makalah pemekaran oke

23
MENGAPA HARUS PEMEKARAN *) (Tinjauan Konsep Historis, Teoritis, dan Yuridis Formal) *) Oleh : H.Wijoyokusumo, S.Psi. dibuat untuk kelengkapan acara Seminar kabupaten Kundur, 30 Januari 2011. 1. Latar Belakang Berbicara mengenai pemekaran wilayah, tentu saja tidak terlepas dari wacana desentralisasi khususnya, desenralisasi politik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke empat (2008) desentralisasi dapat diartkan sebagai: “(1) sistem pemerntahan yang lebih banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah ; (2) penyerahan sebagian wewenang pimpinan kepada bawahan (atau pusat kepada cabang, dsb). Dari sisi fungsional, pengakuan adanya hak kepada seseorang atau golongan untuk mengurus hal- hal tertentu di daerah ; kebudayaan, pengakuan adanya hak kepada golongan kecil dalam masyarakat untuk menyelenggarakan budaya sendiri di daerah ; politik, pengakuan adanya hak untuk mengurus kepentingan rumah tangga sendiri pada badan politik di daerah yang dipilih oleh rakyat di daerah tertentu”. Desentralisasi banyak dijadikan sebagai konsep penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi panduan utama akibat ketidakmungkinan sebuah negara yang heterogen (Bhinneka Tunggal Ika) dengan wilayahnya yang luas dan penduduknya yang banyak untuk mengelola manajemen pemerintah yang hanya dengan sistem sentralistik. Dalam desentralisasi juga terkandung semangat demokrasi untuk mendekatkan partisipasi masyarakat dalam menjalankan proses pembangunan. Adanya desentralisasi di Indonesia H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 1

Upload: ahmad-sulton

Post on 01-Jul-2015

1.322 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah pemekaran oke

MENGAPA HARUS PEMEKARAN *) (Tinjauan Konsep Historis, Teoritis, dan Yuridis Formal)

*) Oleh : H.Wijoyokusumo, S.Psi. dibuat untuk kelengkapan acara Seminar kabupaten Kundur, 30 Januari 2011.

1. Latar BelakangBerbicara mengenai pemekaran

wilayah, tentu saja tidak terlepas

dari wacana desentralisasi

khususnya, desenralisasi politik.

Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi ke empat (2008)

desentralisasi dapat diartkan

sebagai:

“(1) sistem pemerntahan yang lebih banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah ; (2) penyerahan sebagian wewenang pimpinan kepada bawahan (atau pusat kepada cabang, dsb). Dari sisi fungsional, pengakuan adanya hak kepada seseorang atau golongan untuk mengurus hal-hal tertentu di daerah ; kebudayaan, pengakuan adanya hak kepada golongan kecil dalam masyarakat untuk menyelenggarakan budaya sendiri di daerah ; politik, pengakuan adanya hak untuk mengurus kepentingan rumah tangga sendiri pada badan politik di daerah yang dipilih oleh rakyat di daerah tertentu”.

Desentralisasi banyak dijadikan

sebagai konsep penyelenggaraan

pemerintahan dan menjadi

panduan utama akibat

ketidakmungkinan sebuah negara

yang heterogen (Bhinneka Tunggal

Ika) dengan wilayahnya yang luas

dan penduduknya yang banyak

untuk mengelola manajemen

pemerintah yang hanya dengan

sistem sentralistik. Dalam

desentralisasi juga terkandung

semangat demokrasi untuk

mendekatkan partisipasi

masyarakat dalam menjalankan

proses pembangunan. Adanya

desentralisasi di Indonesia

merupakan sebuah peluang bagi

pemerintah daerah untuk

mengembangkan wacana politik

lokal. Selain memberikan

pengelolaan kewenangan pada

bidang tertentu, desentralisasi telah

memberikan ruang bagi suatu

daerah untuk pembentukan

wilayah/ daerah baru.

Berdasarkan sejarah

perkembangannya, pemekaran

wilayah di Indonesia sesungguhnya

telah terjadi sejak lama yaitu ketika

munculnya zaman kerajaan-

kerajaan di nusantara. Pada saat

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 1

Page 2: makalah pemekaran oke

itu, wilayah kekuasaan suatu

kerajaan akan dimekarkan lebih

disebabkan karena terjadi konflik

ditubuh kerajaan induk atau yang

biasa disebut konflik antar keluarga

karajaan maupun karena kalah

dalam peperangan. Pemekaran

wilayah semakin marak tatkala

penjajah Belanda mulai masuk.

