pemeriksaan neurologi (mela firraz).docx

7
Allan Hespie Posumah , NRI : 090 111 161 PEMERIKSAAN NEUROLOGI 1. Fungsi Cerebral Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Gla Coma Scala (GCS) : Refleks membuka maa !E" 4 : Membuka secara spontan 3 : Membuka dengan rangsangan suara : Membuka dengan rangsangan nyeri ! : "idak ada respon Refleks #erbal !$" # : $rientasi baik 4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan% 3 : Kata&kata baik tapi kalimat tidak baik : Kata&kata tidak dapat dimengerti, 'anya mengerang ! : "idak keluar suara Refleks m%%rik !M" : Melakukan perinta' dengan benar # : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perinta' dengan benar 4 : apat meng'indari rangsangan dengan tangan *leksi 3 : +anya dapat melakukan *leksi : +anya dapat melakukan ekstensi ! : "idak ada gerakan Cara penulisannya berurutan &-&M sesuai nilai yang didapatkan% .enderita yang Compos mentis pasti GCS&nya !# (4&#& ), sedang penderita koma dalam, GCS&nya 3 ( 0ila sala' satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang - dan penulisannya 1 2 # 2 % 0ila ada trak'eastomi sedang dan M normal, penulisann % tau bila tetra parese sedang an - normal, penulisannya 4 2 # 2 1% GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang ta'un% &era'a kesa(aran ) Sa(ar : apat berorientasi dan berkomunikasi S%mn%lens : dapat diguga' dengan berbagai stimulasi, bereaksi seca 5erbal kemudian terlenan lagi% Gelisa' atau tenang% Modul : Kelumpuhan “Pemeriksaan Sisem Moorik dan Sensorik!

Upload: rizky-rezaldi-syahrullah

Post on 06-Oct-2015

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Allan Hespie Posumah , NRI : 090 111 161PEMERIKSAAN NEUROLOGI

1. Fungsi Cerebral

Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma Scala (GCS) :

Refleks membuka mata (E)4 : Membuka secara spontan3 : Membuka dengan rangsangan suara2 : Membuka dengan rangsangan nyeri1 : Tidak ada respon

Refleks verbal (V)5 : Orientasi baik4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang1 : Tidak keluar suara

Refleks motorik (M)6 : Melakukan perintah dengan benar5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi3 : Hanya dapat melakukan fleksi2 : Hanya dapat melakukan ekstensi1 : Tidak ada gerakan

Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1)Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X 5 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 X 6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 5 X.GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.

Derajat kesadaran :

Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang. Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala. Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh mnghindri tusukan) Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus

Kualitas kesadaran :

Compos mentis : bereaksi secara adekuat Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk. Bingung/confused : disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya. Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa

Gangguan fungsi cerebral meliputi :Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi

Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.

2. Fungsi Nervus Cranialis

Cara pemeriksaan nervus cranialis :

a. N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi, tembakau, alkohol,dll)

b. N.II : Optikus (Tajam penglihatan) :dengan snelen card, funduscope, dan periksa lapang pandang

c. N.III : Okulomorius (gerakan kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata) :Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.

d. N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam) :sama seperti N.III

e. N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip) :menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas

f. N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) :sama sperti N.III

g. N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah ) :senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mataa dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam

h. N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan) :test Webber dan Rinne

i. N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah) :membedakan rasaa mani dan asam ( gula dan garam)

j. N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) :menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air, disuruh mengucap ah!

k. N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus)palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien melawan tahan.

l. N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah) :pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi.

3. Fungsi motorik

a. OtotUkuran : atrofi / hipertrofiTonus : kekejangan, kekakuan, kelemahanKekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.

Derajat kekuatan motorik :5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas4 : Ada gerakan tapi tidak penuh3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.1 : Hanya ada kontraksi0 : tidak ada kontraksi sama sekali

b. Gait (keseimbangan) : dengan Rombergs test

4. Fungsi sensorik

Test : Nyeri, Suhu,Raba halus, Gerak,Getar, Sikap,Tekan, Refered pain.

5. Refleks

a. Refleks superficial

Refleks dinding perut : Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial Respon : kontraksi dinding perut

Refleks cremaster Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah Respon : elevasi testes ipsilateral

Refleks gluteal Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral

b. Refleks tendon / periosteum

Refleks Biceps (BPR): Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku

Refleks Triceps (TPR) Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku

Refleks Periosto radialis Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis

Refleks Periostoulnaris Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus

Refleks Patela (KPR) Cara : ketukan pada tendon patella Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris

Refleks Achilles (APR) Cara : ketukan pada tendon achilles Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.gastroenemius

Refleks Klonus lutut Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung

Refleks Klonus kaki Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung

c. Refleks patologis

Babinsky Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

Chadock Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior Respon : seperti babinsky

Oppenheim Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal Respon : seperti babinsky

Gordon Cara : penekanan betis secara keras Respon : seperti babinsky

Schaefer Cara : memencet tendon achilles secara keras Respon : seperti babinsky

Gonda Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4 Respon : seperti babinsky

Stransky Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5 Respon : seperti babinsky

Rossolimo Cara : pengetukan pada telapak kaki Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal

Mendel-Beckhterew Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum Respon : seperti rossolimo

Hoffman Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi

Trommer Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien Respon : seperti hoffman

Leri Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan dengan bgian ventral menghadap ke atas Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku

Mayer Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari

d. Refleks primitif

Sucking refleks Cara : sentuhan pada bibir Respon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu

Snout refleks Cara : ketukan pada bibir atas Respon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung

Grasps refleks Cara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien Respon : tangan pasien mengepal

Palmo-mental refleks Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar Respon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)

Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :

Pemeriksaan fungsi luhur:

Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata Fingeragnosia : kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah. Disorientasi kiri-kanan : ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun orang lain. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.Modul : Kelumpuhan Pemeriksaan Sistem Motorik dan Sensorik