perancangan rencana , tabah darma, ft ui, 2017

18
1 Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

1

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 2: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

1

PERANCANGAN RENCANA PRODUKSI PADA UMKM ABON IKAN PATIN IBU RATU MENGGUNAKAN METODE GOAL

PROGRAMMING

Tabah Darma1, Fauzia Dianawati2

1,2Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik – Universitas Indonesia, Depok 16424

Tel: (021) 78888805. Fax: (021) 78885656

[email protected], [email protected]

Abstrak

Kebijakan perencanaan produksi merupakan kegiatan yang berperan penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan. Penelitian ini membahas mengenai implementasi metode goal proramming dalam rangka menentukan rencana produksi pada UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu. Pada metode goal programming, model matematika dibuat berdasarkan data potensi permintaan dan harga pokok produksi. Potensi permintaan tersebut didapatkan dari hasil kuisioner tentang pola konsumsi masyarakat Kota Depok terhadap produk olahan ikan. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa terdapat potensi permintaan produk abon ikan patin untuk ukuran kemasan 50 gram sebanyak 20 pack dan kemasan 100 gram sebanyak 31 pack. Metode perhitungan harga pokok produksi pada penelitian ini adalah metode activity-based costing. Perhitungan harga pokok produksi produk abon ikan patin ukuran kemasan 100 gram adalah Rp 27.991 dan Rp 14.624 untuk ukuran kemasan 50 gram. Dari hasil perhitungan metode goal programming menggunakan software LINGO, diperoleh rencana produksi yang disarankan kepada UMKM adalah memproduksi lima kilogram abon ikan patin dengan variasi jumlah produk pada masing-masing ukuran kemasan sebesar 20 pack untuk ukuran 50 gram dan 40 pack untuk ukuran 100 gram.

Designing Production Plan on UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu Using Goal Programming Method

Abstract

The policy of production planning is an activity that plays an important role in the sustainability of a company. This study discusses about the implementation of goal programming method in order to determine the production plan at UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu. In goal programming method, a mathematical model was developed by using data of potential demand and cost of production. The potential demand is obtained from questionnaire about the consumption patterns of people in Depok to processed fish products. The results from questionnaire shows that the potential demand for shredded catfish products with the packing size 50 grams is 20 packs and 100 grams packing size is 31 packs. In this reaearch, activity-based costing method is used to calculating the cost of production. The cost of shredded catfish production from packing size 100 grams is Rp 27.991 and Rp 14.624 for the 50 gram packing size . From the result of calculation goal programming method by using LINGO software, the production plan which recommended for UMKM Ibu Ratu is produce five kilogram shredded catfish product with the amount of each variation pack size is 20 pack for 50 gram and 40 pack for 100 gram.

Keywords: Activity Based Costing; Catfish Shredded; Goal Programming; Potential Demand; Production Plan.

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 3: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

2

Pendahuluan

Perkembangan dunia industri khususnya di indonesia pada saat ini sangat berkembang

dan penuh dengan persaingan. Sampai saat ini, penggerak perekonomian indonesia masih

didominasi oleh usaha yang dibuat oleh masyarakat berskala kecil hingga menengah. Usaha

miko kecil dan menengah (UMKM) adalah bisnis dengan skala kecil yang cenderung hanya

mengandalkan modal sendiri dan tidak bergantung investor, hal ini membuat UMKM sangat

berpotensi untuk bisa survive atau berkembang secara mandiri. Gambar 1 menunjukkan

bahwa UMKM memiliki peran yang sangat penting bagi produk domestik bruto, serta

penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Gambar 1. Penetrasi dan Kontribusi UMKM di Indonesia

Sumber : Laporan Badan Pusat Statistik (BPS), 2013

Terdapat 15 jenis subsektor ekonomi kreatif yang muncul di Indonesia mulai dari jenis

usaha kerajinan hingga usaha kuliner. Dari sekian banyak jenis subsektor yang ada di

Indonesia, jenis subsektor kuliner memiliki kontribusi terbesar bagi penggerak perekonomian

Indonesia dengan menyumbang PDB sebesar Rp 209 triliun, dilanjutkan oleh subsektor

fesyen dan kerajinan sebesar masing-masing Rp 182 triliun dan Rp 93 triliun. Selain

kontribusi, jenis subsektor kuliner juga merupakan unit usaha terbanyak di Indonesia. Hal ini

menunjukkan tingginya persaingan jenis UMKM kuliner.

