pemberdayaan ekonomi keluarga …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36933...jenis...
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA
MELALUI KONVEKSI JEANS DI WILAYAH KAMPUNG BARU
KEBON JERUK JAKARTA BARAT
Skripsi
IRSYADI FARHAN
NIM: 1113054000028
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M / 1438 H
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang
pemberdayaan ekonomi keluarga di wilayah Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta Barat.
Pemberdayaan ekonomi keluarga yang dimaknai sebagai proses pemberdayaan dan
dampak yang dirasakan oleh ibu-ibu rumah tangga yang berinisiatif untuk bekerja di
konveksi. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi akademis
dalam penelitian pengembangan masyarakat tentang pemberdayaan ekonomi keluarga.
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan secara obyektif bagi
pemilik konveksi jeans dalam pengembangan sumber daya manusia khusus di wilayah
kampung baru RT 10 RW 04 Kebon Jeruk Jakarta Barat.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar
konveksi jeans. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi dan
pengamatan, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi dengan memberikan makna
terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari makna itulah ditarik kesimpulan.
Focus penelitian ada pada, bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan
konveksi kepada ibu-ibu rumah tangga yang bekerja di konveksi jeans sebagai finishing
jeans, dan Bagaimana dampak pemberdayaan ekonomi keluarga bagi para ibu-ibu rumah
tangga yang bekerja di konveksi sebagai finishing jeans. Hasil dampak dari
pemberdayaan ini sendiri bagi kemajuan karyawan dan konveksi.
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur selalu dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya serta berbagai anugrah melimpah yang diberikan kepada
kita semua, khususnya penulis, sehingga penulis mampu menyelasaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam disampaikan pula kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarga,
sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Berkat beliau dan para penerusnya,
penulis mengenal Islam dan berusaha menjadi muslim yang baik.
Dalam proses penulisan skripsi ini, tentu saja banyak pihak yang membantu penulis.
Untuk itu, izinkan penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
atas bantuan, motivasi, dukungan, saran, dan kritik, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
1. Penulis haturkan banyak terima kasih kepada orang tua sekaligus motivasi tersendiri bagi
penulis ayahanda H. Amrullah dan ibunda Hj. Zainah, berkat support dan doa beliau, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
beserta para staff dan jajarannya.
3. Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Ibu Wati Nilamsari, M.Si dan Bapak Hudri,
M.Ag selaku sekretaris jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, beserta jajaran staff
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Bapak Drs. Yusra Kilun, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan inspirasi serta memberikan masukan kepada penulis mengenai penelitian yang
penulis kerjakan.
5. Dosen pembimbing penulis yaitu Rosita Tandos, M.Ag, M.A, MComDev yang telah sabar
membimbing penulis dan memberikan banyak sekali pelajaran yang dapat penulis ambil,
baik dalam hal penulisan skripsi, isi skripsi maupun moral penulis seperti kesabaran.
6. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang telah mendidik penulis,
memberikan wawasan dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Aam selaku pemilik konveksi jeasn dan para ibu rumah tangga yang bekerja di
konveksi yang telah memberikan izin dan informasi untuk melakukan penelitian.
8. Terima kasih juga kepada Keluarga besar alm. H. Munzir dan keluarga besar alm H.
Abdurrahman.
9. Terima kasih teman seperjuangan penulis PMI 2013, khususnya group WhatsApp BFF.
10. Terima kasih kepada sahabat sahabat penulis, khususnya Zaki Hanani, Sigit Wahyudi,
Zakiyah Ummia Akmaliyah, Rizka Amelia Febrianti, Alfiani yang telah memberikan
semangat untuk mengerjakan skripsi ini.
11. Para staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, yang begitu banyak membantu penulis dalam mencari
bahan-bahan untuk skripsi penulis.
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ……………………………………………………. 1
B. Latar Belakang Masalah....................................................................... 3
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 9
E. Metode Penelitian .............................................................................. 10
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 18
G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 19
BAB II LANDASAN TEORI
A. Keluarga
1 Pengertian Keluarga ................................................................... 21
2 Pengertian Ekonomi Keluarga .................................................... 23
3 Sumber-Sumber Ekonomi Keluarga .......................................... 25
4 Kemandirian Ekonomi Keluarga ................................................ 29
B. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan .......................................................... 32
2. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Keluarga ........................... 35
3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Keluarga ................................ 40
4. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga ................................. 41
5. Pemberdayaan Perempuan ......................................................... 42
BAB III GAMBARAN UMUM KONVEKSI JEANS DI WILAYAH KAMPUNG BARU
KEBON JERUK JAKARTA BARAT
A. Latar Belakang Berdiri Konveksi Jeans Di Wilayah Kampung Baru
Kebon Jeruk Jakarta Barat ................................................................ 44
B. Tata Kerja Pekerja Konveksi Jeans Di Kampung Baru ................... 46
C. Gambaran Wilayah Kampung Baru RT 10 RW 04 ........................ 48
BAB IV ANALISIS TEMUAN LAPANGAN
A. Perencanaan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
Melalui Konveksi Jeans ................................................................. 51
B. Pelaksanaan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
Melalui Konveksi Jeans ................................................................... 57
C. Produktivitas Dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
Melalui Konveksi Jeans ................................................................... 63
D. Dampak Ekonomi Keluarga Setelah Bekerja
Di Konveksi Jeans ........................................................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 73
B. Saran ................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Konveksi
Jeans Di Wilayah Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta Barat”. Untuk mempermudah
dalam memahami judul di atas maka peneliti akan mengemukakan beberapa istilah
yang terdapat dalam judul tersebut.
Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’
(kekuasaan atau keberdayaan). Sedangkan secara teoritis pemberdayaan adalah
sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan
untuk memperkuat, kekuatan, kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan,
maka pemberdayaan merujuk kepada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan social yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi maupun social.1
Berdasarkan penjelasan di atas dapat penulis kaitkan dengan ditempat penulis
meneliti yaitu tempat konveksi jeans yang dimana pada bagian finishing kebanyakan
di kerjakan oleh para ibu rumah tangga, di sini pemilik konveksi berperan
1 Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggung Jawab Sosial Perusahaa,
(Jakarta: Rafika Aditama, 2007), hlm. 135.
memberikan pemberian daya, kekuatan, kemampuan serta keterampilan dalam
finishing jeans kepada pihak ibu rumah tangga yang ingin bekerja. Dalam penelitian
ini yang dimaksud pemberdayaan adalah pemberdayaan yang dilakukan terhadap ibu
rumah tangga yang berinisiatif ingin bekerja di konveksi jeans entah itu para ibu
rumah tangga hanya ingin mengisi waktu kekosongannya atau memang pekerjaan ini
sangat berperan dalam tambahan ekonominya.
2. Ekonomi Keluarga
Secara etimologi ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikonomia. Kata
Oikonomia itu sendiri terdiri atas dua kata, yakni Oikos yang artinya rumah tangga
dan Nomos yang artinya aturan. Dengan demikian, ekonomi memiliki arti mengatur
rumah tangga. Dalam bahasa inggris disebut economic.2 Maksudnya adalah suatu
aturan yang mengatur kehidupan rumah tangga untuk mencapai kesejahteraan dan
pada masa kini keterlibatan perempuan dalam ranah kerja dilatar belakangi oleh
faktor ekonomi rumah tangga yang rendah atau pendidikan suami yang memang
terbatas, sehingga mereka ikut andil dalam pekerjaan supaya mampu menambah atau
meningkatkan perekonomian rumah tangga dan mampu mandiri untuk kehidupan
mereka menjadi lebih baik.
3. Konveksi Jeans
Konveksi jeans adalah sebuah wirausaha pembuatan jeans yang dimiliki
perseorangan. Konveksi ini memproduksi bahan jeans menjadi sebuah celana jeans
untuk dijual di pasar.
2 Murasa Sarkaniputra, Pengantar Ekonomi Islam, Bahan Pengajaran Ekonomi Dan Perbankan
Syariah di IAIN Syahid Jakarta, 1999, hlm. 5.
B. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan suatu kesatuan ekonomis, dimana fungsi keluarga di sini
meliputi pencari nafkah, perencanaan, pembelanjaan dan pemanfaatannya. Sebagai
suatu organisasi terkecil dalam masyarakat, keluarga harus digerakan dengan
kecukupan dalam aspek ekonomi.3 Sebagai faktor pendukung, lingkungan social
keluarga juga merupakan poin penting bagi terbangunnya proses social untuk anggota
keluarga dalam menjalankan fungsi dan peran dalam masyarakat.4
Salah satu persoalan yang ada di dalam masyarakat adalah tingkat
kesenjangan ekonomi yang terlampau lebar, serta tingkat kemiskinan yang terlampau
menakutkan untuk itu, upaya-upaya pengembangan dan pemberdayaan ekonomi
menjadi hal yang mendesak dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Badan pusat statistic
(BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada bulan September 2016 mencapai 27,76
juta orang atau 10,70 persen, atau berkurang sebesar 0,25 juta orang dibandingkan
dengan kondisi maret 2016 sebesar 28,01 juta orang atau 10,86 persen.
Meski selama periode Maret 2016 – September 2016 persentase kemiskinan
menurun, namun menurut Suhariyanto selaku kepala BPS mengatakan bahwa jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,15 juta orang dari 10,34 juta
orang pada Maret 2016 menjadi 10,49 juta orang pada September 2016, sementara di
3 Ulfatmi, Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Islam. (Jakarta: Kementrian Agama, 2012) Cetakan
Pertama. hlm. 205. 4 Djuju Sudjana, Dalam Jalaludin Rahmat, (Ed), Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 26.
daerah perdesaan turun sebanyak 0,39 juta orang dari 17,67 juta orang pada Maret
2016 menjadi 17,28 juta orang pada September 2016.5
Untuk menangani persoalan kemiskinan keluarga di Indonesia pemerintah
telah merancang suatu proyek yang diharapkan dapat lebih terjamin keberlanjutan
yaitu berupa program-program pemberdayaan masyarakat, selain itu pula banyak
Lembaga Swadaya Masyarakat yang bermunculan guna mensejahterahkan
masyarakat agar lebih mandiri salah satunya adanya wirausaha konveksi jeans di
wilayah Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta Barat yang dikerjakan para ibu-ibu
rumah tangga dalam tahap finishing jeans ini.
Perkembangan zaman kini sudah memberikan keluasan bagi kaum wanita
untuk maju, guna memenuhi tuntutan perkembangan diri. Wanita pada zaman modern
mempunyai kemungkinan seluas-luasnya untuk aktif di berbagai bidang kehidupan.
Keterlibatan wanita dalam pasar kerja dilatarbelakangi oleh keharusan sebagai
refleksi dari kondisi ekonomi rumah tangga yang bersangkutan yang rendah sehingga
bekerja untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga adalah suatu yang penting dan
sebagai refleksi kondisi social ekonomi pada tingkat menengah keatas dan adanya
motif intristik (yang datang dari dalam dirinya) yaitu menunjukan eksistensinya
sebagai manusia yang mampu hidup mandiri di dalam keluarga maupun di dalam
kehidupan masyarakat.6
Menurut Goenawan Sumodiningrat (membangun perekonomian rakyat, 1998),
kalau dilihat dari segi penyebabnya, kesenjangan dan kemiskinan dapat dibedakan
5 Http: //Setkab.Go.Id/bps-per-September-2016-jumlah-penduduk-miskin-Indonesia. 6 Kris Budiman, Feminografi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999), hlm, 96.
menjadi kesenjangan dan kemiskinan natural, kesenjangan dan kemiskinan cultural,
serta kesenjangan dan kemiskinan structural.
