pembentukan peraturan daerah (perda) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/indah trisiana m...

117
1 PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) BANJARNEGARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (STUDI DI DPRD KABUPATEN BANJARNEGARA) SKRIPSI OLEH : INDAH TRISIANA M E1A109004 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013

Upload: lylien

Post on 13-Jun-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

1

PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) BANJARNEGARA

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (STUDI DI

DPRD KABUPATEN BANJARNEGARA)

SKRIPSI

OLEH :

INDAH TRISIANA M

E1A109004

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

Page 2: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

2

Lembar Pengesahan Skripsi

PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

(STUDI DI DPRD KABUPATEN BANJARNEGARA).

Di susun Oleh:

Indah Trisiana Maharaningtyas

E1A109004

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disahkan

Pada tanggal 20 Februari 2013

Pembimbing I Pembimbing II Penguji

Satrio Saptohadi S.H, M.H Tenang Haryanto S.H, M.H H.A.Komari S.H, M.Hum

NIP. 195410181983031002 NIP. 196206221987021001 NIP. 195406061980111001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Dr.Angkasa,S.H.,M.Hum

NIP.196409231989011001

Page 3: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

3

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya ,

Nama : INDAH TRISIANA MAHARANINGTYAS

NIM : E1A109004

Judul Skripsi : PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA)

BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 12

TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (STUDI DI

DPRD KABUPATEN BANJARNEGARA).

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data serta

informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa

kebenaranya.

Bila pernyatan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk

pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Purwokerto, 17 Februari 2013

Indah Trisiana Maharaningtyas

Page 4: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ( Studi di DPRD Kabupaten

Banjarnegara).

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. Berbagai kesulitan

dan hambatan penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini. Namun berkat

bimbingan, bantuan dan moril serta pengarahan dari berbagai pihak, maka skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

terimakasih yang tulus kepada:

1.Dr. Angkasa,SH,M.Hum,selaku DekanFakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman.

2.Bapak Satrio Saptohadi,S.H.M.H selaku Dosen Pembimbing I Skripsi, atas segala

bantuan, arahan, dukungan dan masukan yang telah diberikan selama penulisan

skripsi ini.

Page 5: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

5

3.Bapak Tenang Haryanto,SH,M.H selaku Dosen Pembimbing II skripsi atas segala

bantuan, arahan dukungan, masukan, menyediakan waktu dan kebaikan yang telah

diberikan selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak H.A.Komari S.H, M.Hum selaku Dosen Penguji atas segala arahan dan

masukan untuk skripsi ini.

5. Kedua orang tua saya (AKP.Padang Nur W dan Sumarni), kedua kakak saya

(Pandhu Sagita M ,S.S dan Desca Widya M, S.S), keluarga besar saya yang selalu

dan senantiasa mendoakan dan mensupport saya.

6. Teman-teman Chrysoberryl house (mba septi, ute, wira, micha, aqsha, qisty, aini,

ori), bapak dan ibu Adan .

7.Semua teman-teman FH Paralel Prikitiw dan Regular 2009.

8. Dan semua pihak yang selau mendukung saya ,yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

Penelitian ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian,

penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kitas emua.

Purwokerto, 17 Februari 2013

Indah Trisiana Maharaningtyas

Page 6: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

6

ABSTRAK

Pembentukan Peraturan Daerah (Perda) berdasarkan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ini merupakan

pembentukan daerah yang didasarkan pada Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Banjarnegara nomor 170/16 tahun 2010 tentang Tata Tertib

Dewan Perwakilan Rakyat Kbaupaten Banjarnegara dimana tujuannya adalah untuk

mengetahui prosedur pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara.

Dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis normative yang mana bahwa

hukum itu sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau

hukum sebagai kaidah norma tertulis.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan bahwa dalam pembentukan peraturan daerah

rancangan peraturan Daerah itu berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah baik

provinsi, kabupaten/ kota maupun Pemerintah Daerah dalam hal ini Gubernur, Bupati

/Walikota dimana akan dibahas melalui tingkat-tingkat pembicaraan antara Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi maupun Kabupaten / Kota bersama dengan

Pemerintah Daerah .

Berkaitan dengan tersebut diatas bahwa peraturan daerah berdasarkan pada

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Banjarnegara Nomor 170/16 Tahun

2010 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Banjarnegara. Rancangan Peraturan Daerah dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah maupun Bupati, yang dibahas melalui dua tingkat pembicaraan yang

dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama dengan Bupati.Dan

apabila rancangan Peraturan Daerah itu disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dan Bupati maka akan disampaikan kepada pimpinan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah untuk dilakukan penetapan.Penetapan dilakukan 7 (tujuh) hari setelah

persetujuan bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati dan

maksimal dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah persetujuan

bersama , maka Bupati harus sudah membubuhkan tandan tangan.

Kata kunci : rancangan, peraturan perundang-undangan, peraturan daerah, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

Page 7: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

7

ABSTRACT

Establishment of regulation based on of regional regulation of Banjarnegara

regency no. 170/16 year 2010 regarding the order at local house of Banjarnegara

regency. It purposes to know procedure establishment of regional at Banjarnegara

regency that based on the regulation of local house at Banjarnegara no. 170/16 year

2010 about regarding the order local house of Banjarnegara regency. In this research

uses yuridis normative method which is the law is written in statury law or rules of

lawas the written norm.

According of regulation no. 12 year 2011 establishment of legislation in

establishment of regional regulation, its draft is coming from Indonesian legislative

assembly either province, regency, city or regional government such as governor,

regent, mayor in which it will be discussed through the discussion between

Indonesian legislative assembly either province, regency, or city with territorial

government.

In connection with this type of legislation mentioned above that the local

regulation is shape based on the regulation of local house at Banjarnegara regency

no. 170/16 year 2010 regarding the order at local house of Banjarnegara regency.

Draft Regulation may be submitted by the Regional Representatives Council and the

Regent, which is discussed through two levels of talks conducted by the Regional

Representatives Council along with the draft Regional Regulation if it is approved by

the Board of Regents of the Regional Representatives and then be submitted to the

leadership of the Board Regional Representatives to do the determination.

Keywords: design, legislation, regulations, local house

Page 8: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................... vi

ABSTRACT........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………......………………………… 1

B. Perumusan Masalah……..………………………………………... 7

C. Tujuan Penelitian……..…………………………………………... 8

D. Kegunaan Penelitian…..………………………………………….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemerintahan Daerah

1. Pengertian Pemerintahan…………..………………………… 10

2. Landasan Hukum...................................................................... 14

a. Pasal 18 UUD 1945……………………..………………. 14

Page 9: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

9

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah…………………...………………………………. 18

c. Asas-asas Pemerintahan Daerah………………………… 24

B. Peraturan Perundang-undangan

1. Pengertian Perundang-undangan……………………..……. 33

2. Azas Perundang-undangan……………………………….... 36

3. Teori Perundang-undangan……………………………….... 40

4. Materi Muatan Perundang-undangan………………………. 43

5. Landasan Hukum Peraturan Perundang-undangan………… 45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan……………………………………………. 48

B. Spesifikasi Penelitian ………………………………………….. 49

C. Jenis Bahan Hukum

1. Bahan Hukum Sekunder…………………………………… 49

2. Bahan Hukum Primer……………………...………………. 50

D. Metode Pengumpulan Bahan Hukum………………………..... 50

E. Metode Penyajian Bahan Hukum……………………………… 51

F. Metode Analisis Bahan Hukum………………………………... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian…………………………………………………. 52

Page 10: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

10

B. Pembahasan………………………………….………………….. 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………. …………………………….103

B. Saran …………………………..………………………………..104

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

11

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechstaat), bukan

negara kekuasaan (machstaat). Ini berarti bahwa kedaulatan atau kekuasaan

tertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum

(rechtsidee) yang di dalamnya mengandung cita-cita luhur bangsa Indonesia.1

Hukum yang adil di Indonesia adalah hukum yang bersumber kepada kepribadian

dan filsafat hidup bangsa Indonesia yang mencerminkan rasa keadilan bangsa

Indonesia, mampu melindungi kepentingan-kepentingan material dan spiritual

dan mampu melindungi kepribadian dan kesatuan bangsa, kelangsungan hidup

bangsa dan negara serta perjuangan mengejar cita-cita nasional.2

Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ,menyatakan bahwa

negara Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat yang mencerminkan

bahwa Indonesia adalah negara yang demokratis karena mengikutsertakan

rakyatnya dalam suatu pengambilan kebijakan.Indonesia sebagai negara hukum

mempunyai suatu kewajiban untuk melaksanakan segala aspek kehidupan

berbangsa dan bernegara berdasarkan atas hukum yang selaras dengan sistem

1C.S.T. Kansil, 1986, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal.

538

2Ibid, hal. 539

Page 12: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

12

hukum nasional Indonesia.Sistem hukum nasional Indonesia merupakan suatu

gabungan dari beberapa elemen–elemen hukum yang saling berkesinambungan

untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara dari lingkup terkecil yaitu desa sampai lingkup terbesar adalah

negara.Sehingga peraturan yang mengatur itu pun berbeda-beda dari setiap

lingkupnya.

Untuk mengatur masyarakat dan menyelenggarakan kesejahteraan umum

seluruh rakyat, pemerintah mengeluarkan berbagai macam peraturan negara yang

biasanya disebut peraturan perundangan. Semua peraturan perundangan yang

dikeluarkan pemerintah harus didasarkan dan/ atau melaksanakan Undang-

Undang Dasar daripada negara Indonesia. Dengan demikian semua peraturan

perundangan Republik Indonessia

dikeluarkan harus berdasarkan dan/ atau melaksanakan Undang-Undang

Dasar Tahun 1945.

Pasal 1 angka (2) di dalam Bab I Ketentuan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyebutkan

bahwa

“Peraturan Perundang-Undangan adalah peraturan tertulis yang memuat

norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan

oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang

ditetapkan dalam Peraturan Perundang-Undangan.”

Page 13: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

13

Hal tersebut menjelaskan, bahwa perbedaan antara legislasi dan regulasi dalam

hal ini adalah bahwa kegiatan legislasi dilakukan oleh lembaga perwakilan rakyat

atau setidak-tidaknya melibatkan peran lembaga perwakilan rakyat yang dipilih

melalui pemilihan umum. Sedangkan regulasi merupakan pengaturan oleh

lembaga eksekutif yang menjalankan legislasi dan mendapatkan delegasi

kewenangan untuk mengatur (regulasi) itu dari legislasi yang bersangkutan.3

Sebagai suatu ilmu pengetahuan yang interdisipliner yang berhubungan

dengan ilmu politik dan sosiologi tentang pembentukan hukum Negara. Ilmu

pengetahuan perundang-undangan secara garis besar terbagi kedalam dua bagian

yakni teori perundang-undangan (gezetzdebungsteorie) dan ilmu perundang-

undangan (gezetzgebungzlehrc).4

Pembentukan peraturan perundang-undangan itu merupakan salah satu

syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional yang hanya dapat terwujud

apabila didukung oleh cara dan metode yang pasti, baku dan standar yang

mengikat semua lembaga yang berwenang membuat peraturan perundang-

undangan. Dengan kata lain bahwa pembentukan Undang-Undang akan

mendukung proses pembangunan hukum nasional dan memenuhi harapan

masyarakat jika dilandasi oleh adanya suatu kajian yang memadai dan

3Jimly Asshiddiqqie, 2006, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Konstitusi Press, Jakarta, hal

27-28

4 Azis Syamsudin, 2011,Praktek dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, Sinar Grafika,Jakarta,

hal.2.

Page 14: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

14

komprehensif melalui prosedur yang tertata dalam tahap-tahap yang tersusun dan

adanya suatu teknik penyusunan peraturan perundang-undangan yang telah

ditetapkan oleh lembaga yang berwenang membentuk Undang-undang.

Sebagaimana ketentuan dalam pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,jenis dan

hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas :

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c) Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d) Peraturan Pemerintah;

e) Peraturan Presiden;

f) Peraturan Daerah Provinsi;dan

g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Berbicara jenis peraturan perundang-undangan, kita perlu pemahanan

lebih dalam terhadap pembentukan peraturan perundang-undangan, dimana yang

dimaksud didalamnya lebih menekankan pada ketentuan hierarki atau

perjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada

asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.Setiap jenis

peraturan perundang-undangan tersebut di atas memiliki fungsi, tujuan, teknik

pembentukan yang berbeda-beda,karena dalam pemakaiannya itu pun

berbeda.Salah satunya adalah Peraturan Daerah Kabupaten / Kota.

Page 15: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

15

Pasal 1 angka (8) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyebutkan bahwa :

“Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-

Undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten / Kota dengan persetujuan bersama Bupati /Walikota.”

Berdasarkan pengertian peraturan daerah tersebut di atas, jelas menyebutkan

bahwa kedudukan DPRD, baik di tingkat provinsi maupun di Kabupaten dan kota

jelas merupakan lembaga menjalankan kekuasaan legislatif di daerah. Di samping

itu, pengisian jabatan keanggotaannya juga dilakukan melalui pemilihan umum.

Baik DPRD maupun Kepala Daerah, yaitu Gubernur, Bupati, dan Walikota sama-

sama dipilih langsung oleh rakyat. Keduanya lembaga legislatif dan eksekutif,

sama-sama dipilih langsung oleh rakyat, dan sama-sama terlibat dalam proses

pembentukan suatu Peraturan Daerah. Karena itu, seperti halnya Undang-Undang

di tingkat pusat, Peraturan Daerah dapat dikatakan juga merupakan produk

legislatif di tingkat daerah yang bersangkutan, dan tidak disebut sebagai produk

regulatif atau executive acts.5

Disusunnya Badan-Badan Perwakilan di daerah bukan untuk menyusun dan

membentuk ataupun mendirikan negara baru atau merubah Undang-Undang

Dasar 1945 baik sebagian maupun keseluruhan,melainkan untuk

menegakan,mempertahankan,mengamalkan dan mengamankan Pancasila dan

UUD 1945 serta melaksanakan demokrasi.6

5Jimly Assiddiqqie,op.cit, hal. 32-33

6 Kansil,C.S.T,.Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,Aksara Baru,Jakarta,1979.hal 12

Page 16: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

16

Adanya pembentukan DPRD di daerah dapat pula dikatakan sebagai adanya

suatu perwujudan dari pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yang mana diatur

lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah yang mana lebih menekankan pentingnya otonomi daerah dalam rangka

pemerataan pembangunan nasional.Hal ini didasarkan pada suatu asumsi yang

mana masyarakat daerah yang bersangkutanlah yang lebih mengetahui dinamika

daerahnya sendiri.

Pembentukan peraturan daerah itu merupakan suatu pekerjaan yang

sulit,karena dituntut kesempurnaan seperti dalam hal sistematis,tatanan

bahasa,istilah dan juga banyaknya berbagai jenis materi yang akan diatur sesuai

dengan kebutuhan. Suatu peraturan yang baik dalam persiapan pembuatannya

membutuhkan pengetahuan mendalam dari materi yang akan diatur,memiliki

kemampuan untuk menemukan inti dari fakta-fakta yang sudah tumbuh sejak

lama serta mengungkap ke dalam bentuk peraturan yang singkat dan dengan

bahasa yang jelas.

Wewenang dalam membuat peraturan daerah terdapat pada eksekutif /

Kepala Daerah dan legislatif / DPRD. Dimana masing-masing badan baik

eksekutif maupun legislatif berhak mengajukan rancangan peraturan daerah ,dan

dalam hal penetapan peraturan daerah kepala daerah harus mendapat persetujuan

dari DPRD.Peraturan daerah memiliki kareakteristik yang sifatnya

mengatur,yakni mengatur hubungan antara pemerintah daerah, masyarakat dan

Page 17: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

17

stake hoder local seperti dunia usaha.Peraturan daerah bukan hanya mengatur

hal-hal yang menyangkut atau berhubungan dengan kehidupan politik , sosial dan

budaya masyarakat. Daerah Kabupaten /Kota di Indonesia sangatlah banyak,yang

memiliki keanekaragaman budaya,adat istiadat yang berbeda.Peran Pemerintah

Daerah sangatlah penting dalam mengatur masyarakatnya, oleh karena itu dalam

pembuatan Peraturan Daerah harus menyesuaikan dengan kondisi masyarakatnya

yang cenderung dinamis.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis terdorong

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pembentukan Peraturan Daerah

(PERDA) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Studi di DPRD Kabupaten

Banjarnegara).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

mengambil pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah prosedur pembentukan Peraturan Daerah berdasarkan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan?

2. Bagaimanakah prosedur pembentukan Peraturan Daerah berdasarkan

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Banjarnegara Nomor 170/16

Page 18: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

18

Tahun 2010 TentangTata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Banjarnegara?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulisan

ini memiliki tujuan:

1. Untuk mengetahui prosedur pembentukan Peraturan Daerah berdasarkan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan.

