sifat - sifat pelarut organik

55
PERCOBAAN I Judul : Sifat-sifat Pelarut Organik Tujuan : Membedakan pelarut organik yang bersifat polar dan pelarut organik yang bersifat non-polar Hari/Tanggal : Selasa /14 Oktober 2014 Tempat : Laboratarium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin I. DASAR TEORI Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. Diantara beberapa golongan senyawaan organic adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya hidrokarbon aromatic, senyawa yang mengandung paling tidak satu cincin benzena. Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah terjadi dan memebentuk disperse molekuler yang homogen. Kelarutan suatu zat(solute) dalam solven Sifat-Sifat Pelarut Organik 1

Upload: risnawati

Post on 14-Nov-2015

577 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

Percobaan I Praktikum Kimia Organik 1

TRANSCRIPT

PERCOBAAN IJudul : Sifat-sifat Pelarut OrganikTujuan: Membedakan pelarut organik yang bersifat polar dan pelarut organik yang bersifat non-polarHari/Tanggal: Selasa /14 Oktober 2014Tempat: Laboratarium Kimia FKIP UNLAM BanjarmasinI. DASAR TEORISenyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. Diantara beberapa golongan senyawaan organic adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya hidrokarbon aromatic, senyawa yang mengandung paling tidak satu cincin benzena.Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah terjadi dan memebentuk disperse molekuler yang homogen. Kelarutan suatu zat(solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan, yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan dengan tetapan dielektikum atau momen dipol, ikatan hydrogen, ikatan Van der waals (London) atau ikatan elktrolistatik yang lain.(Anonim, 2012)Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen dipolnya. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hydrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehid, keton dan lain-lain yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah. Karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk dalam golungan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hydrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionic dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut non polar (Martin, 1993).Bahan yang bersifat polar terdiri dari bahan yang bersifat ionik atau kovalen. Untuk yang nonpolar umumnya adalah bersifat kovalen. Berdasarkan polaritas ini maka pelarut. Pelarut yang ada dialam juga dapat dogolongkan. Hal ini dapat membantu pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan saat akan melarutkan bahan (Iqmal, 2012). Melarut tidaknya suatu zat dalam suatu sistem tertentu dan besarnya kelarutan., sebagian besar tergantung pada sifat serta intensitas kekuatan yang ada pada zat terlarut-pelarutdan resultan interaksi zat terlarut-pelarut,kelarutan suatu senyawa tergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, selain itu dipengaruhi pula oleh faktot temperature, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada terbaginya zat terlarut. Kelarutan zat terlarut juga struktur molekulnya seperti perbandingan gugus polar dan nonpolar dari molekul. Semakin panjang rantai karbon nonpolar dari alifatis, semakin kecil kelarutannya dalam air. Kelarutan zat terlarut dalam pelarut juga dipengaruhi oleh polaritas atau momen dipole pelarut. Pelarut-pelarut polar dapat melarutkan senyawa-senyawa ionik serta senyawa-senyawa polar lainnya (Widyaningsih, 2009)Karbon dapat membentuk lebih banyak senyawa dibandingkan unsur lain sebab atom tidak hanya dapat membentuk ikatan karbon-karbon tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga, tetapi juga bisa terkait satu sama lain membentuk struktur rantai dan cincin.Dalam senyawa kovalen seperti H2O, HCl, CH3OH atau H2C=O, satu atom mempunyai keelektronegatifan yang substansi lebih besar daripada yang lain. Semakin tinggi keelektronegatifan suatu atom, semakin besar terikatnya terhadap elektron ikatan-ikatannya tidak cukup bagi atom untuk memecahkannya menjadi ion, tetapi cukup sehingga atom ini mempunyai bagian rapat elektron yang lebih besar.

II. ALAT DAN BAHANAlat yang digunakan:1. Batang pengaduk1 buah2. Gelas kimia 500 mL4 buah3. Gelas ukur 10 mL7 buah4. Hotplate1 buah5. Kaca arloji1 buah6. Pipet tetes7 buah7. Penjepit tabung reaksi2 buah8. Rak tabung reaksi1 buah9. Spatula3 buah10. Neraca analitik1buah11. Tabung reaksi7 buah12. Lumpang dan alu1buahBahan yang digunakan :1. Air 2. Benzena3. Etanol4. kloroform5. Metanol6. n-heksana7. Sikloheksana8. Sampel padat (A, B dan C)9. Sampel cair (D dan E) Keterangan :A : sukrosaC : vaselin E : n-heksana B : naftalenaD : air

