pemberdayaan masyarakat di wilayah perbatasan …

1

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI WILAYAH PERBATASAN MELALUI LEMBAGA KEUANGAN

SYARI’AH NON BANK ; Sebuah Upaya Membumikan Ekonomi Islam

Oleh:

Dr. H. Najamuddin, Lc., MA Hj. Mardianah, Lc

��م��ل��خ��ص

��ي �ح��د�� و�ي �ح�م��ص

�ع�� م�ي �ل ��ل�ح��ص�و ��ي��ي �ه�و ا ��ود �ل�ح��د

� ��لم��ط��ي��ي ا ��ي ا ر��ي��ي ��ل��ش ��ي��ي ا د ��ي�ي��صل� �ل�ا

� �ي ا ��سل� را ��ل��د ��ي��ط�و�ير ا

د ��ي�ي��صل� �ل�ا� ا �

ر��ي��ص��لصيل�أ ا ��ي �لم�ح��ي ا

ع�ي�م� �لم�� ا �

�ك��يص��و�ي�م�� ،MEA 2016 ��ي �ح� �م�وا ��ي �و�م ��لصي ا �لم��ي

� ��ل� ا د ��ي�ي��صل� �ل�ا� ا

��ير �ع� �لصي��ي

� ��لمل� ا �ي ��لم�وأ��س��سل� ا ��و��ل��ص� ��ي��ي��ط، �مصي��ي ��س�ل�ا أ�ل�ا� ا �لصي��ي

� ��لمل� ا �ي ��لم�وأ��س��سل� ��وا �ك�و��ي

��ل�ح�� ا ��ص� �ل��ي��ص ��و ،

ر��ي��ي��ل��ش ا

��كي�د �ع��ل�ي �ل �ل�� ع، �ي� �لم�ح� ا ��ي �ل

��س�ه�و ��ور��ل� ��ود

��ع��لصي��ي� ا ��

�ل�اأ� ،

ع�ي�م� �لم�� ا �ح�ي��ط

�ي ��ي��ي ا �ك�و��س��ط � ا �ل

��و �م�يس�ل� ��ي صي��ي

��لم��ر�� ا

�ي �ع�د ��ي �م��سل� �ل��ي��ص �ي � ��ر��ا�كل� �ل ا

� ��لمصشل� �ل ا ص�ي �مص�ش�ل. ��و�ع�� س��ل�اأ

� �و�� ا��لم��س�ي ��ك�ي�ل ��ص� ا

أ��ل� �ه�و ا �م �� صيل�

��ل��ي �ك��ير� ��وار�ا

��ل��ي ��ي�� ا ��و�لي��ل� ��

�ح�و�ل�ي�ل ��و �ي

أر��ي ا

�ش�مل��س��ي �ل�ا

� صي��ي ا �ح� صيل� �ل� اأ�حصي��ي �ل ��ص� ��ل� ��يص�� لم��س�ي �� ا اأ ر

��ل�� و�� ا ��ي��ط ��د �لم��ي��م��ح��ي �� ي �ع�� ا�� و �لي��

أ��ي ا �ي ��

�� ا

�و�ليصي��ي ��ي �م�وأ��س��س��ي ��لصي �ل ��وا

� ��لمل� ، ��و��ي�ي ا �و�ليصي��ي��لصي �ل ��وا

� ��لمل� ��ي�ي ا��ي �ح�

�ي ر��ي��ي �م�م�ل� �ح��لل�ي �ي ا ��لم�وأ��س��سل� ء ا ل� س� �ل��

��و��ل��ي � ��ي �م�حل� �ي ��ر��ا�كل� ا

�ل � ��لمل� ��ي�ي ا ��ل��ك ر��، ��و��ل��د�

��ل�اأ

� �مصي��ي ا ��س�ل�ا أ�ل�ا� �لصي��ي ا

� ��لمل� �ي ا ��لم�وأ��س��سل� اعر��ي �م� ر �م��يل�

�ا�ك��ش�ل�اأ

� ��ي ا �مصي��ي �ا�كل� ��س�ل�ا اأ �لصي��ي

� ��ل�

��ود. �ل�ح��د� ��ي �م��ط��ي��ي ا ��لمصي�و��س��ط��ي ��وا

��ير�ي�� صي��ي ا �ح� صيل� �ل� اأ �ل ��ي��ط�و�ير ��

أ�ل ��ص� ا �ل�ي �و�ليصي��ي �ه�و ��ل ��د

��لصي ��وا

A. PENDAHULUAN

Sistem perekonomian yang berbasis syariah ini telah membuktikan peranannya dan mampu bertahan ditengah badai dan pusaran krisis. Sebagai contoh ketika belahan Negara timur tengah mulai dilanda sebuah krisis ekonomi