2. Untuk mengetahui prosedur pembentukan Peraturan Daerah berdasarkan

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Banjarnegara Nomor 170/16

Tahun 2010 TentangTata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Banjarnegara.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Dalam penelitian ini di harapkan agar hasil penelitian nantinya dapat

memberikan ataupun menambah pengetahuan terutama dalam hukum hukum

tata negara di Indonesia, berkaitan dengan proses pembentukan peraturan

perundang-undangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

dan peraturan atau Undang-Undang sebelumnya serta berdasarkan Peraturan

Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Banjarnegara Nomor 170/16 Tahun

Page 19: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

19

2010 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Banjarnegara.

2. Kegunaan Praktis

Bagi praktisi hukum, dan pelaksana lembaga pemerintahan atau lembaga

Yudikatif, Legislatif dan Eksekutif yang ada di Indonesia penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan atau menambah pengetahuan tentang

hal – hal yang berhubungan dengan proses pembentukan suatu peraturan

perundang-undangan di Indonesia.

Page 20: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemerintahan Daerah

1. Pengertian Pemerintahan

Dalam kepustakaan banyak dijumpai istilah “pemerintah” dan

“pemerintahan”.Kedua istilah tersebut dalam keseharian seolah-olah

mempunyai pengertian yang sama, namun sebenarnya dalam kajian

etimologis, istilah pemerintah berasal dari kata „perintah” yang berarti

menyuruh melakukan sesuatu, sehingga dapat dikatakan bahwa:

1) Pemerintah adalah kekuasaan memerintah suatu negara atau

badan yang tertinggi, yang memerintah suatu negara, seperti

kabinet merupakan suatu pemerintah;

2) Pemerintahan dilihat dari segi tata bahasanya merupakan kata

“jadian” yang memperoleh akhiran “an”, artinya pemerintah

sebagai subyek melakukan tugas/kegiatan. Sedangkan cara

melakukan tugas/kegiatan itu disebut sebagai “pemerintahan”

atau dengan kata lain, “pemerintahan” adalah perbuatan

manusia. Sedangkan akhiran “an” mengandung arti jamak.7

Apabila dipahami terhadap kedua istilah tersebut ,maka secara dasar

memiliki perbedaan yang signifikan, pemerintah mengandung pengertian

yang menunjuk pada suatu badan atau alat kelengkapan yang menjalankan

7 Muhammad Fauzan,Hukum Pemerintahan Daerah(Kajian Tentang Hubungan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah),STAIN Press,Purwokerto,2002,hal.16

Page 21: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

21

suatu fungsi. Sedangkan pemerintahan mengandung pengertian menunjuk

pada suatu fungsi yang dijalankan atau dikerjakan. Sehingga dapat

disimpulkan dari kedua istilah tersebut bahwa pemerintah lebih mengarah

kepada subjek sedangkan pemerintahan kepada objek.

Suatu organ pemerintah yang menjalankan fungsinya dalam suatu

bidang tertentu mempunyai lingkup arti yang berbeda,yaitu pemerintah dalam

arti sempit dan luas.

a. Pemerintah dalam arti sempit adalah menunjuk kepada aparatur atau

alat perlengkapan negara yang melaksanakan tugas dan kewenangan

pemerintahan dalam arti sempit yang diartikan hanya sebagai tugas

dan kewenangan negara dalam bidang eksekutif saja.

b. Pemerintah dalam arti luas adalah menunjuk kepada semua aparatur

/alat perlengkapan negara sebagai kesatuan yang menjalankan segala

tugas dan kewenangan / kekuasaan negara atau pemerintahan dalam

arti luas meliputi bidang legislative,eksekutif,dan yudikatif.8

Istilah “penyelenggaraan pemerintahan” adalah merupakan suatu

bentuk proses adanya pelaksanaan kegiatan yang merupaka dengan tugas atau

kewenangan negara yang dimiliki oleh badan pemerintah dalam hal ini

eksekutif saja. Hal ini berlaku baik ditingkat Pusat maupun Daerah yang

bermula dari adanya suatu pembagian kekuasaan dari pusat ke daerah.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam pembagian kekuasaan dibagi menjadi

8 Ibid.,hal 17

Page 22: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

22

dua yaitu pembagian kekuasan secara horizontal dan pembagian kekuasaan

secara vertikal.Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah merupakan

suatu pembagian kekuasaan yang ada dalam suatu negara yang mana

diserahkan ke dalam tiga badan yang sejajar kedudukannya yaitu kekuasaaan

eksekutif yang diserahkan kepada pemerintah,kekuasaan legislatif kepada

parlemen dan yudikatif kepada peradilan.Sedangkan pembagian kekuasaan

secara vertikal adalah merupakan pembagian kekuasaan dari pemerintah yang

lebih tinggi (pusat) ke yang lebih rendah “daerah”.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menentukan bahwa :

“Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik,.

Kemudian Pasal 4 ayat (1) menentukan : “Presiden Republik Indonesia

memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Dan

Pasal 18 ayat (1) menentukan bahwa : “Negara Kesatuan Republik Indonesia

dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai

pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.”

Berdasarkan Undang-UndangNomor 32 tahun 2004 jo Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 angka

(2), pemerintahan daerah yaitu: penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Page 23: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

23

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga dalam

penyelenggaraan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah

dan dengan pemerintah lainnya, yang meliputi hubungan wewenang,

keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya

lainnya.

Ketentuan tersebut berbeda dengan yang ada dalam Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah adalah

Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Kondisi

pemerintah daerah pada masa orde baru lebih menonjolkan peran eksekutif

sebagai penyelenggara pemerintah daerah,seiring dengan adanya

pemberlakuan otonomi daerah yang baru maka Undang-Undang ini

menghendaki pemberdayaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

sebagai suatu lembaga legislatif. Selain itu, Pemerintah daerah adalah

pelaksana fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga

pemerintahan daerah yaitu pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daaerah (DPRD).9Pemerintah daerah terdiri dari Gubernur, Bupati dan

Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah.Sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Lembaga

Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan

Daerah.

9H.A.W. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002, hal.

140.

Page 24: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

24

Sebagaimana yang telah diuraikan tersebut diatas,bahwa

penyelenggara pemerintahan di daerah adalah Kepala Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPRD).Dalam menyelenggarakan suatu pemerintahan

,pemerintah pusat menggunakan asas desentralisasi,tugas pembantuan serta

dekonsentrasi sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah, sedangkan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan menggunakan asas desentralisasi dan tugas pembantuan.

2.Landasan Hukum

a. Pasal 18 Undang –Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “Negara Indonesia

adalah negara kesatuan berbentuk republik.” Sehingga adanya daerah yang

mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri harus diletakkan dalam kerangka negara kesatuan. Selain itu,

berdasarkan pasal 18 UUD 1945 dibentuklah daerah otonom yang tujuannya

adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan, yang berbunyi sebagai berikut:

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang

tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan

daerah yang diatur dengan undang-undang.

Page 25: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

25

2. Pemerintahan daerah provinsi,daerah kabupaten dan kota mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan.

3. Pemerintahan daerah provinsi,daerah kabupaten dan kota memiliki

Dewan Perwakilan Rakyat daerah yang anggotanya dipilih melalui

pemilihan umum.

4. Gubernur,Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala

pemerintah daerah provinsi,kabupaten dan kota dipilih secara

demokratis.

5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali

urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan pemerintah pusat.

6. Pemerintah Daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan

– peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur

dalam undang-undang.

Agar dapat berfungsi dan dicapai tujuan pembentukannya sesuai

dengan pasal 18 UUD 1945 maka kepada daerah diberikan wewenang-

wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan rumah tangganya. Oleh

karena itu, setiap pembentukan Daerah Otonom Tingkat I ataupun II harus

selalu memperhatikan syarat-syarat kemampuan ekonomi,jumlah

penduduk,luas daerah pertahanan dan keamanan yang memungkinkan

Page 26: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

26

daerah otonom melaksanakan otonomi yang nyata dan bertanggung

jawab.10

Selanjutnya bahwa di dalam pasal 18A UUD 1945, disebutkan bahwa

hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan daerah provinsi,kabupaten

dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur sebagaimana

mestinya oleh undang-undang dengan tetap memperhatikan keragaman

daerah.Hubungan yang diatur antara lain hubungan keuangan, pelayanan

umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur berdasarkan undang-undang

dan dilaksanakan secara selaras, serasi dan seimbang. Selain itu dalam pasal

18 B UUD 1945 ,ditegaskan bahwa :

1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan

daerah yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur dengan undang-

undang.

2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan

sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia,yang diatur didalam undang-undang.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam pasal pasal tersebut (pasal

18, 18A, 18B ), Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

10

B.N Marbun,DPRD Pertumbuhan,Masalah dan Masa Depannya,Jakarta,Ghalia Indonesia,1983,hal

83

Page 27: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

27

a. Daerah bukan merupakan atau tidak bersifat “staat” atau

negara (dalam negara);

b. Daerah itu adalah merupakan daerah otonom atau daerah

administrasi;

c. Wilayah Indonesia adalah merupakan satu kesatuan yang akan

dibagi dalam daerah provinsi, dan dari daerah provinsi akan

dibagi ke dalam daerah –daerah yang lebih kecil seperti

kabupaten atau kota;

d. Negara Indonesia mengakui dan menghormati satuan-satuan

pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa serata

adanya suatu kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

dengan budanyanya sendiri dan hak-hak tradisionalnya, dan ini

merupakan dasar dalam pembentukan Daerah Istimewa dan

pemerintah desa;

e. Dalam suatu daerah otonom dibentuk Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) yang anggota-anggotanya dipilih

melalui pemilihan umum;

f. Adanya suatu prinsip dalam menjalankan otonomi yang seluas-

luasnya (Pasal 18 ayat 5);

g. Adanya suatu prinsip di daerah untuk mengatur dan mengurus

urusan rumah tangganya sendiri berdasar pada asa otonomi dan

tugas pembantuan.

Page 28: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

28

h. Bahwa hubungan anatara pemerintah pusat dan daerah harus

dijalankan selaras dan adil.

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah

Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut

Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam penyelenggaraan otonomi

daerah,dipandang perlu untuk menekankan prinsip-prinsip demokrasi,peran

serta masyarakat,pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah.11

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah dan Lembaran Negara Republik Indonesia, diatur secara jelas

mengenai Otonomi Daerah yang tertulis dalam penjelasan UUD 1945 yaitu:

Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan

DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam menghadapi perkembangan keadaan baik didalam maupun

diluar negeri serta tantangan persaiangan global dipandang perlu adanya

penyelenggaraan oronomi daerah dengan memberikan kewenangan yang

11

HAW Widjaja,Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia,PT Raja Grafindo Persada,Jakarta,2005,hal

36

Page 29: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

29

luas ,nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang

diwujudkan dengan peraturan,pembagian,pemanfaatan sumber daya nasional

serta perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi,peran serta masyarakat,pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam negara Kesatuan Republik

Indonesia.12

Sejak dimunculkannya otonomi daerah yang pelaksanaannya

didasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang ternyata

dalam kenyataannya tidak sesuai dengan perkembangan keadaan

ketatanegaraan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah,sehingga perlu

direvisi dan kemudian disahkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah.Otonomi daerah berarti hak,wewenang dan

kewajiban suatu pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan

perundang-undangan otonomi daerah.

Otonomi daerah itu harus merupakan otonomi yang bertanggung

jawab dalam arti bahwa pemberian otonomi itu harus benar-benar sejalan

dengan tujuannnya yaitu melancarkan pembangunan yang tersebar diseluruh

pelosok negara atau tidak bertentangan dengan pengarahan-pengarahan yang

diberikan oleh Garis-Garis Besar Haluan Negara.

12

Ibid hal 40

Page 30: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

30

Selanjutnya dalam pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 32 tahun

2004 Tentang Pemerintahan Daerah dikemukakan bahwa daerah otonom

adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah

yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

masyarakat dalam sistem negara Kestuan Republik Indonesia. Selain itu

dalam pasal 10 (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 , disebutkan

bahwa dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya di daerah,

pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan.Sehingga pada hakekatnya pembentukan

daerah otonom dimaksud untuk memperlancar roda pemerintahan yang

berorientasi pada pembangunan yang melibatkan adanya partisipasi dari

masyarakat.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan,pemerintah daerah berpedoman

pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang dalam Hukum Administrasi

Negara dikenal dengan “ Asas-asas umum pemerintahan yang baik” atau

“AUPB”.Di negara Belanda ,AUPB ini sudah diterima dan sebagai norma

hukum tak tertulis yang harus ditaati oleh penyelenggara pemerintahan.

Secara Yudiris asas-asas penyelenggaraan pemerintahan diatur dalam pasal

20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

yang terdiri atas:

Page 31: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

31

1. Asas Kepastian Hukum

Yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan

peraturan landasan pertauran perundang-undangan,kepatutan dan

keadilan dalam setiap kebijaksanaan penyelenggaraan negara.

2. Asas Tertib Penyelenggara Negara

Yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan dan keseimbangan

dalam mengendalikan penyelenggaraan negara.

3. Asas Kepentingan Umum

Yaitu asas yang mendahulukan gankesejahteraan umum dengan cara

aspiratif,akomodatif dan selektif.

4. Asas Keterbukaan

Yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar,jujur dan tidak diskriminatif

tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan

perlindungan atas hak asasi pribadi golongan dan rahasia negara.

5. Asas Profesionalitas

Yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban penyelenggaraan negara.

6. Asas Akuntabilitas

Yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berdasarkan kode etik

dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 32: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

32

7. Asas Proporsionalitas

Yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

8. Asas Efisiensi dan Efektivitas

Yaitu asa yang menyangkut tentang pencapaian tujuan dari

kebijaksanaan yang ditetapkan yaitu untuk mewujudakan

pemerintahan berdaya guna dan berhasil guna khususnya berkenaan

dengan prosedur.

Pasal 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah,mengatur bahwa dalam menyelenggarakan otonomi daerah ,daerah

mempunyai hak dan kewajiban.Adapun hak yang dimiliki dalam

menyelenggarakan otonomi meliputi:

1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;

2. Memilih pimpinan daerah;

3. Mengelola aparatur daerah;

4. Mengelola kekayaan daerah;

5. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya lainnya yang berada di daerah;

6. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah;dan

7. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Page 33: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

33

Selain itu, dalam pasal 22 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

daerah juga dibebani beberapa kewajiban yaitu:

1. Melindungi masyarakat,menjaga persatuan,kesatuan dan

kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik

Inodnesia;

2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

3. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;

5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

6. Menyediakan pelayanan fasilitas kesehatan;

7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;

8. Mengembangkan sistem jaminan sosial;

9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;

10. Mengembangkan sumber produktif di daerah;

11. Melestarikan lingkungan hidup;

12. Mengelola administrasi kependudukan;

13. Melestarikan nilai sosial budaya;

14. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan

sesuai dengan kewenangannya;

15. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, hak dan kewajiban tersebut

diwujudkan dalam bentuk rencana kerja dalam sistem pengelolaan di daerah.

Sesuai dengan asas-asas yang dikemukakan diatas,bahwa dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan dilakukan secara efektif,efisien,bertanggung

Page 34: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

34

jawab,transparan dan sesuai atau taat terhadap peraturan perundangan yang

berlaku.

Walaupun demikian tidak semua urusan pemerintah dapat diserahkan

pada daerah menjadi urusan rumah tangganya.Tetapi berat bagi pemerintah

pusat untuk menyelenggarakan seluruh urusan pemerintahan di daerah yang

masih menjadi wewenangnya atas dasar asas desentralisasi dan tugas

pembantuan,mengingat keterbatasannya kemampuan perangakat pemerintah

pusat di daerah.

c. Asas-asas Pemerintahan Daerah

Pengaturan mengenai hubungan antara pusat dan daerah dalam suatu

konteks negara kesatuan merupakan salah satu hal yang penting.Adanya

satuan pemerintahan di tingkat daerah adalah konsekuensi adanya pembagian

kekuasaan sebagai salah satu unsur negara hukum.Pembagian kekuasaan

antara pusat dan daerah adalah pembagian kekuasaan secara vertikal, yang

mana dalam hal tugas dan wewenang pemerintah yang sesuai dengan

ketentuan dalam Undang-Undang.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan ,pemerintah harus berpedoman

terhadap beberapa asas yaitu :13

1. Asas Keahlian,asas keahlian dapat dilihat pada susunan pemerintah

pusat.Semua soal diolah oleh para ahli-ahli antara lain dalam

susunan kementerian-kementerian.Yang memegang pimpinan pada

13

Muhammad Fauzan,Op.cit,.hal 38

Page 35: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

35

kementerian-kementerian itu seharusnya ahli-ahli urusan-urusan

yang menjadi kompetensinya;

2. Asas Kedaerahan,dengan bertambah banyaknya kepentingan –

kepentingan yang harus diselenggarakan oleh pemerintah pusat

(dalam arti luas) karena bertambah majunya

masyarakat,pemerintah tidak dapat mengurus semua kepentingan-

kepentingan itu dengan baik tanpa berpegang pada asas

kedaerahan dalam melakukan pemerintahan.