Jika ditinjau lebih lanjut pada jenis subsektor kuliner, terdapat sebuah potensi bagi

bisnis olahan ikan di Indonesia. Berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS

(2015), tercatat angka konsumsi ikan pada tahun 2015 adalah sebesar 41,11

kg/kap/tahun, melebihi target yang telah ditentukan sebesar 40,90 kg/kap/tahun. Penyediaan

konsumsi ikan untuk konsumsi domestik tahun 2014 mencapai 13,07 juta ton, meningkat

52 54 55 56 57 96 98 101 107 114

1,212 1,282 1,369 1,451 1,536

2009 2010 2011 2012 2013

Unit Usaha (Juta) Tenaga Kerja (Juta) Produk Domestik Bruto (Rp. Triliun)

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 4: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

3

sebesar 10,01 persen dibandingkan tahun 2013. Hal ini dijelaskan oleh Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya (2014), yang mengatakan salah satu penyebab meningkatnya konsumsi

ikan dikarenakan ikan memiliki kandungan nutrisi berupa sumber protein yang penting bagi

kesehatan.

Peningkatan angka konsumsi ikan di Indonesia juga diikuti dengan peningkatan

produksi rata-rata ikan di Indonesia. Khusus untuk produksi Ikan patin nasional, terjadi

peningkatan rata-rata sebesar 95,57% dari tahun 2010 ke tahun 2013. Produksi ikan patin di

Indonesia pada tahun 2011 berada pada peringkat kedua dunia atau 16,01% dari produksi

dunia. Pada tahun 2013 produksi ikan patin melebihi target produksi hingga mencapai

129,07%. Jika dilihat dari fakta mengenai produksi ikan patin di Indonesia, maka terdapat

peluang yang sangat tinggi bagi produk olahan ikan patin untuk dapat dikembangkan lebih

lanjut.

Peluang bisnis olahan ikan khususnya olahan ikan patin inilah yang menjadi dasar

berdirinya UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu. UMKM yang beralamat di Jalan Mahakam

No.96 Pancoran Mas, Depok ini adalah usaha pemberdayaan masyarakat yang berencana

memproduksi produk olahan abon ikan patin dalam bentuk kemasan. UMKM ini telah

melakukan tiga kali percobaan produksi dari bulan januari hingga bulan april. Dalam

pelaksanaan produksinya, UMKM ini belum melakukan perencanaan produksi yang optimal.

Dalam sekali melakukan produksi, UMKM ini menggunakan bahan baku sebesar 10 Kg ikan

patin segar. Jumlah produk yang dihasilkan bervariatif tergantung dari kualitas daging ikan

patin yang dibeli yakni berkisar antara 2,5 Kg – 3 Kg abon ikan patin.

Masalah yang terjadi selama pada UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu adalah harga jual

untuk satu kemasan produk abon ikan patin yang ditawarkan UMKM ini sangat tinggi

dibandingkan dengan harga jual yang ditawarkan oleh kompetitor lain. Selain itu, UMKM

Abon Ikan Patin Ibu Ratu belum pernah melakukan perencanaan produksi sebagai dasar

dalam melakukan proses produksi abon ikan patin. Saat ini UMKM sudah berencana untuk

menjalin kerjasama kepada beberapa distributor besar atau retailer, namun terkendala oleh

harga jual yang tidak sesuai dengan permintaan distributor atau retailer.

Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk apa dan berapa yang

akan diproduksi oleh perusahaan dalam satu periode kedepan. Perencanaan produksi

berhubungan dengan penentuan volume, ketepatan waktu penyelesaian, dan utilitas kapasitas.

Dalam keadaan dimana seorang pengambil keputusan dihadapkan pada permasalahan yang

mengandung beberapa tujuan didalamnya, maka dibutuhkan sebuah model matematika yang

dapat menemukan solusi optimalnya. Salah satu model matematika yang dapat digunakan

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 5: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

4

dalam perencanaan produksi dengan beberapa tujuan adalah goal programing. Model ini

memerlukan berbagai masukan (input) dari sistem produksi yang ada di pabrik untuk

mendukung keputusan yang akan dihasilkan. Adapun masukan yang dibutuhkan antara lain

data harga tiap produk, jumlah permintaan produk, biaya produksi, dan kapasitas mesin.

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibahas aplikasi model Goal Programming

optimisasi perencanaan produksi abon ikan patin yang memiliki beberapa fungsi tujuan yang

ingin dicapai perusahaan. Adapun yang menjadi fungsi tujuan dalam penelitian ini adalah

memenuhi permintaan konsumen, memaksimalkan pendapatan, dan meminimalkan biaya

produksi. Selanjutnya, penyelesaian model goal programming akan dibantu dengan sofware

LINGO.

Tinjauan Teoritis

Permintaan merupakan jumlah barang dan jasa yang diminta (mampu dibeli)

seseorang atau individu dalam waktu tertentu pada berbagai tingkat harga (Ahman & Yana,

2009). Permintaan menjadi dasar sebuah perusahaan/industri dalam menjalankan bisnisnya.