04_SYARI'AH VOLUME III, NOMOR 2,OKTOBER 2015.indd 1 20/04/2016 11:02:09

JURNAL SYARI'AH2Vol. III, No. 2, Oktober 2015

ternyata lembaga-lembaga keuangan syari’ah yang tetap stabil, sehingga banyak pengamat ekonomi barat berkiblat ke sistem ekonomi syariah untuk mengatasi sebuah krisis yang berkepanjangan, ini terbukti diawal pemerintahan presiden Barak Obama pada tahun 2009-2010 ternyata keuangan negara Amerika Serikat mulai dilanda krisis, maka persiden Obama mengambil sebuah kebijakan untuk mengirim para pakar ekonom untuk pergi mempelajari sistem ekonomi Islam yang ada di Kuwait, Mesir dan Saudi Arabiah.

Ekonomi syariah merupakan sebuah tawaran alternatif dalam pemberdayaan masyarakat1 di wilayah perbatasan dilihat dari satu sisi bahwa penduduk masyarakat Asean 60% beragama Islam, dan produk-produk yang ditawarkan bisa juga dinikmati oleh non Islam, karena konsep keadilan dan keseimbangan yang selalu diutamakan. Permberdayaan salah satu tanggungjawab utama pemerintah dan ummat Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat karena Nabi SAW bersabda; “Kemiskinan itu lebih dekat kepada kekufuran”2. Pengalaman penulis ketika berkunjung di daerah perbatasan wilayah Sudan dan Eretria, ternyata penduduknya mayoritas Bergama Islam, tetapi apa yang terjadi ketika dilanda sebuah krisis pangan, seoalah-olah agama Islam tidak bisa membutuhi kebutuhan hidupnya, akhirnya mereka dihadapkan dengan berbagai bantuan dari Negara-negara yang notabenenya no Islam, bahkan mereka mampu menjual agama demi untuk bertahan hidup, maka tidak heran lagi jika

1 Pemberdayaan dalam bentuk bantuan modal, pengembangan prasarana, pendampingan, penguatan kelembagaan dan penguatan kemitra usahaan.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: كاد الفقر أن يكون كفراً 2Lihat di : Manawy, Faidh al-Qadir, Maktabah Syamilah, Juz. IV, h. 709


Dr. H. Najamuddin, Lc., M.A. & Hj. Mardianah, Lc3

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI WILAYAH PERBATASAN ...

seorang non muslim berani mengatakan bahwa kekakayaan/uang adalah dewa penyelamat.

Wilayah perbatasan pada umunnya belum mendapat perhatian penuh, ini terbukti dari penanganan perbatasan oleh pemerintah pusat maupun daerah masih bersifat sektoral, pembinaan masyarakat perbatasan termarjinalkan dan perbatasan wilayah antar negara belum seluruhnya ditetapkan, karena selama ini hanya mengandalkan kekuatan tanpa memikirkan kekuatan yang melekat dalam arti pemberdayaan masyarakat yang kokoh, sehingga bisa mandiri dalam menghadapi berbagai aspek, seperti dalam menghadapi persaingan pasar global Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), banyak pakar melihat bahwa Negara Indonesia belum siap untuk menghadapi MEA ini, tidak bisa dipungkiri bahwa tumpuan utama pasar global MEA ini adalah wilayah perbatasan, sebagai contoh yang ada di Propinsi Riau ada empat kabupaten yang menjadi wilayah perbatasan dengan Negara tetangga (Inhil, Rohil, Bengkalis dan Dumai).

