penelitian - draft 005

74
Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Laporan WHO tahun 2012 menekankan 1 dari 3 orang dewasa di seluruh dunia memiliki tekanan darah yang meningkat, dimana kondisi ini menyebabkan sekitar setengah dari semua kematian karena stroke dan penyakit jantung. Laporan ini diterbitkan setiap tahun oleh WHO dan berisi data dari 194 negara di berbagai indikator sistem kesehatan, termasuk angka harapan hidup, angka kesakitan, dan angka kematian dari berbagai penyakit, pelayanan kesehatan dan perawatan, investasi keuangan di bidang kesehatan, serta faktor risiko, dan perilaku yang mempengaruhi kesehatan. 1,2 Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan usia: 1 dari 10 orang berusia 20-an dan 30-an sampai 5 dari 1

Upload: wagamama88

Post on 02-Jan-2016

109 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat

serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Laporan WHO

tahun 2012 menekankan 1 dari 3 orang dewasa di seluruh dunia memiliki tekanan

darah yang meningkat, dimana kondisi ini menyebabkan sekitar setengah dari semua

kematian karena stroke dan penyakit jantung. Laporan ini diterbitkan setiap tahun

oleh WHO dan berisi data dari 194 negara di berbagai indikator sistem kesehatan,

termasuk angka harapan hidup, angka kesakitan, dan angka kematian dari berbagai

penyakit, pelayanan kesehatan dan perawatan, investasi keuangan di bidang

kesehatan, serta faktor risiko, dan perilaku yang mempengaruhi kesehatan. 1,2

Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan usia: 1 dari 10 orang berusia 20-

an dan 30-an sampai 5 dari 10 orang di usia 50-an. Prevalensi hipertensi di Asia

Tenggara sebanyak 36% pada orang dewasa. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030

kejadian hipertensi akan meningkat sebanyak 7,3% dari perkiraan tahun 2013. 2,3

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan hasil pengukuran

tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia

sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki

hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat antihipertensi. Hipertensi

merupakan penyebab kematian nomor 2 terbanyak untuk kategori penyakit tidak

menular setelah stroke, jumlahnya mencapai 6,8%. Stroke 15,4%, cidera 6,5%,

1

Page 2: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

diabetes melitus 5,7%, kanker 5,7%, penyakit saluran nafas bawah kronik 5,1%,

penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung lainnya 4,6%. 4

Prevalensi hipertensi di Puskesmas Kelurahan Joglo I tahun 2012, hipertensi

menduduki peringkat ke-9 dari 10 penyakit terbanyak pada bulan Januari s/d

Desember 2012 yaitu sebanyak 192 kunjungan. Dari hasil survei awal selama 1

minggu mulai dari tanggal 8 Maret s/d 14 Maret 2013 di Puskesmas Kelurahan Joglo

I, sebanyak 14,8% merupakan pasien dengan hipertensi tidak terkendali dan sebagian

besar penderita hipertensi tidak terkendali berusia ≥ 40 tahun. Di Puskesmas

Kelurahan Joglo I, terapi standar untuk mengatasi hipertensi adalah Captopril 1 x 25

mg. 5

Menurut penelitian, timun (Cucumis sativus) memiliki efek untuk menurunkan

tekanan darah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek jus timun dalam

menurunkan tekanan darah sehingga dapat digunakan sebagai tambahan pengobatan

terhadap pasien hipertensi tidak terkendali di wilayah kerja Puskesmas Joglo I. 6

I.2. Perumusan masalah

I.2.1. Pernyataan masalah

Masih tingginya angka kejadian hipertensi tidak terkendali pada responden

berusia ≥ 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I, Jakarta Barat.

I.2.2. Pertanyaan masalah

1. Berapa banyak responden berusia ≥ 40 tahun yang datang ke Balai Pengobatan

Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki hipertensi tidak terkendali dengan

2

Page 3: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

pemberian Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Joglo I?

2. Berapa rerata selisih tekanan darah hari ke-1 dengan hari ke-3 dan hari ke-1

dengan hari ke-5 pada masing-masing kelompok Captopril 1 x 25 mg dengan

perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa perlakuan jus

timun?

3. Apakah terdapat hubungan rerata selisih tekanan darah antara kelompok Captopril

1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa

perlakuan jus timun?

I.3. Tujuan

I.3.1. Tujuan umum

Diturunkannya angka kejadian hipertensi pada responden berusia ≥ 40 tahun di

wilayah kerja Puskemas Kelurahan Joglo I.

I.3.2. Tujuan khusus

1. Diketahuinya jumlah responden berusia ≥ 40 tahun yang datang ke Balai

Pengobatan Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki hipertensi tidak

terkendali dengan pemberian Captopril 1 x 25 mg di wilayah kerja Puskesmas

Kelurahan Joglo I.

2. Diketahuinya rerata selisih tekanan darah hari ke-1 dengan hari ke-3 dan hari ke-1

dengan hari ke-5 pada masing-masing kelompok Captopril 1 x 25 mg dengan

perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa perlakuan jus timun.

3. Diketahuinya hubungan rerata selisih tekanan darah antara kelompok Captopril 1

x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa

perlakuan jus timun.

3

Page 4: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian bagi responden :

Responden dapat mengetahui adanya efektivitas penggunaan tambahan timun pada

hipertensi tidak terkendali dengan Captopril 1 x 25 mg.

Manfaat bagi puskesmas :

Sebagai data atau bahan bagi Puskesmas untuk menentukan program pembinaan atau

penyuluhan tentang hipertensi.

Manfaat penelitian bagi peneliti :

Mendapat pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian.

Memperkaya wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat pada umumnya, terutama

yang berkaitan dengan bidang yang diteliti.

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan atau acuan dalam penelitian selanjutnya.

4

Page 5: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Hipertensi

II.1.1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

darah diatas normal. Sebagai standar untuk tekanan darah, maka digunakan klasifikasi

hipertensi berdasarkan JNC 7. Diagnosis hipertensi ditegakkan ketika pengukuran

tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. 7, 8

Hipertensi tidak terkendali adalah suatu keadaan yang ditandai dengan

tingginya tekanan darah (sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 90

mmHg) dimana pasien mengetahui mengenai penyakit hipertensi-nya tersebut dan

sedang menjalani pengobatan dengan obat anti hipertensi. 9

II.2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu: 7

1. Hipertensi primer (hipertensi essensial)

Merupakan jenis hipertensi yang penyebabnya belum dapat diketahui dengan

pasti. Mengenai 95% dari seluruh penderita hipertensi. 7

2. Hipertensi sekunder

5

Page 6: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Merupakan hipertensi yang diketahui penyebabnya. Terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penyakit ginjal, feokromositoma,

hiperaldosteronisme primer, koartatio aorta, dan hipertensi dalam kehamilan. 7, 8

II.3. Patofisiologi Hipertensi

Patogenesis dari hipertensi primer adalah multifaktorial. Dalam hal ini, genetik

memegang peranan penting. Masukan garam yang tinggi dan obesitas telah lama

diketahui dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, walaupun faktor-faktor ini

sendiri tidak bermakna dalam meningkatkan tekanan darah menjadi abnormal, akan

tetapi kerjanya sinergistik dengan adanya faktor genetik. 7, 8 Faktor-faktor lain yang

mungkin berhubungan dengan patogenesis hipertensi primer, antara lain:

1. Hiperaktivitas saraf simpatis

Pada tahap awal hipertensi esensial, curah jantung meninggi, sedangkan

tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan oleh karena peningkatan aktivitas

tonus simpatis. Pada tahap selanjutnya, curah jantung kembali normal sedangkan

tahanan perifer meningkat yang disebabkan refleks autoregulasi. Oleh karena

curah jantung meningkat, terjadi konstriksi sfingter prekapiler, yang

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer. Oleh

karena peningkatan tahanan perifer pada hipertensi esensial terjadi secara bertahap

dan dalam waktu yang lama, sedangkan proses autoregulasi seharusnya terjadi

dalam waktu yang singkat, diduga terdapat faktor lain disamping faktor

hemodinamik yang berperan terhadap hipertensi esensial. Secara pasti belum

diketahui apakah faktor hormonal atau perubahan anatomis yang terjadi pada

pembuluh darah yang berpengaruh pada proses tersebut. Kelainan hemodinamik

tersebut diikuti pula kelainan struktural mengenai pembuluh darah dan jantung.

