wilayah perbatasan kepri masih berpotensi pemajakan

27
Wilayah Perbatasan di Kepri Masih Berpotensi Masalah Traficking KARIMUN (HK) - Anggota DPR RI Komisi X, Hj Herlini Amran mewanti-wanti kasus traficking di Provinsi Kepri, khususnya untuk wilayah perbatasan negara seperti di Kota Batam dan Kabupaten Karimun, karena wilayah tersebut merupakan tempat potensial untuk berbagai kedok yang ujung-ujungnya merupakan praktik jual beli manusia. Sebagai daerah tujuan seperti Kabupaten Karimun dan Kota Batam menurut Herlini, maka yang harus dilakukan oleh Pemprov Kepri dan Pemkab serta Pemkot adalah melakukan langkah-langkah kemanusian, menyediakan shelter, tenaga sosial, pemulangan ke daerah asal dan langkah kemanusiaan lain lainnya yang harus dilakukan. "Mengapa hal itu harus dilakukan, karena kita satu negara, dahulu saja kita menolong pengungsi Vietnam, apalagi saudara kita sendiri. Namun demikian, ada upaya yang sifatnya adminitratif, berupa

Upload: arr

Post on 14-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

wisata kepri

TRANSCRIPT

Page 1: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

Wilayah Perbatasan di Kepri Masih Berpotensi Masalah TrafickingKARIMUN (HK) - Anggota DPR RI Komisi X, Hj Herlini Amran mewanti-wanti kasus traficking di Provinsi Kepri, khususnya untuk wilayah perbatasan negara seperti di Kota Batam dan Kabupaten Karimun, karena wilayah tersebut merupakan tempat potensial untuk berbagai kedok yang ujung-ujungnya merupakan praktik jual beli manusia.Sebagai daerah tujuan seperti Kabupaten Karimun dan Kota Batam menurut Herlini, maka yang harus dilakukan oleh Pemprov Kepri dan Pemkab serta Pemkot adalah melakukan langkah-langkah kemanusian, menyediakan shelter, tenaga sosial, pemulangan ke daerah asal dan langkah kemanusiaan lain lainnya yang harus dilakukan.

"Mengapa hal itu harus dilakukan, karena kita satu negara, dahulu saja kita menolong pengungsi Vietnam, apalagi saudara kita sendiri. Namun demikian, ada upaya yang sifatnya adminitratif, berupa pengawasan Kartu Tanda Penduduk (KTP) terhadap pelintas batas dengan mengecek ke tempat kos-kosan, penginapan, hotel yang ditengarai dan sebagainya. Tapi mereka semua adalah saudara-saudara kita sehingga harus dibedakan dengan pelaku criminal. Yang jelas langkah administratif tersebut adalah antisipasi atau memonitor

Page 2: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

keberadaan pelintas batas," ucap Herlini saat bertandang ke Kepri mengunjungi beberapa wilayah baru-baru ini.

Disinggung bahwa pada kenyataannya sekarang, praktik traficking memang sudah jarang didengar untuk kasus yang akan dibawa ke luar negeri. Namun untuk didalam negeri cukup banyak informasi yang ternyata melibatkan anak dibawah umur (anak sekolah) dan mereka melakukan transaksi seks di hotel-hotel yang ada di Karimun. Menurut Herlini, yang namanya ada gula tentu ada semut, nah sekarang gula itu berkurang, mungkin kondisi ekonomi Malaysia dan Singpura yang belum terlepas dari krisis ekonomi maka pertumbuhan ekonomi tidak tinggi, sehingga berimbas pada penyerapan tenaga asing, tapi kalau kondisi sudah bagus maka boleh jadi akan muncul kembali.

"Nah, dalam kondisi menunggu, mereka bisa melakukan apa saja di Karimun dan Batam. Itu yang kita khawatirkan karena berdampak pada kerawanan sosial, baik itu bersifat kriminal atau penyakit sosial seperti prostitusi, narkoba dan sebagainya. Apabila kita membiarkan penyakit sosial tersebut maka yang terimbas masalahnya adalah masyarakat setempat. Karena dengan perkembangan teknologi maka pskiologis anak berubah, termasuk orientasi seksual. Ini yang berbahaya karena bisa berdampak pada perilaku seksual remaja kita. Untuk itu pengawasan masyarakat, sekolah dan orang tua penting agar

Page 3: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

remaja kita tidak terpengaruh oleh fenomena penyakit sosial yang muncul," katanya.

Kebanyakan kasus traficking di Pulau Jawa dengan modus mempekerjakan wanita sebagai  pembantu dan menjadikan wilayah strategis di Kepri (khususnya Batam dan Karimun) sebagai tempat transit, apa langkah yang harus dilakukan terkait hal ini? Herlini mengaku bahwa kondisi ekonomi kita sekarang sejatinya cukup bagus, secara statistik pertumbuhan kita diatas enam peresen. Untuk tahun 2012 saja mencpai 6,3 persen dengan anggaran pendidikan sebesar 20 persen, sehingga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kita mencapai 6,29.

Untuk ukuran statistik menurutnya pula, memang cukup bagus apalagi dengan kondisi global yang masih krisis. Hanya saja, pembangunan itu mengenal pembangunan kelembagaan dan masyarakat. Pembangunan ekonomi yang bagus bisa jadi karena terbantu oleh industry pertambangan, demikian juga industry migas, property dan sektor riil yang lain. Akan tetapi warga negara kita yang mengadu nasib di negeri orang itu rata-rata tenaga kerja tidak terdidik atau yang tidak terserap perkembangan industri diatas.  Karena untuk masuk ke dunia industri harus terdidik dan berpengalaman, sementara mereka ini mungkin sekolahnya hanya setingkat sekolah dasar atau putus sekolah. Sehingga tidak

Page 4: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

memiliki skill yang cukup untuk bersaing dalam dunia kerja sektor industry, pemerintah, atau swasta yang lain. Yang di ibaratkan sebuah botol berisi air kalau penuh tentu meluber, mereka itulah yang meluber dari daerah asalnya.

Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dapil Kepri ini menambahkan, kita harus memahami globalisasi sebagai bagian dari pemasaran barang teknologi tinggi dan life style kehidupan modern. Iklan-iklan di media cetak dan elektronik bagaimanapun telah membentuk perilaku masyarakat kita yang mengikuti perkembangan dunia, misalnya ramainya android, Black Berry, I pad, face book, twiter, adalah budaya dalam globalisasi. Apabila kita tidak memiliki filter yang cukup bagus maka life style iklan, film dan sebagainya mudah sekali dicontoh oleh siapa saja. Sehingga merubah perilaku orang menjadi lebih hedonis, menganggap yang gemerlap itu adalah lebih baik. Padahal industry iklan dan film adalam komoditi yang sudah dikemas untuk kepentingan para pemodal, sehingga kadang kurang memerhatikan dampak sosial sebuah kreasi para seniman terhadap masyarakat. Dampak tersebut harus diperhatikan secara seksama oleh para perencana pembangunan negara kita. Tidak hanya secara ekonomi saja perhatiannya, tapi juga agama, sosial, politik, keamanan dan ketertiban masyarakat.

Solusi yang harus dijalan menurutnya adalah,

Page 5: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

bagaimana kita pembuatan perencanaan kebijakan pembangunan yang komprehensif, pendekatannya bukan hanya pada nominal yang dibuat, tetapi ada telaah secara sosial dan politik yang komprehensif.  Penggunaan para ilmuan non ekonomi dan statistic dalam perencanaan pembangunan mendesak. Sehingga ilmuan sosial, agama, hukum, politik dapat memberikan pemetaan dan perencanaan sosial dalam sebuah draff pembangunan. Kita punya Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I) tapi yang terkesan ditonjolkan adalah penjualan potensi pertambangan nasional.

"Saya khawatir dampak sosial 15 hingga 20 tahun mendatang di daerah-daerah bekas pertambangan. Karena pertambangan adalah padat modal bukan padat karya, sehingga luberan tenaga kerja akan mencari lapangan kerja di tempat lain, akibatnya trafficking akan selalu berpotensi di daerah perbatasan dengan negara lain yang dianggap memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk di daerah, saya kira kita harus memulai dengan pendidikan kewirausahaan yang bermutu dan sekolah kejuruan yang bagus dan politeknik yang berkualitas. Dengan demikian penyiapan tenaga terdidik sudah dimulai.  Sehingga bila ada industry yang membutuhkan tenaga kerja terdidik kita telah menyiapkan SDM yang baik. Tentu Pemprov dapat menawarkan investasi ke dalam negeri dan luar negeri  yang secara

Page 6: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

sumber daya manusia Kepri telah memiliki. Sehingga tidak terjadi kekurangan orang tempatan untuk level-level yang strategis.  Meskipun kita juga harus berbasiskan fairness, artinya keadilan tergantung kompetensi masing-masing orang, bukan berdasarkan domisili. Karena dunia kerja akan selalu mencari tenaga kerja yang kompeten, itulah yang menyebabkan mengapa kita harus membangun dunia pendidikan kita," katanya.(gan)

ISU LINTAS BATAS LAUT RI-MALAYSIA DI RIAU/KEPRI DIBAHAS BNPP FITUR

Page 7: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

Jakarta-Tasbara News - Isu maraknya penyelundupan dan belum efektifnya manajemen lintas batas negara di perbatasan laut RI-Malaysia, khususnya di wilayah Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, menjadi sorotan serius Rapat Koordinasi Lintas Batas Negara (Tasbara) yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), di Hotel Beautiq Jakarta,  13-14 Februari 2014. Rapat yang dihadiri para pejabat pusat dan sejumlah  pejabat daerah dari Riau dan Kepulauan Riau tersebut, dibuka oleh T.H Soesetyo, Deputi Batas Wilayah Negara BNPP."Kep. Jemaja dan Kep. Siantan di Kabupaten Anambas hanya berjarak 80 mil dari Johor  Malaysia. Selama ini perdagangan antar pulau dan antar negara tersebut sudah berlangsung lama, sejak jaman dahulu kala. Tetapi kini

Page 8: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

perdagangan lintas batas tersebut telah dihentikan oleh pemerintah dan harus mengikuti perjanjian perdagangan lintas batas yang ditetapkan dalam Sosek Malindo. Masalahnya, ketentuan perdagangan RM 600/bulan itu tidak realistis karena tidak layak secara ekonomis dan mengakibatkan perdagangan lintas batas laut berhenti dan kurangi pendaftaran masyarakat perbatasan.  Saya berharap, BNPP untuk ikut menyelesaikan masalah tersebut", harap Kepala Badan Pengelola Perbatasan Anambas, pada kesempatan Rapat Koordinasi Lintas Batas Negara (Tasbara), di Hotel Beautiq, Jakarta, 13-14 Feb 2014 lalu.Beberapa kesepakatan telah dicapai setelah melalui berbagai perdebatan. "Saatnya kita memberikan perhatian pada wilayah laut, baik potensi yang harus dikembangkan maupun manajemen lintas batas negara yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat perbatasan laut. ", ungkap Dr.Soni Sumarsono, MDM, Asisten Deputi Pengelolaan Lintas Batas Negara BNPP sambil menjelaskan beberapa kesepakatan rapat ini. Setidaknya ada 9 butir kesepakatan, sebagai berikut :1 Kini telah terbit UU perdagangan yang baru

dan mengakomodir pengaturan perdagangan lintas batas negara. Kemudian Sijori (Singapore-Johor-Riau/Kepri) akan didorong untuk lebih dihidupkan kembali guna memberikan kemudahan perdagangan dan peningkatan nilai perdagangan ketiga negara.

Page 9: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

2 Masalah nilai perdagangan lintas batas dengan pembatasan RM 600 dianggap  tidak layak  dan karenanya  masyarakat mencari cara lain dengan melakukan perdagangan lintas batas jalur Tikus atau Jalur C. Padahal hingga kini perdagangan Serasan Natuna – Sematan Serawak tetap jalan dengan nilai perdagangan sebesar Rp 40 juta per pompong. Forum Sosek Malindo perlu membahas untuk membatalkan rencana Malaysia menutup pelabuhan Batu Pahat dan menghidupkan kembali perdagangan pelabuhan P.Kukop (Tanjung Pelepas) yang sekarang stagnan, sementara pelabuhan internasional Pasir Gudang terlalu sibuk.

3 Batam memiliki 400 pulau, diantaranya adalah 4 pulau terluar yang menjadi kewenangan Pusat yaitu P.Karang Nipa, P. Pelampong, P.Batu Berhenti dan P.Putri.  Jarak Batam – Singapore hanya 12,5 mil laut, masalah batas wilayah negara RI-Singapore telah selesai tahun 1973. Jika Singapore menambah daratan maka dia akan mengurangi luas lautnya. Masalahnya sisa luas laut Singapore tidak cukup untuk putaran kapal (turning basin) sehingga sedikit melanggar wilayah RI. Sekiranya ada nelayan yang  tidak paham batas laut dan tidak punya GPS sehingga ditangkap Polisi Singapore, ini urusan lain. Masalah Batam lain yang lebih rumit adalah TKI illegal, pengawasan perdagangan lintas batas dan pengendalian pemanfaatan SDA laut, yang

Page 10: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

terkait dengan masalah global lintas batas negara (transnational crime dan free trade). Di Batam terdapat + 147 Jalur C yang selama ini telah memberikan kesejahteraan pada masyarakat, meskipun transaksi Jalur C itu merugikan negara. Pemda tidak cukup mampu mengatasi jalur C tersebut dan diharapkan ditangani  TNI-Polri.

4 Perlu penegasan atas perjanjian bagi pelanggar batas nelayan tradisional karena de facto belum berjalan (masih terjadi penangkapan oleh tentara Diraja Malaysia) dan perlu menjadi perhatian Bakorkamla.

5 Perlu perhatian Pusat untuk penanganan limbah B3 dari Singapore di perairan utara P.Bintan dan P. Batam yang sudah sangat mengganggu dan merugikan Indonesia.

6 Perlu penguatan diplomasi perbatasan melalui platform Sosek Malindo atau forum perdagangan bilateral  agar lebih memperhatikan perlintasan laut secara tradisional dan upaya simultan  percepatan pembangunan ekonomi kelautan berbasis wilayah.

7 TNI telah menempatkan 90 personil di P.Nipah dan di Posal-Posal di sepanjang Batam-Natuna sehingga diperhitungkan sudah dapat mengamankan jalur tersebut. Kemudian pada saat ini Polisi hanya dapat menempatkan personil di pos lintas batas darat dan untuk pengamanan perbatasan laut POLRI bekerjasama dengan TNI. Sebaiknya pemerintah tegas untuk

Page 11: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

mengatasi jalur C, yang  harus ditutup, tetapi pemerintah harus memberikan solusi alternatifnya, mengingat hubungan etnis-kultural yang telah berlangsung lama.

8 Selama ini karantina hewan – pertanian hanya memeriksa barang masuk melalui 7 pelabuhan di Batam, termasuk Bandara. Di Kepri telah ditempatkan 3 Balai Karantina Pertanian Kelas 1.  Diingatkan  adanya bahaya  daging dari Malaysia karena disana dapat terjangkit penyakit Mulud dan Kuku. Sementara itu,  untuk jalur masuk produk pertanian (bawang) yang selama ini hanya di batasi di 5 tempat saja, diharapkan dibuka untuk semua pelabuhan guna mencegah jalur C produk pertanian.

9 Khusus lalu lintas barang melalui jalur C, pelanggaran awal sudah terjadi pada saat barang melewati batas laut dan pelanggaran kedua adalah pada saat barang sampai pelabuhan Jalur C. Langkahnya adalah menghalau kapal keluar garis batas dan hindarkan jangan sampai barang masuk pelabuhan jalur C, tetapi diarahkan masuk jalur A. Persoalannya, Bea Cukai tidak mampu mengatasi hal tersebut, jadi kapal patroli AL yang dapat melakukan tersebut.

"Saya lega bisa curhat dalam pertemuan koordinasi kali ini, yang secara khusus memberikan peluang untuk menyampaikan apa masalah dan hambatan pengelolaan perbatasan di Daerah, khusysnya di Riau dan Kepulauan

Page 12: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

Riau", ungkap Edy Sofyan, Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah Provinsi Kepulauan Riau pada kesempatan penutupan.***Red.

Nasionalisme di Perbatasan KepriWarga negara di daerah perbatasan seringkali dinilai kurang memiliki rasa nasionalisme ketimbang warga yang jauh dari perbatasan negara.

Dibandingkan dengan Jakarta, misalnya, warga masyarakat di sana sering menunjukkan rasa

Page 13: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

cinta Tanah Air dan nasionalisme yang tinggi dengan berunjuk rasa serta membuat pernyataan sikap jika terjadi pergesekan atau tindakan semena-mena oleh negara tetangga.

Berbeda dengan warga perbatasan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), sangat jarang terlihat melakukan tindakan-tindakan atau pernyataan sikap yang menunjukkan rasa cinta Tanah Air dan nasionalisme yang tinggi.

Padahal Kepri langsung berbatasan dengan negara yang selalu diperdebatkan dengan segala tindakannya yang terkadang mengancam kedaulatan dan martabat bangsa.

Apakah rasa nasionalisme masyarakat Kepri sudah hilang dan luntur akibat gemerlap negara tetangga yang sangat menjanjikan kesejahteraan?.

Pertanyaan itu terkadang muncul dari teman-teman di pusat atau daerah lain yang tidak berbatasan langsung dengan negara tetangga yang misalnya sedang diperbincangkan hangat akibat tindak tanduknya.

Rasa nasionalisme daerah perbatasan khususnya di Kepri yang berbatasan dengan Singapura, Malaysia, Kamboja dan Vietnam tidak bisa disamakan dengan daerah lain atau Jakarta, kata pakar politik Zamzami A Karim.

Page 14: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

"Orang Jakarta mengukur nasionalisme dari ukuran Jakarta, tidak pernah melihat dari perspektif masyarakat perbatasan. Terkadang maksud nasionalisme itu adalah yang menguntungkan Jakarta, tidak peduli dengan nestapa yang dirasakan masyarakat di perbatasan," kata Zamzami yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Raja Haji Tanjungpinang.

Pengalaman sejarah antara Jakarta dan Jawa dengan komunitas daerah perbatasan menurut dia sangat jauh berbeda, terutama di Kepri.

"Dari dulu Kepri merupakan daerah yang sangat terbuka dan plural, sehingga makna nasionalisme Indonesia yang mereka rasakan tidak terlalu 'chauvinis' seperti Jakarta dengan jargon 'right or wrong is my country'," katanya.

"Pengalaman sejarah yg berbeda juga membuat ekspresi nasionalisme yang beda pula, bukan berati tidak Cinta Tanah Air," kata Zamzami.

Menurut dia, pemerintah pusat harus menunjukkan kewibawaannya berhadapan dengan negara tetangga dimulai dari kawasan perbatasan agar kepentingan nasional benar-benar dilindungi.

Negara harus berwibawa, jangan justru tunduk pada kepentingan negara lain yang membuat kita malu sebagai warga negara, katanya.

Page 15: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

Sebagai contoh menurut dia, pemerintah tidak berdaya menghadapi penjarahan pasir, ikan, bauksit, bahkan hasil minyak bumi dan gas sehingga masyarakat tidak tahu berapa yang mengalir ke luar negeri, jangankan untuk ikut menikmatinya. "Menyedihkan," ungkapnya.

"Agar kecintaan kita terhadap Indonesia terbalaskan, kedaulatan sebagai bangsa yang merdeka yang harus ditegakkan," tegasnya.

Menurut seorang dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi International Gurindam Archipelago Tanjungpinang, Pramono, rasa nasionalisme di perbatasan akan muncul apabila terdapat persengketaan fisik yang mengganggu stabilitas dan kenyamanan bersifat ekonomi.

"Tapi kalau hanya sekedar perang urat syaraf dan perang opini, nasionalisme itu sulit muncul," kata Pramono.

Walaupun masyarakat perbatasan khususnya di Kepri menurut dia punya obsesi menjadi bagian dari negara tetangga yang lebih makmur, namun hal itu akan berangsur terkikis apabila negara mampu memperbaiki taraf hidup dan ekonomi mereka yang di perbatasan itu.

"Kunci nasionalisme adalah domain negara dan negara bertanggung jawab untuk menumbuhkembangkan rasa nasionalisme

Page 16: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

warga negara," katanya.

Pengaruh Budaya

Rasa nasionalisme di Kepri tidak lepas dari pengaruh kesamaan budaya dan rasa persaudaraan seperti dengan negara tentangga Singapura dan Malaysia.

Kepri secara historis memiliki hubungan emosional dengan Malaysia dan Singapura. Bahkan dulu wilayah Malaysia, Singapura adalah satu bagian kesultanan Melayu yang tak terpisahkan.

"Karena adanya hubungan emosional itulah, makanya orang di Kepri tidak terlalu berlebihan menyikapi sentimen yang berkembang di antara negara," kata Trisno Aji Putra yang juga dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi International Gurindam Archipelago Tanjungpinang.

Namun tetap saja menurut dia yang harus digarisbawahi adalah Kepri sudah memutuskan menjadi bagian tak terpisahkan dengan Indonesia, sementara pada sisi lain warga Kepri tetap menganggap orang Malaysia dan Singapura adalah bagian dari saudara mereka.

"Ini yang harus dilihat secara lebih mendalam," ujarnya.

Jadi untuk memandang nasionalisme di Kepri,

Page 17: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

bisa dilihat dari teori kedaulatan di perbatasan. Bahwa terkadang kawasan perbatasan agak "aneh" dibanding kawasan lain, sebab di perbatasan bukannya nasionalisme sudah luntur, tetapi karena adanya hubungan emosional, sejarah, budaya dan lain sebagainya yang terjadi di masa lalu.

Kawasan di Kepri juga sedikit unik, satu sisi mengakui bagian dari Indonesia, namun terkadang mata uang yang digunakan adalah dolar Singapura dalam bertransaksi.

Kecenderungan masyarakat Kepri yang suka produk Singapura atau Malaysia, menurut dia bukan persoalan nasionalisme, tetapi lebih kepada motif ekonomi.

"Pembeli tentu ingin mencari barang yang lebih murah dan berkualitas dibanding yang mahal, karena dekat secara geografis, maka itu membuat barang dari Singapura dan Malaysia harganya lebih murah dibanding produk serupa dari Jakarta. Jadi itu murni motif ekonomi, bukan persoalan lunturnya nasionalisme," katanya menegaskan.

Pramono juga menilai kesamaan budaya secara kasat mata mempengaruhi perilaku masyarakat perbatasan di Kepri, karena menyangkut pertalian sejarah budaya.

"Pertalian budaya dan adanya hubungan

Page 18: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

emosional lebih kental dibanding kesadaran bela negara. Kekuatan kesamaan kultur itu mengalahkan kekuatan ideologi dan teritorial," kata Pramono.

Selain itu, masyarakat tempatan (asli) menurut dia lebih bersifat semangat kedaerahan dibadingkan dengan masyarakat pendatang di Kepri karena pertalian sejarah itu.

Namun Pramono berharap rasa nasionalisme bisa dipupuk di perbatasan karena masyarakat perbatasan adalah benteng terkhir wilayah otritas negara.

Tetap Tinggi

Rasa nasionalisme warga Kepri menurut Zamzami tetap tinggi, walaupun mereka selalu membandingkan nasib mereka dengan saudara-saudara mereka di negara tetangga.

Hal itu menurut dia juga ditunjukkan dengan tidak banyak warga yang secara serius mau pindah kewarganegaraan hanya karena perbedaan kesejahteraan.

"Sepatutnya hal itu bisa mendorong pemerintah pusat agar menaruh perhatian besar kepada kesejahteraan masyarakat perbatasan, terutama meningkatkan infrastruktur, agar mendapat kemudahan akses ke berbagai pusat ekonomi," katanya.

Page 19: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

Usaha pemerintah saat ini menurut dia sudah ada, tetapi mungkin belum sistematis karena selalu muncul program yang sifatnya tidak berjangka panjang dan berkelanjutan. Misalnya membantu nelayan dengan alat tangkap dan perahu, permodalan usaha, atau bedah rumah.

"Itu semua hanya bersifat jangka pendek, dan biasanya tidak 'sustainable' (berkesinambungan) agar bisa diukur dampak program-program tersebut dari tahun ke tahun yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat perbatasan," ujarnya.

Salah seorang pegawai di Pemerintahan Provinsi Kepri, Patrick Nababan mengatakan nasionalisme itu tidak dilihat dari sisi yang sempit dan juga bukan hanya dengan turun ke jalan-jalan meneriakkannya.

"Dengan kita bekerja, membangun membangun daerah berarti kita sudah berusaha mempertahankan dan memberikan kemakmuran bangsa dan negara. Masyarakat perbatasan adalah masyarakat yang sangat nasionalis," katanya.

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Junaidi Fajri mengatakan rasa nasionalisme warga perbatasan memiliki grafik yang berdeda-beda, ada yang rendah, tinggi atau sedang.

Page 20: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

"Hal itu dipengaruhi oleh faktor kemajuan sebuah daerah yang meliputi tingkat pendidikan, ekonomi, atau perkembangan sebuah kawasan tersebut," kata Junaidi.

"Tingkat kemajuan sangat berperan penting dengan sebuah rasa nasionalisme, dan hal yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah lebih pro aktif melihat keadaan masyarakat untuk mensejahterakannya serta membuat suatu kawasan tersebut dapat bersaing dengan daerah tetangga yang lebih maju," tambahnya.

Trisno Aji Putra yang juga mantan wartawan harian lokal di Kepri menambahkan, yang harus dipikirkan pemerintah pusat adalah membangun kawasan perbatasan yang menjadi pintu gerbang Indonesia.

Kalau gerbangnya sejahtera, maka dipastikan tidak akan ada masalah di perbatasan, dengan kata lain nasionalisme di perbatasan itu meningkat seiring meningkatnya pembangunan atau pemberdayaan masyarakatnya," katanya yang juga seorang penulis buku.

Godaan terbesar suatu daerah ingin lepas dari negara kesatuan adalah persoalan kesejahteraan dan keadilan, bila dua masalah itu terselesaikan, maka tidak akan ada gejolak di perbatasan, katanya.

Page 21: Wilayah Perbatasan Kepri Masih Berpotensi pemajakan

Kepri menurut dia sudah tuntas membahas masalah tersebut sehingga sudah diputuskan Kepri bagian dari Indonesia.

"Kalau pun ada riak, itu hanya karena persoalan kesejahteraan bukan karena rasa nasionalisme luntur," ujarnya.

(ANT-HM/B009/Btm3)Editor: Jo Seng BieCOPYRIGHT © ANTARA 2011