menganalisis karya sastra dengan menggunakan pendekatan sosiologis

29
Tugas Individu M.K. Kritik Sastra MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS OLEH : HIZRA ANISA 075104088 B PBSID i

Upload: kasdiacc

Post on 13-Jun-2015

12.468 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

Tugas Individu M.K. Kritik Sastra

MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

OLEH :

HIZRA ANISA075104088B PBSID

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAHFAKULTAS BAHASA DAN SASTRAUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2009

i

Page 2: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

ii

Page 3: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

KATA PENGANTAR

Makalah ini disusun berdasarkan materi pelajaran yang diberikan

dosen pengasuh mata kuliah dan juga teman-teman yang saling bekerja

sama. Oleh karena itu, kami mempunyai harapan besar, agar dengan

kehadiran makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun para pembaca.

Disadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat

kelemahan dan kekurangan baik dari segi materi dan teknis penyusunan

sehingga diharapkan kontrol dan kritik dari semua pihak demi perbaikan dan

penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen

pengasuh mata kuliah kami serta semua pihak yang telah membantu hingga

selesainya makalah ini.

Makassar, Juni 2009

Penulis

iii

Page 4: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN

MENGANALISIS KARYA SASTRA................................................. 3

B. ANALISIS PUISI ............................................................................. 13

BAB III PENUTUP...................................................................................... 15

KESIMPULAN ..................................................................................... 15

iv

Page 5: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Perkembangan kritik sastra Indonesia dalam dekade tahun 1980-an

ditandai dengan munculnya beberapa pembicaraan mengenai sosiologi

sastra atau pendekatan sosiologis terhadap karya sastra. Dalam konteks ini.

kritik sastra sesungguhnya mencoba memanfaatkan disiplin ilmu lain

(sosiologi) untuk memberi penjelasan lebih mendalam mengenai salah satu

gambaran kemasyarakatan yang terdapat dalam karya sastra. Oleh karena

itu, pembicaraan mengenai hubungan kritik sastra dengan sosiologi, muncul

lantaran ada anggapan bahwa karya sastra merupakan cermin masyarakat.

Karya sastra juga dianggap sebagai potret kehidupan masyarakat dan

gambaran semangat zamannya. Dalam hal ini, karya sastra dianggap

sebagai gambaran “struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan

kelas dan lain-lain.

Masalah teoretis mengenai hubungan sosiologi (masyarakat) dengan

sastra telah cukup jelas dipaparkan Rene Wellek dan Austin Warren (Tos

Kesusastraan, 1989) Sapardi Djoko Damono (Sosiologi Sastra: Sebuah

Pengantar, 1984) atau Andre Hardjana (Kritik Sastra: Sebuah Pengantar,

1981). Namun tentu kita tidak perlu terburu-buru menerima atau menolaknya.

Jangan pula dilupakan penerapan hal yang bersifat teoretis itu terhadap

karya sastranya itu sendiri.

Dengan cara ini, akan tampak betapa bubungan sastra dan

masyarakat sebenarnya tidak dapat diabaikan begitu saja dalam kegiatan

kritik sastra.

Grebstein (1968), mengungkapkan: pemahaman alas karya sastra

hanya mungkin dapat dilakukan secara lebih lengkap apabila karya itu tidak

1

Page 6: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

dipisahkan dari lingkungan. kebudayaan atau peradahan yang

menghasilkannya.

Dikatakannya juga bahwa karya sastra adalah basil pengaruh yang

rumit dan faktor-faktor sosial dan kultural Pernyataan itu mengisyaratkan

perlunya menghubungkan faktor sosio-budaya dalam usaha memahami

karya selengkapnya. Dan hubungan ini akan tampak bahwa dalam beberapa

hal, ungkapan sastra sebagal cermin masyarakat mempunyai nilai

kebenaran. Apalagi jika ternyata kita tidak memperoleh bahan tertulis tentang

karya itu.

2

Page 7: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

BAB II

PEMBAHASAN

A. SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN MENGANALISIS

KARYA SASTRA

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi

berasal dan kata Sos Yunani yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman.

dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dan akar kata

sas (Sansekerta) berarti mengarahkan mengajarkan, memberi petunjuk dan

instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk dan definisi tersebut

keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat

Meskipun demikian. hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda bahkan

bertentangan secara diametral.