6

Page 7: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Pada pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding sedangkan pada jantung terjadi

penebalan dinding ventrikel. 8

2. Sistem renin-angiotensin-aldosteron

Sistem renin-angiotensin-aldosteron berkontribusi terutama dalam

meregulasi tekanan arteri melalui efek vasokonstriktor dari angiotensin II dan efek

mempertahankan Natrium dari aldosteron. Renin disekresikan oleh sel

jukstaglomerulus sebagai respon dari beberapa stimulus, termasuk penurunan

perfusi ginjal, beredarnya katekolamin, peningkatan aktivitas saraf simpatis, dan

hipokalemi. Renin berperan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II

dengan mengaktifkan angiotensin converting enzyme. Angiotensin II merupakan

vasokonstriktor yang sangat poten dan merupakan stimulan untuk dikeluarkannya

aldosteron dari kelenjar adrenal. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan

kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama: 8

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan

rasa haus. Anti Diuretik Hormone diproduksi di hipotalamus (kelenjar

pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.

Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar

tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara

menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,

yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada

ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan

mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus

7

Page 8: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

meningkatkan volume dan tekanan darah.

Mengenai peran sistem renin-angiotensin-aldosteron terhadap timbulnya

hipertensi esensial masih merupakan perdebatan. Hal ini timbul oleh karena pada

kenyataannya 20-30% penderita hipertensi mempunyai renin rendah, 50-60%

golongan renin normal sedangkan golongan tinggi renin hanya pada 15%. 8

3. Defek pada natriuresis

Pada hipertensi esensial, kadar natrium dalam darah dan jaringan lain

meningkat. Hal ini terjadi karena abnormalitas dari pertukaran Na-K dan transpor

lain dari Na. Peningkatan Na intraseluler dapat meningkatkan kontraksi otot polos

dari pembuluh darah. Normalnya ekskresi natrium ditingkatkan oleh ginjal

sebagai respon terhadap peningkatan tekanan arterial dan intake natrium. Pada

orang hipertensi, walaupun tekanan darah normal, kemampuan untuk

mengekskresikan natrium berkurang. 8

4. Natrium dan kalsium intraselular

Natrium dan klorida merupakan ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi

natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan

ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke

luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume

cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga

berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu penderita hipertensi

disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium

yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan

(monosodium glutamat = MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur

8

Page 9: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

(mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara

dengan satu sendok teh. Berbeda halnya dengan natrium, kalium (potassium)

merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah

kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan

konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan

dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Dengan demikian,

konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi natrium dan

kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buah-

buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain.

Pada hipertensi primer, kadar natrium dalam darah dan jaringan lain

meningkat. Hal ini terjadi karena abnormalitas dari pertukaran Na-K dan transpor

lain dari Na. Peningkatan Na intraseluler dapat meningkatkan konsentrasi kalsium

sehingga dapat mengakibatkan kontraksi otot polos dari pembuluh darah.

Hipertensi sekunder biasanya diderita oleh orang usia muda tanpa adanya

riwayat keluarga atau yang pertama kali di diagnosa hipertensi pada usia > 50

tahun atau pada orang-orang yang biasanya terkontrol tetapi menjadi refrakter

terhadap terapi. Sedangkan patogenesis dari hipertensi sekunder, antara lain:

1. Penggunaan estrogen

Penggunaan estrogen mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem renin

(peningkatan sintesis renin di hepar)-angiotensin-aldosteron sehingga volume

darah meningkat. Penggunaan kontrasepsi yang berhubungan dengan

hipertensi biasanya pada wanita > 35 tahun, memakai kontrasepsi > 5 tahun

dan obesitas. Biasanya peningkatan tekanan darah akan reversibel bila obat

dihentikan, tapi hal ini butuh waktu beberapa minggu. 8

2. Penyakit ginjal/hipertensi renal

9

Page 10: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Selain meningkatkan aktivitas sitem renin-angiotensin, diterangkan juga

bahwa ginjal yang rusak memproduksi suatu substrat vasopresor lain selain

renin, gagal untuk memproduksi substansi vasodilator (prostaglandin atau

bradikinin), gagal untuk menginaktivasi substansi vasopresor yang beredar,

dan tidak efektif dalam membuang natrium. Pada nefroblastoma terjadi

sekresi renin yang berlebihan dari jukstaglomerulus. 8

3. Hipertensi endokrin/hipertensi adrenal

Pada hiperaldosteronisme primer, telah jelas hubungan antara aldosteron

dengan retensi natrium dan hipertensi. Pada Cushing syndrome, jumlah besar

glukokortikoid mempunyai efek meretensi natrium serta menginduksi

produksi substrat renin. Pada feokromositoma (tumor medula adrenal),

peningkatan sekresi epinefrin dan norepinefrin menyebabkan stimulasi

reseptor sistem adrenergik yang meningkatkan vasokonstriksi perifer dan

stimulasi pada jantung.

4. Hiperkalsemia

Peningkatan kalsium mempunyai efek vasokonstriksi. Pada beberapa kasus

hipertensi dapat membaik apabila kelebihan kalsium dapat dikoreksi.

5. Coartatio Aorta

Menyebabkan hipertensi akibat dari penyempitan aorta itu sendiri ataupun

karena perubahan dalam sirkulasi renal.

II.4. Klasifikasi Hipertensi

Kategori hipertensi menurut JNC 7 adalah : 7

Kategori Sistolik Diastolik

Normal <120 mmHg <80 mmHg

10

Page 11: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi tingkat I 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi tingkat II ≥160 mmHg ≥100 mmHg

II.5. Faktor Risiko Hipertensi Tidak Terkendali 11, 12

Terapi in-adekuat

Penyebab sering gagalnya pengobatan hipertensi adalah rendahnya dosis obat

antihipertensi yang diberikan. Kesalahan ini dapat dihindari jika dokter lebih

memahami tentang obat-obat antihipertensi dan mengikuti rekomendasi sesuai

dengan standar pemberian terapi yang sudah ditetapkan. Pemberian obat

antihipertensi non-kombinasi akan menyebabkan terapi yang inadekuat sehingga

perlu diberikan tambahan obat antihipertensi golongan lainnya yang dapat

menyebabkan rendahnya kepatuhan pasien dalam meminum obat.

Kurangnya kepatuhan pasien

Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antihipertensi sangat rendah, hal ini

telah diakui secara luas. Hal ini juga sering dianggap oleh banyak dokter sebagai

penyebab utama kegagalan pengobatan.

White-coat effect

Studi menunjukkan ada dampak yang signifikan dari efek white coat (Ketika

tekanan darah di ukur di dalam klinik terjadi peningkatan, tetapi tekanan darah

normal ketika diukur di luar klinik atau secara signifikan rendah) adalah sebagai

hal yang umum pada pasien dengan hipertensi tidak terkendali. Hal ini lebih

sering terjadi pada pasien dengan hipertensi tidak terkendali karena efek ini

11

Page 12: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

memiliki resiko yang lebih rendah terhadap kerusakan suatu organ dibandingkan

mereka yang tidak memiliki efek white coat. 12

Kurangnya aktifitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik akan meningkatkan risiko kelebihan berat badan, yang

berarti meningkatkan risiko terkena tekanan darah tinggi. Mereka yang kurang

beraktivitas cenderung memiliki denyut jantung lebih tinggi dan jantung bekerja

lebih keras untuk memompa darah. Olahraga dapat meningkatkan elastisitas dan

fungsi endotel dengan cara menghambat pembentukan radikal bebas dan

mempertahankan produksi nitrit oksida yang berperan dalam melindungi lapisan

dalam endotel arteri. Keadaan ini dapat memperlambat progresi pembentukan

arteriosklerosis dan dapat menurunkan kejadian hipertensi tidak terkendali.