Wilayah-wilayah di Jawa dan

sekitarnya, dibagi menjadi

beberapa karesidenan maupun

district (setingkat kabupaten)1

yang ditujukan sebagai alat kontrol

kekuasaan sekaligus memperkecil

ruang gerak tentara Indonesia.

Pemekaran wilayah

merupakan suatu proses

pembagian wilayah menjadi lebih

dari satu wilayah, dengan tujuan

meningkatkan pelayanan dan

mempercepat pembangunan yang

diharapkan dapat menciptakan

kemandirian daerah. Pemekaran

wilayah bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan

publik guna mempercepat

terwujudnya kesejahteraan

masyarakat. Dengan pemekaran

wilayah diharapkan dapat

memunculkan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi baru ,

mampu meningkatkan berbagai

potensi yang selama ini belum

tergarap secara optimal baik

potensi sumberdaya alam maupun

sumberdaya manusia, membuka

“keterkungkungan” masyarakat

terhadap pembangunan dan dapat

memutus mata rantai pelayanan

yang sebelumnya terpusat di satu

tempat/ Ibukota kabupaten atau

Ibukota kecamatan, memicu

motivasi masyarakat untuk ikut

secara aktif dalam proses

pembangunan dalam rangka

meningkatkan taraf hidup mereka.

Fenomena pemekaran wilayah yang

ada saat ini merupakan implikasi

dari paket undang undang otonomi

daerah dalam rangka melakukan

reformasi tata pemerintahan. Adaya

gerakan separatis dari masyarakat

beberapa daerah yang ingin

memisahkan diri karena merasakan

ketidakadilan yang dlakukan oleh

pemerintah pusat. Perjalanan

pemekaran daerah karena adanya

undang undang otonomi daerah,

dimulai sejak diberlakukannya UU

No. 22/1999 tentang Pemerintahan

Daerah yang merupakan revisi

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 2

Page 3: makalah pemekaran oke

mendasar dari UU No.5/1974

tentang Pokok-Pokok Pemerintahan

Daerah yang dilaksanaan ada masa

orde baru. Otonomi merupakan

pilihan terbaik daripada menjadi

federasi. Dalam

penyempurnaannya UU No.22/1999

telah berubah menjadi UU No.

32/2004 tentang Pemerintahan

Daerah selanjutnya dilengkapi

dengan PP No. 78/2007 tentang

Tata Cara Pembentukan,

Penghapusan, dan Penggabungan

Daerah yang merupakan revisi dari

PP No. 129/2000 Tentang

Persyaratan Pembentukan dan

Kriteria Pemekaran, Penghapusan

dan Penggabungan Daerah

Sejak diberlakukan undang

undang yang mengatur terntang

otonomi daerah tersebut, proses

pemekaran terjadi begitu pesat dan

cenderung tidak terkendali.

Terdapat 7 propinsi, 135 Kabupaten

dan 32 kota yang terbentuk sebagai

hasil pemekaran sesuai dengan

daftar yang dikeluarkan oleh DPD

pada September 2007 (DRSP,

2007). Sampai dengan tahun 2009,

terdapat 205 daerah pemekaran

baru dengan perincian sebagai

berikut : 7 daerah provinsi dan 198

daerah kabupaten/kota.

2. Alasan PemekaranSecara teoritis, awal dari

semangat pemekaran daerah

adalah merupakan suatu upaya

untuk mencapai pemerataan

pembangunan dan kesejahteraan

rakyat serta demi mempercepat

perwujudan masyarakat Indonesia

yang sejahtera. Disamping itu

semangat pemekaran daerah

adalah merupakan tuntutan

masyarakat yang merasa bahwa

daerahnya telah dieksplorasi dan

dieksploitasi oleh pemerintah pusat

secara berlebihan. Tuntutan

masyarakat yang demikian

tentunya dapat dipahami

berdasarkan catatan sejarah yang

menunjukkan bahwa selama

pemerintahan orde baru, daerah

terkesan hanya dijadikan sebagai

sapi perahan oleh pemerintah

pusat. Hampir seluruh sumber daya

alam dan berbagai potensi yang

ada di daerah dimanfaatkan untuk

menjalankan roda pemerintahan di

tingkat pusat. Sementara daerah

hanya menjadi penonton dan

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 3

Page 4: makalah pemekaran oke

menjadi penyumbang upeti bagi

pusat. Daerah hanya mendapatkan

dampak dari adanya eksplorasi dan

aeksploitasi pemanfaatan atas

sumber daya alam tanpa punya

kewenangan sedikitpun atas

wilayah yang mereka tempati.