Berdasarkan asas keahlian,maka setiap urusan pemerintahan harus

secara benar diserahkan kepada mereka yang mempunyai keahlian dalam

bidangnya.Adapun asas kedaerahan memberikan peluang kepada pemerintah

daerah untuk melaksanakan urusan-urusan pemerintahan tertentu.

Selain itu, adanya keterlibatan pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan urusan - urusan pemerintahan dilaksanakan melalui beberapa

asas penyelenggaraan pemerintahan. Dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah ada 3 asas yang digunakan, antara

lain :

1. Asas Desentralisasi

Secara etimologis istilah desentralisasi berasal dari bahasa latin de=

lepas dan centrum= pusat,dengan demikian berarti melepaskan dari pusat.

Dari sudut ketatanegaraan,yang dimaksud dengan desentralisasi ialah

pelimpahan kekuasaan pemerintah dari pusat ke daerah yang mengurus

Page 36: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

36

rumah tangganya sendiri.14

Desentralisasi sebagai suatu sistem yang dipakai

dalam bidang pemerintahan yang merupakan kebalikan daari

sentralisasi.Desentralisasi adalah pembentukan daerah otonom dengan

kekuasaan – kekuasaan tertentu dan bidang-bidang kegiatan tertentu yang

diselenggarakan berdasarkan pertimbangan,inisiatif dan administrasi sendiri.

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ,desentralisasi adalah

penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah kepada daerah otonom

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurut

Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang dimaksud

dengan desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

pemerintahan dalam sisten Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Beberapa pakar asing maupun dalam negeri juga memberikan

pendefinisian mengenai desentralisasi dengan berbagai variasi dan

perkembangannya,antara lain :15

a. Webser

Webser mengatakan bahwa :

“To decentralize means to devide and distribute,as governmental

administration;to withdraw from the center or place of

14

Victor M Situmorang,Hukum Administrasi Pemerintahan di Daerah,Sinar Grafika,Jakarta,1994,hal

33

15 Muhammad Fauzan, Op.cit ,.hal 44

Page 37: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

37

concentration”.(desentralisasi berarti membagi dan

mendistribusikan,misalnya

administrasi,pemerintahan;mengeluarkan dari pusat atau tempat

konsentrasi.)

b. Rondinelli dan Chemma

Menurut Rondinelli dan Chemma desentralisasi adalah

“… the transfer of planning,decision making,or administrative

authority from the central government to its field

organizations,local administrative units,semi-autonomous and

parastatal organizations.”(desentralisasi adalah penyerahan

perencanaan,pembuatan keputusan atau kewenangan

administrative dari pemerintah pusat kepada organisasi-organisasi

tingkat bawah,kesatuan-kesatuan administrasi daerah,semi

otonomii dan organisasi…)

c. J.H.A Logemann

Menurut J.H.A Logemann desentralisasi adalah

“Van decentralizatie spreek men als regel,iindien

overheidswerkzaamheid va de landoverheid wordt afgewenteld op

zelfregerende gemeenschappen.”(orang berbicara desentralisasi

sebagai ketentuan,jika pekerjaan penguasa negara dilimpahkan

kepada persekutuan-persekutuan yang berpemerintahan sendiri).

Page 38: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

38

Desentralisasi merupakan suatu bentuk pemencaran kekuasaan yang

mempunyai kedudukan lebih tinggi, karena desentralisasi bersifat kenegaraan,

sehingga penyelenggaraan desentralisasi merupakan bagian dari organisasi

negara dan menunjukan adanya suatu tatanan negara.Berkaitan dengan

desentralisasi,cirri-ciri desentralisasi meliputi :

a. Bentuk pemencaran adalah penyerahan;

b. Pemencaran terjadi kepada daerah;

c. Yang dipencarkan adalah urusan pemerintahan; dan

d. Urusan pemerintahan yang dipencarkan menjadi urusan daerah.16

Ada dua jenis desentralisasi yaitu desentralisasi territorial dan

desentralisasi fungsional. Desentralisasi territorial adalah suatu penyerahan

kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dan batas

pengaturannya adalah daerah. Sedangkan desentralisasi fungsional adalah

penyerahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus suatu fungsi tertentu

dan batas pengaturan yang termaksud adalah jenis dan fungsi itu sendiri.

Apabila dilihat dari sudut pandang organisasi pemerintahan,desentralisasi

semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien yanitu yang

lebih dianggap utama untuk diurus pemerintah setempat dan pengurusannya

diserahkan kepada daerah.

16

Ibid

Page 39: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

39

2. Asas Dekonsentrasi

Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah, dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan

/ atau kepada instansi vertikal di wilayah itu.

Amrah muslimin mengartikan dekonsentrasi ialah pelimpahan dari

sebagian kewenangan pemerintah pusat pada alat-alat pemerintah pusat yang

ada di daerah. Irawan Soejito mengartikan dekonsentrasi adalah pelimpahan

kewenangan penguasa kepada pejabat bawahannya sendiri. Sedangkan

Joeniarto mengatakan dekonsentrasi adalah pemberian wewenang oleh

pemerintah pusat (atau pemerintah atasannya) kepada alat-alat perlengkapan

bawahan untuk menyelenggarakan urusan-urusannya yang terdapat di

daerah.17

R.D.H Koesoemahatmadja memberikan batasan bahwa yang dimaksud

dengan dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari alat perlengakapan

negara tingkatan lebih atas kepada bawahannya,misalnya menteri kepada

Gubernur,dari Gubernur kepada Bupati dan seterusnya.18

Dekonsentrasi dianggap sebagai salah salah satu bentuk sentralisasi

karena ada pemusatan kekuasaan negara pada pemerintah pusat atau

17

Ni‟Matul Huda,Hukum Tata Negara Indonesia,Rajawali Press,Jakarta,2011,hal 314

18 R.D.H Koesoemahatmadja dalam Muhammad Fauzan,Op.cit ,hal 51

Page 40: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

40

penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabat-pejabat atau

aparatnya untuk melakukan wewenang tertentu dalam hal penyelenggaraan

urusan pemerintahan pusat di daerah. Dekonsentrasi lebih menunjuk pada

kecenderungan-kecenderungan untuk menyebarkan fungsi – fungsi

pemerintahan pada suatu jenjang tertentu secara meluas.

Berdasarkan uraian diatas ,dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri

dekonsentrasi antara lain:

a. Adanya suatu bentuk pemencaran kekuasaan yang berupa pelimpahan;

b. Pemencaran kekuasaan terjadi pada pejabat itu sendiri (perorangan);

c. Yang dipencarkan adalah wewenang untuk melaksanakan sesuatau;

d. Hal yang dilimpahkan tidak menjadi urusan rumah tangga sendiri.

Asas dekonsentrasi dapat ditinjau dari tiga segi yaitu:

1. Segi Wewenang ,asas ini memberikan atau melimpahkan wewenang

dari pemerintah pusat ke pejabat daerah untuk meelaksanakan tugas

pemerintah pusat yang ada di daerah.

2. Segi Pembentuk Pemerintah ,dapat membentuk pemerintah local

administrasi di daerah,untuk diberi tugas menyelenggarakan urusan

pemerintah pusat di daerah.

3. Segi Pembagian wilayah ,asas ini membagi wilayah negara menjadi

wilayah daerah-daerah pemerintah local administratif.19

3. Asas Tugas Pembantuan

19

Ni‟Matul Huda,Op.cit,.hal 315-316

Page 41: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

41

Istilah medebewind sebagai terjemahan dari tugas pembantuan untuk

pertama kali diperkenalkan oleh Van Vollenhoven.Secara etimologis,tugas

pembantuan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda medebewind yang

berasal dari kata ‘mede’= serta ,turut dan bewind = berkuasa atau

memerintah.Medebewind merupakan pelaksanaan peraturan yang disusun

oleh alat perlengkapan yang lebih tinggi,oleh yang rendah.20

Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang

dimaksud dengan tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada

Daerah dan / atau desa ,dari pemerintah provinsi kepada Kabupaten/kota dan /

atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk

melaksanakan tugas tertentu.

Apabila ditinjau dari kaitan tugas pembantuan dengan desentralisasi

dan hubungan antara pusat dan daerah ,maka dalam pelaksanaan tugas

pembantuan seharusnya bertitik tolak dari hal-hal sebagai berikut:

a. Tugas pembantuan adalah bagian dari desentralisasi .Dengan demikian

seluruh pertanggungjawaban mengenai penyelenggaraan tugas

pembantuan adalah tanggung jawab daerah yang bersangkutan;

b. Tidak ada perbedaan pokok antara otonomi dan tugas pembantuan.

Dalam tugas pembantuan terkandung unsur otonomi karena itu daerah

mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri cara-cara

melaksanakan tugas pembantuan; dan

20

Ibid., hal 69

Page 42: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

42

c. Tugas pembantuan sama halnya dengan otonomi,mengandung unsur

penyerahan (overdragen) bukan penugasan (opdragen ).Perbedaan

kalau otonomi adalah penyerahan penuh, sedangkan tugas pembantuan

adalah penyerahan tidak penuh.21

Tugas Pembantuan “medebewind” itu merupakan suatu realisasi

dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,dimana

dalam pelaksanaanya diperlukan adanya koordinasi antara pemerintah daerah

dengan berbagai instansi yang terkait yang menyangkut segala aspek

kehidupan masyarakat yang ruang lingkup wewenangnya bercirikan tiga hal

yaitu :

1.) Materi yang dilaksanakan tidk termasuk rumah tangga daerah otonom

untuk melaksanakannya.Dalam penyelenggaraan pelaksanaan itu

daerah otonom mempunyai kelonggaran untuk menyesuaikan segala

sesuatu dengan kekhususan daerahnya sepanjang peraturan yang

mengharuskan member kemungkinan untuk itu.

2.) Yang dapat diserahkan hanya daerah-daerah saja.

Berdasarkan pasal tersebut ,maka yang terpenting dalam pelaksanaan

tugas pembantuan adalah adanya pertanggungjawaban yang diemban

oleh satuan pemerintahan yang membantu. Ketika menjalankan

“medebewind” urusan-urusan yang diselenggarakan oleh pemerintah

daerah masih tetap menjadi urusan pusat dan daerah yang lebih atas

21

Ibid ,hal 75

Page 43: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

43

tidak beralih menjadi urusan rumah tangga yang dimintakan bantuan

,dan apabila dalam hal daerah yang dimintakan bantuan tidak dapat

diminta pertanggungjawaban maka pelaksanaan tugas pembantuan itu

dapat dihentikan.

B. Peraturan Perundang-undangan

1. Pengertian Perundang-undangan

Ilmu perundang-undangan adalah suatu ilmu yang berorientasi dalam

hal melakukan perbuatan (dalam hal ini adalah pembentukan peraturan

perundang-undangan dan bersifat normatif.Selanjutnya Burkhardt Krems

dalam bukunya Maria Farida Indrati menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan

Perundang-undangan(Gezetzgebungswissenschaft) merupakan ilmu yang

interdisipliner yang berhubungan dengan ilmu politik dan sosiologi yang

secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :

1. Teori Perundang-undangan (Gezetzgebungtheorie),yang berorientasi

pada mencari kejelasan dan kejernihan makna atau pengertian-

pengertian dan bersifat kognitif;

2. Ilmu Perundang-undangan (Gezetzgebungzlehre),yang berorientasi

pasa melakukan perbuatan dlam hal pembentukan peraturan

perundang-undangan dan bersifat normatif.

Burkhardt Krems membagi lagi ke dalam tiga bagian yaitu :

1. Proses Perundang-undangan (Gezetzgebungfahren);

2. Metode Perundang-undangan (Gezetzgebungmethode);

Page 44: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

44

3. Teknik Perundang-undangan (Gezetzgebungtechnik).22

Lingkup batasan pengertian undang-undang tidak diterangkan dalam

Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 20 Undang-Undang Dasar 1945 hanya

menyebutkan kewenangan DPR untuk membentuk undang-undang dengan

persetujuan bersama dengan pemerintah. Pasal 24C ayat (1) hanya

menentukan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang menguji undang-

undang terhadap UUD.

Salah satu bentuk undang-undang atau statute yang dikenal dalam

literatur adalah local statute atau locale wet, yaitu undang-undang yang

bersifat lokal. Dalam literature dikenal pula adalah istilah local constitution

atau locale grondwet. Di lingkungan negara-negara federal seperti Amerika

Serikat, Kanada, dan Jerman, dikenal adanya pengertian mengenai Konstitusi

Federal (Federal Constitution) dan Konstitusi Negara-negara Bagian (State

Constitution).23

Sudikno Mertokusumo dalam bukunya Mengenal Hukum (suatu

pengantar) menyebutkan bahwa pengertian undang-undang dapat

dikategorikan kedalam 2 (dua) pengertian, diantaranya :

a. Undang-undang dalam arti materiil

Undang-undang merupakan keputusan atau ketetapan penguasa, yang

dilihat dari isinya disebut undang-undang dan mengikat setiap orang

secara umum.

b. Undang-undang dalam formil

22

Maria Farida Indrati ,Ilmu Perundang-undangan Dasar -Dasardan Pembentukannya,Jilid I

,Kansius,Yogyakarta,2007 hal 2-3

23Jimly Asshiddiqie, tanpa tahun, Perihal Undang-Undang, tanpa penerbit dan kota, hal. 91

Page 45: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

45

Keputusan penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara terjadinya disebut

undang-undang. Jadi undang-undang dalam arti formil tidak lain

merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan “undang-

undang” karena cara pembentukannya.24

Istilah “perundang-undangan” (legislation atau gezetsgebung )

mempunyai dua pengertian yang berbeda,yaitu :

1. Perundang-undangan sebagai sebuah proses pembentukan atau proses

membentuk peraturan-peeraturan negara baik ditingakt pusat maupun

di tiingkat daerah ; dan

2. Perundang-undangan sebagai segala peraturan negara,yang merupakan

hasil proses pembentukan peraturan-peraturan baik ditingkat pust

maupun di tingkat daerah.25

Disamping itu, ada 3 (tiga) fungsi utama dari ilmu perundang-

undangan ,yaitu :

1. Untuk memenuhi kebutuhan hukum dlam kehidupan

bermasyarakat,berbangsa dan bernegara yang senantiasa berkembang;

2. Untuk menjembatani lingkup hukum adat dengan hukum yang tidak

tertulis lainnya; dan

3. Untuk memenuhi kebutuhan kepastian hukum tidak tertulis bagi

masyarakat.26

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa apabila berbicara

tentang Ilmu perundang-undangan maka dalam prosesnya akan membahas

pula mengenai pembentukan peraturan-peraturan negara dan sekaligus semua

24

Sudikno Mertokusumo, 1996, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, hal. 72

25 Aziz Syamsuddin,Op.cit,. hal 13

26 Ibid

Page 46: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

46

peraturan negara yang merupakan hasil dari pembentukan peraturan-peraturan

negara baik yang ada ditingkat pusat maupun yang ada ditingkat daerah.

2. Azas Perundang-undangan

Peraturan-peraturan negara di dalam keberlakuannya berpedoman pada

asas-asas perundang-undangan. Asas dapat diartikan sebagai aksioma yang

memberi jalan pemecahannya jika sesuatu aturan diperlakukan atau aturan

yang mana harus diperlakukan bila terjadi bentrokan beberapa aturan dalam

pelaksanaannya atau dapat diartikan sebagai suatu kesepakatan universal yang

berupa pemikiran-pemikiran dasar untuk dijadikan landasan pengaturan

bersama dalam membuat peraturan perundang-undangan. Asas-asas sebagai

dimaksud dapat disebutkan sebagai berikut :

a. Asas lex speciali derogat lex generalis

b. Asas le posteriore lex priori

c. Asas undang-undang tidak berlaku surut

d. Asas undang-undang tidak dapat diganggu gugat

e. Asas welvaartstaat.27

Asas-asas lain yang perlu dikemukakan adalah asas yang merupakan

pegangan para pembuat peraturan perundang-undangan, yaitu :

a. Asas deskresi

b. Asas adaptasi

27

Faried Ali, 1997, Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta, hal 197

Page 47: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

47

c. Asas kontinuitas

d. Asas prioritas.28

I.C Van der Vlies,membagi asas-asas dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan yang patut ke dalam asas formal dan asas material.

