pendidikan karakter...apaan tuch!

13
1 | Pendikar 2014 PENDIDIKAN KARAKTER... APAAN TUCH? Oleh: Daniel S. Stephanus [email protected] PENGANTAR Pada lima tahun terakhir ini, secara massif di dengung-dengungkan kembali Pendidikan Karakter (Pendikar) sebagai salah satu aspek pendidikan yang harus diberikan kepada peserta didik di seluruh Nusantara. Pendidikan Karakter merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari apalagi diabaikan bila sutau bangsa ingin menjadi Negara yang beradab dan berbudaya. Sebuah bangsa akan berjaya sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya bila bangsa tersebut memiliki karakter kuat dan jati diri yang kokoh. Pembangunan karakter suatu bangsa tidak dapat dilaksanakan secara tergesa-gesa apalagi instan, pembangunan karakter adalah suatu proses yang panjang dan sistematis, satu-satunya jalan adalah melaui Pendidikan Karakter. Bung Karno sebagai founding father alias Bapak Pendiri Bangsa pernah berujar tentang pentingnya pembangunan Karakter Bangsa (nation character building). Pembangunan Karakter Bangsa adalah pembangunan karakter yang komprehensif dan holistic sebagai bangsa dengan menyadari keberagamannya. Pembangunan segenap anak bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan social. Jelas disini, pembangunan karakter yang dilakukan bukanlah proses pendek tetapi proses jangka panjang, bukan pula pembangunan yang hanya mengutamakan satu sisi tetapi proses pembangunan yang bersifat multiaspek dan multidimensi. Sebuah proses pembangunan karakter yang berbasis pada proses, mengedepankan pemahaman yang komprehensif, untuk mencapai tujuan yang luhur bukan semata sebagai Negara yang sejahtera tetapi juga Negara yang beradab dan berbudaya. Proses pembangunan karakter bukanlah proses tanpa rencana, bukan pula proses yang tidak tersistemastis. Proses pembangunan karakter haruslah terencana dan tersistematis, seperti layaknya pembangunan kecerdasan dan pembangunan keimanan. Pembangunan karakter haruslah melalui proses pendidikan yang terencana dan tersistematis dengan baik. Oleh karenanya, Pembangunan Karakter Bangsa seharusnya sejalan dengan proses pendidikan, proses dari anak-anak sampai dewasa sebagai proses pendidikan yang berkesinambungan dan terus menerus seumur hidup. Layaknya jargon pendidikan yang membentuk manusia yang cerdas melalui penguasaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) yang sejalan dengan pembangunan akhlak dan moral melalui penanaman Iman dan Takwa (IMTAK), saat ini semestinya ditambahkan pula pembangunan karakter melalui Pendidikan Karakter (PENDIKAR). Sehingga, manusia Indonesia bukan hanya dijadikan manusia Indonesia yang cerdas berpengetahuan, menguasai teknologi, peka terhadap keindahan, beriman, dan bertakwa saja tetapi juga berkarakter.

Upload: fauzan-gusdurian

Post on 16-Apr-2017

248 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

1 | P e n d i k a r 2 0 1 4

PENDIDIKAN KARAKTER... APAAN TUCH?

Oleh: Daniel S. Stephanus

[email protected] PENGANTAR Pada lima tahun terakhir ini, secara massif di dengung-dengungkan kembali Pendidikan Karakter (Pendikar) sebagai salah satu aspek pendidikan yang harus diberikan kepada peserta didik di seluruh Nusantara. Pendidikan Karakter merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari apalagi diabaikan bila sutau bangsa ingin menjadi Negara yang beradab dan berbudaya. Sebuah bangsa akan berjaya sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya bila bangsa tersebut memiliki karakter kuat dan jati diri yang kokoh. Pembangunan karakter suatu bangsa tidak dapat dilaksanakan secara tergesa-gesa apalagi instan, pembangunan karakter adalah suatu proses yang panjang dan sistematis, satu-satunya jalan adalah melaui Pendidikan Karakter. Bung Karno sebagai founding father alias Bapak Pendiri Bangsa pernah berujar tentang pentingnya pembangunan Karakter Bangsa (nation character building). Pembangunan Karakter Bangsa adalah pembangunan karakter yang komprehensif dan holistic sebagai bangsa dengan menyadari keberagamannya. Pembangunan segenap anak bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan social. Jelas disini, pembangunan karakter yang dilakukan bukanlah proses pendek tetapi proses jangka panjang, bukan pula pembangunan yang hanya mengutamakan satu sisi tetapi proses pembangunan yang bersifat multiaspek dan multidimensi. Sebuah proses pembangunan karakter yang berbasis pada proses, mengedepankan pemahaman yang komprehensif, untuk mencapai tujuan yang luhur bukan semata sebagai Negara yang sejahtera tetapi juga Negara yang beradab dan berbudaya. Proses pembangunan karakter bukanlah proses tanpa rencana, bukan pula proses yang tidak tersistemastis. Proses pembangunan karakter haruslah terencana dan tersistematis, seperti layaknya pembangunan kecerdasan dan pembangunan keimanan. Pembangunan karakter haruslah melalui proses pendidikan yang terencana dan tersistematis dengan baik. Oleh karenanya, Pembangunan Karakter Bangsa seharusnya sejalan dengan proses pendidikan, proses dari anak-anak sampai dewasa sebagai proses pendidikan yang berkesinambungan dan terus menerus seumur hidup. Layaknya jargon pendidikan yang membentuk manusia yang cerdas melalui penguasaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) yang sejalan dengan pembangunan akhlak dan moral melalui penanaman Iman dan Takwa (IMTAK), saat ini semestinya ditambahkan pula pembangunan karakter melalui Pendidikan Karakter (PENDIKAR). Sehingga, manusia Indonesia bukan hanya dijadikan manusia Indonesia yang cerdas berpengetahuan, menguasai teknologi, peka terhadap keindahan, beriman, dan bertakwa saja tetapi juga berkarakter.

