1 buku model implementasi pendidikan pancasila dalam kurikulum mkdu pt

124
MENYONGSONG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI PT BERDASARKAN UU NO. 12/2012 YANG MEWAJIBKAN PENDIDIKAN PANCASILA DALAM KURIKULUM PT: MEMBANGUN PERILAKU MASYARAKAT GOTONG-ROYONG Oleh AJAR TRIHARSO PUSAT STUDI JATIDIRI DAN KEBANGSAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2013

Upload: shinta-aprilia

Post on 23-Oct-2015

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

MENYONGSONG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI PT BERDASARKAN UU NO.

12/2012 YANG MEWAJIBKAN PENDIDIKAN PANCASILA DALAM KURIKULUM PT: MEMBANGUN

PERILAKU MASYARAKAT GOTONG-ROYONG

Oleh

AJAR TRIHARSO

PUSAT STUDI JATIDIRI DAN KEBANGSAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2013

Page 2: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

i

PENGANTAR

Dalam rangka implementasi Undang-Undang No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (PT), kata pengantar Dirjen Dikti pada buku-buku modul utama pendidikan karakter yaitu Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Bahasa Indonesia yang baru diterbitkan dan diupload di internet, menyebutkan bahwa tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan merubah kurikulum, baik hard skill maupun soft sklill, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Sesuai dengan Undang-Undang No 12 tahun 2012, PT memiliki otonomi dalam penyusunan kurikulum dan tidak kalah pentingnya dalam hal pendidikan karakter (soft skill) adalah mewajibkan Pandidikan Pancasila, pada kurikulum PT yang sejak reformasi ditiadakan.

Disebutkan, pada pelaksanaannya diperlukan rambu-rambu yang sama agar dapat mencapai hasil yang optimal. Sebagaimana kebijakan baru maka kebijakan pelaksanaan dari undang-undang tersebut tidak segera diadakan dan untuk pendidikan karakter seperti biasanya hanya bersifat tambal sulam (incremental). Seperti ditunjukkan diterbitkannya tiga buku modul tersebut di atas, Dirjen Dikti terasa tidak terlalu merujuk pada kebijakan-kebijakan sebelumnya yang selama ini menjadi rujukan PT dan para dosen pengampu. Dirjen Dikti Dalam pengantar di setiap modul yang sudah diterbitkan tentang kelompok Mata Kuliah

Page 3: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

ii

Dasar Umum MKDU (general education) menyebutkan:

“Sebagian dari MKDU telah dinyatakan dalam UU No 12 tahun 2012 sebagai mata kuliah wajib, yaitu Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Dalam rangka menyempurnakan capaian pembelajaran, maka MKDU ditambah dengan bahasa Inggris, Kewirausahaan, dan mata kuliah yang mendorong pada pengembangan karakter

lainnya, baik yang terintegrasi maupun individu.”

Sedangkan selama ini berdasarkan kebijakan sebelumnya pendidikan karakter di PT diatur dengan merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas dan PP No. 19/2005 tentang Standart Nasional Pendidikan (SNP) dikelompokan dalam kelopok Mata kuliah Pendikan Kepribadian (MPK) (tiga mata kuliah) dengan SK Dirjen Dikti 43/2006 dan kelompok Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) (dua mata kuliah) dengan SK Dirjen Dikti 44/2006 yang merupakan rambu-rambu yang cukup komprehensif walaupun tanpa Pendidikan Pancasila di dalamnya. Namun pelaksanaan di setiap PT tidak sama dan, sebagai kurikulum bukan bagian dari kurikulum inti progran studi, pnyelenggaraan MKDU cenderung seadanya termasuk pemberian fasilitas agar dosen-dosen

Page 4: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

iii

pengampunya dapat terintegrasi dan bersinergi (Pasal 12 MPK, MBB).

Setelah lebih dari 12 tahun (sebelum UU No. 12/2012) MKDU di PT yang selama ini biasa disebut MPK dan MBB tersebut, melalui perjuangan gigih dosen-dosen Pendidikan Pancasila yang “masih kuat imannya” (UA penyelenggara Kongres Pancasila III) baru disadari perlunya Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Selama itu pula dengan tanpa Pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan karakter, pembangunan jatidiri bangsa melalui pendidikan formal terhadap generasi muda menjadi kurang sempurna. Selama ini dengan UU 20/2003 tentang Sisdiknas dunia pendidikan tanpa Pendidikan Pancasila - dan sekarangpun belum dimulai di seluruh Iindonesia – generasi muda khususnya mahasiswa hasil pendidikan sistem pedidikan nasional telah kehilangan pedoman perilaku berupa filsafat dan ideologi nasional yang menunjukkan keIndonesiaan dan pada gilirannya menyebabkan menipisnya moralitas masyarakat Indonesia sebagai suatu bangsa (krisis moral).

Oleh sebab itu untuk menyongsong momen-

momen yang penuh harapan tersebut, implementasi UU 12/ 2012 harus dipersiapkan sebagai proses pembangunan karakter yang lebih komprehensif. Sebagai proses pengembangan soft skill yang terkait dengan pendidikan moral mahasiswa sebagai bagian dari usaha dalam

Page 5: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

iv

rangka menyempurnakan Jatidiri Bangsa Indonesia. Harus dirancang lebih serius implementasi kurikulum pendidikan karakter agar pengembangan hard skill di setiap program studi yang rata-rata sudah excellence dapat diimbangi dengan pengembangan soft skill moral sivitas akademika dalam berbangsa dan bernegara yang pada gilirannya dapat menjadi rujukan pembangunan moral di Indonesia.

Dalam modul Pendidikan Pancasila disebutkan mata kuliah Pendidikan Pancasila merupakan pelajaran yang memberikan pedoman kepada setiap insan untuk mengkaji, menganalisis, dan memecahkan masalah-maasalah pembangunan bangsa dan negara dalam perspektif nilai-nilai dasar Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara Republik Indonesia. Pengertian nilai dasar harus difahami bahwa nilai-nilai Pancasila harus dijadikan sebagai pedoman dan sumber orientasi pengembangan kekaryaan setiap lulusan PT. Penyelenggaraan pendidikan Pancasila di PT lebih penting lagi karena Perguruan Tinggi sebagai agen perubahan yang melahirkan intelektual-intelektual muda yang kelak menjadi tenaga inti pembangunan dan pemegang estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap strata lembaga dan badan-badan negara, lembaga-lembaga daerah, lembaga-lembaga infrastruktur politik dan sosial kemasyarakatan, lembaga-lembaga bisnis, dan lainnya.

Page 6: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

v

Dalam buku modul Pendidikan Pancasila hal. iv dituliskan ... “Nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila bahkan bisa berperan sebagai penjaga keseimbangan (margin of appreciation) antara dua ideologi dunia yang bertentangan, karena dalam ideologi Pancasila hak-hak individu dan masyarakat diakui secara proporsional. ... Rumusan tentang Pancasila tidak muncul dari sekedar pikiran logis-rasional, tetapi digali dari akar budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri. karena nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila itu diambil dari nilai-nilai yang sejak lama hadir dalam masyarakat Nusantara. Oleh karena itulah Pancasila disebut mengandung nilai-nilai dasar filsafat (philosophische grondslag), merupakan jiwa bangsa (volksgeist) atau jatidiri bangsa (innerself of nation), dan menjadi cara hidup (way of life) bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Dengan demikian nilai-nilai dalam Pancasila merupakan karakter bangsa, yang menjadikan bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Pendidikan Pancasila perlu karena dengan cara itulah karakter bangsa dapat lestari, terpelihara dari ancaman gelombang globalisasi yang semakin besar.” Tujuan Penyelenggaraan dan capaian pembelajaran secara spesifik Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah (hal. vii-ix) untuk : 1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah

negara dan ideologi bangsa melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar

Page 7: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

vi

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar ancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan eksternal masyarakat bangsa Indonesia.

Dengan capaian pembelajaran adalah: 1. Memiliki kemampuan analisis, berfikir rasional,

bersikap kritis dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Memiliki kemampuan dan tanggung jawab intelektual dalam mengenali masalah-masalah dan memberi solusi berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Page 8: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

vii

3. Mampu menjelaskan dasar-dasar kebenaran bahwa Pancasila adalah ideologi yang sesuai bagi bangsa Indonesia yang majemuk (Bhinneka Tunggal Ika).

4. Mampu mengimplementasikan dan melestarikan nilai-nilai Pancasila dalam realitas kehidupan

5. Memiliki karakter ilmuwan dan profesional Pancasilais yang memiliki komitmen atas kelangsungan hidup dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun apabila membaca bagian Pancasila

dalam kajian Sejarah Bangsa Indonesia dalam modul pendidikan Pancasila (hal. 7) dituliskan antara lain:

“Alternatifnya bisa diperas menjadi Tri Sila bahkan dapat dikerucutkan lagi menjadi Eka Sila. Tri Sila meliputi: socio-nationalisme, socio democratie dan ke-Tuhanan. Sedangkan Eka Sila yang dijelaskan oleh Ir. Soekarno yaitu “Gotong Royong” karena menurut Ir. Soekarno negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong royong (Latif, 2011: 18-19). Tetapi yang lahir pada tanggal 1 Juni itu adalah nama Pancasila (di samping nama Trisila dan Ekasila yang tidak terpilih) (Notosusanto, 1981: 21).” Dari kutipan tersebut maka Pendidikan

Pancasila selama ini masih terkunci pada asumsi

Page 9: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

viii

dari Nogroho Notosusanto (menteri Pendidikan pertama era Orde Baru ahli sejarah yang anti pribadi Sukarno) yang terbatas pada implementassi UUD 1945 (konstitusi) dalam psiko-motorik logis-rasional dan struktural fungsional dalam berbangsa dan bernegara. Belum merupakan usaha menumbuhkan perilaku yang berakar pada budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri yang psiko-motorik kultural fungsional. Seperti pendapat Yudi Latif sebagai intelektual reformis pakar sejarah yang muncul di tengah gegap gempitanya kritik terhadap sistem pendidikan nasional tanpa Pendidikan Pancasila. Yudi Latif dalam bukunya yang fenomenal Negara Paripurna, mengidealkan konsep Gotong-royong sebagai produk akhir yang diharapkan dari kegiatan Pendidikan Pancasila.

Tulisan ini merupakan “Jasmerah” untuk

pendidikan karakter di PT khususnya dan dunia pendidikan serta masyarakat pada umumnya. Mohon kritik atas kekurangan (dan pasti banyak) mohon maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan.

Page 10: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

ix

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iv BAB I JATIDIRI BANGSA INDONESIA DALAM KRISIS 1 1.1. BANGSA INDONESIA BANGSA CERDAS1 1.2. MASALAH WARISAN KOLONIAL 6 1.3. REFORMASI SERBA KEBABLASAN 12 1.4. PANCASILA DAN KRISIS IDENTITAS 17 1.5. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN

IDEOLOGI 27 BAB II PANCASILA FILSAFAT BANGSA INDONESIA 30 2.1. PENGERTIAN FILSAFAT 30 2.2. LAHIRNYA FILSAFAT PANCASILA 32 2.3. OBYEK FILSAFAT PANCASILA 33 2.4. TUJUAN FILSAFAT PANCASILA 38 2.5. KEGUNAAN FILSAFAT PANCASILA 39 2.6. FILSAFAT BANGSA SEBAGAI SISTEM

SOSIAL 40 BAB III PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA INDONESIA 41 3.1. PENGERTIAN IDEOLOGI 41 3.2. LAHIRNYA IDEOLOGI PANCASILA 43

Page 11: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

x

3.3. FUNGSI IDEOLOGI PANCASILA 45 3.4. IDEOLOGI DAN PERUBAHAN SOSIAL 46 3.5. FUNGSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

NASIONAL 47 3.6. PEMBANGUNAN (PEMBERDAYAAN)

IDEOLOGI PANCASILA SEBAGAI PROSES PENDIDIKAN 52

BAB IV MEMBANGUN MASYARAKAT PANCASILA SEBAGAI PROSES PEMBERDAYAAN 58 4.1. PENDIDIKAN PANCASILA = PENDIDIKAN

IDEOLOGI 58 4.2. OTONOMI PARISIPASI PEMBANGUNAN 60 4.3. PENDIDIKAN POLITIK PARTISIPATIF

SEBAGAI PROSES FASILITASI 62 4.4. PENDIDIKAN PARTISIPATIF =

PENDIDIKAN PEMBERDAYAAN 64 4.5. PENDIDIKAN POLITIK PARTISIPATIF =

PENDIDIKAN ALTERNATIF 67 4.6. PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES

FASILITASI KESADARAN 69 4.7. DAERAH DAN MASYARAKAT MASA

DEPAN 71 BAB V PENDIDIKAN PANCASILA PARTISIPATIF (P3) 77 5.1. PENDIDIKAN PANCASILA = MEMBANGUN MASYARAKAT GOTONG-ROYONG 77

Page 12: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

xi

5.2. PENGERTIAN P3 SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN POLITIK (IDEOLOGI) 80

5.3. PEMAHAMAN DASAR TENTANG MUSYAWARAH DALAM P3 81

5.4. HAKEKAT DASAR P3 81 5.5. VISI, MISI DAN PRINSIP-PRINSIP P3 82 5.6. PELAKSANAAN PENDIDIKAN PANCASILA 83 5.6.1. Kegiatan Fasilitasi Mengembangkan

Kognisi dan Afeksi 85 5.6.2. Fasilitasi dalam rangka implementasi

psikomotorik 86 5.6.3. Metodologi Pendidikan 87 5.6.3.1. Konsep dan Definisi Kerja 87 5.6.3.2. Teknik Identifikasi, Pengumpulan dan

pengolahan Informasi 88 5.6.3.3. Tahap Implementasi 89 LAMPIRAN GAMBAR DAFTAR PUSTAKA 91

Page 13: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

1

BAB I JATIDIRI BANGSA INDONESIA DALAM KRISIS

1.1. BANGSA INDONESIA BANGSA CERDAS

Apabila menelusuri kurun waktu sejak jaman pra-sejarah hingga bangsa Indonesia mulai menyadari eksistensi kebangsaannya pada awal abad 20 dan kemudian memperjuangkan kemerdekaan serta membangun kebangsaan dan kenegaraannya dalam situasi merdeka saat ini maka menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pemberani dan cerdas sehingga mampu mengarungi samodra dan menciptakan kepandaian-kepandaian luar biasa. Dari sana dapat dilihat suatu perkembangan yang menakjubkan dari suatu bangsa. Nenek moyang yang dengan peralatan sangat sederhana datang dari Asia daratan dan kepulauan-kepulauan di samodera Pasifik atau lautan Tuduh dengan gagah berani dan suvive dan kemudian mendiami pulau-pulau yang terletak antara dua benua Asia dan Australia serta dua samodra yaitu samodra Hindia dan Lautan Teduh. Bangsa Indonesia juga dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa tanah air yang kaya raya, terdiri dari ribuan pulau yang subur dengan bahan tambang dan hasil lautnya. Dengan sifat kepulauannya berkambang berbagai ragam etnis dan budaya, sehingga terciptalah suatu bangsa yang kaya akan nilai budaya. Pada jaman sejarah dengan kedatangan saudara-saudara yang datang dari berbagai penjuru dunia dengan latar belakang etnis dan budaya masing-masing maka hampir

Page 14: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

2

seluruh unsur budaya di dunia sedikit atau banyak menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Demikian pula seluruh agama-agama besar dunia sedikit atau banyak dipeluk dan diyakini oleh masyarakat Indonesia (bhineka).

Namun demikian dalam kurun waktu tersebut juga merupakan masa perjuangan yang penuh tantangan dan dinamika untuk menjadi suatu bangsa. Terutama ketika masa penjajahan oleh bangsa-bangsa Eropa melanda dunia. Walaupun mereka memperkenalkan nilai-nilai modern hasil penemuan mereka (invention) yang dapat dianggap sebagai berkah, namun juga merupakan musibah karena tujuan kedatangan mereka ke Indonesia dan wilayah jajahan lainnya di seluruh dunia sesuai dengan tingkat "semangat modern" waktu itu, adalah mengalahkan, menguasai dan mengeksploitasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya atas penindasan terhadap bangsa yang dijajah.

Era perkembangan awal paham kapitalisme liberal di Eropa dengan diwarnai perlombaan antar mereka untuk menguasai wilayah di luar benua Eropa dengan semboyan white man burden. Betapa struktur sosial, ekonomi serta budaya yang ditinggalkan menjadi beban pembangunan ketika Bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya. Kondisi kebhinekaan – multy ethnic and cultural - nenek moyang yang menjadi sasaran strategi pecah belah dan kuasai (devide et impera) di mana pemerintah kolonial memang tidak ingin mempersatukan bangsa Indonesia akan tetapi

Page 15: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

3

justru ingin mempertajam keperbedaan agar mudah dieksploitasi.

Kondisi demikian dapat dikatakan merupakan bahan dasar pemikiran para founding fathers Bangsa Indonesia terutama sejak kebangkitan nasional tahun 1908. Sambil membangun kecerdasan kolektif dalam upaya membentuk suatu bangsa modern yang merdeka dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, mereka memanfaatkan kesempatan yang sempit pada masa penjajahan dengan membangun rasa kebersamaan sebagai bangsa terjajah. Mengembangkan kepandaian secara kritis dengan membaca dan mempelajari ilmu pengetahuan modern (wetenschap) tentanng kenegaraan melalui proses pendidikan baik formal maupun nonformal (otodidak). Dari sana disusun konstruksi

Kesempatan memperoleh pendidikan modern mereka gunakan untuk mempelajari tata-cara bernegara serta ideologi-ideologi modern untuk kemudian diselaraskan, diserasikan dan diseimbangkan dengan nilai dan cara-cara tradisional dari nenek moyang. Declaration of Independent Amerika Serikat, Manifersto Komunist, San Min Cu I, konsep Negara Islam, ajaran Mahatma Gandhi di India sudah menjadi wacana para founding fathers. Setelah berdiskusi dan memperdebatkan sekian lama, melalui kongres

dasar kehidupan bersama sebagai suatu bangsa dengan memilah dan memilih dari berbagai alternatif yang ada dan kemudian diramu (sincreted) menjadi konsep berdirinya sebuah negara modern.

Page 16: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

4

pemuda Indonesia di Yogyakarta pada 28 Oktober 1928 dideklarasikan Sumpah Pemuda Indonesia. 17 tahun kemudia melalui pidato Ir. Sukarno 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, suatu sidang atau forum yang oleh Ir. Sukarno disebut sebagai kawah Candradimuka proses menyusun dasar negara untuk menjadi sumber dari segala sumber hukum bangsa dan negara Indonesia yang akan didirikan dan dibangun, disepakati Pancasila

Kemudian dalam suasana bulan Ramadhan bagi umat Islam sebagai penduduk mayoritas, ada kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk merdeka pada bulan Agustus 1945. Dengan menyerahnya Jepang pada sekutu 15 Agustus setelah dua kota besarnya Hiroshima dan Nagasaki dibom atom, tanpa persetujuan dari pemerintah Jepang pada tanggal 16 Agustus malam dirumuskan naskah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dan pada tanggal 17 Agustus jam 10 pagi dibacakan naskah tersebut sebagai proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dan kemudian pada 18 Agustus disyahkan Undang-ubdang Dasar 1945.

sebagai dasar filosofis (Philosofische grondslag) dan ideologis (Weltanschauung) bangsa dan negara Indonesia (Naskah Lahirnya Pancasila, 1945).

Hasil keberanian dan kepandaian dari para founding fathers Bangsa Indonesia dalam menyiasati situasi serta menggali dan menyusun filsafat dan ideologi bangsa Pancasila dan kemudian memproklamasikan kemerdekaan tersebut ternyata, seperti juga dengan kemampuan teleologi mereka, bahwa di dalam mencapai tujuan

Page 17: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

5

berbangsa dan bernegara yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 masih perlu perjuangan. Terutama setelah melalui “jembatan emas” kemerdekaan di mana bangsa Indonesia akan menghadapi situasi dunia baru pasca perang. Dalam pidato di depan BPUPKI 1 Juni 1945 Bung Karno mengatakan:

“... tidak ada satu Weltanschauung dapat menjelma dengan sendirinya, menjadi realiteit dengan sendirinya. Tidak ada satu weltanschauung dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak dengan perjuangan! ... Jangan mengira bahwa dengan berdirinya negara Indonesia Merdeka itu perjoangan kita telah berakhir. Tidak! Bahkan saya berkata: Di-dalam Indonesia Merdeka itu perjoangan kita harus berjalan t e r u s, hanya lain sifatnya dengan perjoangan sekarang (sebelum 1945), lain coraknya. Nanti kita, bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu padu, berjoang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam Panca Sila.”

Karena sejak "lahirnya" landasan ideologi

dan konstitusi tersebut sudah mendapat tantangan dari ideologi-ideologi lain yang sudah ada untuk diubah atau diganti. Sementara implementasi nilai-nilai Pancasila mendapat bias dari ideologi-ideologi instan yang ada antara lain liberalisme, komunisme dan islamisme sedangkan UUD 1945 dengan kelemahannya ternyata berkecenderungan menciptakan sistem pemerintah otoriter seperti pada era Bung Karno dan Jendral

Page 18: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

6

Suharto. Apabila kondisi-kondisi tersebut tidak dapat diatasi niscaya akan mempunyai konsekwensi besar terhadap keselamatan Bangsa Indonesia. Oleh sebab itu kemerdekaan yang diproklamirkan 17 Agustus 1945 sebagai proses revolusi dari bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka masih perlu perjuangan.

Kondisi tersebut bukan suatu yang tidak mungkin karena Pancasila sebagai dasar falsafah dan ideologi serta UUD 1945 sebagai konstitusi modern walaupun merupakan hasil perjuangan pemikiran

cukup panjang dan mendalam adalah masih merupakan format di atas kertas. Sementara itu apa yang telah dan sedang dihayati dan diamalkan masyarakat Indonesia adalah nilai-nilai budaya dan ideologi yang telah dikondisikan oleh pemerintah penjajah untuk menjadi bagian dari sistem masyarakat kolonial yang segregatif dan diskriminatif dan tentunya menjadi “penyakit” (patologis) dan kendala terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia.