Tujuan utama dari sebuah perusahaan yaitu melayani konsumen, dan tujuan akhir dari

perusahaan adalah menjalankan kegiatan usaha agar dapat bertemu dengan kebutuhan

konsumen (Arnold & Chapman, 2004). Permintaan potensial adalah permintaan masyarakat

terhadap suatu barang dan jasa yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli, tetapi

belum melaksanakan pembelian barang atau jasa tersebut. Konsumen pada hanya akan

membeli suatu barang apabila menginginkannya. Dalam menentukan permintaan yang

potensial, dibutuhkan beberapa pendekatan seperti penyebaran kuesioner untuk mengetahui

minat masyarakat terhadap sebuah produk dan melakukan peramalan untuk mengetahui

kondisi yang terjadi di masa yang akan datang.

Kuesioner

Kuesioner merupakan sarana yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang

pengetahuan masyarakat, kepercayaan, sikap, dan perilaku (Oppenheim, 1992). Pembuatan

kuesioner yang tidak layak dan kurang teliti berpengaruh terhadap kualitas data menjadi

buruk, kesimpulan yang menyesatkan, dan rekomendasi yang salah (Boynton & Greenhalgh,

2004).

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 6: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

5

Peramalan (Forecasting)

Peramalan (forecasting) adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa

datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang

dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa (Nasution, 2006).

Peramalan memiliki peranan yang cukup penting bagi suatu perusahaan karena sistem

peramalan berperan dalam perencanaan persediaan, produksi, penjualan, dan peluang strategi

dimasa depan.

Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan biaya produksi yang berkaitan dengan barang-barang

yang diselesaikan dalam satu periode (Garrison, Eric, & Peter, 2006). Berdasarkan pendapat

tersebut disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya produksi yang

digunakan untuk memproses suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam suatu

periode waktu tertentu.

Dalam perhitungan sistem tradisional biaya produksi terdiri dari tiga elemen yaitu biaya

bahan baku, biaya benaga berja langsung, biaya overhead pabrik. Sistem tradisional hanya

menggunakan driver-driver aktivitas berlevel unit untuk membuat perhitungan harga pokok

produksi. Sistem tradisional tidak mencerminkan penyebab terjadinya biaya. Cost driver yang

digunakan dalam Sistem tradisional sebagai dasar pembebanan dapat berupa jam kerja

langsung, jam mesin, jam inspeksi dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan

menggunakan sistem activity-based costing. Sistem perhitungan ABC dianggap lebih akurat

karena memperhitungkan dengan detail komponen biaya yang dikeluarkan berdasarkan

aktivtas penyebabnya. Activity-based costing system telah dikembangkan pada organisasi

sebagai suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan sistem

tradisional. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (ABC) adalah metode perhitungan biaya

yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer unttuk keputusan strategis

dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap

(Garrison, Eric, & Peter, 2006, hal. 440).

Tahap-tahap dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan activity-based

costing system adalah sebagai berikut (Supriyono R. A., 2007):

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 7: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

6

1. Prosedur Tahap Pertama

a. Penggolongan Berbagai Aktivitas

b. Pengasosiasian Berbagai Biaya dengan Berbagai Aktivitas

c. Menentukan Cost Driver yang tepat

d. Penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen (Homogeneous Cost Pool)

e. Penentuan tarif kelompok (Pool Rate)

2. Prosedur Tahap Kedua

Tahap kedua untuk menentukan harga pokok produksi yaitu biaya untuk setiap kelompok

biaya overhead pabrik dilacak ke berbagai jenis produk. Hal ini dilakukan dengan

menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Ukuran ini merupakan

penyederhanaan dari kuantitas cost driver yang digunakan oleh setiap produk. Biaya

overhead pabrik ditentukan dari setiap kelompok biaya ke setiap produk dengan rumus

(Supriyono, 1999, hal. 272) sebagai berikut:

BOP dibebankan=Tarif Kelompok x Unit Cost Driver

Activity-based costing system merupakan perhitungan biaya yang menekankan pada

aktivitas-aktivitas yang menggunakan jenis pemicu biaya lebih banyak. Sehingga dapat

mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat dan dapat

membantu pihak manajemen dalam meningkatkan mutu pengambilan keputusan

perusahaan. Activity-based costing system membebankan biaya aktivitas-aktivitas

berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya dan membebankan biaya pada objek biaya,

seperti produk atau pelanggan berdasar biaya pemakaian kegiatan. Activity-based costing

system merupakan sistem akuntansi yang memfokuskan pada aktivitas untuk

memproduksi produk.

Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi merupakan penentuan arah awal dari tindakan yang akan

dilakukan di masa yang akan datang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak dan kapan

harus melakukannya. Perencanaan produksi merupakan bagian dari perencanaan operasional

di dalam perusahaan. Dalam penyusunan perencanaan produksi, hal yang perlu

dipertimbangkan adalah adanya optimasi produksi sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya

yang paling rendah untuk pelaksanaan proses produksi tersebut (Anis, 2007). Perencanaan

proses produksi meliputi perencanaan dan pengorganisasian orang, bahan baku, mesin,

peralatan serta modal yang diperlukan untuk melakukan proses produksi (Rio, 2006).

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 8: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

7

Goal Programming

Model goal programming merupakan perluasan dari model pemograman linier yang

dikembangkan oleh A. Charles dan W. M. Cooper pada tahun 1956 sehingga seluruh asumsi,

notasi, formulasi matematika, prosedur perumusan model dan penyelesaian tidak berbeda.

Goal programming (GP) merupakan perluasan dari model liniear programming. Goal

programming adalah salah satu model matematis (empiris) yang dipakai sebagai dasar

pengambilan keputusan. GP digunakan untuk menganalisis dan membuat solusi persoalan

yang melibatkan banyak tujuan sehingga diperoleh alternatif pemecahan masalah yang

optimal (Siswanto, 2007).

Model goal programming berasal dari model pemrograman linier. Beberapa istilah yang

digunakan dalam Goal Programming, yaitu :

1. Variabel Keputusan (VK)

Variabel keputusan adalah variabel yang menguraikan secara lengkap keputusan-

keputusan yang akan dibuat. Penemuan variabel keputusan di dalam proses pemodelan,

terlebih dahulu harus dilakukan sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendala-

kendalanya (Dimyati & Dimyati, 1999)

2. Fungsi Tujuan (FT)

Fungsi tujuan adalah fungsi dari variabel keputusan yang akan diminimumkan atau

dimaksimumkan. Fungsi tujuan dalam goal programming pada umumnya adalah

masalah minimisasi, karena dalam fungsi tujuan terdapat variabel simpangan yang harus

diminimumkan (Siswanto, 2007). Fungsi tujuan dalam goal programming dibuat dalam

bentuk sebagai berikut (Mulyono, 2007) :

Minimumkan Z= di-­‐+di+

m

i=1

3. Fungsi Kendala

Fungsi kendala merupakan fungsi matematik yang menyajikan batasan sumber daya

yang tersedia untuk digunakan. Ada enam jenis kendala tujuan yang berlainan. Maksud

setiap jenis kendala itu ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan. Enam jenis

kendala tersebut disajikan pada Tabel 2.8 sebagai berikut (Mulyono, 2007).

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 9: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

8

Tabel 1. Jenis-jenis Kendala Tujuan

Kendala Tujuan

Variabel

Simpangan dalam

FT

Kemungkinan

Simpangan

Penggunaan

Nilai RHS yang

diinginkan

!!"!! + !!! = !! !!! Negatif = !! !!"!! − !!! = !! !!! Positif = !!

!!"!! + !!! − !!! = !! !!! Neg dan Pos !! atau lebih !!"!! + !!! − !!! = !! !!! Neg dan Pos !!atau kurang !!"!! + !!! − !!! = !! !!! dan !!! Neg dan Pos = !! !!"!! − !!! = !! !!! Tidak ada = !!

Sumber: Mulyono, 2007

4. Model Umum Goal Programming

Secara umum model goal programming dapat dirumuskan sebagai berikut (Siswanto,

2007) :

Min   (!!! + !!!)

!

!!!

Dengan kendala tujuan:

!!!!! + !!"!! +⋯+ !!!!! + !!! − !!! = !!    

!!"!! + !!!!! +⋯+ !!!!! + !!! − !!! = !!  

!!!!! + !!!!! +⋯+ !!"!! + !!! − !!! = !!

Kendala non negatif:

!! ,!!!,!!! ≥ 0

Keterangan:

!!" = koefisien teknologi fungsi kendala tujuan, yaitu berhubungan dengan tujuan

peubah pengambilan keputusan (!!)

!! = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan yang kini dinamakan sebagai sub

tujuan

!!   = tujuan atau target yang ingin dicapai

!!! = jumlah unit deviasi yang kelebihan (+) terhadap tujuan (!!)

!!! = jumlah unit deviasi yang kekurangan (-) terhadap tujuan (!!)

