penanganan barang jaminan atas pembiayaan...

89
PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (STUDI KASUS KBMT AL-JIBAAL DAN KSPPS UBASYADA) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Tomi Abdul Aziz NIM: 11140460000151 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1440 H

Upload: trandat

Post on 14-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

PENANGANAN BARANG JAMINAN

ATAS PEMBIAYAAN BERMASALAH

PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH

(STUDI KASUS KBMT AL-JIBAAL DAN KSPPS UBASYADA)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Tomi Abdul Aziz

NIM: 11140460000151

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1440 H

Page 2: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

1

PENANGANAN BARANG JAPIINAN

ATAS PEⅣIBIAYAAN BERPIASALAII

PADA LEⅣIBAGA KEUANGAN ⅣIIKRO SYARIAH

(STUDI KASUS KBⅣIT AL―JIBAAL DAN KSPPS UBASYADA)

SKRIPSI

Dittukan unttk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sttana Hulcum(S.H.)

01ch:

Tonli Abdul Aziz

NINII:11140460000151

Di Bawah Bimbingan

Pcmbilnbing

Dr.ⅣIuhammad】旺aksum.,SH.,ⅣIA.,PIDC

NIP:197807152003121007

PROGRAM STUDI ⅡUKUⅣIEKONOMISYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN ⅡUKUⅣI

UNIVERSITAS ISLApI NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018P1/144011

Page 3: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

1

PENGESAⅡ AN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul "Penanganan Barang Jaminan atas Pembiayaan

Bermasalah pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus KBMT Al-

Jibaal dan KSPPS Ubasyadfl)", telah diajukan dalam sidahg munaqasyah

Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Hukum Ekonomi Syariah U.niversitas

IslamNegeri SyarifHidayatullah Jakarta pada, 18 Desember 2018. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Srata

Satu (S-1) pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah.

Jakarta, ′8 Januari 2019

ⅣIcngcsahlcan

Ketua

Sekretaris

Pembimbing

Penguji 1

PANITIA UJIAN ⅣIUNAQASYAH

ANI.Hasan Ali3 M.A.

NIP.197512012005011005

Dr.Abdurraut Lc..M.A.NIP.19731215200501 1002

Dr.PIuhammad Makstlm.S.H..M.A..M.D.C.

NIP.197807152003121007

ANII.Hasan Ali,M.A.

NIP.19751201200501 1005

Ⅳ[ohamad Muiibur Rohman,M.A.NIP.197604082007101001

'akultas Syariah dan Hukum,

hharη ルI.A.

2161996031001

Penguji 2

←…創…ぅ

釧 .…)(… … Y三 .… … …

じ鋼.…⇒

Page 4: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

:

LEPIBERBAR PERNYATAANKEASLIAN KARYA ILMIYAⅡ

Dengan ini saya llnenyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang digunakan untuk memnuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

ruf$ Syarif Hidayatullah Jakarta;

Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (Unq Syarif

Hidayatullah Jakarta;

Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Of$ Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3.

」akarta,4 0ktober 2018

Tomi Abdul Aziz

Page 5: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

iii

ABSTRAK

Tomi Abdul Aziz. 11140460000151. PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS

PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH

(STUDI KASUS KBMT AL-JIBAAL DAN KSPPS UBASYADA). Hukum Ekonomi

Syariah, Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018, 86 halaman

Lembaga Keuangan Mikro Syariah adalah lembaga keuangan yang khusus

didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan

masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan yang semata-mata tidak

mencari keuntungan yang dilandaskan kepada hukum-hukum Syariah dalam skala

mikro. Penyaluran dana kepada masyarakat, lembaga keuangan mikro harus

melaksanakan prinsip kehati-hatian, sehingganya setiap pinjaman yang diberikan

kepada nasabah, lembaga keuangan akan meminta jaminan terhadap pinjaman yang

diterima nasabah. Namun, tidak semua pembiayaan berjalan dengan lancar

sehingga mengharuskan lembaga keuangan untuk memanfaatkan barang jaminan

dalam pelunasan kredit nasabah.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

penelitian yuridis empiris serta menggunakan teknik pengumpulan data lapangan

serta studi pustaka. Studi lapangan dilakukan dengan wawancara di KBMT Al-

Jibaal dan KSPPS Ubasayada terhadap responden yang kompeten dibidangnya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam penanganan barang jaminan

bermasalah, lembaga keuangan mikro syariah menekankan prinsip kekeluargaan

sehingga setiap pembiayaan bermasalah yang dialami dapat diselesaikan dengan

jalan musyawarah. Akibatnya eksekusi di bawah tangan menjadi pilihan lembaga

keuangan dalam penanganan barang jaminan. Penjualan di bawah tangan bisa

terjadi atas permintaan nasabah yang sudah tidak mampu melunasi utangnya.

Praktik penangan barang jaminan yang berlaku di lembaga keuangan mikro syariah

sudah sesuai dengan hukum positif dan Fatwa DSN-MUI.

Kata Kunci: Penanganan Barang Jaminan, Pembiayaan Bermasalah, Lembaga

Keungan Mikro Syariah.

Dosen Pembimbing : Dr. Muhammad Maksum., SH., MA., MDC

Daftar Pustaka : 1993 s.d. 2018

Page 6: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-NYA kepada penulis khususnya dan seluruh

umat manusia pada umumnya. Salawat serta salam penulis curahkan kepada nabi

Muhammad SAW yang telah menunjukkan manusia dari jalan kegelapan ke jalan

terang benderang.

Penulisan skripsi ini berjudul “Penanganan Barang Jaminan atas

Pembiayaan Bermasalah pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus

KBMT Al-Jibaal dan KSPPS Ubasyada)”, ditujukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan tak

ternilai bagi penulis, sehingga dapat mempersembahkan skripsi ini untuk orang-

orang yang penulis sayangi dan semua pihak yang terkait yang telah membantu

dalam penulisan skripsi ini.

Tanpa penulis lupakan bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini adalah atas berkat bimbingan, dukungan dan saran-saran dari berbagai

pihak. Tanpa partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan studi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta terutama dalam menyelesaikan skripsi ini tentu akan

terasa lebih sulit terwujud. Oleh karena itu tidak berlebihan jinak dalam kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih yang terhormat:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, MA, selaku ketua program studi Hukum Ekonomi

Syariah dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA, selaku sekretaris program studi

Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Muhammad Maksum, SH, MA, selaku dosen pembimbing yang tiada

hentinya membimbing serta meluangkan waktu demi terselesainya skripsi ini.

4. Ayah Ibu tercinta Ali Umar dan Toti yang tidak henti-hentinya memberikan doa,

Page 7: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

v

dan dukungan agar terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih untuk kesabaran,

nasihat dan curahan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis.

5. Kakak-kakak dan adik tersayang yang selalu memberi motivasi dan masukan

sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.

6. Sahabat-sahabat yang selalu ada, yang siap berdiskusi kapan saja dalam

penyelesaian masalah yang penulis hadapi selama penelitian

7. Teman-teman seperjuangan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014

Ciputat, 4 Oktober 2018

Penulis

Page 8: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ...................................... 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

E. Literature Review...................................................................................... 5

F. Metode Penelitian ..................................................................................... 8

G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 10

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................... 12

A. Barang Jaminan (Marhun) ...................................................................... 12

B. Pembiayaan Bermasalah ......................................................................... 18

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................... 28

A. Gambaran Umum Lembaga Keuangan Mikro Syariah .......................... 28

B. Gambaran Umum Koperasi BMT Al Jibaal ........................................... 31

C. Gambaran Umum KSPPS Ubasyada ...................................................... 40

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 49

A. Penanganan Barang Jaminan Menurut Undang-Undang yang Berlaku . 49

B. Praktek penanganan atau eksekusi barang jaminan di Lembaga Keuangan

Mikro Syariah ......................................................................................... 56

C. Kesesuaian Penanganan Barang Jaminan atas Pembiayaan Bermasalah di

Lembaga Keuangan Mikro Syariah Menurut Fatwa DSN-MUI dan

Ketentuan yang Berlaku .......................................................................... 66

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 72

A. Kesimpulan ............................................................................................. 72

B. Saran ....................................................................................................... 72

Page 9: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

vii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74

LAMPIRAN .......................................................................................................... 79

Page 10: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga Keuangan Mikro merujuk kepada jasa-jasa lembaga keuangan

yang berskala kecil (biasanya berupa simpanan dan pembiayaan), yang disediakan

untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah, mencakup pedagang kaki lima,

penjual jasa, petani, nelayan, tukang dan produsen kecil. Karena kesulitan

masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendapatkan pinjaman ataupun

pembiayaan di perbankan maka hadirlah lembaga keuangan mikro yang bertujuan

memberikan fasilitas pembiayaan pada masyarakat yang kesulitan mendapatkan

pembiayaan di perbankan. Ini juga merupakan tujuan dari berdirinya Lembaga

Keuangan Mikro, baik yang berprinsip Syariah maupun konvensional.

Lembaga Keuangan Mikro Syariah adalah lembaga keuangan yang khusus

didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan

masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro,

kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa

konsultasi pengembangan usaha yang semata-mata tidak mencari keuntungan yang

dilandaskan kepada hukum-hukum Syariah.

Seiring dengan berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro Syariah di

Indonesia menarik masyarakat untuk menempatkan sebagian dananya di lembaga

tersebut. Tidak sedikit juga masyarakat menikmati fasilitas pembiayaan yang

diberikan Lembaga Keuangan Mikro karena dianggap lebih menjunjung prinsip

kekeluargaan. Hal ini mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang

khusus mengatur tentang lembaga keuangan mikro melalui Undang-undang Nomor

1 tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro.

Undang-undang tersebut telah memberikan kejelasan terkait status

kelembagaan lembaga keuangan mikro Syariah di Indonesia, namun terkait

pengaturan perlindungan nasabah yang menyimpan dana dan pembiayaan belum

terpenuhi. Undang-undang ini memberikan amanat kepada Otoritas Jasa Keuangan

Page 11: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

2

untuk mengawasi lembaga keuangan mikro yang ada di Indonesia, baik

konvensional maupun yang beroperasi dengan prinsip syariah.

Sebagai lembaga intermediary, lembaga keuangan mikro syariah memiliki

kegiatan utama berupa pengimpunan dana dari masyarakat melalui simpanan dalam

bentuk tabungan dengan menggunakan prinsip wadi’ah atau mudaharabah.

Kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat umum dalam

berbagai bentuk, seperti jual beli (murabahah, salam, dan istishna), sewa (ijarah),

dan bagi hasil (musyarakah dan mudharabah).1

Dalam penyaluran dana kepada masyarakat lembaga keuangan mikro harus

melaksanakan prinsip kehati-hatian karena dana yang disalurkan merupakan dana

masyarakat yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali. Untuk itu, dalam setiap

pinjaman yang diberikan kepada nasabah, lembaga keuangan akan meminta

jaminan terhadap pinjaman yang diterima nasabah.

Dalam ajaran Islam pun bentuk pinjam-meminjam diperkenangkan, akan

tetapi hukum Islam mengajarkan agar kepentingan shahibul maal (pemilik dana)

jangan sampai dirugikan peminjam. Oleh karena hal tersebut harus ada jaminan

barang mudharib (nasabah) atas pinjaman yang diberikan oleh sahibul maal.

Sehingga apabila terjadi kemacetan karena nasabah tidak mampu melunasi

pinjaman, barang jaminan terebut dapat dilelang atau dijual sebagai penebus

pinjaman untuk menutupi kekurangan hutang nasabah. Konsep ini dalam ilmu Fiqh

Islam dikenal dengan istilah rahn atau gadai.2

Fatwa DSN MUI Nomor 25/DSN-MUI/III/20023 tentang rahn telah

mengatur ketentuan penjualan barang jaminan nasabah dengan proses jual

paksa/lelang. Di fatwa tersebut disebutkan bahwa dalam melakukan penjualan

paksa/lelang ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh murtahin yaitu:

1Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama

Grafiti, 2003), edisi IV, h.59-61 2 Heri Sudarsono, 2003, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan Ilustrasi,

Yogyakarta: Ekonisia, hal. 156 3Fatwa DSN MUI Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn

Page 12: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

3

murtahin harus mempertimbangkan keadaan rahin apakah rahin benar-benar tidak

sanggup untuk melunasi utangnya atau rahin sengaja tidak menunaikan prestasinya,

kelebihan uang dari penjualan jaminan yang diberikan rahin harus dikembalikan

kepada rahin setelah semua utang, biaya pemeliharaan dan biaya penyimpanan

ditunaikan, dan kekurangan atas utang setelah dilakukan lelang jaminan harus

menjadi tanggung jawab rahin untuk melunasinya.

Bella Dina Putri Sukmasari dalam penelitiannya tentang kesesuaian fatwa

DSN dengan prosedur dan proses lelang di lembaga perbankan. Hasilnya

menunjukan bahwa konsep lelang yang tertuang dalam Fatwa Dewan Syariah

Nasional Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 belum semuanya diterapkan oleh PT.

Bank BRI Syariah Cabang Kota Malang. Hal yang tidak sesuai dengan ketentuan

fatwa mengenai sanksi atas rahin yang tidak dapat melunasi hutangnya dan

kelebihan hasil penjualan marhun yang tidak dikembalikan kepada nasabah, apabila

tidak mengambil kelebihan tersebut dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Berapa hal

yang telah sesuai dengan ketentuan fatwa DSN mengenai pemberitahuan jatuh

tempo yang dilakukan oleh lembaga kepada nasabah dan penggunaan hasil

penjualan marhun.

Indri Kurnia meneliti tentang kesesuaian konsep lelang dengan pandangan

ekonomi islam. hasilnya menunjukkan bahwa barang jaminan yang laku terjual

dengan cara lelang berdasarkan harga pasar mendapat keuntungan maka sisa dari

penjualan marhun tersebut setelah dikurangi biaya administrasi akan dikembalikan

kepada pemilik barang. Namun apabila terdapat kekurangan setelah dilakukan

pelelangan marhun makan nasabah wajib melunasi sisa hutangnya tersebut. Dalam

prosesnya pelelangan yang dilakukan sudah sesuai dengan hukum islam, di mana

penerima gadai memberikan somasi kepada si pemilik barang (rahin) dengan tempo

waktu tujuh hari sebelum barang (marhun) dieksekusi.

Penelitian Lulu Luthfida, M. Roji Iskandar dan N. Eva Fauziah meneliti

tentang ketentuan fatwa DSN tentang Rahn terhadap kelebihan dana hasil penjualan

barang lelang. hasilnya menyatakan bahwa BPRS AL SALAAM jarang melakukan

Page 13: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

4

lelang, dan memilih cara jual langsung barang jaminan nasabah karena lebih efisien.

Ketika terdapat kelebihan jual pada marhun atas nilai uang nasabah BPRS tidak

pernah memberikan kelebihan hasil lelang atau jual tersebut kepada nasabah.

Kelebihan atas murhun secara sepihak dijadikan biaya pengganti administrasi,

biaya pemeliharaan dan biaya penyimpanan selama ketelatan nasabah dalam

membayar utangnya.

Berdasarkan uraian di atas penulis merasa perlu mengkaji lebih dalam

bagaimana penanganan yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro Syariah

terhadap pembiayaan bermasalah, Mengingat prinsip kekeluargaan lebih

dikedepankan oleh lembaga keuangan mikro dalam aktivitasnya sebagai lembaga

keuangan. Dan juga untuk mengetahui bagaimana penanganan kelebihan dan

kekurangan dana hasil penjualan barang jaminan atas pembiayaan yang bermasalah

dengan judul “Penanganan Barang Jaminan atas Pembiayaan Bermasalah pada

Lembaga Keuangan Mikro, Studi Kasus KBMT Al-Jibaal dan KSPPS Ubasyada ”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penelitian ini, penulis mengidentifikasi masalah yang di antaranya

a. Bagaimana penanganan barang jaminan di Lembaga Keuangan Mikro

Syariah di Indonesia?

b. Apakah penanganan barang jaminan atas pembiayaan bermasalah yang

dilakukan oleh lembaga keuangan mikro syariah telah sesuai dan merujuk

pada hukum positif dan Fatwa DSN MUI?

2. Pembatasan Masalah

Dalam hal-hal yang telah dipaparkan oleh peneliti di dalam latar belakang

masalah, maka penulisan ini membatasi pembahasan hanya mengenai

penanganan barang jaminan atas pembiayaan bermasalah di lembaga keuangan

mikro Syariah di KBMT Al-Jibaal dan KSPPS Ubasyada dari tahun 2016-2018.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah

adalah sebagai berikut:

Page 14: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

5

a. Bagaimana ketentuan penanganan barang jaminan atas pembiayaan

bermasalah yang berlaku di Indonesia?

b. Bagaimana proses penanganan barang jaminan atas pembiayaan bermasalah

dan kesesuaiannya dengan Fatwa DSN MUI serta undang-undang yang

berlaku?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin di capai dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah penangan barang jaminan atas pembiayaan

bermasalah yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro syariah serta

kesesuaianya dengan Fatwa DSN MUI dan Hukum yang berlaku di Indonesia.

2. Untuk mengetahui apakah penanganan barang jaminan yang dilakukan oleh

KSPPS Ubasyada dan BMT Al Jibaal sudah secara patut serta sesuai dengan

ketentuan Fatwa DSN MUI dan hukum positif yang berlaku.

3. Untuk mengetahui bagaimana penanganan atas kelebihan dan kekurangan

setelah eksekusi jaminan nasabah dilakukan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, untuk menambah keilmuan dan wawasan dalam eksekusi barang

jaminan.

2. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi guna mempermudah bagi pihak

yang ingin melakukan penelitian maupun penulisan dengan tema terkait.

3. Bagi pembaca, agar pembaca mengerti dan memahami bagaimana praktek

eksekusi yang dilakukan di lembaga keuangan mikro syariah terhadap kelebihan

hasil lelang barang jaminan.

E. Literature Review

Skripsi yang berjudul “Kesesuaian Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan

Rahn Bermasalah Berdasarkan Farwa Dewan Syariah Nasional Nomor 25/DSN-

MUI/III/2002 (Studi di P.T Bank BRI Syariah Cabang Kota Malang)”, karya Bella

Dina Putri Sukmasari Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Brawijaya (2013), hasil

Page 15: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

6

penelitian ini menunjukkan bahwa konsep lelang yang tertuang dalam Fatwa

Dewan Syariah Nasional Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 belum semuanya

diterapkan oleh PT. Bank BRI Syariah Cabang Kota Malang. Hal yang tidak sesuai

dengan ketentuan fatwa mengenai sanksi atas rahin yang tidak dapat melunasi

hutangnya dan kelebihan hasil penjualan marhun akan menjadi milik Bank apabila

dalam waktu 1 tahun, kelebihan tersebut tidak diambil oleh nasabah. Berapa hal

yang telah sesuai dengan ketentuan fatwa DSN mengenai pemberitahuan jatuh

tempo yang dilakukan oleh lembaga kepada nasabah dan penggunaan hasil

penjualan marhun. Berbeda dengan penelitian penulis dimana penelitian penuliakan

berfokus terhadap pada bagaimana lembaga keuangan dalam menangani barang

jaminan saat terjadi masalah.