Secara garis besar setidaknya

terdapat dua alasan kenapa

pemekaran wilayah sekarang

menjadi salah satu pendekatan

yang cukup diminati dalam

kaitannya dengan penyelenggaraan

pemerintahan daerah dan

peningkatan pelayanan publik,

antara lain:

a. Peningkatan Kualitas Pelayanan

Publik

Keinginan untuk menyediakan

pelayanan publik yang lebih baik

dalam wilayah kewenangan yang

terbatas/terukur. Pendekatan

pelayanan melalui pemerintahan

daerah yang baru diasumsikan

akan lebih dapat memberikan

pelayanan yang lebih baik

dibandingkan dengan pelayanan

melalui pemerintahan daerah induk

dengan cakupan wilayah pelayanan

yang lebih luas (Hermanislamet,

2005). Seyogianya pemekaran itu

ditujukan untuk peningkatan

kapabilitas dan kapasitas

pemerintah daerah dan dalam

rangka mendekatkan pembangunan

serta pelayanan kepada

masyarakat luas. Melalui proses

perencanaan pembangunan daerah

pada skala yang lebih terbatas,

maka pelayanan publik sesuai

kebutuhan lokal akan lebih

tersedia. Dengan interaksi yang

lebih intensif antara masyarakat

dan pemerintah daerah baru, maka

masyarakat sipil akan memperoleh

hak-hak dan kewajiban-

kewajibannya secara lebih baik

sebagai warga negara. Jarak dan

rentang kendali yang relatif singkat

dan pendek antara birokrasi dan

masyarakat tentunya akan

meningkatkan efektifitas dan

efisiensi penyelenggaraan

pemerintah dan pengelolaan

pembangunan.

b. Percepatan Pertumbuhan Ekonomi

Alasan pemekaran menurut

Hermanislamet (2005) adalah untuk

mempercepat pertumbuhan

ekonomi penduduk setempat

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 4

Page 5: makalah pemekaran oke

melalui perbaikan kerangka

pengembangan ekonomi daerah

berbasiskan potensi lokal. Dengan

dikembangkannya daerah baru

yang otonom, maka akan

memberikan peluang untuk

menggali berbagai potensi ekonomi

daerah baru yang selama ini tidak

tergali. Sektor formal dan informal

menjadi tuntutan yang tak

terelakkan demi optimalisasi

kegiatan perekonomian

masyarakat. Penciptaan usaha-

usaha baru dalam perekonomian

secara langsung tentunya akan

menciptakan lapangan kerja baru di

berbagai sektor, baik di sektor

swasta maupun politik dan

pemerintahan. Akibat dari usaha

percepatan pertumbuha ekonomi

diharapkan akan mempercepat

proses pemerataan ekonomi dalam

pembangunan demi mengurangi

angka kemiskinan. Kebijakan

pemekaran daerah akan memberi

dampak luar biasa bagi

kelangsungan penyelenggaraan

otonomi daerah, karena ekses yang

ditimbulkan begitu berpengaruh,

memberikan dampak besar, tricle

down effect, efek rembesan yang

luar biasa bagi pertumbuhan

ekonomi dan kemakmuran rakyat.

Tentunya banyak alasan-alasan lain yang mendorong untuk terjadinya

pemekaran daerah yang tidak mungkin disebutkan dalam makalah yang

singkat ini. Pada umumnya alasan utama selalu didorong atas keinginan

peningkatan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat. Contoh dari

penelitian yang ada dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 1

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 5

Page 6: makalah pemekaran oke

Ekonomi dan Kesejahteraan

Geograpi

Pelayanan Publik

Etnis

Politik

Sejarah

Lain-lain

34%

26%

15%

15%

12%

6%

1%

Alasan Pemekaran Daerah

Sumber: IRDA Kelima, The Asian Foundation, 2004

Alasan lain munculnya

inisiatif pemekaran wilayah dari

daerah adalah terkait dengan

rentang kendali dan peningkatan

kualitas pelayanan publik yang

tidak merata dan jauh (geografi),

infrastruktur, dan sarana &

prasarana penghubung serta

pembangunan ekonomi. Jika dilihat

dari gambar 1 di atas alasan

tersbut saling berkaitan antara

geografi dan pelayanan publik

yang menunjukkan kuatnya

dorongan setelah alasan ekonomi

secara umum.

