penelitian - draft 005 -- 007

Upload: nararyasri-hoesein

Post on 29-Oct-2015

88 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Penelitian

TRANSCRIPT

Efektifitas Pemberian Jus Timun Terhadap Rerata Selisih Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Tidak Terkendali dengan Terapi Captopril 1 x 25 mg di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Propinsi DKI Jakarta Periode 20 Maret 25 Maret 2013

BAB I

PENDAHULUANI.1.Latar Belakang Masalah

Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Laporan WHO tahun 2012 menekankan 1 dari 3 orang dewasa di seluruh dunia memiliki tekanan darah yang meningkat, dimana kondisi ini menyebabkan sekitar setengah dari semua kematian karena stroke dan penyakit jantung. Laporan ini diterbitkan setiap tahun oleh WHO dan berisi data dari 194 negara di berbagai indikator sistem kesehatan, termasuk angka harapan hidup, angka kesakitan, dan angka kematian dari berbagai penyakit, pelayanan kesehatan dan perawatan, investasi keuangan di bidang kesehatan, serta faktor risiko, dan perilaku yang mempengaruhi kesehatan. 1,2

Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan usia: 1 dari 10 orang berusia 20-an dan 30-an sampai 5 dari 10 orang di usia 50-an. Prevalensi hipertensi di Asia Tenggara sebanyak 36% pada orang dewasa. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 kejadian hipertensi akan meningkat sebanyak 7,3% dari perkiraan tahun 2013. 2,3Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat antihipertensi. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 2 terbanyak untuk kategori penyakit tidak menular setelah stroke, jumlahnya mencapai 6,8%. Stroke 15,4%, cidera 6,5%, diabetes melitus 5,7%, kanker 5,7%, penyakit saluran nafas bawah kronik 5,1%, penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung lainnya 4,6%. 4

Prevalensi hipertensi di Puskesmas Kelurahan Joglo I tahun 2012, hipertensi menduduki peringkat ke-9 dari 10 penyakit terbanyak pada bulan Januari s/d Desember 2012 yaitu sebanyak 192 kunjungan. Dari hasil survei awal selama 1 minggu mulai dari tanggal 8 Maret s/d 14 Maret 2013 di Puskesmas Kelurahan Joglo I, sebanyak 14,8% merupakan pasien dengan hipertensi tidak terkendali dan sebagian besar penderita hipertensi tidak terkendali berusia 40 tahun. Di Puskesmas Kelurahan Joglo I, terapi standar untuk mengatasi hipertensi adalah Captopril 1 x 25 mg. 5Menurut penelitian, timun (Cucumis sativus) memiliki efek untuk menurunkan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek jus timun dalam menurunkan tekanan darah sehingga dapat digunakan sebagai tambahan pengobatan terhadap pasien hipertensi tidak terkendali di wilayah kerja Puskesmas Joglo I. 6I.2.Perumusan masalah

I.2.1.Pernyataan masalah

Masih tingginya angka kejadian hipertensi tidak terkendali pada responden berusia 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I, Jakarta Barat.I.2.2.Pertanyaan masalah1. Berapa banyak responden berusia 40 tahun yang datang ke Balai Pengobatan Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki hipertensi tidak terkendali dengan pemberian Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I?2. Berapa rerata selisih tekanan darah hari ke-1 dengan hari ke-3 dan hari ke-1 dengan hari ke-5 pada masing-masing kelompok Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa perlakuan jus timun?

3. Apakah terdapat hubungan rerata selisih tekanan darah antara kelompok Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa perlakuan jus timun?I.3. Tujuan

I.3.1.Tujuan umum

Diturunkannya angka kejadian hipertensi pada responden berusia 40 tahun di wilayah kerja Puskemas Kelurahan Joglo I.