Sosiologi dalam sastra merupakan gabungan dan sistem pengetahuan

yang berbeda. Sosiologi adalah bidang ilmu yang menjadikan masyarakat

sebagai objek materi dan kenyataan sosial sebagai objek formal. Dalam

perspektif sosiologi, kenyataan sosial dalam suatu komunitas masyarakat

dipahami dalam tiga paradigma utama, yaitu fakta sosial, definisi sosial, dan

paradigma perilaku sosial.

Bahasan sosiologi sastra dapat berupa 1) pengaruh-pengaruh aspek

sosial pengarang terhadap karya sastra yang diciptakannya, 2) pola-pola

produksi dan distribusi karya sastra dalam suatu masyarakat, 3) bentuk-

bentuk kesusastraan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, 4) hubungan

antara teks dalam suatu karya sastra dengan kenyataan sosial dalam

masyarakat tempat karya sastra itu dibuat, 5) memahami secara timbal balik

sastra melalui masyarakat atau masyarakat melalui karya sastra.

Menurut Rifattre (1978), suatu karya sastra tidak diciptakan dari ruang

yang kosong dan hama. Sastra tidak berasan dan ketiadaan kemudian

diciptakan oleh pengarang.

3

Page 8: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

Struktur karya sastra dan struktur sosial masyarakat dalam perspektif

sosiologi sastra mempunyai hubungan baik langsung maupun tidak langsung.

Karya sastra selain mempunyai struktur formal juga mempunyai kandungan

gagasan, amanat maupun pesan yang mewakili pandangan dunia sosial

yang dimiliki oleh pengarang. Dalam pandangan sosiologi sastra, kandungan

fiksi dalam sebuah karya sastra tidak sekedar bermakna — struktur internal

teks secara linguistik bukan juga mewakili sebuah bentuk pemaknaan dalam

struktur sosial masyarakat yang dipresentasikan oleh karya sastra tersebut.

Struktur sosial sendiri sebagai akar fundamental bagi suatu karya sastra, juga

dapat menjadi informasi pola-pola struktur estetika suatu karya sastra.

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi

berasal dan kata Sos Yunani yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman.

dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dan akar kata

sas (Sansekerta) berarti mengarahkan mengajarkan, memberi petunjuk dan

instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk dan definisi tersebut

keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat

Meskipun demikian. hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda bahkan

bertentangan secara diametral.

Sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang

terjadi dewasa ini (das sain) bukan apa yang seharusnya terjadi (das solen).

Sebaliknya karya sastra bersifat evaluali4 subjektif dan imajinatif. Menurut

Ratna (2003: 2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu

dipertimbangkan dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara

karya sastra dengan masyarakat, antara lain.

1. Pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek

kemasyarakatannya

2. Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek

kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.

4

Page 9: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

3. Pemahaman terhadap karya. sastra sekaligus hubungannya dengan

masyarakat yang melatarbelakangi

4. Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastra

dengan masyarakat, dan

5. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara

sastra dengan masyarakat. Dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

sosiologi sastra tidak terlepas dan manusia dan masyarakat yang

bertumpu pada karya sastra sebagai objek yang dibicarakan.

Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra yang masih

mempertimbangkan karya sastra. Dari segi-segi sosial Wellek dan Warren

(1956: 84, 1990: 111) membagi sosiologi sastra sebagai berikut.

1. Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan istitusi sastra, masalah yang

berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang

sosial status pengarang. dan ideologi pengarang yang terlihat dari

berbagai kegiatan penganang di luar karya sastra, karena setiap

pengarang adalah warga masyarakat, dapat dipelajari sebagai makhluk

sosial. Biografi pengarang ada]ah sumber utama, tetapi studi ini juga

dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal dan berasal. Dalam hal ini,

informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi pengarang

akan memiliki peran dalam pengungkapan masa]ah sosiologi pengarang

(Wellek dan Warren,1990:1 12)

2. Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang

menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra

dan apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan. yang umum dilakukan

sosiologi iimempe1ajani sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret

kenyataan sosial. (Weflek dan Warren, 1990:122). Beranggapan dengan

berdasarkan pada penelitian Thomas Wanton (penyusu sejarah puisi

Inggris yang pertama) bahwa sastra mempunyai kemampuan merekam

5

Page 10: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

ciri-ciri zamannya Bagi Wanton dan para pengikutnya sastra adalah

gudang adat-istiadat, buku sumber sejarah peradaban.

3. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan dampak sosial karya

sastra, pengarang dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat; seni tidak

hanya meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya. Banyak orang

meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam

kehidupannya.

Klasifikasi Wellek dan Warren sejalan dengan klasifikasi Ian Watt

(dalam Daniono, 1Q89: 3-4) yang meliputi hal-hal berikut.

1. Konteks sosial penganang, dalam hal ini ada kaitannya dengan posisi

sosial sastrawan dalam masyarakat, dan kaitannya dengan masyarakat

pembaca termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi

karya sastranya, yang terutama harus diteliti yang berkaitan dengan : (a)

bagaimana pengarang mendapat mata pencahariannya, apakah ia

mendapatkan dan pengayoman masyarakat secara langsung, atau

pekerjaan yang lainnya, (b) profesionalisme dalam kepengaragannya, dan

(e) masyarakat apa yang dituju oleh penganang.

2. Sastra sebagai cermin masyarakat, maksudnya seberapa jauh sastra

dapat dianggap cermin keadaan masyarakat. Pengertian “cermin” dalam

hal ini masih kabur, karena itu, banyak disalah tafsirkan dan

disalahgunakan. Yang harus diperhatikan dalam klasifikasi sastra sebagai

cermin masyarakat adalah (a) sastra mungkin tidak dapat dikatakan

mencerminkan masyarakat pada waktu ditulis, sebab banyak ciri-ciri

masyarakat ditampilkan dalam karya itu sudah tidak berlaku lagi pada

waktu Ia ditulis, (h) sifat “lain dan yang lain” seorang pengarang sering

mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam

karyanya, (c) genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok

tertentu, dan bukan sikap sosial seluruh masyarakat, (d) sastra yang

berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya

6

Page 11: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

mungkin saja tidak dapat dipercaya sebagal cermin masyarakat.

Sebaliknya, sastra yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk

menggambarkan masyarakat mungkin masih dapat digunakan sebagai

bahan untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat tertentu.

Dengan demikian, pandangan sosial pengarang diperhitungkan jika

peneliti karya sastra sebagai cermin masyarakat.

3. Fungsi sosial sastra; maksudnya seberapa jauh nilai sastra berkaitan

dengan nilai-nilai sosial. Dalam hubungan ini ada tiga hal yang harus

diperhatikan (1) sudut pandang ekstrem kaum Romantik yang

menganggap sastra sama derajatnya dengan karya pendeta atau nabi.

Karena itu, sastra harus berfungsi sebagai pembaharu dan perombak (2)

sastra sebagai penghibur saja, dan (3) sastra harus mengajarkan.

sesuatu dengan cara menghibur.

Dalam bukunya A Glossary of’ Literature Term. Abrams menulis

bahwa dan sosiologi sastra ada tiga perhatian yang dapat dilakukan oleh

kritikus atau peneliti yaitu:

1. Penulis dengan lingkungan budaya tempat ia tinggal.

2. Karya, dengan kondisi sosial yang direfleksikan di dalamnya.

3. Audien atau pembaca (1981: 178).

Lain halnya dengan Grebsten (dalam Damono, 1989) dalam

hukumnya mengungkapkan istilah pendekatan sosiologi kultural

terhadap,sastra dengan kesimpulan sebagai berikut.

1. Karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan dan

lingkung4n atau kebudayaan atau peradaban yang telah

menghasilkannya. Ia harus dipelajari dalam konteks, yang Seluas-

luasnya dan tidak hanya dirinya sendiri. Setiap karya sastra adalah hasil

dan pengaruh timbal-balik yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural.

Karya sastra itu sendiri merupakan objek kultural yang rumit.

Bagaimanapun karya sastra bukanlah suatu gejala yang tersendiri.

7

Page 12: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

2. Gagasan yang ada dalam karya sastra sama pentingnya dengan bentuk

dan teknik penulisannya, bahkan boleh dikatakan bahwa bentuk dan

teknik itu ditentukan oleh gagasan tersebut. Tak ada karya sastra yang

besar yang diciptakan berdasarkan gagasan sepele dan dangkal; dalam

pengertian ini sastra adalah kegiatan yang sungguh-sungguh

3. Setiap karya sastra gang bisa bertahan lama pada hakikatnya adalah

suatu moral, baik dalam hubungannya dengan kebudayaan sumbernya

maupun dalam hubungannya dengan orang per ‘orang. Karya sastra

bukan merupakan moral dalam arti yang sempit, yaitu yang sesuai

dengan suatu kode atau tindak tanduk tertentu, melainkan dalam

pengertian bahwa Ia terlibat di dalam kehidupan dan menampilkan

tanggapan evaluatif terhadapnya. Dengan demikian sastra adalah

eksperimen moral.

4. Masyarakat dapat mendekati karya sastra dan dua arah. Pertama,

sebagai sesuatu kekuatan atau faktor material, istimewa, dan kedua,

sebagai tradisi yakni kecenderungan spiritual kultural yang bersifat

kolektif. Dengan demikian bentuk dan isi karya sastra dapat

mencerminkan perkembangan sosiologi, atau menunjukkan perubahan-

perubahan yang halus dalam watak kultural.

5. Kritik sastra seharusnya lebih dan sekedar perenungan estetis yang tanpa

pamrih ia harus melibatkan diri dalam suatu tujuan tertentu. Kritik adalah

kegiatan yang terpenting yang harus mampu mempengaruhi penciptaan

sastra tidak dengan cara mendikte sastrawan agar memilih tema tertentu

misalnya, melainkan dengan menciptakan iklim tertentu yang bermanfaat

bagi penciptaan seni besar.

6. Kritikus bertanggung jawab baik kepada sastra masa silam maupun

sastra masa depan. Dari sumber sastra yang sangat hasil kritikus harus

memilih yang sesuai untuk masa kini. Perhatiannya bukanlah seperti

pengumpul benda-benda kuno yang kerjanya hanya menyusun kembali,

8

Page 13: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

tetapi memberi penafsiran seperti yang dibutuhkan oleh masa kini. Dan

karena setiap generasi membutuhkan pilihan yang berbeda-beda, tugas

kritikus untuk menggali masa lalu tak ada habisnya.

Lanjut Darnono (989: 14) mengemukakan bahwa segala yang ada

dunia ini sebenarnya merupakan tiruan dan kenyataan tertinggi yang berada

di dunia gagasan. Seniman hanyalah merupakan yang ada dalam kenyataan

dan hasilnya bukan suatu kenyataan pandangan senada dikemukakan oleh

Teeuw (1984- 220) mengatakan bahwa dunia empirek tak mewakili dunia

sesungguhnya, adanya dapat mendekatinya lewat mimesis, penelaahan, dan

pembayangan ataupun peniruan. Lewat mimesis, penelaahan kenyataan

mengungkapkan makna, hakikat kenyataan itu. Oleh karena itu, seni yang

baik harus berani dan seniman harus bersifat modest, rendah hati, Seniman

harus menyadari bahwa lewat real dia hanya dapat mendekati yang ideal.

Endraswara dalam bukunya Metodologi Pengajaran Sastra, memberi

pengertian bahwa sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada

masalah manusia karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat

manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi,

perasaan, dan intuisi (2003: 79). Sementara, Faruk (1994: 1) memberi

pengertian bahwa sosiologi sastra sebagal studi ilmiah dan objektif mengenai

manusia dalam masyarakat, studi mengenai tembaga dan proses-proses

sosial. Selanjutnya, dikatakan bahwa sosiologi berusaha menjawab

pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana

cara kerjanya, dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup. Lewat penelitian

mengenai lembaga-lembaga sosial, agama, ekonomi, politik dan keluarga

yang secara bersama-sama membentuk apa yang disebut sebagai struktur

sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga yang secara bersama-sama

membentuk apa yang disebut sebagai struktur sosial, sosiologi dikatakan

memperoleh gambaran mengenai cara-cara menyesuaikan dininya dengan

dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai

9

Page 14: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

mekanisme sosialitas, proses belajar secara kultural yang dengannya

individu-individu dialokasikann9a pada dan menerima peranan tertentu dalam

struktur sosial Itu.

Sosiologi sastra memiliki perkembangan yang cukup pesat sejak

penelitian-penelitian yang menggunakan teori strukturalisme dianggap

mengalami stagnasi. Didorong oleh adanya kesadaran bahwa karya sastra

harus difungsikan sama dengan aspek-aspek kebudayaan yang lain, maka

karya sastra harus dipahami sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan

sistem komunikasi secara keseluruhan. Menurut Ratna (2003: 332) ada

beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan

erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya

dengan masyarakat, sebagai berikut.

1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan o!eh tukang cerita, disalin

oleh penyalin, ketiganya adalah anggota masyarakat

2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan

yang terjadi dalam masyarakat yang pada gilirannya juga difungsikan oleh

masyarakat.

3. Medium karya sastra baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui

kompetensi masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung

masalah kemasyarakatan.

4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, dan adat-istiadat dan tradisi

yang lain, dalam karya sastra terkandung estetik, etika, bahkan juga

logika. Masyarakat jelas sangat berkepentigan terhadap ketiga aspek

tersebut.

5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intensubjektivitas,

masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sosiologi sastra

dapat meneliti melalui tiga perspektif pertama, perspektif teks sastra, artinya

peneliti menganalisisnya sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan

10

Page 15: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

sebaliknya. Kedua, perspektif biologis yaitu peneliti menganalisis dan sisi

pengarang. Perspektif ini akan berhubungan dengan kehidupan pengarang

dan latar kehidupan sosial, budayanya. Ketiga, perspektif reseptif, yaitu

peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.

Sosiologi karya sastra itu sendiri lebih memperoleh tempat dalam

penelitian sastra karena sumber-sumber yang dijadikan acuan mencari

keterkaitan antara permasalahan dalam karya, sastra dengan permasalahan

dengan masyarakat lebih mudah diperoleh. Di samping Itu, permasalahan

yang diangkat dalam karya sastra biasanya masih relevan dalam kehidupan

masyarakat.

Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat

hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu

mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup

luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu

oleh karya sastra.

11

Page 16: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

PENGUNGSI

Jalan, jalan. .! Berapa puluh hari sudah

kau jalan Nak Sri? Hujan panas silih berganti!

Jalan yang panjang buruk berbatu ini masih panjang

dari desa ke desa, di sawah dan bukit tinggi.

“Bu. . . Bu! Kaki Sri sakit, bengkak. Ah, sakit!”

Air mata memercik mata yang bening bersih,

Ibu senyum getir, bapa kuat mendukung...

“Diam Sri, diam! Kita pergi menuju Bung Karno. .

Kota telah hancur, tapak kaki ganas kejam

sudah menghentak-hentak di sana. Orang-orang lemah

dan lembu-lembu sewaan jadi raja alat penindas;

kemerdekaan dan keadilan remuk diinjak-injak!

Orang-orang yang tak tahan diludah-ludah hina

menyingkir membawa pakaian lekat di badan

tinggal rumah, halaman dan segala yang dicintai.

Kaki hancur bengkak, ditongkat terbata-bata,

perih sengsara ikut melekat sepanjang jalan:

“Diam Sri,diam! Kita pergi menuju Bung Karno....!”

Sepanjang siang malam terlunta-lunta

Di terik bakaran panas, kuyup direndam hujan,

iringan kafilah ini mengalir terus, sebagai

jemaah menuju Tanah Suci, melepas jeritan

jiwa yang diperkosa, dan isak-isak sedu sedan,

mendongak rindu hawa yang merdeka dan adil!

12

Page 17: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

B. ANALISIS PUISI

“Pengungsi”

Dengan pendekatan sosiologis

Karya : Nasjah

Jalan, jalan ……! Berapa puluh hari sudah

Kau jalan nak sri? Hujan panas silih berganti!

Jalan yang panjang buruk berbatu ini masih panjang

Dari desa ke desa, di sawah dan di bukit tinggi

a. Aspek sosial

Aspek sosial yang dimaksudkan adalah aspek sosial yang

menyangkut hubungan manusia dengan manusia. Baik secara langsung

maupun tidak langsung (Keluarga, masyarakat). Sikap kritis terhadap

pandangan dunia dan ideologi, maupun tanggung jawab sebagai manusia

terhadap lingkungan hidup. Aspek sosial membuat sadar akan tanggung

jawab sebagai manusia dalam kehidupan bersama menurut berbagai

dimensinya. Di samping sosial yang telah disebutkan di atas ada salah satu

aspek yang sangat mempengaruhi gerak solidaritas manusia yakni

menyangkut stafikasi sosial yaitu beberapa bentuk pelampiasan dalam

masyarakat atau kelas sosial. Aspek sosial pada puisi “pengungsi” karya

Nasjah adalah sebagai :

Jalan, jalan ……! Berapa puluh hari sudah

Kau jalan nak sri? Hujan panas silih berganti!

Jalan yang panjang buruk berbatu ini masih panjang

Dari desa ke desa, di sawah dan di bukit tinggi

b. Aspek ekonomi

Aspek ekonomi yang dimaksud adalah segala hal yang berhubungan

dengan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan. Aspek yang terdapat

dalam puisi ini dapat dilihat pada bait ketiga larik keempat sebagai berikut :

13

Page 18: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

Orang-orang yang tak tahan diludah-ludah hina

menyingkir membawa pakaian lekat di badan

tinggal rumah, halaman dan segala yang dicintai.

c. Aspek politik

Aspek politik yang terdapat di dalam puisi “Pengungsi” dapat dilihat

pada bait ketiga sebagai berikut :

Kota telah hancur, tapak kaki ganas kejam

sudah menghentak-hentak di sana. Orang-orang lemah

dan lembu-lembu sewaan jadi raja alat penindas;

kemerdekaan dan keadilan remuk diinjak-injak!

d. Aspek Moral

aspek moral yang dimaksud adalah segala aspek yang menyangkut

baik buruknya perbuatan. Dalam hal ini mengenai sikap, kewajiban, akhlak,

budi pekerti. Dan susila. Aspek moral yang terdapat dalam puisi “pengungsi”

dapat dilihat pada bait ke 3 yaitu :

Kota telah hancur, tapak kaki ganas kejam

sudah menghentak-hentak di sana. Orang-orang lemah

dan lembu-lembu sewaan jadi raja alat penindas;

kemerdekaan dan keadilan remuk diinjak-injak!

14

Page 19: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi dalam

sastra merupakan gabungan dari sistem pengetahuan yang berbeda.

Sosiologi adalah sebuah bidang ilmu yang menjadikan masyarakat sebagai

objek materi dan kenyataan sosial sebagai objek moral. Dalam perspektif

sosiologi, kenyataan sosial dalam suatu komunitas masyarakat dipahami

dalam tiga paradigma utama, yaitu fakta sosial, defenisi sosial, definisi sosial,

dan paradigma perilaku. Sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi

dari pada apa yang terjadi dewasa ini (das sein) bukan apa yang seharusnya

terjadi (das solen). Sebaliknya karya sastra bersifat evaluatif, subjektif dan

imajinatif.

Sosiologi sastra dapat meneliti melalui tiga perspektif pertama

perspektif teks sastra, artinya peneliti menganalisisnya sebagai sebuah

refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya. Kedua, perspektif biologis

yaitu peneliti menganalisis dari sisi pengarang ketiga, perspektif yaitu peneliti

menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.

15

Page 20: MENGANALISIS KARYA SASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

DAFTAR PUSTAKA

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Malang : Grasindo (Gramedia Widyasarana Indonesia)

www.google.com

16