! = 1,2,3,..., m

! = 1,2,3,..., n

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 10: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

9

Metode Penelitian

Data yang digunakan dan diolah dalam penelitian ini merupakan data primer dan data

sekunder. Data primer ini dikumpulkan secara langsung untuk keperluan penelitian. Data

diperoleh melalui wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner. Wawancara dilakukan

kepada pemilik UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu untuk mengetahui latar belakang dan

gambaran umum permasalahan yang terjadi pada UMKM. Selanjutnya, observasi dilakukan

secara langsung ketika UMKM melakukan percobaan produksi untuk mendapatkan data-data

yang berkaitan dengan data biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Data hasil observasi digunakan untuk menghitung harga pokok produksi yang dikeluarkan

oleh UMKM. Perhitungan harga pokok produksi pada penelitian ini menggunakan metode

Activity Based Costing. Setelah itu, dilakukan penyebaran kuesioner kepada para responden

penelitian, yaitu masyarakat yang bertempat tinggal di Kota Depok. Penyebaran kuesioner ini

bertujuan untuk mengukur pola konsumsi dan tingkat keberrminatan masyarakat Kota Depok

terhadap produk olahan abon ikan patin. Data hasil penyebaran kuesioner digunakan untuk

menghitung potensi permintaan terhadap produk olahan abon ikan patin. Gambar x

menunjukkan prosedur pengumpulan dan pengolahan data dengan menggunakan metode yang

telah disebutkan pada penjelasan di atas.

Gambar 2. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 11: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

10

Dalam penelitian ini rencana produksi dibuat menggunakan metode goal programming.

Penggunaan metode ini diharapkan akan memberikan alternatif yang lebih baik agar dapat

mengoptimalkan variabel-variabel yang dalam pengambilan keputusan. Formulasi model

matematika yang digunakan dalam perumusan model goal programming adalah sebagai

berikut.

a. Meminimumkan :

!"#  ! = (!!! + !!!)+ !!! + !!! + !!! + !!! + !!! + !!! + !!! +

(!!!+!!!)

b. Kendala sasaran memaksimalkan volume produksi

Tujuan memaksimalkan volume produksi dapat diuraikann menjadi berikut:

! + !!! − !!! = 5000

Perusahaan ingin memaksimalkan volume produksi, maka fungsi tujuan menjadi

meminimalkan angka penyimpangan negatif (!!!) yang dapat ditunjukkan sebagai

berikut:

!"#  ! = !!! + !!!

c. Kendala sasaran memaksimalkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan

Tujuan memaksimalkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan dapat diuraikann

menjadi berikut:

!! + !!! − !!! = 35

!! + !!! − !!! = 20

100!! + 50!! = !

!! + !! = !!

!! +  !!! − !!! = !1

Perusahaan ingin memenuhi setiap permintaan akan produk, maka fungsi tujuan

menjadi meminimalkan angka penyimpangan negatif (!!!) yang dapat ditunjukkan

sebagai berikut:

!"#  ! = !!! + !!! + (!!! + !!!)

d. Kendala sasaran memaksimalkan pendapatan penjualan

Perusahaan menginginkan pendapatan yang terbesar dari hasil penjualan produknya, hal

ini dapat diuraikan menjadi berikut:

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 12: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

11

!"#  ! = 22000!! + 12000!!

22000!! + 12000!! + !!! − !!! = F2

!"#  ! = !!! + !!!

e. Kendala sasaran meminimumkan biaya produksi

Perusahaan berusaha untuk meminimalkan total biaya produksi agar mendapatkan

keuntungan yang besar. model di bawah ini menunjukkan persamaan untuk

meminimalkan biaya produksi dalam bentuk volume produksi, hal ini dapat diuraikan

menjadi berikut:

!"#  ! = 116.73! + 350000 + ! 3000 ∗ 30000 + ! 5000 ∗ 92

116.73! + 350000+ ! 5000 ∗ 30000 + ! 3000 ∗ 92 + !!! −

!!! =  1000000

!"#  ! =  !!!

Selanjutnya, akan dibuat persamaan yang meminimalkan biaya produksi untuk

menghasilkan jumlah produk. Seperti yang ditunjukkan pada persamaan berikut:

!"#  ! = 640!! + 700!! + 300!!

640!! + 700!! + 300!! + !!! − !!! = F3

!"#  ! =  !!! + !!!

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data hasil penyebaran kuesioner kepada para responden bisa diolah untuk mendapatkan

potensi permintaan. Dari hasil perhitungan potensi permintaan terhadap produk abon ikan

patin, menunjukkan peningkatan permintaan pada setiap tahunnya dan berbanding lurus

dengan jumlah penduduk yang selalu meningkat. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Rata-rata Permintaan Abon Ikan Patin per Hari

Tahun Rata-rata Permintaan per hari Produk 50 gr (Pack) Produk 100 gr (Pack)

2017 21 32 2018 21 33 2019 22 34 2020 23 35 2021 23 36

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 13: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

12

Tabel 2 menunjukkan terjadi peningkatan permintaan untuk lima tahun kedepan.