2 | P e n d i k a r 2 0 1 4

Jadi, Pembangunan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Karakter bukanlah sebuah proses instan tetapi merupakan proses pendidikan berkelanjutan. Pendidikan Karakter bukan pula proses pendidikan yang parsial dan terpecah-pecah tetapi merupakan proses pendidikan multidimensi dan multiaspek yang bersifat holistic dan komprehensif. Pendidikan karakter bukan pula proses pendidikan yang serampangan dan sekenanya tetapi merupakan proses pendidikan yang terencana secara sistematis. Oleh karena itu, Pendidikan Karakter seharusnya terintegrasi dan menyatu dengan proses pendidikan pada umumnya, baik pada pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Proses pendidikan yang yang masuk dalam kurikulum bukan sebagai mata pelajaran tersendiri tetapi mewarnai setiap mata pelajaran baik yang kurikuler, kokurikuler, maupun ekstra kurikuler. DASAR HUKUM PENDIDIKAN KARAKTER Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010--2025. Kebijakan Nasional yang diterbitkan dalam bentuk buku berwarna merah-putih merupakan rujukan untuk Pendikar. Dokumen Kebijakan Nasional ini berisi beberapa bab. Bab pertama yang merupakan pendahuluan berisi latar belakang, fungsi dan tujuan, ruang lingkup, pengertian, dan alur pikir Pembangunan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Karakter. Bab kedua tetang kerangka pembangunan karakter bangsa berisi consensus nasional, lingkungan strategi, permasalahan bangsa saat ini, konsep jati diri bangsa, dan karakter yang diharapkan. Bab ketiga berisi arah, tahapan, dan prioritas pembangunan karakter bangsa untuk perioda 2010—2025. Bab keempat berisi srtategi pembangunan karakter bangsa melalui sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerjasama. Dokumen yang menjadi panduan Pembangunan Karakter Bangsa untuk 15 tahun mendatang ini diterbitkan untuk mememuhi amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005—2025. Dokumen ini disusun oleh berbagai kementerian, lembaga non kementerian, dan lembaga non pemerintah yang terkait, masukan dari berbagai pihak, termasuk juga pembelajaran (lesson learn) dari cerita sukses (best practices) dari sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang telah menyelenggarakan Pendidikan Karakter. Dokumen Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter ditujukan untuk menjadi panduan dalam merancang, mengembangkan, dan melaksanakan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pembangunan Karakter Bangsa yang melibatkan berbagai pihak. Naskah Akademik Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi dan penerapannya di Kurikulum 2013. Naskah Akademik ini merupakan panduan umum pelaksanaan Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Naskah Akademik ini disusun oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) yang merupakan bagian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Naskah akademik ini disusun untuk menjdi referensi dan panduan umum bagi lembaga pendidikan tinggi untuk merencananakn. Mengembangkan, dan mengimplementasikan Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi untuk membentuk sarjana lulusan perguruan tinggi menjadi insan-insan yang cerdas dan bermartabat.

3 | P e n d i k a r 2 0 1 4

Naskah Akademik ini terdiri dari beberapa bab. Bab pertama yang merupakan pendahuluan berisi tentang tujuan pendidikan nasional yang di dalamnya membahas mengenai model pendidikan dari Ki Hajar Dewantara dan Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kondisi umum pendidikan Indonesia yang berisi Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan ketakseimbangan antara pendidikan keilmuan, keterampilan, dan karakter, serta aspek multikulturalnya bangsa Indonesia. Bab kedua berisi tentang budaya nasional dan karakter bangsa yang terdiri dari konsep kebudayaan, konsep nasional, karakter bangsa, masyarakat, budaya, dan mimbar akademik, karakter individu dalam perspektif budaya akademik, dan harkat pendidikan dalam perspektif budaya akademik. Bab ketiga berisi tentang pendidikan karakter di perguruan tinggi yang berisi kerangka dasar, pendekatan, strategi implementasi, dan evaluasi pendidikan karakter. Undang-Undang No. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Nasional Fungsi Pendikar dalam Pendidikan Nasional teruang dalam Pasal 3, Undang-Undang No.20 tahun 2003, terdiri dari fungsi (1) mengembangkan kemampuan, (2) membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, (3) mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan Pendikar dalam Pendidikan Nasional adalah beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan demokratis, serta bertanggungjawab. Ujung dari pendidikan nasional adalah karakter. Sehingga, ujung dari Pendidikan (bukan hanya pendidikan karakter) di Indonesia adalah Pembangunan Karakter Bangsa. Alur pikir Pendikar dalam Pembangunan Karakter Bangsa dapat dilihat pada Bagan 1 berikut ini. Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa

4 | P e n d i k a r 2 0 1 4

ARTI DAN MAKNA PENDIDIKAN KARAKTER Karakter dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai yang khas baik yang terpateri dan terejahwantakan dalam perilaku. Karakter merupakan ekstraksi dari olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga. Selain itu, karakter dapat pula berarti mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapai permasalahan. Sedangkan Karakter Bangsa adalah Perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik. Tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa dan karsa, serta perilaku berbangsa dan bernegara. Penjabaran lebih jauh lagi, ekstraksi karakter dapat di perinci sebagai berikut: (1) olah hati terdiri dari cinta, jujur, beriman dan takwa; (2) olah pikir terdiri dari cerdas, kreatif; (3) olah raga terdiri gigih, dan kooperatif; (4) olah rasa dan karsa yang terdiri dari kemanusiaan, gotong royong, toleransi, patriotic. Karakter bukan hasil jadi yang dikerjakan semalam, karakter merupakan proses pendidikan dan internalisasi yang membtuhukan proses panjang. Proses pembangunan karakter melibatkan proses internal dan eksternal (pendidikan) oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk membentuk jati diri. Karakter yang terbentuk akan tercermin pada tampilan, pemikiran, sikap, dan perilaku. Nilai-Nilai Luhur yang disepakati di Pendidikan Karakter Dari proses kerja keras Kementerian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter yang dicita-citakan adalah karakter yang berbasis pada nilai-nilai luhur yang disarikan dari budaya bangsa. Hasil dari perenungan team Balitbang Kurikulum Kemendiknas, disepakati nilai-nilai luhur dalam pendidikan karakter yang didasarkan pada budaya bangsa adalah sebagai berikut.

5 | P e n d i k a r 2 0 1 4

Sedangkan penjabaran lebih tersistematis berdasarkan ekstraksinya adalah sebagai berikut.

Olah Pikir Olah Hati Olah Rasa dan Karsa

Olah Raga

1. Cerdas, 2. Terbuka 3. Kritis, 4. Produktif, 5. Mandiri, 6. Orientasi IPTEKS, 7. Komprehensif

(holistic), 8. Multiperspektif, 9. Kreatif

1. Bertanggung jawab,

2. Adil, 3. Integritas, 4. Sinergis, 5. Reflektif.

1. Toleran, 2. Nasional, 3. Inklusif, 4. Peduli, 5. Berbela rasa

1. Disiplin, 2. Kompetitif, 3. Sprotif, 4. Kooperatif 5. Kolaboratif, 6. Tangguh.

Dalam bentuk yang lebih sistematis lagi, akan terjabarkan dalam skema Ruang Lingkup

Pendidikan Karakter seperti yang terpapar pada diagram berikut ini.

Bila direnungkan dengan seksama, Pendidikan Karakter bukanlah pekerjaan yang mudah.

Menilik dari proses pembangunan atau pendidikan yang harus dilakukan, tidak adanya batasan

waktu dan jenjang pendidikan yang dapat dirumuskan secara eksak. Selain itu, dilihat dari

ruang lingkup pendidikan karakter dan penjabaran atau ekstraksinya begitu banyak nilai-nilai

6 | P e n d i k a r 2 0 1 4

ideal yang ingin diwujudkan. Belum lagi tujuan akhir pendidikan karakter begitu mulia dan

luhur, seakan seperti meraih bintang gemintang yang bergantung di langit.

Tetapi, Pembangunan Karakter Bangsa dan Pendidikan Karakter merupakan keniscayaan. Suatu

proses yang mau tidak mau harus dilalui bila ingin mewujudkan negara yang makmur dan

sejahtera sekaligus adil dan beradab. Sejak negara Indonesia didirikan, Pendidikan Karakter

sebagai bagian dari Pembangunan Karakter Bangsa telah menjadi komitmen para bapak pendiri

bangsa. Hingga saat inipun komitmen itu tidak pernah diingkari bahkan semakin dipertegas

dengan berbagai Kebijakan Nasional bahkan telah diundang-undangkan. Artinya, setiap Warga

Negara Indonesia wajib berperan aktif dalam Pembangunan Karakter Bangsa dan melaksanakan

Pendidikan Karakter. Bukan saja mengambil peran untuk dibangun dan dididik, tetapi turut

serta secara aktif untuk membangun dan mendidik. Tanggungjawab yang harus dipikul bukan

saja melaksanakannya secara formal melalui sekolah, tetapi juga melalui proses pendidikan

nonformal, atau informal, bahkan memulainya dari rumah.

PENDIDIKAN KARAKTER DI PENDIDIKAN FORMAL Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi merupakan hasil dari Deklarasi para Rektor se Indonesia dalam pertemuan Forum Rektor pada 04 Mei 2011. Dalam pertemuan tersebut dideklarasikan Gerakan Anti Mencontek dan Anti Plagiasi sebagai titik awal Pendidikan Karakter. Setelah itu dilakukanlah proses identifikasi dan berbagai pengalaman pembelajaran dari berbagai perguruan tinggi yang telah melaksanakan Pendidikan Karakter dengan berbagai nama dan berbagai bentuknya. Akhirnya, ditunjuk 10 Pusat Pendidikan Karakter yang berbasis pada ciri khas masing-masing perguruan tinggi, termasuk Universitas Ma Chung. Dengan menggusung moto “Pendidikan Karakter sebagai pilar kebangkitan bangsa, raih prestasi junjung tinggi budi pekerti”. Pendidikan Karakter telah dilembagakan dan bukan hanya sebagai kandungan kurikulum, tetapi sudah harus termaktub dalam kurikulum. Tentu saja bukan hanya kurikulum pendidikan tinggi saja, tetapi menjadi ruh dari System Pendidikan Nasional. Sehingga, System Pendidikan Nasional bukan hanya bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa tetapi juga membangun generasi yang jujur, cerdas, tangguh, dan peduli . Belajar dari pengalaman merancang, menyusun, dan melaksanakan Pendidikan Karakter di Universitas Ma Chung sejak berdiri pada Juli 2007, ada beberapa hal yang bisa dibagikan sebagai bahan pembelajaran Pendidikan Karakter di lembaga pendidikan formal. Pendidikan Karakter di Universitas Ma Chung, bukan merupakan mata kuliah tersendiri, tetapi mewarnai setiap mata kuliah yang ada. Bahkan, untuk mempercepat internalisasi Pendidikan Karakter dibuat berjenjang dan menjadi warna utama dari perkuliahan. Pendidikan Karakter yang dikenal dengan Character Building, dilakukan setiap semester mulai dari semester 1 sampai semester 8, tetapi dengan 2 tahapan besar. Tahap petama, semester 1—4 yang melekat pada

7 | P e n d i k a r 2 0 1 4

mata kuliah dan wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa (intra kurikuler). Tahap kedua, semester 5—8 yang bersifat pilihan dan dilaksanakan secara ekstra kurikuler. Pada tahap pertama, setiap mahasiswa wajib mengikuti Pendidikan Karakter yang dilekatkan pada Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU). Pada Semester 1, Pendidikan Karakter dilekatkan pada program orientasi dan pengenalan kampus yang dinamai Ma Chung Festival. Pada tahap ini, mahasiswa bukan saja dikenalkan pada kehidupan kampus dan cara belajar yang efektif, mahasiswa diajar untuk membangun kepekaan social dengan melakukan kegiatan bersama di komunitas-komunitas seni dan budaya. Hasil dari perkenalan dan interaksi tersebut akan dirayakan dalam satu hari, sebuah malam inagurasi yang berbeda. Para mahasiswa baru, diberi kesempatan untuk unjuk kebolehan dan keterampilan bersama dengan komunitas yang diakrabinya. Pada tahap awal yang paling awal ini mahasiswa diharapkan dapat mengenali dirinya sendiri, mengidentifikasi berbagai talenta dan potensi diri yang dimilikinya. Selain itu, mahasiswa dibiasakan untuk bekerja secara team dan membangun sinergi bersama anggota team yang lain. Tidak hanya sampi disitu, mahasiswa diharapkan mampu untuk membangun relasi dengan komunitas, banhkan bekerja bersama untuk melakukan unjuk karya. Mahasiswa dilatih untuk peka terhadap permasalahan social dan membangun kolaborasi untuk mengatasi permasalah tersebut. Tentu saja ada banyak karakter yang dibangun di masa awal mahasiswa berkuliah ini, bukan hanya berbasis oleh pikir seperti cerdas, kreatif, mandiri, dan kritis. Tatapi, karakter yang berbasis oleh hati seperti singergi dan reflektif juga dibangkitkan. Demikian pula dengan olah rasa dan karsa seperti toleran dan berbela rasa sudah dibangun sejak dini, sajak saat awal perkuliahan. Dan tentu saja olah raga juga dibangun, karakter kooperatif dan kolaboratif dilatihkan dan ditanamkan sejak awal perkuliahan. Sebuah pola atau model pembangunan karakter yang dilakukan seawal mungkin sebagai mahasiswa, dengan harapan para mahasiswa baru sudah memiliki dasar pemahaman tentang pendidikan karakter dan telah faham arah tujuan pembangunan karakter. Pada semester 2, Pendidikan Karakter dilekatkan pada Mata Kuliah Pendidikan Agama. Arah

dari Pendikar yang bersinergis dengan pendidikan agama adalah Keselahan Sosial. Sebuah

bentuk kesalehan yang bukan berpangkal pada hubungan vertical antara diri sendiri dan Tuhan,

tetapi hubungan yang horizontal antara manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan

alam semesta. Kesalehan social bukan sekedar toleransi, tetapi lebih luas lagi. Toleran hanya

sekedar saling menghormati dan menghargai, tetapi saleh social adalah kemampuan untuk

bekerja sama dan bekerja bersama untuk mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat.

