penatalaksanaan trauma inhalasi

11
Penatalaksanaan trauma inhalasi

Upload: riahanazaramadini

Post on 18-Jan-2016

301 views

Category:

Documents


69 download

DESCRIPTION

powerpoint

TRANSCRIPT

Page 1: Penatalaksanaan Trauma Inhalasi

Penatalaksanaan trauma inhalasi

Page 2: Penatalaksanaan Trauma Inhalasi

PENANGANAN/SPECIAL MANAGEMENT

A. PRIMARY SURVEY a. Airway – cervical spine. b. Breathing c. Circulation d. Disability-Pemeriksaan kesadaran GCS dan

periksa pupil e. Exposure-cegah penderita dari hipotermi.

Page 3: Penatalaksanaan Trauma Inhalasi

*jika disertai dengan luka bakar

B. SECOUNDARY SURVEY 1. Pemeriksaan dari kepala sampai kaki. 2. Pakaian dan perhiasan dibuka

a. Periksa titik kontak b. Estimasi luas luka bakar / derajat luka

bakarnya. *c. Pemeriksaan neurologist *d. Pemeriksaan traumalain, patah

tulang/dilokasi. e. Kalau perlu dipasang endotrakeal intubasi.

Page 4: Penatalaksanaan Trauma Inhalasi

C. RESUSITASI 1. Bila didapatkan luka bakar, dapat diberikan

cairan 2-4 cc/kg/ luas luka bakar. 2. Kalau didapatkan haemocromogen (myoglobin),

urine output dipertahankan antara 75-100 cc/jam sampai tampak menjadi jernih.

3. Sodium bicarbonate dapat ditambahkan pada ringer laktat sampai pH > 6,0

4. Monitor jarang dipergunakan.

Page 5: Penatalaksanaan Trauma Inhalasi

D. CARDIAC MONITORING 1. Monitoring ECG kontinu untuk disritmia.2. ventricular fibrilasi, asystole dan aritmia

diterapi sesuai Advanced Cardiac Live Support.

Page 6: Penatalaksanaan Trauma Inhalasi

PENATALAKSANAAN

Tanpa Distres Pernapasan : 1. Intubasi / pipa endotrakeal. 2. Pemberian oksigen 2-4 liter / menit 3. Penghisapan secret secara berkala. 4. Humidifikasi dengan nebulizer. 5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi) 6. Pemantauan gejala dan tanda distress

pernapasan a. Gejala Subyektif : gelisah, sesak napas.

Page 7: Penatalaksanaan Trauma Inhalasi

b. Gejala Obyektif : Frekuensi napas meningkat ( > 30 kali / menit), sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan.

c. Pemeriksaan : 1) Analisa gas darah

a. pada saat pertama kali (resusitasi) b. 8 jam pertama c. Setelah 24 jam kejadian d. Selanjutnya sesuai kebutuhan

2) foto toraks 24 jam pasca kejadian.

7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila ada masalah pada jalan napas.

8. Posisi penderita duduk/etengah duduk, dirawat di bed observasi9. Pelaksanaan di ruang resusitasi gawat darurat

Page 8: Penatalaksanaan Trauma Inhalasi

Dengan Distres Pernapasan1. Dilakukan trakeostomi dengan local anestesi, dengan

atau tanpa kanul trakeostomi. 2. Pemberian oksigen 2 - 4 liter /menit melalui trakeostomi.3. Pembersihan secret saluran pernapasan secara berkala

serta bronchial washing. 4. Humidifikasi dengan nebulizer. 5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi setiap 6

jam. 6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan.

a. Gejala subyektif : gelisah, sesak napas (dispnea)

Page 9: Penatalaksanaan Trauma Inhalasi

b. Gejala obyektif : frekuensi napas meningkat (30-40 kali / menit), sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan hasil pemeriksaan analisis gas darah 98 jam pertama). Gambaran hasil infitrat paru dijumpai > 24 jam sampai 4-5 hari.

7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila masalah pernapasan telah diatasi.

8. kasus ini dirawat pada bed observasi dengan posisi duduk atau setengah duduk.

9. Pelaksanaan di ruang resusitasi instalasi gawat darurat.

Page 10: Penatalaksanaan Trauma Inhalasi

Medikasi• Kortikosteroid : digunakan untuk menekan inflamasi dan

menurunkan edema• Antibiotik : Mengobati infeksi sekunder yang biasanya

disebabkan oleh Staphylococcus Aureus dan Pseudomonas Aeruginosa.

• Amyl dan Sodium Nitrit untuk mengobati keracunan sianida tetapi harus berhati-hati jika ditemukan pula tanda-tanda keracunan CO karena obat ini dapat menyebabkan methahemoglobinemia.

• Bronkodilator untuk pasien-pasien dengan bronkokonstriksi. Pada kasus-kasus berat bronkodilator digunakan secara intavena.

Page 11: Penatalaksanaan Trauma Inhalasi

Terimakasih