III. PROSEDUR KERJAa) Kelarutan suatu zat dalam pelarut organik.1. Menimbang 0,1 g sampel A kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi. Menambahkan 1 mL benzena sambil mengaduk. Mengamati apa yang terjadi.2. Apabila sampel tidak larut, memanaskan campuran di dalam penangas air sampai mendidih. Mengamati apa yang terjadi.3. Mengulangi percobaan 1 dan 2 dengan mengganti pelarut n-heksana dengan pelarut yang telah ditentukan (etanol, sikloheksana, air, kloroform, n-heksana dan metanol).4. Melakukan hal yang sama dengan sampel B (naftalen) dan C (vaselin).b) Pencampuran antar pelarut organik.1. Memipet 1 mL sampel D (air) kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi. Menambahkan 1 mL benzena sambil mengocok dan mengamati apa yang terjadi.2. Mengulangi percobaan 1 dan 2 dengan mengganti pelarut benzena dengan pelarut lain yang sudah ditentukan.3. Melakukan hal yang sama untuk sampel E(n-heksana).IV. HASIL PENGAMATANNoPerlakuanHasil pengamatan

1A. Kelarutan suatu zat dalam pelarut organikSampel A (sukrosa) menimbang 0,1 gram sukrosa memasukkan 1mL benzena kedalam tabung reaksi mengaduk dan memanaskan mengamati

larutan bening dan tidak larut

sukrosa tetap bewarna putih susu setelah dipanaskan

2 menimbang 0,1 gram sukrosa memasukkan 1mL etanol kedalam tabung reaksi mengaduk dan memanaskan mengamati larutan sedikit keruh dan tidak larut

sukrosa tetap bewarna putih susu setelah dipanaskan

4 menimbang 0,1 gram sukrosa memasukkan 1mL sikloheksana kedalam tabung reaksi mengaduk dan mengamati larutan bening

sampel larut

5 menimbang 0,1 gram sukrosa memasukkan 1 mL air kedalam tabung reaksi mengaduk dan memanaskan Mengamati larutan bening

sukrosa menjadi putih bening, larutan keruh dan tidak larut setelah dipanaskan

6 menimbang 0,1 gram sukrosa memasukkan 1 mL air kedalam tabung reaksi mengaduk dan memanaskan Mengamati larutan bening

sukrosa menjadi putih susu, dan tidak larut setelah dipanaskan

7 menimbang 0,1 gram sukrosa memasukkan 1 mL air kedalam taung reaksi

mengaduk dan memanaskan Mengamati larutan bening dan tidak larut

sampel larut setelah dipanaskan

1Sampel B ( Naftalena) menimbang 0,1 gram naftalena memasukkan 1 mL benzenakedalam tabung reaksi mengaduk dan mengamati

larutan keruh dan sampel larut

2 menimbang 0,1 gram naftalena memasukkan 1 mL etanolkedalam tabung reaksi mengaduk dan memanaskan mengamati larutan bening dan sampel tidak larut

sampel larut setelah dipanaskan

3 menimbang 0,1 gram naftalena memasukkan 1mL sikloheksana kedalam tabung reaksi mengaduk dan mengamati

larutan keruh dan sampel larut

4 menimbang 0,1 gram naftalena memasukkan 1 mL airkedalam tabung reaksi mengaduk dan memanaskan mengamati larutan keruh dan sampel tidak larut sampel menggumpal setelah dipanaskan

5 menimbang 0,1 gram naftalena memasukkan 1 mL kloroformkedalam tabung reaksi mengaduk dan mengamati

larutan keruh dan sampel larut

6 menimbang 0,1 gram naftalena memasukkan 1 mL n- hekasankedalam tabung reaksi mengaduk dan memanaskan mengamati larutan bening dan sampel tidak larut

sampel larut dan bewarna keruh setelah dipanaskan

7 menimbang 0,1 gram naftalena memasukkan 1 mL metanolkedalam tabung reaksi mengaduk dan memanaskan mengamati larutan bening dan sampel tidak larut

larutan bening dan sampel larut sesaat dan kemudian menjadi kristal setelah dipanaskan

1Sampel C (vaselin) menimbang 0,1 gram vaselin memasukkan 1 mL benzenakedalam tabung reaksi mengaduk dan mengamati

larutan keruh dan sampel larut

2 menimbang 0,1 gram vaselin memasukkan 1 mL etanolkedalam tabung reaksi mengaduk dan memanaskan mengamati larutan bening dan sampel tidak larut larutan bening dan sampel larut setelah dipanaskan

3 menimbang 0,1 gram vaselin memasukkan 1 mL sikloheksanakedalam tabung reaksi mengaduk dan mengamati larutan keruh dan sampel larut larutan bening dan sampel larut setelah dipanaskan

4 menimbang 0,1 gram vaselin memasukkan 1 mL airkedalam tabung reaksi mengaduk dan memanaskan mengamati larutan bening dan sampel tidak larut larutan bening dan sampel larut setelah dipanaskan

5 menimbang 0,1 gram vaselin memasukkan 1 mL kloroformkedalam tabung reaksi mengaduk dan mengamati

larutan keruh dan sampel larut tanpa dipanaskan

6 menimbang 0,1 gram vaselin memasukkan 1 mL n-heksanakedalam tabung reaksi mengaduk dan mengamati

larutan keruh dan sampel larut tanpa dipanaskan

7 menimbang 0,1 gram vaselin memasukkan 1 mL metanolkedalam tabung reaksi mengaduk dan memanaskan mengamati larutan bening dan sampel tidak larut sampel tidak larut setelah dan berupa gumpalan setelah dipanaskan

