tanda klinis trauma kepala, kemungkinan terdapat lesi strukutural di otak

(mikrosefali, spastik), terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran

menurun, muntah berulang, fontanel anterior menonjol, paresis saraf otak VI,

edema papil).1,4,5

2.6 Tatalaksana

Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien kejang demam menurut rekomendasi

dari Unit Kerja koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak indonesia/IDAI (2005)

ialah:1,3

A. Saat Kejang

Pada saat kejang sangat efektif untuk menghentikan kejang dengan memberi

diazepam rektal (melalui dubur), dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk anak berusia < 3 tahun, dengan dosis 5 mg

b. Untuk anak berusia > 3 tahun, dengan dosis 7,5 mg

c. Untuk anak dengan berat badan < 10 kg, dengan dosis 5 mg

d. Untuk anak dengan berat badan > 10 kg, dengan dosis 10 mg

Secara umum ; 0,5-0,75 mg/kg berat badan/kali pemberian

Di rumah, maksimal diberikan dua kali dengan jarak lima menit. Cara lain

pemberian diazepam adalah melelui suntikan intravena sebanyak 0,2-0,5 mg/kg

berat badan. Berikan perlahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit. Bila kejang

berhenti sebelum dosis habis, hentikan penyuntikan. Bila anak masih kejang,

berikan diazepam dua kali dengan jarak lima menit. Bila tetap masih kejang,

berikan fenitoin intravena dengan dosis 15 mg/kg berat badan perlahan-lahan. Bila

kejang belum berhenti, rawat di ruang intensif, berikan fenobarbital, pasang

ventilator bila perlu.1,3,5

12

Page 13: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

B. Saat Kejang berhenti

Saat kejang sudah berhenti, tentukan apakah bayi/anak termasuk dalam kejang

demam yang memerlukan pengobatan rumat atau cukup intermiten saat demam1,3,5

B.1. Pengobatan rumat

Pengobatan rumat cukup diberikan selama setahun bebas kejang, lalu dihentikan

bertahap selama 1-2 bulan. Pengobatan ini efektif untuk menurunkan risiko

berulangnya kejang. Adapun indikasi dari pengobatan rumat ialah kejang lama

(lebih dari 15 menit); terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau

sesudah kejang. Misalnya hemiparseis, parsis Todd, cerebral palsy, retardasi

mental, hidrosefalus ; kejang fokal (sentral/memusat) ; bila ada keluarga

sekandung atau orang tua yang mengalami epilepsi.1,3

Tetapi, pemberian pengobatan rumat juga harus dipertimbangkan bila

kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi

berusia kurang dari 12 bulan, dan kejang demam terjadi empat kali atau lebih per

tahun.1,3

Ada dua pilihan dalam pengobatan rumat yaitu:1,3

1. Asam valproat, dengan dosis 15 sampai40 mg/kg berat badan/hari dibagi 2

sampai 3 dosis. Pemakaian asam valproat pada usia 2 tahun menyebabkan

gangguan fungsi hati. Bila mengonsumsi obat ini sebaiknya diperiksa kadar

SGOT dan SGPT setelah 2 minggu, sebulan, kemudian tiap 3 bulan.

2. Fenobarbital, dengan dosis 3 sampai 5 mg/kg berat badan/hari dibagi dua

dosis. Pemakaian fenobarbital setiap hari menimbulkan gangguan perilaku dan

kesulitan belajar.

B.2. Pengobatan imtermiten

Merupakan pengobatan yang diberikan pada saat anak mengalami demam, untuk

mencegah terjadinya kejang demam1

Ada dua pilihan dalam pengobatan intermiten yaitu :1,3

13

Page 14: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

1. Antipiretik, bisa diberikan parasetamol atau asetaminofen 10 sampai15 mg/kg

berat badan/kali, diberikan empat kali. Dan bisa juga diberikan ibuprofen

sebanyak 10 mg/kg berat badan/kali, diberikan tiga kali.

2. Antikonvulsan, bisa diberikan diazepam oral dengan dosis 0,3 sampai 0,5

mg/kg berat badan, setiap 8 jam saat demam. Ini efektif untuk menurunkan

risiko berulangnya kejang. Kemudian bisa diberikan diazepam rektal

(diberikan melalui dubur) dengan dosis 0,5 mg/kg berat badan/kali, diberikan

3 x per hari. Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin tidak berguna mencegah

kejang demam bila diberikan secara intermiten ; fenobarbital dosis kecil baru

berefek antikonvulsan dengan kadar stabil di dalam darah, bila telah diberikan

selama dua minggu.

14

Page 15: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Kejang Demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

(suhu rektal >38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial yang

biasanya terjadi antara umur 6 bulan dan 5 tahun3. Kejang demam merupakan

salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak.

Biasanya antara usia 3 bulan sampai 5 tahun. Sekitar 2% sampai 5% anak pernah

mengalami kejang demam sebelum usia 5 tahun.

Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui,

akan tetapi umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi

terjadinya kejang. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama

sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk

tonik-klonik, klonik, fokal, atau akinetik.1,4,5

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda menurut kriteria Livingstone.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien kejang demam menurut rekomendasi

dari Unit Kerja koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak indonesia/IDAI (2005)

ialah saat kejang dengan memberi diazepam rektal (melalui dubur)dan pada saat

kejang berhenti dengan pengobatan rumatan yang dapat diberikan asam valproat

atau fenobarbital, dan pengobatan intermitten dengan pemberian antipiretik dan

antikonvulsan.1,4

3.2 Saran

- Diharapkan kepada orangtua mengetahui tanda dan gejala dari kejang demam,

tidak panik, pada saat anak terjadi kejang demam dan segera membawa anak ke

klinik atau kerumah sakit terdekat.

- Diharapkan kepada orangtua agar selalu menjaga kebersihan dan kesehatan anak

sehingga anak tidak mudah infeksi, yang merupakan faktor pencetus terjadinya

kejang demam.

15

Page 16: Tugas Mkdu Bahasa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

1. M.H. Abdoerrachman, dkk. Kejang Demam, Dalam: dr. Rusepno Hasan. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1985.h. 847-855.

2. Runinda Pradnyamita. Paripurna Kejang Demam. Malang. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/RSU Daerah dr. Saiful Anwar. 2007.

3. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Konsensus Penanganan Kejang Demam. 2005. Muid M. Kejang Demam. Dalam: Simposium Infeksi Pediatri Tropik dan Gawat Darurat Anak: Tata Laksana Terkini Penyakit Tropis dan Gawat Darurat pada Anak. Malang, 13 Agustus 2005. Halaman 98-100.

4. Darto Saharso. Kejang Demam. Divisi Neuropediatri Bag. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya [cited 2010 June 12]. Diunduh dari: www.pediatric.com

5. Portal Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan. Klik dokter menuju indonesia sehat. [cited 2010 June 12]. Diunduh dari: www.klikdokter.com

16