Tipe olahraga yang dianjurkan untuk mencegah dan mengobati hipertensi tidak

terkendali adalah tipe olahraga aerobik yang dilakukan minimal 3 kali per minggu

dengan durasi 30-60 menit.

Obesitas 13

Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan, karena tambahan

beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih keras. Obesitas dinyatakan bila

berat badan lebih dari 20% berat badan ideal. Saat ini dugaan yang mendasari

timbulnya hipertensi pada obesitas adalah peningkatan volume plasma dan

peningkatan curah jantung yang terjadi pada obesitas berhubungan dengan

hiperinsulinemia, resistensi insulin dan sleep apnea syndrome, akan tetapi pada

tahun-tahun terakhir ini terjadi pergeseran konsep, dimana diduga terjadi

perubahan neuro-hormonal yang mendasari kelainan ini.

Hal ini mungkin disebabkan karena kemajuan pengertian tentang obesitas yang

berkembang pada tahun-tahun terakhir ini dengan ditemukannya leptin.

12

Page 13: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Leptin sendiri merupakan asam amino yang disekresi terutama oleh jaringan

adipose. Fungsi utamanya adalah pengaturan nafsu makan dan pengeluaran energi

tubuh melalui pengaturan pada susunan saraf pusat, selain itu leptin juga berperan

pada perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitifitas insulin, natriuresis,

diuresis dan angiogenesis. Normal leptin disekresi kedalam sirkulasi darah dalam

kadar yang rendah, akan tetapi pada obesitas umumnya didapatkan peningkatan

kadar leptin dan diduga peningkatan ini berhubungan dengan hiperinsulinemia

melalui aksis adipoinsular. Pada penelitian perbandingan kadar leptin pada orang

gemuk (IMT > 27) dan orang dengan berat badan normal (IMT < 127). Kadar

leptin pada orang gemuk lebih tinggi dibandingkan orang dengan berat badan

normal ( 31,3 + 24,1 mg/ml berbanding 7,5 + 9,3 mg/ml). Hiperleptinemia ini

mungkin terjadi karena adanya resistensi leptin. Beberapa teori menjelaskan

resistensi leptin ini telah dikemukakan, diantaranya adalah karena adanya antibodi

terhadap leptin, peningkatan protein pengikat leptin sehingga leptin yang masuk

ke otak berkurang, adanya kegagalan mekanisme transport pada tingkat reseptor

untuk melewati sawar darah otak dan kegagalan mekanisme signal. Hal ini

didukung oleh penelitian Villareal, dkk yang membandingkan efek leptin pada

binatang percobaan dengan berat badan normal, obesitas, dan hipertensi. Dimana

didapatkan adanya kegagalan fungsi leptin pada obesitas dan hipertensi. Secara

klinis efek resistensi  leptin ini tergantung dari lokasi dan derajat keparahan

resistensi tersebut. Resistensi pada ginjal akan menyebabkan gangguan diuresis

dan natriuresis, menimbulkan retensi natrium dan air serta berakibat

meningkatnya volume plasma dan curah jantung, selain itu adanya vasokonstriksi

pembuluh darah ginjal dan perangsangan saraf simpatis akan mengaktivasi jalur

RAAS dan menambah retensi natrium dan air. Pada obesitas cenderung terjadi hal

13

Page 14: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

yang sama, adanya peningkatan volume plasma akan meningkatkan curah jantung

yang berakibat meningkatnya tekanan darah. Sesuai laporan JNC 7, penurunan

berat badan 1 kg dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 1 mmHg.

Alkohol 14

Minum alkohol secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari

merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi. Wanita dengan hipertensi boleh

minum alkohol tidak lebih dari 1 kali per hari dan pria tidak lebih dari 2 kali.

Konsumsi 10 gram alkohol dapat meningkatan tekanan darah sebanyak 1 mmHg

dan dibutuhkan 2-4 minggu untuk menurunkannya tanpa adanya konsumsi

alkohol. Konsumsi alkohol yang berlebih akan menyebabkan asetaldehida yang

merupakan hasil akhir metabolisme alkohol yang dapat merusak sel-sel hepatosit,

sehingga pada waktu yang lama akan dapat menyebabkan sirosis hepatis yang

bersifat ireversibel, sel-sel hepatosit yang mati digantikan oleh jarigan parut.

Peradangan kronis menyebabkan timbulnya pembengkakan dan edema intertisium

yang bermakna yang dapat menyebabkan kolapsnya pembuluh darah dan

meningkatkan resistensi terhadap aliran darah yang melalui hati, yang

menyebabkan hipertensi dan ascites.

Merokok 15

Sebuah penelitian menemukan bahwa dalam waktu lima menit pengisapan rokok,

tekanan sistolik subjek meningkat secara drastis, rata-rata lebih dari 20 mmHg,

sebelum secara bertahap menurun ke tingkat awal tekanan darah setelah 30 menit.

Hal ini berarti tekanan darah perokok melonjak berkali-kali sepanjang hari.

Peningkatan ini terjadi karena nikotin menyempitkan pembuluh darah sehingga

memaksa jantung untuk bekerja lebih keras. Sebagai hasilnya, kecepatan jantung

dan tekanan darah meningkat. Bahan kimia dalam rokok tembakau juga

14

Page 15: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

meningkatkan risiko penyakit jantung dengan cara lain. Tembakau dapat

menurunkan suplai oksigen tubuh, menurunkan level HDL dan membuat platelet

darah lebih mungkin untuk tetap bersatu dan membentuk gumpalan yang dapat

memicu serangan jantung atau stroke.

Asupan Natrium berlebih 12

Natrium dan klorida merupakan ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi natrium

yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler

meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga

volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler

tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada

timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi

natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida

(garam dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), dan sodium

karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak

lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Berbeda halnya dengan

natrium, kalium (potassium) merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler.

Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak

akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga

cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan

darah. Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio

konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1.

Pada hipertensi primer, kadar natrium dalam darah dan jaringan lain meningkat.

Hal ini terjadi karena abnormalitas dari pertukaran Na-K dan transpor lain dari

Na. Peningkatan Na intraseluler dapat meningkatkan konsentrasi kalsium

sehingga dapat mengakibatkan kontraksi otot polos dari pembuluh darah.

15

Page 16: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Pendidikan terakhir 16

Adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkat pendidikan dan

hipertensi tidak terkendali yaitu pada mereka yang berpendidikan akan

mengurangi risiko hipertensi tidak terkendali seperlima dari yang tidak

berpendidikan. Pendidikan sampai universitas mengurangi risiko hipertensi tidak

terkendali sepersepuluh dari yang pendidikannya hanya sekolah dasar atau tidak

bersekolah.

