pendekatan konsep.doc

47
F STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PENDEKATAN KONSEP DALAM PROSES PEMBELAJARAN SAINS Oleh : I GEDE SANDI WIARSANA 1313021002 PUTU SONIA VIRGAWATI PRATIWI 1313021040 DESAK MADE MELAWATI 1313021041 Semester/Kelas: IV/A JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Upload: mela-cerium

Post on 15-Nov-2015

809 views

Category:

Documents


98 download

DESCRIPTION

pendekatan konsep adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar

TRANSCRIPT

FSTRATEGI BELAJAR MENGAJARPENDEKATAN KONSEP DALAM PROSES PEMBELAJARAN SAINS

Oleh :

I GEDE SANDI WIARSANA1313021002

PUTU SONIA VIRGAWATI PRATIWI1313021040

DESAK MADE MELAWATI1313021041Semester/Kelas: IV/A

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA2015

PRAKATA

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia yang telah diberikan, makalah yang berjudul Pendekatan Konsep dalam Proses Pembelajaran Sains dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung, baik berupa bimbingan, doa maupun materiil yang diberikan guna membantu penyelesaian makalah ini. Terima kasih kepada rekan-rekan semester kelas 4 A yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis. Tidak lupa pula, ucapan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan doa dan restu serta dukungan materiil kepada penulis. Terima kasih pula kepada para penulis yang tulisannya dikutip sebagai bahan rujukan dalam makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan terbuka saran dan kritik konstruktif untuk menjadikan makalah ini lebih baik di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Singaraja, April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

iDAFTAR ISI

iiBAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

11.2 Rumusan Masalah

21.3 Tujuan Penulisan

31.4 Manfaat

3BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Konsep

42.2 Peranan Pendekatan Konsep dalam Pembelajaran Fisika

72.3 Merencanakan dan Melaksanakan Pembelajaran Konsep

102.4 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Konsep

152.5 Skenario Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Konsep

16BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

273.2 Saran

28DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangProses belajar merupakan proses interaksi edukatif yang terikat pada tujuan, terarah pada ujuan, dan dilaksanakan khusus untuk mencapi tujuan (Suastra, 2013). Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama di sekolah. Dalam proses ini siswa membangun makna dan pemahaman dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar-mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal-hal secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif. Di sekolah, terutama guru diberikan kebebasan untuk mengelola kelas yang meliputi strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang efektif, disesuaikan dengan karakteristik dari mata pelajaran, karakteristik siswa, guru, dan sumber daya yang tersedia di sekolah.Pengajaran adalah suatu aktifitas (proses) mengajar belajar yang di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Istilah peserta didik penulis gunakan untuk anak didik, objek didik, atau sebagai istilah lain dari siswa. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guruatau pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua subjek pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal, pengarah, pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh.Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi siswa untuk memahami materi ajar yang disamapikan guru dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.Pada pokoknya pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu.Sebagai guru, tentunya harus memiliki cara-cara atau metode-metode untuk membuat suasana kelas menjadi nyaman dan siswa dapat belajar dengan nyaman saat mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Misalnya saja dalam proses pembelajaran sains diperlukan banyak pendekatan-pendekatan maupun ketrampilan-ketrampilan guna melatih dan mengembangkan kemampuan siswa tidak hanya dari segi akademiknya saja melainkan juga dari ketrampilan yang dimiliki agar terus berkembang, sebab dalam pembelajaran sains tidak hanya menekankan pada teorinya saja tetapi pada prakteknya secara langsung. Salah satu contoh pendekatan yang dapat digunakan adalah pembelajarn dengan menggunakan pendekatan konsep atau pendekatan konseptual. Pendekatan ini akan membantu para guru untuk mengarahkan siswanya memahami materi pembelajaran yang disajikan dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis berkeinginan menulis makalah yang berjudul Pendekatan Konsep dalam Proses Pembelajaran Sains yang nantinya akan menjabarkan hal yang terkait pendekatan konsep secara lebih mendalam. 1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang diambil dalam pembuatan makalah ini

adalah sebagai berikut:1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan pendekatan konsep?1.2.2 Bagaimana Peranan Pendekatan Konsep dalam Pembelajaran Fisika?

1.2.3 Bagaimana cara merencanakan dan melaksanakan pembelajaran konsep?1.2.4 Apakah kelebihan dan kekurangan pendekatan konsep?1.2.5 Bagaimana Skenario Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Konsep ?1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian atau makna dari Pendekatan Konsep.1.3.2 Untuk mendeskripsikan peranan pendekatan konsep dalam Pembelajaran Fisika.1.3.3 Untuk mendeskripsikan cara merencanakan dan melaksanakan pembelajaran konsep. 1.3.4 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendekatan konsep.1.3.5 Untuk mendeskripsikan Skenario Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Konsep1.4 Manfaat PenulisanAdapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Penulis

Dengan adanya makalah ini penulis dapat melengkapi tugas dari mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Selain itu penulis juga mendapatkan pengalaman mengenai tata cara penulisan makalah yang baik dan benar, serta mendapatkan ilmu yang lebih mengenai materi yang dibahas.

1.4.2Bagi Pembaca

Dengan adanya makalah ini yang berjudul Pendekatan Konsep dalam Proses Pembelajaran Sains, maka diharapkan nantinya pembaca mendapatkan wawasan yang lebih mengenai suatu proses penggunaan pendekatan konsep yang nantinya akan diaplikasikan dalam proses pembelajaran sains, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan KonsepPendekatan (approach) adalah suatu istilah yang memilki kemiripan dengan strategi. Menurut Wina Sanjaya dalam (Sofa, 2008) pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.Konsep merupakan buah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam defenisi sehingga melahirkan produk pengetahuan berupa prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan sesuatu pengetahuan. Menurut Richard I. Arends dalam (Sofa, 2008), bahwa konsep dalam subjek apapun adalah balok-balok bangunan dasar untuk berpikir, terutama untuk pemikiran tingkat tinggi. Konsep memungkinkan individu-individu untuk mengklasifikasikan berbagai objek, ide dan membuat aturan serta prinsip tentang itu. Konsep menjadi fondasi bagi jaringan (skemata) ide yang menuntun pemikiran kita. Mempelajari konsep sangat penting di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari karena konsep memungkinkan orang-orang untuk saling memahami dan menjadi dasar untuk interaksi verbal. Dengan demikian pendekatan konsep adalah pengajaran yang berpangkal pada peran pembentukan konsep dan keterkaitannya sehingga memberikan makna pada peserta didik. Bilamana guru mengajar IPA, misalnya dengan menyuruh siswa mengeluarkan konsep-konsep tentang pokok bahasan dalam buku pelajaran IPA, lalu guru melaksanakan demonstrasi atau guru menyuruh siswa melakukan percobaan untuk menemukan atau membuktikan bahwa konsep itu benar, maka guru tersebut telah menerapkan pendekatan konsep dalam mengajarkan IPA (Suastra, 2013).Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep. Dengan perkataan lain, apabila pendekatan konsep dapat diajarkan dengan benar kepada siswa maka siswa tidak akan mudah untuk melupakan pengetahuan yang didapatnya. Pendekatan konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang secara langsung menyajikan konsep memberikan kepada siswa untuk memahami konsep yang diperoleh secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep akan merangsang pemikiran anak dalam pembelajaran sains yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Ciri-ciri konsep dalam pendekatan IPA adalah sebagai berikut (Suastra,2013):

1) Konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Dapat dikataka bahwa konsep merupakan sebuah simbol.

2) Konsep itu timbul dari sebuah pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta. Jadi konsep adalah suatu generalisasi.

3) Konsep adalah hasil berpikir abstrak manusia yang merangkum banyak pengalaman.

4) Suatu konsep dapat dianggap kurang tepat, disebabkan karena timbulnya fakta-fakta baru, dan karena itu konsep yang bersangkutan mengalami perubahan. Jadi konsep itu bersifat tentatif. Menurut Good, konsep adalah gambaran dari ciri-ciri, yang dengan ciri-ciri itu objek-objek dapat dibeda-bedakan. Menurut Yelon et al., konsep adalah elemen umum dari sekelompok objek, peristiwa atau proses. Sedangkan menurut Kuslan dan Stone, konsep adalah sifat Khas yang diberikan pada sejumlah objek, proses, fenomena, atau peristiwa, yang dapat dikelompokkan berdasarkan sifat khas itu. Gagne and Briggs menyatakan bahwa konsep dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu konsep konkrit dan konsep terdefinisi. Konsep konkrit adalah konsep yang menunjukkan ciri-ciri atau atribut dari suatu objek, yaitu relatif mudah dikenali dengan indra. Contoh konsep konkrit misalnya konsep warna (merah, hijau), bentuk (bulat, datar), sifat (keras, lunak), dan sebagainya. Konsep terdefinisi adalah konsep yang dapat dikenali (dipahami) melalui definisi, jadi sifatnya abstrak. Contoh konsep terdefinisi misalnya konsep: cahaya, fertilitas, ovulasi, dan sebagainya (dalam Widyaningtias, 2006). Konsep dapat diartikan sebagai rangkaian stimulasi yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Unsur-unsur yang terdapat dalam konsep itu meliputi dua hal. Pertama, menurut tinjauan psikologis, konsep itu mengandung hal-hal yang bersamaan, tersusun dan tergabung dalam suatu objek. Kedua, konsep memuat hubungan komponen-komponen dalam suatu proses atau kejadian. Bedarasarkan kedua unsur tersebut, konsep dapat diartikan sebagai suatu jaringan hubungan dalam objek, kejadian, dan lain sebagainya, yang mempunyai ciri-ciri tetap dan dapat diobservasi. Misalnya, seorang peserta didik dapat mengenal benda yang terbuat dari kaca, di dalamnya terdapat air raksa, dan berisi skala, benda itu disebut thermometer. Kapan pun peserta didik menemukan benda-benda yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan benda tersebut, maka ia akan mengenalnya sebagi termometer (Bruner, Goodnew dan Austin, dalam Sudjana, 2005).Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan konsep merupakan suatu abstraksi yang mengambarkan ciri-ciri umum dari sekelompok objek, proses, peristiwa, atau fenomena lainnya.

Sedangkan pendekatan merupakan cara umum dalam memandang suatu permasalahan atau suatu objek kajian (Suastra, 2013). Sehingga pendekatan konsep dapat diartikan sebagai suatu cara umum dalam memandang suatu permasalahan atau suatu objek kajian secara konseptual yaitu ciri-ciri umum dari permasalahan atau objek kajian tersebut.

Dengan pendekatan konsep ini peserta didik dapat memahami dan membedakan benda-benda, peristiwa atau kejadian yang ada dalam lingkungan sekitar. Peserta didik dapat memahami benda-benda atau peristiwa-peristiwa pada semua ruang dan waktu karena pada setiap benda dan peristiwa itu terdapat ciri-ciri tertentu yang sama pada setiap tempat dan setiap waktu.2.2 Peranan Pendekatan Konsep dalam Pembelajaran Fisika

Fisika adalah bagian dari sains (IPA), pada hakikatnya adalah kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan penyelidikan. IPA sebagai kumpulan pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model. IPA sebagai cara berpikir merupakan aktivitas yang berlangsung di dalam pikiran orang yang berkecimpung di dalamnya karena adanya rasa ingin tahu dan hasrat untuk memahami fenomena alam. Fisika dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efesien. Strategi atau teknik, metode dan pendekatan merupakan tiga hal yang berbeda meskipun penggunaannya sering bersama-sama dijumpai dalam pembelajaran. Pendekatan merupakan teori atau asumsi. Metode adalah pengembangan yang lebih konkret dari teori tersebut, berupa prosedur-prosedur berdasarkan teori tersebut di dalam berbagai bentuk kegiatan kelas.

Meskipun telah disebutkan bahwa tidak ada satu pun pendekatan yang paling cocok untuk satu pelajaran, tetapi karena pusat pelajaran fisika adalah eksperimen dan merupakan bagian tak terpisahkan dari pelajaran fisika itu sendiri maka melalui eksperimen siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dengan gejala fisika yang dipelajari. Fisika sebagai ilmu yang memiliki karakteristik tersendiri dalam mempelajarinya tidak cukup hanya melalui minds-on, tetapi juga harus melalui hands-on, seperti layaknya ilmuwan ketika menjelajahi alam ini. Secara teoretis dan dengan prosedur-prosedur yang tepat kerja laboratoriumlah pendekatan yang tepat digunakan dalam pembelajaran fisika.

Berdasarkan paparan tersebut, maka disinilah peran pendekatan konsep sangat diperlukan oleh siswa. Untuk mampu memahami fenomena alam dan mempelajari fisika itu sendiri melalui kerja laboratorium, siswa sebelumnya harus menguasai dan memahami konsep yang mendasari fenomena ataupun jenis praktikum yang akan dilaksanakan.

Pandangan konstruktivisme sangat menekankan pentingnya gagasan yang sudah ada pada diri siswa untuk dikembangkan dalam proses belajar-mengajar. Dengan demikian, pemahaman konsep sangat ditekankan. Belajar merupakan proses aktif dan kompleks dalam upaya memperoleh pengetahuan baru. Proses yang terjadi merupakan proses kognitif sebagai interaksi antara kegiatan persepsi, imajinasi, organisasi, dan elaborasi. Proses pengorganisasian dan elaborasi memungkinkan terbentuk hubungan antarkonsep. Hubungan antarkonsep dapat digambarkan sebagai peta konsep. Peta konsep dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui hasil belajar dan adanya miskonsepsi.

Miskonsepsi terjadi karena siswa masih menggunakan gagasan pribadinya dan pembelajaran belum dapat mengubah pemahaman siswa menjadi gagasan baru yang benar. Perubahan ini dapat berlangsung dengan mulus asalkan pada siswa ada perasaan tidak puas terhadap pemahaman yang salah, siswa mempunyai pengetahuan optimal tentang konsep yang benar, konsep yang benar dapat masuk akal dan mempunyai daya memprediksi serta daya eksplanasi.

Dalam proses menerima dan menafsirkan stimulasi pada waktu yang berkesinambungan, pikiran peserta didik melakukan kegiatan mengabstraksi, memformulasi, membanding-bandingkan, atau merangkaikan stimuli itu. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara otomatis dan terkordinasi sehingga peserta didik dapat belajar untuk memahami konsep serta untuk menggunakan konsep itu dalam kehidupannya.

Proses terbentuknya pengetahuan pada individu sangat ditentukan oleh struktur kognitifnya, yang berupa konsep-konsep yang ada dalam pikirannya. Dengan konsep-konsep yang ada tersebut, memungkinkan individu dapat memikirkan sesuatu dengan cara adaptasi (baik asimilasi maupun akomodasi), yang kemudian hasil-hasilnya disistematikan dengan proses organisasi sehingga dihasilkan struktur (skemata) baru. Dengan stuktur ini akan dihasilkan pola prilaku yang nampak.

Untuk mempelajari konsep diperlukan tiga syarat. Syarat pertama adalah perkembangan psikologis peserta didik yang mendorong kemauan dan kemampuan untuk menggunakan konsep. Syarat kedua yaitu peserta didik menyatakan, menggambarkan, atau memberi makna terhadap suatu pola atau rangkaian. Syarat ketiga yaitu peserta didik memberikan nama terhadap konsep tersebut. Apabila konsep dipelajari dengan baik oleh peserta didik, maka konsep itu akan diingat dengan baik. Dengan kata lain, konsep itu mudah diingat dan dapat berpindah-pindah kepada situasi yang berlainan (Sudjana, 2005).

Secara khusus dalam menyusun dan melaksanakan pendekatan konsep perlu diperhatikan penggunaan patokan-patokan sebagai berikut (Sudjana, 2005).

1) Jelaskan kaitan, orientasi dan arah suatu konsep yang akan dipelajari dan jelaskan pula kemungkinan penerapannya dalam kehidupan peserta didik.

2) Gambarkan secara berurutan unsur-unsur atau ciri-ciri konsep yang akan dipelajari.

3) Siapkan dan sajikan stimuli yang tepat secara bersamaan atau secara berurutan sesuai dengan unsur-unsur konsep yang dipelajari.

4) Berikan pengertian tentang konsep itu dengan pengorganisasian yang baik.

5) Kembangkan asosiasi dengan memperluas konsep itu melalui berbagai contoh dan penerapannya.

6) Tingkatkan kemampuan peserta didik untuk membeda-bedakan berbagai kosep dengan menggunakan bermacam contoh nyata dan beragam.

7) Berikanlah kesempatan pada peserta didik untuk berlatih dan meninjau kembali konsep-konsep yang telah dipelajari.

8) Usahakan kesempatan untuk menguji kemampuan peserta didik dalam mengamati contoh-contoh konsep, mendefinisikan dan menemukan konsep, serta mencoba untuk menggunakan konsep tersebut.Dalam mempelajari sains terutama fisika, diperlukan suatu kemampuan dari siswa untuk menanamkan konsep sains tersebut secara mendalam dalam struktur kognitifnya. Sains, menurut Titus (dalam Sofa, 2008), mengandung tiga definisi yaitu sebagai sejumlah disiplin ilmu, sebagai sekumpulan pengetahuan, dan sebagai metode-metode. Di samping itu, ditegaskan pula bahwa sains merupakan suatu rangkaian konsep-konsep yang berkaitan dan berkembang dari hasil eksperimen dan observasi. Menurut Robert B. Sund (dalam Sofa, 2008), sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses penemuan pengetahuan. Dengan demikian, pada hakekatnya sains merupakan suatu produk dan proses. Produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Proses sains meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan masalah, dan cara bersikap. Sains dirumuskan secara sistematis, terutama didasarkan atas pengamatan eksperimen dan induksi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan konsep sangat berperan dalam mengarahkan peserta didik menuju konsep sains pada umumnya dan fisika pada khususnya yang seutuhnya. Sehingga miskonsepsi yang selama ini terdapat dalam diri siswa ketika memahami suatu fenomena fisis atau mengaplikasikan konsep fisika tersebut dalam suatu kerja laboratorium dapat terminimalisasi.

2.3 Merencanakan dan Melaksanakan Pembelajaran KonsepBerbagai prosedur dan pedoman yang dibuat untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan pencapaian konsep/pendekatan konseptual adalah sebagai berikut:a) Merencanakan Pembelajaran Konsep. Selama fase perencanaan pembelajaran konsep, guru harus membuat keputusan tentang konsep apa saja yang akan dibelajarkan dan pendekatan mana yang akan digunakan. Guru harus melakukan sebuah pekerjaan menyeluruh, yakni menetapkan dan menganalisis konsep-konsep yang dibelajarkan dan memutuskan contoh-contoh dan bukan contoh mana yang akan digunakan dan cara terbaik untuk menyajikannya kepada siswa selama pembelajaran. Adapun tugas guru dalam merencanakan pembelajaran konsep adalah: Memilih KonsepKurikulum 2013 adalah sumber utama untuk memilih konsep-konsep yang akan dibelajarkan. Konsep-konsep itu mungkin terdapat dalam textbook yang digunakan guru. Pengajaran konsep selalu diajarkan bila materinya berisi istilah-istilah yang tidak familier, serangkaian langkah yang tidak diketahui oleh siswa, atau penggunaan aturan tertentu yang baru bagi siswa. Dalam proses memilih konsep-konsep yang akan dibelajarkan sangat penting, karena membantu siswa memahami sebuah konsep sangat berarti dari pada sekedar membuat mereka mampu memberikan defenisi tentang konsep. Memutuskan Pendekatan yang Akan DipakaiPendekatan yang digunakan seorang guru bergantung pada tujuan yang ingin dicapai, karakteristik siswa yang diajarkan, dan sifat konsepnya. Pendekatan presentasi langsung, biasanya digunakan untuk mengembangkan pengetahuan tentang sebuah konsep yang mana pengetahuan sebelumnya sudah atau tidak dimiliki siswa. Pendekatan pencapaian konsepdigunakan apabila siswa sudah memiliki beberapa pemahaman tentang konsep dan tujuan pembelajarannya adalah untuk mengeksplorasi atribut-atribut esensial konsep tertentu. Mendefinisikan konsepAtribut-atribut esensial (kritis) atau penentu adalah kategori yang ada disetiap contoh konsep dan membedakannya dengan semua konsep-konsep lainnya. Sebagai contoh konsep pohon, dapat difenisikan tumbuhan yang hidup bertahun-tahun dan memilki sebuah batang tumbuh tunggal berkayu. Defenisi ini memasukkan atribut-atribut esensial: tumbuhan, hidup bertahun-tahun, batang tumbuh tunggal, dan berkayu.Atribut-atribut non esensial (non kritis) juga masuk dalam gambaran/konsep pohon, Sebagai contoh ukuran, bentuk, dan warna adalah atribut-atribut non esensial dari konsep pohon. Pada dasarnya ada tiga langkah dalam mendefenisikan suatu konsep: 1) indentifikasi nama konsepnya, 2) buat daftar atribut-atribut esensial dan non esensial, 3) tulis defenisi ringkasnya. Menganalisis KonsepSetelah sebuah konsep dipilih dan didefenisikan dalam kaitannya dengan atribut-atributnya, konsep itu perlu dianalisis untuk mencari beberapa contoh dan bukan contohnya. Pemilihan contoh dan bukan contoh merupakan aspek yang paling sulit dalam perencanaan pembelajaran konsep. Contoh berfungsi sebagai penghubung antara abstraksi konsep dengan pengetahuan dan pengalaman yang sebelumnya sudah dimiliki siswa. Contoh harus bermakna bagi siswa dan harus sekonkrit mungkin.

Memilih dan mengurutkan Berbagai Contoh dan Bukan ContohBerbagai contoh dan bukan contoh yang dipilih untuk mengilustrasikan sebuah konsep sangat penting. Ketika memilih sebuah contoh guru akan sering membuat atribut-atribut non esensial konsep itu berbeda mungkin, hal ini akan membantu siswa untuk memfokuskan pada atribut-atribut esensial yang sama pada setiap contoh. Sebagai contoh guru mau mengembangkan konsep serangga, guru mungkin memasukkan kutu air dan semut yang hidup lingkungan yang berbeda tetapi memiliki atribut esensial yang sama. Menggunakan Gambar-gambar VisualGambar-gambar visual mempengaruhi dan mendukung pembelajaran dari konsep. Gambar membantu siswa untuk cepatdalam menemukan atribut-atribut esensial. Merencanakan Waktu dan RuangMengalokasikan waktu yang cukup dan menggunakan ruang kelas adalah tugas guru sebagai perencana untuk pembelajaran konsep. Waktu bergantung pada tingkat dan kemampuan kognitif siswa dan kompleksnya konsep yang dibelajarkan. Penggunaan ruang untuk pembelajaran konsep, guru lebih suka menggunakan formasi tempat duduk baris dan lajur tradisional.

b) Melaksanakan Pembelajaran Konsep

Dalam melaksanakan pembelajaran konsep di dalam kelas, guru tentunya harus mengetahui apa-apa saja yang diperlukan dalam menerapkan pembelajaran konsep tersebut dikelas, baik dari segi sintaknya, lingkungan belajar yang harus diciptakan dan evaluasi pembelajarannya. Sintaks pembelajaran pencapaian konsep memiliki tiga fase kegiatan yaitu:Fase pertama : Penyajian data dan indentifikasi konsep Prilaku guru dan siswa pada fase ini adalah sebagai berikut:1) Guru menyajikan contoh-contoh konsep yang sudah diberi label.2) Siswa membandingkan atribut-atribut dalam contoh positif dan contoh negatif.3) Siswa menggeneralisasikan dan menguji hipotesis.4) Siswa membuat defenisi tentang konsep menurut atribut-atribut esensial yang diketemukan.Fase kedua: Menguji pencapaian konsep Perilaku guru dan siswa pada fase kedua ini adalah:1) Siswa mengindentifikasi tambahan contoh yang tidak diberi label dengan mengatakan ya atau bukan,2) Guru menegaskan hipotesis, nama konsep, dan menyatakan kembali defenisi konsep sesuai dengan atribut-atribut esensial,3) Siswa menemukan contoh-contoh konsep.Fase ketiga : Menganalisis strategi berpikir. Perilaku guru dan siswa pada fase ini adalah:1) Siswa mengungkapkan apa yang dipikirkannya,2) Guru membantu siswa mendiskusikan hipotesis dan atribut-atribut konsep,3) Siswa mendiskusikan tipe/jenis dan jumlah hipotesis. Lingkungan BelajarPendekatan/model pembelajaran ini memiliki struktur yang moderat. Guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas (pembelajaran berpusat pada guru), tetapi dapat dikembangkan menjadi kegiatan dialog bebas dalam fase-fase itu. Interaksi antar siswa digalakkan oleh guru. Selama pembelajaran, guru diharapkan membantu siswa dalam menemukan dan menyusun hipotesis untuk kemudian didiskusikan dan dibandingkan dengan hipotesis yang disusun oleh siswa lain. Dengan pengorganisasian kegiatan itu diharapkan siswa akan lebih dapat memperlihatkan inisiatifnya untuk melakukan proses induktif bersamaan dengan bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri selama pembelajaran.

Evaluasi Pendekatan pembelajaran pencapaian konsep ini merupakan alat penilai yang baik, apabila guru ingin menentukan apakah gagasan-gagasan penting yang telah diperkenalkan sudah dikuasai siswa atau belum. Model pembelajaran ini dengan cepat mengungkapkan kedalaman pemahaman siswa dan juga dapat menguatkan pengetahuan siswa sebelumnya.Bentuk soal yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran pencapaian konsep adalah soal pilihan ganda atau soal uraian singkat. Soal-soal dapat disesuaikan dengan tujuan tes dan karakteristik siswa. Di lihat dari penggunaannya selama proses pembelajaran, pendekatan/model pembelajaran pencapaian konsep ini mempunyai dampak pengajaran langsung (instructional effect) dan dampak pengajaran pengiring (nuturant effect).

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Konsep a. Kelebihan Pendekatan Konsep didalam proses pembelajaran antara lain:1. Fokus pada penguasaan konsep dan subkonsep2. Siswa dibimbing untuk memahami konsep dengan beberapa metodeb. Kekurangan Pendekatan Konsep didalam proses pembelajaran antara lain:1.Pendekatan ini kurang memperhatikan aspek student centre.

2. Guru terlalu dominan dan siswa tidak dibimbing untuk memahami konsep. 2.5 Skenario Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Konsep

SKENARIO PEMBELAJARAN SAINS

DENGAN PENDEKATAN KONSEP IPA

Satuan Pelajaran

: SMA

Mata Pelajaran

: Sains (Fisika)

Kelas/ Semester

: X/I

Pokok Bahasan

: Kinematika Gerak LurusSub Pokok Bahasan

: Kinematika

Metode Pembelajaran: Demonstrasi dan Diskusi InformasiModel Pembelajaran : Pendekatan KonsepAlokasi Waktu : 40 menit

I. Standar Kompetensi

Menerapkan konsep kinematika gerak lurus (baik gerak, kecepatan, laju percepatan maupun GLB) dalam menyelesaikan pemasalahan dikehidupan sehari-hari.

II. Kompetensi Dasar

Memahami pengertian gerak, perpindahan, laju, kecepatan, percepatan serta GLB dengan benar serta mengkaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.

III. Indikator Pembelajaran

1. Siswa mampu memahami konsep kinematika gerak lurus dalam konteks kehidupan sehari-hari.

2. Siswa mampu menghitung kecepatan, kelajuan, perpindahan, percepatan, dan GLB serta dapat mengetahui hubungan dari semuanya.

IV. Sumber Pembelajaran

1. Buku paket fisika kelas X SMA Yohanes Surya

2. Buku paket fisika SMA kelas X penerbit Erlangga

3. Buku Penunjang lainnya

V. Hasil Belajar Siswa dapat memahami materi tentang kinematika gerak lurus.

VI. Konsep Ilmiah yang Ingin Ditanamkan dalam Pembelajaran

1. Bagian dari mekanika yang mempelajari gerak benda tanpa memperhatikan penyebab gerak atau bagaimana pengaruh lingkungan terhadap gerak tersebut disebut kinematika. Untuk memahami tentang konsep posisi (kedudukan), jarak dan perpindahan, pembahasan dibatasi pada gerak lurus-gerak yang lintasannya lurus, misalnya gerak lurus pada sumbu-X.2. Kecepatan dan Kelajuan

Kecepatan adalah besaran yang memiliki besar dan bergantung pada arah, sehingga kecepatan termasuk besaran vektor. Alat untuk mengukur kecepatan benda disebut velocimeter. Velocimeter merupakan spidometer jenis linier yang memiliki skala bergerak dari angka negatif hingga positif. Ketika mobil bergerak maju dengan kelajuan 60 km/jam, maka velocimeter akan menunjuk angka +60 km/jam. Jika mobil bergerak mundur dengan kelajuan 60 km/jam, maka velocimeter akan menunjuk angka 60 km/jam. Tanda positif (+) atau negatif (-) yang ditunjukkan oleh velocimeter berturut-turut menyatakan arah maju dan arah mundur gerakan mobil tersebut. Perlu diperhatikan bahwa, yang terukur tersebut adalah kelajuan dan kecepatan sesaat. Kelajuan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi antara jarak total yang ditempuh dengan selang waktu untuk menempuhnya. Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi antara perpindahan dengan selang waktu untuk mencapai perpindahan tersebut. Gambar 3.3 melukiskan gerakan benda dari A ke B. Kecepatan rata-rata () yang dialami oleh benda tersebut adalah

Perpindahan

Apabila benda mengalami perubahan kedudukan dalam selang waktu tertentu, maka benda tersebut dikatakan mengalami perpindahan. Perpindahan merupakan besaran vektor yang ditunjukkan oleh segmen garis berarah berasal dari kedudukan awal menuju kedudukan akhir. Misalkan, suatu benda berpindah dari P ke Q. Perpindahan itu tidak harus langsung dari P ke Q, tetapi dapat juga menempuh lintasan dari P ke T kemudian kembali ke Q.Percepatan

Analog dengan konsep kecepatan rata-rata yang telah dipelajari pada bagian sebelumnya, maka percepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi perubahan kecepatan ((v) dengan selang waktu ((t) yang diperlukan untuk terjadinya perubahan kecepatan tersebut. Pernyaaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.

Berdasarkan persamaan diatas, percepatan rata-rata () merupakan besaran vektor. Untuk gerak dalam garis lurus dengan percepatan konstan, maka kecepatan rata-rata () sama dengan percepatan sesaat (a), dan notasi vektor menggunakan cetak tebal atau tanda panah di atasnya tidak perlu dibuat. Notasi vektor cukup menggunakan tanda positif (+) atau negatif (-) saja. Oleh karena (v = v v0 dan (t = t t0, maka persamaan (3.7) dapat dituliskan sebagai berikut.

GLB (Gerak Lurus beraturan)

Konsep gerak dalam Gerak Lurus Beraturan didefinisikan sebagai perubahan kedudukan benda terhadap titik acuan dalam selang waktu tertentu. Konsep lurus berarti perubahan kedudukan tersebut terjadi sepanjang lintasan lurus dan konsep beraturan didefinisikan sebagai perubahan kedudukan sepanjang lintasan lurus terjadi dengan kelajuan yang konstan. Jadi gerak lurus beraturan adalah suatu gerak sepanjang lintasan lurus dengan kelajuan konstan.Dengan menetapkan titik A sebagai kedudukan benda di x0 saat t0 dan kedudukan titik B sebagai kedudukan benda di x saat t, maka persamaan menjadi :

VII.Kegiatan Pendahuluan

7.1Pendahuluan (5 menit)

1. Guru memulai aktivitas di kelas dengan melakukan pengabsenan terhadap kehadiran siswa.

2. Guru menyampaikan indikator yang ingin dicapai selama kegiatan pembelajaran.

3. Guru menggali pengetahuan awal siswa terkait materi yang akan disampaikan yaitu kinematika gerak lurus.4. Guru memberikan suatu fenomena dalam kehidupan sehari-hari untuk memotivasi siswa dalam menggali pengetahuan awal siswa, misalnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut;

Misalkan seorang berdiri didalam sebuah kereta yang sedang melaju. Jika acuannya adalah kereta, apakah seoranga dapat dikatakan bergerak?

5. Guru memotivasi siswa untuk terlibat aktif dengan cara meminta seluruh siswa untuk mengemukakan argumen mereka. Dimana siswa menggunakan gagasan awal mereka untuk menjawab pertanyaan guru sesuai dengan pemikiran intuitif, mereka mengemukakan beberapa dugaan awal, seperti;Tidak, Karena orang tersebut tidak mengalami perpindahan kedudukan.

7.2Kegiatan Inti (30 menit)

7.2.1 Menyajikan strategi konflik

Guru mengadakan pengujian dugaan awal dengan melakukan demonstrasi di depan kelas untuk menggali pengetahuan awal siswa. Siswa mengamati secara seksama apa yang didemonstrasikan oleh guru Siswa melakukan demonstrasi yang sama untuk masing-masing individu yang berbeda.

Guru mengobservasi sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

7.2.2 Penyajian konsep dan prinsip ilmiah berikut pembuktian secara

ilmiah

Guru membimbing siswa menemukan konsep kinematika gerak lurus dari kegiatan pembelajaran yang diberikan.

Siswa menyampaikan hasil demontrasi di depan kelas

Guru membimbing siswa menemukan hubungan kecepatan, kelajuan, perpindahan, percepatan, dan GLB.

7.3 Penutup (5 menit)

1. Siswa dan guru membuat suatu kesimpulan tentang materi yang telah diberikan. 2. Guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa, apakah ada yang tidak dimengerti pada materi pembelajaran terkait kemudian memberikan sedikit ulasan apabila ada siswa yang bertanya.

3. Guru memberikan beberapa tugas rumah atau PR untuk mengukur ketercapaian materi pada hari itu.

4. Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam penutup.

VIII. Alat / Bahan / Sumber Belajar1. Papan tulis

2. Spidol dan penghapus

3. Buku paket fisika kelas X SMA Yohanes Surya

4. Buku paket fisika SMA kelas X penerbit Erlangga

IX.Skenario Pembelajaran

Guru: Selamat pagi anak-anak.

Siswa: Selamat pagi Pak.

Guru:Bagaimana kabar kalian hari ini?Apakah Kalian Sudah siap mengikuti pelajaran hari ini?

Siswa:Sudah Pak.

Guru:Sebelum Bapak memulai pelajaran, Bapak ingin tahu apakah ada yang absen pada hari ini?

Siswa: Tidak Pak.

Guru:Bagus kalau begitu. Baiklah kita akan mulai saja pelajaran kita pada hari ini dimana kita akan mempelajari tentang gerak lurus. Apakah kalian sudah sempat membaca buku kalian dirumah tentang gerak?

Siswa:Sudah Pak.

Guru:Kalau begitu Bapak ingin memberikan kepada kalian suatu ilustrasi. Misalkan Rai berdiri didalam sebuah kereta yang sedang melaju. Jika acuannya adalah kereta, apakah Rai dapat dikatakan bergerak?

Siswa:Tidak Pak.

Guru:Mengapa tidak?

Siswa:Karena Rai tidak mengalami perpindahan kedudukan Pak.

Guru:Apa yang dimaksud dengan perpindahan? Ada yang bisa menjawab?

Siswa:(salah seorang siswa menjawab) Benda dikatakan mengalami perpindahan apabila benda mengalami perubahan kedudukan dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam selang waktu tertentu.

Guru:Benar. Dari jawaban teman kalian tersebut, coba sekarang jelaskan apa yang dimaksud dengan gerak!

Siswa:(salah seorang siswa menjawab) Gerak adalah suatu perubahan kedudukan suatu benda terhadap acuan tertentu.

Guru:Benar, benda akan dikatakan bergerak apabila benda tersebut mengalami perubahan kedudukan dari kedudukan semula.

(sambil menggambar bagan berikut guru menjelskan.)

Pada umumnya, suatu benda atau titik ditentukan dengan sebuah garis koordinat yang biasanya disebut dengan sumbu x, dimana garis koordinat tersebut telah ditentukan oleh suatu titik yang digunakan sebagai titik awal atau titik acuan. Apakah ada yang tahu apa yang menentukan nilai perpindahan suatu benda?

Siswa:Terdiam

Guru:Nilai perpindahan suatu benda tergantung dari arah gerak tersebut, dalam garis koordinat, apabila benda bergerak kekanan maka benda bernilai positif dan apabila benda bergerak kekiri maka benda bernilai negatif. Jadi Apabila dalam ilustrasi tadi Rai berpindah sejauh B, apakah rai dapat dikatakan memiliki kecepatan?

Siswa:Iya Pak.

Guru:Apakah Rai dapat dikatakan memiliki kelajuan?

Siswa:Iya Pak.

Guru:Kalau begitu apakah kelajuan dan kecepatan itu sama?

Siswa:Tidak Pak.

Guru:Ya, kecepatan dan kelajuan adalah berbeda. Kecepatan merupakan suatu besaran vektor yang ditentukan oleh besar dan arahnya. Sedangkan kelajuan merupakan besaran skalar yang hanya ditentukan besarnya saja dan tidak tergantung pada arah geraknya. Kelajuan dan kecepatan memiliki suatu persamaan yang sama yaitu v = s/t.

Dalam kehidupan sehari-hari suatu benda tidak selalu bergerak dengan kelajuan dan kecepatan yang tetap. Jadi pada dasarnya kelajuan maupun kecepatan selalu berubah-ubah. Bagaimanakah cara menghitung kelajuan dan kecepatn yang selalu berubah-ubah?

Siswa:Terdiam

Guru:Kelajuan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi anatara jarak total yang ditempuh dengan selang waktu untuk menempuhnya. Atau

Lalu bagaimana dengan Kecepatan rata-rata? Apakah sama dengan kelajuan rata-rata? Apakah ada yang bisa memberikan penjelasan?

Siswa:(salah seorang siswa menjawab) Tidak Pak. Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi antara perpindahan dengan selang waktu yang diperlukan untuk menempuhnya.

Guru:Benar, atau secara matematis dapat ditulis sebagai . Jika kecepatan maupun kelajuan tersebut dapat berubah-ubah itu berarti bahwa kecepatan dan kelajuan juga memiliki kecepatan sesaat maupun kelajuan sesaat. Kecepatan sesaat dapat dinyatakan oleh .

Kemudian bagaimana jika benda tersebut mengalami pertambahan laju setiap detiknya? Apakah yang dialami oleh benda?

Siswa:Benda tersebut mengalami percepatan Pak.

Guru:Ya, benar. Apabila benda tersebut mengalami pertambahan laju dalam setiap detiknya berarti benda tersebut dapat dikatakan mengalami percepatan. Sedangkan jika lajunya berkurang setiap detiknya berarti benda tersebut mengalami perlambatan. Dan untuk mengetahui besarnya percepatan maka dapat digunakan persamaan a=v/t. Bagaimana jika percepatan tersebut berubah-ubah? Apakah ada yang dapat mendefinisikan percepatan rata-rata?

Siswa:(salah seorang siswa menjawab) Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi antara perubahan kecepatan ((v) dengan selang waktu berlangsungnya perubahan kecepatan tersebut.

Guru:Ya benar atau yang dalam persamaannya dapat ditulis sebagai . Lalu bagaimana dengan percepatan sesaatnya?

Siswa:(salah seorang siswa menjawab) Percepatan sesaat adalah perubahan kecepatan yang berlangsung dalam waktu singkat.

Guru:Ya benar yang dalam persamaannya adalah . Adakah yang tahu apakah percepatan tersebut termasuk besaran vektor atau besaran skalar?

Siswa:Besaran vektor Pak.

Guru:Apakah artinya itu?

