pencairan es dita

Upload: klenting-kuning

Post on 12-Jul-2015

666 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

IV. PENCAIRAN ES

4.1.

Tujuan Tujuan dari materi pencairan es adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kecepatan pencairan es dengan menggunakan wadah, isolator, dan suhu lingkungan yang berbeda; dan 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencairan es

4.2.

Tinjauan Pustaka Kemampuan ikan untuk dipertahankan agar suhunya tetap rendah

tergantung jumlah medium pendingin (banyaknya es) dan konstruksi wadah yang digunakannya. Wadah tanpa penahan (insulator) panas menyebabkan panas dari luar merembet dengan cepat untuk mencairkan es yang berakibat suhu ikan naik dan akhirnya memacu proses pembusukan. Sebaliknya ikan tanpa pengesan yang cukup meskipun menggunakan peti berinsulasi tetap akan cepat membusuk. Peti berinsulasi dimaksudkan sebagai wadah penyimpanan ikan segar yang didinginkan agar suhunya tetap rendah sehingga mutunya dapat dipertahankan sebaik mungkin. Dengan kemampuannya menahan panas dari luar maka pemakaian es dalam peti berinsulasi lebih hemat dari pada peti yang tidak menggunakan insulasi. Dalam penggunaannya peti berinsulasi sangat penting dalam kegiatan penangkapan, transportasi/distribusi dan pemasaran ikan segar sebagai rangkaian sistem rantai dingin. Dengan menerapkan sistem rantai dingin diharapkan terjadi peningkatan mutu ikan segar baik untuk tujuan konsumsi maupun pengolahan lebih lanjut (Suparno, 2008).

Konstruksi peti berinsulasi harus dipertimbangkan dari berbagai faktor seperti fungsi pemakaiannya (di atas kapal, pengangkutan di darat atau depot penjualan), volume ikan, lama penyimpanan ikan, jenis medium pendingin, ketersediaan dan harga bahan konstruksi, kekuatan dan umur penggunaan peti yang diharapkan. Faktor ketersediaan dan harga bahan konstruksi, seringkali faktor tersebut hanya bersifat sementara. Peti berinsulasi yang ideal konstruksinya adalah mampu menghemat penggunaan es karena daya insulasinya besar, kuat, tahan dalam peti dari bahan yang halus permukaannya, tahan karat, kedap air dan mudah dibersihkan, (Purnomo, 1997). Suparno (2008), membagi konstruksi peti berinsulasi terdiri dari 3 bagian pokok struktur konstruksi: a. Rangka peti yang terdiri atas tulang rangka dari balok kayu dengan dinding peti dari papan atau kayu lapis sebagai penunjang kekuatan dasar sebuah peti. b. Lapisan insulator yang terbuat dari polyurethane (insulator yang paling baik) atau styrofoam yang tidak menyerap uap air yang berfungsi menahan perpindahan panas. c. Lapisan penutup dinding peti yang terbuat dari fiberglass reinforced plastic atau bahan lain seperti pelat aluminium tebal 0,6 0,7 mm atau seng minimal 0,30 mm (BWG 30) yang bersifat kedap air. Lapisan kedap air ini terutama digunakan untuk pelapis peti bagian dalam. lama, pelapis bagian Menurut Purnomo (2008), bahan untuk insulator panas yang umum digunakan adalah polyurethane atau styrofoam. Bila polyurethane yang akan digunakan, maka dalam penggunaannya harus dibuat sendiri. Bahan insulasi polyurethane terdiri dari dua jenis cairan yaitu polyurethane A (cairan berwarna

coklat tua) dan polyurethane B (cairan berwarna hitam). Kedua jenis cairan ini bila dicampurkan (1:1) membentuk bahan insulasi yang memadat. Kerapatan insulasi dapat diatur dengan menambahkan Freon-11 (5 10% dari berat campuran cairan tersebut) dan untuk keperluan peti ini dapat digunakan pada kerapatan 60 80 kg/m3 dengan menggunakan campuran tersebut. Berikut ini adalah beberapa manfaat penggunaan peti berinsulasi, antara lain sebagai berikut : - Menghemat penggunaan es dan ikan lebih awet. - Meningkatkan harga lelang/jual karena mutunya lebih terjamin. - Mengurangi resiko pembusukan dan harga lelang rendah. - Dapat menunda waktu lelang/jual untuk mendapatkan harga yang pantas. - Memperluas jangkauan penangkapan ikan (trip penangkapan lebih lama). - Menyediakan ikan bermutu untuk konsumsi atau bahan mentah untuk pengolahan. - Meningkatkan pendapatan nelayan dengan mengurangi susut hasil. - Memperluas jangkauan pemasaran termasuk untuk ekspor.