Kesenjangan dan kemiskinan natural adalah kesenjangan dan kemiskinan
yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah, seperti perbedaan usia, perbedaan
kesehatan, perbedaan geografis tampat tinggal, dan sebagainya. Kesenjangan dan
kemiskinan cultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh perbedaan adat istiadat,
perbedaan etika kerja, dan sebagainya. Adapun kesenjangan dan kemiskinan
structural adalah kesenjangan dan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor
buatan manusia, seperti distribusi aset ekonomi yang timpang, kebijakan ekonomi
yang diskriminatif, koruptif, dan kolutif, serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung
tidak menguntungkan kelompok masyarakat atau golongan tertentu.7
Dalam hal konsep Community Economi Development yang kini banyak
dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat melalui berbagai program-program
terbukti mampu mengurangi angka pengangguran serta berpeluang menciptakan skill
yang lebih baik menuju kemandirian usaha. Jika konsep tersebut diterapkan secara
konsisten, maka pada tataran output-nya akan menghasilkan sisi yang positif seperti
terbukanya lapangan kerja baru yang berakibat pada berkurangnya angka
pengangguran. Serta menghasilkan tenaga kerja yang berjiwa Entrepreneurship sejati
yang mampu membaca peluang usaha yang secara tidak langsung meningkatkan
perekonomian Nasional.8
7 Nanih Dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi Sampai
Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) cet. 1 hlm. 69-70. 8 Skripsi Amelia, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Teknisi Handphone Di
Institut Kemandirian Dompet Dhuafa, jurusan PMI tahun 2009.
Kampung Baru, sebagai salah satu wilayah yang berada di kecamatan Kebon
Jeruk Jakarta Barat ini juga memiliki kompleksitas permasalahan ekonomi keluarga.
Penanganan permasalahan perekonomian keluarga yang dilakukan sebagaimana
dengan adanya para pemilik konveksi ini setidaknya membantu para pekerja konveksi
dalam membantu kebutuhan ekonomi keluarga mereka.
Salah satu sisi fungsi dengan berdirinya para konveksi di wilayah Kampung
Baru Kebon Jeruk Jakarta Barat ini menciptakan kesejahteraan keluarga terutama
bagi para pekerja dan ibu-ibu rumah tangga yang ingin bekerja. Konveksi jeans
sebagai pemberdayaan ekonomi keluarga, telah membantu menciptakan lapangan
pekerjaan bagi para pencari kerja dan para ibu rumah tangga yang berada
disekililingnya dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
keluarga.
Bedasarkan kerangka berpikir di atas muncul rasa penulis untuk ingin lebih
tau dalam lagi tentang Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Konveksi Jeans
khususnya di Wilayah Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta Barat. Ketertarikan
penulis pada kajian ini bedasarkan pada masyarakat Kampung Baru yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, maka tentu sangat strategis untuk dijadikan salah satu
kasus bagi analisis kebijakan social pengembangan masyarakat Islam.
Untuk itu, penulis mengajukan judul : “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
Melalui Konveksi Jeans Di Wilayah Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta
Barat”.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Fokus masalah dalam studi ini, berkisar pada pemberdayaan ekonomi
keluarga melalui konveksi jeans Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta Barat. Untuk
focus dalam penelitian, selain membatasi masalah diperlukan membuat sebuah
rumusan masalah.
1. Pembatasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini karena terbatasnya logika keilmuan, waktu,
ekonomi maka peneliti batasi penelitian hanya pada konveksi dan para ibu rumah
tangga yang bekerja pada pemilik konveksi sebagai finishing jeans di wilayah
Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta Barat. Walaupun penulis hanya meneliti di satu
konveksi yang berada di RT 10 RW 04 saja akan tetapi bagi penulis merasa sudah
cukup mendapatkan data dan informasi yang penulis inginkan.
Dalam membuat sebuah rumusan masalah, pertama-tama perlu dibedakan
antara perumusan masalah dengan pertanyaan penelitian, perumusan masalah bisa
dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan, sedangkan pertanyaan penelitian selalu
dalam bentuk pernyataan.9
Kemudian agar dalam penulisan skripsi ini menjadi lebih focus dan terarah
serta pembahasan tidak melebar maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan konveksi terhadap para ibu-
ibu rumah tangga yang bekerja di konveksi sebagai finishing jeans ?
2. Bagaimana dampak pemberdayaan ekonomi keluarga bagi para ibu-ibu rumah
tangga yang bekerja di konveksi sebagai finishing jeans ?
9 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan (Bandung; Refika
Aditama, 2012), hal. 190.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang hendak diteliti, maka adapun tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan konveksi
kepada para ibu rumah tangga yang bekerja sebagai finishing jeans di wilayah
Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta Barat.
2. Untuk menganalisis dampak ekonomi keluara para ibu rumah tangga yang
bekerja pada konveksi tahap finishing jeans di wilayah Kampung Baru Kebon Jeruk
Jakarta Barat.
Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat yang hendak
diberikan dengan adanya penelitian ini antara lain:
a) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan
baik untuk penulis maupun para pembaca tentang pemberdayaan ekonomi keluarga
yang dilakukan konveksi jeans.
b) Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat membantu dan menjadi bahan
acuan bagi penulisan skripsi selanjutnya.
c) Dengan adanya penelitian ini, setidaknya memberikan sumbangan tentang
dampak, baik yang besifat positif atau negative dari kegiatan tahap finishing jeans
terhadap perekonomian keluarga yang dilakukan para ibu rumah tangga di wilayah
Kampung Baru khususnya di RT 10 RW 04.
E. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan-pendekatan
Metode penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif,
yaitu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian mengenai
kehidupan, riwayat, dan lingkungan masyarakat, disamping juga tentang peranan
pergerakkan social.10
Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian suara
pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi. Hal ini didasarkan pada
kepercayaan bahwa pengetahuan dihasilkan dari seting social dan bahwa pemahaman
pengetahuan social adalah suatu proses ilmiah yang sah.11
2. Macam dan Sumber Data
a) Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan serta dari informan
yang di wawancarai. Dalam hal ini penulis akan mewawancarai pemilik konveksi
serta para ibu rumah tangga yang bekerja pada bagian finishing di konveksi jeans.
Dengan menggunakan metode purposive sampling peneliti membuktikan
validitas data dengan mengambil 8 orang sampel dari 10 orang pekerja finishing
untuk diwawancarai mengenai dampak ekonomi yang mereka rasakan dalam
tahap finishing jeans, kemudian dari hasil wawancara peneliti menganalisis
jawaban dari para informan.
10 Anselm Strausss & Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), cet. III, hlm. 4. 11 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, Persada, 2012),
cet. III, hlm. 2.
b) Data sekunder, yaitu semua informasi yang berkaitan dengan dinamika
pengembangan masyarakat, baik berupa buku-buku penunjang, pendapat tokoh,
maupun karya-karya lain yang menunjang.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu yang penulis inginkan untuk menggali sumber data serta segala macam
informasi tentang pemilik konveksi dan para ibu rumah tangga yang bekerja pada
konveksi kurang lebih 3 bulan. Peneliti akan meneliti bertempat di wilayah Kampung
Baru RT 10 RW 04 Kebon Jeruk Jakarta Barat.
4. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi
Observasi ilmiah adalah “perhatian terfokus terhadap gejala, kejadian atau
sesuatu dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya,
dan menemukan kaidah-kaidah yang mengaturnya.12 Dalam hal ini penulis
melakukan observasi secara langsung ke tempat pimilik konveksi yang berada di
wilayah Kampung Baru RT 10 RW 04 Kebon Jeruk Jakarta Barat untuk melihat yang
terjadi didalamnya yang berguna bagi penulis sebagai analisa dan pengumpulan data.
b) Wawancara
Menurut Moelong wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) dan yang
12 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, hlm. 38.
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan tersebut.13
Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara terbuka dengan
menanyakan beberapa pertanyaan yang peneliti sudah siapkan terlebih dahulu. Tujuan
wawancara ini adalah untuk mendapatkan data mengenai dampak pemberdayaan
ekonomi keluarga bagi para ibu rumah tangga serta apa yang memotivasinya untuk
bekerja pada konveksi bagian finishing jeans Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta
Barat. Adapun wawancara yang dilakukan penulis dengan pihak terkait yaitu pemilik
konveksi, para ibu rumah tangga yang ikut bekerja dan para informan yang
bersangkutan dalam penelitian ini.
c) Studi Dokumen
Studi dokumen adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh lembaga.
Studi dokument merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti
kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu
media terulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek
yang bersangkutan.14 Adapun dokument yang di maksud dalam penyusunan ini
adalah:
1) Laporan umum, yaitu laporan tentang suatu kegiatan yang di tulis atau
disampaikan oleh suatu majalah, jurnal, atau media lainnya mengenai
sesuatu yang berhubungan dengan hal yang diteliti, contohnya modul
tentang pemberdayaan ekonomi keluarga.
13 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), cet. III,
hlm. 118. 14Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 143.
2) Document resmi institusi yang di teliti.
3) Buku-buku yang berhubungan dengan masalah penelitian.
4) Hasil produksi konveksi celana jeans.
5) Proses pembuatan celana jeans.
6) Informan yang di teliti.
7) Wilayah yang bersangkutan dengan tempat penelitian.
Dengan dokumen-dokumen yang ada penulis mendapatkan data mengenai
kondisi social atau politik wilayah Kampung Baru, baik itu berkaitan dengan jumlah
penduduk, pendidikan, maupun mata pencaharian.
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif, yaitu penyajian data dalam bentuk tulisan dan menerangkan apa adanya
sesuai dengan data yang diperoleh. Dengan menganalisa akan diperoleh gambaran
sistematik mengenai isi suatu dokumentasi, observasi dan wawancara yang telah
dilakukan. Oleh karena itu seperti yang diungkapkan bug dan tylor bahwa penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau bisa dari orang-orang dan prilaku yang diamati.15
Menurut Miles dan Huberman ada tiga metode dalam analisis data kualitatif
yaitu :
a) Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan,
abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan-
catatan lapangan yang tertulis. Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah
15 Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2002), hlm. 13
dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Jadi Reduksi data adalah
suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memokuskan, membuang,
dan menyusun data dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat
digambarkan dan diverifikasikan.
b) Model Data/Penyajian Data
Penyajian data adalah suatu kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun.
Seperti yang disebutkan Emzir dengan melihat sebuah tayangan membantu
kita memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatu analisis lanjutan atau
tindakan yang didasarkan pada pemahaman tersebut.
c) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Kesimpulan
Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan dan verifikasi
kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai
memutuskan apakah “makna” sesuatu. Peneliti yang kompeten dapat
menangani kesimpulan-kesimpulan ini secara jelas.16
Dengan demikian, yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah
memperoleh kebenaran data, yang dapat dilakukan dengan cara memperpanjang masa
pengamatan, melakukan pengamatan secara terus menerus, melakukan pengecekan
terhadap hasil pengamatan dan mengeksplorasi akhir penelitian dalam diskusi khusus
untuk membahas tentang keabsahan data, deskripsi hasil peneltian dan kesimpulan
serta saran-saran.17
16 Http:// Kumpulan Materi Kuliah. Blogspot. Co. Id/2015/01/ Analisis Data Penelitian Model Miles_3. 17 Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2002), hlm. 132.
6. Keabsahan Data
Dengan mengacu pada maleong (1994) untuk membuktikan validitas data
penelitian ini ditentukan oleh kredibilitas temuan dan interprestasinya dengan
mengupayakan temuan dan penafsiran yang dilakukan sesui dengan kondisi yang
senyatanya dan disetujui oleh subjek penelitian.18
Keabsahan data dari hasil penelitian kualitatif, harus memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut :
a. Menunjukan atau mendemonstrasikan nilai yang benar
b. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan
c. Memperoleh keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari
prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya isu
dasar dari hubungan keabsahan data pada dasarnya adalah sederhana.19
F. Tinjauan Pustaka
Ada dua Karya Ilmiah (Skripsi) yang penulis jadikan sebagai bahan
peninjauan pustaka, dimana kedua skripsi tersebut penulis anggap sebagai bahan
referensi dan juga berhubungan dengan permasalahan yang akan penulis angkat.
