penanganan ikan pasca tangkap
DESCRIPTION
Pasca penangkapanTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
Penanganan Ikan Pasca Tangkap
PENDINGINAN IKAN SEGAR SELAMA BERADA DI KAPAL TANGKAP
A. Latar belakang
Perairan laut merupakan salah satu wilayah yang sangat potensial dengan berbagai
jenis komoditas yang dihasilkan, antara lain : ikan, udang, kerang, tiram, kepiting,
tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya. Ikan yang dihasilkan dari
perairan laut lebih banyak dikenal daripada perikanan lainnya karena ikan paling
banyak dikenal, ditangkap, dan dikonsumsi.
Ikan dan produk-produk perikanan lainnya merupakan bahan pangan sumber
hewani yang relatif murah harganya dibandingkan dengan sumber-sumber protein
lainnya, seperti daging sapi, ayam, susu, dan telur. Semakin bertambahnya
kesadaran masyarakat mengenai batapa pentingnya konsumsi ikan, membuat
kebutuhan akan ikan semakin bertambah. Semakin banyak orang yang bekerja di
sektor laut. Para nelayan berusaha untuk memenuhi banyaknya permintaan akan
ikan segar hasil tangkapan. Namun tidak sedikit kendala yang dialami oleh para
nelayan dalam usaha penangkapan ikan ini. Salah satunya adalah bagaimana
mereka bisa tetap mempertahankan kesegaran ikan hasil tangkapan mereka.
Karena jika ikan hasil tangkapan mereka begitu sampai di Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) kelihatan tidak segar bahkan sampai busuk, itu akan mengurangi harga jual
ikan tersebut. Sama seperti Seadragon (2010) yang menjelaskan,
Ikan juga merupakan salah satu bahan makanan yang mudah busuk. Hal ini dapat
dilihat pada ikan-ikan yang baru ditangkap dalam beberapa jam saja kalau tidak
diberi perlakuan atau penanganan yang tepat maka ikan tersebut mutu dan gizinya
akan menurun. Kecepatan pembusukan ikan setelah penangkapan dan pemanenan
sangat dipengaruhi oleh teknik penangkapan atau pemanenan, kondisi biologis
ikan, serta teknik penanganan dan penyimpanan diatas kapal. Oleh karena itu,
segera setelah ikan ditangkap atau dipanen harus secepatnya diawetkan dengan
pendinginan atau pembekuan.
Penanganan ikan segar di kapal tangkap merupakan langkah pertama yang penting
dan sangat menentukan dalam penanganan ikan segar selanjutnya, saat ikan
diangkat dari air, ikan segar itu sudah dapat ditentukan mutunya. Oleh karena itu,
untuk dapat menangani ikan segar di darat dengan cara yang baik dan benar, perlu
mengetahui terlebih dahulu penanganan apa saja yang sudah dilakukan selama ikan
berada di kapal tangkap. Mutu ikan segar yang digunakan sebagai bahan dasar,
sangat menentukan hasil akhir pada pengolahan selanjutnya. Jika mutu bahan
dasarnya rendah, produk yang dihasilkan pada pengolahan selanjutnya akan
menghasilkan mutu yang kurang bagus. Begitu juga sebaliknya, jika bahan dasar
yang digunakan mempunyai mutu yang bagus, maka hasil akhir pengolahan
selanjutnya akan bermutu bagus juga. Hal tersebut didukung oleh Ricci (2011)
yang menyatakan bahwa,
Baik buruknya mutu bahan dasar itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik adalah faktor yang dipengaruhi oleh gen, umur, jenis kelamin, dan
spesies. Sedang fsktor ekstrinsik adalah bebagai perlakuan yang dilakukan oleh
manusia terhadap bahan dasar itu atau biasa disebut dengan penanganan pasca
panen ( tangkap ).
Karena sebagian besar hasil perikanan ini berasal dari laut, maka dua hal yang
diperhatikan dalam penanganan pasca tangkap adalah penanganan sewaktu masih
berada di kapal dan penanganan setelah ikan didaratkan. Jadi tujuan penanganan
ikan pasca tangkap sejak masih berada di kapal adalah menyediakan ikan yang
masih sangat segar dan mempertahankan sifat kesegarannya pada saat pertama kali
ditangkap ( diangkat dari laut ).