1B. Pencampuran antar Pelarut OrganikSampel D (air) Mengambil air 1 mL memasukkan kedalam tabung reaksi dan melakukannya sampai 7 tabung reaksi

larutan bening

2 menambahkan 1mL benzena pada tabung I mengocok mengamati yang terjadi larutan bening

membentuk gelembung membentuk dua lapisan

3 menambahkan 1 mL etanolpada tabung II mengocok mengamati yang terjadi memebentuk larutan homogen

larutan bening

4 menambahkan 1 mL sikloheksana pada tabung II mengocok mengamati yang terjadi terbentuk gelembung

membentuk dua lapisan larutan bening

5 menambahkan 1 mL kloroform pada tabung II

mengocok mengamati yang terjadi membentuk gelembung lebih banyak daripada tabung I dan II membentuk dua lapisan larutan bening

6 menambahkan 1 mL etanolpada tabung II mengocokmengamati yang terjadi engamati

larutan bening langsung membentuk dua lapisan tanpa danya gelembung

7 menambahkan 1 mL etanolpada tabung II mengocokmengamati yang terjadi engamati larutan bening membentuk larutan homogen

8 menambahkan 1 mL etanolpada tabung II mengocokmengamati yang terjadi engamati larutan bening memebentuk larutan homogen

1Sampel E (n-heksana) Mengambil sampel E (n-heksana) 1mL dan memasukkan ke dalam tabung reaksi dan melakukannya sampai 7 tabung reaksi-larutan bening

2 Menambahkan 1 mL benzena pada tabung I mengocok dan mengamati larutan sedikit keruh

membentuk larutan homogen

3 Menambahkan 1 mL n- heksana pada tabung II mengocok dan mengamati larutan sedikit keruh membentuk larutan homogen

4 Menambahkan 1 mL sikloheksana pada tabung III mengocok dan mengamati larutan bening membentuk gelembung pada dasar tabung reaksi

5 Menambahkan 1 mL methanol pada tabung IV mengocok dan mengamati larutan bening membentuk gelembung pada pemisahan larutan

6 Menambahkan 1 mL etanol pada tabung V mengocok dan mengamati larutan sedikit keruh

membentuk dua lapisan

7 Menambahkan 1 mL kloroform pada tabung VI mengocok dan mengamati larutan keruh

membentuk gelembung

8 Menambahkan 1 mL aquades pada tabung VII mengocok dan mengamati larutan bening

membentuk dua lapisan

V. ANALISIS DATAUntuk menentukan apakah suatu senyawa atau larutan bersifat polar dan non-polar, maka harus dilihat terlebih dahulu rumus struktur dari senyawa-senyawa yang telah ada pada percobaan, yaitu sampel A (sukrosa), B (naftalena), C (Vaseline), D (air) dan E (n-heksana).

Sampel A (sukrosa)Sample B (naftalena)

Sampel D (air)Sampel C (vaselin)

CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH3Sampel E (n-heksana)Sampel E (n-heksana)

Selain itu, kita juga perlu mengetahui rumus struktur dari pelarut-pelarut yang digunakan pada percobaan ini. Pelarut-pelarut tersebut adalah benzena, sikloheksana, methanol, etanol dan kloroform.Berikut ini adalah rumus struktur dari pelarut-pelarut tersebut :

Kloroform sikloheksanaSikloheksanaBenzena

AirEtanol Metanol

Dilihat dari struktur-struktur pelarut di atas, maka dapat diketahui pelarut yang bersifat polar dan bersifat nonpolar. Berdasarkan spektrumnya kepolaran suatu senyawa dipengaruhi oleh simetris tidaknya bentuk molekul dan gugus-gugus fungsionalnya, serta momen dipol senyawa tersebut. Senyawa polar yaitu senyawa yang mempunyai momen dipol 0 dengan struktur molekulnya yang asimetris. Sedangkan senyawa nonpolar mempunyai momen dipol yang sama dengan nol dengan struktur molekulnya yang simetris. Pelarut-pelarut di atas yang termasuk senyawa polar adalah etanol, metanol dan air, sedangkan untuk senyawa nonpolar adalah benzena, sikloheksana, n-heksana, dan kloroform. 1. Kelarutan Suatu Zat Dalam Pelarut OrganikPercobaan ini menggunakan 3 sampel padat yaitu sampel A (sukrosa), sampel B (naftalena), sampel C (vaselin) dengan 7 pelarut yaitu benzena, etanol, metanol, sikloheksana, kloroform, n-heksana dan aquades.A. Sampel A (sukrosa)Sukrosa mempunyai rumus molekul C12H22O11 yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa yang berikatan melalui gugus OH dengan melepaskan air. Sukrosa banyak memiliki gugus fungsional OH, sehingga mampu membentuk ikatan hidrogen di antara molekulnya dan merupakan senyawa yang bersifat polar. Berdasarkan sifatnya ini, secara teori sukrosa akan larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut nonpolar. Di bawah ini adalah kelarutan sukrosa dalam berbagai pelarut, yaitu:1. Pelarut AquadesSukrosa larut dalam sempurna dalam air tanpa pemanasan, ini terjadi karena sukrosa dan aquades memiliki sifat yang sama yaitu bersifat polar. Sukrosa adalah senyawa yang banyak mengandung gugus OH yang bersifat hidrofilik dan gugus OH tersebut mampu membentuk ikatan hidrogen dengan molekul aquades sehingga dapat larut dalam aquades. Selain itu, aquades juga memiliki konstanta dielektrik yang tinggi (e = 80) sehingga tingkat kemampuan untuk melarutkan sukrosa juga tinggi.