Namun, permintaan terhadap produk abon ikan patin termasuk pada jenis permintaan non

fungsional, dimana produk ini tidak dibeli atau dikonsumsi karena daya gunanya, namun lebih

kepada selera masing-masing konsumen. Produk abon ikan patin ini juga tergolong kepada

produk subtitusional, produk ini dapat dengan mudah digantikan dengan produk olahan ikan

patin lainnya yang lebih diminati oleh masyarakat seperti kerupuk ikan, ikan goreng, ataupun

sayur. Sehingga, hasil perhitungan terhadap potensi permintaan bisa meningkat ataupun

menurun disetiap harinya. Hasil dari perhitungan potensi permintaan akan dijadikan dasar

bagi UMKM dalam menentukan berapa jumlah produk abon yang akan diproduksi untuk

setiap ukuran kemasan produk.

Terjadi perbedaan hasil perhitungan harga pokok produksi pada masing-masing metode

perhitungan yang digunakan. Metode yang digunakan oleh UMKM saat ini adalah metode

perhitungan tradisional. Pada penelitian ini juga digunakan perhitungan harga pokok produksi

dengan menggunakan metode activity-based costing. Perbedaan hasil perhitungan harga

pokok produksi menggunakan metode tradisional dan metode activity-based costing akan

ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Perbandingan Harga Pokok Produksi

Produk Keterangan Metode Perhitungan

Konvensional ABC

50 gr

Harga Pokok Produksi Rp 14.624 Rp 14.544

Harga Jual Rp 15.000

Keuntungan Rp 376 Rp 456

100 gr

Harga Pokok Produksi Rp 27.991 Rp 28.329

Harga Jual Rp 30.000

Keuntungan Rp 2.009 Rp 1.671

Tabel 3 menunjukkan harga pokok produksi pada produk 50 gr dengan sistem

konvensional sebesar Rp 14.624, sehingga keuntungan produk dengan ukuran kemasan 50 gr

sebesar Rp 376. Harga pokok produksi untuk produk dengan ukuran kemasan 50 gr dengan

sistem konvensional lebih besar daripada sistem activity based costing yaitu selisih sebesar

Rp 76, hal ini menyebabkan keuntungan dengan sistem activity based costing lebih besar

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 14: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

13

dibandingkan dengan sistem konvensional yaitu sebesar Rp 456. Sementara itu, harga pokok

produksi pada produk 100 gr dengan sistem konvensional sebesar Rp 27.991, sehingga

keuntungan produk dengan ukuran kemasan 100 gr sebesar Rp 2.009. Harga pokok produksi

untuk produk dengan ukuran kemasan 100 gr dengan sistem konvensional lebih kecil daripada

sistem activity based costing yaitu selisih sebesar Rp 338, hal ini menyebabkan keuntungan

dengan sistem activity based costing lebih kecil dibandingkan dengan sistem konvensional

yaitu sebesar Rp 1.671.

Perbedaan hasil perhitungan ini disebabkan karena pembebanan Biaya Overhead

Pabrik (BOP) yang tidak tepat pada sistem konvensional dan tidak sesuai dengan pemicu

biaya dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk abon ikan patin. Penentuan harga pokok

produksi dengan sistem konvensional terutama dalam perhitungan biaya overhead pabrik

(BOP) tidak dihitung secara jelas berdasarkan atas pemicu biaya dan sumber daya yang

dikonsumsi oleh produk abon ikan patin. Harga pokok produksi dengan sistem konvensional

dihitung dengan cara menjumlahkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead

pabrik pada produk abon ikan patin dan hal ini akan berdampak pada pembebanan biaya

produksi abon ikan patin yang kurang tepat.

Setelah diketahui harga pokok produksi dan potensi permintaan, dilakukan pembuatan

rencana produksi dengan menggunakan metode goal programming. Pembuatan model

matematika didasarkan atas perhitungan harga pokok produksi dengan metode activity based

costing, dan hasil potensi permintaan yang didapatkan pada bagian pengolahan data. Tabel 4

menunjukkan hasil perhitungan model matematika menggunakan software LINGO versi 13.