Menurut hasil kajian yang

dilakukan oleh Pusat kajian Kinerja

Otonomi Daerah – Lembaga

Administrasi Negara terhadap 14

propinsi dan 28 kabupaten/kota ,

dijumpai alasan-alasan yang

mendasari dilaksanakannya

pemekaran daerah adalah:

1. Alasan mendekatkan

pelayanan kepada

masyarakat. Hal ini dijadikan

alasan utama karena adanya

kendala geografis,

infrastruktur dan sarana

perhubungan yang minim,

seperti terjadi pada

pemekaran Provinsi Bangka

Belitung (pemekaran dari

Provinsi Sumatera Selatan)

dan Provinsi Irian Jaya Barat

(pemekaran dari Provinsi

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 6

Page 7: makalah pemekaran oke

Papua) serta pemekaran

Kabupaten Keerom

(pemekaran dari Kabupaten

Jayapura).

2. Alasan historis, pemekaran

suatu daerah dilakukan

karena alasan sejarah, yaitu

bahwa daerah hasil

pemekaran memiliki nilai

historis tertentu. Sebagai

contoh: Provinsi Maluku Utara

sebelumnya pernah menjadi

ibukota Irian Barat, dimana

Raja Ternate (Alm. Zainal

Abidin Syah) dinobatkan

sebagai Gubernur pertama.

Disamping itu di Pulau

Movotai pada Perang Dunia II

merupakan ajang penghalau

udara Amerika Serikat.

3. Alasan kultural atau budaya

(etnis), dimana pemekaran

daerah terjadi karena

menganggap adanya

perbedaan budaya antara

daerah yang bersangkutan

dengan daerah induknya.

Sebagai contoh: Penduduk

Bangka Belitung dengan

penduduk Sumatera Selatan,

kemudian Provinsi Gorontalo

dengan Sulawesi Utara,

demikian pula Kabupaten

Minahasa Utara yang merasa

berbeda budaya dengan

Kabupaten Minahasa.

4. Alasan ekonomi, dimana

pemekaran daerah

diharapkan dapat

mempercepat pembangunan

di daerah. Kondisi seperti ini

terutama terjadi di Indonesia

Timur seperti Papua

(Keerom) dan Irian Jaya Barat

(Kabupaten Sorong), dan

pemekaran yang terjadi di

daerah lainnya seperti

Kalimantan Timur (Kutai

Timur), Sulawesi Tenggara

(Konawe Selatan), Sumatera

Utara (Serdang Bedagai), dan

Lampung (Tanggamus).

5. Alasan anggaran, pemekaran

daerah dilakukan untuk

mendapatkan anggaran dari

pemerintah. Sebagaimana

diketahui daerah yang

dimekarkan akan

mendapatkan anggaran dari

daerah induk selama 3 tahun

dan mendapatkan dana dari

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 7

Page 8: makalah pemekaran oke

pemerintah pusat (DAU dan

DAK).

6. Alasan keadilan , bahwa

pemekaran dijadikan alasan

untuk mendapatkan keadilan.

Artinya, pemekaran daerah

diharapkan akan

menciptakan keadilan dalam

hal pengisian jabatan pubik

dan pemerataan

pembangunan. Contoh:

pemekaran Provinsi

Kepulauan Riau, Provinsi

Bangka Belitung, dan Provinsi

Sulawesi Tenggara.

2. Prosedural Normatif

Pemekaran Wilayah

Secara normatif mengenai

prosedur pemekaran wilayah

mengacu pada ketentuan dalam

UU 32/2004 yang berisi tentang

pengaturan pembentukan dan

persyaratan, yaitu :

Pasal 4 mengatur pembentukan:

(1) Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) ditetapkan dengan undang-undang(2) Undang-undang pembentukan daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) antara lain mencakup nama, cakupan wilayah, batas, ibukota, kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan, penunjukan penjabat kepala daerah, pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan kepegawaian, pendanaan, peralatan, dan dokumen, serta perangkat daerah.(3) Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.(4) Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan.Pasal 5 mengatur

persyaratan :(1) Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.(2) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk dan Gubernur,

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 8

Page 9: makalah pemekaran oke

serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri.(3) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kabupaten/kota meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan Gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri.(4) Syarat teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah,

sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.(5) Syarat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit 5 (lima) kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan 4 (empat) kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.