1. Tujuan Pratek Kerja Lapang
Untuk mengetahui cara penanganan ikan di atas
kapal merupakan tindakan awal dalam menjaga kesegaran
ikan dari penurunan mutu karena baik buruknya penanganan
akan berpengaruh langsung terhadap mutu ikan yang akan
dijadikan bahan makanan atau bahan mentah untuk
pengolahan lebih lanjut. Sehingga penempatan ikan di atas
kapal juga harus diperhatikan, sebab pada tempat yang
bersuhu panas, terkena sinar matahari langsung, tempat
yang kotor dan lain sebagainya dapat mempercepat
mundurnya mutu ikan. Ikan termasuk produk perikanan
yang memiliki sifat sangat mudah rusak/busuk, sehingga
penanganan apapun yang dilakukan tidak akan mungkin
membuat ikan tetap segar, namun dapat menghambat
proses penguraian jaringan tubuh (pembusukan) sehingga
ikan dapat disimpan selama mungkin dalam keadaan baik.
Oleh karenanya penanganan awal ikan di atas kapal harus
secepat mungkin ditangani dengan baik dan hati-hati
kemudian disimpan di kolbus atau palka.
Banyak cara untuk penanganan ikan yaitu mulai dari
penyiapan deck dan peralatan yang higienis, penyortiran
atau pemisahan ikan sejenis, pemilihan ikan yang rusak,
pembersihan dan pencucian, perlindungan dari sinar
matahari dan suhu tinggi, penyimpanan dalam ruang suhu
dingin (chilling room). Penyimpanan ini termasuk dalam
pemalkahan, peng-es-an, perendaman dengan air laut yang
didinginkan (iced sea water, refrigerated sea water dan lain
sebagainya) supaya dapat mempertahankan kesegaran ikan.
1. 2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari Praktek Kerja Lapang penanganan hasil perikanan
adalah untuk mengetahui cara penanganan dan pengolahan hasil
perikanan di tempat penanganan ikan di TPI.
Tujuan dari praktikum penanganan hasil perikanan adalah dapat
mengetahui dan menjelaskan perbandingan berbagai macam cara
penanganan dan pengolahan hasil perikanan di tempat penanganan
ikan di TPI.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapang Penanganan Hasil Perikanan dilaksanakan
pada hari Minggu, tanggal 31 pukul 11.00-Seles Wita. Mei 2014 di
tempat pengolahan ikan daerah Mayangan dan Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) Kota Makassar.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Penanganan Ikan Diatas Kapal Kesegaran ikan
Ikan yang baik adalah ikan yang masih segar. Ikan
segar yang masih mempunyai sifat sama seperti ikan hidup,
baik rupa, bau, rasa, maupun teksturnya. Tingkat kesegaran
ikan merupakan tolok ukur untuk membedakan ikan yang
kualitasnya baik dan tidak. Berdasarkan kesegarannya, ikan
dapat digolongkan menjadi empat kelas mutu, yaitu :
1. ikan yang tingkat kesegarannya sangat baik sekali
( prime )
2. ikan yang kesegarannya baik ( advanced )
3. ikan yang kesegarannya mundur (sedang)
4. ikan yang sudah tidak segar lagi ( spoiled )
Penanganan ikan di atas kapal merupakan tindakan awal
dalam menjaga kesegaran ikan dari penurunan mutu karena
baik buruknya penanganan akan berpengaruh langsung
terhadap mutu ikan yang akan dijadikan bahan makanan
atau bahan mentah untuk pengolahan lebih lanjut. Sehingga
penempatan ikan di atas kapal juga harus diperhatikan,
sebab pada tempat yang bersuhu panas, terkena sinar
matahari langsung, tempat yang kotor dan lain sebagainya
dapat mempercepat mundurnya mutu ikan.
Ikan termasuk produk perikanan yang memiliki sifat sangat
mudah rusak/busuk, sehingga penanganan apapun yang
dilakukan tidak akan mungkin membuat ikan tetap segar,
namun dapat menghambat proses penguraian jaringan tubuh
(pembusukan) sehingga ikan dapat disimpan selama
mungkin dalam keadaan baik. Oleh karenanya penanganan
awal ikan di atas kapal harus secepat mungkin ditangani
dengan baik dan hati-hati kemudian disimpan di cold storage.
Banyak cara untuk penanganan ikan yaitu mulai dari
penyiapan deck dan peralatan yang higienis, penyortiran
atau pemisahan ikan perjenis, pemilihan ikan yang rusak,
pembersihan dan pencucian, perlindungan dari sengatan
matahari dan suhu tinggi, penyimpanan dalam ruang suhu
dingin (chilling room). Penyimpanan ini termasuk dalam
pemalkahan, peng-es-an, perendaman dengan air laut yang
didinginkan (iced sea water, refrigerated sea water dan lain
sebagainya) supaya dapat mempertahankan kesegaran ikan.
B. Permasalahan
Permasalahan yang diambil dalam makalah ini adalah :
1. Mengapa ikan mudah mengalami kerusakan dan pembusukan?
2. Mengapa es digunakan para nelayan untuk mempertahankan mutu ikan segar hasil
tangkapan mereka?