Asas-asas formal meliputi :

a. Asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelstelling)

b. Asas organ atau lembaga yang tepat (beginsel van het juiste organ )

c. Asas perlunya pengaturan (Het noodzakelijkheids beginsel )

d. Asas dapat dilaksanakan (het beginsel van uitverbaarheid )

e. Asas Konsensus (het beginsel van consensus )

Asas – asas material meliputi :

a. Asas tentang terminology dan sistematika yang benar (het beginsel van

duidelijke terminology en duidelijke systematiek )

b. Asas Tentang dapat dikenali (het beginsel van de kenbaarheid )

c. Asas perlakuan yang sama dalam hukum (het rechszekerheidsbeginsel )

d. Asas kepentingan hukum (het rechtszekerheidsbeginsel )

e. Asas ini merupakan salah satu sendi asas umum negara berdasar atas

hukum yang dianut negara Indonesia

f. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual (het

beginsel van de individuele rechtsbedeling ).

A.Hamid .Attamimi dalam bukunya Aziz Syamsuddin berpendapat

bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan Indonesia yang patut

adalah sebagai berikut:

28

Ibid, hal 200

Page 48: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

48

1. Cita hukum Indonesia adalah Pancasila;

2. Asas negara berdasarkan atas hukum dan asa pemerintahan

berdasarkan sistem konstitusi;

3. Asas-asas lainnya :

Asas –asas negara berdasarkan atas hukum yang menempatkan

undang-undang sebagai alat pengaturan yang khas berada

dalam keutamaan hukum;

Asas pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi yang

menempatkan undang-undang sebagai dasar dan batas

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pemerintahan.29

Menurut Purnadi Purbacaraka ,ada enam jenis asas perundang

undangan yaitu:

a. Undang-undang tidak berlaku surut;

b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi

,mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula;

c. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang

yang bersifat umum (lex specialis derogate lex generali );

d. Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undang-

undang yang berlaku terdahulu (lex posteriore derogate lex priori );

e. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat;

f. Undang-undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat

mencapai kesejahteraan individu,melalui pembaharuan atau

pelestarian.30

Berdasarkan perkembangannya ada 2 (dua) jenis asas, yaitu:

29

Aziz Syamsuddin,Op.cit hal 29-31

30 Purnadi Purbacaraka dkk,Perundang-undangan dan Yurisprudensi,Alumni,Bandung,1979,hal 15

Page 49: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

49

1. Asas yang berlaku secara Internasional

Untuk membuat perundang-undangan terdapat 5 (lima) asas yaitu:

- Lex specialis derogate legi generali

- Lex Posterior derogate legi priori

- Lex superior derogate legi inferiori

- Undang-undang tidak berlaku surut (Asas Retroaktif)

- Undang-undang tidak boleh diganggu gugat

2. Asas yang berlaku secara Nasional

Asas-asas peraturan perundng-undangan di Indonesia yang

berdasarkan ketentuan terbaru dalam pasal 5 dan pasal 6 Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan,antara lain:

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan menyebutkan asas pembentukan peraturab

perundang-undangan yang baik,antara lain :

- Kejelasan Tujuan;

- Kesesuaian antara jenis , hierarki dan materi muatan;

- Dapat dilaksanakan;

- Kedayagunaan dan kehasilgunaan;

- Kejelasan Rumusan;

- Keterbukaan.

Page 50: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

50

Sedangakan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,menyebutkan bahwa materi

muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan asas :

- Pengayoman;

- Kemanusiaan;

- Kebangsaan;

- Kekeluargaan;

- Kenusantaraan;

- Bhineka Tunggal Ika;

- Keadilan;

- Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

- Ketertiban dan kepastian hukum ; dan / atau

- Keselarasan,Keserasian dan Keseimbangan.

3. Teori Perundang-undangan

Suatu norma hukum memiliki masa berlaku yang relatif tergantung

dari norma hukum yang lebih tinggi atau di atasnya.Sehingga apabila norma

hukum di atas dihapus maka norma hukum yang di bawahnya secara otomatis

terhapus .

Norma dasar yang merupakan norma tertinggi dalam sistem norma

tersebut tidak lagi dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi,tetapi

norma dasar itu ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebagai norma

Page 51: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

51

dasar yang merupakan gantungan bagi norma-norma yang berada di

bawahnya sehingga suatu norma dasar itu dikatakan pre-supposed.31

Dalam kaitannya dengan hierarki norma hukum Hans Kelsen

mengemukakan teorinya mengenai jenjang norma hukum (stufentheorie),

dimana ia berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan

berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan, dimana suatu norma yang

lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih

tinggi,norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada norma

yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang

tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif, yaitu Norma

Dasar (Grundnorm).32

Selain itu dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dikenal

ada 3 (tiga ) landasan teori agar suatu perundang-undangan itu baik.Seperti

halnya yang dikemukakan oleh Gustav Redburg dari Eropa bahwa ada 3 (tiga)

landasan pembentukan peraturan perundang-undangan yang diterapkan di

negara demokrasi antara lain :

a. Bahwa Peraturan tersebut harus berlandaskan aspek yuridis.

b. Bahwa Peraturan tersebut harus berlandaskan aspek filosofis.

c. Bahwa Peraturan tersebut harus berlandaskan aspek sosiologis.

31

Maria Farida Indrati ,Op.cit,.hal 25

32 Aziz Syamsuddin,Op.cit,. hal 15

Page 52: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

52

Hal itu sesuai yang dikemukakan oleh Rosjidi Ranggawijaya,bahwa

perturan perundang-undangan yang baik harus memiliki tiga landasan yaitu

landasan folosofis, landasan sosiologis dan landasan yuridis.33

a. Landasan Filosofis

Dasar filosofis merupakan cita hukum. Atau dengan kata lain bahwa

filsafat adalah pandangan hidup bangsa dan merupakan nilai-nilai moral

dari suatu bangsa tersebut.Dimana dalam moral itu berisi nilai baik dan

nilai buruk.Nilai baik adalah nilai yang mengandung keadilan,kebenarn,

kejujuran dan semua nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat.

b. Landasan Sosiologis

Dalam membuat suatu peraturan perundang-undangan harus

didasarkan pada daya guna dan hasil guna, mempertimbangkan nilai-nilai

sosial yang berlaku dalam masyarakat.Peraturan yang dibuat harus

berdasarkan pada keyakinan umum dan kesadaran masyarakat karenan

nantinya peraturan itu akan diberlakukan kepada masyarakat.

c. Landasan Yuridis

Landasan yang menekankan bahwa dalam pembuatan peraturan

perundang-undangan itu harus memberikan kepastian hukum seperti:

ketepatan waktu,tidak ada diskriminasi .Selain itu, landasan yuridis sangat

penting karena akan menunjukan adanaya kewenangan dari pembuat

33

Rosjidi Ranggawijaya,Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia,Mandar Maju, Bandung,

1998,hal 43

Page 53: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

53

undang-undang, adanya hierarki (tidak bertentangan dengan peraturan

yang lebih tinggi), adanya kesesuaian jenis, materi muatan yang akan

diatur. Landasan yuridis menjadi dasar kewenangan pembuat peraturan

perundang-undangan.Sehingga apabila pejabat atau badan hukum tidak

disebutkan dalam undang-undang memiliki kewenangan membuat suatu

peraturan maka pejabat atau badan hukum itu tidak berwenang untuk

itu.Seperti dalam pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945

memberikan kewenangan kepada DPR untuk membentuk Undang-

undang.

4. Materi Muatan Perundang-undangan

Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan bahwa:

Materi Muatan Perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam

peraturan perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi dan

hierarki Peraturan Perundang-undangan.

Dalam hal membuat suatu perundang-undangan terkait dengan adanya

materi muatan yang akan diatur, dala m Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

menentukan bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan harus

mencerminkan asas :

a. Pengayoman;

b. Kemanusiaan;

c. Kebangsaan;

Page 54: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

54

d. Kekeluargaan;

e. Kenusantaraan;

f. Bhineka Tunggal Ika;

g. Keadilan;

h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

i. Ketertiban dan kepastian hukum; dan / atau

j. Keseimbangan, keserasian, keselarasan.

Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan bahwa materi

muatan yang diatur dengan undang-undang berisi:

a. Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi :

1. Hak-hak asasi manusia

2. Hak dan kewajiban warga negara

3. Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian

kekuasaan negara;

4. Wilayah negara dan pembagian daerah;

5. Kewarganegaraan dan kependudukan; dan

6. Keuangan negara34

b. Perintah suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-

undang;

34

Aziz Syamsuddin,Op.cit,,hal 43

Page 55: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

55

a. Pengesahan perjanjian internasional tertentu;

b. Tindak lanjut atas putusan mahkamah konstitusi;dan / atau

c. Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat

5. Landasan Hukum Peraturan Perundang-undangan

Indonesia adalah negara hukum , sehingga konsekuensi dari negara

hukum bahwa harus mencakup elemen penting seperti : adanya perlindungan

Hak Asasi Manusia, pembagian dan pemisahan kekuasaan, pemerintahan

berdasarkan dengan undang-undang.Terkait dengan pemerintahan berdasar

dengan undang-undang maka segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah

harus berdasarkan hukum. Hukum yang dibuat untuk mengatur segala

penyelenggaraan pemerintahan itu berlandaskan sumber hukum yang lebih

tinggi.Berdasarkan perkembangannya Indonesia mempunyai 4 (empat)

landasan hukum perundang-undangan, antara lain :

1. Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 Tentang Memorandum DPRGR

mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan

Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia.Merupakan

Produk Hukum yang pertama yang menghasilkan peraturan

perundang-undangan yang isinya:

a. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

b. Undang-undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;

Page 56: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

56

c. Peraturan pemerintah;

d. Keputusan Presiden; dan

e. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya seperti:

3. Peraturan menteri;

4. Instruksi menteri;

5. Dan lain-lainnya.

2. Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-undangan

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-undang;

d. Peraturan pemerintah Pengganti Undang-Undang;

e. Peraturan Pemerintah;

f. Keputusan Presiden; dan

g. Peraturan Daerah.

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan.

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang;

c. Peraturan Pemerintah;

Page 57: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

57

d. Peraturan Presiden;

e. Peraturan Daerah:

Peraturan Daerah Provinsi yang dibuat oleh dewan

perwakilan rakyat daerah provinsi bersama dengan

gubernur;

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang dibuat oleh dewan

perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota bersama dengan

bupati/walikota;

Peraturan Desa/peraturan yang setingkat yang dibuat oleh

badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan

kepala desa atau lainnya.

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan.

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang;

d. Peraturan Pemerintah;Peraturan Presiden;

e. Peraturan Daerah Provinsi; dan

f. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Page 58: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

58

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan

Tipe pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif. Pada penelitian hukum ini hukum dikonsepkan sebagai apa yang

tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum

dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku

manusia yang dianggap pantas.35

Konsep ini memandang hukum identik dengan

norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau oleh

pejabat negara yang berwenang. Konsepsi ini memandang hukum sebagai suatu

sistem normatif yang bersifat mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan

masyarakat yang nyata.36

Metode pendekatan atau penelitian menggunakan perundang-undangan

(statute approach ) yaitu menelaah semua Undang-Undang dan peraturan yang

ada tentunya berhubungan dengan pembentukan peraturan perundang-undangan

dan juga adanya gambaran sebagai suatu sistem yang tertutup dengan sifat

comprehensive,all-inclusive dan systematic.

35

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, hal. 118.

36

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, Jakarta, hal. 13-14.

Page 59: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

59

2. Spesifikasi Penelitian

Untuk mendekati pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini,

spesifikasi penelitian yang digunakan adalah penelitian preskriptif, menurut

Peter Mahmud Marzuki menyatakan bahwa Ilmu hukum mempunyai

karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan.Sebagai ilmu

yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai

keadilan, validitas aturan hukum, konsep hukum, dan norma hukum.Sebagai

ilmu terapan ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan, rambu-

rambu dalam melaksanakan aturan hukum.37

3. Jenis Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bahan hukum

sekunder karena pendekatan yang akan dilakukan adalah pendekatan yuridis

normatif. Bahan hukum sekunder dibidang hukum dipandang dari sudut

kekuatan mengikatnya dapat dibedakan menjadi :38

a) Bahan hukum primer yang terdiri dari :

1) Norma dasar Pancasila;

2) Peraturan dasar; batang tubuh UUD 1945, ketetapan-ketetapan MPR;

3) Peraturan perundang-undangan;

37

Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group,,

Jakarta,2006, hal 22.

38

Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit., hal. 11-12.

Page 60: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

60

4) Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan;

5) Yurisprudensi;

6) Traktat.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum primer, yang terdiri dari :

1) Rancangan peraturan perundang-undangan;

2) Hasil karya ilmiah para sarjana;

3) Hasil-hasil penelitian.

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi

tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya :

1) Bibliografi;

2) Indeks kumulatif.

b. Bahan Hukum Primer

Dalam penelitian ini juga diperlukan bahan hukum primer yang

berfungsi sebagai pelengkap/pendukung bahan hukum sekunder. Bahan huk

um primer diperoleh melalui wawancara yang bersumber dari keterangan-

keterangan Kepala DPRD Kabupaten Banjarnegara.

4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder diperoleh dengan melakukan inventarisasi

peraturan–peraturan dan ketentuan-ketentuan serta literature yang terkait

Page 61: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

61

dengan pembentukan peraturan daerah. Selain itu digunakan juga berupa studi

kepustakaan, telaah artikel ilmiah, telaah karya ilmiah sarjana dan studi

dokumen, termasuk di dalamnya karya tulis ilmiah maupun jurnal yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu mengenai pembentukan

peraturan perundang-undangan.

b. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara

dengan Kepala DPRD Kabupaten Banjarnegara.

5. Metode Penyajian Bahan Hukum

Bahan Hukum yang diperoleh selanjutnya akan disajikan dalam bentuk

uraian yang disusun secara sistematis, maksudnya bahwa bahan hukum sekunder

yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya dan disesuaikan

dengan pokok permasalahan sehingga tercipta satu kesatuan yang utuh.

6. Metode Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum yang telah diperoleh akan diinventarisir dan dianalisis

secara kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan merangkai

data yang telah dikumpulkan dan disusun secara sistematis yang berasal dari

norma-norma hukum, peraturan pernundang-undangan dan teori perundang-

undangan dan nantinya akan diratik kesimpulan.

Page 62: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Umum Kabupaten Banjarnegara

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu bagian dari wilayah Provinsi

Jawa Tengah. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12' - 7° 31' Lintang

Selatan dan 109° 29' - 109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten

Banjarnegara adalah 106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah

Provinsi Jawa Tengah. Dengan lahan pertanian sawah seluas 14.663 hertar dan

lahan pertanian bukan sawah yang terdiri dari tegalan 44.478 ha , perkebunan

3223 ha dan kolam seluas 519 Ha. Dengan potensi yang ada tersebut sangat

relevan jika Banjarnegara sangat mengandalkan bidang pertanian sebagai potensi

utama di Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara mempunyai batas-batas wilayah

antara lain:

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten

Batang.

- Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo.

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kebumen.

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga Barat dan

Kabupaten Banyumas.

Page 63: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

63

Secara administratif, Kabupaten Banjarnegara terdiri dari 20 Kecamatan, 253

Desa dan 12 Kelurahan.Dari 20 Kecamatan yang ada, Kecamatan Punggelan

yang memiliki wilayah terluas dari Kecamatan lain yaitu 10.284,00 Ha yang

terdiri dari 17 Desa, 80 Dusun, 105 RW dan 415 RT dengan lahan basah yang

dipergunakan untuk bercocok tanam padi dan palawija dan Lahan Kering yang

potensial untuk pengembangan buah-buahan dan hasil hutan lainnya seperti

Salak, Kapulaga, Kopi, Singkong, Padi, jagung

Gambaran umum wilayah Kabupaten Banjarnegara terdiri dari 3 Zona

berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografis, yaitu :

a. Zona Utara, adalah kawasan pegunungan yang merupakan bagian dari

Dataran Tinggi Dieng, Pegunungan Serayu Utara. Daerah ini memiliki relief

yang curam dan bergelombang. Di perbatasan dengan Kabupaten Pekalongan

dan Kabupaten Batang terdapat beberapa puncak, seperti Gunung

Rogojembangan dan Gunung Prahu. Merupakan wilayah pegunungan yang

lebih di kenal dengan pegunungan Kendeng Utara, rona alamnya bergunung

berbukit, bergelombang dan curam. Potensi utamanya adalah sayur mayur,

kentang, kobis, jamur, teh, jagung, kayu, getah pinus, sapi kereman, kambing

dan domba. Juga pariwisata dan tenaga listrik panas bumi di dataran tinggi

Dieng. Beberapa kawasan digunakan sebagai obyek wisata, dan terdapat pula

tenaga listrik panas bumi. Pada sebelah utara meliputi Kecamatan :

Page 64: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

64

Kalibening, Pandanarum, Wanayasa, Pagentan, Pejawaran, Batur,

Karangkobar, Madukara.

b. Zona Tengah, merupakan zona Depresi Serayu yang cukup subur. Rona

alamnya relatif datardan subur. Potensi utamanya adalah padi, palawija, buah-

buahan, ikan, home industri, PLTA Mrica, keramik dan anyam – anyaman

bambu. Bagian wilayah ini meliputi Kecamatan : Banjarnegara, Madukara,

Bawang, Purwanegara, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Wanadadi,

Banjarmangu, Rakit.

c. Zona Selatan, merupakan bagian dari Pegunungan Serayu, merupakan daerah

pegunungan yang berrelif curam selain itu pegunungan kapur dengan nama

pegunungan Serayu Selatan. yang meliputi Kecamatan : Pagedongan,

Banjarnegara, Sigaluh, Mandiraja, Bawang, Susukan. Rona alamnya

bergunung, bergelombang dan curam. Potensi utamanya adalah ketela pohon,

gula kelapa, bamboo. getah pinus, damar dan bahan mineral meliputi :

marmer, pasir kwarsa, feld spart, asbes, andesit, pasir dan

kerikil. Buah-buahan : duku, manggis, durian, rambutan, pisang dan jambu .