Yakni diantaranya:
1. Nur Putri Amanah, dengan judul : “Pemberdayaan Ekonomi Kelompok Usaha
Rumah Tangga Berbasis Modal Sosial.” Skripsi Mahasiswi Fakultas Ekologi
Manusia, Jurusan Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat, Institut
Pertanian Bogor (2009).
18 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009) hlm. 248. 19 Ibid, hlm. 315.
2. Amelia, dengan judul : “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Keterampilan Teknisi Handphone Di institut Kemandirian Dompet Dhuafa.”
Skripsi Mahasiswi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (2009).
Dari kedua karya ilmiah tersebut penulis mencoba menjadikan sebuah proses
pembelajaran yang bisa dijadikan acuan dalam perbandingan karya ilmiah yang
sedang penulis lakukan. Dimana letak perbedaan karya ilmiah yang sedang penulis
lakukan bertumpu pada pemberdayaan ekonomi keluarga, sedangkan karya ilmiah
Nur Putri Amanah dan Amelia terletak pada pemberdayaan ekonomi kelompok usaha
dan pelatihan teknisi handphone.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima BAB, dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
BAB I : Membahas mengenai pendahuluan, adapun yang dibahas meliputi:
Penegasan Judul, Latar Belakang Masalah; Fokus Masalah dan
Batasan Masalah; Tujuan dan Manfaat Penelitian; Metodologi
Penelitian; Tinjauan Pustaka; Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Membahas mengenai Tinjauan Teoritis, adapun yang dibahas
meliputi: Pengertian Keluarga Dan Ekonomi Keluarga, Pemberdayaan
Ekonomi Keluarga Dan Pemberdayaan Perempuan.
BAB III : Membahas Mengenai Gambaran Umum Subjek dan Objek
Penelitian, yaitu Sejarah dan Latar Belakang berdirinya Konveksi
Jeans, Profil Pemilik Konveksi Jeans, dan Profil Ibu-Ibu Rumah
Tangga Yang Bekerja di Konveksi Sebagai pekerja Finishing Jeans.
BAB IV : Membahas mengenai: Analisis dan Temuan Lapangan, yaitu Analisis
Pemberdayaan Ekonomi Keluarga yang Mencakup Dari Analisis
Perencanaan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui
Konveksi Jeans, Analisis Pelaksanaan Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Keluarga Melalui Konveksi Jeans, Analisis Produktivitas Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Konveksi Jeans, Analisis
Dampak Ekonomi Keluarga Setelah Bekerja Di Konveksi Jeans.
BAB V : Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah unit social terkecil dalam masyarakat, atau suatu ikatan
khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya
statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan
yang lain atau hubungan silahturahim.20 Keluarga juga dapat dikatakan sebagai unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami istri dan anaknya,
dan ikatan yang dinyatakan dalam UU No.10 tahun 1992 pasal 1 ayat 10.21 Dengan
adanya saling menjaga keharmonisan satu sama lainnya maka sebuah keluarga akan
menciptakan kerukunan dalam keluarga, keluarga yang penuh cinta, keluarga yang
penuh kasih kasih sayang dan pada intinya nanti sebuah keluarga akan membaur serta
menjadi contoh di dalam masyarakat.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “keluarga” ibu bapak
dengan anak-anaknya, satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat.22
Sebagai kelompok social, keluarga terdiri dari sejumlah individu yang memiliki
hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban tanggung jawab di antara
individu tersebut. Keluarga merupakan sebuah institusi terkecil didalam masyarakat
20 J. Goode, William, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 39. 21 Marjuki Dan Umi Ratih Santoso, Indikator Ketahanan Sosial Keluarga, (Jakarta: Departemen Sosial
RI, 2006), hlm. 12 22 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996), hlm. 471.
yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman,
damai, dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggotanya.23
Anggota keluarga yang dimaksud disini yaitu anggota keluarga yang saling
melengkapi satu sama lain serta saling mendukung sehingga menimbulkan
keharmonisan dalam bekeluarga yang penuh cinta dan kasih sayang.
Menurut psikologi, keluarga bisa diartikan sebagai dua orang yang berjanji
hidup bersama yang memiliki komitmen atas dasar cinta, menjalankan tugas dan
fungsi yang saling terkait karena sebuah ikatan batin atau hubungan perkawinan yang
kemudian melahirkan ikatan sedarah, terdapat pula nilai kesepahaman, watak,
kepribadian yang satu sama lain saling mempengaruhi walaupun terdapat keragaman,
menganut ketentuan norma, adat, nilai, yang diyakini dalam membatasi keluarga dan
yang bukan keluarga.24 Dengan adanya suatu perjanjian dalam ikatan sah yang
didasari oleh cinta, membuat sebuah keluarga menjadi saling menyayangi satu sama
lain serta membentuk kepribadian, watak, dan pendewasaan yang baik di dalam
keluarga.
2. Pengertian Ekonomi Keluarga
Secara terminologi dikatakan bahwa ekonomi adalah pengetahuan tentang
pristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia secara perseorangan
dan kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan
pada sumber yang terbatas.25
23 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, hlm. 37. 24 Ibid, hlm. 38. 25 Ahmad Muhammad Al-Assal Dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Prinsip Dan Tujuan Ekonomi
Islam, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke 1, hlm. 143.
Pengertian lain dikemukakan oleh Anshori. Dimana ia mengartikan ekonomi
adalah kegiatan manusia dan kegiatan masyarakat untuk mempergunakan unsure-
unsur produksi seperti kekayaan alam, modal, tenaga kerja dan skill dengan sebaik-
baiknya guna memenuhi berbagai macam kebutuhan.26 Dengan demikian, dapat
dijelaskan bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia entah itu perorangan
atau kelompok dalam memenuhi kebutuhannya dapat menggunakan unsur-unsur
produksi seperti terbentuknya skill dan semangatnya dalam bekerja.
Sedangkan para ahli ekonomi Islam mendefinisikan ekonomi sebagai sesuatu
yang berkenaan dengan prilaku manusia yang berhubungan dengan kegiatan
mendapatkan uang dan membelanjakannya.27 Sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan.28 Dalam konteks ini, yang di maksud kesejahteraan disini yaitu
manusia yang mau bekerja untuk mendapatkan uang agar tercukupi segala kebutuhan
hidupnya.
Dari berbagai penjelasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelari tentang bagaimana cara manusia
entah itu secara individu maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara bekerja atau dengan skill yang dimiliki agar mendapatkan uang untuk
kesejahteraan dalam hidup berumah tangga maupun masyarakatnya.
26 Endang Syarifudin Anshori, Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam Dan Umatnya,
(Bandung: Cv. Pustaka Peroustakaan Salman Itb, 1983), hlm. 145. 27 Fuad Muhammad Fachrudin, Ekonomi Islam, (Jakarta: Penerbit Mutiara, 1982),
hlm. 75. 28 M. Abdul Manan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995),
hlm.23.
Sedangkan pengertian keluarga adalah kumpulan dari individu-individu yang
satu sama lain terikat oleh sistem kekeluargaan. Dimana pilar utama keluarga adalah
suami istri atau ayah dan ibu dan berkembang menjadi sebuah keluarga besar yang
memiliki ikatan emosional yang alami, saling ketergantungan dan saling
membutuhkan satu sama lain di dalam keluarga yang merupakan unit terkecil dalam
masyarakat.29
Dengan demikian, yang dimaksud ekonomi keluarga adalah suatu kajian
tentang upaya keluarga dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya melalui
aktivitas-aktivitas kerja yang memang dilakukan sebuah keluarga dengan saling
ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama lain serta membuat aturan-aturan
didalamnya agar terjadinya keharmonisan, kerukunan, kenyamanan dan kesejahteraan
keluaga dalam berumah tangga.
Untuk memenuhi kebutuhan suatu keluarga, manusia harus melakukan
aktivitas kerja. Seperti yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga di wilayah Kampung
Baru yang memang berinisiatif untuk bekerja membantu suami agar mendapatkan
kesejahteraan untuk ekonomi keluarga.
3. Sumber-Sumber Ekonomi Keluarga
a. Rumah Tangga Keluarga Sebagai Produsen
Untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi dalam rumah tangga keluarga
harus memiliki penghasilan atau pendapatan yang dapat dipergunakan untuk
29 Ahmad Mubarok, Psikologi Keluarga Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa, (Jakarta:
Bina Rena Pariwara, 2005), Cet ke 1. Hlm. 2.
melakukan kegiatan ekonomi lainnya. Rumah tangga keluarga dalam kegiatan
ekonomi merupakan pemilik faktor produksi. Faktor produksi tersebut antara lain:
1) Tanah, bagi masyarakat pedesaan khususnya petani, tanah merupakan aset
produksi yang utama. Dari tanah inilah dapat difungsikan sebagai penghasilan
pendapatan. Misalnya disewakan atau ditanami sebagai sumber penghidupan
keluarga.
2) Tenaga kerja, keluarga merupakan penyedia tenaga kerja bagi kegiatan
produksi, baik produksi dalam keluarga tersebut ataupun kemungkinan
dimanfaatkan oleh pihak lain.
3) Keahlian, sumber penghasilan keluarga adalah dari keahlian yang dimiliki
oleh kepala keluarga (bisa ayah, ibu atau keduanya). Keluarga juga menjadi
sumber daya berupa keahlian yang dimiliki oleh anggota keluarga itu.
4) Modal, keluarga merupakan modal produksi. Di mana masing-masing anggota
keluarga memiliki keahlian masing-masing dan berpotensi menjadi tenaga
kerja untuk menghasilkan suatu barang.
Kegiatan produksi yang dilakukan dalam rumah tangga keluarga adalah
menyediakan faktor produksi yang dibutuhkan pelaku ekonomi lainnya. Dalam
kegiatan produksi inilah rumah tangga keluarga memperoleh penghasilan atau
pendapatan dalam bentuk uang.
b. Rumah Tangga Keluarga Sebagai Distributor
Kegiatan distribusi adalah kegiatan menyampaikan barang dan jasa dari
produsen dan konsumen. Kegiatan distribusi dapat dilakukan oleh rumah tangga
dengan membuka toko atau warung yang digunakan untuk mendistribusikan
barang-barang kebutuhan masyarakat.
Selain membuka toko atau warung, rumah tangga juga dapat melakukan
distribusi dengan menjadi pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang
perantara, dan lain-lain. Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh rumah tangga ini
bertujuan untuk mendapatkan penghasilan atau menambah penghasilan keluarga.
c. Rumah Tangga Keluarga Sebagai Konsumen
Konsumsi dalam pengertian ekonomi adalah kegiatan mengurangi atau
menghabiskan nilai guna barang/jasa. Pengertian mengurangi atau menghabiskan
di sini dapat secara berangsur-angsur atau sekaligus. Barang yang digunakan
langsung untuk pemenuhan kebutuhan disebut barang konsumsi, misalnya
makanan dan minuman. Adapun barang yang tujuannya untuk menghasilkan
barang disebut barang produksi, misalnya kendaraan, computer, dan lain-lain.
Rumah tangga keluarga merupakan kelompok yang paling sering
melakukan kegiatan konsumsi, sesuai perannya masing-masing anggota keluarga
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, baik dilihat dari jumlah maupun
macamnya. Perbedaan kegiatan konsumsi tersebut disebabkan adanya perbedaan
jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, cara dan kebiasaan hidup.
Misalnya ayah sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai karyawan sebuah
perusahaan membutuhkan dasi, sepatu, tas kantor, dan lain-lain. Ibu sebagai ibu
rumah tangga membutuhkan kompor, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain.
Adapun kebutuhan anak lain lagi, misalnya sebagai pelajar, ia membutuhkan buku
tulis, pulpen, pensil, tas sekolah dan lain-lain.
Kegiatan konsumsi yang dilakukan oleh setiap rumah tangga keluarga pun
berbeda-beda. Adapun faktor yang mempengaruhi perbedaan kegiatan konsumsi
yang terjadi dalam masing-masing rumah tangga adalah:
1) Jumlah pendapatan keluarga, semakin besar pendapatan keluarga, semakin
besar pula dana yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
2) Jumlah anggota keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga, semakin
banyak pula barang/jasa yang diperlukan.
3) Tingkat harga barang atau jasa, semakin tinggi harga barang/jasa, semakin
banyak pula dana yang diperlukan untuk membeli barang/jasa yang
diperlukan keluarga tersebut.
4) Status social ekonomi keluarga, semakin tinggi status social keluarga,
semakin tinggi pula selera konsumsinya. Tingkat selera konsumsi seseorang
akan nampak pada tingkat kualitas barang atau jasa yang dipilih untuk
memenuhi kebutuhan keluarga tersebut.30
4. Kemandirian Ekonomi Keluarga
a. Wirausaha
Wirausaha memiliki dua kata yaitu “wira” dan “usaha”, dimana wira
berarti laki-laki, pahlawan. Sedangkan “usaha” berarti suatu kegiatan yang
mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud.31
Bila kita satukan maka kata wirausaha artinya menjadi suatu kegiatan
tertentu yang dilakukan oleh kaum laki-laki dengan mengerahkan tenaga dan
fikirannya dengan tujuan untuk mencapaian maksud tertentu.
30Http://Www.GaleriPustaka.Com/2013/03/Rumah-Tangga-Keluarga-Sebagai-Pelaku.Html. 31 Soetomo, Kamus Bahasa Indonesia Menunjang Persatuan Dan Kesatuan, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005).
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa istilah wirausaha berasal dari
bahasa prancis yaitu Entepreneur, dimana jika dalam bahasa inggris diartikan
sebagai between taker atau go-between. Di bawah ini merupakan beberapa
pendapat mengenai wirausaha yang ditinjau dari beberapa segi ekonomi,
psychologist, businessman, dan pemodal yaitu :
1) Bagi ahli ekonomi seorang entrepreneur adalah orang yang mengombinasikan
resources, tenaga kerja, material dan peralatan lainnya untuk meningkatkan
nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya. Dan juga orang yang
memperkenalkan perubahan-perubahan dan perbaikan produksi lainnya.
Dengan kata lain wirausaha adalah seseorang atau kelompok orang yang
mengorganisir faktor-faktor produksi, alam, tenaga dan skill untuk tujuan
berproduksi.
2) Bagi seorang psychologist wirausaha adalah seorang yang memiliki dorongan
kekuatan dari dalam untuk mempeloreh suatu tujuan. Suka mengadakan
eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan
orang lain.
3) Bagi seorang businessman wirausaha merupakan ancaman, pesaing baru atau
bisa jadi sebagai patner, pemasok atau konsumen.
4) Bagi seorang pemodal wirausaha merupakan seseorang yang dapat
menciptakan kesejahteraan untuk orang lain, yang menemukan cara-cara baru
untuk menggunakan resoures, mengurangi pemborosan, dan membuka
lapangan kerja yang disenangi oleh masyarakat.32
32 Alma, Kewirausahaan, (Bandung: ALFABETA, 2005), Cet. 9, hlm. 31.
b. Keterampilan
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata keterampilan berasal dari kata
terampil yang mengandung arti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan
cekatan. Keterampilan itu sendiri mengandung arti kecakapan untuk
menyelesaikan tugas.33
Menurut Littre di dalam buku Maurice Duvenger, bahwa pengertian
keterampilan adalah sebagai proses kolektif dari suatu kemahiran atau manufaktur
khusus. Maksudnya keterampilan dengan berbagai penemuan yang direncanakan
manusia dengan menggunakan alat-alat, mesin dan sebagainya yang memberikan
peserta penguasaan terhadap materi yang diberikan.34
Dalam hal ini bisa di simpulkan bahwa keterampilan adalah suatu
kemahiran yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau
pekerjaannya dengan cekatan yang baik dalam penguasaan materi yang diberikan
untuk menyelesaikan segala jenis tugas atau pekerjaannya.
Menurut Syamsuar Mochtar, keterampilan adalah cara memandang siswa
serta kegiatannya sebagai manusia seutuhnya, yang diterjemahkan dalam kegiatan
belajar-mengajar yang memperhatikan perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta
sikap, perasaan, dan keterampilan sebagai satu kesatuan baik berupa tujuan maupun
sekaligus pelatihannya, yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut
tampak dalam bentuk kreativitas.35
33 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1998), hlm. 935. 34 A. Samana, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional Dan Pertimbangan
Metodelogisnya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992), hlm. 111. 35 Ibid, hlm. 111.
B. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
pemberdayaan adalah suatu proses yang relative terus berjalan untuk
meningkatkan perubahan yang lebih baik.36 Secara koseptual, pemberdayaan dan
pemberkekuasaan (empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau
keberdayaan).37 Dengan demikian, definisi pemberdayaan adalah suatu perubahan
seseorang untuk kearah yang lebih baik lagi dengan memberikan kemampuan untuk
menjadi lebih mandiri.
Di dalam Al-Qur’an juga dianjurkan untuk perubahan memang harus di
landaskan pada keingin diri sendiri terlebih dahulu untuk ke arah yang lebih baik,
seperti contoh ayat ini :
إنَّ اهلَل ال يُ َغيّ ُر َما ِبَقْوٍم َحّّت يُ َغيّ ُرْوا َما بِأنْ ُفِسِهمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’ad ayat 11)
Menurut Shardlow pemberdayaan yaitu membahas bagaimana individu,
kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka38.
Adapun pemberdayaan yang digunakan oleh Nanih Machendrawati
menggunakan istilah “Pengembangan” yang berarti membina, dan meningkatkan
36 Isbandi Rukminto Adi. Pemikiran Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Social, (Jakarta:
UI press 2011), hlm. 32. 37 Edi Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2005),
hlm. 57. 38 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas
(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), hlm. 54.
kualitas. Untuk menyebut pemberdayaan, T. Hani Handoko menggunakan istilah
pengembangan yang diartikan sebagai sautu usaha jangka panjang untuk
memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan.39
Sedangkan menurut Edi Suharto pemberdayaan adalah sebuah proses dan
tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan,
maka pemberdayaan menunjuk kepada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan social yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi maupun social seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyempatkan inspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan
social dan mandiri.40
Pemberdayaan yang dirasakan para ibu rumah tangga yang memang
berinisiatif untuk bekerja di konveksi jeans bagian finishing ini, mereka menjadi lebih
mandiri serta berkehendak bebas untuk mengekspresikan keterampilan serta skill
yang dimiliki setelah mendapat pelatihan dari pemilik konveksi.
Pemberdayaan baik dari segi proses maupun tujuan, pemberdayaan mencakup
tidak hanya peningkatan kemampuan seseorang atau sekelompok orang melainkan
pola perubahan sistem dan struktur social.41 Maksud disini berarti masyarakat yang
39 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: Bpfe, 1997), hlm. 337. 40 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), hlm. 59-60. 41 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial DI Dunia Industri: Memperkuat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,
(Bandung: Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), hlm. 144.
diberdayakan untuk menelaah apa yang memang bermanfaat bagi dirinya untuk
perubahan kearah yang lebih baik.
Selain itu pemberdayaan juga berarti menciptakan kondisi hingga semua
orang dapat menumbang kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuannya,
dimana pemberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu dalam
masyarakat untuk membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.42
2. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
Masalah kemiskinan menjadi identik dengan masyarakat Indonesia, situasi
ekonomi masyarakat Indonesia sekarang ini bukan untuk diratapi, melainkan untuk
dicarikan jalan pemecahannya. Untuk dari himpitan ekonomi ini diperlukan
perjuangan besar dan gigih dari semua komponen masyarakat. Setiap pribadi
masyarakat ditantang untuk lebih keras dalam berinteraksi lebih skill full dalam
memfasilitas jaringan kerja dan lebih professional dalam mengelola potensi-potensi
dan kekuatan-kekuatan ril ekonomi rakyat.
Untuk bisa keluar dari himpitan situasi ekonomi seperti sekarang ini, salah
satunya diperlukan penguasaan terhadap life skill (keahlian hidup). Masalah
berikutnya adalah mengapa harus keahlian hidup, karena berbagai bidang kehidupan
modern menuntut keahlian-keahlian. Tanpa keahlian akan sulit bagi seseorang untuk
mendapatkan peluang serta memenangkan kompetisi hidup yang kian keras.
Dunia modern menuntuk sikap antisipatif dalam menyongsong masa depan
dengan pembekalan berbagai pendidikan keahlian. Pendidikan dan keahlian inilah
yang dapat mengantisipasi perubahan zaman yang amat cepat.
42 Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm. 14.
Untuk keluar dari himpitan ekonomi sekarang ini di samping menuntut
penguasaan terhadap life skill atau keahlian hidup juga dibutuhkannya pengembangan
dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk memberdayakan
ekonomi rakyat yaitu:
a. Pemberian peluang atau akses produksi. Di antara akses produksi yang paling
mendasar adalah akses kepada dana. Tersedianya dana yang memadai dapat
menciptakan pembentukan modal bagi yang kecil, sehingga dapat digunakan
untuk pemupukan modal secara berkesinambungan.
b. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat.
Kesetiakawanan, akan timbul percaya diri dan bangga diri dalam menghadapi era
kesibukan ekonomi.
c. Meningkatkan upaya pendidikan dan kesehatan dalam upaya menciptakan sumber
daya manusia yang kuat dan tangguh. Upaya-upaya perbaikan kesehatan dan
pelayanan pendidikan harus dilakukan tanpa henti dengan memperhatikan kualitas
yang semakin baik. Hal itu biasa dilakukan melalui berbagai upaya, misalnya
pendidikan formal biasa, pelatihan-pelatihan, eksperimen dilapangan dan
sebagainya.
d. Kebijakan ketenaga kerjaan yang mendorong munculnya tenaga kerja yang
terampil, menguasai keterampilan dan keahlian hidup serta tenaga kerja mandiri
dengan bekal keahlian berwiausaha.
e. Pemerataan pembangunan antar daerah. Untuk itu, pemerintah harus produktif
memberikan kemudahan. Seperti bantuan kredit lunak untuk pengusaha kecil.
f. Mengadakan penyuluhan dan pelatihan.
Dengan demikian inti pembangunan ekonomi kerakyatan tidak lain adalah
mensejahterakan dalam dimensi lahir dan batin.43
Selain menggunakan langkah yang strategis dalam memberdayakan ekonomi
rakyat, dalam pemberdayaan ekonomi rakyat terdapat tahapan-tahapannya, menurut
Isbandi Rukminto Adi, antara lain sebagai berikut:
a) Tahap persiapan (engagement)
Pada tahap persiapan ini meliputi sekurangnya dua tahapan yang harus
dikerjakan, yaitu: tahap penyiapan petugas (community worker) untuk
menyamakan persepsi antara anggota tim agen perubahan (change agent)
mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pemberdayaan
masyarakat. Tahap penyiapan lapangan dimana petugas (community worker) pada
awalnya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran,
baik dilakukan secara formal maupun informal.44
b) Tahap pengkajian (asessment)
Proses asessment yang dilakukan di sini dapat dilakukan secara individual
melalui tokoh-tokoh masyarakat. Tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok
dalam masyarakat. Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubahan berusaha
mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang
dimiliki klient.45
c) Tahap perencanaan alternative program atau kegiatan (designing)
43 Muhammad Nurseha, Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Komunitas Proklamasi Yayasan
Nuraini Dunia Di Kelurahan Pengangsaan Menteng Jakarta Pusat, (Jakarta: 2009). 44 Isbandi Rukminto Adi. Pemikiran Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Social, (Jakarta:
UI press 2002), hlm. 182. 45 Ibid, hlm. 186.
secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah
yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya mengatasi
permasalahan yang ada pada masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa
alternative program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan.
d) Tahap pemformulasian rencana aksi (designing)
Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok masyarakat untuk
memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk tertulis, terutama bila ada
kaitannya dengan pembuatan proposal kepada pihak penyandang dana, dimana
bantuan dari pihak petugas ini biasanya amat diperlukan pada kelompok yang
belum pernah mengajukan proposal kepada penyandang dana.46
e) Tahap pelaksanaan program atau kegiatan (implementation)
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam
program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada
kerja sama antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja sama antar
warga.47
f) Tahap evaluasi (evsaluation)
Evaluasi sebagai pengawasan dari warga dan petugas terhadap program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan warga. Dengan melibatkan warga pada tahap ini diharapkan akan
terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara
internal. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu
46 Ibid, hlm. 188. 47 Ibid, hlm. 190.
sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada.48
g) Tahap terminasi (disengagement)
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran. Terminasi dalam suatu program pemberdayaan masyarakat,
tidak jarang dilakukan bukan karena masyarakat sudah dianggap mandiri, tetapi
lebih karena proyek sudah dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang
ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada
penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.49
3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
Dalam konteks pekerjaan social, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga
ras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro.
a. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui
bimbingan, konseling. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klient
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai
pendekatan yang berpusat pada tingkat.
b. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klient.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan
sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap klient agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.
48 Ibid, hlm. 193. 49 Ibid, hlm. 195.
c. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga strategi sistem besar, karena sasaran
perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan
kebijakan, perencanaan social, kampanye, aksi social, mengorganisasian
masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi
untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk menentukan strategi
yang tepat untuk bertindak.50
4. Tujuan Pembedayaan Ekonomi Keluarga
Tujuan dari pemberdayaan ekonomi adalah:
a. Meningkatkan kesadaran akan potensi yang dimiliki untuk menciptakan
kesejahteraan ekonomi dalam keluarga.
b. Memperkuat kemampuan yang dimiliki untuk mengembangkannya agar menjadi
lebih baik lagi.
c. Memotivasi akan pentingnya ekonomi dalam suatu keluarga.
Pemberdayaan bertujuan juga untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
yang lemah atau tidak beruntung. Pemberdayaan masyarakat disebut sebagai tujuan,
yakni pemberdayaan menunjuk pada keadaan yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
berupa fisik, ekonomi, maupun social seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan
social, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.51
50 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), hlm 66. 51 Ibid, hlm. 58.
Dari teori di atas bisa dikaitkan dengan gambaran umum peniliti tentang Ibu-
ibu rumah tangga di wilayah Kampung Baru yang memang berinisiatif untuk bekerja,
sekarang menjadi berdaya, mandiri serta mempunyai life skill atau keahlian, didalam
keahliannya bisa membuahkan hasil untuk mata pencaharian sebagai pendapatan
yang berguna untuk mensejahterakan ekonomi keluarganya.
5. Pemberdayaan Perempuan
Menurut Moeljarto, istilah pengembangan sering dirumuskan sebagai sesuatu
yang membutuhkan perbaikan52. Sedangkan potensi merupakan kekuatan,
kesanggupan, kekuasaan, pengaruh dan daya53. Dan sumber daya wanita adalah
kemampuan yang dimiliki para wanita dalam melakukan aktivitasnya melalui
bekerja54.
Pada dasarnya pemberdayaan perempuan menjadi penting dikarenakan
beberapa faktor:
a. Pembangunan dengan perspektif patriakhal mengakibatkan perempuan menjadi
tidak berdaya (tidak dapat mengekspresikan kebebasan yang dimilikinya).
b. Tingkat pendidikan perempuan cenderung lebih rendah dari pada laki-laki.
c. Hak reproduksi yang cenderung dipaksakan.
d. Ketinggalan perempuan dalam dunia politik dan sebaliknya.55
Maka dari itu pemberdayaan perempuan memang perlu diterapkan yang
berguna dan bertujuan untuk membuat perempuan menjadi lebih mandiri. Mandiri
52 Moeljarto, Politik Pembangunan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995), hlm. 3. 53 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm.
614. 54 Mar’at, Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurnya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hlm. 21. 55 Ari Sunarijati, dkk, Perempuan yang Menuntun: Sebuah Perjalanan Inspirasi dan Kreasi,
(Bandung: Ashoka Indonesia, 2000), Cet, ke-1, hlm. 130.
yang dimaksud disini yaitu menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang
berkehendak bebas.
BAB III
GAMBARAN UMUM KONVEKSI JEANS
DI WILAYAH KAMPUNG BARU KEBON JERUK JAKARTA BARAT
A. Latar Belakang Berdiri Konveksi Jeans Di Wilayah Kampung Baru Kebon
Jeruk Jakarta Barat
1. Profil Dan Sejarah Berdiri Konveksi Jeans
Usaha konveksi jeans di wilayah kampung baru ini adalah milik perseorangan,
salah satu pemilik konveksi jeans yang penulis temui di wilayah ini adalah bapak
Aam yang bertempat tinggal di kampung baru RT 10 RW 04 Sukabumi Selatan
Kebon Jeruk Jakarta Barat. Konveksi jeans milik bapak Aam berdiri pada tahun 1985
dengan nama merek “Ariza” jeans, bapak Aam juga mempunyai toko di pasar grosir
Cipulir untuk memasarkan jeans hasil produknya. Kelebihan letak konveksi jeans ini
di bilang memang strategis karena tepat berada di lingkungan pemukiman
masyarakat.
Dari awal berdirinya konveksi memang bertujuan untuk meningkatkan
ekonomi keluarga bapak Aam, akan tetapi di sisi lain bapak Aam dengan usaha
konveksinya ini juga bermaksud untuk meningkatkan ekonomi para ibu rumah tangga
yang sebelumnya hanya berkegiatan mengurus rumah tangga. Dengan diberikan
pelatihan yang cukup mudah terlebih dahulu untuk tahap finishing jeans yang
beranggotakan 8 pekerja ibu rumah tangga.
Pada dasarnya para ibu rumah tangga yang bekerja hanya sekedar ingin
membantu suami mencari nafkah atau hanya iseng-iseng untuk mengisi kekosongan
waktu luangnya. Kini setidaknya para ibu rumah tangga yang berinisiatif untuk
bekerja tahap finishing jeans lebih mandiri serta bisa menghasilkan uang sendiri
untuk kebutuhan sehari hari dan ekonominya.
2. Tujuan serta Visi dan Misi
Tujuan
Untuk meningkatkan ekonomi keluarga bapak Aam menjadi lebih baik lagi
serta bermanfaat untuk tetangga sekitar di wilayah Kampung Baru RT 10 RW 04
Kebon Jeruk Jakarta Barat.
Visi
Untuk dapat mengembangkan usahanya ke pasar-pasar grosir di tempat
lainnya agar dapat meningkatkan penghasilan dari hasil produksi penjualannya dan
juga membuka lapangan pekerjaan baru.
Misi
a. Meningkatkan jumlah modal usaha konveksi agar produktivitas bisa lebih banyak
lagi.
b. Meningkatkan kualitas usaha konveksi.
c. Meningkatkan kesejahteraan keluarga khususnya keluarga bapak Aam.
B. Tata kerja pekerja konveksi jeans di Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta
Barat
1. Tata kerja pekerja konveksi jeans terbagi menjadi 3 proses yaitu:
a. Proses produksi jeans
Proses produksi jeans dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan jeans
yang berjenis bahan feirari yang masih berbentuk gulungan bahan, bapak Aam
biasa membeli bahan tersebut di Cv. Shahna Thayaran. Sebelum bahan tersebut di
jahit terlebih dahulu bahan di buat pola lalu di potong-potong dengan ukuran dan
banyaknya yang akan di produksi sesuai keinginan bapak Aam atau sesuai
pesanan langganannya.
Setelah proses pemotongan bahan jeans ke beberapa bagian lalu bahan
tersebut dijahit oleh para pekerja laki-laki di konveksi. Tahap selanjutnya bahan
jeans yang sudah dijahit berbentuk celana kemudian di garmen dan di gosok
ditempat Mutiara Laundry. Selanjutnya celana jeans yang sudah di laundy akan di
finishing dengan para ibu-ibu yang memang ingin mencari uang tambahan atau
sekedar hanya iseng-iseng mengisi kekosongan.
Dari tahap finishing jeans ini para ibu-ibu ditugaskan untuk membuangi
sisa-sisa jaitan pada celana jeans, mengancingi celana jeans, menaruh merek dan
no size di celana jeans lalu setelah itu di masukan kedalam plastic ukuran celana
jeans agar bisa dipasarkan di pasar grosir cipulir tempat bapak Aam berdagang.
b. Proses distribusi celana jeans
Proses distribusi celana jeans yang sudah jadi akan di bawa ke pasar grosir
cipulir untuk dijual, dan juga dikirim jika ada langganan yang memesan, biasanya
pengiriman ke pasar Tanah Abang, Papua, Kalimantan bahkan sampai ke
Bangkok. Pada proses distribusi, pengiriman dilakukan sendiri oleh Bapak Aam
selaku pemilik konveksi jeans Ariza dan tidak melibatkan para pekerjanya dalam
proses distribusi.
c. Pendanaan dari pembuatan jeans
Adapun dana yang didapat untuk pembuatan jeans ini diperoleh dari dana
perseorangan yakni bapak Aam sebagai pemilik konveksi jeans yang bermerek
Ariza jeans dari awal berdirinya sampai sekarang menggunakan dana pribadinya.
2. Penguatan Kapasitas Lembaga Lokal
a. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia (SDM) yang berada ditempat penulis meneliti
meliputi 6 orang laki-laki sebagai penjahit dan 10 orang perempuan sebagai
finishing jeans, yang mana mereka juga tinggal di RT 10 RW 04 kampung baru
kebon jeruk jakarta barat.
Kualitas SDM yang ada di sana cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari
motivasi mereka yang rajin untuk bekerja di konveksi. Walaupun dari mereka
bukanlah orang berpendidikan tinggi namun mereka memiliki semangat yang
bagus dalam bekerja.
b. Penguatan Jaringan (multi stakeholder)
Jaringan merupakan salah satu alat untuk berkembangnya informasi yang
kita miliki untuk mengembangkan usaha, karena jaringan pula usaha yang kita
miliki akan memperoleh pengakuan dari luar seperti perusahaan baik negri
ataupun swasta bahkan bisa jadi dalam masyarakat di lingkungan kita pun akan
mengakui keberadaan usaha yang kita jalani.
C. Gambaran Wilayah Kampung Baru RT 10 RW 04
1. Letak dan Batasan Wilayah
Jika dilihat secara seksama wilayah RT 10 RW 04 ini dapat dikatakan
pemukiman padat penduduk, hal ini dapat terlihat dengan banyaknya warga yang
tinggal ditempat ini. Jumlah Penduduk dan kepadatan penduduk jiwa per hektar
a) Jumlah Penduduk : 568 Jiwa
- Laki-laki : 278 Jiwa
- Perempuan : 290 Jiwa
b) Jumlah KK : 147 Jiwa
c) Kepadatan penduduk : 190 orang / Ha
Selain itu, batasan wilayah Geografisnya meliputi:
a) Luas Wilayah : 3 Ha
b) Batas Wilayah :
1. Utara : Berbatasan dengan Rt 04/04
2. Timur : Berbatasan dengan RW 03
3. Selatan : Berbatasan dengan Rt 02/04
4. Barat : Berbatasan dengan Rt 03/04 dan RW 07
BAB IV
ANALISIS TEMUAN LAPANGAN
Pemberdayaan ekonomi keluarga melalui konveksi ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi inisiatif para ibu rumah tangga bekerja di konveksi, maka semakin
mandiri dan berdaya para ibu rumah tangga untuk menghasilkan pendapatan ekonomi
keluarga agar meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik.