4.3.

Materi Metode

4.3.1. Materi a. alat Alat yang digunakan pada praktikum pencairan es adalah sebagai berikut: Tabel No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. Alat yang Digunakan pada Praktikum Pencairan Es Nama Alat Ketelitian Timbangan roti Stopwatch Penggaris Karung Goni Alat Tulis Termometer Box styrofoam berinsulasi Box styrofoam besar Box polyethilene Blong berinsulasi Blong tanpa insulasi Box styrofoam kecil Box polyurethane 10 gram 1 detik 1 mm 1 C Fungsi

Untuk mengukur berat es Untuk mencatat waktu Untuk mengukur wadah Untuk insulator Untuk mencatat data Untuk mengukur suhu Untuk wadah pencairan es Untuk wadah pencairan es Untuk wadah pencairan es Untuk wadah pencairan es Untuk wadah pencairan es Untuk wadah pencairan es Untuk wadah pencairan es

b.

bahan Bahan yang digunakan pada praktikum materi pencairan es adalah sebagai

berikut : Tabel No. 1. Bahan yang Digunakan pada Praktikum Pencairan Es Nama Bahan Jumlah Es batu 500 gram Fungsi

Sebagai sampel pencairan es

4.3.2. Metode Metode yang digunakan pada praktikum pencairan es tersaji pada gambar

Wadah box styrofoam diukur panjang, lebar, tinggi, dan tebal

Sampel ditimbang 500 gram dan dimasukkan dalam box styrofoam

Suhu lingkungan, wadah box styrofoam dan es diukur mula-mula sebelum dilakukan pengamatan Suhu lingkungan, wadah box styrofoam dan es dicatat setiap 30 menit sekali Berat es ditimbang setiap 1 jam

Waktu dicatat pada saat semua es mencair

Grafik hubungan antara lama waktu penyimpanan dan sisa berat es diplotkan serta dibahas faktor-faktor yang mempengaruhinya Gambar . Diagram Alir Metode Pencairan Es

4.4.

Hasil dan Pembahasan

4.4.1. Hasil a. Hasil pengukuran wadah pencairan es pada trip V

Tabel . Hasil Pengukuran Wadah Pencairan Es Trip V No Wadah Panjang Lebar Tinggi (cm) 1 Box Styrofoam Berinsulasi 2 3 4 5 6. 7. Box Styrofoam besar Box Polyethilene Blong Berinsulasi Blong Tanpa Insulasi Box Styrofoam kecil Box Polyurethane 54,5 33,5 49,5 20,5 45,5 (cm) 40,4 24,8 31 15,4 45,5 (cm) 24,5 24,5 38,5 58 52 15,0 69

Tebal (cm) 1,4 1,5 3 2 0,5 1,5 24

Diameter (cm) -

27 25 10

b.

Hasil pengukuran suhu wadah dan berat es pada trip 5

Tabel . Hasil Pengukuran Suhu Wadah dan Berat Es pada Wadah Box Styrofoam Kecil No Waktu Suhu Lingkungan Suhu Box Suhu Es Berat Waktu (menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 30 60 90 120 150 180 210 240 (oC) 32 32 33 32 32 32 32 32 32 (oC) 28 24 22 26 20 26 30 30 29 (oC) 6 6 6 6 2 6 3 3 3 100 120 200 300 ( gram ) 500 WIB 09.38 10.08 10.38 11.08 11.38 12.08 12.38 13.08 13.38