Dengan thema (1) Agama dan masyarakat; (2) Agama dan Budaya; (3) Agama dan Negara; (4)

Agama dan Alam Semesta; (5) Kesalehan Sosial di kelas, setiap mahasiswa diajak untuk berfikir

dan merenung tentang arti hadirnya Agama di dunia ini. Ditambah dengan beberapa kasus

khusus yang diangkat dari permasalahan-permasalahan masyarakat yang saat ini berkembang

dan dengan pemateri yang berkompeten, dibalut dalam bentuk talk show, pemahaman

mengenai hadirnya Agama di dunia dan peran diri sebagai umat beragama semakin dipertegas.

Belum lagi ditambah dengan penugasan untuk kunjungan Lintas Iman. Setiap mahasiswa wajib

8 | P e n d i k a r 2 0 1 4

berkunjung, mengenal, dan berinteraksi dengan komunitas yang berbeda iman. Dari kunjungan

Lintas Iman, diharapkan mahasiswa untuk mengenal iman yang lain, untuk mengerti dan

menghilangkan curiga, untuk membangun komunikasi dan melakukan kerja bersama. Bukan

mencari perbedaan apalagi membangun tembok tinggi atau bahkan bermusuhan, mahasiswa

diharapkan bukan hanya mencari benang merah kebaikan yang sifatnya universal (golden

rules), membangun pengertian dan pemahaman yang benar, serta bila dimungkinkan

melakukan kerja-kerja social bersama untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan social

yang akan lebih baik bila dikerjakan bersama.

Pada semester 3, Pendidikan Karakter dilekatkan pada Mata Kuliah Pendidikan Pancasila.

Kurikulum Pendidikan Karakter dielaborasi dengan Kurikulum Pendidikan Pancasila sehingga

menjadi satu kurikulum yang bukan hanya mengajarkan Pancasila sebagai Ideologi Bangsa

tetapi juga menanamkannya sebagai Karakter Bangsa dan Karakter Personal setiap mahasiswa

sebagai Warga Negara Indonesia. Tujuan dari Pendidikan Karakter dan Pendidikan Pancasila

ditekankan pada Sila Kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tentu saja setelah

mahasiswa berkenalan dengan permasalahan social pada semester 1 dan kesalehan social pada

semester 2, pada semester 3 ini dilanjutkan dengan keadilan social. Dengan mengusung thema

(1) Hak Asasi Manusia, (2) Demokrasi, (3) Refleksi Kebangsaan, (4) Aktualisasi Pancasila dalam

Kehidupan Kampus, serta (5) Korupsi, Kolusi, dan Nepotisma, mahasiswa diajar dan didik untuk

dapat menginternalisasi nilai-nilai Pancasila untuk sebagai Karakter Bangsa dan Karakter

Personal Warga Negara Indonesia. Selain itu, dengan dibekali oleh ilmu Analisis Sosial,

mahasiswa diwajibkan untuk melakukan Analisis Sosial pada komunitas marjinal untuk

diprofilkan. Mahasiswa bukan saja diajar untuk berinteraksi dan mengenal komunitas tetapi

juga mampu melakukan analisis social untuk mampu menemukan akar masalah yang sedang

dihadapi oleh komunitas tersebut, khususnya permasalahan yang menyebabkan ketidakadilan

social terjadi pada komunitas tersebut. Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengembangkan

karakter kritis, dinamis, dan multiperspespektif sebagai hasil dari olah pikir, juga mampu

mengembangkan karakter integritas dan sinergis sebagai hasil dari olah hati, berkarakter

nasionalis sebagai hasil dari olah rasa dan karsa, serta karakter tangguh sebagai hasil dari olah

raga.

Pada semester 4, Pendidikan Karakter dielaborasikan dangan perkuliahan Pendidikan

Kewarganegaraan. Pembangunan Karakter personal mahasiswa diarahkan menjadi

pembangunan karakter sebagai warga Negara. Pembangunan karakter yang bukan hanya

untuk diri sendiri tetapi sebagai bagian dari warga Negara yang akan membentuk karakter

bangsa. Dengan mengentengahkan thema (1) peran warga Negara dalam permasalahan social;

(2) warga Negara dan politik; (3) warga Negara dan budaya; (4) warga Negara dan dinamika

pendidikan; (5) waraga Negara dan kelestarian alam dan lingkungan hidup; (6) warga Negara

dan kedaulatan ekonomi; (7) warga Negara, manusia dan IPTEKS; (8) warga Negara, HAM dan

9 | P e n d i k a r 2 0 1 4

jender; (9) warga Negara, hak dan kewajibannya; (10) warga Negara, demokrasi dan konstitusi;