Secara sederhana persayaratan yang termuat dalam UU No.32/2004

dapat dilihat pada gambar 1 berikut :

Gambar 2

Persyaratan Pemekaran Berdasarkan UU No.32/2004

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 9

Ditetapkan dengan UUPasal 4 ayat 1

Mencakup : nama,cakupan wilayah,batas,ibukota,kewenangan menjalankan urusan pemerintah,penunjukkan pejabat kepala daerah,pengisian keanggotaan DPRD,pengalihan kepegawaian, pendanaan,peralatan,dan dokumen,serta perangat daerah(ayat2) Batas minimal usia

penyelenggaran pemerintahan (pasal 4 ayat 4)

Syarat fisik:-min. 5 kecamatan-lokasi calon ibukota-sarana dan prasarana pemerintahan(pasal 5 ayat 5)

Syarat administrasi/Persetujuan:-DPRD Kabupaten-Bupati-DPRD Propinsi-Gubernur-Rekom. Mendagri(pasal 5 ayat 3)

Syarat teknis meliputi factor yg menjadi dasar:-kemamp.ekonomi-potensi daera-sosial budaya -sosial politik-kependudukan-luas daerah-pertahanan-keamanan-faktor lain(pasal 5 ayat 4)

Page 10: makalah pemekaran oke

Selanjutnya persoalan teknis

lebih rinci diuraikan dalam PP

No.78/2007 tentang Tata cara

Pembentukan, Penghapusan, dan

Penggabungan daerah yang

merupakan revisi dari PP

No,129/2000. Perbedaan mendasar

antara PP yang lama dengan PP

revisi adalah dengan memuat

beberapa syarat pemekaran yang

berbeda dengan aturan yang lama

di antaranya seperti: jumlah

kabupaten, waktu pemekaran, juga

rekomendasi dari kabupaten induk

dan provinsi. Mengenai

pembentukan daerah kabupaten

baru dapat lebih jauh dapat dilihat

pada pasal 2 ayat (4):

“Pembentukan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:a. pemekaran dari 1 (satu) kabupaten/kota menjadi 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih;b. penggabungan beberapa kecamatan yang bersandingan pada wilayah kabupaten/kota yang berbeda; danc. penggabungan beberapa

kabupaten/kota menjadi 1 (satu) kabupaten/kota”.

Beberapa prosedur dan persyaratan selanjutnya dapat dicermati lebih jauh dari beberapa ketentuan yang ada dalam PP No.78/2007 tersebut, yaitu :

Pasal 3 Daerah yang dibentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a dan ayat (4) huruf a dapat dimekarkan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan 10 (sepuluh) tahun bagi provinsi dan 7 (tujuh) tahun bagi kabupaten dan kota.Selanjutnya Pasal 4 ayat (2) Pembentukan daerah kabupaten/kota berupa pemekaran kabupaten/kota dan penggabungan beberapa kecamatan yang bersandingan pada wilayah kabupaten/kota yang berbeda harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. Syarat administratif pembentukan daerah kabupaten/kota dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), meliputi:a. Keputusan DPRD kabupaten/kota induk tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota;b. Keputusan bupati/walikota induk tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota;c. Keputusan DPRD provinsi tentang

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 10

Page 11: makalah pemekaran oke

persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota;d. Keputusan gubernur tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota; dane. Rekomendasi Menteri.Keputusan DPRD kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a diproses berdasarkan aspirasi sebagian besar masyarakat setempat.Pasal 6(1) Syarat teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan daerah.(2) Faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinilai berdasarkan hasil kajian daerah terhadap indikator sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.(3) Suatu calon daerah otonom direkomendasikan menjadi daerah otonom baru apabila calon daerah otonom dan daerah induknya mempunyai total nilai seluruh indikator dan perolehan nilai indikator faktor kependudukan, faktor kemampuan ekonomi, faktor

potensi daerah dan faktor kemampuan keuangan dengan kategori sangat mampu atau mampu.Pasal 7Syarat fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan.Pasal 8Cakupan wilayah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 untuk:

a. pembentukan provinsi paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota;

b. pembentukan kabupaten paling sedikit 5 (lima) kecamatan; dan

c. pembentukan kota paling sedikit 4 (empat) kecamatan.

Pasal 10(1) Cakupan wilayah pembentukan kabupaten/kota digambarkan dalam peta wilayah calon kabupaten/kota.(2) Peta wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan daftar nama kecamatan dan desa/kelurahan atau nama lain yang menjadi cakupan calon kabupaten/kota serta garis batas wilayah calon kabupaten/kota, nama wilayah kabupaten/ kota di provinsi lain, nama wilayah kecamatan di kabupaten/kota di provinsi yang sama, nama wilayah laut atau wilayah negara tetangga, yang berbatasan langsung dengan calon kabupaten/kota.

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 11

Page 12: makalah pemekaran oke

(3) Peta wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat berdasarkan kaidah pemetaan yang difasilitasi oleh lembaga teknis dan dikoordinasikan oleh gubernur.Pasal 11(1) Dalam hal cakupan wilayah calon provinsi dan kabupaten/kota berupa kepulauan atau gugusan pulau, peta wilayah harus dilengkapi dengan daftar nama pulau.(2) Cakupan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 10 ayat (1) harus merupakan satu kesatuan wilayah administrasi.Pasal 12(1) Lokasi calon ibukota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ditetapkan dengan keputusan gubernur dan keputusan DPRD provinsi untuk ibukota provinsi, dengan keputusan bupati dan keputusan DPRD kabupaten untuk ibukota kabupaten.(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan hanya untuk satu lokasi ibukota.(3) Penetapan lokasi ibukota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah adanya kajian daerah terhadap aspek tata ruang, ketersediaan fasilitas, aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, kependudukan, sosial

ekonomi, sosial politik, dan sosial budaya.(4) Pembentukan kota yang cakupan wilayahnya merupakan ibukota kabupaten, maka ibukota kabupaten tersebut harus dipindahkan ke lokasi lain secara bertahap paling lama 5 (lima) tahun sejak dibentuknya kota.Pasal 13(1) Sarana dan prasarana pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 meliputi bangunan dan lahan untuk kantor kepala daerah, kantor DPRD, dan kantor perangkat daerah yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.(2) Bangunan dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam wilayah calon daerah.(3) Lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimiliki pemerintah daerah dengan bukti kepemilikan yang sah.

Untuk Tata Cara pembentukan daerah dalam kewenangan pemerintahan daerah terdapat dalam pasal-pasal :

Pasal 16Tata cara pembentukan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) huruf a dilaksanakan sebagai berikut:a. Aspirasi sebagian besar masyarakat setempat dalam

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 12

Page 13: makalah pemekaran oke

bentuk Keputusan BPD untuk Desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk Kelurahan di wilayah yang menjadi calon cakupan wilayah kabupaten/kota yang akan dimekarkan.b. DPRD kabupaten/kota dapat memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam bentuk Keputusan DPRD berdasarkan aspirasi sebagian besar masyarakat setempat yang diwakili oleh BPD untuk desa atau nama lain dan Forum Komunikasi Kelurahan untuk kelurahan atau nama lain;c. Bupati/walikota memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam bentuk keputusan bupati/walikota berdasarkan hasil kajian daerah;d. Bupati/walikota mengusulkan pembentukan kabupaten/kota kepada gubernur untuk mendapatkan persetujuan dengan melampirkan:1. dokumen aspirasi

masyarakat di calon kabupaten/kota;

2. hasil kajian daerah;3. peta wilayah calon

kabupaten/kota; dan4. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan keputusan bupati/ walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dan huruf b.

e. Gubernur memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan kabupaten/kota berdasarkan evaluasi terhadap kajian daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf c;f. Gubernur menyampaikan usulan pembentukan calon kabupaten/kota kepada DPRD provinsi;g. DPRD provinsi memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan kabupaten/kota; danh. Dalam hal gubernur menyetujui usulan pembentukan kabupaten/kota, gubernur mengusulkan pembentukan kabupaten/kota kepada Presiden melalui Menteri dengan melampirkan:1. Dokumen aspirasi

masyarakat di calon kabupaten/kota;

2. Hasil kajian daerah;3. Peta wilayah calon

kabupaten/kota;4. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan keputusan bupati/ walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dan huruf b; dan5. Keputusan DPRD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c dan keputusan gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d.