Tabel . Hasil Pengukuran Suhu Wadah dan Berat Es pada Wadah Box Polyurethane No Waktu Suhu Lingkungan Suhu Box Suhu Es Berat Waktu (menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 30 60 90 120 150 180 210 240 (oC) 32 32 33 32 32 32 32 32 32 (oC) 30 18 11 23 16 9 11 13 16 (oC) 4,5 4,5 4 5 5 5 6 7 10 40 160 200 440 ( gram ) 500 WIB 09.38 10.08 10.38 11.08 11.38 12.08 12.38 13.08 13.38

Tabel . Hasil Pengukuran Suhu Wadah dan Berat Es pada Wadah Box Styrofoam Berinsulasi No Waktu Suhu Lingkungan Suhu Box Suhu Es Berat Waktu (menit) 1 2 3 4 5 0 30 60 90 120 (oC) 32 32 33 32 32 (oC) 29 19 17 25 25 (oC) 24 18 10 11 14 148 300 ( gram ) 500 WIB 09.38 10.08 10.38 11.08 11.38

Tabel . Hasil Pengukuran Suhu Wadah dan Berat Es pada Wadah Box Styrofoam Besar No Waktu Suhu Lingkungan Suhu Box Suhu Es Berat Waktu (menit) 1 2 3 4 5 0 30 60 90 120 (oC) 32 32 33 32 32 (oC) 24 22 21 22 22 (oC) 7 4 6 8 6 180 300 ( gram ) 500 WIB 09.38 10.08 10.38 11.08 11.38

Tabel . Lanjutan Hasil Pengukuran Suhu Wadah dan Berat Es pada Wadah Box Styrofoam Besar No Waktu Suhu Lingkungan Suhu Box Suhu Es Berat Waktu (menit) 6 7 150 180 (oC) 32 32 (oC) 21 22 (oC) 8 8 80 (gran) WIB 12.08 12.38

Tabel . Hasil Pengukuran Suhu Wadah dan Berat Es pada Wadah Box Polyethilene No Waktu Suhu Lingkungan Suhu Box Suhu Es Berat Waktu (menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 30 60 90 120 150 180 210 240 (oC) 32 32 33 32 32 32 32 32 32 (oC) 27 19 19 18 19 21 19 19 19 (oC) 2 3 3 4 4 5 4 5 4 180 180 220 380 ( gram ) 500 WIB 09.38 10.08 10.38 11.08 11.38 12.08 12.38 13.08 13.38

Tabel No

. Hasil Pengukuran Suhu Wadah dan Berat Es pada Blong Berinsulasi Waktu Suhu Lingkungan Suhu Box Suhu Es Berat (menit) (oC) 32 32 33 32 32 32 32 (oC) 28 20 17 19 21 16 18 (oC) 7 4 4 5 6 6 7 180 200 300 ( gram ) 500

Waktu WIB 09.38 10.08 10.38 11.08 11.38 12.08 12.38

1 2 3 4 5 6 7

0 30 60 90 120 150 180

Tabel No

. Hasil Pengukuran Suhu Wadah dan Berat Es pada Blong Tanpa Insulasi Waktu Suhu Lingkungan Suhu Box Suhu Es Berat Waktu (menit) (oC) 32 32 33 32 32 (oC) 28 26 25 27 22 (oC) 15 14 12 12 8 100 230 ( gram ) 500 WIB 09.38 10.08 10.38 11.08 11.38

1 2 3 4 5

0 30 60 90 120

c. Grafik hubungan antara lama waktu penyimpanan dan sisa berat es trip V Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Box Styrofoam Kecil.600 500 Berat ( gram ) 400 300 200 100 0 0 50 100 150 200 250 300 350 Waktu ( menit ) Berat es

Gambar

. Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Box Styrofoam Kecil

Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Box Polyurethane600 500 Berat ( gram ) 400 300 200 100 0 0 50 100 150 200 250 300 350 Waktu ( menit ) Berat es

Gambar

. Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Box Polyurethane Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Box Styrofoam Berinsulasi.

600 500 Berat ( gram ) 400 300 200 100 0 0 50 100 Waktu ( menit ) 150 200 Berat es

Gambar

. Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Box Styrofoam Berinsulasi

Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Box Styrofoam Besar600 500 Berat ( gram ) 400 300 200 100 0 0 50 100 150 Waktu ( menit ) 200 250 300 Berat es

Gambar

. Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Box Styrofoam Besar Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Box Polyethilene

600 500 Berat ( gram ) 400 300 200 100 0 0 50 100 150 Waktu ( menit ) 200 250 300 Berat es

Gambar

. Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Box Polyethilene

Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Blong Berinsulasi600 500 Berat ( gram ) 400 300 200 100 0 0 50 100 150 200 250 300 350 Waktu ( menit ) Berat es

Gambar

. Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Blong Berinsulasi Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Blong Berinsulasi

600 500 Berat ( gram ) 400 300 200 100 0 0 50 100 Waktu ( menit ) 150 200 Berat es

Gambar

. Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Sisa Berat Es pada Wadah Blong Tanpa Insulasi

4.4.2. Pembahasan Pada praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan mengenai Pencairan Es dilakukan dengan delapan jenis wadah, yang digunakan sebagai tempat penyimpanan dengan perlakuan suhu dingin dan akan dibandingkan dengan wadah mana yang memiliki daya simpan yang paling baik, dengan melihat perbedaan kecepatan pencairan es, tujuh jenis wadah tersebut antara lain box styrofoam berinsulasi, box styrofoam besar, box polyethilene, blong berinsulasi, blong tanpa insulasi, box styrofoam kecil, dan box polyurethane . Seluruh wadah ini diletakkan pada lingkungan yang panas. Praktikum materi pencairan es diawali dengan menyiapkan wadah yang akan digunakan. Wadah yang digunakan oleh kelompok 2 trip 5 adalah box styrofoam kecil. Box styrofoam terlebih dahulu diukur panjang, lebar, tinggi dan lebarnya. Dari hasil pengukuran diperoleh data panjang 20,5 cm, lebar 15,4 cm, tinggi 15,0 cm dan tebal 1,5 cm. Berikutnya dilakukan penimbangan es batu sebanyak 500 gram. Es batu yang telah ditimbang beratnya kemudian dimasukkan ke dalam box styrofoam. Suhu udara lingkungan sekitar, suhu di dalam box Styrofoam dan suhu es di dalam box styrofoam diukur setiap 30 menit, sedangkan berat es batu ditimbang setiap 1 jam. Berdasarkan hasil praktikum dari pencairan es pada box styrofoam, penurunan suhu berjalan signifikan setelah es dimasukkan pada wadah box sterofoam. Berat awal es adalah sebesar 500 gram. Saat 30 menit pertama, suhu udara di sekitar box styrofoam adalah 32 oC, suhu di dalam box styrofoam adalah 28 oC, dan suhu es di dalam box styrofoam adalah 6 oC. Dalam hal ini es yang berada di dalam box styrofoam mengalami pencairan. Hasil yang diperoleh dari praktikum pencairan es pada box styrofoam, didapatkan penurunan

berat secara bertahap dan membutuhkan waktu yang cukup lama, hasil ini sesuai dengan pernyataan Johnston & Nicholson (1992) yang menyatakan bahwa

kualitas isolasi tinggi seperti styrofoam mungkin mahal mungkin lebih ekonomisuntuk digunakan. Isolasi kualitas yang lebih baik akan mengurangi kebutuhan pendingin atau, jika nilai insulasi yang sama dipertahankan, sifat insulasi yang lebih baik dari poliuretan akan mengurangi ketebalan isolasi dan sehingga menghemat ruang. Styrofoam diperluas bahan isolasi lain yang populer. Meskipun bahan ini tahan air dan cahaya, memiliki ketahanan dampak yang buruk. Akibatnya, ketika kotak plastik atau wadah digunakan mereka harus ditempatkan di dalam kardus karton yang kuat waterproofed sebagai perlindungan terhadap kerusakan. Ketika wadah yang terbuat dari bahan seperti kardus atau papan serat, mereka harus akan waterproofed dengan menerapkan lapisan polyethilene atau dengan impregnasi lilin. Berat es di dalam box styrofoam semakin lama semakin menurun. Pada menit ke 60 berat es menjadi 300 gram. Suhu udara lingkungan sekitar 33 oC, namun suhu di dalam box styrofoam adalah 22 oC, dan suhu air hasil pencairan es di dalam box styrofoam adalah 6 oC. Es batu benar-benar mencair pada menit ke 120. Suhu akhir yang diperoleh yaitu suhu udara lingkungan sekitar adalah 32 oC, suhu di dalam box styrofoam adalah 20 oC, dan suhu air hasil pencairan es di dalam box styrofoam adalah 2 oC. Styrofoam diperluas bahan isolasi lain yang populer. Meskipun bahan ini tahan air dan cahaya, memiliki ketahanan dampak yang buruk dan kurang baik apabila du=igunakan sebagai wadah penyimpanan es. Menurut Suparno (2008), styrofoam yang digunakan sebagai insulator, umumnya sudah tersedia di pasaran