1.2. MASALAH WARISAN KOLONIAL Warisan masyarakat plural - multi kultural di

bawah kebijakan pemerintah kolonial dengan strategi devide et impera antara lain pembedaan ras dan golongan serta status sosial di dalam hukum masyarakat kolonial sangat mempengaruhi proses integrasi nasional pada era kemerdekaan. Pengaruh dalam sistem sosial antara lain adanya perbedaan alami golongan inlander atau golongan pribumi dalam suku-suku dengan status sosial dan

Page 19: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

7

hukum berbeda dan lebih rendah dari golongan non-pribumi dengan sebutan keturunan timur asing dan golongan Eropa. Pada golongan inlander sendiri baik yang berkultur tribal (suku) maupun feodal dibedakan antara golongan bangsawan dan orang biasa paling tidak pada hak untuk mendapatkan pendidikan tinggi.

Pada era kemerdekaan efek pengaruh tersebut terjadi antara lain dalam kehidupan ekonomi di mana golongan minoritas keturunan nonpribumi yang mempunyai pengalaman di bidang ekonomi perdagangan di jaman penjajahan dengan mudah menguasai produksi dan distribusi barang dan jasa secara nasional sedangkan mayoritas golongan pribumi berkutat pada produksi pertanian dan cita-cita menjadi pegawai negeri (amtenar). Masalah hubungan golongan pribumi dan nonpribumi dengan isu pokonya adalah kesenjangan di bidang kehidupan ekonomi. Tentang hal ini kebijakan pemerintah dari waktu ke waktu selalu bersifat ”menyembunyikan kotoran yang mudah terbakar di bawah karpet”. Sedangkan dalam sistem politik terbentuk sistem kepartaian dengan perbedaan ideologi partai-partai politik yang tajam dan bahkan saling bertentangan berdasarkan nilai-nilai sektarian keagamaan, nilai-nilai primordial tradisi, kesukuan dan kedaerahan serta pengaruh dari lingkungan internasional berdasarkan isme-isme modern khususnya sosialisme komunis dan kapitalisme liberal menjadikan kehidupan politik – ideologis di Indonesia tidak stabil (Feith, 1982).

Page 20: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

8

Sementara itu sejak 1965 bangsa Indonesia dengan sepenuh hati terintegrasi ke dalam sistem kapitalisme liberal, alih-alih berakrab-akrab dengan blok komunis dalam perang dingin. Sejak berakhirnya perang dingin menjadi lebih erat lagi menjadi bagian dari sistem yang memenangkan perang tersebut. Pengaruh paham neo-liberal yang semakin kuat menyebabkan sekulerisme, rasionalisme dan individualisme menjadi semakin kuat pula, sementara itu pembangunan kehidupan beragama sejak 1965 juga menghasilkan kehidupan religius masyarakat lebih mendalam. Sekarang sekulerisme, rasionalisme dan individualisme pengaruh nilai-nilai barat dan religiusitas masyarakat yang mayoritas beragama Islam, membawa bangsa Indonesia terbelah menjadi bagian dari apa yang diramalkan oleh Samuel P. Huntington sebagai “benturan peradaban”.

Kondisi itulah yang mewarnai kehidupan Bangsa Indonesia sejak tahun 1945 hingga sekarang. Akibat dari adanya berbagai penyakit tersebut revolusi Bangsa Indonesia dari bangsa terjajah untuk menjadi bangsa merdeka modern, bersatu, berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila tidak berjalan lancar. Bangsa Indonesia saat ini justru menghadapi masalah disintegrasi yang lebih parah karena terjadi polarisasi yang lebih rumit. Globalisasi ternyata memberi peluang munculnya pemikiran-pemikiran baru dalam kehidupan bermasyarakat dan menambah kerumitan kondisi pluralitas masyarakat yang ada.

Page 21: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

9

Dibidang ekonomi akibat proses globalisasi paham liberalisme, kapitalisme membawa bangsa Indonesia terjangkit konsumerisme dan hedonisme yang mengakibatkan kesenjangan dan negara juga sudah terperangkap ke dalam komitmen-komitmen dengan jaringan-jaringan internasional khususnya dalam paradigma neo-liberal melalui preskripsi-preskripsi IMF, WTO dan Bank Dunia. Sedangkan di bidang politik dan ideologi juga tak lepas dari ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan (AGTH) selain dari isme-isme serta paham-paham modern (barat) yang sudah ada juga dari gerakan sektarian dan primordial dengan semangat dan strategi baru. Gerakan-gerakan ingin mendirikan negara berdasarkan agama yaitu Islam ala DI, NII, TII antara lain keberadaan Jamaah Islamiah (JI) dengan inspirasi dan akomodasi baru dari Al Khaeda, Ichwanul Muslimin, Hisbust Tahrir (fundamentalisme), juga gerakan yang ingin hidup sendiri-sendiri dengan batasan kedaerahan dan kesukuan seperti RMS, Papua Merdeka, Aceh Merdeka (sparatisme) muncul kembali dengan mendapatkan “amunisi” baru.

Kesenjangan sebagai penyakit endemis dari paham kapitalisme liberal, paham Marxisme-Leninisme ateisme untuk menjadikan Indonesia sebagai negara sosialis-komunis seperi yang telah diperjuangkan oleh PKI pada masa lalu dan telah diperbaharui berdasarkan teori-teori neo-marxis pasca perang dingin sudah tidak populer lagi. Sedangkan cita-cita negara liberal seperti RIS dan era Demokrasi Liberal di masa lalu berdasarkan

Page 22: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

10

teori-teori liberal sekarang dilanjutkan oleh paham berdasarkan teori-teori Neo-liberal (Neo-Lib.). Kondisi kesenjangan menemukan momentum pada era reformasi saat ini di mana kehidupan pasar dan persaingan bebas yang membangkitkan konsumerisme, hedonisme berkembang di atas ranah masyarakat tribalis, feodalis (warisan budaya lama), pluralis-sektarian (perbedaan suku-agama) serta individualis (nilai-nilai kapitalis liberal barat) yang semakin kuat diikuti dengan kondisi ketidak adilan dan kemiskinan yang merajalela. Kondisi ketimpangan ekonomi yang semula menjadi dasar perjuangan PKI untuk menjadi dasar mengadakan revolusi komunisme sekarang diganti oleh gerakan radikal dan fanatisme agama dan semangat kedaerahan tersebut.

Perbedaan ideologi dengan warna partai politik aliran pada masa Demokrasi Liberal seperti dikerangkakan oleh Heberth Feith sebagai usaha memuaskan negara-negara Barat untuk menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sudah melaksanakan demokrasi menjadikan kehidupan bidang politik tidak stabil. Era Demokrasi Terpimpin pemerintah semakin akrab dengan blok komunis bersifat otoriter dengan tokoh dominan Bung Karno serta era Orde Baru dengan ideologi pembangunan (developmentalism) yang lekat dengan westernisasi dan liberalisasi ekonomi juga bersifat otoriter dengan tokoh dominan Jendral Suharto.

Era reformasi di mana terjadi anomi akibat transisi kekuasaan merupakan kondisi strategis

Page 23: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

11

bagi predator Pancasila untuk berusaha kembali menggeser Pancasila sebagai dasar falsafah dan ideologi berbangsa dan bernegara Indonesia dengan cara dan tujuan masing-masing. Bagi bangsa Indonesia yang cerdas, pengalaman sepahit apapun, ibaratkan paitnya rasa jamu, tentunya dapat menjadi pengalaman sekaligus obat yang paling baik bagi kehidupan dan kekuatan bangsa. Pengalaman harus dianggap proses belajar dan trial and error untuk mendapatkan hikmah dalam rangka menemukan pola dan format kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara yang paling baik dengan Pancasila menjadi landasan sekaligus harapan sebagai cermin kreatifitas, cita-cita dan kepribadian serta jatidiri bangsa.

Pengalaman era pasca G-30-S PKI yaitu era pemerintahan Orde Baru terkenal dengan era kesaktian Pancasila. Karena era tersebut berhasil menyelamatkan dan melindungi Pancasila dan kehidupan beragama dari bahaya gerakan revolusioner PKI dengan ideologi komunisme yang anti agama. Ada segi positif dan negatif era Orde Baru terhadap kehidupan bangsa Indonesia. Segi positifnya adalah pesatnya industrialisasi serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan sekaligus maraknya kehidupan beragama. Perkembangan positif dan cukup strategis dalam hal ini, adalah mendapatkan akses secara intensif belajar ilmu modern dari masyarakat yang menganut teisme yaitu negara-negara Barat khusunya Amerika Serikat untuk dasar kecerdasan bangsa sebagai

Page 24: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

12

modal membangun “kepandaian” lebih lanjut dalam menghadapi era globalisasi.

Segi negatifnya adalah bahwa sejak era Orde Baru usaha pembangunan ekonomi membawa bangsa Indonesia semakin berkiblat kepada regime kapitalisme liberal dengan kebijakan ekonomi yang pro konglomerasi dengan peranan istimewa dari para pejabat dan sanak familinya yang berkolusi dengan golongan keturunan Tionghoa. Kondisi tersebut tidak disadari menjadi “bom waktu” dan merupakan salah satu penyebab noda hitam terhadap proses reformasi oleh peristiwa yang penuh pelanggaran HAM dengan “terbakarnya karpet” di mana masalah pribumi-nonpribumi disembunyikan yaitu peristiwa 12 Mei 1998 dengan simbolisasi diperkosanya anak Drs. Kristianto Wibisono (intelektual keturunan Tionghoa) dan dibakarnya rumah Om Liem Swie Liong alias Sadono Saliem di jalan Gunung Sahari Jakarta. Sedangkan implementasi nilai-nilai Pancasila melalui lembaga BP7 ternyata membawa sistem politik pada bentuk otoriterisme, sentralisme dan “uniformisasi” masyarakat dengan kedok pelaksanaan demokrasi Pancasila membangun masyarakat Pancasila seutuhnya dan diakhiri dengan pidato pengunduran diri Presiden Suharto 21 Mei 1998. 1.3. REFORMASI SERBA KEBABLASAN

Dari warisan era Orde Baru tersebut pada era reformasi, seperti telah disinggung, justru tumbuh semakin kuat individualisme,

Page 25: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

13

konsumerisme, hedonisme, serta kesenjangan ekonomi dan kemiskinan yang dulu sasaran kritis kaum komunis PKI dengan cara berfikir Karl Marx tentang tentang kemiskinan akibat kapitalisme dan liberalisme. Sekarang bangsa Indonesia dihadapkan pada munculnya gerakan fanatisme agama yang juga atas nama kemiskinan dan kesenjangan yang semakin lebar dan kronis dengan musuh yang sama yaitu negara-negara barat khususnya Amerika Serikat. Gerakan radikal yang bertujuan merevolusi negara Indonesia 17 Agustus 1945 sesuai dengan ideologi dan keyakinannya. Simultan dengan gejala tersebut kemudian marak konflik-konflik di masyarakat baik berdasarkan golongan, antar daerah dan suku. Al hasil di hadapan mata kita terpampang berbagai macam konflik antar kelompok serta kriminalitas yang semakin meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Kemudian meningkat pula jumlah masa orang miskin dan terlantar dengan kelaparan yang kronis dan kesakitan yang tak terawat secara manusiawi.

Sementara itu sebagai hasil dan akibat positif dari maraknya kehidupan beragama, pembangunan ekonomi dan proses belajar kepada dunia barat adalah meningkatnya ketaqwaan bangsa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatnya harapan hidup masyarakat (the rising expectation) dan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban dalam berbangsa dan bernegara. Proses belajar ke dunia barat sebagai kesinambungan dari usaha para founding father

Page 26: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

14

yang berpendidikan barat untuk membangun bangsa dan negara modern telah tercetak beratus-ratus doktor, ribuan master dan lebih banyak lagi sarjana serta tenaga ahli dari berbagai bidang ilmu pengetahuan modern lulusan dari PT baik di dalam maupun luar negeri yang tentunya menambah kecerdasan bangsa.

Namun demikian disamping gejala positif tersebut tidak sedikit pula hal-hal yang potensial menjadi masalah bangsa terutama dalam moral dan sistem nilai budaya dalam kehidupan kebersamaan sebagai suatu bangsa dan itulah merupakan pekerjaan rumah bangsa Indonesia. Antara lain perlu diwaspadai sebagai negara berpenduduk beragama Islam terbesar di dunia, di mana menunaikan ibadah Haji ke Mekah adalah kewajiban umat Islam, sementara biaya untuk menjalankan dari Indonesia cukup besar sehingga secara psikilogis sangat rawan dalam kondisi kesenjangan ekonomi. Oleh sebab itu perlu keteladanan para elite (yang sedang diberi rejeki banyak oleh Tuhan) dalam hal ini harus menjadi bagian dari pembangunan karakter dan jatidiri bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Demikian pula berkembangnya pengaruh niai-nilai budaya asing terhadap pola sikap dan tingkah laku baik secara individu maupun berkelompok. Seperti kesimpulan dari saresehan yang diselenggarakan Lemhannas, LIPI, UGM 14-15 Agustus 2006 sebagi proses “colonization of the mind” bangsa Indonesia oleh kebudayaan asing” yang menyebabkan bangsa Indonesia ”salah

Page 27: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

15

asuhan”. PT sebagai lapisan masyarakat dan institusi yang mempunyai tugas mencerdaskan kehidupan bangsa harus proaktif berpartisipasi menyelamatkan ideologi bangsa yang sedang dalam bahaya. Paling tidak memperjuangkan mewujudkan Pancasila menjadi paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) nasional.

Era reformasi sejak 1998 sebagai momentum perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam melanjutkan pembangunan bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan paradigma yang lebih rasional sekaligus kultural, karena akibat crisis multi dimensi yang terjadi, justru diwarnai berbagai perilaku dan kebijakan “kebablasan” di masyarakat dan pemerintahan. Walaupun banyak kebijakan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi namun belum diimbangi dengan pemecahan masalah yang ditimbulkan oleh kesenjangan ekonomi yang rawan konflik. Sedangkan dalam menciptakan persatuan kesatuan bangsa cenderung pada kebijakan dengan pendekatan hukum dan keamanan yang represif dengan adanya pasukan-pasukan khusus seperti Desus 88.

Akibat tekanan nilai-nilai kapitalisme liberal sebagai pemenang Perang Dingin dengan teori-teori neo-libnya, bangsa Indonesia sekarang menjadi pasar yang ”lahap” terhadap produk-produk dari seluruh dunia akibat tuntutan keterbukaan ekonomi pasar bebas dengan muatan nilai budaya asing dan membawa bangsa Indonesia semakin konsumeris dan hedonis

Page 28: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

16

sekaligus marjinal terhadap nilai budaya bangsanya.

Proses penjajahan bangsa Indonesia oleh kebudayaan asing memarjinalkan masyarakat terhadap nilai-nilai budaya sendiri. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam menerapkan prinsip demokrasi dan bangsa Indonesia menjadi lebih liberal. Kebebasan yang berkembang, karena perbedaan tingkat pendidikan dan kesenjangan ekonomi dalam sistem kepartaian tumbuh multi partai yang tidak rasional dan gejala money politics. Perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) juga berkembang lebih canggih dengan istilah KKN “berjamaah”. Kemudian konflik suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) justru merebak di seantero yang menunjukkan semakin menipisya keberadaban bangsa Indonesia.

Fenomena korupsi di birokrasi dan kepala daerah, anggota DPR/DPRD hingga mafia pajak ala “Gayus Tambunan”, kemudian konflik-konflik antar dan intra umat beragama di Poso, Ambon hingga terorisme ala “Nurdin M Top”, demikian pula “perang” antar suku di Sampit dan Papua dan bahkan antar kampung di berbagai daerah dan kota besar, dan tak kalah pentingnya adalah perkelahian antar pelajar, antar kampus dan antar mahasiswa ala ”Universitas Hasanuddin” sudah menjadi sangat biasa dan menjadi tontonan sehari-harsi di televisi dan berita di mendia cetak dan radio.

Pertanyaannya adalah bagaimana dengan pengalaman demikian bangsa Indonesia mampu membangun persatuan dan kesatuan dan hidup

Page 29: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

17

berbangsa dan bernegara lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan kekuatan nasional agar bangsa Indonesia tidak menjadi obyek yang lemah tidak berdaya tetapi menjadi subyek yang bermakna dalam pergaulan antar bangsa di era globalisasi. Yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat Pancasila berdasarkan konstitusi yang mengikuti perkembangan jaman namun masih berpijak pada nilai-nilai budaya sendiri untuk membangun moral kebersamaan dan kondusif terhadap kesatuan dan persatuan bangsa sebagai modal sosial atau social capital bangsa Indonesia (Putnam, 2001; Fukuyama, 1999). 1.4. PANCASILA DAN KRISIS IDENTITAS

Mempelajari Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan ideologi berbangsa dan bernegara akan menjadi terasa urgensinya apabila diletakkan dalam proses hubungan internasional bangsa Indonesia. Asumsi kaum realis dalam studi hubungan antar bangsa-bangsa di dunia adalah tidak ada otoritas politik yang mampu mengatasi perilaku negara-negara dalam berinteraksi satu sama lain sehingga kegiatan setiap negara merupakan perjuangan kekuasaan (struggle for power) dalam situasi anarkhi (Brown, 1996). Setiap negara bangsa (nation state) harus memperjuangkan kepentingan nasional masing-masing dalam menghadapi kepentingan negara-negara lain dengan faktor penopang utama adalah elemen-elemen kekuatan nasional (elements of national power) yang dimiliki. Setiap negara bangsa

Page 30: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

18

dituntut untuk mampu menyusun strategi dengan mempertimbangkan, menata, mengelola dan memanfaatkan secermat mungkin setiap elemen kekuatan nasionalnya dan dari sana setiap negara berjuang atau bersaing berebut kekuasaan satu sama lain (Morgenthau, 1978). Istilah yang populer dari kaum realis dalam kehidupan hubungan antar bangsa “tidak ada kawan yang abadi kecuali kepentingan abadi”.

Ada dua jenis elemen kekuatan nasional pada setiap negara bangsa - untuk selanjutnya dapat disebut negara atau bangsa saja. Jenis pertama bersifat konkrit dapat diraba (tangible elements of national power) antara lain kapasitas industri, persiapan militer, sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). Jenis kedua bersifat abstrak tak dapat diraba (intangible elements of national power) yaitu meliputi elemen-elemen karakter nasional, moral nasional, ideologi nasional, kualitas pemerintahan (quality of government) dan kualitas diplomasi (quality of diplomacy) yang erat hubungannya dengan nilai budaya masing-masing bangsa (Morgenthau, 1978: 150). Huntington menyebut elemen jenis pertama sebagai fisical/structural matters dan elemen jenis kedua disebut cultural matters.1

Dari semua jenis elemen yang ada SDM mempunyai posisi sentral karena DSM merupakan

1Lawrence E. Harrison, Samuel P. Huntington (Ed.),

Kebangkitan Peran Budaya: Bagaimana Nilai-nilai Membentuk Kamajuan Manusia, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2006.

Page 31: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

19

subyek yang menentukan dan mengembangkan baik elemen-elemen structural maupun elemen-elemen cultural. SDM yang sehat dan terdidik dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) akan memberi nilai tambah bagi elemen-elemen kekuatan nasional jenis pertama. Sedangkan SDM sebagai rakyat atau penduduk suatu negara apabila mampu mengembangakan sistem nilai yang mendasari kehidupan bersama secara efektif, efisien, kompak dan bersatu serta bermoral agama

Sistem nilai budaya mempunyai posisi sentral dalam pembangunan karakter nasional, moral nasional, ideologi nasional, kualitas pemerintahan dan kualitas diplomasi negara bangsa dalam rangka keunggulan, nilai tambah dan keuntungan bagi bangsa dan negara. Nilai budaya sebagai sumber moral atau etika sekaligus jatidiri bangsa apabila cocok (compatible) dengan nilai-nilai modern maka akan menjadi modal positif bagi setiap bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara baik domestik maupun sebagai aktor dalam hubungan antar bangsa.

akan memberi nilai tambah bagi elemen-elemen kekuatan nasional jenis kedua. Satu sama lain sinergi antara kedua jenis elemen kekuatan nasional tersebut akan memperkuat identitas suatu bangsa dalam kesiapannya memasuki pergaulan antar bangsa yang sangat kompetitif.

Sebagai bangsa dan negara sedang berkembang sejak 1997 di samping dilanda krisis ekonomi dan politik, bangsa Indonesia juga

Page 32: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

20

mengalami krisis nilai budaya (Sindhunata, 1999). Krisis nilai budaya menjadikan bangsa Indonesia kelihatan bodoh, tidak percaya diri dan mudah diperdaya oleh bangsa lain. Pengaruh krisis nilai budaya konflik-konflik di masyarakat dan kejahatan-kejahatan semakin diwarnai perilaku ganas dan biadab sehingga bangsa Indonesia terancam perpecahan (disintegrasi). Krisis nilai budaya juga menyebabkan perilaku KKN, seperti yang telah diuraikan, justru semakin merajalela dan dengan perilaku demikian kekayaan alam yang indah dan melimpah ruah baik di darat maupun di laut tidak mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk kesejahteraan bersama dan justru menyebabkan kesenjangan. Rangkaian kondisi demikian menjadikan daya saing dan citra (image) bangsa Indonesia merosot drastis di dunia internasional. Hal tersebut tentunya sangat terkait dengan proses pembangunan bangsa (nation building).2

Pasca G 30 S PKI 1965 paham komunisme, sektarianisme dan separatisme menjadi sasaran atau target utama ”pembangunan” rezim Orde Baru dan dimasukkan ke dalam kategori bahaya laten. Sedangkan paham kapitalisme liberal dari negara-negara barat di bawah pimpinan Amerika Serikat justru mendapatkan akses sangat luas melalui

2Perpustakaan Kampus B Universitas Airlangga sejak

tahun 2010 telah dibuka Nation Building Corner menyediakan dan menampung sumbangan buku-buku dan dokumen-dokumen serta tempat berkumpul bagi sivitas akademika UA dan siapa saja yang ingin berpartisipasi dalam pembangunan karakter bangsa dan Negara Indonesia.