C. Pembahasan
Berdasarkan permasalahan yang penulis susun dalam makalah ini, dapat dijelaskan
mengenai beberapa hal, diantaranya :
1. Ikan merupakan salah satu sumber gizi yang paling penting bagi proses kelangsungan
hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak dahulu
kala.Sebagai bahan pangan, ikan mengandung zat gizi utama seperti protein, lemak,
vitamin, dan mineral. Pada umumnya ikan mengandung protein yang tersusun atas asam
amino essensial yang berfungsi untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel tubuh kita yang
rusak. Lemak yang terdapat pada ikan sebagian besar adalah lemak tak jenuh omega-3
yang berguna untuk berbagai penyakit dan perkembangan otak. Vitamin A adalah
vitamin yang terdapat pada tubuh ikan yang berguna untuk kesehatan mata kita.
Moelyanto (1992: 27) berpendapat, “Protein daging ikan bernilai gizi tinggi karena mudah
dicerna dan digunakan oleh tubuh.“ Tetapi perlu diperhatikan bahwa “Besarnya
kandungan beberapa asam amino assensial tidak mencukupi kebutuhan manusia, antara
lain fenilalanin, tripofan dan metionin“ (Hadiroiyoto,1993: 56). “Kadar protein didalam
daging ikan berkisar 18-20% “ (Moelyanto,1992: 27).
Adanya aktivitas enzim dan reaksi biokimia, molekul protein dapat diuraikan menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana yakni asam amino yang penting bagi pertumbuhan
tubuh makhluk hidup. Jenis dan jumlah asam amino yang terdapat pada daging ikan rata-
rata sama dengan yang terkandung dalam daging sapi. Dalam tubuh ikan tidak hanya
asam amino yang mempunyai peranan penting dalam siklus hidupnya. Seperti nitrogen
yang mempunyai peranan dalam penentuan mutu ikan segar. Seperti yang dikatakan oleh
Moelyanto (1992 :29), bahwa,Ikan mengandung kurang lebih 16% nitrogen, yang terdiri dari nitrogen protein dan non-protein. Kadar nitrogen non-protein berkisar antara 0.5-1.0% dari berat total otot (daging). Nitrogen non-protein terdiri daritrimetilamin oksida (TMAO), urea, taurin, peptida, turunan guanidin, komponen volatil dan asam amino bebas. Trimetilamin oksida dapat terdegradasi menjaditrimetil amin (TMA), dimetil amin (DMA), danformaldehid (FA). Terdapat banyaknya senyawa amin pada ikan dapat digunakan sebagai indikasi terjadinya proses pembusukan.
2. Untuk mempertahankan kesegaran ikan sejak pertama kali ditangkap hingga saat
didaratkan syarat utama adalah ikan harus segera didinginkan, menjaga keadaan tetap
dingin selama perjalanan pulang ke pelabuhan pendaratan ikan, serta selalu
mengusahakan perlakuan yang cepat, cermat, hati-hati dan bersih. Penggunaan kapal
tangkap harus memilih kapal yang dibuat sedemikian rupa sehingga akan mempermudah
penanganan ikan hasil tangkapan. Selain praktik yang baik, nelayan harus
memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk perjalanan pulang sehingga saat diterima
konsumen ikan segar hasil tangkapan itu masih bermutu tinggi. Pada kapal penangkap
ikan yang besar biasanya telah dilengkapi dengan mesin pembuat es, dan ruang pendingin
untuk menyimpan ikan.
Pada prinsipnya pendinginan adalah proses pengambilan panas dari suatu ruangan yang
terbatas untuk menurunkan dan mempertahankan suhu di ruangan tersebut bersama
isinya agar selalu lebih rendah dari pada di luar ruangan. Pada umumnya, pendinginan
tidak dapat mencengah pembusukan secara total, tetapi semakin dingin suhu ikan,
semakin besar penurunan aktivitas bakteri dan enzim. Dengan demikian melalui
pendinginan proses bakteriologi dan biokimia pada ikan hanya tertunda, tidak dihentikan.
Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan es cair, balok es, bahkan air laut
yang dingin. Pendinginan menggunakan es sebagai bahan pengawet adalah cara
pengawetan ikan segar yang mudah dan terjangkau oleh para nelayan. Perhitungan lama
perjalanan atau lama ikan berada di atas kapal tangkap harus benar-benar
diperhitungkan. Es yang digunakan sebagai bahan pengawet kesegaran ikan biasanya
hanya bertahan 10-14 hari.
Untuk penanganan ikan pasca tangkap perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya :
Jenis ikan hasil tangkapan
Ukuran dan bentuk ikan
Bentuk penyaluran yang akan dilakukan. Dipasarkan hidup, segar dingin, dibekukan,
atau langsung akan diolah.
Permintaan pembeli akan hasil tangkapan.
3. Prinsip pengeesan ikan bertujuan menekan proses penurunan mutu ikan sekecil
mungkin. Karena itu, ikan yang tertangkap harus segera diturunkan suhunya menjadi 0°C
dan selalu mempertahankan suhunya sampai penanganan selanjutnya. Kelebihan dari
pengeesan ini adalah tidak akan mengubah tekstur, rasa dan bau asli dari ikan tersebut.
Menurut Ilyas dalam bukunya yang berjudul Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid I
(1983: 35), bebrapa hal yang perlu diperhatikan saat pengeesan agar diperoleh hasil yang
maksimal adalah :a. Segera setelah ikan tertangkap, diberi perlakuan persiapan bila diperlukan dan segera
didinginkan dengan es curia, sehingga suhunya cepat menurun sampai 0°C.b. Diusahakan agar setiap ikan berkontak langsung dengan es, terutama untuk ikan yang
berukuran besar, diusahakan agar ikan tidak bersentuhan satu sama lain, tetapi selalu diberi antara dengan lapisan es curia.
c. Perlu diciptakan situasi agar panas dapat mengalir keluar dari ikan dengan memberi kesempatan hancuran es dapat meleleh, sehingga air lelehan es dapat menyalurkan panas dari ikan dan menghanyutkannya ke bagian bawah dari tumpukan ikan es.
d. Air lelehan es yang dingin menghanyutkan darah, lendir, bakteri dan kotoran lainnya dari lapisan es ikan di bawahnya. Dengan demikian tumpukan ikan menjadi segar, dingin dan bersih.
e. Agar bagian atas dari tumpukan ikan dalam peti tidak tergenang oleh cairan kotoran dan lelehan es dari atas tumpukan, maka perlu dibuat saluran pembuangan air kotor.
f. Jangan menggunakan peti berukuran tinggi.g. Semua alat yang digunakan harus selalu bersih, bebas dari lendir dan kotoran, es bekas
harus dibuang. Peti setelah kosong dan kotor harus dicuci dengan air bersih.h. Semua pekerjaan dilakukan dalam waktu yang cepat namun cermat dan hati-hati.
Beberapa keuntungan yang diperoleh nelayan yang menggunakan es sebagai bahan
pengawet ikan selama di kapal tangkap adalah :
a. Efisien dan dapat mendinginkan ikan dengan cepat
b. Biaya relatif murah
c. Tidak membahayakan selam es tersebut terbuat dari air bersih buka terbuat dari
bahan-bahan kimia yang akan merusak tubuh ikan dan lingkungan sekitar,
d. Membuat ikan tetap lembab, bersinar, dan menarik
e. Mudahh untuk dijual belikan.
D. Simpulan
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang ada dalam makalah ini dapat ditarik
beberapa simpulan, yaitu
1) Pendinginan ikan segar di kapal penangkapan merupakan langkah awal yang penting
dan sangat menentukan dalam penanganan ikan segar selanjutnya.
2) Perlakuan pengeesan (pendinginan) ikan segera setelah ikan diangkat dari air laut
sangat perlu dilakukan agar proses biokimia, mikrobiologi, dan proses lainnya yang
menuju ke arah kerusakan dan pembusukan dapat dihambat.
3) Untuk memperoleh kesegaran ikan yang memenuhi standar ketika didaratkan,
persyaratan utama adalah ikan telah didinginkan setelah ditangkap di kapal dan tetap
dingin selama perjalanan pulang serta mengusahakan perlakuan yang cermat, hati-hati,
menjaga kebersihan.
4) Prinsip pengeesan ikan bertujuan menekan proses penurunan mutu ikan. Oleh karena
itu, ikan yang tertangkap harus diturunkan suhunya menjadi 0°C dan selalu
dipertahankan sampai penanganan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiroiyoto, Suwendo. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Jilid
I. Yogyakarta : Liberty. Hlm.56
Ilyas, Sofyan. 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid I. Jakarta : CV
Paripurna. Hlm.35
Moelyanto, R. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta : Penebar
Swadaya. Hlm.27-29
Ricci, Ignacio. 2011. “ Penanganan Ikan di Kapal ( Hendling) Alat Tangkap dan
Pengawet Ikan.“ Dalam http://www.perikanan.web.id
Seadragon. 2010. “ Pendinginan ikan dengan menggunakan es balok.“
Dalam Pendinginan-ikan-dengan-menggunakan-es.html