Topografi wilayah Kabupaten Banjarnegara ini sebagian besar (65% lebih)

berada di ketinggian antara 100 s/d 1000 meter dari permukaan laut. Secara rinci

pembagian wilayah berdasarkan topografi adalah sebagai berikut :

Page 65: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

65

a. Kurang dari 100 m dari permukaan air laut, meliputi luas 9,82 % dari seluruh

luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi Kecamatan Susukan dan

Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwanegara dan Bawang.

b. Antara 100 - 500 m dari permukaan air laut, meliputi luas 37,04 % dari

seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi Punggelan,

Wanadadi, Rakit, Madukara, sebagian Susukan, Mandiraja, Purwanegara,

Bawang, Pagedongan, Banjarmangu dan Banjarnegara.

c. Antara 500 -1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas 28,74% dari

seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi Kecamatan Sigaluh,

sebagian Banjarnegara, Pagedongan dan Banjarmangu.

d. Lebih dari 1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas 24,40% dari seluruh

wilayah Kabupaten Banjarnegara meliputi Kecamatan Pejawaran, Batur,

Wanayasa, Kalibening, Pandanarum, Karangkobar dan Pagentan.

Wilayah kabupaten Banjarnegara memiliki iklim tropis, dengan curah hujan

rata-rata 3.000 mm/tahun, serta suhu rata-rata 20°- 26° C.

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Banjarnegara sampai akhir tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara

sebanyak 875.214 jiwa yang terdiri dari pria 440.816 jiwa dan wanita 434.398

jiwa yang secara rinci dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Page 66: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

66

Tabel 1.JumlahPenduduk Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2007 sampai

2011.

Dasar Tahun 2011 2010 2009 2008 2007

Jumlah Pria (jiwa) 440.816 436.152 430.765 442.168 437.041

Jumlah Wanita (jiwa) 434.398 432.761 444.402 427.609 427.107

Total (jiwa) 875.214 868.913 875.167 869.777 864.148

Pertumbuhan Penduduk (%) - -1 1 1 1

Kepadatan Penduduk

(jiwa/Km²) - - 818 813 -

Sumber Data:Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Banjarnegara

2. Pembentukan Peraturan Daerah (PERDA) Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

Peraturan Daerah pada dasarnya disebut sebagai undang-undang daerah

karena peraturan ini dibuat dan berlaku untuk mengatur daerah otonomi sendiri.

Oleh karena itu, peraturan daerah bersifat mengatur, sehingga perlu diundangkan

dan menempatkannya dalam lembaran daerah.

Peraturan daerah memiliki beberapa fungsi, antara lain :

a. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan

kepentingan umum;

Page 67: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

67

b. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Yang dimaksud disini adalah tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan ditingkat pusat.

c. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan

peraturan daerah yang lebih tinggi.

Ketentuan ini merupakan syarat bagi pembentukan peraturan daerah tingkat

II.

d. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang belum diatur oleh peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi;

Dalam hal ini suatu Peraturan Daerah Tingkat I itu boleh mengatur masalah-

masalah yang belum diatur oleh peraturan-peraturan ditingkat pusat saja,

tetapi bagi Peraturan Daerah Tingkat II hal-hal yang diatur bukan saja

masalah-masalah yang belum diatur oleh peraturan di tingkat pusat, tetapi

juga hal-hal yang belum diatur oleh Peraturan Daerah Tingkat I dan

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.

e. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang belum diatur oleh peraturan

daerah yang lebih tinggi;

Ketentuan ini diperuntukan bagi Peraturan Daerah Tingkat II.

f. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak mengatur rumah tangga

daerah bawahannya;

Ketentuan ini diperuntukan bagi Peraturan Daerah Tingkat I.

Dalam hal ini peraturan daerah tingkat I, tidak boleh mengatur masalah-

masalah yang sebenarnya merupakan kewenangan Daerah Tingkat II.39

39

Maria Farida ,Op.cit,.hal 121-122

Page 68: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

68

Dalam perkembangannnya peraturan daerah mengalami perubahan dalam

pembentukannya.Di daerah dibentuk adanya DPRD sebagai badan legislatif

daerah dan Pemerintah Daerah sebagai eksekutif daerah, pada masa orde baru

dalam hal pembentukan peraturan daerah didominasi oleh eksekutif daerah atau

pemerintah daerah.Namun dalam era reformasi ini baik eksekutif maupun

legislatif daerah mempunyai keseimbangan dalam hal pembentukan peraturan

daerah.Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan ada dua macam peraturan daerah yaitu Peraturan

Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Pasal 1 ayat 7

menegaskan bahwa:

“Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang

dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan

bersama Gubernur.”

Pasal 1 ayat 8 menegaskan pula bahwa :

“Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adlah Peraturan Perundang-undangan

yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota

dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.”

Dalam hal materi muatan yang harus diatur dalam pembentukan peraturan

daerah, Pasal 14 menentukan bahwa :

“Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi

daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah

dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih

tinggi.”

Berikut ini adalah Prosedur pembentukan Peraturan Daerah atau tata cara

pembentukan Peraturan Daerah :

Page 69: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

69

1. Tahap Perencanaan Peraturan Daerah

Pembentukan Peraturan Peraturan Daerah baik Provinsi maupun

Kabupaten/Kota agar dapat dilaksanakan secara berencana dan terpadu harus

didasarkan pada Prolegda (Program Legislasi Daerah). Dalam pasal 1 ayat (10)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan menyatakan bahwa :

“Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut Prolegda adalah

instrument perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah Provinsi

atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang disusun secara

terencana,terpadu, dan sistematis.”

Dalam program legislasi daerah (prolegda) ditetapkan suatu skala prioritas

sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum.Penyusunan program legislasi

daerah (prolegda) perlu ditetapkan pokok materi yang hendak diatur serta

kaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya.Seperti halnya yang

disebutkan dalam pasal 33 bahwa:

(2) Prolegda sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 memuat program

pembentukan Peraturan Daerah Provinsi dengan judul Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi, materi yang diatur, dan keterkaitannya dengan Peraturan

Perundang-undangan lainnya.

(3) Materi yang diatur serta keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-

undangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

keterangan mengenai konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang

meliputi:

a. latar belakang dan tujuan penyusunan;

b. sasaran yang ingin diwujudkan;

c. pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur; dan

d. jangkauan dan arah pengaturan.

(4) Materi yang diatur sebagaimana ayat (2) yang telah melalui pengkajian dan

penyelarasan dituangkan dalam naskah akademik.

Page 70: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

70

Proses penyusunan program legislasi daerah (prolegda) dilaksanakan oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah Daerah yang ditetapkan untuk

jangka waktu (1) satu tahun. Dalam penyusunan program legislasi daerah

dilingkungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dikoordinasikan oleh alat

kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang khusus menagani bidang

legislasi, sedangkan penyusunan program legislasi daerah dilingkungan

pemerintah daerah dikoordinasikan oleh biro hukum atau bagian hukum ataupun

instansi vertikal yang terkait.Hal tersebut lebih lanjut sebagaimana ditentukan

dalam pasal 36 yang menyatakan bahwa :

(1) Penyusunan prolegda Provinsi anatara DPRD Provinsi dan Pemerintah

Daerah Provinsi dikoordinasikan oleh DPRD Provinsi melalui alat

kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidng legislasi.

(2) Penyusunan prolegda Provinsi di lingkungan DPRD Provinsi di

lingkungan DPRD Provinsi dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD

Provinsi yang khusus menangani bidang legislagi.

(3) Penyusunan prolegda Provinsi di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi

dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan instansi

vertikal terkait.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan prolegda Provinsi

di lingkungan DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur

dengan Peraturan DPRD Provinsi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan prolegda Provinsi

di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diatur dengan Peraturan Gubernur.

Selanjutnya dalam hal hasil penyusunan program legislasi daerah antara

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan pemerintah daerah disepakati dalam rapat

paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dalam Keputusan

Page 71: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

71

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal ini sesuai dengan ketentuan pada pasal

37 yang menyatakan bahwa :

(1) Hasil dari penyusunan prolegda provinsi antara DPRD Provinsi dan

Pemerintah daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat

(1) disepakati menjadi prolegda provinsi dan ditetapkan dalam rapat

paripurna DPRD Provinsi.

(2) Prolegda Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

Keputusan DPRD Provinsi.

Pasal 38 selanjutnya menegaskan bahwa :

(1) Dalam Prolegda Provinsi dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri

atas :

a. Akibat putusan mahkamah agung; dan

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi

(2) Dalam keadaan tertentu, DPRD Provinsi atau Gubernur dapat mengajukan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi di luar Prolegda Provinsi:

a. Untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam;

b. Akibat kerja sama dengan pihak lain; dan

c. Keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang dapat disetujui bersama oleh

alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi

dan biro hukum.

Ketentuan terhadap tahap perencanaan penyusunan peraturan daerah provinsi

berlaku secara mutatis mutandis terhadap tahap perencanaan penyusunan

peraturan daerah kabupaten/kota.Sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 bahwa :

“Ketentuan mengenai perencanaan penyusunan peraturan daerah provinsi

sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 sampai dengan pasal 38 berlaku secara

mutatis mutandis terhadp perencanaan penyusunan peraturan daerah

Kabupaten/Kota.”

Page 72: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

72

Selanjutnya dalam hal daftar kumulatif terbuka yang dapat dimuat dalam

prolegda Kabupaten /Kota itu berbeda dengan yang dapat dimuat dalam prolegda

Provinsi, hal tersebut sesuai dengan pasal 41 yang menyatakan bahwa :

“Dalam Prolegda Kabupaten/Kota dapat dimuat daftar kumulatif terbuka

mengenai pembentukan, pemekaran, dan penggabungan kecamatan atau nama

lainnya dan / atau pembentukan, pemekaran, dan penggabungan Desa atau

nama lainnya.”

2. Tahap Penyusunan Peraturan Daerah

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan dikenal ada dua jenis peraturan daerah yaitu Peraturan

Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Dalam hal penyusunan

Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari Kepala Daerah (eksekutif) dan

usul inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif). Ketentuan mengenai

penyusunan atau pembentukan Peraturan Daerah Provinsi berlaku secara mutatis

mutandis terhadap penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.Hal ini sesuai

dengan ketentuan pasal 63 yang menegaskan bahwa :

“Ketentuan mengenai penyusunan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 56 sampai dengan Pasal 62 berlaku secara mutatis

mutandis terhadap penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.”

a) Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Kepala Daerah (eksekutif)

Rancangan Peraturan Daerah dapat diajukan oleh unit kerja dijajaran

pemerintah daerah. Dalam hal pengajuan Pra-Rancangan Peraturan Daerah itu

harus disertai dengan penjelasan-penjelasan pokok pikiran(naskah akademik)

dan diajukan kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah, apabila daerah

Page 73: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

73

Provinsi yang mengkaji adalah biro hukum untuk diadakan kajian awal dan

koreksi sedangan daerah Kabupaten/kota adalah bagian hukum.Setelah

dilakukan pengkajian awal atau koreksi oleh biro/bagian hukum maka usulan

pra-raperda diajukan kepada kepala daerah disertai dengan pertimbangan-

pertimbangan, saran dan penjelasan.Apabila pra-raperda ditolak maka akan

dikembalikan ke unit kerja yang bersangkutan sedangkan apabila pra-

rancangan peraturan daerah diterima maka akan diproses lebih lanjut.

Pra-raperda yang diterima akan dikaji ulang untuk diadakan

penyempurnaan oleh biro/bagian hukum atas perintah dari sekretaris daerah

untuk mendapatkan tanggapan yuridis.Apabila perlu dibahas pada forum yang

lebih luas maka biro/bagian hukum dapat mengikutsertakan unit kerja instansi

yang terkait sehingga ada persesuaian. Setelah rancangan peraturan daerah itu

final (selesai) disertai dengan penjelasan pokok,Rancangan Peraturan Daerah

itu disampaikan kepada kepala daerah. Selanjutnya biro / bagian hukum

menyiapkan nota pengantar penyampaian rancangan peraturan daerah dari

kepala daerah kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,sekaligus

pengantar penjelasan rancangan peraturan daerah pada rapat pembahasan di

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Mengenai prosedur atau tata cara pembentukan rancangan peraturan

daerah yang berasal dari kepala daerah baik Gubernur ,Bupati/Walikota lebih

lanjut diatur dengan Peraturan Presiden.Hal ini sebagaimana dalam pasal 59

yang menyatakan sebagai berikut :

Page 74: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

74

“Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur diatur dengan

Peraturan Presiden.”

Sebagaimana hal tersebut diatas bahwa Ketentuan mengenai penyusunan atau

pembentukan Peraturan Daerah Provinsi berlaku secara mutatis mutandis

terhadap penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai dengan

ketentuan pasal 63 yang menegaskan bahwa :

“Ketentuan mengenai penyusunan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 56 sampai dengan Pasal 62 berlaku secara mutatis

mutandis terhadap penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.”

b) Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD)

Usulan Rancangan Peraturan Daerah berasal dari Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.Tata cara pelaksanaannya adalah dapat diajukan oleh anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang tidak terdiri hanya dari 1

(satu) fraksi, barulah dapat mengajukan usul prakarsa mengenai pengaturan

suatu urusan daerah. Kemudian usulan itu disampaikan kepada pimpinan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah

disertai dengan pokok penjelasannya secara tertulis biasanya dengan bentuk

naskah akademik.

Usul prakarsa yang telah diajukan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah kemudian oleh Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

diberi nomor pokok, dan setelah itu oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat

Page 75: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

75

Daerah disampaikan dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

setelah mendapat pertimbangan dari Panitia Musyawarah.Dalam rapat

paripurna tersebut, pemrakarsa menyampaikan penjelasan atas usulnya

(inisiatif) dan anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun

kepala daerah (eksekutif) hadir dan memberikan tanggapan atas usulan.

Pembentukan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan tata cara pelaksanaan dapat

disampaikan oleh anggota, momisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang khusus menangani bidang legislasi.

Ketentuan ini diatur lebih lanjut pada pasal 60 yang menyatakan bahwa:

(1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat diajukan oleh anggota,

komisi, gabungan komisi, atau alat kelengakapan DPRD Provinsi yang

khusus menangani bidang legislasi.

(2) Ketentuan lebh lanjut mengenai tata cara mempersiapkan Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dalam peraturan daerah provinsi.

Selain itu dalam hal apabila rancangan peraturan daerah yang diajukan baik

dari kepala daerah maupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengenai materi

yang sama dalam satu masa sidang, maka yang akan dibahas adalah rancangan

peraturan daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, hal ini

sesuai dengan ketentuan pasal 62 yang menyatakan :

“Apabila dalam satu masa sidang DPRD Provinsi dan Gubernur

menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah mengenai materi yang sama,

Page 76: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

76

yang dibahas adalah Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang

disampaikan oleh DPRD Provinsi dan Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi yang disampaikan oleh Gubernur digunakan sebagai bahan untuk

dipersandingkan.”

Sebagaimana hal tersebut diatas bahwa Ketentuan mengenai penyusunan atau

pembentukan Peraturan Daerah Provinsi berlaku secara mutatis mutandis

terhadap penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai dengan

ketentuan pasal 63 yang menegaskan bahwa :

“Ketentuan mengenai penyusunan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 56 sampai dengan Pasal 62 berlaku secara mutatis

mutandis terhadap penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.”

3. Tahap Teknik Penyusunan Peraturan Daerah

Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota sebagai

bagian dari peraturan perundang-undangan yang dilakukan dengan teknik

penyusunan peraturan perundang-undangan yang pada umumnya . Ketentuan ini

diatur secara tegas dalam pasal 64 yang menyatakan bahwa :

(1) Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dilakukan sesuai

dengan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Peraturan perundang-undangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dlam lampiran II yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

(3) Ketentuan mengenai perubahan terhadap teknik penyusunan Peraturan

Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan

Peraturan Presiden.

