bupati maluku tenggara barat · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam...

32
BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT PROVINSI MALUKU PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR : 44 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT, Menimbang : a. bahwa untuk mel aksanakan ketentuan Pasal 75 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Ber kelanjutan, maka per lu di bentuk Per aturan Bupati Mal uku Tenggara Bar at t entang Per i i ndungan Lahan Bertani an Pangan Berkel anj ut an di Kabupat en Maluku Tenggara Bar at; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati t entang Perlindungan Lahan Pertani an Berkelanj utan Kabupaten Maluku Tenggara Bar at; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 t entang Per atur an Dasar Pokok Pokok Agrar i a ( Lembar an Negara Republi k Indonesi a Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republi k I ndonesia Nomor 2043) ; 2. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tent ang Pembentukan Pr ovi nsi Maluku Utar a, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembar an Negara Republ i k Indonesi a Tahun 1999 Nomor 175, Tambahan Lembar an Negara Republi k I ndonesi a Nomor 3895) ; sebagai mana tel ah diubah dengan Undang- undang Nomor 06 Tahun 2000 ( Lembaran Negara Republik I ndonesi a Tahun 2000 Nomor 75, Tambahan Lembar an Negara Republi k Indonesi a Nomor 3761) ;

Upload: others

Post on 19-Jul-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT

PROVINSI MALUKU

PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA BARATNOMOR : 44 TAHUN 2016

TENTANG

PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT,Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 75 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, maka

perlu dibentuk Peraturan Bupati Maluku Tenggara Barat

tentang Periindungan Lahan Bertanian Pangan

Berkelanjutan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a di atas, maka perlu menetapkan Peraturan

Bupati tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Berkelanjutan Kabupaten Maluku Tenggara Barat;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2043);2. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan

Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 175, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3895);

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor

06 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2000 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3761);

Page 2: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

3.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4286);

4.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

5.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara ^emerintah Rusat dan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 126, ^Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438);

6.Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

149, Tambahan LembaranNegaraRepublik

Indonesia Nomor 5068);

7.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

8.Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor

22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5280);

9.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

(Lembaran Negara Repnblik Indonesia Tahun 2012 Nomor

227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5360);

10. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan ^etani (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433);

Page 3: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587); sebagaimana diubah beberapa kali, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

11.Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

308, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5613);

12.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2004tentang Penata Gunaan Tanah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385 );

13.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun

2005tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan

Lembaran Negara ^epublik Indonesia Nomor 4S93 );

14.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang

Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4624);

15.Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 tentang

Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5288);

^^- Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang

Ketahanan Pangan dan Glzi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 60, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5680).

Page 4: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT

TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN

BERKELANJUTAN KABUPATEN MALUKU TENGGARABARAT.

BABI

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1.Daerah adalah Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

2.Remerintah Rrovinsi adalah Remerintah Provinsi Maluku.

3.Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

4.Bupati adalah Bupati Maluku Tenggara Barat.

5.Satuan Kerja Perangkat baerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah

unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah,

Lembaga Teknis Daerah, dan Kecamatan.

6.SKPD Lingkup Pertanian adalah SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang

pertanian.

7.Dinas adalah SfcpD yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang tanaman

pangan, hortikultura dan peternakan.

8.Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu

lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang

mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, refief, aspek geologi, dan

hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia.

9.Lahan Rertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha

pertanian.

10.Lahan Pertanian ^angan adalah bidang lahan yang digunakan untuk

usaha pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan,

dan perkebunan.

11.Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian

yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten

guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan

kedaulatan pangan daerah.

Page 5: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

12.Lahan Basah adalah lahan pertanian yang sumber utama pengairannya

berasal dari irigasi.

13.Lahan Kering adalah lahan pertanian yang sumber utama pengairannya

berasal dari air hujan.

14.Lahan Pasang Surut adalah lahan pertanian yang terbentuk oleh

pergerakan naik turunnya air laut secara berkala.

15.Lahan Marginal adalah lahan yang miskin hara dan air yang tidak

mencukupi kesuburan tanah dan tanaman seperti tanah kapur/karst dan

tanah pasir.

16.Pengelolaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah rangkaian

kegiatan pengelolaan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang meliputi

kegiatan perencanaan dan penetapan, pengembangan, pemanfaatan,

penelitian, perlindungan, pembinaan dan pengendalian.

17.Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah lahan potensial

yang dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian dan ketersediaannya

tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan pada masa yang akan dating.

18.Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan

proses dalam merencanakan, menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan,

membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan serta

kawasannya secara berkelanjutan.

19.Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau

budidaya.

20.Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

21.Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budidaya

pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan

Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan

fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan

pangan daerah dan nasional.

22.Pertanian Pangan adalah usaha manusia vmtuk mengelola lahan dan

agroekosistem dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja,

dan manajemen untuk mencapai kedaulatan dan ketahanan pangan serta

kesejahteraan rakyat.

Page 6: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

23.Kemandirian Pangan adalah kemampuan produksi pangan dalam negeri

yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin

pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat perseorangan, baik

dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang

didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan

keragaman lokal.