I.3.2.Tujuan khusus

1. Diketahuinya jumlah responden berusia 40 tahun yang datang ke Balai Pengobatan Puskesmas Kelurahan Joglo I yang memiliki hipertensi tidak terkendali dengan pemberian Captopril 1 x 25 mg di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I.2. Diketahuinya rerata selisih tekanan darah hari ke-1 dengan hari ke-3 dan hari ke-1 dengan hari ke-5 pada masing-masing kelompok Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa perlakuan jus timun.3. Diketahuinya hubungan rerata selisih tekanan darah antara kelompok Captopril 1 x 25 mg dengan perlakuan jus timun dan kelompok Captopril 1 x 25 mg tanpa perlakuan jus timun.1.4.Manfaat penelitian

Manfaat penelitian bagi responden :

Responden dapat mengetahui adanya efektivitas penggunaan tambahan timun pada hipertensi tidak terkendali dengan Captopril 1 x 25 mg. Manfaat bagi puskesmas :

Sebagai data atau bahan bagi Puskesmas untuk menentukan program pembinaan atau penyuluhan tentang hipertensi.Manfaat penelitian bagi peneliti :

Mendapat pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian.

Memperkaya wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat pada umumnya, terutama yang berkaitan dengan bidang yang diteliti.

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan atau acuan dalam penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAII.1.Hipertensi

II.1.1.Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal. Sebagai standar untuk tekanan darah, maka digunakan klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 7. Diagnosis hipertensi ditegakkan ketika pengukuran tekanan sistolik 140 mmHg dan atau tekanan diastolik 90 mmHg. 7, 8

Hipertensi tidak terkendali adalah suatu keadaan yang ditandai dengan tingginya tekanan darah (sistolik 140 mmHg dan atau tekanan diastolik 90 mmHg) dimana pasien mengetahui mengenai penyakit hipertensi-nya tersebut dan sedang menjalani pengobatan dengan obat anti hipertensi. 9II.2.Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu: 71. Hipertensi primer (hipertensi essensial)

Merupakan jenis hipertensi yang penyebabnya belum dapat diketahui dengan pasti. Mengenai 95% dari seluruh penderita hipertensi. 72. Hipertensi sekunder

Merupakan hipertensi yang diketahui penyebabnya. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penyakit ginjal, feokromositoma, hiperaldosteronisme primer, koartatio aorta, dan hipertensi dalam kehamilan. 7, 8II.3.Patofisiologi Hipertensi

Patogenesis dari hipertensi primer adalah multifaktorial. Dalam hal ini, genetik memegang peranan penting. Masukan garam yang tinggi dan obesitas telah lama diketahui dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, walaupun faktor-faktor ini sendiri tidak bermakna dalam meningkatkan tekanan darah menjadi abnormal, akan tetapi kerjanya sinergistik dengan adanya faktor genetik. 7, 8 Faktor-faktor lain yang mungkin berhubungan dengan patogenesis hipertensi primer, antara lain:

1. Hiperaktivitas saraf simpatis

Pada tahap awal hipertensi esensial, curah jantung meninggi, sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan oleh karena peningkatan aktivitas tonus simpatis. Pada tahap selanjutnya, curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan refleks autoregulasi. Oleh karena curah jantung meningkat, terjadi konstriksi sfingter prekapiler, yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer. Oleh karena peningkatan tahanan perifer pada hipertensi esensial terjadi secara bertahap dan dalam waktu yang lama, sedangkan proses autoregulasi seharusnya terjadi dalam waktu yang singkat, diduga terdapat faktor lain disamping faktor hemodinamik yang berperan terhadap hipertensi esensial. Secara pasti belum diketahui apakah faktor hormonal atau perubahan anatomis yang terjadi pada pembuluh darah yang berpengaruh pada proses tersebut. Kelainan hemodinamik tersebut diikuti pula kelainan struktural mengenai pembuluh darah dan jantung. Pada pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding sedangkan pada jantung terjadi penebalan dinding ventrikel. 82. Sistem renin-angiotensin-aldosteron

Sistem renin-angiotensin-aldosteron berkontribusi terutama dalam meregulasi tekanan arteri melalui efek vasokonstriktor dari angiotensin II dan efek mempertahankan Natrium dari aldosteron. Renin disekresikan oleh sel jukstaglomerulus sebagai respon dari beberapa stimulus, termasuk penurunan perfusi ginjal, beredarnya katekolamin, peningkatan aktivitas saraf simpatis, dan hipokalemi. Renin berperan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II dengan mengaktifkan angiotensin converting enzyme. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang sangat poten dan merupakan stimulan untuk dikeluarkannya aldosteron dari kelenjar adrenal. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama: 8 Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. Anti Diuretik Hormone diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