Page 33: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

21

proses ”kerjasama” pembangunan sehingga nilai-nilai budaya barat secara intensif merasuki jiwa bangsa Indonesia selama era Orde Baru hingga saat ini. Melalui proses pembangunan yang mengutamakan pembangunan fisik dan keterbukaan komunikasi dan informasi, sedikit demi sedikit merembes pula sistem nilai budaya sebagai soft power (Nye, 2004). Melali kerjasama proses “colonization of the mind” bangsa Indonesia khususnya melalui proses pendidikan dan hubungan ekonomi oleh budaya barat dengan paham liberalismenya mendapatkan banyak peluang dalam proses marjinalisasi generasi muda terhadap nilai-nilai budaya dan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara.

Dengan kata lain terjadinya krisis nilai budaya yang disebabkan adanya kesalahan atau penyimpangan dalam pemahaman dan pelaksanaan oleh pemerintah dan masyarakat terhadap dasar falsafah dan ideologi nasional Pancasila selama Orde Baru dan ketiadaan lembaga filter pengganti BP7 selama era Reformasi, membanjir nilai budaya asing sebagai efek sampingan dari usaha pembangunan dan keterbukaan komunikasi dan informasi, menjadikan masyarakat Indonesia mudah disusupi oleh perjuangan para protagonis-protagonis masing-masing ideologi predator Pancasila. Mereka setiap waktu dan tempat yang tepat berusaha memanfaatkan kesempatan untuk membelokkan usaha penghayatan dan pengamalan nilai-nilai

Page 34: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

22

Pancasila dan bermuara pada terjadinya krisis kepercayaan terhadap Pancasila.

Fungsi utama BP7 adalah menjadi filter terhadap perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai sila-sila Pancasila justru gagal dilakukan oleh pemerintah masa lalu. Pemerintah melakukan penyimpangan dalam memahami dan menyusun konsep-konsep hidup bersama sebagai bangsa dalam berketuhanan, berperikemanusiaan, berbangsa, berdemokrasi, dan berkeadilan sosial. BP7 justru tidak lebih dari hanya menjadi lembaga alat indoktrinasi pemahaman rezim Orde Baru terhadap Pancasila yang sarat kepentingan untuk mempertahakan kekuasaan otoriter.

Keadaan menjadi lebih parah karena krisis kepercayaan terhadap Pancasila justru juga terjadi di kalangan pendidikan tinggi (PT) sebagai lembaga yang seharusnya bertanggung jawab terhadap jalannya reformasi karena peranan para mahasiswa dalam gerakan reformasi menggulingkan Orde Baru. PT seharusnya ada di garis depan dalam proses melajutkan reformasi dengan mengembangkan SDM yang berIPTEK dan berIMTAQ serta memfasilitasi masyarakat memahami nilai-nilai Pancasila secara ilmiah agar dapat menjadi modal dasar pembagunan semua elemen kekuatan nasional bangsa Indonesia.3

3Ada dua kubu teoritik ilmuwan pengkaji kebijakan yaitu

pertama, penganut filsafat kebijakan kontemporer, perspektif positivis-bihavoralis dan modernis yang banyak dipengaruhi analisis psikologi-sosiologi yaitu antara lain teori-teori neo/realis - dan neo/liberalis (Realis and Liberal Theories).

Page 35: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

23

Namun justru UU Sisdiknas terbit dengan tanpa memfasilitas pendidikan Pancasila setelah 5 tahun reformasi dengan pendidikan Pancasila yang diambangkan. Dengan demikian dengan terbitnya UU No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (PT) yang mewajibkan Pendidikan Pancasila diajarkan di PT maka harapan terwujudnya masyarakat Pancasila sangat terbuka.

Di era reformasi, akibat citra buruk BP7 di era Orde Baru dan demikian terbukanya mimbar akademis PT sejak tumbangnya Orde Baru dalam mewacanakan perubahan-perubahan dan memproses hasil dari menimba ilmu pada negara-negara asing baik barat maupun timur, justru melalui PT ideologi-ideologi alternatif atau predator

Kedua, ilmuwan pada kubu filsafat kebijakan klasik, prespektif postpositivis-normative dan postmodernis dengan memakai teori-teori budaya dari antropologi budaya yaitu antara lain teori-teori kritis dan konstruktif (critical and konstruktive theoires). Dengan permasalahan yang sama yaitu menghadapi globalisasi, yang selama ini masih memprioritaskan pada pembangunan aspek-aspek fisik di mana filsafat kebijakan kontemporer, positivis-bihavoralis lebih dominan sesuai dengan paradigma negara pendonor dalam rangka kerjasama pembangunan (neo-liberal), maka sebagai bagian dari perjuangan sosio-kultural negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia sebagai negara debitor, seharusnya menganut standard intelektual C. Wright Mills yaitu kegiatan pengkajian menempatkan diri pada cara berfikir teori-teori kritis, konstruktivis dan postmodernis yang memberi tempat bagi manusia untuk bertindak atas kehendak (preferensi) dan pilihan bebas dan tidak dalam kehampaan sosial (voluntaristik) dengan memberi penjelasan social cultural (Bodiardjo, 1996: 32-36; Jackson, 2005: 299-307).

Page 36: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

24

Pancasila mendapat protagonis-protagonis generasi baru dalam usaha ”memakzulkan” Pancasila dan berusaha menggantikannya. Hasilnya adalah di tingkat pemerintahan antara lain terbitnya UU Sisdiknas 20/2003 tanpa pendidikan Pancasila dan beberapa RUU yang berbau SARA, dan ditingkat masyarakat adalah mudahnya generasi muda bergabung dalam gerakan-gerakan yang merupakan AGHT persatuan dan kesatuan seperti terorisme, separatisme, parang antar suku, konflik antara pelajar dan mahasiswa serta antar daerah dan kampung.

Oleh sebab itu dengan keberadaan UU No.12 tahun 2012 dalam rangka melaksanakan pemberdayaan Pancasila sebagai dasar filsafat dan ideologi bangsa dan negara melalui kurikulum pendidikan karakter pada kelompok MPK dan atau MKDU, PT merupakan salah satu kunci dan harapan dalam pemecahan masalah bangsa. Dengan segenap kecerdasan baik yang digali sendiri maupun diperoleh dari belajar kepada negara-negara maju, di samping membangun kepandaian di bidang fisik-material dalam rangka modernisasi dan industrialisasi, PT seharusnya secara kritis-konstruktif4

4Tentang berfikir konstruktif di PT baca Prof. Dr. H.

Muhammad Zainuddin, at al., Melejitkan Soft Skill Mahasiswa, Direktorat Pendidikan Universitas Airlangga, 2009, hal. 31-36. .; Mohammad Adib, H., Drs., MA., Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.

mampu mendampingi

Page 37: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

25

pemerintah dan masyarakat untuk ”merebut kemerdekaan” lebih lanjut dan menciptakan kepandaian dalam mengkonstruksi bangunan masyarakat Pancasila demi tercapainya kemerdekaan yang sejati dan kesejahteraan lahir batin bagi bangsa Indonesia seperti yang dicita-citakan para founding fathers bangsa.

Krisis moneter yang melanda Asia tahun 1997 memperparah kemerosotan kualitas elemen-elemen kekuatan nasional bangsa Indonesia dan berkembang menjadi krisis multi dimensi. Menurut Short ada lima tingkat stadium krisis yang dapat dialami oleh suatu negara yaitu krisis ekonomi, krisis fiscal, krisis legitimasi, krisis rasionalitas dan krisis motivasi (Short, 1993: 83-89). Kelima jenis krisis itulah kiranya yang dialami bangsa Indonesia sebagai krisis multi dimensi. Dengan krisis yang telah mencapai stadium akhir menurut kriteria Short, yaitu pada tahap krisis motivasi, bangsa Indonesia tidak hanya kehilangan kepercayaan pada diri sendiri tetapi lebih parah lagi sudah tidak mengenali jati dirinya sendiri. Suatu era yang sudah diramalkan oleh nenek moyang bahwa sebelum mencapai jaman kejayaan bangsa Indonesia harus melewati jaman kesengsaraan dan kerusakan dengan indikator secara fisik berupa kemerosotan ekonomi, konflik sosial, bencana alam dan secara mental mengalami sejenis patologi sosial budaya yaitu mengalami kondisi menyerupai schizophrenia

Page 38: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

26

di mana oleh Raden Ngabei Ronggowarsito disebut jaman edan (Siahaan, 2005: 25).5

Dengan permasalahan bangsa yang mendasar tersebut yaitu krisis motivasi, adalah penting bagi bangsa Indonesia khususnya kalangan PT yang masih concern pada keselamatan bangsa dan negara untuk meneruskan dan menjabarkan hasil pemikiran para founding fathers tentang elemen kekuatan nasional yang paling sentral yaitu dasar falsafah dan ideologi Pancasila. Kalangan PT harus membuktikan bahwa Pancasila memang dasar negara modern yang baik dan benar secara ilmiah bagi bangsa Indonesia. Pidato Ir. Sukarno 1 Juni 1945 di mana rumusan Pancasila di ucapkan di forum BPUPKI yang sebagian besar anggotanya berpendidikan modern sehingga dapat dikategorikan sebagai forum ilmiah dengan 12 kali tepuk tangan sebagai tanda persetujuan. Taufik Abdullah menyebutkan Pancasila dan UUD 1945 adalah merupakan ideologi dan konstitusi modern hasil proses deduksi dari ilmu pengetahuan modern (Barat) oleh para founding fathers (Bahar, 1995). Proses amandemen UUD 1945 kiranya sudah dijalankan melalui proses ilmiah yang benar. Sehingga Pancasila dapat diharapka menjadi

5Ajar Triharso, Pancasila: Antara Mitos Ratu Adil Dan

Pendidikan Multi Kultural, Call Paper Kongres Pancasila IV 31 Mei – 1 Juni 2012, UGM, Yogyakarta 2012.; Ajar Triharso, Dewan Perwakilan Daerah Sebagai “Senat” di MPR, CSGS Publisher, Surabaya, 2012. Bab 5.

Page 39: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

27

ideologi yang memenuhi dimensi atau asas realitas, idealitas dan fleksibilitas (Alfian, 1984).6

Dengan kecerdasan kolektif para founding

1.5. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN

IDEOLOGI Dari uraian di depan dapat diartikan bangsa Indonesia adalah sekelompok manusia dengan gen kecerdasan di atas rata-rata dan mempunyai nenek moyang dengan pengalaman alami sekaligus sosial yang sama. Sebagai kelompok manusia yang memdiami wilayah (kepulauan) yang kemudian dinamakan Indonesia. Kelompok manusia yang mempunyai pengalaman yang sama dijajah oleh bangsa Eropa yang sama pula yaitu Belanda. Dari kondisi demikian, kelompok generasi muda keturunan bangsawan yang mendapatkan kesepatan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemeritah kolonial yang sebetulnya bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) terdidik untuk mendukung kelestarian dan jalannya pemerintah kolonial, mereka mampu dan berani mengembangkan pemikiran tentang eksistensi dan kemerdekaan bangsanya. Walaupun dengan resiko tinggi terhadap keselamatan jiwa mereka dan harus keluar masuk penjara pemerintah kolonial. Mereka itulah para pemuda yang berpendikan ilmu pengetahuan modern sebagai founding fathers bangsa Indonesia.

6Kaelan, MS., Dr, Pendidikan Kewarganegaraan,

Paradigma, Yogyakarta., 2007

Page 40: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

28

fathers kemudian mendesakkan terbentuknya BPUPKI kepada pemerintah penjajah dengan memanfaatkan perkembangan perang Pasifik di mana Jepang semakin terdesak. Pada sidang BPUPKI hari ke tiga 1 Juni 1945 membicarakan tentang dasar negara Indonesia merdeka, Pidato Ir. Sukarno disepakati dengan mendapatkan tepuk tangan 12 kali dari peserta sidang untuk menjadi pidato (tanpa teks) lahirnya Pancasila, sebagai dasar filosofis (Philosofische grondslag) dan ideologis (Weltanschauung) negara. Ir. Sukarno memang hanya penggali Pancasila karena sebagai salah seorang founding fathers yang selalu menjadi pusat pusaran kepemimpin pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia baik oleh teman seperjuangannya maupun oleh pemerintah kolonial baik Belanda maupun Jepang. Ir. Sukarno dengan semangat perjuangannya yang tak kenal lelah dan takut secara intensif berkomunikasi dengan founding fathers lainnya selama masa perjuangan kemerdekaan sehingga pidato yang fenomenal tersebut diucapkan dengan tanpa teks.7

Namun reformasi ternyata menciptakan situasi marjinalisasi genersi muda terhadap nilai-nilai budaya bangsa dan Pancasila sebagai filsafat dan ideologi bangsa dan negara Indonesia hasil pemikiran serius

7Pembahasan tentang lahirnya Pancasila baca Safroedin

Bahar, at al., Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 28 Mei – 22 Agustus 1945, Sekretariat Negara RI, Jakarta, 1995; dan Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Nasionalitas dan Aktualitas Pancasila, Gramedia Pustaka Utama (GPU), Jakarta, 2011.

Page 41: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Jatidiri Bangsa Indonesia Dalam Krisis

29

para founding fathers tentang elemen abstrak jatidiri bangsa. Oleh sebab itu perlu usaha penyegaran kembali terhadap pemahaman tentang Pancasila sebagai sisitem filsafat dan Pancasila ideologi yang berakar pada budaya bangsa Indonesia di mana dunia pendidikan khususnya PT sebagai lembaga ilmiah yang bertanggung jawab terhadap proses regenerasi yang sadar tentang jatidiri bangsa.8

8Tentang filsafat dan ideologi dirujuk dari Dr. Darsono

Prawironegoro, SE, SF, MA, MM., Filsafat Ilmu: Kajian Tentang Pengetahuan yang disusun secara Sistematis dan Sistemik dalam membangun Ilmu Pengetahuan, Nusantara Consulting, Jakarta, 2010.

Page 42: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Filsafat Bangsa Indonesia

30

BAB II PANCASILA FILSAFAT BANGSA INDONESIA

2.1. PENGERTIAN FILSAFAT1

Shopia bisa diartikan pengetahuan, kearifan, dan kebijaksanaan. Pengetahuan ialah hasil tahu manusia mengenai sesuatu obyek, atau hasil tahu karena diberitahu orang lain. Tahu adalah hasil kerja otak setelah mengolah pengalaman inderawi, atau setelah diberitahu orang lain. Hasil kerja otak setelah

Arti umum kata filsafat ialah cinta kepada

kebijaksanaan. Namun secara etimologi filsafat berasal dari kata philos dan shopia, philos artinya berpikir dan shopia artinya kebijaksanaan. Berpikir artinya mengolah data inderawi menjadi pengertian, atau proses mencari makna, dan kebijaksanaan artinya pengambilan keputusan yang memihak pihak yang lemah. Dengan demikian filsafat dapat diartikan berpikir mendalam tentang data indrawi dan pengambilan keputusan yang memihak kepada pihak yang lemah. Pihak yang lemah ialah kelompok sosial yang dikuasi oleh pihak yang kuat, dan pada umumnya mereka itu adalah pihak yang menderita. Dalam hal ini bangsa terjajah di kuasai oleh penjajah. Karena penjajahan menurut kriteria modern sekarang dengan parameter HAM adalah keputusan yang diambil secara tidak bijaksana oleh bangsa yang mempunyai sifat atau jiwa penjajah.

1Pengertian tentang fisafat disarikan dari buku Keraf, A.

Sonny dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2001.

Page 43: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Filsafat Bangsa Indonesia

31

mengolah pengalaman inderawi disebut pengetahuan langsung, sedangkan hasil kerja otak setelah diberitahu orang lain disebut pengetahuan tidak langsung. Pengetahuan lansung diperoleh melalui praktek, sedangkan pengetahuan tidak langsung diperoleh melalui sekolah dan diskusi. Pada umumnya manusia menggunakan pengetahuannya sebagai dasar bertindak untuk mencapai tujuan. Pancasila adalah shopia bangsa Indonesia melalui para founding fathersnya.

Kearifan ialah perilaku manusia berdasar pengetahuan langsung (pengalamannya sendiri) dan pengetahuan tidak langsung (pengalaman masyarakat). Manusia yang arif adalah manusia yang tingkah lakunya didasarkan pada pengetahuan masyarakat untuk membela kepentingan pihak yang lemah. Makin luas pengetahuan seseorang, makin arif perilakunya dan makin berpihak kepada pihak yang lemah. Pancasila juga merupakan dasar kearifan bangsa Indonesia. Kebijaksanaan ialah perilaku manusia berdasar ilmu untuk membela pihak yang lemah. Orang bijaksana ialah orang yang dapat membuat keseimbangan dalam segala pikiran dan perilakunya, dan mempunyai pendirian teguh dalam mengambil keputusan yang memihak kepada pihak yang lemah. Oleh sebab itu Pancasila adalah merupakan dasar kebijaksanaan bangsa Indonesia.

Dengan demikian dalam konteks perkembangan kepribadian dan berkehidupan bermasyarakat orang dan bangsa yang arif-bijaksana ialah orang dan bangsa yang pikiran dan perilakunya didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang disesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Mereka adalah orang dan bangsa yang adaptif (selalu bisa

Page 44: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Filsafat Bangsa Indonesia

32

menempatkan diri di dalam segala tempat dan waktu), dan mengerti dan memahami tentang kondisi alam dan sosial secara obyektif. Berdasar uraian di atas, hakikatnya filsafat Pancasila ialah:

1) Metode berpikir bangsa Indonesia dalam: (a) memperoleh hakikat atas gejala/ peristiwa alam dan sosial (di dalamnya termasuk ekonomi, politik, dan budaya), (b) memecahkan masalah alam dan sosial, artinya mengambil keputusan, (c) dan memahami hubungan bentuk dan isi sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera pada diri manusia dan bangsa Indonesia.

2) Pedoman berpikir, bersikap dan bertindak dalam menghadapi gejala/peristiwa alam dan sosial manusia dan bangsa Indonesia.

3) Metode berpikir kritis-rasional (selalu mempertanyakan tentang gejala/peristiwa alam dan sosial), holistik (berpikir saling hubungan obyek secara menyeluruh), dan dialektik (berpikir konflik, perubahan, dan perkembangan tentang obyek) manusia dan bangsa Indonesia. 2.2. LAHIRNYA FILSAFAT PANCASILA

Filsafat lahir dari keraguan (skeptis): mendorong manusia mencari pemecahan atas sesuatu yang diragukan, tokohnya adalah Rene Descartes (cogito ergo sum = saya berpikir maka saya ada). Kekaguman (keheranan): melihat kebesaran alam, manusia mencari prinsip dasar terjadinya alam. Berpikir Kritis: tidak menerima begitu saja apa adanya; selalu mempertanyakan apa saja terutama sesuatu yang mapan (established); berpikir kritis tidak menggunakan asumsi terlebih dahulu.

Page 45: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Filsafat Bangsa Indonesia

33

Filsafat Pancasila lahir dari keraguan (skeptis), kekaguman (keheranan), dan berpikir kritis (mempertanyakan) dari para founding fahers bangsa Indonesia terhadap gejala alam dan sosial tanah air dan bangsanya. Keraguan tentang apakah kondisi sistem kolonialisme sudah benar, kekaguman terhadap kemanjuan kemajuan-kemajuan yang ditunjukkan oleh bangsa-bangsa yang merdeka, dan berfikir kritis terhadap kondisi dan situasi penjajahan terhadap bangsanya. 2.3. OBYEK FILSAFAT PANCASILA

Obyek filsafat ialah gejala-peristiwa alam dan sosial, atau segala sesuatu yang ada di dunia yang terdiri dari alam fisik dan manusia; binatang termasuk katagori alam. Interaksi manusia dengan alam mengakibatkan manusia berpikir tentang alam, kemudian melahirkan pengetahuan, teori, dan ilmu alam. Interaksi manusia dengan manusia lainnya mengakibatkan manusia berpikir tentang manusia kemudian melahirkan pengetahuan, teori, dan ilmu tentang manusia. Karena manusia hidup bermasyarakat sebagai makluk sosial, maka hasil interaksi sosial melahirkan pengetahuan, teori, dan ilmu sosial (ilmu ekonomi, sosial, politik, hukum, dan budaya).

Jadi obyek filsafat Pancasila juga direfleksikan secara keseluruhan; filsafat Pancasila memikirkan dan mendiskusikan gejala-peristiwa: (1) alam, (2) sosial, dan (3) hasil pemikiran itu sendiri, tentang bangsa Indonesia secara keseluruhan; demikian pula filsafat Pancasila merupakan cara berpikir yang mempertanyakan segala yang ada (kritis), menyeluruh, saling hubungan, konflik,

Page 46: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Filsafat Bangsa Indonesia

34

perubahan, dan perkembangan (dialektik) dan mengupas segala sesuatu sedalam-dalamnya sampai ke akar-akarnya (radikal) tentang keberadaan bangsa Indonesia. Dialektik artinya semua obyek adalah saling hubungan satu dengan yang lainnya, kontradiksi, berubah, dan berkembang. Dialektika ada dua macam yaitu dialektika ide dan dialektika materi (kondisi obyektif) yang dapat diobservasi antara lain kondisi kesengsaraan sebagai bangsa terjajah. Jadi obyek filsafat Pancasila dalam memihak yang lemah adalah cara berfikir kritis, dialektik, radikal bangsa Indonesia tentang penjajah dan tentang kolonialisme.

Filsafat adalah ilmu yang komprehensif (menyeluruh), maka lazim disebut induk ilmu pengetahuan sedangkan ilmu pengetahuan adalah parsial (fragmentaris). Ilmu pengetahuan hanya membicarakan hal-hal yang khusus saja atau membicarakan bidang tertentu saja. Filsafat merupakan induk ilmu pengetahuan karena filsafat membahas tentang apa itu secara keseluruhan dan parsial. Jadi filsafat Pancasila induk ilmu pengetahuan yang diimplementasikan di Indonesia. Karena seperti diketahui ilmu pengetahuan dan tektologi (IPTEK) modern sekarang ini dirintis dan diimplementasikan oleh bangsa-bangsa barat di mana keunggulan di bidang IPTEK ini, sesuai dengan asumsi kaum realis tentang hubungan antar bangsa, dipakai untuk menguasai bangsa lain baik dengan hard power maupun soft power dan salah satu korbannya adalah bangsa Indonesia.