II.6. Golongan Obat Anti Hipertensi

Dikenal lima kelompok obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi

yang dianjurkan oleh JNC 7 yaitu : 17

Diuretik

Penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker)

Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor)

Penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB)

Antagonis kalsium

II.6.1. Diuretik

Mekanisme kerja: Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan

garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu: (1)

Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung yang menyebabkan

meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2) Ketika curah jantung kembali ke

ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga berkurang. Contoh

antihipertensi dari golongan ini adalah Hidroklortiazide, Bendroflumetiazid,

Bumetanide, Furosemide, Hydrochlorothiazide, Triamterene, Amiloride,

Chlorothiazide, Chlorthaldion. 17

16

Page 17: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

II.6.2. Beta Bloker

Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β-blocker

dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain: (1) penurunan frekuensi

denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung; (2)

hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan

Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis,

perubahan pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan

peningkatan biosentesis prostasiklin. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah

Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol,

Penbutolol, Labetalol. 17

II.6.3. ACE Inhibitor

Captopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama banyak digunakan di klinik

untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung. Mekanisme kerja: secara langsung

menghambat pembentukan Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan

meningkatkan jumlah bradikinin. Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang,

berkurangnya natrium dan retensi air, dan meningkatkan vasodilatasi (melalui

bradikinin). Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Captopril, Enalapril,

Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril. 17

II.6.4. Angiotensin II Reseptor Antagonis

Mekanisme kerja: inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe 1).

Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali

tidak ada produksi ataupun metabolisme bradikinin. Contoh antihipertensi dari

golongan ini adalah Losartan, Valsartan, Candesartan, Irbesartan, Telmisartan,

Eprosartan, Zolosartan.

17

Page 18: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Sebelum mulai memberikan terapi dengan ACEinhibitor atau Angiotensin II

Reseptor Antagonis fungsi ginjal dan kadar elektrolit pasien harus dicek. Monitoring

ini harus terus dilakukan selama terapi karena kedua golongan obat ini dapat

mengganggu fungsi ginjal. Baik ACEinhibitor dan Angiotensin II Reseptor Antagonis

dapat menyebabkan hiperkalemia karena menurunkan produksi aldosteron, sehingga

suplementasi kalium dan penggunaan diuretik hemat kalium harus dihindari jika

pasien mendapat terapi ACEInhbitor atau Angiotensin II Reseptor Antagonis.

Batuk kering yang merupakan efek samping yang dijumpai pada 15% pasien

yang mendapat terapi ACEinhibitor. Angiotensin II Reseptor Antagonis tidak

menyebabkan batuk karena tidak mendegaradasi bradikinin. 17

II.6.5. Calcium channel blocker

Mekanisme kerja: antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot

polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama

menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan

resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila

menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan Diltiazem dan

Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik negatif langsung

pada jantung. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Amlodipine, Diltiazem,

Verapamil, Nifedipine. 17

II.7. Terapi Herbal Antihipertensi

II.7.1. Timun 6, 10

Timun adalah salah satu tanaman tertua yang dibudidayakan dan diyakini

berasal dari dataran utara India, timun termasuk dalam Family Cucurbitaceae,

Cucurbitaceae memiliki lebih dari 750 spesies, dan timun merupakan salah satu

18

Page 19: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

spesies uang terpenting. Timun dapat tumbuh di lingkungan beriklim sedang dan

tropis, dan umumnya memerlukan suhu antara 60-90 °F / 15-33 °C, karena itulah

timun banyak tersebar di seluruh dunia dan mudah didapatkan. 6,10,18.

Para peneliti telah lama mengetahui adanya kandungan polifenol unik pada

timun yang disebut lignan dan menguntungkan untuk kesehatan. Lignan yang

dikandung oleh timun antara lain lariciresinol, pinoresinol, dan secoisolariciresinol

merupakan lignan yang memiliki sejarah yang kuat dari penelitian terkait dengan

penurunan risiko penyakit kardiovaskuler serta beberapa jenis kanker, termasuk

kanker payudara, rahim, ovarium, dan kanker prostat. 6

Di bagian teratas daftar fitonutrien untuk timun selain lignin yaitu cucurbitacin

serta flavonoid. Ketiga jenis fitonutrien ini berperan sebagai antioksidan, anti-

inflamasi, dan anti-kanker. 6

Tabel II.7.1. Kandungan timun per 100 gram 19

19

Page 20: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Timun banyak memiliki zat gizi yang berguna oleh tubuh, kalorinya yang

sedikit dan kaya akan serat dapat mengontrol berat badan. Kandungan serat dalam

timun juga dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol serta memberi efek

mengenyangkan. 6

Menurut hasil penelitian dari Food Research Institute, Departement of Food

Microbiology, University of Winconsin, Madison, timun mengandung asam linoleat

terkonjugasi (Conjugated Linoleic Acids/CLA) yang bersifat antioksidan. Antioksidan

berperan mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas penyebab kanker, penyakit

jantung, dan mengurangi kadar lemak dalam tubuh. 6

Kandungan mineral yang terdapat pada timun adalah potasium, magnesium, zat

besi dan fosfor. Karena kandungan potasium, magnesium dan fosfor ini, timun bagus

sebagai obat alami hipertensi, dengan kerja mengikat garam dan mengeluarkannya

bersama urin. Kandungan air yang tinggi juga bersifat diuretik, bekerja meningkatkan

sekresi urin bersama dengan sodium sehingga membantu menurunkan tekanan darah.

6,18,20,21

20

Page 21: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Penelitian-penelitian klinis memperlihatkan bahwa pemberian suplemen kalium

dapat menurunkan tekanan darah dengan suplementasi diet kalium 60-120 mmol/hari

dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik 4,4 mmHg dan 2,5 mmHg

pada penderita hipertensi dan 1,8 mmHg serta 1,0 mmHg pada orang normal.

Kandungan air yang tinggi juga bersifat diuretik, bekerja meningkatkan sekresi urin

bersama dengan sodium sehingga membantu menurunkan tekanan darah. 23

II.8. Kerangka Teori

21

HIPERTENSI TIDAK

TERKENDALI

Terapi in-adekuat

Kurangnya kepatuhan

pasien

White-coat effect

Kurangnya aktifitas

fisik

ObesitasAlkohol

Merokok

Asupan Na berlebihan

Pendidikan terakhir

Page 22: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

BAB III

KERANGKA KONSEP

III.1. Kerangka Konsep

Mempertimbangkan banyaknya kasus hipertensi tidak terkendali di Puskesmas

Kelurahan Joglo I dengan pemberian obat Captopril 1 x 25 mg dan pentingnya

peranan pengobatan hipertensi, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat

penurunan tekanan darah dengan menggunakan jus timun sebagai tambahan dari

terapi Captopril 1 x 25 mg terhadap pasien hipertensi tidak terkendali di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Joglo I.

22

Variabel bebas :Jus timun

Page 23: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

III.2. Hipotesis

Hipotesis penelitian (Ha): Terdapat rerata selisih tekanan darah antara

pemberian Captopril 1 x 25 mg dengan jus timun dan pemberian Captopril 1 x 25 mg

saja pada penderita hipertensi tidak terkendali.

III.3. Definisi Operasional Variabel

III.3.1.Pemberian Jus Timun dan Captopril 1 x 25 mg (Variabel Bebas)

Definisi : Perlakuan jus timun 100 gram dalam 100 cc air (1 gelas perhari) dan

Captopril 1 x 25 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut

Cara Ukur : Pemberian jus timun dan Captopril 1 x 25 mg oleh peneliti

Alat Ukur : Sphygmomanometer digital merk Omron model HEM-7111 dan

kuesioner

Hasil ukur : Terbagi menjadi dua golongan :

1. Terapi perlakuan : Captopril 1 x 25 mg ditambah dengan jus

timun

2. Terapi pembanding : Captopril 1 x 25 mg

Skala Ukur : Data kategorik, skala nominal

23

Tekanan darah tidak terkendali

dengan Captopril 1 x 25 mg

Variabel tergantung

Rerata selisih tekanan darah

Page 24: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

III.3.2.Rerata Selisih Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali

dengan Pemberian Jus Timun dan Captopril 1 x 25 mg dengan Penderita

Hipertensi Tidak Terkendali yang hanya diberikan Captopril 1 x 25 mg di Hari

ke-1, ke-3, dan ke-5 (Variabel Tergantung)

