penetapan kadar medroksiprogesteron...

84
PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON ASETAT (MPA) DALAM PLASMA SECARA IN VITRO DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi OLEH: INDIRA IRMA ANGGRAENI NIM: 106102003409 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Upload: vunhan

Post on 16-Apr-2018

232 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON ASETAT

(MPA) DALAM PLASMA SECARA IN VITRO DENGAN

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

OLEH:

INDIRA IRMA ANGGRAENI

NIM: 106102003409

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 2: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : INDIRA IRMA ANGGRAENI

NIM : 106102003409

JUDUL : PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON ASETAT

(MPA) DALAM PLASMA SECARA IN VITRO DENGAN

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT).

Disetujui oleh:

Pembimbing I

Azrifitria, M.Si., Apt.

NIP. 197211272005012004

Pembimbing II

Supandi, M.Si., Apt.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. M. Yanis Musdja M.Sc., Apt.

NIP. 195601061985101001

Page 3: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul

PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON ASETAT (MPA)

DALAM PLASMA SECARA IN VITRO DENGAN KROMATOGRAFI

CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahakan dihadapan tim penguji oleh

Indira Irma Anggraeni

NIM: 106102003409

Menyetujui,

Pembimbing:

1. Pembimbing I Azrifitria, M.Si., Apt. ........................

2. Pembimbing II Supandi, M.Si., Apt. ........................

Penguji:

1. Ketua Penguji Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt. ........................

2. Anggota Penguji I Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt. ........................

3. Anggota Penguji II Farida Sulistiawati, M.Si., Apt. ........................

4. Anggota Penguji III Zilhadia, M.Si., Apt. ........................

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And

Tanggal lulus : 29 September 2010

Page 4: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN

Jakarta, September 2010

Indira Irma Anggraeni

106102003409

Page 5: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

ABSTRAK

Judul : Penetapan Kadar Medroksiprogesteron Asetat (MPA) dalam

Plasma secara in vitro dengan Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT)

Medroksiprogesteron Asetat (MPA) merupakan derivat sintetik

dari progesteron, dan merupakan hasil modifikasi struktur

testosteron tanpa atom C19 atau derivat 19-nortestosteron. Salah

satu uji produk obat yang dapat menggambarkan keefektivitasan

dari sediaan obat adalah uji bioavailabilitas yang merupakan

ukuran kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi oleh tubuh,

dan salah satu parameternya ialah penetapan kadar obat dalam

plasma. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode

analisis medroksiprogesteron asetat dalam plasma (in vitro) yang

optimum dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi

serta dilakukan pula validasi metode bioanalisis. Ekstrak

dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik pentana.

Diperoleh kondisi optimum untuk penetapan kadar

medroksiprogesteron asetat yaitu menggunakan kolom C18

Eurospher® (150 x 4,6 mm x 5 µm), detektor ultraviolet-visibel,

fase gerak asetonitril – air (pH=4) (60:40 v/v), kecepatan alir 1,2

mL/menit. Residu dari hasil ekstraksi tersebut ditambahkan

dengan fase gerak dan dianalisis pada panjang gelombang 241

nm. Hasil dari penelitian ini menunjukkan liniearitas pada rentang

konsentrasi 1-5 µg/mL dengan nilai koefisien korelasi (r) 0,99888,

dengan batas kuantitasi 0,864 µg/mL, dan batas deteksi 0,259

µg/mL. Akurasi intra-hari dan inter-hari (% diff) berkisar antara

96,03-100,79%, dan koefisien variasi berkisar antara 0,27-0,52%.

Hasil validasi metode telah memenuhi persyaratan yang

ditetapkan untuk suatu metode bioanalisis.

Kata kunci : Medroksiprogesteron Asetat, Plasma, in vitro, KCKT.

Page 6: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

ABSTRACT

Title : Quantitative Determination of Medroxyprogesterone Acetate

(MPA) in plasma (in vitro) by High Performance Liquid

Chromatography (HPLC)

Medroxyprogesterone Acetate (MPA) is a synthetic derivative of

progesterone, and the result of modification of testosterone

without the atomic structure of C19 or derivative 19-

nortestosterone. One of drug product test that can describe the

effectiveness of drug form is the bioavailability test which is a

measure of the speed and amount of drug absorbed, and one of its

parameters is determination of drug levels in plasma. This study

aimed to obtain the optimum analytical method of

medroxyprogesterone acetate in plasma (in vitro) using High

Performance Liquid Chromatography and a bioanalytical method

validation was performed. Extracts were separated by organic

solvents pentane. The conditions for determination of

medroxyprogesterone acetate were Eurospher® column C18 (150

x 4,6 mm x 5 µm), with ultraviolet-visible detector, mobile phase

acetonitrile-water (pH=4) (60:40 v/v), flow rate 1,2 mL/min.

Residue of extraction was added with the eluent and was analyzed

at wavelength 241 nm. Result of this study indicates that the linear

range was from 1 – 5 µg/mL (r = 0,99888), with a limit of

quantitation of 0,864 µg/mL, and the limit of detection was found

to be 0,259 µg/mL. The intra and interday accuracy (% diff)

ranged from 96,03-100,79% and the coefficient of variation

ranged from 0,27-0,52%. The validation result has met the

requirements set for a bioanalytical methods.

Keywords : Medroxyprogesterone Acetate, plasma, in vitro, HPLC.

Page 7: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Penetapan Kadar

Medroksiprogesteron Asetat (MPA) dalam Plasma secara in vitro dengan

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Farmasi pada program studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp.And. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. selaku ketua Program Studi

Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Azrifitria, M.Si, Apt. selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan

waktu dan tenaga, serta memberikan bimbingan, saran, dan dukungan selama

penelitian.

4. Bapak Supandi, M.Si, Apt. selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan arahan, saran dan dukungan serta meluangkan waktu selama

penelitian.

Page 8: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

5. Kedua orang tua tercinta (Bapak dan Mama) yang selalu memberikan kasih

sayang yang tak terhingga, doa, serta dukungan baik moril maupun materil

sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

6. Kakak (Mbak Yeyen dan Kakak Andri) dan adik (Arif) tersayang yang telah

memberikan semangat dan dukungan selama penelitian.

7. Spesial untuk Kakak Rico, S. Far. yang selalu setia menemani dalam hari-hari

yang penuh kasih dan kebahagiaan, membantu dalam mencari semua yang

diperlukan untuk penelitian, dan memberikan semangat agar tetap sabar dalam

menjalankan penelitian.

8. Teman seperjuangan (Landung Hari Sutrisno) yang telah sabar dan ikhlas

membantu selama penelitian ini.

9. Para dosen yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan di

Program Studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Kakak Pia yang selalu membantu dalam hal akademik, surat-menyurat, dan

sebagainya.

11. Kakak Nurul yang telah membagi ilmunya, membantu, dan memberikan saran

serta dukungan selama penelitian.

12. Kakak Eris dan kakak Prita yang telah membantu penulis selama penelitian.

13. Teman-temanku tujuh bersaudara (Fika Fauziah, Mustikaning Ayu Hapsari

Putri, Nadia Kristina, Nurul Gustiari, Silma Awalia, dan Via Rifkia) yang

selalu berbagi baik suka maupun duka selama empat tahun kebersamaan di

kampus tercinta.

14. Teman-teman 11 pejuang (Tiwi, Yayah, Lisna, Hilda, Sheila, Amalia, K’Rico,

Landung, Ely, dan Ardian) yang telah sama-sama berjuang demi mendapatkan

Page 9: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

keadilan nilai serta berjuang untuk mendaftarkan diri sebagai peserta wisuda

Oktober 2010.

15. Teman-teman farmasi angkatan ke-3 (2006) yang selama ini telah menjalin

persaudaraan dan penulis harap akan selamanya terjalin.

16. Mas topik dan Mas toni yang telah membantu selama penelitian ini berjalan.

17. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu tetapi memberikan

kontribusinya dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, namun penulis

berharap semoga hasil penilitiaan ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.

Jakarta, September 2010

Penulis

Page 10: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4

C. Hipotesis .......................................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian............................................................................. 4

E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6

A. Medroksiprogesteron Asetat (MPA) ............................................... 6

B. Cairan Biologis ................................................................................ 7

C. Ikatan Obat Protein .......................................................................... 10

D. Analisis Obat dalam Plasma ............................................................ 12

E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) .................................... 15

1. Cara Kerja KCKT ...................................................................... 16

2. Wadah Fase Gerak pada KCKT ................................................ 17

3. Fase Gerak pada KCKT ............................................................. 18

4. Pompa pada KCKT .................................................................... 18

5. Penyuntikan Sampel pada KCKT .............................................. 18

6. Kolom pada KCKT .................................................................... 19

7. Fase Diam Pada KCKT ............................................................. 20

8. Detektor KCKT ......................................................................... 20

9. Penggunaan KCKT Dalam Analisis Farmasi ............................ 21

10. Keuntungan KCKT .................................................................... 21

F. Validasi Metode Analisis ................................................................ 22

1. Ketepatan (Akurasi) ................................................................... 26

2. Presisi......................................................................................... 27

3. Batas Deteksi ............................................................................. 28

4. Batas Kuantifikasi...................................................................... 29

5. Linieritas .................................................................................... 30

6. Kesesuaian Sistem ..................................................................... 30

Page 11: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................. 32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 33

A. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 33

B. Bahan dan Alat ................................................................................ 33

C. Cara Kerja ........................................................................................ 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 39

A. Hasil Percobaan ............................................................................... 39

1. Penentuan Metode Analisis dalam Plasma ................................ 39

a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ........................ 39

b. Penetapan Komposisi Fase Gerak ....................................... 39

c. Uji Kesesuaian Sistem ......................................................... 40

d. Penetapan Metode Ekstraksi ................................................ 41

2. Validasi Metode Analisis dalam Plasma secara in vitro ............ 41

a. Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Uji Liniearitas .................. 41

b. Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi dalam Plasma........ 42

c. Uji Selektifitas ..................................................................... 43

d. Uji Akurasi .......................................................................... 43

e. Uji Presisi ............................................................................ 44

B. Pembahasan ..................................................................................... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 50

A. Kesimpulan...................................................................................... 50

B. Saran ................................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51

LAMPIRAN .................................................................................................... 54

Page 12: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur kimia medroksiprogesteron asetat ........................................... 6

2. Diagram alir alat KCKT ........................................................................ 17

3. Kurva kalibrasi medroksiprogesteron asetat dalam plasma .................. 42

4. Spektrum panjang gelombang maksimum medroksiprogesteron

asetat dalam asetonitril-air (pH=4) (60:40 v/v) ..................................... 54

5. Alat kromatografi cair kinerja tinggi Knauer Seri Smartline ................ 55

6. Kromatogram medroksiprogesteron asetat murni pada konsentrasi

100 µg/mL ............................................................................................. 56

7. Kromatogram medroksiprogesteron asetat murni pada konsentrasi

10 µg/mL ............................................................................................... 57

8. Kromatogram plasma kosong (blanko) dengan komposisi fase

gerak asetonitril-air (pH=4) (60:40 v/v) ................................................ 58

9. Kromatogram medroksiprogesteron asetat dalam plasma pada

konsentrasi 3 µg/mL .............................................................................. 59

Page 13: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penetapan fase gerak asetonitril – air (pH = 4) pada konsentrasi

10 µg/mL ............................................................................................ 40

2. Hasil uji rata-rata kesesuaian sistem sampel medroksi-

progesteron asetat pada konsentrasi 10 μg/mL ................................... 40

3. Hasil penetapan pelarut pengendap protein plasma ........................... 41

4. Hasil uji batas deteksi, batas kuantitasi dan koefisien fungsi ............. 42

5. Hasil uji rata-rata selektivitas ............................................................. 43

6. Hasil uji rata-rata akurasi .................................................................... 44

7. Hasil uji rata-rata presisi ..................................................................... 44

8. Uji kesesuaian sistem medroksiprogesteron asetat pada konsentrasi

10 μg/mL ............................................................................................ 57

9. Data hasil uji liniearitas ...................................................................... 58

10. Data hasil uji batas deteksi dan batas kuantitasi ................................. 59

11. Data hasil uji selektivitas .................................................................... 60

12. Data hasil uji akurasi .......................................................................... 61

13. Data hasil uji presisi ........................................................................... 62

Page 14: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ......................... 51

2. Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ............................... 52

3. Kromatogram Hasil Analisa ............................................................... 53

4. Uji Kesesuaian Sistem ........................................................................ 57

5. Uji Liniearitas dan Pembuatan Kurva Kalibrasi ................................. 58

6. Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi .............................................. 59

7. Uji Selektivitas ................................................................................... 60

8. Uji Akurasi ......................................................................................... 61

9. Uji Presisi ........................................................................................... 62

10. Cara Memperoleh Regresi Linear dari Persamaan Garis ................... 63

11. Cara Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ....................... 64

12. Cara Perhitungan Simpangan Baku, Koefisien Variasi, % diff,

dan Uji Perolehan Kembali................................................................. 65

13. Sertifikat Analisa Medroksiprogesteron Asetat .................................. 66

Page 15: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Medroksiprogesteron Asetat (MPA) merupakan derivat sintetik dari

progesteron, dan merupakan hasil modifikasi struktur testosteron tanpa atom

C19 atau derivat 19-nortestosteron. Medroksiprogesteron asetat (MPA)

memiliki aktivitas dan kegunaan yang sama dengan progesteron, yaitu

digunakan dalam pengobatan pendarahan rahim fungsional dan amenorrhea

sekunder. Pada umumnya, medroksiprogesteron asetat digunakan sebagai

kontrasepsi. Medroksiprogesteron asetat aktif ketika diberikan secara oral dan

dapat juga diberikan secara intramuskular yaitu sediaan suspensi dalam air

atau minyak, yang ditujukan agar memiliki aktivitas yang diperlambat

(sediaan lepas lambat) (Suherman, 2008; Reynolds et al., 1982).

Suatu produk obat harus diyakini keefektivitasannya secara

farmakologi. Ada beberapa uji produk yang dapat menggambarkan

keefektivitasan dari sediaan obat, salah satunya yaitu uji bioavailabilitas yang

merupakan ukuran kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi oleh tubuh.

Penentuan kadar obat dalam plasma merupakan salah satu parameter yang

berguna dalam uji bioavailabilitas suatu obat. Karena bila obat bebas atau aktif

dalam cairan biologis dapat ditentukan dengan tepat, maka dapat memberikan

informasi yang paling obyektif tentang bioavailabilitas (Shargel & Andrew,

1985).

Page 16: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Validasi metode analisis menurut United States Pharmacopeia (USP)

dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik,

reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode

analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-

parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis dan

menjamin bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan penggunanya.

Beberapa parameter validasi metode yaitu meliputi akurasi, presisi, linearitas,

perolehan kembali, stabilitas, limit deteksi, dan limit kuantitasi serta

selektivitas (Gandjar & Rohman, 2007; Shah et al., 2007).

Penetapan kadar zat aktif dalam plasma membutuhkan metode analisis

yang mempunyai selektivitas dan sensitifitas tinggi, dikarenakan banyaknya

komponen lain yang terdapat dalam plasma, sehingga dalam penelitian ini

digunakan metode analisis dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT) karena dapat menganalisis komponen dalam sampel dengan

kadar yang sangat kecil yaitu dalam jumlah nanogram (10-9

g) bila

menggunakan detektor serapan UV, bahkan hingga dalam jumlah pikogram

(10-12

g) bila dengan detektor fluoresensi dan elektrokimia (Johnson &

Stevenson, 1991).

Pada analisis ini digunakan metode ekstraksi cair-cair untuk menarik

senyawa aktif (MPA) dalam plasma. Metode ekstraksi ini menggunakan

pelarut organik yang memiliki sifat fisikokimia yang hampir sama dengan

MPA sehingga mampu menarik MPA secara optimal. Prinsip dari ekstraksi ini

adalah dengan mengendapkan protein plasma yaitu ketika menambahkan

Page 17: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

pelarut organik, protein akan mengendap sehingga obat akan terbebas dari

ikatan protein dan tertarik ke dalam pelarut.

Penetapan kadar MPA dalam plasma manusia telah dilakukan

beberapa peneliti sebelumnya menggunakan Kromatografi Cair dengan

detektor Spektrometri Massa (LC-MS) yang dilakukan oleh Seong-Mo Kim

dan Dong-Hyun Kim pada tahun 2001 dengan menggunakan pentana sebagai

pelarut organik untuk menarik MPA, penelitian ini memiliki LLOQ (Lower

Limit of Quantification) sebesar 0,05 g/mL serta dengan koefisien variasi dan

akurasi yang keduanya sebesar < 20%. Penelitian lainnya yaitu dengan

Kromatografi Gas dengan detektor Spektrometri Massa (GC-MS) yang

dilakukan oleh C. Williard, A. Rajasekaran, J. Settlage, dan P. Taylor, pada

penelitian ini digunakan metode ekstraksi fase padat dengan hasil limit

kuantitasi sebesar 5-2500 pg/mL dan hasil validasinya memenuhi persyaratan.

Analisis MPA dalam plasma juga pernah dilakukan oleh W. Zheng, B.J. Hidy,

dan R.G. Jenkins dengan LC-MS, menggunakan ekstraksi cair-cair dengan

pelarut ekstraksi gabungan n-heksana dan etil asetat, hasil perolehan kembali

sebesar 92% dan memiliki koefisien korelasi sebesar 0,9995.

Meskipun data tentang analisis MPA dalam plasma telah banyak

dilaporkan, namun penelitian ini masih terus dilakukan dan dikembangkan

dengan metode lain yang lebih baik lagi, guna mendapatkan metode yang

memiliki sensitifitas terhadap kadar MPA yang relatif rendah dalam plasma.

Penggunaan instrumen yang berbeda dan pengembangan metode dari metode

yang sudah ada dapat memberikan hasil yang berbeda pula, oleh karena itu

penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan metode dan instrumen KCKT

Page 18: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

yang digunakan dalam penentuan kadar MPA secara in vitro dalam plasma

manusia.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah efektifitas metode ekstraksi pelarut untuk

Medroksiprogesteron Asetat dalam plasma manusia?

2. Apakah penetapan kadar Medroksiprogesteron Asetat dalam plasma in

vitro secara kromatografi cair kinerja tinggi memiliki nilai validitas yang

sesuai dengan persyaratan untuk suatu metode bioanalisis?

C. Hipotesis

Metode ekstraksi dan penetapan kadar Medroksiprogesteron Asetat

dalam plasma in vitro secara kromatografi cair kinerja tinggi memiliki nilai

validitas yang sesuai dengan persyaratan untuk suatu metode bioanalisis.

D. Tujuan Penelitian

1. Menentukan efektifitas metode ekstraksi dengan pelarut untuk menarik

Medroksiprogesteron Asetat dalam plasma manusia.

2. Memperoleh validitas metode analisis untuk penetapan kadar

Medroksiprogesteron Asetat dalam plasma manusia secara in vitro dengan

kromatografi cair kinerja tinggi.

Page 19: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

E. Manfaat Penelitian

Mengetahui metode ekstraksi MPA dalam plasma manusia dan

mengetahui metode analisa kadar MPA di dalam plasma in vitro secara

kromatografi cair kinerja tinggi. Memberikan informasi metode ekstraksi

MPA dalam plasma manusia dan metode analisa kadar MPA menggunakan

kromatografi cair kinerja tinggi.

Page 20: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Medroksiprogesteron Asetat (MPA)

Struktur MPA:

Gambar 1. Struktur kimia medroksiprogesteron asetat

Nama kimia : (6α)-17-Hidroksi-6 metil pregn-4-ene-3, 20-dione asetat

Rumus Molekul : C24H34O4

Bobot Molekul : 386,5

Pemerian : berbentuk kristal, putih, dan sedikit berbau

Titik lebur : 2040C

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 800 bagian

alkohol, 50 bagian aseton, 10 bagian kloroform dan 60

bagian dioxan, sedikit larut dalam alkohol dan eter.

Nilai log P : 3,8

Penyimpanan : dalam wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya.

(Reynolds, 1982; Kozutsumi et al., 1999)

Page 21: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Medroksiprogesteron asetat (MPA) adalah derivat dari progesteron

yang merupakan hormon steroid endogen yang diproduksi oleh ovarium,

korteks adrenal, testis dan plasenta pada masa kehamilan. MPA berbentuk

serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau. Secara farmakologi, MPA

digunakan untuk kontrasepsi dan terapi paliatif karsinoma endometrium yang

telah bermetastasis (Suherman, 2008).

MPA dapat dijadikan sebagai kontrasepsi pria dengan mekanisme

melalui umpan balik negatif ke hipotalamus, hormon ini dapat menekan

sekresi gonatropin hipofisis sehingga akan menekan spermatogenesis (Yunardi

et al, 2008).

MPA diabsorpsi secara cepat di saluran GI dan konsentrasi maksimum

dihasilkan diantara 2-4 jam setelah pemberian per oral. Pemberian MPA

dengan makanan dapat meningkatkan BA dari MPA. Dosis MPA 10 mg, yang

diberikan sebelum atau sesudah makan, meningkatkan Cmax (50-70 %) dan

AUC (18-33 %) dari MPA. Waktu paruh tidak berubah walaupun diberikan

bersama makanan. Distribusi MPA ± 90 % terikat protein terutama di

albumin. Berdasarkan dosis oral, MPA dimetabolisme di hati. MPA diekskresi

melalui urin menjadi konjugat glukoronida (Williams et al., 2007).

B. Cairan Biologis

Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan

darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh

kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5

liter.

Page 22: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Darah cair atau plasma darah adalah cairan darah berbentuk butiran-

butiran darah. Di dalamnya terkandung benang-benang fibrin atau fibrinogen

yang berguna untuk menutup luka yang terbuka (Godam, 2008).

Plasma terdiri dari 90% air, 7-8% protein, dan di dalam plasma

terkandung pula beberapa komponen lain seperti garam-garam, karbohidrat,

lipid, dan asam amino. Karena dinding kapiler permiabel bagi air dan

elektrolit maka plasma darah selalu ada dalam pertukaran zat dengan cairan

interstisial. Dalam waktu 1 menit sekitar 70% cairan plasma bertukaran

dengan cairan interstisial. Protein dalam plasma memiliki konsentrasi sekitar 1

mmol/L (Otetatsuya, 2009).

Jika darah diambil dari vena, kemudian darah tersebut ditampung

dalam suatu tabung yang bersih dan kering, setelah beberapa waktu, misalkan

satu jam, dibiarkan dalam suhu ruang, darah tersebut akan terpisah menjadi 2

bagian utama. Kedua bagian tersebut dapat dilihat langsung dengan mata.

Untuk lebih jelas lagi, tabung tersebut dipusing dengan bantuan alat sentrifuse

setelah pengeraman selama 1 jam tadi. Akan tampak gumpalan darah yang

bentuknya tidak beraturan dan bila penggumpalan berlangsung sempurna,

gumpalan darah tersebut akan terlepas atau dengan mudah dapat dilepaskan

dari dinding tabung. Selain itu, akan tampak pula bagian cair dari darah.

Bagian ini, karena sudah terpisah dari gumpalan darah, tidak lagi berwarna

merah keruh, akan tetapi berwarna kuning jernih. Gumpalan darah terdiri atas

seluruh unsur figuratif darah yang telah mengalami proses penggumpalan atau

koagulasi spontan, sehingga terpisah dari unsur larutan yang berwarna kuning

Page 23: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

jernih. Unsur larutan yang diperoleh dengan membiarkan penggumpalan

spontan dari unsur figuratif dinamai serum.

Penggumpalan unsur figuratif dalam tabung dapat dicegah dengan

senyawa tertentu, yang secara umum dinamai antikoagulan. Dalam hal ini,

untuk memisahkan unsur figuratif dari bagian larutan dapat dilakukan dengan

2 cara. Cara pertama ialah dengan membiarkan terjadinya pengendapan

berbagai macam sel yang membentuk unsur figuratif semata-mata dengan

bantuan gaya berat. Cara ini memerlukan waktu yang lama dan pemisahan

yang diperoleh tidak sempurna. Pemisahan akan diperoleh jauh lebih cepat

dan sempurna bila tabung yang berisi darah tersebut langsung dipusing saja

dengan alat sentrifuse. Hasilnya juga akan diperoleh 2 bagian besar, yaitu

endapan sel-sel yang membentuk unsur figuratif, serta cairan jernih yang juga

berwarna kuning jernih dan dinamai sebagai plasma.

Antara plasma dengan serum, walaupun keduanya merupakan cairan

darah yang bebas dari sel dan sama-sama berwarna kuning jernih, terdapat

perbedaan yang jelas. Oleh karena plasma diperoleh dengan mencegah proses

penggumpalan darah dan serum didapat dengan membiarkan proses tersebut,

plasma niscaya mengandung senyawa yang seharusnya dapat menggumpalkan

darah. Senyawa tersebut mestinya sudah tidak ada lagi dalam serum. Senyawa

tersebut adalah fibrinogen, suatu protein darah yang berubah menjadi jaring

dari serat-serat fibrin pada peristiwa penggumpalan. Dengan demikian, di

dalam serum tidak ada lagi fibrinogen, karena protein sudah berubah menjadi

jaring fibrin dan menggumpal bersama unsur figuratif yang berupa sel.

Page 24: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Sebaliknya di dalam plasma masih tetap terdapat fibrinogen, yang tidak dapat

berubah menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang ditambahkan.

Sel-sel yang menyusun unsur figuratif dari darah berada dalam

keadaan berbeda setelah pemisahan dengan kedua cara tersebut. Dalam

pembuatan serum, sel-sel darah menggumpal secara baur dan terjebak dalam

suatu anyaman yang luas dan kontraktif dari jaring serat-serat fibrin. Sel-sel

ini tidak dapat lagi dilihat secara terpisah-pisah melalui mikroskop.

Sebaliknya, dalam penyiapan plasma, sel-sel darah terendapkan dengan jelas

di dasar tabung, seperti pengendapan suspensi partikel lain. Bahkan dengan

jelas sekali pengendapan sel-sel darah pada pembuatan plasma tersebut

menghasilkan pemisahan sel berdasarkan massa jenis menjadi 2 bagian. Sel-

sel darah dengan cara ini akan terpisah menjadi lapisan eritrosit atau sel darah

merah yang merupakan lapisan tebal yang dapat mencapai hampir separuh

volume darah. Selain itu, adapula lapisan yang tipis dan putih di atas lapisan

eritrosit (buffy coat), yang terdiri atas sel-sel leukosit dan sejumlah trombosit

atau keping darah (platelet) (Sadikin, 2001).

C. Ikatan Obat Protein

Banyak obat berinteraksi dengan protein plasma, jaringan atau

makromolekul lain seperti melanin dan DNA membentuk suatu kompleks

obat-makromolekul. Pembentukan kompleks ini sering disebut ikatan obat

protein. Ikatan obat protein dapat merupakan proses reversibel atau

irreversibel. Ikatan obat protein yang reversibel umumnya merupakan hasil

aktivasi kimia obat yang kemudian berikatan kuat dengan protein atau

Page 25: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

makromolekul dengan ikatan kimia kovalen. Ikatan obat protein yang

irreversibel terdapat pada jenis tertentu dari toksisitas obat yang dapat terjadi

dalam jangka waktu panjang, seperti dalam kasus karsinogenik-kimia, atau

dalam jangka waktu relatif pendek, seperti dalam kasus obat-obat yang

membentuk produk antar kimia yang reaktif. Sebagai contoh, hepatotoksisitas

dari asetaminofen dosis tinggi disebabkan oleh pembentukan metabolit-antara

yang reaktif yang berinteraksi dengan protein hati.

Sebagian obat berikatan atau membentuk komplek dengan protein

dengan proses reversibel. Ikatan obat protein yang reversibel ini menunjukkan

bahwa obat mengikat protein dengan ikatan kimia yang lebih lemah, seperti

ikatan hidrogen atau gaya van der waals. Asam-asam amino yang menyusun

rantai protein mempunyai gugus hidroksil, karboksil, atau gugus lain yang

tersedia untuk berinteraksi dengan obat secara reversibel.

Komponen utama protein plasma yang bertanggung jawab terhadap

ikatan obat adalah albumin. Protein lain seperti globulin yang dapat berikatan

dengan obat-obat hanya merupakan bagian terkecil dari keseluruhan ikatan

protein plasma.

Ikatan obat protein yang reversibel merupakan hal yang sangat

menarik dalam farmakokinetik. Obat yang terikat protein merupakan suatu

kompleks sangat besar yang tidak dapat melewati membran sel dengan mudah,

oleh karena itu mempunyai distribusi yang terbatas.

Ikatan obat protein dipengaruhi oleh sejumlah faktor penting yang

meliputi hal berikut:

Page 26: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

1. Obat

a. Sifat fisikokimia obat

b. Konsentrasi total obat dalam tubuh

2. Protein

a. Jumlah protein yang tersedia untuk ikatan obat protein

b. Kualitas atau sifat fisikokimia protein yang disintesis

3. Afinitas antara obat dan protein meliputi besarnya tetapan asosiasi

4. Interaksi obat

a. Kompetisi obat dengan zat lain pada tempat ikatan protein

b. Perubahan protein oleh substansi yang memodifikasi afinitas obat

terhadap protein, sebagai contoh aspirin mengasetilasi residu lisin dari

albumin.

5. Kondisi patofisiologik dari penderita, sebagai contoh ikatan obat protein

dapat menurun pada penderita uremia dan penderita dengan penyakit

hepatik.

(Shargel & Andrew, 1985)

D. Analisis Obat dalam Plasma

Plasma merupakan komponen cair dari darah dimana sel-sel darah

tersuspensi. Plasma adalah suatu cairan kompleks berwarna kuning pucat yang

berfungsi sebagai medium transportasi untuk zat-zat yang diangkut dalam

darah. Plasma mengandung 90% air, 8% protein, 0,9% ion inorganik, dan

1,1% molekul organik. Semua konstituen plasma dapat berdifusi bebas

menembus dinding kapiler kecuali protein plasma, yang tetap berada di dalam

Page 27: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

plasma dan melakukan berbagai fungsi. Volume total plasma pada orang

dewasa normal sekitar 2,5 - 3 liter atau mencapai 55 - 58% volume darah.

Plasma mengandung suatu senyawa pembeku dan akan membeku bila terpapar

oleh udara. Namun untuk mencegah pembekuan plasma dapat ditambahkan

suatu antikoagulan seperti sitrat atau heparin (Sherwood, 1996).

Untuk kepentingan analisis obat, sampel plasma merupakan sampel

yang paling umum digunakan karena ada hubungan yang baik antara

konsentrasi obat dalam plasma dengan efek terapetik yang ditimbulkan (Kelly,

1990). Dalam beberapa kasus, konsentrasi obat dalam plasma yang diukur

mencapai level mikrogram sampai nanogram atau pikogram. Untuk itu, dapat

digunakan metode KCKT karena salah satu keuntungan dari KCKT adalah

dapat menghitung sampel dengan kadar yang sangat rendah (Johnson, 1991).

Namun matriks biologis seperti halnya plasma mengandung sejumlah besar

komponen endogen yang dapat mengganggu analisis. Oleh karena itu, sampel

plasma perlu diberi perlakuan sebelum diinjeksikan (pre treatment) untuk

memisahkan analit yang akan dianalisis dari komponen endogen plasma yang

dapat mengganggu analisis. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa

cara diantaranya dengan pengendapan protein plasma, ultrafiltrasi, ekstraksi

cair-cair, ekstraksi fase padat (SPE), dan supercritical fluid extraction (SFE)

(Kelly, 1990; Schulman, 2002).

Konsentrasi obat dalam plasma umumnya rendah pada dosis terapi,

oleh karena itu diperlukan persiapan sampel khusus untuk analisis obat dalam

plasma. Dalam plasma, obat terikat pada permukaan protein sehingga harus

dibebaskan terlebih dahulu, medroksiprogesteron asetat dalam plasma

Page 28: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

berikatan dengan protein plasma sebesar ± 90%, sehingga diperlukan

perlakuan tertentu untuk membebaskannya sebelum dianalisis.

Beberapa metode analisis medroksiprogesteron asetat dalam plasma

yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yaitu:

1. Penetuan kadar medroksiprogesteron asetat dalam plasma dengan

menggunakan LC-MS elektrospray ionisasi.

Kondisi: metode analisis menggunakan kromatografi cair-spektrometri

massa dengan kolom Capcell Pak phenyl UG120 (1,5 x 150 mm, 5 m).

Penyiapan sampel dengan cara ekstraksi cair-cair, dengan pelarut pentana

dan menggunakan buffer kalium fosfat (pH = 7, 100 mM). Fase gerak

pada kromatografi cair adalah komposisi larutan ammonium format dan

asetonitril (48:52 v/v). Kecepatan alir yang digunakan adalah 0,15

mL/menit. Analisis ini menggunakan internal standar (baku dalam) yaitu

nomegestrol asetat. Kisaran konsentrasi yang digunakan adalah 0,05 – 6

ng/mL. Dari penelitian ini, didapatkan hasil waktu retensi 5,7 dan 6,8

menit untuk baku dalam dan medroksiprogesteron asetat, kurva kalibrasi

memiliki koefisien korelasi sebesar 0,998, akurasi dan koefisien variasi di

bawah 20%. (Kim dan D.H. Kim, 1990)

2. Penentuan kadar medroksiprogesteron asetat dalam plasma menggunakan

GC-MS.

Kondisi: metode analisis menggunakan kromatografi gas-spektrometri

massa dengan metode ekstraksi fase padat (SPE). Penyiapan sampel dan

baku dalam diekstraksi dengan cara SPE menggunakan larutan elusi etil

Page 29: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

asetat. Pemisahan dilakukan dengan kromatografi gas dengan kolom

kapiler dan hidrogen sebagai gas pembawanya. Hasil kromatogramnya

muncul di bawah 5 menit, kisaran konsentrasi yang digunakan adalah 5-

2500 pg/mL. Hasil validasinya memenuhi persyaratan yang ada pada

petunjuk (guidelines) FDA untuk validasi metode bioanalisis. (Williard et

al.)

3. Penentuan kadar medroksiprogesteron asetat dalam plasma manusia

menggunakan LC/MS/MS.

Kondisi: metode analisis menggunakan kromatografi cair-spektrometri

massa dengan ekstraksi cair-cair. Analit dan baku dalam diekstraksi

dengan campuran larutan n-heksana dan etil asetat. Kisaran konsentrasi

yang digunakan adalah 0,01-10 ng/mL. Hasil dari penelitian ini adalah

linearitas dengan koefisien korelasi sebesar 0,9995, presisi sebesar 8,6%,

akurasi sebesar 6,9%, dan perolehan kembali dari medroksiprogesteron

asetat sebesar 92% sedangkan baku dalam sebesar 82%. (Zheng et al.)

E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (High Performance Liquid

Chromatography)

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu

metode kimia dan fisikokimia. KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu

suatu teknik kromatografi dengan fase gerak cairan dan fase diam cairan atau

padat (Putra, 2004).

Page 30: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut

dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan

pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan

teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian

senyawa tertentu dalam suatu sampel.

Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa

organik, anorganik, maupun senyawa biologis; analisis ketidakmurnian

(impurities); analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil);

penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan

pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir

sama; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace elements),

dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses industri. KCKT merupakan

metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis

kualitatif maupun kuantitatif.

1. Cara Kerja KCKT

Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat

terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut

ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur

oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan

kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi

membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi

operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom,

kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel.

Page 31: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas delapan komponen

pokok, yaitu: wadah fase gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk

memasukkan sampel, kolom, detektor, wadah penampung buangan fase

gerak, tabung penghubung, dan suatu komputer atau integrator atau

perekam.

Pemroses data

Pompa

Kolom

Gambar 2. Diagram Alir Alat KCKT

2. Wadah Fase Gerak pada KCKT

Wadah fase gerak harus bersih dan lembab (inert). Wadah pelarut

kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase

gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2

liter pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing

(penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan

berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor

sehingga akan mengacaukan analisis.

Pelarut

Injektor Detektor

Limbah

pelarut

Page 32: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

3. Fase Gerak pada KCKT

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang

dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan

resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan

pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sample. Untuk

fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi

meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase

terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi

menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.

4. Pompa pada KCKT

Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang

mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus

inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah

gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan

sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu

mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 ml/menit. Untuk tujuan

preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak

dengan kecepatan 20 ml/menit.

5. Penyuntikan Sampel pada KCKT

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke

dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom

menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan

Page 33: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal

atau eksternal.

Pada saat pengisian sampel sampel digelontor melewati keluk

sampel dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang. Pada saat

penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk

sampel dan menggelontor sampel ke kolom. Presisi penyuntikan dengan

keluk sampel ini dapat mencapai nilai RSD 0,1%. Penyuntik ini mudah

digunakan untuk otomatisasi dan sering digunakan untuk autosampler

pada KCKT.

6. Kolom pada KCKT

Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan

kolom mikrobor. Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama

dibandingkan dengan kolom konvensional, yakni:

a. Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil

dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor

kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100 µl/menit).

b. Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor

lebih ideal jika digabung dengan spektrometer massa.

c. Sensitifitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat,

karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel

terbatas misal sampel klinis.

Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak

setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin.

Page 34: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

7. Fase Diam Pada KCKT

Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang

dimodifikasi secara kimiawi, silica yang tidak dimodifikasi, atau polimer-

polimer stiren dan divinilbenzen. Permukaan silica adalah polar dan

sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH).

Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan

reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan

gugus silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain.

Hasil reaksi yang diperoleh disebut dengan silika fase terikat yang stabil

terhadap hidrolisis karena terbentuk ikatan-ikatan siloksan (Si-O-O-Si).

Silika yang dimodifikasi ini mempunyai karakteristik kromatografik dan

selektifitas yang berbeda jika dibandingkan dengan silika yang tidak

dimodifikasi.

8. Detektor KCKT

Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu:

detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak

bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias

dan detektor spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik

yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti

detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elektrokimia.

Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai

berikut:

1. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel

Page 35: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

2. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut

pada kadar yang sangat kecil

3. Stabil dalam pengoperasiannya

4. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan

pelebaran pita. Untuk kolom konvensional, selnya bervolume 8 µl atau

lebih kecil, sementara kolom mikrobor selnya bervolume 1 µl atau

lebih kecil lagi

5. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solute

pada kisaran yang luas (kisaran dinamis linier)

6. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak

9. Penggunaan KCKT Dalam Analisis Farmasi

Metode KCKT merupakan metode yang sangat populer untuk

menetapkan kadar senyawa obat baik dalam bentuk sediaan maupun dalam

sampel hayati. Hal ini disebabkan KCKT merupakan metode yang

memberikan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi.

(Gandjar & Rohman, 2007).

10. Keuntungan KCKT

KCKT mempunyai banyak keuntungan jika dibandingkan dengan

KC (Kromatografi Cair) tradisional, yaitu: (Johnson & Stevenson, 1987)

a. cepat

b. daya pisahnya baik

c. peka, detektor unik

Page 36: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

d. kolom dapat dipakai kembali

e. ideal untuk molekul besar dan ion

f. mudah memperoleh kembali cuplikan

F. Validasi Metode Analisis

Validasi merupakan suatu proses yang terdiri atas paling tidak 4

langkah nyata, yaitu: (1) validasi perangkat lunak (software validation), (2)

validasi perangkat keras/instrument (instrument/hardware validation), (3)

validasi metode, dan (4) kesesuaian sistem (system suitability).

Validasi metode analisis menurut United States Pharmacopeia (USP)

dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik,

reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis.

Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi

bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi

problem analisis, karenanya suatu metode harus divalidasi, ketika:

a. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu.

b. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan atau

karena munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa metode baku

tersebut harus direvisi.

c. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah

berubah seiring dengan berjalannya waktu.

d. Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda, dikerjakan oleh

analis yang berbeda, atau dikerjakan dengan alat yang berbeda.

Page 37: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

e. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar 2 metode, seperti antara

metode baru dan metode baku.

(Gandjar & Rohman, 2007).

Metode yang selektif dan sensitif untuk evaluasi kuantitatif obat dan

metabolitnya sangat penting untuk keberhasilan praklinis dan/atau

biofarmasetika dan studi farmakologi klinis. Validasi metode bioanalisis

mencakup semua prosedur yang menunjukkan bahwa metode tertentu yang

digunakan untuk pengukuran kuantitatif analit dalam matriks biologis yang

diberikan, seperti seperti darah, plasma, serum, atau urin, dapat diandalkan

dan reprodusibel untuk penggunaan yang dimaksudkan. Parameter

fundamental untuk validasi ini meliputi (1)ketepatan, (2)presisi,

(3)selektivitas, (4)sensitivitas, (5)reprodusibilitas, dan (6)stabilitas. Data

analisis langsung disesuaikan dengan kriteria yang digunakan untuk

memvalidasi metode.

Selama program pengembangan obat terus dilakukan, metode

bioanalisis pasti mengalami banyak modifikasi. Perubahan dilakukan untuk

mendukung studi tertentu dan berbagai tingkat validasi juga dilakukan untuk

menunjukkan keabsahan suatu metode. Berbagai jenis dan tingkat validasi

didefinisikan sebagai berikut:

a. Validasi Penuh

Validasi penuh penting dilakukan ketika mengembangkan dan

menerapkan metode bioanalisis untuk pertama kalinya, juga penting bagi

pengujian sediaan obat baru. Validasi penuh pada perbaikan metode

Page 38: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

pengujian penting juga dilakukan jika metabolit ditambahkan pada

pengujian yang ada untuk kepentingan kuantifikasi.

b. Validasi Sebagian

Validasi sebagian dilakukan ketika melakukan modifikasi metode

bioanalisis yang sudah divalidasi. Validasi sebagian dapat berkisar mulai

dari satu akurasi intrahari dan penentuan presisi untuk mendekati validasi

penuh. Perubahan metode bioanalisis termasuk dalam kategori ini, namun

tidak terbatas pada:

1) Metode bioanalisis yang dilakukan pada laboratorium yang berbeda

atau dikerjakan oleh analis yang berbeda.

2) Perubahan dalam metodologi analisis (misalnya, perubahan sistem

deteksi).

3) Perubahan pada zat antikoagulan untuk mengambil cairan biologis.

4) Perubahan matriks spesies (misalnya, plasma manusia ke urin

manusia).

5) Perubahan dalam prosedur perlakuan sampel.

6) Perubahan yang relevan dalam rentang konsentrasi.

7) Perubahan instrumen dan/atau perangkat lunak.

8) Volume sampel yang terbatas (misalnya, studi pediatrik).

9) Matriks yang langka.

c. Validasi Silang

Validasi silang adalah perbandingan parameter validasi ketika dua

atau lebih metode bioanalisis digunakan untuk menghasilkan data dalam

studi yang sama atau di studi yang berbeda. Validasi silang akan menjadi

Page 39: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

situasi dimana metode bioanalisis asli divalidasi dan berfungsi sebagai

referensi sedangkan metode bioanalisis yang mengalami perbaikan

dibandingkan dengan metode tersebut.

Ketika sampel dianalisis dalam studi tunggal yang dilakukan pada

lebih dari satu laboratorium, validasi silang harus dilakukan dengan

membandingkan hasil pada tiap laboratorium untuk menetapkan keandalan

antar laboratorium. Validasi silang juga harus dipertimbangkan ketika data

yang dihasilkan menggunakan teknik analisis yang berbeda (misalnya, LC-

MS-MS dengan ELISA) dalam studi yang berbeda termasuk dalam

pengajuan regulasi.

Semua modifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat validasi

yang direkomendasikan. Analisis yang dilakukan pada laboratorium

farmakologi atau toksikologi dan studi praklinis lainnya dihubungkan

untuk pengajuan peraturan yang harus mematuhi FDA (Good Laboratory

Practices). Laboratorium analitis harus memiliki satu set tertulis standar

prosedur operasi (SOP) untuk memastikan sistem pengendalian kualitas

dan jaminan lengkap. SOP harus mencakup semua aspek analisis dari saat

sampel dikumpulkan sampai hasil analisis tersebut dilaporkan. SOP

tersebut juga harus mencakup pencatatan, keamanan dan rantai sampel

(sistem akuntabilitas yang memastikan integritas artikel uji), persiapan

sampel, dan alat-alat analisis seperti metode, reagen, peralatan,

instrumentasi, dan prosedur untuk pengendalian kualitas dan verifikasi

hasil.

Page 40: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Proses dimana metode bioanalisis tertentu dikembangkan,

divalidasi, dan digunakan secara rutin untuk analisis sampel dapat dibagi

menjadi: (1)acuan penyusunan standar, (2)pengembangan metode

bioanalisis dan pembentukan prosedur pengujian, dan (3)aplikasi validasi

untuk metode bioanalisis pada analisis obat secara rutin. (Guidance for

Industry FDA, 2001)

1. Ketepatan (akurasi)

Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan

antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai

sebenarnya, atau nilai rujukan. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit

yang diperoleh kembali pada suatu pengukuran dengan melakukan spiking

pada suatu sampel. Untuk pengujian senyawa obat, akurasi diperoleh

dengan membandingkan hasil pengukuran dengan bahan rujukan standar

(standard reference material, SRM). Suatu metode dikatakan tepat jika ia

menghasilkan hasil yang sama dalam sederet penentuan ulangan (Gandjar

& Rohman, 2007; Johnson & Stevenson, 1987).

Akurasi minimal dihitung pada 5 konsentrasi. Hasil akurasi untuk

metode bioanalisis tidak boleh lebih besar dari 15%, kecuali untuk

konsentrasi rendah tidak boleh lebih besar dari 20%. (Guidance for

Industry FDA, 2001)

Page 41: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

2. Presisi

Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan

biasanya diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah

sampel yang berbeda signifikan secara statistik. Sesuai dengan ICH

(International Conference on Harmanization), presisi harus dilakukan

pada 3 tingkatan yang berbeda yaitu: keterulangan (repeatibility), presisi

antara (intermediate precision) dan ketertiruan (reproducibility).

a. Keterulangan yaitu ketepatan (precision) pada kondisi percobaan yang

sama (berulang) baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun

waktunya.

b. Presisi antara yaitu ketepatan (precision) pada kondisi percobaan yang

berbeda, baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya.

c. Ketertiruan merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang lain.

Dokumentasi presisi seharusnya mencakup: simpangan baku,

simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV), dan kisaran

kepercayaan.

Pengujian presisi pada saat awal validasi metode seringkali hanya

menggunakan 2 parameter yang pertama, yaitu: keterulangan dan presisi

antara. Reprodusibilitas biasanya dilakukan ketika akan melakukan uji

banding antar laboratorium. Presisi seringkali diekspresikan dengan SD

atau standar deviasi relatif (RSD) dari serangkaian data.

Data untuk menguji presisi seringkali dikumpulkan sebagai bagian

kajian-kajian lain yang berkaitan dengan presisi seperti linearitas atau

akurasi. Biasanya replikasi 6-15 dilakukan pada sampel tunggal untuk

Page 42: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

tiap-tiap konsentrasi. Pada pengujian dengan KCKT, nilai RSD antara 1-

2% biasanya dipersyaratkan untuk senyawa-senyawa aktif dalam jumlah

yang banyak; sedangkan untuk senyawa-senyawa dengan kadar sekelumit,

RSD berkisar antara 5-15%.

3. Batas Deteksi (limit of detection, LOD)

Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah

dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat

dikuantifikasi. LOD merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan

apakah analit di atas atau di bawah nilai tertentu. Definisi batas deteksi

yang paling umum digunakan dalam kimia analisis adalah bahwa batas

deteksi merupakan kadar analit yang memberikan respon sebesar respon

blangko (yb) ditambah dengan 3 simpangan baku blangko (3Sb).

LOD seringkali diekspresikan sebagai suatu konsentrasi pada rasio

signal terhadap derau (signal to noise ratio) yang biasanya rasionya 2 atau

3 dibanding 1. ICH mengenalkan suatu konversi metode signal to noise

ratio ini, meskipun demikian ICH juga menggunakan 2 metode pilihan

lain untuk menentukan LOD yakni: metode non instrumental visual dan

dengan metode perhitungan. Metode non instrumental visual digunakan

pada teknik kromatografi lapis tipis dan pada metode titrimetri. LOD juga

dapat dihitung berdasarkan pada standar deviasi (SD) respon dan

kemiringan (slope, S) kurva baku pada level yang mendekati LOD sesuai

dengan rumus, LOD = 3 (SD/S). Standar deviasi respon dapat ditentukan

Page 43: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

berdasarkan pada standar deviasi blanko, pada standar deviasi residual dari

garis regresi, atau standar deviasi intersep y pada garis regresi.

4. Batas Kuantifikasi (limit of quantification, LOQ)

Batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah

dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat

diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan. Sebagaimana

LOD, LOQ juga diekspresikan sebagai konsentrasi (dengan akurasi dan

presisi juga dilaporkan). Kadang-kadang rasio signal to noise 10:1

digunakan untuk menentukan LOQ. Perhitungan LOQ dengan rasio signal

to noise 10:1 merupakan aturan umum, meskipun demikian perlu diingat

bahwa LOQ merupakan suatu kompromi antara konsentrasi dengan presisi

dan akurasi yang dipersyaratkan. Jadi, jika konsentrasi LOQ menurun

maka presisi juga menurun. Jika presisi tinggi dipersyaratkan, maka

konsentrasi LOQ yang lebih tinggi harus dilaporkan.

ICH mengenalkan metode rasio signal to noise ini, meskipun

demikian sebagaimana dalam perhitungan LOD, ICH juga menggunakan 2

metode pilihan lain untuk menentukan LOQ yaitu: (1) metode non

instrumental visual dan (2) metode perhitungan. Sekali lagi, metode

perhitungan didasarkan pada standar deviasi respon (SD) dan slope (S)

kurva baku sesuai rumus: LOQ = 10 (SD/S). Standar deviasi respon dapat

ditentukan berdasarkan standar deviasi blanko pada standar deviasi

residual garis regresi linier atau dengan standar deviasi intersep-y pada

garis regresi.

Page 44: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

5. Liniearitas

Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh

hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit

pada kisaran yang diberikan. Linieritas suatu metode merupakan ukuran

seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y)

dengan konsentrasi (x). Linieritas dapat diukur dengan melakukan

pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang

diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk

selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan

koefisien korelasinya.

6. Uji Kesesuaian Sistem

Seorang analis harus memastikan bahwa sistem dan prosedur yang

digunakan harus mampu memberikan data yang dapat diterima. Hal ini

dapat dilakukan dengan percobaan kesesuaian sistem yang didefinisikan

sebagai serangkaian uji untuk menjamin bahwa metode tersebut dapat

menghasilkan akurasi dan presisi yang dapat diterima. Persyaratan-

persyaratan kesesuaian sistem biasanya dilakukan setelah dilakukan

pengembangan metode dan validasi metode.

United States Pharmacopeia (USP) menentukan parameter yang

dapat digunakan untuk menetapkan kesesuaian sistem sebelum analisis.

Parameter-parameter yang digunakan meliputi: bilangan lempeng teori

(N), faktor tailing, kapasitas (k’ atau α) dan nilai standar deviasi relatif

(RSD) tinggi puncak dan luas puncak dari serangkaian injeksi. Pada

Page 45: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

umumnya, paling tidak ada 2 kriteria yang biasanya dipersyaratkan untuk

menunjukkan kesesuaian sistem suatu metode. Nilai RSD tinggi puncak

atau luas puncak dari 5 kali injeksi larutan baku pada dasarnya dapat

diterima sebagai salah satu kriteria baku untuk pengujian komponen yang

jumlahnya banyak (komponen mayor) jika nilai RSD ≤ 1% untuk 5 kali

injeksi. Sementara untuk senyawa-senyawa dengan kadar sekelumit, nilai

RSD dapat diterima jika antara 5-15% (Gandjar & Rohman, 2007).

Page 46: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

BAB III

KERANGKA KONSEP

Alur Penelitian

MPA digunakan secara luas sebagai kontrasepsi dan produk obat yang

beredar harus diyakini keefektivitasannya secara farmakologi

Dilakukan uji bioavailabilitas, yaitu penetapan kadar MPA secara in vitro

dalam plasma serta perlu dikembangkan metode yang baik

Metode ekstraksi MPA

dalam plasma

Pembuatan larutan induk MPA

Pengukuran λ maksimum MPA dengan spektrofotometer UV-Visibel

Penetapan metode ekstraksi

Penetapan kadar MPA dengan

instrument KCKT

Validasi metode

Akurasi

Presisi

Liniearitas

Limit deteksi dan

limit kuantitasi

Selektivitas

Page 47: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 hingga Agustus

2010, bertempat di Laboratorium Farmasetika Program Studi Farmasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pusat Laboratorium

Terpadu (PLT) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Bahan dan Alat

Bahan : Medroksiprogesteron Asetat (BPOM), Asetonitril (Merck),

Metanol (Merck), Pentana, plasma darah (Palang Merah

Indonesia), Aquabidest (Ikapharmindo Putramas).

Alat : Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Knauer) yang terdiri dari;

pompa, kolom C18 Eurospher®, injektor, detektor UV-Visibel,

integrator, program komputer PC Chromgate® versi 3.1.

Spektrofotometer ultraviolet-visibel (Lambda 25 Perkin Elmer),

vorteks, sentrifugator dengan tabung sentrifugasi (Hettich

Zentrifugen), timbangan analitik (Precisa XT 220 A), alat-alat

gelas, transfer pipet (eppendorf), lemari pendingin.

Page 48: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

C. Cara Kerja

1. Pembuatan Larutan Induk MPA

Ditimbang sebanyak 5 mg Medroksiprogesteron Asetat. Dilarutkan

ke dalam asetonitril hingga volume akhir 50 mL. Diperoleh konsentrasi

sebesar 100 µg/mL. Dilakukan pengenceran untuk mendapatkan larutan

dengan konsentrasi tertentu.

2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Untuk Analisis

Dibuat spektrum serapan ultraviolet larutan Medroksiprogesteron

Asetat (MPA) dengan konsentrasi 100 µg/mL dalam asetonitril pada

panjang gelombang 200-400 nm, ditentukan panjang gelombang

maksimumnya.

3. Penetapan Fase Gerak

Larutan standar Medroksiprogesteron Asetat pada konsentrasi lebih

kurang 10 g/mL diinjeksikan sebanyak 20 L ke dalam kolom dengan

kondisi awal fase gerak asetonitril – air yang diasamkan dengan asam

fosfat (pH = 4) dengan perbandingan (60:40 v/v) dan kecepatan alir 1,2

mL/menit dan dideteksi pada panjang gelombang terpilih, kemudian

dicatat waktu retensi, luas puncak, dihitung jumlah lempeng teoritis,

HETP (Height Equivalent Theoritical Plate), faktor kapasitas, asimetris,

dan koefisien variasi (≤ 2%).

Page 49: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

4. Uji Kesesuaian Sistem

Larutan Medroksiprogesteron Asetat pada konsentrasi lebih kurang

10 g/mL diinjeksikan sebanyak 20 L ke alat KCKT dengan fase gerak

terpilih, diulangi sebanyak enam kali. Kemudian dihitung jumlah lempeng

teoritis, HETP (Height Equivalent Theoritical Plate), faktor kapasitas,

asimetris, dan koefisien variasi (≤ 2%).

5. Penetapan Metode Ekstraksi (penentuan zat pengendap protein

plasma)

Ke dalam tabung sentrifus dimasukkan 0,5 mL plasma yang sudah

mengandung Medroksiprogesteron Asetat pada konsentrasi 5 g/mL, lalu

ditambahkan dengan volume yang sama buffer potassium fosfat (pH 7).

Kemudian ditambahkan sebanyak 0,5 mL pentana, lalu dikocok dengan

vorteks selama 1 menit dan disentrifugasi pada 2000 rpm selama 20 menit.

Diambil cairan supernatan kemudian diuapkan hingga diperoleh residu.

Ditambahkan fase gerak sebanyak 300 L. Hasil ekstraksi diinjeksikan

sebanyak 20 L ke alat KCKT kemudian dicatat waktu retensi dan luas

puncaknya.

6. Validasi Metode Analisis Medroksiprogesteron Asetat Dalam Plasma

a. Pembuatan kurva kalibrasi dan uji linearitas dalam plasma in vitro

Dibuat larutan blangko dan larutan Medroksiprogesteron Asetat

dalam plasma dengan konsentrasi 1 – 5 g/mL, kemudian diekstraksi

sesuai prosedur. Lalu supernatan masing-masing sebanyak 20 μL

Page 50: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

disuntikkan ke alat KCKT pada kondisi terpilih. Setelah itu dianalisis

regresi perbandingan luas puncak terhadap konsentrasi

Medroksiprogesteron Asetat dalam plasma dari masing-masing

konsentrasi dan dibuat kurva kalibrasi dengan persamaan garis regresi

linier (y = a + bx). Dihitung koefisien korelasi (r) dari kurva tersebut.

b. Limit deteksi (LOD) dan limit kuantitasi (LOQ)

Larutan Medroksiprogesteron Asetat dalam plasma dengan

konsentrasi 1 – 5 g/mL diekstraksi sesuai prosedur. Kemudian

supernatan sebanyak 20 μL dari masing-masing larutan tersebut

disuntikkan ke alat KCKT pada kondisi terpilih. Setelah itu dianalisis

regresi perbandingan luas puncak terhadap konsentrasi

Medroksiprogesteron Asetat dalam plasma dari masing-masing

konsentrasi dan dibuat kurva kalibrasinya.

LOQ dihitung melalui persamaan garis regresi linier dari kurva

kalibrasi, dengan rumus :

LOQ = 10 (Sy/x)

b

sedangkan nilai batas deteksi (LOD) diperoleh dengan rumus :

LOD = 3 (Sy/x)

b

Dimana (Sy/x) adalah simpangan baku residual, b adalah slope

dari persamaan regresi.

Page 51: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

c. Uji selektivitas

Sebanyak 20 μL sampel plasma yang telah diekstraksi dan

mengandung medroksiprogesteron asetat pada konsentrasi 1 μg/mL

disuntikkan ke dalam instrumen KCKT dengan kondisi fase gerak dan

kecepatan alir terpilih, diulang sebanyak 6 kali. Kemudian dihitung

nilai koefisien variasinya (KV) dengan nilai ≤ 20% dan akurasinya (%

diff) dengan nilai ≤ 20%.

d. Uji akurasi

Dibuat larutan Medroksiprogesteron Asetat dalam plasma dengan

konsentrasi rendah, sedang, dan tinggi. Setelah itu diekstraksi sesuai

prosedur. Supernatan sebanyak 20 μL disuntikkan ke alat KCKT

dengan kondisi fase gerak dan kecepatan alir terpilih, diulangi

sebanyak tiga kali. Kemudian dihitung persentase akurasi (% diff) dan

perolehan kembali (% recovery) dari masing-masing konsentrasi

larutan tersebut. Nilai rata-rata % diff disyaratkan ≤ 15% dan ≤ 20%

untuk konsentrasi rendah. Sedangkan nilai perolehan kembali dihitung

dengan cara membandingkan konsentrasi medroksiprogesteron asetat

dalam plasma yang diperoleh dari hasil ekstraksi dengan konsentrasi

medroksiprogesteron asetat yang sebenarnya dikalikan dengan 100%.

Perolehan kembali disyaratkan pada rentang 98–102% untuk sediaan

farmasi dan jika dalam sampel biologis menjadi ± 10% dari

persyaratan tersebut.

Page 52: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

e. Uji presisi

Dibuat larutan Medroksiprogesteron Asetat dalam plasma dengan

konsentrasi rendah, sedang, dan tinggi. Setelah itu diekstraksi sesuai

prosedur. Supernatan sebanyak 20 μL disuntikkan ke alat KCKT

dengan kondisi fase gerak dan kecepatan alir terpilih, diulangi

sebanyak tiga kali. Dilakukan pengukuran intra-hari dan inter-hari

(selama 2 hari berturut-turut), kemudian dihitung nilai simpangan baku

relatif atau koefisien variasi (KV) dari masing-masing konsentrasi

dengan nilai ≤ 15% dan untuk konsentrasi rendah ≤ 20%.

Page 53: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

1. Penentuan Metode Analisis Dalam Plasma

a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan

menggunakan spektrofotometer ultraviolet-visibel, diperoleh hasil

yaitu Medroksiprogesteron Asetat (MPA) memberikan serapan

maksimum pada panjang gelombang 241 nm dengan fase gerak yang

digunakan. Spektrum serapan MPA dapat dilihat pada lampiran 1

gambar 4.

b. Penetapan Komposisi Fase Gerak

Penetapan kadar Medroksiprogesteron Asetat dalam plasma in

vitro dilakukan pada kondisi optimum dengan kromatografi cair

kinerja tinggi menggunakan kolom C18 Eurospher®, kecepatan alir

1,2 mL/menit, volume injeksi 20 µL, dengan detektor uv-vis pada

panjang gelombang 241 nm, dan komposisi fase gerak asetonitril – air

yang diasamkan pada pH = 4 (60:40 v/v). Dengan komposisi fase

gerak ini, didapatkan waktu retensi sekitar 9,3 menit dengan plat

teoritis, HETP (Height Equivalent Theoritical Plate), faktor kapasitas

serta faktor asimetris yang memenuhi persyaratan. Data selengkapnya

Page 54: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

mengenai penetapan komposisi fase gerak untuk analisa tercantum

pada tabel 1.

Tabel 1. Penetapan fase gerak asetonitril – air (pH = 4) pada konsentrasi 10

µg/mL, kecepatan alir 1,2 mL/menit, panjang gelombang 241 nm, dan

volume penyuntikan 20 μL.

Keterangan:

TR = Time Retention (waktu retensi)

N = Plat Teoritis

HETP = Height Equivalent Theoritical Plate

c. Uji Kesesuaian Sistem

Pada uji kesesuaian sistem terdapat parameter-parameter untuk

menetapkan kesesuaian sistem sebelum analisis, yaitu meliputi plat

teoritis (N), faktor kapasitas (k atau α), dan nilai koefisien variasi dari

luas area dari serangkaian injeksi (minimal 5 kali injeksi). Syarat

utama adalah koefisien variasi dari luas area, yaitu ≤ 1%. Uji

kesesuaian sistem yang dilakukan telah memenuhi persyaratan yang

ditetapkan. Data mengenai uji kesesuaian sistem terdapat pada tabel 2

dan data selengkapnya tercantum dalam lampiran 4 tabel 8.

Tabel 2. Hasil uji rata-rata kesesuaian sistem sampel medroksiprogesteron asetat

pada konsentrasi 10 μg/mL dengan komposisi fase gerak asetonitril – air

(pH = 4) (60:40 v/v) pada kecepatan alir 1,2 mL/menit, panjang

gelombang 241 nm dan volume penyuntikan 20 μL.

Parameter Uji Persyaratan Hasil Uji Rata-rata

Plat Teoritis >2500 2752,59

Asimetris <2,5 1,5

Faktor Kapasitas 2-8 5,54

Koefisien Variasi ≤2% 0,554%

Fase

Gerak

(v/v)

TR

(menit)

Luas

Puncak

(µAU)

N HETP Faktor

Kapasitas

Asimetri

60:40 9,050 605031 3354,73 0,01189 5,72 1,20

9,107 602708 2524,61 0,02087 5,75 1,67

Page 55: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

d. Penetapan Metode Ekstraksi

Penetapan metode ekstraksi dilakukan dengan mengendapkan

protein plasma sekaligus menarik Medroksiprogesteron Asetat dengan

penambahan pelarut organik yang dapat memberikan perolehan

kembali paling baik, dan dari hasil percobaan didapatkan bahwa

pelarut ekstraksi yang digunakan adalah pentana yang memberikan

luas puncak sekitar 52124 µAU untuk konsentrasi 1 µg/mL. Data

mengenai penetapan pelarut pengendap protein plasma (pelarut

ekstraksi) terdapat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil penetapan pelarut pengendap protein plasma (pelarut

ekstraksi)

Pengendap Protein Waktu Retensi

(menit)

Luas Puncak

(µAU)

Pentana 9,197 52124

2. Validasi Metode Analisis dalam Plasma secara In Vitro

a. Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Uji Linearitas dalam Plasma in

vitro

Uji ini dilakukan pada seri larutan standar medroksiprogesteron

asetat dalam plasma dengan konsentrasi 1-5 μg/mL, dari uji ini akan

didapat persamaan regresi linier dan koefisien korelasi (r). Hasil uji

diperoleh persamaan garis Y = 37863,3 + 14398,5 X, dan koefisien

korelasi (r) 0,99888246, kurva kalibrasi dari persamaan garis tersebut

terdapat dalam gambar 4. Data hasil percobaan selengkapnya

tercantum pada lampiran 5 dalam tabel 9.

Page 56: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Gambar 3. Kurva kalibrasi medroksiprogesteron asetat dalam plasma

b. Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi dalam Plasma in vitro

Uji batas deteksi dan batas kuantitasi dilakukan untuk mengetahui

batas deteksi dan batas kuantitasi terendah dari sampel yang masih

dapat menghasilkan data dengan akurasi dan presisi yang baik. Batas

deteksi yang diperoleh dari hasil pengujian sebesar 0,259 μg/mL dan

batas kuantitasi 0,864 μg/mL. Data mengenai uji batas deteksi dan

batas kuantitasi dapat dilihat pada tabel 4 dan data hasil percobaan

selengkapnya tercantum pada lampiran 6 dalam tabel 10.

Tabel 4. Hasil uji batas deteksi, batas kuantitasi dan koefisien fungsi

Parameter Nilai

Simpangan Baku Residual (S y/x) 1243,848

Standar Deviasi Fungsi (Sxo) 0,086

Koefisien Fungsi Regresi (Vxo) 2,88%

Limit Deteksi (LOD) 0,259 μg/mL

Limit Kuantitasi (LOQ) 0,864 μg/mL

y = 14398.5x + 37863

r = 0.99888246

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

0 1 2 3 4 5 6Luas Puncak (µAU)

Konsentrasi (µg/mL)

Kurva Standar MPA dalam Plasma

Luas Puncak

Linear (Luas Puncak)

Page 57: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

c. Uji Selektivitas

Uji selektivitas dilakukan terhadap sampel konsentrasi 1 μg/mL

dilakukan sebanyak 6 kali untuk mengetahui spesifitas metode

tersebut. Syarat untuk uji selektivitas adalah koefisien variasinya (KV)

dengan nilai ≤ 20% dan akurasinya (% diff) dengan nilai ≤ 20%. Data

hasil uji rata-rata terdapat pada tabel 5 dan Data hasil percobaan

tercantum pada lampiran 7 dalam tabel 11.

Tabel 5. Hasil uji rata-rata selektivitas

C

(μg/mL)

Rata-rata

Luas

Puncak

(µAU)

Rata-rata

Perolehan

Kembali

(%)

(SD)

(%)

KV

(%)

% diff

rata-rata

1 51554 95,08 0,41 0,41 -4,92

Keterangan:

C = Konsentrasi

SD = Simpangan Baku

KV = Koefisien Variasi

d. Uji Akurasi

Uji akurasi dilakukan pada 3 konsentrasi sampel, yaitu pada 2

μg/mL, 3 μg/mL dan 4 μg/mL dilakukan sebanyak 3 kali untuk

masing-masing konsentrasi. Syarat hasil uji akurasi adalah % diff

dengan nilai ≤ 15% dan ≤ 20% untuk konsentrasi rendah. Kemudian

dihitung pula nilai perolehan kembali (% recovery), nilai ini

disyaratkan pada 98-102% untuk sediaan farmasi dan jika dalam

sediaan biologis menjadi ± 10% dari persyaratan tersebut. Hasil uji

rata-rata dapat dilihat pada tabel 6 dan data hasil percobaan

selengkapnya tercantum pada lampiran 8 dalam tabel 12.

Page 58: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Tabel 6. Hasil uji rata-rata akurasi

Keterangan:

C = Konsentrasi

SD = Simpangan Baku

KV = Koefisien Variasi

e. Uji Presisi

Uji dilakukan pada 3 konsentrasi sampel, yaitu pada 2 μg/mL, 3

μg/mL dan 4 μg/mL diulangi sebanyak 3 kali untuk masing-masing

konsentrasi, dilakukan pada pengujian intra-hari (dalam 1 hari) dan

inter-hari selama 2 hari berturut-turut. Syarat hasil uji presisi adalah

simpangan baku relatif atau koefisien variasi (KV) dari masing-masing

konsentrasi dengan nilai ≤ 15%, sedang untuk konsentrasi rendah ≤

20%. Hasil uji rata-rata presisi dapat dilihat pada tabel 7 dan data hasil

percobaan selengkapnya tercantum pada lampiran 9 dalam tabel 13.

Tabel 7. Hasil uji rata-rata presisi

C

(μg/mL)

Rata-rata

Luas

Puncak

(µAU)

SD

(%)

KV

(%)

% diff

rata-rata

2 65621,00 0,52 0,52 -3,61

3 81411,34 0,27 0,27 0,81

4 95591,50 0,39 0,39 0,23

Keterangan:

C = Konsentrasi

SD = Simpangan Baku

KV = Koefisien Variasi

C

(μg/mL)

Rata-rata

Luas

Puncak

(µAU)

Rata-rata

Perolehan

Kembali

(%)

SD

(%)

KV

(%)

% diff

rata-rata

2 65515,33 96,03 0,786 0,786 -3,97

3 81404,00 100,79 0,147 0,147 0,797

4 95826,00 106,64 0,539 0,539 0,64

Page 59: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

B. Pembahasan

Penetapan kadar medroksiprogesteron asetat (MPA) dalam plasma in

vitro dilakukan sebagai pengujian terhadap sediaan farmasi dari segi

farmakokinetiknya, bagaimana ketersediaan hayati obat dalam tubuh sehingga

keefektivitasannya terbukti. Optimasi dan validasi juga perlu dilakukan guna

mendapatkan metode yang terbaik untuk analisa kadar medroksiprogesteron

asetat dalam plasma. Penetapan kadar ini dilakukan dengan instrumen

kromatografi cair kinerja tinggi dengan mempertimbangkan senyawa aktif

yang dianalisa larut dalam fase cair, serta alat ini memiliki ketelitian yang

tinggi dan spesifik.

Hal yang pertama kali dilakukan adalah penentuan panjang gelombang

maksimum dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet – visibel, dan

didapatkan hasil bahwa MPA memiliki serapan maksimum pada 241 nm.

Pemilihan panjang gelombang analisis ini berguna untuk meningkatkan

selektivitas dan sensitifitas analisis dari sampel yang digunakan.

Pada pemilihan fase gerak, dilakukan dengan menggunakan kolom

C18 Eurospher® fase terbalik dengan panjang gelombang analisa 241 nm dan

kecepatan alir 1,2 mL/menit. Komposisi dari asetonitril – air yang diasamkan

dengan asam fosfat pada pH = 4 (60:40 v/v) menghasilkan luas area rata-rata

sebesar 604008 untuk konsentrasi 10 µg/mL, plat teoritis sekitar 2752,59,

HETP sekitar 0,0055, faktor kapasitas sebesar 5,54, asimetri sekitar 1,5

dengan waktu retensi sekitar 9,3 menit. Dari hasil ini, fase gerak yang

ditetapkan telah memberikan hasil parameter yang memenuhi persyaratan.

Page 60: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Uji kesesuaian sistem dilakukan untuk memastikan kesesuaian dan

keefektifan sistem yang digunakan agar diperoleh kondisi operasional dan

kromatogram yang baik. Dari hasil percobaan diperoleh nilai rata-rata, yaitu

jumlah plat teoritis 2752,59 (>2500), faktor kapasitas 5,54 (2-8), asimetris 1,5

(<2,5), dan koefisien variasi 0,554% (<2%). Hasil ini telah memenuhi

persyaratan uji, yang menunjukan bahwa sistem alat yang digunakan telah

memenuhi kesesuaian dan keefektifan sistem operasional.

Pada penetapan metode ekstraksi, dilakukan penarikan MPA dengan

mengendapkan protein plasma. Pengendapan protein ini bertujuan untuk

menghilangkan komponen-komponen yang ada dalam protein plasma yang

dapat mengganggu analisis dan kromatogram. Protein plasma dapat

diendapkan dengan berbagai pelarut; seperti pelarut organik, pelarut asam, dan

pelarut basa. Pada penelitian ini dilakukan dengan pelarut organik yang akan

mengendapkan protein sehingga obat akan lepas dari ikatan protein dan

tertarik ke dalam pelarut organik. Hasil yang didapatkan pelarut organik yang

digunakan adalah pentana yang memberikan luas puncak sebesar 52124 µAU

untuk konsentrasi 1 µg/mL. Pemilihan pentana sebagai pengendap protein

sekaligus pengekstraksi MPA karena pentana mampu memberikan perolehan

kembali yang baik.

Validasi metode penetapan kadar MPA dalam plasma in vitro

dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa metode tersebut akurat dan

dapat digunakan sebagai metode penetapan kadar secara in vivo. Validasi

metode yang dilakukan adalah validasi sebagian dengan mempertimbangkan

bahwa metode yang dilakukan pada penelitian ini merupakan modifikasi dari

Page 61: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

metode yang telah dilakukan sebelumnya. Parameter validasi yang dilakukan

meliputi liniearitas, limit deteksi dan limit kuantitasi, selektivitas, akurasi,

presisi, dan perolehan kembali.

Liniearitas merupakan kemampuan metode analisis yang memberikan

respon yang secara langsung proporsional terhadap konsentrasi analit dalam

sampel. Dari percobaan dibuat larutan standar MPA dalam plasma dengan

rentang konsentrasi 1-5 µg/mL, dan didapat hasil persamaan garis regresi

linier y = 37863,3 + 14398,5 x dengan koefisien korelasi (r) sebesar

0,99888246 dan koefisien fungsi regresi 2,88%. Untuk penetapan kadar dalam

sediaan biologis disyaratkan bahwa koefisien fungsi regresi di bawah 5%,

sehingga kurva kalibrasi yang diperoleh telah memenuhi persyaratan.

Langkah selanjutnya adalah penetapan batas deteksi dan batas

kuantitasi dari sampel. Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam

sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan

dibanding dengan blangko. Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas

terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria akurat dan

seksama. Hasil dari uji batas deteksi ini adalah 0,259 µg/mL dan batas

kuantitasi sebesar 0,864 µg/mL.

Uji selektivitas dilakukan untuk mengetahui bahwa metode yang

ditetapkan kemampuannya hanya untuk mengukur zat tertentu saja dengan

cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam

matriks sampel. Uji ini dilakukan terhadap sampel dengan konsentrasi 1

μg/mL. Persyaratan untuk uji selektivitas ini adalah nilai koefisien variasinya

(KV) dengan nilai ≤ 20% dan akurasinya (% diff) dengan nilai ≤ 20%. Hasil

Page 62: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

pengujian selektivitas pada sampel adalah koefisien variasi sebesar 0,41% dan

% diff sebesar -4,92%, hasil ini telah memenuhi persyaratan untuk uji

selektivitas.

Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui kedekatan hasil penetapan

yang diperoleh dengan hasil sebenarnya. Akurasi diperiksa dengan

menghitung perbedaan nilai yang terukur dengan nilai sebenarnya (% diff) Uji

akurasi dilakukan dengan menetapkan kadar sampel pada 3 konsentrasi yaitu 2

µg/mL, 3 µg/mL, dan 4 µg/mL. Persyaratan yang ditentukan adalah % diff ≤

20% untuk konsentrasi rendah, dan ≤ 15% untuk konsentrasi sedang dan

tinggi. Pada konsentrasi 2 μg/mL didapatkan hasil % diff rata-rata sebesar -

3,97%, konsentrasi 3 μg/mL didapatkan % diff rata-rata sebesar 0,797% dan

pada konsentrasi 4 μg/mL didapatkan % diff rata-rata sebesar 0,64%.

Kemudian dihitung pula nilai perolehan kembalinya (% recovery) dengan cara

membandingkan konsentrasi medroksiprogesteron asetat dalam plasma yang

diperoleh dari hasil ekstraksi dengan konsentrasi medroksiprogesteron asetat

yang sebenarnya dikalikan dengan 100%. Perolehan kembali disyaratkan pada

rentang 98–102% untuk sediaan farmasi dan jika dalam sampel biologis

menjadi ± 10% dari persyaratan tersebut. Nilai uji perolehan kembali pada

konsentrasi 2 μg/mL berkisar 96,03%, konsentrasi 3 μg/mL berkisar 100,79%

dan pada konsentrasi 4 μg/mL sekitar 100,64%. Pengujian perolehan kembali

ini dilakukan pada tiga konsentrasi dengan tujuan untuk memberikan batas

range bahwa konsentrasi analit yang terukur pada daerah tersebut masih

terukur dengan baik oleh detektor. Hasil untuk uji akurasi dan perolehan

kembali ini telah memenuhi persyaratan uji pada sediaan biologis.

Page 63: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Presisi adalah ukuran yang menunjukan derajat kesesuaian antara hasil

uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika

prosedur diterapkan secara berulang pada sampel. Uji presisi dilakukan intra-

hari dan inter-hari, pada konsentrasi rendah 2 μg/mL didapat koefisien variasi

sebesar 0,52%, pada konsentrasi sedang 3 μg/mL diperoleh koefisien variasi

sebesar 0,27% dan pada konsentrasi tinggi 4 μg/mL didapat koefisien variasi

sebesar 0,39%. Pengukuran inter-hari yang dilakukan selama 2 hari berturut-

turut didapat hasil koefisien variasi ≤ 20% untuk konsentrasi rendah dan tidak

≥ 15% untuk konsentrasi sedang dan tinggi. Pada uji presisi ini, hasil tersebut

telah memenuhi syarat untuk uji presisi pada sediaan biologis. Uji dilakukan

pada intra-hari dan inter-hari untuk memastikan bahwa setelah sediaan

disimpan masih stabil dan tidak mengganggu hasil analisa.

Hasil dari parameter-parameter validasi metode analisis yang telah

dilakukan secara keseluruhan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan

untuk pengujian pada sediaan biologis. Hal ini menunjukan bahwa metode

analisis medroksiprogesteron asetat dalam plasma in vitro valid dan dapat

digunakan untuk penetapan kadarnya secara in vivo.

Page 64: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Efektifitas metode ekstraksi yang paling optimum adalah dengan

menggunakan pelarut organik pentana sebagai pelarut ekstraksi

medroksiprogesteron asetat dari dalam plasma.

2. Kondisi optimum untuk penetapan kadar medroksiprogesteron asetat

dalam plasma in vitro menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi

adalah dengan menggunakan kolom C18 Eurospher® (150 x 4,6 mm x 5

µm), detektor ultraviolet – visible, fase gerak asetonitril – air (pH=4)

(60:40 v/v), kecepatan alir 1,2 mL/menit yang dianalisis pada panjang

gelombang 241 nm.

3. Validasi metode dalam plasma in vitro yang dilakukan memberikan hasil

akurasi dengan nilai % diff sekitar -3,97–0,797%, koefisien variasi presisi

berkisar antara 0,27-0,52%, perolehan kembali 96,03-100,79%, dan

liniearitas dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,99888246. Dari

hasil ini menunjukkan bahwa metode yang ditetapkan telah memenuhi

persyaratan untuk suatu metode bioanalisis.

B. Saran

Penelitian selanjutnya disarankan untuk dilakukan secara in vivo

supaya lebih dapat memastikan bahwa validasi metode yang ditetapkan benar-

benar memberikan hasil yang valid.

Page 65: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Cavina G., L. Valvo, dan R. Alimenti. 1985. Quantitative analysis and Purity

Evaluation of Medroxyprogsterone Acetate by HPLC dalam Journal of

Pharmaceutical & Biomedical Analysis, Vol 3, No.6, 535-546. Pergamon

Press, Britain.

Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Food and Drug Administration. 2001. Guidance for Industry Bioanalytical

Method Validation. http://www.fda.gov/cder/guidance/index.htm. United

States.

Harmita. 2006. Analisis Fisikokimia. Departemen Farmasi FMIPA UI.

Johnson, E.L. dan R.Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Terj.Kosasih

Padmawinata. Penerbit ITB Press, Bandung.

Kelly, M.T. 1990. Drug Analysis in Biological Fluids. Dalam: Chemical Analysis

in Complex Matrices. Dublin, Ireland.

Kim, S.M. dan Dong Hyun Kim. 2001. Quantitative Determination of

Medroxyprogesterone Acetate in Plasma by Liquid Chromatography /

Electrospray Ion Trap Mass Spectrometry. Institute of Science and

Technology, Korea.

Page 66: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Kozutsumi, D. dkk. 1999. Pharmacokinetics of 9 -fluoromedroxyprogesterone

acetate in rats: comparison with medroxyprogesterone acetate. Dalam:

Wiley InterScience. http://www.doi.wiley.com.

Putra, E.D.L. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi.

USU Digital Library.

Reynolds, James E.F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia 21th

edition.

The Pharmaceutical Press, London: 1416-1417.

Sadikin, Mohamad. 2001. Biokimia Darah. Widya Medika, Jakarta.

Schulman, Stephen G., J.A.Davis, G.A.Brazeau. 2002. Analysis of Biological

Fluids, dari Encyclopedia of Pharmaceutical Technology

Shah, V. P. dkk. 2007. The History of Bioanalytical Method Validation and

Regulation : Evolution of a Guidance Document on Bioanalytical Methods

Validation. http://www.aapsj.org

Shargel, L. dan Andrew B.C.Yu. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika

Terapan. Terj.Siti Sjamsiah. Universitas Airlangga Press, Surabaya

Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi kedua.

Terj. Brahm U. Pendit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal: 346-

363

Suherman S.K. 2008. Farmakologi dan Terapi edisi 5 FKUI. Gaya Baru, Jakarta.

Hal: 455-467

Supandi. 2008. Optimasi dan Validasi Metode Penetapan Kadar Famotidin

Kombinasi dengan Magnesium Hidroksida, Hidrotalcite dan Simetikon

dalam Plasma in vitro dan in vivo secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

Page 67: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Tesis. Program Pasca Sarjana FMIPA-Universitas Indonesia. Tidak

dipublikasikan: 101 hlm

Williams, Roger L.M.D., et al. 2007. USP 27-The United States Pharmacopeia.

United States Pharmacopeia Convention, Inc

Williard C., A. Rajasekaran, J. Settlage, dan P. Taylor. Quantitative

Determination of Medroxyprogesterone Acetate in Human Plasma Using

GC/NCI/MS/MS.

Yunardi, Asmida Y, Suryandari D.A., Wahjoedi B., Moeloek N. 2008. Penentuan

Dosis Minimal Depot Medroksi Progesteron Asetat serta Pengaruhnya

terhadap Viabilitas Spermatozoa dan Kadar Hormon Testosteron Tikus.

Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 58, No. 6. 192-199

Zheng W., B. J. Hidy, dan R. G. Jenkins. LC/MS/MS Determination of

Medroxyprogesterone Acetate in Human Plasma. United States

Page 68: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program
Page 69: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 1

Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Gambar 4. Spektrum panjang gelombang maksimum medroksiprogesteron

asetat dalam asetonitril-air (pH=4) (60:40 v/v) pada konsentrasi 100

μg/mL.

Page 70: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 2

Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Keterangan :

A : Fase Gerak

B : Pompa A

C : Pompa B

D : Detektor Spektrofotometri Ultraviolet-Visible

E : Injektor

F : Oven Kolom dan Kolom C-18 Eurospher® (150 x 4,6 mm x 5 µm)

G : Integrator

Gambar 5. Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Knauer Seri Smartline

Page 71: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 3

Kromatogram Hasil Analisa

Kromatogram MPA Murni 100 ppm

Minutes

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

mA

U

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

mA

U

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1

0.9

07

77

41

7

2

1.4

77

48

79

2

3

2.0

63

10

53

16

4

3.3

27

10

73

65

5

5.4

63

83

04

7

6

5.9

37

61

10

9

7

6.9

03

66

33

7

8

9.1

57

58

16

12

3

9

12

.47

7

81

15

5

10

13

.67

0

20

38

9

Detector

mpa

Pk #

Retention Time

Area

Theoretical plates (USP)

Detector

Results

Retention Time Area Area % Height Height %

0.907 77417 1.20 5680 3.02

1.477 48792 0.75 2141 1.14

2.063 105316 1.63 3164 1.68

3.327 107365 1.66 1166 0.62

5.463 83047 1.28 1534 0.82

5.937 61109 0.94 1331 0.71

6.903 66337 1.03 1289 0.69

9.157 5816123 89.93 170494 90.63

12.477 81155 1.25 906 0.48

13.670 20389 0.32 414 0.22

Totals

6467050

100.00

188119

100.00

Gambar 6. Kromatogram medroksiprogesteron asetat murni pada konsentrasi

100 µg/mL dengan komposisi fase gerak asetonitril-air (pH=4)

(60:40 v/v), pada kecepatan alir 1,2 mL/menit, panjang gelombang

241 nm dan volume penyuntikan 20 μL.

Page 72: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Kromatogram MPA Murni 10 ppm

Minutes

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

mA

U

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

mA

U

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1

0.8

20

73

07

9

2

1.5

97

25

27

8

3

2.0

67

36

73

8

4

2.6

60

58

89

5

4.8

80

40

3

6

5.4

73

20

46

7

9.6

73

60

34

35

Detector

mpa

Pk #

Retention Time

Area

Theoretical plates (USP)

Detector

Results

Retention Time Area Area % Height Height %

0.820 73079 9.78 9204 31.22

1.597 25278 3.38 2000 6.78

2.067 36738 4.92 2530 8.58

2.660 5889 0.79 249 0.84

4.880 403 0.05 89 0.30

5.473 2046 0.27 71 0.24

9.673 603435 80.80 15341 52.03

Totals

746868 100.00 29484 100.00

Gambar 7. Kromatogram medroksiprogesteron asetat murni pada konsentrasi

10 µg/mL dengan komposisi fase gerak asetonitril-air (pH=4) (60:40

v/v), pada kecepatan alir 1,2 mL/menit, panjang gelombang 241 nm

dan volume penyuntikan 20 μL.

Page 73: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Kromatogram Plasma Kosong (Blangko)

Minutes

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

mA

U

0

50

100

150

200

250

300

mA

U

0

50

100

150

200

250

300

1

0.9

40

30

50

60

4

2

1.7

63

24

77

60

3

3.1

40

12

11

05

4

6.8

80

17

26

80

7

5

9.8

43

21

88

6

11

.28

3

14

92

7

7

12

.77

3

16

80

70

8

13

.95

3

23

93

30

9

14

.69

7

12

98

26

Detector

mpa

Pk #

Retention Time

Area

Theoretical plates (USP)

Detector

Results

Retention Time Area Area % Height Height %

0.940 3050604 53.51 271633 85.01

1.763 247760 4.35 9239 2.89

3.140 121105 2.12 2936 0.92

6.880 1726807 30.29 25202 7.89

9.843 2188 0.04 106 0.03

11.283 14927 0.26 423 0.13

12.773 168070 2.95 3285 1.03

13.953 239330 4.20 3823 1.20

14.697 129826 2.28 2900 0.91

Totals 5700617 100.00 319547 100.00

Gambar 8. Kromatogram plasma kosong (blanko) dengan komposisi fase gerak

asetonitril-air (pH=4) (60:40 v/v), pada kecepatan alir 1,2 mL/menit,

panjang gelombang 241 nm dan volume penyuntikan 20 μL.

Page 74: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Kromatogram MPA dalam Plasma 3 ppm (Kurva Kalibrasi)

Minutes

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

mA

U

0

1

2

3

4

5

6

mA

U

0

1

2

3

4

5

6

1

0.9

80

35

56

4

2

1.3

23

75

90

3

1.8

07

13

87

8

4

2.0

93

35

86

5

2.2

37

37

49

6

2.4

93

69

13

7

2.8

17

14

47

2

8

3.2

17

12

44

6

9

3.9

60

67

22

1

0

4.1

70

63

30

11

4.5

70

39

56

12

5.0

87

59

35

1

3

5.3

20

54

29

14

7.4

93

24

80

2

15

7.8

63

14

71

00

16

9.6

33

82

37

8

17

10

.92

0

46

10

18

13

.27

0

76

14

19

14

.20

7

33

2

20

14

.74

3

10

98

Detector

mpa

Pk #

Retention Time

Area

Theoretical plates (USP)

Detector

Results

Retention Time Area Area % Height Height %

1.807 13878 3.52 759 4.04

2.093 3586 0.91 425 2.26

2.493 6913 1.75 474 2.52

2.817 14472 3.67 783 4.17

3.217 12446 3.15 449 2.39

3.960 6722 1.70 354 1.88

4.170 6330 1.60 333 1.77

4.570 3956 1.00 280 1.49

5.087 5935 1.50 264 1.40

5.320 5429 1.38 230 1.22

7.493 24802 6.29 1235 6.57

7.863 147100 37.29 5614 29.87

9.633 82378 20.88 2963 15.77

10.920 4610 1.17 141 0.75

13.270 7614 1.93 202 1.07

14.207 332 0.08 46 0.24

14.743 1098 0.28 56 0.30

Totals

394504 100.00 18792 100.00

Gambar 9. Kromatogram medroksiprogesteron asetat dalam plasma pada

konsentrasi 3 µg/mL dengan komposisi fase gerak asetonitril-air

(pH=4) (60:40 v/v), pada kecepatan alir 1,2 mL/menit, panjang

gelombang 241 nm dan volume penyuntikan 20 μL.

Page 75: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 4

Uji Kesesuaian Sistem

Tabel 8. Uji kesesuaian sistem medroksiprogesteron asetat pada konsentrasi 10

μg/mL dengan komposisi fase gerak asetonitril-air (pH=4) (60:40 v/v)

pada kecepatan alir 1,2 mL/menit, panjang gelombang 241 nm dan

volume penyuntikan 20 μL.

Waktu

Retensi

(menit)

Luas

Area

Plat

Teoritis

(N)

HETP Faktor

Kapasitas

Asimetri Koefisien

Variasi

(%)

9,050 605031 3354,73 0,00447 5,72 1,2 0,554

9,107 602708 2524,61 0,00594 5,75 1,67

9,147 598774 2546,84 0,00589 5,81 1,67

9,210 608917 2769,77 0,00542 5,82 2

9,667 605185 2658,16 0,00564 5,07 1,13

9,673 603435 2661,46 0,00564 5,06 1,33

Hasil Parameter Uji:

Parameter Uji Persyaratan Hasil Uji Rata-rata

Plat Teoritis >2500 2752,59

Asimetris <2,5 1,5

Faktor Kapasitas 2-8 5,54

Koefisien Variasi <1% 0,554%

Page 76: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 5

Uji Liniearitas dan Pembuatan Kurva Kalibrasi

Tabel 9. Data hasil uji liniearitas

Konsentrasi

(μg/mL )

Luas Puncak

(µAU)

1 52124

2 65673

3 82378

4 96332

5 108787

Keterangan :

- Persamaan garis : Y = 37863,3 + 14398,5 x

- Koefisien korelasi (r): 0,99888246

- Kondisi Analisis :

Fase gerak : Asetonitril-Air (diasamkan pada pH=4) (60:40 v/v)

Kolom : Eurospher® C-18 (15 cm x 4,6 mm)

Volume injeksi : 20 μL

Kecepatan alir : 1,2 mL/menit

Detektor : Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

Panjang Gelombang : 241 nm

Page 77: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 6

Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Tabel 10. Data hasil uji batas deteksi dan batas kuantitasi

Konsentrasi

(μg/mL)

Luas

Puncak

(µAU)

[Y]

Luas Area

Berdasarkan

Persamaan

Regresi [Y1]

[Y-Y1] [Y-Y1]2

1 52124 52261,8 -137,8 18988,84

2 65673 66660,3 -987,3 974761,29

3 82378 81058,8 1319,2 1740288,64

4 96332 95457,3 874,7 765100,09

5 108787 109855,8 -1068,8 1142333,44

Jumlah 4641472,3

S (y/x) = 1243,848

LOD = 0,259 µg/mL

LOQ = 0,864 µg/mL

LLOQ = ½ x LOQ = 0,432 µg/mL

Sxo = 0,0864

Vxo = 2,88%

Page 78: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 7

Uji Selektivitas

Tabel 11. Data hasil uji selektivitas

Konsentrasi

(μg/mL)

Luas

Puncak

(µAU)

Uji

Perolehan

Kembali

(%)

Rata-rata

Uji

Perolehan

Kembali

(%)

% diff Simpangan

Baku (SD)

Koefisien

Variasi

(%)

% diff

rata-

rata

1 51718 96,22 95,08 -3,78 0,41 0,41 -4,92

51773 96,61 -3,39

51499 94,70 -5,30

51287 93,23 -6,77

51332 93,54 -6,46

51715 96,20 -3,80

Page 79: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 8

Uji Akurasi

Tabel 12. Data hasil uji akurasi

Konsentrasi

(μg/mL)

Luas

Puncak

(µAU)

Uji

Perolehan

Kembali

(%)

Rata-rata

Uji

Perolehan

Kembali

(%)

% diff Simpangan

Baku (SD)

Koefisien

Variasi

(%)

%diff

rata-

rata

2 65692 96,64 96,03 -3,36 0,786 0,786 -3,97

64935 94,01 -5,99

65919 97,43 -2,57

3 81361 100,69 100,797 0,69 0,147 0,147 0,797

81539 101,11 1,11

81312 100,59 0,59

4 96357 101,56 100,64 1,56 0,539 0,539 0,64

95796 100,59 0,59

95325 99,77 -0,23

Page 80: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 9

Uji Presisi

Tabel 13. Data hasil uji presisi

Konsentrasi

(μg/mL)

Luas

Puncak

(µAU)

Uji

Perolehan

Kembali

(%)

Rata-rata

Uji

Perolehan

Kembali

(%)

% diff Simpangan

Baku (SD)

Koefisien

Variasi

(%)

% diff

rata-

rata

2 Hari ke-1 65692 96,64 96,39

-3,36 0,52 0,52 -3,61

64935 94,01 -5,99

65919 97,43 -2,57

Hari ke-2 65614 96,37 -3,63

65924 97,44 -2,56

65642 96,46 -3,54

3 Hari ke-1 81361 100,69 100,81 0,69 0,27 0,27 0,81

81539 101,11 1,11

81312 100,59 0,59

Hari ke-2 81776 101,66 1,66

81343 100,66 0,66

81137 100,18 0,18

4 Hari ke-1 96357 101,56 100,23 1,56 0,39 0,39 0,23

95796 100,59 0,59

95325 99,77 -0,23

Hari ke-2 95615 100,27 0,27

95187 99,53 -0,47

95269 99,67 -0,33

Page 81: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 10

Cara Memperoleh Regresi Linear dari Persamaan Garis

Y=a+bx

a dan b adalah bilangan normal, dihitung dengan metode kuadrat terkecil (least

square)

a = (Σyi) (Σxi)2 - (Σxi) (Σyi)

N (Σxi2) - (Σyi

2)

b = N(Σxi.yi) - (Σxi) (Σyi)

N (Σxi2) - (Σxi)

2

Linieritas dtentukan berdasarkan nilai koefisien (r)

r = N(Σxy) - (Σx) (Σy)

[ (N (Σx2) - (Σx)

2) (N (Σy

2) (Σy)

2) ]

1/2

Page 82: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 11

Cara Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

S(y/x) = √ ∑ [Y-Y1]2

di mana y1 = a + bx

n – 2

Sx0 = (Sy/x) Sx0 = standar deviasi dari fungsi

b

Vx0 = Sx0 x 100% Vx0 = koefisien variasi dari fungsi

x

LOD =

LOQ =

Page 83: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 12

Cara Perhitungan Simpangan Baku, Koefisien Variasi, % diff, dan Uji

Perolehan Kembali

a. Simpangan Baku (SD),

Hasil analisis adalah x1, x2, x3, x4,……………….xn, maka

simpangan bakunya adalah :

SD = √ ( ∑ (x – x )2 )

n – 1

b. Simpangan baku relatif atau koefisien variasi (KV) adalah :

KV = SD x 100 %

x

c. Persen (%) diff = B-A x 100%

A

d. Uji Perolehan Kembali = B x 100%

A

Keterangan: A : Kadar sebenarnya

B : Kadar terukur

Page 84: PENETAPAN KADAR MEDROKSIPROGESTERON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1026/1/INDIRA... · dipisahkan dengan menggunakan pelarut organik ... Farmasi pada program

Lampiran 13

Sertifikat Analisa Medroksiprogesteron Asetat