Page 47: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Filsafat Bangsa Indonesia

35

Pemikiran tentang alam dan sosial secara keseluruhan bertumpu pada saling hubungan unsur-unsur alam dan sosial yang menghasilkan hukum kontradiksi sebagai dasar perubahan dan perkembangan alam dan sosial itu sendiri. Sedangkan pemikiran alam dan sosial secara parsial bertumpu pada sebab-akibat, bentuk-isi, gejala-hakikat yang menghasilkan teori dan ilmu alam dan sosial. Ilmu tersebut menjadi pedoman untuk mengelola lingkungan untuk kesejahteraan seluruh umat masnusia.

Aktivitas yang demikian itu dikemas dalam dunia pendidikan formal, di mana prosesnya adalah memadukan ilmu dengan praktek, agar ilmu itu tidak statis. Salah satu tugas dunia pendidikan formal adalah mengembangkan ilmu berdasarkan perkembangan praktek. Tanpa dipraktekkan, ilmu akan menjadi barang dagangan kaum ilmuwan di "menara gading" sekolah dan universitas. Tentunya ilmu pengetahuan dan praktek-praktek yang didasari oleh nilai-nilai Pancasila. Bangsa Indonesia sudah mengalami bagaimana rasanya (mempraktekkan) dijajah oleh bangsa lain. Sehingga sebagai bangsa bijaksana tidak berfikir pembalasan dan dialektika berfikir Pancasila adalah bagaimana memjadi bangsa merdeka dan dunia tanpa penjajahan.

Aspek-aspek yang disoroti filsafat Pancasila ialah: (1) aspek keberadaan atau ontologis yaitu ontologi tentang manusia Indonesia, dan (2) aspek keseluruhan bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia. Segala sesuatu yang dibicarakan harus diikuti oleh aspek

Page 48: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Filsafat Bangsa Indonesia

36

keberadaan sesuatu yaitu keberadaan bangsa Indonesia; keberadaan bangsa Indonesia merupakan obyek berpikir secara filsafat. Di samping itu filsafat berusaha melihat obyeknya yang utuh, tidak dipecah-pecah. Filsafat Pancasila tidak membahas obyek secara fragmentaris, tetapi secara integral dan saling berhubungan, konflik (kontradiksi), perubahan dan perkembangan, oleh sebab itu filsafat Pancasila harus menggunakan logika dialektik. Dalam filsafat Pancasila seperti halnya sifat filsafat pada umumnya pada awalnya juga banyak pendapat yang saling berbeda dan bertentangan, tetapi terus berkembang dan harus ada kesatuan, yakni kesatuan analisis yang harmonis dan logis, artinya sesuainya apa yang dipikirkan dengan hal-hal yang kongkrit. Aspek lain yang disoroti filsafat Pancasila ialah: (1) bentuk dan isi, (2) sebab dan akibat, (3) gejala dan hakikat, (4) keharusan dan kebetulan, (5) keumuman dan kekhususan dari keberadaan bangsa Indonesia baik ke dalam maupun sebagai warga dunia.

Bentuk adalah tempat isi. Bentuk adalah sesuatu yang nampak dan isi adalah sesuatu yang ada dalam bentuk. Filsuf mencari isi dalam bentuk, karena isi menentukan bentuk. Akibat adalah sesuatu yang nampak, hasil dari sebab. Setiap akibat pasti ada sebabnya. Filsuf mencari sebab atas akibat. Akibat itu ada karena sebab. Gejala adalah sesuau yang nampak dalam pikiran, atau gejala adalah abtraksi dari keadaan nyata. Setiap gejala mempunyai hakikat. Filsuf mencari hakikat atas setiap gejala alam dan sosial karena gejala itu realisasi dari

Page 49: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Filsafat Bangsa Indonesia

37

hakikat. Filsafat Pancasila akan mencakup bentuk apa negara Indonesia dengan isi masyarakat yang tinggal di ribuan pulau dan multi etnis, cultur dan agama.

Manusia dan bangsa Indonesia harus berfilsafat karena memiliki rasio, di samping emosi, dan kehendak. Emosi melahirkan keyakinan dan keindahan (estetika), kehendak melahirkan etika, dan rasio melahirkan epistemologi dan logika. Berdasar uraian di atas, berfilsafat bisa diartikan memikir-mikir, menimbang-nimbang sesuatu sehingga memperoleh arti atau makna tentang sesuatu itu, setelah indera menangkap gejala-peristiwa alam dan sosial. Dalam hidup ini, manusia dan bangsa Indonesia harus mempunyai pedoman berpikir dan berperilaku secara sadar dalam menghadapi dan mengelola alam dan sosial; kesadaran itulah yang membuat bangsa Indonesia tidak mudah diombang-ambingkan oleh gejala-peristiwa alam dan sosial, dan tidak bingung memecahkan masalah yang dihadapi atau tidak bingung mengambil keputusan sebagai manusia ke dalam terhadap dirinya sebagai manusia dan keluar dengan manusia lain dalam masyarakat Indonesia dan satu sama lain sebagai bangsa Indonesia menhadapi bangsa-bangsa lain didunia.

Berfilsafat juga dapat diartikan memadukan ilmu dengan praktek. Mampu mencipta ilmu atas berbagai obyek nyata, kemudian untuk membimbing dan mengarahkan praktek agar lebih efektif, efisien, dan produktif; praktek hakikatnya memperbaiki dan menyempurnakan ilmu. Hakikatnya berfilsafat ialah berpikir yang bertitik tolak pada pengalaman hidup di

Page 50: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Filsafat Bangsa Indonesia

38

dunia dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi berikutnya. Pengalaman itu direfleksi dan dicari arti atau maknanya. Berfilsafat Pancasila merupakan pengalaman praktek sebagai bangsa terjajah baik secara individual maupun kolektif sebagai bangsa terjajah. Para founding fathers harus memilih dan memilah wetenschap yang dibawa oleh kaum penjajah dan itulah Pancasila sebagai filsafat dan ideologi dan UUD 1945 sebagai konstitusi. 2.4. TUJUAN FILSAFAT PANCASILA

Tujuan filsafat ialah memperoleh pengertian (makna) dan menjelaskan gejala-peristiwa alam dan sosial. Orang atau suatu bangsa yang berfilsafat harus berpikir obyektif atas hal-hal yang obyektif, bukan menghayal. Orang dan suatu bangsa berfilsafat harus mampu menjelaskan hubungan antara sebab dan akibat, antara bentuk dan isi, antara gejala dan hakikat. Hakikatnya tujuan filsafat adalah melahirkan anak kandung yang disebut ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu bangsa Indonesia yang belajar ilmu pengetahuan harus belajar filsafat agar mengerti secara mendalam ilmu yang dipelajarinya yaitu filsafat Pancasila. Karena dengan filsafat Pancasila ilmu pengetahuan yang dikembangkan akan merupakan bagian dari kepribadian dan jatidiri bangsa Indonesia.

Untuk dapat menjelaskan saling hubungan hal-hal di atas, tujuan berfilsafat Pancasila seperti halnya tujuan berfilsafat pada umumnya harus berpikir mendalam (radikal), holistik, dialektik, dan kritis (mempertanyakan) tentang keberadaan bangsa Indonesia. Semua gejala alam dan sosial yang dapat diobservasi harus dicari

Page 51: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Filsafat Bangsa Indonesia

39

hakikatnya. Semua kejadian harus dicari sebabnya. Semua yang nampak (yang mempunyai bentuk) harus dicari isinya Dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rote. Artinya semua masalah harus bisa dipecahkan (atau diberi jawabannya). Jika saat ini belum bisa dipecahkan (diberi jawabannya), maka harus dicari terus-menerus pemecahannya (jawabannya). Dengan cara demikian, ilmu yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila terus-menerus tumbuh dan berkembang agar bermanfaat bagi bukan saja bagi bangsa Indonesia namun juga bangi umat manusia (rahmatil alamin). 2.5. KEGUNAAN FILSAFAT PANCASILA

Berfilsafat itu penting, sebab dengan berfilsafat orang dan atau suatu bangsa akan mempunyai pedoman untuk berpikir, bersikap dan bertindak secara sadar dalam menghadapi berbagai gejala- peristiwa yang timbul dalam alam dan masyarakat. Kesadaran itu akan membuat seseorang atau suatu bangsa tidak mudah digoyahkan dan diombang-ambingkan oleh timbulnya gejala-gejala, peristiwa, dan masalah yang dihadapi.

Untuk dapat berfilsafat, manusia harus belajar filsafat dengan cara yang benar, yaitu orang harus mengetahui dan memahami ajarannya secara ilmu, artinya mempelajai aliran-aliran filsafat, kemudian memadukan pengertian itu dengan praktek. Selanjutnya mengambil pengalaman dari praktek, dan kemudian menyimpulkan praktek secara ilmu. Hal tersebut

Page 52: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Filsafat Bangsa Indonesia

40

dipelajari dan dilakukan oleh para founding fathers bangsa Indonesia.

Berfilsafat berarti berpikir, bersikap dan bertindak secara sadar berdasarkan ilmu untuk menjelaskan secara rasional gejala-peristiwa alam dan masyarakat yang ditangkap dan dihadapi. Berfilsafat tidak bersikap dan bertindak secara tradisi, kebiasaan, adat-istiadat, dan naluri, tetapi bersikap dan bertindak kritis, mencari sebab, mencari isi, dan mencari hakikat dari itu gejala-peristiwa alam dan sosial. Berfilsafat juga tidak menerima takdir atau nasib begitu saja, tetapi mengubah nasib atau takdir dengan pikiran dan perbuatan. 2.6. FILSAFAT BANGSA SEBAGAI SISTEM SOSIAL

Filsafat adalah anak kandung sistem sosial. Jadi filsafat Pancasila adalah anak dari sistem sosial dibangun berdasar sistem ekonomi Indonesia; di atas sistem sosial dibangun sistem politik dan sistem budaya (sistem pemikiran atau sistem filsafat) bangsa Indonesia. Perkembangan filsafat Pancasila adalah anak kandung dari perkembangan sistem sosial bangsa Indonesia dan dunia. Masyarakat yang hidup di wilayah jajahan Belanda berubah dan berkembang kemudian melahirkan pemikiran tentang keberadaan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu jika menganalisis pemikiran para founding fathers harus dihubungkan dengan sejarah perkembangan masyarakat. Perkembangan pemikiran dari masyarakat terjajah menjadi bangsa yang merdeka.

Page 53: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

41

BAB III PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA INDONESIA

3.1. PENGERTIAN IDEOLOGI

Ideologi dari dua kata yaitu idea artinya cita-cita, pikiran, keyakinan, dan logos artinya ilmu atau kebenaran. Jadi ideologi ialah ilmu tentang keyakinan, atau cita-cita berdasar keyakinan, atau keyakinan tentang kebenaran, atau pikiran yang diyakini benar. Karena yang memiliki keyakinan itu adalah masyarakat tertentu, maka ideologi merupakan ilmu keyakinan masyarakat tertentu. Ideologi berbeda dengan ilmu dan filsafat. Ideologi adalah milik suatu masyarakat atau suatu bangsa, ideologi harus memihak kepada masyarakat untuk memperjuangkan kepentingannya. Ideologi lahir karena pemikiran kritis-dialektis terhadap kondisi sosial yang mapan (staus-quo). Ideologi mempunyai tugas menjebol kondisi sosial lama yang sudah lapuk digantikan yang baru yang sedang berkembang. Dengan demikian ideologi adalah ilmu tentang perubahan.

Dengan demikian Ideologi Pancasila terbangun menjadi ilmu keyakinan masyarakat Indonesia sebagai suatu bangsa yang harus merdeka dari penjajahan (kolonialisme, imperialisme) Belanda. Nilai-nilai Pancasila merupakan senjata moril untuk memperjuangkan keyakinan tersebut menjadi keyataan, dan masyarakat Indonesia dengan ideologi Pancasila berjuang untuk menjadi realita. Tanpa ideologi, suatu masyarakat sebagai suatu bangsa tidak mempunyai pedoman perjuangan.

Page 54: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

42

Dalam ilmu dan filsafat tidak dikenal konsep menjebol dan membangun, tidak kenal mengubah kondisi sosial yang lapuk menjadi yang lebih baik. Ilmu dan filsafat hanya menggambarkan dan menjelaskan kenyataan obyektif alam dan sosial seperti apa adanya. Mereka tidak berbicara menerima atau menolak kondisi obyektif sosial, maka ilmu dan filsafat tidak akan melahirkan revolusi dalam sejarah perkembangan masyarakat. Yang mampu melahirkan revolusi hanyalah ideologi karena ideologi memberi semangat dan mengorganisasi masyarakat untuk melakukan perubahan. Dengan demikian ideologi mencakup keyakinan, kesetiaan, tanggungjawab, dan pengorbanan.

Konsep ideologi pertama kali dibahas oleh Destutt de Tracy seorang filsuf Perancis. Dikatakan ideologi ialah analisis sistematis tentang ide dan sensasi, dan maknanya. Manusia atau masyarakat tidak dapat mengetahui benda-benda dalam dirinya, tetapi melalui ide-ide yang terbentuk melalui sensasi manusia terhadap benda-benda tersebut. Jika akan menganalisis ide dan sensasi secara sistematis, maka harus memiliki latar belakang seluruh pengetahuan ilmiah yang kuat untuk dapat menarik kesimpulan secara lebih praktis. Melalui analisis yang cermat terhdap ide dan sensasi, ideologi memungkinkan dunia manusia dapat dipahami, dan karena itu memungkinkan tatanan sosial dan politik diatur berdasarkan kebutuhan dan aspirasi manusia. Ideologi akan menempatkan moral dan ilmu politik pada sebuah fondasi yang kokoh dan menyelamatkan mereka dari kesalahan dan prasangka.

Page 55: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

43

3.2. LAHIRNYA IDEOLOGI PANCASILA

Ideologi sama dengan "isme" atau paham yang harus diperjuangkan yang mempunyai sisi negatif dan positif. Negatif apabila isme itu dipandang dari sudut isme lain, dan positif apabila isme itu dipandang dari sudut keyakinan penganutnya. Artinya Pancasila dipandang negatif oleh bangsa yang berjiwa kolonialis dan atau imperialis dan positif bagi bangsa Indonesia. Ideologi merupakan sistem pemikiran, sistem keyakinan, sistem simbol yang lahir dari sistem sosial. Itu artinya bahwa ideologi ber-evolusi menurut evolusi sosial. la merupakan bangunan atas dari kondisi nyata kehidupan ekonomi.

Ideologi dapat diwariskan oleh generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Tetapi jika kondisi nyata kehidupan ekonomi berubah, maka secara pelan-pelan ideologi akan berubah, dan sedikit demi sedikit ditinggalkan menjadikan ideologi hidup di "menara gading" atau dalam ruang yang hampa. Itu artinya bahwa ideologi ditentukan oleh kondisi nyata kehidupan ekonomi. Ideologi Pancasila jelas lahir dari kondisi sosial ekonomi dan politik akibat ideologi kolonialisme-imperialisme dan sedang berevolusi menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman.

Bangsa berideologi adalah bangsa yang mempunyai cita-cita untuk mengubah sistem politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang ada. Proses pengubahan itu disebut perjuangan. Dengan demikian bangsa Indonesia berideologi Pancasila adalah bangsa yang sedang berjuang, sebagai

Page 56: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

44

semangat yang diwariskan oleh founding father bangsa Indonesia. Perjuangan mengubah sistem kolonialisme-imperialisme berdasarkan sejarah perkembangan masyarakat mejadi bangsa merdeka harus dengan kekerasan. Pemegang kekuasaan, dalam hal ini pemerintah kolonialis dan imperialis, tidak akan mau melepaskan kekuasaanya secara suka rela, mereka harus di paksa. Karena bangsa berideologi adalah bangsa pejuangan, dan menurut Destutt de Tracy suatu masyarakat atau bangsa harus memiliki latar belakang pengetahuan ilmiah yang kuat untuk dapat menarik kesimpulan secara lebih praktis, seperti halnya founding fathers bangsa Indonesia. Oleh sebab itu Pancasila sebagai ideologi modern tidak perlu diragukan lagi dan kita, khususnya dunia pendidikan layak untuk melanjutkan dan memfasilitasinya.

Dalam menghadapi kolonialisme- imperialisme para founding fathers bangsa Indonesia tidak mengenal baik-buruk atau benar-salah dalam berjuang, mereka berpendirian menang-kalah. Suatu kekalahan dalam perjuangan itu diterima sebagai risiko dan sebagai pelajaran untuk meningkatkan perjuangan sampai menang. Mereka belajar sepanjang hidupnya dari kontradiksi sosial kolonialisme-imperialisme. Kontradiksi sosial tersebut merupakan mata pelajaran pokok yang terus-menerus dikaji untuk menentukan aksi dan revolusi. Itulah apa yang dilakukan oleh para founding fathers bangsa Indonesia yaitu melakukan revolusi dari bangsa terjajah menjadi bangsa

Page 57: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

45

merdeka dan tentunya harus diteruskan oleh generasi muda. 3.3. Fungsi Ideologi Pancasila

Ideologi Pancasila sebagai senjata moril perjuangan bangsa Indonesia mengubah sistem sosial yaitu dari bangsa terjajah menjadi merdeka mempunyai berbagai fungsi antara lain sebagai berikut: 1) Legitimasi: ideologi Pancasila menjadikan bangsa Indonesia patuh dan memberi dukungan kepada pemerintah, karena Pancasila telah menjadi ideologi negara. Pemerintah menggunakan ideologi menjadi alat pembenaran kebijakan dan tindakannya. Tradisi, norma, dan nilai penguasa lama yang ditumbangkan (dalam hal ini pemerintah kolonialis dan imperialis Belanda) dihapus melalui perjuangan dan pernyataan sejarah, yaitu perjuangan dan proklamasi kemerdekaan (17-08-1945) dan konstitusi (UUD 1945) untuk diakui oleh masyarakat internasional. 2). Persatuan: idelogi Pancasila menjadi alat untuk membangun pendapat masyarakat untuk persatuan dan hidup kolektif dengan dinyatakan dengan simbol-simbol. Bangsa Indonesia tidak lagi mengabdi kepada raja (feodalisme), tidak lagi menjadi mitra kaum kolonial (kolonilasime), Bangsa Indonesia harus bersatu dengan pilar-pilar UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika dalam kegotong-royongan (Pancasila). 3). Moral: ideologi Pancasila sebagai alat untuk membuat pernyataan mengenai kesamaan perasaan, pikiran, dan kepentingan yang terus-menerus diulang-

Page 58: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

46

ulang dan dipelihara sehingga menjadi kebiasaan dan membentuk watak dan moral yaitu watak dan moral gotong-royong. 3.4. Ideologi dan Perubahan Sosial

Apabila filsafat adalah anak dari sistem sosial dan Pancasila adalah anak dari sistem sosial bangsa Indonesia yang bekas koloni, masyarakat kepulauan yang multi etnis dan agama maka ideologi Pancasila adalah cara berfikir bagaimana kondisi sosial tersebut bisa dibangun menjadi suatu bangsa yang merdeka dan bersatu. Ideologi Pancasila harus menjadi penggerak kesadaran social sebagai suatu bangsa. Ideologi Pancasila harus dipahami sebagai pandangan dunia yang komprehensif dan sebagai sarana untuk merealisasikan pontensi manusia sepenuhnya yang bertujuan mewujudkan keadilan sosial. Ideologi harus menjadi alat pembebasan manusia dari cengkeraman feodalisme, kolonialism dan imperalisme.

Ideologi Pancasila sebagai senjata moral untuk melawan penindasan, dan penghisapan manusia atas manusia, bangsa atas bangsa lainnya. Ideologi Pancasila harus dipahami sebagai gerakan kemanusiaan dan intelektual. Analisis Karl Marx ternyata perubahan dari kapitalisme ke sosialisme komunis hanyalah utopia belaka. Dalam perubahan sosial untuk merebut kekuasaan politik dan ekonomi dari tangan kaum kapitalis melalui Revolusi Proletar di Uni Soviet basis ekonomi yang diubah menjadi sosialis, dan bangunan atas yang berupada pranata sosial, hukum, undang-undang, budaya, ilmu, teknologi, dan ideologi diubah menjadi sosialisme yang diharapkan menjadi masyarakat

Page 59: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

47

kumunis – sama rasa sama rata berakhir dengan bubarnya Uni Soviet dan masuknya berbondong-bondong pecahan Uni Soviet ke dalam sistem ekonomi kapitalis.

Dalam konteks ideologi Pancasila perubahan sosial yang relevan adalah dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa merdeka, dalam hal ini ideologi nasionalisme (sila ketiga Pancasila) memegang peranan penting sebagai senjata moral kaum pejuang kemerdekaan untuk merebut kekuasaan politik dan ekonomi dari tangan kaum kolonialis-imperialis melalui revolusi kemerdekaan. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 basis ekonomi diubah menjadi demokrasi ekonomi, dan bangunan atas yang berupa pranata sosial, hukum, undang-undang, budaya, ilmu, teknologi, dan ideologi diubah menjadi suatu bangsa Indonesia yang merdeka berdasarkan falsafah dan ideologi Pancasila dan konstitusi UUD 1945. 3.5. Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Untuk melengkapi uraian di atas menurut Alfian ideologi adalah sebagai suatu pandangan atau sistem nilai menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat tentang bagaimana cara sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku mereka bersama dalam berbagai segi kehidupan duniawi (Alfian, 1982: 88). Ideologi adalah juga suatu pernyataan dari nilai-nilai dasar dalam bidang politik, ekonomi dan sosial, sebagai suatu kerangka cita-cita yang dipakai sebagai

Page 60: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

48

dasar bagi suatu sistem sosial atau "way of liefe" yang dicita-citakan. Suatu ideologi dihubungkan dengan semacam sistem politik, sistem ekonomi dan sistem sosial serta tujuan-tujuan masyarakat. Sebagai suatu dasar sistem kepercayaan, suatu ideologi tidak hanya berhubungan dengan satu nilai-nilai pokok kehidupan masyarakat, tetapi ideologi itu sendiri mempunyai nilai lebih tinggi untuk dipertahankan dan dalam banyak hal berdiri di atas nilai-nilai pokok di atas.