1. Pelarut metanolSukrosa dalam pelarut metanol larut setelah dipanaskan. Hal ini membuktikan bahwa sukrosa yang bersifat polar dapat larut dalam pelrut yang bersifat polar yaitu methanol yang dapat memebentuk ikatan hidrogen, kemungkinan lain terjadi karena sukrosa hanya bisa larut dalam senyawa polar yang memiliki bilangan dielektrik tinggi seperti air yang memiliki bilangan dielektrik 80,10 sedangkan metanol memiliki bilanngan dielektrik 34,6 saja. Konstanta dielektrik metanol yang rendah ini menyebabkan tingkat kemampuannya untuk melarutkan sukrosa juga rendah.

1. Pelarut etanolSukrosa dalam pelarut etanol tidak dapat larut meskipun memanaskan sampai mendidih, selain itu meskipun senyawa etanol memiliki sifat polar yang sama dengan sukrosa. Hal ini kemungkinan dikarenakan sukrosa yang diambil terkontaminasi oleh zat lain yang menyebabkan sukrosa tidak larut dalam etanol dan karena sukrosa hanya bisa larut dalam senyawa polar yang memiliki bilangan dielektrik tinggi seperti air yang memiliki bilangan dielektrik 80,10 sedangkan etanol memiliki bilanngan dielektrik 24,5 saja. Konstanta dielektrik etanol yang rendah ini menyebabkan tingkat kemampuannya untuk melarutkan sukrosa juga rendah.

1. Pelarut benzena, sikloheksana, kloroform dan n-heksanaDalam pelarut benzena, sikloheksana, kloroform dan n-heksana, sukrosa tidak larut meskipun sudah mengalami proses pemanasan hingga pelarut medidih. Beberapa penyebabnya adalah karena pelarut tersebut memiliki struktur molekul yang simetris dan tidak dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekulnya, selain itu keempat pelarut tersebut memiliki konstanta dielektrik yang sangat rendah. Ketiga hal tersebut menyebabkan pelarut bersifat nonpolar. Perbedaan sifat antara zat terlarut sukrosa yang polar dengan pelarut yang nonpolar menjadi penyebab sukrosa tidak dapat larut dalam keempat pelarut tersebut. Keadaan ini sesuai dengan prinsip kelarutan like dissolves.B. Sampel B (Naftalena)Naftalena merupakan senyawa organic yang bersifat non polar karena atom-atomnya mempunyai harga kelektronegatifan hamper sama dimana keduanya merupakan tarikan yang hampir sama pula.senyawa naftalena mempunyai tetapan dielektrik yang rendah, berarti senyawa tersebuttidak memiliki kutub positif (+) dan kutub negatif (-) akibat meratanya distribusi electron, sehingga momen dipole sama dengan nol dan akan mudah larut dalam pelarut non polar saja.1. Pelarut AquadesNaftalena dalam pelarut air tidak dapat larut dan membentuk gumpalan yang mengapung dan ketika dipanaskan naftalena jadi mengeras membentuk kristal. Ketidaklarutan naftalena ini terjadi karena perbedaan sifat antara naftalena dengan aquades yaitu naftalena bersifat nonpolar sedangkan aquades bersifat polar. Nafatalena adalah senyawa polisiklik aromatik yang sama sekali tidak memiliki gugus hidrofil sehingga tak dapat larut dalam aquades. Penyebab naftalena menjadi mengeras adalah karena naftalena mudah menguap saat dipanaskan, uap ini kemudian terjebak dalam aquades dan membentuk emulsi. Saat didinginkan, naftalena yang mudah mengeras menjadi kristal seperti yang terbentuk pada percobaan.

1. Pelarut metanolNaftalena dalam pelarut metanol tidak larut, ini disebabkan karena keduanya memiliki sifat yang berbeda, dimana naftalena bersifat nonpolar sedangkan metanol bersifat polar. Namun ketika dilakukan pemanasan naftalena jadi sedikit larut. Hal ini terjadi karena proses pemanasan akan meningkatkan kelarutan sedangkan naftalena yang dilarutkan sangat sedikit, selain itu metanol juga memiliki gugus alkil yaitu metil (CH3) yang berifat nonpolar (hidrofobik) yang dapat berinteraksi dengan naftalena. Selain itu konstanta dielektrik yang dimiliki metanol cukup rendah, inilah yang membuat metanol memiliki sedikit kemampuan untuk melarutkan naftalena (emetanol = 24.5). Secara teoritisnya senyawa yang bersifat nonpolar tidak dapat larut dalam senyawa yang bersifat polar. Hal ini kemungkinan karena methanol memiliki dua gugus yang bersifat polar dan nonpolar, gugus polarnya adalah OH dan gugus nonpolarnya adalah CH3 sehingga methanol dapat larut pada zat polar dan nonpolar.

1. Pelarut etanolSukrosa dalam pelarut metanol tidak melarut hal ini dikarenakan perbedaan sifat kepolaran dimana naftalena bersifat nonpolar sedangkan etanol bersifat polar. Namun ketika dipanaskan naftalena jadi sedikit larut. Hal ini terjadi karena proses pemanasan akan meningkatkan kelarutan sedangkan naftalena yang dilarutkan sangat sedikit, selain itu etanol juga memiliki gugus alkil yaitu etil (C2H5) yang berifat nonpolar (hidrofobik) yang dapat berinteraksi dengan naftalena. Selain itu juga konstanta dielektrik yang dimiliki etanol juga rendah, hal inilah yang membuat etanol memiliki sedikit kemampuan untuk melarutkan naftalena (eetanol = 34.5). Secara teoritisnya senyawa yang bersifat nonpolar tidak dapat larut dalam senyawa yang bersifat polar. Hal ini kemungkinan karena etanol memiliki dua gugus yang bersifat polar dan nonpolar, gugus polarnya adalah OH dan gugus nonpolarnya adalah C2H5 sehingga etanol dapat larut pada zat polar dan nonpolar.

1. Pelarut benzena, sikloheksana, dan kloroform0,1 g vaselin dapat larut dalam pelarut benzena, sikloheksana, dan kloroform tanpa dipanaskan, karena ketiga pelarut tersebut memiliki struktur molekul yang simetris dan tidak dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekulnya, selain itu ketiga pelarut tersebut memiliki konstanta dielektrik yang sangat rendah. Ketiga hal tersebut menyebabkan pelarut bersifat nonpolar sehingga dapat melarutkan naftalena yang bersifat nonpolar. Hal ini membuktikan bahwa sesuai dengan prinsip kelarutan like dissolves like senyawa organic yang bersifat nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.

1. Pelarut n-heksanaDalam pelarut n-heksana, naftalena dapat sedikit larut hanya jika dilakukan proses pemanasan karena proses pemanasan akan meningkatkan kelarutan suatu zat. Meskipun n-heksana merupakan pelarut nonpolar karena memiliki struktur molekul yang simetris dan tidak dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekulnya, namun jika dibandingkan dengan benzena, sikloheksana, dan kloroform, maka n-heksana memiliki konstanta dielektrik yang paling rendah (e = 1,890), sehingga tingkat kemampuan melarutkannya juga lebih rendah. Dalam hal ini jika jumlah pelarut n-heksana diperbanyak maka kemungkinan 0,1 g naftalena dapat larut juga tinggi.C. Sampel C (Vaselin)Vaselin putih adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak bumi yang keseluruhan dan hampir keseluruhan dihilangkan warnanyaVaselin bersifat nonpolar yang dapat dilihat berdasarkan strukturnya yang simetris dengan perbedaan elektronegatifitasnya yang kecil, selain itu momen dipolnya sama dengan nol dan resultan gaya antara momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas (PEB) yang saling meniadakan. Vaselin bersifat nonpolar karena vaselin tidak mengandung gugus hidroksil (-OH) sehingga tidak bisa memebentuk ikatan hidrogen.1. Pelarut aquadesVaselin dalam pelarut aquades tidak larut karena perbedaan sifat, vaselin bersifat nonpolar sedangkan air bersifat polar. Namun ketika dipanaskan vaselin jadi larut, padahal mestinya vaselin tidak dapat larut. Hal ini terjadi karena vaselin yang dilarutkan sangat sedikit sehingga aquades (air) yang merupakan pelarut universal mampu melarutkannya.

1. Pelarut metanolVaselin dalam pelarut metanol tidak larut meski dipanaskan karena perbedaan sifat, dimana vaselin bersifat nonpolar sedangkan metanol bersifat polar.

1. Pelarut etanolVaselin dalam pelarut etanol tidak larut karena perbedaan sifat, vaselin bersifat nonpolar sedangkan etanol bersifat polar. Namun ketika dipanaskan vaselin jadi larut. Hal ini dikarenakan vaselin yang dilarutkan sangat sedikit dan etanol memiliki gugus alkil yaitu etil (-C2H5) yang bersifat nonpolar (hidrofobik) yang dapat berinteraksi dengan vaselin sehingga mampu melarutkan vaselin tersebut.

1. Pelarut benzena, sikloheksana, kloroform dan n-heksana0,1 g vaselin dapat larut dalam pelarut benzena, sikloheksana, kloroform dan n-heksana, karena keempat pelarut tersebut memiliki struktur molekul yang simetris dan tidak dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekulnya, selain itu keempat pelarut tersebut memiliki konstanta dielektrik yang sangat rendah. Ketiga hal tersebut menyebabkan pelarut bersifat nonpolar. Sehingga keempat pelarut tersebut dapat melarutkan vaselin yang bersifat nonpolar.

1. Pencampuran antar Pelarut OrganikPercobaan ini menggunakan 2 sampel cair yaitu sampel D (air) dan sampel E( n-heksana) dengan tujuh pelarut yaitu benzena, etanol, sikloheksana, kloroform, n-heksana, methanol dan air (aquades).D. Sampel D (aquades)Dilihat dari strukturnya, aquades mempunyai ikatan hidrogen intermolekul dan mempunyai momen dipol yang tinggi yaitu 1,850 D dan tetapan dielektriknya 80,10. Hal ini menyebabkan kemampuan aquades untuk mensolvasi ionnya besar sehingga dapat ditentukan bahwa air merupakan senyawa polar. 1. Pelarut aquadesAquades yang dicampurkan dalam pelarut aquades dapat larut sempurna tanpa pemanasan dalam pelarut air karena memiliki sifat yang sama yaitu polar dan kedua senyawa tersebut dapat membentuk ikatan hidrogen terhadap molekul-molekulnya. Selain itu kesamaan bentuk molekulnya (tetrahedral) menyebabkan tingkat kelarutannya menjadi meningkat.1. Pelarut metanolAquades yang dicampurkan dalam pelarut metanol dapat larut sempurna tanpa pemanasan dalam pelarut air karena memiliki sifat yang sama yaitu polar. Aquades dapat membentuk ikatan hidrogen dengan metanol karena metanol memiliki gugus OH yang bersifat hidrofilik sehingga aquades dapat larut sempurna. Selain itu kesamaan bentuk molekulnya (tetrahedral) menyebabkan tingkat kelarutannya menjadi meningkat.

1. Pelarut etanolAquades yang dicampurkan dalam pelarut etanol dapat larut sempurna tanpa pemanasan karena memiliki sifat yang sama yaitu polar. Aquades dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus OH pada etanol yang bersifat hidrofilik sehingga aquades dapat larut sempurna. Selain itu kesamaan bentuk molekulnya (tetrahedral) menyebabkan tingkat kelarutannya menjadi meningkat.

1. Pelarut benzenaLarutan aquades yang bersifat polar tidak dapat larut dalam pelarut benzena yang bersifat nonpolar, karena terdapat perbedaan sifat di antara keduanya sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan di bawah adalah air sedangkan lapisan atas adalah benzena, hal ini karena massa jenis air lebih besar daripada massa jenis benzena (air = 1 g/mL; benzena = 0,879 g/mL). Sedangkan batas cekung yang terbentuk disebabkan karena gaya adhesi antara partikel air dengan kaca lebih besar daripada kohesi antara partikel air dengan benzena.1. Pelarut n-heksana dan sikloheksanaDalam pencampuran antara larutan aquades dalam pelarut n-heksana tanpa adanya gelembung dan sikloheksana dengan adanya gelembung membentuk dua lapisan dengan batas rata. Larutan tidak bersatu karena terdapat perbedaan sifat, dimana aquades bersifat polar sedangkan n-heksana dan sikloheksana bersifat nonpolar. Senyawa pada lapisan bawah adalah air sedangkan pada lapisan atas adalah n-heksana dan sikloheksana pada tabung yang lain, hal ini karena massa jenis air yang lebih besar dibandingkan dengan n-heksana maupun sikloheksana. (air = 1 g/mL; n-heksana = 0,655 g/mL; sikloheksana = 0,779 g/mL).1. Pelarut kloroformPencampuran antara aquades yang polar dengan pelarut kloroform yang bersifat nonpolar tidak dapat bersatu karena perbedaan sifat yang masing-masing dimiliki oleh senyawa tersebut. Selain itu campuran ini juga membentuk dua lapisan dengan batas bias cembung, dengan gelembung lebih banyak daripada pelarut benzene dan sikloheksana membuktikan adanya reaksi kimia. Pada bagian atas adalah aquades sedangkan pada bagian bawah adalah kloroform, hal ini karena massa jenis kloroform yang lebih besar dibandingkan dengan massa jenis aquades. (aquades = 1 g/mL; kloroform = 1,498 g/mL).Batas cembung yang terbentuk di antara dua lapisan tersebut disebabkan karena gaya kohesi antara partikel kloroform dengan aquades lebih besar daripada gaya adhesi antara partikel-partikel kloroform dengan kaca tabung reaksi.E. Sampel E (n-heksana)n-heksana merupakan senyawa golongan alkana yang mempunyai 6 atom alkil yang bersifat nonpolar (hidrofobik). Kepolaritasan yang dimiliki n-heksana saangatlah rendah pada ikatannya. n-heksana adalah senyawa nonpolar1. Pelarut aquadesn-heksana yang dilarutkan dalam pelarut aquades tidak dapat larut sehingga terbentuk 2 lapisan dimana pada lapisan bawah adalah air dan pada lapisan atas adalah n-heksana, hal ini karena air > n-heksana. n-heksana tidak larut dalam aquades karena terdapat perbedaan sifat kepolaran dimana n-heksana bersifat nonpolar sedangkan aquades bersifat polar. 1. Pelarut metanoln-heksana dalam pelarut metanol tdak dapat melarut dan memebentuk gelembung pada pemisah larutan ini menandakan adanya reaksi kimia. Senyawa n-heksana yang bersifat nonpolar tidak dapat larut dalam metanol bersifat polar. Hal ini terjadi karena metanol memiliki gugus alkil yaitu metil (CH3) yang berifat nonpolar (hidrofobik) yang dapat berinteraksi dengan n-heksana sehingga metanol dapat melarutkan n-heksana dan bisa juga tidak dapat melarutkan.1. Pelarut etanoln-heksana yang dilarutkan dalam pelarut etanol tidak dapat melarut dan membentuk dua lapisan Senyawa n-heksana yang bersifat nonpolar tidak dapat larut dalam etanol bersifat polar. Hal ini terjadi karena etanol memiliki gugus alkil yaitu etil (C2H5) yang berifat nonpolar (hidrofobik) yang dapat berinteraksi dengan naftalena sehingga dapat melarutkan n-heksana dan bisa juga tidak dapat melarutkan n-heksana.1. Pelarut benzena, sikloheksana, kloroform dan n-heksanaDalam pelarut benzena, sikloheksana, kloroform dan n-heksana, n-heksana dapat larut membentuk larutan yang keruh. Larutnya n-heksana dalam keempat pelarut tersebut karena keempat pelarut tersebut memiliki struktur molekul yang simetris dan tidak dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekulnya, selain itu keempat pelarut tersebut memiliki konstanta dielektrik yang sangat rendah. Ketiga hal tersebut menyebabkan pelarut bersifat nonpolar. Perbedaan sifat antara zat terlarut n-heksana yang nonpolar dengan pelarut yang nonpolar menjadi penyebab n-heksana dapat larut dalam keempat pelarut tersebut. Sedangkan warna keruh yang dihasilkan pada larutan berasal dari warna asal n-heksana yang memang keruh.

VI. KESIMPULAN1. Pelarut organik ada yang bersifat polar dan nonpolar2. Pelarut organik polar adalah air, etanol, dan metanol sedangkan Pelarut organik non polar adalah benzena, sikloheksana, kloroform, dan n-heksana3. Senyawa organik yang bersifat polar lebih mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa organik nonpolar akan lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar.4. Senyawa yang mempunyai struktur ikatan hidrogen akan mudah larut pada senyawa organik yang bersifat polar karena pelarut organic itu akan memilki ikatan hydrogen yang terjadi antar molekul.5. Kelarutan suatu zat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaralain: ketetapan dielektrik, dapat tidaknya membentuk ikatan hidrogen, kemiripan struktur dan kemiripan sifat kepolaran 6. Pelarut organik polar mempunyai gugus hidroksil yang bisa membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa polar sedangkan pelarut organik non polar tidak memiliki gugus hidroksil untuk menghasilkan ikatan hidragen

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika 1. Kediri: Universitas haluoleoArsyad. 2001. Kamus Kimia. Jakarta: Gramedia PustakaFessenden, Rapl J dan Fessenden, Joan S. 1986. Dasar-dasar Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.Iqmal. 2012. Kaidah kelarutan bahan.(19 Oktober 2014).http: // iqmal. Staff.Ugm.ac.idMartin,Alferd. 1993. Farmasi Fisik Dasar-dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik Edisi Ketiga. Jakarta: UI PressSyahmani dan Rilia Iriani. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Banjarmasin : PMIPA FKIP UNLAM.Widyaningsih, L. 2009. Pengaruh Penambahan kosolven PropelinGlikol terhadap Kelarutan Asam Mefenamat. Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah

LAMPIRANA. PERTANYAAN PRA PRAKTEK1. Apakah perbedaan antara senyawa polar dan non-polar ?2. Mengapa pemanasan terhadap pelarut organic tidak boleh menggunakan api langsung ? Jawaban :1. Perbedaan antara senyawa polar dan senyawa non-polar adalah Senyawa polar adalah senyawa yang merupakan momen dipol lebih besar daripada nol karena molekul yang menyusun adalah molekul yang mempunyai yang tidak sejenis dan memiliki perbedaan keelektronegatifan serta mempunyai struktur bangun asimetris. Senyawa polar terjadi karena perbedaan keelektronegatifan didalam ikatan kovalen sehingga menimbulkan pebedaan muatan parsial atom-atom penyusun molekul,. Pebedaan ini mengakibatkan senyawa mempunyai dipol-dipol dan bersifat polar. Senyawa non-polar adalah senyawa yang mempunyai momen dipol sama dengan nol ( = 0). Hal ini dikarenakan molekul yang mempunyai atom sejenis atau molekul tidak sejenis tetapi rumus bangunnya berbentuk asimetris, sehingga tidak ada kecenderungan titik berat elektron menuju salah satu molekul. Senyawa non-polar terjadi karena atom dalam keelektronegatifan yang sama atau hampir sama membentuk ikatan kovalen, dimana kedua atom menerapkan tarikan yang sama/hampir sama terhadap elektron ikatnya. Hal ini menyebabkan senyawa bersifat non-polar. 2. Pemanasan terhadap pelarut organik tidak boleh menggunakan api langsung karena ikatan yang terjadi pada pelarut organik adalah ikatan kovalen, sehingga apabila dipanaskan secara langsung akan berakibat mudah putusnya ikatan antara karbon. Pemutusan ikatan tersebut dapat menyebabkan senyawa organik itu mudah terbakar dan mudah rusak, sehingga tidak dapat digunakan lagi karena terjadi perubahan bentuk molekul senyawa.B. PERTANYAAN1. Berdasarkan srukturnya, kelompokkan kepolaan pelarut-pelarut yang digunakan2. Berdasarkan hasil percobaan, bagaimana sifat kepolaran sample A, B, C, D, dan E3. Berdasarkan struktur, kelompokkan kepolaran A, B, C, D, dan E Jawaban1. Berdasarkan strukturnya kepolaran pelarut-pelarut yang digunakan pada percobaan, yaitu : Pelarut polar : air, metanol dan etanol Pelarut non-polar: benzena, sikloheksana, n-heksana dan kloroform.

2. Berdasarkan hasil pengamatan, sifat kepolaran sampel A, B, C, D, E adalah Sampel A (sukrosa) bersifat polarSampel B (naftalena) bersifat non-polarSampel C (vaselin) bersifat non-polarSampel D (aquades) bersifat polarSampel E (n-heksana) bersifat non-polar.3. Berdasarkan strukturnya, kelompok kepolaran sampel A, B, C, D, dan E yaitu : Senyawa polar: sampel A (sukroa) dan D (aquades) Senyawa non-polar: sampel B(naftalena), C(vaselin), dan E(n heksana).

LAMPIRAN FOTO

Sampel sebelum dicampurkanBahan-bahan yang digunakan

Sampel E (air)setelah dicampurkan ke dalam pelarut sikloheksana, metanol, n-heksena, benzena, etanol, kloroform, aquades

kloroform, n-heksana, sikloheksana. Melarutkan vaselin ke dalam pelarut methanol, etanol, aquades, benzena,Melarutkan sampel A (sukrosa) ke dalam pelarut sikloheksana, metanol, n-heksena, benzena, etanol, kloroform, aquades

Melarutkan sampel naftalen ke dalam pelarut methanol, aquades, etanol, benzena, kloroform, n-heksana, dan sikloheksana

Melarutkan sampel benzene ke dalam pelarut n-heksana, sikloheksana, aquades, kloroform, metanol, etanol dan benzena

FLOW CHART1. Kelarutan Suatu Zat Dalam Pelarut Organik

-Memasukkan ke dalam tabung reaksi -Mengaduk -Mengamati yang terjadi Memanaskan di dalam penangas air sampai mendidihMengamati yang terjadCatatan:Mengulangi percobaan dengan mengganti pelarut benzena dengan pelarut yang telah ditentukan. (benzena, etanol, metanol, sikloheksana, kloroform, n-heksana, dan aquades)Melakukan hal yang sama dengan sampel B dan C Jika sampel tidak larut dipanaskan terdahulu.Catatan:Mengulangi percobaan dengan mengganti pelarut benzena dengan pelarut yang telah ditentukan. (benzena, etanol, metanol, sikloheksana, kloroform, n-heksana, dan aquades)Melakukan hal yang sama dengan sampel B dan C. 10 mg sampel A + 1 mL benzenaLarutan homogenCampuran heterogenCampuran homogenCampuran homogen

2. Pencampuran Antar Pelarut Organik

- Memasukkan ke dalam tabung reaksi-Mengocok-Mengamati yang terjadi1 mL sampel D + 1 mL benzenaLarutan homogenCampuran heterogen

Catatan: Mengulangi percobaan dengan mengganti pelarut benzena dengan pelarut lain yang telah ditentukan (benzena, etanol, metanol sikloheksana, kloroform, n-heksana, dan aquades) Melakukan hal yang sama dengan sampel E.Sampel A : sukrosaSampel B : naftalenaSampel C : vaselinSampel D : aquadesSampel E : n-heksana

Sifat-Sifat Pelarut Organik 20