Mengenai peran sistem renin-angiotensin-aldosteron terhadap timbulnya hipertensi esensial masih merupakan perdebatan. Hal ini timbul oleh karena pada kenyataannya 20-30% penderita hipertensi mempunyai renin rendah, 50-60% golongan renin normal sedangkan golongan tinggi renin hanya pada 15%. 83. Defek pada natriuresis

Pada hipertensi esensial, kadar natrium dalam darah dan jaringan lain meningkat. Hal ini terjadi karena abnormalitas dari pertukaran Na-K dan transpor lain dari Na. Peningkatan Na intraseluler dapat meningkatkan kontraksi otot polos dari pembuluh darah. Normalnya ekskresi natrium ditingkatkan oleh ginjal sebagai respon terhadap peningkatan tekanan arterial dan intake natrium. Pada orang hipertensi, walaupun tekanan darah normal, kemampuan untuk mengekskresikan natrium berkurang. 84. Natrium dan kalsium intraselular

Natrium dan klorida merupakan ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu penderita hipertensi disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Berbeda halnya dengan natrium, kalium (potassium) merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain.

Pada hipertensi primer, kadar natrium dalam darah dan jaringan lain meningkat. Hal ini terjadi karena abnormalitas dari pertukaran Na-K dan transpor lain dari Na. Peningkatan Na intraseluler dapat meningkatkan konsentrasi kalsium sehingga dapat mengakibatkan kontraksi otot polos dari pembuluh darah.Hipertensi sekunder biasanya diderita oleh orang usia muda tanpa adanya riwayat keluarga atau yang pertama kali di diagnosa hipertensi pada usia > 50 tahun atau pada orang-orang yang biasanya terkontrol tetapi menjadi refrakter terhadap terapi. Sedangkan patogenesis dari hipertensi sekunder, antara lain:

1. Penggunaan estrogen

Penggunaan estrogen mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem renin (peningkatan sintesis renin di hepar)-angiotensin-aldosteron sehingga volume darah meningkat. Penggunaan kontrasepsi yang berhubungan dengan hipertensi biasanya pada wanita > 35 tahun, memakai kontrasepsi > 5 tahun dan obesitas. Biasanya peningkatan tekanan darah akan reversibel bila obat dihentikan, tapi hal ini butuh waktu beberapa minggu. 82. Penyakit ginjal/hipertensi renal

Selain meningkatkan aktivitas sitem renin-angiotensin, diterangkan juga bahwa ginjal yang rusak memproduksi suatu substrat vasopresor lain selain renin, gagal untuk memproduksi substansi vasodilator (prostaglandin atau bradikinin), gagal untuk menginaktivasi substansi vasopresor yang beredar, dan tidak efektif dalam membuang natrium. Pada nefroblastoma terjadi sekresi renin yang berlebihan dari jukstaglomerulus. 83. Hipertensi endokrin/hipertensi adrenal

Pada hiperaldosteronisme primer, telah jelas hubungan antara aldosteron dengan retensi natrium dan hipertensi. Pada Cushing syndrome, jumlah besar glukokortikoid mempunyai efek meretensi natrium serta menginduksi produksi substrat renin. Pada feokromositoma (tumor medula adrenal), peningkatan sekresi epinefrin dan norepinefrin menyebabkan stimulasi reseptor sistem adrenergik yang meningkatkan vasokonstriksi perifer dan stimulasi pada jantung.

4. Hiperkalsemia

Peningkatan kalsium mempunyai efek vasokonstriksi. Pada beberapa kasus hipertensi dapat membaik apabila kelebihan kalsium dapat dikoreksi.

5. Coartatio Aorta

Menyebabkan hipertensi akibat dari penyempitan aorta itu sendiri ataupun karena perubahan dalam sirkulasi renal.

II.4.Klasifikasi Hipertensi

Kategori hipertensi menurut JNC 7 adalah : 7KategoriSistolikDiastolik

Normal