pemilihan pelarut untuk rekristalisasi.docx

2
Pemilihan Pelarut untuk Rekristalisasi Pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses rekristalisasi adalah pelarut cair, karena tidak mahal, tidak reaktif dan setelah melarutkan zat padat organik bila dilakukan penguapan akan lebih mudah memperolehnya kembali. Kriteria pelarut yang baik: Tidak bereaksi dengan zat padat yang akan di rekristalisasi. Zat padatnya harus mempunyai kelarutan terbatas (sebagian) atau relatif tak larut dalam pelarut, pada suhu kamar atau suhu kristalisasi. Zat padatnya mempunyai kelarutan yang tinggi (larut baik) dalam suhu didih pelarutnya. Titik didih pelarut tidak melebihi titik leleh zat padat yang akan direkristalisasi. Zat pengotor yang tak diinginkan harus sangat larut dalam pelarut pada suhu kamar atau tidak larut dalam pelarut panas. Pelarut harus cukup volatile (mudah menguap) sehingga mudah untuk dihilangkan setelah zat padat yang diinginkan telah terkristalisasi. Jika data kelarutan tidak diperoleh dalam literatur, harus dilakukan penentuan kelarutan zat padat tersebut dalam sejumlah pelarut, dengan cara mengurut kepolaran pelarut- pelarut tersebut. Urutan titik didih ( dalam 0 C ) beberapa pelarut : air (100) > metanol (65) > etanol (78) > aseton (56) > metilen klorida (40) > etileter (35) > kloroform (61) > benzena (80) > CCl4 (76) > ligroin (90-115) > heksana (68) > petroleum eter (35-60) > pentana (36). Kekuatan melarutkan suatu pelarut, pada umumnya bertambah dengan bertambahnya titik didih. Umpamanya etanol dapat melarutkan dua kali lebih banyak dari pada metanol. Kadang- kadang diperlukan pasangan/campuran pelarut. Dua pelarut yang dapat bercampur satu sama lain, dengan kemampuan

Upload: elissa-sarwohono

Post on 01-Jan-2016

75 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

FILE

TRANSCRIPT

Page 1: Pemilihan Pelarut untuk Rekristalisasi.docx

Pemilihan Pelarut untuk Rekristalisasi Pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses

rekristalisasi adalah pelarut cair, karena tidak mahal, tidak reaktif dan setelah melarutkan zat padat organik bila dilakukan penguapan akan lebih mudah memperolehnya kembali. Kriteria pelarut yang baik:

Tidak bereaksi dengan zat padat yang akan di rekristalisasi.  Zat padatnya harus mempunyai kelarutan terbatas (sebagian)

atau relatif tak larut dalam pelarut, pada suhu kamar atau suhu kristalisasi.

 Zat padatnya mempunyai kelarutan yang tinggi (larut baik) dalam suhu didih pelarutnya.

Titik didih pelarut tidak melebihi titik leleh zat padat yang akan direkristalisasi.

Zat pengotor yang tak diinginkan harus sangat larut dalam pelarut pada suhu kamar atau tidak larut dalam pelarut panas.

Pelarut harus cukup volatile (mudah menguap) sehingga mudah untuk dihilangkan setelah zat padat yang diinginkan telah terkristalisasi. Jika data kelarutan tidak diperoleh dalam literatur, harus dilakukan penentuan kelarutan zat padat tersebut dalam sejumlah pelarut, dengan cara mengurut kepolaran pelarut-pelarut tersebut.

Urutan titik didih ( dalam 0C ) beberapa pelarut : air (100) > metanol (65) > etanol (78) > aseton (56) > metilen klorida (40) > etileter (35) > kloroform (61) > benzena (80) > CCl4 (76) > ligroin (90-115) > heksana (68) > petroleum eter (35-60) > pentana (36).

Kekuatan melarutkan suatu pelarut, pada umumnya bertambah dengan bertambahnya titik didih. Umpamanya etanol dapat melarutkan dua kali lebih banyak dari pada metanol. Kadang-kadang diperlukan pasangan/campuran pelarut. Dua pelarut yang dapat bercampur satu sama lain, dengan kemampuan melarutkan yang berbeda, adalah pasangan pelarut yang sangat berguna.

Pada pembuatan aspirin juga ditambahkan air untuk melakukan rekristalisasi berlangsung cepat dan akan terbentuk endapan.

Ditambahkan  aqua bertujuan untuk melarutkan asam salisilat sebagai bahan baku pembentukan aspirin karena adanya ikatan hidrogen yang terbentuk antara gugus -OH dengan air, sekaligus menghentikan reaksi karena air akan menghidrolisis anhidrida asam asetat menjadi 2 molekul asam asetat.

Page 2: Pemilihan Pelarut untuk Rekristalisasi.docx

Lalu pemberian es batu juga bertujuan untuk mempercepat pembentukan kristal karena kelarutan aspirin dalam suhu yang rendah itu kecil. Dengan menambahkan etanol, kristal hasil kristalisasi akan melarut dengan mudah dan kristal akan terpisah dengan air dan diperoleh kristal yang lebih murni.Menurut dari data diatas, kesimpulan yang dapat saya ambil . . . .Mengapa yang menggunakan pelarut air lebih cepat pembentukan kristal aspirin, dibandingkan dengan pelarut etanol ???

1. Walaupun etanol lebih mudah menguap dari pada air, tetapi etanol

2. Ss

http://shintaochienmocin.blogspot.com/2012/11/kristalisasi-dan-sublimasi.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Aspirinhttp://tabroni-ali.blogspot.comhttp://id.wikipedia.org/wiki/Etanol