24.Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan atau nilai kesesuaian lahan

tersebut ditentukan oleh kecocokan antara persyaratan tumbuh/hidup

komoditas yang bersangkutan dengan kualitas, karakteristik lahan yang

mencangkup aspek iklim, tanah dan terrain (topograli, lereng dan elevasi).

25.Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga

yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, merata, dan terjangkau.

26.Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri

dapat menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin hak atas pangan

bagi rakyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk

menentukan sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi sumber

daya lokal.

27.Petani Pangan, yang selanjutnya disebut Petani adalah setiap warga negara

Indonesia beserta keluarganya yang mengusahakan Lahan untuk

komoditas pangan pokok di Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

28.Pangan Pokok adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati, baik

nabati maupun hewani, yang diperuntukkan sebagai makanan utama bagi

konsumsi manusia.

29.Intensifikasi lahan pertanian adalah kegiatan pengembangan produksi

pertanian dengan menerapkan teknologi tepat guna, menggunakan sarana

produksi bermutu dalam jumlah dan waktu yang tepat.

30.Eksentensifikasi lahan pertanian adalah peningkatan produksi dengan

perluasan areal usaha dan memanfaatkan lahan-lahan yang belum

diusahakan.

31.Diversifikasi pertanian adalah usaha penganekaragaman usahatani

(diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan

satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen,

pengolahan dan pemasaran (diversifikasi vertikal).

32.Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah perubahan

fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menjadi bukan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara.

Page 7: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

33.Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

34.Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang

pertanian.

35.Konservasi tanah dan air adalah upaya memelihara keberadaan serta

keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya lahan dan air agar

senantiasa tersedia dalam kuantitas dan/atau kualitas yang memadai

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik pada waktu sekarang maupun

yang akan datang.

36.Tanah Telantar adalah tanah yang sudah diberikan hak oleh negara

berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak

pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan,

tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau

sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.

37.Pengelolaan adalah proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan

semua sumber daya, baik manusia maupun teknikal, untuk mencapai

berbagai tujuan yang ditetapkan.

38.Terpadu adalah rangkaian menyatukan, menghubungkan/mengkaitkan

sehingga tidak berdiri sendiri-sendiri atau terpisah-pisah.

39.Sistem Informasi Lahan Pertaniaan Pangan Berkelanjutan adalah kesatuan

komponen yang terdiri atas kegiatan yang meliputi penyediaan data,

penyeragaman, penyimpanan dan pengamanan, pengolahan, pembuatan

produkinformasi, penyampaian produk informasi dan penggunaan

informasi yang terkait satu sama lain, serta penyelenggaraan mekanismenya

pada Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

40.Pusat Informasi Lahan Pertaniaan Pangan Berkelanjutan adalah pusat

yang menyelenggarakan sistem informasi serta administrasi Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan

Berkelanjutan pada lembaga pemerintah yang berwenang di bidang

pertanahan.

41.Penyidikan Tindak Pidana di bidang tata ruang adalah serangkaian

tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan

bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang tata

ruang yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

42.Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat atau

Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan wewenang khusus oleh Undang-

Undang untuk melakukan penyidikan.

Page 8: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

BABII

ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal2

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan

berdasarkan asas:

a.manfaat;

b.keberlanjutan dan konsisten;

c.keterpaduan;

d.keterbukaan dan akuntabilitas;

e.kebersamaan dan gotong-royong;

f.partisipatif;

g.keadilan;

h. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;

i. kelestarian lingkungan dan kearifan lokal;

j. desentralisasi;

k. tanggung jawab negara;

1. keragaman; dan

m. sosial dan budaya.

Pasal3

Perlindungan Lahan Rertanian Rangan Berkelanjutan diselenggarakan dengan

tujuan:

a.melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan;

b.menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan;

c.mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;

d.melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani;

e.meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat;

f.meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani;

g.meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak;

h. mempertahankan keseimbangan ekologis; dan

i. mewujudkan revitalisasi pertanian.

43. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah

Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah

Daerahyang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk

melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.

Page 9: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

Pasal4

Ruang lingkup Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, meliputi:

a.perencanaan dan penetapan;

b.pengembangan;

c.penelitian;

d.pemanfaatan;

e.pembinaan;

f.pengendalian;

g.pengawasan;

h.sistem informasi;

i.perlindungan dan pemberdayaan petani;

j.pembiayaan; dan

k.peran serta masyarakat dan Pemerintah Daerah.

BABIII

PERENCANAAN DAN PENETAPAN

Bagian Kesatu

Perencanaan

Pasal5

(1)Pemerintah Daerah menetapkan rencana lahan pertanian pangan

berkelanjutan dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

(2)Dasar perencanaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a.pertumbuhan penduduk dan kebutuhan konsumsi;

b.pertumbuhan produktivitas;

c.kebutuhan pangan nasional;

d.kebutuhan dan ketersediaan lahan;

e.pengembangan IPTEK; dan

f.masyarakat petani.