Tabel 4. Nilai Variabel Keputusan yang Optimal Berdasarkan Hasil Output LINGO

No Tujuan Detail Sasaran Hasil Keterangan

I Memaksimalkan Volume Produksi

5.000 gr 5.000 gr Tercapai

II Memenuhi Jumlah Permintaan 100 gr 35 pack 40 pack Tercapai

50 gr 20 pack 20 pack Tercapai

III Memaksimalkan Pendapatan

F2 Rp 1.110.000 Tercapai

IV Meminimalkan Biaya Produksi

Rp 1.100.000 Rp 1.026.403 Tercapai

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 15: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

14

Tabel 4 menunjukkan tujuan memaksimalkan volume produksi menggunakan metode

goal programming tercapai. Saat ini, UMKM hanya memproduksi sebanyak 3000 gram abon

ikan patin, hal ini dikarenakan UMKM belum melakukan perhitungan potensi permintaan

sehingga hanya memproduksi abon ikan patin sesuai dengan permintaan yang didapatkan

secara langsung. Setelah diketahui potensi permintaan produk abon ikan patin, dapat dilihat

kemungkinan terbaik agar UMKM mampu memenuhi potensi permintaan tersebut. Akhirnya,

ditemukan bahwa volume maksimal yang dapat diproduksi UMKM adalah sebesar 5000 gram

abon ikan patin. Penentuan volume produksi sebesar 5000 gram abon ikan patin ini

dikarenakan kapasitas mesin, waktu, dan kemampuan tenaga kerja yang terdapat pada

UMKM hanya mampu melakukan produksi maksimal pada angka tersebut.

Setelah dilakukan perhitungan potensi permintaan abon ikan patin untuk wilayah Kota

Depok, didapatkan rata-rata permintaan abon ikan patin perhari yang harus dipenuhi adalah

35 pack untuk ukuran kemasan 100 gram dan 20 pack untuk ukuran kemasan 50 gram.

Namun, karena produk abon ikan patin merupakan jenis produk yang bersifat subtitusi

sehingga angka permintaan yang didapatkan bisa meningkat maupun menurun.

Hasil perhitungan menunjukkan UMKM harus memproduksi abon ikan patin dengan

ukuran 100 gram dan 50 gram masing masing adalah 40 pack dan 20 pack. Terdapat 5 pack

tambahan untuk produk dengan ukuran 100 gram yang disarankan dari hasil perhitungan

metode goal programming. Hal ini disebabkan karena kombinasi jumlah produk yang

dihasilkan didasarkan atas penentuan volume produksi yang juga disarankan kepada UMKM

yaitu sebesar lima kilogram abon ikan patin. Selain itu, jumlah produk yang disarankan akan

memberikan keuntungan yang lebih besar bagi UMKM.

UMKM sudah berencana untuk bekerja sama dengan distributor dan retailer,sehingga

pada penelitian ini tidak mempermasalahkan mengenai inventory produk yang akan terjadi.

Hal ini dikarenakan dengan mengikuti rencana produksi, harga produk yang ditawarkan oleh

UMKM bisa diterima oleh distibutor atau retailer.

Berdasarkan hasil penjualan jumlah produk menggunakan metode goal programming

memberikan pendapatan sebesar Rp 1.110.000. Terdapat selisih pendapatan sebesar Rp

90.000 dari pendapatan maksimal yang bisa didapatkan, hal ini dikarenakan UMKM menjual

jumlah produk yang sudah disesuaikan dengan volume produksi, dan kombinasi jumlah

produksi untuk memenuhi permintaan. Selain itu, hasil ini sudah mempertimbangkan harga

jual yang terdapat pada masing-masing jenis produk sehingga pendapatan yang diperoleh

adalah pendapatan tertinggi yang bisa didapatkan UMKM.

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 16: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

15

Pendapatan yang dihasilkan oleh UMKM dapat ditingkatkan apabila

mempertimbangkan harga jual pada masing-masing jenis produk. Pada penelitian ini tidak

diperhitungkan harga jual yang tepat pada masing-masing jenis produk karena harga jual tidak

menjadi fokus dalam penelitian ini. Harga jual yang digunakan hanya mempertimbangkan

harga pokok produksi pada masing-masing jenis produk. Selain itu, harga jual produk yang

digunakan pada penelitian ini juga merupakan harga jual yang ditawarkan oleh produk sejenis

dari kompetitor lain di sekitar wilayah Kota Depok.

Penelitian ini juga tidak memperhitungkan bagaimana cara yang tepat bagi UMKM

dalam memasarkan produknya, hal ini berkaitan dengan batasan masalah dalam penelitian.

Namun disarankan kepada pemilik UMKM untuk bisa menjual produk yang dihasilkan ke

beberapa distributor besar, seperti supermarket. Sehingga produk yang dihasilkan dapat

terjual dengan maksimal.