berupa

lembaran

dari

berbagai

ketebalan.

Pemasangannya

harus

memperthitungkan ketebalan styrofoam dengan tebal dinding peti agar tidak longgar. Dinding peti sebaiknya harus betul-betul rapat. Dinding bagian dalam dicat terlebih dulu dengan plinkote, sedangkan dinding peti yang berhubungan dengan styrofoam dilapisi dengan lembaran plastik agar betul-betul kedap air. Styrofoam mudah rusak bila kena air dan tekanan, tetapi harganya lebih murah dari pada polyurethane. Tabel . Kelebihan dan Kekurangan pada Berbagai Bahan Insulasi Nilai R per Bahan Insulasi Kelebihan Kekurangan inci (2,54 cm) Papan Polyurethane 6.25 R-nilai sangat baik, Tidak mudah tersedia, dapat digunakan dengan fiberglass resin Polyurethane semprot 7.0 R-nilai sangat baik, Tidak mudah tersedia, dapat digunakan dengan fiberglass resin, aplikasi mudah dengan alat semprot Polyurethane, menuangkan (dua-bagian kimia) 7.0 R-nilai sangat baik, Tidak mudah tersedia, dapat digunakan dengan resin fiberglass, relatif mudah aplikasi Polyurethane, lembar (halus) Nama dagang "styrofoam" 5.0 Tersedia, biaya rendah, R-nilai standar Tidak dapat digunakan dengan resin fiberglass kecuali dilindungi, mudah rusak mahal, memerlukan perhitungan volume yang sangat hati-hati mahal, memerlukan peralatan semprot khusus relatif mahal

Lanjutan Tabel . Kelebihan dan Kekurangan pada Berbagai Bahan Insulasi Bahan Insulasi Nilai R per Kelebihan Kekurangan inci (2,54 cm) Polyethilene, berbusa di tempat dan diperluas manik-manik dibentuk. Dikenal sebagai Isopor, Polypor, dll papan gabus 3.33 Ketersediaan di R-nilai lebih rendah dari 3.75 to 4.0 R-nilai standar, biaya lebih rendah dibandingkan lembaran halus muncul Tidak dapat digunakan dengan resin fiberglass kecuali dilindungi, mudah rusak

pasar banyak, biaya poliuretan untuk busa yang wajar, dapat ditutup dengan fiberglass Fibreglass wool batts 3.3 Biaya rendah, Mudah menyerap air stirena

kemudahan instalasi atau cairan lainnya, kehilangan nilai isolasi ketika basah

Wol batuan Batts

3.7

Biaya rendah,

Mudah menyerap air

kemudahan instalasi atau cairan lainnya, kehilangan nilai isolasi ketika basah kayu serutan 2.2 Tersedia, biaya rendah Menyerap kelembaban dan kehilangan nilainilai R-ketika basah, lapuk serbuk gergaji 2.44 Tersedia, biaya rendah Menyerap kelembaban dan kehilangan R-nilai ketika basah,

Lanjutan Tabel . Kelebihan dan Kekurangan pada Berbagai Bahan Insulasi Bahan Insulasi Nilai R per Kelebihan Kekurangan inci (2,54 cm) jerami Tersedia, biaya rendah Menyerap kelembaban dan kehilangan R-nilai ketika basah, tuan rumah serangga, dll ruang udara 1.0 approx. tidak ada biaya Harus benar-benar disegel untuk mencegah sirkulasi udara panas yang menyebabkan infiltrasi Sumber: FAO, Corporate document respositor, fisheries and aquaculture department, (2011) Suatu cara yang digunakan untuk menjaga kesegaran ikan setelah proses penangkapan adalah dengan pemberian es. Es yang digunakan dapat berupa es besar, es sedang maupun es curai. Dari berbagai ukuran es tersebut, es curai dirasa lebih baik karena suhu ikan akan lebih cepat dingin dan merata ke seluruh permukaan tubuh ikan. Banyaknya es yang digunakan juga harus diperhitungkan, perbandingan yang ideal antara massa es dan massa ikan adalah 2 : 1. Menurut Adawyah (2007), es sebagai medium pendingin untuk ikan segar mempunyai banyak kelebihan dibanding medium pendingin lainnya. Salah satu yang terpenting adalah es dapat menurunkan suhu tubuh ikan sangat cepat, karena perpindahan dengan cara konduksi langsung anatar es dengan ikan. Ikan yang mati akan cepat menjadi dingin tanpa mengubah mutunya. Pembuatan macammacam es disesuaikan dengan tujuan, jenis dan ukuran ikannya. Purnomo (1997) menyatakan bahwa, kebanyakan perubahan yang tampak selama pelelehan adalah akibat dari proses pembekuan dan penyimpanan. Pada saat es mencair, cairannnya

ada yang kembali ke dalam sel, ada pula yang keluar dari produk. Pelelehan yang pelan dan terkontrol, biasanya lebih mengembalikan cairan lelehan ke dalam sel dibandingkan dengan pelelehan secara cepat, kualitasnya juga lebih baik Cepat tidaknya pencairan es sangat tergantung pada bahan wadah es tersebut serta keadaan lingkungan wadah. Dapat juga dipengaruhu oleh konstruksi wadah serta luas ruangan wadah. Menurut Purnomo (1997), beberapa bahan insulasi adalah udara tidak bergerak, styrofom kayu, glasswool atau fibreglass, mineral wool, polystyrene (styrofom), foangglass dan polyurethane. Sedangkan ketebalan insulasi berbeda-beda, tergantung dari beberapa faktor, diantaranya : 1. Jenis dan bahan dasar insulasi, harga, biaya pasang dan daya tahan atau keawetan dari insulasi tersebut. 2. Cuaca dan iklim serta radiasi matahari 3. Konstruksi dari wadah atau palka ikan 4. Selisih suhu antara luar dan dalam wadah 5. Kapasitas ruangan yang tersedia yang dapat dimanfaatkan Dari sifat- sifat tersebut dapat dikorelasikan dengan percobaan yang kita lakukan, yang paling mendekati adalah wadah-wadah yang terbuat atau bahan insulasinya terbuat dari polyurethane dan polystyerene. Wadah-wadah tersebut sampai saat ini dipandang sebagai wadah yang paling baik untuk penyimpanan dan pendinginan ikan. Wadah-wadah tersebut adalah box styrofoam, box styrofoam besar, box styrofoam kecil, dan box polyurethane. Sementara untuk wadah yang terbuat dari polyethilene dirasa kurang memenuhi kriteria tersebut. Pada wadah-wadah yang terbuat dari polyethilene proses pencairan es berlangsung cepat karena polyethilene memiliki sifat

