pemekaran wilyah

17
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, ridho dan karunia-Nya, sehingga tugas pembuatan makalah Hukum Pemerintahan Daerah yang berjudul “Fenomena Pemekaran Wilayah di Indonesia” dapat penulis selesaikan, sebagai salah satu tugas matakuliah Hukum Pemerintahan Daerah pada Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Pemekaran Wilayah merupakan instrumen penting dalam pembangunan Negara Indonesia. Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Seperti yang kita ketahui, pembangunan wilayah di Indonesia pada awalnya tidak merata, cenderung terpusat pada Daerah Ibukota Jakarta dan sangat timpang dengan daerah-daerah selain Jakarta. Oleh karena itu timbulah ide pemekaran wilayah untuk mengatasi masalah tersebut. Ide Pemekaran Wilayah di Indonesia termasuk baru, ide ini muncul sekitar tahun 2001. Namun hal ini menjadi bagian integral dalam perkembangan Negera Indonesia. Pada bab-bab selanjutnya kelompok kami akan membahas mengenai pemekaran wilayah di Indonesia secara lebih lanjut dan lebih lengkap. 1

Upload: gregorius-adi

Post on 01-Jul-2015

5.900 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, ridho dan karunia-Nya, sehingga tugas pembuatan makalah Hukum Pemerintahan Daerah yang berjudul “Fenomena Pemekaran Wilayah di Indonesia” dapat penulis selesaikan, sebagai salah satu tugas matakuliah Hukum Pemerintahan Daerah pada Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Pemekaran Wilayah merupakan instrumen penting dalam pembangunan Negara Indonesia. Pemekaran daerah di Indonesia adalah pem

TRANSCRIPT

Page 1: pemekaran wilyah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat, ridho dan karunia-Nya, sehingga tugas pembuatan

makalah Hukum Pemerintahan Daerah yang berjudul “Fenomena Pemekaran

Wilayah di Indonesia” dapat penulis selesaikan, sebagai salah satu tugas

matakuliah Hukum Pemerintahan Daerah pada Fakultas Hukum Universitas

Padjadjaran.

Pemekaran Wilayah merupakan instrumen penting dalam pembangunan

Negara Indonesia. Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah

administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya.

Seperti yang kita ketahui, pembangunan wilayah di Indonesia pada awalnya

tidak merata, cenderung terpusat pada Daerah Ibukota Jakarta dan sangat

timpang dengan daerah-daerah selain Jakarta. Oleh karena itu timbulah ide

pemekaran wilayah untuk mengatasi masalah tersebut.

Ide Pemekaran Wilayah di Indonesia termasuk baru, ide ini muncul sekitar

tahun 2001. Namun hal ini menjadi bagian integral dalam perkembangan Negera

Indonesia. Pada bab-bab selanjutnya kelompok kami akan membahas mengenai

pemekaran wilayah di Indonesia secara lebih lanjut dan lebih lengkap.

1

Page 2: pemekaran wilyah

Daftar isi

Kata Pengantar…………………………………………….........................................1

Daftar Isi…………………………………………………………………………….... 2

BAB I Pendahuluan

A. Latar belakang masalah…………………………………………………… 3

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 4

C. Tujuan……………………………………………………………………….. 4

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………. 5

E. Hipotesis…………………………………………………………………….. 5

BAB II Tinjauan Teoritis…………………………………………………………… 6

BAB III Pembahasan

1. Apakah yang dimaksud dengan pemekaran wilayah?

…………………………............................ 8

2. Bagaimana sistem pemerintahan itu sendiri setelah terjadi pemekaran

wilayah? ……………………………. 9

3. Apakah dampak positif dan negatif dari pemekaran wilayah?

…………………………………………………………………......... 9

4. Hambatan apa sajakah yang selalu dihadapi dalam

Pemekaran wilayah ?…………………….. 10

BAB IV Kesimpulan………………………………………………………... ……… 11

Daftar Pustaka……………………………………………………………………… 12

2

Page 3: pemekaran wilyah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa sebelum 1998, kekuasaan Pemerintah Pusat negara Republik

Indonesia sangat sentralistik dan semua daerah di republik ini menjadi

perpanjangan tangan kekuasaan Jakarta (pemerintah pusat). Dengan kata lain,

rezim Orde Baru mewujudkan kekuasaan sentripetal, yakni berat sebelah

memihak pusat bukan pinggiran (daerah).1 Daerah yang kaya akan sumber daya

alam, ditarik keuntungan produksinya dan dibagi-bagi di antara elite Jakarta, alih-

alih diinvestasikan untuk pembangunan daerah. Akibatnya, pembangunan antara

di daerah dengan di Jakarta menjadi timpang.

B.J. Habibie yang menggantikan Soeharto sebagai presiden pasca-Orde Baru

membuat kebijakan politik baru yang mengubah hubungan kekuasaan pusat dan

daerah dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Pelaksanaan Otonomi Daerah atau yang biasa disebut desentralisasi. Dengan

terbitnya undangundang ini, daerah tidak lagi sepenuhnya bergantung pada

Jakarta dan tidak lagi mau didikte oleh pusat. Bahkan, beberapa daerah, seperti

Aceh, Riau dan Papua menuntut merdeka dan ingin berpisah dari Republik

Indonesia.2 Pada masa awal reformasi, selain adanya keinginan provinsi

memisahkan dari republik, juga bermuncukan aspirasi dari berbagai daerah yang

menginginkan dilakukannya pemekaran provinsi atau kabupaten. Dalam upaya

pembentukan provinsi dan kabupaten baru ini, tarik-menarik antara kelompok

yang setuju dan tidak setuju terhadap pemekaran daerah sebagai akibat dari

otonomi daerah meningkatkan suhu politik lokal. Indikasi ini tercermin dari

munculnya ancaman dari

Sebelum ke materi yang paling utama kelompok kami akan membahas terlebih

dahulu mengenai sejarah dari pemekaran wilayah di Indonesia, yang dimulai

pada era perjuangan kemerdekaan hingga era sekarang. Era perjuangan

3

Page 4: pemekaran wilyah

kemerdekaan (1945-1949) Ketika Indonesia memproklamasikan

kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memiliki 8 provinsi,

yaitu: Sumatra, Borneo (Kalimantan), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil. Pada masa pergerakan kemerdekaan

(1945-1949), Indonesia mengalami perubahan wilayah akibat kembalinya

Belanda untuk menguasai Indonesia, dan sejumlah "negara-negara boneka"

dibentuk Belanda dalam wilayah negara Indonesia. Era Republik Indonesia

Serikat (1949-1950) hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag tahun 1949,

Belanda mengakui Indonesia dalam bentuk serikat, dimana terdiri dari 15 negara

bagian plus 1 Republik Indonesia. Beberapa bulan kemudian, sejumlah negara-

negara bagian menggabungkan diri ke negara bagian Republik Indonesia. Era

1999-sekarang Pada tahun 1999, Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia

dan berada di bawah PBB hingga merdeka penuh pada tahun 2002, dan

Indonesia kembali memiliki 26 provinsi. Sementara itu, pada era reformasi

terdapat tuntutan pemekaran sejumlah provinsi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini kami akan membahas beberapa hal penting

yaitu :

1. Apakah yang dimaksud dengan pemekaran wilayah di Indonesia ?

2. Bagaimanakah perangkat hukum di Indonesia mengatur mengenai

permasalahan otonomi daerah dan pemekaran wilayah?

3. Dampak apakah yang timbul dari pemberlakuan sistem otonomi daerah?

4. Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya pemekaran

wilayah di negara Republik Indonesia?

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas kelompok

pada mata kuliah hukum Pemerintahan Daerah, selain itu dapat pula

menambah wawasan tentangSistem pemerintahan daerah serta pengertian

dari pemekaran wilayah..

Beranjak dari hal tersebut, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk :

4

Page 5: pemekaran wilyah

1. Mengetahui sejauh mana perkembangan dari pemekaran wilayah di

Indonesia berdasarkan sejarah dari pemekaran wilayah di Indonesia.

2. Memperoleh data secara objektif tentang pekeraran wilayah dilihat dari

dampak positif dari pemekaran wilayah maupun dampak negatifnya.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Kelompok kami dapat menambah pengetahuan dan pengalaman di

bidang pemerintahan daerah serta undang-undang terkait.

2. Dapat memberi informasi tentang sejarah dari pemekaran wilayah di

Indonesia ditinjau dari beberapa aspek.

3. Memberi sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya

dalam mata kuliah Hukum Pemerintahan Daerah.

E. Metode Penulisan :

Makalah ini disusun dengan metode studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan sumber penulisan dari bahan-bahan pustaka.

F. Hipotesis

Kelompok kami telah mengambil dugaan semetara yaitu “Pembangunan

pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat telah

menghasilkan banyak kemajuan seperti yang kita rasakan saat ini”.