Selanjutnya jurnal yang berjudul “Penjualan Lelang Barang Jaminan Hak

Tanggungan Menurut Perspektif Hukum Islam” karya Burhanudin Harahap dan

Satya Haprabu dalam Jurnal Repertorium Volume IV Tahun 2017. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa akad atau perjanjian menjadi penentu apakah

lelang yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah sesuai dengan hukum Islam.

Pengikatan jaminan berdasarkan aturan konvensional Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan harus disesuaikan dengan ketentuan Al-

Quran, Hadis dan Ijma dalam akadnya agar konsep lelang barang jaminan yang

dihasilkan terhindar dari praktek riba, gharar dan lainya. Tidak hanya berfokus pada

kosepa pada penelitian yang penulis lakaukan akan berfokus bagaimana

penanganan itu dilakukan.

Dan tesis yang berjudul “Pelelangan Benda Jaminan Hak Tanggungan

Pada Pembiayaan Syariah Dalam Perspektif Hukum Jual Beli Menurut Hukum

Islam” karya Satya Haprabu Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Tahun

2016. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris yang menitik

beratkan pada penelitian lapangan. Hasil penelitiannya menujukan bahwa proses

lelang yang dilakukan di KPKNL terhadap jaminan hak tanggungan secara legal

formal tidak menyalahi aturan dan dalam perspektif islam dapat dibenarkan selama

sesuai dengan syariat islam yang mengatur mengenai jual beli, sahnya jual beli dan

Page 16: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

7

barang yang dijual atau dilelang dan konsep penawaran yang sah dan sesuai. Dan

jaminan yang ada dalam pembiayaan syariah belum sesuai dengan syariah, terdapat

akad-akad di dalam penjaminan yang masih mengacu ke konvensional khususnya

pada konsep hutang piutang yang ada pada perbankan konvensional, karena hal

tersebut dapat menimbulkan rusaknya akad yang berpengaruh pada perbuatan

hukum selanjutnya. Berbeda dengan penelitian penulis yang tidak hanya membahas

apakah penangan jaminan itu sesuai hukum namun juga bagaimana penenganan

terhadap barang jaminan yang bermasalah.

Dan selanjutnya skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pelelangan Barang

Jaminan Sebagai Obyek Rahn Berdasarkan Hukum Islam dan Perundang-

Undangan Pada Pegadaian Syariah Cabang Cinere” karya Miftahul Huda

Mahasiswa Muamalat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pada

tahun 2015, untuk mengetahui pelaksanaan pelelangan jaminan jika terjadi

wanprestasi terhadap nasabah. Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa lembaga

pergadaian dalam melaksanakan pelelangan telah sesuai dengan aturan-aturan yang

berlaku baik dengan hukum islam maupun perundang-undangan yang mengatur.

Dimana dalam pelaksanaannya panitia lelang memberikan penjelasan kepada calon

pembeli untuk memilih sendiri barang yang diminati dengan memberikan

penjelasan yang rinci tentang kondisi barang dengan memperlihatkan barang yang

dilelang serta memberikan kemudahan dalam penyerahan obyek lelang. Penelitiann

ini memliki kesamaan dengan penulis dalam hal penanganan jaminan pembiayaan

bermasalah namun pada penelitian penulis lebih terfokus bagaimana penanganan

barang jaminan serta kecendrungan dalam penangannya.

Jurnal yang berjudul “Analisis Penerapan Fatwa DSN MUI Nomor

25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn pada Kelebihan Hasil Jual Lelang Barang

Jaminan di BPRS AL SALAAM (Mohammad Toha Bandung” Penelitian karya Lulu

Luthfida, M. Roji Iskandar dan N. Eva Fauziah yang diterbitkan oleh Prosiding

Keuangan dan Perbankan Syariah Volume 2, Tahun 2016. Menyatakan bahwa

BPRS AL SALAAM jarang melakukan lelang, dan memilih cara jual langsung

barang jaminan nasabah karena lebih efisien. Ketika terdapat kelebihan jual pada

Page 17: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

8

marhun atas nilai uang nasabah BPRS tidak pernah memberikan kelebihan hasil

lelang atau jual tersebut kepada nasabah. Kelebihan atas murhun secara sepihak

dijadikan biaya pengganti administrasi, biaya pemeliharaan dan biaya penyimpanan

selama ketelatan nasabah dalam membayar utangnya. Berbeda dengan penulis yang

lebih terfokus pada penangan jaminan berdasarkan akad atau kontrak yang

digunakan saat terjadinya akad.

Serta skripsi yang berjudul “Pandangan Ekonomi Islam Terhadap

Pelaksanaan Lelang Benda Jaminan Pada Pegadaiaan Syariah Cabang

H.R.Soebrantas Pekanbaru” Penelitian karya Indri Kurnia Mahasiswa Ekonomi

Islam Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Tahun 2011. Menunjukkan

bahwa barang jaminan yang laku terjual dengan cara lelang berdasarkan harga pasar

mendapat keuntungan maka sisa dari penjualan marhun tersebut setelah dikurangi

biaya administrasi akan dikembalikan kepada pemilik barang. Namun apabila

terdapat kekurangan setelah dilakukan pelelangan marhun makan nasabah wajib

melunasi sisa hutangnya tersebut. Dalam prosesnya pelelangan yang dilakukan

sudah sesuai dengan hukum islam di mana penerima gadai memberikan somasi

kepada kepada si pemilik barang (rahin) dengan tempo waktu tujuh hari sebelum

barang (marhun) dieksekusi. Tidak hanya pada penanganan pada penilitian ini

penulis akan memperdalam kecendrungan lembaga keuangan dalam penangana

barang jaminan berdasarkan akad saat terjadi perikatan,

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang kesesuaian pelaksanaan

lelang jaminan berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 25/DSN-

MUI/III/2002 terhadap kelebihan nominal atas jual marhun terhadap pembiayaan

bemasalah. Penelitian ini melanjutka penelitian sebelumnya ( Lulu Luthfida, M.

Roji Iskandar dan N. Eva Fauziah , 2016) dengan mengambil obyek dan metode

penelitian yang berbeda.

F. Metode Penelitian

Metode merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data-data yang

diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya sesuatu yang

Page 18: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

9

dicari dalam penelitian ini adalah “pengetahuan” atau lebih tepatnya pengetahuan

yang benar, di mana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat dipakai untuk

menjawab pertanyaan dan ketidaktahuan tertentu.4

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah analisis

deskriptif kualitatif dengan pendekatan penelitian yuridis empiris. Pendektan

yuridis (hukum dilihat sebagai norma atau das sollen), karena dalam membahas

permasalahan penelitian ini menggunakan bahan-bahan hukum primer dan

sekunder.

Jadi pendekatan yuridis empiris dalam penelitian ini maksudnya adalah

bahwa dalam menganalisa permasalahan yang ada dilakukan dengan cara

memadukan bahan-bahan hukum (yang merupakan data sekunder dengan data

primer yang diperoleh langsung di lapangan yaitu tentang penanganan jaminan

atas pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh KSPPS Ubasyada dan BMT

Al Jibaal.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode observasi

lapangan dan penelitian kepustakaan (library research). Observasi lapangan

dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan responden yang dianggap

respresentatif dan berkompeten terkait tema pembahasan, sedangkan studi

pustaka yang digunakan sebagai pendukung dalam menganalisa suatu

permasalahan,5

berasal dari buku, jurnal, undang-undang serta peraturan-

peraturan, karya-karya tulis dan bahan- bahan hukum lain yang didapat dari

mengakses internet yang digunakan untuk memperjelas, memberikan petunjuk

maupun penjelasan konsep-konsep dan teori hukum secara mendalam.

3. Sumber Data

Untuk menunjang penelitian ini maka diperlukan sumber data yang

4 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada,

1997), h. 27-28.

5 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

2004), h. 192.

Page 19: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

10

berkaitan dengan tema penelitian yang akan dilakukan. Sumber data dalam

penelitian ini ada 2 (dua) yaitu: sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya

melalui wawancara dengan responden yang bersangkutan yang dianggap

representatif atau yang berkompeten dalam memberikan informasi yang

berkaitan dengan permasalahan penelitian. Sedangkan Sumber data sekunder

adalah data-data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan. Data sekunder

diperoleh dari literatur, kliping koran, internet dan studi dokumentasi berkas-

berkas yang berkaitan.

4. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kontor Pusat KBMT Al-Jibaal, Jl. Gunung

Raya Cireundeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan dan KSPPS Ubasyada, Jl.

Dewi Sartika Gg. Nangka No. 2, Ciputat, Tangrang Selatan. Pemilihan dua

lembaga ini dilakukan karena dua lembaga ini merupakan Lembaga Keuangan

Mikro Syariah yang terletak di kawasan Ciputat dengan aset lembaga yang masih

tergolong kecil namun memiliki potensi yang besar untuk menjadi Lembaga

Keungan Mikro Syariah.

5. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan menggambarkan keadaan dari objek

yang diteliti di lapangan kemudian terhadap permasalahan yang timbul akan

ditinjau dan kemudian dianalisis secara mendalam dengan didasarkan pada teori-

teori kepustakaan dan peraturan perundang-undangan sampai diperoleh suatu

kesimpulan akhir.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dimaksud untuk memberikan gambaran tentang isi

skripsi secara garis besar. Dalam sistematika pembahasan skripsi ini terbagi dalam

lima bab masing-masing terbagi ke dalam sup-sub bahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Page 20: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

11

Pada bab ini, Akan dibahas latar belakang mengapa penelitian ini perlu

dilakukan, mengenai bagaimana penanganan barang jaminan di

lembaga keuangan mikro syariah ditinjau dengan fatwa dewan syariah

nasional. Termasuk juga identifikasi, pembatasan masalah, dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian baik bagi penulis

maupun pembaca. Serta metode dan teknik pengolahan data dalam

penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab ini, akan dibahas teori-teori mengenai macam-macam cara

yang dapat dilakukan dalam penanganan barang jaminan, rahn dan

pelaksanaan lelang berdasarkan hukum positif dan berdasarkan fatwa

DSN MUI yang berlaku di Indonesia

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Gambaran Umum Tentang KSPPS Ubasyada dan BMT Al Jibaal Pada

bab ini membahasa mengenai sejarah berdirinya KSPPS Ubasyada dan

BMT AL Jibaal, Perkembangan, produk-produk yang digunakan serta

kendala-kendala yang dialami selama proses perkembangannya.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai bagaimana penanganan barang

jaminan atas pembiayaan bermasalah pada KBMT Al-Jibaal dan

KSPPS Ubayada serta bagaimana penanganan atas kelebihan dan

kekurangan dana setelah dilakukan eksekusi barang jaminan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang kesimpulan dan hasil

penelitian, termasuk juga kendala-kendala yang terjadi selama

penelitian berlangsung, serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya

yang akan membahas terkait.

Page 21: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Barang Jaminan (Marhun)

1. Pengertian Barang Jaminan (Marhun)

Jaminan menurut syara’ adalah menjadikan benda yang memiliki nilai harta

dalam pandangan syara’ sebagai jaminan untuk utang, dengan ketentuan

dimungkinkan untuk mengambil semua utang, atau mengambil sebagian dari

benda (jaminan) tersebut.6

Dalam hukum Islam jaminan dibagi menjadi dua; jaminan berupa orang

(personal guaranty) dan jaminan berupa harta benda. Jaminan berupa orang

sering dikenal dengan istilah aman atau kafalah. Sedangkan jaminan berupa

harta benda sering dikenal dengan marhun.

Marhun adalah harta yang ditahan oleh pihak murtahin untuk mendapatkan

pemenuhan atau pembayaran haknya yang menjadi marhun bih. Jika marhun

sama nilainya dengan hak yang menjadi marhun bih, maka diambilkan dari

mrrhun. Jika tidak sama jenisnya maka marhun dijual terlebih dahulu lalu hak

yang menjadi marhun bih dibayar dengan diambilkan dari dana hasil penjualan

itu.

Dalam Fatawa Dewan Syariah Nasional Nomor 68/DSN-MUI/III/2008

tentang Rahn Tasjily dijelaskan bahwa jaminan barang yang diberikan atas

pembiayaan dengan kesepakatan bahwa yang diserahkan kepada penerima

jaminan (murtahin) hanya bukti sah kepemilikan saja, sedangkan fisik barang

jaminan tersebut (marhun) tetap berada dalam penguasaan dan pemanfaatan

pemberi jaminan (rahin).

Keberadaan jaminan juga diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10

tahun 1992 tentang Perbankan bahwa dalam memberikan kredit, Bank Umum

6 Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, dik, jilid 6, (Jakarta:

Gema Insani, 2011), h.187

Page 22: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

13

wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk

melunasi utangnya sesuai perjanjian.7

Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

digunakan istilah agunan untuk pemakaian istilah jaminan bahwa agunan adalah

jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun benda yang tidak

bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan kepada Bank, dalam rangka

pemberian fasilitas kredit pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.8

Jaminan dam hukum positif mempunyai kedudukan sebagai pemberi

kepastian hukum kepada kreditur atas pengembalian modal/pinjaman/kredit

pembiayaan yang ia berikan kepada debitur, dalam arti bahwa barang jaminan

setiap waktu tersedia untuk dieksekusi bila perlu dapat diuangkan untuk

melunasi utang debitur. Nilai barang jaminan harus lebih tinggi dari jumlah

modal/pinjaman/kredit, dengan harapan ketika terjadi wanprestasi atau kredit

macet maka jaminan itu dapat menutup (mengcover) pinjaman yang kreditur

berikan.9

Kegunaan jaminan dalam pembiayaan adalah sebagai berikut:

a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan

dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut, apabila nasabah

melakukan cidera janji yaitu tidak membayar kembali utangnya pada waktu

yang telah diperjanjikan sebelumnya;

b. Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk membiayai

usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya

dengan merugikan diri sendiri atau perusahaan dapat dicegah;

c. Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit.

Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan persyaratan yang

7 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan DI Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 1993) h. 233 8 Dwi Nurul Musjtari, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah,

(Yogyakarta: Nuha Medika, 2012). h. 93 9 Thomas Suyanto, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995).

h. 89

Page 23: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

14

telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan

kepada bank.10

2. Landasan Hukum Barang Jaminan

a. Al-Qur’an

Surat Al-Baqarah ayat 283:

م ك ض ع ن ب م ن أ إ ف ة بوض ق ان م ه ر ا ف ب ات دوا ك ج م ت ل ر و ف ى س ل م ع ت ن ن ك إ و

ة اد ه وا الش م ت ك ل ت ه و ب ر ق الل ت ي ل ه و ت ان م ن أ م ت ي اؤ ذ د ال ؤ ي ل ا ف ض ع ب

م ه آث ن إ ا ف ه م ت ك ن ي م يم و ل لون ع م ع ا ت م ب الل ه و ب ل ق

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang

kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang

tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian

kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu

menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian.

Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah

orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan”.

b. Hadis

عليه وسلم اشترى من يهودي طعاما إلى أجل ورهنه درعا أن النبي صلى الل

من حديد

“Sesungguhnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli bahan

makanan dari seorang yahudi dengan cara berutang, dan beliau

menggadaikan baju besinya.” (Hr. Muslim No. 1603 Al-Bukhari No.

2509 dan An-Nawawi 11/215-217)11.

10 Thomas Suryatno, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

1995), h. 89 11 Abdul Qawi Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, (Solo: Insan Kamil, 2012) h.474

Page 24: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

15

3. Syarat Barang Jaminan

Barang jaminan menurut ulama Hanafiyah harus disyaratkan berupa harta

yang memiliki nilai, diketahui dengan jelas dan pasti, bisa untuk diserahkan,

dipegang, dikuasai, tidak tercampur dengan sesuatu yang tidak termasuk barang

jaminan (marhun), terpisah dan teridentifikasi, baik itu berupa harta bergerak,

harta mistli atau qiimi. Penjelasan syarat-syarat ini adalah sebagai berikut:12

a. Marhun harus bisa dijual

Yaitu marhun harus ada ketika akad dan bisa diserahkan. Berdasarkan hal ini,

maka tidak sah menggadaikan sesuatu yang tidak ada ketika akad, tidak sah

menggadaikan sesuatu yang mungkin ada dan mungkin tidak ada.

b. Maarhun harus berupa harta

Oleh karena itu, tidak usaha menggadaikan sesuatu yang tidak berupa harta,

seperti bangkai, hasil buruan, tanah haram dan hasil buruan seorang yang

sedang dalam keadaan ihram;

c. Menggadaikan kemanfaatan

Menurut fukaha, tidak sah menggadaikan kemanfaatan, seperti seseorang

menggadaikan kemanfaatan menempati rumah selama sebulan atau lebih.

Menurut Hanafiyah, kemanfaatan bukan termasuk harta. Sedangkan menurut

ulama lain kemanfaatan tidak bisa diserahkan, karena pada waktu akad

kemanfaatan tersebut tidak ada, jika ada maka akan langsung hilang berlalu

dan diganti dengan kemanfaatan yang lainnya;

d. Marhun harus memiliki nilai

Maksudnya boleh digunakan dan dimanfaatkan menurut agama, sekiranya

utang yang ada bisa terbayar dari marhun tersebut;

e. Harus diketahui dengan jelas

Sebagaimana halnya dengan barang yang mau dijual marhun juga disyaratkan

harus diketahui dengan jelas;

12 Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, dik, jilid 6,

(Jakarta: Gema Insani, 2011). h.133

Page 25: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

16

f. Marhun merupakan berstatus milik Rahin

Ulama Syafi;iya dan Ulama Hanabilah berpendapat bahwa tidak sah

menggadaikan harta orang lain tanpa seizin pemiliknya. Karena menjual harta

orang lain tanpa seizin pemiliknya adalah tidak sah. Di samping itu juga harta

tersebut tidak bisa diserahkan dan tidak bisa dijula untuk membayar

tanggungan utang pihak rahin kepada murtahin. Maka oleh karenanya tidak

sah menggadaikannya.13

4. Barang jaminan menurut fatwa DSN MUI

Rahn Tasjily adalah jaminan dalam bentuk barang atas utang, tetapi barang

jaminan tersebut (marhun) tetap berada dalam penguasaan rahin dan bukti

kepemilikannya diserahkan kepada murtahin.14 Penerima jamianan hanya

memegang bukti kepemilikan barang yang di jaminkan, sementara barang

jamian tersebut masih dikuasai oleh pemilik barang atau yang menjaminkan.

Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang

dalam bentuk Rahn Tasjily di bolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Rahin menyatakan bukti kepemilikan barang kepada murtahin;

b. Penyimpanan barang jaminan dalam bentuk bukti sah kepemilikan atau

sertifikat tersebut tidak memindahkan kepemilikan barang ke murtahin. Dan

apabila terjadi wanprestasi atau tidak dapat melunasi utangnya, murhun dapat

dijual paksa/dieksekusi langsung baik melalui lelang atau dijual ke pihak lain

sesuai prinsip Syariah;

c. Rahin memberikan wewenang kepada murtahin untuk mengeksekusi barang

tersebut apabila terjadi wanprestasi atau tidak melunasi utangnya;

d. Pemanfaatan barang marhun oleh rahin harus dalam batas kewajaran sesuai

kesepakatan;

e. Murtahin dapat mengenai biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang

marhun (berupa bukti sah penyimpanan barang marhun berupa bukti sah

kepemilikan atau sertifikat) yang ditanggung oleh rahin;

13 Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, dik, jilid 6,

(Jakarta: Gema Insani, 2011). h.133-138 14 Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 68/DSN-MUI/III Tahun 2008 tentang

Rahan Tasjily

Page 26: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

17

f. Besaran biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang marhun tidak boleh

dikaitkan dengan jumlah pinjaman yang diberikan;

g. Besaran biaya sebagaimana dimaksud huruf e tersebut didasarkan pada

pengeluaran yang riil dan beban lainnya berdasarkan akad Ijarah;

h. Biaya asuransi pembiayaan Rahn Tasjily ditanggung oleh Rahin.

5. Prosedur Penyitaan Barang Jaminan (Marhun)

Penyitaan barang jaminan terjadi apabila debitur tidak memenuhi

kewajibannya seperti yang dijanjikan, maka dinyatakan lalai atau wanprestasi.15

Fatwa DSN-MUI Nomor 68/DSN_MUI/III 2008 telah mengatur mengenai

marhun yang menyatakan bahwa:

“Penyimpanan barang jaminan dalam bentuk bukti yang sah kepemilikan

atau sertifikat tersebut tidak memindahkan kepemilikan barang ke murtahin.

Apabila terjadi wanprestasi atau tidak dapat melunasi utangnya, marhun

dapat dijual paksa atau dieksekusi langsung baik melalui lelang atau dijual

ke pihak lain sesuai prinsip Syariah”.16

Dalam penyelesaian kredit bermasalah juga perlu dilakukan pendekatan

oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Pendekatan dan penetapan strategi

dalam penanganan kredit bermasalah yaitu sebagai berikut:

a. Pendekatan secara tertulis, dengan cara

1) Pemberian surat tagihan;

2) Pemberian surat peringatan I, II dan III.

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) juga telah

diatur mengenai surat peringatan atau dengan sebuah akta sejenis, terdapat

dalam pasal 37 yang menyatakan pihak dalam akad melakukan ingkar

janji, apabila dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu

telah dinyatakan ingkar janji atau demi perjanjiannya sendiri menetapkan,

bahwa pihak dalam akad harus dianggap ingkar janji dengan lewatnya

waktu yang ditentukan.

15 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT.Intermata, 1963), h. 43. 16 Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 68/DSN-MUI/III Tahun 2008 tentang

Rahan Tasjily

Page 27: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

18

b. Pendekatan secara lisan

1) Pihak lembaga keuangan dalam melaksanakan pendekatan ini dengan cara

berkunjung ke tempat usaha debitur untuk segera melunasi kewajibannya

sebelum diberikan surat perinagatan;

2) Apabila sesudah diberi Surat Peringatan III, tetapi debitur belum melunai

kewajibannya maka pihak lembaga keuangan melakukan kunjungan untuk

menilai usaha debitur;

3) Pihak lembaga keuangan melakukan pembinaan kepada debitur yang

mempunyai kategori prospek baik dan itikad baik, prospek tidak baik,

itikad tidak baik dan prospek tidak baik dan itikad baik supaya menjadi

kooperatif dan mau segera melunasi kewajibannya.

Apabila sudah dilakukan pendekatan baik secara lisan maupun tulisan

nasabah tidak melaksankan prestasinya, maka lembaga keuangan mikro syariah

akan melakukan pengambilalihan barang jaminan yang kemudian dijual atau

dilelang secara umum untuk pelunasan sisa utang debitur. Dalam KHES Pasal

129 dinyatakan Akad murabahah dapat diselesaikan dengan cara menjual obyek

akad kepada Lembaga Keuangan Syariah dengan harga pasar, atau nasabah

melunasi sisa utangnya kepada Lembaga Keuangan Syariah dari hasil penjualan

obyek akad.

Berdasarkan Fatwa DSN MUI dan KHES penyitaan barang jaminan boleh

dilakukan apabila nasabah melakukan wanprestasi atau tidak dapat melunasi

hutangnya. Saat dilakukan penyitaan terhadap barang jaminan harus sesuai

prosedur, dengan melampirkan adanya surat perintah atau akta sejenis karena

dengan surat perintah tersebut nasabah dapat dikatakan ingkar janji/wanprestasi

sehingga bisa dikenakan sanksi atas perbuatannya tersebut.

B. Pembiayaan Bermasalah

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Sebagai lembaga intermediary yang menyalurkan dana ke masyarakat

dalam bentuk pembiayaan dengan prinsip Syariah, lembaga keuangan Syariah

Page 28: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

19

menanggung resiko pembiayaan. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 37 ayat (1)

Undang-Undang Perbankan Syariah yang menyatakan bahwa penyaluran dana

berdasarkan prinsip Syariah oleh Bank Syariah dan UUS mengandung resiko

kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya sehingga berpengaruh terhadap

kesehatan Bank Syariah dan UUS.17

Pembiyaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan oleh

lembaga pembiayaan seperti bank syariah dan lembaga keuangan mikro syariah

yang dalam pelaksanaan pembayaran pembiayaan oleh nasabah itu terjadi hal-

hal seperti pembiayaan tidak lancar, pembiayaan yang debiturnya tidak

memenuhi persyaratan yang dijanjikan, serta pembiayaan tersebut tidak

menepati jadwal angsuran. Sehingga hal-hal tersebut memberikan dampak

negatif bagi kedua belah pihak.18 Suatu pembiayaan dapat dapat digolongkan

menjadi:19

a. Lancar

Apabila pembayaran angsuran dan margin tepat waktu, tak ada

tunggakan, sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyampaikan laporan

keuangan secara teratur dan akurat, secara dokumentasi perjanjian piutang

lengkap dan pengikatan agunan kuat.

b. Dalam Perhatian Khusus

Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

margin sampai dengan 90 hari. Akan tetapi selalu menyampaikan laporan

keuangan secara teratur dan akurat, dokumentasi piutang lengkap dan

pengikatan agunan kuat, Sea pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian

piutang yang tidak prinsipiil.

c. Kurang Lancar

Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

margin yang telah melewati 90 hari sampai 180 hari, penyampaian laporan

17 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2012), h.

89. 18 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010), h. 120. 19 Trisadini, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h. 105.

Page 29: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

20

keuangan tidak secara teratur dan meragukan,dokumentasi perjanjian piutang

kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat. Terjadi pelanggaran terhadap

persyaratan pokok perjanjian piutang, dan berupaya melakukan perpanjangan

piutang untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.

d. Diragukan

Apabila terjadi tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin

yang telah melewati 180 hari sampai dengan 270 hari. Nasabah tidak

menyampaikan informasi keuangan atau tidak dapat dipercaya, dokumentasi

perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah serta terjadi

pelanggaran yang prinsipiil terhadap persyaratan pokok perjanjian.

e. Macet

Apabila terjadi tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin

yang telah melewati 270 hari, dan dokumentasi perjanjian dan pengikatan

agunan tidak ada.

Dalam berbagai peraturan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia tidak

ditemui defensi atau pengertian “pembiayaan bermasalah” yang diterjemahkan

sebagai Non Perfoming Finacing (NPF) atau Amwal Mustamirah Ghairu

Najihah.20 Istilah “pembiayaan bermasalah” dalam perbankan Syariah adalah

padanan isilah “kredit bermasalah” di perbankan konvensional. Istilah kredit

bermasalah telah lazim digunakan oleh dunia perbankan Indonesia sebagai

terjemahan problem lokan atau Non Perfoming Loan (NPL) yang merupakan

istilah yang juga lazim dalam perbankan internasional.21 Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang

kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar (golongan III), diragukan

(golongan IV), dan macet (golongan V). Pembiayaan bermasalah tersebut dari

segi produktivitasnya yaitu dalam kaitannya dengan kemampuan menghasilkan

20 Bank Indonesia Direktorat Perbankan Syariah, Kamus Istilah Keungan dan Perbankan

Syariah, h. 4. 21 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2012), h.

89

Page 30: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

21

pendapatan bagi bank, sudah berkurang atau menurun bahkan sudah tidak ada

lagi.22

Setiap pembiayaan yang diberikan oleh bank dan atau lembaga keuangan

wajib dikembalikan oleh penerima fasilitas setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan, ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.23 Karena fasilitas pembiayaan

yang diberikan oleh bank syariah merupakan aktiva produktif lembaga untuk

memperoleh penghasilan. Artinya apabila fasilitas pembiayaan yang diberikan

oleh lembaga keuangan kualitasnya lancar, maka lembaga keuangan akan

mendapat kembali dana yang di salurkan bersama keuntungan dari bagi hasil dan

ujrah yang telah disepakati. Sehingga dana yang diterima dapat disalurkan lagi

oleh lembaga keuangan kepada masyarakat lain yang membutuhkan dana dalam

bentuk pembiayaan dan seterusnya bank kembali mendapat imbalan dan

pembiayaan yang diberikan. Karenanya kualitas pembiayaan yang lancar

merupakan sumber dana bagi lembaga keuangan dalam menghasilkan

pendapatan dan untuk ekspansi usaha bagi masyarakat.24

2. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Dalam penyaluran kredit, tidak selamanya kredit yang diberikan lembaga

keuangan kepada debitur berjalan sesuai dengan yang diharapkan dalam

perjanjian kredit.25 Gagalnya pengembalian sebagian kredit yang diberikan dan

menjadi kredit bermasalah sehingga mempengaruhi pendapatan bank.26 Kondisi

lingkungan eksternal dan internal (dari sisi nasabah dan lembaga keuangan)

22 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2012), h.

90 23 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 butir 25.

Pembiayaan yang dimaksud dalam butir tersebut adalah: 1) transaksi bagi hasil dalam bentuk

murabahah dan musyarakat; 2) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik; 3) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam,

dan istisna’; 4) transaksi pinjam memnjam dalam bentuk piutang qardh; dan 5) transaksi sewa-

menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multikarsa. 24 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2012), h.

92 25 Ikatan Bankir Indonesia, Bisnis Kredit Perbankan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,

2015), h. 92 26 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum, (Bandung:

ALFABETA, 2011), h. 34-35

Page 31: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

22

dapat mempengaruhi kelancaran kewajiban debitur kepada bank, sehingga kredit

yang telah disalurkan kepada debitur berpotensi menyebabkan kegagalan.

Kondisi lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi kegagalan dalam

pemberian kredit antara lain:27

a. Perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan atau peraturan yang

mempengaruhi segmen atau bidang usaha debitur.

b. Tingkat persaingan yang tinggi, perubahan teknologi dan perubahan

preferensi pelanggan sehingga mengganggu prospek usaha debitur atau

menyebabkan usah debitur sulit untuk tumbuh sesuai dengan target bisnisnya.

c. Faktor risiko geografis terkait dengan bencana alam yang mempengaruhi

usaha debitur.

Menurut Sultan Remy Sjahdeini, kredit bermasalah disebabkan karena

nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank karena faktor internal

nasabah, faktor internal bank dan atau karena faktor eksternal nasabah dan bank.

Faktor-faktor tersebut adalah:28

a. Faktor Internal Bank

1) Kemampuan dan naluri bisnis analis kredit belum memadai;

2) Analis kredit tidak memiliki integritas yang baik;

3) Para anggota komite kredit tidak mandiri;

4) Pemutus kredit terhadap tekanan yang datang dari pihak eksternal;

5) Pengawasan bank setelah kredit diberikan tidak memadai;

6) Pemberian kredit yang kurang cukup atau berlebihan jumlahnya

dibandingkan dengan kebutuhan yang sesungguhnya;

7) Bank tidak memiliki sistem dan prosedur pemberian dan pengawasan

kredit yang baik;

8) Bank tidak mempunyai perencanaan kredit yang baik;

27 Ikatan Bankir Indonesia, Bisnis Kredit Perbankan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,

2015), h. 92-93 28 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum, (Bandung:

ALFABETA, 2011), h. 35-36

Page 32: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

23

9) Pejabat bank, baik yang melakukan analis kredit maupun yang terlibat

dalam pemutusan kredit, mempunyai kepentingan pribadi terhadap usaha

atau proyek yang diminta kredit oleh calon nasabah;

10) Bank tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai watak calon

debitur.

b. Faktor Internal Nasabah

1) Penyalahgunaan kredit oleh nasabah yang tidak sesuai dengan tujuan

perolehannya;

2) Perpecahan di antara para pemilik atau pemegang saham;

3) Key person dari perusahaan sakit atau meninggal dunia yang tidak dapat

digantikan oleh orang lain segera;

4) Tenaga ahli yang menjadi tumpuan proyek atau perusahaan meninggalkan

perusahaan;

5) Perusahaan tidak efisien, yang terlihat dari overhead coast yang tinggi

sebagai akibat pemborosan.

c. Faktor Eksternal Bank dan Nasabah

1) Laporan yang dibuat oleh akuntan publik yang menjadi dasar bank untuk

mempertimbangkan pemberian kredit, tidak benar;

2) Feasibility Study dibuat konsultan, yang menjadi dasar bank untuk

mempertimbangkan pemberian kredit dibuat tidak benar;

3) Kondisi ekonomi atau bisnis yang menjadi asumsi pada waktu kredit

diberikan berubah;

4) Terjadi perubahan atas peraturan perundang-undangan yang berlaku

menyangkut proyek atau sektor ekonomi nasabah;

5) Terjadi perubahan politik dalam negeri;

6) Terjadi perubahan politik di negara tujuan ekspor dari nasabah;

7) Perubahan teknologi dari proyek yang dibiayai dan nasabah tidak

menyadari terjadinya perubahan tersebut atau nasabah tidak segera

melakukan penyesuaian;

8) Munculnya produk pengganti yang dihasilkan oleh perusahaan lain yang

lebih baik dan murah;

Page 33: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

24

9) Terjadinya musibah terhadap proyek nasabah karena keadaan kahar

(Force majeure);

10) Kurang Kooperatifnya perusahaan asuransi, yang tidak cepat memenuhi

tuntutan ganti rugi nasabah yang mengalami musibah.

Apabila bank tidak memperhatikan asas-asas pembiayaan yang sehat

dalam menyalurkan pembiayaan, maka akan timbul berbagai risiko yang harus

ditanggung antara lain berupa:

a. Utang atau kewajiban pokok pembiayaan tidak dibayar;

b. Margin atau bagi hasil tidak dibayar;

c. Membengkaknya biaya yang dikeluarkan;

d. Turunnya kesehatan pembiayaan.

Risiko-risiko tersebut dapat mengakibatkan timbulnya pembiayaan

bermasalah yang datang disebabkan faktor internal bank.29

3. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Sebelum melakukan penyelesaian pembiayaan bermasalah terlebih dahulu

dilakukan pembinaan kredit bermasalah,30 penyelamatan pembiayaan

bermasalah barulah penyelesaian pembiayaan bermasalah. Pembinaan kredit

bermasalah merupakan langkah awal yang dilakukan terhadap nasabah Aung

bermasalah sehingga dapat menjaga dan mengamankan kepentingan bank atas

fasilitas kredit yang disalurkan, serta dapat memperoleh hasil yang optimal

sebagaimana yang diharapkan sesuai dengan tujuan awal pemberian kredit.

Langkah yang dapat dilakukan dalam tahapan pembinaan kredit bermasalah

antara lain melalui:

a. Melakukan pendampingan kepada debitur bermasalah. Pendampingan ini

bertujuan untuk mengetahui apakah permasalahan kredit yang terjadi murni

karena aktivitas usaha atau karena kecurangan yang dilakukan nasabah

terhadap fasilitas kredit yang telah diterimanya.

29 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2012), h. 72. 30 Ikatan Bankir Indonesia, Bisnis Kredit Perbankan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,

2015), h. 94

Page 34: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

25

b. Aktivitas pembinaan juga termasuk dalam hal melakukan aktivitas penagihan

secara intensi terhadap debitur bermaslah.31

Penyelamatan pembiayaan (restrukturisasi pembiayaan) adalah istilah

teknis yang biasa dipergunakan di kalangan lembaga keuangan terhadap upaya

dan langkah-langkah yang dilakukan bank dalam mengatasi pembiayaan

bermasalah.32 Restrukturisasi pembiayaan merupakan upaya yang dilakukan

dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya,

antara lain melalui penjadwalan kembali (reschedulling), persyaratan kembali

(reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).33 Terdapat beberapa

peraturan Bank Indonesia yang berlaku bagi BUS dan UUS dalam melakukan

restrukturisasi pembiayaan, yaitu:

a. Peraturan Bank Indonesia No. 101/18/PBI/2008 tanggal 25 September 2008

tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah, sebagaimana diubah dengan PBI No. 13/9/PBI/2011 taggal 8

Februari 2011;

b. Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 dan

Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/35/DPbS tanggal 22 Oktober 2008

perihak Restrukturisasi pembiayaan bak Bank Umum Syariah dan Unit Usah

Syariah, sebagaimana diubah dengan SEBI No. 13/18/DPbS tanggal 30 Mei

2011.34

Jika terjadi pembiayaan bermasalah, kreditur tidak semata-mata langsung

melakukan penyitaan terhadap barang jaminan harus dilakukan upaya-upaya

dalam menangani kredit bermasalah. Penyelamatan kredit bermasalah tersebut

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

31 Ikatan Bankir Indonesia, Bisnis Kredit Perbankan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,

2015), h. 94-95 32 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2012), h. 447 33 Lihat Pasal 1 Angka 7 PBI No. 13/9/PBI/2011 tanggal 8 Februari 2011 34Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2012), h. 447-448

Page 35: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

26

a. Penjadwalan kembali (Rechedulling), yaitu perubahan syarat kredit yang

hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya;

b. Persyaratan kembali (Reconditioning). Yaitu perubahan sebagian dan seluruh

syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran,

jangka waktu dan atau persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut

maksimum saldo kredit;

c. Penataan kembali (Resructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang

meliputi rechedulling dan reconditioning.35

Setelah langkah restrukturisasi dilakukan namun tidak mengatasi

pembiayaan yang akan diselamatkan, maka lembaga keuangan harus dapat

mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan dengan debitur melalui

penyelesaian pembiayaan yang bermasalah. Penyelesaian pembiayaan

bermasalah ini dapat dilakukan antara lain:36

a. Upaya pelunasan atau penyelesaian kredit bermasalah, dapat dilakukan

melalui:

1) Setoran dari debitur atau pemegang saham;

2) Penjualan barang agunan;

3) Take over fasilitas kredit debitur oleh kreditur lain (bank lain atau investor)

4) Eksekusi hak tanggungan melalui balai lelang;

5) Litigasi (penyelesaian melalui pengadilan)

b. Langkah-langkah yang dilakukan oleh bank dalam upaya penyelesaian kredit

tersebut antara lain:

1) Bank melakukan penagihan kepada debitur untuk penyelesaian

kewajibannya kepada bank (tunggakan pokok, angsuran, denda dan biaya

lainnnya);

2) Kredit yang telah berada pada kolektibilitas 5 telah dapat diusulkan untuk

dihapus buku;

35 Kasmir, S.E., MM., Manajemen Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h.

103-104. 36Ikatan Bankir Indonesia, Bisnis Kredit Perbankan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,

2015), h. 100-101

Page 36: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

27

3) Untuk memudahkan penetapan Action plan atau Action step dalam upaya

penagihan kepada debitur, debitur telah dihapus buku di kelompok

berdasarkan potensi penagihan yang dapat direalisasikan.