Definisi : Menilai rerata selisih tekanan darah setelah perlakuan jus timun pada

penderita hipertensi tidak terkendali yang diukur pada hari ke-1 dan

hari ke-3; hari ke-1 dan hari ke-5

Cara Ukur : Mengukur tekanan darah pada hari ke-1, hari ke-3 dan hari ke-5 sejak

diberikan pengobatan oleh peneliti. Tekanan darah diukur pada lengan

kanan atas saat posisi duduk. Sebelumnya pasien diistirahatkan selama

5 menit

Alat Ukur : Sphygmomanometer digital merk Omron model HEM-7111

Hasil Ukur : Rerata selisih nilai tekanan darah dalam mmHg hari ke-1 dan ke-3, hari

ke-1 dan ke-5 pada penderita hipertensi tidak terkendali dengan

pemberian jus timun dan Captopril 1 x 25 mg dengan penderita

hipertensi tidak terkendali yang hanya diberikan Captopril 1 x 25 mg

Skala Ukur : Data numerik, skala kontinyu

24

Page 25: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan desain studi uji klinis

eksperimental paralel non-matching dengan random alokasi dimana sebagai variabel

bebas (independent) adalah penderita hipertensi tidak terkendali yang diberikan

Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan sebagai variabel terikat

(dependent) adalah penurunan tekanan darah. Clinical endpoint yang ingin dilihat

adalah pengaruh perlakuan jus timun dan Captopril 1 x25 mg terhadap rerata selisih

25

Page 26: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

tekanan darah pada penderita hipertensi tidak terkendali yang mengkonsumsi

Captopril 1 x 25 mg.

IV.2. Lokasi & Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kelurahan Joglo I Jakarta Barat selama enam

hari, yaitu pada tanggal 20 Maret 2013 – 25 Maret 2013.

IV.3. Populasi penelitian

Populasi target : Semua penderita hipertensi tidak terkendali.

Populasi terjangkau : Semua penderita hipertensi tidak terkendali yang datang ke

Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Kelurahan Joglo I pada tanggal 20 Maret –

25 Maret 2013.

Sampel : Semua penderita hipertensi tidak terkendali yang datang ke

Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Kelurahan Joglo I pada tanggal 20 Maret –

25 Maret 2013 yang dipilih secara consecutive non-random sampling yang

memenuhi kriteria inklusi.

IV.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

IV.4.1. Kriteria Inklusi

1. Pasien hipertensi tidak terkendali usia ≥ 40 tahun

2. Pasien mendapat pengobatan Captopril 1 x 25 mg

3. Tidak sedang mengkonsumsi timun

IV.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Drop Out

Pada pasien timbul efek yang tidak diinginkan selama pengobatan

Pasien menolak untuk diteliti lebih lanjut

26

Page 27: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

2. Loss to follow-up

Pasien tidak dapat dihubungi melalui telepon

Alamat pasien tidak sesuai dengan yang diinformasikan pasien

IV.5. Sampel

IV.5.1. Besar Sampel

Rumus Simpang Baku 24 :

s2=(n1−1 ) s1

2+( n2−1 ) s22

n1+n2−2

Data didapat dari mini survey 10 orang :

n1 = jumlah sampel grup Captopril 1 x 25 mg + jus timun

n2 = jumlah sampel grup Captopril

s1 = standar deviasi grup Captopril 1 x 25 mg + jus timun

s2 = standar deviasi grup Captopril

Standar deviasi tekanan darah Standar deviasi tekanan darah

sistolik hari ke-3: diastolik hari ke-3:

Ss2 = (5−1 ) (3,11)2+(5−1 ) (3,13 )2

5+5−2Sd2 =

(5−1 ) (2,60 )2+(5−1 ) (1,92 )2

5+5−2

Ss = 3,11 Sd = 2,29

Standar deviasi tekanan darah Standar deviasi tekanan darah

sistolik hari ke-5: diastolik hari ke-5:

Ss2 = (5−1 ) (4,32 )2+(5−1 ) ( 4,87 )2

5+5−2Sd2 =

(5−1 ) (2,28 )2+(5−1 ) (5,47 )2

5+5−2

Ss = 4,6 Sd = 4,19

27

Page 28: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Rumus besar sampel

n1 = n2 = 2[ ( zα+z β ) s( x1−x2 ) ]

2

Keterangan : Simpang baku kedua kelompok, s [dari mini survei 10 orang]

Perbedaan klinis yang diinginkan, x1 – x2

zα [1,96]

zβ[0,842]

Besar sampel tekanan darah Besar sampel tekanan darah

sistolik hari ke-3: diastolik hari ke-3:

n1s = n2s = 2[ (1,96+0,842 ) 3,113,5 ]

2

n1d = n2d = 2[ (1,96+0,842 ) 2,292,1 ]

2

n1s = n2s = 12 n1d = n2d = 21

Besar sampel tekanan darah Besar sampel tekanan darah

sistolik hari ke-5: diastolik hari ke-5:

n1s = n2s = 2[ (1,96+0,842 ) 4,62,1 ]

2

n1d = n2d = 2[ (1,96+0,842 ) 4,193,5 ]

2

n1s = n2s = 69 n1d = n2d = 27

Berdasarkan perhitungan besar sampel dari masing-masing gejala, ditemukan jumlah

besar sampel terbanyak adalah n1 = n2 = 69

Rumus drop-out atau loss to follow-up 21 :

n’ = n

(1−f )

= 568

28

Page 29: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

0,9= 631

n = besar sampel yang dihitung

n’ = jumlah subjek yang direncanakan diteliti

f = 0,1 (perkiraan proporsi drop-out atau loss to follow-up)

IV.6. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah seluruh pasien yang datang berobat ke Puskesmas pada tanggal

20 Maret 2013 – 25 Maret 2013 yang memenuhi kriteria inklusi yang dipilih secara

consecutive non-random sampling.

IV.7. Tata Cara Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan setelah mendapat ijin dari Kepala Puskesmas Kelurahan

Joglo I. Pasien yang datang berobat ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas

Kelurahan Joglo I pada tanggal 20 Maret 2013 – 25 Maret 2013 diukur tekanan

darahnya dengan alat Sphygmomanometer digital merk Omron model HEM-7111

dengan mengukur tekanan darah pada lengan kanan atas, pasien diukur tekanan

darahnya setelah 5 menit diistirahatkan dan dengan posisi duduk. Lalu pasien

diskrining dengan kuesioner yang sebelumnya telah disusun oleh peneliti. Bila

memenuhi syarat skrining maka akan dijadikan sampel. Sampel diberi penjelasan

mengenai penelitian yang akan dilakukan, bila bersedia ikut dalam penelitian, maka

sampel akan diminta menandatangani informed consent. Kemudian masing-masing

sampel diberikan terapi tambahan hipertensi secara random alokasi, yaitu :

1. Setiap sampel dengan urutan ganjil yang mendapat terapi Captopril 1 x 25

mg diberi perlakuan jus timun.

29

Page 30: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

2. Setiap sampel dengan urutan genap hanya mendapat terapi Captopril 1 x 25

mg.

Setelah itu, masing-masing sampel diwawancarai menggunakan kuesioner

evaluasi awal yang berisi tentang pertanyaan faktor-faktor risiko hipertensi tidak

terkendali. Kemudian masing-masing responden dengan urutan ganjil akan diberikan

perlakuan jus timun (Timun 100 gram + 100 cc air matang) oleh peneliti selama 5

hari. Kemudian semua responden baik yang mendapat perlakuan jus timun dan yang

tidak mendapat perlakuan jus timun dinilai dengan kuesioner evaluasi follow-up pada

hari ke-3 dan hari ke-5, serta ditanyakan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat

Captopril 1 x 25 mg. Kemudian dihitung selisih perbedaan tekanan darah pada hari

ke-1 dan ke-3, dan selisih perbedaan tekanan darah pada hari ke-1 dan ke-5 pada

masing-masing responden. Responden yang tidak datang kembali untuk kontrol,

dihubungi melalui telepon atau dilakukan kunjungan rumah. Bila responden tidak

memberi respon setelah dihubungi dengan telepon, maka dilakukan kunjungan rumah.