4. Tahap Pembahasan dan Penetapan Rancangan Peraturan Daerah

a) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah di Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah

Page 77: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

77

Tata cara atau prosedur pembahasan Rancangan Peraturan Daerah baik

Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan adalah sama . Proses pembahasan rancangan

peraturan daerah sebagaimana diatur dalam pasal 75 yang menegaskan bahwa:

(1) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan oleh

DPRD Provinsi bersama Gubernur.

(2) Pembahasan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui tingkat-tingkat pembicaraan.

(3) Tingkat-tingkat pembicaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan dalam rapat komisi/panitia/badan/alat kelengkapan DPRD

Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembahasan Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi diatur dengan Peraturan DPRD Provinsi.

Berdasarkan pasal 75 tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi di Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

bersama dengan Gubernur yang mana dilakukan melalui tingkaat-tingkat

pembicaraan dalam rapat komisi/ panitia/ badan/ alat kelengkapan DPRD yang

khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna.Sedangkan ketentuan

lebih lanjut mengenai tata cara pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi.

Pasal 76 selanjutnya menegaskan bahwa :

(1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat ditarik kembali sebelum dibahas

bersama oleh DPRDProvinsi dan Gubernur.

Page 78: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

78

(2) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang sedang dibahas hanya dapat

ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD Provinsi dan

Gubernur.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penarikan kembali Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi diatur dengan Peraturan DPRD Provinsi.

Berdasarkan uraian pasal 76 di atas dapat dijelaskan bahwa Rancangan

Peraturan Daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama Gubernur berdasarkan pada

persetujuan bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan

Gubernur.Sedangkan ketentuan mengenai tata cara penarikan kembali

Rancangan Peraturan Daerah diatur lebih lanjut dalam Peraturan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi.

Sebagaimana yang telah disebutkan pada pasal 75 dan 76 tentang tata cara

pembahasan dan penarikan kembali Rancangan Peraturan Daerah. Provinsi.

Bahwa tata cara pembahasan dan penarikan kembali Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi itu berlaku sama pada tata cara dalam hal pembahasan dan

penarikan kembali Racangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Hal ini diatur

dalam pasal 77 yang menegaskan bahwa :

“Ketentuan mengenai pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 dan pasal 76 berlaku

secara mutatis mutandis terhadap pembahasan Peraturan Daerah

Kabupaten/ Kota.”

b) Penetapan Rancangan Peraturan Daerah

Page 79: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

79

Suatu Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui antara Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah Daerah berdasarkan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

diatur dalam pasal 78 yang menegaskan bahwa :

(1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disetujui bersama oleh

DPRD Provinsi dan Gubernur disampaikan oleh pimpinan DPRD Provinsi

kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi.

(2) Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah seagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak

tanggal persetujuan bersama.

Dari uraian tersebut diatas bahwa Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang

telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Gubernur

akan disampaikan oleh pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi dalam

jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari dari tanggal persetujuan bersama.

Pasal 79 selanjutnya menegaskan bahwa :

(1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal

78 ditetapkan oleh Gubernur dengan membubuhkan tanda tangan dalam

jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi tersebut disetujui oleh DORD Provinsi dan Gubernur.

(2) Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tidak ditandatangani oleh Gubernur dalam jangka waktu

paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi tersebut disetujui bersama, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi

tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan wajib diundangkan.

Page 80: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

80

(3) Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), kalimat pengesahannya berbunyi : Peraturan

Daerah ini dinyatakan sah.

(4) Kalimat pengesahan yang berbunyi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

harus dibubuhkan pada halaman terakhir Peraturan Daerah Provinsi

sebelum pengundangan naskah Peraturan Daerah Provinsi dalam

Lembaran Daerah.

Berdasarkan uraian dari pasal 79 tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa

rancangan peraturan daerah provinsi yang telah disetujui bersama oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama Gubernur dalam jangka waktu

paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan peraturan daerah provinsi itu

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama Gubernur

ditetapkan oleh Gubernur dengan membubuhkan tandatangan. Apabila dalam hal

rancangan peraturan daerah provinsi tersebut yang telah disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah bersama Gubernur tidak ditandatangani oleh

Gubernur dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan

peraturan daerah provinsi disetujui bersama maka rancangan peraturan daerah

provinsi tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan wajib diundangkan.

Berdasarkan ketentuan pasal 78 dan 79 menngenai tata cara

pengesahan/penetapan rancangan peraturan daerah provinsi yang telah disetujui

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama Gubernur itu berlaku

secara mutatis mutandis terhadap pengesahan/penetapan pperaturan daerah

Kabupaten/Kota.Hal ini sebagaimana dimaksud dalam pasal 80 yang

menegaskan bahwa :

Page 81: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

81

“Ketentuan mengenai penetapan Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 78 dan 79 berlaku secara

mutatis mutandis terhadap penetapan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.”

5. Pengundangan dan Penyebarluasan

a) Pengundangan Peraturan Daerah

Agar setiap orang mengetahui peraturan perundang-undangan maka

peraturan perundang-undangan harus di undangakan, seperti halnya peraturan

daerah yang harus diundangkan dalam lembaran daerah dan peraturan yang

berasal dari kepala daerah diundnagkan dalam berita daerah. Hal ini diatur

dalam pasal 86 yang menegaskan bahwa :

(1) Peraturan Perundang-undangan yang diundnagkan dalam Lembaran

Daerah adalah Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.

(2) Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati/Walikota diundangkan dalam

Berita Daerah.

(3) Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Daerah

dan Berita Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat (2)

dilaksanakan oleh sekretaris daerah.

b) Penyebarluasan Program Legislasi Daerah dan Rancangan Peraturan Daerah

Penyebarluasan Program Legislasi Daerah yang telah disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah Daerah dilakukan oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan tujuan untuk memberikan

informasi dan atau memperoleh masukan dari masyarakat maupun para

pemangku kepentingan( stake holders). Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal

92 yang menegaskan bahwa :

Page 82: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

82

(1) Penyebarluasan Prolegda dilakukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah

sejak penyusunan Prolegda, penyusunan Rancangan Peraturan Daerah,

pembahasan Rancangan Peraturan Daerah hingga pengundangan

Peraturan Daerah.

(2) Penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk

dapat memberikan informasi dan/ atau memperoleh masukan masyarakat

dan para pemangku kepentingan.

Pasal 93 selanjutnya menegaskan bahwa :

(1) Penyebarluasan Prolegda dilakukan bersama oleh DPRD dan Pemerintah

Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota yang dikoordinasikan oleh alat

kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi.

(2) Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari DPRD

dilaksanakan oleh alat kelengkapan DPRD.

(3) Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Gubernur

atau Bupati/Walikota dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah.

Berdasarkan uraian pasal 93 tersebut diatas bahwa program legislasi daerah

Provinsi maupun Kabupaten/Kota disebarluaskan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang dikoordinasikan dengan alat

kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang khusus menangani bidang

legislasi.Sedangkan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi maupun

Kabupaten/Kota yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

disebarluaskan oleh alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan

Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Gubernur maupun

Bupati/Walikota disebarluaskan oleh Sekretaris Daerah. Dalam hal

penyebarluasan Peraturan Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang telah

diundangkan dalam Lembaran Daerah dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Page 83: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

83

Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah Provinsi

maupun Kabupaten/Kota.Hal ini diatur dalam pasal 94 yang menegaskan bahwa :

“Penyebarluasan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota yang telah diundngkan dlam Lembaran Daeah dilakukan

bersama oleh DPRD dan Pemerintah Daerah Provinsi atau

Kabupaten/Kota.”

Pasal 95 selanjutnya menegaskan bahwa :

“Naskah Peraturan Perundang-undangan yang disebarluaskan harus

merupakan salinan naskah yang telah diundangkan dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara

Republik Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah,

dan Berita Daerah.”

Berdasarkan uraian tersebut diatas bahwa Naskah Akademik Peraturan

Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang disebarluaskan adalah salinannya

dari naskah yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah,Tambahan

Lembaran Daerah dan Berita Daerah.

6. Partisipasi Masyarakat

Peraturan Daerah sebagai bagian dari suatu pertauran perundang-undangan

dalam proses pembentukannya memberikan adanya kesempatan bagi masyarakat

untuk memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka pembentukan

peraturan perundnag-undangan . Partisipasi masyarakat dalam hal memberikan

masukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan diatur dalam pasal

96 yang menegaskan bahwa :

Page 84: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

84

(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/ atau tertulis

dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

(2) Masukkan secara lisan dan/ atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat dilakukan melalui :

a. Rapat dengar pendapat umum;

b. Kunjungan kerja;

c. Sosialisasi; dan/atau

d. Seminar,lokakarya,dan/atau diskusi

(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang

perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas

substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan .

(4) Untuk memudahkan masyarakat dalama meberikan masukan secara lisan

dan/ atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , setiap Rancnagan

Peraturan Perundang-undnagan harus dapat diakses dengan mudah oleh

masyarakat.

3. Pembentukan Peraturan Daerah (PERDA) berdasarkan Peraturan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nomor: 170/ 16 Tahun 2010 Tentang

Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah, bahwa fungsi legislasi yang melekat pada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dapat dilaksanakan melalui pembentukan dan

pembahasan Rancangan Peraturan Daerah baik yang berasal dari Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah maupun Pemerintah Daerah di Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah. Dalam pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten Banjarnegara

mengacu kepada Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Banjarnegara Nomor 170/ 16 Tahun 2010 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan

Page 85: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

85

Rakyat Kabupaten Banjarnegara. Adapun penjelasan mengenai tahapan

pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara menurut Peraturan

Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Banjarnegara Nomor 170 / 16 Tahun 2010

Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjarnegara

adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah

Sebagaimana ketentuan mengenai kekuasaan membentuk undang-undang

yang berada pada tangan Dewan Perwakilan Rakyat dan juga Presiden,itu seperti

halnya dengan kekuasaan membentuk Peraturan Daerah yang berada di tangan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati. Dalam kaitannya ini Rancangan

Peraturan Daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun

Bupati yang harus disertai dengan penjelasan atau naskah akademik terkait

dengan Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan dan didasarkan pada skala

prioritas program legislasi daerah yang sudah disetujui bersama antara Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati.Dalam hal ikhwal atau keadaan tertentu

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun Bupati dapat mengajukan Rancangan

Peraturan Daerah diluar dari program legislasi daerah yang sudah disetujui

bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati. Ketentuan ini

terdapat dalam pasal 81 yang menegaskan bahwa :

(1) Rancangan Perda dapat berasal dari DPRD atau Bupati.

(2) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD atau Bupati disertai penjelasan

atau keterangan dan/atau naskah akademik.

Page 86: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

86

(3) Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan

berdasarkan program legislasi daerah.

(4) Dalam keadaan tertentu, DPRD atau Bupati dapat mengajukan rancangan

perda di luar program legislasi daerah.

Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan

Perwakilan Daerah tata cara pelaksanaanya adalah dapat diajukan oleh anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, komisi, gabungan komisi, atau Badan

Legislasi Daerah yang mana disampaikan secara tertulis kepada pimpinan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah yang disertai dengan penjelasan atau keterangan dan /

atau naskah akademik yang disertai nama dan tanda tangan pengusul yang

nantinya akan diberi nomor pokok oleh sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dan akan dilakukan pengkajian oleh Badan Legislasi Daerah.Hasil dari

pengkajian oleh Badan Legislasi disampaikan oleh pimpinan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selambat-

lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.Dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pengusul akan

memberikan penjelasan atas Rancangan Peraturan Daerah dan fraksi serta anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah akan memberikan pandangan atas penjelasan

pengusul serta pengusul akan memberikan jawaban atas pandangan yang

diberikan oleh fraksi dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.Setelah

adanya jawab jinawab terkait dengan rancangan peraturan daerah itu ,maka dalam

rapat paripurna akan memutuskan usul rancangan peraturan daerah yang dapat

Page 87: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

87

berupa persetujuan,persetujuan dengan pengubahan,dan penolakan. Apabila

dalam hal persetujuan dengan pengubahan maka Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah menugasi komisi, Badan Legislasi Daerah atau panitia khusus untuk

menyempurnakan rancangan perda tersebut dan setelah siap akan disampaikan

kepada Bupati dengan surat pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal

tersebut diatas diatur dalam pasal 82 yang menyatakan bahwa :

(1) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh anggota

DPRD, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislasi Daerah.

(2) Rancangan Perda yang diajukan oleh anggota DPRD , komisi, gabungan

komisi, atau Badan Legislasi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD disertai dengan

penjelasan atau keterangan dan/atau naskah akademik daftar nama dan

tanda tangan pengusul, dan diberikan nomor pokok oleh sekretariat

DPRD.

(3) Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh pimpinan

DPRD disampaikan kepada Badan Legislasi Daeah untuk dilakukan

pengkajian.

(4) Pimpinan DPRD menyampaikan hasil pengkajian Badan Legislasi Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada rapat paripurna DPRD.

(5) Rancangan Perda yang telah dikaji oleh Badan Legislasi Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan oleh pimpinan DPRD

kepada semua anggita DPRD selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum

rapat paripurna DPRD.

(6) Dalam rapat paripurna DPDR sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

a. Pengusul memberikan penjelasan;

b. Fraksi dan anggota DPRD lainnya memberikan pandangan;dan

c. Pengusul memberikan jawaban atas pandangan fraksi dan anggota

DPRD lainnya.

(7) Rapat paripurna DPRD memutuskan usul rancangan perda sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) berupa:

a. Persetujuan;

b. Persetujuan dengan pengubahan; dan

c. Penolakan.

Page 88: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

88

(8) Dalam hal persetujuan dengan pengubahan, DPRD menugasi komisi,

Badan Legislasi Daerah, ataua panitia khusus untuk menyempurnakan

rancangan perda tersebut.

(9) Rancangan perda yang telah disiapkan oleh DPRD disampaikan dengan

surat pimpinan kepada Bupati.

Sebagaimana Rancangan perda yang diajukan atau berasal dari Bupati akan

diajukan dengan surat Bupati kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan . Ketentuan ini diatur

dalam pasal 83 yang menegaskan bahwa :

(1) Rancangan perda yang berasal dari Bupati diajukan dengan surat Bupati

kepada pimpinan DPRD.

(2) Rancangan perda yang berasal dari Bupati disiapkan dan diajukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 84 selanjutnya mengatur tentang adanya dua rancangan peraturan daerah

yang diajukan mengenai hal atau materi yang sama, maka yang akan dibicarakan

dan dibahas adalah rancangan peraturan daerah yang berasal Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dan rancanagn peraturan daerah yang berasal dari Bupati sebagai

bahan untuk dipersandingkan. Ketentuan dalam pasal 85 tersebut selengkapnya

adalah sebagai berikut:

“Apabila dalam masa satu sidang Bupati dan DPRD menyampaikan

rancangan perda mengenai materi yang sama maka yang dibahas raperda

yang disampaikan oleh DPRD, sedangkan rancangan perda yang

disampaikan oleh Bupai digunakan sebagai bahan untuk

dipersandingkan.”

b. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah dilakukan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah bersama dengan Bupati atau yang ditunjuk

Page 89: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

89

mewakilinya melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan untuk mendapatkan

persetujuan bersama. Apabila Rancangan Peraturan Daerah itu tidak mendapat

persetujuan bersama maka Rancangan Peraturan Daerah tersebut tidak boleh

diajukan lagi dalam persidangan yang sama. Ketentuan ini diatur dalam pasal

85 yang menyatakan sebagai berikut :

(1) Rancangan Perda yang berasal DPRD atau Bupati dibahas oleh DPRD dan

Bupati untuk mendapatkan persetujuan bersama.

(2) Pembahasan rancangan perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilakukan melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan, yaitu pembicaraan tingkat

I dan pembicaraan tingkat II.

(3) Pembicaraan Tingkat I sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. Dalam hal rancangan perda berasal dari Bupati dilakukan dengan

kegiatan sebagai berikut :

1. Penjelasan Bupati dalam rapat paripurna mengenai rancangan

perda;

2. Pemandangan umum fraksi terhadap rancangan perda;dan

3. Tanggapan dan/atau jawaban Bupati terhadap pemandangan

umum fraksi.

b. Dalam hal rancangan perda berasal dari DPRD dilakukan dengan

kegiatan sebagai berikut :

4. Penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi,

pimpinan Badan Legislasi Daerah, atau pimpinan panitia khusus

dalam rapat paripurna mengenai rancangan perda;

5. Pendapat Bupati terhadap rancangan perda; dan

6. Tanggapan dan/ atau jawaban fraksi terhadap pendapat Bupati.

c. Pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau panitia khusus

yang dilakukan bersama dengan Bupati atau pejabat yang ditunjuk

untuk mewakilinya.

(4) Pembicaraan Tingkat II sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului dengan :

7. Penyampaian laporan pimpinan komisi/pimpinan gabungan

komisi/pimpinan panitia khusus yang berisi proses pembahasan,

Page 90: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

90

pendapat fraksi dan hasil pembicaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) huruf c; dan

8. Permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh pimpinan

rapat paripurna.

b. Pendapat akhir Bupati

(5) Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a angka

2 tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat, keputusan

diambil berdasarkan suara terbanyak.

(6) Dalam hal rancangan perda tidak mendapat persetujuan bersama antara

DPRD dan Bupati, rancangan perda tersebut tidak boleh diajukan lagi

dalam persidangan yang sama.

Rancangan Peraturan Daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama dengan Bupati dengan disertai

alasan-alasan penarikan.Selain itu,dalam hal rancangan peraturan daerah yang

sedang dibahas dapat ditarik kembali dengan persetujuan bersama antara

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati dalam rapat paripurna Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah yang dihadiri oleh Bupati. Apabila rancangan

peraturan daerah yang telah ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada

masa sidang yang sama. Hal ini diatur dalam pasal 86 yang menentukan

bahwa:

(1) Rancangan perda dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh

DPRD dan Bupati.

(2) Penarikan kembali rancangan perda sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) oleh DPRD, dilakukan dengan keputusan pimpinan DPRD dengan

disertai alasan penarikan.

(3) Penarikan kembali rancangan perda sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) oleh Bupati, disampaikan dengan surat Bupati disertai alasan

penarikan.

Page 91: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

91

(4) Rancangan perda yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali

berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Bupati.

(5) Penarikan kembali rancangan perda sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) hanya dapat dilakukan dalam rapat paripurna DPRD yang dihadiri

oleh Bupati.

(6) Rancangan perda yang ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada

masa sidang yang sama.

c. Penetapan dan Pengundangan Peraturan Daerah

Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah setelah disetujui

bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati dan ditetapkan

oleh Bupati.Penetapan Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan

Daerah didahului dengan penyampaian oleh pimpinan Dewan Perwakilan

Rakyat kepada Bupati dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari

terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. Ketentuan ini terdapat pada pasal

87 yang menegaskan sebagai berikut:

(1) Rancangan perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati

disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditetapkan

menjadi Perda.

(2) Penyampaian Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak

tanggal persetujuan bersama.

Penetapan Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah oleh

Bupati dilakukan dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak rancangan peraturan daerah tersebut disetujui

bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati.Apabila dalam

jangka waktu 30 ( tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama

Page 92: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

92

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati, Bupati tidak

menandatangani rancangan peraturan daerah yang telah disetujui bersama,

maka rancangan peraturan daerah tersebut sah menjadi Peraturan Daerah dan

wajib diundangkan dalam Lembaran Daerah yang pengesahannya berbunyi “

Perda ini dinyatakan sah” dan kalimat ini dibubuhkan pada halaman terakhir

Peraturan Daerah sebelum pengundangan naskah Peraturan Daerah ke dalam

Lembaran Daerah dan berlaku setelah diundangkan dalam Lembaran Daerah.

Ada perkecualian dalam hal Peraturan Daerah yang berkaitan dengan APBD,

Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Tata Ruang Daerah sebelum diundangkan

dalam Lembaran Daerah harus diadakan evaluasi oleh pemerintah dan/atau

Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setelah Peraturan

Daerah diundangkan dalam Lembaran Daerah maka harus disampaikan

kepada Pemerintah dan/atau Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Dalam hal penetapan , pengesahan dan pengundangan Rancangan

Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah ini pasal 88 menentukan sebagai

berikut:

(1) Rancangan perda sebagaimana dimaksud dalam pasal 87 ditetapkan oleh

Bupati dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 30 (tiga puluh0

hari sejak rancangan perda tersebut disetujui bersama, oleh DPRD dan

Bupati.

(2) Dalam hal rancangan perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

ditandatangani oleh Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak

rancangan perda tersebut disetujui bersama, rancangan perda tersebut sah

menjadi perda dan wajib diundangkan dalam Lembaran Daerah.

Page 93: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

93

(3) Dalam hal sahnya perda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka

kalimat pengesahannya berbunyi : Perda ini dinyatakan sah.

(4) Kalimat pengesahan yang berbunyi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

harus dibubuhkan pada halaman terakhir perda sebelum pengundangan

naskah perda ke dalam Lembaran Daerah.

(5) Perda berlaku setelah diundangkan dalam Lembaran Daerah.

(6) Perda yang berkaitan dengan APBD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan

Tata Ruang Daerah sebelum diundangkan dalam Lembaran Daerah harus

dievaluasi oleh pemerintah dan/atau Gubernur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Page 94: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

94

B. Pembahasan

1. Prosedur pembentukan Peraturan Daerah (PERDA) berdasarkan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan.

Peraturan perundang-undangan dalam suatu konteks di negara Indonesia

adalah merupakan peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat

secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-

undangan.

Di dalam suatu praktek penyelenggaraan pemerintahan, adanya peraturan

perundang-undangan yang baik akan banyak menunjang penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan sehingga lebih memungkinkan tercapainya

tujuan negara. Untuk membuat suatu peraturan perundang-undangan yang baik

sangat diperlukan adanya persiapan-persiapan yang matang seperti materi muatan

yang akan diatur, teknik penyusunan peraturan perundang-undangan. Maria

Farida Indrati S mengatakan bahwa proses pembentukan Undang-Undang terdiri

atas tiga tahap , yaitu :

Page 95: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

95

a. Proses penyiapan rancangan Undang-Undang, yang merupakan proses

penyusunan dan perancangan di lingkungan Pemerintah, atau di

lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat ( dalam hal RUU Usul inisiatif).

b. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan di Dewan

Perwakilan Rakyat.

c. Proses pengesahan (oleh Presiden) dan pengundangan (oleh Menteri

Negara Sekretaris Negara atas perintah Presiden).40

Menurut Undang-Undang Dasar 1945, pembentukan Undang-Undang dapat

dilakukan oleh Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini dapat dilihat dan

diketahui dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1).Dalam pasal 5 ayat (1)

menegaskan tentang hak presiden untuk mengajukan rancangan undang-undang,

sebagai berikut :

Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang dengan persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 20 ayat (1) menegaskan mengenai kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat

dalam membentuk Undang-Undang , sebagai berikut:

Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.

Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat untuk membentuk Undang-Undang

merupakan bentuk imbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat terhadap

pemerintah, sebagai wakil rakyat yang membawa aspirasi rakyat, hal ini sesuai

dengan pendapat Soehino sebagai berikut :

40

Ibid ,hal 134

Page 96: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

96

Dalam negara yang berasaskan demokrasi adanya hak mengajukan Rancangan

Undang-Undang Usul Inisiatif dari Dewan Perwakilan Rakyat merupakan

imbangan daripada hak pemerintah untuk mengajukan Rancangan Undang-

Undang, sehingga dengan demikian prakarsa untuk mengatur sesuatu hal atau

materi dengan Undang-Undang tidak saja tergantung daripada kemauan

Pemerintah, melainkan diharapkan prakarsa itu datang pula dari Dewan

Perwakilan Rakyat sebagai wakil rakyat yang membawakan aspirasi rakyat

yang diwakilinya.41

Kekuasaan dalam membentuk peraturan perundang-undangan mengalami

pergeseran, salah satunya dalam membentuk peraturan daerah. Sebelum

amandemen Undang-Undang Dasar 1945 atau pada masa orde baru pembentukan

peraturan daerah didominasi oleh eksekutif, namun di era reformasi atau sesudah

amandemen Undang-Undang Dasar 1945 adanya keseimbangan antara eksekutif

dan legislatif daerah dalam pembentukan peraturan daerah.Irawan Soejito dalam

hal peraturan daerah mengatakan bahwa :

Salah satu kewenangan yang sangat sangat penting dari suatu Daerah yang

berwenang mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri adalah

kewenangan untuk menetapkan Peraturan Daerah. Hak untuk menetapkan

Peraturan Daerah disebut hak legislatif. Peraturan Daerah adalah nama dari

hasil pekerjaan legislatif daerah.42

Irawan Soejito selanjutnya berpendapat bahwa:

41

Soehino,2003,Hukum Tata Negara Teknik Perundang-Undangan,Liberty,Yogyakarta,hal 59

42 Irawan Soejito,1989,Teknik Membuat Peraturan Daerah,Bina Aksara,Jakarta,hal 1

Page 97: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

97

Peraturan Daerah dalam penetapannya terlebih dahulu haruslah dibuat

rancangan Peraturan Daerah tersebut. Membuat rancangan Peraturan Daerah

yang baik sama halnya dengan membuat rancangan undang-undang,

merupakan pekerjaan yang sulit. Suatu peraturan perundang-undangan yang

baik, menghendaki dalam persiapannya pengetahuan yang mendalam dari

materi yang akan diatur dan pengetahuan akan daya upaya yang tepat untuk

mencegah penghindaran diri dari ketentuan-ketentuan itu, kecakapan untuk

mencari dan menemukan sarinya dari kumpulan fakta-fakta yang sudah

tumbuh sejak lama dan untuk menuangkannya di dalam bentuk peraturan

yang singkat tetapi jelas, agar maksud yang harus diperhatikan dapat dicapai

dengan sebaik-baiknya. Isi Peraturan Daerah dikatakan baik apabila dapat

dituangkan dalam suatu bentuk dan dengan suatu adat bahasa yang sopan,

baik dan mudah dipahami oleh siapapun, disusun secara sistematis, dengan

meninggalkan hal-hal yang kurang perlu, tidak membuat istilah yang dapat

memberikan interpretasi yang kembar, cukup member kepastian tetapi

sebaliknya cukup luwes atau elastic sehingga dapat mengikuti perkembangan

keadaan.43

Berkaitan dengan Undang-Undang, peraturan daerah atau dapat disebut juga

sebagai undang-undang daerah ( dalam arti luas) dapat dibuat atas usul dari

Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang akan dibahas dalam

beberapa tingkat pembicaraan dalam sidang di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Selanjutnya Soenobo Wirjosoegito menegaskan bahwa:

Penyusunan rancangan peraturan daerah dapat diusulkan oleh kepala daerah

atau atas usul prakarsa DPRD. Rancangan peraturan daerah yang disampaikan

dari kepala daerah disampaikan kepada pimpinan DPRD dengan nota

43

Ibid,hal 3

Page 98: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

98

pengantar. Sedangakn rancangan peraturan daerah yang berasal dari usul

prakarsa DPRD disertai penjelasannya, disampaikan secara tertulis kepada

pimpinan DPRD,yang selanjutnya akan diperbanyak dan disampaikan kepada

seluruh anggota DPRD, untuk dibahas dalam sidang DPRD.44

Pasal 1 ayat 8 menentukan bahwa:

Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama dengan Kepala Daerah

(Gubernur,Bupati/Walikota).

Prosedur atau tahap-tahap pembentukan Peraturan Daerah berdasarkan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan Peraturan Daerah

Pembentukan Peraturan Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota agar

dapat dilaksanakan secara berencana dan terpadu harus didasarkan pada Prolegda

(Program Legislasi Daerah). Dalam program legislasi daerah (prolegda)

ditetapkan suatu skala prioritas sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum.

Proses penyusunan program legislasi daerah (prolegda) dilaksanakan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah Daerah yang ditetapkan untuk jangka

waktu (1) satu tahun. Dalam penyusunan program legislasi daerah dilingkungan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dikoordinasikan oleh alat kelengkapan Dewan

44

Soenobo Wirjosoegito,Proses dan Perencanaan Peraturan Perundangan,Ghalia Indonesia, Jakarta,

2004,hal 36

Page 99: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

99

Perwakilan Rakyat Daerah yang khusus menagani bidang legislasi, sedangkan

penyusunan program legislasi daerah dilingkungan pemerintah daerah

dikoordinasikan oleh biro hukum atau bagian hukum ataupun instansi vertikal

yang terkait. Selanjutnya dalam hal hasil penyusunan program legislasi daerah

antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan pemerintah daerah disepakati dalam

rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dalam

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

b. Penyusunan Peraturan Daerah

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari Kepala Daerah

(eksekutif) dan usul inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif).

a) Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Kepala Daerah (eksekutif)

Rancangan Peraturan Daerah dapat diajukan oleh unit kerja dijajaran

pemerintah daerah. Dalam hal pengajuan Pra-Rancangan Peraturan Daerah itu

harus disertai dengan penjelasan-penjelasan pokok pikiran (naskah akademik)

dan diajukan kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah, apabila daerah

Provinsi yang mengkaji adalah biro hukum untuk diadakan kajian awal dan

koreksi sedangan daerah Kabupaten/kota adalah bagian hukum.Setelah dilakukan

pengkajian awal atau koreksi oleh biro/bagian hukum maka usulan pra-raperda

diajukan kepada kepala daerah disertai dengan pertimbangan-pertimbangan,

saran dan penjelasan.Apabila pra-raperda ditolak maka akan dikembalikan ke

Page 100: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

100

unit kerja yang bersangkutan sedangkan apabila pra-rancangan peraturan daerah

diterima maka akan diproses lebih lanjut.

Pra-raperda yang diterima akan dikaji ulang untuk diadakan

penyempurnaan oleh biro/bagian hukum atas perintah dari sekretaris daerah

untuk mendapatkan tanggapan yuridis.Apabila perlu dibahas pada forum yang

lebih luas maka biro/bagian hukum dapat mengikutsertakan unit kerja instansi

yang terkait sehingga ada persesuaian. Setelah rancangan peraturan daerah itu

final (selesai) disertai dengan penjelasan pokok, Rancangan Peraturan Daerah

itu disampaikan kepada kepala daerah. Selanjutnya biro / bagian hukum

menyiapkan nota pengantar penyampaian rancangan peraturan daerah dari

kepala daerah kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,sekaligus

pengantar penjelasan rancangan peraturan daerah pada rapat pembahasan di

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

b) Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD)

Usulan Rancangan Peraturan Daerah berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.Tata cara pelaksanaannya adalah dapat diajukan oleh anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah yang tidak terdiri hanya dari 1 (satu) fraksi, barulah

dapat mengajukan usul prakarsa mengenai pengaturan suatu urusan daerah.

Kemudian usulan itu disampaikan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat

Page 101: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

101

Daerah dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah disertai dengan pokok

penjelasannya secara tertulis biasanya dengan bentuk naskah akademik.

Sebagaimana usulan prakarsa yang telah diajukan kepada Pimpinan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah kemudian oleh Sekretaris Daerah diberi nomor

pokok, dan setelah itu oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

disampaikan dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setelah

mendapat pertimbangan dari Panitia Musyawarah.Dalam rapat paripurna

tersebut, pemrakarsa menyampaikan penjelasan atas usulnya (inisiatif) dan

anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun kepala daerah

(eksekutif) hadir dan memberikan tanggapan atas usulan.Pembentukan Peraturan

Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berdasarkan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan tata cara pelaksanaan dapat disampaikan oleh anggota,

komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah yang khusus menangani bidang legislasi.Selain itu dalam hal apabila

rancangan peraturan daerah yang diajukan baik dari kepala daerah maupun

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengenai materi yang sama dalam satu masa

sidang, maka yang akan dibahas adalah rancangan peraturan daerah yang berasal

dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

c. Teknik Penyusunan Peraturan Daerah

Page 102: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

102

Pada proses penyusunan Peraturan Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/

Kota sebagai bagian dari peraturan perundang-undangan dilakukan dengan teknik

penyusunan peraturan perundang-undangan yang pada umumnya.

d. Pembahasan dan Penetapan Peraturan Daerah

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi di Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi bersama dengan Gubernur yang mana dilakukan melalui tingkat-tingkat

pembicaraan yang dilakukan dalam rapat komisi/ panitia/ badan/ alat

kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna.

Rancangan Peraturan Daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi maupun Kabupaten/ Kota

bersama Gubernur,Bupati/Walikota berdasarkan pada persetujuan bersama antara

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Kabupaten/ Kota dan Gubernur,

Bupati/Walikota.Sedangkan ketentuan mengenai tata cara penarikan kembali

Rancangan Peraturan Daerah diatur lebih lanjut dalam Peraturan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,Kabupaten/Kota.

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi,Kabupaten/Kota yang telah disetujui

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi ,Kabupaten/kota dan

Gubernur,Bupati/Walikota akan disampaikan oleh pimpinan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi,Kabupaten/Kota kepada Gubernur,Bupati/Walikota

untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi dalam jangka waktu paling

lama 7 (tujuh) hari dari tanggal persetujuan bersama.

Page 103: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

103

Rancangan peraturan daerah provinsi yang telah disetujui bersama oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama Gubernur dalam jangka

waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan peraturan daerah

provinsi itu disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama

Gubernur ditetapkan oleh Gubernur dengan membubuhkan tandatangan. Apabila

dalam hal rancangan peraturan daerah provinsi tersebut yang telah disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama Gubernur tidak ditandatangani oleh

Gubernur dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan

peraturan daerah provinsi disetujui bersama maka rancangan peraturan daerah

provinsi tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan wajib diundangkan

e. Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Daerah

Program legislasi daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota disebarluaskan

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang

dikoordinasikan dengan alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang

khusus menangani bidang legislasi.Sedangkan Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah disebarluaskan oleh alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Gubernur maupun

Bupati/Walikota disebarluaskan oleh Sekretaris Daerah. Dalam hal

penyebarluasan Peraturan Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang telah

diundangkan dalam Lembaran Daerah dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah Provinsi

Page 104: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

104

maupun Kabupaten/Kota. Dalam hal naskah Akademik Peraturan Daerah Provinsi

maupun Kabupaten/Kota yang disebarluaskan adalah salinannya dari naskah yang

telah diundangkan dalam Lembaran Daerah,Tambahan Lembaran Daerah dan

Berita Daerah.

f. Partisipasi Mayarakat

Peraturan Daerah sebagai bagian dari suatu peraturan perundang-undangan

dalam proses pembentukannya memberikan adanya kesempatan bagi masyarakat

untuk memberikan kesempatan secara lisan maupun tulisan dalam rangka

pembentukan peraturan perundang-undangan.

2. Prosedur Pembentukan Peraturan Daerah (PERDA) berdasarkan

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nomor: 170/ 16 Tahun

2010 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Banjarnegara

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah, bahwa fungsi legislasi yang melekat pada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dapat dilaksanakan melalui pembentukan dan

pembahasan Rancangan Peraturan Daerah baik yang berasal dari Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah maupun Pemerintah Daerah di Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah. Dalam pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten

Banjarnegara mengacu kepada Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Banjarnegara Nomor 170/ 16 Tahun 2010 tentang Tata Tertib Dewan

Page 105: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

105

Perwakilan Rakyat Kabupaten Banjarnegara. Adapun penjelasan mengenai

tahapan pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara menurut

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Banjarnegara Nomor 170 / 16

Tahun 2010 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Banjarnegara adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah

Sebagaimana ketentuan mengenai kekuasaan membentuk undang-undang

yang berada pada tangan Dewan Perwakilan Rakyat dan juga Presiden,itu seperti

halnya dengan kekuasaan membentuk Peraturan Daerah yang berada di tangan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati. Dalam kaitannya ini Rancangan

Peraturan Daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun

Bupati yang harus disertai dengan penjelasan atau naskah akademik terkait

dengan Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan dan didasarkan pada skala

prioritas program legislasi daerah yang sudah disetujui bersama antara Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati.Dalam hal ikhwal atau keadaan tertentu

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun Bupati dapat mengajukan Rancangan

Peraturan Daerah diluar dari program legislasi daerah yang sudah disetujui

bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati.

Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan

Perwakilan Daerah tata cara pelaksanaanya adalah dapat diajukan oleh anggota

Page 106: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

106

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, komisi, gabungan komisi, atau Badan

Legislasi Daerah yang mana disampaikan secara tertulis kepada pimpinan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah yang disertai dengan penjelasan atau keterangan dan /

atau naskah akademik yang disertai nama dan tanda tangan pengusul yang

nantinya akan diberi nomor pokok oleh sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dan akan dilakukan pengkajian oleh Badan Legislasi Daerah.Hasil dari

pengkajian oleh Badan Legislasi disampaikan oleh pimpinan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selambat-

lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.Dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pengusul akan

memberikan penjelasan atas Rancangan Peraturan Daerah dan fraksi serta anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah akan memberikan pandangan atas penjelasan

pengusul serta pengusul akan memberikan jawaban atas pandangan yang

diberikan oleh fraksi dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.Setelah

adanya jawab jinawab terkait dengan rancangan peraturan daerah itu ,maka dalam

rapat paripurna akan memutuskan usul rancangan peraturan daerah yang dapat

berupa persetujuan,persetujuan dengan pengubahan,dan penolakan. Apabila

dalam hal persetujuan dengan pengubahan maka Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah menugasi komisi, Badan Legislasi Daerah atau panitia khusus untuk

menyempurnakan rancangan perda tersebut dan setelah siap akan disampaikan

kepada Bupati dengan surat pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Rancangan perda yang diajukan atau berasal dari Bupati akan diajukan dengan

Page 107: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

107

surat Bupati kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.Apabila ternyata ada dua rancangan

peraturan daerah yang diajukan mengenai hal atau materi yang sama, maka yang

akan dibicarakan dan dibahas adalah rancangan peraturan daerah yang berasal

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan rancanagn peraturan daerah yang berasal

dari Bupati sebagai bahan untuk dipersandingkan.

b. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah dilakukan oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah bersama dengan Bupati atau yang ditunjuk mewakilinya melalui 2

(dua) tingkat pembicaraan untuk mendapatkan persetujuan bersama.

(1) Pembicaraan Tingkat I sebagaimana dimaksud meliputi :

a. Dalam hal rancangan perda berasal dari Bupati dilakukan dengan

kegiatan sebagai berikut :

- Penjelasan Bupati dalam rapat paripurna mengenai rancangan

perda;

- Pemandangan umum fraksi terhadap rancangan perda;dan

- Tanggapan dan/atau jawaban Bupati terhadap pemandangan umum

fraksi.

b. Dalam hal rancangan perda berasal dari DPRD dilakukan dengan

kegiatan sebagai berikut:

- Penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan

Badan Legislasi Daerah, atau pimpinan panitia khusus dalam rapat

paripurna mengenai rancangan perda;

- Pendapat Bupati terhadap rancangan perda; dan

- Tanggapan dan/ atau jawaban fraksi terhadap pendapat Bupati.

c. Pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau panitia khusus

yang dilakukan bersama dengan Bupati atau pejabat yang ditunjuk untuk

mewakilinya.

(2) Pembicaraan Tingkat II sebagaimana dimaksud meliputi :

Page 108: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

108

a. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului dengan :

1. Penyampaian laporan pimpinan komisi/pimpinan gabungan

komisi/pimpinan panitia khusus yang berisi proses pembahasan,

pendapat fraksi dan hasil pembicaraan;

2. Permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh pimpinan rapat

paripurna.

b. Pendapat akhir Bupati

(3) Dalam hal apabila tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat,

keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

(4) Dalam hal rancangan perda tidak mendapat persetujuan bersama antara DPRD

dan Bupati, rancangan perda tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam

persidangan yang sama.

Apabila Rancangan Peraturan Daerah itu tidak mendapat persetujuan bersama

maka Rancangan Peraturan Daerah tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam

persidangan yang sama.

Rancangan Peraturan Daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama dengan Bupati dengan disertai alasan-

alasan penarikan.Selain itu,dalam hal rancangan peraturan daerah yang sedang

dibahas dapat ditarik kembali dengan persetujuan bersama antara Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah yang dihadiri oleh Bupati. Apabila rancangan peraturan daerah

yang telah ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada masa sidang yang sama.

c. Penetapan dan Pengundangan Peraturan Daerah

Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah setelah disetujui

bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati dan ditetapkan oleh

Bupati.Penetapan Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah

Page 109: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

109

didahului dengan penyampaian oleh pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat kepada

Bupati dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal

persetujuan bersama.

Penetapan Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah oleh

Bupati dilakukan dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak rancangan peraturan daerah tersebut disetujui bersama

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati.Apabila dalam jangka waktu

30 ( tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan Bupati, Bupati tidak menandatangani rancangan

peraturan daerah yang telah disetujui bersama, maka rancangan peraturan daerah

tersebut sah menjadi Peraturan Daerah dan wajib diundangkan dalam Lembaran

Daerah yang pengesahannya berbunyi “ Perda ini dinyatakan sah” dan kalimat ini

dibubuhkan pada halaman terakhir Peraturan Daerah sebelum pengundangan

naskah Peraturan Daerah ke dalam Lembaran Daerah dan berlaku setelah

diundangkan dalam Lembaran Daerah. Ada perkecualian dalam hal Peraturan

Daerah yang berkaitan dengan APBD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Tata

Ruang Daerah sebelum diundangkan dalam Lembaran Daerah harus diadakan

evaluasi oleh pemerintah dan/atau Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Setelah Peraturan Daerah diundangkan dalam Lembaran Daerah maka

harus disampaikan kepada Pemerintah dan/atau Gubernur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Page 110: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

110

Salah satu contoh dalam pembuatan Peraturan Daerah Dewan Perwakilan

Rakyat Kabupaten Banjarnegara adalah Peraturan Daerah tentang Investasi

Daerah. Sebagai daerah otonom Kabupaten Banjarnegara mempunyai hak dan

kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya yang

diharapkan akan meningkatkan efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan

pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Investasi bisa dilakukan oleh

pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara yaitu dengan cara melakukan

penyertaan modal kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam upaya

meningkatkan produktivitas pemanfaatan tanah dan atau bangunan serta

kekayaan lainnya milik pemerintah daerah dengan membentuk usaha bersama

yang saling menguntungkan.

Investasi menjadi celah bagi pemerintah daerah untuk memaksimalkan

pengelolaan potensi ekonomi yang didukung dengan baik tidaknya iklim

investasi di Kabupaten Banjarnegara. Banyak faktor yang mempengaruhi daya

tarik investasi daerah antara lain:

1. Faktor Kelembagaan

a. Kepastian Hukum dan Penegakan Hukum

Kepastian Hukum merupakan gambaran konsistensi peraturan dan

penegakan hukum di daerah yang ditunjukan dengan adanya

peraturan yang dapat dijadikan pedoman untuk jangka waktu yang

cukup.

b. Faktor Aparatur dan Pelayanan

Page 111: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

111

Aparatur dalam hal ini menunjuk pada pegawai dalam pemerintah

daerah yang mempunyai tugas sebagai pelaksana administrasi daerah

dalam memberikan pelayanan public kepada masyarakat.

2. Faktor Sosial-Politik

a. Variabel Keamanan

Kondisi yang mendukung keselamatan jiwa dan aset-aset produktif

investor. Semakin kondusif kondisi keamanan suatu daerah maka

semakin menarik bagi investor.

b. Variabel Sosial Politik

Kondisi sosial politik dalam daerah menggambarkan relasi pranata

sosial dalam sistemsosial daerah. Baik pranata ekonomi, sosial

masyarakat, pemerintah dan elemen masyarakat itu sendiri. Semakin

harmonis hubungan pranata dalam sistem sosial daerah maka semakin

stabil kondisi sosial daerah tersebut.

c. Variabel Budaya Masyarakat

Terdapat emapat nilai-nilai budaya yang mempengaruhi daya tarik

investor terhadap daerah yaitu keterbukaan masyarakat tterhadap

investor, tidak ada diskriminasi terhadap investor, etos kerja

mmasyarakat yang tinggi dan adat istiadat masyarakat.

3. Faktor Ekonomi Daerah

Potensi ekonomi itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya sosial.

Page 112: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

112

4. Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas

Adanya ketersediaan tenaga kerja berdasarkan spesifikasi yang

diperlukan seperti yang berpengalaman atau tidak berpengalaman.

Berdasarkan faktor-faktor daya tarik investasi daerah diatas, maka berkaitan

dengan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah tentang Investasi Daerah partisipasi masyarakat adalah faktor yang paling

utama dibandingkan dengan yang lain karena merupakan fondasi dari

terselenggaranya investasi di daerah, karena apabila dilihat dari faktor daya tarik

investasi daerah mayoritas semua faktor berhubungan dengan masyarakat.

Sehingga sangat perlu untuk dibicarakan dengan matang. Bentuk dari partisipasi

masyarakat itu sendiri bisa secara lisan maupun tertulis, bentuk partisipasi secara

tertulis bisa dituangkan dalam pembentukan naskah akademik, sedangkan lisan

dengan adanya diskusi bersama antara anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dengan masyarakat terkait dengan adanya rencana pembentukan

rancangan peraturan daerah tentang Investasi Daerah ataupun adanya sosialisasi

atau pendekatan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kepada

masyarakat terkait dengan adanya investasi daerah yang akan diadakan pada

daerah atau tempat tertentu yang berarah pada dampak positif dan negatif yang

tentunya diharapkan dengan adanya diskusi akan lebih bijaksana dan mengcover

aspirasi dari masyarakat dalam pembentukan peraturan daerah tersebut.

Sehingga tercapai keseimbangan yang saling menguntungkan antara para pihak

yang bersangkutan.

Page 113: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

113

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pembentukan Peraturan

Daerah berdasarkan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan pembentukan Peraturan Daerah

berdasarkan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Banjarnegara

Nomor 170/16 Tahun 2010 TentangTata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Banjarnegara, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan bahwa dalam pembentukan

peraturan daerah rancangan peraturan Daerah itu berasal dari Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah baik provinsi, kabupaten/ kota maupun

Pemerintah Daerah dalam hal ini Gubernur, Bupati /Walikota dimana akan

dibahas melalui tingkat-tingkat pembicaraan antara Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi maupun Kabupaten / Kota bersama dengan

Page 114: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

114

Pemerintah Daerah baik Gubernur, Bupati / Walikota sampai pada

keputusan untuk menerima atau menolak rancangan Peraturan Daerah.

Apabila rancangan Peraturan Daerah diterima maka akan dilakukan

penetapan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

2. Pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten Banjarnegara didasarkan

pada Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Banjarnegara

Nomor 170/16 Tahun 2010 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Banjarnegara. Rancangan Peraturan Daerah

dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun Bupati,

yang dibahas melalui dua tingkat pembicaraan yang dilakukan oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama dengan Bupati.Dan apabila

rancangan Peraturan Daerah itu disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dan Bupati maka akan disampaikan kepada pimpinan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah untuk dilakukan penetapan.

B. Saran

1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan adanya hak inisiatif

DPRD diharapkan untuk dapat menggunakan hak inisiatif tersebut secara

lebih efektif dan proaktif dalam pembuatan peraturan daerah dengan

menyesuaikan kepentingan masyarakat yang beragam, karena tidak

dipungkiri bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah fondasi

atau penyangga masyarakat dan negara.

Page 115: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

115

2. Pembentukan Peraturan Daerah dituntut untuk mengutamakan kepentingan

masyarakat, untuk itu diharapkan adanya kerjasama yang maksimal antara

Kepala Daerah / Bupati dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD)

sehingga menghasilkan suatu peraturan daerah yang mempunyai aspek

keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Literatur :

Ali,Faried, 1997, Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Asshiddiqqie, Jimly, 2006, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Konstitusi

Press, Jakarta.

________________, tanpa tahun, Perihal Undang-Undang, tanpa penerbit dan kota.

Fauzan,Muhammad, 2010,Hukum Pemerintahan Daerah (Kajian Tentang Hubungan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah), STAIN Press,

Purwokerto.

Hanitjo Soemitro,Ronny,1990,Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Huda,Ni‟matul,2011,Hukum Tata Negara Indonesia,Rajawali Press,Jakarta.

Indrati, Maria Farida,2007,Ilmu Perundang-undangan Dasar-dasar dan

Pembentukannya,Kansius,Yogyakarta.

Kansil, C.S.T., 1986, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta.

Page 116: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

116

________________, 1979,Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,Aksara Baru,Jakarta

Marbun, B.N,1983,Pertumbuhan ,masalah dan masa depannya,Ghalia

Indonesia,Jakarta.

Marzuki, Peter Mahmud, 2006,Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta.

Mertokusumo, Sudikno 1996, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,

Yogyakarta.fika Persada,Jakarta.

Purbacaraka Purnadi, dkk, 1979, Perundang-undangan dan Yurisprudensi,

Alumni,Bandung.

Ranggawijaya,Rosjidi,1998,Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia,Mandar

Maju, Bandung.

Situmorang,Victor M,1994,Hukum Administrasi Pemerintahan di daerah,Sinar

Grafika, Jakarta.

Soehino,2003,Hukum Tata Negara Teknik Perundang-Undangan,Liberty,Yogyakarta

Soejito,Irawan,1989,Teknik Membuat Peraturan Daerah,Bina Aksara,Jakarta

Syamsudin,,Azis,2011, Praktek dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, Sinar

Grafika, Jakarta.

Widjaja,H.A.W., 2002Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, PT RajaGrafindo

Persada, Jakarta.

______________,2005,Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia,PT Grafindo Persada,

Jakarta.

Wirjosoegito,Soenobo,2004,Proses dan Perencanaan Peraturan Perundangan,

Ghalia Indonesia, Jakarta.

Zainal Asikin,Amiruddin,2006,Pengantar Metode Penelitian Hukum,PT Raja

Grafindo Persada,Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan

Page 117: PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Indah Trisiana M E1A109004.pdftertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (rechtsidee)

117

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembar Negara

Republik Indonesia Nomor 4437)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor

82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234)

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor:

170/16 Tahun 2010 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Banjarnegara.