(3)Perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada:

a. kawasan pertanian pangan berkelanjutan;

Page 10: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

b.lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan

c.lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan.

(4)Perencanaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan terhadap kawasan

pertanian lahan basah dan kawasan pertanian lahan kering.

(5)Perencanaan perlindungan lahan cadangan pertanian pangan

berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dilakukan

terhadap :

a.tanah terlantar;

b.lahan pasang surut;

c.lahan marginal; dan

d.kawasan hutan yang dikonversi menjadi lahan pertanian pangan.

(6)Perencanaan kebutuhan dan ketersediaan lahan didasarkan atas kriteria :

a.kesesuaian lahan;

b.ketersediaan infrastruktur;

c.penggunaan lahan;

d.potensi teknis lahan; dan/atau

e.luasan kesatuan hamparan lahan.

(7)Rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana

dimaksud pada ayat(l) meliputi:

a.rencana jangka panjang disusun untuk waktu 20 (dua puluh) tahun;

b.rencana jangka menengah disusun untuk waktu 5 (lima) tahun; dan

c.rencana jangka pendek disusun untuk waktu 1 (satu) tahun.

Pasal6

Perencanaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 meliputi:

a.kebijakan;

b.strategi;

c.program;

d.rencana pembiayaan; dan

e.evaluasi.

Bagian KeduaPengusulan Rencana

Pasal7

(1) Usulan rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

disampaikan kepada Bupati melalui BAPPEDA.

Page 11: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

(2) Usulan rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:

a.lokasi dan jumlah luas lahan pertanian pangan berkelanjutan;

b.program dan kegiatan yang akan dilaksanakan;

c.upaya mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

d.target dan sasaran yang akan dicapai; dan

e.pembiayaan.

Bagian Ketiga

Penyusunan Perencanaan

Pasal8

(1)Pemerintah Daerah menyusun perencanaan perlindungan lahan pertanian

pangan berkelanjutan pada kawasan, lahan dan lahan cadangan

pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

ayat (3).

(2)Penyusunan perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan melalui tahap-tahap :

a.inventarisasi data;

b.koordinasi dengan instansi terkait; dan

c.menampung aspirasi masyarakat.

(3)Penyusunan perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan

memperhatikan:

a.kondisi sosial dan/atau ekonomi petani;

b.kesediaan petani untuk menjadikan lahan pertaniannya;

c.sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan

d.rencana tata ruang dan tata wilayah daerah.

(4)Dalam menyusun perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Bupati dibantu oleh Tim Verifikasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

(5)Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling sedikit beranggotakan:

a.unsur pemerintah daerah;

b.pemangku kepentingan terkaitjdan

c.masyarakat petani.

(6)Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, tata kerja, dan fungsi Tim

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Bupati.

Page 12: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

Bagian Keempat

Penetapan

Pasal9

(1)Penetapan rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana

PembangunanJangka Menengah (RPJM), dan Rencana Tahunan

Pemerintah Daerah.

(2)Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan diatur oleh Bupati.

Pasal 10

Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dilakukan dengan

penetapan :

a.kawasan pertanian pangan berkelanjutan;

b.lahan pertanian pangan berkelanjutan di dalam dan di luar kawasan

pertanian pangan berkelanjutan; dan

c.lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan di dalam dan di luar kawasan

pertanian pangan berkelanjutan.

Paragraf 1

Kawasan Pertanian pangan Berkelanjutan

Pasal 11

(1)Kawasan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 huruf a merupakan bagian dari penetapan rencana tata ruang

kawasan perdesaan di wilayah Daerah dalam rencana tata ruang Daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2)Penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dengan kriteria, meliputi :

a.memiliki hamparan lahan dengan luasan tertentu untuk ditetapkan

sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dan/atau lahan cadangan

pangan, dan

b.memiliki potensi menghasilkan pangan pokok dan tingkat produksi

kawasan, dengan ketentuan paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan

pangan pokok masyarakat di Daerah.

(3)Kawasan pertanian pangan berkelanjutan dapat ditetapkan dengan syarat:

a.berada di dalam dan/atau diluar kawasan peruntukan pertanian;

b.termuat dalam rencana perlindungan lahan pertanian berkelanjutan.

Page 13: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan syarat kawasan pertanian

pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),

diatur dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 2

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Pasal 12

(1)Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud

pada Pasal 10 huruf b meliputi lahan pertanian di dalam dan di luar kawasan

pertanian pangan berkelanjutan.

(2)Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan dilaksanakan dengan

kriteria:

a.memiliki kesesuaian dan potensi teknis lahan dengan peruntukan

pertanian pangan;

b.tersedia infrastruktur dasar;

c.dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan; dan/atau

d.berada pada luasan kesatuan hamparan yang mendukung produktivitas

dan efisiensi produksi.

(3)Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan harus memenuhi

persyaratan :

a.berada di luar atau di luar kawasan pertanian pangan berkelanjutan;

dan

b.termuat dalam rencana perlindungan lahan pertanian berkelanjutan.

