pendekatan sosiologis

25
1 METODOLOGI STUDY ISLAM PENDEKATAN SOSIOLOGIS (Salah Satu Alat untuk Memahami Agama ) Makalah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas mandiri Dosen pengampu: Dra. Siti Nurjanah, M. Ag. Nama : Dewi Septiana Kelas : C SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO TAHUN 2012/2013

Upload: erik-pujianto

Post on 28-Nov-2015

167 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PENDEKATAN SOSIOLOGIS

TRANSCRIPT

Page 1: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

1

METODOLOGI STUDY ISLAM

PENDEKATAN SOSIOLOGIS

(Salah Satu Alat untuk Memahami Agama )

Makalah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas mandiri

Dosen pengampu:

Dra. Siti Nurjanah, M. Ag.

Nama : Dewi Septiana

Kelas : C

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

JURAI SIWO METRO

TAHUN 2012/2013

Page 2: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamin

Puji syukur saya ucapkan kepada allah SWT, karena hanya dengan rahmat

dan hidayahnya lah saya dapat meneyelesaikan makalah yang berjudul”

Pendekatan Sosiologi(Sebagai Alat Memahami)” ini dengan baik tanpa suatu

halangan apapun.

Shalawat dan salam saya ucapkan kepada rasulullah SAW, karena

beliaulah yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang terang-

benderang seperti saat ini,dan insyaallah beliaulah yang kita nantikan syafa‟atnya

besok diyaumul qiyamah.amin.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Siti nurjanah, M. Ag. dan

kepada rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.saya

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah

ini,maka dari itu,kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan sangat saya

harapkan selanjutnya.semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Metro, November 2012

Penulis

Page 3: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 6

C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7

A. PENGERTIAN PENDEKATAN SOSIOLOGI .......................................... 7

B. PRINSIP-PRINSIP SOSIAL ....................................................................... 10

C. TUJUAN PENDEKATAN SOSIOLOGI .................................................... 12

D. PERKEMBANGAN HISTORIS PENDEKATAN SOSIOLOGIS ........... 15

E. KARAKTERISTIK PENDEKATAN SOSIOLOGIS ................................ 17

BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

Page 4: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara

aktif memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak

boleh hanya sekedar menjadi lambang kasalehan atau berhenti sekedar

disampaikan dalam khutbah, melainkan secara konseptual menunjukkan cara-cara

yang paling efektif dalam memecahkan masalah.Tuntutan terhadap agama yang

demikian itu dapat dijawab manakala pemahaman logis normatif dilengkapi

dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara

operasional konseptual dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang

timbul.agama diharapakn mampu menjawab permasalahan yang terjadi dengan

cara yang paling efektif dansapat diterima oleh berbagai kalangan dan

bidang.agama juga diharapakn mampu menimbang masalah yang terjadi dari

berbagai sudut dengan kebijakan dan kearifan yang akan membawa masyarakat

kedalam jalan kedamaian agar tidak terjadi konflik antar golongan social,antar

etnis,dan antar ras. Ada banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk

memahami agama yang meliputi pendekatan teologis normatif, astronomis,

sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan dan pendekatan filosofis. Hal ini perlu

dilakukan karena melalui pendekatan tersebutlah kehadiran agama secara

fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui

berbagai pendekatan tersebut, maka tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami

oleh masyarakat, tidak fungsional dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan

masalah kedapa selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi.

Kehadiran agama islam yang dibawa yang dibawa Nabi Muhamad Saw.

Diyakini dapat menjamin terwjudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan

batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya

manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti

Page 5: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

5

yang seluas-luasnya. Petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan

manusia,sebagaimana terdapat dalam sumber ajarannya,Alquran dan hadis,tampak

amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif,

menghargai akalpikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi,

bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spritual, senantiasa

mengembankan kepedulian sosial,menghargai waktu,bersikap

terbuka,demokratis,berorientasi pada kwalitas,egaliter,kemitraan,anti-

feodalistik,mencintai kebersihan,mengutamakan persaudaraan,berahlak mulia,dan

sikap-sikap positif lainnya.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Fazlur Rahman sampai pada satu tesis

bahwa secara ekspilit dasar ajaran Alquran asalah moral yang memancarkan titik

berat nya pada monoteisme dan keadilan sosial. Tesis ini dapat dilihat misalnya

pada ajaran tentang ibadah yang penuh dengan muatan peningkatan keimanan,

Ketakwaan yang diwujudkan dalam akhlak yang mulia.Hubungan keimanan dan

ketakwaan dengan ahlak mulia begitu erat. Selanjutnya hasil penelitian yang

dilakukan Jalaludin Rahmat terhadap Alquran menyimpulkan empat hal yang bertemakan

tentang kepeduliannya terhadap masalah sosial terhadap. Pertama, dalam Alquran dan

kitab-kitab hadis,proporsi terbesar ditunjukan pada urusan sosial.Kedua,dalam pernyataan

bila urusan ibadah bersama waktuknya dengan urusan muamalah yang penting maka

ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan ( tentu bukan ditinggalkan). Ketiga, bahwa

ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaranan lebih besar dari pada

ibadah yang bersifat perseorangan. Keempat, bila urusan ibadah dilakukan tidak

sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kafarat-nya (

tebusannya ) ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.

Gambaran ajaran islam yang demikian ideal itu pernah dibuktikan dalam

sejarah dan manfaatnya dirasakan oleh seluruh umat manusia didunia.Namun,

kenyataan islam sekarang menampilkan keadaan yang jauh dari cita ideal tersebut.

Ibadah yang dilakukan umat islam seperti salat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya

hanya berhenti pada sebatas membayar kewajiban dan menjadi lambang

kesalehan, sedangkan buah dari ibadah yang berdimensi kepedulian sosial sudah

Page 6: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

6

kurang tampak. Dikalangan masyarakat telah terjadi kesalah pahaman dalam

memahami dan menghayati pesan simbolis keagamaan itu. Akibat dari kesalah

pahaman memahami simbol-simbol keagamaan itu, agama lebih dihayati sebagai

penyelamatan individu dan dan bukan sebagai keberkahan sosial secara bersama.

Seoalah Tuhan tidak hadir dalam problematik sosial kita, kendati nama- Nya

semakin rajin disebut di mana-mana. Agama tidak muncul di dalam satu

kesadaran kritis terhadap situasi aktual. Sekarang, mungkin sudah saatnya kita

mengembangkan indikasi keberagamaan yang agak berbeda dengan yang kita

miliki selama ini. Meningkat nya jumlah orang mengunjungi rumah-rumah

ibadah, berduyun-duyunnya orang pergi haji, dan sering munculnya tokoh-tokoh

dalam acara sosial agama, sebenernya barulah indikasi permukaan saja dalam

masyarakat kita. Indikasi semacam ini tidak menerangkan tentang perilaku

keagamaan yang sesungguhnya, di mana nila-nilai keagamaan menjadi

pertimbangan utama dalam berpikir maupun bertindak oleh individu maupun

sosial. Terjadinya kesenjangan antara cita ideal islam dengan kenyataan yang

terjadi dalam kehidupan sebagaimana telah disebutkan di atas, telah banyak

menarik perhatian para ahli untuk mencoba mencari penyebabnya, dan sekaligus

menawarkan alternatif pemecahannya. Syafi‟i Ma‟arif misalnya, melihat bahwa

penyebabnya adalah kualitaas keagamaan umat yang masih rendah. Menurut

proses islamisasi sesungguhnya secara kualitatif belum pernah mencapai

tingkatnya yang sempurna. Islam begitu jauh belum lagi mampu menggantikan

sepenuhnya kepercayaan-kepercayaan dan tradisi-tradisi kultural lokal sebagai

basis bagi organisasi sosial. Lebih lanjut ia mengatakan jika perkembangan sosial

berlanjut menurut arah ini, maka usaha intelektual yang sungguh-sungguh dalam

menjelaskan dan mesistematisasi kan berbagai aspek ajaran islam mutlak perlu

digalakkan agar umat islam punya kemampuan dalam menghadapi dan

memecahkan masalah-masalah modern yang sedang dihadapi bangsa Indonesia

seperti kemiskinan,ke terbelakangan ekonomi,pertambahan

penduduk,pendidikan,perkembangan politik,dan yang sangat mendesak adalah

masalah keadilan sosio-ekonomi.Timbulnya sikap keberagamaan yang demikian

itu juga bisa dilacak penyebabnya dari cara umat tersebut keliru dalam memahami

Page 7: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

7

Islam. Islam yang muatan ajarannya banyak berkaitan dengan masalah-masalah

sosial sebagaimana diatas ternyata belum dapat diangkat kepermukaan disebabkan

metode dan pendekatan yang kurang konferhensif. Dari segi alat yang digunakan

untuk memahami Islam, misalnya kita melihat cara yang bermacam-macam;

antara satu dan yang lainnya tidak saling berjumpa. Mukti Ali misalnya

mengatakan, jika kita mempelajari cara orang yang mendekati dan memahami

islam, maka tampak tiga cara yang jelas. Tiga pendekatan itu adalah naqli (

tradisional ), yang kedua adalah pendekatan secara aqli(rasional),dan ketiga

adalah pendekatan secara khasif (mistis). Dalam memahami agama seharusnya

ketiga pendekatan terssebut digunakan secara serempak,bukan terpisah-pisah.

Diketahui islam sebagai agama yang memilki banyk dimensi, yaitu mulai

dari dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, polotik,ilmu pengetahuan dan

teknologi, lingkungan hidup, sejarah,perdamaian, sampai pada kehidupan rumah

tangga, dan masih banyak lagi. Untuk memehami berbagai dimensi ajaran islam

jelas memerlukan berbagi pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Di

dalam Al-quran yang merupakn sumber ajaran islam, misalnya dijumpai ayat-ayat

tetang proses pertumbuhan dan perkembangan anatomi tubuh manusia. Untuk

menjelaskan masalah ini, jelas memerlukan dukungan ilmu anatomi tubuh

manusia. Selanjutnya untuk membahas ayat-ayat yang berkenaan dengan tanaman

dan tumbuhan jelas memerlukan bantuan ilmu pertanian. Selama ini islam banyak

dipahami dari segi teologis dan normatif. Jika seseorang bernasib kurang

bertunutng misalnya, maka secara teologis hal itu terjadi karena takdir tuhan, atau

karena yang bersangkutan menganut paham teologi fatalistis(jabariyah). Secara

teologis jawaban tersebut boleh jadi benar, tetapi, hendakny juga dilihat dari

sebab-sebabnya dari sudut sosiologis, historis, coltural dan sebagainya.

Demikian juga ad asuatu penyimpangan moral seperti masalah pelacuran, hal

demikian ini dinilai sebagai perbuatan haram yang harus diberantas. Padahal

dengan diberantsnya hal tersebut belum tnetu dapat mengatasi masalah, karena

Page 8: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

8

masalah pelacuran juga terkait dengan keimanan yang tipis, kurangannya

pengethuan dan keterampilan, sempitnya lapangan kerja dan lain sebagainya.

Berdasarkan pada permasalahan di atas, buku ini selain berupaya

mendeskripsikan secara umum tentang ruang lingkup ajaran islam, juga mencoba

mengemukakan berbagai metode dan pendekatan yng dpt digunakan untuk

menghasilkan pemahaman islam yang komprehansif. Dengan cara demikian,

seorang muslim selain memiliki wawasan yang menyeluruh dan integral tentang

ajaran islam, juga dapat mengembangkannya. Pemahaman islam yang demikian

itu diharapkan akan mampu merespon berbagi masalah aktual yang dihadapi

dalam kehidupan. Hal yang demikian dilakukan karena pengajaran study islam

yang ada selama ini hanya diarahkan pada terciptanya para lulusan yang dapat

menghafal ajaran agama tetapi tidak mampu mengamalkannya. Buku ini selain

akan mencoba membawa pembaca untuk memiliki wawasan yang utuh dan

integral tentang islam, juga dapat mengembangkannya. Untuk itu masalah metode

dan pendekatan dalam seluruh aspek ajaran islam dikemukakan dalm buku ini.

Selanjutnya buku ini selain mengemukakan telaah konstruksi teori penelitian

agama, berikut berbagai pendekatan dan teori-teori yang digunakan dengan

merujuk pada pakar yang ahli dalam bidangnnya, juga mengemukakan deskripsi

tentang model penelitian tafsir, hadist, kalam, filsafat, tasawuh, fiqih, polotik,

pendidikan islam, sejarah, pemikiran modern dalam islam, antripologi, dan

sosiologi agama. Dengan penyajian yang demikian itu buku ini diharapkan dapat

membantu pembaca dalam memahami ajaran islam. Dengan demikian buku ini

,enempati posisi sebagai pengantar yang diharapkan dapat menujukan dengan

jelas tentang bagaimana agama islam itu di pahami. Berkenaan dengan ini,

pemakalah akan menyajikan pembahasan mengenai pendekatan sosiologis dalam

studi Islam.

Page 9: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

9

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah

yaitu:

1. Apa pengertian pendekatan?

2. Apa pengertian sosiologi?

3. Apa pengertian pendekatan sosiologi?

4. Bagaimana pendekatan sosiologi memahami agama?

5. Seberapa pentingnya pendekatan sosiologi dapat memahami

agama?

C. TUJUAN PENULISAN

Dari rumusan makalah yang telah dirumuskan maka,tujuan penulisan

yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan,

2. Untuk mengetahui pengertian sosiologi,

3. Untuk mengetahui pengertian pendekatan sosiologi,

4. Untuk mengetahui seberapa pentingnya pendekatan sosiologgi

dalam memahami agama,dan

5. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan sosiologi memahami

agama.

Page 10: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

10

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDEKATAN SOSIOLOGI

Istilah “Pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris,

approach. Maksudnya adalah sesuatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan

kajian sebuah studi atau penelitian. Pendekatan adalah cara pandang atau

paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan

dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat mengatakan

bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas

keagamaan yang diungkapkan mempunyai realitas kebenaran sesuai dengan

kerangka paradigmanya.1 Karena itu, tidak ada persoalan apakah penelitian agama

itu penelitian ilmu sosial, penelitian legalistik atau penelitian filosofis.

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat,

dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan itu.

Sementara itu, Soerjono Soekarno mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu

pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian2. Sosiologi tidak

menetapkan kearah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberi

petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses

kehidupan bersama tersebut.3 Jadi kalau diambil kesimpulan arti dari pendekatan

sosiologi tersebut adalah suatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk

mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.

1 Jamaluddin rahmat ,Agama Masa Depan Perspektif Filsafat

Perennial,(Jakarta:Paramimadina,1995),Cet. 1, hlm. 9-10

2 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:CV Rajawali,1982)cet. 1, hlm. 18

dan 53.

3 Hasan shadily,Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia,(Jakarta: Bina Aksara,1983),cet.

IX,hlm 1

Page 11: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

11

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat

dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya

itu.sosiologi mencoba untuk mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara

terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta

pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup

bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.

Sementara itu Soerjono Soekamto mengartikan sosiologi sebagai suatu

ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian.4 Sosiologi

tidak menetapkan ke arah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti

memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari

proses kehidupan bersama tersebut. Didalam ini juga dibahas tentang proses-

proses sosial, mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja

belum cukut untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan

bersama dari manusia. dari dua definisi diatas terlihat bahwa sosiologi adalah

suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan

struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan

ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisa dengan faktor-faktor yang

mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang

mendasari terjadinya proses tersebut.

Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami

agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang

baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa

bantuan dari ilmu sosiologi. dalam agama Islam dapat dijumpai peristiwa Nabi

Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa jadi penguasa di Mesir. Mengapa

dalam melaksanakan tugasnya Nabi Musa harus dibantu Nabi Harun, dan masih

banyak lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan

sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu

4 Ibid,hlm 38-39

Page 12: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

12

sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami

maksudnya. Di sinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami

ajaran agama. Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama

sebagaimana disebutkan di atas, dapat dipahami, karena banyak sekali ajaran

agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap

masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu

sosial sebagai alat untuk memahami agamanya. Dalam bukunya yang berjudul

Islam Alternatif, Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya perhatian

agama yang dalam hal ini Islam menunjukkan betapa besarnya perhatian agama

yang dalam hal ini Islam terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan

sebagai berikut:

1. Dalam Al-Qur‟an atau kitab-kitab hadis, proporsi terbesar kedua sumber

hukum Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah.

2. Bahwa ditekankannya masalah Muamalah (sosial) dalam Islam ialah adanya

kenyataan bahwa urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah

yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan

ditinggalkan) melainkan dengan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.

3. Bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih

besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan. Karena itu shalat yang

dikerjakan sendirian (munfarid) dengan ukuran satu berbanding dua puluh derajat.

4. Dalam islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna

atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya (tebusannya)

ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.

5. Dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan

mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.

Ilmu sosial tidak mudah membuat garis pemisah yang tegas antara disiplin

ilmu yang satu dengan yang lain. Sehingga kesan adanya tumpang tindih sering

kali tidak dapat dihindari, termasuk memahami dalam hal ini kajian sosiologi

antropologi. Sosiologi berusaha memahami hakekat masyarakat dalam kehidupan

kelompok, baik struktur, dinamika, institusi, dan interaksi sosialnya. Antropologi

Page 13: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

13

berusaha memahami perilaku manusia (antropos) sesuai latar belakang

kepercayaan dan kebudayaannya secara manusiawi (humaniora).

Sosiologi- antropologi saling menunjang dari segi teori maupun konsepnya.

Konsentrasi sosiologi pada masyarakatnya, sedangkan konsentrasi antropologi

pada kebudayaannya. Antara keduanya jelas-jelas tidak bisa dipisahkan, karena

masyarakat dalam kelompok manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Antropologi berusaha masyarakat melalui kebudayaan, semua unsure kebudayaan

adalah kelompok manusia sebagai satu-satunya jenis makhluk yang memiliki

potensi budaya, agama, mempunyai keyakinan dan pengetahuan untuk menerima

dakwah.

B. PRINSIP-PRINSIP SOSIAL

Ranah yang paling penting bagi penerapkan prinsip-prinsip tersebut

sepanjang masa tidak lain adalah ranah masyarakat sendiri. Baik pada tingkat

ritual (al-ibadah) yang berhubungan langsung dengan rukun Islam, maupun pada

tingkat kehidupan sehari-hari, Islam merupakan suatu ajaran yang terkait langsung

dengan kehidupan kolektif dan sosial, lebih jauh lagi dapat dikatakan bahwa tidak

ada pelaksanaan ajaran agama tujuan adanya keterlibatan personal dalam

masyarakat. Berkaitan dengan prinsip-prinsip sosial maka penulis batasi dengan

mengambil makna rukun Islam secara sosiologis:

Bacaan syahadat yang tersurat dengan dua kalimat syahadat, hakekatnya

merupakan ikrar persaksian seseorang yang menyatakan diri sebagai seorang

muslim.

“ Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa

Nabi Muhammad adalah utusan Allah”

1. Persaksian adalah pengakuan seseorang sebagai pernyataan yang harus

dipublikasikan semacam proklamasi diri, agar masyarakat banyak mengetahui,

mengerti dan menerima dirinya sebagai seorang muslim. Keberagamaan

Page 14: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

14

seseorang harus dinyatakan secara terbuka, agar masyarakat banyak tidak perlu

mengajak lagi untuk berpindah agama, atau ada pihak agama lain yang

membujuk seorang muslim menjadi murtad.

2. Ibadah Sholat, yang diwajibkan lima waktu sehari semalam dengan cara

berjama‟ah di masjid atau mushola, kemudian sholat jum‟at, seminggu sekali,

di sebuah masjid jami‟ serta dua hari raya „Idul Fitri dan „Idul Adha setahun

sekali, didahului dengan sholat tarawih dibulan ramadhan, secara sosiologis

merupakan manifestasi dan keserasian, solidaritas, dan integrasi sosial dalam

kehidupan masyarakat.

3. Kewajiban Membayar Zakat, baik zakat fitrah bagi setiap jiwa muslim

maupun zakat mal bagi orang yang kaya; secara sosiologis keduanya

merupakan manifestasi dari solidaritas sosial. Rasa kemanusiaan yang adil

dan bertanggung jawab, kepedulian untuk selalu merasakan apa yang

dirasakan oleh orang lain yang sedang mengalami kesusahan hidup , adalah

model empati (Verstehen) dalampendekatan sosiologis.

4. Berpuasa di bulan Ramadhan, merupakan upaya pengendalian diri dari segala

tindakan yang melampaui batas. Kebebasan untuk memakan makanan yang

halal, minum berbagai macam minuman yang sehat, pada saat berpuasa

semuanya dibatasi dan dikendalikan, agar tidak menimbulkan penyakit over

dosis. Puasa yang mengandung makna “imsak” atau rem, “junnah” atau

benteng, pada dasarnya aktivitas ibadah yang dapat memagari diri seseorang

dari berbagai macam godaan iblis durhaka yang selalu menggoda. Nafsu

hewani yang biasanya bersemayam di hati manusia, pada bulan ramadhan

dibersihkan dari berbagai macam makanan yang membahayakan; nafsu

keinginan yang tak pernah berhenti, dikendalikan ibadah puasa; dan nafsu

angkara murka yang berkeliaran dalam pergaulan hidup masyarakat, dipagari

agar tidak menerobos lingkaran norma dan nilai-nilai sosial.

Page 15: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

15

5. Ibadah haji ke tanah suci, menziarahi ka‟bah Baitullah di Masjid Al-Haram

Mekkah Al-Munawwaroh dan Makam Rasulullah di Masjid An-Nabawy di

Madinatu al- Munawwaroh, dilakukan oleh ummat Islam yang mampu

fisiknya, material dan moralitasnya. Pelaksanaan thawaf mengelilingi ka‟bah

dan sa‟i dari bukit Shafa ke Marwah adalah manifestasi dari lingkaran

kehidupan masyarakat yang silih berganti, hidup saling berdampingan dan

bergandengan, diakhiri dengan wukuf bersama di padang Arafah.

Hukum-hukum dan Prinsip-prinsip yang dapat dimanfaatkan sepenuhnya

bagi perumusan masyarakat yang secara identitas utuh guna menampilkan totalitas

kehidupan manusia. Sosiologi ini, karena wawasannya, harus memasukkan

keseluruhan aspek kehidupan fisik dan spiritual ke dalam satu kesatuan.

C. TUJUAN PENDEKATAN SOSIOLOGI

Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam

memahami Agama. Hal ini dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama

yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat. Apabila menggunakan

jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Dalam agam Islam dapat dijumpai peristiwa

Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa jadi penjaga di mesir, dan

mengapa dalam tugasnya Nabi Musa harus dibantu oleh Nabi Harun. sosiologi

dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Hal

demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat

dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari

ilmu sosiologi. Beberapa peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan sekaligus

dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu sosial

peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami maksudnya.

Di sinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami ajaran

agama.

Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama sebagaimana

disebutkan di atas, dapat dipahami, karena banyak sekali ajaran agama yang

Page 16: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

16

berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah

sosial ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu sosial

sebagai alat untuk memahami agamanya.

Dalam bukunya yang berjudul Islam Alternatif,5 Jalaluddin Rahmat telah

menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini Islam terhadap

masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut:

1. Dalam Al-Qur‟an atau kitab-kitab hadis, proporsi terbesar kedua sumber

hukum Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah.

2. Bahwa ditekankannya masalah Muamalah (sosial) dalam Islam ialah adanya

kenyataan bahwa urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah

yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan

ditinggalkan) melainkan dengan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.

3. Bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih

besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan. Karena itu shalat yang

dikerjakan sendirian (munfarid) dengan ukuran satu berbanding dua puluh derajat.

4. Dalam islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna

atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya (tebusannya)

ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.

5. Dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan

mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.

Beberapa uraian paradigma sosiologi dari pemikir-pemikir Barat;

1. Abdel Rahman Ibn-Khaldun (1332-1406)

Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia Afrika, pada tanggal 27 mei 1332 M.

Beliau dididik dalam lingkungan keluarga muslim yang berhasil menguasai ilmu

5 Ibid, Hlm 9-10

Page 17: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

17

Al-Qur‟an, Matematika dan sejarah. Beliau dipercaya oleh sultan Tunis menjadi

konsul di kedutaan Besar Marocco. Setelah mengabdikan diri dalam aktifitas

politik pemerintahan, beliau kembali ke negaranya mengembangkan ilmu.

Dalam konsep sosiologinya, Ibnu Khaldun berkeyakinan bahwa fenomena

sosiologi mengikuti hukum-hukum alam yang berlaku pada masyarakat dan tidak

bisa dimodifikasi secara signifikan oleh individu-individu yang terisolasi. Inti

Sosiologi Ibnu Khaldun senada dengan Durkheim ditemukan dalam konsep

“Solidaritas Sosial” yang disebut dengan teori “ashabiyah”, yakni konsep

kebersamaan dan kekeluargaan sebagai aslinya sifat masyarakat yang berbeda-

beda, tetapi hakekatnya bisa bersatu karena saling membutuhkannya. Menurut

Ibnu Khaldun tidak ada individu yang bisa hidup seorang diri tanpa membutuhkan

orang lain untuk hidup bersama.

2. August Comte (1798-1857)

August Comte dilahirkan di kota Montpelier Prancis, pada tanggal 19

Januari 1798 M. August Comte adalah pelopor kelahiran ilmu sosiologi melalui

pendekatan structural fungsional, yang mempelajari masyarakat dari segi struktur

fungsional yang mempelajari masyarakat dari segi struktur, strata, dan dinamika

sosialnya. Sebagai tokoh evolusionis positivism, comte menegaskan masyarakat

ibarat organism hidup yang dinamis. August Comte menggambarkan bahwa

proses berfikir manusia dalam menafsirkan dunia dengan segala isinya

berkembang secara evolusi, melalui tahapan religius, metafisika dan positifisme.

Dari konsep ini terwujudlah perubahan sosial masyarakat baru, berdasarkan

kenyataan empiris hasil pemikiran rasional, dan pada akhirnya akan mencapai

tingkat integrasi yang lebih besar.

3. Emile Durkheim (1858-1917)

Emile Durkheim dilahirkan pada tanggal 15 april 1858 di Epinal Prancis,

suatu perkampungan kecil orang-orang Yahudi, bagian Timur Perancis, agak

Page 18: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

18

terpencil dari masyarakat luas. Ayah Durkheim adalah seorang Rabbi, tokoh

agama Yahudi (setingkat ulama dalam Islam atau pendeta dalam agama Kristen).

Durkheim sendiri karena pengalaman mistiknya, ia menyimpang dari ajaran

Yahudi, dan sementara menjadi penganut Khatolik, akibat pengaruh gurunya.

Setelah itu ia meninggalkan khatolik dan menjadi orang yang tidak mau tahu

dengan agama (agnostic). Meskipun demikian, selama hidupnya ia sangat

memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan moralitas masyarakat. Dalam

pandangannya dikemudian hari Durkheim berkeyakinan bahwa nilai-nilai moral

itulah hakekatnya yang menjadi standar bagi terwujudnya solidaritas dan integrasi

sosial yang sangat membantu mempersatukan masyarakat.

D. PERKEMBANGAN HISTORIS PENDEKATAN SOSIOLOGIS

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman

sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan

diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie

Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang

sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang

masyarakat. Sosiologi mempelajari masyarakat meliputi gejala-gejala social,

struktur sosial, perubahan sosial dan jaringan hubungan atau interaksi manusia

sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. .

Sosiologi memiliki berbagai paradigma untuk mengkaji suatu masalah, sehingga

sosiologi merupakan ilmu sosial yang berparadigma ganda. Adapun struktur

paradigma didalam sosiologi adalah sebagai berikut.

Paradigma sosiologi lahir dari teori-teori sosiolog dari masa klasik hingga era

modern ini. Menurut Thomas khun mengatakan bahwa paradigma sosiologi

berkembang secara revolusi bukan secara kumulatif seperti pendapat sosiolog

sebelumnya. Khun menyekemakan munculnya paradigm sebagai berikut:

Paradigma I→ Normal Science→ Anomalies→ Crisis→ Revolusi→ Paradigma II

Sehingga paradigm sosiologi dapat berkembang sesuai dengan fakta sosial.

Pradigma ini lah yang akan digunakan sebagai alat untuk mengkaji studi islam,

Page 19: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

19

dalam pengkajian studi islam peneliti bebas memilih paradigma yang ada didalam

sosiologi untuk mengkaji masyarakat islam. George Ritzer mengetengahkan

bahwa paradigma-paradigma dalam sosiologi walaupun hasilnya berbeda namun

tidak ada perselisihan diantara paradigm tersebut selama masih sejalan dengan

hukum ilmiah. Meskipun begitu umumnya paradigma itu memiliki keunggulan

pada masing-masing masalah yang dikajinya .

Dalam sosiologi ada pranata sosial, pranata adalah sistem norma atau

aturan-aturan mengenai aktivitas masyarakat, sementara sosial secara sederhana

adalah masyarakat. Jadi dapat disimpulkan pranata sosial adalah himpunan

kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang dipahami, dihargai, dan ditaati oleh warga

masyarakat dan bertujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat . Pelapisan

sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam tatanan atau urutan

secara bertingkat atau hierarki. Dalam islam sendiri terdapat pelapisan masyarakat

hal itu dapat dipelajari melalui wujud pelapisan masyarakat seperti:

1. Tingggi-rendah

2. Bangsawan-rakyat biasa

3. Superior-inferior

4. Unggul-biasa

5. Priyayi-wong cilik dan semacamnya

Munculnya pelapisan sosial karena adanya sesuatu yang dihargai oleh

masyarakat, yakni harta benda, ilmu pengetahuan, kekuasaan, keturunan keluarga

terhormat, kesalehan dalam agama, dan semacamnya. Ada beberapa teori tentang

munculnya lapisan-lapisan dalam masyarakat, yakni:

• Terjadi dengan sendirinya (otomatis), misalnya lapisan berburu karena

kepandaian berburu hewan, atau misalnya seorang dermawan yang dihormati oleh

masyarakat.

• Sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yang sering disebut

pembagian kerja, tanggung jawab, dan sebagainya. Misalnya dalam organisasi.

Organisasi dalam berbisnis, politik, pendidikan, pemerintahan, dan lainnya.

Sifat sistem lapisan dalam masyarakat ada dua, yakni:

1. Tetutup, yakni tidak memberikan kesempatan atau kemungkinan pindahnya

Page 20: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

20

seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain. contohnya adalah kasta dalam

masyarakat Hindu, keturunan bangsawan atau darah biru, dan semacamnya.

2. Terbuka, yakni memungkinkan seseorang untuk berpindah dari satu lapisan

ke lapisan yang lain.

Adapun faktor yang dapat dijadikan titi tolak mencapai kesamaan derajat

adalah adanya pengakuan terhadap hak asasi manusia. Sementara faktor-faktor

yang membedakan elit dan massa adalah, kekayaan, kedudukan, ilmu

penegtahuan, kekuasaan, kehormatan, dan sebagainya. Sedangkan kelas menurut

Karl Marx adalah ditentukan oleh faktor ekonomi. Kelas pemilik tanah atau alat-

alat produksi dinamakan kaum borjuis. Sedangkan pemilik tenaga untuk

disumbangkan disebut kaum buruh atau kaum proletar.

Stereotip adalah gambaran tertentu mengenai sifat seseorang atau

sekelompok orang yang bersifat negatif, yang pembentukannya didasarkan pada

generalisasi sehingga sifatnya subjektif. Lebih jauh lagi stereotif adalah produk

dari proses interaksi antar kelompok etnis atau yang terdapat dalam masyarakat

yang di dalamnya ada kelompok mayoritas dan minoritas. Faktor-faktor yang

memengaruhi stereotif dan prasangka adalah:

Kepribadian. Contohnya orang yang mempunyai kepribadian otoriter mudah

mempunyai prasangka.

Pengaruh pendidikan orang tua terhadap anak.

Status, pada umumnya semakin tinggi dan baik tingkat pendidikan seserang,

maka semakin sedikit prasangka dan stereotip.

Peranan sarana komunikasi, seperti, filem, radio, surat kabar, dll.

Peranan hubungan

E. KARAKTERISTIK PENDEKATAN SOSIOLOGIS

Dalam displin ilmu sosiologi agama, terdapat berbagai logika teoritis

(pendekatan) yang dikembangkan sebagai perspektif utama sosiologi yang

seringkali digunakan sebagai landasan dalam melihat fenomena keagamaan di

Page 21: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

21

masyarakat. Di antara pendekatan itu yaitu: perspektif fungsionalis, pertukaran,

interaksionisme simbolik, konflik, teori penyadaran dan ketergantungan. Masing-

masing perspektif itu memiliki karakteristik sendiri-sendiri bahkan bisa jadi

penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat suatu fenomena keagamaan

akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan. Pembahasan berikut ini

akan memaparkan bagaimana keempat perspektif tersebut dalam melihat

fenomena keagamaan yang terjadi di masyarakat.

1. Fungsionalisme

Teori fungsionalisme disebut juga teori strukturalisme fungsional.

Fungsionalisme merupakan teori yang menekankan bahwa unsur-unsur di dalam

suatu masyarakat atau kebudayaan itu saling bergantung dan menjadi kesatuan

yang berfungsi sebagai doktrin atau ajaran yang menekankan manfaat kepraktisan

atau hubungan fungsional.

Durkheim tertarik kepada unsur-unsur solidaritas masyarakat. Dia mencari prinsip

yang mempertalikan anggota masyarakat. Ia menyatakan agama harus mempunyai

fungsi, agama bukan ilusi, tetapi merupakan fakta sosial yang dapat diidentifikasi

dan mempunyai kepentingan sosial, bagi Durkheim agama memainkan peranan

yang fungsional, karena agama adalah prinsip solidaritas masyarakat.

2. Konflik

Perspektif konflik dalam kajian sosiologi bersumber pada ide-ide yang

dilontarkan oleh Kal Marx seputar masalah perjuangan kelas. Kemudian diikuti

tokoh-tokoh lain yang ikut memberikan kontribusi besar dalam membangun atau

memantapkan teori konflik antara lain Charles Darwin, Vifredo Pareto dan Ralf

Dahredorf. Kata konflik diartikan sebagai percekcokan, perselisihan atau

pertentangan, teori konflik ini mengasumsikan bahwa masyarakat terdiri dari

kelompok yang memiliki kepentingan satu sama lain.6 Mereka selalu bersaing

6 Charles Darwin, Vifredo Pareto dan Ralf Dahredorf,Agama dan

Masyarakat,Suatu Pengantarsosiologi(Jakarta: C.V. Rajawali,1985),cet. 1, hlm.

37.

Page 22: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

22

untuk mewujudkan hasrat dan kepentingan mereka. Sehingga seringkali bermuara

pada terjadinya konflik antara satu komunitas masyarakat dengan komunitas lain.

Berlawanan dengan perspektif fungsional yang melihat keadaan normal

masyarakat sebagai suatu keseimbangan yang mantap, para penganut perspektif

konflik berpandangan bahwa masyarakat berada dalam konflik dan pertentangan

dipandang sebagai determinan utama alam pengorganisasian kehidupan sosial

sehingga struktur dasar masyarakat sangat ditentukan oleh upaya-upaya yang

dilakukan berbagai individu dan kelompok untuk mendapatkan sumber daya yang

terbatas yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.

Menurut Lewis Coser, ketika terjadi konflik antara satu komunitas dengan

komunitas lain, hubungan di antara anggota komunitas cenderung integratife,

sekalipun sebelumnya terjadi konflik. Sebaliknya jika tidak ada konflik antar

komunitas, terdapat kecenderungan diistegrasi. Tidak ada rasa senasib, rasa

bersama, dan solidaritas antar anggota.

3. Interaksionisme Simbolik

Manusia pada intinya senang dengan simbil-simbol. Bila di suatu tempat

tumbuh dan berkembang komunitas, pada saat yang sama akan tumbuh simbol-

simbol yang dipahami bersama. Simbol diwujudkan dalam bentuk bahasa baik

verbal maupun isyarat, budaya, seni dan lain-lain. Ritus keagamaan dalam

perspektif ini dipandang sebagai simbol yang menjadi ciri khas sebuah komunitas.

Masing-masing komunitas memiliki perangkat simbol. Karena itu, antara suatu

komunitas dengan komunitas lain atau antara anggota komunitas dengan anggota

lainnya akan terjadi interaksi, satu sama lain menunjukkan simbol yang mereka

miliki. Karena itu, perspektif ini disebut interaksionisme simbolik. Struktur dan

realitas sosial terbentuk akibat adanya interaksi simbol. Cara-cara keberagamaan

seseorang terbentuk akibat interaksi simbol.

4. Pertukaran

Salah satu yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial

keagamaan, seperti perubahan dan perilaku sosial ialah teori pertukaran. Menurut

Page 23: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

23

teori pertukaran tiada lain ialah melakukan pertukaran yang saling

menguntungkan satu sama lain. Menurut perspektif pertukaran, manusia selalu

melakukan transaksi sosial yang saling menguntungkan, baik keuntungan materi

maupun non materi.

Teori pertukaran dapat dijadikan pendekatan untuk menganalisis realitas dan

perubahan sosial. Keberadaan suatu komunitas dalam berhubungan dengan

komunitas lain atau hubungan antara dalam suatu komunitas akan berlangsung

sampai pada suatu titik dimana satu sama lain merasa puas. Perubahan-perubahan

yang terjadi dalam sebuah komunitas muslim dapat dipandang dari perspektif

pertukaran.

Page 24: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

24

BAB III

KESIMPULAN

Pendekatan sosiologis dalam bidang studi Islam adalah cara pandang atau

paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan

dalam memahami agama. Dalam hubungan ini Jamaluddin Rakhmat mengatakan

bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma realitas

agama yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka

paradigmanya. Oleh karena itu, tidak ada persoalaan apakah penelitian agama itu,

penelitian ilmu sosial, penelitian legalistis, atau penelitian filosofis. Dengan

pendekatan ini semua orang dapat sampai pada agama. Agama bukan hanya

monopoli kalangan teolog dan normalis, melainkan agama dapat dipahami semua

orang sesuai dengan pendekatan dan kesanggupannya. Oleh karena itu, agama

hanya merupakan hidayah Allah dan merupakan suatu kewajiban manusia sebagai

fitrah yang diberikan Allah kepadanya.

Paradigma sosiologi lahir dari teori-teori sosiolog dari masa klasik hingga era

modern ini. Menurut Thomas khun mengatakan bahwa paradigma sosiologi

berkembang

secara revolusi bukan secara kumulatif seperti pendapat sosiolog

sebelumnya. Khun menyekemakan munculnya paradigm sebagai berikut:

Paradigma I→ Normal Science→ Anomalies→ Crisis→ Revolusi→ Paradigma II

Dalam displin ilmu sosiologi agama, terdapat berbagai logika teoritis

(pendekatan) yang dikembangkan sebagai perspektif utama sosiologi yang

seringkali digunakan sebagai landasan dalam melihat fenomena keagamaan di

masyarakat. Di antara pendekatan itu yaitu: perspektif fungsionalis, pertukaran,

interaksionisme simbolik, konflik, teori penyadaran dan ketergantungan. Masing-

masing perspektif itu memiliki karakteristik sendiri-sendiri bahkan bisa jadi

penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat suatu fenomena keagamaan

akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan

Page 25: PENDEKATAN SOSIOLOGIS

25

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufiq dan M. Rusli (Ed.), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1990), cet. II.

Shadily, Hasan, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1983), ce.

I

Soekanto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV Rajawali, 1982), cet. I.

Mudzhar, Atho, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori Dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998)

Nata, Abuddin, MA, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998),

cet. I.

http://www.surgamakalah.com/2011/12/pendekatan-sosiologis-dalam-metodologi.html

http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/09/pengkajian-studi-islam-dengan.html