menyerap panas. Bahan-bahan yang terbuat dari polyethilene yang ada pada praktikum pencairan es adalah box polyethilene, blong berinsulasi, dan blong tanpa insulasi. Pernyataan tersebut koheren dengan hasil praktikum pencairan es yang kami lakukan. Bahan-bahan dari polyethilene mempunyai kecepatan pencairan es yang yang paling cepat yaitu 3 jam. Sementara untuk box styrofoam waktu yang dibutuhkan untuk membuat semua es mencair yaitu 1,5 jam. Menghitung kebutuhan es untuk kegiatan penanganan ikan, selain sifat fisik es juga harus diketahui kondisi fisik lingkungan, sifat fisik wadah (cool box), sifat fisik ikan dan lama penyimpanan, karena fakta ini diperlukan dalam menghitung jumlah panas (H) yang harus diambil oleh es yang digunakan untuk mendinginkan. Kondisi fisik lingkungan yang harus diketahui adalah suhu air laut atau media pemeliharaan ikan (untuk memperkirakan suhu ikan yang dipanen), suhu udara, dan suhu air yang digunakan untuk penanganan. Wadah ikan segar disini adalah meliputi palkah kapal ikan, cool box, maupun box berisolasi dari truk pengangkut ikan. Menurut Fisheries Post Harvest Specialist (1990), sifat fisik wadah yang perlu diketahui adalah : Dimensi (untuk menghitung luas permukaan, volume dan ketebalan dinding wadah); Ukuran dan ketebalan struktur isolasinya; dan Bahan wadah dan koefisien rambat panas. Dari hasil praktikum, membuktikan bahwa styrofoam dan polyurethanelah yang dianjurkan sebagai wadah untuk penyimpanan ikan. Sedangkan untuk masalah ukuran pada box styrofoam dari hasil praktikum menunjukkan bahwa box

yang mempunyai ukuran yang lebih kecil mempunyai waktu yang lebih lama dalam mencairkan semua es. Perkiraan lama pendinginan ikan dengan es harus diperhitungkan dengan cermat. Hal ini menyangkut jumlah es yang akan digunakan untuk mengatasi es yang mencair. Akan tetapi pada praktikum yang telah kami lakukan suhu yang di capai tidak sampai pada titik 0 oC. Hal ini disebabkan karena pengaruh suhu lingkungan, karena pada saat praktikum dilaksanakan kondisi dalam keadaan panas. Suhu lingkungan pada saat praktikum tercatat 33 oC. Selain pengaruh suhu lingkungan hal tersebut disebabkan karena pada saat pengukuran, praktikan terlalu lama membuka tutup wadah yang mengakibatkan penyinaran langsung cahaya matahari. Pada pendinginan ikan segar dengan es, panas panas berpindah dari ikan yang lebih panas kepada es. Akibatnya adalah ikan menjadi dingin dan esnya meleleh. Menurut Adawyah (2007), sifat-sifat es antara lain: a. Jika terdapat campuran air dan es dalam suatu wadah, maka suhu campuran itu tidak akan meningkat melebihi 0 oC, sebelum semua es mencair. b. Campuran es dan air es tidak sama nilainya apabila hanya menggunakan es saja, walaupun beratnya sama. Es yang sudah menjadi air nilainya hilang. c. Jika menggunakan berbagai macam es, maka haruslah berdasarkan berat yang sama. d. Setiap jenis es yang dibuat dari air tawar kemampuan pendinginannya sama. e. Es yang sudah disimpan lama, sama efektifitasnya dengan es yang baru dibuat.

4.5.

Kesimpulan dan Saran

4.5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum materi pencairan es adalah sebagai berikut: 1. Wadah yang paling lama dalam mempertahankan suhu es agar tidak cepat mencair adalah box polyurethane yaitu pada waktu 270 menit, sedangkan wadah yang paling cepat mempertahankan suhu es agar tidak cepat mencair adalah blong tanpa insulasi yaitu pada waktu 150 menit; dan 2. Kecepatan pencairan es dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu lingkungan, tebal tipisnya media atau wadah yang digunakan, dan kondisi luar maupun dalam wadah yang digunakan. 5.3.2. Saran Saran yang dapat diberikan dari praktikum materi pencairan es adalah sebagai berikut: 1. Praktikan harus teliti saat menjalankan praktikum agar hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan; dan 2. Es batu yang digunakan sebaiknya bervariasi sehingga hasil yang diperoleh lebih bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Fisheries Post Harvest Specialist. 1990. Teknik Penanganan Ikan Basah-Segar di Kapal, PPI dan Tempat Pengolahan. PMC, Proyek COFISH. [Jurnal] Graham, J, Johnston, W.A, dan Nicholson, F.J. 1992. Ice in Fisheries. Torry Research Station. United Kingdom. [Jurnal] Purnomo, S. 1997. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta. Universitas Terbuka Depdikbud. Sarmono. 1998. Teknologi Penanganan Ikan Segar. Jakarta. Universitas Terbuka Depdikbud. Suparno. 2008. Peti Pendingin Berinsulasi. www.bbrp2b.dkp.go.id. (Diakses pada tanggal 30 Desember 2011).

LAMPIRAN

Lampiran

. Jenis-Jenis Wadah Insulasi Materi Pencairan Es

a. Box Styrofoam Berinsulasi

b. Box Styrofoam Besar

c. Box Polyethilene

d. Blong Berinsulasi

e. Blong Tanpa Insulasi

f. Box Styrofoam Kecil

g. Box Polyurethane

b. Pencairan Es Pertanyaan : 1. Bahas kecepatan pencairan es dan periksa dengan thermocouple tentang penurunan suhunya ? 2. Bandingkan mutu secara organoleptik ikan ukuran kecil dan besar ? 3. Terangkan sifat dari bahan (isolator) yang digunakan selama praktikum ? 4. Bandingkan mutu sampel secara organoleptik yang berasal dari berbagai isolator ? 5. Bandingkan mutu sampel secara organoleptik yang berasal dari ikan air tawar dengan ikan air laut dan ikan fat dengan ikan non fat ? Jawaban: 1. Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, kecepatan pencairan es ratarata 2 gram per menit. Hasil tersebut diperoleh dari pencairan 500 gram es yang mencair dalam waktu 300 menit. Suhu es mengalami penurunan dari 4C menjadi 10C , namun suhu dalam wadah yang digunakan untuk menyimpan es mengalami perubahn suhu yang fluktuatif dari 11C sampai 30C. 2. Ikan ukuran besar memiliki mutu secara organoleptik lebih baik daripada ikan berukuran kecil. Hal ini dibuktikan dengan hasil praktikum yang menunjukkan bahwa ikan yang memiliki panjang 15 cm hanya mengalami masa rigor selama 2 jam, berbeda dengan ikan yang berukuran 24,5 cm yang mengalami masa rigor selama 9 jam. Perbandingan masa rigor tersebut menunjukkan bahwa ikan yang berukuran besar memiliki mutu secara organoleptik yang lebih baik daripada ikan yang berukuran kecil.

3. Sifat isolator yang digunakan dalm praktikum materi pencairan es yaitu, pertama Blong berinsulasi merupakan bahan (insulator) untuk wadah penyimpanan es yang baik, murah, dan mudah dibersihkan, namun tidak tahan terhadap panas yang tinggi dan densitas yang rendah.Kedua Box Polyethilene adalah

bahan yang ringan dan mudah dibersihkan, namun tidak tahan terhadap panas yang tinggi. Ketiga Box Polyurethane merupakan insulator yang sangat baik, namun Box Polyurethane merupakan bahan yang tidak tahan lama, mudah rusak dan harganya mahal. Keempat Box Styrofoam Kecil adalah bahan (insulator) yang baik, namun mudah rusak. Kelima Box Styrofoam Besar merupakan bahan (insulator) yang baik, namun mudah rusak. Keenam Blong Tanpa Insulasi merupakan wadah penyimpanan es yang mudah untuk dibersihkan, namun tidak tahan terhadap panas yang tinggi. 4. Mutu sampel secara organoleptik dari berbagai isolator tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, bergantung suhu yang ada dalam wadah isolator dan lama waktu penyimpanan. 5. Ikan air laut mempunyai mutu secara organoleptik lebih baik daripada ikan air tawar. Hal ini dibuktikan dengan hasil praktikum yang menunjukkan kemunduran mutu ikan nila yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan lele. Selain itu, ikan fat memiliki mutu secara organoleptik lebih baik daripada ikan non fat. Hal ini dikarenakan proses degradasi lemak pada ikan fat lebih lama dibandingkan ikan non fat, sehingga kemunduran mutu ikan non fat lebih cepat dibandingkan dengan ikan fat.