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 13

Page 14: makalah pemekaran oke

Selanjutnya untuk proses di tingkatan pemerintah pusat adalah sebagai berikut :

Pasal 18(1) Menteri melakukan penelitian terhadap usulan pembentukan provinsi atau kabupaten/kota.(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim yang dibentuk Menteri.(3) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri menyampaikan rekomendasi usulan pembentukan daerah kepada DPOD.Pasal 19(1) Berdasarkan rekomendasi usulan pembentukan daerah, Menteri meminta tanggapan tertulis para Anggota DPOD pada sidang DPOD.(2) Dalam hal DPOD memandang perlu dilakukan klarifikasi dan penelitian kembali terhadap usulan pembentukan daerah, DPOD menugaskan Tim Teknis DPOD untuk melakukan klarifikasi dan penelitian.(3) Berdasarkan hasil klarifikasi dan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), DPOD bersidang untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden mengenai usulan pembentukan daerah.Pasal 20(1) Menteri menyampaikan usulan pembentukan

suatu daerah kepada Presiden berdasarkan saran dan pertimbangan DPOD.(2) Dalam hal Presiden menyetujui usulan pembentukan daerah, Menteri menyiapkan rancangan undang-undang tentang pembentukan daerah.Pasal 21(1) Setelah Undang-undang pembentukan daerah diundangkan, Pemerintah melaksanakan peresmian daerah dan melantik penjabat kepala daerah.(2) Peresmian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak diundangkannya undang-undang tentang pembentukan daerah.

Untuk permasalah pendanaan sehubungan dengan adanya pemekaran daerah baru, dijabarkan lebih jauh dalam uraian bab V11 tentang Pendanaan, yaitu :

Pasal 26(1) Dana yang diperlukan dalam rangka pembentukan provinsi dibebankan pada APBD provinsi induk dan APBD kabupaten/kota yang menjadi cakupan calon provinsi.(2) Dana yang diperlukan dalam rangka pembentukan kabupaten/kota dibebankan pada APBD

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 14

Page 15: makalah pemekaran oke

kabupaten/kota induk dan APBD provinsi.(3) Dana yang diperlukan dalam rangka penghapusan

dan penggabungan daerah dibebankan pada APBN.

Dari gambaran di atas terlihat bahwa proses dan tata cara serta

persyaratan pembentukan daerah baru akan melalui jalan yang panjang.

Secara sederhana dapat digambarkan dalam tiga tingkat kewenangan

gambar 2 sebagai berkut :

Gambar 3PROSES PENGUSULAN PEMEKARAN

                                                               

Daerah       Kewenangan     Kewenangan       Kewenangan

persiapan        kabupaten induk         propinsi      

pemerintah pusat  

                                                                                                                              

 Penjaring-an                                                      

 Aspi-rasi                                                        

                                                               

 Pemben-tukan        

Pengesah-an oleh          

Pengesah-an oleh                    

 

Tim Teknis      

DPRD dan Bupati    

DPRD dan Gubernur  

  

Persentasi oleh daerah

                                            persiapan &  

 

PengkaJian      

Pengajuan Usulan    

Pengajuan Usulan      

daerah induk      

 Kelaya-kan          

Ke pro- pinsi            

ke pemerintah pusat                  

                                                               

 

Lo-By &                                                          

 Dialog Politik                                                      

                                                               

Meskipun proses pemekaran

adalah suatu yang terjadi dari

bawah (bottom up), namun dalam

prakteknya lebih banyak diinisiasi

oleh elit-elit local saja bahkan

dalam contoh contoh tertentu

inisiatif dan persetujuan dari

pemerintah pusat justru

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 15

Page 16: makalah pemekaran oke

mendahului dari rekomendasi dari

pemerintah induk, seperti halnya

terbentuk propinsi Kepulauan Riau.

Pada tahap awal masyarakat luas

(public) dimobilisasi dalam ruang-

ruang yang terbatas seperti forum

seminar dan lokakarya atau forum

sosialisasi. Lobby dan dialog politik

dalam sekala yang lebih luas

menjadi hal yang sangat penting

dalam proses selanjutnya untuk

menyamakan persepsi dan

pemikiran masyarakat luas dalam

satu tujuan perlunya sebuah

pemekaran. Disamping

kepentingan penguatan

pemahaman dan usulan

pemekaran, hal ini sangat penting

dilakukan karena apabila publik

terlibat hanya dalam ruang yang

terbatas, maka diprediksi

akuntabilitas dari kinerja

pemerintahan daerah baru yang

terbentuk juga akan rendah.