(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan syarat kawasan lahan

pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat

(3), diatur dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 3

Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Pasal 13

(1)Penetapan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana

dimaksud pada Pasal 10 huruf c, berasal dari tanah terlantar dan/atau tanah

bekas kawasan hutan yang telah dilepas sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

(2)Penetapan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan dilaksanakan

dengan kriteria, meliputi:

Page 14: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

a.memiliki kesesuaian dan potensi teknis lahan dengan peruntukan

pertanian pangan;

b.ketersediaan infrastruktur dasar; dan

c.luasan kesatuan hamparan dalam satu bidang lahan pertanian pangan

berkelanjutan.

(3)Penetapan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan harus

memenuhi persyaratan :

a.berada pada luasan kesatuan hamparan yang mendukung produktivitas

dan efisiensi produksi tidak dalam sengketa.

b.memiliki potensi teknis dan kesesuaian lahan untuk peruntukan

pertanian pangan, dan/atau

c.didukung infrastruktur dasar.

(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan syarat lahan cadangan

pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat

(3), diatur dengan Keputusan Bupati.

BABIV

PENGEMBANGAN

Bagian Kesatu

Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Pasal 14

(1)Pemerintah Daerah melakukan pengembangan terhadap kawasan

pertanian pangan berkelanjutan dan lahan pertanian pangan

berkelanjutan.

(2)Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a.intensifikasi;

b.ekstensifikasi; dan

c.diversifikasi.

(3)Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui

inventarisasi dan identifikasi.

Bagian Kedua

Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Pasal 15

(1) Lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan dapat dikembangkan

melalui ekstensifikasi lahan pertanian pangan.

Page 15: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

(2) Ekstensifikasi lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap :

a.lahan terlantar;

b.lahan pasang surut;

c.lahan marginal; dan

d.kawasan hutan yang dikonversi menjadi lahan pertanian pangan.

Pasal 16

(1)Pengembangan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan terhadap

lahan terlantar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a,

dilakukan terhadap :

a.tanah yang telah diberikan hak atas tanahnya, tetapi sebagian atau

seluruhnya tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan tidak

dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian hak; atau

b.tanah yang selama 3 (tiga) tahun atau lebih tidak dimanfaatkan sejak

tanggal pemberian hak diterbitkan.

(2)Pengembangan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan terhadap

lahan pasang surut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b,

dilakukan terhadap lahan pertanian yang terbentuk oleh

pergerakan naik turunnya air laut secara berkala.

(3)Pengembangan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan terhadap

lahan marginal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf c,

dilakukan terhadap :

a.lahan pasir dan/atau kapur/karst yang tidak dimanfaatkan; dan

b.bekas galian bahan tambang yang telah direklamasi.

(4) Pengembangan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan terhadap

kawasan hutan yang dikonversi menjadi lahan pertanian pangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf d, dilakukan terhadap tanah bekas

kawasan hutan yang telah diberikan dasar penguasaan atas tanah, tetapi

sebagian atau seluruhnya tidak dimanfaatkan sesuai dengan

izin/keputusan/surat dari yang berwenang dan tidak ditindaklanjuti dengan

permohonan hak atas tanah.

BAB V

PENELITIAN

Pasal 17

(1) Pemerintah Daerah melakukan penelitian dalam mendukung

perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Daerah.

Page 16: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

(2)Penelitian lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:

a.pengembangan penganekaragaman pangan;

b.identifikasi dan pemetaan kesesuaian lahan;

c.pemetaan zonasi lahan pertanian pangan berkelanjutan;

d.fungsi agroklimatologi dan hidrologi;

e.fungsi ekosistem; dan

f.sosial budaya dan kearifan lokal.

(3)Penelitian sebagimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan atas

kerjasama dengan lembaga peneliti dan/atau perguruan tinggi dan

dipublikasikan kepada masyarakat.

BABVI

PEMANFAATAN

Pasal 18

(1)Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk menjamin konservasi tanah dan

air guna pemanfaatan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

(2)Konservasi tanah dan air sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:

a.perlindungan sumber daya lahan dan air;

b.pelestarian sumber daya lahan dan air;

c.pengelolaan kuahtas lahan dan air; dan

d.pengendalian pencemaran.

Pasal 19

(1)Setiap orang yang memiliki hak atas tanah yang ditetapkan sebagai lahan

pertanian pangan berkelanjutan berkewajiban :

a.memanfaatkan tanah sesuai peruntukan;

b.mencegah kerusakan irigasi;

c.menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah;

d.mencegah kerusakan lahan; dan

e.memelihara kelestarian lingkungan.

(2)Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi pihak lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3)Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pihak lain

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang tidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana pada ayat (1) dan mengakibatkan kerusakan lahan wajib

memperbaiki kerusakan lahan tersebut.

Page 17: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

BABVII

PEMBINAAN

Pasal 20

(1)Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pembinaan kepada setiap

orang yang terikat dengan pemanfaatan lahan pertanian pangan

berkelanjutan.

(2)Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a.koordinasi;

b.sosialisasi;

c.bimbingan, supervisi, dan konsultasi;

d.pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan;

e.penyebarluasan informasi kawasan pertanian berkelanjutan dan lahan

pertanian pangan berkelanjutan; dan/atau

f.peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) diatur dalam Keputusan Bupati.

BABVIII

PENGENDALIAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 21

(1)Pengendalian lahan pertanian pangan berkelanjutan dilakukan secara

terkoordinasi.

(2)Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Bupati

melalui SKPD yang terkait.

Pasal 22

Pengendalian lahan pertanian pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (1) melalui pemberian :

a.insentif;

b.disinsentif;

c.mekanisme perizinan;

d.proteksi; dan

e.penyuluhan.

Page 18: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

Bagian Kedua

Insentif dan Disinsentif

Pasal 23

(1)Pemerintah Daerah melaksanakan pengendalian lahan pertanian pangan

berkelanjutan melalui pemberian insentif dan disinsentif kepada petani.

(2)Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a diberikan kepada

pemilik lahan, petani penggarap, dan/atau kelompok tani berupa :

a.keringanan pajak bumi dan bangvman;

b.pengembangan infrastruktur pertanian;

c.pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan benih dan bibit unggul;

d.kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi;

e.fasilitasi sarana dan prasarana produksi pertanian;

f.jaminan penerbitan sertifikat bidang tanah pertanian pangan melalui

pendaftaran tanah secara sporadik dan sistematik; dan/atau

g.penghargaan bagi petani berprestasi.

(3)Dalam hal pemberian keringanan pajak bumi dan bangunan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan melalui rekomendasi

Pemerintah Daerah.

Pasal 24

Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasai 22 huruf a diberikan

dengan mempertimbangkan :

a.jenis lahan pertanian pangan berkelanjutan;

b.kesuburan tanah;

c.luas lahan;

d.irigasi;

e.tingkat fragmentasi lahan;

f.produktivitas usaha tani;

g.lokasi;

h. kolektivitas usaha pertanian; dan/atau

i. praktik usaha tani ramah lingkungan.

Pasal 25

Pemberian Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b kepada :

a. petani yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 19 ayat (1).

Page 19: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

b. Pihak yang lahan pertanian pangan berkelanjutan telah dialihfungsikan.

Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian insentif dan disinsentif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25, diatur dengan

Peraturan Bupati.

BABDC

ALIH FUNGSI

Pasal 27

(1)Lahan yang sudah ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dilindungi dan dilarang dialihfungsikan.

(2)Pemerintah Daerah melindungi luasan lahan pertanian pangan

berkelanjutan yang telah ditetapkan.

(3)Luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang ditetapkan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilarang dialihfungsikan.

(4)Alih fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dilakukan

oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam rangka :

a. pengadaan tanah untuk kepentingan umum; dan

b.bencana alam.

(5)Setiap orang yang melakukan alih fungsi pada lahan pertanian

pangan berkelanjutan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

wajib mengembalikan keadaan tanah lahan pertanian pangan

berkelanjutan seperti keadaan semula.

(6)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara alih fungsi lahan pertanian

pangan berkelanjutan diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kesatu

AlihFungsi Lahan Untuk Kepentingan Umum

Pasal 28

(1) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 27 ayat (4) huruf a, yaitu :

a.pengembangan jalan umum;

b.pembangunan waduk;

c.bendungan;

d.pembangunan jaringan irigasi;

e.meningkatkan saluran penyelenggaraan air minum;

Page 20: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

f.drainase dan sanitasi;

g.bangunan pengairan;

h.pelabuhan;

i.bandar udara;

j.pengembangan terminal;

k.fasilitas keselamatan umum;

1.cagar alam; dan/atau

m.pembangkit dan jaringan listrik.

(2)Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk kepentingan

umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat dilakukan untuk

pengadaan tanah guna kepentingan umum lainnya yang ditentukan oleh

undang-undang dan dimuat dalam rencana pembangunan daerah sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah daerah.

(3)Pengalihfungsian lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan mengganti luasan

lahan pertanian pangan berkelanjutan yang akan dialihfungsikan.

(4)Penyediaan lahan pengganti lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan

alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan oleh pihak yang

mengalihfungsikan.

Pasal 29

Bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4) huruf b

ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 30

Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan yang disebabkan oleh

bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4) huruf b,

Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan :

a.pembebasan kepemilikan hak atas tanah; dan

b.penyediaan lahan pengganti lahan pertanian pangan berkelanjutan

paling lama 24 (dua puluh empat) bulan setelah alih fungsi dilakukan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31

Lahan pengganti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf b diperoleh

dari lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan dengan luasan lahan

yang sama, kriteria kesesuaian lahan, dan dalam kondisi siap tanam.

Page 21: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

Pasal 32

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang mengakibatkan

beralihfungsinya lahan pertanian pangan berkelanjutan harus memenuhi

persyaratan :

a.memiliki kajian kelayakan strategis;

b.mempunyai rencana alih fungsi lahan;

c.pembebasan kepemilikan hak atas tanah; dan

d.ketersediaan lahan pengganti terhadap lahan pertanian pangan

berkelanjutan yang dialihfungsikan.

Paragraf 1

Kajian Kelayakan Strategis

Pasal 33

Kajian kelayakan strategis alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 huruf a paling sedikit mencakup :

a.luas dan lokasi lahan yang akan dialihfungsikan;

b.potensi kehilangan hasil;

c.risiko kerugian investasi; dan

d.dampak ekonomi, lingkungan, sosial dan budaya.

Paragraf 2

Perencanaan Alih Fungsi Lahan

Pasal 34

Perencanaan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana

dimaksud pada Pasal 32 huruf b paling sedikit mencakup :

a.luas dan lokasi lahan yang akan dialihfungsikan;

b.jadwal alih fungsi;

c.luas dan lokasi lahan pengganti; dan

d.pemanfaatan lahan pengganti.

Paragraf 3

Pembebasan Kepemilikan Hak Atas Tanah

Pasal 35

(1) Pembebasan kepemilikan hak atas tanah untuk lahan pertanian pangan

berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 huruf c dilakukan dengan

pemberian ganti rugi dan ganti rugi nilai investasi infrastruktur oleh pihak

yang melakukan alih fungsi.

Page 22: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

(2) Penetapan besaran ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui musyawarah dan mufakat antara pemilik tanah dan pihak

yang melakukan alih fungsi sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Paragraf 4

Ketersediaan Lahan Pengganti

Pasal 36

(1)Ketersediaan pengganti lahan pertanian pangan berkelanjutan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 huruf d wajib dilakukan oleh pihak yang

melakukan alih fungsi dengan syarat harus memenuhi kesesuaian lahan dan

dalam kondisi siap tanam, dengan ketentuan sebagai berikut:

a.untuk pengalihfungsian lahan beririgasi, disediakan lahan pengganti

paling sedikit 3 (tiga) kali luas lahan;

b.untuk pengalihfungsian lahan reklamasi rawa pasang surut dan non

pasang surut, disediakan lahan pengganti paling sedikit 2 (dua) kali luas

lahan; dan

c.untuk pengalihfungsian lahan tidak beririgasi, disediakan lahan

pengganti paling sedikit 1 (satu) kali luas lahan.

(2)Penyediaan lahan pengganti untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dimuat dalam RKPD, RPJMD, dan

RPJPD sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3)Penyediaan pengganti lahan pertanian pangan berkelanjutan dilakukan

paling lambat 2 (dua) tahun setelah alih fungsi dilakukan, dan dapat diperoleh

dari :

a.pembukaan baru lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan;

b.pengalihfungsian lahan dari non pertanian ke pertanian pangan

berkelanjutan, terutama dari tanah terlantar dan tanah bekas kawasan; dan

c.penetapan lahan pertanian sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Pasal 37

Pengganti lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dialihfungsikan harus

memperhatikan :

a.tingkat produktivitas lahan;

b.luasan hamparan lahan; dan

c.kondisi infrastruktur.

Page 23: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

Bagian Kedua

Alih Fungsi Lahan Akibat Bencana Alam

Paragraf 1

Persyaratan

Pasal 38

(1)Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan akibat bencana alam,

dilakukan untuk pembangunan infrastruktur yang tidak dapat ditunda di

daerah bencana alam, dengan syarat:

a.pembebasan kepemilikan hak atas tanah; dan

b.ketersediaan lahan pengganti.

(2)Penetapan kejadian bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ditetapkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Paragraf 2

Pembebasan Kepemilikan Hak Atas Tanah

Pasal 39

(1)Pembebasan kepemilikan hak atas tanah yang dialihfungsikan dari lahan

pertanian pangan berkelanjutan akibat bencana alam sebagaimana dimaksud

pada Pasal 38 huruf a dilakukan dengan pemberian ganti rugi oleh pihak yang

melakukan alih fungsi, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2)Besaran ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

musyawarah dan mufakat antara pemilik tanah dan pihak yang melakukan

alih fungsi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3

Penyediaan Lahan

Pasal 40

(1)Penyediaan pengganti lahan pertanian pangan berkelanjutan akibat

bencana alam sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 huruf b dilakukan

oleh pihak yang melakukan alih fungsi, dengan ketentuan harus memenuhi

kesesuaian lahan dan dalam kondisi siap tanam.

(2)Penyediaan lahan pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan paling lambat 2 (dua) tahun setelah alih fungsi dilakukan.

Page 24: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

Bagian Ketiga

Tata Cara Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Pasal41

(1)Bupati menetapkan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan yang

diusulkan oleh pemohon setelah mendapatkan rekomendasi dari Tim

Verifikasi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

(2)Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

Keputusan Bupati.

(3)Keanggotaan Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling

sedikit terdiri dari:

a.SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang pertanian;

b.SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang perencanaan

pembangunan daerah;

c.SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang pembangunan infrastruktur;

d.SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang tata ruang; dan e. Instansi yang

tugas dan fungsinya di bidang pertanahan.

(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara alih fungsi lahan pertanian

pangan berkelanjutan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

BABXPENGAWASAN

Pasal 42

(1)Pemerintah Daerah melakukan pengawasan perlindungan lahan

pertanian pangan berkelanjutan.

(2)Pengawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) yang meliputi :

a.perencanaan dan penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

b.pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

c.pemanfaatan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

d.pembinaan lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan

e.pengendalian lahan pertanian pangan berkelanjutan.

(3)Bentuk pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), meliputi :

a.laporan;

b.pemantauan; dan

c.evaluasi.

Page 25: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

Pasal 43

(1)Pemerintah Daerah berkewajiban menyampaikan laporan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3) huruf a kepada Pemerintah Provinsi

paling sedikit satu kali dalam satu tahun.

(2)Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kinerja

perencanaan dan penetapan, pengembangan, pembinaan dan pemanfaatan,

serta pengendalian

(3)Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahan

laporan Bupati kepada DPRD.

Pasal 44

(1)Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat

(3) huruf b dan huruf c, dilakukan terhadap kebenaran laporan Pemerintah

Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dengan

pelaksanaan di lapangan.

(2)Apabila hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terbukti terjadi penyimpangan, Bupati berkewajiban mengambil

langkah-langkah penyelesaian.

BABXI

SISTEM INFORMASI

Pasal 45

(1)Pemerintah Daerah menyelenggarakan sistem informasi lahan pertanian

pangan berkelanjutan yang dapat diakses oleh masyarakat.

(2)Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara

terpadu dan terkoordinasi.

(3)Penyelenggaraan sistem informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diakses oleh masyarakat,

paling sedikit melalui:

a.media elektronik;

b.media elektronik intranet pusat informasi lahan pertanian pangan

berkelanjutan daerah; dan

c.media cetak.

(4)Sistem informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan sekurang-

kurangnya memuat data lahan tentang :

a.kawasan pertanian pangan berkelanjutan;

b.lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan

c.lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan.

Page 26: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

(5)Data lahan dalam sistem informasi lahan pertanian pangan

berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-

kurangnya memuat informasi tentang :

a.fisik alamiah;

b.fisik buatan;

c.kondisi sumber daya manusia dan sosial ekonomi;

d.status kepemilikan dan/atau penguasaan;

e.luas dan lokasi lahan; dan

f.jenis komoditas tertentu yang bersifat pangan pokok.

(6)Informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) wajib disampaikan setiap tahtm kepada Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah oleh Bupati.

Pasal 46

(1)Bupati bertanggung jawab untuk melakukan inventarisasi data dasar

lahan pertanian pangan berkelanjutan.

(2)Data dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk:

a.peta dasar;

b.peta tematik; dan/atau

c.keterangan yang diturunkan dari data penginderaan jauh dan

survei lapangan.

(3)Hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

kepada Gubernur.

Pasal 47

Penyebaran informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dilakukan

sampai kecamatan dan desa.

Pasal 48

Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 45 dan Pasal 46 diatur dalam Peraturan Bupati.

BABXII

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI

Pasal 49

Pemerintah Daerah berkewajiban melindungi dan memberdayakan petani,

kelompok petani, koperasi petani dan asosiasi petani.

Page 27: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

Pasal 50

(1)Perlindungan petani, kelompok petani, koperasi petani dan asosiasi

petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 dapat diberikan

jaminan:

a.harga komoditi yang menguntungkan;

b.memperoleh sarana dan prasarana produksi;

c.pemasaran hasil pertanian pokok;

d.pengutamaan hasil pertanian pangan untuk memenuhi kebutuhan

pangan daerah dan mendukung pangan nasional; dan/atau

e.kompensasi akibat gagal panen.

(2)Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, diberikan

terhadap gagal panen yang disebabkan bencana alam, wabah hama, dan puso.

(3)Pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

melalui verifikasi oleh Tim Periindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan.

(4)Besarnya kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan

paling sedikit sebesar biaya produksi yang telah dikeluarkan petani.

(5)Pembiayaan terhadap kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dapat berasal dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah.

(6)Tim Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Tingkat

Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 51

Pemberdayaan petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 meliputi:

a.penguatan kelembagaan petani;

b.penyuluhan dan pelatihan untuk peningkatan kualitas sumber daya

manusia;

c.pemberian fasilitas sumber pembiayaan/permodalan;

d.pemberian bantuan kredit kepemilikan lahan pertanian;

e.pembentukan dan/atau penguatan Lembaga Permodalan Bagi Petani;

f.pemberian fasilitas pendidikan dan kesehatan rumah tangga petani;

g.pemberian fasilitas untuk mengakses ilmu pengetahuan, teknologi, dan

informasi; dan/atau

h. pemberian fasilitasi pemasaran hasil pertanian.

Page 28: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

BABX1II

PEMBIAYAAN

Pasal 52

(1)Pembiayaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan/atau Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah.

(2)Pembiayaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan selain

bersumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh dari

dana tanggung jawab sosial dan lingkungan dari badan usaha serta dana

dari lembaga swadaya masyareikat yang tidak mengikat.

BAB^V

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 53

(1)Masyarakat berperan serta dalam perlindungan kawasan dan lahan

pertanian pangan berkelanjutan.

(2)Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan secara perorangan dan/atau berkelompok.

(3)Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam

tahapan :

a.perencanaan;

b.penetapan;

c.pengembangan;

d.penelitian;

e.pengawasan;

f.pemberdayaan petani; dan

g.pembiayaan.

Pasal 54

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1)

dilakukan melalui:

a.pemberian usulan perencanaan, tanggapan, dan saran perbaikan atas

usulan dalam perencanaan pemerintah daerah;

b.penetapan dilakukan melalui proses kesepakatan dan persetujuan

dengan pemilik lahan dengan penandatanganan perjanjian;

c.pelaksanaan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan dalam

pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

Page 29: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

d.penelitian mengenai usaha tani dalam rangka pengembangan

perlindungan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

e.penyampaian laporan dan pemantauan terhadap perlindungan kawasan

lahan pertanian pangan berkelanjutan Pemerintah Daerah;

f.perlindungan dan pemberdayaan petani; dan

g.pembiayaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Pasal 55

Dalam hal perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, masyarakat

berhak:

a.mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan

yang tidak sesuai dengan rencana lahan pertanian pangan berkelanjutan di

wilayahnya; dan

b.mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan

yang tidak sesuai dengan rencana lahan pertanian pangan berkelanjutan.

BAB XV

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 56

(1)Pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah diberi

wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak

pidana dibidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

(2)Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai

Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh

Pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3)Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a.menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya

tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;

b.melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan ditempat kejadian

perkara;

c.menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal dari

tersangka;

d.melakukan penyitaan benda atau surat yang ada hubungannya

dengan tindak pidana;

e.mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

Page 30: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

d.penelitian mengenai usaha tani dalam rangka pengembangan

perlindungan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

e.penyampaian laporan dan pemantauan terhadap perlindungan kawasan

lahan pertanian pangan berkelanjutan Pemerintah Daerah;

f.perlindungan dan pemberdayaan petani; dan

g.pembiayaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Pasal 55

Dalam hal perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, masyarakat

berhak:

a.mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan

yang tidak sesuai dengan rencana lahan pertanian pangan berkelanjutan di

wilayahnya; dan

b.mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan

yang tidak sesuai dengan rencana lahan pertanian pangan berkelanjutan.

BAB XV

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 56

(1)Pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah diberi

wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak

pidana dibidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

(2)Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai

Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh

Pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3)Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a.menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya

tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;

b.melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan ditempat kejadian

perkara;

c.menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal dari

tersangka;

d.melakukan penyitaan benda atau surat yang ada hubungannya

dengan tindak pidana;

e.mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f.memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi;

Page 31: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari

penyidik Pohi bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa

tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui

penyidik Pohi memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,

tersangka atau keluarganya; dan

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada

Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

BABXVI

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 57

Setiap kegiatan pengalihfungsian lahan pertanian pangan berkelanjutan di luar

ketentuan Pasal 27 ayat (2), dikenakan sanksi administrasi berupa :

a.teguran tertuhs;

b.paksaan pemerintah; atau

c.pencabutan izin.

Pasal 58

Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 57 tidak

membebaskan pelanggar dari tanggungjawab pemulihan dan pidana.

Pasal 59

(1)Pengenaan sanksi administrasi berupa pembekuan atau pencabutan izin

sebagaimana dimaksud pada Pasal 57 huruf c, dilakukan apabila pelanggar

tidak melaksanakan sanksi administrasi berupa paksaan pemerintah.

(2)Paksaan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf b, dapat

berupa:

a.penghentian sementara kegiatan;

b.pemindahan sarana kegiatan;

c.pembongkaran;

d.penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan

pelanggaran;

e.penghentian sementara seluruh kegiatan; atau

f.tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran.

Page 32: BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT · (diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan pasca panen, pengolahan

PITERSON RANGKORATAT, SH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT TAHUN 2016

NOMOR:

Diundangkan di : Saumlakipadatanggal : 2") ^^

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT,

hrKepala BKPDKabag. HukumAsisten KoordinasiSekretaris Daerah

PARAF KOORDINASI .

BAB XVII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 60

(1)Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

Pasal 30 ayat (1) diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau

denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2)Tidak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3)Dalam hal tindak pidana di bidang perlindungan lahan pertanian pangan

berkelanjutan yang mengakibatkan beralihnya fungsi tanah yang sudah

ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan, diancam pidana

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 61

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Bupati ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Maluku Tenggara Barat.

Ditetapkan di : Saumlakipadatanggal :A6 Tep^^v^-fir. 2016

BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT,