bangunan bawah , indira novadiani, ft ui, 2017

20
Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017 1

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

1

Page 2: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

2

Bangunan Bawah Tanah sebagai Solusi Perkembangan Perkotaan Padat

Indira Novadiani, Teguh Utomo

Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424

Tel: +62217863512 Fax: +62217863514

*e-mail: [email protected]

Abstrak

Tidak bisa dipungkiri, bahwa faktanya kota teruslah berkembang. Populasi manusia selalu meningkat setiap harinya. Akibatnya, dengan lahan yang ada, kota harus dapat menampung kegiatan manusia didalamnya yang terus memiliki kebutuhan yang juga terus meningkat. Hal ini menimbulkan perkotaan haruslah memikirkan solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut, salah satunya dengan pengembangan lahan secara vertikal.

Skripsi ini membahas bagaimana bangunan bawah tanah dapat menjadi solusi bagi permasalahan perkotaan. Berbagai studi literatur akan menjelaskan bagaimana arsitektur bawah tanah terus berkembang, dan berbagai kota telah mengembangkan pembangunannya ke atas maupun ke bawah dengan berbagai pertimbangan. Pada akhirnya perkotaan yang memiliki kepadatan penduduk memerlukan pemisahan level dalam pembangunan kota tersebut. Kini bangunan bawah tanah di berbagai kota di dunia telah dimanfaatkan dan terus dikembangkan, yang mana telah menjadi salah satu solusi bagi perkembangan perkotaan padat di dunia. Kata Kunci: Ruang bawah tanah, Perkotaan, Vertikal, Kepadatan

Underground Building as a Solution for Solid Urban Development

Abstract

It is undeniable, in fact the city continues to grow. The human population is increasing every day. With the existing conditions, the city must be able to accommodate human activities within which continues to have a need that is also increasing. This creates the right solution to overcome it, wrong with the development of the land.

This thesis discusses how underground buildings can be a solution to urban problems. Various literature studies will explain how underground architecture continues to evolve, and cities have evolved their development up and down with various considerations. In the end the urban population has a population density in the level of development of the city. Now underground buildings in various cities of the world have been exploited and continuously developed, which has become one of the solutions for the world's dense urban development. Keywords: Underground, Urban, Vertical, Density

Page 3: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

3

Pendahuluan

Pada masa kini, kota-kota besar dengan kepadatan kegiatan tinggi cenderung memanfaatkan

ruang bawah tanah sebagai bagian dari guna lahan perkotaan, baik untuk sarana dan prasarana

kota maupun untuk bangunan gedung (untuk kegiatan manusia). Sebagai contoh salah satu

negara tetangga yang terkenal dengan ruang bawah tanahnya Singapura, negara tersebut

memanfaatkan bawah tanah sebagai konektivitas utama antar wilayah dan bagian kota di

negaranya, yang terkenal dengan Mass Rapid Transit/MRT, dan juga bangunan gedung di bawah

tanah lainnya yang menghubungkan bangunan-bangunan dalam kotanya. Tidak hanya Singapura,

berbagai negara maju di dunia telah mengoptimalkan ruang bawah tanahnya sebagai bagian dari

arsitektur kota dengan segala program ruangnya. Contoh lainnya, kota bawah tanah Montreal

(RÉSO), diklaim sebagai jaringan bawah tanah kota terbesar di dunia karena merupakan ruang

bawah tanah yang membentukjaringan dan melambangkan berbagai pusat perbelanjaan, pusat

niaga, gedung perkantoran, dan stasiun MRT. Bawah tanah disini menjadi pengaruh besar bagi

tata ruang kota negara, serta memiliki fungsi keterhubungan ruang secara optimal.

Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Durmisevic (2002) yang mengatakan bahwa

dalam waktu yang relatif singkat, ruang bawah tanah menjadi area penelitian yang penting.

Ruang ini memiliki potensi untuk meningkatkan lingkungan perkotaan dengan menghilangkan

tekanan dari permukaan, meningkatkan mobilitas dengan memperluas jaringan transportasi

umum, mengurangi kebisingan dan meningkatkan kualitas udara, meninggalkan daerah yang

lebih hijau di pusat kota utuh, dan mengurangi jarak dengan konsentrasi yang lebih baik dari

fungsi dan efisien penggunaan ruang.

Skripsi ini akan membahas lebih lanjut mengenai salah satu alternatif pengembangan

perkotaan yaitu dengan adanya ruang bawah tanah, yang akan terfokus pada bangunan sebagai

ruang kegiatan publik manusia yang terbangun pada bawah tanah, dilihat dari aspek

pemanfaatan, karakteristik ruang, serta keterhubungan dengan ruang sekitarnyadan dilihat dalam

konteks perkotaan. Arsitektur dan Ruang Bawah Tanah

Ruang Bawah Tanah

Page 4: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

4

Francis DK. Ching (2000) menafsirkan pengertian ruang, yaitu merupakan hasil

pengembangan bidang ke segala arah selain dari arah bidang itu sendiri, membentuk tiga dimensi

yang memiliki panjang, lebar dan tinggi. Ruang memiliki wujud padat atau ruang kosong yang

hanya dibatasi bidang-bidang. Selanjutnya, Ching mengklasifikasi ruang berdasarkan

pengembangan bidang horizontal, ke atas maupun ke bawah.

Gambar 1 Pembentukan ruang secara vertikal

Seperti yang dapat dilihat pada gambar 1, ruang dapat terbentuk dari hasil proyeksi

keatas, kebawah, maupun keduanya. Ruang tersebut dibatasi oleh kejelasan fisik, enclosure yang

terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya dengan jelas dan mudah. Apabila acuan

pengembangan bidang pembentuk ruang adalah permukaan tanah, itu berarti ruang dapat

diklasifikasikan menjadi ruang atas dan bawah tanah.

Menurut Ronka et al,. (1996) ruang bawah tanah mengacu pada ruang yang terletak di

bawah permukaan tanah. Goel et al (2012) juga menyebutkan bahwa ruang bawah tanah

merupakan ruang yang tercipta pada bawah permukaan tanah. Dari pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa ruang bawah tanah merupakan ruang tiga dimensional yang letaknya berada

di bawah permukaan tanah.

Ada beberapa fakta menarik mengenai ruang bawah tanah yang menimbulkan beberapa

pertanyaan dari segi arsitekturnya. Seperti pada tulisan Kennets Labs (2002), ia menyatakan

bahwa desain bawah tanah mungkin mempertanyakan utilitas dan nilai psikologis dari fitur ruang

arsitektural biasa seperti jendela, sinar matahari, akses, dan identitas visual dari bangunan

sebagai objek. Unsur-unsur ini tidak dapat terimplikasi secara jelas, ruang yang sepenuhnya

berada di bawah permukaan tidak dapat memiliki jendela eksterior, dan tidak akan memiliki

bentuk sangat terlihat dalam fungsi bangunan di mana cahaya alami dan pemandangan yang

sangat dihormati (seperti tempat tinggal atau kantor), atau di mana visibilitas dan trotoar banding

vertical

up

down

Page 5: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

5

adalah pertimbangan penting ekonomi (toko-toko, restoran, dll), bentuk seperti itu tidaklah cocok

untuk program bangunan.

Gambar 2 Gambar potongan bangunan

Dapat terlihat pula pada gambar 2 Bahwa bangunan atas tanah dapat memainkan bentuk

fisik, bukaan, maupun batas luar bangunan, sementara bangunan bawah tanah tidak memiliki

identitas visual bangunan sebagai objek, yang dimaksud disini yaitu gambar (tampak) bangunan,

dan hanya terihat melalui gambar potongan bangunan.

Manfaat Ruang Bawah Tanah

Gambar 3 kedalaman layak untuk pengembangan jenis penggunaan tanah dalam struktur urban

Ronka et al.(1998) menyebutkan dalam bukunya yang membahas ruang bawah tanah,

fungsi ruang atas tanah serta bawah tanah sesuai kedalaman yang layak untuk pengembangan

jenis penggunaan tanah dalam struktur urban (gambar 3). Dapat dilihat dari diagram diatas

bahwa bangunan ada yang seutuhnya berada diatas tanah, ada yang sebagian berada di atas dan

dibawah tanah, serta ada yang seluruhnya berada di bawah tanah. Fungsinya pun beragam, dari

mulai hunian, bangunan sebagai lahan pekerjaan, kegunaan publik, industri, sarana prasarana,

hingga infrastruktur.

Page 6: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

6

Gambar 4 Fungsi bangunan berupa sarana maupun infrastruktur

Urban Redevelopment Authority (URA) menyebutkan mengenai ruang bawah tanah

dalam portalnya, yang juga sudah di aplikasikan pada beberapa kota di negaranya, Singapura

(dapat dilihat pada gambar diatas). Berikut klasifikasi menurut kedalaman hingga fungsi bawah

tanah secara lebih kompleks (gambar 4):

• 1-3m : Link pejalan kaki bawah tanah, memudahkan untuk menghubungkan

antara bangunan atau jalan-jalan pada kota.

• 1m-10m : Pipa bawah tanah, utilitas bersama perumahan

• 15m-50m : Untuk meningkatkan lingkungan hidup kita, jalan dan kereta api

utama masa depan jaringan, terutama yang akan memotong melalui daerah

terbangun, akan terletak di bawah tanah. Hal ini akan mengurangi dampak

kebisingan dan debu pada rumah.

• 20m-50m : The Deep Tunnel Sewerage System, jaringan terowongan yang

beroperasi pada gravitasi dan mengangkut pembuangan air kotor dan air limbah di

seluruh pulau untuk dua pabrik Reklamasi air terpusat.

Page 7: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

7

• 100m dan seterusnya : Fasilitas amunisi bawah tanah, menyimpan amunisi dan

bahan peledak.

Perkembangan Ruang Bawah Tanah

Gambar 5 Goa bawah tanah

Ruang bawah tanah pada zaman dahulu dikenal dengan tempat yang menyeramkan, biasa

dipakai sebagai tempat sumber daya alam tersembunyi hingga goa-goa tempat perlindungan,

seperti dapat dilihat pada ilustrasi diatas (gambar 5). Dapat kita ketahui bahwa ruang bawah

tanah merupakan tempat yang gelap, seram, hingga lembab karena terbuat dari tanah yang

memiliki kadar air, serta teksturnya yang beragam. Seiring berkembangnya zaman, ruang bawah

tanah dapat dibentuk menjadi ruang-ruang baru yang memiliki fungsi, juga terus dikembangkan

dalam berbagai hal.

Gambar 6 Ilustrasi Ruang bawah tanah

Page 8: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

8

Beberapa ilustrasi diatas menggambarkan bagaimana arsitektur ruang bawah tanah yang

dapat dikembangkan secara beragam. Apabila bangunan atas tanah dapat memanfaatkan bentuk

bangunannya sehingga memiliki adanya bukaan sebagai ventilasi udara maupun cahaya, ruang

bawah tanah merupakan ruang yang berbatasan seluruhnya dengan tanah, yang mana tidak bisa

memiliki ventilasi.

Pada kenyataannya, sejak munculnya kota-kota modern, ruang bawah tanah selalu

digunakan, pipa air dan gas distribusi, untuk selokan, pada ruang bawah tanah dan sebagai sistem

kereta bawah tanah. Sekarang, di banyak kota dunia telah mengembangkan ruang bawah tanah.

Kini perkembangan bawah tanah tidak bisa lagi menjadi ad hoc, tetapi harus direncanakan dan

dikoordinasikan, untuk menjadi dorongan yang positif.

Bangunan dan Manusia Menurut R. Chudley dalam Building Construction Handbook (2008), bangunan merupakan

salah satu elemen dalam lingkungan terbangun. Lingkung terbangun ini apabila dilihat pada

gambar 3.1, terdapat elemen-elemen dalam lingkungan, termasuk didalamnya makhluk hidup,

tumbuhan, pohon, perairan, dan lain sebagainya, bangunan merupakan elemen terbangun yang

diciptakan oleh manusia, dan didukung oleh elemen-elemen lain dalam lingkungannya.