Suatu keistimewaan dari ideologi, keyakinan yang ada dalam ideologi biasanya berhubungan erat dengan kepercayaan, agama atau "nationalistic sentiment", dimana masing-masing dapat saling melengkapi (Plano, Olton, 1968: 105). Dalam proses hubungan antar bangsa Ideologi merupakan salah satu elemen kekuatan nasional penting bagi setiap negara dalam perjuangan kekuasaan (struggle for power). Karena ideologi suatu negara dapat menjadi gainer ataupun loser dalam persaingan dunia yang sifatnya cenderung anarchi. Dengan latar belakanng yang berbeda baik secara cultural, historis maupun natural hal tersebut tergantung pada kreatifitas dan kecerdasan dari setiap bangsa dalam membentuk atau membangun ideologi masing-masing.

Sejak kemerdekaan bangsa Indonesia telah mempunyai falsafah dan ideologi Pancasila sebagai perpaduan yang serasi antara nilai tradisi dengan nilai-nilai modern dan menjadi ideologi seluruh bangsa Indonesia yang dalam implementasi dalam Pidato 1 Juni Ir. Sukarno telah

Page 61: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

49

pula sebutkan dan dirumuskan defivisi konsepnya sebagai Trisila dan Ekasila atau Gotong-royong (Depen RI, 1945: 13).

Ideologi Pancasila sebagai landasan sistem berfikir dalam berbangsa dan bernegara dapat ditandai dua unsur penting yaitu nilai-nilai tradisional yang sudah tertanam dalam sistem budaya Indonesia menjadi identitas nasional dan cultural bangsa Indonesia dan nilai-nilai modern yang bersesuaian dengan nilai-nilai tradisional tersebut. Dengan merevitalisasi ideologi Pancasila diyakini semangat kegotong-royongan bangsa Indonesia dapat dioperasionalkan lebih produktif dan demokratis.

Sebagai perbandingan, kita melihat contoh keberhasilan usaha modernisasi bangsa Jepang, yang sejak awal memang sudah menjadi motivator perjuangan para pemimpin bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan, yaitu sebagai satu-satunya bangsa Asia yang tidak pernah dijajah oleh bangsa-bangsa Barat dan justru berhasil menghadapi arus modernisasi dengan nilai-nilai kepribadian atau ideologi mereka sendiri yang berbasis pada Shintoisme dan rumuskan ke dalam ideologi Kokutai No Hongi yang berintikan mitos (mitologi) kaisar dan bangsa Jepang sebagai keturunan dewa. Ideologi tersebut dijadikan alat untuk menyokong kebijaksanaan pemerintah dalam mencapai tujuan internasionalnya yang ekspansionis dan imperialis (Maxon, 1957: 6).

Namun dengan proses demokratisasi dari pihak sekutu (Amerika Serikat) ideologi yang sama

Page 62: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

50

walaupun tidak secara eksplisit tertuang dalam konstitusi dengan proses partisipatoris cultural, nilai-nilai ideologi bangsa Jepang dapat direvitalisasi dan diimplentasikan menjadi dasar semangat perjuangan bangsa Jepang dalam memasuki persaingan internasional pasca Perang Dunia II (Brace, 1964: 320). Salah satu contohnya antara lain adalah mengubah konsep Zaibatsu menjadi konsep Keiretsu di bidang kehidupan ekonomi dalam kerangka besar konsep Japan Incorporated dalam menghadapi persaingan Internasional Pasca Perang dunia II. 1

Dalam memahami ideologi Pancasila kiranya bangsa Indonesia dapat merujuk kembali pengalaman bangsa Jepang. Namun berbeda dan bertolak belakang dengan bangsa Jepang yang sudah homogen sejak awal di mana ideologi mereka sudah terbangun dalam masyaraat bersamaan dengan pertumbuhan bangsa Jepang, maka keberadaan Bangsa Indonesia dengan ideologi Pancasila yang baru merdeka pada tahun 1945 setelah melalui pejuangan yang tak kenal lelah dari para pahlawannya tentunya memerlukan usaha khusus. Yaitu membagun suatu bangsa dengan kondisi masyarakat majemuk dan multi cultural dan masih dalam tatanan masyarakat kolonial. Bangsa Indonesia harus berjuang lagi untuk mewujudkan emagined community

1Tentang bangsa Jepang: Ajar Triharso, Keunikan Bangsa

Jepang: Jatidiri Yang Act Local-ly And Think Globally Dalam Persaingan Internasional dan Konsep Keiretsu”, CSGS Publisher, Surabaya, 2011.

Page 63: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

51

(masyarakat/bangsa yang dibayangkan/dicita-citakan) menjadi realized community berdasarkan cita-cita dan perjanjian luhur yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 yaitu masyarakat dengan ideologi Pancasila yaitu masyarakat Gotong-royong.

Sampai dengan era reformasi saat ini di mana bangsa kita mencapai situasi krisis pada stadium kritis yaitu tingkat krisis motivasi yang menciptakan situasi revolusioner dan mengancam eksistensi ideologi Pancasila. Sekarang justru perilaku liberal sekaligus radikal baik dari ekstim kanan (agama) maupun ekstim kiri (komunis) yang sangat nyata merasuki jiwa masyarakat Indonesia dan justru banyak kaum terpelajar masuk dalam arus negatif yang sedikit banyak mendapat dukungan dari luar negeri tersebut. Oleh sebab itu ideologi Pancasila harus segera diselamatkan sekaligus direvitalisasi dan diimplementasikan sebagai proses pemberdayaan.2

2Sebagai usaha elaborasi aktualisasi Pancasila melalui

proses pendidikan dengan pendekatan pembangunan masyarakat (comdev.) baca: Ajar Triharso, Pendidikan Tinggi Dan Pembangunan Jatidiri Bangsa Di Era Globalisasi: Membangun Daya Saing Bangsa Melalui Revitalisasi Ideologi Nasional Mengembangkan Sosial Kapital Dalam Paradigma Indonesia Baru Menghadapi Persaingan Internasional, CSGS, Departemen Hubungan Inter-nasional, Universitas Airlangga, 2012.; Ajar Triharso, Dewan Perwakilan Daerah Sebagai “Senat” di MPR, op. Cit.; Ajar Triharso, Bisnis Internasional, CSGS Publisher, Surabaya, 2012

Page 64: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

52

3.6. Pembangunan (Pemberdayaan) Ideologi Pancasila Sebagai Proses Pendidikan

Dengan pendekatan analisis budaya dalam memahami pembentukan Ideologi setiap negara harus melalui suatu proses pembentukan ide-ide dan nilai-nilai. Di negara-negara bekas jajahan seperti halnya Indonesia tentunya mempunyai warisan jaman kolonial proses tersebut dapat dipercepat dengan menekan elemen-elemen pikiran-pikiran rasional ilmiah dari barat (western) dengan memupuk kedewasaan ontologi. Ideologi rasional ilmiah dengan bias barat baik dari jaman penjajahan maupun era perang dingin harus dihadapi dengan subkultur setempat, tradisi kebudayaan basar masyarakat jajahan sebagai unsur pemersatu yang paling efektif dalam kebudayaan yang mempunyai kemampuan untuk menyatukan semua pihak yang dapat menyesuaikan diri dengan bahasa, dokomen dan sejarah suatu bangsa. Hal tersebut, sesuai dengan apa yang dikatakan Destutt de Tracy di depan, sangat terkait dengan keberadaan kaum intelektual yang mempunyai peranan penting di dalam transformasi lembaga-lembaga dan ideologi politik formal dari Barat dengan kecerdasan politik mereka untuk dapat diterapkan sesuai dengan kepentingan obyektif untuk negara mereka (Binder: 1981 131-134).

Ideologi Pancasila, yang dalam hal ini secara operasional salah satu konsep yang ditawarkan dalam Pidato 1 Juni 1945 konsep

Page 65: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

53

Gotong-royong, lahir dari proses demikian dan ternyata sekarang menghadapi pergeseran nilai dan kehilangan élan vitalnya untuk kehidupan bangsa Indonesia. Dengan adanya pegeseran nilai-nilai akibat interaksi lebih lanjut dengan dunia Barat dan untuk menemukan kembali nilai-nilai mutakhir dari ideologi Pancasila maka kaum intelektual dan dunia PT kembali dihadapkan pada tanggung jawabnya untuk merevitalisasi ideologi Pancasila agar mampu menjadi perekat pluralitas masyarakat yang bertambah kompleks akibat pembangunan sekarang ini. . Dari sudut pandangan studi ideologi, sistem nilai suatu masyarakat dianggap sebagai unsur yang paling penting. Dalam beberapa hal, sistem niali adalah ideologi. Untuk dapat memahami ideologi suatu negara, khususnya sistem nilainya, kita harus memahami dasar teoritis dan filosofisnya. Dengan begitu, banyak analisis ideologi perlu di diberikan dalam suatu uraian bentuk pertanyaan yang biasanya dianggap sebagai falsafah politik. Karena secara bebas, tujuan-tujuan filosofis politik adalah pemahaman nilai-nilai politik dan norma-norma politik. Ideologi politik merupakan suatu sistem nilai atau kepercayaan yang diterima sebagai sesuatu yang benar. Di samping itu, akan berusaha dikaji ide tertentu tentang sikap-sikap terhadap berbagai lembaga dan proses masyarakat yang terdapat dalam ideologi. Kita dapat menyimak rangkaian masalah apa yang penting bagi setiap ideologi, dan

Page 66: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

54

selanjutnya kita dapat menentukan dasar tertentu untuk saling membandingkannya.

Sebelum ini dapat dilakukan, dengan memakai parameter Lyman Tower Sargent kita perlu memahami tentang setiap lembaga yang terkait dengan proses ini. Sistem sosialisasi merupakan bagian terpenting dalam masyarakat. Proses tersebut memungkinkan individu mendapatkan nilai-nilai dari masyarakat sebagai milik mereka sendiri. Sering dianggap bahwa lembaga-lembaga terpenting yang mempengaruhi cara-cara dan tingkat dengan mana para individu mendapatkan nilai-nilai ini adalah 1. sistem keluarga, 2. sistem pendidikan, 3. sistem agama, dan 4. berbagai pengaruh lain seperti media masa, kelompok-kelompok sebaya, dan sebagainya. Kita tidak selalu yakin tentang mekanisme dengan mana berbagai lembaga sosialisasi beroperasi. Harus pula diakui bahwa pandangan seorang anak tentang dunia secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan paling tidak oleh tahun-tahun awal sekolahnya. Barangkali kurang jelas bagaimana lembaga-lembaga sosialisasi lainnya mempengaruhi pandangan seorang individu tentang kehidupan. Barangkali kita bisa menganggap bahwa pesan yang sama yang diulang-ulang dalam lembaga-lembaga yang mengajarkan individu untuk menghormati, seperti sistem-sistem agama dan pendidikan, bisa melahirkan akibat yang kumulatif dan akhirnya menjadi bagian dari sistem nilai individu. Barangkali media massa bekerja dengan cara yang sama

Page 67: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

55

(Sargent, 1986: 14-15). Jadi sesuai dengan sistim sosialisasi yang dipilih dan dianggap sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia adalah system pendidikan umum (public school). Sosialisasi implementasi ideologi Pancasila melalui sistem pendidikan umum yang target utamanya adalah generasi muda baik murid (sekolah menengah) maupun mahasiswa (PT) dan metode implementasinya terstruktur dalam kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar maka proses sosialisasi yang lebih luas yaitu ke masyarakat akan menjadi efektif. Artinya proses sosialisasi dalam system masyarakat yang akan diuraikan sebagai bagian dari benang merah pendidikan ideologi yang terintegrasi. (baca bab IV dan bab V) Sistem stratifikasi sosial adalah cara dalam mana suatu masyarakat membuat tingkatan kelompok-kelompok di dalamnya. Penyusunan tingkatan ini bisa merupakan suatu system kelas yang didefinisikan secara jelas atau sangat bebas, dengan batas-batas di antara kelas atau kelompok status yang kurang jelas. Stratifikasi social biasanya diringkas dalam suatu ideologi politik dengan persamaan yang ditanyakan. Beberapa ideologi berisi ide bahwa setiap orang dalam masyarakat harus sama dalam hal-hal yang ditentukan. Misalnya beberapa orang membicarakan tentang persamaan kesempatan dan persamaan politik; sedang yang lain lebih tertarik terhadap persamaan ekonomi dan sosial. Jika ketidaksamaan ekonomi, sosial, dan politik tidak ada, maka sistem stratifikasi sosialpun tidak

Page 68: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

56

akan ada. Hampir tidak seorangpun yang pernah menegaskan persamaan yang lengkap seperti itu, namun masing-masing dari jenis persamaan yang agak terbatas ini telah disarankan dan dicoba pada waktu yang berbeda.

Salah satu dari tipe persamaan ini, adalah persamaan kesempatan, dianggap sangat penting dalam masyarakat manapun. Persamaan kesempatan mengacu pada tidak adanya halangan atau rintangan buatan yang menghalangi setiap individu, atau kelompok manapun untuk beralih dari satu kelas ke kelas lainnya. Persamaan kesempatan menentukan bagian-bagian tertentu dari sistem mobilitas sosial dalam suatu masyarakat. Setiap masyarakat memiliki sistem mobilitas seperti itu, yang menentukan kemudahan atau kesulitan, dengan mana seorang individu dapat berpindah di antara kelas-kelas atau status yang ada dalam masyarakat. Sistem tersebut juga menentukan dasar bagi perpindahan seperti itu. Contohnya, dalam masyarakat China tradisional, seorang individu dapat berpindah ke kelas-kelas masyarakat yang lebih tinggi dengan jalan menyelesaikan serangkaian ujian secara sukses. Banyak masyarakat modern yang tidak memiliki system formal semacam itu namun mendasarkan mobilitasnya pada standar-standar semacam itu sebagai kekayaan budaya.

Sistem ekonomi dihubungkan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi sumber-sumber kekayaan. Bagian-bagian utama dari sistem ekonomi yang berhubungan dengan kita, bertalian

Page 69: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

57

dengan 1. produksi, 2. distribusi, dan 3. hubungan sistem ekonomi dengan sistem politik. Kita akan terlibat secara khusus dengan masalah yang berhubungan dengan kadar persamaan ekonomi yang diinginkan oleh ideologi dan sarana yang dirancang oleh ideologi untuk mencapai tujuan ini. Karena sebagian besar ideologi menolak kesenjangan tajam antara kekayaan dan kemiskinan, ia telah mengembangkan alat untuk memeriksa kepincangan seperti, misalnya, pajak pendapatan yang dibagai dalam kelas-kelas atau nasionalisasi industri.

Sistem politik

Dalam konteks system politik seperti yang telah diuraikan penulis mencoba format pendidikan yang bagaimana yang sebaiknya diterapkan baik di dunia pendidikan maupun di masyarakat agar perilaku gotong royong dapat mendarah daging di masyarakat pada bab 4 akan diuraikan konsep pendidikan Pancaila yang dirujuk dari beberapa pengalaman lapangan kegiatan pemberdayaan masyarakat termasuk pengalama penulis sendiri (The British Council, 2000; Mahardika, 2001;Triharso, 2012; Susetyo, 2003; Perform, 2004).

dapat membuat keputusan-keputusan yang membatasi keseluruhan masyarakat, dan selanjutnya sistem ini memegang kunci bagi setiap pemahaman terhadap sistem sosial dan ideologi secara menyeluruh. Untuk tingkat tertentu, suatu ideologi politik mencakup semua pertanyaan dalam satu bentuk atau bentuk lainnya. (Sargent, 1986: 16-17)

Page 70: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

58

BAB IV MEMBANGUN MASYARAKAT PANCASILA SEBAGAI PROSES

PEMBERDAYAAN1

1Ajar Triharso, Pendidikan Tinggi Dan Pembangunan

Jatidiri Bangsa Di Era Globalisasi ... op.cit. Bab 5, hal. 112-129.

4.1. PENDIDIKAN PANCASILA = PENDIDIKAN

IDEOLOGI Walaupun UU No. 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas dilihat oleh banyak pihak tidak menganggap perlu lagi Pendidikan Pancasila masuk dalam kurikulum di dunia pendidikan. Sehingga ada pendapat bahwa UU Sisdiknas adalah bagian dari proses liberalisasi yang telah masuk kedalam dunia pendidikan. Ternyata perjuangan para ex. dosen Pendidikan Pancasila di PT dalam usaha merevitalisasi dan implementasi Pancasila ada hasilnya dengan terbitnya UU/12 tahun 2012 tentang PT yang mewajibkan setiap PT melaksanakan pendidikan Pancasila. Gerakan yang didukung oleh banyak pihak yang concern pada Pandidikan Pancasila termasuk Menkopolhukam, karena pelanggaran hukum, kekisruhan kehidupan politik termasuk korupsi dan gangguan keamana selamai ini salah satu penyebabnya adalah tidak adanya Pendidikan Pancasila. Menkopolhukam menggariskan untuk mengembangkan metode pendidikan Pancasila yang tidak indoktrinatif.

Page 71: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

59

Dari Semiloka yang diselenggarakan di DPRD Jawa Timur pada tahun 2006 disepakati konsep pendidikan Pancasila yang bagaimana untuk tidak terjadi seperti yang telah terjadi pada masa lalu yaitu yang telah dilakukan oleh BP7 yang bersifat doktriner. Pendidikan Pancasila yang tidak bersifat doktriner sebagai paradigma baru dalam melaksanakan pendidikan ideologi nasional sebagai bagian dari usaha melanjutkan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia menghadapi ideologi-ideologi predator.

Perubahan tersebut merupakan bagian dari reformasi bangsa Indonesia sejak 1998 sebagai perubahan paradigma pelaksanaan pembangunan. Dari sistem pemerintahan yang sentralistik, dengan pendekatan pembuatan kebijakan top down, mobilisasi partisipasi dari daerah dan masyarakat, istem kepartaian tunggal (dominan) serta pendidikan politik yang indoktrinatif yang membentuk pemerintahan otoriter menjadi pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan pendekatan pembuatan kebijakan bottom up, memberi otonomi partisipatif kepada daerah dan masyarakat dengan sistem kepartaian majemuk dan pendidikan politik alternatif dengan masih merujuk pada konsep NKRI menuju pemerintahan demokratis.

Untuk mewujudkan cita-cita reformasi tersebut sejak 1999 pemerintah (legeslatif dan eksekutif) memang telah menghasilkan berbagai

Page 72: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

60

produk-produk politik (UU, Perda) dan dalam rangka implementasi produk-produk politik tersebut ternyata memerlukan kewaspadaan tinggi. Karena hal tersebut juga dalam rangka reformasi kelembagaan di berbagai aspek dan bidang kehidupan kenegaraan (level kebijakan) dan kemasyarakatan (level subyek) dan ternyata banyak terjadi hal-hal yang menyimpang termasuk keberadaan UU Sisdiknas yang baru. Jadi dengan pemahaman tentang reformasi demikianlah implementasi pendidikan ideologi nasional yang tidak doktriner sebagai paradigma reformasi tentang konsep pendidikan partisipatif yaitu dari konsep mobilisasi partitipasi menjadi konsep otonomi partisipasi. 4.2. OTONOMI PARISIPASI PEMBANGUNAN

Jadi pendidikan Pancasila tidak lepas dari perubahan paradigma yang ada. Pelaksanaan pendidikan Pancasila harus memakai konsep otonomi partisipasi daerah dan masyarakat yang bertujuan untuk membangun tata kehidupan daerah dan masyarakat bagi kepentingannya sendiri yang sesuai dengan cita-cita reformasi. Karena kepentingan dan kebutuhan riel daerah dan masyarakat hanya bisa diketahui dan disediakan oleh daerah dan masyrakat sendiri bukan oleh pihak luar termasuk pemerintah pusat apa lagi dari luar negeri. Salah satu kebutuhan riel bangsa Indonesia adalah mewujudkan kehidupan Bhineka Tunggal Ika. Sementara keragaman daerah dan

Page 73: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

61

masyarakat (multi kultural) harus dilihat sebagai keniscayaan, dalam waktu yang sama daerah dan masyarakat juga harus sudah memahami permasalahan bersama khususnya kebersamaan yang bersifat nasional dalam bingkai NKRI. Satu sama lain merupakan kebutuhan obyektif yang harus mendapatkan perhatian dan difasilitasi dalam proses pemerintahan.

Menurut UU No. 22, 1999 dan UU No. 32 tahun 2004 dan Perpu No. 3 tahun 2005 sebagai produk reformasi nasional tentang otonomi daerah, daerah otonom adahah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten/kota, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi sebagai institusi lokal. Oleh sebab itu pemerintah (pusat) juga harus membuka ruang politik yang lebih besar bagi daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas kritis daerah dan masyarakat untuk mewujutkan otonomi sebagai kesadaran dan daya tawar dengan pendidikan politik.