Siswa:Artinya untuk menyatakan percepatan maka harus menentukan besar dan arahnya.

Guru:Benar, jika percepatan bernilai positif maka dikatakan benda mengalami gerak lurus dipercepat, dan jika percepatan bernilai negatif maka benda dikatakan mengalami gerak lurus diperlambat. Lalu apakah yang dimaksud dengan gerak lurus beraturan?

Siswa:Gerak suatu benda yang lurus dan kecepatannya konstan (tidak berubah)

Guru:Ya benar, kemudian apakah pada GLB memiliki kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat yang sama?

Siswa:Ya sama.

Guru:Kenapa?

Siswa:Karena GLB memiliki kecepatan konstan.

Guru:Ya bagus, pada GLB suatu benda memiliki kecepatan yang konstan. Apakah artinya apabila sebuah mobil bergerak lurus beraturan dengan kecepatan 60 km/jam?

Siswa:Artinya dalam waktu 1 jam mobil tersebut menempuh jarak 60 km.

Guru:Tepat, jadi karena mobil tersebut bergerak lurus beraturan berarti mobil tersebut dalam waktu 2 jam menempuh jarak 120 km. Berarti dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara jarak(s), kecepatan (v), dan waktu (t), pada GLB adalah s=v.t. Apakah ada yang ditanyakan dari GLB?

Siswa:Bagaimana jika mobil tersebut memiliki posisi awal mobil yaitu sebesar x0?

Guru:Jika posisi awal mobil adalah x0 maka posisi mobil setelah waktu t adalah x = x0 + v.t . Apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?

Siswa:terdiam

Guru: Baiklah kalau tidak ada pertanyaan lagi berarti pelajaran untuk hari ini bapak akhiri saja. Dan untuk pertemuan berikutnya kita akan mempelajari tentang GLBB, jadi ibu harap kalian mempelajarinya terlebih dahulu dirumah. Baiklah ibu akhiri saja pertemuan hari ini dan selamat pagi.

X.Latihan Soal

1. Sebuah kerata api sedang bergerak dengan kelajuan 30 m/s. Ketika akan melewati tanda akan memasuki stasiun, masinis memperlambat kelajuan kereta api sebesar 4 m/s2 . Hitunglah waktu yang diperlukan kereta sampai kereta api benar-benar telah berhenti.

2. Sebuah mobil menempuh jarak 300 km. Mobil lain yang mulai berangkat 1 jam kemudian, tiba ditempat tujuan yang sama dalam waktu yang bersamaan dengan mobil pertama. Berapakah kelajuan rata-rata mobil kedua?

Jawaban :

1. Dik :

Kecepatan mula-mula =

Kecepatan akhir =

Percepatan =

Dit :

Hit :

2. Dik :

Jarak =

Waktu =

Dit :

Hit :

BAB III

PENUTUP

1.1 Simpulan1.1.1 Pendekatan konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang secara langsung menyajikan konsep memberikan kepada siswa untuk memahami konsep yang diperoleh secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep akan merangsang pemikiran anak dalam pembelajaran sains yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.1.1.2 Pendekatan konsep sangat berperan dalam mengarahkan peserta didik menuju konsep sains pada umumnya dan fisika pada khususnya yang seutuhnya, sehingga miskonsepsi yang selama ini terdapat dalam diri siswa ketika memahami suatu fenomena fisis atau mengaplikasikan konsep fisika tersebut dalam suatu kerja laboratorium dapat terminimalisasi.

1.1.3 Dalam pembelajaran sains agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif/ pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut dengan menggunakan tida model tahapan, yaitu, model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simboli. Berbagai prosedur dan pedoman yang dibuat untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan pencapaian konsep/pendekatan konseptual adalah sebagai berikut (1) Merencanakan Pembelajaran Konsep dan (2) Melaksanakan Pembelajaran Konsep1.1.4 Kelebihan Pendekatan Konsep didalam proses pembelajaran antara lain: (1) Fokus pada penguasaan konsep dan subkonsep dan (2) Siswa dibimbing untuk memahami konsep dengan beberapa metode. Kekurangan Pendekatan Konsep didalam proses pembelajaran antara lain: (1) Pendekatan ini kurang memperhatikan aspek student centre dan (2) Guru terlalu dominan dan siswa tidak dibimbing untuk memahami konsep. 3.2 SaranDalam mengimplementasikan pendekatan konsep dalam proses pembelajaran sains, sebaiknya guru memahami semaksimal mungkin mengenai pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran sains tersebut, sehingga dapat diaplikasikan dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.DAFTAR PUSTAKANina, Sakinah. 2014. Macam-macam pendekatan Pmebelajaran. Dalam http://sakinahninaarz009.blogspot.com/2014/06/macam-macam-pendekatan-pembelajaran.html. Diakses pada tanggal 4 April 2015.Suastra, I Wayan. 2009. Pembelaaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.Sofa, 2008. Pendekatan discovery, inquiry dan STS dalam pembelajaranfisika. http://pkab.wordpress.com/2008/06/21/. (diakses tanggal 4 April 2015).

Sudjana, H.D. 2005. Strategi pembelajaran. Bandung: Falah Production.Widyatiningtyas, R. 2006. Pembentukan pengetahuan sains, teknologi dan masyarakat dalam pandangan pendidikan IPA. http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=43. (diakses tanggal 4 April 2015).

iii

_1252779598.unknown

_1366053384.unknown

_1366053469.unknown

_1366053666.unknown

_1366053794.unknown

_1366053795.unknown

_1366053696.unknown

_1366053513.unknown

_1366053420.unknown

_1252782238.unknown

_1366053347.unknown

_1252781979.unknown

_1119616159.unknown

_1252779022.unknown

_1252779306.unknown

_1119616728.unknown

_1119161358.unknown

_1119616034.unknown

_1119446390.unknown

_1119161212.unknown