Gambar 7 Elemen Eksternal dalam lingkungan

Page 9: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

9

Gambar 8 Elemen Internal dalam lingkungan

Disini dapat kita ketahui bahwa bangunan merupakan elemen dari sebuah lingkung bangun

eksternal (gambar 7) dimana elemen lain pada lingkung bangun tersebut juga terdapat makhluk

hidup lainnya, pohon, tanah, dan elemen lain yang menjadi satu kesatuan. Sedangkan pada

lingkup internal bangunan (gambar 8), disebutkan elemen lainnya yang berada didalam

bangunan tersebut. Kemudian manusia, ruang-bangunan, dan lingkungan menjadi bagian

kesatuan ekosistem. Sirkulasi yang seimbang antara aktivitas manusia, wujud dan penggunaan

ruang, serta sumber daya akan menghasilkan keseimbangan mikro antara manusia, ruang-

bangunan, dan lingkungan sekitar.

Arsitektur merupakan suatu proses perancangan bangunan atau lingkungan binaan. Joyce

Marcella Laurens (2004) dalam Arsitektur dan Perilaku manusia mengatakan bahwa arsitektur

adalah ruang fisik untuk aktivitas manusia, yang memungkinkan pergerakan manusia dari

satu ruang ke ruang lainnya, yang menciptakan tekanan antara ruang dalam dan ruang luar

bangunan.

Bangunan Bawah Tanah Frederick S. Merritt dalam bukunya Building Design and Construction Handbook (2000)

mengatakan bahwa bagian bangunan yang membentang di atas permukaan tanah disebut

suprastruktur, sedangkan porsi di bawah permukaan tanah disebut substruktur. Bagian-bagian

substruktur yang mendistribusikan beban bangunan ke tanah dikenal sebagai fondasi (gambar 9).

Page 10: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

10

Gambar 9 Bagian-bagian distribusi bangunan

Dapat kita simpulkan bahwa bangunan bawah tanah merupakan substruktur dari suatu

bangunan, dapat berupa pondasi maupun membentuk ruang tiga dimensional seperti ruang-ruang

pada umumnya.

Gambar 10 Potongan basemen

Ini menunjukkan bahwa ruang pada bangunan dapat diperluas ke atas, maupun bawah

permukaan tanah. Ruang bawah tanah selain berfungsi sebagai substruktur bangunan, dapat juga

difungsikan sebagai ruang bawah tanah, atau yang kita kenal dengan basemen (gambar 10 dan

11). Di luar negeri, pemakaian basemen ini bukan merupakan hal yang asing lagi, namun di

Indonesia basemen lebih sering diaplikasikan pada bangunan umum yang ukurannya besar

seperti hotel, mall, supermarket, gedung perkantoran, dan lain sebagainya. Selain itu di Indonesia

basemen juga lebih sering dipergunakan sebagai tempat parkir kendaraan atau gudang.

Page 11: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

11

Gambar 11 Pengembangan Bawah Tanah

Aimee Wright dalam Thesisnya yang membahas bangunan bawah tanah (Connections

Between Ground-Level Public Space and Below-Ground Buildings, 2012), melihat bahwa

bangunan bawah tanah dapat memberikan wawasan baru pada semua aspek arsitektur dan desain

perkotaan. Melebihi fungsi awal sebagai cara untuk mereformasi lingkungan perkotaan yang

sempit dan penuh sesak, ruang bawah tanah sering digunakan untuk program bangunan-

bangunan konvensional.

Bangunan Bawah Tanah dalam Kawasan Perkotaan

Kawasan Perkotaan dan Kependudukan Definisi kota menurut Rapoport dalam Zahnd (1999; 4) adalah suatu permukiman yang

relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari

segi sosial. Dalam UU Penataan ruang No.26 tahun 2007, didefinisikan bahwa kawasan

perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan

fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan

pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Dari segi kependudukannya, sering kita dengar yang disebut kota padat penduduk.

Kepadatan sendiri, menurut Greg Clark dan Emily Moir dalam “Density: Drivers, Dividends and

Debates” (2015) mengatakan bahwa Kepadatan atau Densitas mengukur tingkat kekompakan

atau konsentrasi. Dalam konteks perkotaan, biasa didefinisikan dalam hal populasi dan

kepadatan bangunan.

Kepadatan Kota dan Arsitektur Menurut Sundstrom, kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan (dalam

Wrightsman & Deaux, 1981). Atau sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah

Page 12: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

12

tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstradan McFarling, 1978; Stokols dalam

Schmidt dan Keating, 1978). Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia

pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya

(Sarwono, 1992). Jain (1987) menyatakan bahwa setiap wilayah pemukiman memiliki tingkat

kepadatan yang berbeda dengan jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian dan

struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman. Sehingga suatu wilayah pemukiman dapat

dikatakan mempunyai kepadatan tinggi atau kepadatan rendah.

Dari berbagai sumber diatas, dapat disimpulkan bahwa kepadatan yaitu terkait kuantitas

berupa jumlah individu dalam sebuah kawasan. Jika dikaitkan dengan kawasan perkotaan,

kepadatan penduduk tentunya akan membuat kota tersebut juga menjadi padat. Akibatnya akan

berpengaruh pada tata ruang kota tersebut, bagaimana alur yang terbaik yang dapat diaplikasikan

agar kegiatan dalam kota tersebut dapat berjalan secara efisien dan nyaman untuk manusia

berkegiatan sehari-hari.

Wout Broere dalam Urban underground space: Solving the problems of today’s cities

(2015), mengatakan bahwa lingkungan perkotaan di dunia ini terus meningkat. Sejak 2008, lebih

dari setengah dari populasi dunia tinggal di kota-kota dan dunia Populasi diperkirakan akan

meningkat menjadi sekitar 10 miliar orang lebih empat dekade berikutnya. Di dunia, penduduk

pedesaan diproyeksikan untuk tetap stabil dalam periode ini, sementara kenaikan akan terjadi di

daerah perkotaan. Menurut UN dalam World Population Prospects 2007, diperkirakan pada

2050, 70% dari semua orang akan hidup di kota-kota dan penduduk perkotaan di dunia akan

meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan abad sebelumnya.

Menurut Kuswartojo (2005), pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia memang lebih

tinggi dari pada penduduk pedesaan. Pertumbuhan penduduk tertinggi memang terjadi di kota

kota besar, tetapi pertumbuhan tinggi itu umumnya karena luberan kota besar atau karena ada

kegiatan ekonomi yang memuncak. Apapun yang terjadi pertumbuhan penduduk dan

perkembangan aktivitasnya tersebut tidak dapat diikuti oleh pembangunan prasarana maupun

fasilitas perkotaan lainnya. Menurut Shaw (1991), walaupun pertumbuhan penduduk hanyalah

salah satu penyebab, tetapi bila dilihat secara seksama, faktor penduduk dan rumah tangga

merupakan faktor dominan yang menyebabkan ketidak seimbangan dengan lingkungan tersebut.

Faktanya, bahwa kota teruslah berkembang. Populasi selalu meningkat setiap harinya. Hal

ini menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan, kemampuan hidup, serta dan ketegangan

Page 13: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

13

pada sumber daya dan ruangnya. Ini menunjukkan bahwa kuantitas manusia didalam kota akan

mempengaruhi fasilitas serta pembangunan kota tersebut, terkhusus pada wilayah pusat kota,

yang pastinya menjadi tujuan hidup dari mayoritas penduduk pada Negara tersebut. Ini pada

akhirnya menuntut arsitektur kota tersebut untuk mampu mewadahi fasilitas manusia didalamnya

dengan lahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut.

Pada pembahasan mengenai City Planning dalam buku Strategic Development and use of

Underground Space (1997), disebutkan bahwa dengan meningkatnya urbanisasi, kota terus

bertumbuh. Secara tradisional, kota telah tumbuh dalam dua cara; mereka telah menyebar dan

menjadi lebih padat. Dengan munculnya baja struktural dan lift, pilihan ketiga dalam

pembangunan yaitu membangun keatas (bangunan tinggi, vertikal ke atas). Sekarang ada pilihan

keempat, yaitu membangun bawah.

Perkembangan Bawah Tanah dalam Pembangunan Perkotaan Pada salah satu situs portal berita Amerika news.com.au pada 3 Mei 2015 mengenai kota

bawah tanah yang luar biasa untuk meringankan kepadatan penduduk, disebutkan bahwa

bertambah padatnya penduduk bumi, tapi tak diimbangi dengan luas permukaan, membuat

banyak kota-kota besar menggagas ide radikal untuk mengembangkan dan membangun fasilitas

kotanya di bawah tanah. Pembangunan di bawah tanah ini dipercaya bisa mengatasi masalah

kepadatan, keterbatasan lahan, serta perubahan iklim yang kerap melanda sejumlah kota besar

dunia. Apalagi, hal ini didukung oleh laporan yang dirilis oleh Badan Riset Nasional AS.

Menurut laporan yang terbit pada 2013 tersebut pembangunan fasilitas di bawah tanah

merupakan cara terbaik dalam membangun kota yang berkelanjutan.

Pada news.com.au pada 3 Mei 2015 mengenai kota bawah tanah yang luar biasa untuk

meringankan kepadatan penduduk, dicontohkan 3 kota besar dunia yang sudah memiliki rencana

pembangunan fasilitas kota di bawah permukaan tanah, yaitu Singapura, New York dan London.

Salah satu contoh lain, seperti pada pembahasan The Future: Now Under Construction

dalam artikel Megaproject Management: Lessons on Risk and Project Management from the Big

Dig (2013) yang membahas tentang pembangunan Big Dig menyebutkan bahwa terdapat salah

satu contoh di dunia yang memecahkan masalah perkotaan melalui pemanfaatan ruang bawah

tanah, seperti di kota Boston (AS), dimana jalan setinggi enam jalur diganti oleh delapan sampai

Page 14: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

14

sepuluh jalan tol bawah tanah, yang disebut Central Artery / Tunnel Project. Jalan tol ini akan

mempercepat lalu lintas ke dan melalui kota, menciptakan hubungan dengan transportasi umum,

menghasilkan udara yang lebih bersih dan di pusat kota Boston menciptakan sekitar 110 hektar

ruang terbuka baru. Dan proyek ini selesai pada tahun 2007.

Gambar 12 sebelum dan sesudah proyek Central Artery Boston

Gambar 12 merupakan ilustrasi pembangunan ruang bawah tanah di boston yang

melihatkan perbedaan sebelum dan sesudah pembangunan. Pada portal Amerika Massachusetts

Department of Transportation Highway Division, dijelaskan bahwa Boston merupakan salah satu

kota di dunia dengan tingkat kemacetan mencapai 10 jam setiap harinya. Hal ini disebabkan

karena jalan tol 6 jalur yang disebut dengan the Central Artery yang tidak sesuai lagi

kapasitasnya. Jalan tol ini semula didesain untuk kapasitas 75.000 kendaraan. Akan tetapi

menjelang tahun 1990’an, kendaraan yang melewati jalan ini mencapai 200.000 kendaraan.

Akibat dari kemacetan ini adalal terganggunya akses jalan arteri menuju bandara.

Gambar 13 Ilustrasi pembangunan Big Dig Boston (denah)

A

B

Page 15: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

15

Gambar 14 Ilustrasi potongan pembangunan Big Dig Boston

Dari contoh ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang bawah tanah dapat dijadikan solusi

pada masalah perkotaan. Pada ilustrasi denah (gambar 13), dapat terlihat area hijau yang terletak

diantara dua bangunan, yang sebelumnya merupakan 6 jalur transportasi yang mengakibatkan

kedua bangunan tidak dapat saling terhubung oleh manusia secara langsung. Kemudian proyek

ini menghilangkan jalur tol tersebut yang dialihkan ke bawah tanah. Terlihat pada gambar

potongan diatas (gambar 14).

Gambar 14 setelah pembangunan Big Dig Boston

Pembangunan di Boston ini mengakibatkan lahan dengan fungsi awal dapat

dialihfungsikan sebagai ruang terbuka baru (gambar 14), dan jalur transportasi memiliki tempat

lebih efisien dimana tidak terkoneksi langsung dengan bangunan disekitarnya. Rencana ini juga

mendukung sistem transportasi menjadi lebih cepat dan nyaman, serta tidak memakan banyak

lahan pada kota tersebut.

Satu lagi kota yang tidak bisa dilupakan apabila berbicara mengenai pembangunan bawah

tanahnya, yaitu Montreal, Kanada. Pada The Future of Underground dalam thesis Durmisevic

(1999), didalamnya ia membahas Montreal sebagai contoh. Perkembangan ruang bawah tanah

pada Montreal ini dimulai sekitar 35 tahun yang lalu. Kota ini terkenal dengan salah satu kota

indoor terindah di dunia, kotanya terbangun dibawah permukaan tanah dan mencakup

keseluruhan sekitar 30 km koridor, terowongan, dan ruang publik. Bawah tanahnya terintegrasi

Potongan B Potongan A

Page 16: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

16

dengan baik dengan bangunan di atas tanah, baik secara fungsional maupun struktural. Pada

kasus Montreal ini, lalu lintas tetap di atas tanah dan keseluruhan “kota dalam ruangan” untuk

pejalan kaki diciptakan dibawah tanah.

Pembangunan Bawah Tanah di Indonesia “Jika selama ini pemikiran tentang pemanfaatan ruang bawah tanah di Jakarta berkembang

hanya sebatas pembangunan subway sebagai bagian dari mass rapid transit (MRT), dosen Kajian

Perkotaan Pasca Sarjana Universitas Indonesia Hendricus Andy Simarmata mengatakan,

pemanfaatan sebenarnya bisa dikembangkan untuk menjawab masalah kependudukan di Jakarta

yang sudah overload.” (“Ruang Bawah Tanah, Solusi Kependudukan Jakarta?”, Kompas 14

September 2009)

“Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berencana akan semakin memaksimalkan ruang

bawah tanah untuk proyek-proyek pengerjaan infrastruktur ke depan. Infrastruktur yang

dimaksudnya khusus pada transportasi massal. Menindaklanjuti itu berbagai regulasi juga

rencananya mulai disiapkan.” (“Jokowi Akan Manfaatkan Ruang Bawah Tanah”, Pikiran

Rakyat, 8 Oktober 2015)

Dari dua berita harian diatas, dapat kita ketahui bahwa faktanya di Jakarta saat ini sedang

gencarnya pembangunan ruang bawah tanahnya khususnya dalam hal transportasi massal, Mass

Rapid Transit atau MRT. Ibukota Indonesia saat ini sedang memaksimalkan fungsi ruang bawah

tanah untuk menurunkan permasalahan kepadatan penduduk di Ibukota. Pembangunan ruang

bawah tanah di Indonesia memang belum sepesat kota-kota maju lainnya di dunia, akan tetapi

beberapa pemimpin di Indonesia mulai menyadari adanya ruang bawah tanah yang dapat

dimanfaatkan agar lebih efektif.

Pembangunan Bawah Tanah sebagai Solusi Perkembangan Perkotaan Ken Dobinson et al dalam Underground Space in the Urban Environment Development and

Use (1997) menyebutkan bahwa dengan meningkatnya urbanisasi, kota terus berkembang.

Akibatnya, kota dapat berkembang dengan dua cara, didukung pula teknologi yang semakin

canggih, kota dapat dikembangkan ke atas, dan juga pengembangan ke bawah. Pembangunan

secara vertikal ini merupakan salah satu solusi perkembangan perkotaan apabila lahan tidak lagi

mampu membangun ke samping.

Page 17: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

17

Gambar 15 Diagram Perbedaan Level

Gambar 16 Diagram Alternatif Pengembangan Perkotaan

Berdasarkan teori dan beberapa contoh yang telah dibahas diatas, dapat disimpulkan bahwa

kota yang penuh pada akhirnya membutuhkan solusi untuk menyebarkan isinya yang padat agar

ruang menjadi lebih efisien. Dapat dilihat juga pada gambar 15, suatu bidang atau dapat juga kita

sebut ruang, apabila memiliki banyak kegiatan diatasnya akan mengalami penumpukan yang

mengakibatkan crossing activity atau kegiatan yang saling bertabrakan. Untuk itu, dengan

Page 18: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

18

adanya perbedaan level membuat alur kegiatan tersebut dapat di atur agar tidak menubruk dan

penuh. Jika diaplikasikan pada perkotaan, ini dapat diterapkan melalui adanya perbedaan lantai

(ke atas maupun bawah) yang mengatur adanya suatu kegiatan tertentu dalam perbedaan level

melalui lapisan-lapisan (gambar 16), misalnya untuk transportasi, area privat, area hijau, area

komersial, maupun kemungkinan lainnya yang membuat pergerakan kegiatan dapat berjalan

lebih efisien.

Kesimpulan

Meskipun letaknya yang tidak terlihat karena berada dibawah permukaan tanah, ruang

bawah memiliki berbagai potensi sebagai salah satu dari pilihan pengembangan ruang, serta

memiliki manfaat yang cukup luas, salah satunya dalam konteks perkotaan. Secara tutrun-

temurun, kita ketahui bahwa zaman dahulu kala manusia memanfaatkan ruang bawah tanah

sebagai tempat bertinggal, berlindung dari berbagai ancaman, ada pula yang menggunakan ruang

bawah tanah sebagai perlindungan diri dari cuaca ekstrem. Kini ruang bawah tanah teruslah

dikembangkan, bangunan-bangunan seperti basemen hingga ruang penyimpanan juga mulai

digunakan. Seiring berkembangnya zaman, ruang bawah tanah teruslah dikembangkan, bahkan

kini dapat menjadi pusat perbelanjaan, rekreasi, serta akomodasi.

Pada akhirnya, ruang bawah tanah dapat menjadi salah satu alternatif bagi perkembangan

perkotaan padat, yaitu dengan menerapkan perbedaan level, salah satunya dengan pengembangan

ke bawah. Dengan adanya perbedaan level, alur pergerakan dapat diatur dan kota dapat

diciptakan menjadi lebih kompak dan efisien. Kota yang penuh dapat dikondisikan menjadi alur

yang tertib, dengan mempertimbangkan ruang bawah tanahnya, arsitekturnya, segala bangunan

di dalamnya, serta mempertimbangkan aspek lainnya.

Page 19: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

19

Referensi

Buku

Ching, Francis DK. 2000. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Kedua. Penerbit

Erlangga. Jakarta

Goel, R. K., Bhawani Singh, & Zhao, Jian. 2012 Underground Infrastucture: Planning, Design,

and Construction. UK:Elsevier.

Ronka, K., Ritola, J., Rauhala, K., 1998. Underground Space in Land-Use Planning. Tunnelling

and Underground Space Technology, Vol. 13, No 1, pp. 39-49

Jurnal

Broere, Wout. 2015. Urban underground space: Solving the problems of today’s cities

Carmody, J and Sterling, R (1993) Underground Space Design— A Guide to Subsurface

Utilisation and Design for People in Underground Spaces. Van Nostrand Reinhold, New

York

Page 20: Bangunan Bawah , Indira Novadiani, FT UI, 2017

Bangunan Bawah …, Indira Novadiani, FT UI, 2017

20

Dobinson Ken, Bovven Rod. 1997. Underground space in the urban environment development

and use, the Warren Centre for Advanced Engineering, the University of Sydney.

Durmisevic, Sanja. 1999. “The future of the underground space”, Cities, Vol.16, No4

Labs, Kenneth. 1989. The Architectural Underground. U.S.A: Vol. 1, pp. 135- 156.

UN, 2007. World Population Prospects: The 2007 Revision. Technical Report. United Nations,

Department of Economic and Social Affairs, Population Division.

Maire, P., Blunier, P., 2006. Underground planning and optimisation of the underground

ressources’combination looking for sustainable development in urban areas. Proc. Going

Underground: Excavating the Subterranean City, Manchester

Situs dan Berita Harian

“Going Underground”. https://www.ura.gov.sg/skyline/skyline12/skyline12-06/article-03.html.

Diakses pada 3 April 2017.

http://www.massdot.state.ma.us. 2013. The Future: Now Under Construction. Megaproject

Management: Lessons on Risk and Project Management from the Big Dig. Diakses pada 17

Mei 2017.

“Ruang Bawah Tanah, Solusi Kependudukan Jakarta?”, Kompas 14 September 2009

“Jokowi Akan Manfaatkan Ruang Bawah Tanah”, Pikiran Rakyat, 8 Oktober 2015