pembangunan sumber daya manusia pada wilayah perbatasan …repository.umrah.ac.id/704/1/jurnal...
TRANSCRIPT
1
PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA WILAYAH
PERBATASAN KABUPATEN BINTAN
(Studi Pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Berakit Kabupaten
Bintan Tahun 2016)
Riandi Saragih, Kustiawan, Afrizal
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
A B S T R A K
Salah satu desa di Kabupaten Bintan yang termasuk wilayah perbatasan adalah
Desa Berakit. Permasalahan masih terjadi di daerah ini, yaitu desa berakit sebagai
daerah perbatasan, yaitu permasalahan masih lemahnya sumber daya manusia
yang ada di Desa ini. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa yang selanjutnya
disingkat LPMD adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa
masyarakat sebagai mitra pemerintah desa dalam menampung dan mewujudkan
aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan. LPMD mempunyai
tugas menyusun rencana pembangunan secara panisipatif, menggerakkan swadaya
gotong royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pembangunan Sumber Daya
Manusia Pada Wilayah Perbatasan Kabupaten Bintan yang dilakukan oleh
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Berakit Kabupaten Bintan Tahun 2016.
Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian ini informan berjumlah 5 orang. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian Pembangunan Sumber Daya Manusia Pada
Wilayah Perbatasan Kabupaten Bintan Pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa Berakit Kabupaten Bintan Tahun 2016 belum berjalan dengan baik karena
kepribadian atau sikap dari masyarakat sendiri yang belum mendukung
pembangunan, tidak semua mampu memanfaatkan apa yang telah ada di Desa
Berakit, kepribadian masyarakat di Desa Berakit yang dilihat dari sikap dan
perilaku terhadap pembangunan sumber daya manusia masih sangat kurang, hal
ini sejalan dengan pemikiran masyarakat perbatasan yang masih belum mampu
menerima perubahan
Kata Kunci : Pembangunan, Sumber Daya Manusia, Wilayah Perbatasan
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan pembangunan kawasan perbatasan wilayah Indonesia
sangat jauh dari harapan yang diinginkan oleh bangsa Indonesia. Hal ini dilihat
dari realita yang kita saksikan hari ini betapa pembangunan diwilayah perbatasan
sangat berbeda dengan pembangunan diwiiayah tidak berbatasan dengan Negara
tetangga. Hal ini sangat ironis sekali jika dilihat dari negara lain yang sangat
memperhatikan pembangunan wilayah perbatasan, karena kawasan perbatasan
merupakan daerah yang sangat rawan terjadinya konflik perbatasan maka
pembangunan segala bidang didaerah tersebut sangat menjadi perhatian utama
oleh pemerintah Indonesia. (Afrizal: 2013 : 354)
Pengertian kawasan perbatasan negara menurut UU 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang dan PP 26 tahun 2008 ten tang Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional adalah wilayah kabupaten/kota yang secara geografis
dan demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut Iepas.
Sedangkan menurut UU 43 tahun 2008 tentang Tentang Wilayah Negara,
kawasan perbatasan negara adalah bagian dari wilayah negara yang terletak pada
sisi dalam batas wilayah Indonesia dengan negara lain. Dalam hal batas wilayah
negara di darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan yang berhadapan
langsung dengan negara tetangga
Dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah desa-desa perbatasan
agar dapat serasi dengan kondisi desa perlu dilihat potensi desa yang ada. Potensi
desa adalah sumber-sumber alami dan sumber-sumber manusiawi yang dapat
3
dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup masyarakat desa setempat. Potensi desa
tersebut dapat dibedakan dalam potensi fisik dan non fisik. Pembangunan suatu
bangsa memerlukan aspek pokok yang disebut dengan sumber daya (resources)
baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kedua sumber daya ini
sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan. Namun
untuk mendukung suatu pembangunan, SDM adalah yang terpenting.
Berdasarkan jumal Yeheskel (2014) menjelaskan bahwa keterbelakangan
daerah perbatasan memang masih belum mendapat perhatian yang cukup serius
dari pemerintah. Hal ini tercermin dari kebijakan pembangunan yang kurang
memperhatikan daerah perbatasan dan lebih mengarah kepada daerah-daerah
padat penduduk, aksesnya mudah dan potensial, sedangkan kebijakan
pcmbanguan bagi dacrah-dareah terpencil, dan tertinggal masih belum di
prioritaskan sehingga pembanguan daerah perbatasan mempunyai banyak
permasalahan dalam berbagai bidang pembanguan di Indonesia, dimana
permasalahan pembangunan daerah perbatasan selama ini pada umumnya adalah
permasalahan politik, permasalahan ekonomi, idiologi, sosial budaya.
Untuk itu perlu dilakukan usaha memperkuat fungsi wilayah perbatasan
negara Republik Indonesia, melalui pembangunan sumber daya manusia, yang
dirasakan semakin mendesak kebutuhannya. Selain untuk mengevaluasi berbagai
unsur penting dari faktor indek pembangunan sumber daya manusia, social,
budaya dan perekonomian masyarakat yang di nilai sebagai faktor penunjang
penting dalam pengembangan daerah perbatasan, yang pada jangka panjang,
merupakan kebijakan untuk memperkuat dan memperkokoh kedaulatan negara.
4
Pembangunan SDM sangat berhubungan erat dengan kesejahtraan
masyarakat, setiap daerah-daerah baik dari tingkat kola sampai ke Desa
mempunyai program-program pembangunan SDM terhadap masyarakatnya.
Bintan merupakan salah satu daerah di Kepri yang strategis, karena memiliki satu
pulau yang berbatasan dengan negara tetangga. Posisi strategis ini dapat menjadi
ancaman bila masyarakat, khususnya pemuda tidak memiliki semangat
nasionalisme.
Pembangunan sumber daya manusia adalah suatu proses peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas dari semua penduduk suatu
masyarakat. Sumber Daya Manusia mengandung dua pengertian: Pertama,
Sumber Daya Manusia mengandung pengertian usaha keija atau jasa yangdapat
diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan
jasa. Sedangkan pengertian kedua dari Sumber Daya Manusia adalah menyangkut
manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.
Pembangunan sumber daya manusia sebagai upaya untuk memberikan
kesempatan seluas- luasnya pada penduduk untuk terlibalsecara aktif dalam
proses pembangunan.
Permasalahan utama yang dihadapi Kepulauan Riau adalah minimnya
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Tanpa SDM yang unggul, Kepri
tidak akan mampu bcrsaing dengan daerah lain. Sebagai wilayah kepulauan yang
berbatasan dengan negara asing. permasalahan perbatasan merupakan manifestasi
utama dalam menjaga kedaulatan. Perbatasan suatu negara mempunyai peranan
penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan dan pemanfaatan sumber
5
kekavaan alam.Salah satu desa yang ada di Kabupaten Bintan yang termasuk
dalam wilayah perbatasan adalah Desa Berakit yang berada di Bintan Utara, desa
ini berbatasan langsung dengan negara tetangga yakni Malaysia. Desa Berakit
Kecamatan Teluk sebong berada di wilayah administrasi Kabupaten Bintan
dengan luas wilayah 53,25 KM2 yang terdiri atas 2 Dusun, 4 RW dan 8 RT. Desa
Berakit Berbatasan dengan : Sebelah Utara yaitu Laut cina Selatan. Sebelah
selatan yaitu Desa Malang Rapat. Sebelah Barat yaitu Desa Pengudang. dan
sebelah timur berbatasan kembali dengan Laut Cina Selatan.
(http://berakit.kknkebangsaan.umrah.ac.id/).
Permasalahan masih terjadi di daerah ini, yaitu desa berakit sebagai
daerah perbatasan, yaitu permasalahan masih lemahnya sumber daya manusia
yang ada di Desa ini. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa yang selanjutnya
disingkat LPMD adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa
masyarakat sebagai mitra pemerintah desa dalam menampung dan mewujudkan
aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan. LPMD mempunyai
tugas menyusun rencana pembangunan secara panisipatif, menggerakkan
swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan
pembangunan.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) merupakan lembaga
mitra pemerintah desa dan Desa dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat. Terbentuknya
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) sesuai dengan lcebutuhan
dan prakarsa masyarakat. LPMD berkedudukan di Desa, dan merupakan lembaga
6
masyarakat yang bersifat lokal dan berdiri sendiri.
Jika dilihat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)
Berakit Tahun 2016-2021, ditemukan bahwa ada permasalahan bekaitan dengan
pembangunan sumber daya manusia khususnya pada pendidikan, yaitu sekitar 1,5
persen masih ada warga miskin yang tidak dapat menyekolahkan anaknya ke
jenjang lebih tinggi (minimal SMP) karena biaya pendidikan tidak terjangkau,
banyaknya pemuda kurang memiliki keterampilan, masih adanya bangunan
sarana prasarana pendidikan yang rusak, dan sekitar 40 perseN masyarakat usia
produktif belum memiliki pekerjaan tetap.
Potensi sumber daya manusia pedesaan diarahkan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip
berkelanjutan pembangunan di masa yang akan datang. Ketersediaan sumber daya
manusia juga mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap
pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
Tujuan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Sehubungan dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan
tersebut, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pembangunan Sumber Daya Manusia Pada Wilayah Perbatasan Kabupaten
Bintan yang dilakukan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Berakit
Kabupaten Bintan Tahun 2016
7
2. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Diharapkan dapat memberikan manfaat serta acuan bagi semua
pihak terhadap Pembangunan Sumber Daya Manusia Pada
Wilayah Perbatasan Kabupaten Bintan khususnya di Desa Berakit
Kabupaten Bintan.
b. Sebagai bahan refrensi bagi penelitian yang sama khususnya
bidang Ilmu Pemerintahan.
