penegakkan diagnosis referat addison

7
A. Penegakkan Diagnosis Diagnosis penyakit Addison dapat ditegakkan bila pada pasien tersebut telah ditemukan adanya : 1. Gejala dan tanda sebagai berikut Tabel 1. Gejala dan tanda penyakit addison Gejala dan Tanda Presentasi pasien Weakness 99 Pigmentasi kulit 98 Berat badan turun 97 Anoreksia, nausea, vomitting 90 Hipotensi ( <110/70 ) 87 Pigmentasi membran mukus 82 Nyeri perut 34 Salt craving 22 Diare 20 Konstipasi 19 Syncope 16 Vitiligo 9

Upload: aqmarina-rachmawati

Post on 06-Aug-2015

24 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penegakkan Diagnosis Referat Addison

A. Penegakkan Diagnosis

Diagnosis penyakit Addison dapat ditegakkan bila pada pasien tersebut telah

ditemukan adanya :

1. Gejala dan tanda sebagai berikut

Tabel 1. Gejala dan tanda penyakit addison

Gejala dan Tanda Presentasi pasien

Weakness 99

Pigmentasi kulit 98

Berat badan turun 97

Anoreksia, nausea, vomitting 90

Hipotensi ( <110/70 ) 87

Pigmentasi membran mukus 82

Nyeri perut 34

Salt craving 22

Diare 20

Konstipasi 19

Syncope 16

Vitiligo 9

Page 2: Penegakkan Diagnosis Referat Addison

(Harrison, 2008)

Kemudian, dapat muncul beberapa gejala tanda lain seperti :

a. Asthenia : merupakan gejala cardinal yang dapat muncul secara

sporadik. Biasanay sebagai manifestasi dari stress karena adrenal

fungsi yang menjadi semakin terganggu. Dalam saat seperti ini,

pasien sangat membutuhkan bed rest.

b. Hiperpigmentation : dapat muncul atau bahkan tidak nampak.

Biasanya muncul sebagai warna kecoklatan yang menyebar atau

perunggu gelap seperti pada warna normal daerah disekitar siku atau

areola mammae.

c. Arterial Hipotensi yang terjadi dalam frekuensi yang sering, dan

tekanan darah dapat menyentuh hingga 80/50 mmHg atau bahkan

kurang ( Harrison, 2008).

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Lab Darah

1) Dapat ditemukannya anemia normokronik, limfositosis,

dan eosinofilia.

2) Leukositosis

3) Analisis gas darah : asidosic metabolic

4) Hipoglikemia dan hiponatrium

5) Hiperkalemia

6) Penurunan kadar kortisol serum

7) ADH meningkat (Alfin, Said, Rina N, Megawati, Nadia

A, Devi S, Teuku F, et al . 2011).

b. Tes ACTH

Jika ACTH >300pg/dL maka menandakan ada gangguan

adrenal. Jika ACTH <10pg/dL maka menandakan ada

ganggguan pada hipofisis. Bila berada pada kadar 10 – 300

pg/dL maka dianjurkan untuk melaksanakan tes stimulating

Page 3: Penegakkan Diagnosis Referat Addison

ACTH untuk pengukuran kadar kortisol (Alfin S, Rina N,

Megawati, Nadia A, Devi S, Teuku F, et al . 2011 ).

c. Tes Stimulating ACTH untuk pengukuran kadar kortisol

Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan sesudah bentuk

sintetik dari ACTH 250mg diberikan secara IV atau IM. Tes ini

disebut short synacthen test. Pengukuran kortisol dalam darah

diulang 30 sampai 60 menit . Bila tingkat kortisol melebihi 18

mcg/dl maka negatif insufisiency adrenal. Bila kadar serum

kortisol <13 mcg/dl menunjukkan sufisiensi adrenal. Bila dapat

menyentuh <3 mcg/dl merupaka diagnostik penyakit addison

(Alfin S, Rina N, Megawati, Nadia A, Devi S, Teuku F, et al .

2011).

d. Tes toleransi insulin

Merupakan tes yang sensitif untuk insufisiensi adrenal. Tes

ini melibatkan stress hipoglikemik untuk menginduksi kortisol.

Tes ini kontraindikasi dengn pasien riwayat kejang atau oenyakit

kardiovaskular. Respon serum kortisol diukur dipuncak setelah

pemberian insulin 0,1 – 0,15 U / kg. Tingkat kortisol kurang dari

18 mcg/dl dan tingkat glukosa serum kurang dari 40 mg/dl

menunjukkan insufisiensi adrenal (Alfin S, Rina N, Megawati,

Nadia A, Devi S, Teuku F, et al . 2011).

e. Tes Metyrapone

Tes melibatkan gangguan jalur produksi kortisol dengan

menghambat II hidroklase B, enzim yang mengkonversi II-

deoxycortisol untuk kortisol. Metyrapone ( 30 mg. Kg)

disuntikkan IV pada tengah malam . Bila tingkat II’s kurang dari

7 mg/dl adalah diagnostik insufisiensi adrenal (Alfin S, Rina N,

Megawati, Nadia A, Devi S, Teuku F, et al . 2011).

f. Tes CRH

Page 4: Penegakkan Diagnosis Referat Addison

Bila tes CRH menunjukkan serum CRH >100pg / ml

merupakan diagnostik dari insufisiensi adrenal primer (Alfin S,

Rina N, Megawati, Nadia A, Devi S, Teuku F, et al . 2011 ).

g. Pemerikasaan CT dan MRI

Menunjukkan adanya pengurangan glandula adrenal pada

pasien dengan kerusakan autoimun dan pembersaran glandula

adrenal bagi pasien akibat infeksi. CT memadai menunjukkan

kalsifikasi yang terjadi pada kegagalan adrenal akibat tuberkulosis.

Kalsifikasi dapat terlihat dalam fase akut infeksi , tetapi biasanya

didapati dalam fase kronis infeksi. CT dan MRI mengungkapkan

perdarahan adrenal. MRI lebih unggul dari pada CT dalam

membedakan massa adrenal tetapi mri tidak dapt membedakan

tumor dari proses inflamasi (Alfin S, Rina N, Megawati, Nadia A,

Devi S, Teuku F, et al . 2011).

Addison disease in a 51-year-old man. Contrast-enhanced CT scan shows both adrenal glands, which appear small and with dense calcification. The cause of the calcification was not known but may have been due to remote hemorrhage or tuberculosis.

( Radiographics.rsna.org)

3. Diagnosa Terkini

Tes Saliva kortisol

Tes Saliva kortisol terbukti memiliki fungsi yang sama dengan

pengukuran serum kortisol dalam tes stimulasi ACTH, walaupun

masih kalah unggul dalam keakuratan hasil. Hasil tes saliva

Page 5: Penegakkan Diagnosis Referat Addison

kortisol dan serum kortisol yang tersedia dalam jumlah banyak

akan memberikan dampak yang lebih baik pada penderita

insufisiensi adrenal korteks untuk abnormalnya CBG (

corticosteroid Binding Globulin (Neary, Nieman. 2011 ).

Referensi :

Alfin S, Rina N, Megawati, Nadia A, Devi S, Teuku F, et al

. 2011. Penyakit Addison. Faculty of Medicine University of Syah

Kuala

Anthony SF. 2008. Harrison’s Internal Medicine, 17th Edition, USA, McGraw – Hill, page 1586 – 1593.

Neary N, Nieman L. 2011. Adrenal Insufficiency-etiology,

diagnosis and treatment. National Center for Biotechnology

Information. Available at

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2928659/