Biaya produksi yang dihasilkan melalui perhitungan memiliki selisih sebesar Rp 83.597

dari biaya produksi yang ditargetkan. Hasil yang didapatkan melalui perhitungan merupakan

biaya produksi terendah, hal ini dikarenakan UMKM memproduksi sesuai dengan volume

produksi yang sudah ditetapkan yaitu lima kilogram abon ikan patin. Sehingga, untuk

memproduksi lima kilogram abon ikan patin membutuhkan biaya produksi sebesar Rp

968.803. Terdapat biaya lain yang termasuk kedalam biaya produksi, yaitu biaya pengemasan.

Biaya ini disesuaikan dengan jumlah dan jenis produk yang dihasilkan. Biaya pengemasan

terendah yang dihasilkan melalui perhitungan adalah sebesar Rp. 57.600.

Hasil perhitungan menunjukan, biaya produksi pada penelitian ini akan terus meningkat

seiring dengan peningkatan volume produksi yang dihasilkan, hal ini dikarenakan besarnya

komponen biaya yang bersifat variabel pada penelitian ini, seperti biaya bahan baku, dan

biaya penolong. Namun karena adanya keterbatasan berupa kapasitas mesin, waktu, dan

kemampuan tenaga kerja sehingga dapat dibatasi volume produksi adalah sebesar lima

kilogram abon ikan patin.

Kesimpulan

Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis, maka diperoleh rencana produksi yang

dapat dilakukan oleh pihak UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu dalam rangka meningkatkan

keuntungan penjualan berdasarkan tujuan-tujuan yang diinginkan UMKM. Rencana produksi

yang ditawarkan kepada pihak UMKM adalah sebagai berikut :

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 17: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

16

1. Volume produksi yang harus dihasilkan oleh UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu adalah

lima kilogram (5 kg) abon ikan patin.

2. Jumlah produk yang harus dihasilkan untuk masing-masing ukuran kemasan produk abon

ikan patin adalah 40 pack ukuran kemasan 100 gram dan 20 pack ukuran kemasan 50

gram.

3. Upah minimal tenaga kerja adalah Rp110.000 per produksi.

Penerapan rencana produksi pada UMKM akan berdampak positif bagi UMKM Abon

Ikan Patin Ibu Ratu dalam rangka memenuhi potensi permintaan, memaksimalkan

pendapatan, dan meminimalkan biaya produksi. Sehingga akan meningkatkan keuntungan

yang didapatkan oleh UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu.

Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini untuk pengembangan dan perbaikan

penelitian yang dapat dilakukan selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Dalam menentukan potensi permintaan, penelitian ini menggunakan pendekatan

kuesioner dan data sekunder berupa data jumlah penduduk. Oleh karena itu, untuk

penelitian selanjutnya dapat menggunakan pendekatan lain seperti user testing secara

langsung.

2. Dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi, penelitian ini menggunakan

metode perhitungan activity-based costing. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya

dapat menggunakan metode lain seperti metode full costing, variable costing, atau target

costing agar mengetahui metode perhitungan yang lebih cocok digunakan pada penelitian

ini.

3. Penelitian ini hanya memperhitungkan aspek teknis yang berkaitan dengan proses

produksi seperti berapa volume produksi, dan berapa jumlah produk yang harus

dihasilkan. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya dapat memperhitungkan aspek

teknis lainnya, seperti bagaimana cara memasarkan produk yang tepat, dan bagaimana

cara mendapatkan pasar yang potensial.

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017

Page 18: Perancangan Rencana , Tabah Darma, FT UI, 2017

17

Daftar Referensi

Ahman, E., & Yana, R. (2009). Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Anis, M. (2007). Optimasi Perencanaan Produksi dengan Metode Goal Programming. Jurnal

ilmiah Teknik Industri Vol.5 No.3 April, 133-143.

Arnold, J. R., & Chapman, N. S. (2004). Introduction to Material Management. New Jersey:

Prentice-Hall Inc.

Boynton, P. M., & Greenhalgh, T. (2004). Selecting, designing, and developing your

Questioner.

Dimyati, A., & Dimyati, T. (1999). Operation Research : Model-model Pengambilan

Keputusan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Garrison, R. H., Eric, W. N., & Peter, C. B. (2006). Akutansi Manajerial . Jakarta: Salemba

Empat.

Mulyono, S. (2007). Riset Operasi Edisi Revisi 2007. Jakarta: LPFUI.

Nasution, A. H. (2006). Manajemen Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Oppenheim, A. (1992). Questionnaire design, interviewing and attitude measurement.

London: Continuum.

Rio, A. (2006). Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO (Crude Palm Oi) di Pabrik

Kelapa Sawit PT. Andira Argo dengan Menggunakan Goal Programming. ITB.

Siswanto. (2007). Operations Research. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Slovin, M. (1960). Sampling. New York: Simon and Schuster Inc.

Supriyono. (1999). Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. Yogyakarta:

BPFE.

Supriyono, R. A. (2007). Manajemen Biaya. Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis.

Yogyakarta: BPFE.

Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017