budidaya kapas

45
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kapas (dari bahasa Hindi kapas, sendirinya dari bahasa Sanskerta karpasa) adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa disebut "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya). (Anonymous a , 2012) Di Indonesia kebutuhan serat kapas mencapai 365- 500 ribu ton setiap tahun, sedangkan produksi kapas dalam negeri hanya sekitar 2.000 ton tiap tahun atau 0,40% dari kebutuhan nasional. Soeripto (1999) mengemukakan bahwa impor serat kapas tercata 479 ribu ton pada tahun 1998-1999. Impor kapas yang cukup besar disebabkan oleh produktivitas kapas rakyat di Indonesia yang masih rendah, hanya 480-520 kg/ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 1999). Prospek budidaya tanaman kapas kedepannya sangat menguntungkan. Dilihat dari teknik budidayanya tidak begitu rumit dan pertumbuhannya juga cepat. Pertumbuhan dan hasil panen tanaman tanpa diberi perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan pemberian mulsa jerami. Hal ini dikarenakan pemberian mulsa jerami padi di

Upload: isa-apri-adi

Post on 21-Oct-2015

338 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Budiddaya kapas dengan kajian penggunaan mulsa Jerami

TRANSCRIPT

Page 1: Budidaya Kapas

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapas (dari bahasa Hindi kapas, sendirinya dari bahasa Sanskerta karpasa)

adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa

disebut "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah

tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil.

Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil

dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya).

(Anonymousa, 2012)

Di Indonesia kebutuhan serat kapas mencapai 365-500 ribu ton setiap

tahun, sedangkan produksi kapas dalam negeri hanya sekitar 2.000 ton tiap tahun

atau 0,40% dari kebutuhan nasional. Soeripto (1999) mengemukakan bahwa

impor serat kapas tercata 479 ribu ton pada tahun 1998-1999. Impor kapas yang

cukup besar disebabkan oleh produktivitas kapas rakyat di Indonesia yang masih

rendah, hanya 480-520 kg/ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 1999).

Prospek budidaya tanaman kapas kedepannya sangat menguntungkan.

Dilihat dari teknik budidayanya tidak begitu rumit dan pertumbuhannya juga

cepat. Pertumbuhan dan hasil panen tanaman tanpa diberi perlakuan lebih rendah

dibandingkan dengan pemberian mulsa jerami. Hal ini dikarenakan pemberian

mulsa jerami padi di pertanaman kapas secara nyata dapat mengurangi kerusakan

persentase kuncup bunga dan buah kapas yang rusak. Rendahnya persentase

kuncup bunga kapas dan buah kapas yang rusak pada perlakuan mulsa jerami padi

disebabkan populasi hama ulat lebih rendah (Subiyakto & Indrayani, 2008).

1.2 Tujuan

Setelah melakukan praktikum Teknologi Produksi Pertanian ini,

diharapkan dapat memahami dan mampu melakukan proses pengolahan lahan

serta mengetahui pengolahan pada komoditas kapas. Selain itu dapat

merencanakan dengan terampil pengolahan lahan dengan pertimbangan sifat

tumbuh tanaman, efisiensi dan optimalisasi kegiatan budidaya tanaman kapas,

serta konservasi lahan untuk mendapatkan produksi yang optimal.

Page 2: Budidaya Kapas

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

2.1.1 Klasifikasi Komoditas Kapas

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Sub Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Gossypium

Spesies : Gossypium sp.

(Anonymousa, 2012)

2.1.2 Morfologi Komoditas Kapas

Tanaman kapas mempunyai akar tunggang yang panjang dan dalam,

bahkan sering lebih panjang dari pada tanamannya sendiri. Dari akar tunggang

akan tumbuh akar-akar cabang, dan terus bercabang hingga membentuk akar-akar

serabut. Pada waktu berkecambah calon akar tunggang tumbuh terlebih dahulu

masuk kedalam tanah diikuti oleh keping biji. Batang terdiri dari ruas dan buku,

dari buku keluar cabang vegetatif dan generatif. Selama pertumbuhan yang aktif,

cabang generatif terbentuk tiap tiga hari, jumlahcabang generative bervariasi

antara 15-20 tergantung pada varietas dan lingkungan. Cabang-cabang generative

akan menghasilkan kira-kira 50 kuncup bunga dan dalam keadaan normal hanya

35-40% yang menjadi buah.

Daun terbentuk pada buku-buku batang utama dan cabang generatif. Daun

pertama terbentuk pada buku ke-2 pada umur 10-12 hari (buku ke 1 berisi daun

lembaga). Daun berlekuk 3 atau 5, berbulu dan berkelenjar. Pada daun terdapat

stomata yang berperan yang berperan pada proses-proses fotosintesis dan

respirasi. Jumlah stomata pada permukaan bahwa kira-kira dua kali jumlah

stomata pada permukaan atas. Pembuahan terjadi 30 jam setelah penyerbukan.

Pada waktu buah (boll) masak, kulit buah retak dan kapasnya/seratnya

menjadi kering dan siap dipanen. Bagian serat terpanjang terdapat pada pucuk biji.

Page 3: Budidaya Kapas

Panjang serat bervariasi tergantung jenis dan varietasnya. Panjang serat yang

dikembangkan di Indonesia sekitar 26-29 mm. Keterbatasan air pada periode

pemanjangan serat, akan mengurangi panjang serat. 1 boll kapas ± 3,5 – 4 gram.

Bentuk biji bulat telur, berwarna cokelat kehitaman dan berat biji per 100 biji

sekitar 6-17 gram tergantung varietas. Serat melekat erat pada biji berwarna putih

yang disebut fuzz (kabu-kabu). Biji kapas tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi

diluarnya terdapat lapisan serabut yang disebut serat kapas (kapas). Kulit biji

menebal membentuk lapisan serat berderet pada kulit bagian dalam.

(Anonymousa,2012)

2.2 Syarat Tumbuh

Pada musim-musim tertentu tanaman kapas sangat tidak menyukai

keadaan yang terlalu basah atau terlalu kering. Selama pertumbuhan vegetatif

memerlukan hujan sedikit. Lebih baik jika hujan itu terjadi pada malam hari dan

pada siang hari mendapat sinar matahari sepenuhnya. Pada waktu buah masak

(merekah), perlu keadaan lebih kering. Perubahan dari musim kering mendadak

ke hujan lebat dapat menyebabkan rebahnya pohon. 

Kapas yang umurnya kurang dari 1 (satu) tahun menghendaki curah hujan

rata-rata 1500-1800 mm/tahun. Sebaiknya tanaman kapas ditanam di tanah datar,

dan cocok pada ketinggian 10-150 meter dpl. Selama masa pertumbuhan

hendaknya suhunya sama. Pada suhu dibawah 15oC tumbuhnya lambat.

Pertumbuhan yang optimal menghendaki suhu rata–rata 25–28oC dengan

kelembaban 70%.

Penyinaran matahari juga merupakan aspek penting untuk

pertumbuhan/perkembangan tanaman kapas, dari tanaman muda hingga berbunga

penuh. Kurangnya penyinaran sinar matahari akan memperlambat masaknya buah

dan tuanya buah tidak serempak. Pada musim yang tepat dimana sinar matahari

memenuhi syarat tumbuh kapas, kemasakan buah bisa mencapai 70-90%.

Kekeringan tanah dengan angin yang sedang, agak merugikan tanaman kapas.

Tetapi angin yang membawa uap air, bagus untuk pertumbuhan kapas. (Danil, M.,

2012)

Page 4: Budidaya Kapas

2.3 Teknik Budidaya

Teknik budidaya yang cocok untuk tanaman kapas menurut Danil, M.

(2012), meliputi:

1. Pembibitan

Untuk pembibitan terlebih dahulu mengetahui persyaratan benih, kemudian

penyemaian bibit dalam polibag.

A. Persyaratan Benih

Persyaratan benih untuk budidaya tanaman kapas, meliputi:

benih kapas dapat diperoleh dari biji atau dari plantlet,

benih berasal dari tanaman yang sehat atau varietas unggul

memilih buah kapas yang sudah tua, sehat, dan tidak cacat,

warna kulit buah kecoklatan dan kering.

B. Peyemaian Bibit dalam Polybag.

1) Pembuatan Media Semai

Media dapat dibuat dengan mencampurkan tanah, pasir, dan pupuk

kandang atau kompos dengan perbandingan 1:1:1, atau dapat juga dengan

campuran tanah, pupuk kandang, pupuk buatan seperti NPK dengan

perbandingan 2:2:1. Selanjutnya campuran tersebut dimasukkan ke dalam

media polybag ukuran 10x15cm kira-kira 3/4 bagian. Kemudian disiram

dan dibiarkan selama 24 jam.

2) Cara dan Waktu Penyemaian

Benih kapas yang akan disemaikan, sebaiknya direndam dengan air

selama 2-4 jam. Kemudian benih disemaikan pada media tanam yang telah

disediakan, benih disemai dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya

menghadap ke bawah. Selanjutnya benih ditutup dengan campuran abu

sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 agar calon batang mudah

menembus ke permukaan. Sebaiknya benih disiapkan lebih, sebagai

cadangan untuk penyulaman. Benih disimpan di tempat yang teduh.

3) Penyiraman

Bibit di persemaian disiram setiap pagi hari, mulai dari kecambah

belum muncul sampai bibit muncul ke permukaan tanah. Untuk

penyiraman, dapat menggunakan tangki semprot atau bisa dengan

Page 5: Budidaya Kapas

menggunakan timba air. Penyiraman dilakukan dengan hati-hati agar tidak

mengikis tanah dalam media semai. Apabila daun sejati telah keluar,

penyiraman bibit dilakukan setiap pagi dan sore hari agar bibit tidak

mengalami kekeringan.

4) Pemupukan

Untuk pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan

penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur Nitrogen (N) tinggi.

Pemupukan dengan pupuk daun cukup dilakukan satu kali saja, yaitu pada

saat umur bibit 7-9 HST dengan konsenterasi 1,0-1,5/liter air. Pupuk akar

berupa pupuk kandang atau pupuk buatan tidak perlu ditambahkan selama

pembibitan karena pupuk akar yang diberikan pada media semai sudah

mencukupi.

5) Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan tujuan menyiapkan bibit-bibit yang

sehat dan kekar untuk ditanam ke lapangan. Penjarangan ini mulai

dilakukan 3 hari sebelum pemindahan bibit ke lapangan. Bibit yang

memiliki pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu. Bibit yang

pertumbuhannya tidak merata disingkirkan dan tidak ditanam.

6) Pemberian Pestisida

Pada masa pembibitan, penyemprotan pestisida dilakukan apabila

dianggap perlu. Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun seperti

terbakar (plasmolisis). Penyemprotan ini dilakukan terutama pada saat 2-3

hari sebelum bibit dipindahkan ke lapangan.

7) Pemindahan Bibit

Bibit kapas dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4-5

helai. Cara pemindahan tidak berbeda dengan cara pemindahan tanaman

lain, yaitu kantong plastik dilepas secara hati-hati, selanjutnya bibit serta

tanahnya di taman pada lubang-lubang yang telah disiapkan.

2. Pengolahan Media Tanam

Menurut Danil, M. (2012), cara pengolahan media tanam meliputi:

Page 6: Budidaya Kapas

A. Pengolahan Tanah di Lahan Sawah Irigasi

Membuat saluran irigasi dan drainase untuk dapat mengalirkan air di

sekitar persawahan.

Pembajakan lahan sedalam 30-40 cm, dapat dilakukan dengan

menggunakan traktor, lalu dihaluskan dengan cangkul. Lahan

dibiarkan selama 1 minggu.

Penggemburan tanah, dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah

yang baik, selanjutnya diratakan dan dibiarkan lagi selama 1 minggu.

Bila pH tanah kurang dari 5,5 maka perlu pengapuran, pengapuran

dilakukan dengan menebar langsung di atas permukaan tanah, lalu

ditutupi dengan tanah dan dibiarkan selama 15 hari.

B. Pengolahan Tanah di Lahan Tegalan atau Sawah Tadah Hujan

Pembajakan dengan traktor, sebelumnya dialiri air terlebih dahulu dan

didiamkan selama 1 hari.

Pembersihan lahan dari gulma di lahan tersebut.

Pembuatan bedengan atau pada lahan miring dibuat terasering.

Selajutnya sama seperti kegiatan pada lahan sawah.

3. Teknik Penanaman

Menurut Danil, M. (2012), teknik penanaman tanaman kapas meliputi:

A. Penentuan Pola Tanan

Pola tamam dapat dilakukan dengan cara monokultur maupun

tumpang sari dengan tanaman jenis kacang-kacangan. Tumpang sari

dilakukan bila diinginkan lebih dari satu jenis tanaman yang dipanen.

B. Pembuatan Lubang dan Jarak Tanam

Pembuatan lubang dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul

yaitu menggali sedalam kurang lebih 10-20 cm dan luas lubang kira-kira 10 x

10 cm. Selanjutnya penentuan jarak taman, jarak tanam disesuaikan dengan

tingkat kesuburan tanah. Pada lahan yang kurang subur, jarak tanam yang

dianjurkan yaitu sekitar 80 x 30 cm, dimaksudkan agar menekan

pertumbuhan gulma dan tidak terjadi persaingan antar tanaman. Sedangkan

pada tanah yang subur, jarak tanam dianjurkan tidak terlalu rapat yaitu sekitar

Page 7: Budidaya Kapas

100 x 30 cm, karena pada tanah yang subur ini tanaman akan cepat tumbuh

besar.

C. Cara dan Waktu Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari pada saat cuaca sejuk

dan tidak panas, ini bertujuan agar bibit mudah beradaptasi dengan

lingkungan baru. Penanaman dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) mengumpulkan bibit pada suatu tempat yang teduh.

2) mengambil bibit satu persatu untuk ditanam.

3) cara penanaman yaitu merobek dan membuang polybag dengan hati-hati,

jangan sampai merusak perakaran bibit.

4) memasukkan bibit ke dalam lubang tanam yang telah disediakan.

5) kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian lubang.

6) penyiraman perdana bibit di lapangan, semuanya dilakukan dengan hati-

hati.

4. Pemeliharaan Tanaman

Menurut Danil, M. (2012), cara pemeliharaan tanaman meliputi:

A.  Pemupukan

Tanaman kapas dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, tetapi harus

diperhatikan bahwa tanah tersebut cukup mengandung unsur hara. Dengan

alasan itu, tanah–tanah marginal yang luas dengan iklim yang

menguntungkan masih dapat diusahakan pertanaman kapas dengan

menambah unsur hara tanaman dengan cara pemupukan. Kapas yang dipupuk

dengan baik akan lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Sebagai pedoman,

pemakaian pupuk dasar tiap ha adalah :

ZA = 200 – 400 kg

SP = 350 – 500 kg

KCl = 100 – 150 kg

B. Pengairan dan Penyiraman

Kebutuhan air tanaman kapas tergolong tinggi pada masa

perkecambahan, menjelang berbunga dan pada saat pembentukan buah.

Page 8: Budidaya Kapas

Apabila keadaan terlalu kering saat tanaman menjelang pembungaan dan

pembentukan buah akan menyebabkan buah dan bunga-bunga gugur.

Pengairan dilakukan pada sore hari dengan mengaliri air pada parit-

parit atau larikan antar bedeng. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari

secara rutin, untuk mengurangi tingkat kekeringan. Pengairan dan penyiraman

hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengikis tanah di sekitar

pertanaman.

C. Penyulaman

Benih kapas sudah tumbuh pada hari ketujuh setelah tanam, sehingga

bila ada benih yang tidak tumbuh harus dilakukan penyulaman dengan benih

yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10-15 hari setelah

tanam, agar pertumbuhan tanaman bisa seragam karena agar mempermudah

dalam proses perawatanya.

D. Penyiangan

Penyiangan dilakukan apabila gulma banyak tumbuh disekitar

tanaman kapas. Penyiangan dilakukan berulang-ulang apabila tumbuh banyak

gulma. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan koret dan

dicabut.

E. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan guna menopang pangkal batang tanaman

agar tidak mudah rubuh. Pembumbunan dilakukan pada pangkal batang yaitu

dengan membentuk bukit-bukit kecil. Kegiatan ini dapat membantu menjaga

kesuburan tanah.

F. Pengendalian Hama Penyakit

Pengendalian terhadap organisme pengganggu sebaiknya dilakukan

mulai sejak saat pembibitan sampai menjelang produksi. Pengendalian dapat

dilakukan dengan cara alami dengan menggunakan agen-agen hayati, maupun

secara kimiawi dengan menggunakan pestisida buatan pabrik. Pengendalian

dengan menggunakan pestisida sebaiknya dilakukan seminimal mungkin dan

sebijaksana mungkin, hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi

pencemaran.

Page 9: Budidaya Kapas

5. Panen Dan Pascapanen

Menurut Danil, M. (2012), teknik panen dan pascapanen meliputi:

A. Panen

Pemanenan dilakukan pada pagi hari saat cuaca cerah, bagian yang

dipanen adalah serat pada buahnya. Agar diperoleh mutu kapas yang baik,

pada waktu panen perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Kriteria pemetikan buah siap panen adalah pertama buah yang siap

dipanen menunjukkan tanda-tanda kulit/kelopaknya berwarna coklat tua,

daun kelopak tambahan sudah kering dan rapuh serta buah telah mekar

sempurna dan kering. Kedua buah yang belum siap/tidak boleh dipanen,

dengan tanda-tanda buah masih muda dan kelopaknya berwarna hijau, buah

rusak karena serangan hama dan buah rusak karena hujan lebat. Ketiga buah

telah terbuka sekurang-kurangnya 25%, kelopak tambahan telah mengering.

Cara pemetikan pemetikan buah adalah, pertama pemetikan dilakukan

dengan kedua belah tangan, yaitu tangan kiri memegang kelopak buah, dan

tangan kanan menarik kapas berbiji dari kelopaknya. Kedua, buah sebaiknya

langsung dipisahkan antara yang baik dengan yang buruk. Ketiga, hasil

pemetikan dapat dikumpulkan dalam bakul/kantung terigu atau karung.

Keempat, hasil pemetikan tidak boleh bercampur dengan daun-daun atau

kelopak buah. Dan terakhir, kapas yang telah dipetik jangan bercampur

dengan kotoran atau debu.

B. Pasca Panen

Pengolahan hasil dari tanaman kapas, terdiri dari kegiatan

pengeringan, penyimpanan, pemisahan serat dari buah, pengklasifikasian

serat kapas, dan pengepakan.

a. Pengeringan

Langkah-langkah pengeringan yaitu meliputi, kapas yang telah

dipetik harus segera dijemur. Penjemuran dilakukan di bawah sinar

matahari, kalau tidak ada sinar matahari agar dianginkan. Kapas yang masih

lembab jangan ditumpuk. Pengeringan dapat berlangsung 3 sampai dengan

5 hari, sehingga kadar airnya mencapai 7-8%. Untuk pengeringan dapat

Page 10: Budidaya Kapas

digunakan tikar, lantai semen, lantai bambu atau diatas para-para sebagai

tempat penjemurannya. Bila menggunakan para-para sebaiknya setinggi 50

sampai dengan 60 cm. Dan terakhir, tempat penjemuran harus bebas dari

kotoran dan debu.

b. Penyimpanan

Langkah-langkah penyimpanan yaitu pertama, setelah kapas kering

agar langsung disimpan dalam karung. Kedua, kapas kering jangan

disimpan di tempat lembab. Ketiga, kapas harus disimpan ditempat yang

bersih, sehingga kebersihan dan mutunya tetap terjamin. Keempat,

penyimpanan dilakukan kurang lebih 3-4 minggu.

c. Pemisahan Serat Kapas dari Buah

Baru setelah empat minggu penyimpanan, kapas dapat dipisahkan

dari biji dan serat kapas (sebaiknya menggunakan mesin).

d. Pengklasifikasian Serat Kapas

Penggolongan kapas berdasarkan warna dan kehalusan adalah jernih

halus dan putih bersih, berwarna kuning kemerahan dan halus, kotor baik

kasar maupun halus.

Penggolongan kapas berdasarkan ukuran panjang serat yaitu

golongan ukuran panjang yaitu lebih dari 29 mm, golongan ukuran sedang

yaitu 22-28 mm, dan golongan ukuran pendek yaitu kurang dari 22 mm.

Mutu kapas yang didasarkan pengolahan, tingkat kemasakan buah,

warna dan kandungan kotorannya, dibagi menjadi :

Golongan A : kapas bersih, jernih, berserat halus, tidak tercampur

dengan kapas rusak serta berkadar air 8%.

Golongan B : warna kapas kuning kemerahan, masih ada kotoran

daun/lainnya, bercampur kapas rusak dan berkadar air 8%.

e. Pengepakan 

Proses selanjutnya adalah pengepakan, bertujuan untuk

memudahkan saat pengangkutan. Pengepakan dalam bentuk "bal atau

bale" dengan berat sekitar 40-60 kg untuk industri besar. Ukuran kemasan

dibuat berdasarkan keperluan pemasaran. Ukuran kecil untuk pemasaran

Page 11: Budidaya Kapas

industri skala rumah tangga dan sejenisnya, yaitu 5, 10, 15 kg dan

sebagainya. ( Danil, M.,2012 )

2.4 Hubungan Perlakuan yang digunakan dengan Komoditas Kapas

Pada tanaman kapas tanpa diberi perlakuan (mulsa jerami) akan

menyebabkan suhu tanah akan meningzkat tajam dengan kelembaban yang rendah

terutama pada siang hari. Keadaan tersebut dapat mengganggu pola distribusi dan

pergerakan gara serta air di dalam tanah, akibatnya tanaman menderita

kekurangan hara sehingga tidak mampu berproduksi secara optimal, terlebih hara

kurang tersedia dalam tanah.

Pertumbuhan dan hasil panen tanaman tanpa diberi perlakuan lebih rendah

dibandingkan dengan pemberian mulsa jerami. Hal ini dikarenakan pemberian

mulsa jerami padi di pertanaman kapas secara nyata dapat mengurangi kerusakan

persentase kuncup bunga dan buah kapas yang rusak. Rendahnya persentase

kuncup bunga kapas dan buah kapas yang rusak pada perlakuan mulsa jerami padi

disebabkan populasi hama ulat lebih rendah.

Dilihat dari aspek budidaya, pemberian mulsa jerami padi ternyata dapat

meningkatkan pertumbuhan dan hasil kapas. Peningkatan hasil tersebut

disebabkan pemberian mulsa jerami padi dapat menjaga kelembaban dan suhu

permukaan tanah. Kondisi yang demikian menyebabkan buah kapas yang

terbentuk menjadi lebih banyak dan selanjutnya akan menyebabkan hasil panen

yang lebih tinggi.

Berbeda dengan pertanaman tanpa perlakuan, pertumbuhan dan hasil

panennya lebih rendah. Hal ini dikarenakan tanaman dimakan oleh populasi hama

ulat, dan juga mendorong berkembangnya populasi gulma yang berakibat terjadi

kompetisi interspesifik dalam hal ruang, air dan hara dengan tanaman kapas.

Hama ulat tanaman kapas dapat merusak kuncup bunga dan buah kapas. Kondisi

yang demikian menyebabkan buah kapas yang terbentuk menjadi lebih sedikit dan

menyebabkan hasil panen menurun.(Subiyakto & Indrayani, 2008)

Page 12: Budidaya Kapas

3 BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman dilaksanakan mulai tanggal 24

September 2012 di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di

Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso.

3.2 Alat dan bahan + fungsi

Alat :

1. Cetok : untuk membersihkan gulma

2. Cangkul : untuk menggemburkan tanah

3. Ember : tempat untuk mengambil air

4. Tugal : untuk melubangi lubang tanam

5. Patok : untuk membatasi area penanaman kapas

6. Meteran : untuk mengukur luas lahan

7. Alat tulis : mencatat hasil pengamatan

Bahan :

1. Tali rafia : sebagai pemberi batas petak petak

2. Benih kapas : bahan tanam

3. Furadan : untuk melindungi benih agar tidak dimakan

organisme tanah

4. Pupuk urea : untuk menambah unsur hara Nitrogen pada tanah

5. Pupuk SP36 : untuk menambah unsur hara Fosfat pada tanah

6. Pupuk KCl : untuk menambah unsur hara Kalium pada tanah

7. Pupuk kandang : untuk bahan organik tanah

8. Air : untuk menyiram tanaman

Page 13: Budidaya Kapas

3.3 Cara Kerja (diagram alir + penjelasan)

Siapkan alat dan bahan

Mengukur tali rafia dengan ukuran 2,1 x 4,1 meter

masing-masing sebanyak 2 buah

Membuat bedengan dengan menancapkan patok dengan ukuran 2 x 4 meter

Olah bedengan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 30cm

Tanah dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman terdahulu pada bedengan

Ambil pupuk kandang sekitar 1 kaleng dan sebarkan pada area bedengan

Olah kembali bedengan menggunakan cangkul agar tanah menjadi gembur hingga

pengolahan maksimum

Bedengan diratakan dan dirapikan

Membuat lubang tanam menggunakan tugal dengan jarak tanam 100 x 30cm

Ambil benih tanaman kapas dan Furadan

Ambil pupuk urea sebanyak 240 gram, pupuk SP36 sebanyak 320 gram dan KCl

sebanyak 70 gram

Campurkan pupuk SP36 dan KCl hingga mencampur jadi satu

Tanam benih kapas pada lubang tanam, setiap lubang berisi 3 benih tanaman

kapas dan diberi Furadan agar benih tidak dimakan sama organisme tanah

Page 14: Budidaya Kapas

Lubangi tanah kanan dan kiri di sebelah lubang tanam tanaman kapas yang diberi

jarak 2 ruas tangan, sebelah kanan untuk campuran pupuk SP36 dan pupuk KCl

sedangkan pada sebelah kiri untuk pupuk urea

Tutup lubang tanam dan lubang pupuk

Amatilah pertumbuhan tanaman kapas setiap seminggu sekali

Lakukan pemeliharaan tanaman mulai dari penyiraman tanaman dan pembersihan

tanah dari gulma setiap seminggu sekali

Lakukan pengamatan tanaman kapas dari tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah

cabang, dan jumlah cabang produktif dan cabang non produktif setiap seminggu

sekali

Catat hasil pengamatan per minggu

Penjelasan:

Pada praktikum kali ini, hal yang pertama kita lakukan adalah menyiapkan

alat dan bahan. Kemudian mengukur tali rafia dengan ukuran 2,1 x 4,1 meter

masing-masing sebanyak 2 buah lalu membuat bedengan lalu membuat bedengan

dengan menancapkan patok dengan ukuran 2 x 4 meter. Olah bedengan dengan

menggunakan cangkul dengan kedalaman 30 cm dan tanah dibersihkan dari gulma

dan sisa-sisa tanaman yang terdahulu pada bedengan. Olah kembali bedengan

dengan menggunakan cangkul agar tanah menjadi gembur hingga pengolahan

maksimum. Kemudian ditambahkan pupuk kandang sebanyak 1 ember lalu

bedengan diratakan dan dirapikan. Membuat lubang tanam menggunakan tugal

dengan jarak tanam 100 x 30 cm. Setelah itu, ambil benih kapas dan Furadan serta

mengambil pupuk urea 240 gram, pupuk SP36 320 gram dan KCl 70 gram. Pada

luas petak 4.1 x 2.1 meter pupuk yang di gunakan adalah urea 278.745 kg/ha,

SP36 371.660 kg/ha dan KCl 81.3 kg/ha. Mencampurkan pupuk SP36 dan KCl

terlebih dahulu dalam suatu wadah hingga mencampur menjadi satu.

Page 15: Budidaya Kapas

Menanam benih kapas pada lubang tanam, setiap lubang berisi 3 tanaman

kapas dan diberi Furadan agar benih tidak dimakan sama organisme tanah.

Melubangi tanah pada sisi kanan dan kiri lubang tanam yang diberi jarak 2 ruas

tangan, sebelah kanan untuk mencampur pupuk SP36 dan pupuk KCl sedangkan

pada sebelah kiri untuk pupuk urea. Tutup lubang tanam dan lubang pupuk hingga

tidak terlihat benih kapas dan pupuknya. Mengamati pertumbuhan tanaman kapas

setiap seminggu sekali dan melakukan pemeliharaan tanaman mulai dari

penyiraman tanaman dan pembersihan tanah dari gulma. Melakukan juga

pengamatan tanaman kapas dari tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan

jumlah cabang produktif dan cabang non produktif setiap seminggu sekali. Lalu

catat hasil pengamatan per minggunya.

Page 16: Budidaya Kapas

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil (Tabel Pengamatan + Grafik + Foto Pengamatan)

Kelas F – Tanpa Mulsa

Tabel Pengamatan Tanaman Kapas Kelas F

Pengamatan Tanaman

Contoh

Parameter Pengamatan

Tinggi

(cm)

Jumlah

daun

Jumlah

cabang

Cabang

produktif

Cabang

non

produktif

Pengamatan

ke-1

TC 1 32 15 2 - -

TC 2 32 25 6 - -

TC 3 35 15 3 - -

TC 4 31 31 6 - -

TC 5 30 17 3 - -

TC 6 31 16 3 - -

TC 7 30 16 4 - -

TC 8 32 21 4 - -

TC 9 36 23 6 - -

TC 10 37 20 6 - -

TC 11 30 14 4 - -

TC 12 30 22 6 - -

Pengamatan

ke-2

TC 1 45 24 5 - -

TC 2 48 42 8 - -

TC 3 49 29 6 - -

TC 4 51 34 8 - -

TC 5 46 24 5 - -

TC 6 46 25 5 - -

TC 7 44 28 7 - -

TC 8 49 33 7 - -

TC 9 52 42 8 - -

TC 10 55 36 8 - -

TC 11 42 31 7 - -

Page 17: Budidaya Kapas

TC 12 58 41 9 - -

Pengamatan

ke-3

TC 1 65 38 7 5 2

TC 2 67 50 9 5 4

TC 3 72 41 7 6 1

TC 4 72 45 9 3 7

TC 5 60 38 8 6 2

TC 6 68 39 9 8 1

TC 7 63 42 12 4 8

TC 8 66 43 7 3 4

TC 9 76 56 9 7 2

TC 10 76 47 10 7 3

TC 11 72 49 9 5 4

TC 12 83 52 10 6 4

Pengamatan

ke-4

TC 1 80 45 8 6 2

TC 2 82 61 10 8 2

TC 3 98 51 8 7 1

TC 4 102 59 10 6 4

TC 5 92 41 11 9 2

TC 6 89 48 9 7 2

TC 7 74 56 13 8 5

TC 8 86 53 11 6 5

TC 9 94 80 11 11 0

TC 10 97 62 10 5 5

TC 11 90 74 12 10 2

TC 12 98 61 11 5 6

Dokumentasi

Page 18: Budidaya Kapas

Pengamatan Dokumentasi

8 Oktober 2012

5 November 2012

-Pengamatan pertama

12 November 2012

-Pengamatan kedua

Page 19: Budidaya Kapas

19 November 2012

-Pengamatan ketiga

26 November 2012

-Pengamatan keempat

Page 20: Budidaya Kapas

1 Desember 2012

Kelas C – Tanpa Mulsa

Tabel Pengamatan Tanaman Kapas Kelas C

Pengamata

n

Tanama

n

Sample

Tinggi

Tanama

n (cm)

Jumlah

DaunCabang

Cabang

Produktif

Cabang

tidak

produkti

f

1

1 25.5 11 1 - -

2 27 19 3 - -

3 24 17 4 - -

4 29 23 6 - -

5 32.5 16 4 - -

6 30 18 3 - -

7 21 14 3 - -

8 25.5 21 5 - -

9 28 26 4 - -

10 26 21 4 - -

11 33 21 5 - -

12 32 18 5 - -

2

1 35.5 20 5 - -

2 44 35 8 - -

3 29 27 8 - -

4 46 42 10 - -

5 43 28 6 - -

Page 21: Budidaya Kapas

6 40.5 28 7 - -

7 35 23 7 - -

8 43 35 7 - -

9 41 27 7 - -

10 41 34 7 - -

11 53 38 11 - -

12 47 37 8 - -

3

1 52 27 6 4 2

2 64 53 10 7 3

3 60 36 9 9 0

4 65 58 12 9 3

5 63 32 6 5 1

6 57 50 9 6 3

7 51 38 7 5 2

8 62 53 12 10 2

9 58 36 8 6 2

10 59 48 9 9 0

11 66 58 12 8 4

12 68 56 9 9 0

4

1 70 40 9 4 5

2 88 64 13 10 3

3 81 47 12 9 3

4 90 82 15 15 0

5 85 45 11 7 4

6 82 61 11 10 1

7 69 43 10 8 2

8 88 67 11 10 1

9 81 51 10 9 1

10 82 55 13 10 3

11 88 74 12 10 2

12 90 76 17 13 4

Page 22: Budidaya Kapas

Dokumentasi

a. Baris Kapas b. Pucuk Kapas c. Tanaman Kapas

d. Bedengan Kapas e. Komoditas Kapas

Kelas C

f. Bunga Kapas

Kelas AB - Mulsa

Tabel Pengamatan Tanaman Kapas Kelas AB

Page 23: Budidaya Kapas

Pengamata

n

Tanaman

contoh

Parameter pengamatan

tinggi Jumlah

daun

Jumlah

cabang

3 TC1 70 37 16

TC2 71 46 19

TC3 60 50 12

TC4 50 38 20

TC5 69 20 13

TC6 80 41 18

TC7 71 36 19

TC8 60 22 10

TC9 60 35 16

TC10 44 32 15

TC11 77 40 19

TC12 65 43 18

TC13 53 32 15

TC14 59 42 15

TC15 75 48 11

TC16 60 40 14

4 TC1 75 40 16

TC2 85 48 31

TC3 85 48 29

TC4 90 68 23

TC5 82 83 24

TC6 85 72 23

TC7 73 42 18

TC8 79 48 21

TC9 79 40 21

TC10 90 51 27

TC11 88 50 22

TC12 90 45 21

TC13 66 40 19

TC14 60 50 19

TC15 95 58 20

TC16 79 50 19

Page 24: Budidaya Kapas

Dokumentasi

Gambar a Gambar b

Gambar c Gambar d

Gambar 1. Gambar a, b, c dan d merupakan gambar komoditas kapas

menggunakan mulsa jerami

Page 25: Budidaya Kapas

Grafik

Tinggi Tanaman

pengamatan 1 pengamatan 2 pengamatan 3 pengamatan 40

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Tinggi Tanaman

kelas Fkelas Ckelas AB

Ting

gi (c

m)

(a)

Jumlah Daun

pengamatan 1 pengamatan 2 pengamatan 3 pengamatan 40

10

20

30

40

50

60

70

Jumlah Daun

kelas Fkelas Ckelas AB

Jum

lah

Daun

(b)

Page 26: Budidaya Kapas

Jumlah Cabang

pengamatan 1 pengamatan 2 pengamatan 3 pengamatan 40

5

10

15

20

25

Jumlah Cabang

kelas Fkelas Ckelas AB

Jum

lah

Caba

ng

(c)

Jumlah Cabang Produktif

pengamatan 3 pengamatan 40

2

4

6

8

10

12

Jumlah Cabang Produktif

kelas Fkelas C

Jum

lah

Caba

ng P

rodu

ktif

(d)

Page 27: Budidaya Kapas

Jumlah Cabang Non Produktif

pengamatan 3 pengamatan 40

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Jumlah Cabang Non Produktif

kelas Fkelas C

(e)

Gambar 2. (a) grafik tinggi tanaman; (b) grafik jumlah daun; (c) grafik jumlah

cabang; (d) grafik jumlah cabang produktif; (e) grafik jumlah cabang non

produktif.

4.2 Pembahasan

Praktikum lapang Teknologi Produksi Tanaman di lahan praktikum

Fakultas Pertanian Ngijo mulai tanggal 24 September 2012 hingga 3 Desember

2012. Pada kelompok kami yang ditanam adalah komoditas kapas. Kapas

merupakan tanaman semak yang menghasilkan serat, serat tersebut digunakan

sebagai bahan baku tekstil. Tanaman kapas tumbuh dengan baik pada keadaan

yang tidak basah dan juga tidak kering, tanaman kapas membutuhkan air yang

cukup pada masa vegetatif dan pada masa berbunga lebih baik pada musim

kering. Pada saat praktikum Teknologi Produksi Tanaman cuaca saat penanaman

kapas adalah memasuki musim hujan.

Pengamatan dilakukan terhadap komoditas tanaman kapas dengan dua

perlakuan yang berbeda, yaitu menanam komoditas kapas yang menggunakan

mulsa dan komoditas kapas tanpa menggunakan mulsa. Setiap minggu

pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman kapas, baik dari

segi tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang produktif maupun non

Page 28: Budidaya Kapas

produktif. Cabang produktif merupakan cabang yang menghasilkan bunga, yang

nantinya akan menghasilkan buah dan biji.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jumlah daun didapat rata-rata

jumlah daun dalam satu tanaman komoditas kapas tanpa mulsa (kelas C) lebih

tinggi dibanding komoditas kapas kelas F, jumlah daun terendah untuk satu

tanaman terdapat pada komoditas kapas dengan mulsa jerami. Karena hasil kelas

F dan kelas C yang hamper sama dan kelas AB yang dibawah keduanya maka

dapat diketahui bahwa jumlah daun lebih banyak pada komoditas kapas tanpa

perlakuan. Berdasarkan literatur dinyatakan bahwa penggunaan mulsa

berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang vegetative dan generative.

(Asmin, et al., 1996). Berdasarkan hasil pengamatan Asmin, et al. (1994),

mengatakan bahwa penggunaan mulsa menunjukkan tinggi tanaman, lebar kanopi,

jumlah cabang vegetative dan generative lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa

mulsa. Hal ini terjadi diduga adanya perbedaan kelembaban tanah pada tiap

perlakuan. Tanah yang selalu tertutup dengan mulsa dapat menekan laju

penguapan yang berlebihan sehingga tanah berada pada tingkat kelembaban yang

cukup tinggi, sedangkan tanah yang tidak tertutup terjadi proses penguapan yang

berlangsung cepat, dengan demikian kelembaban tanahnya semakin menurun

(Young, 1982). Berbeda dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Hal tersebut

dapat dikarenakan oleh perawatan yang kurang optimal pada komoditas kapas

dengan mulsa jerami.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman, komoditas kapas

tanpa mulsa kelas F masih berada dalam posisi tertinggi yang diikuti oleh

komoditas kapas kelas C dan komoditas kapas dengan menggunakan mulsa jerami

memiliki rata-rata tinggi tanaman yang paling rendah. Sama halnya dengan

jumlah daun, tinggi tanaman juga berbeda dengan literature. Hal tersebut dapat

dikarenakan oleh alasan yang sama.

Untuk jumlah cabang tanaman, komoditas kapas dengan menggunakan

mulsa jerami memiliki rata-rata jumlah cabang tiga kali lipat lebih banyak

dibandingkan dengan tanaman kapas pada komoditas tanpa menggunakan mulsa.

Dengan demikian percabangan tanaman kapas akan jauh lebih baik bila

menggunakan mulsa jerami. Selain itu penggunaan mulsa dapat mengawetkan

Page 29: Budidaya Kapas

kadar air tanah dengan tingkat kelembaban yang cukup tinggi, sehingga

kebutuhan air tanaman terpenuhi (Abas et al., 1986). Penggunaan mulsa jerami

padi dapat memperbaiki agroekosistem karena menciptakan iklim mikro yang

kondusif untuk perkrmbangan mikro arthropoda tanah dan pertumbuhan tanaman

(Subiyakto et al, 2011). Untuk cabang produktif dan non produktif pada

komoditas kapas dengan menggunakan mulsa jerami tidak dilakukan pengamatan

sehingga tidak dapat diketahui berapa cabang yang produkti atau non produktif.

Dari keseluruhan data tersebut didapatkan bahwa akan lebih baik

penanaman kapas dengan menggunakan mulsa jerami karena menghasilkan

cabang yang jauh lebih banyak. Cabang tersebut nantinya akan menghasilkan

bunga yang merupakan penghasil produk utama dari tanaman kapas tersebut.

Page 30: Budidaya Kapas

5 KESIMPULAN

Dari hasil praktikum Teknologi Produksi Tanaman yang dilakukan di

lahan praktikum Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada tanggal 25

September 2012 hingga 1 Desember 2012, dapat disimpulkan bahwa hasil

produksi tanaman kapas lebih baik pada komoditas kapas yang menggunakan

mulsa jerami karena lebih banyak menghasilkan cabang yang memungkinkan

untuk menghasilkan bunga yang lebih banyak, dibandingkan dengan komoditas

kapas yang tanpa menggunakan mulsa jerami, karena jumlah cabang yang

dihasilkan jauh lebih sedikit.

Page 31: Budidaya Kapas

DAFTAR PUSTAKA

Abas.Id. A., H. Suwardjo Dan Hary Kusnadi. 1986. Pengaruh Interval pengairan

dan mulsa terhadap kadar air tanah dan hasil kedelai pada Type Haplustalf.

Pros. Pen. Tanah . 6 : 383 – 393

Asmin, Baso Aliem Lologau dan Basiriaha et al. 1996. Pengaruh Pemupukan

Fosfat dan Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kapas

di Lahan Sawah Sesudah Padi. Jurnal LITTRI Vol. II. No. 1.1996

Anonymousa. 2012. Kapas. http://id.wikipedia.org/wiki/Kapas. Diakses pada

tanggal 19 November 2012.

Danil, M. 2012. Mekanisme Budidaya Tanaman Kapas.

http://danilkapas.blogspot.com/2012/05/mekanisme-budidaya-tanaman-

kapas.html. Diakses pada tanggal 19 November 2012.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 1999. Pengarahan Direktur Jenderal Perkebunan

pada Pertemuan Teknis Intensifikasi Kapas Rakyat. Surabaya, 17

September 1999.

Subiyakto, et al. 2011. Teknologi Pengendalian Hama Berbasis Ekologi Dalam

Mendukun Pengembangan Kapas. Jurnal Litbang Pertanian, 30(3),2011

Subiyakto & Indrayani. 2008. Pengendalian Hama Kapas Menggunakan Mulsa

Jerami Padi. Jurnal. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat.

Malang: Perspektif.

Soeripto. 1999. Peranan Asosiasi Pemintal Indonesia pada Pengembangan

Perkapasan Indonesia. Makalah pada Pertemuan Teknis Intensifikasi

Kapas Rakyat tahun 1999. Surabaya, 17 September 1999.

Young, H. M., 1982. No-Till. No-Tilll Farmer Inc, Wisconsin, P. 75-104

Page 32: Budidaya Kapas

LAMPIRAN

Page 33: Budidaya Kapas