Bila responden tetap tidak dapat dihubungi, maka dimasukkan ke dalam kategori loss

to follow up.

30

Page 31: Penelitian - Draft 005

Terpenuhi Tidak terpenuhiSampel Tidak ikut penelitian

Random alokasi

Informed consent

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

IV. 8. Alur Penelitian

Alur penelitian

Populasi terjangkau : Pasien penderita hipertensi tidak terkendali yang datang berobat ke Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Kelurahan Joglo I tanggal 20 Maret – 25 Maret 2013

Kriteria inklusi : 1. Pasien hipertensi tidak terkendali usia ≥ 40 tahun dan mendapat pengobatan Captopril 1 x 25 mg

2. Tidak sedang mengkonsumsi timun

31Loss to follow up, drop out,

kriteria eksklusi (+)

Page 32: Penelitian - Draft 005

Captopril 1 x 25 mg+ timun

Captopril 1 x 25 mg

Evaluasi hari ke-3

Kepatuhan minum obat

Pengukuran tekanan darah

Kepatuhan minum obat

Evaluasi hari ke-5

Rerata selisih tekanan darah

hari ke-1 & ke-3

Rerata selisih tekanan darah

hari ke-1 & ke-3

Kepatuhan minum obat

Pengukuran tekanan darah

Kepatuhan minum obat

Rerata selisih tekanan darah

hari ke-1 & ke-5

Rerata selisih tekanan darah hari

ke-1 & ke-5

Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

IV.9. Instrumen

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Captopril 1 x 25 mg, Jus

timun, Sphygmomanometer digital merk Omron model HEM-7111, dan lembar

kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti.

IV.10. Pengolahan Data

IV.10.1. Analisis Asosiasi

IV.10.1.1. Asosiasi Epidemiologi

Pada penelitian ini, analisis asosiasi epidemiologi didapatkan dengan

penentuan rerata selisih tekanan darah pengobatan hipertensi tidak terkendali pada

32

Ya TidakYa Tidak

Ya Tidak Ya Tidak

Page 33: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

kelompok Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan kelompok

Captopril 1 x 25 mg saja.

IV.10.1.2. Asosiasi Statistik T-test independent

Pada penelitian ini, analisis asosiasi statistik yang digunakan adalah dengan

cara uji statistik T-test independent dengan menggunakan perangkat lunak SPSS

versi 18 untuk melihat adakah perbedaan kemaknaan antara variabel bebas yang

berskala kategorik dengan variabel tergantung yang berskala numerik kontinyu.

Prosedur pelaksanaan T-test independent diawali dengan menguji apakah

terdapat variasi di dalam kelompok. Nilai p-value dapat dilihat pada Levene’s

Test, untuk data heterogen (p-value < 0,05) dilihat pada tabel equal variance not

assumed, sedangkan data homogen (p-value ≥ 0,05) dilihat pada tabel equal

variance assumed.

Prosedur pengambilan keputusan untuk T-test independent :

Jika p-value < 0,05, maka hasil penelitian bermakna secara statistik.

Jika p-value ≥ 0,05, maka hasil penelitian tidak bermakna secara

statistic

BAB V

HASIL PENELITIAN

V.1. Bivariat

Pada penelitian ini didapatkan 16 responden yang terdiri dari 3 laki-laki (50,0%)

dan 5 perempuan (50,0%) yang mendapatkan perlakuan jus timun. Usia responden

yang mendapat perlakuan jus timun adalah 56,63 tahun. Semua responden tidak ada

yang sampai ke jenjang universitas. Yang mendapatkan perlakuan jus timun sebanyak

33

Page 34: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

2 responden (66,7%) lulus SD, 3 responden (60,0%) lulus SMP, dan 3 responden

(42,9%) lulus SMA. Satu orang (100%) dari yang tidak mendapatkan perlakuan jus

timun tidak bersekolah.

Dari 16 responden, terdapat responden yang mengalami overweight dan obesitas

tingkat 1, namun tidak ada responden yang underweight. Sebanyak 8 responden yang

mendapat perlakuan jus timun, 5 responden (83,3%) normoweight, 2 responden (50%)

overweight, dan 1 responden (16,7%) obesitas tingkat 1.

Asupan natrium berlebih terdapat pada 6 responden (50,0%) yang mendapat

perlakuan jus timun dan pada 2 responden (50,0%) yang mendapat perlakuan jus

timun tidak mengkonsumsi natrium secara berlebih. Pada kelompok responden yang

diberi perlakuan jus timun sebanyak 3 responden (33,3%) ber-olahraga minimal 30

menit hampir setiap hari selama seminggu, dan 5 responden (71,4%) tidak ber-

olahraga.

Responden yang merokok di kelompok perlakuan jus timun sebanyak 1

responden (25,0%), dan yang tidak merokok sebanyak 7 responden (58,3%). Pada

kelompok perlakuan jus timun tidak ada responden yang mengkonsumsi alkohol

(.0%), namun pada kelompok tanpa perlakuan jus timun, 1 responden (100%)

mengkonsumsi alkohol.

Diantara 8 responden yang mendapat perlakuan jus timun, 6 responden (50,0%)

mengaku biasa saja saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah, 1 responden (50,0%)

mengaku senang, dan 1 responden (50,0%) mengaku takut. Dari 8 responden (53,5%)

yang diberi perlakuan jus timun, semua patuh terhadap pengobatan obat anti

hipertensi. Pada 8 responden yang tidak diberi perlakuan jus timun 1 responden

(100,0%) tidak patuh terhadap pengobatan obat anti hipertensi.

34

Page 35: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Pada hari ke-3, responden yang mendapatkan perlakuan jus timun dan tidak

mendapat perlakuan jus timun didapatkan rerata selisih tekanan darah sistolik adalah

3,50 mmHg dan -2,38 mmHg dan rerata selisih tekanan darah diastolik adalah 2,75

mmHg dan -2,00 mmHg. Tiga hari setelah perlakuan jus timun terdapat perbedaan

tekanan darah sistolik yang tidak bermakna (p-value = 0,066) serta perbedaan yang

tidak bermakna (p-value = 0,197) pada tekanan darah diastolik. Terdapat rerata selisih

tekanan darah sistolik dan diastolik pada hari ke-3, perbedaan tersebut berhubungan

secara epidemiologi (rerata selisih = 5,875 dan 4,75).

Pada hari ke-5, responden dengan perlakuan jus timun didapatkan rerata selisih

tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 7,63 mmHg dan -2,13 mmHg. Responden

tanpa perlakuan jus timun rerata selisih tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar

6,38 mmHg dan -2,63 mmHg. Lima hari setelah perlakuan jus timun terdapat

perbedaan tekanan darah sistolik yang bermakna (p-value = 0,008) serta perbedaan

yang bermakna (p-value = 0,048) pada tekanan darah diastolik. Terdapat rerata selisih

tekanan darah sistolik dan diastolik pada hari ke-5, perbedaan tersebut berhubungan

secara epidemiologi (rerata selisih = 9,75 dan 9,00).

V.1.1. Tabel Distribusi Karakteristik Responden Menurut Terapi di Puskesmas

Kelurahan Joglo I Periode 20 Maret 2013 sampai dengan 25 Maret 2013

Variabel

Captopril 1 x 25

mg + Jus Timun

(n= 11)

Captopril 1 x 25

mg

(n= 11)

Umur Pasien

Mean (SD) 56,63 (9,62) 55,25 (10,37)

35

Page 36: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Median (Min ; Max)

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Pendidikan

SD

SMP

SMA

Universitas

Tidak sekolah

Status Gizi (IMT)

Normoweight (IMT 18,5–22,9)

Overweight (IMT 23,0–24,9)

Obesitas tingkat 1 (IMT 25,0–29,9)

Obesitas tingkat 2 (IMT ≥30)

Konsumsi Garam ≥1500 mg/hari

Ya

Tidak

57,50 (41 ; 70)

3 (50,0%)

5 (50,0%)

2 (66,7%)

3 (60,0%)

3 (42,9%)

0 (.0%)

0 (.0%)

5 (83,3%)

2 (50%)

1 (16,7%)

0 (.0%)

6 (50,0%)

2 (50,0%)

55,00 (42 ; 68)

3 (50,0%)

5 (50,0%)

1 (33,3%)

2 (40,0%)

4 (57,1%)

0 (.0%)

1 (100%)

1 (16,7%)

2 (50,0%)

5 (83,3%)

0 (.0%)

6 (50,0%)

2 (50,0%)

bersambung

sambungan

Variabel

Captopril 1 x 25

mg + Jus Timun

(n= 11)

Captopril 1 x 25

mg

(n= 11)

Olahraga

Ya 3 (33,3%) 6 (66,7%)

36

Page 37: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Tidak

Merokok

Ya

Tidak

Alkohol

Ya

Tidak

White coat effect

Biasa saja

Senang

Takut

Kepatuhan Minum Obat

Patuh

Tidak patuh

Rerata Selisih Tekanan Darah (mmHg)

Rerata selisih sistolik hari ke-1 dan ke-3 (SD)

Rerata selisih diastolik hari ke-1 dan ke-3 (SD)

Rerata selisih sistolik hari ke-1 dan ke-5 (SD)

Rerata selisih diastolik hari ke-1 dan ke-5 (SD)

5 (71,4%)

1 (25,0%)

7 (58,3%)

0 (.0%)

8 (53,3%)

6 (50,0%)

1 (50,0%)

1 (50,0%)

8 (53,3%)

0 (.0%)

3,50 (6,65)

2,75 (8,87)

7,63 (8,36)

6,38 (10,05)

2 (28,6%)

3 (75,0%)

5 (42,7%)

1 (100,0%)

7 (46,7%)

6 (50,0%)

1 (50,0%)

1 (50,0%)

7 (46,7%)

1 (100,0%)

-2,38 (5,04)

-2,00 (4,40)

-2,13 (3,09)

-2,63 (6,07)

bersambung

sambungan

Variabel

Captopril 1 x 25

mg + Jus Timun

(n= 11)

Captopril 1 x 25

mg

(n= 11)

Nilai tengah selisih sistolik hari ke-1 dan ke-3 (Min ; Max) 5,00 (-9 ; 14) -3,50 (-8 ; 4)

37

Page 38: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

Nilai tengah selisih diastolik hari ke-1 dan ke-3 (Min ; Max)

Nilai tengah selisih sistolik hari ke-1 dan ke-5 (Min ; Max)

Nilai tengah selisih diastolik hari ke-1 dan ke-5 (Min ; Max)

3,00 (-12 ; 20)

9,50 (-8 ; 20)

7,00 (-13 ; 20)

-3,50 (-8 ; 3)

-3,00 (-5 ; 4)

.00 (-12 ; 3)

BAB VI

PEMBAHASAN

38

Page 39: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

VI.1. Temuan Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, hubungan rerata selisih perbedaan

tekanan darah antara hari ke-1 dengan hari ke-3, dan hari ke-1 dengan hari ke-5

berhubungan secara epidemiologi pada penggunaan tambahan jus timun dan tanpa jus

timun. Secara analisis statistik, didapatkan hubungan bermakna pada rerata selisih

perbedaan tekanan darah sistolik hari ke-1 dengan hari ke-3 , sistolik dan diastolik

hari ke-1 dengan hari ke-5, sedangkan tidak didapatkan hubungan yang bermakna

pada rerata selisih perbedaan diastolik antara hari ke-1 dengan hari ke-3.

Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyebutkan bahwa dengan

konsumsi timun, sayuran yang tinggi potassium (147 mg/100 g), magnesium (13

mg/100 g), dan phosphor selama 5 hari dapat memberikan efek penurunan tekanan

darah dengan mengikat sodium dan karena kandungan air yang tinggi juga bersifat

diuretik, bekerja meningkatkan sekresi urin bersama dengan sodium sehingga

membantu menurunkan tekanan darah.

VI.2. Keterbatasan Penelitian

VI.2.1. Bias Seleksi

Pada penelitian ini bias seleksi tidak dapat disingkirkan karena cara

pengambilan sampel adalah consecutive non-random sampling. Oleh karena itu,

faktor-faktor risiko dan penyakit mungkin berbeda pada responden dengan jus timun

dan non-responden, sehingga dapat menyebabkan perbedaan hubungan antara faktor

risiko dan penyakit pada subjek penelitian dengan non-subjek.

39

Page 40: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

VI.2.2.Bias Informasi

Pada penelitian ini bias observasi sudah diminimalisir karena pengukuran

tekanan darah bersifat objektif. Bias pengukuran tidak dapat dihindari karena pada

penelitian ini menggunakan sphygmomanometer digital merk Omron HEM-7111

walaupun sudah dikalibrasi.

VI.2.3 Chance

Chance adalah besarnya peluang untuk diperolehnya hasil penelitian ini secara

kebetulan (memperkirakan besar kesalahan dalam menolak H0). Dapat atau tidak

disingkirkan kemungkinan diperolehnya hasil penelitian ini karena faktor kebetulan,

dinilai dari hasil perhitungan α (kesalahan tipe I) dan β (kesalahan tipe II).

Variable

Nilai α

(pada α =

5%)

Nilai β

(pada β =

20%)

Power

Rerata selisih tekanan darah sistolik hari ke-1

dengan hari ke-3

Rerata selisih tekanan darah diastolik hari

ke-1 dengan hari ke-3

Rerata selisih tekanan darah sistolik hari ke-1

dengan hari ke-5

Rerata selisih tekanan darah diastolik hari

ke-1 dengan hari ke-5

25,02%

61%

2,44%

18,68%

48,8%

27,43%

13%

41,68%

51,2%

72,57%

87%

58,32%

Pada hasil perhitungan chance hari ke-1 dengan hari ke-3 didapatkan hasil

kesalahan tipe 1 (α) sistolik dan diastolik sebesar 25,02% dan 61%, ini menandakan

40

Page 41: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

hasil penelitian secara kebetulan tidak dapat disingkirkan. Pada hasil perhitungan

chance hari ke-1 dengan hari ke-5 didapatkan hasil kesalahan tipe 1 (α) sistolik 2,44%

yang menandakan bahwa hasil penelitian secara kebetulan dapat disingkirkan

sedangkan kesalahan tipe 1 (α) diastolik sebesar 18,68% menandakan bahwa hasil

penelitian secara kebetulan tidak dapat disingkirkan.

Pada hasil perhitungan chance hari ke-1 dengan hari ke-3 didapatkan hasil

kesalahan tipe 2 (β) sistolik dan diastolik sebesar 48,8% dan 27,43%, ini menandakan

hasil penelitian secara kebetulan tidak dapat disingkirkan. Tetapi pada hasil

perhitungan chance hari ke-1 dengan hari ke-5 didapatkan hasil kesalahan tipe 2 (β)

sistolik dan diastolik sebesar 13% yang menandakan bahwa hasil penelitian secara

kebetulan dapat disingkirkan sedangkan kesalahan tipe dan kesalahan tipe 2 (β)

diastolik sebesar 6% menandakan hasil penelitian secara kebetulan tidak dapat

disingkirkan.

Pada hasil nilai power rerata selisih tekanan darah sistolik dan diastolik hari

ke-1 dengan hari ke-3 adalah 51,2% dan 72,57%, artinya uji hipotesis pada sampel

mempunyai peluang sebesar 51,2% dan 72,57% untuk menemukan perbedaan, apabila

perbedaan tersebut ada dalam populasi.

Pada hasil nilai power rerata selisih tekanan darah sistolik dan diastolik hari

ke-1 dengan hari ke-5 adalah 87dan 58,32%, artinya uji hipotesis pada sampel

mempunyai peluang sebesar 87% dan 58,32% untuk menemukan perbedaan, apabila

perbedaan tersebut ada dalam populasi.

BAB VII

41

Page 42: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 16 responden dengan tekanan

darah tidak terkendali pada tanggal 20 Maret 2013 s/d 25 Maret 2013. Yang datang ke

Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kelurahan Joglo I, dapat disimpulkan:

1) Jumlah responden yang berusia ≥ 40 tahun yang datang ke Balai Pengobatan

Umum di Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki hipertensi tidak terkendali

dengan pemberian Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun adalah sebesar

8 responden.

2) Rerata selisih tekanan darah hari ke-1 dengan hari ke-3 pada kelompok perlakuan

jus timun dan tanpa perlakuan jus timun adalah :

Sistolik : 3,5 mmHg dan -2,38 mmHg

Diastolik : 2,75 mmHg dan -2,00 mmHg

Rerata selisih tekanan darah hari ke-1 dengan hari ke-5 pada kelompok tambahan

jus timun dan tanpa jus timun adalah :

Sistolik : 7,63 mmHg dan -2,13 mmHg

Diastolik : 6,38 mmHg dan -2,63 mmHg

3) Rerata selisih tekanan darah antara hari ke-1 dengan hari ke-3, dan hari ke-1

dengan hari ke-5 berhubungan secara epidemiologi pada penggunaan tambahan

jus timun dan tanpa jus timun. Secara analisis statistik, didapatkan hubungan

bermakna pada rerata selisih tekanan darah sistolik dan diastolik hari ke-1 dengan

hari ke-5 (p-value = <0,05), sedangkan tidak didapatkan hubungan yang

bermakna pada rerata selisih sistolik dan diastolik antara hari ke-1 dengan hari

ke-3 (p-value = >0,05).

42

Page 43: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

VII.2. Saran

Setelah mengetahui hasil penelitian ini, maka :

VII.2.1.Masyarakat

Captopril dengan tambahan jus timun memiliki efektivitas yang lebih baik

dibandingkan dengan Captopril tanpa jus timun. Oleh karena itu, masyarakat

dapat menjadikan jus timun sebagai tambahan untuk mengobati hipertensi tidak

terkendali, dengan cara men-jus 100 gram timun kedalam 100cc air matang,

diminum setiap hari sebanyak minimal 1 kali perhari.

VII.2.2.Puskesmas

Penurunan nilai tekanan darah dengan jus timun sebagai tambahan pada terapi

Captopril 1 x 25 mg lebih baik daripada Captopril 1 x 25 mg tanpa jus timun

sehingga Puskesmas dapat menganjurkan kepada pasien untuk menambahkan jus

timun untuk mengobati hipertensi tidak terkendali, dengan cara men-jus 100 gram

timun kedalam 100cc air matang, diminum setiap hari sebanyak 1 kali perhari.

VII.2.3.Peneliti

Memenuhi jumlah sampel berdasarkan perhitungan besar sampel minimal dan

menggunakan plasebo untuk menghindari ketidakseimbangan penilaian ke-2

kelompok antara peserta dan peneliti.

Periode penelitian yang lebih panjang, untuk mendapatkan hasil penelitian yang

lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

43

Page 44: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

1. WHO-Europe. Denmark: Noncommunicable Diseases. (updated: 2013; cited: 2013

March 14). Available from :

http://www.euro.who.int/en/what-we-do/health-topics/noncommunicable-diseases.

2. Heart.org. Dallas: Statistical Fact Sheet Update 2013. (updated: 2013; cited: 2013

March 14). Available from : http://www.heart.org/idc/groups/heart-public.

3. Global Heart Observatory. Swiss : Raised Blood Pressure, Situation and Trends.

(updated: 2013; cited : 2013 March 14). Available from :

http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/

index.html.

4. Depkes2012. Jakarta: Masalah Hipertensi di Indonesia. (updated: 2012 May 16 ;

cited: 2013 March 14). Available from :

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-di-

indonesia.html.

5. Puskesmas Kelurahan Joglo I. Laporan Tahunan Puskesmas Joglo I Tahun 2012,

Jakarta. 2012

6. The George Mateljan Foundation. Cucumbers. (updated : 2013; cited 2013 March 13).

Available from: http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=foodspice&dbid=42.

7. Mohammad Yogiantoro. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid I, Edisi IV.Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2007:599-603

8. Fauci, Anthony S., dkk. Hypertension.In: Harrison’s Manual of Medicine, 17 th ed. USA: The

McGraw-Hill Companies, 2008: 693-9.

9. David J., Valory N. Characteristics of Patients with Uncontrolled Hypertension in the

United States. (updated: 2001 August 16; cited : 2013 March 14). Available from:

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa010273.

44

Page 45: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

10. Karim, Fauziah Rahmah. Pemanfaatan Mentimun (Cucumis Sativus) Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk

Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Medan : Repository USU, 2009.

11. PubMed. gov Italy: Risk Factors for Uncontrolled Hypertension in Italy. (updated:

2004 March 18; cited 2013 March 14). Available from :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14973516.

12. Suzanne Oparil, David A. Calhoun. Managing the Patient with Hard to Control

Hypertension; Journal of the AAFP, 1998, March 1, vol. 57, 1007- 14.

13. M.Edial Sanif. Hipertensi dan Obesitas. (updated : 2009 April 2; cited : 2013 March

27) Available from : http://www.jantunghipertensi.com/hipertensi/65.html.

14. Elizabeth Corwin. Buku Saku Patofisiologi Edisi III. Jakarta: EGC, 2009: 664-5

15. Aggie Casey, R.N., M.S., Herbert Benson, M.D. Menurunkan Tekanan Darah.

Panduan Harvard Medical School.

16. Murtagh J. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Hipertensi. (updated:2013;

cited 2013 March 25). Available from: http://ebookbrowse.com/hubungan-antara-

tingkat-pendidikan-dan-hipertensi-pada-wanita-pdf-d411094480/.

17. Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. FKUI : Jakarta, 2007.

18. Nutritional Recommendation for Cucumbers. Haifa. 2012

19. Nutrition Facts of Cucumber, Peel, Raw, 100 grams (updated : 2012 March 21; cited

2013 March 14). Available from : http://nutritiondata.self.com/facts/vegetables-and-

vegetable-products/2439/2.

20. Wright, Cl. Herbal medicines as diuretics: a review of the scientific evidence.

(updated: 2007 October 8; cited: 2013 March 14). Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17804183.

45

Page 46: Penelitian - Draft 005

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret – 25 Maret 2013

21. Intan Nisa. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta : Dunia

Sehat, 2012. Hal 73-5

22. Amran Y dkk,. Pengaruh Tambahan Asupan Kalium Dari Diet Terhadap Penurunan

Hipertensi Sistolik dan Diastolik Tingkat Sedang pada Lanjut Usia, Jakarta : Artikel

Penelitian: Universitas Islam Negeri Syarif Hasanuddin, 2010.

23. Saraswati. S,.Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi, dan

Stroke,

Jogjakarta: A Plus Books, 2009.

24. Sastroasmoro S, Ismael S. Perkiraan Besar Sampel. In : Dasar-dasar Metodologi

Penelitian Klinis, Madiyono B, Mz SM, Sastroasmoro S, Budirman I, Purwanto SH,

Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto. 2010 : 348 – 82.

25. Sonia N.R. Effect of Cucumber on Blood Pressure Among the Prehypertensive Adults

in A Selected Rural Area Bangalore. Bangalore, 2012.

46