Sesuai dengan pernyataan Diana (1991) dalam bukunya yang berjudul
Perencanaan Sosial Negara berkembang yang sudah penulis jabarkan dalam tinjauan
teori bahwa pemberdayaan adalah perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak
berdaya menjadi berdaya, serta pemberdayaan juga terkait dengan upaya
meningkatkan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik.56
Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian ini, ada informan yang memang
mengandalkan pekerjaan ini untuk kebutuhan ekonomi keluarganya, sedangkan
pekerja yang lain setidaknya merasakan perubahan dalam hidupnya menjadi cukup
berdaya dan mandiri walaupun bekerja hanya sekedar iseng-iseng atau hanya mengisi
kekosongan waktu.
Selanjutnya penulis akan membahas tentang beberapa temuan lapangan yang
berlokasi di wilayah Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta Barat. Analisis tentang
pemberdayaan ekonomi mencakup : Perencanaan, Pelaksanaan, Produktivits dan
Dampak. Berikut beberapa analisis temuan lapangan tersebut:
56 Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press: 1991),
hlm. 15.
A. Perencanaan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Konveksi Jeans.
Dalam tahap perencanaan dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan
warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara
mengatasinya. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada pada masyarakat
diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat
mereka lakukan.57 Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara bersama ibu yanti:
“Bekerja disini sih lumayan aja bang bisa dapet duit buat jajan anak sambil
iseng-iseng dari pada ga ngapa-ngapain”.58
Seperti halnya yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga yang memang berinisiatif
untuk melakukan kegiatan bekerja di konveksi jeans, pada bagian finishing ini.
Mereka melakukan pekerjaan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada ekonomi
keluarganya, entah itu hanya untuk sekedar iseng-iseng atau tambahan jajan.
Pada tahap perencanaan ini ketika sebuah konveksi mengalami sebuah
masalah entah itu keadaan pasang surut dalam penjualan maka kegiatannya tetap
dilakukan dengan mencari alternatif lain agar proses pemberdayaan tetap berjalan
tanpa harus ada pemberhentian secara paksa. Altarnatif yang dilakukan pihak
konveksi yaitu dengan mengurangi hasil produksitvitasnya saja agar para ibu rumah
tangga bisa tetap melakukan kegiatan finishing jeans.
Dalam proses perencanaan pembuatan jeans ini tidak melibatkan seluruh
pekerja, termasuk ibu-ibu rumah tangga yang bekerja. Segala sesuatu dalam
pembuatan jeans hanya pemiliknya saja yang merencanakan segalanya, entah itu jenis
bahan pembuatan jeans, model jeans dan permodalan yang ada di dalam konveksi
57 Isbandi Rukminto, Adi. Pemikiran Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Social, (Jakarta:
UI press 2002), hlm. 188. 58 Wawancara pribadi dengan ibu yanti sebagai pekerja finishing jeans.
jeans. Mereka yang bekerja tidak di ikut sertakan dalam perencanaan karena tugas
mereka hanya pembuat celana jeans untuk di jual dipasar.
Perencanaan dalam pemberdayaan ekonomi keluarga yang ada di konveksi ini
melibatkan langsung pemilik konveksi yang mengajarkan pelatihan dan keterampilan
kepada ibu-ibu rumah tangga yang memang berinisitatif ingin bekerja pada tahap
finishing jeans, di sini memang tidak ada struktur dalam pengorganisasian dalam
pembuatan celana di konveksi jadi semua kegiatan dalam konveksi langsung kepada
pemilik konveksi.
Selain mempunyai perencanaan, dalam pemberdayaann juga harus
mempunyai tujuan. Tujuan dari pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil
yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan social yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.59 Gambaran tentang tujuan pemberdayaan di konveksi jeans dapat
dilihat dari kutipan wawancara berikut :
“kalo bicara proses pembedayaannya, paling disini saya hanya mengajarkan
kepada mereka keterampilan bagaimana cara untuk penyelesaian jeans aja sampai
mereka benar-benar bisa”.60
Selain itu mereka yang mau berinisiatif bekerja di konveksi akan diajari oleh
pihak konveksi bagaimana caranya/proses pengelolaan dalam tahap finishing celana
hingga para ibu rumah tangga yang ingin bekerja di tempat ini menjadi benar-benar
59 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat (Bandung : PT. Retika Adhitama,
2005), hlm. 60. 60 Wawancara pribadi dengan bapak Aam sebagai pemilik konveksi jeans.
bisa dan dapat mulai bekerja sehingga mereka bisa melakukan perubahan dalam
hidupnya.
B. Pelaksanaan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Konveksi Jeans.
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam
program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan
baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama
antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga.61
Dalam proses pelaksanaan merupakan inti dari kegiatan pemberdayaan,
dimana pada tahap ini proses pemberdayaan dilakukan agar sesuai rencana awal.
Untuk terlaksananya pelaksanaan suatu kegiatan memang perlu adanya
keinginan atau dorongan tertentu yang membuat seseorang menjadi produktif dan
mandiri dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuannya.
“buat tambahan ekonomi keluarga aja, bantu-bantu suami nyari duit”.62
Sama halnya seperti para ibu rumah tangga di wilayah Kampung Baru Kebon
Jeruk Jakarta Barat yang memang berinisiatif serta bersungguh sungguh untuk
melakukan kegiatan finishing jeans dengan tujuan yang ingin dicapainya. Meskipun
mereka mengerjakan tahap finishing tidak bedasarkan jadwal dari pemilik konveksi
akan tetapi mereka bisa melaksanakan pekerjaan sesuai waktu luang yang mereka
punya.
Biasanya mereka melakukan peksanaan bekerja sesudah selesai mengerjakan
pekerjaan rumah dan mengurus anak. Dalam melaknakan pekerjaan finishing di
konveksi memang bertujuan untuk menambah penghasilan ekonomi keluarga serta
61 Ibid, hlm. 190. 62 Wawancara pribadi dengan ibu Susi sebagai pekerja finishing jeans.
mengisi kekosongan yang mereka punya, hal ini di utarakan juga oleh Widjaja yang
menyebutkan bahwa pelaksanaan pemberdayaan itu untuk meningkatkan kemampuan
dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati
diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan
diri secara mandiri baik di bidang ekonmi, social, agama dan budaya.
Sedangkan menurut Ife pelaksanaan pemberdayaan yaitu meningkatkan
kekuasaan atas mereka yang kurang beruntung.63 Di sini menurut penulis memang
para ibu rumah tangga diberikan kekuasaan dan pelatihan untuk melaksanakan
pekerjaan namun bukan berarti yang diberikan kekuasaan untuk bisa bekerja mereka
termasuk golongan orang yang kurang beruntung, karena hasil wawancara yang
penulis dapati ada beberapa orang melakukan pekerjaan ini hanya sekedar iseng-iseng
untuk mengisi kekosongan walaupun demikian setidaknya mereka menjadi cukup
mandiri namun bukan berarti kurang beruntung atas kekuasaan atau pelatihan yang
diterima.
Pelatihan dan keterampilan yang dilakukan pemilik konveksi pada tahap
finishing yang dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga yaitu dengan cara mengajarkan
bagaimana cara membuangi benang sisa-sisa jaitan pada celana, menaruh kancing
pada jeans, menaruh merek pada celana jenas lalu memasukan celana jeans kedalam
plastik ukuran jeans yang kesemuanya itu telah disiapkan oleh pemilik konveksi
jeans.
63 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), hlm 58.
The Liang Gie (2000) menjelaskan bahwa keterampilan sebagai kegiatan
menguasai sesuatu keterampilan dengan praktik, berlatih dan mengulang-ulang suatu
kerja.64
“Ya tinggal diberi contoh aja gimana caranya membuangi sisa benang pada
celana, mengancingi celana, menaruh merek dan nomor tempel, lalu memasukan
celana kedalam plastic celana”.65
Sebagaimana yang terjadi di wilayah ini, ibu-ibu rumah tangga yang
berinisiatif bekerja diberikan pelatihan dengan cara dipraktikan bagaimana caranya
membuangi benang pada sisa jaitan, menaruh kancing pada jeans, menaruh merek
pada celana jeans, lalu memasukan celana jeans kedalam plastik ukuran jeans dan
pekerjaan finishing ini memang dilakukan secara berulang-ulang karna tahap
penyelesaian tidak hanya pada satu atau dua celana melainkan ratusan bahkan ribuan
tergantung kondisi penjualan dan permodalan yang dimiliki pemilik konveksi.
Menurut Syamsuar Mochtar (1987), keterampilan adalah cara memandang
peserta didik serta kegiatannya sebagai manusia seutuhnya, yang diterjemahkan
dalam kegiatan belajar-mengajar yang memperhatikan perkembangan pengetahuan,
nilai hidup serta sikap, perasaan, dan keterampilan sebagai satu kesatuan baik berupa
tujuan maupun sekaligus pelatihannya, yang akhirnya semua kegiatan belajar dan
hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreativitas.66
Littre dalam buku Maurice Duvenger juga mengemukakan bahwa pengertian
keterampilan adalah sebagai proses kolektif dari suatu kemahiran atau manufaktur
64 Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dan Efektivitas Organisasi: Kajian
Penyelenggaraan Pemerintas Desa. (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), hlm. 70. 65 Wawancara pribadi dengan bapak Aam sebagai pemilik konveksi. 66 Ibid, hlm. 111.
khusus.67 Dalam hal keterampilan maksud diatas bisa di simpulkan bahwa
keterampilan adalah suatu kemahiran yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan
tugas-tugas atau pekerjaannya dengan cekatan yang baik dalam penguasaan materi
yang diberikan untuk menyelesaikan segala jenis tugas atau pekerjaannya.
Adanya tahap pelaksanaan merupakan salah satu bagian yang terpenting
dalam pemberdayaan ekonomi keluarga. Maksud pelaksanaan pemberdayaan di
wilayah Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta Barat disini yaitu berupa produksi tahap
finishing jeans.
Hasil pengamatan yang penulis temui di sini yaitu dengan di dapati adanya
anggota pekerja finishing yang merasa terbantu dalam perekonomian keluarganya,
sebagai contoh adalah ibu desi dan susi.
Ibu desi dan susi adalah ibu rumah tangga yang memang bertugas hanya
mengurus rumah tangga, akan tetapi setelah ibu desi dan susi memutuskan untuk
ingin bekerja pada konveksi untuk tahap finishing kini mereka mempunyai kegiatan
yang menghasilkan untuk ekonomi keluarga serta membuat mereka menjadi lebih
mandiri.
Pekerjaan finishing jeans yang dikerjakan ibu desi dan susi adalah yang paling
banyak untuk bisa diselesaikan pada finishing jeans, ketika saya mewawancarai
mereke bahwa ibu desi dan susi bisa menyelesaikan pekerjaan finishing dalam
seminggu 16 kodi celana jeans dan menerima upah 320 ribu rupiah. Itu juga kalo lagi
ngerjain banyak, ujarnya.
67 A. Samana, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional Dan Pertimbangan
Metodelogisnya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992), hlm. 111.
Bedasarkan wawancara peneliti dengan ibu desi dan susi, bahwa diantara para
pekerja finishing jeans dengan ibu-ibu rumah tangga yang lain, ibu desi dan susi
mendapatkan hasil yang paling besar diantara para ibu rumah tangga yang lainnya,
menurut peneliti dengan adanya pekerjaan ini dapat meningkatkan taraf ekonomi
keluarga ibu desi dan susi itu sendiri serta memberikan kemampuan dan kemandirian
pada para ibu rumah tangga yang memang berinisiatif untuk bekerja pada tahap
finishing jeans.
C. Produktivitas Dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Konveksi
Jeans.
Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industry
atau UKM dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi
perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran
produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output dan input yang
digunakan sebagai agregat dasar misalnya: indeks produktivitas, produktivitas
langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energy, produktivitas bahan mentah
dan lain-lain.68
Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai
perbandingan antara luaran (output) dengan memasukan (input). Menurut Herjanto,
produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber
daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal.69
68 Budiwati, S.I, Aplikasi Model Prilaku Pada Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Industri,
(Institut Pertanian Bogor : 2007) 69 Herjanto, E, Manajemen Oprasi, (Jakarta: 2007).
“iseng-iseng aja ngisi waktu luang, lumayan duitnya buat jajan”.70
Hal ini berkaitan dengan para ibu rumah tangga di wilayah ini tepatnya di
Kampung Baru yang dimana para ibu rumah tangga memanfaatkan peluang untuk
mencapai hasil yang diingkan.
Kebutuhan yang telah terpenuhi sebagai akibat dari bekerja tahap finishing
jeans ini adalah ekonomi keluarga dan kemandirian. Terpenuhi di sini bukan berarti
terpenuhi secara menyeluruh semua yang diinginkan tetapi setidaknya hasil
produktivitas yang mereka kerjakan bisa memenuhi dan meningkatkan perekonomian
.dalam keluarga.
Berdasarkan penelitian yang peneliti temukan dipalangan sini dapat diketahui
bahwa pekerja finshing yang memang dilakukan para ibu rumah tangga ini tingkat
ekonominya lumayan, walaupun semua para ibu rumah tangga yang bekerja
dikatakan belum dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat tersier. Suami mereka
memang rata-rata bekerja dan ada juga yang menjanda dan seorang diri sebagai
pekerja untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Pada tahap finishing jeans ini memang dilakukan oleh parah ibu rumah
tangga, keterangan ini sesuai dengan apa yang mereka katakana ketika diwawancarai.
Bedasarkan observasi lapangan, menurut pandangan dan analisa saya para pekerja
finishing jeans di konveksi yang dikerjakan oleh para ibu rumah tangga bukan
tergolong orang-orang miskin, karena kalau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
mereka masih bisa mencukupinya dengan gaji suami dan gaji dari pekerjaan
finishing.
70 Wawancara pribadi dengan ibu Eka sebagai pekerja finishing jeans.
Dalam mengenai kebutuhan ekonominya, para ibu rumah tangga yang bekerja
pada tahap finishing jeans merasa senang dengan adanya produksi konveksi jeans
karena menurut para ibu rumah tangga lumayan untuk tambah-tambahan kebutuhan
misalnya untuk uang jajan anak, untuk membeli makanan pokok atau kebutuhan
lainnya. Dengan inisiatif para ibu rumah tangga yang ingin bekerja di konveksi jeans
tahap finishing ini juga setidaknya cukup membantu mereka untuk mengatasi masalah
social dan ekonominya.
Di sisi lain ketika para ibu rumah tangga menyelesaikan finishing jeans juga
dapat mengisi kekosongan yang mereka punya karena pada dasarnya mereka hanya
sebagai ibu rumah tangga yang memang memiliki waktu kosong yang cukup banyak
dan akan sayang-sayang jika tidak dimanfaatkan sebagai mana mestinya. Maka dari
itu ketika mengisi kekosongannya para ibu rumah tangga banyak yang berinisiatif
untuk melakukan pekerjaan ini, karena pekerjaan ini pun tidak mengikat dan
pengerjaan di lakukan dirumah masing-masing.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan produktivitas pekerjaan finishing ini
rata-rata untuk mengisi kekosongan mereka serta iseng-iseng untuk tambahan
ekonomi keluarga dan yang benar-benar mengandalkan pekerjaan ini untuk
ekonominya hanya 3 orang. Di sini peneliti juga bisa simpulkan bahwa mereka semua
sudah cukup berdaya dan setidaknya dapat membebaskan mereka dari kemiskinan
dan keterbelakangan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
D. Dampak Ekonomi Keluarga Setelah Bekerja Di Konveksi Jeans
keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan kehidupan dalam sehari-
hari. Dimana kehidupan sehari-hari dalam keluarga harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, misalnya makan, pakaian, kesehatan, dan lainnya. Ekonomi ini sendiri
berasal dari bahasa Yunani yaitu oikonomia. Kata oikonomia itu sendiri terdiri atas
dua kata, yakni oikos yang artinya rumah tangga dan nomos yang artinya aturan.
Dengan demikian, ekonomi memliki arti mengatur rumah tangga. Dalam bahasa
inggris ia disebut economi.71
bantuin suami aja buat kebutuhan keluarga.72
Maksudnya adalah dalam setiap berumah tangga memang perlu adanya aturan
untuk mengatur kehidupan di dalam rumah tangga yang bertujuan untuk penghematan
dalam keuangan agar tidak terjadinya pemborosan serta menjaga agar di dalam rumah
tangga selalu sejahtera.
Pengertian secara terminologi dikatakan bahwa ekonomi adalah pengetahuan
tentang pristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia secara
perseorangan dan kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang
dihadapkan pada sumber yang terbatas.73
Pengertian lain dikemukakan oleh Anshori. Dimana ia mengartikan ekonomi
adalah kegiatan manusia dan kegiatan masyarakat untuk mempergunakan unsure-
unsur produksi seperti kekayaan alam, modal, tenaga kerja dan skill dengan sebaik-
baiknya guna memenuhi berbagai macam kebutuhan.74 Dengan demikian, dapat
dijelaskan bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia entah itu perorangan
71 Murasa Sarkaniputra, Pengantar Ekonomi Islam, Bahan Pengajaran Ekonomi Dan Perbankan
Syariah di IAIN Syahid Jakarta, 1999, hlm 5. 72 Wawancara pribadi dengan ibu Desi sebagai pekerja finishing jeans. 73 Ahmad Muhammad Al-Assal Dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Prinsip Dan Tujuan Ekonomi
Islam, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke 1, hlm. 143. 74 Endang Syarifudin Anshori, Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam Dan Umatnya,
(Bandung: Cv. Pustaka Peroustakaan Salman Itb, 1983), hlm. 145.
atau kelompok dalam memenuhi kebutuhannya dapat menggunakan unsur-unsur
produksi seperti terbentuknya skill dan semangatnya dalam bekerja.
Sedangkan para ahli ekonomi islam mendefinisikan ekonomi sebagai sesuatu
yang berkenaan dengan prilaku manusia yang berhubungan dengan kegiatan
mendapatkan uang dan membelanjakannya.75 Sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan.76 Dalam konteks ini, yang di maksud kesejahteraan disini yaitu
manusia yang mau bekerja untuk mendapatkan uang agar tercukupi segala kebutuhan
hidupnya.
Dari berbagai penjelasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelari tentang bagaimana cara manusia
entah itu secara individu maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara bekerja atau dengan skill yang dimiliki agar mendapatkan uang untuk
kesejahteraan dalam hidup berumah tangga maupun masyarakatnya.
Sedangkan pengertian keluarga adalah kumpulan dari individu-individu yang
satu sama lain terikat oleh sistem kekeluargaan. Dimana pilar utama keluarga adalah
suami istri atau ayah dan ibu dan berkembang menjadi sebuah keluarga besar yang
memiliki ikatan emosional yang alami, saling ketergantungan dan saling
membutuhkan satu sama lain di dalam keluarga yang merupakan unit terkecil dalam
masyarakat.77
75 Fuad Muhammad Fachrudin, Ekonomi Islam, (Jakarta: Penerbit Mutiara, 1982),
hlm. 75. 76 M. Abdul Manan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995),
hlm.23. 77 Ahmad Mubarok, Psikologi Keluarga Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa, (Jakarta:
Bina Rena Pariwara, 2005), Cet ke 1. Hlm. 2.
Jadi ekonomi keluarga sendiri bisa diartikan sebagai suatu kajian tentang
upaya keluarga dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya melalui aktivitas-
aktivitas kerja yang memang dilakukan sebuah keluarga dengan saling
ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama lain serta membuat aturan-aturan
didalamnya agar terjadinya keharmonisan, kerukunan, kenyamanan dan kesejahteraan
keluaga dalam berumah tangga.
Pembahasan selanjutnya setelah memahami apa itu ekonomi keluarga seperti
yang telah diutarakan diatas peneliti akan membahas dampaknya. Menurut peneliti
dampak ekonomi keluarga yang di rasakan para ibu rumah tangga yang bekerja di
konveksi wilayah Kampung Baru pada tahap finishing jeans ini, terbilang sedikit
yang benar-benar merasakan dampaknya.
Dari beberapa orang informan yang merasakan dampaknya yaitu hanya ibu
desi, susi, dan siti karena rata-rata disini para ibu rumah tangga yang lain bekerja
untuk mengisi kekosongannya serta iseng-iseng dan juga untuk menambah ekonomi
keluarga, menambah ekonomi keluarga disini terbilang lumayan terbantu dengan
jawaban dari para informan walaupun pekerjaan ini bukan menjadi andalan satu-
satunya dalam sebuah keluarga, karena yang mengandalkan dan merasakan
dampaknya hanya ibu desi, susi dan siti sebagai kebutuhan ekonomi keluarganya.
Bedasarkan hasil obeservasi dan wawancara dari 8 orang ibu rumah tangga
dari 10 orang sebagai pekerja finishing jeans, serta untuk mengetahui sejauh mana
respon dari para ibu rumah tangga yang bekerja di tahap finishing jeans, maka
terlebih dahulu responden diberikan pertanyaan-pertanyaan pedoman wawancara
yang ada di lampiran mengenai hasil setelah bekerja di konveksi tahap finishing ini,
yang dapat dilihat pada diagram dan tabel dibawah ini:
Dari diagram diatas, dari 10 orang anggota tetap, dengan menggunakan
metode purposive sampling peneliti mengambil sampel sebanyak 8 orang anggota
finishing jeans. 37.5 % responden menjawab dalam peningkatan ekonomi
keluarganya sangat terbantu, 62.5 % responden menjawab dalam peningkatan
ekonomi keluarganya cukup terbantu.
Responden yang menjawab mereka sangat terbantu dengan adanya pekerjaan
finishing ini, karena mereka menyadari pendapatan suami tak menentu karena disini
pekerjaan suami ada yang hanya sebagai tukang jahit, go-jek, dan satu lagi responden
menjawab sangat terbantu karena dia menjanda suaminya telah meninggal. Mereka
sangat terbantu karena mereka tau kehidupan di Jakarta apa-apa serba mahal, belum
lagi biaya anak sekolah, keperluan rumah tangga dan harus membayar kontrakan
37%
63%
Keterangan Jawaban Informan
Sangat Terbantu Cukup Terbantu
disetiap bulannya. Maka dari itu mereka saling gotong royong dengan suami untuk
memenuhi seluruh kebutuhan kehidupan ekonomi keluarganya.
Sedangkan responden yang menjawab cukup terbantu karena mereka merasa
pendapatan suami adalah pendapatan utama mereka dalam kebutuhan ekonomi
keluarga, mereka juga mengerjakan pekerjaan ini hanya untuk iseng-iseng mengisi
kekosongan waktu luangnnya dan juga hanya untuk sekedar tambahan belanjaan
ekonomi keluarga dan tambahan uang jajan anak. Maka dapat diketahui juga dari
keterangan diagram diatas, pekerja finishing yang dilakukan oleh para ibu rumah
tangga ini ada yang memang sangat terbantu, cukup terbantu untuk meningkatkan
taraf kehidupan ekonomi keluarganya.
Dapat disimpulkan dari tahap-tahap di atas yaitu segala sesuatu yang terjadi di
konveksi mulai dari pembuatan awal segala macam serta jenis jeans apa yang ingin
diproduksi hingga finishing jeans yang dibuat tidak melibatkan para pekerja dalam
perencanaannya. Segala sesuatu dalam pembuatan jeans hanya pemiliknya saja yang
merencanakan segalanya, entah itu mempersiapkan segala jenis bahan pembuatan
jeans, model jeans dan permodalan yang ada di dalam konveksi jeans. Mereka yang
bekerja tidak di ikut sertakan dalam perencanaan, karena tugas mereka hanya
membuat celana jeans untuk di jual dipasar.
Dampak yang dirasakan para ibu rumah tangga yang berinisiatif bekerja
ditempat ini juga bervariasi, ada yang memang sangat terbantu dan ada juga yang
cukup terbantu. Walaupun ada beberapa orang yang mengatakan pekerjaan ini hanya
sebagai iseng-iseng dan mengisi kekosongan waktu akan tetapi secara tidak langsung
pekerjaan ini memandirikan mereka serta membantu perekonomian keluarga mereka.
Pengeluaran serta Pendapatan Ekonomi Narasumber :
Pengeluaran dan Pendapatan Ekonomi Keluarga Ibu Dewi selama satu bulan :
No Pengeluaran Nominal Pendapatan Nominal
1. Makanan
dalam sehari
Rp 70.000
x28
Usaha
suami
Rp 3.000.000
2. Listrik Rp 250.000 Bekerja di
konveksi
Rp 100.000
x4
3. Spp anak Rp 200.000
4. Kreditan
motor
Rp 500.000
5. Lipstik Rp 20.000
6. Bedak Rp 25.000
7. Jajan anak Rp 10.000
x20
8. Pulsa Rp 40.000
9. Sabun,sampo,
odol
Rp.16.000
Jumlah Rp 3.206.000 Rp 3.400.000
Pengeluaran dan Pendapatan Ekonomi keluarga Ibu Desi selama satu bulan.
No Pengeluaran Nominal Pendapatan Nominal
1. Makanan
dalam sehari
Rp 50.000 x28 Pekerjaan
suami
Rp 600.000
x4
2. Listrik Rp 300.000 Bekerja di
konveksi
Rp 320.000
x4
3. Spp anak Gratis
4. Kontrakan Rp 1.000.000
5. Lipstik Rp 25.000
6. Bedak Rp 25.000
7. Jajan anak Rp 5.000 x20
8. Pulsa Rp 50.000
9. Sabun,
sampo, odol
Rp 20.000
Jumlah Rp 2.915.000 Rp 3.680.000
Pengeluaran dan Pendapatan Ekonomi keluarga Ibu Eka selama satu bulan.
No Pengeluaran Nominal Pendapatan Nominal
1. Makanan Rp 80.000 x28 Pekerjaan Rp 4.000.000
dalam sehari suami
2. Listrik Rp 200.000 Bekerja di
konveksi
Rp 80.000 x4
3. Spp anak Gratis
4. Kontrakan Rp 1.000.000
5. Lipstik Rp 20.000
6. Bedak Rp 30.000
7. Jajan anak Rp 5.000 +
10.000 x20
8. Pulsa Rp 50.000
9. Sabun,
sampo, odol
Rp 15.000
Jumlah Rp 3.855.000 Rp 4.320.000
Pengeluaran dan Pendapatan Ekonomi keluarga Ibu Tina selama satu bulan.
No Pengeluaran Nominal Pendapatan Nominal
1. Makanan
dalam sehari
Rp 70.000 x28 Pekerjaan
suami
Rp 3.200.000
2. Listrik Rp 300.000 Bekerja di
konveksi
Rp 50.000 x4
3. Spp anak Gratis
4. Pulsa Rp 70.000
5. Lipstik Rp 25.000
6. Bedak Rp 35.000
7. Jajan anak Rp 10.000 +
10.000 x20
8. Sabun,
sampo, odol
Rp 20.000
Jumlah Rp 2.810.000 Rp 3.400.000
Pengeluaran dan Pendapatan Ekonomi keluarga Ibu Siti selama satu bulan.
No Pengeluaran Nominal Pendapatan Nominal
1. Makanan
dalam sehari
Rp 60.000 x28 Pekerjaan
Anak
Rp 3.300.000
2. Listrik Rp 200.000 Bekerja di Rp 125.000
konveksi x4
3. Spp anak Gratis
4. Kontrakan Rp 1.000.000
5. Lipstik Rp 15.000
6. Bedak Rp 20.000
7. Jajan anak Rp 15.000 +
10.000 x20
8. Pulsa Rp 50.000
9. Sabun,
sampo, odol
Rp 25.000
Jumlah Rp 3.490.000 Rp 3.800.000
Pengeluaran dan Pendapatan Ekonomi keluarga Ibu Yanti selama satu bulan.
No Pengeluaran Nominal Pendapatan Nominal
1. Makanan
dalam sehari
Rp 50.000 x28 Pekerjaan
suami
Rp 2.500.000
2. Listrik Rp 200.000 Bekerja di
konveksi
Rp 50.000 x4
3. Spp anak Rp 200.000
4. Pulsa Rp 50.000
5. Lipstik Rp 15.000
6. Bedak Rp 20.000
7. Jajan anak Rp 10.000 x20
8. Sabun,
sampo, odol
Rp 20.000
Jumlah Rp 2.105.000 Rp 2.700.000
engeluaran dan Pendapatan Ekonomi keluarga Ibu Dina selama satu bulan.
No Pengeluaran Nominal Pendapatan Nominal
1. Makanan
dalam sehari
Rp 80.000 x28 Pekerjaan
suami
Rp 3.000.000
2. Listrik Rp 250.000 Bekerja di
konveksi
Rp 60.000 x4
3. Spp anak Gratis
4. Pulsa Rp 50.000
5. Lipstik Rp 20.000
6. Bedak Rp 30.000
7. Jajan anak Rp 5.000 +
10.000 +
10.000 x20
8. Sabun,
sampo, odol
Rp 20.000
Jumlah Rp 3.110.000 Rp 3.240.000
Pengeluaran dan Pendapatan Ekonomi keluarga Ibu Susi selama satu bulan.
No Pengeluaran Nominal Pendapatan Nominal
1. Makanan
dalam sehari
Rp 70.000 x28 Pekerjaan
suami
Rp 100.000
x28
2. Listrik Rp 200.000 Bekerja di
konveksi
Rp 320.000
x4
3. Spp anak Gratis
4. Kontrakan Rp 1.000.000
5. Lipstik Rp 20.000
6. Bedak Rp 35.000
7. Jajan anak Rp 10.000 x20
8. Pulsa Rp 25.000
9. Sabun,
sampo, odol
Rp 25.000
Jumlah Rp 3.455.000 Rp 4.080.000
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan cara mengumpulkan data melalui
observasi dan wawancara kepada para informan yang bekerja di konveksi jeans
wilayah Kampung Baru Kebon Jeruk Jakarta Barat. Maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Proses pemberdayaan yang dilakukan pemilik konveksi di wilayah Kampung Baru
yaitu berupa pelatihan dan keterampilan pada kegiatan finishing jeans kepada para
ibu rumah tangga. Pelatihan dan keterampilan yang mereka punya kini setidaknya
dapat membebaskan mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan untuk menuju
kehidupan yang lebih baik, serta membantu suami mencari nafkah untuk
tambahan ekonomi keluarga didalam kehidupan sehari-hari dan mengisi waktu
luang para ibu rumah tangga.
2. Dampak yang di rasakan ibu rumah tangga setelah bekerja di konveksi jeans ini
bervariasi, ada yang memang merasakan berdampak besar untuk membantu suami
mencari uang untuk segala keperluan kebutuhan keluarga seperti membantu
membayar kontrakan, sekolah anak atau lainnya dan ada juga yang berdampak
dasar. Maksud berdampak dasar disini seperti hanya untuk tambahan belanja atau
uang jajan anak.
B. Saran
Hendaknya pemilik konveksi menyiapkan wadah untuk pekerja finishing
seperti halnya pemilik menyiapkan wadah untuk penjahit jeans, agar pada tahap
pengerjaan finishing tidak di bawa kerumah masing-masing karena bahan jeans
kurang baik untuk kesehatan keluarga.
Untuk para pekerja konveksi jeans, tidak hanya terus-menerus menjadi pekerja
konveksi jeans, akan tetapi juga ikut mencoba memulai memproduksi apa yang
memang mereka bisa lakukan setelah bekerja di konveksi. Karena tidak ada salahnya
jika mencoba untuk memulai membuka usaha seperti ini, walaupun langkah awal
hanya memproduksi dalam jumlah yang tidak besar, tetapi kemungkinan bisa
berkembang dan berkelanjutan serta membuka lapangan pekerjaan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mubarok, Psikologi Keluarga Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa,
(Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005), Cet ke 1.
Anselm Strausss & Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), cet. III.
Ahmad Muhammad Al-Assal Dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Prinsip Dan Tujuan
Ekonomi Islam, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke 1.
Alma, Kewirausahaan, (Bandung: ALFABETA, 2005), Cet. 9.
A. Samana, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional Dan
Pertimbangan Metodelogisnya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992).
Ari Sunarijati, dkk, Perempuan yang Menuntun: Sebuah Perjalanan Inspirasi dan Kreasi,
(Bandung: Ashoka Indonesia, 2000), Cet, ke-1.
Budiwati, S.I, Aplikasi Model Prilaku Pada Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja
Industri, (Institut Pertanian Bogor : 2007).
Djuju Sudjana, Dalam Jalaludin Rahmat, (Ed), Keluarga Muslim Dalam Masyarakat
Modern. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990).
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1996).
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta, Gajah Mada University
Press: 1991).
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggung Jawab Sosial
Perusahaa, (Jakarta: Rafika Aditama, 2007).
Endang Syarifudin Anshori, Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam Dan
Umatnya, (Bandung: Cv. Pustaka Peroustakaan Salman Itb, 1983).
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, Persada,
2012), cet. III.
Edi Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama,
2005).
Fuad Muhammad Fachrudin, Ekonomi Islam, (Jakarta: Penerbit Mutiara, 1982),
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012),
cet. III.
Herjanto, E, Manajemen Oprasi, (Jakarta: 2007).
Isbandi Rukminto Adi. Pemikiran Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Social,
(Jakarta: UI press 2011).
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003).
J. Goode, William, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995).
Kris Budiman, Feminografi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999).
Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2002).
Murasa Sarkaniputra, Pengantar Ekonomi Islam, Bahan Pengajaran Ekonomi Dan
Perbankan Syariah di IAIN Syahid Jakarta, 1999.
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009).
Marjuki Dan Umi Ratih Santoso, Indikator Ketahanan Sosial Keluarga, (Jakarta:
Departemen Sosial RI, 2006).
M. Abdul Manan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,
1995).
Muhammad Nurseha, Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Komunitas Proklamasi
Yayasan Nuraini Dunia Di Kelurahan Pengangsaan Menteng Jakarta Pusat,
(Jakarta: 2009).
Moeljarto, Politik Pembangunan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995).
Mar’at, Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurnya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981.
Nanih Dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi
Sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) cet. 1.
Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008).
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994).
Soetomo, Kamus Bahasa Indonesia Menunjang Persatuan Dan Kesatuan, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2005).
Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dan Efektivitas Organisasi: Kajian
Penyelenggaraan Pemerintas Desa. (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008).
Skripsi Amelia, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Teknisi
Handphone Di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa, jurusan PMI tahun 2009.
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: Bpfe, 1997).
Ulfatmi, Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Islam. (Jakarta: Kementrian Agama, 2012)
Cetakan Pertama.
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan (Bandung;
Refika Aditama, 2012).
INTERNET
Http: //Setkab.Go.Id/bps-per-September-2016-jumlah-penduduk-miskin-Indonesia.
Http:// Kumpulan Materi Kuliah. Blogspot. Co. Id/2015/01/ Analisis Data Penelitian Model
Miles_3.
Http://Www.GaleriPustaka.Com/2013/03/Rumah-Tangga-Keluarga-Sebagai-Pelaku.Html.
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI