pencoklatan roti yulian
TRANSCRIPT
Nama : Yulian Arthia Putri
NIM : 1000822
Reaksi mailard adalah reaksi pencoklatan non enzimatis yang terjadi
karena adanya reaksi antara gula pereduksi denga gugus amin bebas dari asam
amino atau protein. Reaksi maillard dalam makanan dapat berfungsi untuk
menghasilkan flavour dan aroma, dapat menyebabkan kehilangan ketersediaan
asam amino, kehilangan nilai gizi, pembentukan anutrisi, pembentukan komponen
toksik, dan komponen mutagenik. Mekanisme reaksi Maillard sangat kompleks, di
mana gula amin akan mengalami denaturasi, siklisasi, fragmentasi, dan
polimerisasi sehingga terbentuk kompleks pigmen yang disebut melanoidin.
Reaksi Maillard pada percobaan kali ini merupakan reaksi yang
dikehendaki pada permukaan kulit luar coklat pada roti.
Di dalam tepung terigu terdapat sejenis protein yang tidak larut di dalam
air yang disebut gluten, yang bersifat kenyal dan elastis. Pada adonan roti, gluten
berfungsi untuk menahan adonan pada saat dikembangkan sehingga bentuknya
kokoh dan tidak mengecil kembali. Kadar gluten membedakan satu jenis tepung
terigu dengan tepung lainnya. Pada umumnya, semakin tinggi kadar protein maka
kadar gluten yang dikandung suatu tepung terigu juga semakin besar. Kadar
gluten dari terigu biasanya tergantung dari jenis gandum yang digunakan untuk
membuatnya. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan roti adalah tepung
terigu, air, ragi roti dan garam. Serta biasanya dilakukan penambahan margarin
atau mentega.
Ketepatan penggunaan jenis tepung sangatlah penting dalam pembuatan
suatu jenis makanan. Tepung terigu berprotein 12%-14% ideal untuk pembuatan
roti dan mie, sedangkan 10,5%-11,5% biasa dipakai untuk cookies, pastry, pie dan
donat. Gorengan, cake, biscuit dan wafer dapat menggunakan terigu yang
berprotein 8%-9%. Kualitas tepung terigu dipengaruhi juga oleh moisture, ash,
dan berbagai parameter fisik lainnya termasuk water absorption.
Moisture adalah jumlah kadar air pada tepung terigu. Bila kadar moisture
melebihi standar maksimum maka daya simpan tepung akan menurun dan
membuatnya semakin cepat rusak, berjamur dan apek. Ash adalah kadar abu
(mineral) yang ada pada tepung terigu yang mempengaruhi proses dan hasil akhir
produk, misalnya dari segi warna (warna crumb pada roti, warna mie, dan
sebagainya.
Saat tahap fermentasi yeast akan mengubah gula yang terdapat dalam
adonan menjadi etanol dan karbondioksida dengan persamaan reaksi:
C6H12O6 --> 2 C2H5OH + 2 CO2
Karbondioksida yang dihasilkan akan menaikkan volume adonan sedangkan
etanol akan memberikan aroma yang spesifik pada produk roti. Fermentasi yeast
terjadi pada kondisi anaerob. Terdapat tiga jenis enzim yang bekerja saat proses
fermentasi oleh yeast. Enzim invertase akan mengurai sukrosa menjadi gula
sederhana seperti glukosa. Sedangkan enzim maltase akan menguraikan maltosa
menjadi dekstrosa. Kemudian gula sederhana dan dekstrosa yang terbentuk
tersebut akan dipecah menjadi CO2. Karbondioksida tersebut kemudian menyebar
di dalam adonan dalam bentuk gelembung yang akan tertahan oleh struktur gluten
dan menyebabkan pengembangan adonan. Selain itu karena konsentrasi
karbondioksida bertambah selama fermentasi maka gelembung gas tersebut akan
terbentuk di sekeliling foci. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah udara yang
mengisi volume produk roti saat pengembangan tidak hanya ditentukan oleh
jumlah sel yeast, namun juga dipengaruhi oleh tahapan lain seperti pencampuran.
Pada percobaan kali ini, digunakan dua jenis tepung yaitu tepung segitiga
biru dan cakra kembar.
1. Tepung Segitiga Biru
Tepung segitiga biru merupakan jenis tepung yang mengandung kadar
protein sedang, sehingga disebut dengan tepung sedang. Roti membutuhkan
protein tinggi agar bisa optimal dalam proses fermentasi. Bahan baku tepung
Segitiga Biru adalah campuran gandum jenis hard wheat dan soft wheat (masing-
masing 50%). Kandungan proteinnya berkisar antara 10 - 11 %.
Adapun kandungan dari tepung terigu jenis ini antara lain :
Moisture (%) max. 14.3
Protein (%)(Nx5.7)(d.b) 12.0 – 13.0
Ash (%)(db) max. 0.64
Water Absorption (%) 58 – 60
Sebenarnya tepung terigu jenis ini lebih cocok untuk digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan roti , cake, aneka pastry dan kue kerinng, hanya saja
hasilnya tidak maksimal jika menggunakan terigu semestinya.
Roti yang menggunakan terigu sedang akan lebih empuk tetapi volumenya tidak
akan sebesar yang menggunakan terigu bergluten tinggi.
Pada percobaan menggunakan tepung merk segitiga biru ini, dilakukan
tiga perlakuan dalam cara penambahan raginya, yaitu penambahan ragi secara
langsung, ragi dilarutkan terlebuh dahulu didalam air biasa, dan ragi dilarutkan
terlebih dahulu didalam air dengan suhu 400C.
a. Penambahan ragi secara langsung
Penambahan ragi secara langsung pada pencampuran adonan menggunakan
tepung terigu merk segitiga biru menyebabkan pengembangan yang maksimal
pada saat fermentasi. Namun, setelah dilakukan pemanggangan pori-pori yang
dihasilkan terlalu kecil sehingga menghasilkan tekstur yang kurang sempurna.
Rasa yang dihasilkan setelah pemanggangan yaitu rasa hambar atau tawar karena
tidak dilakukan penambahan bahan tambahan untuk menambah rasa pada roti.
Dari segi tekstur, tekstur yang dihasilkan renyah pada bagian permukaan dan
empuk di dalamnya.
Dilakukan proses penambahan garam yang dapat menambah rasa gurih pada
roti, pengontrol waktu fermentasi pada roti, serta menambah kekuatan gluten.
b. Ragi dilarutkan terlebih dahulu didalam air biasa
Pelarutan ragi menggunakan air dingin akan menyebabkan terhambatnya
terbentuknya gas yang dihasilkan selama proses fermantasi. Hal ini menyebabkan
pori-pori yang dihasilkan setelah proses menjadi besar atau renggang. Aroma
yang dihasilkan yaitu aroma khas roti. Sedangkan warnanya kuning gading. Tidak
mengalami pencoklatan yang signifikan karena tidak ada penambahan gula yang
dapat memicu berlangsungnya proses reaksi Maillard secara maksimal. Reaksi
yang terjadi disebabkan oleh glukosa yang terkandung pada tepung. Roti yang
dihasilkan mengalami pengembangan, tetapi lebih rendah tingkat
pengembangannya dibandingkan ragi yang dilarutkan dengan air hangat.
c. Ragi dilarutkan terlebih dahulu didalam air bersuhu 400C
Penggunaan air hangat dilakukan agar ragi roti cepat larut dan hal tersebut
juga dilakukan supaya suhu ragi tetap konstan karena ragi biasanya tumbuh dan
berkembang pada suhu sekitar 230C – 300C. Suhu pada saat terjadinya fermentasi
sangat penting. Pada suhu yang rendah pembentukan gas terhambat sedang pada
suhu yang tinggi terlalu banyak gas yang dihasilkan dan membuat volume terlalu
besar sebelum gluten menjadi dewasa. Oleh karena itu, pori-pori roti setelah
pemanggangan menjadi lebih kecil pada perlakuan ini. Pengembangan yang
terjadi setelah pemanggangan cukup maksimal. Warna yang terbentuk yaitu putih
tulang. Tidak terlalu terbentuk pigmen warna coklat. Serta aromanya khas roti.
2. Tepung Cakra Kembar
Tepung merek cakra kembar ini merupakan jenis tepung yang mengandung
protein tinggi sehingga disebut juga tepung kuat. Tepung jenis ini lebih cocok
untuk pembuatan roti karena kandungan glutennya yang tinggi yang akan
mempengaruhi tekstur pada roti.
Pada penggunaan tepung berprotein tinggi ini, dilakukan tiga perlakuan,
yaitu penambahan ragi secara langsung, ragi dilarutkan terlebih dahulu didalam
air biasa, dan ragi dilarutkan terlebih dahulu didalam air dengan suhu 400C.
a. Penambahan Ragi Secara Langsung
Pada prinsipnya, penambahan ragi dengan cara ini smemiliki tujuan yang
sama dengan perlakuan penambahan ragi secara langsung pada tepung terigu
segitiga biru. Pengembangannya kurang sempurna, warna kuning gading, aroma
khas roti dan pori-pori yang renggang (besar). Pada saat pemanggangan adonan
akan mengembang, kehilangan air, dan kulit roti menjadi lebih gelap. Adonan
mengembang karena adanya pengembangan gas dalam adonan yang tertahan oleh
struktur gluten. Kehilangan kadar air terbesar karena penguapan terjadi pada
bagian kulit sehingga akan membentuk lapisan yang kering. Reaksi Maillard
mulai terjadi namun tidak maksimal. Selanjutnya pati mengalami gelatinisasi,
yaitu rusaknya susunan molekul dalam granula pati, yang ditunjukkan oleh
perubahan yang irreversibel. Pada saat itu pati lebih peka terhadap aktivitas enzim
α-amilase dan terurai menjadi dekstrin dan maltosa yang dipercepat dengan
peningkatan suhu.
Keberhasilan dalam pembentukan jaringan gluten saat proses pencampuran
akan memberikan kemampuan maksimal dalam mempertahankan gas, sehingga
mempengaruhi kualitas produk roti yang dihasilkan. Adonan yang mengembang
dengan baik dapat menghasilkan potongan roti dengan volume besar, halus,
lembut, memiliki tekstur yang seragam, dan berkualitas baik.
b. Dicampur dengan air biasa
Pada perlakuan ini, menghasilkan roti dengan pori-pori renggang. Hal ini
disebabkan oleh gluten terlalu kuat, pemakaian bread improver terlalu banyak,
pemakaian garam yang kurang, atau proses penggulungan (rol) yang tidak rapat.
Ragi roti di dalam adonan akan bekerja secara optimal bila suhunya di
bawah 30°C. Air bersuhu rendah berfungsi untuk menjaga agar suhu adonan
sesuai/cocok untuk aktivitas ragi. Bila suhu adonan melebihi 30°C, maka aktivitas
ragi akan berkurang sehingga fermentasi roti akan semakin lama. Akibatnya
aroma roti menjadi asam, serat roti kasar, mudah keras, dan roti menjadi tidak
tahan lama.
c. Ragi dilarutkan terlebih dahulu menggunakan air bersuhu 400C
Pelarutan ragi dalam air bersuhu 400C memiliki tujuan yang sama dengen
perlakuan yang sama pada tepung terigu merek sgitiga biru. Namun hasil yang ada
beberapa perbedaan yang dihasilkan, yaitu pada pori-pori yang renggang atau
besar yang disebabkan oleh kandungan protein dari tepung yang digunakan.
KESIMPULAN
Pada pembuatan roti diperlukan tepung yang memiliki kandungan protein
tinggi karena pada tepung dengan kandungan protein tinggi mengandung gluten
yang tinggi. Gluten berfungsi untuk menahan adonan pada saat dikembangkan
sehingga bentuknya kokoh dan tidak mengecil kembali.
Reaksi mailard adalah reaksi pencoklatan non enzimatis yang terjadi
karena adanya reaksi antara gula pereduksi denga gugus amin bebas dari asam
amino atau protein. Reaksi Maillard memerlukan gula pereduksi untuk percepatan
reaksi dan pencoklatan yang terjadi.
Pencampuran ragi dengaan cara langsung ditambahkan memungkinkan
tidak maksimalnya kinerja dari ragi tersebut karena belum tercampurnya ragi dan
adonan secara sempurna. Untuk pencampuran ragi dengan cara melarutkannya di
dalam air bersuhu rendah bertujuan untuk menjaga agar suhu adonan sesuai/cocok
untuk aktivitas ragi. Bila suhu adonan melebihi 30°C, maka aktivitas ragi akan
berkurang sehingga fermentasi roti akan semakin lama. Akibatnya aroma roti
menjadi asam, serat roti kasar, mudah keras, dan roti menjadi tidak tahan lama.
Sedangkan perlakuan melarutkan ragi terlebih dahulu pada air bersuhu 400C
supaya suhu ragi tetap konstan karena ragi biasanya tumbuh dan berkembang pada
suhu sekitar 230C – 300C
DAFTAR PUSTAKA
Fais. 2010. Proses Baking Pada Pembuatan Roti. [Online]. Tersedia:
http://kutankrobek.wordpress.com/2010/08/23/proses-baking-dalam-
pembuatan-roti/ (18 November 2011)
Anonim. 2011. Penyebab Reaksi Maillard. [Online]. Tersedia:
file:///C:/Users/User/Documents/Pencoklatan%20roti/PENYEBAB
%20REAKSI%20MAILLARD%20(MAILLARD%20REACTION)
%20%C2%AB%20Be%20Smile%20Lah.htm (19 November 2011)
Hui , Y.H. 2006. Food Biochemistry and Food Proccesing. USA : Blackwell
Publishing.
Wibowo, Drik. 2009. Laporan Magang Diperusahan Roti Millano.
[Online]. Tersedia:
http://eprints.uns.ac.id/231/1/166150109201011101.pdf (20 November
2011)