Page 37: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

28

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Lembaga Keuangan Mikro Syariah

1. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia

Menurut undang-undang No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan

Mikro, LKM adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk

memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik

melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan

masyarakat, pengelola simpanan maupun pemberi jasa konsultasi

pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.37

Sedangkan yang dimaksud denngan Lembaga Keuangan Mikro Syariah

adalah Lembaga Keuangan Mikro yang menggunakan prinsip-prisip syariah

dengan adanya Dewan Pengawasa Syariah (DPS) guna mengawasi operasional

yang sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN).38

Lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) memiliki ruang lingkup yang

luas, seperti simpanan, pinjaman dan jasa pembayaran yang biasanya dikelola

secara sederhana. Sebagai lembaga simpanan LKM berfungsi sebagai lembaga

yang menyediakan berbagai jasa pinjaman, baik untuk kegiatan produktif

maupun kegiatan konsumtif. Selain itu LKMS juga berfungsi sebagai lembaga

intermediasi dalam aktifitas perekonomian.39 Adapun ciri-ciri LKMS dapat

dilihat, misalnya dalam menerima titipan investasi lembaga keuangan syaria

harus sesuai dengan fatwa Dewan Syaariah Nasional. Hubungan antara investor

(penyimpan uang), pengguna uang dan lembaga keuangan syariah sebagai

37Republik Indonesia, Undang-undang No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan

Mikro, Bab 1 pasal 1. 38 Republik Indonesia, Undang-undang No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan

Mikro, Bab IV pasal 12. 39 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam; Pengantar Peran LKM dan

UKM di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). Hal. 49

Page 38: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

29

intermediary institution, berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-

kreditur. Bisnis Lembaga Keuangan Mikro Syariah bukan hanya berdasarkan

profit oriented, tetapi juga falah orieted yakni kemakmuran di dunia dan

kebahagiaan di akhirat. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga

Keuangan Syariah berdasarkan prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa-

menyewa guna transaksi komersial dan pinjam-meminjam (qardh/kredit) guna

transaksi sosial. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang

halal dan tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam.40

2. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Mikro

Jika ditinjau dari segi sisi kelembagaan, tujuan pendirian, budaya

masyarakat dan kebijakan pemerintah. Secara umum lembaga keuangan mikro

dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu bersifat formal dan informal.

LKM formal terdiri dari bank, yaitu Bank Kredit Desa (BKD), Bank Prekreditan

Rakyat (BPR), dan BRI Unit, sementara LKM forma non bank mencakup

Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP), Koperasi (Koperasi Simpan

Pinjam dan Koperasi Unit Desa) dan Pegadaian. Adapun LKM informal terdiri

dari berbagai kelompok dan lembaga swadaya masyarakat (KSM dan LSM)

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Lembaga Ekonomi Produktif Mayarakat

Mandiri (LEPN), Unit Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UEDSP) serta berbagai

bentuk lainnya.

3. Peran Lembaga Keuangan Mikro

Pada dasarnya lemnaga keuangan mikro memiliki perannya yang sama

dengan lembaga keuangan lainnya yaitu:41

a. Pengalihan aset (asset transmutation) mengalihkan aset dari unit surplus ke

unit defisit.

40 Majan Naii, Ciri-Ciri LKMS, diakses pada 20 Agustus 2018 dari

majannaii.blogspot.com. 41 Y. Sri Susilo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba Empat. 2000),

hal.8

Page 39: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

30

Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman

kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang

telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana

yaitu unit surpus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai keinginan pemilik

dana. Dalam hal ini bank dan lembaga keuanga non bank berperab sebagai

pengalih aset dari uni surplus (lenders) kepada uni defisit (borrowers). Dalam

kasus yang lain, pengalihan aset dapat pula terjadi apabila bank dan lembaga

keungan bukan bank menerbitkan sekuritas sekunder (giro, deposito

berjangka, dan pensiun, dan sebagainya) yang kemudian dibeli oleh unit

surplus dan selanjutnya ditukarkan dengan sekuritas primer (saham, obligasi,

promes, commercial papper dan sebagainya) yang diterbitkan oleh unit

defisit.

b. Transaksi (transaction) memberikan kemudahan transaksi barang dan jasa

Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai

kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan

jasa. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank dan lembag keuangan bukan

bank (giro, tabungan, deposito, saham dan lainya) merupaka pengganti dari

uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

c. Likuiditas (liquidity menawarkan produk dana dengan berbagai alternatif

tingkat likuiditas

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk

produk-produk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya. Produk-

produk tersebut memiliki tingkat lukuiditas yang berbeda-beda. Untuk

kepentingan pemilik dana, mereka menempatkan dananya sesuai dengan

kebutuhan.

d. Efisiensi (efficiency)

Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat menurunkan biaya

transaksi dengan jangkauann pelayanannya. Peranan bank dan lembaga

keuangan bukan bank sebagai broker (brokerage) adalah mempertemukan

pihak-pihak yang saling membutuhkanAdanya informasi yang tidak simetris

antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif.

Page 40: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

31

B. Gambaran Umum Koperasi BMT Al Jibaal

1. Sejarah Terbentuknya Koperasi BMT Al Jibaal

Ketika ada berita bahwa Yayasan Amanah Ummat (YAU) akan

menyelenggarakan Program Pelatihan Pengelola BMT, maka dikirimlah utusan

dari Ta’lim Khusus Bangkok (TKB) 2 orang dan dari Majelis Taklim Al-Huda

2 orang. Penyelenggara pelatihan tersebut adalah YAU kerja sama dengan

Yayasan Bina Pembangunan (YBP) dan Majalah Panji Masyarakat, sedangkan

Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) menjadi fasilitator dalam

terselenggaranya agenda tersebut.

Pelatihan diadakan di Cisaat Sukabumi selama 15 hari dari tanggal 19 Juni

sampai tanggal 03 Juli 1997 yang diikuti oleh 29 peserta dari berbagai daerah

se-Jabodetabek yang mewakili 17 BMT/Calon BMT. Pada waktu penutupan

Pelatihan masing-masing Calon BMT oleh YAU diberi pinjaman modal sebesar

Rp. 5.000.000,00 yang diangsur setiap bulan selama 24 bulan dengan tenggang

waktu 4 bulan.

Tapi untuk daerah Cireundeu sendiri, karena mengirim 2 majelis Ta’lim

akhirnya sepakat hanya dibuat 1 BMT sehingga pinjaman modal yang diberikan

YAU menjadi Rp. 10.000.000,00. Dari sini para pengurus majelis Ta’lim

sepakat untuk menamakan BMT di Jl. Gunung Raya dengan nama KBMT Al-

Jibaal.

Selanjutnya dengan mengadakan beberapa pertemuan antar peserta

Pelatihan dengan para pengurus TKB dan Al-Huda, kedua majelsi ta’lim ini

melakukan persiapan pendirian BMT dan menyiapkan semua perlengkapan yang

dibutuhkan. Juga melakukan sosialisasi dan memperkenalkan BMT kepada toko

masyarakat dan majelis ta’lim yang berada diwilayah Kampung Gunung, dan

dengan penyebaran brosur. Akhirnya dengan membantu satu BMT yang diberi

nama Al-Jibaal yang artinya gunung karena domisilinya di Kampung Gunung

dan dengan izin serata restu Kepala Desa pada tanggal 1 September 1997 KBMT

Al-Jibaal mulai beroperasi. Waktu awal berdiri wilayah kerjanya meliputi 2

(dua) RW yaitu RW 03 dan 11, dengan berkantor di rumah salah satu pengurus

sampai September 2012.

Page 41: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

32

Setelah reorganisasi pada tanggal 01 Desember 2012 KBMT Al-Jibaal

menyewa salah satu ruang kantor yang beralamat di Jl. Gunung Raya No. 14 Rt

004/011 dan membuka diri melayani anggota wilayah Kota Tangerang Selatan.42

2. Visi dan Misi Koperasi

Visi dari KBMT Al-Jibaal adalah mewujudkan BMT sebagai lembaga

keuangan mikro syariah yang profesional dalam menumbuh kembangkan

produktivitas usaha anggota dan dapat meningkatkan kualitas ibadah anggota

dalam segala aspek kehidupan.

Adapun Misi dari KBMT Al-Jibaal adalah:

a. Menyelenggarakan pelayanan yang prima kepada anggota sesuai dengan jati

diri koperasi yang berlandaskan syariah;

b. Menjalankan kegiatan usaha dengan cepat, cermat dan beretika;

c. Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.

3. Produk-Produk KBMT Al-Jibaal

Kegiatan KBMT Al-Jibaal adalah menghimpun dan menyalurkan dana

dari anggota, memberi jasa pelayanan kepada masyarakat dan serta ikut serta

dalam kegiatan sosial yang dananya berasal dari zakat, infaq dan sedekah. Secara

umum sumber dana KBMT Al-Jibaal diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Produk Penghimpunan

Simpanan pokok, merupakan modal awal anggota yang disetorkan, sehingga

besar simpanan pokok tersebut sama dan tidak boleh dibedakan antara

anggota yang satu dengan yang lainnya. Konsep pendirian KBMT

menggunakan konsep syirkah mufawadhah, yakni sebuah usaha yang

didirikan bersama-sama oleh dua orang atau lebih yang masing-masing

dengan bobot yang sama pula. Masing-masing partner menanggung satu sama

lain dalam hak dan kewajiban, serta tidak diperbolehkan salah seorang

42 Profil Koperasi BMT Al-Jibaal antara Koperasi BMT Al-Jibaal dengan Baznas, 2016

Page 42: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

33

memasukan modal yang lebih besar dan memperoleh keuntungan yang lebih

besar dibandingkan dengan anggota lain.

Simpanan wajib, termasuk dalam modal KBMT seperti halnya simpanan

pokok. Besaran kewajiban tersebut diputuskan dalam syuro (musyawarah)

anggota, dan penyetoran secara berturut-turut setiap bulannya hingga seorang

dinyatakan keluar dari keanggotaan Koperasi Baitul Maal Watamwil

Simpanan sukarela merupakan bentuk investasi dari anggota atau calon

anggota yang memiliki kelebihan dana dan kemudian menyimpan di KBMT.

Bentuk simpanan sukarela ini terbagi dalam dua bagian:

1) Dana simpanan tersebut bersifat titipan (wadiah) dan dapat diambil

sewaktu-waktu. Titipan (wadiah) terbagi menjadi 2 macam, yaitu wadiah

amanah (titipan yang tidak boleh dipergunakan baik untuk kepentingan

KBMT maupun investasi usaha, tetapi untuk dijaga oleh pihak KBMT

sampai diambil oleh pemiliknya) dan wadiah yad dhamanah (dana titipan

anggota kepada KBMT yang diizinkan untuk dikelola dalam usaha riil

sepanjang dana tersebut belum diambil oleh pemiliknya, biasanya pihak

KBMT memberikan bonus kepada pemilik dana yang tidak dipersyaratkan

diawal.

2) Dana simpanan tersebut bersifat investasi yang ditujukan untuk

kepentingan usaha dengan mekanisme bagi hasil (mudharabah) baik

revenue sharing, profit sharing, maupun profit and loss sharing. Konsep

simpanan yang dipakai adalah simpanan bejangka mudharabah mutlaqah

(kerjasama antara pemilik dana dengan KBMT yang cakupan usahanya

sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan

daerah usaha) serta simpanan berjangka mudahrabah muqayadhah

(kerjasama antara pemilik dana dengan pihak KBMT selaku pengusaha

yang penggunaan dananya dibatasi oleh ketentuan yang dipersyaratkan

oleh pemilik dana).

Investasi pihak lain. Dalam operasionalnya KBMT selalu membutuhkan dana

segar untuk bisa mengembangkan usahanya secara maksimal, sementara

Page 43: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

34

simpanan anggotanya masih sedikit dan terbatas. Oleh karena itu KBMT

diharapkan bekerja sama dengan bank syariah maupun program-program

pemerintah. Investasi pihak lain ini menggunakan prinsip mudharabah

(prinsip bagi hasil) maupun prinsip musyarakah (perkongsian atau kerja sama

antara dua pihak atau lebih yang masing-masing pihak memberikan

konstribusinya baik sebagian modal maupun keterampilan usaha, dengan

batasan waktu yang ditentukan dan disepakati oleh para pihak).

Dana yang telah dikumpulkan oleh KBMT tentu saja harus terus berputar

dana tidak berhenti begitu saja. Untuk memutar dana yang sudah ada, maka

dana-dana tersebut harus disalurkan ke bidang-bidang tertentu baik kepada

anggota maupun calon anggota. Penyaluran dananya bersifat komersil dengan

menggunakan bagi hasil (musyarakah dan mudharabah) maupun dengan jual

beli (piutang murabahah, piutang salam dan piutang istishna).

b. Produk Pembiayaan

Produk pembiayan dalam KBMT Al-Jibaal merupakan kegiatan layanan

kepada anggota maupun masyarakat. Layanan yang diterapkan di KBMT Al-

Jibaal antara lain:

1) Pembiayaan Murabahah

Pembiayan ini digunakan sebagai modal usaha untuk para nasabah dengan

prinsip jual beli, dimana KBMT melakukan pembelian keparluan nasabah

terlebih dahulu kebutuhan nasabah yang akan membangun sebuah usaha

yang akan dijalani.

Akad merubahah merupakan akad yang paling banyak digunakan KBMT

Al-Jibaal dalam melakukan pembiayaan dari produk yang lain.

Menurut bapak Abdul Biya selaku manajer dari KBMT Al-Jibaal selain

mudah dalam administrasinya menggunakan akad ini lebih efisien kepada

masyarakat ketimbang akad lain seperti mudharabah di mana perlu kajian

yang mendalam atas usaha yang akan dijalankan. Banyak nasabah yang

senang menggunakan akad murabah, pernah KBMT Al-Jibaal

Page 44: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

35

memberikan pembiayaan sebesar RP. 100.000.000,00 kepada nasabah

yang telah dipercaya.

2) Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan murabahan menjadi slah satu produk yang paling jarang

digunakan di KBMT Al-Jibaal karena belum adanya tenanga yang bisa

mengawasi keberlangsungan usaha yang dibiayaai, untuk itu produk ini

sangat jarang digunakan

c. Produk Jasa

1) Jasa Ijarah Multijasa

Jasa pembiayaan ini diberikan kepada nasabah yang tidak memiliki cash in

hand tetapi punya keperluan mendesak misalnya pengobatan, pendidikan,

dan lain-lain.

2) Jasa Qardul Hasan

Qardul hasan diberikan kepada anggota yang betul-betul tidak mampu

sehingga pengembalian yang diharapkan adalah pokok pembiayaan.

Kegiatan sosila yang dilakukan KBMT Al-Jibaal berasal dari dana zakat,

infak dan sedekah (ZIS). Kegiatan ini tidak mengambil keuntungan secara

finansial tetapi hanay pinjaman kebaikan. Qardul hasan merupakan

pinjaman lunak yang diberikan oleh KBMT dan harus dikembalikan sesuai

jumlah dana yang diterima tanpa adanya tambahan, kecuali jika anggota

mengembalikan lebih tanpa dipersyaratan dimuka. Kelebihan dana

tersebut diperbolehkan diterima oleh KBMT dan dimasukan ke dalam

kelompok dana qardul hasan.

Page 45: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

36

Skema kegiatan KBMT Al-Jibaal

KBMT AL-JIBAAL

Penghimpunan

dana

Jasa Sosial

Modal Dasar 1. Simpanan

pokok

2. Simpanan

wajib

3. Investasi

pihak lain

Simpanan sukarela

1. Wadiah 2. Mudharabah

Prinsip

jual beli

1. Murabahah

2. Salam

3. Istishna

1. Ijaraha

2. Wadiah

3. Wakalah

Qardhul hasan

Pembiayaa

n

Prinsip

Kerjasama

1. Mudharabah

2. Musyarakah

Page 46: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

37

4. Struktur Organisasi KBMT Al-Jibaal

Tugas-tugas dalam Struktur Organisasi KMBT:

a. Rapat Anggota.

Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di dalam memutuskan kebijakan-

kebijakan makro KMBT Al-Jibaal

b. Pengurus

Bertugas menjalankan amanat Rapat Anggota dan pembuat kebijakan-

kebijakan mikro dalam hal ini adalah operasional KMBT Al-Jibaal

c. Pengawas Syariah dan Manajemen.

Bertugas untuk mengawasi kinerja pengurus dan mengesahkan produk-

produk KMBT sesuai dengan hukum-hukum Syariah.

d. Manajer

Rapat Anggota

Pengurus

Manager

Pengawas Syariah

dan Managemen

Operasional Maal

Marketing

CS

Akunting SDM dan

Umum

Kasir ADM

dan P

AO dan

Collect

Anggota

Page 47: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

38

Bertugas sebagai pelaksana harian tugas pengurus dan memimpin jalannya

operasional KBMT Al-Jibaal sesuai dengan instrrutur pengurus.

e. Maal.

Mewakili manajer untuk melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

sosial KBMT Al-Jibaal yakni berupa dana ZIS ( zakat, infak dan shadakah).

f. Operasional

Bertugas mewakili manajer dalam hal operasional kantor KBMT Al-Jibaal

dalam tugas kesehariannya. Operasional dibantu oleh SDM dan Umum, Kasir

dan Custamer Service (CS), Pembukuan/Accounting.

g. Bertugas melakukan kegiatan marketing dan collecting terhadap produk-

produk KBMT Al-Jibaal. Marketing dalam menjalankan tugasnya dibantu

oleh funding Office (AO), Account Aofficer (AO) dan Colector.

h. Anggota.

Merupakan pemilik dan pengguna jasa dari KMBT Al-Jibaal

Saat ini Al-Jibaal baru memiliki 3 orang karyawan yaitu sebagai Manajer,

Operasional dan Marketing. Bagian operasional masih merangkap sebagai kasir,

akunting dan Customs Service.

5. Pengajuan Pembiayaan dan Penilaian Kelayakan Usaha

a. Prosedur Pengajuan Pembiayaan

Gambar di atas menjelaskan bahwa untuk dapat mengajukan pembiayaan

maka harus mendaftarkan diri sebagai anggota Koperasi BMT Al-Jibaal

Cirendeu, kemudian anggota harus mengisi formulir pembiayaan yang sudah

disediakan dan disertai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pihak KBMT.

Apabila sudah terpenuhi syarat-syaratnya atau termasuk sudah melampirkan

Menjadi

Anggota

Mengisi

Formulir

F

Fi

F

F

Melampirkan

Data

Survei

Tempat

Komite

Pembiayaan

Akad

Page 48: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

39

data, maka selanjutnya pihak KBMT akan datang ke lokasi/mensurvei tempat

usaha untuk melihat jenis-jenis usahanya. Jika usahanya terlihat baik dengan

kriteria yang sudah di tetapkan KBMT maka selanjutnya pihak marketing

akan melaporkan berkasnya kepada komite agar nantinya segera di acu. Jika

syarat-syarat sudah memenuhi kriteria maka disetujui dan langkah berikutnya

melakukan akad sesuai waktu yang disepakati, apabila kelengkapan atau

syarat tidak terpenuhi maka tidak bisa diberikan pembiayaan harus segera

dilengkapi atau ditolak.

Persyaratan pengajuan produk pembiayaan pada KBMT Al-Jibaal adalah

sebagai berikut:

1) Foto Copy KTP Suami dan Istri, KK dan Surat Nikah;

2) Pas Photo 3x4 Suami dan Istri;

3) Bagi Karyawan, Foto Copy Slip Gaji Terakhir;

4) Pembiayaan di atas Rp. 5 Juta melampirkan Foto Copy Jaminan

(BPKB/Surat Tanah).

b. Penilaian Kelayakan Usaha

Adapun cara penilaian kelayakan usaha anggota antara lain:

1) Anggota harus melengkapi persyaratan pembiayaan misalnya: KTP, KK

dan Pas Photo;

2) Lama usaha/pekerjaan minimal 1 tahun hal ini bisa ditanyakan langsung

pada saat wawancara pembiayaan dan bertanya kepada tetangga anggota

tersebut;

3) Usaha/kerja yang dilakukan tidak bertentangan dengan Hukum Republik

Indonesia dan Hukum Agama Islam (Halal);

4) Usaha/pekerjaan anggota harus mempunyai cashflow yang jelas hal ini

dapat dilihat dari transaksi pembeli setiap hari atau dari slip gaji untuk

karyawan;

5) Pada saat survei petugas akan bertanya kepada tetangga usaha apakah yang

sedang dijalankan, apakah sama dengan data yang diberikan anggota.

Page 49: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

40

C. Gambaran Umum KSPPS Ubasyada

1. Sejarah Terbentuknya KSPPS Ubasyada

Kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat merupakan topik yang

hangat dibicarakan di kalangan intelektual dewasa ini. Pembicaraan mengenai

kesenjangan ini ternyata hanya sampai pada acara acara seminar dan dialog tanpa

ada upaya tindak lanjut untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Salah satu Faktor

yang mendominasi adanya kesenjangan sosial adalah karena adanya

kesenjangan ekonomi dan politik.

Kesenjangan ekonomi yang begitu jauh antara masyarakat ekonomi kuat

dan lemah begitu jelas. Upaya untuk mengatasi kesenjangan tersebut harus

segera dilakukan dengan cara menaikan taraf hidup masyarakat strata ekonomi

lemah ke arah yang lebih baik dengan berbagai upaya pemberdayaan yang

dianggap mampu meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat.

Dilatarbelakangi keinginan yang besar untuk berperan serta dalam

meningkatkan tarap hidup masyarakat strata ekonomi lemah, sekelompok

pemuda yang tergabung dalam jam’ah pengajian malam kamis dengan mayoritas

berprofesi sebagai pedagang kecil (PK-5) memiliki gagasan untuk meningkatkan

dan mengembangkan usaha yang sedang dijalankan, khusus nya dalam segi

permodalan serta cara penyediaan dana untuk perjuangan dakhwah amar ma’ruf

nahi munkar, karena dakhwah tanpa didukung oleh dana atau ekonomi yang kuat

akan sulit tercapai

Dengan pemikiran tersebut diatas maka pada tanggal 04 agustus 1999

terbentuk lah usaha bersama assyuhada yang lebih terkenal dengan sebutan

’UBASYADA” yang pada awalnya didirikan oleh 22 anggota pendiri yang

berhasil mengumpulkan modal awal sebesar Rp. 2.750.000 (dua juta tujuh ratus

lima puluh ribu rupiah). Karena latar belakang ingin memajukan ekonomi umat

khususnya menengah ke bawah sempat terjadi diskusi panjang tentang

kelembagaan yang akan didirikan, antara berbadan hukum yayasan dan koperasi.

Tentu keduanya memiliki sisi yang berbeda dari segi pelaksanaan kegiatan

kelembagaan nantinya. Yayasan merupakan badan hukum yang mempunyai

Page 50: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

41

maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, sementara

badan hukum koperasi merupakan organisasi ekonomi yang didirikan dan

dioperasikan oleh orang-orang demi kepentingan bersama dan kemakmuran

koperasi. Sehingga semua anggota setuju untuk memakai koperasi sebagai badan

hukum dari usaha yang akan di jalankan.

Pada tanggal 05 Maret 2013 UBASYADA yang merupakan lembaga

usaha berbadan hukum koperasi yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam

kegiatan usahanya telah di syahkan mentri koperasi dengan dikeluarkannya surat

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Menengah

Republik Indonesia dengan Nomor 518/7/BH Dis. KUK dengan nama Koperasi

Serba Usaha (KSU) UBASYADA yang beralamat di jalan Dewi Sartika Gg.

Nangka Cimanggis No. 2 RT 001/010 Desa Ciputat, Kecamatan Ciputat,

Kabupaten Tangerang (sekarang Kota Tangerang Selatan), Provinsi Banten,

Nomor telepon: (021) 7424651, FAX : (021) 74714006.

2. Visi, Misi, Maksud dan Tujuan KSPPS Ubasyada

Berikut ini merupakan visi, misi, maksud dan tujuan yang dimilik KSPPS

Ubasyada Ciputat.43

a. Visi dan Misi

Visi KSPPS Ubasyada yakni “Dari pemberdayaan dan pemfokusan sumber

daya insani kami dan kualitas sistem manajemen, kami akan bertumbuh

menjadi koperasi yang islami, sehat dan tangguh”. Adapun yang menjadi misi

dari KSPPS Ubasyada “Meningkatkan kualitas hidup manusia sebagi ibadah

kami kepada Allah SWT, melalui penyediaan pelayanan keuangan dan

perdagangan dengan Pola Syariah, berkualitas dan tepercaya.

b. Maksud

Adapun maksud didirikan KSPPS Ubasyada adalah sebagai alat bantu atau

sarana dalam menegakkan syariat Islam pada sektor perekonomian.

c. Tujuan

43 Wawancara langsung dengan maneger KSPPS Ubasyada Ibu Yeni pada 12 Mei 2018

Page 51: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

42

Tujuan utama KSPPS Ubasyada adalah untuk membangun, memberdayakan

dan meningkatkan ekonomi umat Islam.

3. Struktur Organisasi KSPPS Ubasyada44

Keterangan:

a. RAT (Rapat Anggota Tahunan)

Merupakan agenda wajib setiap badan usaha koperasi karena di

dalamnya akan dibahas tentang pertanggung jawaban pengurus koperasi

selama satu tahun kepada anggota koperasi yang bersangkutan. Adapun

beberapa yang menjadi bahasan utama dalam RAT antara lain:

44 http://ksppsubasyada.blogspot.com/# diakses pada 4 Agustus 2018

RAT

PENGURUS

MANAGER

DPS DAN MANAJEMEN

Ka. UNIT SIMAN PINJAM

BAG. PENGADAAN

Ka. UNIT USAHA

SURVEYOR

SURVEYOR/COLLEKTOR BAG. ADMINISTRASI

BAG. PEMBIAYAAN

BAG. ADMINISTRASI

BAG. TABUNGAN

COLLECTOR DEBT COLLECTOR

KASIR PEMBUKUAN

Ka. KEUANGAN

Page 52: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

43

1) Laporan keuangan tahun anggaran sebelumnya;

2) Rencana bisnis ke depan;

3) Voting dan pemilihan pengurus baru.

b. Pengurus

Pengurus organisasi koperasi dipilih oleh dan juga memiliki peranan

untuk mewakili seluruh anggotanya dalam mengerjakan suatu aktivitas

organisasi ataupun usaha koperasi. Pengurus juga memiliki kewajiban untuk

melaksanakan keputusan yang sudah ditetapkan oleh RAT untuk memberikan

suatu manfaat kepada seluruh anggota koperasi. Pengurus juga bertindak

sebagai kontrol dari seluruh aktivitas manajemen yang dilaksanakan di

KSPPS Ubasyada sebagai fungsi dan kewenangannya sebagai pengurus, dan

pertanggung jawaban atau seluruh tugas pengurus akan dilaporkan pada

Rapat Anggota.

c. Pengawas

Pengawas adalah satu instrumen organisasi yang dilantik atau diangkat

oleh anggota koperasi di dalam RAT, sebagaimana yang tertera dalam pasal

38 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Peranan pengawas

melaporkan hasil audit serta konseling pelaksanaan keputusan serta kebijakan

yang telah dirapatkan oleh Rapat Anggota Tahunan yang mana rapat tersebut

telah dilakukan oleh pengurus koperasi baik itu audit berkala ataupun audit

akhir tahun. Hasil audit dari pengawas ini akan dilaporkan kepada pengurus

koperasi disertai dengan bukti pendukungnya.

d. Manajer

Manajer ini ditunjuk dan juga diangkat oleh pengurus koperasi yang

ditugaskan untuk mengatur operasional usaha koperasi. Kewajiban-

kewajiban yang harus diselesaikan oleh manajer, antara lain adalah:

1) Menjalankan keputusan operasional yang sudah diputus dan juga

ditetapkan oleh para pengurus koperasi;

2) Memimpin jalannya pelaksanaan aktivitas-aktivitas di setiap masing-

masing usaha;

Page 53: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

44

3) Memberi bimbingan dan juga memberikan sebuah arahan tugas-tugas

kepada karyawan yang kedudukannya berada di bawahnya yang mana

tujuannya ini ingin membuat karyawan yang berkualitas;

4) Memberikan sebuah usul atau saran kepada pengurus koperasi mengenai

pelantikan atau pengangkatan dan juga pemberhentian setiap karyawan di

dalam lingkungan pekerjaanya;

5) Menyusun Program Kerja dan RAPBK tahunan untuk disampaikan kepada

pengurus sebelum dimulainya rencana anggaran yang baru, dan

selanjutnya evaluasi sekaligus perancangan bagi pengurus untuk

disampaikan dalam Rapat Anggota;

6) Membuat laporan pertanggungjawaban kerja secara tertulis setiap akhir

bulan dan tahun;

7) Melaksanakan dokumen-dokumen usaha atau organisasi koperasi.

e. Keanggotaan

Keanggotaan KSPPS Ubasyada dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan, ini membuktikan bahwa KSPPS Ubasyada terus mendapat

kepercayaan dari masyarakat. Keanggotaan dalam KSPPS Ubasyada terbagi

dalam empat kriteria yaitu Anggota Penuh, Calon Anggota, Anggota Muda

(Anggota Luar Biasa) dan Anggota Kehormatan.

1) Anggota Penuh adalah seorang anggota muda yang mengajukan lamaran

untuk menjadi anggota penuh di KSPPS Ubasyada, telah memnuhi

persyaratan keanggotaan koperasi sebagai mana tercantum dalam

Anggaran Dasar Rumah Tangga atau peraturan khusus koperasi, dan

dikabulkan permohonannya untuk menjadi anggota penuh;

2) Calon Anggota merupakan seorang anggota muda yang mengajukan

lamaran untuk menjadi anggota penuh, namun belum dapat melunasi

Simpan Pokok yang di tetapkan Koperasi yang belum tercatat dalam

anggota koperasi sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Koperasi, dan dikabulkan permohonannya

untuk menjadi Calon Anggota, calon anggota tidak dicantumkan dalam

buku daftar anggota dan dalam waktu 3 (tiga) bulan harus sudah

Page 54: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

45

diputuskan diterima atau ditolak menjadi Anggota Penuh KSPPS

Ubasyada;

3) Anggota Muda (Anggota Luar Biasa) merupakan keanggotaan dalam

KSPPS Ubasyada terbagi dalam 4 (empat) kriteria yaitu anggota penuh,

calon anggota, anggota muda dan anggota kehormatan.

a) Anggota Penuh merupakan seseorang (anggota muda) yang mengajukan

lamaran untuk menjadi anggota penuh KSPPS Ubasyada, telah memenuhi

seluruh persyaratan keanggotaan koperasi sebagaimana tercantum dalam

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga atau peraturan khusus

koperasi, dan dikabulkan permohonannya menjadi anggota penuh;

b) Calon Anggota merupakan seorang anggota muda yang mengajukan

lamaran untuk menjadi anggota penuh, namun belum dapat melunasi

Simpan Pokok yang di tetapkan Koperasi yang belum tercatat dalam

anggota koperasi sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Koperasi, dan dikabulkan permohonannya

untuk menjadi Calon Anggota, calon anggota tidak dicantumkan dalam

buku daftar anggota dan dalam waktu 3 (tiga) bulan harus sudah

diputuskan diterima atau ditolak menjadi Anggota Penuh KSPPS

Ubasyada;

c) Anggota Muda (Anggota Luar Biasa) adalah mereka yang ingin pendapa

pelayanan dan menjadi anggota koperasi, namun tidak sepenuhnya dapat

memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah Tangga atau peraturan khusus koperasi. Ketentuan

ini menjadi peluang bagi penduduk Indonesia bukan Warga Negara dapat

menjadi Anggota Luar Biasa dari suatu Koperasi sepanjang memenuhi

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d) Anggota Kehormatan merupakan seorang yang karena kedudukannya

diminta oleh pengurus untuk menjadi Anggota Kehormatan Koperasi.

4. Produk-produk KSPPS Ubasyada Ciputat

a. Produk Pendanaan

Page 55: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

46

KSPPS Ubasyada menghimpun dana dari anggota dan calon anggota

dalam bentuk:

1) Tabungan Wadiah Yad Dhamanah

Simpanan anggota pada koperasi akad wadah atau titipan dan simpanan

tersebut dapat digunakan oleh koperasi untuk kegiatan usaha koperasi,

dengan ketentuan penyimpanan tidak mendapatkan bagi hasil atas

penyimpanan dananya, tetapi koperasi dapat memberikan kompensasi

dengan imbalan bonus atau hadiah yang nominalnya ditentukan

berdasarkan kebijakan dan kemampuan koperasi. Jenis-jenis tabungan

Wadiah Yad Dhamanah:

a) Tabungan Aggota Ubasyada (TABASYA);

b) Tabungan Aqiqah Qurban (TANQIQU);

c) Tabungan Hari Raya Idul Fitri (THIRAFI);

d) Tabungan Pendidikan.

2) Tabungan Mudharabah

Simpanan anggota pada koperasi dengan akad Mudharabah Al

Munhlaqoh yang diperlakukan sebagai investasi anggota untuk

dimanfaatkan secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada anggota,

calon anggota, dan masyarakat secara profesional dengan ketentuan

penyimpanan dananya sesuai nisbah (proporsi bagi hasil) yang disepakati

pada saat pembukaan rekening.

3) Simpanan Mudharabah Berjangka Investasi (Investasi Syariah)

Simpanan anggota pada koperasi dengan akad Mudharabah Al

Muthlaqah yang penyetoran dilakukan sekali dan penarikannya hanya

dapat dilakukan dalam waktu tertentu menurut perjanjian antara

penyimpan dengan koperasi, dengan ketentuan penyimpan mendapat bagi

hasil atas penyimpanan dananya sesuai nisbah yang disepakati di awal

perjanjian. Jenis-jenis Mudharabah berjangka:

1) Simpanan berjangka 3 bulan;

2) Simpanan berjangka 6 bulan;

3) Simpanan berjangka 12 bulan.

Page 56: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

47

b. Produk Pembiayaan

Produk-produk pembiayaan yang ditawarkan KSPPS Ubasyada dalam

rangka memenuhi kebutuhan anggota dan calon anggota, sebagai berikut:

1) Pembiayaan Pedagang Mikro

Adalah program pembiayaan yang diberikan Koperasi Serba Usaha

Ubasyada untuk para pengusaha mikro yang mempunyai modal usaha

(aset) maksimal Rp. 10.000.000,- pembiayaan Pedagang Mikro

menggunakan akad Murabahah, akad Mudharabah dan akad

Musyarakah. Plafond Program Pembiayaan Pedagang Kecil Maksimal

Rp. 5.000.000,-

2) Pembiayaan Pedagang Kecil

Adalah program pembiayaan yang diberikan Koperasi Serba Usaha

Ubasyada untuk para pengusaha kecil yang mudah usaha (aset) maksimal

Rp. 25.000.000,-. Pembiayaan pedagang kecil menggunakan akad

Murabhah, Mudharabah dan akad Musyarakah. Plafond Program

Pembiayaan Pedagang Kecil Maksimal Rp. 10.000.000,-.

3) Pembiayaan Belanja Ringan

Adalah program pembiayaan yang diberikan Koperasi Serba Usaha

Ubasyada untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif seperti perlengkapan

rumah tangga, dan sebagainya. Pembiayaan belanja ringan maksimal Rp.

3.000.000,-.

4) Pembiayaan Multijasa

Adalah program yang diberikan Koperasi Serba Usaha Ubasyada untuk

anggota dan calon anggota koperasi yang sifatnya menyewakan fasilitas,

seperti fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas sewa toko/kios,

dan lain-lain. Pembiayaan multijasa menggunakan akad Ijarah dan Ijarah

Muhtahiya Bitamlik. Palnfond program Pembiayaan Multi Jasa

maksimal Rp. 10.000.000,-.

Page 57: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

48

5) Pembiayaan Cepat

Adalah program pembiayaan yang diberikan Koperasi Serba Usaha

Ubasyada untuk anggota dan calon anggota koperasi yang membutuhkan

penambahan modal kerja segera. Program pembiayaan cepat

menggunakan akad Murabahah. Planfond program pembiayaan cepat

maksimal Rp. 2.000.000,-.

6) Pinjaman Tabarru’

Adalah program pinjaman yang diberikan Koperasi Serba Usaha

Ubasyada untuk anggota dan calon anggota koperasi yang tidak

mampu/dhuafa dengan ketentuan yang berlaku. Pembiayaan tabarru’

menggunakan akad Qardh Al Hasan yaitu pinjaman tanpa margin atau

bagi hasil. Pengembalian sesuai dengan jumlah pinjaman. Plafond

program Pinjaman Tabarru’ maksimal Rp. 1.000.000,-.

Page 58: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

49

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Penanganan Barang Jaminan Menurut Undang-Undang yang Berlaku

Dalam ketentuan hukum positif di Indonesia penanganan atau eksekusi

barang jaminan atas pembiayaan bermasalah dilakukan sesuai dengan jenis

pengikatan jaminan yang digunakan saat melakukan perikatan. Berdasarkan

terjadinya jaminan dibedakan atas jaminan yang lahir karena Undang-undang dan

jaminan yang lahir karena perjanjian. Jaminan yang lahir karena Undang-undang

merupakan jaminan yang ditunjuk keberadaannya oleh Undang-undang tanpa

adanya perjanjian dari para pihak, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1131

KUHPerdata. Berdasarkan ketentuan Undang-undang misalnya yang diatur dalam

pasal 1134 Kitab Undang-undang Hukum Perdata tentang utang piutang yang

didahulukan (bevoorrechte schulden) yaitu Privilege. Jaminan yang lahir karena

perjanjian adalah jaminan yang terjadi karena adanya perjanjian para pihak atau

perjanjian tambahan dari perjanjian pokok yang telah diperjanjikan seperti fidusia,

hak tanggungan dan gadai.

Saat terjadi pembiayaan bermasalah atau debitur wanprestasi maka lembaga

keuangan akan melakukan penangan atau mengeksekusi barang jaminan yang telah

diperjanjikan dalam perjanjian pokok, untuk menutupi kekurangan kredit yang

dibayarkan debitur. Beberapa cara yang digunakan untuk melakukan eksekusi

barang jaminan, berdasarkan pengikatan jaminan yang digunakan saat perjanjian

dilakukan, yaitu:

1. Fidusia

Fidusia dalam terminologi bahasa Belanda dikenal dengan istilah fiduciare

eigendom overdrancht sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah

fiduciary transfer of ownership. Dalam bahasa Indonesia fidusia sering disebut

sebagai “penyerahan hak milik secara kepercayaan”.45 Lembaga Jaminan

45 Sutan Reny Sjadeni, Kebebbasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi

Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Ban di Indonesia, (Jakarta: Institusi Bankir Indonesia, 1993),

h. 30

Page 59: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

50

Fidusia memberikan kemudahan kepada Pemberi Fidusia untuk tetap dapat

menguasai barang jaminan yang dijaminkan untuk mendapatkan pembiayaan.46

Eksekusi jaminan fidusia adalah penyitaan dan penjualan benda yang

menjadi obyek jaminan fidusia. Timbulnya eksekusi jaminan fidusia disebabkan

karena debitur cidera janji atau tidak memenuhi prestasinya tepat pada waktunya

kepada penerima fidusia, walaupun pemberi fidusia telah diberikan somasi.

Dalam pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, diatur 3 (tiga) cara

eksekusi jaminan fidusia akibat debitur yang cidera janji, yaitu:

a. Pelaksanaan titel eksekutorial

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (2)47 oleh penerima fidusia

Dalam sertifikat jaminan fidusia yang diterbitkan kantor Pendaftaran Fidusia

yang memiliki irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa”. Sertifikat jaminan fidusia ini memimiki kekuatan eksekutorial yang

sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap. Eksekutorial yang dimaksud adalah kewenangan yang dimiliki oleh

pemegang jaminan fidusia untuk melakukan eksekusi langsung barang

jaminan yang diikatkan melalui jaminan fidusia tanpa melalui pengadilan

dengan ketentuan:

1) Dalam pelaksanaan titel eksekusi oleh penerima fidusia mengandung 2

(dua) syarat yaitu: debitur atau pemberi fidusia cidera janji;

2) Adanya sertifikat jaminan fidusia yang mencantumkan “Demi Keadilan

Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

b. Penjualan benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaan

penerima fidusia melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan

piutangnya dari hasil penjualan

Penerima fidusia mempunyai hak menjual benda obyek jaminan fidusia

atas kekuasaannya sendiri apabila debitur wanprestasi atau cidera janji.

Penjulan dengan cara ini dikenal dengan lembaga Parate Eksekusi dan

46 Nur Adi Kumaladewi, Eksekusi Kendaraan Bermotor sebagai Jaminan Fidusia yang

berada pada Pihak Ketiga, Jurnal Repertorium Volume 11, 2015 47 Lihat Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

Page 60: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

51

diharuskan dijual memlalui pelelangan umum, dengan demikian Parate

Eksekusi adalah kewenangan yang diberikan oleh undang-undang atau

putusan pengadilan kepada salah satu pihak untuk melaksanakan sendiri

secara paksa isi perjanjian mana kala terjadi wanprestasi.

c. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi

dan penerima fidusia jika dengan demikian dapat diperoleh harga tertinggi

yang menguntungkan para pihak

Eksekusi jaminan fidusia melalui penjualan di bawah tangan adalah suatu

perkembangan sistem eksekusi yang sebelumnya juga telah dianut dalam

eksekusi Hak Tanggungan atas Tanah dam Undnag-Undang Nomor 4 Tahun

1996.

Seperti halnya dalam undang-undang hak tanggungan maka dalam undang-

undang fidusia ini, penjualan di bawah tangan terhadap objek fidusia juga

mengandung beberapa persyaratan agar eksekusi fidusia dapat dilakukan

melalui penjualan di bawah tangan, 3 (tiga) persyaratan untuk dapat

melakukan penjualan di bawah tangan:48

1) Kesepakatan pemberi dan penerima fidusia. Syarat ini diperkirakan akan

berpusat pada soal harga dan biaya yang menguntungkan para pihak;

2) Setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh

pemberi dan atau penerima fidusia kepada pihak-pihak berkepentingan;

3) Diumumkan sedikitnya 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang

menguntungkan.

2. Hak Tanggungan

Hak tanggungan yang di atur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1999 tentang Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak

tanah beserta atau tidak beserta benda-benda yang berada di atasnya. Pasal 1

butir 1 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1999 tentang Hak Tanggungan atas

tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah menyatakan:

48 Shinta Andriyani, Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia di Perum Pegadaian Kota

Semarang, Universitas Diponegoro Semarang, 2007, h. 46

Page 61: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

52

“Hak tanggungan atas Tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan

tanah, tang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah Hak jaminan yang

dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,

berikut atau tidak berikut benda-benda lain merupakan satu kesatuan dengan

tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang

diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lainya.

Penangan atau eksekusi barang jaminan yang menggunakan pengikatan

hak tanggungan terhadap debitur yang wanprestasi atau terjadinya pembiayaan

bermasalah diatur dalam Pasal 20 sampai Pasal 21 Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1996. Dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 diatur

tentang tata cara eksekusi hak tanggungan. Eksekusi hak tanggungan dilakukan

melalui 3 cara yaitu:49

a. Melalui penjualan di bawah tangan.

Penjualan di bawah tangan dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan

penerima hak tanggungan jika demikian dapat diperoleh hara tinggi yang

menguntungkan para pihak. Pelaksanaan penjualan di bawah tangan hanya

dapat dilakukan setelah melewati 1 (satu) bulan sejak diumumkan dalam 2

(dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan atau media

masa setempat serta tidak ada pihak yang menyatakan keberatan;

b. Melalui kekuatan titel eksekutorial yang tercantum dalam sertifikat hak

tanggungan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2). Irah-irah

(kepala keputusan) yang dicantumkan dalam sertifikat hak tanggungan

dimaksudkan untuk menegaskan adanya kekuatan eksekutorial pada

sertifikat hak tanggungan, sehingga apabila debitur cidera janji, siap untuk

di eksekusi seperti halnya suatu putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap, melalui tata cara dan dengan menggunakan lembaga

parate executie sesuai dengan hukum Acara Perdata;

49 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan DI Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004), h. 190-191

Page 62: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

53

c. Melalui kekuasaan penerima hak tanggungan sendiri (parate eksekusi

berdasarkan pasal 6 UUHT)50. Eksekusi berdasarkan kekuatan sendiri

(parate eksekusi) dengan cara mengajukan pemohonan lelang eksekusi

terhadap objek hak tanggungan kepada kantor Lelang Negara.

3. Gadai

Istilah gadai berasal dari terjemahan kata pand (bahasa Belanda) atau

pledge atau pawn (bahasa Inggris). Hukum jaminan gadai di Indonesia belum

memiliki sumber hukum yang mandiri layaknya pada Hak Tanggungan dan

Jaminan Fidusia yang telah memiliki undang-undang khusus. Adapun ketentuan

yang secara khusus mengatur dan berkaitan dengan jaminan gadai dapat

ditemukan dalam buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijt

Wetboek). KUHPerdata merupakan ketentuan hukum yang berasal dari produk

Pemerintahan Hindia Belanda, yang diundangkan pada tahun 1848.

Diberlakukan di Indonesia berdasarkan asas konkordansi51. Pasal 1150

KUHPerdata menyatakan gadai adalah

“Suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan

kepadanya oleh debitur atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya

dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan

piutangnya dari barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur lain; dengan

pengecualian biaya penjualan sebagi pelaksanaan putusan atas tuntutan

mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya penyelamatan itu, yang

dikeluarkan setelah barang itu diserahkan sebagai gadai dan yang harus

didahulukan”.

50 Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan menyatakan apabila debitur cidera janji,

pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas

kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan dari hasil penjualan

tersebut. 51 Asas Konkordansi yaitu suatu asas yang melandasi diberlakukannya hukum Eropa atau

hukum di negeri Belanda pada masa itu untuk diberlakukan juga kepada Golongan Eropa yang ada

di Hindia Belanda (Indonesia pada masa itu). Tri Jata Ayu Pramesti, Arti Asas Konkordansi, diakses

di m.hukumonline.com pada tanggal 29 September tahun 201., selain KUHPerdata Ketentuan Gadai

juga di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1970 tentang perubahan Peraturan

Pemerintah Nomor 7 Tahun 1969 tentang Perusahaan Jawatan Pegadaian dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 103 tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian.

Page 63: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

54

Berdasarkan rumusan yang diberikan tersebut dapat diketahui bahwa

untuk dapat disebut gadai, maka harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:52

a. Gadai diberikan hanya atas benda bergerak;

b. Gadai harus dikeluarkan dari penguasaan pemberi gadai;

c. Gadai memberikan kewenangan kepada kreditur untuk memperoleh

pelunasan terlebih dahulu atas piutang kreditur (droit Ed preference);

d. Gadai memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mengambil sendiri

pelunasan secara mendahului tersebut.

Setelah terjadi penjanjian gadai antara pemberi gadai dan penerima gadai

maka timbullah hak dan kewajiban masing-masing pihak. Pemberi gadai

berkewajiban membayar angsuran pinjaman sesuai dengan yang ditentukan oleh

penerima gadai. Karena dalam surat bukti kredit (SBK) telah ditentukan syarat

jika dengan tanggal jatuh tempo pinjaman tidak dilunasi atau diperpanjang,

maka barang jaminan akan dilelang pada tanggal yang sudah ditentukan.

Dalam gadai pelelangan dapat diketahui saat pemberi gadai lalai dalam

menjalankan kewajibannya. Di mana lelang barang jaminan akan dilakukan 20

hari setelah tanggal jatuh tempo53. Dalam 20 hari masa tenggang tersebut

pemberi gadai tidak melaksanakan kewajibannya untuk melunasi utang maka

penerima gadai atau pegadaian akan melakukan lelang barang gadai untuk

menutupi utang yang tidak mampu di bayar. Penjualan dilakukan di hadapan

umum menurut kebiasaan setempat dengan persyaratan yang lazim. Apabila ada

kelebihan dari penjualan barang di muka umum tersebut, maka uang sisanya

akan dikembalikan kepada pemberi gadai.

Prakteknya bahwa penerima gadai tidak memberikan teguran kepada

debitur yang lalai melaksanakan kewajibannya. Ketentuan ini hanya berlaku

52 Kartini Muljadi dan Gunawan, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Istimewa, Gadai dan

Hipotek, (2005), h. 73-74 53 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan DI Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004), h. 52

Page 64: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

55

terhadap benda gadainya yang nilainya sengat kecil, tetapi jika nilai gadainya

besar, maka pihak penerima gadai memberikan somasi kepada debitur satu kali.

Apabila somasi tersebut tidak di tanggapi oleh pemberi gadai, maka penerima

gadai dapat melakukan pelelangan terhadap objek gadai.

4. Hipotek

Hipotik menurut Pasal 1162 BW adalah suatu hak kebendaan atas benda-

benda tidak bergerak, untuk mengambil penggantian daripadanya untuk

pelunasan suatu perikatan. Hipotik memeliki sifat accesoir namun dalam

pemenuhannya hipotik labih didahulukan dari piutang yang lain berdasarkan

pasal 1133-1134 KUHPerdata. Obyeknya adalah benda-benda tetap atau benda-

benda yang tidak bergerak. Benda yang menjadi obyek hipotik antara lain

berdasarkan pasal 509 KUHPerdata, pasal 314 ayat 4 KUHD, UU No. 21 Tahun

1992 tentang Pelayaran dan UU No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan. Pasal

1167 KUHPerdata menyebutkan bahwa benda bergerak tidak apa dibebani

dengan hipotik. Maksudnya adalah sebagai berikut:54

a. Benda tak bergerak berdasarkan pasal 506 KUHPerdata;

b. Benda tetap karena peruntukan berdasarkan pasal 507 KUHPerdata;

c. Benda tetap karena Undang-Undang berdasarkan pasal 508 KUHPerdata.

Sebelum dilakukannya pemasangan hipotik, maka terdapat adanya suatu

perjanjian kredit terlebih dahulu yang merupakan perjanjian pokok sebagai dasar

dari pada perjanjian hipotik kapal. Bentuk perjanjian pokok tersebut adalah

bebas dapat berbentuk akta di bawah tangan. Akta Notaris atau perjanjian kredit

biasa. Pemasangan hipotik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Dibuat di hadapan pegawai pencatat balik nama ( Syahbandar pada kantor

Administrator Pelabuhan kelas I, II dan III ) ( Pasal 15 d jo Pasal 36 d jo Pasal

53 jo Pasal 57 ayat 2 jo Pasal 38 ayat 2 jo Pasal 53 ayat 2 Peraturan Menteri

perhubungan No. KM/81/OT 002 /Phb- 85 );

54Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan DI Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004), h. 201

Page 65: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

56

b. Dibuat di hadapan pegawai pencatat balik nama;

c. Dibuat di tempat kapal terdaftar;

d. Dibuat oleh para pihak yang bersangkutan ( kreditur dan debitur ).

e. Dibuat dengan akte otentik, dimana didalam gross akte tersebut tertulis:

“Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa “ sehingga

mempunyai kekuatan seperti layaknya putusan hakim pengadilan

(mempunyai kekuatan eksekutorial ).

Sesudah pemasangan hipotik dan seklaigus pendaftaran akte hipotik

dihadapan pegawai pencatat balik nama. Selesailah sudah proses pemasangan

hipotik. Surat – surat yang diperlukan pada saat melakukan pemasangan hipotik

adalah sebagai berikut :

a. Akta otentik atau bawah tangan tentang pengakuan utang si debitur kepada

kreditur;

b. Akta pendaftaran kapal;

c. Surat ukur kapal;

d. Surat bukti pembayaran uang leges dari kantor kas Negara.

Karena grosse akta hipotik telah mempunyai kekuatan eksekutorial, maka

dapatlah dilakukan eksekusi tanpa turut campurnya pihak pengadilan ( Pasal 224

HIR). Di dalam praktek pada waktu memasang hipotik, si pemegang hipotik juga

diberikan kuasa untuk menjual bila debitur tidak mampu membayar hutang

(kuasa ini dicantumkan dalam akte hipotik) dan dari penjualan tersebut untuk

melunasi hutang debitur sedang sisanya diserahkan kepada debitur.

Walaupun di dalam ketentuan perundangan telah diatur bahwa eksekusi

atas kapal yang dihipotikkan “tidak memerlukan“ penetapan Pengadilan Negeri,

namun dalam praktek masih melalui Lembaga tersebut karena masih

menimbulkan kesulitan (bagi kreditur) dalam melakukan eksekusi.

B. Praktek penanganan atau eksekusi barang jaminan di Lembaga Keuangan

Mikro Syariah

Dalam praktek, tidak semua pengikatan jaminan digunakan oleh lembaga

keuangan mikro. Efisiensi dan mudah di eksekusi saat terjadi pembiayaan

Page 66: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

57

bermasalah menjadi salah satu alasan lembaga keuangan untuk memilih pengikatan

yang lebih menguntungkan di kemudian hari. Pengikatan fidusia dan hak

tanggungan merupakan 2 (dua) pengikatan yang digunakan di lembaga keuangan

mikro, karena objek dan sifat yang melekat kepada pengikatan jaminan terebut.

1. Hak Tanggungan

a. Objek Hak Tanggungan

Menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun1996 tentang

Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan

tanah diatur bahwa:

1) Hak atas Tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan adalah:55

a) Hak milik;

b) Hak guna usaha;

c) Hak guna bangunan.

2) Selain hak-hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud ayat 1 tersebut, hak

pakai atas tanah negara menurut ketentuan yang berlaku wajib di daftaran

dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan dan juga dapat dibebani

Hak Tanggungan.

Selain obyek hak tanggungan yang tersebut di atas rumah susu juga

menjadi salah salah satu objek Hak Tanggungan. Pasal 12 ayat (1)56 Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang rumah susun menyatakan:

Rumah susun berikut tang tempat bangunan itu berdiri serta benda

lainnya yang merupakan atau kesatuan dengan tanah tersebut dapat

dijadikan jaminan hutang dengan:

a) Dibebani hipotik, jika tanahnya tanah hak milik atau hak guna usaha;

b) Dibebani fidusia, jika tanahnya hak pakai atas tanah negara.

55 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2002), h. 146

56 Penjelasan Pasal 12 ayat (1) UU Nomor 16 Tahun 1985, Sesuai dengan ketentuan Pasal

25 dan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tanah hak milik dan guna guna bangunan

dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan (hipotik).

Page 67: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

58

b. Sifat-Sifat Hak Tangungan

Sifat-sifat yang melekat pada jaminan hak tanggungan adalah sebagai

berikut:57

1) Bersifat Memaksa

Terdapat beberapa ketentuan dalam Undang-undang Hak

Tanggungan yang bersifat memaksa dan tidak dimungkinkan untuk

dilakukan penyimpangan. Pertama, pada Pasal 6 Undang-undang Hak

Tanggungan dinyatakan apabila debitur cidera janji, pemegang hak

tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan

atas kekuasaan sendiri melalui petualangan umum dan mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Kedua, pada Pasal 12

yang menyatakan apabila terdapat janji yang memberikan kewenangan

kepada pemegang hak tanggungan untuk memiliki objek hak tanggungan

apabila debitur cidera janji, batal demi hukum. Hal ini diadakan dalam hal

melindungi kepentingan debitur dan pemberi hak tanggungan lainnya

terutama jika nilai objek hak tanggungan melebihi utang yang dijaminkan.

Ketiga, pada Pasal 13 ayat (1) mengisyaratkan bahwa pemberian hak

tanggungan wajib didaftarkan pada kantor pertanahan. Keempat, pada

Pasal 14 ayat (3) bahwa sertifikat hak tanggungan mempunyai kekuatan

eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap;

2) Dapat beralih atau dipindah tangankan

Hak tanggungan bersifat assesoir, yang mengikuti perikatan pokok,

yaitu perjanjian pembiayaan yang menjadi dasar lahirnya hak tanggungan.

Sesuai dengan ketentuan pasal 16 ayat (1), (2) dan (5) undang-undang Hak

Tanggungan. Jika piutang yang dijaminkan dengan hak tanggungan

beralih karena cessie, subrogasi, pewarisan atau sebab-sebab lain, hak

tanggung tersebut beralih karena hukum kepada kreditor baru. Yang

dimaksud dengan cessie adalah perbuatan hukum mengalihkan piutang

57 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, (Jakarta: Kencana Persada

Media Group, 2008), h. 147

Page 68: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

59

oleh kreditor pemegang hak tanggungan kepada pihak lain, sedangkan

sobrogasi adalah penggantian kreditor oleh pihak ketiga yang melunasi

utang debitur;

3) Hak tanggung bersifat individualiteit

Hak tanggung bersifat individualiteit adalah meskipun atas sebidang

tanah tertentu diletakkan lebih dari hak tanggungan, namun masing-

masing hak tanggung tersebut berdiri sendiri, terlepas antara satu pihak

dengan pihak lain sebagaimana yang tertera dalam Pasal 5 Undang-undang

Hak tanggungan. Apabila suatu objek hak tanggungan dibebani dengan

lebih dari satu hak tanggungan, peringkat masing-masing Hak

Tanggungan ditentukan menurut tanggal pendaftarannya pada kantor

pertanahan. Eksekusi atau hapusnya hak tanggungan yang satu tidak

mempengaruhi terhadap hak tanggungan lainnya yang dibebankan di atas

tanah yang dijaminkan dengan hak tanggungan tersebut.58

4) Hak Tanggungan bersifat menyeluruh

Sifat menyeluruh hak tanggungan dapat ditemukan pada Pasal 4 ayat

(4) dan (5) Undang-undang Hak Tanggungan. Hak Tanggungan dapat

dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya

yang telah ada atau akan ada yang merupakan sesuatu kesatuan dengan

tanah tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang

pembebanannya dengan tegas dinyatakan dalam Akta Pemberian Hak

Tanggungan yang bersangkutan;

5) Hak Tanggungan tidak dapat dipisah-pisahkan

Bahwa Hak Tanggungan membebani secara utuh objek hak

tanggungan dan setiap bagian daripadanya. Telah dilunasi sebagian dari

utang yang dijaminkan tidak berarti terbebasnya sebagian objek hak

tanggungan dari beban hak tanggungan, melainkan hak tanggungan itu

58 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, (Jakarta: Kencana Persada

Media Group, 2008), h. 160

Page 69: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

60

tetap membebani seluruh objek hak tanggungan untuk sisa utang yang

belum dilunasi;

6) Hak Tanggungan berjenjang (ada prioritas yang satu atas yang lainnya)

Perjenjangan Hak Tanggungan sebagai hak kebendaan tertera dalam

Pasal 5 Undang-undang Hak Tanggungan. Suatu objek hak tanggungan

dapat dibebani dengan lebih dari satu hak tanggungan guna menjamin

pelunasan lebih dari satu utang. Apabila suatu objek hak tanggungan

dibebani dengan lebih dari satu hak tanggungan, peringkat masing-masing

hak tanggungan ditentukan menurut tanggal pendaftaran pada kantor

pertanahan;

7) Harus diumumkan (asas publistitas)

Pasal 13 ayat (1) menyatakan pemberian hak tanggungan wajib

didaftarkan pada kantor pertanahan, saat pendaftaran pembebanan hak

tanggungan adalah saat di mana lahirnya hak tanggungan tersebut;

8) Hak Tanggungan mengikuti bendanya (droit de suite)

Ini merupakan ciri utama hak kebendaan di mana pemegang hak

kebendaan dilindungi. Kepada tangan siapa pun kebendaan yang dimilik

dengan hak kebendaan tersebut beralih, pemilik dengan hak kebendaan

tersebut berhak untuk menuntutnya kembali. Hal ini dirumuskan dalam

Pasal 7 Undang-undang Hak Tanggungan di mana hak tanggungan tetap

mengikuti objeknya dalam tangan siapa pun objek tersebut berada;

9) Bersifat mendahulu (droit preference)

Hak Tanggungan diberikan sebagai jaminan perlunasan utang yang

bersifat mendahulu dengan cara menjual sendiri bidang tanah yang

dijaminkan dengan hak tanggungan dan selanjutnya memperoleh

pelunasan dari hasil penjualan tersebut hingga sejumlah nilai hak

tanggungan atau nilai piutang kreditur;

10) Hak Tanggungan sebagai Jura In Re-Alinea (yang terbatas)

Hak Tanggungan digunakan semata-mata ditujukan bagi pelunasan

utang. Kreditur tidak dapat berbuat bebas dengan hak kebendaan yang

Page 70: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

61

dijaminkan atau tidak dapat memiliki objek hak tanggungan tersebut

selamanya.

2. Fidusia

a. Objek jaminan Fidusia

Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

jaminan Fidusia, maka yang menjadi objek Jaminan Fidusia adalah benda

bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan (inventor) benda

dagangan, piutang, peralatan mesin dan kendaraan bermotor. Setelah

berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia, maka objek jaminan fidusia diberikan pengertian yang lebih luas.

Dalam Pasal 1 ayat (4), Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 20 Undang-Undang

Jamian Fidusia, benda-benda yang menjadi objek jaminan fidusia adalah:

a. Benda yang dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum;

b. Benda berwujud;

c. Benda berwujud termasuk piutang;

d. Benda bergerak;

e. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan

dan hipotek;

f. Benda yang ada maupun yang diperoleh kemudian;

g. Hasil dari benda yang menjadi obyek jaminan fidusia.

c. Sifat-Sifat Jaminan Fidusia

Sifat-sifat yang melekat pada jaminan fidusia adalah sebagai

berikut:59

1) Jaminan kebendaan (zakelijkezekerheld/security Rights in rem)

Walaupun tidak dinyatakan dengan tegas, namun jika dikaitkan

dengan hak yang didahulukan yang dimiliki Penerima Fidusia terhadap

kreditor lainnya serta adanya ketentuan bahwa benda yang dibebani

jaman fidusia wajib didaftarkan kepada kantor pendaftaran fidusia,

59 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2001), h. 124

Page 71: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

62

maka dengan sendirinya melekat di dalamnya unsur kebendaan karena

melalui pendaftaran berarti ada pemberitahuan kepada umum (asas

publisitas) yang mengisyaratkan bahwa jaminan fidusia adalah jaminan

kebendaan;

2) Accessoir

Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok

yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu

prestasi (Pasal 20 Undang-undang Jaminan Fidusia). Akibatnya

menurut Pasal 25 ayat (1) a Undang-undang Jaminan Fidusia, jaminan

fidusia hapus demi hukum bilamana utang yang dijamiankan dengan

jaminan fidusia hapus;

3) Droit de Suite

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Undang-undang Jaminan

Fidusia, Jaminan Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek

Jaminan Fidusia dalam tangan siapa pun benda tersebut berada, kecuali

pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

4) Droit de Preference

Berdasarkan Pasal 1 angaka (2) Undang-undang Jaminan Fidusia,

penerima fidusia mempunyai kedudukan yang lebih diutamakan

terhadap kreditor lainnya. Kemudi menurut Pasal 20 ayat (1) Undang-

undang Jaminan Fidusia, penerima fidusia memiliki hak didahulukan

terhadap kreditor lainnya. Hak didahulukan tersebut adalah hak

penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil

eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia;

5) Constitutum Possessorium

Dalam Jaminan Fidusia terjadi suatu pengalihan hak milik atas suatu

benda atas dasar kepercayaan, namun benda yang dialihkan hak

kepemilikannya tersebut tetap berada dalam penguasaan pemberi

fidusia. Pengalihan hak kepemilikan benda tersebut dilakukan dengan

cara constitutum possessorium artinya pengalihan hak milik suatu

Page 72: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

63

benda dengan melanjutkan pengalihan hak milik atas benda yang

bersangkutan;

6) Jaminan Pelunasan Utang

Pasal 1 angka (2) Undang-undang Jaminan Fidusia menyatakan

secara tegas bahwa Jaminan Fidusia atas suatu benda adalah sebagai

agunan bagi pelunasan utang tertentu. Sedangkan Pasal 1 angka (7)

menyatakan bahwa utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat

dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia atau

mata uang lainnya, baik secara langsung maupun yang akan timbul di

kemudian hari. Selanjutnya Pasal 7 mengatur lebih lanjut utang yang

pelunasannya dapat dijamin dengan jaminan fidusia yaitu berupa utang

yang telah ada, utang yang akan timbul di kemudian hari yang telah

diperjanjikan dalam jaminan tertentu, atau utang yang pada saat

eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan perjanjian pokok

yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi;

7) Asas Publisitas

Menurut ketentuan Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Jaminan

Fidusia benda yang dibebani jaminan fidusia wajib didaftarkan. Dalam

penjelasan dinyatkan bahwa pendaftaran benda yang dibebani jaminan

fidusia dilaksanakan ditempat kedudukan pemberi fidusia, dan

pendaftarannya mencakup benda baik yang berada di dalam maupun di

luar wilayah Indonesia;

8) Asas Spesialitas

Pembebanan benda dengan jaminan fidusia menurut Pasal 5 ayat (1)

Undang-undang Jaminan Fidusia dibuat dalam Akta Notaris dalam

Bahasa Indonesia dan merupakan Akta Jamian Fidusia;

9) Jaminan Fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu Penerima

Fidusia

Ketentuan ini dimaksudkan sebagai pemberian fidusia kepada lebih

dari satu penerima fidusia dalam rangka pembiayaan konsorsium atau

sindikasi;

Page 73: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

64

10) Tidak boleh ada fidusia ulang

Pasal 17 Undang-undang Jaminan Fidusia menyatakan pemberi

fidusia dilarang melakukan fidusia ulang terhadap benda yang menjadi

objek jaminan fidusia yang sudah terdaftar;

11) Parate Eksekusi

Parate Eksekusi adalah hak yang dimiliki kreditur untuk melakukan

penjualan atas kekuasaannya sendiri atau seolah-olah miliknya sendiri,

benda-benda yang telah dijaminkan oleh debitur bagi pelunasan

utangnya.

Dua jenis pengikatan jaminan ini60 menjadi pilih bagi lembaga keuangan

mikro, mengingat objek pada pengikatan ini paling banyak digunakan

masyarakat saat terjadinya akad,61 atas pembiayaan yang diajukan kepada

lembaga keuangan mikro Syariah. Saat terjadi pembiayaan bermasalah atau

debitur cidera janji, maka eksekusi barang jaminan akan dilakukan berdasarkan

ketentuan yang berlaku dalam pengikatan jaminan melalui fidusia dan hak

tanggungan.

Penanganan jaminan atau eksekusi yang ada pada jaminan fidusia tidak

berbeda dengan penanganan jaminan melalui hak tanggungan sebagaimana

dijelaskan sebelumnya yaitu melalui eksekusi titel eksekutorial, parate eksekusi

melalui pelelangan umum dan eksekusi di bawah tangan. Ketiga jenis eksekusi

ini memiliki kelebihan dan kekurangan pada pelaksanaannya sehingga dalam

praktek tidak semua eksekusi digunakan oleh lembaga keuangan mikro Syariah.

Eksekusi menggunakan titel eksekutorial dapat dilakukan dengan

penjualan objek jaminan dengan memperhatikan ketentuan Hukum Acara

Perdata yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen

Indonesia yang diperbaharui (Het Herziene Indonesisch Reglement) dan Pasal

258 Regelemen Acara Hukum untuk daerah luar Jawa dan Madura (Reglement

60 Pengikatan Jaminan secara Fidusia dan Hak Tanggungan 61 Akad merupakan kesepakan kedua belah pihak yang mewajibkan keduanya untuk

melaksankan apa yang telah disepakati. Muhammad Maksum, Model-Modek Kontrak Dalam

Produk Keuangan Syariah, dalam Al-‘Adalah, Vol. XII, No. 1, 2014, h. 50

Page 74: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

65

dot Regeling van het Rechtswezen de Gewesten Buiten Java en Madura).

Pelaksanaan penjualan benda jaminan tunduk dan patuh pada Hukum Acara

Perdata sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 224 HIR atau 258 RBg, yang

prosedur pelaksanaannya memerlukan waktu yang cukup lama.62

Penjualan barang jaminan bisa dilakukan dengan parate eksekusi (tanpa

keterlibatan pengadilan) melalui pelelangan umum. Akan tetapi dalam

prakteknya saat ini lembaga lelang enggan untuk melakukan pelelangan secara

langsung, kreditur diharuskan mendapatkan putusan ataupun penetapan

pengadilan terlebih dahulu, sehingga memerlukan keterlibatan pihak pengadilan.

Dalam berapa kasus, pihak debitur atau pihak ketiga melakukan perlawanan

terhadap penetapan pengadilan yang menetapkan pelaksanaan eksekusi benda

jaminan tersebut.63

Karena banyaknya lembaga keuangan mikro Syariah yang tidak

mendaftarkan jaminan fidusia dan hak tanggungan ke kantor yang berwenang,

dengan alasan karena biaya, waktu dan tidak praktis dalam bisnis.64 Sehingga

eksekusi titel eksekutorial dan parate eksekusi tidak bisa terapkan akibat

sertifikat yang tidak memiliki kekuatan hukum yang cukup. Pendapat Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) yang menyatakan tidak wajibnya pendaftaran fidusia.65

Membuat lembaga keuangan yang tidak mendaftarkan barang jaminan yang

diikatkan dengan jaminan fidusia dan hak tanggungan. Akibatnya dalam

pengikatan jaminan pada sebuah akad lembaga keuangan hanya melakukan di

bawah tangan antara lembaga keuangan dan debitur. Hal ini membuat dalam

praktek eksekusi lembaga keuangan lebih sering mengiakan eksekusi di bawah

62Anton Suryanto, Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Kredit Mace, (Depok:

Prenadamedia Group, 2018), h. 127 63Anton Suryanto, Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Kredit Mace, (Depok:

Prenadamedia Group, 2018), h. 143 64Muhammad Maksum, Penerapan Hukum Jaminan Fidusia Dalam Kontrak Pembiayaan

Syariah, dalam Jurnal Cita Hukum, Vol. III, No. 1, 2015, h. 3 65 Muhammad Maksum, Penerapan Hukum Jaminan Fidusia Dalam Kontrak Pembiayaan

Syariah, dalam Jurnal Cita Hukum, Vol. III, No. 1, 2015, h. 3

Page 75: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

66

tangan, selain praktis dan biaya murah eksekusi di bawah tangan juga lebih

menguntungkan kedua belah pihak.

C. Kesesuaian Penanganan Barang Jaminan atas Pembiayaan Bermasalah di

Lembaga Keuangan Mikro Syariah Menurut Fatwa DSN-MUI dan

Ketentuan yang Berlaku

Dalam praktek di lembaga keuangan di Indonesia, bahkan dalam

pembiayaan mudharabah pun yang prinsinya kerja sama bank juga meminta

bukti kepemilikan jaminan kepada nasabah. Berdasarkan fatwa DSN-MUI

Nomor 7 tahun 2000 tentang Mudharabah, walaupun dalam prinsipnya

pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak

melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau

pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudahaib terbukti

melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam

akad.66 Terlihat bahwa, semua perikatan atau akad yang dilakukan di lembaga

keuangan harus disertai dengan barang jaminan untuk menjaga kepentingan

kreditur, jika terjadi gagal bayar atau wanprestasi. Dengan adanya barang

jaminan lembaga keuangan mempunyai kesempatan untuk melunasi utang

debitur gagal bayar dengan menjual barang jaminan yang telah di berikan dan

disepakati oleh debitur saat akad pokok dilakukan.

Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan lembaga keuangan untuk

meminta jaminan, baik berupa orang ataupun barang. Orang atau barang tersebut

digunakan sebagai penjamin atas pembiayaan yang diberiakan kepada nasabah.

Akibatnya, saat terjadi pembiaayaan bermasalah lembaga keuangan bisa

mengunakan jaminan tersebut untuk melunasi sisa utang yang dimiliki nasabah

yang bermasalah dalam pembiayaannya.

Pengikatan jaminan dengan prinsip fidusia dan hak tanggungan merupakan

pengikatan jaminan yang paling populer digunakan di lembaga keuangan.

Karena objek yang terdapat pada pengikatan tersebut. Obyek yang dijaminkan

pada pengikatan yang menggunakan prinsip fidusia ataupun hak tanggungan

66 Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenadamedia, 2018),

h. 297

Page 76: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

67

merupakan barang-barang yang mudah di cairkan. Ketika terjadi permasalahan

barang-barang yang menggunakan pengikatan fidusia dan hak tanggungan dapat

dengan mudah dijual atau dilelang secara umum untuk memperoleh dana cepat

dalam pelunasan utang.

Jenis pengikatan jaminan yang digunakan dalam akad sangat berpengaruh

terhadap penangan barang jaminan di kemudian hari. Misalnya pengikatan

jaminan dengan perjanjian di bawah tangan, tidak bisa dilakukan lelang secara

umum, sehingga mengharuskan penetapan pengadilan, jika kesepakatan para

pihak belum tercapai. Pengikatan jaminan yang memiliki kekuatan hukum yang

kuat apabila telah di daftarkan pada lembaga berwenang dan di buat di hadapan

notaris. Misalnya pengikatan barang jaminan yang sudah berupa gros akta yang

memiliki irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa”

dapat di eksekusi secara langsung oleh penerima jaminan saat terjadi gagal bayar

oleh nasabah. Irah-irah yang tertera dalam akta tersebut belaku layaknya putusan

pengadilan yang telah memiliki kekuatan eksekusi.

Setiap pengikatan jaminan yang menggunakan prinsip fidusia ataupun hak

tanggungan didaftarkan pada lembaga yang berwenang, agar memiliki kekuatan

hukum yang cukup. Namun dalam prakteknya KBMT Al-Jibaal dan KSPPS

Ubasyada lebih cenderung menggunakan pengikatan secara di bawah tangan,

tanpa melibatkan notaris atau pihak ketiga dalam pengikatannya karena

dianggap lebih praktis dan ekonomis. Secara hukum hal ini di bolehkan

berdasarkan asas pacta sunt servanda yang menyatakan bahwa para pihak dalam

perjanjian memiliki kepastian hukum dan oleh karenanya dilindungi secara

hukum, sehingga jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan perjanjian, maka

hakim dalam keputusannya dapat memaksa agar pihak yang melanggar itu

melaksankan kewajibanya sebagaimana yang tertuang dalam perjanjian. Asas

yang dikemukan oleh Grotius ini mengambil prinsip-prinsip hukum alam,

khusunya kodrat. Bahwa seseorang yang mengikatkan diri pada sebuah janji

mutlak untuk memenuhi janji tersebut. Karena janji yang mereka buat berlaku

layaknya undang-undang.

Page 77: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

68

Kendala pengiktan secara di bawah tangan muncul saat terjadi pembiayaan

bermasalah. Kreditur tidak bisa langsung mengeksekusi barang jaminan untuk

pelunasan utang debitur yang pengikatanya dilakukan di bawah tangan. Karena

penjualan secara langsung dan pelelangan secara umum baru dapat dilakukan

Jika sudah ada bukti kesepakatan para pihak yang melakukan perikatan tersebut

yang tertuang dalam gros akta atau yang sudah memiliki akta yang dikeluarkan

oleh lembaga yang berwenang.

Konsekuensinya muncul saat terjadi pembiayaan bermasalah dan

mengharuskan penanganan barang jaminan untuk pelunasan utang debitur.

Lembaga mempunyai 2 (dua) pilihan dalam penanganannya yakni melalui

gugatan biasa ke pengadilan atau dengan eksekusi di bawah tangan. Dua cara ini

memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri, misalanya dalam gugatan bisa,

penanganan barang jaminan melalui gugatan biasa berlangsung layaknya

berperkara di pengadilan dalam kasus tertentu yang memiliki beberapa rentetan

agenda yang harus dilalui, mulai dari gugatan ke pengadilan, pembuktian,

hingga putusan dari pengadilan. Bahkan bisa lebih lama lagi, mengingat setiap

gugatan biasa yang masuk kepagadilan dan telah diputus, pihak yang keberatan

dengan putusan tersebut dapat mengajukan upaya hukum terhadap putusan

hakim berupa banding, kasasi dan peninjauan kembali. Sementara dalam

penangan barang jaminan melalui gugatan biasa memiliki kekuata hukum yang

kuat, sehingga saat barang jaminan di jual berdasarkan perintah dari pengadilan

maka para pihak harus meneriamanaya.

Berbeda dengan penangan barang jaminan melalui gugatan biasa ke

pengadilan penangan barang jaminan yang dilakukan secara di bawah tangan

tidak membutuhkan waktu yang lama. Dimana saat kesepakatan terjadi antara

pihak, terhadap barang jamian dapat dilakukan penjulan berdasarkan harga yang

menguntungkan. Tentunya hal ini tidak membutuhkan banyak biaya karena

pihak yang terlibat atau lembaga dapat melakukan penjualan langsung terhadap

barang jaminan dan mengambil dana hasil penjualan barang tersebut untuk

pelunasan hutang nasabah. Sepintas terlihat mudah namun dalam prakteknya

banyak lembaga yang melakukan penjualan barang jamian secara di bawah

Page 78: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

69

tangan tanpa melakuakan musyawarah terlebih dahulu dengan nasabah yang

menyerahkan barang jaminan. Akibatnya nasabah yang merasa dirugikan

dengan tindakan kesewenangan lembaga keuangan yang telah menjual barang

jaminan tanpa melakukan pemberitahuan kepada nasabah, bisa melakukan

gugatan ke pengadilan lantaran tidak puas dengan tindakan kesewenangan dari

lembaga keuangan. Jika peristiwa tersebut terjadi lembaga keuangan akan

mengalami banyak kerugian, mulai dari lamanya berperkara di pengadilan yang

membutuhkan banyak biaya, pelunasan utang debitur yang seharusnya bisa di

ambil dari hasil penjualan barang jaminan, baru bisa dilakukan pelelangan

setelah perkara tersebut di putus pengadilan. Akibat yang akan muncul dari

pengikatan jaminan yang dilakukan secara di bawah tangan harus menjadi

perhatian khusus lembaga keuangan dengan jaminan kepada lembaga

berwenang serta melibatkan pihak ketiga dalam pembuatan perjanjian.

Kultur kekeluargaan yang sangat baik yang di bangun oleh lembaga

keuangan mikro Syariah, membuat kreditur tidak kesulitan melakukan eksekusi

barang jaminan secara di bawah tangan, saat terjadi debitur gagal bayar. Di

KSPPS Ubasyada misalnya saat terjadi wanprestasi maka pihak lembaga

memberikan solusi-solusi agar barang debitur tidak dieksekusi. Bahkan pihak

lembaga memberikan toleransi kepada debitur yang beritikad baik dengan

membayar angsuran utang semampunya. Saat itikad baik masih ditunjukkan

debitur, walaupun hanya mampu membayar angsuran Rp. 10.000,- setiap

minggunya, lembaga keuangan sangat menghargai itikad baik yang di tunjukan

nasabah yang beritikad baik tersebut dengan tidak melakukan eksekusi terhadap

barang jaminan yang diberikan.

Kultur kekeluargaan yang baik yang diciptakan lembaga berimbas besar

pada praktek penanganan barang jaminan. Sebelum melakukan penanganan

barang jaminan, setiap pembiayaan bersalah yang tejadi di lembaga keuangan

mikro, kepada nasabah diberikan somasi atau surat peringatan keharusan

membayar sisa utang kepada lembaga sebanyak 3 kali somasi, serta melakukan

pendekatan persuasif agar nasabah memiliki itikad baik dalam pelunasan sisa

utangnya. Dalam hal somasi tidak di respons nasabah sebagaimana mestinya

Page 79: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

70

lembaga keuangan melakukan penjualan barang jaminan tanpa ataupun hadirnya

nasabah. Data dua tahun terakhir dari 2016 sampai 2017. Pembiayaan yang

masuk pada lembaga keuangan KSPPS Ubasyada dengan total 7.2 milyar pada

tahun 2016 dan 6.4 milyar pada tahun 2017,67 yang didominasi dengan akad

murabahah dengan total piutang 3.5 milyar, hanya melakukan 8 (delapan) kali

penjualan barang jaminan akibat dari pembiayaan bermasalah.68

Kultur kekeluarga yang baik tersebut pengaruh besar terhadap kesuksesan

lembaga dalam penanganan barang jaminan untuk pelunasan sisa utang. Dari 8

(delapan) pembiayaan yang mengharuskan penanganan barang jaminan dalam

pelunasan sisa utang, dilakukan secara dibawah tangan yang juga muncul atas

permintaan debitur. Barang yang dijaminkan dan yang dijualpun beragam,

terdiri dari 1 unit mobil dengan 1 nasabah yang mengalami gagal bayar, 6 unit

sepeda motor dengan 6 nasabah pula, serta kulkas dan tv yang di jual untuk

pemenuhan sisa utang satu nasabah. Penjualan secara dibawah tangan selain

lebih cepat juga lebih ekonomis dan lebih menguntungkan kedua belah pihak.

Penjualan di bawah tangan bisa memberikan keutungan besar, namun juga

bisa mengalami kerugian, bahkan tidak cukup untuk menutupi sisa utang

nasabah. Jika barang jaminan di jual oleh orang yang mengerti harga pasar dan

mampu menjual dengan harga yang tinggi tentu hal tersebut memberikan

keuntungan kepada kedua belah pihak. Sebaliknya jika penjualan dilakukan

sebisanya tentu hal tersebut akan merugikan debitur karena hasil penjualan

barang jaminan tidak cukup untuk menutupi sisa utangnya. Di KSPPS Ubasyada

penjualan barang jaminan di bawah tangan bisa terlaksana setelah mendapat

kuasa dari debitur dalam bentuk surat kuasa. Surat kuasa tersebut menjadi bukti

kesepakan penjualan barang jaminan secara di bawah tangan antara para pihak.

Hal yang sama juga diterapkan KBMT Al-Jibaal, jika terjadi pembiayaan

bermasalah KBMT melakukan pendekatan dengan mendatangi rumah debitur

untuk memberikan solusi-solusi penanganan dan penagihan utang debitur. Hal

67 Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) KSPPS Ubasyada tahun 2016 dan 2017. 68 Wawancara Via Telphone dengan Ibu Yeni selaku Manajer KSPPS Ubasyad pada

Tanggal 28 Oktober 2018.

Page 80: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

71

ini dilakukan agar muncul itikad baik dari debitur untuk melanjutkan pelunasan

utang yang masih tersisa. Sejak 2016 sampai 2017 KBMT Al-Jibaal hanya

melakukan 2 (dua) kali penjualan barang jaminan untuk pelunasan utang, yang

keduanya muncul atas permintaan debitur.69 Total 1.6 milyar pembiayaan

kepada 215 nasabah di tahun 2016 dan 198 nasabah pada tahun 201770. Dua kali

penjualan berupa 2 unit sepeda motor atas 2 pembiayaan bermasalah dilakukan

secara di bawah tangan.

Kelebihan dana setelah dilakukan penjualan barang jaminan kedua lembaga

keuangan mikro syariah, sama-sama mengembalikan sisanya kepada debitur,

namun saat terjadi kekurangan setelah penjualan dilaksanakan, kreditur tetap

melakukan penagihan sampai utang debitur lunas dibayar. Hal ini sejalan dengan

ketentuan yang tertuang dalam Fatwa DSN MUI Nomor 25 tahun 2002 tentang

Rahn.

Secara hukum positif dan fatwa penanganan barang jaminan yang

diterapkan di lembaga keuangan mikro Syariah khususnya yang di lembaga

keuangan mikro Syariah KBMT Al-Jibaal dan KSPPS Ubasyada sudah sejalan

dengan Syariah dan ketentuan yang berlaku. Pengikatan jaminan yang ada sudah

mengacu pada hukum positif sementara kelebihan dan kekurangan dana hasil

penjualan barang jaminan sudah mengacu pada Fatwa DSN-MUI Nomor

25/DSN-MUI/III/2002.

69 Wawancara Langsung dengan Ibu Riny Agustini selaku Manejer KBMT Al-Jibaal pada

tanggal 2 Oktober 2018 70 Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) KBMT Al-Jibal tahun 2016 dan 2017

Page 81: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis

mengenai “Penanganan Barang Jaminan atas Pembiayaan Bermasalah pada

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus KBMT Al-Jibaal dan KSPPS

Ubasyada)” maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penanganan barang jaminan atas pembiayaan bermasalah dilakukan oleh

lembaga keuangan untuk membayar sisa utang debitur akibat gagal dalam

pemenuhan prestasinya.

2. Praktek penanganan jaminan dengan parate eksekusi dan titel eksekutorial tidak

digunakan oleh lembaga keuangan mikro syariah karena proses yang lama serta

membutuhkan biaya yang mahal.

3. Eksekusi di bawah tangan menjadi pilihan lembaga keuangan mikro dalam

penanganan barang jaminan. Hal tersebut dipilih karena dianggap lebih efisien

serta tuntutan dari masyarakat yang ingin cepat melunasi utangnya. Jika dalam

penjualan barang jaminan setelah dibayarkan untuk melunasi utang debitur

terdapat kelebihan makan kelebihan dan tersebut akan dikembalikan kepada

debitur namun apabila masih terdapat kekurangan, debitur berkewajiban untuk

membayar sisa utangnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan mengenai “Penanganan

Barang Jaminan atas Pembiayaan Bermasalah pada Lembaga Keuangan Mikro

Syariah (Studi Kasus KBMT Al-Jibaal dan KSPPS Ubasyada)”. Maka saran penulis

sekiranya bermanfaat untuk lembaga keuangan mikro Syariah khususnya KBMT

Al-Jibaal dan KSPPS Ubasyada agar dalam melakukan pengikatan jaminan

melibatkan pihak ketiga yaitu notaris serta mendaftarkannya kepada lembaga yang

berwenang.

Skripsi ini masih memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun

dari segi pengambilan data, sehingga penulis harapkan dikemudian hari bila ada

Page 82: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

73

yang akan melakukan penelitian lebih lanjut kiranya dapat melakukan penelitian

yang cakupanya lebih luas lagi sehingga memiliki informasi dan cakupan data yang

libih luas.

Page 83: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

74

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Al-Mundziri, Abdul Qawi, Ringkasan Shahih Muslim, Solo: Insan Kamil, 2012.

Amalia, Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam; Pengantar Peran LKM

dan UKM di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Andriyani, Shinta, Tesis yang berjudul: Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia di

Perum Pegadaian Kota Semarang, Universitas Diponegoro Semarang, 2007.

AZ-Zuhaili, Wahbah, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, Jakarta:

Gema Insani, 2011.

Bank Indonesia Direktorat Perbankan Syariah, Kamus Istilah Keungan dan

Perbankan Syariah.

Buku Laporan Rapat Anggota Tahunan, KBMT AL-Jibaal Tahun 2016

Buku Laporan Rapat Anggota Tahunan, KBMT AL-Jibaal Tahun 2017

Buku Laporan Rapat Anggota Tahunan, KSPPS Ubasyada Tahun 2016

Buku Laporan Rapat Anggota Tahunan, KSPPS Ubasyada Tahun 2017

Djamil, Faturrahman, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah,

Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan DI Indonesia, Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 1993.

Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum.

Bandung: ALFABETA, 2011.

Page 84: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

75

Fuady, Munir, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.

Ikatan Bankir Indonesia, Bisnis Kredit Perbankan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,

2015.

Jaenal Ahmadi Arifin, dan M Fahmi.. Metode Penelitian Hukum Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010.

Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2004.

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, Jakarta: Kencana

Persada Media Group, 2008.

Muljadi, Kartini dan Gunawan, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Istimewa, Gadai

dan Hipotek, 2005.

Musjtari, Dwi Nurul, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah,

Yogyakarta: Nuha Medika, 2012.

Profil Koperasi BMT Al-Jibaal antara Koperasi BMT Al-Jibaal dengan Baznas,

2016

Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan DI Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004.

Sjadeni, Sutan Reny, Kebebbasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang

bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Ban di Indonesia, Jakarta: Institusi

Bankir Indonesia, 1993.

Page 85: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

76

Suadi, Amran, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, Jakarta: Prenadamedia,

2018

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT.Intermata, 1963.

Sudarsono, Heri, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan Ilustrasi,

Yogyakarta: Ekonisia, 2003.

Sudarsono, Heri, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan Ilustrasi,

Yogyakarta: Ekonisia, 2003.

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta :PT. Raja Grafindo

Persada, 1997.

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta :PT. Raja Grafindo

Persada, 1997.

Suryanto, Anton, Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Kredit Mace, Depok:

Prenadamedia Group, 2018.

Susilo, Y. Sri, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat, 2000.

Thomas, Suyanto, Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1995.

Trisadini, Transaksi Bank Syariah, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013.

Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2012.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2001.

Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Jakarta: Pustaka

Utama Grafiti, 2003.

Page 86: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

77

B. Jurnal

Abdulkadir, Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Adi, Nur Kumaladewi, Eksekusi Kendaraan Bermotor sebagai Jaminan Fidusia

yang berada pada Pihak Ketiga, Jurnal Repertorium Volume 11, 2015

Haprabu, Satya dan Burhanudin Harahap. 2017. Penjualan Lelang Barang Jaminan

Hak Tanggungan Menurut Perspektif Hukum Islam, Jurnal Fakultas

Hukum, Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

Haprabu, Satya. 2016. Pelelangan Benda Jaminan Hak Tanggungan Pada

Pembiayaan Syariah Dalam Perspektif Hukum Jual Beli Menurut Hukum

Islam, Tesis, Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas

Maret: Surakarta.

Luthfida, Lulu, M. Roji Iskandar dan N. Eva Fauziah. 2016. Analisis Penerapan

Fatwa DSN MUI Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn pada

Kelebihan Hasil Jual Lelang Barang Jaminan di BPRS AL SALAAM

(Mohammad Toha Bandung), Jurnal Prodi Keuangan dan Perbankan

Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam: Bandung

Maksum, Muhammad, Model-Modek Kontrak Dalam Produk Keuangan Syariah,

Jurnal Al-‘Adalah, Vol. XII, No. 1, 2014.

Maksum, Muhammad, Penerapan Hukum Jaminan Fidusia Dalam Kontrak

Pembiayaan Syariah, dalam Jurnal Cita Hukum, Vol. III, No. 1, 2015.

Sumaksari, Bela Dina Putri. 2013. Kesesuaian Pelaksanaan Lelang Barang

Jaminan Rahn Bermasalah Berdasarkan Farwa Dewan Syariah Nasional

Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 (Studi di P.T Bank BRI Syariah Cabang Kota

Malang), Jurnal Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas

Brawijaya: Malang

Page 87: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

78

C. Peraturan Perndang-Undang

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 68/DSN-MUI/III Tahun 2008 tentang

Rahan Tasjily

Fatwa DSN MUI Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

Peraturan Bank Indonesia No. 13/9/PBI/2011 tanggal 8 Februari 2011tentang

Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang

Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan

Syariah

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1965 tentang Penanaman Modal Asing

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria

Undang-Undang Republik Indonesia Noomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga

Keuangan Mikro

Page 88: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

79

LAMPIRAN

Page 89: PENANGANAN BARANG JAMINAN ATAS PEMBIAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44570/1/TOMI ABDUL AZIZ-FSH.pdf · Skripsi . Diajukan untuk ... paksa/lelang. Di fatwa

80