pendisiplinan malpraktik untuk meminimalisir kejadian sentinel

17
PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL Ria Asti Septianti 101211131223 / IKMB 2012 A. Pendahuluan Saat ini keselamatan pasien merupakan isu global, banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical eror yang terjadi pada pasien. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (DepKes, 2011). Di dalam keselamatan pasien terdapat istilah insiden keselamatan pasien yang berpotensi mengakibatkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) (DepKes, 2011). Dalam penelitiannya, Harvard University menemukan 4% pasien mendapatkan bahaya di rumah sakit; 70% kejadian tidak diharapkan mengakibatkan kecacatan, dan 14% dari insiden yang terjadi mengakibatkan kematian. The Institute of Medicine (IOM) juga melaporkan bahwa di Amerika tahun 1999 paling sedikit 44.000 bahkan 98.000 pasien meninggal di rumah sakit dalam satu tahun akibat kesalahan medis.Dalam laporannya, departemen kesehatan UK melaporkan bahwa terjadi sekitar 850.000 kasus kejadian tidak diharapkan per tahun (WHO, 2004). 1

Upload: stella-herliantine

Post on 07-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

paper keselamatan pasien rumah sakit

TRANSCRIPT

Page 1: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

Ria Asti Septianti

101211131223 / IKMB 2012

A. Pendahuluan

Saat ini keselamatan pasien merupakan isu global, banyak dilaporkan tuntutan

pasien atas medical eror yang terjadi pada pasien. Keselamatan pasien rumah sakit

adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang

meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan

risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (DepKes, 2011).

Di dalam keselamatan pasien terdapat istilah insiden keselamatan pasien yang

berpotensi mengakibatkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera

(KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) (DepKes,

2011). Dalam penelitiannya, Harvard University menemukan 4% pasien mendapatkan

bahaya di rumah sakit; 70% kejadian tidak diharapkan mengakibatkan kecacatan, dan

14% dari insiden yang terjadi mengakibatkan kematian. The Institute of Medicine (IOM)

juga melaporkan bahwa di Amerika tahun 1999 paling sedikit 44.000 bahkan 98.000

pasien meninggal di rumah sakit dalam satu tahun akibat kesalahan medis.Dalam

laporannya, departemen kesehatan UK melaporkan bahwa terjadi sekitar 850.000 kasus

kejadian tidak diharapkan per tahun (WHO, 2004).

Berdasarkan laporan di atas, sistem kesehatan dunia terus berusaha merubah

paradigma pelayanan kesehatan menuju keselamatan pasien. Upaya ini berdampak

juga terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia melalui pembentukan KKPRS (Komite

Keselamatan Pasien Rumah Sakit) pada tahun 2004. Pada tahun 2007 KKPRS

melaporkan insisden keselamatan pasien sebanyak 145 insiden yang terdiri dari KTD

46%, KNC 48%, dan lain-lain 6%. Lokasi kejadian tersebut berdasarkan propinsi

ditemukan DKI Jakarta menempati urutan tertinggi, yaitu 37,9%, diikuti Jawa Tengah

15,9%, DI Yogyakarta 13,8%, Jawa timur 11,7%, Sumatra Selatan 6,9%, Jawa Barat

2,8%, Bali 1,4%, Sulawesi Selatan 0,69%, dan Aceh 0,68%. Berdasarkan Laporan Peta

Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI, September 2007), kesalahan

dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang

dilaporkan.

1

Page 2: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

Tahun 2001 dalam laporan FDA safety, menemukan bahwa yang menjadi

penyebab terjadinya kesalahan obat adalah komunikasi (19%), pemberian label (20%),

nama pasien yang membingungkan (13%), faktor manusia (42%), dan desain kemasan

(20,6%). Adapun kesalahan yang berhubungan dengan faktor manusia antara lain

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan (12,3%), kurangnya kinerja (13,2%),

kelelahan (0,3%), kesalahan kecepatan infuse (7%), dan kesalahan dalam menyiapkan

obat.

Faktor manusia karena kurangnya pengetahuan menempati peringkat pertama

dalam kasus kesalahan pemberian obat.Kesalahan pemberian obat ini bisa karena

kesalahan dokter sebagai pemberi resep, atau kesalahan petugas apotek sebagai

pembaca resep.Dokter yang salah memberi resep bisa jadi disebabkan karena dokter

yang kurang paham tentang penyakit pasien, salah diagnosa, ataupun kurang paham

dengan obat yang dimaksud.Dokter yang memberikan pelayanan yang tidak sesuai

dengan standar profesi disebut sebagai malpraktik.Malpraktik menyebabkan kerugian

bagi pasien, pasien bisa cedera, lebih lama dirawat di rumah sakit, menghabiskan lebih

banyak biaya, membuat pasien tidak produktif, bahkan bisa juga menyebabkan

kematian.Rumah sakit yang seharusnya dapat membuat pasien menjadi sembuh, malah

membuat pasien rugi bahkan terancam jiwanya.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian

a. Pengertian Keselamatan

Menurut KBBI:

“Selamat adalah terhindar dari bencana, aman sentosa, sejahtera, tidak kurang

suatu apa, sehat, tidak mendapat gangguan, dan kerusakan. Keselamatan

adalah keadaan dari selamat. Sehingga keselamatan adalah keadaan dari

terhindar dari bencana, man sentosa, sejahtera, tidak kurang suatu apa, sehat,

tidak mendapat gangguan, dan kerusakan” (Departemen Pendidikan Nasional

Republik Indonesia, 2008)

b. Pengertian Pasien

Menurut UU RI nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit:

“Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya

untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara lagsung

maupun tidak langsung di Rumah Sakit” (DepKes, 2009)

c. Pengertian Keselamatan Pasien (Patient Safety)

1) Menurut KKPRS (2006):

2

Page 3: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

“Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit

membuatasuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen

risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya

risiko.” (KKPRS et al., 2006)

2) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1691/Menkes/Per/VIII/2011:

“Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan

mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil.” (DepKes, 2011)

3) Menurut Institute of Medication:

“An adverse event results in unintended harm to the patient by an act of

commission or omission rather than by the underlying disease or condition of

the patient.”

4) Menurut WHO:

“Patient safety is the absence of preventable harm to a patient during the

process of health care.” (WHO, 2004)

5) Menurut penjelasanpasal 43 (1) UU RI nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit:

“Keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit

yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman.” (DepKes, 2009)

d. Pengertian Insiden Keselamatan Pasien

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1691/Menkes/Per/VIII/2011:

“Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap

kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi

mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian

Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian

Potensial Cedera.” (DepKes, 2011)

e. Pengertian Malpraktik Medis

Menurut World Medical Association (1992):

3

Page 4: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

“medical malpractice involves the physician’s failure to conform to the standard of

care for treatment of the patient’s condition, or lack of skill, or negligence in

providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the paient.”

f. Pengertian Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1691/Menkes/Per/VIII/2011:

“Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang

mengakibatkan cedera pada pasien.” (DepKes, 2011)

g. Pengertian Kejadian Sentinel

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1691/Menkes/Per/VIII/2011:

“kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera

yang serius. ” (DepKes, 2011)

2. Tujuan

Menurut Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS), tujuan program

keselamatan pasien di rumah sakit antara lain:

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

c. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan (KKPRS et al., 2006)

Untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit, Joint Commission on

Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO) menyusun “Hospital National

Patient Safety Goals”yang berfokus pada masalah keselamatan di tempat-tempat

pelayanan kesehatan dan bagaimana menyelesaikannya. Tujuan-tujuan tersebut

meliputi:

1) Identifikasi pasien secara benar

2) Meningkatkan komunikasi antar staf

3) Meningkatkan keselamatan penggunaan obat

4) Mencegah infeksi

5) Identifikasi resiko keselamatan pasien

6) Mencegah kesalahan operasi (Joint Commission on Accreditation of Healthcare

Organizations, 2013)

Untuk mendukung tujuan tersebut, yaitu bebas dari kesalahan dan

melaksanakan sistem pelaporan kesehatan dan keselamatan, dibutuhkan data

pasien secara lengkap. Data tersebut meliputi informasi demografi, tanda dan

4

Page 5: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

gejala, pengobatan, hasil tes, diagnosa, terapi, dan hasil secara keseluruhan. Dan

tentunya juga harus didukung oleh tersedianya SDM yang berkualitas agar tidak

terjadi kejadian tidak diharapkan (KTD). Agar kejadian tidak diharapkan tidak

terulang kembali, maka dibutuhkan sistem pelaporan sebagai sarana pembelajaran.

Data dalam sistem tersebut meliputi siapa saja yang terlibat, dimana dan kapan

kejadiannya, apa yang terjadi, cara menghindari keparahan yang mungkin terjadi,

faktor-faktor yang mempengaruhi, dan pembaharuan prosedur yang perlu diperbaiki

(Institute of Medicine, 2004).

3. Prinsip

Terdapat lima prinsip keselamatan pasien yang telah disusun oleh Kohn, 2000

yaitu:

a. Prinsip 1: provide leadership

1) Menjadikan keselamatan pasien sebagai tujuan utama/priorotas

2) Menjadikan keselamatan pasien sebagai tanggung jawab bersama

3) Menunjuk/menugaskan seseorang yang bertanggung jawab untuk program

keselamatan

4) Menyediakan sumber daya manusia dan dana untuk anlisis eror dan

redesign sistem

5) Mengembangkan mekanisme yang efektif untuk mengidentifikasi “unsafe”

dokter

b. Prinsip 2: memperhatikan keterbatasan manusia dalam perancangan proses,

yakni:

I. Design job for safety

II. Menyederhanakan proses

III. Membuat standar proses

c. Prinsip 3: mengembangkan tim yang efektif

d. Prinsip 4: antisipasi untuk kejadian tak terduga

i. Pendekatan proaktif

ii. Meneydiakan antidotum

iii. Training simulasi

e. Prinsip 5: menciptakan atmosfer “learning”

Mengenai malpraktik, menurut Leenen kewajiban yang harus dilakukan dokter

atau dokter gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah melaksanakan

suatu tindakan sesuai dengan Standar Profesi Medik (SPM) yang pada hakekatnya

terdiri dari beberapa unsur, diantaranya bekerja dengan teliti, hati-hati dan seksama,

sesuai dengan ukuran medik, sesuai dengan kemampuan rata-rata atau sebanding

5

Page 6: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

dengan dokter dalam kategori keahlian medik yang sama, dalam keadaan yang

sebanding dan dengan sarana dan upaya yang sebanding wajar dengan tujuan

konkrit dari tindakan medik tersebut.

4. Dasar Hukum

a. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum

1) Pasal 53 (3) UU No.36/2009

2) Pasal 32n UU No.44/2009

3) Pasal 58 UU No.36/2009

b. Tanggung jawab Hukum Rumah Sakit

i. Pasal 29b UU No.44/2009

ii. Pasal 46 UU No.44/2009

iii. Pasal 45 (1) UU No.44/2009

c. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit

Pasal 45 (2) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit

d. Hak Pasien

I. Pasal 32e UU No.44/2009

II. Pasal 32j UU No.44/2009

III. Pasal 32q UU No.44/2009

e. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien

Pasal 43 UU No.44/2009

f. Kewajiban dokter

Pasal 51a UU No. 29/2004 tantang Praktik Kedokteran

5. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Insiden Keselamatan Pasien

Menurut Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ), terdapat

beberapa penyebab kesalahan yang dapat meningkatkan resiko insiden

keselamatan pasien. Kesalahan-kesalahan yang biasanya sering terjadi adalah:

a. Terjadi kesalahan komunikasi

b. Informasi yang tidak adekuat

c. Kesalahan manusia

d. Hubungan dengan pasien yang kurang baik

e. Kurangnya pengetahuan yang diberitahukan kepada pasien

f. Kesalahan pada susunan staf

g. Kesalahan teknis

h. Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat (AHRQ, 2003)

6

Page 7: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

Insiden keselamatan pasien juga bisa disebabkan karena malpraktek doktek

yang sedang bertugas.Malpraktik menyebabkan berbagai kejadian tidak diharapkan

yang dapat mengakibatkan pasien cedera atau bahkan kematian.Malpraktik juga

telah melanggar hak pasien yang seharusnya memperoleh keamanan dan

keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.

Salah satu tujuan program keselamatan pasien yang disusun KKPRS adalah

menurunnya kejadian yang tidak diharapkan di rumah sakit. Jika di rumah sakit

masih kecolongan dengan adanya malpraktik dokter-dokter yang menjalankan tugas

tidak sesuai standar profesi, kejadian tidak diharapkan akan terus berlanjut dan sulit

untuk dikendalikan. Seharusnya pihak rumah sakit harus lebih selektif dalam

penerimaan petugas medis, agar kejadian tidak diharapkan bisa ditekan.

6. Nine Life-Saving Patient Safety Solution (WHO Patient Safety, 2007)

Keselamatan pasien di Rumah Sakit harus diperhatikan dan dilindungi. Telah

banyak kasus yang terjadi di bidang kesehatan ini yang merugikan pasien, terlebih

dapat mengancam keselamatan jiwa pasien. Penyebabnya pun beragam, karena

malpraktik, kesalahan diagnosa, faktor lingkungan, dan masih banyak lagi lainnya.

Pasien yang seharusnya mendapatkan perawatan yang baik agar sembuh tetapi

justru mendapatkan ancaman bahaya.

Oleh karena banyaknya kasus dan akibat yang dapat ditimbulkan,

permasalahan ini tidak hanya mendapat perhatian negara Indonesia, tapi juga dunia.

Untuk mengatasi permasalahan keselamatan pasien Rumah Sakit ini, WHO telah

membuat sembilan solusi yang tersusun dalam “Nine Life-Saving Patient Safety

Solution”.

Kesembilan solusi tersebut adalah:

a. Look-alike, sound-alike medication names (perhatikan nama obat, rupa, dan

ucapan mirip (NORUM))

b. Patient identification (pastikan identifikasi pasien)

c. Communication during patient hand-overs (komunikasi secara benar saat serah

terima/pengoperan pasien)

d. Performance of correct procedure at correct body site (pastikan tindakan yang

benar pada sisi tubuh yang benar)

e. Control of concentrated electrolyte solutions (kendalikan cairan elektrolit pekat)

f. Assuring medication accuracy at transition (pastikan akurasi pemberian obat

pada pengalihan pelayanan)

g. Avoiding catheter and tubing mis-connections (hindari salah kateter dan salah

sambung slang)

7

Page 8: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

h. Single use of injection devices (gunakan alat injeksi sekali pakai)

i. Improved hand hygiene to prevent Health care-Associated Infection (HAI)

(tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial) (WHO,

2004)

Untuk mendukung kesuksesan pencapaian tujuan dan solusi yang telah

dibentuk, KKPRS menyusun tujuh standar keselamatan pasien dalam buku

panduannya yang mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang

dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations,Illionis,

USA, tahun 2002. Ketujuh standar tersebut meliputi:

1) Hak pasien

Standar: pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden

2) Mendidik pasien dan keluarga

Standar: rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang

kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien

3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standar: rumah sakit menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan

pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan

4) Penggunaan metoda-metoda peningktan kinerja untuk melakukan evaluasi dan

program peningkatan keselamatan pasien

Standar: rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses

yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk

meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien

5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standar:

a) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan

pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh

Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”

b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi

resiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden

c) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar

unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

keselamatan pasien

d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,

mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan

keselamatan pasien

8

Page 9: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

e) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam

meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standar:

A. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk

setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien

secara jelas

B. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang

berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta

mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien

7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Standar:

a. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi

keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan

eksternal

b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat (KKPRS et al.,

2006)

Untuk mencapai ke tujuh standar di atas, panduan nasional tersebut

menganjurkan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit” yang

terdiri dari:

I. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

II. Pimpin dan dukung staf

III. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko

IV. Kembangkan sistem pelaporan

V. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien

VI. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

VII. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien (KKPRS et al.,

2006)

C. Diskusi

Kasus malpraktik dapat dikatakan telah melanggar kode etik kedokteran

(KODEKI).Seharusnya pengawasan terhadap pelanggaran kode etik (KODEKI)perlu

ditingkatkan oleh Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK) untuk menghindari terjadinya

pelanggaran-pelanggaran yang mungkin sering dilakukan.Peran lembaga yudikatif juga

harus ditingkatkan jika kasus yang terjadi adalah malpraktik, agar dapat tercipta

keadilan dan kepastian hukum.Kasus malpraktik dapat dikategorikan sebagai tindak

pidana karena membahayakan keselamatan jiwa pasien dan dapat mengakibatkan

9

Page 10: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

hilangnya nyawa pasien.Kasus malpraktik juga dapat dikategorikan sebagai kasus

perdata jika pihak yang dirugikan meminta ganti rugi kepada pihak yang telah membuat

kerugian.

Kejadian Tidak Diharapkan yang berakibat kematian atau yang disebut kejadian

sentinel dapat ditekan jika setiap rumah sakit mampu menerapkan standar keselamatan

pasien sesuai dengan yang disebutkan dalam pasal 43 UU No. 44/2009 tentang Rumah

Sakit, yaitu melaksanakan pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan

pemecahan masalah. Dan juga jika dokter yang bertugas dapat melaksanakan praktik

sesuai standar profesi tertinggi.

Sebagai seorang manajer, untuk mengatasi masalah kejadian tidak diharapkan

dan kasus malpraktik haruslah membuat standar kriteria petugas medis yang akan

dipekerjakan di rumah sakitnya agar sumber daya yang ada bisa berkualitas. Juga

melaksanakan pendidikan dan pelatihan secara berkala dalam rangka peningkatan

kemampuan sumber daya manusia. Selain itu, menegakkan disiplin peraturan-peraturan

yang telah ditetapkan, mengawasi jalannya segala kegiatan yang terjadi di rumah sakit

agar sesuai standar yang berlaku, meningkatkan standar internal rumah sakit agar

sesuai denganStandard Operating Procedure(SOP), mengatur ketersediaan sarana

prasarana yang dapat menunjang proses pelayanan sesuai dengan ketentuan klasifikasi

rumah sakit, mengatur sistem pelaporan sesuai ketentuan yang berlaku, melaksanakan

pengelolaan limbah dengan memperhatikan kesehatan lingkungan, serta melaksanakan

tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governace) dan tata kelola klinis

yang baik (Good Clinical Governance).

Selain yang tersebut di atas, ada banyak hal lain yang bisa dilakukan oleh seorang

manajer dan tentunya juga harus didukung oleh petugas kesehatan yang lain. Misalnya

saja merencanakan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi untuk

meningkatkan standar pelayanan, tidak lagi mempekerjakan dokter-dokter yang

melakukan malpraktik, mengatur jalannya keuangan agar dapat dimanfaatkan dengan

baik untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, menetapkan standar komunikasi

antar staf untuk memperkecil tingkat kesalahan komunikasi, mengawasi jalannya sistem

farmasi di rumah sakit, serta melakukan evaluasi dan pembelajaran dari pelaporan yang

ada untuk meminimalisir terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atupun kejadian

sentinel.

D. Kesimpulan

Keselamatan pasien adalah sistem dimana rumah sakit menciptakan keadaan

yang lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar

10

Page 11: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan

timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang dapat mengakibatkan kerugian

fisik maupun materi yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian dalam

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Keselamatan pasien yang tidak dikelola dapat menimbulkan adanya kasus

malpraktik yang beresiko mengakibatkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang dapat

membahayakan jiwa pasien.Kejadian Tidak Diharapkan adalah insiden yang dapat

menyebabkan pasien cedera. Sedangkan Kejadian Tidak Diharapkan yang

menyebabkan pasien meninggal disebut kejadian sentinel.

Tidak hanya di Indonesia, di dunia pun masalah keselamatan pasien telah menjadi

pusat perhatian karena tingginya angka kaus dan efek yang ditimbulkan oleh insiden

keselamatan pasien.Dari banyaknya kasus ini, ada banyak pula penyebabnya.Menurut

Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ), penyebab terjadinya insiden

keselamatan pasien yaitu terjadi kesalahan komunikasi, informasi yang tidak adekuat,

kesalahan manusia, hubungan dengan pasien yang kurang baik, kurangnya

pengetahuan yang diberitahukan kepada pasien, kesalahan pada susunan staf,

kesalahan teknis, dan kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat. Berdasarkan

Laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI, September

2007), kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10

besar insiden yang dilaporkan.

Insiden keselamatan pasien juga bisa disebabkan karena malpraktek doktek yang

sedang bertugas.Malpraktik adalah pelayanan dokter kepada pasien yang tidak sesuai

dengan standar profesi tertinggi.Malpraktik menyebabkan berbagai kejadian tidak

diharapkan yang dapat mengakibatkan pasien cedera atau bahkan kematian.Karena

malpraktik memberikan pelayanan yang jelek dan tidak sesuai standar.Jika malpraktik

terus merajalela, angka kejadian tidak diharapkan sulit untuk ditekan.Terlebih jika kasus

malpraktik sampai menyebabkan kematian atau kejadian sentinel.

Berbagai upaya telah disusun dan diterapkan untuk mengatasi masalah

keselamatan pasien, tidak hanya di Indonesia tetapi juga oleh organisasi-organisasi

kesehatan di dunia.Tujuan dan standar keselamatan pasien disusun, rumah sakit terus

memperbaiki sistemnya agar sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.Bahkan

WHO telah menciptakan Nine Life Saving Patient Safety Solution(Sembilan solusi

keselamatan pasien).Upaya dan program yang telah diciptakan bertujuan agar tercipta

budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit

terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di

rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan.

11

Page 12: PENDISIPLINAN MALPRAKTIK UNTUK MEMINIMALISIR KEJADIAN SENTINEL

Di dalam sistem internal rumah sakit sendiri juga melakukan upaya pencegahan

dan penanganan masalah keselamatan pasien. Misalnya saja membuat standar kriteria

petugas medis yang akan dipekerjakan di rumah sakitnya agar sumber daya yang ada

bisa berkualitas. Juga melaksanakan pendidikan dan pelatihan dalam rangka

peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Selain itu, menegakkan disiplin

peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, mengawasi jalannya segala kegiatan yang

terjadi di rumah sakit agar sesuai standar yang berlaku, meningkatkan standar internal

rumah sakit agar sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP), mengatur

ketersediaan sarana prasarana yang dapat menunjang proses pelayanan sesuai

dengan ketentuan, mengatur sistem pelaporan sesuai ketentuan yang berlaku,

melaksanakan pengelolaan limbah dengan memperhatikan kesehatan lingkungan, serta

melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governace) dan tata

kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance).

Daftar Pustaka

AHRQ, 2003. Agency for Healthcare Research and Quality. [Online] Available at: http://www.ahrq.gov [Accessed 3 october 2013].

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. [Online] Available at: http://www.bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi.index.php [Accessed 30 September 2013].

DepKes, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

DepKes, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No. 1691/Menkes/Per/VIII/2011, tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Institute of Medicine, 2004. PATIENT SAFETY: ACHIEVING A NEW STANDARD FOR CARE. Washington DC: The National Academies Press.

Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations, 2013. Hospital National Patient Safety Goals. [Online] Available at: http://www.jointcommission.org [Accessed 2 october 2013].

KKPRS, PERSI & DepKes, K., 2006. PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (Patient Safety). Jakarta: DepKes.

WHO, 2004. Patient Safety. [Online] Available at: http://www.who.int [Accessed 2 october 2013].

WHO, 2004. World Alliance for Patient Safety: Forward Programme 2005. [Online] Available at: http://www.who.int/patientsafety [Accessed 2 october 2013].

12