Setelah penulis mempelajari beberapa sistem perbedayaan masyarakat yang pernah dilaksanakan atau akan ditawarkan oleh pemerintah, oraganisasi dan ormas-oramas, tetapi belum seuntuhnya dapat berjalan lancar sesuai dengan apa yang diinginkan. Bangsa Indonesia tidak bisa melupakan sejarah berdarah bahwa yang memperjuakan negara ini tidak terlepas dari perjuangan para ulama atau santri-santri, maka dalam hal ini, ketika menarik benang merah dari hasil perjuangan bangsa Indonesia dan sesuai dengan isi pembukaan UUD 1945 “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.



Dapat dipahami bahwa Negara Indonesia merdeka dengan rahmat allah SWT, berarti setelah mendapatkan rahmat kemerdekaan, maka tugas selanjutnya adalah menjaga rahmat tersebut dengan menerapkan hukum Allah di bumi Indonesia, salahsatunya bagaimana bisa membumikan ekonomi Islam, baik dari skala perberdayaan maupun pembangunan.

Menimbang dan mengingat berbagai keterbatasan baik sisi demografis maupun dari berbagai sisi lainnya terhadap pembangunan di daerah wilayah perbatasan, penggunaan kata ekonomi Islam masih terbilang langka, dalam arti pembetukan kelompok ekonomi Islam untuk meningkatkan pemberdayaan ummat, padahal kenapa tidak, mayoritas penduduk yang tinggal diwilayah perbatasan beragama Islam. Maka dari itu penulis mencoba menawarkan sebuah gagasan baru yaitu membumikan ekonomi Islam dalam bentuk lembaga non bank (Mengoptimalkan perberdayaan zakat produktif, menghidupkan kembali Baitul Maal dan Koperasi).

B. PEMBAHASAN

a. Bembumikan Ekonomi Syariah

Perkembangan kajian ekonomi Syari’ah di Indonesia semakin bergairah dan tertantang di dunia perekonomian masa kini, akan tetapi masyarakat masih pekat terhadap semua ini. Mengapa demikian? Karena kelemahan seorang cendikiawan atau pakar ekonom Islam tidak pernah memperkenalkan lebih jauh tentang produk-produk syariah, atau lembaga-lembaga keuangan syariah non bank, akan tetapi yang selalu dikedepankan adalah masalah perbedaan antara ekonomi kapitalis dengan ekonomi Islam akhirnya muncul




imeg ditengah-tengah masyarakat bahwa yang membedakan keuangan syariah dengan keuangan konvesional hanya dilihat dari sudut pandang hukum halal haramnya “Riba”.

Dari berbagai difinisi ekonomi syariah yang pernah penulis baca bahwa ekonomi syariah bukan hanya merupakan praktek kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh invidu dan kumunitas muslim yang ada, namun juga merupakan perwujudan cara memandang permasalahan ekonomi, menganalisis dan mengajukan altenatif solusi atas berbagai permasalahan ekonomi. Ekonomi Syariah merupakan konsekuensi logis dari implementasi ajaran Islam secara kaffah dalam aspek ekonomi, Oleh karena itu, perekonomian Islam merupakan suatu tatanan perekonomian yang dibangun atas dasar nilai-nilai Islam yang diharapkan, yang belum tentu tercermin pada perilaku masyarakat muslim yang ada pada saat ini3.

Mengapa teori Islam selama ini hampir terlupakan? Abdul Mannan menyatakan bahwa para praktisi menganggap teori ekonomi Islam itu tidak modern, yaitu tidak dapat menguji dan menjawab masalah-masalah kontemporer. Itu terbukti bahwa sosio-ekonomi masyarakat muslim kontemporer hari ini4.

Padahal sejarah telah membuktikan bahwa larangan riba disertai perintah pembayaran zakat dalam Islam telah memberi pengaruh besar terhadap perkembangan teori ekonomi mengenai uang dan keuangan Negara. Bahkan teori ekonomi Islam lebih luas lagi daripada itu. Setiap individu diberi kebebasan melakukan berbagai aktivitas ekonomi sejauh

3 P3EI UII Yogyakarta, Ekonomi Islam, (Rajawali Press, Jakarta, 2011), h. 19 4 M. Mannan, Islamc Economic; Theory and Practice,( Idarah Adabiat, Delhi, 1986),

h.13



masih selaras dengan ketentuan syariat Islam. Islam melarang riba kerena riba tidak akan menciptakan keadilan. Kewajiban berzakat akan menciptakan kesejahteraan sosial yang akan memperkecil jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin. Ini berarti Islam sangat memperhatikan masalah etika dalam perilaku ekonomi, kerena tanpa etika (akhlak mahmudah), teori ekonomi apapun yang digunakan akan sulit mewujudkan pemerataan dan kesejahteraan seperti yang ada pada konsep ekonomi liberal, sosialis dan pembangunan5.

Menurut Agustianto Dalam pembumian ekonomi syariah perlu diperhatikan beberapa hal berikut. Pertama, peranan pemerintah menjadi penting, tidak saja dari segi regulasi dan legal formal, tetapi juga keberpihakan yang riil kepada lembaga perbankan dan keuangan syari’ah dalam kebijakan ekonomi dan pembangunan, seperti suntikan modal, pembiayaan proyek pembangunan, tabungan dan setoran haji, pendirian Asuransi dan Bank BUMN Syariah, dsb. Kedua, Harus diakui bahwa, pembumian ekonomi syariah, tidak hanya bisa bergantung pada lembaga keuangan syariah itu sendiri, tidak juga hanya bergantung pada peran pakar seperti IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam), tetapi semua steakholder harus bekerjasama dan bersinergi secara solid, sistematis dan terencana baik pemerintah (Depkeu, BI, Departemen terkait), ulama, parlemen (DPR/DPRD), perguruan tinggi, pengusaha (hartawan muslim), ormas Islam dan masyarakat Islam pada umumnya. Mereka harus bersinergi melakukan berbagai upaya terobosan untuk mempercepat perkembangan ekonomi. Ketiga, Sosialisasi dan edukasi masyarakat tentang

5 Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah di Indonesia dalam perspektif Fikih Ekonomi, (Fajar Media Press, Yogyakarta, 2012), h. 3




ekonomi syariah harus terus-menerus dilakukan, karena tingkat pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang ekonomi syariah masih sangat rendah. Disinilah peran strategis Indonesia Syariah Expo (ISE) yang digelar oleh Masyarakat Ekonomi Syariah bersama elemen-elemen Ekonomi Syariah lainnya, seperti DSN, IAEI, PKES dan ASBISINDO6.

b. Pemberyaan Masyarakat Melalui Keuangan Syariah Non Bank

Kawasan perbatasan Propinsi Riau sebenarnya punya banyak kekuatan dalam mengembangkan pemberdayaan ekonomi terutama ekonomi syariah, kerena mempunyai kekayaan alam tersendiri dan sumber daya manusia yang besar secara kuantitas, penduduk daerah perbatasan beagama Islam yang kental dengan ”arab melayu” yang merupakan tanda bahwa mayaroritas penduduknya beragama Islam. Jadi kekuatan ekonomi yang berbasis syariah dalam dekade ini menopang pereokonomian Indonesia.

Pemberdayaan ekonomi Umat adalah suatu kewajiban syariah dan Ibadah seorang muslim dalam merealisasikan kesajahteraan dan meningkatkan tinggi penghidupan ummat. Penulis disini akan memberikan beberapa dua sample pemberdayaan ekonomi syariah yaitu: pemberdayaan zakat produktif, dan pemberdayaan BMT.

1) Pemberdayaan dengan Zakat Produktif

Zakat adalah lembaga pertama yang dikenal dalam sejarah yang mampu menjamin kehidupan masyarakat.

6 http:/ www.agustiantocentre.com. Diakses, 25 Nopember 2015



Jaminan dalam masyarakat (asuransi) di Barat belum dikenal sebelumnya, dan baru dikenalkan oleh kapitalisme pada tahun 1941, dimana ditandatanganinya perjanjian Atlanta antara Inggris dan Amerika dalam kewajiban untuk merealisasikan jaminan kehidupan bermasyarakat bagi setiap individu. Sedangkan jaminan kedidupan bermasyarakat di dunia Islam pada saat itu sudah diterapkan sebagai aturan kehidupan bermasyarakat. Bahkan, sejak munculnya ajaran Islam “Zakat” sudah menjadi rukun ketiga dari agama Islam yang ke lima, dan menjadi landasan dasar ajaran Islam7.

Membumikan permberdayaan zakat merupakan tanggungjawab sekaligus kewajiban bagi pemerintah. Bukti yang jelas bahwa zakat harus dikumpulkan oleh negara, adalah surat At-Taubah ayat 608 dimana al-Qur’an telah menjelaskan porsi-porsi dari hasil zakat yang harus dibagikan oleh amilin. Setiap 2,5 % (minimalnya) dari harta yang dimiliki setiap orang mampu (kaya) wajib dikeluarkan kepada yang membutuhkan, karena di 2,5 % itu bukan hak dari si pemilik harta9. Harta tersebut merupakan hak bagi masyarakat yang

7 Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan,( Zikrul Hakim, Jakarta, 2005), h.53

8

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu›allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

9 Praktek ini sudah dimulai dikembangkan diwilayah perbatasan seperti dikabupaten Indragiri Hilir dengan ketentuan bahwa bagi PNS wajib mengeluarkan “Zakat Profesi” yang mempunyai penghasilan Rp. 3.178.000 dengan potongan 2,5%.

$yϑ̄ΡÎ)àM≈ s%y‰¢Á9 $#Ï™!# t s) à ù=Ï9È⎦⎫Å3≈ |¡yϑø9 $# uρt⎦, Î#Ïϑ≈ yèø9 $# uρ$pκ ö n=tæÏπ x ©9 xσ ßϑø9 $# uρöΝ åκæ5θè=è%†ÎûuρÉ>$s%Ìh9 $#t⎦⎫ÏΒÌ≈ tóø9 $# uρ

†ÎûuρÈ≅‹ Î6 y™«!$#È⎦ø⌠ $# uρÈ≅‹ Î6 ¡¡9 $#(Zπ ŸÒƒ Ìsùš∅ÏiΒ«!$#3ª!$# uρíΟŠ Î=tæÒΟ‹Å6 ym) : 60التوبة(




membutuhkan. Zakat tersebut bisa merupakan zakat yang dapat dikonsumsi langsung (Zakat Konsumtif) maupun Zakat yang tidak berhenti di konsumsi, tetapi justru Zakat yang berbentuk investasi dan terus diproduksi (Zakat Produktif). Yaitu berupa pendidikan bagi anak yang kurang mampu, penyuluhan-penyuluhan di daerah perbatasan, pemberian modal usaha makro bagi si penerima zakat.

Islam telah mensyari’atkan Zakat bagi umatnya yang mampu untuk dilaksanakan. Faktanya, zakat sangat berperan bagi pembangunan ekonomi masyarakat modern ini. Disamping itu pula, zakat sangat berperan terhadap distribusi kesejahteraan masyarakat10. Ini telah terbukti dibeberapa negera Timur Tengah seperti di Mesir ”Universitas Al Az-Azhar Syarif” dengan pengelolaan zakat produktif yang baik mampu memberikan beasiswa kepada mahasiswa dan yang lebih hebatnya lagi, bahkan negara meminjam uang dari Al Azhar, begitu halnya yang di Kuwait, Sudan dan Negara tentangga Brunei dan Malaisya yang tidak ketinggalan dengan sistem pengelolaan zakatnya yang benar dinikmati penduduknya dan ummat Islam terutama bagi para pelajar yang datang dari berbagai negara.

Ditinjau dari fungsinya, Zakat memiliki 2 peran yang sangat penting :

a. Zakat berfungsi untuk mengurangi tingkat pendapatan yang siap dikonsumsi oleh segmen orang kaya (muzakky). Oleh karena itu, pengimplementasian zakat diharapkan akan mampu mengerem tingkat

10 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UII Yogyakarta, Ekonomi Islam, (PT Rajawali Pers,Jakarta, 2009,) h. 404



konsumsinya orang kaya sehingga kurva permintaan segmen kaya tidak terlalu meningkat terlalu tajam. Hal ini pada akhirnya akan memiliki dampak positif, yaitu menurunnya dampak atas peningkatan harga-harga komoditas.

b. Zakat berfungsi sebagai media transfer pendapatan sehingga mampu meningkatkan daya beli orang miskin. Dalam hal ini diharapkan dengan menerima zakat, maka segmen miskin akan meningkatkan daya belinya sehingga mampu berinteraksi dengan segmen kaya11.

Selain pendistribusian zakat secara kumsuntif dapat juga digunakan model pendistribusian secara produktif yaitu memberikan uang zakat kepada fakir miskin dalam bentuk modal usaha, atau berbentuk alat-alat usaha yang dapat digunakan sebagai sumber mata pencaharian mereka, akan tetapi pola pendistribusian zakat produktif harus diatur sedemikina rupa sehingga jangan sampai sasaran dari program ini tidak tercapai. Beberapa langkah yang harus dilalui:

1. Forecasting yaitu meramalkan, memproyeksi dan mengadakan taksiran sebelum pemeberian zakat tersebut.

2. Planning, yaitu merumuskan dan merencanakan suatu tindakan tentang apa saja yang akan dilaksanakan untuk tercapainya program, seperti penentuan orang-orang yang akan mendapat zakat produktif dan menentukan tujuan yang ingin dicapai dll.

11 Ibid, H. 405




3. Organising dan leading, yaitu mengumpulkan berbagai element yang akan membawa kesuksesan program termasuk di dalamnya membuat peraturan yang baku yang harus ditaati.

4. Controling yaitu pengawasan terhadap jalannya program sehingga jika ada sesuatu yang tidak beres atau menyimpang dari prosedur maka akan cepat terdeteksi12.

Zakat produktif dengan demikian adalah pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahiq tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus dan juga untuk bisa terealisasi dengan baik maka di butuhkan peran dari pemerintah dan lembaga pengelolah zakat. Yusuf Qardhawi berpendapat “pemerintah Islam boleh membangun pabrik-pabrik atau perusahan-perusahan dari uang zakat yang pemilikan dan keuntungan untuk kepentingan fakir miskin untuk jaminan hidup mereka sepanjang masa”. Didin Hafidhudin mengemukakan bahwa bagi para pedagang yang sudah mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya pun boleh diberi pinjaman yang harus dikembalikan tanpa bunga dari dana zakat, apabila mereka membutuhkan dana tambahan atau mengembangkan usahannya.

12 Anton Ath-Thoilah, Manajemen Fakultas Syariah IAIN, Bandung, 1994, H. 44



Memperhatikan peran pemerintah terhadap rakyatnya. Memberi kesempatan bekerja dan mengikutkan mereka dalam proses produktif. Lembaga zakat dapat membantu tugas tersebut, karena zakat memiliki fungsi sosial dan ekonomi yang jelas dan kuat dan dapat dipertanggungjawabkan. Kita harus berani merubah paradigma distribusi zakat dari konsumtif oriented kepada produktif oriented, agar kemiskinan lebih efektif bisa diberantas. Bila kebiasaan distribusi zakat yang konsumtif tetap dipertahankan, niscaya zakat tidak banyak pengaruhnya dalam mengentaskan kemiskinan, justru yang muncul ditengah masyarakat adalah kemiskinan struktural dan membuat ummat Islam menjadi pemalas.

2) Baitul Mal Wa Tamwil

Baitul mal wa tamwil ÈíÊ ÇáãÇá æÇáÊãæíáí yang bisa disebut koperasi adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat martabat dan serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi Baitul Tamwil (Bait = Rumah, At Tamwil = Pengembangan Harta). Jadi BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegitan ekonomi pengusaha bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan13.

13 Abdul, aziz dan Mariyah, ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer, (Alfabeta, Bandung, 2010), h. 115

Sejarah BMT ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan




Mencermati dari pengertian diatas bahwa keberadaan BMT dapat dipandang memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf (Ziswa), serta dapat pula berfungsi institusi yang bergerak di bidang investasi yang bersifat produktif sebagaimana layaknya bank. Pada fungsi kedua ini dapat dipahami bahwa selain berfungsi sebagai lembaga keuangan, BMT juga berfungsi sebgai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan BMT bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) yang memercayakan dananya disimpan di BMT dan menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT) yang diberikan pinjaman oleh BMT. Sedangkan sebagai lembaga ekonomi, BMT berhak melakukan kegiatan ekonomi, pemberdayaan masyarakat, mengelola kegiatan perdangangan, industry dan pertanian14.

Indonesia adalah negara berkembang yang jumlah pengusaha kecilnya mencapai 39.04 juta jiwa. Namun para pengusaha kecil tersebut tidak memiliki akses yang signifikan ke lembaga perbankan, sebagai lembaga permodalan. Lembaga-lembaga perbankan belum bisa menjangkau kebutuhan para pengusaha kecil, terutama di daerah wilayah perbatasan, melihat demografis wiyalah perbatasan sangat ketinggalan dan vakum terhadap pemberdayaan ekonomi, jika mau dibandingakan dengan wilayah kota, semua fasilitas didepan mata, tinggal masyarakatnya mau berkembang atau tidak.

berdasarkan syari’ah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih di berdayakan oleh ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK).

14 Andri Soemitra, Bank Lembaga keuangan Syariah, ( Kencana, Jakarta, 2010), h. 452



Lembaga ekonomi mikro ini pada awal pendiriannya memfokuskan diri untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya melalui pemberian pinjaman modal. Pemberian modal pinjaman sedapat mungkin dapat mendirikan ekonomi para peminjaman. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, BMT memainkan peran dan fungsinya dalam beberapa hal:15

1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat dan daerah kerjanya.

2. Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih professional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.

3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota. Setelah itu BMT dapat melakukan penggalangan dan mobilisasi atas potensi tersebut sehingga mampu melahirkan nilai tambah kepada anggota dan masyarakat sekitar.

4. Menjadi perantara keuangan antar agniyah sebagai shohibul maal dengan dhu’afah sebagai mudhorib, terutama untuk dana sosial. BMT dalam fungsi ini bertindak sebagai amil yang bertugas untuk menerima dana zakat, infaq, sadaqah, dan dana sosial dan kemudian disalurkan kembali kepada golongan yang membutuhkan.

15 Muhammad, Lembaga Ekonomi Syari’ah, (Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007 ),h. 60.




C. PENUTUP

Pemberdayaan masyarakat dalam arti sebuah upaya membumikan ekonomi Syariah diwilayah perbatasan, merupakaan tanggungjawab dan amanah bagi pemeluk agama Islam dalam meletakkan norma-norma hukum kemasyarakatan dan pemberdayaaan sesuai dengan syari’ah, apalagi yang notabenenya penduduk wilayah perbatasan mayoritas beragama Islam, jadi siapa yang meletakkan hukum Islam kalau tidak dimulai ditubuh Islam sendiri.

Pemberdayaan ummat dalam membumikan ekonomi syariah, tidak hanya bersumber dari pemerintah atau lembaga keuangan syariah, akan tetapi lembaga keuangan non bank banyak diakses ditengah-tengah masyarakat, karena proses dan perannya muda sekali dijangkau oleh masyarakat, bahkan sudah sering dilaksanakan, tinggal penekanannya yang kurang optimal. Sebagai contoh zakat, yang dipraktekkan yang bersifat konsumtif atau sistem menghabiskan dana ke mustahik saja, tanpa melihat kedepannya dalam hal investasi yaitu menghidupkan zakat produktif atau membangun usaha produktif sebagai tawaran pendirian BMT. BMT merupakan lembaga keuangan Syariah yang jumlahnya paling banyak dibandingkan lembaga-lembaga keuangan Syariah lainnya, jadi BMT adalah sulusi alternatif dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diwilayah perbatasan terutama di Riau.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul, aziz dan Mariyah, ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer Alfabeta, Bandung, 2010

Andri Soemitra, Bank Lembaga keuangan Syariah, Kencana, Jakarta, 2010

Anton Ath-Thoilah, Manajemen Fakultas Syariah IAIN, Bandung, 1994

http///www.agustiantocentre.com

M. Mannan, Islamc Economic; Theory and Practice, Idarah Adabiat, Delhi, 1986

Manawy, Faidh al-Qadir, Maktabah Syamilah, Juz. IV

Muhammad, Lembaga Ekonomi Syari’ah, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007

P3EI UII, Ekonomi Islam, Rajawali Press, Jakarta, 2011

P3EI, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UII Yogyakarta, Ekonomi Islam , PT Rajawali Pers, Jakarta, 2009

Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah di Indonesia dalam perspektif Fikih Ekonomi, Fajar Media Press, Yogyakarta, 2012

Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, Zikrul Hakim, Jakarta, 2005

Yusuf Qaradhawi, Hukum Zakat, Litera AntarNusa, Jakarta, 2011


pemberdayaan masyarakat di wilayah perbatasan …

Documents