Sementara itu UU No. 25 tahun 2000 salah satu prioritas pembangunan nasional dalam Propenas 2000-2004 disebutkan tentang kurang berkembangnya kapasitas pembangunan daerah dan masyarakat yaitu bahwa “… dalam

Page 74: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

62

pemberdayaan masyarakat masalah pokok yang dihadapi adalah rendahnya akses masyarakat atas sumber daya pelayanan pemerintah dan belum tumbuhnya kesadaran birokrasi pemerintah untuk memberikan cara pelayanan yang memihak pada masyarakat khususnya kepada kelompok masyarakat bawah”. Sedangkan Lampiran SE Mendagri No. 050/1307/II/ Bangda menyebutkan bahwa: “usaha pemberdayaan daerah dan masyarakat perlu dilembagakan mekanisme perencanaan partisipatif yaitu cara mendapatkan jaminan secara hukum maupun kesepakatan tentang partisipasi atau keterlibatan aktif daerah dan masyarakat dalam setiap proses pembangunan” (hal. 4). Jadi Pendidikan Pancasila sebagai proses Pendidikan politik masyarakat adalah kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (community development) yang harus difasilitasi pemerintah sebagai usaha mempertemukan cita-cita reformasi dengan kondisi dan situasi riel daerah dan masyarakat oleh sebab itu harus merupakan proses kegiatan partisipatif. 4.3. PENDIDIKAN POLITIK PARTISIPATIF

SEBAGAI PROSES FASILITASI Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari

pendidikan politik partisipatif sebagai bagian dari suatu proses perubahan paradigmatik dalam hal ini merupakan usaha agar daerah dan masyarakat mampu memahami proses reformasi nasional dan memberi jaminan pada proses perubahan

Page 75: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

63

sebagaimana yang dikehendaki oleh daerah dan masyarakat. Suatu perubahan pada dasarnya membutuhkan lebih dari sekedar pembaruan kebijakan seperti amandemen UUD 1945, UU dan peraturan-peraturan di bawahnya, melainkan keterlibatan nyata daerah dan masyarakat sebagai stakeholder bangsa Indonesia, sehingga arah, ciri, watak dan proses perubahan bangsa dan negara Indonesia benar-benar berjalan di atas aspirasi daerah dan masyarakat.

Proses tersebut bila diletakkan dalam konteks kesadaran politik daerah dan masyarakat tentang ideologi Pancasila dan merupakan usaha yang akan melibatkan langsung masyarakat, pada dasarnya membutuhkan langkah transisi berupa fasilitasi dari pemerintah sebagai langkah transformatif, yaitu proses pendampingan daerah dan masyarakat dalam melakukan perubahan dari kesadaran lama kepada kesadaran baru. Dalam kesadaran baru daerah dan masyarakat menyadari posisinya, dan berarti menyadari hak dan kewajibannya.

Oleh sebab itu pendidikan Pancasila tidak sekedar proses trasformasi pemahaman tetapi juga harus merupakan proses pengorganisasian. Yaitu suatu praktek yang didalamnya terdapat unsur tenaga penggerak sebagai fasilitator untuk daerah dan masyarakat dalam melakukan konsolidasi, sehinggga daya tawar daerah dan masyarakat meningkat secara signifikan.

Page 76: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

64

Jadi fasilitasi pemerintah dalam pendidikan Pancasila ada dua dimensi utama yaitu pertama, mengupayakan perubahan dengan tujuan emansipasi; kedua, menciptakan tatanan baru berbasis prakarsa daerah dan masyarakat. Untuk itu dibutuhkan tiga langkah utama: 1. pengakuan hak politik daerah dan masyarakat dan mengakhiri praktek-praktek politik yang mengebiri hak-hak politik daerah dan nasyarakat, 2. partisipasi daerah dan masyarakat, 3. perlunya upaya transformasi kesadaran politik daerah dan masyarakat. Dan tak kalah pentingnya berbagai kalangan stakeholdes yang terkait harus ambil bagian dalam proses ini yaitu masyarakat baik individu maupun kelompok yang cocern pada isu-isu politik yang menjadi prioritas pembangunan yaitu implementasi ideologi Pancasila. 4.4. PENDIDIKAN PARTISIPATIF=PENDIDIKAN

PEMBERDAYAAN Pelaksanan pendidikan Pancasila tidak

cukup dengan pola pendidikan koservatif yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui melalui pengajaran dan pelatihan sepertihalnya pendidikan yang biasa di terapkan di proses pendidikan formal. Pendidikan Pancasila harus dimasukkan dalam kategori usaha pembangunan masyarakat khususnya di bidang politik yaitu sektor ideologi masyarakat yang melemah dengan konsep pendidikan partisipatif.

Page 77: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

65

Pendidikan partisipatif adalah model pendidikan yang dapat dipakai untuk memperkuat kesadaran kritis masyarakat sebagai usaha pemberdayaan masyarakat. Pendidikan yang mempunyai fungsi pemberdayaan mempunya beberapa prinsip: 1. harus mengakui kenyataan peserta didik adalah manusia yang hidup memiliki pengalaman hidup, memiliki kadar pengetahuan tertentu. 2. peserta didik adalah manusia yang memiliki kehidupan dan komunitas sebagai lingkungan sosial. 3. Pendidikan sebagai proses dinamis yang memungkinkan praksis sosial. Pendidikan dengan paradigma pemberdayaan justru dimaksudkan untuk mendekatkan peserta didik dengan kenyataan hidupnya. Pendidikan yang secara konkrit berorientasi pada persoalan yang ada di daerah dan masyarakat (community problem base learning).

Unsur kenyataan sosial dimasukkan sebagai bahan dalam proses pendidikan secara dialektis. Prinsip yang hendak dikedepankan adalah bahwa pendidikan Pancasila partisipatif adalah proses pendidikan yang memerdekan, bukan saja sebagai proses saling menerima dan memberi, tetapi merupakan proses dinamik yang melibatkan obyetivitas dan subyektivitas. Pendidikan partisipatif harus mampu mengungkapkan bahwa “segala sesuatu dalam kenyataan (termasuk kenyataan sosial) merupakan hal yang hadir (mengada) melalui sebuah proses”. Termasuk konflik, ketidak adilan dan kesenjangan SARA yang

Page 78: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

66

dialami masyarakat merupakan proses yang bisa dilacak asal usulnya atau setidaknya dipahami dan dijelaskan, mengapa dan bagai mana proses tersbut berlangsung. Untuk kemudian, Adapun konsep masyarakat Pancasila yang diwujudkan dari pendidikan adalah masyarakat Gotong-royong. Untuk itu sebuah rancangan Pendidikan Pancasila partisipatif (P3) ditawarkan dengan pendekatan community development dan metode pendampingan dan bukan lagi berbentuk penataran namun fasilitasi. ditemukan jalan menuju ke kerukunan, kegotong-royongan yang kokoh. Tugas pendidikan pemberdayaan pada dasarnya adalah membawa peserta pendidikan untuk bisa membongkar realitas yang hadir dihadapannya, memiliki kesadaran kritis, dapat mengerti mengapa dan bagaimana kenyataan tersebut berlangsung dan secara sistematis mengusahakan langkah-langkah guna mengatasi persoalan yang tersebut. Dari proses tersebut diharpakan memunculkan dimensi praksis, yakni mendorong perubahan realitas konflik, ketidak adilan dan kesenjangan SARA menjadi realitas baru yang lebaih baik dan bermakna bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada tiga prisnip sebagai landasan bagi pendidikan pemberdayaan. 1. pendidikan pemberdayaan sebagai bagian proses emansipasi kesadaran manusia. 2. Peserta didik akan bisa menemukan dan mengembangkan dirinya secara

Page 79: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

67

utuh dan bermakna. 3. Proses pendidikan harus mampu menemani peserta pendidikan untuk bisa menemukan posisinya dalam realitas ketidak adilan (ketidak rukunan, konflik) dan pada gilirannya melakukan tindakan mengubah. Artinya proses pendidikan tidak sekedar sebagai pendalaman ilmu dan pemenuhan intelektualitas melainkan bagi langkah perubahan sosial. Karena setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi dan hak untuk bisa tumbuh dan berkembang secara wajar dan manusiawi. Oleh seba itu memungkinkan terjadinya transformasi sosial yaitu keberdayaan daerah dan masyarakat. 4.5. PENDIDIKAN POLITIK PARTISIPATIF =

PENDIDIKAN ALTERNATIF Padidikan politik yang akan dikembangkan

adalah pendidikjan politik alternatif dalam arti alternatif terhadap watak doktriner dari pendidikan politik yang lalu. Oleh sebab itu yang hendak dibangn adalah, pertama, pendidikjan politik alternatif akan menjadi ajang belajar bersama yang memunculkan unsur-unsur kebersamaan di kalangan masyarakat, meghidupkan kembali kelembagaan lokal dan mengembalikan kekayaan budaya lama yang hilang dari genggaman daerah dan masyarakat akibat pemerintahan yang tersentralistik dan ditambah dengan arus globalisasi yang semakinkuat saat ini. Yaitu kemandirian, keswadayaan, kepercayaan (saling percaya). Kedua, memungkinkan daerah dan

Page 80: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

68

masyarakat mengungkapkan kembali pengalaman hidup mereka yaitu: a. Memahami proses pemarjinalan mereka selama ini. b. Proses yang memberikan daerah dan masyarakat metode berfikir yang sudah dijauhkan yaitu berfikir secara historis (a historis), menjadi suatu cara berfikir yang berusaha memahami suatu hal atau kejadian, berdasarkan proses kejadiannya (historis). Dengan demikian setiap orang tidak menerima hal atau kejadian secara mistik atau pasrah.

c. Membuka jalan pada daerah dan masyarakat untuk bisa memahami apa yang dialami dan memberikan penilaian secara kritis terhadap apa yang mereka alami.

Pendidikan politik akan menjadi ruang untuk membangun wacana dan makna tersendiri. Dalam proses pendidikan daerah dan masyarakat akan memperoleh kesempatan membangun prosedur (atau pakem) tersendiri dan sekaligus menggalang kekuatan agar bisa mengaktualisasikan aspirasi dan kepentingannya. Berbicara dengan level pendidikan formal yang relatif sama, pendekatan pendidikan yang bottom up, akan memungkinkan warga memperoleh makna dan harga diri. Daerah dan masyarakat diberi ruang dalam proses politik dengan diberi pemahaman yang berbasis kesadaran, dan kapasitas daya tawar tertentu sebagai kebutuhan dasar agar dapat melek politik

Page 81: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

69

(kebijakan) sebagai hak politik daerah dan masyarakat. 4.6. PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES

FASILITASI KESADARAN Suatu usaha pembaharuan dapat

berlangsung dibutuhkan tenaga penggerak dalam jumlah besar sebagai kekuatan efektif sampai tujuan pembaruan tercapai dengan tidak dalam skema mobilisasi. Melibatkan mereka yang paling berkompeten dalam skema penyadaran dalam proses fasilitasi. Mereka yang terlibat dalam gerakan pembaharuan adalah individu-individu, yang tergabung dalam kelomppok-kelompok, yang telah memiliki pengetahuan yang cukup dan kesadaran penuh terhadap maksud dan tujuan serta segi-segi fundamental pembaruan yang berperan sebagai fasilitator.

Pendidikan politik bukan proyek mobilisasi bukan pula suatu praktek untuk keperluan proyek politik jangka pendek. Pendidikan politik bukan praktek politik praktis yang berorientasi perebutan kekuasaan, melainkan suatu proses fasilitasi belajar bersama di kalangan masyarakat untuk memungkinkan memahami mengenai proses kehidupan bernegara, termasuk posisi masyarakat dalam proses tersebut.

Penyelenggaraan pendidikan politik dalam skema ini selain bermuatan pemberdayaan, juga menjadi semacam lahan penyemaian tenaga penggerak untuk memperkuat masyarakat sipil.

Page 82: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

70

Posisi pendidikan politik yang demikian, mensyaratkan proses penyelenggaraan didasarkan kepada kerja-kerja yang benar-benar melibatkan masyarakat dan berdasarkan kepada prinsip-prinsip pembangunan kesadaran, bukan sebagai wahana manipulasi kesadaran rakyat. Dengan demikian pendidikan Pancasila di masyarakat sebagai pendidikan politik, akan mengungkap duduk masalah yang menyebabkan kemerosotan kualitas kehidupan kerukunan dan kegotong-royongan masyarakat, serta segi-segi penting dari pembaharuan itu sendiri.

Tujuan dasar dari pendidikan dengan skema ini adalah pemberdayaan daerah dan masyarakat menemukan dirinya sendiri sebagai subyek dari bangsa Indonesia yaitu : 1. Meningkatkan apsitas kritis daerah dan masyarakat dalam mendorong pembaharuan sosial menuju daerah dan masyarakat baru, daerah otonom dan masyarakat sipil terorganisir, yang bersendi pada demokrasi dan hak asasi manusia, serta berkeadilan sosial;

2. Melahirkan organiser - organiser pembaharuan daerah dan masyarakat, berciri: memiliki kepekaan (kritis) sosial, mampu memfasilitasi berkembangnya kelompok dinamis di daerah dan masyarakat;

3. Meningkatkan kemampuan daerah dan masyarakat dalam melakukan tindakan bersama terhadap kondisi yang tidak mendukung kehidupan;

4. Mengembangkan kemampuan daerah dan masyarakat dalam melakukan tindakan bersama

Page 83: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

71

untauk meningkatkan partisipasi daerah dan masyarakat dalam pengambilan kebijakan (policy) yang memberi dampak pada kehidupan daerah dan masyarakat;

5. Mengembangkan kemampuan daerah dan masyarakat (individu atau kolektif) untuk melakukan tindakan guna mengubah kekuatan potensial menjadi aktual yang bermanfaat bagi perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara. 4.7. DAERAH DAN MASYARAKAT MASA

DEPAN Dengan demikian mengembangkan suatu skema partisipasi baru sama artinya dengan mengembangkan proses sosial yang sama sekali baru di daerah dan masyarakat. Proses ini pertama-tama harus berhadapan dengan realitas sosial daerah dan masyarakat baik realitas kelembagaan daerah ataupun realitas kesadaran politik daerah dan masyarakat. Segi-segi apa yang layak menjadi perhatian, dengan demikian proses pendidikan bisa mengenmbangkan suatu jalan baru untuk pembaharuan dari kondisi yang sudah terjadi beberapa dasa warsa ini, sehingga bayangan mengenai daerah dan masyarakat masa depan akan lebih jelas. Masalah utama yang perlu dilihat adalah suatu gerak hancurnya kelembagaan daerah dan masyarakat sejalan menurunnya kesadaran politik daerah dan masyarakat akibat paradigma lama. Kelembagaan yang dimaksud adalah pola perilaku

Page 84: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

72

orang yang mapan, terdiri atas interaksi sosial berstruktur dalam kerangka nilai yang relevan. Dalam hal ini lembaga dipahami sebagai aturan main dari suatu daerah dan masyarakat (komunitas) untuk menstruktur (mengatur, mengelola) interaksi (pola hubungan) antar daerah-daerah dan individu-individu, anggota masyarakat. Dengan demikian lembaga merupakan suatu bentuk tatanan daerah dan masyarakat dengan basis nilai tertentu dalam hal ini kegotong-royongan. Dengan pemahaman demikian kelembagaan derah (termasuk desa) dan masyarakat (termasuk ormas) dapat dilihat sebagai: 1. lembaga sebagai hasil produk dari proses sosial historis daerah dan masyarakat. Artinya pembentukan lembaga (tatanan) terkait dengan proses hidup masyarakat di daerah. Atau dapat dikatakan bahawa pembentukan lembaga atau pelembagaan sebagai bagian dari kristalisasi kehidupan di daerah dan masyarakat. Bentuk kelembagaan dengan sendirinya mencerminkan situasi, kondisi dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Lembaga adat merupakan contoh dari tatanan yang dibangun masyarakat. Lembaga adat sebagai dasar pemerintah(an) derah tertentu, merupakan hasil dari dialiektika masyarakat dalam menjawab kebutuhan perlunya pengaturan dan kepemimpnan dalam kehidupan mereka. Lembaga jenis ini merupakan kreasi internal, dan bukan hasil

Page 85: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

73

intervensi eksternal, karena itu bersifat unik, khas dan lokal.

2. Lembaga sebagai produk dari proses politik, yag mencerminkan resultante dari ketegangan antara daerah dan supra daerah. UU No. 5 tahun 1979 merupakan suatu contoh intervensi negara dalam membentuk kelembagaan desa. Melalui intervensi tersebut pada gilirannya tercipta tatanan baru yang sesungguhnya asing bagi masyarakat. Model ini menjadikan lembaga desa, lebih sebagai alat kontrol (negara), ketimbang sebgai ”tempat hidup”. Pemerintah(an) daerah (lokal) sebagai mana dimaksudkan UU No. 5 tahun 1979 merupakan wujud dari suatu tatanan bikinan pihak luar yang sama sekali tidak memungkinkan prakarsa daerah dan masyarakat. Lembaga jenis ini bersifat massal, dan karena itu bisa ditemui di banyak tempat dengan model, karakter dan bentuk yang sama. Maksudnya kelembagaan sebagai sebagai kreasi pihak eksternal termasuk paham neo-liberal, pada gilirannya telah menjadi buldoser yang menyingkirkan kelembagaan lokal. Hal ini mengakibatkan landasan pijak masyarakat dalam mengatur dan mengelola keidupan mereka, menjadi sangat lemah dan bersifat tergantung. Kenyataan ini tentu saja menjadi masalah tersendiri, ketika daerah hendak dikembalikan ke dalam skema otonom – yang padahal kelembagaan lokal telah sirna. Mengapa demikian? Sebab unsur-unsur dasar yang menjadi kekuatan daerah dan

Page 86: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

74

masyarakat yaitu kebersamaan atau kegotong-royongan, sesunguhnya telah memulai menipis, yakni solidaritas (sosial), keswadayaan (ekonmomi) dan kemandirian (politik). Apa yang dimaksud? Pertama, solidaritas (sosial) – yaitu suatu sikap dan perilaku masyarakat, yang mengedepankan prinsip saling membantu (tolong-menolong), khususnya pada mereka yang membutuhkan bantuan. Solideritas memungkinkan masyarakat bekerjasama, baik dalam membantu orang lain, maupun membantu diri sendiri. Hilangnya solideritas membuat masyarakat lokal sebagai komunitas sangat sulit bangkit sebagai suatu kesatuan. Berbagai konflik yang belakangan ini berkembang, menjadi indikasi konkrit mengenai tingkat kerterbelakangan masyarakat lokal. Hal inilah yang memungkinkan daerah dan masyarakat dimarjinalisasi. Kedua, masalah keswadayaan – yaitu suatu sikap dan perilaku, yang memungkinkan masyarakat membiayai atau menanggung beban sendiri, khususnya menyangkut masalah- masalah mereka sendiri. Proyek pembangunan, telah merusak sendi dasar ini, sehingga yang selalu nampak adalah pola ketergantungan. Akibatnya banyak hal yang sebetulnya bisa dikerjakan sendiri oleh masyarakat, tetapi karena menunggu (saling menunggu), membuat pekerjaan yang ada tidak bisa berjalan. Masyarakat semakin enggan untuk ”berkorban secara sukarela”. Pengorbanan lebih

Page 87: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

75

banyak memiliki tendensi jangka pendek – atau sebagai akibat paksa dari kekuasaan dari atas. Ketiga, kemandirian (politik), yaitu suatu sikap dan perilaku yang mampu menentukan langkah atau pendirian, tanpa tergantung pada pihak manapun. Dalam kenyataan daerah dan masyarakat dalam paradigma pembangunan yang lalu justru sangat menonjol ciri subordinasinya. Untuk mengambil keputusan penting bagi kepentingan mereka sendiri pihak daerah dan masyarakat sangat kecil kekuasaannya dan lebih banyak diserahkan pada pihak luar dan pemerintah pusat. Pendidikan politik untuk transformasi partisipasi sangat perlu melihat realitas ini, dan pada gilirannya diharapkan mampu mengubah dan mengembalikan milik masyarakat yang telah hilang tersebut. Negara, daerah dan masyarakat masa depan adalah negara, daerah dan mayarakat dengan kualitas yang memiliki solidaritas dan kebersamaan tinggi serta tingkat keswadayaan dan kemandirian yang kuat. Hal ini pula yang menjadi tantangan bagi proses pendidikan politik – yakni dituntut mampu ke luar dari model pendidikan klasik. Proses pendidikan dengan sendirinya harus mampu mentradisikan suatu proses pengembangan solideritas dan kebersamaan, keswadayaan dan kemandirian daerah dan masyarakat.

Dengan terbitnya UU/12 tahun 2012 tentang PT yang mewajibkan setiap PT melaksanakan

Page 88: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Membangun Masyarakat Pancasila Sebagai Proses Pemberdayaan

76

pendidikan Pancasila kiranya PT sebagai lembaga pendidikan pada tempatnya mengimplementasikan secara serius. Terutama PTN yang sejak awal berdirinya di Indonesia dengan IPTEK dan SDM yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi fondasi yang kuat untuk pembangunan nasional. Khususnya dalam hal ini fondasi mental dan moral dalam berbangsa dan bernegara.

Page 89: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

77

BAB V PENDIDIKAN PANCASILA PARTISIPATIF (P3)1

5.1. PENDIDIKAN PANCASILA = MEMBANGUN MASYARAKAT GOTONG-ROYONG

Seperti disebutkan dalam uraian terdahulu tentang adanya kebutuhan atau tuntutan adanya pendidikan Pancasila yang tidak indoktrinatif terhadap daerah dan masyarakat. Lebih operasional lagi adalah kegiatan melakukan fasilitasi atau pendampingan dan pemberdayaan terhadap masyarakat grass root / akar rumput yang marjinal tentang ideologi Pancasila yang dalam tulisan ini akan dinamakan Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3).

Sebagai langah awal dari pendidikan alternatif P3 harus terus dikembangkan sesuai dengan realitas dan praktek-praktek pendidikan partisipatif di lapangan menuju masyarakat Bhineka Tunggal Ika yang dikonsepsikan sebagai perilaku Gotong-royong. P3 dipahami sebagai wahana masyarakat grass root untuk proses transformasi dari dalam dan oleh masyrakat grass root sendiri ke arah kehidupan kebersamaan yang Pancasilais tahan terhadap AGHT terhadap ideologi Pancasila sesuai dengan semangat Semiloka dan Lokakarya revitalisasi dan dan implementasi Pancasila yang digagas oleh Komisi E DPRD Jawa Timur. Yaitu

1Ajar Triharso, Pendidikan Tinggi Dan Pembangunan

Jatidiri Bangsa Di Era Globalisasi ..., op.cit. Bab 5 hal. 129-140.

Page 90: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

78

pendidikan Pancasila menuju masyarakat Gotong-royong dalam berketuhanan, berperikamanusiaan, bernasionalisme, berdemokrasi dan berkeadilan sosial dalam bingkai suprastruktur NKRI.

P3 pada hakikatnya juga proses pendampingan terhadap masyarakat grass root yang dilakukan melalui proses usaha pembangunan yang memberdayakan. Proses pendidikan demikian yang dipahami adalah dalam arti proses belajar bersama dengan menggunakan metode yang partisipatif dalam merumuskan hidup kebersamaan mereka. Dalam menyelenggarakan proses pendidikan itu, maka pendidikan tersebut harus dibangun berdasarkan nilai-nilai yang berakar dalam masyarakat sendiri.

Berdasarkan berbagai pengalaman dalam melakukan pendampingan terhadap kaum marjinal, ternyata metode pendidikan yang partisipatif tersebut telah ada di dalam kehidupan komunitas asli kita sendiri, yaitu musyawarah. Musyawarah (dialogue of life) dan karya bersama (gotong royong) adalah nilai-nilai manusiawi yang sudah ada dan berakar pada komunitas sendiri; terutama di pedesaan. Musyawarah itu sendiri merupakan akar dan tradisi dari kehidupan demokrasi di masyarakat.

Ditinjau dari kebutuhan kaum marjinal, maka pendidikan dengan metode musyawarah sebenarnya adalah sebuah model pendidikan alternatif. Dari segi metodenya adalah sebuah model pendidikan partisipatif. Musyawarah, dialog rakyat atau dialog kehidupan (dialogue of life)

Page 91: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

79

merupakan ruh atau nyawa dari seluruh proses belajar bersama.

Ditinjau dari tujuan musyawarah dalam P3 adalah proses penyadaran bersama. Bila dilihat dari kondisi masyrakat grass root sebagai kaum marjinal yang serba kekurangan pengetahuan tentang ideologi nasional Pancasila dan terbatas serta posisinya yang terbelenggu oleh ajaran-ajaran lama dan bahkan ajaran-ajaran asing dari luar negeri baik langsung maupun melalui para protagonisnya di dalam negeri yang bertentangan dengan asas kehidupan bersama sebagai bangsa dan semangat Proklamasi Kemerdekaan 1945, maka proses musyawarah dalam P3 sebenarnya merupakan pendidikan yang membebaskan. Dengan demikian musyawarah dalam P3 pada hakekatnya adalah pendidikan demokrasi, pendidikan pembangunan transformatif, pendidikan politik rakyat, dan pendidikan yang membebaskan dari pengaruh nilai-nilai asing.

Misi utama P3 adalah penguatan komunitas (kaum marjina), yang meliputi penguatan kesadaran transformatif, penguatan organisasi, penguatan jaringan kerjasama, penguatan ekonomi dan penguatan advokasi. Misi tersebut satu sama lainnya merupakan kesatuan yang saling berkaitan.

P3 akan disempurnakan dari waktu ke waktu melalui pengkayaan dengan pengalaman praktek, masukan dari fasilitaor dan masyarakat dan bahan-bahan banding dari pengalaman lembaga-lembaga lain melalui bahan-bahan bacaan.

Page 92: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

80

5.2. PENGERTIAN P3 SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN POLITIK (IDEOLOGI) Apabila Pancasila sebagai ideologi

berbangsa dan bernegara Indonesia diyakini oleh para founding fathers merupakan ideologi besar dunia dapat menjadi pedoman hidup manusia di seluruh dunia, maka P3 dapat diselenggarakan tidak hanya pada manusia Indonesia. Namun karena Pancasila digali di bumi Indonesia maka pemahaman dasar tentang hakekat menusia Indonesia menjadi penting dalam memahami hakekat P3 sebelum menjadi bagian dari bangsa-bangsa lain.

Manusia Indonesia dan manusia-maniusia yang tergabung dalam ikatan kebangsaan di negara-negara lain di seluruh dunia pada hakekatnya adalah hasil karya yang paling sempurna dari Sang Pencipta. Karena kesempurnaannya itu, manusia dipercaya dan diberi tugas menjadi pengelola alam semesta atau sebagai subyek pembaharuan. Realitas yang sama, dalam hal ini hubungan sebagai sesama anggota suatu bangsa dan hubungannya dengan bangsa lain, mempertemukan manusia untuk melakukan musyawarah.

Musyawarah tentang kesadaran bersama manusia akan realitas merupakan inti terjadinya pembaharuan. Dan manusia selain sebagai anggota kelompok atau makhluk sosial adalah juga makhluk yang ditugasi sang pencipta untuk melestarikan alam semesta ini demi kelestarian kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian

Page 93: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

81

manusia Indonesia adalah makhluk yang mempunyai jati diri sebagai pribadi dan sebagai anggota suatu bangsa(identitas) dalam pergaulan antar bangsa di planit bumi.

Jadi P3 merupakan proses penyadaran manusia Indonesia sebagai anggota komunitas dari yang paling mikro yaitu keluarga, suku, pemeluk suatu agama hingga sebagai bagian dari makro kosmos yaitu sebagai anggota suatu bangsa dan makhluk di planet bumi dari alam semesta. 5.3. PEMAHAMAN DASAR TENTANG

MUSYAWARAH DALAM P3 Hakekat dasar dari musyawarah adalah:

media pengambilan keputusan; sebuah metodologi dan alat; perwujudan kedaulatan dan potensi masyarakat; salah satu dasar negara; peserta musyawarah setara; materi musyawarah ditentukan bersama; dan realitas sebagai obyek musyawarah.

Pendidikan pada hakekatnya adalah proses yang tidak dibatasi oleh ruang, waktu dan umur; alam semesta dan pengalaman merupakan guru; sumber belajar dicari dan disepakti bersama; peserta pendidikan dari golongan yang homogen; dan materi pendidikan berdasarkan kebutuhan. 5.4. HAKEKAT DASAR P3 Hakekat dasar dari P3 adalah: 1. Meletakkan manusia sebagai subyek pendidikan

Pancasila. 2. Meletakkan realitas sebagai obyek pendidikan

Pancasila.

Page 94: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

82

3. Tidak tergantung pada waktu dan tempat. 4. Berpihak pada kaum marjinal. 5. Mempermasalahkan masalah atau hadap

masalah (Problem Possing). 6. Dialogis. 7. Materi dan obyek pendidikan berdasarkan

kebutuahan dan realitas. 8. Apa yang ada di alam sekitar merupakan

sumber belajar. 5.5. VISI, MISI DAN PRINSIP-PRINSIP P3 Visi atau wawasan dari P3 adalah terwujudnya kehidupan komunitas yang Pancasilais. Misi dari P3 adalah mewujudkan kehidupan komunitas yang Pancasilais dengan fokus membangun kegotong-royongan masyarakat Indonesia Prinsip-Prinsip Dasar P3. 1. Semua kegiatan harus bertitik tolak dari realitas

komunitas yang ada. 2. Pendidikan harus berhasil membebaskan

komunitas dari situasi keterbatasan, ketertutupan, dogmatisme dan menciptakan saling terbuka untuk dialog.

3. Semua proses harus bersifat dialogis (hubungan antara subyek-subyek yang setara dan saling terbuka untuk dialog).

4. Kegiatan pendidikan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, karena proses pendidikan berjalan sepanjang umur/seumur hidup. Kegiatan pendidikan pada dasarnya bisa dilakukan

Page 95: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

83

dimana saja (tidak harus didalam kelas atau didalam ruangan).

5. Dalam pendidikan ini tidak ada guru dan tidak ada murid.

5.6. PELAKSANAAN PENDIDIKAN PANCASILA

Dari uraian di muka maka usaha revitalisasi dan implementasi ideologi Pancasila yang dimaksud di dalam rancangan ini adalah sistem sosialisasi melalui sistem pendidikan. Hasil dari usaha sosialisai melalui proses pendidikan diharapkan dapat menjadi landasan dari pengembangan sistem masyarakat yang lebih luas sehingga satu sama lain dapat membentuk rantai pendidikan masyarakat dalam membangun legotong-royongan di segala bidang.

Dengan demikian ruang lingkup kegiatan revitalisasi dan implementasi Pancasila sebagai kegiatan pemberdayaan ideologi ini adalah juga kegiatan pendidikan. Output dari kegiatan pendidikan telah dicanangkan di Simposium UGM – LIPI –Lemhannas agar Pancasila menjadi paradigma IPTEK dan dengan metode yang dikonsepsikan oleh Menkopolhukam sebagai pendidikan yang tidak indoktrinatif dan hasil akhirnya adalah terbangunnya masyarakat Gotong-royong. Karena kegiatan pendidikan Pancasila merupakan bagian dari pembangunan paradigma IPTEK dengan UU/12 tahun 2012 tentang PT maka masyarakat PT pada tempatnya menjadi pylot project sekaligus sebagai pusat pengembangan pendidikan Pancasila.

Page 96: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

84

Pendidikan Pancasila yang tidak indoktrinatif dalam arti proses pendidikan yang didasasi saling percaya dan empati yang memungkinkan terbangunnya kerukunan dan dialog sosial di setiap masyarakat yang dapat dikategorikan ke dalam konsep pendidikan partisipatif. Dalam pendidikan partisipatif unsur utamanya adalah tenaga pendidik dan peserta didik.

Dalam Pendidikan Partisipatif tenaga pendidik berperan melaksanakan fasilitasi atau tenaga-tenaga fasilitator atau dengan istilah pembangunannya sebagai Tenaga Pendamping. Yaitu tenaga yang telah melalui proses pendidikan dan serifikasi dalam kemapuan (skill) kegiatan fasilitasi masyarakat merealisasikan domain nilai-nilai ideologi Pancasila ke dalam perilaku Gotong-royong dengan parameter tujuan pendidikan klasifiasi Bloom yaitu membangun Kognisi, Afeksi dan Psiko-motorik peserta didik. Sedangkan perserta didik merupakan subyek-subyek partisipan yang harus aktif dalam proses pendidikan. Peserta didik dalam pendidikan partisipatif mempunyai kedudukan sejajar dengan fasilitator walaupun tujuan pendidikan adalah membangun perilaku peserta didik.

Jadi ada dua jenis pendidikan partisipatif yang harus diselenggarakan yaitu pendidikan bagi calon fasilitator (pendamping) dan pendidikan bagi grass root (masyarakat umum). Masing-masing melalui dua tahap pendidikan dengan materi dan fasilitasi sesuai dengan tujuan pendidikannya.

Page 97: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

85

5.6.1. KEGIATAN FASILITASI MENGEMBANGKAN KOGNISI DAN AFEKSI

Dengan metode partisipatif fasilitator melakukan survai kepada informan baik secara individual maupun kelompok atau kelembagaan dan dari proses tersebut kemudian dapat dirumuskan niliai-nilai operasional dan metode sosialisasi sebagai bahan-bahan yang akan diusulkan dalam bentuk rumusan afeksi-afeksi dan pola sosialisasi di masyarakat baik umum maupun masyarakat pendidikan sehingga dapat melaksanakan Pendidikan Pancasila membentuk perilaku Gotong-royong masyarakat sebagai social capital dalam kerangka pembangunan nasional. Sebagai pylot project Nilai-nilai operasional ideologi Pancasila kedalam perilaku Gotong-royong baik nilai-nilai modern maupun nilai-nilai tradisi yang compatible pada masyarakat pendidikan khususnya di PT dalam konteks operasionalisasi sila-sila dari Pancasila sebagai dasar perilaku gotong-royong masik dalam tingkatan abstraksi.

Pendampingan dalam merumuskan kompleksitas interaksi antar individu, kelompok dan lembaga dalam masyarakat dengan kategorisasi untuk memungkinkan menerangkan secara diskriptis sikap-sikap Gotong-royong yang ditemukan dalam setiap analisis terhadap informasi-informasi yang diperoleh dari survay dalam masyarakat, khususnya dalam hal ini terhadap sistem nilai, merupakan suatu usaha untuk menjawab serangkaian pertanyaan tentang

Page 98: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

86

lembaga dan proses interaksi dalam masyarakat dengan rangkaiaan pertanyaan yang dibagi menjadi dua bagian: 1. Bagaimana masyarakat berfungsi pada

kenyataannya 2. Bagaimana seharusnya masyarakat berfungsi. 5.6.2. FASILITASI DALAM RANGKA

IMPLEMENTASI PSIKOMOTORIK Kegiatan implementasi nilai-nilai Pancasila

sebagai realisasi bagaimana seharusnya perilaku Gotong-royong yang telah dirumuskan sebagai materi kognisi dan afeksi disosialisasikan dan dideseminasikan dengan menggunakan pendekatan partisipatif. Setelah itu dengan pendekatan partisipatif pula dilakukan uji coba pendampingan kepada berbagai lapisan masyarakat dalam menggali nilai-nilai local kegotong-royongan masing-masing kelompok masyarakat.

Mencari solusi/pemecahan masalah implementasi ideologi Pancasila menjadi perilaku Gotong-royong dengan mengkaji nilai-nilai operasional dengan memakai masyarakat PT sebagai informan dan partisipan dan sebagai subyek kajian dan implementasi.

Dengan metode partisipatif di dalam menggali nilai-nilai operasional Pancasila sebagai perilaku Gotong-royong merupakan praktek pemberdayaan masyarakat dalam merumuskan nilai-nilai operasional Pancasila baik pada tingkat abstraksi maupun tingkat tindakan atau perilaku.

Page 99: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

87

Dari metode implementasi partisipatif akan ditemukan sistem nilai operasional Gotong-royong secara umum (nasional) dan kemudian menjadi konsep yang mendasari penggalian nilai-nilai lokal untuk merumuskan pola perilaku Pancasilais masyarakat di setiap daerah di seluruh Indonesia. Dari kegiatan pembangunan ideologi yang partisipatif dapat dibangun pola pemberdayaan masyarakat dalam membuat perencanaan perilaku berdasarkan nilai-nilai yang telah digali. 5.6.3. METODOLOGI PENDIDIKAN 5.6.3.1. Konsep dan Definisi Kerja a. Konsep pembangunan modal sosial atau social capital adalah konsep utama dalam proses pemberdayaan ideologi Pancasila. Yaitu tercapainya kondisi masyarakat yang mampu bekerjasama, dengan mewujudkan sikap-sikap kegotong-royongan sebagai konsep operasional nilai-nilai Pancasila, dengan menyepakati nilai-nilai yang sama untuk mencapai tujuan tertentu. Proses revitalisasi nilai-nilai kegotong-royongan baik di tingkat nasional maupun lokal agar sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan partisipatif adalah usaha memberdayakan nilai-nilai Pancasila dengan membangkitkan kesiapan masyarakat lokal mengakomodasi perubaha-perubahan nasional dengan memfasilitasi melalui forum komunikasi. b. Konsep civil society atau masyarakat warga adalah masyarakat yang mempunyai kemandirian, kemampuan berorganisasi atau mengelola dirinya

Page 100: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

88

secara demokratis dan perilaku menghormati dan menjunjung hukum dan moral bermasyarakat. c. Konsep good government adalah pemerintahan yang menjamin keterbukaan, akuntabilitas dalam kehidupan politik dan ekonomi. Pemerintahan yang menempatkan kepentingan masyarakat pada posisi sentral. Mewujudkan negara yang sukses yaitu negara yang mampu mempertahakan NKRI, mewujudkan keadilan dan kebebasan yang bertanggung jawab, mewujudkan bangsa Indonesia yang harmonis, penuh toleransi dan kerukunan dalam konsep Gotong-royong menghadapi era TI dan globalisasi. 5.6.3.2. Teknik Identifikasi, Pengumpulan dan pengolahan Informasi

Kegiatan utama pemberdayaan Pancasila sebagai kegiatan pemberdayaan ideologi secara partisipatif adalah penghimpunan dan mengolah informasi. Informasi baik dari sumber primer maupun sekunder diperoleh dari PT yang ditentukan menjadi lokasi pylot project. Subyek-subyek terdiri dari lembaga khususnya untuk data sekunder dan dari sivitas akademika untuk dara primer. Data sekunder dapat diperoleh langsung ke lembaga-lembaga yang diperlukan, perpustakaan atau melalui internet.

Sedangkan data primer diperoleh dengan metode kualitatif dan penyelenggaraan forum-forum dengan pendekatan pembangunan partisipatif. Questioner dibagikan dalam rangka social assessment study (SAS) memahami

Page 101: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

89

masyarakat secara umum sedangkan forum adalah berbentuk Focus Group Discutuin (FGD) dan Public Consultation Meeting (PCM) yaitu diskusi kelompok dari orang yang dipilih menjadi nara sumber. Setiap forum ada fasilitator yang netral memfasilitasi anggota forum dalam mengemukakan pemikirannya. Dari diskusi akan dapat diperoleh jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh fasilitator. 5.6.3.3. Tahap Implementasi Usaha revitalisasi dan implementasi serta operasionalisai nilai-nilai ideologi Pancasila seperti telah ditetapkan sebagai konsep perilaku gotong-royong akan menggunakan pendekatan community development (comdev.) dan metode pendidikan partisipatif dan problem base learning (PBL) (Zainudin, 2006). Artinya yang menjadi target adalah partisipan dalam basis kelompok-kelompok dengan permasalahan pluralitas masyarakat masing-masing dan bersama-sama dalam realitas suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Pendekatan tersebut mengutamakan pada kegiatan pendampingan atau fasilitasi dengan menunjuk fasilitator-fasilitator yang mempunyai kompetensi pada bidang permasalahan yang dihadapi manyarakat yang didampingi. Dalam rangka implementasi UU/12 tahun 2012 tentang PT tak lain dan tak bukan dalam rangka melaksanakan pendekatan Student Centered Learning (SCL) dalam proses belajar mengajar. (Slide SCL)

Page 102: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3)

90

Pedekatan community development – comdev partisipatif seperti telah singgung pada uraian terdahulu, memang sudah menjadi pendekatan utama dalam proses pemberdayaan masyarakat berkelanjutan dari kebijakan pembangunan PBB dan telah menjadi kebijakan pemerintah antara lain dengan SE – Mendagri No. 050/1307/II/Bangda dan No. 050/987/SJ tahun 2003 yang dilaksanakan oleh Perform Project pada berbagai program pemberdayaan dan kali ini penulis mengadopsi untuk usaha revitalisasi dan implementasi Pancasila dalam konsep pembangunan perilaku Gotong-royong.2

2Triharso, Ajar, ‘Pendidikan Pancasila, pembangunan

Ka-rakter Bangsa (National and Caracter Building) Me-wujudkan masyarakat Gotong Royong? Kembali ke Qitoh 1 Juni 1945!’, LITERASI, Vol. 3, No. 3, 2011.

Sebagai ilustrasi lihat gambar 5.1 sampai dengan 5.15.

Page 103: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Ajar Triharso-UA

AUDIENSI KE KETUA MPR RI

11

Gambar 5.1.

Page 104: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Ajar Triharso-UAGOTONG-ROYONG

PANCASILA, TRISILA, EKASILA

1. KETUHANAN YANGMAHA ESA2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DANBERADAB

3. PERSATUANINDONESIA

4. KERAKYATAN YANGDIPIMPIN OLEH HIKMAH DALAM PERMUSYAWARA-TAN/PERWAKILAN5. KEADILAN SO-

SOSIAL BAGI SELURUH RAKYATINDONESIA

Pancasila

Trisila

Ekasila

4Gambar 5.2.

Page 105: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Ajar Triharso-UA

MAHATMA GANDHIIndia

Ajaran Gandhi

SATYA GRAHAAHIMSA

SWADHESI

SUKARNOIndonesia

Pidato 1 Juni 1945

PANCASILATRISILA

EKASILA (GOTONG ROYONG)

BERFIKIR DAN BERTINDAK KRITIS – KONSTRUKTIF UNTUK BANGSA

KARL MARXNegara Komunis

Manifesto Komunis

DIKTATOR PROLETARKOMUNISME

KOMUNAL

GEORGE WASHINGTONAmerika Serikat

Declaration of Ondependnce

LIBERALISMEKAPITALISMEINDIVIDUAL

NABI MUHAMAD SAWNegara IslamAjaran Kalifah

AL QUR’ANHADIST NABIWAHTONIAH

SUN YAT SENChina

SAN MIN CHU I

NASIONALISME (Mintsu)DEMOKRASI (Min Chuan)SOSIALISME (Min Sheng)

Gambar 5.3.

Page 106: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Ajar Triharso-UA

TAP MPR IV/1978BP7(Badan Penasihat Presiden Pelaksanaan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)

INDOKTRINASIMOBILISASIPENATARANPENATAR/INDOKTRINATORREZIM ORDE BARUKorupsi Kolusi Nepotisme

TAP MPR …/20--KPKB(Komisi Pendidikan Karakter Bangsa (KPKB)

SOSIALISASIPARTISIPASIPENDAMPINGANPENDAMPING/FASILITATORREZIM REFORMASIGOTONG ROYONG

TUGAS NEGARA IMPLEMENTASI PANCASILA

Gambar 5.4.

Page 107: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

MPR/DPR/DPD/PRES RI

SAU/REKTOR

KOMISI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA (KPKB)(Pendampingan Penghayatan Pengamalan Pancasila

(KP4) Masyarakat, Sekolah dan Kampus

MENKO POLHUKAM

DIREKTORAT KEMAHASISWAAN

MENKO KESRA

DIREKTORAT AKADEMIK

FASILITATOR

MENKO EKUIN

DIREKTORAT SUMBERDAYA

PROYEK-PROYEK PENDAMPINGAN/

FASILITASI PEMBANGUNAN

KEBERSAMAAN GOTONG ROYONG

ASOSIASI FASILITATOR

Gambar 5.5.

Page 108: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

KEBERADAN KOMISI PENGEMBANGAN KARAKTER DAN JATIDIRI LPPM-UA: PYLOT PROJECT

MEMBANGUN MASYARAKAT BERKARAKTER DAN BERJATIDIRI PANCASILA

PEMERINTAH DUNIA PENDIDIKAN

PEER GROUP PENGEMBANGAN KARAKTER DAN JATIDIRI

ASOSIASIGURU DAN DOSEN PENDIDIKAN

PANCASILA (AGDPP)

(SUDAH BERDIRI DI JATIM ATAS SARAN KOMISI E DPRD JATIM)

KADER-KADER GURU DAN DOSEN YANG SUDAH TERSELEKSI DAN

DITUGASI OLEH JURUSAN

DAN PROGRAM STUDI MASING-MASING

KOMISIKomisi Pendidikan

Karakter Bangsa (KPKB) DI TINGKAT NAS-PROP-

KAB/KOT(DIUSULKAN KOMISI E

DPRD JATIM)

KOMISIKomisi Pendidikan

Karakter Bangsa (KPKB) DI SEKOLAH DAN PT

(DIUSULKAN KPJK-UA)

ASOSIASIFASILITATOR

IMPLEMENTASIIDEOLOGI

MEMFASILITASI PEMBANGUNAN KESADARAN

NASIONAL, KERUKUNAN, KEHARMONISAN DAN

KEGOTONG-ROYONGAN BERDASARKAN NILAI-NILAI

PANCASILA DI DUNIA PENDIDIKAN

MEMFASILITASI PEMBANGUNAN KESADARAN NASIONAL,

KERUKUNAN, KEHARMONISAN DAN KEGOTONG-ROYONGAN

BERDASARKAN NILAI-NILAI PANCASILA DI BIROKRASI DAN

MASYARAKAT

MASYARAKAT PENDIDIKANMASYARAKAT UMUM

KADER-KADER MASYARAKAT YANG SUDAH TERSELEKSI DAN DITUGASI OLEH

DAERAH, BIDANG, SEKTOR DAN ASOSIASI

PROFESI MASING-MASING

BAPENAS/PROP/KAB/KOT LPPM/LITBANG

Gambar 5.6.

RELEVANSI FUNGSIONAL

Page 109: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

KOMISI DI PEMERINTAHAN Melaksanakan tugas-tugas pemerintah

tertentu yang sifatnya interdepartemental dan intersektoral

yang menjadi prioritas untuk mencapai kinerja yang maksimal

KOMISI DI PENDIDIKAN TINGGI (PT)Melaksanakan tugas-tugas tridharma

PT tertentu yang sifatnya interdepartemen dan interdisiplin

yang menjadi prioritas untuk mencapai kinerja yang maksimal

Komisi Pelaksanaan Pemilihan Umum

Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Komisi Pelaksanaan Pemberantasan Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

PEMIKIRANKOMISIPelaksanaan Kuliah Kerja Nyata

PEMIKIRANKOMISI Pelaksanaan Belajar Bersama Masyarakat

PEMIKIRANKomisi Palaksanaan Sosialisasi Ideologi NasionalKomisi Pendidikan Karakter Bangsa (KPKB)di Masyarakat

PEMIKIRANKomisi Palaksanaan Sosialisasi Ideologi NasionalKomisi Pendidikan Karakter Bangsa (KPKB) di Sekolah dan Kampus

RELEVANSI FUNGSIONAL

Gambar 5.7.

Page 110: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Komisi Pendidikan Karakter Bangsa (KPKB) Lembaga Pelaksana Program Nasional (Pronas)/ Daerah (Proda)

PEMBERDAYAAN IDEOLOGI NASIONALDALAM RANGKA PEMBANGUNAN SOCIAL CAPITAL MENUJU

MASYARAKAT WARGANEGARA INDONESIA YANG GOTONG ROYONG (EKASILA)

RT, RW, Desa, Kab. Prop, Nas,Kelompok Masyarakat

(POKMAS)

FASILITASIPENDIDIKAN

Perilaku Pancasila(GOTONG ROYONG)

Warganegra

SARANA - PRASARANAPENDIDIKAN

Perilaku Pancasila(GOTONG ROYONG)

Warganegara

- MASYARAKAT WARGANEGARA(Individu, Ormas)

-DUNIA PENDIDIKAN-(Dasmen, Dikti)

-BIROKRASI(SIPIL – MILITER)

- PARTAI POLITIK

PENDIDIKAN PANCASILAMetode Pendampingan Comdev.

MONITORING DAN EVALUASI PROSESPENYELENGGARAAN PENDAMPINGANPEMBERDAYAN DAN IMPLEMENTASI

PANCASILA

Partisipan(Target Group)

- Kepakaran- Narasumber

SUPERVISI

MENGHASILKANWarganegara Indonesia

Berkepribadian/BerkarakterGOTONG-ROYONG

ASOSIASI FASILITATORAsosiasi Guru dan Dosen Pendidikan Pancasila (AGDPP)

PELAYANANPEMBINAAN

KEANGGOTAAN(Sertifikasi)

LINK AND MATCHKOORDINASI

KEANGGOTAAN(Sertifikasi)

PENDAMPINGAN MEMBANGUN KEGOTONG ROYONGAN

-Diseminasi/Sosialisasi Materi- Penggalian Gagasan (Cognisi) – SA+PCM- Perencanaan Kegiatan (Afeksi) - SA+PCM

- Pelaksanaan Kegiatan (Psikomotorik) - Implement-Evaluasi Hasil Pendampingan

REKOMENDASI

COORDINATORCOMDEV.

FasilitatorCOMDEV.

PARTISIPASI

KEMITRAAN

PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI USAHA PEMBANGUNAN IDEOLOGI NASIONAL DI MASYARAKAT BERDASAR QITOH PERJUANGAN BANGSA

METODE COMMUNITY DEVELOPMENTPENDIDIKAN PARTISIPATIF

Gambar 5..8

Page 111: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

Komisi Pendidikan Karakter Bangsa (KPKB) SEKOLAH/PT

Lembaga Pelaksana Program Sekolah/PTPEMBERDAYAAN IDEOLOGI NASIONAL

DALAM RANGKA PEMBANGUNAN SOCIAL CAPITAL BANGSAMENUJU MASYARAKAT GOTONG ROYONG (EKASILA) DI DUNIA PENDIDIKAN

Kelompok Murid/Mhs./Dosen/Tenpend.(POKMAS SEKOLAH DAN PT)

FASILITASIPENDIDIKAN

Perilaku GOTONG ROYONG

WargaSekolah/Kampus

SARANA - PRASARANA PENDIDIKAN

Perilaku GOTONG ROYONG

WargaSekolah/Kampus

-MASYARAKAT SEKOLAH DAN PT-MASYARAKAT WARGANEGARA

PENDIDIKAN PANCASILAMetode Pendampingan Comdev.

MONITORING DAN EVALUASI PROSESPENYELENGGARAAN PENDAMPINGAN

PEMBERDAYANDANIMPLEMENTASI PANCASILA DI DUNIA PENDIDIKAN

Partisipan(Target Group)

- Kepakaran- Narasumber

SUPERVISI

MENGHASILKANWarga Sekolah dan KampusBerkepribadian/Berkarakter

GOTONG-ROYONG

ASOSIASI FASILITATORAsosiasi Guru dan Dosen Pendidikan (Ideologi) Pancasila (AGDPP)

PELAYANANPEMBINAAN

KEANGGOTAAN(Sertifikasi)

LINK AND MATCHKOORDINASI

KEANGGOTAAN(Sertifikasi)

PENDAMPINGANMEMBANGUN KEGOTONG ROYONGAN

-Diseminasi/Sosialisasi Materi- Penggalian Gagasan (Cognisi) – SA+PCM- Perencanaan Kegiatan (Afeksi) – SA+PCM

- Pelaksanaan Kegiatan (Psikomotorik) - Implement-Evaluasi Hasil Pendampingan

REKOMENDASI

coordinatorCOMDEV.

FasilitatorCOMDEV.

PARTISIPASI

KEMITRAAN

PENDIDIKAN JATIDIRI SEBAGAI PENDIDIKAN IDEOLOGI NASIONAL DI DUNIA PENDIDIKAN BERDASAR QITOH PERJUANGAN BANGSA

METODE COMMUNITY DEVELOPMENTPENDIDIKAN PARTISIPATIF

Gambar 5.9.

Page 112: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

UNIT-UNIT GORONG ROYONG DI PT

FAKULTAS F

FAKULTAS E

FAKULTAS D

FAKULTAS C

FAKULTAS B

DEPT B

A

DEPT F

DEPT C

DEPT E

DEPT D

ANGKATAN B

ANGKATAN C

ANGKATAN D

ANG F

ANGKATAN A

ANGKATAN E

MAHASISWA HIMAPRODI PER-ANGKATAN

ASOSIASI/PAGUYUBAN DOSEN PENGAJAR

OTONOMI UNIVERSITAS

OTONOMI FAKULTAS A

OTONOMI MAHASISWA DEPARTEMEN

OTONOMI KELOMPOK DOSEN DEPARTEMEN

LINGKUNGAN DIKTI

DASA MAHASISWA/KEL. SCL

KORPRI DI PT

(TENAGA PENDIDKAN DAN KEPENDIDIKAN PT)

Gambar 5.10.

INDIVIDU

Page 113: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

UNIT-UNIT GORONG ROYONG DI Dikdasmen

KABUPATEN F

KABUPATEN E

KABUPATEN D

KABUPATEN C

KABUPATEN B

SANAWIAH

SD

SMP

SMU

KELAS 2

KELAS 3

KELAS -

KLS 12

KELAS 1

KELAS -

SISWA PER-KELAS

ASOSIASI/PAGUYUBAN GURU SEJENIS DIKDASMEN

OTONOMI DIKDASMEN

PROPINSIOTONOMI DIKDASMEN

KABUPATEN A

OTONOMI SISWA

SEKOLAH

OTONOMI KELOMPOK GURU SEKOLAH SEWILAYAH

LINGKUNGAN DIKDASMEN

DASA SISWA/KEL. SCL

KORPRI DI Dikdasmen

(TENAGA PENDIDKAN DAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH)

Gambar 5.11.

ALIAH SMK

Page 114: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

UNIT-UNIT GORONG ROYONG DI MASYARAKAT

KABUPATEN

KABUPATEN

KABUPATEN

KABUPATENKABUPATEN

DESA

DESA

DESA

DESA

DESA

RT

RT

RT

RT

RT

RT

OTONOMI PROPINSI

OTONOMIKABUPATEN

OTONOMI RUKUN

WARGA/RW

LINGKUNGAN NASIONAL

OTONOMI RUKUN TETANGGA/RT

RWRW

RW

RW

RWRW

RW

RW

RW

RW

OTONOMI DESA

DASA WISMA

RW

RW

RWRW

Gambar 5.12.

ANGGOTA ASOSIASI PROFESI/USAHA SEJENIS

RW

Page 115: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

SWADAYA BERMORAL AGAMA(KETAQWAAN, TRUST, OPENESS, EMPHATI/TEPOSELIRO)

SILA I KETUHANAN YANG MAHA ESA

SODAQOH, PERSEPULUHAN, DANE PUNYE, ANGPAO CIVIL SICIETY

GOTONG ROYONG RT (ANTAR INDIVIDUAL)

GOTONG ROYONG RW (ANTAR RT DIWAKILI KADER-KADER RT)

GOTONG ROYONG DESA (ANTAR RW DIWAKILI KADER-DADER RW)

GOTONG ROYONG KABUPATEN/KOTA (ANTAR DESA DIWAKILI KADER-KADER DESA)

GOTONG ROYONG PROPINSI (ANTAR KAB/KOT DIWAKILI KADER KAB/KOT)

GOTONG ROYONG NASIONAL (ANTAR PROP/DARIS DIWAKILI KADER-KADER PROPINSI)

IMPLEMENTASI

NILAI-NILAI

PANCASILA

SISTEM BLOG GRAND UNTUK DAERAH DARI PEMERINTAH

Gambar 5.13.

Page 116: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

SWADAYA BERMORAL AGAMA(KETAQWAAN, TRUST, OPENESS, EMPHATI/TEPOSELIRO)

KEPRIBADIAN PANCASILA

GOTONG-ROYONG: SODAQOH, PERSEPULUHAN, DANE PUNYE, ANGPAO UNIVERSITY SOCIETY

GOTONG ROYONG DEPARTEMEN (ANTAR INDIVIDUAL)

GOTONG ROYONG FAKULTAS (ANTAR DEPT. DIWAKILI WAKIL DEPT.)

GOTONG ROYONG UNIVERSITAS (ANTAR FAK. DIWAKILI WAKIL FAK.)

GOTONG ROYONG KABUPATEN/KOTA (ANTAR UNIV. DIWAKILI WAKIL UNIV.)

GOTONG ROYONG PROPINSI (ANTAR KAB/KOT DIWAKILI WAKIL UNIV. KAB/KOT)

GOTONG ROYONG NASIONAL (ANTAR PROP/DARIS DIWAKILI WAKIL UNIV. PROPINSI)

IMPLEMENTASI

NILAI-NILAI

PANCASILA

SISTEM BLOG GRAND UNTUK PT DARI PEMERINTAH

Gambar 5.14.

Page 117: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

SWADAYA BERMORAL AGAMA(KETAQWAAN, TRUST, OPENESS, EMPHATI/TEPOSELIRO)

KEPRIBADIAN PANCASILA

GOTONG-ROYONG SODAQOH, PERSEPULUHAN, DANE PUNYE, ANGPAO EDUCATION SOCIETY

GOTONG ROYONG SEKOLAH –SEK. (ANTAR INDIVIDUAL)

GOTONG ROYONG SUB RAYON (ANTAR SEK. DIWAKILI WAKIL SEK.)

GOTONG ROYONG RAYON (ANTAR SUB RAYON DIWAKILI WAKIL SUB RAYON)

GOTONG ROYONG KABUPATEN/KOTA (ANTAR RAYON DIWAKILI WAKIL RAYON)

GOTONG ROYONG PROPINSI (ANTAR RAYON KAB/KOT DIWAKILI WAKIL RAYON KAB/KOT)

GOTONG ROYONG NASIONAL (ANTAR RAYON PROP/DARIS. DIWAKILI WAKIL RAYON PROPINSI/DARIS.)

IMPLEMENTASI

NILAI-NILAI

PANCASILA

SISTEM BLOG GRAND UNTUK SEKOLAH DARI PEMERINTAH

Gambar 5.15.

Page 118: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

91

DAFTAR PUSTAKA Abdulgani, Ruslan, “Tantangan dan Ujian terhadap

Pancasila”, Surabaya Past, 7 Juni 2000. Akhmadi, Heri, “Revitalisasi dan implementasi

Pancasila dalam proses demokratisasi”, Makalah pada Semiloka Revitalisasi dan Implementasi Pancasila 26 September 2006, DPRD Propinsi Jawa Timur.

Alfian, “Ideologi Idealisme dan Integrasi Nasional”. Yahya Muhaimin, Mac Andrews, Colin, Masalah-masalah Pembangunan Politik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1984.

Aminah, Siti, Social Capital dan Pemberadaban Negara, dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik, FISIP-UNAIR,Tahun XV, Nomor , Oktober 2002.

Anderson, Benedict ROG, Imagined Communities: Reflection on the Origin and Spread of Nationalism, Cornel University Press, Itaca, New York, 1982.

Anderson, Benedict ROG, Kuasa Kata, Jelajah Budaya-budaya Politik di Indonesia, Cornel University Press, Itaca, New York, 1990.

Bahar, Safroedin, at al., Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 28 Mei – 22 Agustus 1945, Sekretariat Negara RI, Jakarta, 1995.

Binder, Leonard at al., Crises and Sequences in Political Development. Committee on Comparative Politics on the Social Science Research Council, Princeton University Press, Princeton, London, 1971.

Page 119: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

92

Binder, Leonard, “Ideologi dan Pembangunan Politik”. Weiner, Myron, Ed., Modernisa Modernisasi, Dinamika dan Pertumbuhan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1974.

Brown, Seymon, International Relations in a Changing Global System, Westview Press, Oxford-UK, 1996.

Budiardjo, Miriam, Masalah Kenegaraan. PT. Gramedia, Jakarta, 1976.

Budiardjo, Miriam, Pudjiastuti, Tri Nuke, Teori-Teori Politik Dewasa Ini, Rajawali Perss, Jakarta, 1996.

Deliar Noer, Ideologi, Politik dan Pembangunan. Yayasan Perkhidmatan, Jakarta, 1983.

Departemen Penerangan RI, Naskah Lahirnya Pancasila, 1945. Feith, Herbert, “Pemikiran Politik Indonesia 1945-

1965: Suatu pengantar”. Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik, PT. Gramedia, Jakarta, 1982.

Finkle, Jason L.; Gable, Richard W., 1971, Political Development and Social Change, John Wiley & Sons, New York.

Fukuyama, Francis, Social Capital and Civil Society, The Institute of Public Policy, George Mason University. http://www.imf.org/ external/pubs/ ft/seminar/ 1999/reform/ fukuyama.htm

Page 120: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

93

Hamersma, Harry, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1983.

Hamersma, Harry, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Gramedia, Jakarta, 1983. Hermana, Dr., ”Pendidikan Pancasila dalam

Kurikulum Nasional”, Makalah pada Semiloka Revitalisasi dan Implementasi Pancasila 26 September 2006, DPRD Propinsi Jawa Timur.

Huntington, Samuel P., 2000, Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik Dunia, terjemahan, Qalam, Yogyakarta.

Kaelan, MS., Dr., Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2004. Latif , Yudi, Negara Paripurna: Historisitas,

Nasionalitas dan Aktualitas Pancasila, Gramedia Pustaka Utama (GPU), Jakarta, 2011.

Latourette, Kenneth Scott, The History of Japan, The MacMillan Co., New York, 1951.

LPPKB, Pedoman Umum Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Bernegara, PT. Cipta Prima Budaya, Jakarta, 2005.

Mahardika, Timur, 2001, Pendidikan Politik: Pemberdayaan Desa – Sebuah Panduan, Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta.

Maxon, Yale Candee, 1957, Control of Japanese Foreign Policy, A Study of Civil – Military Rivalry, University of Calofornia Press, Berkeley and Los Angeles.

Page 121: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

94

Menkopolhukam-RI, Saresehan Nasional Pancasila: Memelihara dan Menjaga Kemajemukan Dalam NKRI, 2005.

Morgenthau, Hans J., Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace. Alfred A. Knopf, New York, 1978.

Naya Sujana, I Nyoman, Askandar, Lasmono, (Ed.), Pembangunan Jatidiri Bangsa Indonesia, DHD 45 JATIM, Surabaya, 2004.

Noor syam, Mohammad, Filsafat Pancasila Sebagai Ideologi Nasional, Makalah pada Semiloka Revitalisasi dan Implementasi Pancasila 26 September 2006, DPRD Propinsi Jawa Timur.

Perform, “Program Dasar Pembangunan Partisipatif (PDPP)”, USAID, Research Triangle Institute, 2004.

Plano, Jack C., Olton, Roy, The International Relations Dictionary. Holt, Rinehart, and Winston, Inc. Newa York, 1968.

Putnam, Robert D., “Building Social Capital and Growing Civil Society, Paper on Winter Monday Night Lecture Series, 2001.

Reischauer, Edwin O., The United States and Japan, Harvard Univearsity Press, Cambridge, 1951.

RHP, Mason; JG, Caiger, A History of Japan, Charles E. Tuttle Company, Tokyo, 1977.

Rofiqi, A. Zaini (Ed.), Amerika dan Dunia, Yayasan Obor, Jakarta, 2005.

Romein, Jan, Area Eropa, Peradaban Eropa Sebagai Penyimpangan Dari Pola Umum.

Page 122: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

95

Terj. Noer Tugiman, Ganaco NV., Bandung – Jakarta – Amsterdam, 1956.

Santoso, Listiyono, at al., (de) Konstruksi Ideologi Negara, Suatu Upaya Membaca Ulang Pancasila, ning-Rat, Jogjakarta, 2003.

Siahaan, Hotman, Gerakan Sosial Politik Rakyat, Ontran-ontran Demokrasi, Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, 2005.

Short, John Rennie, An Introduction to Political Geography, Routledge, London and New York, 1993.

Sindhunata, “Krisis Kebudayaan Jawa”, Kompas, 10 Mei 1999.

Sulistomo, Bambang, Pancasila, penegakkan hukum dan kedaulatan rakyat, Makalah dalam Semiloka Revitalisasi dan Implementasi Pancasila 26 September 2006, DPRD Propinsi Jawa Timur.

Suprijadi, Bambang, Drs., Msi., Ed., Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa, LP3JATIM – Universitas Wijaya Kusuma, 2004.

Triharso, Ajar, 2006, Menyelamatkan Pancasila Dari “Virus Ganas” Neo Liberalisme, Jurnal Karakter Bangsa, TPB Universitas Airlangga, Vol. 2, 2006.

Triharso, Ajar, Keunikan Bangsa Jepang: Jatidiri Yang Act Local-ly And Think Globally Dalam Persaingan Internasional Dan Konsep Keiretsu”, CSGS Publisher, Surabaya, 2011.

Page 123: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

96

Triharso, Ajar, Negara Pancasila: Negara Gotong Royong, Proceeding Kongres Pancasila III 31 Mei – 1 uni 2011 di Universitas Airlangga, Airlangga University Press, 2012.

Triharso, Ajar, Pancasila: Antara Mitos Ratu Adil Dan Pendidikan Multi Kultural, Call Paper Kongres Pancasila IV 31 Mei – 1 Juni 2012, UGM, Yogyakarta, 2012.

Triharso, Ajar, Bisnis Internasional, CSGS Publisher, Surabaya, 2012

Triharso, Ajar, Pendidikan Tinggi Dan Pembangunan Jatidiri Bangsa Di Era Globalisasi: Membangun Daya Saing Bangsa Melalui Revitalisasi Ideologi Nasional Mengembangkan Sosial Kapital Dalam Paradigma Indonesia Baru Menghadapi Persaingan Internasional, CSGS, Departemen Hubungan Inter-nasional, Universitas Airlangga, 2012.

Triharso, Ajar, Dewan Perwakilan Daerah Sebagai

“Senat” di MPR, CSGS Publisher, Surabaya, 2012

UGM, KAGAMA, LIPI, LEMHANAS, Simposium

dan Saresehan, Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa, 14-15 Agustus 2006.

Yudo Husodo, Siswono, Revitalisasi Pancasila: Kebutuhan Obyektif bagi NKRI ditengah dunia yang sedang berubah dengan

Page 124: 1 Buku Model Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Kurikulum MKDU PT

97

dinamis, Makalah pada Semiloka Revitalisasi dan Implementasi Pancasila 26 September 2006, DPRD Propinsi Jawa Timur.