Dari sisi kewenangan

pemerintah pusat, proses

pembahasan pemekaran wilayah

yang datang dari berbagai daerah

melalui dua tahapan besar yaitu

proses teknokratis (kajian

kelayakan teknis dan

administratif), serta proses politik

karena selain harus memenuhi

persyaratan teknokratis yang telah

diatur dalam UU dan Peraturan

Pemerintah, proposal pemekaran

harus didukung secara politis oleh

DPR. Oleh karena itu, dalam rangka

memahami proses kebijakan

pemekaran, perlu digambarkan

bagaimana pemerintah nasional

meloloskan usulan pemekaran

daerah otonom.

Prosedur pembahasan ditingkat pusat untuk “meluluskan atau tidak

meluluskan” proposal pembentukan daerah otonom baru secara teknokratis

dapat digambarkan sebagai berikut:

GAMBAR 4  PROSEDUR PENGESAHAN PEMEKARAN DI TINGKAT PUSAT

                                                                                                          

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 16?

proses berhenti

RUU

ProKontra

Cakupan wilayah yg tdk

enclave

sudah diselesaikan

sudah diselesaikan

ada kontra

Tim Independen

DPOD

SidangDPOD

Page 17: makalah pemekaran oke

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

Mencermati kenyataan

banyaknya daerah baru yang

terbentuk sampai saat ini

adakalanya proses yang terjadi di

tingkat pemerintah pusat relatif

mudah dan terkesan terjadi

kompromi seperti :

1. Proses teknokratis yang

fleksible, seperti:

a. kriteria kelayakan pemekaran

yang mudah dipenuhi bahkan

dimanipulasi (seperti kriteria

jumlah penduduk yang tidak wajib

karena diakumulasikan dengan

indikator yang lain), maupun

standar nilai minimum kelulusan

yang dapat dirasionalisasi menurut

versi daerah;

b. studi kelayakan yang dilakukan

oleh pihak ketiga yang cenderung

mendukung dan memaksa

terjadinya pemekaran wilayah;

c. adanya formulir isian

kelengkapan data calon daerah

otonomi baru yang membuka

peluang bagi para pihak yang

terlibat untuk melakukan

manipulasi data dan informasi yang

dibutuhkan bagi pemekaran

wilayah.

2. Proses politik yang cenderung

anarkis (Pratikno, 2007):

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 17

Page 18: makalah pemekaran oke

Dalam implementasinya, proses pemekaran wilayah dapat dilakukan

melalui dua pintu masuk, yaitu lewat lembaga politik (DPR) sebagai usul

inisiatif DPR, (seperti sejarah pembentukan Propinsi Kepulauan Riau) dan

melalui institusi pemerintah (DPOD Depdagri). Argumen-argumen politik

tidak menutup kemungkinan memiliki posisi tawar yang lebih kuat

dibandingkan dengan eksekutif dalam hal penolakan maupun persetujuan

terhadap proposal pemekaran daerah.

--------000-------

Referensi

R. Effendy, Arif. Proses Pemekaran Wilayah di Propinsi NTB Studi Kasus Kota Bima, DRSP 2008R. Effendy, Arif. Pengalaman Proses Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat, DRSP. 2008DRSP, Naskah Akademik Pembentukan Daerah, 2007Pratikno, Usulan Perubahan Kebijaksanaan Penataan Daerah (Pemekaran dan Penggabungan Daerah), DRSP 2007Diamar, Son, Pembentukan Daerah dan Kawasan KhususUndang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 18

Page 19: makalah pemekaran oke

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan DaerahPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2000 Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan DaerahPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan DaerahHarian Kompas, 15 September 2007www.analisadaily.commodified: 17/2/08Source: Suara Pembaruanhttp://www.lan.go.id/pkkod/index.php?mod=6&d=62http://www.inilahjabar.com/read/detail/666411/dpr-tak-benar-pemekaran-daerah-gagalhttp://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.comhttp://www.kabarindonesia.comhttp://beritasore.com/2008/10/29/dpr-setuju-pembentukan-12-kabupatenkota-baru/ http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/10/29/brk,20081029-142906,id.html http://www.kontan.co.id/index.php/Nasional/news/2900/Daerah_Kian_Berkembang__12_Kabupaten_Berdiri_ http://dendisetiawan.wordpress.com/2008/07/08/evaluasi-pemekaran-daerah-di-ndonesia-by-dendi-setiawan-mahasiswa-administrasi-negara-fisip-universitas-andalas/

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011) Page 19