5

Page 6: pemekaran wilyah

BAB II

Tinjauan Teoritis

Untuk masalah pemekaran wilayah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Pertama adalah dituntut adanya pelaksanaan reformasi birokrasi, baik di

lingkungan pemerintahan pusat maupun daerah. Hal ini mengingat aparatur

birokrasi sebagai pelaksana kebijakan-kebijakan politik harus mewujudkan

kinerjanya yang semakin baik. Pemekaran wilayah pada hakekatnya

merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

Pemekaran wilayah memiliki nilai strategis dalam mendukung

keberhasilan pembangunan nasional, hal tersebut ditunjukkan oleh :

a. Mempunyai dampak penting bagi kemajuan suatu daerah.

b. Dalam bidang ekonomi jelas berkaitan dengan tingkat kesejahteraan

penduduk setempat.

c. Merupakan langkah untuk mensinergikan antara kepentingan pusat dan

daerah yang secara notabene saling terkait

d. Memunculkan jiwa integrasi bangsa.. Gejolak pemekaran wilayah ini

harus mendapatkan respon yang positif bagi pemerintah daerah maupun

pusat.

Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah

administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya.

Landasan hukum terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pelaksanaan otonomi daerah

yang dicanangkan sejak Januari 2001 telah membawa perubahan politik di

tingkat lokal (daerah). Salah satunya adalah menguatnya peran Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Jika di masa sebelumnya DPRD hanya

sebagai stempel karet dan kedudukannya di bawah legislatif, setelah otonomi

daerah, peran legislatif menjadi lebih besar, bahkan dapat memberhentikan

kepala daerah.

6

Page 7: pemekaran wilyah

Sebagaimana diamanatkan UU Nomor 32 Tahun 2004, publik seharusnya

dilibatkan dalam pembuatan kebijakan. Namun, di beberapa daerah yang sudah

mengadopsi sistem otonomi daerah, kenyataan yang terjadi masih jauh dari

harapan. Pengambilan keputusa belum melibatkan publik dan masih berada di

lingkaran elite lokal provinsi dan kabupaten/kota. Belum terlibatnya publik dalam

pembuatan kebijakan itu tercermin dari pembuatan peraturan daerah (perda)

Walaupun pelaksanaan otonomi daerah lebih memikirkan peningkatan

pendapatan daerah, implementasi otonomi daerah selain telah mendekatkan

pemerintah setempat dengan masyarakat, juga mendorong bangkitnya

partisipasi warga. UU Nomor 32 Tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom

sebagai berikut. “Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.1

1 Indonesia (b), Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, No. 32 Tahun 2004, LN No.125 tahun 2004, TLN No. 4437, ps. 1

7

Page 8: pemekaran wilyah

BAB III

PEMBAHASAN

1. Apakah yang dimaksud dengan pemekaran wilayah ?

Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah

administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari

induknya. Landasan hukum terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia

adalah UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.2

Ide pemekaran wilayah merupakan hal yang termasuk baru dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Untuk pertama kalinya

dalam sejarah setengah abad lebih usia negara ini, tahun 2000 lahir sebuah

provinsi baru bernama Banten. Dahulu, wilayah Banten adalah bagian dari

Provinsi Jawa Barat. Melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang

Pembentukan Provinsi Banten (UU Nomor 23 Tahun 2000), pemerintah

mengesahkan adanya provinsi baru itu pada 17 Oktober 2000. Selanjutnya,

diikuti pula munculnya Provinsi Bangka Belitung dari Sumatera Selatan

sebagai provinsi induknya, Provinsi Gorontalo (dari Sulawesi Utara), dan

Kepulauan Riau (dari Riau) melalui undang-undang yang dibentuk pada

tahun yang sama. Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, pemekaran

provinsi terjadi di Maluku dan Papua.

2. Bagaimanakah perangkat hukum di Indonesia mengatur mengenai

permasalahan otonomi daerah dan apa dasar hukum dari pemekaran

wilayah pemekaran wilayah?

Dalam sistem otonomi daerah, dikenal istilah desentralisasi,

dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi adalah penyerahan

wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonomi

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sedangkan dekonsentrasi adalah

pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Pemekaran_daerah_di_Indonesia, diunduh pada tanggal 21 pukul 08;20 wib.

8

Page 9: pemekaran wilyah

gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dan/atay kepada

instansi vertikal di wilayah tertentu. Sementara itu, tugas pembantuan

merupakan penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan/atau

desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta

dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas

tertentu. amanat UUD 1945 yang menyebutkan bahwa, “Gubernur, Bupati,

dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,

kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis”3 direalisasikan melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pemilihan,

Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah (PP Nomor 6 Tahun 2005).

3. Dampak apakah yang timbul dari pemberlakuan sistem otonomi daerah?

Dampak positif otonomi daerah adalah memunculkan kesempatan

identitas lokal yang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan

kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari pemerintah

daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri.

Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan

melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana tersebut

memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta

membangun program promosi kebudayaan dan juga pariwisata.4

4. Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya pemekaran wilayah di negara Republik Indonesia ?

Ide pemekaran wilayah merupakan hal yang termasuk baru dalam

kehidupanberbangsa dan bernegara Indonesia. Untuk pertama kalinya

dalam sejarah setengah abad lebih usia negara ini, tahun 2000 lahir

3 Indonesia (a), loc. cit.

4 Kendra Clegg, “Dari Nasionalisasi ke Lokalisasi: Otonomi Daerah di Lombok” dalamDesentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal, editor Jamil Gunawan, (Jakarta: LP3ES, 2005), hlm.194.

9

Page 10: pemekaran wilyah

sebuah provinsi baru bernama Banten. Dahulu, wilayah Banten adalah

bagian dari Provinsi Jawa Barat. Melalui Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (UU Nomor 23 Tahun

2000), pemerintah mengesahkan adanya provinsi baru itu pada 17

Oktober 2000. Selanjutnya, diikuti pula munculnya Provinsi Bangka

Belitung dari Sumatera Selatan sebagai provinsi induknya, Provinsi

Gorontalo (dari Sulawesi Utara), dan Kepulauan Riau (dari Riau) melalui

undang-undang yang dibentuk pada tahun yang sama. Kemudian, pada

tahun-tahun berikutnya, pemekaran provinsi terjadi di Maluku dan Papua.

Dari kenyataan yang ada serta hasil dari berbagai penelitian seperti

dicontohkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa faktor

yang mendorong terjadinya pemekaran wilayah, terutama pembentukan

provinsi baru. Menunjangnya sebuah daerah dalam beberapa hal menjadi

penyebab utama sebuah wilayah menginginkan melepaskan diri dari

wilayah induknya, hal-hal tersebut adalah:

a. kemampuan ekonomi;

b. potensi daerah;

c. sosial budaya;

d. sosial politik;

e. kependudukan;

f. luas daerah;

g. pertahanan;

h. keamanan;

i. dan faktor lain yang menunjang otonomi daerah.

10

Page 11: pemekaran wilyah

BAB IV

KESIMPULAN

Dari pembahasan pada bab-bab terdahulu, hal-hal yang dapat disimpulkan

dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

a. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai perangkat hukum yang

mengatur pemerintahan daerah sesuai amanat UUD 1945, yaitu Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Nomor

32 Tahun 2004) yang mengatur secara jelas pemberlakuan otonomi

daerah, begitu pula dalam hal pembentukan daerah atau pemekaran

wilayah.

b. Dalam sistem otonomi daerah dikenal istilah-istilah yang amat penting

dalam pelaksanaannya, yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas

pembantuan.

c. Pemberlakuan sistem otonomi daerah telah membawa perubahan politik

di tingkat lokal, hal ini memberikan dampak positif maupun dampak

negatif.

d. Menunjangnya sebuah daerah dalam beberapa hal, seperti kemampuan

ekonomi, potensi daerah, dan sebagainya menjadi penyebab utama

sebuah wilayah menginginkan melepaskan diri dari wilayah induknya. Hal

inilah yang menyebabkan terjadinya pemekaran wilayah.

.

SARAN

Pemerintah pusat tetap harus mengatur dan menjalankan urusan di beberapa

sektor di tingkat kabupaten dan menjamin bahwa pemerintah lokal punya

kapasitas dan mekanisme bagi pengaturan hukum tambahan atas bidang-bidang

tertentu dan penyelesaian perselisihan. Selain itu, pemerintah pusat juga harus

menguji kembali dan memperketat kriteria pemekaran wilayah dengan lebih

11

Page 12: pemekaran wilyah

DAFTAR PUSTAKA

- “Dua Provinsi Baru di Aceh Dideklarasikan.” <www.liputan6.com/view/

1,113592,1,0,1133,690100.html>. 7 Desember 2005. Gunawan, Jamil.

Ed., Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal. Jakarta: LP3ES,

2005.

- Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Indonesia, Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, No.

32 Tahun 2004, LN No. 125 tahun 2004, TLN No. 4437 Indonesia,

Undang-Undang Tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah, No. 33 Tahun 2004, LN No. 126 tahun

2004, TLN No. 4438.

- Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pemilihan, Pengesahan,

Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah, PP No. 6 tahun 2005, LN No. 22 tahun 2005, TLN No. 4480

- http://www.facebook.com/topic.php?uid=114077793364&topic=12756

12