pencapan kain kapas dengan zat warna rapid
DESCRIPTION
PencapanTRANSCRIPT
PENCAPAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA RAPID
I. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud : Melakukan pencapan pada kain kapas dengan
menggunakan zat warna rapid
Tujuan : Mengetahui Hasil Pencelupan terbaik dengan
menggunakan zat warna rapid dengan variasi cara
pembangkitan.
II. INTISARI
Zat warna rapid adalah campuran dari naphtoldan base didiazoter yang stabil ( tidak
terjadi pembangkitan, karena telah diberi obat untuk mencegahnya ). Zat warna ini
dibuat untuk menyederhanakan proses pencapan dari naphtol.
Dalam proses pencapan kali ini variasi terletak pada cara pembangkitan warna dari
zat warna rapid, dimana proses pembangkitan dibagi menjadi dua metode yaitu
metode asam dan metode air hanging. Dalam metode pembangkitan menggunakan
asam konsentrasi penggunaan asam divariasilakn menjadi 1 g/L dan 2 g/L, dan
dalam metoda air hanging divariasikan lamnya waktu pengangin – anginan yaitu
selama 12 dan 24 jam.
Warna hitam pada hasil pencapan tidak dapat dibangkitakn sempurna ini diakibatkan
kerusakan pada zat warna yang digunakan.
Hasil terbaik didapatkan oleh metoda air hanging dengan lama waktu pengangin –
annginan 24 jam.
III. TEORI DASAR
Pencapan adalah suatu proses pelekatan zat warna pada kain yang tidak rata
dengan menimbulkan corak – corak.
Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat yang memiliki struktur selulosa. Selulosa merupakan
polimer linier yang tersusun dari konddensasi molekul – molekul glukosa yang
dihubung – hubungkan seperti gambar dibawah ini :
Struktur kimianya merupakan senyawa benzene yang terdiri dari gugus hidroksil
yang mudah menyerap air yang sebagian besar terdiri dari selulosa (unsur utama)
dan unsur penyusun yang lainnya seperti lemak, malam, pektin, dan lainnya.
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji jenis Gossypium. Serat kapas
menjadi bahan penting dalam industri tekstil.
Serat tersebut dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari
serat kapas biasa disebut katun.
Serat kapas merupaka produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat
kotor produk hilag dalam prosesnya. Apabila lemak, protein, malam dan lain – lain
residu disingkirkan, sisanya adalah polimer murni dan alami. Selulosa ini tersusun
sedemikian rupa hingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan, dan daya serap
yang unik namun disukai orang.
Zat Warna Rapid
Zat warna rapid adalah campuran dari naphtoldan base didiazoter yang stabil ( tidak
terjadi pembangkitan, karena telah diberi obat untuk mencegahnya ). Zat warna ini
dibuat untuk menyederhanakan proses pencapan dari naphtol.
Dalam pemakaian ada dua macam zat warna rapi, ialah :
Rapid echt
Rapidogene
Keduan macam zat warna ini sama pemakaiannya hanya susunannya yang berbeda.
Rapidogene adalah merupakan perbaikan dari rapid echt.
Dalam perdagangan dikenal :
Rapid echt
o Rapid echt ( Hoechst )
o Cibagene ( CIBA )
o Direct naphtol ( C.F.M.C. )
Rapidogen
o Rapidogen ( Hoechst )
o Cibanogen ( CIBA )
o Naphtazogen ( C.F.MC. )
o Tinogen ( Geigy )
o Tjepagen N ( Japan )
Dalam pencapan zat – zat warna tersebut memerlukan zat – zat pembantu yang
berbeda – beda. Hal ini diperlukan untuk menjaga agar tidak bangkit oleh udara
sebelum masuk ke dalam serat.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat
Ember plastik
Gelas plastik
Gelas piala
Gelas ukur
Pipet ukur
Kaca pengaduk
Stirrer
Kassa datar
Rakel
Timbangan
Bahan
Kain kapas
Zat warna rapid
Urea / gliserin
NaOH 380BE
Spirtus
Nicca Gum ( pengental )
Air
CH3COOH 80BE
NaCl
V. RESEP DAN PERHITUNGAN RESEP
RESEP STANDAR
Pengental
Nicca Gum : 8%
Ballance : 𝑥
600
Pasta Cap
Zat Warna Rapid : 30 – 60 gram
Urea / gliserin : 30 – 50 gram
NaOH 380BE : 5 – 15 gram
Spirtus : 30 – 40 gram
Pengental : 600 gram
Air panas : 𝑥
1000
Pembangkitan ( Larutan Asam )
CH3COOH 80BE : 5 – 20 ml/L
NaCl : 40 gram
Air : 𝑥
1000
Suhu : 700C
Waktu : 1 menit
PERHITUNGAN RESEP
Pengental
1. Nicca Gum : 8
100 𝑥 600
= 48 gram
2. Ballance : 552
600
Pasta Cap
3. Zat Warna Rapid : 40 gram
= 40
1000 𝑥 50
= 2 gram
4. Urea / gliserin : 40 gram
= 40
1000 𝑥 50
= 2 gram
5. NaOH 380 BE : 15 gram
= 15
1000 𝑥 50
= 0,75 gram
6. Spirtus : 40 gram
= 40
1000 𝑥 50
= 2 gram
7. Pengental : 600 gram
= 600
1000 𝑥 50
= 30 gram
8. Ballance : 13,25
50
Pembangkitan ( Larutan Asam )
Variasi 1 ( Asam 10 ml/L )
9. CH3COOH 80BE : 10 ml/L
= 10
1000 𝑥 100
= 1 ml
10. NaCl : 40 gram
= 40
1000 𝑥 100
= 4 gram
11. Air : 95
100
Variasi 2 ( Asam 20 ml/L )
12. CH3COOH 80BE : 20 ml/L
= 20
1000 𝑥 100
= 2 ml
13. NaCl : 40 gram
= 40
1000 𝑥 100
= 4 gram
14. Air : 95
100
VI. FUNGSI ZAT
1. Zat warna rapid : Memberi warna pada bahan kapas.
2. Urea / gliserin : Zat higroskopis pada pasta cap dan membantu
penetrasi zat warna saat fiksasi.
3. NaOH : Membantu pelarutan zat warna rapid.
4. Pengental : Melekatkan zat warna pada bahan tekstil, dan
sebagai pengatur viskoitas.
5. CH3COOH : Zat yang membangkitkan warna dari zat warna rapid.
6. NaCl : mempercepat pembangkitan warna dari zat warna
rapid.
VII. LANGKAH KERJA
Pembuatan Pengental
1. Menimbang pengental ( Nicca Gum ) sebanyak 8 %
2. Menuangkan kedalam wadah, menambahkan air sedikit demi sedikit sambil
diaduk sampai pengental homogen.
3. Setelah homogen pengental siap dipergunakan.
Pembuatan Pasta Cap
1. Menyiapkan zat – zat yang dibutuhkan dalam pembuatan pasta cap seperti :
o Zat Warna Rapid
o NaOH 380BE
o Spirtus
o Pengental
o Urea / gliserin
2. Melarutkan terlebih dahulu zat warna rapid menggunkan NaOH, sampai tidak
ada butiran – butiran zat warna rapid, dan warna larutan menjadi bening.
3. Menimbang zat – zat yang dibutuhkan sesuai dengan perhitungan resep yang
telah dilakukan.
4. Mengaduk za- zat yang diperlukan dalam pembuatan pasta cap denga zat
warna rapid yang telah dilarutkan terlebih dahulu sampai homogen, dan siap
dipergunakan.
Proses Pencapan
1. Menyiapkan kain yang akan dicap diatas meja print dengan posisi terbuka
sempurna.
2. Meletakan screen tepat berada pada bahan yang akan dicap.
3. Menaburkan pasta cap pada bagian pinggir screen, dan tidak mengenai
motif.
4. Menahan screen yang telah menempel pada bahan, kemudian melakukan
proses pencapan dengan cara memoles screen dengan pasta cap
menggunakan rakel.
5. Menarik rakel harus merata tekanannya keseluruh bagian motif.
6. Melepaskan screen dengan hati – hati.
7. Untuk screen kedua, paskan posisi screen dengan motif pertama, agar kedua
motif berimpit dengan sempurna.
8. Lakukan seperti pada proses no 3 sampai 6 diatas.
9. Setelah selesai angkat screen, kemudian lakukan proses pembangkitan
warna sesuai denga variasi.
Pembangkitan Warna
Metoda Asam
1. Menyiapkan larutan asam yang terdiri dari asam asetat dan NaCl.
2. Melarutkan menggunakan air dengan suhu 700C
3. Merendam kain hasil pencapan pada larutan asam selama 1 menit.
4. Mencuci kain hasil pencapan.
Metoda Air Hanging
1. Kain yang telah dicap, di lakukan pengangin – anginan sesuai dengan
lamanya variasi air hanging.
2. Mencuci kain pencapan.
VIII. DIAGRAM ALIR
Persiapan Pencapan
Proses Pencapan
Pembangkitan Warna
Metoda Asam
Metoda Air Hanging
Kain di angin – angin sesuai variasi lamanya
waktu air hanging
Menyiapkan Larutan Asam
Merendam dalam larutan asam selam 1
menit
Proses Pencucian
Proses Pengeringan
Evaluasi
IX. DATA PENGAMATAN
Variasi Metoda
Fiksasi Warna
Hasil Evaluasi
Jumlah Total Peringk
at Ketahanan
Hasil
Pencucian
Kerataan
warna
Ketuaan
warna
Ketajaman
Motif
Penodaan
pada Kain
CH3COOH 1 g/L Merah 7 8 8 8 8 39
71 3 Hitam 6 8 2 8 8 32
CH3COOH 2 g/L Merah 7 8 6 8 8 37
70 4 Hitam 7 8 2 8 8 33
Air Hanging
12 Jam
Merah 8 8 8 8 8 40 76 2
Hitam 7 9 4 8 8 36
Air Hanging
24 Jam
Merah 8 9 9 8 8 42 79 1
Hitam 7 9 5 8 8 37
Keterangan : 10 : Excellent
9 : Amat Baik
8 : Baik Sekali
7 : Baik
6 : Cukup
5 : Hampir Cukup
4 : Kurang
3 : Kurang Sekali
2 : Jelek
1 : Jelek Sekali
X. DISKUSI
Dari pencapan menggunakan zat warna rapid pada kain kapas yang telah dilakukan
dengan memvariasikan metoda pemfiksasian didapatkan hasil yang beragam pada tiap
variasi metoda. Variasi metoda fiksasi dibagi menjadi dua metoda fiksasi dimana
metoda pertama hasil pencapan difiksasi dengan menggunakan asam ( CH3COOH )
dimana dalam metoda asam pun divariasikan lagi penggunaannya didalam larutan
pemfiksasi. Selain dengan menggunakan asam, proses pembangkitan warna dan
fiksasi digunakan metoda air hanging, dimana lamanya waktu air hanging akan
memberikan hasil yang berbeda dari setiap tahap pengevaluasian.
Dari hasil pencapan menggunkan zat warna rapid dilakukan evaluasi terhadap :
Ketahanan terhadap Pencucian
Hasil pencapan perlu dilakukan pengujian ketahanan terhadap pencucian untuk
mengetahui sejauh mana motif mampu memiliki hasil yang sesuai seperti awal
pencapan.
Dari hasil pengevaluasian seluruh motif hasil pencapan metoda air hanging baik
12 maupun 24 jam memiliki ketahanan luntur yang baik dibandingan dengan
metoda pembangkitan warna dan pemfiksasian menggunakan asam. Ini dilihat
dari perbandingan hasil pencapan dan hasil pencucian yang sedikit sekali
perbedaan yang terjadi.
Dalam metoda asam, nilai ketahanan luntur terhadap pencucian tergolong
kurang baik dibanding metoda air hanging ini dapat disebabkan karena zat
warna belum terfiksasi sempurna pada kain sehingga zat warna yang masih
menempel pada kain akan ikut larut bersama air saat proses pencucian,
sehingga warna hasil pencapan dan hasil pencucian berbeda.
Dari hasil ketahanan terhadap pencucian secara umum dapat dilihat dari grafik
berikut ini :
Kerataan Warna
Evaluasi yang kedua dilakukan terhadap kerataan warna hasil pencapan. Di
dalam evaluasi mengenai kerataan warna hasil pencapan, perlu diperhatikan
alat – alat yang digunakan dalam proses pencapan seperti screen dan rakel.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Asam 1g/L Asam 2g/L Air Hanging 12 Jam
Air Hanging 24 Jam
Ketahanan terhadap Pencucian
Merah
Hitam
Hasil dari kerataan warna dari ke empat variasi pencapan, didapatkan bahwa
metoda air hangging 24 jam memiliki kerataan warna yang terbaik dibandingkan
dengan metoda – metoda yang lain.
Di dalam kerataan warna, ini berkaitan dengan proses pencapan, apabila
distribusi pasta cap merata maka kerataan warna pada motif hasil pencapan
akan maksimal.
Dalam hasil pencapan seluruhnya masih terdapat bagian – bagian kecil yang
tidak terwarnai sempurna, ini dapat disebabkan karena:
1. Tidak sempurnanya pelarutan zat warna, sehingga masih ada zat warna
yang berbentuk butiran sehingga kerataan warna hasil pencapan
kurang maksimal.
2. Tekanan pada saat menggunakan rakel pada proses pencapan tidak
sama, sehingga distribusi pasta cap tidak merata, sehingga kerataan
kurang maksimal.
Dari hasil evaluasi mengenai kerataan warna dapat dilihat pada diagram
dibawah ini :
7,4
7,6
7,8
8
8,2
8,4
8,6
8,8
9
Asam 1g/L Asam 2g/L Air Hanging 12 Jam
Air Hanging 24 Jam
Kerataan Warna
Merah
Hitam
Ketuaan Warna
Dalam pencapan menggunakan zat warna rapid pada kain kapas kali ini,
masalah utama berkaitan dengan ketuaan warna dimana warna hitam pada
seluruh motif hasil pencapan umumnya warna tidak dapat dibangkitkan dengan
maksimal.
Dalam pembangkitan warna dan fiksasi menggunakan asam baik konsentrasi
1g/L maupun 2 g/L hasil yang di dapatkan tergolong sangat kurang dimana nilai
yang dihasilkan pada ketuaan warna dengan konsentrasi asam 1 g/L bernilai 2
dan pada konsentrasi 2 g/L bernilai 3. Ini berarti pada warna hitam dengan
metoda asam warna yang dapat dibangkitkan sangat sedikit. Sedangkan dalam
warna merah pada hasil pencapan metoda asam, makin tinggi konsentrasi
asam yang digunakan pada pembangkitan dan fiksasi warna menyebabkan
intenitas warna menjadi turun, ini terlihat sekali pada warna merah dimana
warna dengan konsentrasi asam 2 g/L warnanya lebih suram dibandingkan
dengan warna hasil konsentrasi 1 g/L.
Dalam metoda air hanging 12 jam warna hitam dari motif hasil pencapan sedikit
terlihat akan tetapi masih tergolong sangat kurang, nilai hasil evaluasi dari
metoda ini adalah 4 . sedangkan dalam metoda air hanging 24 jam warna hitam
dari motif hasil pencapan tergolong lebih baik di banding warna hitam pada tiga
motif hasil pencapan yang lain.
Warna merah pada hasil pencapan seluruhnya memiliki nilai yang sangat baik
umumnya nilai hasil evaluasi warna merah pada motif hasil pencapan bernilai 8,
kerusakan terjadi pada warna hitam pada motif hasil pencapan ini dikarenakan :
1. Zat warna telah rusak sehingga warna yang dihasilkan tidak maksimal.
2. Zat warna yang rusak tidak mampu berikatan dengan kain sehingga warna
yang di hasilkan tidak sempurna.
Selain dari Warna hitam yang tidak dapat dibangkitkan dengan sempurna.
Besarnya konsentrasi asam yang digunakan memengaruhi hasil ketuaan warna
dari hasil pencapan, makin banyak asam yang digunakan makan warna akan
semakin kusam, ini dikarenakan asam yang berlebih justru akan merusak serat
kapas dan zat warna sehingga warna yang dihasilkan akan lebih suram.
Dari hasil evaluasi mengenai ketuaan warna dapat dilihat pada diagram di
bawah ini
Ketajaman Motif
Dari evaluasi mengenai ketajaman motif dari hasil pencapan, seluruh hasil
pencapan tergolong memiliki ketajaman motif yang sangat baik, ini dilihat dari batas
– batas motif hasil pencapan yang jelas pada tepi motif.
Akan tetapi ada sedikit kekurangan pada seluruh motif dimana pada saat
penyambungan antara screen satu dengan screen ke dua terdapat bagian yang
double garis, sehingga menurunkan nilai ketajaman motif dari hasil pencapan.
Dari hasil kerataan motif, dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Asam 1 g/L Asam 2 g/L Air Hanging 12 jam
Air Hanging 24 jam
Ketuaan Warna
Merah
Hitam
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Asam 1g/L Asam 2g/L Air Hanging 12 Jam
Air Hanging 24 Jam
Ketajaman Motif
Merah
Hitam
Penodaan pada Kain
Dari hasil evaluasi mengenai penodaan pada kain, nilai penodaan pada kain
diseluruh variasi resep umumnya seluruhnya tergolong kedalam kategori sangat
baik, artinya sekit sekali penodaan pada kain yang didapatkan. Penodaan pada
kain dilakukan dengan cara membandingkan kain hasil pencapan dengan kain
awal pencapan.
Dari hasil penilaian, seluruh kain yang dievaluasi mendapatkan nilai 8, ini
artinya seluruh kain tergolong sangat baik, ini berarti proses pencucian pada
proses pencapan dilakukan dengan baik sehingga zat warna yang tidak
terfiksasi keluar dengan sempurna dan tidak mengotori kain dasar, sehingga
tidak timbul stainning pada kain.
Akan tetapi nilai yang diberikan 8 ini dikarenakan ada bagian – bagian tertentu
yang ternodai akibat blobor pasta cap saat melakukan proses pencapan.
Secara umum, dapat diketahui bahwa dariseluruh evaluasi yang telah dilakukan,
metoda air hanging dengan lama nya proses pengangin – anginan selama 24 jam
menduduki hasil terbaik dalam pencapan dengan menggunakan zat warna rapid kali
ini, kemudian metoda air hanging dengan lama proses pengangin – anginan 12 jam,
berada pada tempat terbaik kedua, dan tempat ketiga diperoleh dengan metoda
Asam 1 g/L, dan yang terakhir oleh asam 2 g/L.
Hasil secara umum dapat dilihat seperti pada grafik dibawah ini :
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Asam 1g/L Asam 2g/L Air Hanging 12 Jam
Air Hanging 24 Jam
Penodaan pada Kain
Merah
Hitam
XI. KESIMPULAN
Dari hasil pencapan yang telah dilakukan dapat disimpulakn bahwa :
1. Hasil ketahanan terhadap pencucian yang terbaik diperoleh motif yang
dibangkitkan warnanya melalui metoda air hanging selama 24 jam.
2. Hasil ketajaman motif yang terbaik diperoleh motif yang dibangkitkan warnanya
melalui metoda air hanging selama 24 jam.
3. Hasil ketuaan warna yang terbaik diperoleh motif yang dibangkitkan warnanya
melalui metoda air hanging selama 24 jam.
4. Banyaknya penggunaan asam dalam larutan pembangkitan warna akan
menurunkan nilai ketuaan warna.
5. Warna hitam dalam pencapan kali ini tidska dapat dibangkitan dengan sempurna
karena zat warna rusak.
6. Hasil terbaik pada pencapan pada kain kapas menggunakan zat warna rapid
adalah dengan metoda air hanging selama 24 jam.
64
66
68
70
72
74
76
78
80
Total Nilai Evaluasi
Asam 1g/L
Asam 2g/L
Air Hanging 12 Jam
Air hanging 24 Jam
DAFTAR PUSTAKA
Suprapto, Agus, Pedoman Praktikum Pencapan I, Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil, Bandung.
Djurfi, Rasjid Ir., Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, dan Pencapan,
Institut Teknologi Tekstil, Bandung.
LAPORAN PRAKTIKUM
PENCAPAN I
Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Rapid
Nama : Eddi Kuncoro (11020024)
Elika Noer Indraswari (11020025)
Fahmi Ardian (11020026)
Intan Sukma Lestari (11020035)
Group : 2K2
Dosen : Sasmaya, S. Teks
Drs. Sholehudin
Desiriana
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
Bandung
2013