Kerangka Teori
1. Pembanguna Desa
Dalam teori pembangunan desa dijelaskan pembangunan merupakan
pemanfaatan hasil pembangunan fisik desa yaitu dengan membangun atau
memperbaiki prasarana jalan desa akan menciptakan atau memperbaiki
kehidupan masyarakat desa. Dengan adanya pembangunan prasarana jalam,
masyarakat dapat menggunakan jalan tersebut dengan berbagai kebutuhan yang
mereka perlukan.
Menurut Suparmoko (2002:201) menyatakan bahwa: “Pembangunan
masyarakat Desa adalah suatu proses dimana orang-orang disitu bersama-sama
dengan pejabat-pejabat Pemerintahan berusaha untuk memperbaiki keadaan
pcrekonomian sosial dan kebudayaan dalam masyarakat yang bersangkutan
mcngintegrasi masyarakat ini dalam kehidupan Bangsa dan Negara”.
Pembangunan masyarakat Desa meliputi dua unsur, yaitu ikut serta penduduk
sendiri dalam usaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan dengan inisiatif
8
mereka sendiri dibarengi dengan bantuan-bantuan teknik serta lain-lain bantuan
sedemikian rupa sehingga memajukan inisiatif mereka sendiri dan saling
mcmbantu.
Ndraha (2005:9) mengatakan bahwa: “Pembangunan Desa adalah proses
dengan mana usaha-usaha masyarakat Desa yang bersangkutan dipadukan dengan
usaha-usaha pemerintah, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
mengintegrasikan kehidupan masyarakat Desa ke dalam kehidupan bangsa yang
memungkinkan mereka untuk memberikan sumbangan sepenuhnya kepada
pembangunan nasional”.
Konsep pembangunan desa terpadu juga dapat memberikan penampakan
dilihat dari berbagi dimensi. Pembangunan desa terpadu dapat dilihat sebagai
suatu metode, proses, karena pcndekatan ini merupakan salah satu cara untuk
melaksakan pembangunan desa dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat
dan mengaitkan seluruh aspek kehidupan. Sebagai suatu proses, karena
pendekatan ini mencoba mentransformasikan kehidupan masyakat desa dengan
berorientasi tradisional menuju suatu kehidupan yang lebih berorientasi pada
perkembangan ilmu pcngetahuan dan teknologi dalam setiap aspek kehidupan
masyarakatnya. Sebagai sasaran, karena suatu peningkatan kualitas hidup yang
lebih baik, peluang yang semakin terbuka utnuk mengcmbangkan diri dan
pengcmbangan institusi sosial ekonomi dan pelayanan yang setara dengan
masyarakat kota.
9
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para sarjana atau ahli
tentang pembangunan Desa tersebul, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
pembangunan masyarakat Desa dilaksanakan dalam rangka pembangunan
nasional yang bertujuan untuk mengangkat taraf hidup masyarakat baik dalam
bentuk material maupun spiritual atau dengan kata lain adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan pelaksanaannya dapat berhasil dengan optimal apabila dengan
sejumlah aset, potensi, dan kekayaan yang ada dapat dipadulcan sehingga
merupakan kesatuan gabungan yang strategis. Dalam hal ini partisipasi
masyarakat merupakan faktor pencntu bcrhasilnya pembangunan Desa oleh
karena itu pembangunan Desa dalam seluruh prosesnya mulai dari perecanaan,
pengorganisasian, implementasi dan tindak lanjutnya, harus diorientasikan pada
pengikutsertaan masyarakat, begitupun bentuk-bentuk organisasi pembagunan
Desa harus mengunakan sistem dan prosedur yang selalu memperhitungkan dan
memberikan peluang bagi terselenggaranya partisipasi masyarakat secara
maksimal.
Pembangunan menurut Siagian (2001:2-3) adalah:” suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan berencana yang dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modemitas dalam rangka
pembinaan tugas.” Sedangkan menurut Tjokromidjojo (2000:7) yang dimaksud
dengan pembangunan adalah keseluruhan dari proses kegiatan pengendalian
usaha untuk merealisasikan pertumbuhan yang berencana kearah modemisasi
serta kemajuan dalam bidang sosial ekonomi.
10
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian
pembangunan adalah suatu proses perubahan sosial/masyarakat yang berencana
kearah kemajuan yang menyangkut berbagai segi kehidupan guna mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dan bangsa. Sedangkan
pembangunan desa adalah usaha pembangunan dari masyarakat pada unit
pemerintahan yang tercndah yang harus dilaksanakan dan dibina terus menerus
sistematis dan terarah sebagai usaha pembangunan negara yang menyeluruh.
Berkaitan dengan keberhasilan pembangunan desa, maka hendaknya
setiap kepala desa dapat mengacu dan memahami tentang arti pentingnya
pembangunan desa bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Dengan
demikian semakin jelas bahwa pembangunan desa merupakan miniatur dari
pembangunan yang lebih luas, yaitu pembangunan nasional. Dalam
pembangunan desa juga terintegrasi dengan program-program pembangunan
yang bersifat makro, mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten dan kota, propinsi
dan nasional yang kesemuanya bermuara di tngkat pedesaan/kelurahan.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa program-program yang
dilaksanakan di desa dimaksudkan sebagai upaya untuk mendorong adanya
prakarsa agar masyarakat desa setempat dapat memiliki kemandirian untuk
melakukan kegiatan- kegiatan yang sesuai dengan potensi dan dukungan serta
kebutuhan mereka sendiri. Pihak-pihak luar hanyalah sebagai pendorong untuk
menumbuhkembangkan prakarsaan kepemimpinan masyarakat setempat.
Pendapat lain yang menekankan kepada aspek perubahan, dikemukakan oleh
Rose yang dikutip oleh Kasryno (1994:53) yang menyatakan bahwa
11
pembangunan desa: “Yaitu suatu proses dimana suatu masyarakat berusaha untuk
menentukan berbagai kebutuhan atau berbagai tujuan kemudian mengatur atau
menyusun kebutuhan dan tujuan tersebut, mengembangkan kepercayaan dan
hasrat untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tersebut, serta melaksanakan
tindakan untuk semua itu dengan cara memperluas dan mengembangkan sikap-
sikap dan praktek kooperatif dan kolaboratif diantara warga masyarakat
pedesaan”.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pembangunan desa itu memiliki
beberapa unsur yang harus ada, yaitu adanya proses, adanya masyarakat sebagai
pelaku, adanya penentuan kebutuhan/tujuan, adanya upaya perumusan atau
pcntusunan rcncana tindakan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan,
serta pelaksanaan terhadap rencana-rencana yang telah di sepakati bersama.
Dengan kata lain bahwa pembangunan desa adalah perencanaan dan
pengintegrasian masyarakat. Perencanaan itu sendiri merupakan proses untuk
menentukan, menemukan dan memperjelas arti suatu masaJah, meningkatkan
hakekat ruang lingkup masalah, mempertimbangkan berbagai upaya yang di
perlukan guna penanggulangannya, memilih upaya penanggulangan yang kiranya
dapat dilaksanakan, serta mengadakan kegiatan yang sesuai dengan upaya yang
dipilih.
2. Sumber daya manusia
Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk setiap
usaha, begitu pula untuk pemerintahan agar dapat menjalankan fungsinya
sebenarbenarnya. Banyak defenisi yang dapat digunakan untuk mendefenisikan
12
sumber daya manusia. Menurut Susilo (2002:3) ’’sumber daya manusia adalah
pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha
mevvujudkan visi dan misi dan tujuannya”. ’’Sumber daya manusia harus
didefinisikan bukan dengan apa yang sumber daya manusia lakukan, tetapi apa
yang sumber daya manusia hasilkan”, sebagaimana yang dikemukakan oleh
David Ulrich (Mathis dan Jackson,2002:4). Maka dari itu, Sumber Daya Manusia
merupakan faktor yang penting bagi setiap usaha. Sumber daya manusia yang
berkualitas akan menentukan kejayaan atau kegagalan dalam persaingan (T
ambunan,2003:15).
Hasibuan (2001:244) mengatakan bahwa sumber daya manusia adalah
kemampuan terpadu dari daya pikir dan fisik yang dimiliki individu. Sumber
daya manusia dipandang sebagai kemampuan yang dimiliki manusia untuk
didayagunakan untuk menjalankan suatu organisasi atau urusan sehingga
berdayaguna atau berhasilguna. Sedangkan menurut Almasdi (2006:17) sumber
daya manusia adalah kekuatan daya pikir dan karya manusia yang masih
tersimpan di dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan
untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan masyarakat
Veithzal Rivai (2004:240) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan dan berperan dalam pelatihan dan pengembangan :
a) Cost-effectiveness (efektivitas biaya). b) Materi program yang dibutuhkan. c)
Prinsip-prinsip pembelajaran. d) Ketepatan dan kesesuaian fasilitas. e)
Kemampuan dan preferensi peserta pelatihan. f) Kemampuan dan preferensi
instruktur pelatihan. Menurut Hasan, (dalam Jusmaliani 2011:100) untuk
13
memajukan kualitas sumber daya insani ada tiga dimensi yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Dimensi Kepribadian. Dimensi kepribadian menyangkut
kemampuan untuk mcnjaga integritas, termasuk sikap, tingkah
laku, etika, dan moralitas.
2. Dimensi Produktivitas. Dimensi ini menyangkut apa yang
dihasilkan oleh manusia tadi dalam hal jumlah yang lebih banyak
dan kualitas yang lebih baik.
3. Dimensi Kreativitas. Dimensi ini menyangkut pada kemampuan
seseorang untuk berpikir dan berbuat kreatif, menciptakan sesuatu
yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya
3. Wilayah Perbatasan
Perbatasan secara umum adalah sebuah garis demarkasi antara dua Negara
yang berdaulat. Pada awalnya perbatasan sebuah Negara atau state border
dibentuk dengan lahirnya Negara. Sebelumnya penduduk yang tinggal di wilayah
tertentu tidak merasakan perbedaan itu, bahkan tidak jarang mereka berasal dari
etnis yang sama. Namun dengan munculnya Negara mereka terpisahkan dan
dengan adanya tuntutan Negara itu mereka mempunyai kewarganegaraan yang
berbeda (Rijal Darmaputera,2009: 3).
Pengertian perbatasan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
Boundaries dan frontier kedua definisi ini mempunyai arti dan makna yang
berbeda meskipun keduanya saling melengkapi dan mempunyai nilai yang
strategis bagi kedaulatan wilayah Negara. Perbatasan disebut flontier karena
14
posisinya yang terletak di depan front dari suatu Negara, sedangkan istilah
boundary digunakan karena fungsinya yang mengikat atau membatasi (bound or
limit) suatu unit politik, dalam hal ini adalah Negara. (Suryo Sakti
Hadiwijoyo,2011: 63).
Dalam kaitannya dengan konsep ruang, batas wilayah kedaulatan Negara
(boundary) amatlah penting di dalam dinamika hubungan antara Negara. Hal ini
karena batas antamegara atau delitimasi sering menjadi penyebab konflik terbuka.
Walaupun demikian penentuan delimitasi telah diatur dalam berbagai konfrensi
intemasional. Tetapi latar belakang sejarah setiap bangsa dapat memberikan
nuansa politik tertentu yang mengakibatkan penyimpangan dalam menarik garis
boundary tadi dan akhimya bertabrakan dengan Negara lain.
Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan
langsung dengan negara Iain (UU No. 43 Tahun 2008). Menurut pasal 10 ayat 3
UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan
strategis, yaitu kawasan yang secara nasional menyangkut hajat hidup orang
banyak, baik ditinjau dari sudut kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya,
lingkungan dan pertahanan keamanan. Namun pada umumnya daerah perbatasan
belum mendapatkan perhatian secara proporsional. Saat ini pengelolaan kawasan
perbatasan di Indonesia dihadapkan pada dua isu strategis dengan variasi
permasalahan yang menonjol di dalamnya, yaitu isu pengelolaan batas wilayah
negara dan isu pengelolaan kawasan perbatasan. Belum optimalnya
pengembangan, pemanfaalan potensi dan kurang tersedianya sarana/prasarana
dasar di kawasan perbatasan, merupakan permasalahan umum yang terjadi dan
15
dihadapi hampir di semua kawasan perbatasan wilayah negara Indonesia (BNPP,
2013). Mai tcrsebut menyebabkan kawasan perbatasan senantiasa tertinggal dan
terisolir, tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang rendah dan aksesibilitas yang
kurang, terutama akses kawasan perbatasan dengan pusat pemerintahan, pusat-
pusat pelayanan publik, atau wilayah lain yang relatif lebih maju. Oleh karena itu,
maka kawasan perbatasan Indonesia dapat diartikan sebagai kawasan perbatasan
terdepan yang dilupakan.
BAHAN DAN METODE
A. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif
b. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Desa Berakit
c. Jenis Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
d. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Observasi
b. Wawancara
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembangunan Sumber Daya Manusia Pada Wilayah Perbatasan Kabupaten
Bintan (Studi Pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Berakit
Kabupaten Bintan Tahun 2016)
Penelitian ini menulusuri jawaban Informan mengenai Pembangunan Sumber
Daya Manusia Pada Wilayah Perbatasan Kabupaten Bintan (Studi Pada Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa Berakit Kabupaten Bintan Tahun 2016)
1. Dimensi Kepribadian.
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat di Desa Berakit yang diatas
dapat dianalisa bahwa kepribadian ihat dari sikap dan perilaku terhadap
pembangunan sumber daya manusia masih sangat kurang, hal ini sejalan dengan
pemikiran masyarakat perbatasan yang masih belum mampu menerima
perubahan, Kondisi terkini yaitu perhatian pemuda terhadap persoalan perbatasan
sangat minim, Sebagian generasi muda disibukan dengan berbagai hal yang tidak
berhubungan dengan peningkatan sumber daya manusia. Sinergitas antara
pemuda dengan pemerintah dibutuhkan dalam menjaga pengelola potensi di
pulau-pulau milik Kepulauan Riau termasuk Berakit.
Kehidupan masyarakat di kawasan perbatasan pada umumnva dicirikan
oleh taraf pendidikan dan kesehatan perbatasan yang masih rendah. Persebaran
sarana dan prasarana pendidikan belum menjangkau desa-desa yang letaknya
tersebar dengan jarak yang berjauhan, yang mengakibatkan pelayanan pendidikan
di wilayah perbatasan terlinggal dibanding daerah lain. Budaya hidup sehat
masyarakat di wilayah perbatasan umumnya masih belum belum berkembang.
17
Hal ini disebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat
tentang kesehatan dan pencegahan penyakit, yang diperburuk dengan
kcterbatasan sarana dan prasarana kesehatan serta tenaga medis.
Ketiadaan lapangan pekeijaan mendorong teijadinya kegiatan ilegal di
perbatasan. Praktek perdagangan manusia misalnya, merupakan salah satu
pcrsoalan yang sering terjadi di wilayah perbatasan Kalimantan Barat maupun
Kalimantan Timur. Adanya kesempatan keija di sektor perkebunan yang tersedia
di wilayah perbatasan mendorong penduduk untuk menyeberang ke Malaysia
yang tidak membutuhkan ketrampilan tinggi sehinga memunculkan praktek
perdagangan manusia (Bappenas, 2004).
Kawasan perbatasan mempunyai posisi strategis yang berdampak terhadap
hankam dan politis mengingat fungsinya sebagai outlet terdepan Indonesia,
dimana terjadi banyak pelintas batas baik dari dan ke Indonesia maupun
Malaysia. Ancaman di bidang hankam dan politis ini perlu diperhatikan
mengingat kurangnya pos lintas batas legal yang disepakati oleh kedua belah
pihak.
2. Dimensi Produktivitas.
Berdasarkan hasil penclitian maka dapat dianalisa bahwa di Desa Berakit
Pembangunan yang dihasilkan oleh masyarakatnya sudah cukup baik, walaupun
tidak semua dapat direalisasi dengan tepat waktu. Keberhasilan pembangunan
tidak semata-mata mengandalkan pemerintah karena peran seluruh komponen
bangsa juga mempengaruhi keberhasilan dari suatu pembangunan. Peran
pemerintah saat ini hanya sebagai fasilitator, regulator, motivator dalam
18
penyediaan prasarana publik. Masyarakatlah scbagai pelaku utam pembangunan.
Keterlibatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dianggap dapat
mengatasi kesenjangan pembangunan yang terjadi. Tetapi terkadang tujuan yang
ingin dicapai oleh pemerintah daerah khususnya, tidak seiring sejalan dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat
Stretegi pemerintah saat ini dalam meningkatkan produktivitas masyarakat
di wilayah perbatasan adalah membangun pola pikir masyarakat dengan
meningkatkan kualitas pendidikan baik formal maupun non formal. Pelayanan
pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana
pendidikan dalam rangka pelayanan pendidikan dan kesehatan dan pelayanan
medis yang berkualitas dan merata sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dengan penyediaan sarana pendidikan dan kesehatan yang mudah dan
murah tanpa mengabaikan mutu. Kemudian meningkatkan pemerataan layanan
pendidikan dan kesehatan sehingga dapat melayani seluruh lapisan masyarakat.
(Rancangan RPJP Kabupaten Bintan Tahun 2005-2025)
3. Dimensi Kreativitas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa
bahwa masyarakat yang ada di Berakit masyarakat belum sepenuhnya mampu
memberikan keputusan dalam perencanaan pembangunan khususnya dalam
pembangunan sumber daya manusia seperti apa yang harus dilakukan pemerintah
daerah agar sumber daya manusia yang ada di Desa Berakit dapat bersaing
dengan daerah-daerah lainnya. Namun tidak dapat dipungkiri tidak semua
masyarakat mampu untuk mengambil keputusan, hanya tokoh masyarakat dan
19
beberapa orang dari mereka saja.
Perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke
bawah dan melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang
perencanaan dan pclaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Dengan cara ini
pemerintah makin mampu menycrap aspirasi masyarakat banyak, sehingga
pembangunan yang dilaksanakan dapat memberdayakan dan memenuhi
kebutuhan rakyat banyak. Rakyat harus, menjadi pelaku dalam pembangunan,
masyarakat perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri
permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan,
melaksanakan rencana yang telah diprogramkan, menikmati produk yang
dihasilkan dan melestarikan program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.
Paradigma pembangunan yang sekarang menempatkan masyarakat sebagai
pelaku utama pembangunan. Artinya, pemerintah tidak lagi sebagai provider dan
pelaksana, melainkan lebih berperan sebagai fasilitator dan katalisator dari
dinamika pembangunan, sehingga dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan,
masyarakat mempunyai hak untuk terlibat dan memberikan masukan dan
mengabil keputusan, dalam rangka memenuhi hak-hak dasamya, salah satunya
melalui proses musrenbang.
Stategi pemerintah Kabupaien Bintan saat ini dalam pembangunan sumber
daya manusia di wilayah perbatasan adalah melakukan kerjasama dengan semua
pihak dalam pengamanan wilayah kemudian meningkatkan pembangunan sumber
daya manusia dengan pendidikan, Sumberdaya manusia yang berkualitas
merupakan modal dalam meningkatkan daya saing daerah baik skala nasional dan
20
global. Pendidikan akan mepengaruhi etos keija dan akhimya meningkatkan daya
saing. Daya saing akan memberikan kelenturan berpikir dan bertindak dalam
mengelola peluang dan meningkatkan tantangan menjadi peluang. Untuk
mewujudkan sumber daya manusia di Kabupaten Bintan yang berkualitas
pendidikan, memiliki etos keija dan produktivitas yang tinggi perlu ditentukan
arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam Rancangan RPJP Kabupaten
Bintan Tahun 2005-2025, Laporan Akhir:
1. Pembangunan sumber daya manusia diarahkan untuk mewujudkan
pendidikan yang berkualitas didukung dengan peningkatan kualitas
lulusan baik melalui serangkaian kebijakan perluasan akses dan
pemerataan pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, melalui penguatan
tatakelola, sistem pengendalian manajemen dan sistem pengawasan intern.
Pendidikan yang berkualitas didukung dengan pembangunan dan
peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan, peningkatan mutu
tenaga kependidikan dan mutu tenaga pendidikan, manajemen pendidikan
serta peningkatan relevansi pendidikan terhadap pasar kerja.
2. Pembangunan bidang pendidikan diarahkan bagi upaya mengembangkan
pendidikan dan lembaga pendidikan yang berorientasi kepada
pengembangan potensi lokal seperti perikanan, kelautan, pertambangan
dan pengembangan perhubungan antar pulau dan industri maritim.
Meningkatkan kualitas guru dan lembaga pendidikan agar memenuhi
standar yang diharapkan. Meningkatkan peran masyarakat dalam
pendirian dan pengembangan serta pembinaan pendidikan dan lembaga
21
pendidikan.
3. Pembangunan dan pengembangan pendidikan dalam rangka peningkatan
sumberdaya manusia mutlak didukung dengan keberadaan perpustakaan.
Untuk itu diarahkan pengembangan minat baca masyarakat melalui
pembangunan perpustakaan dengan menyediakan sarana dan prasarana
penunjang. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah terhadap
arsip dan mengintegrasikan pengumpulan arsip dalam satu lembaga yang
kredibel sehingga dapat berperan dalam membentuk dokumentasi sejarah
yang penting bagi generasi muda.
4. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan melaksanakan
strategi menggabungkan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan
dan penyediaan tenaga pcngajar yang berkualitas baik guru, dosen dan
tenaga kependidikan lainnya termasuk membantu penduduk yang tidak
mampu agardapat tetap bersekolah. Selain itu persiapan kurikulum yang
dapat diaplikasikan dalam segala bidang yang berkaitan dengan
pembangunan Provinsi Kepulauan Riau
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Pembangunan Sumber Daya Manusia Pada
Wilayah Perbatasan Kabupaten Bintan Pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa Berakit Kabupaten Bintan Tahun 2016 belum berjalan dengan baik, hal ini
dikarenakan sebagai berikut:
1. Dimensi Kepribadian ditemukan bahwa salah satu penyebab desa
perbatasan tidak berkembang adalah karena kepribadian atau sikap dari
22
masyarakat sendiri yang belum mendukung pembangunan, tidak semua
mampu memanfaatkan apa yang telah ada di Desa Berakit, kepribadian
masyarakat di Desa Berakit yang dilihat dari sikap dan perilaku terhadap
pembangunan sumber daya manusia masih sangat kurang, hal ini sejalan
dengan pemikiran masyarakat perbatasan yang masih belum mampu
menerima perubahan
2. Dimensi Produktivitas ditemukan bahwa tidak seperti daerah perbatsan
lainnya, Desa Berakit sudah banyak mengalami perubahan, walaupun
Kawasan daerah perbatasan dihuni oleh anggota masyarakat yang
ekonominya tergolong rendah, jauh dari sejahtera, dan sangat tertinggal,
berdasarkan hasil penelitian maka dapat dianalisa bahwa di Desa Berakit
Pembangunan yang dihasilkan oleh masyarakatnya sudah cukup baik,
walaupun tidak semua dapat direalisasi dengan tepat waktu. Keberhasilan
pembangunan tidak semata-mata mengandalkan pemerintah karena peran
seluruh komponen bangsa juga mempengaruhi keberhasilan dari suatu
pembangunan. Peran pemerintah saat ini hanya sebagai fasilitator,
regulator, motivator dalam penyediaan prasarana publik. Masyarakatlah
sebagai pelaku utam pembangunan. Kcterlibatan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan yang dianggap dapat mengatasi kesenjangan
pembangunan yang terjadi
3. Dimensi Kreativitas ditemukan bahwa sebagian besar masyarakat di Desa
Bcrakit ini kreatif dalam membantu pemerintah dalam pembangunan,
karena tidak mampu turun berpartisipasi membangun wilayahnya sendiri.
23
masyarakat yang ada di Berakit masyarakat belum sepenuhnya mampu
memberikan keputusan dalam perencanaan pembangunan khususnya
dalam pembangunan sumber daya manusia seperti apa yang harus
dilakukan pemerintah daerah agar sumber daya manusia yang ada di Desa
Berakit dapat bersaing dengan daerah-daerah lainnya. Namun tidak dapat
dipungkiri tidak semua masyarakat mampu untuk mengambil keputusan,
hanya tokoh masyarakat dan beberapa orang dari mereka saja.
2. Saran
1. Pemerintah dan LPM harus menyediakan fasilitas dalam pembangunan
sumber daya manusia seperti sekolah maupun penyediaan fasilitas
pendidikan informal seperti pelatihan
2. Pemerintah dan LPM harus memberikan sosialisasi raenyeluruh kepada
masyarakat agar mampu mendukung pembangunan sumber daya manusia
di Desa Berakit
3. LPM harus lebih aktif dalam melakukan kegiatan bersama masyarakat di
Desa Berakit
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo, 2006, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Almasdi, Yunus Suit, 2006. Aspek Sikap Mental Dalam Manajemen Sumber
Daya. Manusia Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Sumber Daya Manusia perusahaan. Remaja.
Rosdakarya: Bandung.
Arief, Barda Nawawi. 1996. Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan
Hukum. Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
24
Bintaro. 2003. Interaksi Desa - Kota dan Permasalahannya. Bandung: Ghalia
Indonesia.
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia:Pengertian. Dasar,
Pengertian, dan Masalah. Jakarta: PT Bumi Aksara
Handoko, Hani. 1998. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE.
Jusmaliani. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Insani, Jakarta: Bumi Aksara.
Kasryno, F, 1994 Prospek Pengembangan Efconomi Pedesaan, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Mathis, dan Jackson, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi pertama,
Cetakan Pertama, Yogyakarta: Salemba Empat
Moleong, Lexy. J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Ndraha, Taliziduhu. 2005. Kybemologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan.
Jakarta, Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo, (1998), Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Rieneka Cipta
Rizal Darmaputra. 2009. Manajemen Perbatasan dan Reformasi Sektor
Keamanan. Jakarta: IDSPS Press.
Sedarmayanti. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PR.Refika.
Aditama, Bandung.
Siagian, 2001, Administrasi Pembangunan, Bumi Aksara
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alpabeta.
Suparmoko, M. 2002. Gkonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan.
Daerah. Andi. Yogyakarta.
Suryono.2001. Pengantar Teori Pembangunan. Malang: Universitas Negeri.
Malang.
25
Suryo Sakti Hadiwijoyo. 2011. Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum.
Intemasional, Graha Ilmu, Yogyakarta
Susilo. 2002. Manajemen Sumber Daya manusia. Edisi Kedelapan. BPFE.
Yogyakarta.
Tambunan, Tulus T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia,.
Beberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia
Teguh Yuwono, 2001, Manajemen Otonomi Daerah, Pusat Kajian Otonomi
Daerah dan Kebijakan Publik (Puskodak), UNDIP, Semarang.
Tjokrowinoto M. 2000. Pembangunan: Dilema dan Tantangan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Tjokroamidjojo. 2000.Perencanaan Pembangunan, Masagung, Jakarta
Todaro, 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid I, Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Veithzal Rivai, 2004, “Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk.
Perusahaan,Cetakan Pertama, Jakarta, PT. Raja GrafindoPersada
Wresniwiro, 2007. Membangun Republik Desa. Visimedia. Jakarta.
Widjaja. 2004. Otonomi Desa. Rajawali Pers: Jakarta.
Jurnal :
Afrizal. 2013. Membangun Sumber Daya Manusia Kawasan Perbatasan (Perspektif
Pemberdayaan Pemuda) di Provinsi Kepulauan Riau. riset.umrah.ac.id