(11) warga Negara dan geopolitik serta geostrategic. Mahasiswa bukan saja diajak untuk

membangun karakter personalnya saja tetapi juga membangun karakter kebangsaan dan

nasionalisma. Mahasiswa diharapkan bukan saja berkarakter sebagai personal tetapi juga

berkarakter sebagai warga Negara. Bukan hanya pelajaran di kelas, mahasiswa juga diwajibkan

untuk aktif berperan serta dalam menyelesaikan masalah bangsa. Dengan penugasan untuk

melakukan kegiatan yang berkontribusi pada penyelesaian masalah ketidakadilan social,

mahasiswa diminta untuk melakukan pendampingan selama perkuliahan Pendidikan

Kewarganegaraan pada komunitas marjinal yang telah dilakukan Analisis Sosial. Mahasiswa

bukan saja berkomunikasi dan berinteraksi dengan komunitas tetapi juga turut serta untuk

bekerja sama dan bekerja bersama dalam karya social, bukan saja antar sesama mahasiswa

tetapi juga dengan komunitas yang di dampinginya. Mahasiswa diajar untuk menjadi agen

perubahan (agent of change), walau belum besar tetapi telah belajar untuk turut serta dalam

penegakan keadilan social.

Pada semester-semester selanjutnya, mahasiswa tidak lagi diwajibkan untuk mengikuti

perkuliahan yang secara khusus didesain atau dielaborasi dengan Pendidikan Karakter.

Mahasiswa diharapkan secara sadar untuk membentuk dan membangun karakternya dalam

berbagai kegiatan intra dan ekstra kampus. Mahasiswa diharapkan bukan hanya aktif dalam

organisasi kemahasiswaan ataupun unit kegiatan mahasiswa, tetapi masih diberi peluang

dengan jalan turut dalam kegiatan Service Learning (SL), Program Kreativitas Mahasiswa,

Program Pengabdian Mahasiswa, juga berbagai kegiatan luar kampus lain seperti di menjadi

relawan di daerah bencana, relawan pengajar di beberapa sanggar belajar, dan berbagai

kegiatan lain. Selain itu, masih ada pula pelatihan-pelatihan rutin yang dilaksanakan pada

setiap libur semester seperti Orientation Based on Reflection (OBOR), dan berbagai kegiatan

dan pelatihan yang dilakukan oleh lembaga lain.

Mahasiswa dibangun karakternya bukan dilakukan sejara serampangan dan incidental karena

tidak akan menghasilkan apapun. Pendidikan Karakter sebagai bagian Pembangungan Karakter

Bangsa harus dipersiapkan dengan serius dan berjenjang serta tentu saja dengan berbagai cara

dan metodanya. Universitas Ma Chung membangun Pendidikan Karakakter sejak berdiri pada

tahun 2007 sebagai salah satu keunggulan system pendidikan yang dilaksanakan. Sampai pada

saat ini, Pendidikan Karakter telah menjadi ciri khas proses pendidikan di Universitas Ma Chung.

Bahkan, saat ini telah menjadi satu dari sepuluh Perguruan Tinggi yang menerima hibah sebagai

Percontohan dan lesson learn bagi Pendidikan Karakter di Pendidikan Tinggi se-Indonesia.

Bukan penghargaan yang terpenting tetapi makna dari Pendidikan Karakter yang

terinternalisasi pada setiap mahasiswa dan alumni menjadi tujuan utama dan yang terutama.

10 | P e n d i k a r 2 0 1 4

PENDIDIKAN KARAKTER DI PENDIDIKAN NONFORMAL Pendidikan Karakter yang telah terprogram dan tertata rapi untuk lembaga formal di Universitas Ma Chung, dimodifikasi dan dielaborasi sehingga juga dapat diterapkan pada lembaga pendidikan nonformal seperti lembaga kursus dan bimbingan belajar. Bekerja sama dengan Al Falah Islamic Course (FIC) Buduran - Sidoarjo, sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris yang bukan hanya mengajarkan muridnya untuk pandai berbahasa Inggris tetapi juga menanamkan nilai luhur Islam dan juga nilai luhur budaya Jawa disusun pula Pendidikan Karakter. Dengan mengusung tema Kesalehan Sosial untuk mewujudkan keadilan social, direncanakan, disusun, dan dilaksanakan Pendidikan Karakter dengaan 3 tahapan selama 3 tahun, masing-masing tahap dilaksanakan dengan pertemuan sekali dalam sebulan dan dilaksanakan dalam 1 tahun ajaran. Pada tahun pertama, Pendidikan Karakter ditujukan untuk membangun kepekaan social dengan bertajukkan “Analisis Sosial”. Kepekaan social yang dibangun dengan menggunakan pendekatan Analisis Sosial. Analisis Sosial adalah ilmu dan seperangkat alat analisis yang dipergunakan untuk membedah permasalahan masyarakat hingga menemukan akar masalah. Para anak FIC yang berusia SMA diajarkan cara melakukan analisis social terhadap suatu permasalahan di sekitarnya. Selain itu, peserta pelaatihan diperlengkapi dengan alat untuk menuliskan Analisis Sosialnya bukan dalam bentuk laporan yang formal tetapi berupa penulisan jurnalistik seperti berita, artikel, dan feature. Sehingga, laporan analisis social yang dihasilkan dapat disebarluaskan, baik dengan media komunitasnya maupun lewat tulisan-tulisan peserta pelatihan dalam berbagai media massa, minimal dalam blog dan media social lainnya. Pelatihan dilaksanakan (seharusnya) selama kurang lebih 1 tahun, dengan pertemuan sebulan sekali. Diharapkan setelah menempuh Pelatihan Pendidikan Karakter: Analisis Sosial, peserta pelatihan memiliki kepekaan terhadap permasalahan social di sekitarnya, mampu melakukan analisis social untuk menemukan akar masalahnya, dan kemudian menuliskannya dalam bentuk karya jurnalistik. Pada tahun kedua, Pendidikan Kakter dilanjutkan dengan mengambil thema “Kesalehan Sosial”. Kesalehan social adalah kemampuan seseoarang untuk berbuat sesuatu bagi komunitasnya dan bagi orang lain tanpa memandang latar belakang suku, agama, dan ras. Bahkan, menjadikan perbedaan sebagai kekuatan bersama untuk membangun masyarakat dan bumi yang lebih baik. Pelatihan dilaksanakan dalam setahun dengan sepuluh kali pertemuan yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Materi pelatihan yang diberikan adalah berbagai pengalaman dan pembelajaran dari para pelaku aktivitas social. Ada pelaku budaya, pelaku pendampingan komunitas marjinal, pelaku konservasi alam, dan berbagai pelaku serta aktivitas social. Setiap pengalaman yang dibagikan, peserta pelatihan diajak untuk melakukan refleksi. Refleksi dilakukan untuk menemukan nilai saleh social yang terpendar dari pengalaman nara sumber, kemudian dilakukan internalilsasi untuk dirasakan dan pada akhirnya diresapkan di sanubari untuk menjadi nilai yang dipegang sepanjang hayat. Setiap refleksi yang dilakukan diminta untuk dituliskan, tentu saja dengan teknik penulisan refleksi yang disampaikan dan dilakukan pendampingan yang intensif. Tulisan refleksi bukan saja semata untuk dokumen pengingat bagi si penulis tetapi juga dapat dibagikan melalui berbagai media massa maupun media social untuk menyebarkan kebaikan.

11 | P e n d i k a r 2 0 1 4

Pada tahun ketiga, Pendidikan Karakter akan ditutup dengan thema “Keadilan Sosial”. Keadilan Sosial adalah wujud masyarakat yang bukan hanya makmur sentausa tetapi sejahtera yang beradilan. Peserta pelatihan diajak untuk mewujudkannya, walau dalam porsi yang mungkin sangat kecil, tetapi lebih baik bertindak walau kecil daripada berdiam diri. Tujuannya tentu peserta pelatihan akan mampu mengusahakan dan memperjuangkan keadilan social dimanapun dia berada. Metoda yang dilakukan adalag dengan belajar bersama dan melakukan aktivitas bersama komunitas-komunitas pelaku kerja social. Peserta pelatihan diajak untuk mulai membuat profiling komunitas, mengikuti kerja-kerja social, melakukan kerja social bersama, sampai dengan melakukan kerja sosialnya sendiri di komunitasnya. Harapannya peserta pelatihan mampu untuk bukan semata menjadi pekerja social tetapi menjadi insan yang selalu ingin mewujudkan keadilan social dimanapun mereka berada. Setelah menempun Pendidikan Karakter selama tiga tahun, diharapkan peserta pelatihan akan siap menjadi insan-insan yang berkarakter mulia. Bukan hanya sebagai insan pribadi, tetapi juga sebagai bagian dari komunitas, dan tentu saja sebagai Warga Negara Indonesia. Dengan memiliki karakter yang kuat sejak muda, diharapkan peserta pelatihan saat masuk ke jenjang pendidikan lebih lanjut atau langsung bekerja, tetap akan menjadi insan muda yang mampu menjadi agen perubahan (agent of change) dan menjadi inspirasi bagi komunitas dan masyarakat di sekitarnya. Bukan hanya menjadi insan yang peka terhadap persamalahan social kemasyarakatan, tetapi juga insan yang mampu untuk bekerja dan berkarya untuk melakukan perubahan, dan bahkan bisa mengajak orang lain dari latar bekalang apapun untuk bekerja sama dan bekerja bersama untuk mewujudkan keadilan social. Karakter yang harus dibangun sejak dari dini dan di manapun dia belajar. PENDIDIKAN KARAKTER DI PENDIDIKAN INFORMAL Pendidikan Karakter yang awalnya diperuntukkan untuk lembaga pendidikan formal dan telah

pula dapat diimplementasikan pada lembaha pendidikan nonformal, dicoba untuk dimodifikasi

dan dielaborasi untuk lembaga pendidikan informal. Pendidikan Karakter di lembaga

pendidikan informal seperti Sanggar Belajar, Taman Bacaan Masyarakat, dan berbagai lembaga

lain diawali dengan proses yang bersamaan dengan proses Pendidikan Karakter pada semester

1 di Universitas Ma Chung. Melalui proses perkenalan mahasiswa dan komunitas, Pendidikan

Karakter yang dilakukan di perguruan tinggi juga dilaksanakan secara pararel pada lembaga

pendidikan informal. Selain itu, juga diberikan program-program lain yang bersentuhan dengan

komunitas, khususnya lembaga pendidikan informal bernama service learning (SL). SL

merupakan kegiatan belajar langsung dari masyarakat dengan melakukan pengabdian kepada

masyarakat. Program yang diterapkan adalah pendampingan belajar dengan mengajar di

beberapa komunitas dan lembaga pendidikan informasl.

Melalui SL, mahasiswa diajarkan untuk belajar sambil mengabdi, dalam program ini adalah

dengan mengajar. Mahasiswa Universitas Ma Chung yang mengikuti program SL akan

ditempatkan untuk mengajar di lembaga-lembaga pendidikan informal seperti di Sanggar

12 | P e n d i k a r 2 0 1 4

Sahabat Anak (Bandulan, Malang), Sanggar Belajar Pandan Landung (Malang), Taman Bacaan

Masyarakat Wacan (Landungsari, Malang). Program SL bukan hanya membawa misi mengajar

dan belajar tetapi melakukan pendidikan karakter untuk menjadi pengabdi pada masyarakat,

misi untuk membentuk karakter peduli dan berkarya nyata. Demikian pula sebaliknya, para

mahasiswa peserta SL diberi amanat bukan hanya sekedar mengajarkan pengetahuan tetapi

juga ada pendidikan karakter bagi para murid dampingannya. Diharapkan, bukan hanya

pengetahuan para mahasiswa dan murid yang diajar berkembang tetapi juga membangun

karakter baik bagi mahasiswa dan murid dampingannya. Belajar dari pengalaman selama ini,

bukan hanya karakter mahasiswa peserta SL yang terbangun menjadi manusia-manusia yang

peduli, tangguh, dan berkontribusi nyata, tetapi murid dampingan juga terbangun bukan hanya

pengetahuannya tetapi juga karakternya, karakter sebagai pembelajar yang ulet dan cerdas.

Melalui SL, pendidikan karakter telah menjadi pedang bermata dua, pedang yang bukan hanya

menjadikan para mahasiswa pedamping menjadi insan yang berkarater tetapi juga murid

dampingannya bertumbuh dan terbangun pengetahuan dan karakternya. Bahkan lebih luas lagi,

komunitas dan masyarakat tempat Sanggar dan Taman Belajar berada juga terbangun menjadi

masyarakat pembelajar.

REFLEKSI Pendidikan Karakter sebagai bagian dari Pembangunan Karakter Bangsa telah menjadi bagian integral Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan Karakter bukan semata menjadi pemanis dari Pendidikan Nasional, tetapi telah terlembagakan dan menjadi ruh bagi Pendidikan Nasional Indonesia. Bahkan, Pendidikan Karakter telah diperkuat dengan Undang-Undang dan Kebijakan Nasional, yang artinya Pendidikan Karakter harus dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Sebuah upaya yang sistematis dan terencana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang bukan hanya cerdas dan bermoral tetapi juga berkarakter. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa untuk menjadi bangsa yang bukan saja makmur dan sejahtera tetapi juga bermartabat dan beradab. Pendidikan Karakter dengan proses panjangnya dan pendekatan holistiknya, bukan saja menjadi hak dan bagian dari pendidikan formal saja. Dengan modifikasi dan elaborasi yang cerdas, Pendidikan Karakter dapat pula diberikan pada lembaga pendidikan nonformal seperti Lembaga Kursus dan Bimbingan Belajar, bahkan dapat pula diimplementasikan pada lembaga pendidikan informal seperti Sanggar Belajar, Taman Bacaan Masyarakat, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, dan berbagai lembaga pendidikan informal lainnya. Pendidikan Karakter haruslah menjadi ruh dan jiwa dari setiap proses pendidikan pada lembaga pendidikan. Bahkan, Pendidikan Karakter merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan di rumah, komunitas, dan masyarakat. Pendidikan Karakter adalah proses yang berkelanjutan dan multidimensi yang harus dilaksanakan oleh setiap insan dan Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali. Pendidikan Karakter bukan semata proses pendidikan yang apa adanya dan seadanya. Pendidikan Karakter harus direncanakan, disusun, dan dilaksanakan dengan serius dan sebaik

13 | P e n d i k a r 2 0 1 4

mungkin. Pendidikan Karakter sebagai bagian dari Pembangunan Karakter Bangsa menjadi salah satu penentu, apakah cita-cita Bangsa Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan keadilan social, mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera serta adil dan beradab dapat diwujudkan? Bila cita-cita luhur tersebut tidaklah diusahakan dengan sungguh-sungguh, tidaklah akan tercapai dan terwujud. Bila tidak terwujud hanya karena untuk menggapainya hanya diusahakan dengan apa adanya dan seadanya, bukankah sama artinya dengan mengkhianati bangsa? Bila sudah mengkhianati bangsa, apakah pantas hidup bersemayam, makan dan minum, serta menghirup udara nusantara? REFERENSI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Naskah

Akademik Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Pemerintah Republik Indonesia. 2013. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa

Tahun 2010—2025. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan

Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan.